laporan kasus baru cuysssss_1 (repaired)

41
BAB I PENDAHULUAN Preeklampsia adalah gangguan yang terjadi hanya selama kehamilan dan setelah kelahiran dan mempengaruhi baik ibu dan bayi yang belum lahir. Preeklampsia setidaknya terjadi 5-8% dari seluruh kehamilan, hal ini ditandai dengan peningkatan progresif tekanan darah dan adanya protein dalam urin. Pembengkakan, peningkatan berat badan tiba-tiba dan sakit kepala serta perubahan dalam penglihatan adalah gejala penting. Biasanya, preeklampsia terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (pada trimester 2 atau 3 tengah ke akhir kehamilan) dan sampai enam minggu setelah melahirkan, meskipun dalam kasus yang jarang dapat terjadi lebih awal dari 20 minggu. Perawatan prenatal yang tepat sangat penting untuk mendiagnosa dan mengelola preeklampsia. Pregnancy Induced Hypertension (PIH) dan toksemia adalah istilah lama untuk preeklampsia. Sindrom HELLP dan eklampsia (kejang) adalah varian lain dari preeklampsia. Secara global, preeklampsia dan gangguan hipertensi kehamilan yang lain adalah penyebab utama penyakit ibu dan bayi dan kematian. Dengan perkiraan konservatif, gangguan ini bertanggung jawab untuk 76,000 ibu dan 500.000 kematian bayi setiap tahun. 1 1

Upload: gitamutiaraaa

Post on 28-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

Preeklampsia adalah gangguan yang terjadi hanya selama kehamilan dan setelah

kelahiran dan mempengaruhi baik ibu dan bayi yang belum lahir. Preeklampsia

setidaknya terjadi 5-8% dari seluruh kehamilan, hal ini ditandai dengan peningkatan

progresif tekanan darah dan adanya protein dalam urin. Pembengkakan, peningkatan

berat badan tiba-tiba dan sakit kepala serta perubahan dalam penglihatan adalah gejala

penting.

Biasanya, preeklampsia terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (pada trimester

2 atau 3 tengah ke akhir kehamilan) dan sampai enam minggu setelah melahirkan,

meskipun dalam kasus yang jarang dapat terjadi lebih awal dari 20 minggu. Perawatan

prenatal yang tepat sangat penting untuk mendiagnosa dan mengelola preeklampsia.

Pregnancy Induced Hypertension (PIH) dan toksemia adalah istilah lama untuk

preeklampsia. Sindrom HELLP dan eklampsia (kejang) adalah varian lain dari

preeklampsia.

Secara global, preeklampsia dan gangguan hipertensi kehamilan yang lain

adalah penyebab utama penyakit ibu dan bayi dan kematian. Dengan perkiraan

konservatif, gangguan ini bertanggung jawab untuk 76,000 ibu dan 500.000 kematian

bayi setiap tahun.1

BAB II

1

Page 2: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Ny. Dewi Daud Yusuf

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 29 tahun 1 bulan

Agama : Islam

Alamat : Jagakarsa, Jakarta Selatan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan terakhir : Tamat SD

Status Pernikahan : Menikah

Pembiayaan : Jampersal

No Rekam Medis : 01244126

II. HASIL ANAMNESA

Pasien masuk ke IGD pada tanggal 6 Juli 2013 pukul 14.30 dengan :

a. Keluhan Utama

Mules sejak 1 hari SMRS

b. Keluhan Tambahan

Mual, muntah, sakit kepala, tidak ada perdarahan.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD diantar suami mengaku hamil 9 bulan, HPHT lupa,

ANC tidak pernah. USG tidak pernah. Pasien merasa perutnya mulas sejak 1 hari

SMRS. Pasien juga mengeluhkan adanya mual, muntah, nyeri ulu hati, sakit kepala.

Perdarahan tidak terjadi. Lendir keluar, tidak ada keputihan dan ari ari belum

keluar. Riwayat kehamilan G2P1A0.

Pasien merupakan pasien rujukan dari puskesmas setempat. Didapatkan

hasil pemeriksaan fisik sebagai berikut :

2

Page 3: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Keadaan umum : Compos Mentis

K/E : Stabil

TD : 140/90 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,5°C

TFU : 31 cm

His : Masih jarang

L1 Bokong

L2 Punggung kanan

L3 Kepala

L4 Bag

DJJ : 149 DPM

VT B : Belum ada pembukaan

NB : ANC –

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Asma (-)

Alergi (-)

Hipertensi (+)

Diabetes mellitus (-)

Sakit Paru (-)

Sakit jantung (-)

Gastritis (+)

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Asma (-)

Alergi (-)

Hipertensi (+)

Diabetes mellitus (-)

Sakit Paru (-)

3

Page 4: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Sakit jantung (-)

f. Riwayat Kebiasaan

• Merokok (-)

• Alkohol (-)

g. Riwayat Imunisasi

BCG, Polio, DPT, Campak, Hepatitis B : (+)

h. Riwayat Obsetri dan Ginekologi

Menarche : umur 12 tahun

Lamanya mens : 10 hari

Banyaknya pembalut : 3 lembar/ hari

Infertilitas : -

Mioma : -

Infeksi : -

Polip : -

Cervix : -

Kanker Ovarium : -

Cervicitis kronis : -

Perkosaan : -

Endometriosis : -

Operasi kandungan : -

Kelahiran anak pertama

Tahun : 2004

Usia ibu : 22 th

Usia bayi : 7 bulan (sc)

Kelahiran di : RSCM

Penyulit kelahiran : premature, BBLR (1400gr)

III. PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN FISIK DARI IGD

4

Page 5: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital

Tekanan Darah : 140/100 mmHg

Nadi : 90x/menit

Pernapasan : 18x/menit

Suhu : 36,5° C

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 70 kg

AIRWAY

Bebas, tidak ada hambatan

BREATHING

Teratur, tidak ada wheezing, tidak ada stridor

CIRCULATION

CRT < 3 detik, akral hangat

TRIASE : URGENT

PEMERIKSAAN FISIK LANJUTAN di IGD (pukul 13.00 – 16.00)

Kepala

Mata

Hidung

Gigi mulut

Tenggorokan

Telinga

Leher

Thoraks

Jantung

: normal

: normal

: normal

: normal

: normal

: normal

: normal

: normal

: normal

5

Page 6: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

TFU : 38 cm

Hiss : -

Kontraksi : ada

DJJ : 156 dpm

Inspeksi : v/u tss

Perspekulum : potio lunak, OUE terbuka.

18,5 > IMT < 25 : TIDAK

Kehilangan berat badan 5% dalam 3 bulan : TIDAK

Kurang asupan makan selama 1 minggu : TIDAK

Mengalami penyakit berat : TIDAK

Resiko jatuh (morse) : -

Nyeri : -

Laboratorium (CTG) : non reasing

Diagnose sementara

G2P1A0, H 33-34 MGG, JPTH, gawat janin PEB, BSC 1x

Instruksi tindakan

Memberitahukan hasil pemeriksaan fisik

Observasi tanda vital dan DJJ

Cek DPL, GDS, BT/CT

Kolaborasi advice SpOG :

SC Cito

Hidrasi 1800cc dalam 12 jam. Ditujukan untuk mengganti cairan dan darah yang

hilang saat tindakan operasi.

Mg SO4 4 gram iv. Lanjut 1 gram. Obat anti kejang yang banyak dipakai di

Indonesia adalah magnesium sulfat. Magnesium sulfat (MgSO4) menghambat atau

menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat

transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada

6

Page 7: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium,

sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion

kalsium dan ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat

menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap

menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada preeklampsia atau

eklampsia.Pengunaan magnesium sulfat sebagai pengobatan preeklampsia dan

eklampsia lebih disukai karena mudah mencegah dan mengatasi kejang, penderita

tetap sadar, jarang terjadi aspirasi, pengaruh terhadap bayi sedikit dan mudah

dilaksanakan Cara pemberian dan dosis terpilih magnesium sulfat masih

bermacam-macam, namun semuanya bertujuan untuk mendapatkan kadar

magnesium dalam darah yang dapat memberikan efek pengobatan yang optimal dan

berlangsung lama.

Nifedipin 4x20 mg. Nifedipin merupakan Antagonis kalsium yang merupakan

relaksan otot polos yang menghambat aktivitas uterus dengan mengurangi influks

kalsium melalui kanal kalsium yang bergantung pada voltase. Terdapat beberapa

kelas antagonis kalsium, namun sebagian besar pengalaman klinis adalah dengan

nifedipin. Obat ini populer karena murah, mudah penggunaannya dan sedikit

insiden terjadinya efek samping. Obat ini terbukti menjadi obat tokolitik yang

efektif baik ketika dibandingkan dengan plasebo atau obat-obat lainnya. Banyak

penelitian yang menyatakan bahwa efektivitas obat ini sama dengan ritodrin dalam

mencegah persalinan premature. Nifedipin diabsorbsi cepat di saluran pencernaan

setelah pemberial oral. Absorpsi secara oral tergantung dari keasaman lambung.

Nifedipine dimetabolisme di hepar, 70-80% hasil metabolismenya dieksresikan ke

ginjal dan sisanya melalui feses. Nifedipin menghasilkan hipotensi sistemik dengan

menyebabkan vasodilatasi perifer. Obat ini telah digunakan dalam terapi hipertensi

selama kehamilan atau post partum.Secara klinis, ketika digunakan untuk terapi

persalinan prematur, obat ini memilikiefek terhadap kardiovaskular yang minimal

dan tidak terdapat morbiditas janin atau neonatus yang signifikan dari penggunaan

klinis nifedipin sebagai obat tokolitik. 2

NaC 3x600mg. NAC adalah singkatan untuk N-asetilsistein. NAC adalah bentuk

pra-acetylized dari asam amino yang tubuh kita memproduksi secara alami. N-

asetilsistein lebih stabil daripada asam amino sistein dan lebih mudah larut dalam

7

Page 8: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

air. Sifat NAC adalah melindungi tubuh dari radikal bebas dan juga antioksidan

yang sangat kuat. Obat ini baik untuk keadaan pre eklampsia dimana terjadi stress

oksidasi dan terjadi peningkatan radikal bebas.

Vit C 2x100 mg. Pemberian Vitamin C sebagai suplemen juga berguna sebagai anti

oksidan untuk melawan radikal bebas.2,3

HASIL PENANGANAN DI HIGH CARE (16.30)

Pasien dirawat dikelas III kamar 17 C

Working diagnose :

G2P1A0

Gawat janin

PEB

BSC1X

Dasar diagnose : Gawat janin

Terapi : Sc cito

Indikasi : Gawat janin

Tata cara : Spinal anesthesia

Tujuan : Melahirkan bayi

Resiko : Perdarahan, pengangkatan rahim

Komplikasi : Perdarahan, infeksi pada luka operasi

Prognosis : Dubia

Alternative : Pengangkatan rahim

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN

06-07-2013

NILAI

PADA PASIEN

NILAI NORMAL

8

Page 9: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

HEMATOLOGI

Hemoglobin

Hematokrit

Leukosit

Trombosit

Eritrosit

13,8 g/dl

42 %

20,3 rb/ul

163 rb/ul

5.05 jt/ul

13,2-17,3 g/dl

33-45 %

5,0-10,0 rb/ul

150-450 rb/ul

4,40-5,90 jt/ul

VER

HER

KHER

RDW

82.8 fl

27.3 pg

32.9 g/dl

14.2 %

80-100 fl

26-34 pg

32-36 g/dl

11,5-14-5 %

HEMOSTASIS

APTT

PT

30.3

11.3

27.4 – 39.3

11.3 – 14.7

FUNGSI HATI

SGOT

SGPT

15

12

0 - 34

0 – 40

GDS 73 70 - 140

URINALISA

Urobilinogen

Protein Urine

Berat Jenis

Bilirubin

Keton

Nitrit

pH

Leukosit

Darah/Hb

Glukosa Urin/Reduksi

Warna

Kejernihan

SEDIMEN URIN

0.2

3+

1.025

Negative

1+

Negative

6.5

Negative

2+

Negative

Yellow

Clear

<1

Negative

1.005 – 1.030

Negative

Negative

Negative

4.8 – 7.4

Negative

Negative

Negative

Yellow

Clear

9

Page 10: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Epitel

Leukosit

Eritrosit

Silinder

Kristal

Bakteri

Lain-lain

1+

1 – 2

4 – 5

Granula (0-1)

Negative Negative

Negative

0 – 5

0 – 2

Negative

Negative

Negative

Negative

Elektrokardiogram

Interpretasi

10

Page 11: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

• Irama : sinus

• QRS rate : 80 x/m

• Axis : normal

• P wave : normal (0,08)

• PR intv : normal (0,16)

• QRS intv : normal (0,08)

• T inverted : V4

• ST change : -

• Q patologis : -

• LVH : -

• RVH : -

V. RESUME

Pasien wanita 29 tahun daaing dengan keluhan perut mulas sejak 1 hari SMRS,

disertai mual muntah sakit kepala dan nyeri di ulu hati. G2P1A0, H -34 mgg dengan gawat

janin karena adanya PEB, JPHT, BSC 1x. Riwayat pre eclampsia +. ANC –

Hasil PF : tekanan darah tinggi +

Hasil PP : Laboratorium menunjukkan : leukositosis.

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis kerja:

G2P1A0 dengan Gawat janin, PEB, BSC1X

VII. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

11

Page 12: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Preeklampsia

Preeklampsia adalah gangguan kerusakan endotel vaskular luas dan vasospasme yang

terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan dapat hadir hingga akhir 4-6 minggu

postpartum. Hal ini secara klinis didefinisikan oleh hipertensi dan proteinuria, dengan atau

tanpa edema patologis.

Konsensus medis sulit mengenai nilai-nilai yang menentukan preeklampsia, tetapi

kriteria yang wajar pada wanita yang normotensif sebelum usia kehamilan 20 minggu

termasuk tekanan darah sistolik (SBP) lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik (DBP) lebih besar dari 90 mm Hg pada 2 pengukuran berturut-turut, 4-6 jam

terpisah. Preeklampsia pada pasien dengan hipertensi esensial yang sudah ada sebelumnya

12

Page 13: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

didiagnosis jika SBP telah meningkat sebesar 30 mm Hg atau jika DBP telah meningkat

sebesar 15 mm Hg. 4

2.2. Etiologi Preeklampsia

Etiologi timbul terjadinya

preeklampsia masih belum diketahui.

Namun, syndrome ini ditandai dengan

adanya vasokonstriksi, hemokonstentrasi,

dan adanya kemungkinan perubahan pada

plasenta, ginjal, hepar dan otak. Biasanya

lebih terlihat pada wanita yang mengalami

preeklampsia berat.

Adapun faktor resiko dari preeklampsia

dapat dilihat pada tabel disamping.5

2.3. Patofisiologi Preeklampsia

13

Page 14: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

2.4. Manifestasi Klinis Preeklampsia

2.5. Diagnosis Preeklampsia

Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan

14

Page 15: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Diagnosis Pre eklampsia dikategorikan menjadi dua yaitu,

1. Pre Eklampsia ringan

Diagnosis Pre Eklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya Hipertensi

disertai Proteinuria dan/ atau edema setelah kehamilan 20 minggu.

Hipertensi; sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg.

Proteinuria 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik

Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria pre eklampsia, kecuali

edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisasi.

2. Pre eklampsia berat

Diagnosis Pre Eklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :

Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg

Proteinuria lebih 5gr/24 jam atau 3+ dalam pemeriksaan kualitatif.

Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24 jam

Kenaikan kadar kreatinin plasma

Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan

pandangan kabur

Nyeri Epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen

Edema paru dan sianosis

Hemolisis mikroangiopatik

Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat

Gangguang fungsi hepar; peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase

Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat

Sindrom HELLP6

2.6. Penatalaksanaan Preeklampsia

Penatalaksanaan pada preeklampsia ditujukan terutama untuk menyelamatkan

ibu dan juga bayi.

Preeklampsia ringan

Wanita dengan preeklamsia ringan harus dirawat di rumah sakit untuk evaluasi

lebih lanjut dan jika ada, indikasi untuk persalinan. Jika preeklamsia ringan sudah

15

Page 16: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

dikonfirmasi dan usia kehamilan adalah 40 minggu atau lebih, indikasi untuk

persalinan. Pada usia kehamilan 37-40 minggu, status serviks dinilai. Jika status serviks

kurang baik, pre-induksi agen pematangan serviks digunakan sesuai kebutuhan.

Kadang-kadang, wanita dengan pemeriksaan serviks sangat tidak baik antara 37 dan 40

minggu dapat dikelola dengan harapan untuk waktu yang terbatas dengan istirahat,

pengawasan janin antepartum, dan pemantauan ketat kondisi ibu, termasuk pengukuran

tekanan darah setiap 4-6 jam dan penilaian harian patela refleks, berat badan,

proteinuria, dan gejala-gejala yang mungkin muncul. Hitung darah lengkap dan

SGOT/SGPT, laktat dehidrogenase, dan asam urat harus diperiksa mingguan untuk dua

kali seminggu. Persalinan dilakukan jika status serviks menjadi baik, test antepartum

tidak normal, usia kehamilan mencapai 40 minggu, atau bukti memburuknya

preeklampsia terlihat. Jika manajemen hamil dilakukan setelah 37 minggu, pasien harus

memahami bahwa manfaat kemungkinan penurunan resiko adalah kelahiran sesar.

Wanita dengan preeklamsia ringan sebelum 37 minggu dikelola dengan

istirahat, pengujian antepartum dua kali seminggu, dan evaluasi ibu seperti yang

dijelaskan. Kortikosteroid diberikan jika usia kehamilan kurang dari 34 minggu,

amniosentesis dilakukan sebagai diperlukan untuk menilai kematangan paru janin.

Ketika manajemen pengawasan kehamilan diperpanjang dilakukan, pertumbuhan janin

dinilai dengan USG setiap 3-4 minggu. Kadang-kadang, manajemen rawat jalan dapat

diandalkan dengan hati-hati, yaitu pasien tanpa gejala dengan proteinuria minimal dan

hasil tes laboratorium normal. Pendekatan ini meliputi tirah baring di rumah, jumlah

gerakan janin harian, pengujian antepartum dua kali seminggu, evaluasi serial

pertumbuhan janin, dan penilaian terhadap tekanan darah, proteinuria, kenaikan berat

badan, refleks patella, dan gejala. Setiap bukti perkembangan penyakit merupakan

indikasi untuk rawat inap dan pertimbangan untuk persalinan. Terlepas dari keparahan,

semua wanita dengan preeklamsia sebaiknya menerima profilaksis intrapartum

magnesium sulfat untuk mencegah kejang. Manfaat profilaksis magnesium sulfat dalam

mencegah kejang pada pasien dengan preeklampsia ringan belum terbukti secara

meyakinkan dalam literatur.

16

Page 17: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Preeklampsia berat

Setiap pasien yang datang dengan preeklampsia berat harus rawat inap dan

diobservasi dan dimonitoring tekanan darah, keadaan janinnya, serta manifestasi klinis

dan perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu. Pemeriksaan laboratorium seperti

hemoglobin, hematokrit, trombosit, kreatinin serum, SGOT dan SGPT juga harus

dimonitoring. USG dari perkembangan janin dan keadaan dari amnion juga perlu

dimonitor. Persalinan dilakukan jika usia kehamilan adalah 34 minggu atau lebih, paru

janin dikonfirmasi, atau bukti memburuk status ibu atau janin terlihat. Pengontrolan

tekanan darah dapat dicapai dengan hydralazine, labetalol, atau nifedipine. Tujuan

terapi antihipertensi adalah untuk mencapai tekanan darah sistolik <160 mmHg dan

17

Page 18: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

tekanan darah diastolik <105 mm Hg. Kontrol terlalu agresif tekanan darah dapat

membahayakan perfusi ibu dari ruang intervillous dan berdampak negatif oksigenasi

janin. Hydralazine adalah vasodilator perifer yang dapat diberikan dalam dosis 5-10 mg

IV. Onset tindakan adalah 10-20 menit, dan dosis dapat diulang dalam 20-30 menit jika

diperlukan. Labetalol dapat diberikan dalam dosis 5-20 mg melalui dorongan IV

lambat. Dosis dapat diulang dalam 10-20 menit. Nifedipin adalah blocker saluran

kalsium yang dapat digunakan dalam dosis 5-10 mg oral. Rute sublingual administrasi

tidak boleh digunakan. Dosis dapat diulang dalam 20-30 menit, sesuai kebutuhan.

Pengelolaan preeklampsia berat sebelum 34 minggu masih kontroversial. Di

beberapa lembaga, persalinan dilakukan terlepas dari kematangan janin. Di University

of Southern California, persalinan sering ditunda untuk jangka waktu terbatas untuk

memungkinkan administrasi kortikosteroid. Magnesium sulfat dimulai, status janin

dimonitor secara terus menerus, dan agen antihipertensi yang digunakan sesuai

kebutuhan untuk mempertahankan tekanan darah sistolik <160 mmHg dan tekanan

darah diastolik <105 mm Hg. Kehamilan antara 33 dan 35 minggu, pertimbangan harus

diberikan untuk amniosentesis untuk studi kematangan paru. Jika matang, persalinan

segera dilakukan. Jika belum matang, kortikosteroid diberikan dan, jika mungkin,

persalinan ditunda 24-48 jam. Kehamilan antara 24 dan 32 minggu, terapi antihipertensi

dilakukan seperti yang ditunjukkan, kortikosteroid yang diberikan, dan konseling ibu

ekstensif dilakukan untuk menjelaskan risiko dan manfaat dari perpanjangan

kehamilan. Konsultasi Neonatologi sangat membantu untuk menggambarkan risiko

neonatal khusus untuk usia kehamilan dan taksiran berat janin. Durasi manajemen

ditentukan secara individual dari perkiraan berat janin, usia kehamilan, dan status ibu

dan janin. Manajemen hamil merupakan kontraindikasi dengan adanya kompromi janin,

hipertensi yang tidak terkontrol, eklampsia, DIC, sindrom HELLP, edema serebral,

edema paru, atau bukti pendarahan otak atau hati. Ketika preeklampsia berat

didiagnosis sebelum 24 minggu kehamilan, kemungkinan hasil yang baik rendah.

Konseling menyeluruh harus mengatasi realistis risiko dan manfaat yang diharapkan

dari manajemen hamil dan harus mencakup pilihan untuk terminasi kehamilan.

18

Page 19: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Tatalaksana Intrapartum

Pada wanita dengan preeklampsia tanpa kontraindikasi untuk persalinan,

persalinan pervaginam adalah pendekatan yang lebih disukai. Agen pematangan serviks

dan oksitosin digunakan sesuai kebutuhan. Selama persalinan, magnesium sulfat

diberikan untuk profilaksis kejang sebagai IV dosis loading 4-6 g selama 20-60 menit,

diikuti dengan dosis pemeliharaan 1-2 g / jam. Output urine dan kadar kreatinin serum

dimonitor, dan dosis magnesium disesuaikan untuk mencegah hypermagnesemia.

Refleks patella dan tingkat pernapasan harus sering dinilai. Dengan adanya refleks

patela, kadar magnesium serum biasanya tidak diperlukan. Kadar magnesium terapi

19

Page 20: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

berkisar dari 4-8 mg / dL. Hilangnya refleks patela diamati pada tingkat magnesium 10

mg / dL atau lebih tinggi, paralisis pernapasan dapat terjadi pada tingkat 15 mg / dL

atau lebih, dan serangan jantung adalah mungkin dengan tingkat lebih dari 25 mg / dL.

Kalsium glukonat (10 mL larutan 10%) harus tersedia dalam hal hypermagnesemia.

Untuk menghindari edema paru, jumlah cairan IV tidak boleh melebihi 100 mL / jam.

Kontrol nyeri dicapai dengan anestesi regional atau dengan intramuskular atau IV

analgesik narkotika. Pemantauan hemodinamik invasif dicadangkan untuk edema paru

refrakter, sindrom gangguan pernapasan dewasa, atau oliguria responsif terhadap fluid

challange. Jika operasi caesar diperlukan, trombosit harus tersedia untuk transfusi

mungkin bagi pasien dengan jumlah trombosit <50.000 / mm3. Penggunaan produk

darah lainnya dipandu oleh temuan klinis dan laboratorium.7,8

2.7. Komplikasi

2.8. Prognosis

Di seluruh dunia, preeklampsia dan eklampsia diperkirakan bertanggung jawab untuk

sekitar 14% dari kematian ibu per tahun (50,000-75,000). Morbiditas dan mortalitas pada

preeklampsia dan eklampsia berhubungan dengan kondisi berikut.:

Disfungsi endotel sistemik

Vasospasme dan trombosis pembuluh kecil yang mengarah ke iskemia jaringan dan

organ20

Page 21: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Gejala SSP, seperti kejang, stroke, dan perdarahan

Nekrosis tubular akut

Koagulopati

Ruptur plasenta pada ibu

Secara umum, risiko kekambuhan preeklampsia pada wanita yang kehamilan

sebelumnya rumit oleh preeklamsia waktu dekat adalah sekitar 10%Jika seorang wanita

sebelumnya telah menderita preeklamsia berat (termasuk sindrom HELLP dan / atau

eklampsia), dia memiliki. resiko 20% terkena preeklampsia kadang-kadang pada kehamilan

berikutnya nya.

Jika seorang wanita telah memiliki sindrom HELLP atau eklampsia, risiko kekambuhan

sindrom HELLP adalah 5% dan eklampsia itu adalah 2%. Semakin awal penyakit

memanifestasikan selama kehamilan, semakin tinggi kemungkinan rekuren. Jika preeklamsia

terjadi sebelum usia kehamilan 30 minggu, kemungkinan rekuren mungkin setinggi 40%.4

SPINAL ANESTESIA

Anestesi spinal adalah penyuntikan obat anestesi local secara langsung kedalam cairan

serebrospinal (CSF), di dalam ruang subarachnoid. Anestesia spinal diperoleh dengan cara

menyuntikkan Anestetik Lokal ke dalam ruang subarachnoid. Teknik ini sederhana, cukup

efektif dan mudah.

Indikasi

Bedah ekstremitas bawah

Bedah panggul

Tindakan sekitar rectum-perineum

Bedah obstetric-ginekologi

Bedah urologi

Bedah abdomen bawah

Kontra indikasi

Hipovolemia. Sebagai akibat kehilangan darah atau dehidrasi. Pasien-pasien semacam

ini cenderung mengalami penurunan cardiac output yang berat karena hilangnya

respon vasokonstriksi kompensatorik

21

Page 22: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Cardiac output yang persisten rendah. Seperti yang terlihat pada stenosis mitral atau

aorta yang berat. Penurunan aliran balik vena lebih lanjut akan menurunkan cardiac

output, membahayakan perfusi organ-organ vital.

Sepsis kulit local. Resiko mencetuskan infeksi

Koagulopati. Sebagai akibat diathesis perdarahan atau antikoagulasi terapeutik.

Peningkatan TIK. Resiko herniasi

Cara

Persiapan untuk analgesia spinal adalah mempersiapkan daerah tusukan dan diteliti

apakah ada penyulit misalnya kelainan anatomis tulang punggung sehingga tak teraba

tonjolan prosesus spinosus. Lalu persiapan alat-alat, peralatan monitor, peralatan resusitasi,

jarum spinal.

Teknik Analgesia Spinal

1. Setelah dimonitor, posisikan pasien pada posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus.

Buat pasien membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba.

2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan tulang

punggung ialah L4-L5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4 atau L4-5.

Tusukan pada L1-2 atau di atasnya berisiko trauma terhadap Medula Spinalis.

3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alcohol.

4. Beri anestetik local pada tempat tusukan, misalnya Bupivacain 5%

5. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22 G, 23 G, atau 25 G.

Sedangkan untuk yang kecil 27 G atau 29 G, dianjurkan menggunakan penuntun jarum

(introducer) yaitu jarum suntik biasa semprit 10 cc. Tusukan introducer sedalam kira-kira

2 cm agak sedikit ke arah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke

lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babock) irisan jarum

(hevel) harus sejajar dengan serat Duramater, yaitu pada posisi tidur miring hevel

mengarah ke atas atau bawah, untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat

timbulnya nyeri kepala pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandrin jamur spinal

dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-

pelan (0,5 ml/detik) diselingin aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum

tetap baik. Kalau sudah yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak

keluar, putar arah jarum 90 biasanya likuor kelaur. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat

dimasukkan kateter.

22

Page 23: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid (wasir)

dengan anestetik hiperbarik (anestetik local dengan berat jenis lebih besar dari cairan

serebrospinal.9,10

23

Page 24: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

BAB IV

ANALISIS KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. Dewi Daud Yusuf

Rekam Medik : 1244126

Usia : 29 tahun 1 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Belimbing Jakarta Selatan

3.2. Anamnesis

Riwayat Hipertensi (+), riwayat preeklampsia sebelumnya (+), Asma (-), Alergi (-),

Diabetes Melitus (-), penyakit jantung (-), riwayat operasi sebelumnya (-).

Pada pasien ini, diagnosis dapat ditegakkan dari

1. Anamnesis ditemukan gejala seperti mual, muntah, pusing, nyeri ulu hati, mempunyai

riwayat penyakit Hipertensi dan riwayat pre eklampsi pada kehamilan yang

sebelumnya.

24

Page 25: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

2. Pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan darah nya sistol diatas 140 dan diastole nya

diatas 90 mmHg.

3. Pada hasil pemeriksaan penunjang, pemeriksaan lab urine ditemukan ada protein

dalam urine yaitu +3.

Hal ini sudah mencakup kriteria untuk dinyatakan sebagai Preeklampsia.

Dasar diagnosis dari Preeklampsia adalah :

- Hipertensi; sistolik/diastolic ≥ 140/90 mmHg.

- Proteinuria 300mg/24 jam atau ≥ 1+ dalam pemeriksaan kualitatif

- Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria pre eklampsia, kecuali

edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisasi.

KESIMPULAN :

PASIEN MEMILIKI RESIKO UNTUK MENGALAMI PREEKLAMPSIA LAGI PADA

KEHAMILAN KALI INI.

3.3. Keadaan preoperative

BB : 70 kg

TB : 160 cm

TD : 175/105 mmHg

N : 148 x/menit

RR : 18 x/menit

Temp. : afebris

Hb : 13.8 g/dL

HT : 42

Konsultasi anestesi : pro operasi

3.4. Intraoperasi 6 Juli 2013 (Catatan Anestesia)

Diagnosa PreOp : G2P1A0, gawat janin dengan PEB, JKTH, BSC 1X

Jenis Operasi : Sectio Caesaria

ASA : II dengan PEB

25

Page 26: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

Teknik Anestesi : Regional Anestesia (Spinal)

Daerah pemasangan L3-L4

Spinocain no 27G

Obat-obat : Fentanyl 25 mcg

Marcain 15 mg

Oksigen 3L/menit

Obat lain : Ondancentron 4 mg

Ranitidin 50 mg

Induxin 20 iu

Ketorolac 30 mg

Lama Anestesi : 17.00 – 18.00 (1 jam)

Lama Operasi : 17.05 – 17.55 (50 menit)

Infus : Tangan kiri – Vasofix 20G

Cairan intra operatif : RL 600 cc

Perdarahan : 300 cc

Urin : 100 cc

KESIMPULAN :

Karena terjadi gawat janin, maka pasien disarankan untuk SC CITO.

Dari hasil konsultasi anestesi, didapati pasien memiliki ASA II, karena pasien mengalami

preeklampsia dimana manifestasi klinis nya adalah hipertensi, suatu kelainan sistemik ringan

sampai sedang. Untuk itu, kita perlu mewaspadai tanda vital seperti tekanan darah, dan nadi.

Untuk operasi sc, dikarenakan daerah operasi ada dibawah T10, maka digunakan teknik

operasi regional (spinal). Digunakan spinal needle nomor 27 G sesuai dengan kondisi pasien

dan ditusukan didaerah bebas medulla spinalis, yakni L3-L4.

Anastesia spinal adalah pilihan utama untuk kebanyakan pasien seksio sesarea

berencana dan emergensi. Anestetik local yang digunakan untuk anestesia spinal hiperbarik.

Keuntungan anesthesia spinal untuk seksio sesarea adalah mudah, blok yang mantap, dan

26

Page 27: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

kinerja cepat. Karena teknik ini menyebabkan hipotensi, maka sebelum dimulai operasi,

tekanan darah pasien diukur untuk memastikan keadaan pasien optimal untuk dianestesi dan

dioperasi.

Obat anestesi yang digunakan adalah fentanyl yang memiliki efek Analgesik dengan

onset 30-60 detik dan masa kerja 30-60 menit dan Marcain yang termasuk Bupivacain

dengan dosis normal 1-2 mg/KgBB. Obat ini sering digunakan sebagai analgesik intratekal

dalam proses persalinan seksio. Fentanyl dipakai sebagai adjuvant untuk mengurangi dosis

bupivakain sehingga hipotensi lebih sedikit dan meningkatkan analgesia. Selain itu, diketahui

pula bahwa penambahan dosis kecil dari opioid lipofilik ini selama anestesia spinal dapat

menyebabkan onset yang lebih cepat, blok yang lebih baik, dan waktu pemulihan fungsi

motorik yang lebih cepat setelah pembedahan.

Kombinasi dari Bupivacain dan Fentanyl dapat dicapai hasilnya dengan baik saat melakukan

anestesi Spinal.

Pernafasan pasien ditunjang dengan mengalirkan 02 3L / menit via nasal kanul.

Karena pasien merasa mual (pasien memiliki gastritis dan efek dari obat anestesi yaitu

fentanil) maka diberikan ondasentron dengan dosis 4-8 mg. namun pasien masih terus mual,

sehingga diberikan lagi ranitidine dengan dosis 10 mg untuk mengatasi gastritis pasien

selama operasi berlangsung.

Pasien diberikan infuse kristaloid berupa RL untuk mengganti cairan maintenance

serta pengganti dari perdarahan yang terjadi sebanyak 600 ml. Penanganan pada pasien ini

sudah benar yaitu diberikan cairan RL sebanyak 600 ml pada saat berlangsungnya operasi.

Karena perawatan yang penting pada pre eklampsia adalah pengolaan cairan karena penderita

pre eklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan

oliguria. Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral atau infus) dan output cairan

(melalui urin) menjadi sangat penting. Pada pasien ini keluarnya urin 100cc dalam 1 jam.

Sesaat setelah bayi lahir, segera dialirkan RL yang mengandung Induxin 20 iu via drip

untuk merangsang kontraksi rahim agar perdarahan bisa berhenti.

Menjelang akhir operasi, diberikan ketorolak dengan dosis 30 mg untuk mengurangi nyeri

pasca operasi.

27

Page 28: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

3.5. Balans Cairan

KEBUTUHAN CAIRAN

Jenis Operasi : 6 cc/kg x 70 kg = 420 cc

Maintenance : (4x10) + (2x10) + (1x50) = 110 cc

Puasa : 0 x 100 cc = 0 cc

1 jam pertama : M + O + ½ P = 110 + 420 + 0 = 530 cc

Cairan masuk

Infus : RL 500 ml x 1 6 00 ml +

600 ml

Cairan keluar

Urin 100 ml

Perdarahan 300 ml

IWL 30 ml =

` 430 ml

Balans : 600 – 430 = + 170 ml

Estimate Blood Volume (EBV) = 65 cc/kg x 70 kg = 4550 ml

Indikasi transfuse bila perdarahan > 20% dari EBV = 20% x 4550 cc = 910 ml

Pada pasien ini perdarahan hanya 300 ml sehingga tidak membutuhkan transfusi darah (Hb

pasien 13,8 g/dL) sehingga hanya diberikan cairan Kristaloid.

Monitoring Saat Operasi

JAM

TEKANAN

DARAH NADI

OBAT

17.00 176 / 103 mmHg 158 x/menit

17.05 173 / 106 mmHg 156 x/menit Ondasentron 4mg

17.10 135/88 mmHg 152 x/menit Ranitidine 50 mg

17.15 123 / 58 mmHg 151 x/menit Induxin 20 iu

17.20 114 / 55 mmHg 101 x/menit

17.25 114 / 53 mmHg 102 x/menit

17.30 111 / 53 mmHg 90 x/menit

28

Page 29: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

17.35 100/57 mmHg 103 x/menit

17.40 99 / 58 mmHg 95 x/menit

17.45 105/63 mmHg 97 x/menit

17.50 110/60 mmHg 98x/menit Ketorolak 30 mg

17.55 113/58 mmHg 108 x/menit

18.00 113/58 mmHg 108 x/menit

Keadaan Akhir Pembedahan:

TD : 113 /58 mmHg

N : 108x / menit

Jalan nafas : tidak ada masalah

Nafas : spontan

Kesadaran : sadar betul

Muntah : (-)

Mual : (-)

Sianosis : (-)

Diagnosa pasca bedah : sc ec gawat janin dan pemasangan KB spiral

ALDRETE SCORE awal : 9

ALDRETE SCORE akhir :9

Instruksi pasca bedah

Bila mual : ondasetron 3x4mg

Bila sakit : ketorolac 3x 30 mg

Antibiotic, : sesuai anjuran dokter

infus

minum : bebas, bertahap. Tidak boleh duduk selama 12 jam

Catatan: Bayi lahir jam 17.25 dengan jenis kelamin perempuan dengan berat 1800 gram,

panjang badan 46 cm, tidak menangis spontan. APGAR SCORE 5/7, dengan air ketuban

berwarna hijau lumpur

29

Page 30: Laporan Kasus Baru Cuysssss_1 (Repaired)

KESIMPULAN

Pada keadaan pasca bedah, tidak didapati kendala yang berarti karena teknik yang digunakan

berupa anesthesia regional (spinal) sehingga tidak terjadi penurunan kesadaran. Tekanan

darah pasca bedah pun tidak ada kendala.

30