laporan praktikum faal

Upload: akbarrozaaq

Post on 16-Oct-2015

88 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

farmasi laporan faal osteoarthritis patofisiologi epidemiologi kedokteran

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangOsteoarthritis merupakan jenis arthritis yang diakibatkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih sendi. Tulang rawan adalah substansi protein yang berfungsi sebagai bantal antara tulang-tulang pada persendian. Osteoartritis juga dikenal sebagai artritis degeneratif. Di antara lebih dari 100 jenis prnyakit yang berbeda dari arthritis, osteoarthritis adalah yang paling umum, yang mempengaruhi lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat. Osteoarthritis lebih sering terjadi saat kita bertambah usia. Sebelum usia 45 tahun, osteoartritis lebih sering terjadi pada laki-laki. Setelah 55 tahun, osteorhtritis lebih sering terjadi pada wanita. Di Amerika Serikat, semua ras muncul sama banyak. Sebuah kejadian osteoartritis ada yang lebih tinggi pada populasi Jepang, sementara orang kulit hitam Afrika Selatan, India Timur, dan Selatan Cina memiliki tingkat yang lebih rendah (Inawati, 2007).Menurut Arthritis Foundation 2006, jumlah penderita arthritis atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 1990 terdapat 37,9 juta penderita dari sebelumnya 35 juta pada tahun 1985. Data tahun 1998 memperlihatkan hampir 43 juta atau 1 dari 6 orang di Amerika menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah penderita arthritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi, dengan 42,7 juta diantaranya telah terdiagnosis sebagai arthritis dan 23,2 juta sisanya adalah penderita dengan keluhan nyeri sendi kronis.Berdasarkan Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia ke VI, di Indonesia penyakit osteoarthritis merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan osteoarthritis di Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% di antaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Di Kabupaten Malang dan Kota Malang sendiri ditemukan prevalensi osteoarthritis sebesar 10% dan 13,5%.Dari begitu banyaknya kasus osteoarthrtis, laporan praktikum ini diharapkan dapat memberi pengetahuan maupun acuan bagi seorang farmasis untuk mengambil peran dalam menanggulangi persebaran penyakit osteoarthritis dengan memberikan konseling baik berupa edukasi disertai penjelasan terapi non farmakologis maupun farmakologis dengan benar.

1.2 Tujuan dan ManfaatTujuan dari penulisan laporan praktikum testimoni pasien tentang Osteoartrhitis ini selain sebagai tugas akhir praktikum faal juga sebagai penambah wawasan bagi para farmasis mengenai penyakit osteoarthitis sehingga dapat menerapkan asuhan kefarmasian dan mengoptimalkan peran farmasi dalam dunia kesehatan Indonesia.Manfaat dari penulian laporan ini adalah untuk mengetahui seluk-beluk penyakit osteoarthritis dimana selanjutnya laporan praktikum ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan seorang farmasis dalam mengoptimalkan asuhan kefarmasian dan peran farmasi dalam kesehatan Indonesia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi OsteoarthritisOsteoarthritis atau biasa disingkat (OA) merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinik ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi lainnya (Felson, 2000).

2.2 EpidemiologiOsteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia. Felson (2ooo) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari Englund et al (2004) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7. Prevelensi osteoartritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria, dan 12,7% pada wanita. Pasien osteoartritis biasanya mengeluh nyeri pada melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevelensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, OA mempunyai dampak sosioekonomik yang besar, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua (Hidayat, 2007).Insidensi OA panggul dan lutut mendekati 200 per 100.000 orang per tahun. Insidensi OA panggul lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki, sedangkan insidensi OA lutut antara perempuan dan laki-laki sama. Pada laki-laki insidensi OA lutut dan panggul meningkat sesuai dengan pertambahan umur, tetapi pada perempuan tidak berubah. Berdasarkan data tersebut, diramalkan tiap tahun di Amerika akan terjadi insidensi setengah juta kasus gejala OA idiopatik pada populasi kulit putih (Hansen, 2005)

2.3 Patogenis OsteoarthritisBerdasarkan patogenesis dari osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer disebut juga osteoartritis idiopatik yaitu osteoartritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama (Yoshimura, 2006)Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam tubuh manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan. Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi (Creamer, 2007).

2.4 Faktor Resiko- Umur : Insidens osteoarthritis ( OA ) meningkat seiring dengan proses penuaan dan terutama ditemukan pada usia di atas 50 tahun, tetapi dapat juga ditemukan pada usia muda akibat kerusakan tulang rawan sendi. - Berat Badan : Makin tinggi berat badan seseorang makin besar kemungkina seseorang untuk menderita osteoarthritis, hal ini dikarenakan beban yang dikenakan pada sendi makin besar.- Pekerjaan/aktivitas : Orang-orang yangpekerjaanya berhubungan dengan aktivitas yang membutuhkan pengulangan gerakan secara terus menerus, seperti atlet, operator mesin, mempunyai risikotinggi untuk menderita osteoartritis. - Penyakit lain : Penyakit lain yang dapat mengganggu fungsi dan struktur normal pada tulang rawan seperti rematoid artritis, hemokromatosis, gout, akromegali, dan sebagainya.- Jenis Kelamin : Wanita memiliki kecenderungan menderita osteoartritis lebih besar dari pria, dan belum diketahui mengapa.- Cacat tulang : Pada beberapa kasus, orang yang terlahir dengan kelainan engsel tulang akan lebih besar kemungkinannya mengalami osteoartritis.- Ras : OA lebih sering dijumpai pada orang -orang Amerika asli (Indian) daripada orang -orang kulit putih. Hal ini dikarenakan orang-orang Indian memiliki massa tulang yang rendah, ukuran tulang, dan teknologi radiologi yang digunakan.(Dipiro, 2005)

2.5 PatofisiologiAkibat peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen) terjadi kerusakan fokal tulang rawan sendi secara progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi serta tepi sendi (osteofit). Osteofit terbentuk sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian, sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif (Dipiro, 2005)

2.6 Gambaran KlinisSeorang pasien secara klinis disebut positif menderita osteoartritis bila memenuhi minimal 3 dari 6 kriteria menurut American College of Rheumatology (ACR), yaitu usia > 50 tahun, kekakuan pada pagi hari < 30 menit, krepitasi, nyeri tekan pada tulang, pembesaran tulang, dan pada palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat (Roos, 1998)Tempat prediksi osteoarthritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut, paha. Pada falang distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interfalangproksimal timbul nodus Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan (Dipiro, 2005)

Gambar 2.1 Persendian Normal dan Persendian arthritis (medicinenet.com)

BAB IIITESTIMONI PASIEN

3.1 Kasus PenyakitNy.X yang berumur 59 tahun dengan berat badan 65 Kg dan tinggi badan 163 cm didiagnosa menderita osteoarthritis kurang lebih sejak tahun 2007. Pasien mengeluhkan baru-baru ini sering mulai kumat terutama pada pergelangan dan lutut kaki baik sebelah kanan maupun sebelah kiri. Ny.X diketahui penyuka kegiatan olahraga terutama basket yang sudah dirintis sejak SMA dan juga pernah mencoba olahraga tennis. Pada mulanya gejala diawali pada rasa tidak nyaman di daerah sekitar lutut setelah melakukan aktivitas olahraga dimana daerah tersebut terlihat seperti bengkak dan cinderung sakit namun rasa sakit tersebut berangsur-angsur hilang sehingga beliau merasa hal tersebut bukanlah hal yang terlalu urgent.Diagnosa Ny.X didapatkan setelah pemeriksaan radiologis, dimana menurut keterangan beliau hasil diagnosa tersebut memang telah diduga sebelumnya mengingat riwayat Ny.X disaat masih aktif beraktivitas berperan sebagai seorang Guard pada olahraga basket yang notabenenya sering sekali ditabrak oleh lawan dan tak jarang pula untuk jatuh. Hal tersebut memungkinkan berdampak traumatis pada persendian pasien. Pasien juga memiliki riwayat bengkak selama 10 hari di pergelangan kaki karena keseleo tetapi tidak sampai patah tulang.Selain keluhan pada sekitar lutut, Ny.X menerangkan nyeri atau rasa sakit dapat terasa menjalar hingga area sekitar sumber nyeri namun tidak diikuti dengan gejala meriang. Menurut beliau, faktor penyebabnya dapat dikarenakan overwork baik secara fisik maupun mental. Ny.X mengaku penyakit dapat kambuh jika salah posisi tidur atau digunakan bergerak spontan secara cepat, selain itu juga ketika digunakan berjalan lebih dari 2 jam yang dibuktikan saat belian terlalu banyak berjalan dan sampai tidak mampu menaiki menara di Jerman. Beliau juga pernah memiliki riwayat di Australia dimana kaki kanan pasien tertimpa tanki nitrogen yang menyebabkan fraktur metatarsal.Beberapa kebiasaan dari Ny.X diantaranya bukan penyuka kopi tapi sering meminum teh. Beliau memiliki riwayat alergi namun pengobatan seringkali menggunakan antihistamin karena beliau bukan penyuka steroid. Pasien menyatakan tidak sering mandi di malam hari dan tidak mengeluhkan masalah kesehatan pada perubahan cuaca. Pasien diketahui tidak memiliki riwayat diabetes dan penyakit lain seperti asam urat. Kolesterol pasien terpantau pernah naik dan turun namun masih dalam lingkup kewajaran.Ny.X menceritakan telah merubah gaya hidupnya dikarenakan penyakit degeneratif memang tak bisa dihindari. Dari masa aktif dahulu yang sering acuh akan keluhan nyeri, sekarang sudah mulai mengurangi aktivitas dan menghentikan aktivitas jika memang nyeri sedang kumat. Penyakit degeneratif beliu dapat dimungkinkan menurun dari gen keluarga dimana menurut keterangan beliau kakak Ny.X dan saudara ibu Ny.X juga menderita penyakit serupa. Pasien mengaku pernah mencoba pengobatan nano technology namun hanya sesaat. Pengobatan yang selama ini dipakai pasien yaitu pengkonsumsian obat oral Celebrex 100 mg dengan dosis sekali minum. Selain itu, pasien juga menggunakan obat salep Counterpain yang dioleskan pada sekitar daerah nyeri jika terasa sakit. Untuk kesehariannya, pasien juga sering mengkonsumsi antioksidan seperti vitamin E dan obat-batan simplisia golongan Curcuma.

3.2 Pembahasan Kasus3.2.1 Perbandingan Faktor PemicuMelalui penjabaran kasus tersebut dapat diambil beberapa poin yang dapat di garis bawahi dimana faktor riwayat trauma lutut, pekerjaan, aktivitas fisik, dan kebiasaan olahraga memiliki andil yang besar atas terjangkitnya panyakit yang diderita pasien.Dari riwayat pasien diketahui pernah mengalami bengkak karena keseleo dan pernah tertimpa tanki nitrogen. Meskipun serangan penyakit OA tidak langsung terasa namun menurut Studi Framingham menemukan bahwa orang dengan riwayat trauma lutut memiliki risiko 5 6 kali lipat lebih tinggi untuk menderita OA (Felson, 1995)Faktor pekerjaan maupun aktivitas fisik seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan faktor risiko OA lutut (Felson, 1995)Selain beberapa faktor tersebut, kebiasaan olahraga pasien sebagai pemain basket yang sering menerima benturan keras dan membebani lutut memiliki risiko meningkat untuk menderita OA lutut. Kelemahan otot kuadrisep primer merupakan faktor risiko bagi terjadinya OA dengan proses menurunkan stabilitas sendi dan mengurangi shock yang menyerap materi otot (Felson, 1995)

3.2.2 Perbandingan Metode PemeriksaanLangkah yang diambil Ny.X dengan memeriksakan keluhannya menggunakan metode radiologis sudah tepat. Karena Hasil pemeriksaan laboratorium pada osteoartritis biasanya tak banyak berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali osteoartritis generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rheumatoid, dan komplemen) juga normal. Pada osteoartritis yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (