laporan praktek kerja lapangan

99
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN IMPLEMENTASI CARA KERJA AMAN DI KETINGGIAN DALAM PEMASANGAN WIFI PT. BERCA HARDAYA PERKASA Disusun Oleh : PRIYO RAGIL SAPUTRO NPM : 11.11.106.701501.0425

Upload: priyoragilsaputro

Post on 05-Jan-2016

108 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

prosedure dan pedoman teknisi untuk melakukan pemasangan antena wifi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktek Kerja Lapangan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

IMPLEMENTASI CARA KERJA AMAN DI KETINGGIAN

DALAM PEMASANGAN WIFI PT. BERCA HARDAYA PERKASA

Disusun Oleh :

PRIYO RAGIL SAPUTRO

NPM : 11.11.106.701501.0425

PROGRAM STUDY DIPLOMA IV

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UNIVERSITAS BALIKPAPAN

2015

Page 2: Laporan Praktek Kerja Lapangan

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

IMPLEMNTASI CARA KERJA AMAN DI KETINGGIAN

DALAM PEMASANGAN WIFI PT. BERCA HARDAYA PERKASA

Disusun oleh :

PRIYO RAGIL SAPUTRO

NPM. 11.11.106.701501.0425

Mengetahui,

Direktur D4-K3 Dosen,

Universitas Balikpapan Pembimbing Akademik

Ir. Maslina,MM,MT Ir. Maslina,MM,MT

NIK. 093 003 169 NIK. 093 003 169

Page 3: Laporan Praktek Kerja Lapangan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas

rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul ”Implemntasi Cara Kerja Aman di

Ketinggian dalam pemasangan WiFi PT. Berca Hardaya Perkasa”

Penulisan laporan merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan di Universitas

Balikpapan Fakultas Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan –

kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat kemampuan

yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada:

1. Ibu Maslina selaku Dosen Wali Fakultas Kesehatan dan Keselamatan

Kerja sekaligus sebagai Dosen Pembibing Mata Kuliah Praktek Kerja

Lapangan yang telah memberikan kemudahan – kemudahan baik moril

maupun materiil selama penyusunan laporan ini.

2. Bapak Joko Arsantario selaku Plt. Area Manager PT. Berca Hardaya

Perkasa yang telah memperkenankan penulis untuk dapat menimba

ilmu di Wigo Wimax 4G Balikpapan.

3. Kemudian kepada Bapak Deny Wijaya sebagai General Affair PT.

Berca Hardaya Perkasa yang telah meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan dalam rangka

penyelesaian laporan ini.

Page 4: Laporan Praktek Kerja Lapangan

4. Kedua orang tua penulis. Terima kasih untuk semua hal yang sudah

diberikan, yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang

penulis kerjakan demi kesuksesan penulis.

5. Dan tak lupa kepada rekan – rekan Kelas B1 Diploma IV Fakultas

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Balikpapan Tahun

Ajaran 2014/2015.

6. Juga rekan – rekan kerja yang tergabung dalam naungan PT. Berca

Hardaya Prkasa yang telah memberikan nasehat dan dorongan hingga

laporan ini selesai.

7. Tak lupa kepada seluruh anggota keluarga penulis yang tiada henti -

hentinya memberikan seluruh doa dan bantuan hingga penulis

menuntaskan laporan PKL ini.

8. Lalu kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan memberikan imbalan pada

mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini

sebagai ibadah, amin.

Balikpapan, 1 Januari 2015

Priyo Ragil Saputro

11.11.106.701501.0425

Page 5: Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi telekomunikasi di dunia bisa dibilang

sangatlah pesat, tidak terkecuali Negara Indonesia. Walaupun dikatakan

Negara Indonesia tidak seperti negara - negara luar seperti Amerika dan

Jepang yang bisa menciptakan teknologi - teknologi canggih yang dibuat

untuk memudahkan kita dalam berkomunikasi, tetapi Indonesia mampu

mengikuti, meskipun hasil teknologi yang diciptakan tidak secanggih

negara - negara luar.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai perkembangan teknologi

telekomunikasi di Indonesia, ada baiknya mendefinisikan terlebih dahulu

apa arti dari teknologi telekomunikasi itu sendiri. Yang dimaksud dari

“Teknologi adalah studi atau peralatan elektronika, terutama komputer,

untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja,

termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar”. (kamus Oxford, 1995),

sedangkan telekomunikasi secara terminologis merupakan proses

penyampaian pesan dari seseorang ke orang lain. Komponen dari

komunikasi itu sendiri adalah meliputi komunikator yaitu orang yang

menyampaikan pesan, yang kedua adalah pesan, yaitu apa yang

disampaikan, yang ketiga adalah media, yaitu melalui saluran atau media

mana pesan tersebut disampaikan, keempat ialah komunikan yang

merupakan penerima pesan yang disampaikan, yang terakhir adalah efek.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa teknologi

telekomunikasi adalah teknologi yang dipergunakan untuk menyampaikan

atau mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lain. Oleh karena

teknologi merupakan hasil dari perbuatan atau cara berpikir manusia,

maka teknologi tersebut berbentuk alat, atau dalam dunia komputer

disebut peralatan perangkat keras (hardware), atau sesuatu yang bisa

dilihat dan digunakan dalam rangka untuk membantu mengurangi

Page 6: Laporan Praktek Kerja Lapangan

masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan. Oleh karena itu, banyak

orang yang mengembangkan atau bahkan menciptakan teknologi-

teknologi baru untuk memudahkan orang dalam berkomunikasi.

Contohnya seperti yang terjadi di Indonesia, perkembangan tata cara orang

dalam mengirimkan surat mengalami perubahan, dahulu orang-orang

mengirimkan ucapan lebaran untuk keluarganya di kota lain dengan

menggunakan pos, pesan yang dikirimkan akan sampai ke tempat tujuan

beberapa hari setelah pengiriman, seiring berjalannya waktu, kebiasaan

tersebut memudar seiring munculnya fasilitas baru yang lebih

memudahkan orang dalam berkomunikasi melalui pesan, yaitu SMS

( Short Message Service ) yang merupakan fasilitas yang bisa didapatkan

di telepon genggam atau handphone yang mulai terkenal pada tahun 90an

di Indonesia. Orang-orang beralih menggunakan sms sebagai media untuk

berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di luar kota atau bahkan

di luar negeri sekalipun karena dinilai praktis, tidak perlu datang ke kantor

pos untuk mengirimkan surat, pesan yang dikirimkan pun dalam hitungan

detik akan terkirim ke penerima. Fasilitas Short Message Service ( SMS )

pun kini terus berkembang, ditandai dengan kemunculan banyaknya

aplikasi-aplikasi chatting dimana kita bisa berkomunikasi satu sama lain,

respon yang didapatpun cepat, seperti halnya kita berbicara dengan orang

lain tetapi melalui tulisan. Aplikasi chatting tersebut juga tidak hanya

dapat mengirimkan pesan seperti halnya SMS, namun kita juga dapat

mengirimkan video, rekaman suara , bahkan foto sekalipun.

Berbicara mengenai peran teknologi terhadap telekomunikasi,

seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa teknologi berperan sangat

penting dalam telekomunikasi. Teknologi membantu kita dalam

komunikasi, menurut penulis teknologi bisa dikatakan sebagai media

dalam berkomunikasi yang bertujuan untuk mengurangi permasalahan

dalam kehidupan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Orang

tidak akan puas dan akan selalu mengembangkan teknologi - teknologi

yang sudah ada tersebut. Teknologi sudah ada sejak zaman batu, orang-

orang pada zaman tersebut menggunakan batu sebagai alat untuk menulis,

Page 7: Laporan Praktek Kerja Lapangan

dari sini terbukti bahwa teknologi telah dikenal sejak dahulu kala, dan

terus dikembangkan seiring berjalannya waktu. Orang tidak lagi

menggunakan batu ataupun daun sebagai media untuk menulis, namun

teknologi tersebut telah dikembangkan menjadi kertas. Teknologi terus

dikembangkan karena tuntutan alam, tidak mungkin selamanya

menggunakan kertas sebagai media untuk menulis, karena apabila

produksi kertas terus-menerus dilanjutkan maka akan mengurangi jumlah

pohon, yang mana pohon merupakan bahan baku dari pembuatan kertas.

Komputer dengan software Microsoft Office nya menurut penulis

merupakan bentuk perkembangan dari kertas, dimana kita bisa

mengkomunikasikan tulisan kita disana. Komputer pun dikembangkan lagi

menjadi laptop, yang mana laptop merupakan komputer portable yang

mudah dibawa kemana-mana, laptop pun kini dikembangkan terus-

menerus sehingga sekarang muncul komputer tablet yang bentuknya

seperti buku. Lebih mudah dibawa kemana-mana, lebih ringan bila

dibandingkan dengan laptop.

Perkembangan teknologi semakin membantu proses komunikasi.

Selain membantu proses komunikasi, teknologi-teknologi yang

dikembangkan juga sangat berperan penting dalam proses mendapatkan

informasi. Seperti contohnya, penulis sebagai mahasiswa yang belum

mengetahui tugas yang diberikan dosen, tidak harus bertatap muka dengan

teman yang memiliki informasi mengenai tugas yang harus dikerjakan,

saya memanfaatkan aplikasi-aplikasi pesan yang terdapat di telepon

genggam pintar saya atau smartphone untuk berkomunikasi dengan teman

melalui pesan tersebut dan mendapatkan informasi mengenai tugas

tersebut.

Di sini penulis mencoba mempelajari bagaimana tata cara kerja

yang aman untuk memasang antena WiFi yang mana posisi kerjanya di

atas ketinggian 5 meter dari permukaan tanah yang tentunya memiliki

resiko kerja yang tinggi. Walaupun belum sebesar perusahaan Google,

Twitter, Facebook, Yahoo dan Kaskusserta perusahaan – perusahaan

Page 8: Laporan Praktek Kerja Lapangan

teknologi berskala internasional lainnya. Namun PT. Berca Hardaya

Perkasa, khususnya wilayah Balikpapan bisa menjadi contoh dan acuan

untuk perusahaan lainnya untuk bergerak maju mengikuti update teknologi

komunikasi dan informatika dalam penerapan Standar Operasional

Prosdur dan tata cara yang berkaitan dengan pemasangan antena WiFi

yang mana hal ini sangat berguna untuk diterapkan diperusahaan lain,

guna menjaga keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya baik dalam

waktu singkat, menengah dan jangka panjang.

Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi telekomunikasi

berkembang mengikuti kebutuhan manusia yang semakin hari semakin

kompleks dan menimbulkan banyak masalah. Dan masalah dan kebutuhan

tersebut harus ada yang memenuhi agar layanan telekomunikasi tadi

berjalan seperti sedia kala. Hal inilah yang menjadikan penulis

mengangkat judul ”Implementasi Cara Kerja Aman di ketinggian Dalam

Pemasangan WiFi PT. Berca Hardaya Perkasa”. Laporan Praktek Kerja

Lapangan penulis ini akan membahas seluk beluk dan tata cara bekerja di

ketinggian yang berhubungan dengan pemasangan WiFi dengan resiko

sekecil mungkin. Dari tulisan ini penulis berharap semoga Laporan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) bisa bermanfaat untuk kita semua.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas berikut

ini adalah beberapa rumusan masalah yang penulis angkat, antara lain :

- Bagaimanakah Satandar Operasi Prosedur saat bekerja di

ketinggian menurut undang – undang di Negara Indonesia?

- Dan apa sajakah perbedaan Standart Operasi Prosedur saat

bekerja di ketinggian menurut UU dengan PT Berca Hardaya

Perkasa?

- Apa sajakah persiapan sebelum melaksanakan kegiatan

pemasangan antena WiFi?

Page 9: Laporan Praktek Kerja Lapangan

- Hal apa sajakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan

pemasangan WiFi?

- Bagaimana cara pengendalian bahaya kecelakaan kerja pada

ketinggian di PT. Berca Hardaya Perkasa pada saat

pemasangan WiFi?

1.3 Batasan Masalah

Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Karyawaan PT. Berca Hardaya Perkasa Divisi Installer

b. Tempat tinggal calon pelanggan/ pelanggan PT Berca Haradaya

Perkasa

1.4 Tujuan Penelitian

- Membantu meningkatkan, mengawasi, dan mereview kebijakan

serta prosedur kerja pada ketinggian di PT. Berca Hardaya

Perkasa.

- Untuk mengetahui sistem pengendalian bahaya kecelakaan

kerja pada

ketinggian di PT. Berca Hardaya Perkasa.

1.5 Manfaat Penelitian

Tujuan penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai

berikut :

Bagi Mahasiswa :

a. Dapat menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan

memahami tentang sistem pengendalian bahaya kecelakaan

kerja pada ketinggian di PT. Berca Hardaya Perkasa.

Page 10: Laporan Praktek Kerja Lapangan

b. Bagi Perusahaan :

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

evaluasi dan masukan bagi PT. Berca Hardaya Perkasa

mengenai sistem dan implementasi, kebijakan, pengendalian

bahaya kecelakaan kerja pada ketinggian.

c. Bagi Universitas Balikpapan

- Hasil PKL ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

khususnya di bidang bekerja pada ketinggian.

- Dapat digunakan sebagai literatur untuk program study bagi

mahasiswa lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penelitian Ini terbagi ke dalam tujuh bab,

sebagai berikut:

Dalam penulisan skripsi ini yang merupakan laporan dari hasil penelitian,

direncanakan terdiri dari tujuh bab, masing-masing bab berisi:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan

Bab II : Tinjauan Umum Perusahaan

Dalam bab ini berisi gambaran mengenai perusahaan

BAB III : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang mendasari masalah yang akan

diamati.

BAB IV : Metodologi Penelitian

Dalam Bab ini dijelaskan mengenai maksud, tujuan dan alur mahasiswa

melakukan magang

Page 11: Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB V : Pengambilan dan Pengolahan Data

Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian,

tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, metode

pengumpulan data serta, metode dan alat analisis data.

BAB VI : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang deskripsi obyek penelitian, hasil penelitian serta

pembahasan.

BAB VII : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh penelitian dan saran-saran yang

berguna di masa yang akan datang.

Page 12: Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Umum Perusahaan

Gambar : Kantor PT Berca Hardaya Perkasa (WIGO 4G Balikpapan) Sumber : Data Primer

PT Berca Hardaya Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak di

sektor penyedia layanan internet yang berbasis Wireless Fidelity (Wi-Fi).

Kemudian Wi-Fi sendiri adalah sebuah teknologi terkenal yang memanfaatkan

peralatan elektronik untuk bertukar data secara nirkabel (menggunakan

gelombang radio) melalui sebuah jaringan komputer maupun telephone pintar.

Lalu PT Berca Hardaya Perkasa sendiri adalah perusahaan yang tergabung dalam

salah satu perusahaan retail yang cukup ternama di Indonesia yaitu Berca

Retail Group. PT Berca Hardaya Perkasa didirikan oleh Siti Hartati

Murdaya dan telah terdaftar di kantor Pelayanan Pajak dengan NPWP :

01.554.599.9-071.000 Perusahaan ini beralamat di Jalan Benyamin Sueb,

Page 13: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gedung Pusat Niaga lantai 5, Arena PRJ, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Jumlah karyawan di perusahaan ini sebanyak 100 orang. PT Berca Hardaya

Perkasa  berdiri pada tahun 2004 dan merupakan anak perusahaan

dari perusahaan CCM (Central Cipta Murdaya). CCM adalah perusahaan

retail yang memegang licence brand League dan Umbro di Indonesia.

Seiring pertumbuhan ekonomi, PT Berca Hardaya Perkasa be rkembang

dengan pesat dalam kurun waktu 4 tahun sejak pertama kali perusahaan 

didirikan. Perusahaan memperluas gedung kantornya, gudang, wilayah

pemasarannya, menambah peralatan kantor dan menjalin kerjasama dengan

pihak lain untuk memperluas daerah pemasarannya yang hingga sekarang

telah merambah kota - kota besar  di luar Pulau Jawa, salah satunya adalah

di Provinsi Kalimantan Timur di Kota Balikpapan. Pada awal tahun 2008,

PT Berca Hardaya Perkasa membentuk sebuah tim pemasaran dan penjualan

Internasional untuk memperluas bisnisnya sampai ke Asia Tenggara, Amerika

dan Eropa. Perluasan bisinis yang dilakukan oleh PT Berca Hardaya Perkasa

sejauh ini sukses dan melebihi perkiraan. Pada saat ini PT Berca Hardaya Perkasa

menempatkan orang-orang yang berwenang untuk mengawasi penjualan

di luar kota yang dikarenakan area pemasaran perusahaan sudah cukup luas.

2.2 Struktur Organisasi PT Berca Hardaya Perkasa

2.3 Uraian Tugas dan Wewenang

Page 14: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Tugas dan wewenang Presiden Director :

1. mengawasi segala tindakan direksi dan menjaga agar tinda

kan direksi tidak merugikan perusahaan.

2. mengawasi agar direksi menjalankan segala petunjuk rapat

umum pemegang saham dengan sebaik-baiknya.

3. Berhak memberhentikan direksi jika tindakannya merugikan

Tugas dan wewenang Managing Director:

1. Menentukan kebijaksanaan perusahaan dan keputusan

- keputusanyang diambil direktur ini sangat mempengaruhi 

segala operasi perusahaan

Tugas dan wewenang KSO Division / Divisi Penjualan:

1. Sebagai technical advisor atau penanggung jawab 

product development, untuk meyakinkan produk 

Berca Hardaya Perkasa (League) akan sesuai 

denganOTB (order to buy) atau market seasonally

per 3 bulan.

2. Meyakinkan customer bahwa produk dibuat dengan 

kualitas sesuai dengan yang diminta customer dan

membantu mendorong penjualan.

Tugas dan wewenang GM.KSO / GM. Penjualan:

1. Membawahi semua area dan membuka jaringan distributor 

baru.

2. Bertanggung jawab atas penjualan dan target penjualan yang 

di tentukan oleh perusahaan dan menjaga hubungan

Page 15: Laporan Praktek Kerja Lapangan

3. baik dengan para dealer - dealer area mereka.

Tugas dan wewenang Finance and Accounting:

a. Finance

Finance bertugas mengatur dan mengawasi segala 

penerimaan dan pengeluaran perusahaan sehari-

hari, khususnya yang menyangkut kas perusahaan. 

Setiap pengeluaran dan penerimaan kas yang terjadi, dibuatkan

suatu bukti pengeluaran atau bukti penerimaan kas untuk 

mempermudah dalam pemeriksaaan ataupun untuk pencatatan 

oleh bagian Accounting.

A/P

1. Memeriksa semua kelengkapan tagihan

2. Memproses tagihan yang di masukkan

3. Mengupdate laporan hutang

A/R

1. Mengontrol pemasukan dari toko-toko dan dealer

2. Membuat laporan penerimaan kepada para eksekutif

3. Membuat laporan piutang jatuh tempo serta 

menagih piutang yang sudah jatuh tempo.

b. Accounting

Accounting bertugas mencatat transaksi yang berlangsung 

dalam perusahaan, mengupdate kartu piutang, dan juga 

memeriksa kebenarannya.

Page 16: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Tugas dan wewenang HRD:

1. Memanage, mengawasi dan mengontrol pekerjaan karyawan.

2. Penghubung antara karyawan dengan pimpinan.

Tugas dan wewenang General Affair :

1. Bertanggung jawab terhadap aktivitas general affair.

2. Bertanggung jawab terhadap aktivitas kerja pengaman 

perusahaan.

3. Bertanggung jawab dalam mengkoordiansikan aktivitas kerja 

pengemudi dan kendaraan operasional.

4. Membuat estimasi biaya, operasional kendaraan.

5. Bertanggung jawab dalam mempersiapkan sarana dan 

prasarana untuk promosi perusahaan dan barang yang 

diperdagangkan.

6. Bertanggung jawab dalam pengorganisasian terhadap

segenap acara atau event yang dilaksanakan oleh intern

perusahaan.

7. Bertanggung jawab terhadap kebersihan fasilitas kerja 

dan lingkungan kerjanya.

8. Membuat laporan harian, mingguan, bulanan.

9. Mengurusi laporan ke polisi, pemadam dan departemen 

terkait.

10. Bertanggung jawab sebagai bagian personalia.

11. Merencanakan anggaran operasional general affair.

Tugas dan wewenang Marketing:

a. Manajer Marketing

1. Membuat perencanaan strategi pemasaran secara berkala 

dengan orientasi target marketing.

2. Membuat perencanaan aktivitas organisasi di departemen

Page 17: Laporan Praktek Kerja Lapangan

marketing.

3. Menjamin pencapaian target dan memonitor semua 

aspek atau segi operasi yang ada di departemen marketing.

4. Menjaga hubungan yang erat dan harmonis dengan 

partner bisnis.

5. Memahami dan membaca suasana pasar dan customer.

b. Staf Marketing.

1. Membuat laporan kunjungan ke customer.

2. Membuat penagihan pembayaran ke customer.

3. Membuat PO (Purchase Order) / DO (Delivery Order).

4. Membuat invoice dan faktur pajak.

2.4 Kegiatan Usaha Perusahaan

PT Berca Hardaya Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak pada

sektor penyedia layanan internet di Balikpapan dan beralamatkan di Jalan Jenderal

Sudirman No. 8 Markoni, Balikpapan Selatan. Efektif membuka cabang di Kota

Balikpapan mulai tanggal 12 Maret 2012, dan beroperasi melayani customer

hampir di seluruh wilayah Balikpapan, meliputi wilayah Balikpan Selatan,

Balikpapan Timur, Balikpapan Tengah dan Balikpapan Utara.

2.5 Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Gambar : Wilayah jangkauan BTS WIGO 4G Balikpapan

Sumber : Data Sekunder

Page 18: Laporan Praktek Kerja Lapangan

1. The best company to work for with challenging and rewarding jobs

2. The best company to buy from for its quality products and services

commitment

3. The best company to compete with respect and credibility

4. The best company to invest in for its goods returns and reputation

5. The best company to collaborated in a partnership for sustainability and

professionalism

Misi

To be the lueading and most reputable company in the information,

communication and measurement technology by providing the best value added

products and service for achieving the highest customers satisfaction based upon

excellent and profitable relationship with the business patners.

2.6 Prosedur Operasional atas Penjualan, Piutang Usaha dan Penerimaan Kas

2.6.1 Prosedur Penerimaan Pesanan

1. Salesman melakukan penawaran produk ke customer (toko atau distributor)

secara langsung, setelah melakukan penawaran produk dan customer tertarik

akan penawaran produk tersebut, dan apabila customer meminta penyesuaian

harga dengan harga yang telah ditetapkan, maka harus mendapatkan

persetujuan manajer penjualan melalui salesman sehingga menghasilkan

kecocokan harga. Apabila sudah ada kecocokan harga yang telah disetuji

maka salesman membuat sales order.

2. Salesman mengecek keberadaan dan ketersediaan produk ke bagian gudang,

apabila stoknya tidak tersedia atau tidak mencukupi, maka bagian gudang

meminta bagian produksi untuk membuat produk tersebut.

3. Apabila stok mencukupi, maka salesman melakukan konfirmasi ke customer

bahwa sales order-nya telah diterima dan akan mengkonfirmasi kepada

Page 19: Laporan Praktek Kerja Lapangan

customer jenis pembayarannya, akan dilakukan secara tunai atau kredit.

2.6.2 Prosedur Persetujuan Kredit

1. Dalam penjualan secara kredit, salesman harus mengkonfirmasi terlebih

dahulu kepada bagian billing and collection mengenai kelayakan pemberian

kredit pada customer yang bersangkutan. Apabila customer tersebut layak

mendapat kredit karena memiliki sejarah atau latar belakang penjualan yang

baik, maka bagian billing and collection memberikan persetujuan kredit

sesuai kebijakan yang berlaku. Salesman melanjutkan prosedur selanjutnya

yaitu meminta bagian gudang untuk membuat surat jalan dan meminta bagian

billing and collection untuk membuat invoice.

2. Apabila customer tersebut tidak layak mendapat kredit maka tidak diberikan

persetujuan kredit dan sales order yang telah dibuat oleh salesman dianggap

batal atau ditunda sampai ada pelunasan atas piutang sebelumnya. Dan

salesman harus menghubungi kembali pelanggan tersebut dan menjelaskan

alasan penundaan yang berkaitan dengan persetujuan kredit yang diminta

oleh pihak customer.

3. Untuk customer yang pertama kali melakukan transaksi penjualan pada

perusahaan atau untuk customer atas nama perorangan harus melakukan

pembayaran secara tunai. Jika customer tersebut telah melakukan beberapa

transaksi dan melakukan pembayaran tepat waktu dari setiap transaksi yang

telah dilakukan, maka dapat dipertimbangkan untuk diberi persetujuan kredit

sesuai dengan kebijakan perusahaan.

2.6.3 Prosedur Pembuatan Surat Jalan dan Invoice

Page 20: Laporan Praktek Kerja Lapangan

1. Bagian billing and collection membuat invoice rangkap tiga, yang masing-

masing didistribusikan sebagai berikut:

a. Rangkap pertama, invoive asli berwarna putih

Lembar ini untuk sementara disimpan oleh bagian billing and collection,

yang pada akhirnya diberikan kepada customer pada saat ia telah

melunasi piutang tersebut. Lembar ini diberikan oleh bagian billing and

collection kepada debt collector pada saat penagihan sebagai bukti

pendukung.

b. Rangkap kedua, tembusan invoice yang berwarna merah muda.

Lembar ini diberikan sementara kepada customer yang belum melunasi

pembayarannya pada saat pengiriman produk, untuk nantinya diberikan

kembali kepada bagian piutang pada saat pelunasan dan dijadikan dasar

pencatatan pada piutang customer.

c. Rangkap ketiga, tembusan invoice yang berwarna kuning

Lembar ini disimpan sebagai arsip oleh bagian finance and accounting

yang digunakan sebagai dasar pencatatan pada pembukuan perusahaan,

dilampirkan, diarsip pada bukti penerimaan kas pada saat pembayaran

dan dicatat pada pembukuan perusahaan.

2. Bagian gudang membuat surat jalan rangkap berdasarkan sales order yang

diterima, yang masing-masing didistribusikan sebagai berikut:

a. Rangkap pertama, surat jalan asli berwarna putih

Lembar ini disimpan oleh bagian gudang, setelah ditandatangani oleh

penerima produk sebagai bukti perusahaan telah mengirimkan produk

sesuai pesanan customer.

b. Rangkap kedua, tembusan surat jalan yang berwarna merah muda

Lembar ini diberikan kepada pelanggan pada saat pengiriman produk,

sebagai bukti bahwa customer telah menerima produk yang dipesan.

c. Rangkap ketiga, tembusan surat jalan yang berwarna kuning

Lembar ini diarsip oleh bagian billing and collection, sebagai bukti

Page 21: Laporan Praktek Kerja Lapangan

produk telah dikirim dan pengeluaran produk dari gudang yang pada

akhirnya digunakan sebagai dasar pengurangan kartu stok persediaan.

3. Surat jalan dan invoice yang telah dibuat, kemudian diberikan kepada

manajer penjualan untuk diperiksa dan diotorisasi.

4. Setelah diotorisasi oleh manajer penjualan, salesman mendistribusikan

invoice dan surat jalan ke bagian billing and collection . Bagian billing and

collection menyimpan invoice dan surat jalan sebagai dasar pencatatan

laporan penjualan.

FLOWCART PENJUALAN

Page 22: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 2.2 Diagram Alir Prosedur Penerimaan Pesanan, Persetujuan Kredit dan Pembuatan Surat Jalan

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

Page 23: Laporan Praktek Kerja Lapangan

A. Tinjauan Pustaka

1. Bekerja Pada Ketinggian

Bekerja di ketinggian adalah setiap orang yang bekerja di ketinggian 

meter dari tanah atau lebih dari 2 meter dan memiliki potensiensi jatuh 

dan harus dilengkapi dengan arrestor (pelindung tubuh dengan 

memanfaatkan Lanyards ganda) atau harus dilindungi dengan pegangan 

atau jaring pengaman. Menurut Asosiasi Ropes Access Indonesia (2009)

bekerja pada ketinggian (work at height) adalah bentuk kerja dengan

mempunyai potensi bahaya jatuh (dan tentunya ada bahaya-bahaya lainnya).

Menurut Ropeand Work Corporation yang dimaksud bekerja di ketinggian 

adalah pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi (high risk activity) yang 

memerlukan pengetahuan serta ketrampilan khusus untuk melaksanakan

pekerjaan sebenarnya.

Menurut Management System (2010) bekerja pada ketinggian dapat

dikategorikan sebagai berikut:

a. Bekerja di ketinggian 4 feet (1.24 meter) atau lebih dari atas lantai atau 

tanah.

Contoh: Pekerjaan sipil (civil work), pekerjaan electrical atau 

pemasangan kabel, pemasangan panel-panel, pekerjaan bangunan

(building atau structural work) seperti pemasangan atap, 

pembangunan jembatan. 

Pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan baik oleh karyawan sendiri 

ataupun oleh kontraktor.

b. Bekerja pada ketinggian 6 feet (1.8) atau lebih pada pinggiran atau 

sisi yangterbuka.

Contoh: Bekerja pada atap datar (flat roof), puncak tangki timbun.

c. Bekerja di ketinggian 10  feet (3.1 meter)  atau  lebih pada pinggiran

atau sisi yang terbuka dengan menggunakan peralatan mekanis.

Page 24: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Menurut The BP Golden Rules of Safety (2006) yang di maksud bekerja

di ketinggian adalah:

Bekerja di ketinggian 2 meter (6 kaki) atau lebih diatas permukaaan

tanah tidak boleh dilakukan kecuali:

a. Dengan mempergunakan anjungan yang kokoh dengan

pengaman atau pegangan tangan yang disetujui oleh personil 

yang berwenang atau

b. Dengan mempergunakan “fall arrest equipment” (peralatan pe

nangkapbarang–barang yang jatuh) yang mampu menopang beban 

bergerak sekurang kurangnya seberat 2275 kg (5000 lbs) per orang 

dan memiliki:

1) Jangkar yang diikatkan dengan benar, lebih baik disebelah atas

2) “Full Body Harness” dengan pengait sentak

mengunci otomatis berkancing ganda pada setiap sambungan

3) Tali serat sintetis

4) Peredam gocangan

c. “Fall arrest equipment” membatasi jatuh bebas dari ketinggian 

2 meter (6 kaki) atau kurang

d. Pemeriksaan visual “fall arrest equipment” dan system sudah

dilakukan dan setiap peralatan yang rusak atau yang dinonaktifkan 

sudah disingkirkan. Orang yang bersangkutan mampu melaksanakan 

pekerjaan. Bekerja dalam posisi di ketinggian memang 

memerlukan penanganan khusus yang dikarenakan kondisinya yang 

tidak lazim.

Pada dasarnya ada 4 terpenting yang harus diperhatikan

dalam menangani pekerjaan pada posisi di ketinggian yaitu: 

pelaku atau pekerja, kondisi lokasi (titik atau lokasi pekerjaan), teknik 

yang digunakan, dan peralatan. Bekerja pada ketinggian menuntut 

para pekerja untuk mengetahui bagaimana pekerja dapat melakukan 

pekerjaannya pada ketinggian dalam keadaan safety, menguasai lokasi 

pekerjaan terutama mengenai tingkat risiko yang dapat ditimbulkannya,

Page 25: Laporan Praktek Kerja Lapangan

memiliki teknik yang dapat mengantisipasi risiko bekerja di

ketinggian serta didukung peralatan safety yang disesuaikan dengan ke

butuhan atau spesifikasi pekerjaan yang akan dilakukan. Namum 

demikian, hal yang terpenting dalam melakukan  suatu pekerjaan 

adalah kualitas dari hasil pekerjaan yang dilaksanakan.

2. Faktor Bahaya

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan 

pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut

disebut potensial, jika faktor–faktor tersebut belum mendatangkan 

kecelakaan (Suma’mur,1989). Umumnya disemua tempat kerja 

selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam 

keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut Syukri 

Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari:

a. Bangunan, Peralatan dan instalasi

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat 

perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. 

Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan 

Kesehatan pekerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia

penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia 

jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persaratan

keselamatan kerja baik dalam disain maupun konstruksinya. Dalam

industri  juga digunakan berbagai peralatan yang mengandung

bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan 

pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan

 listrik, ledakan, luka–luka atau cidera.

b. Bahan

Page 26: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan

sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan

alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh,

menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun

dan radio aktif.

c. Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung

teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan di  industri

ada yang sederhana tetapi ada proses yang rumit. Industri kimia 

biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam prosesnya

digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya

yang memperbesar resiko bahayanya. Dari proses ini kadang–kadang 

timbul asap debu, panas, bising, dan bahaya mekanis 

seperti  terjepit,  terpotong, atau tertimpa bahan.

d. Cara Kerja

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sen

diri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain 

cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,

percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.

e. Lingkungan Kerja

Bahaya dari lingkungan kerja dapat di golongkan atas

berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan

kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan 

efisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah:

1) Faktor lingkungan fisik

Page 27: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu

dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, dan radiasi

2) Faktor lingkungan kimia

Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang

digunakan maupun bahan yang di hasilkan selama proses produksi.

Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang

salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang

digunakan dalam proses.

3) Faktor lingkungan biologik

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga

maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja

4) Faktor faal kerja atau ergonomi

Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu

berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.

5) Faktor psikologik

Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat

kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada 

karyawan,seperti hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi. Faktor-

faktor 

penyebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya

dapat dilakukan tindakan perbaikan yang ditujukan pada sebab

terjadinya kecelakaan,  sehingga kerugian dan kerusakan dapat

diminimalkan dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Dengan

mengetahui dan mengenal faktor penyebab kecelakaan, maka akan 

dapat dibuat suatu perencanaan dan langkah-langkah pencegahan 

yang baik dalam upaya memberikan perlindungan tenaga kerja. 

Untuk memperjelas adanya faktor penyebab kecelakaan, maka perlu

Page 28: Laporan Praktek Kerja Lapangan

dibuat suatu klasifikasi kecelakaan kerja yang dapat memberikan 

informasisecara jelas tentang penyebab dan jenis kecelakaan yang timbul.

(Tarwaka, 2008).

3. Kecelakaan

Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan adalah kejadian yang tidak

terduga dan tidak diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja berhu

bungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Sedangkan menurut

Tarwaka (2008), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang  jelas

tidak dikehendaki dan sering kali tidak  terduga  semula yang dapat 

menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti

maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri

atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

Tidak terduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa

kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan;

Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa

kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental;

Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang sekurang-

kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.

Kecelakaan kerja terjadi dan dapat menimbulkan korban jiwa (manusia).

Kecelakaan kerja ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Kecelakaan Kerja Ringan

Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban 

peristiwa kecelakaan kerja, setelah diberi pengobatan seperlunya, 

selanjutnya bisa langsung bekerja kembali seperti semula (sama

dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan)

Page 29: Laporan Praktek Kerja Lapangan

b. Kecelakaan Kerja Sedang

Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban 

peristiwa kecelakaan kerja dalam waktu maksimal 2 x 24 jam setelah

diberi pengobatan seperlunya, selanjutnya bisa bekerja kembali seperti 

semula (sama dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan kerja)

c. Kecelakaan Kerja Berat

Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban 

peristiwa kecelakaan kerja, tidak bisa bekerja kembali seperti 

semula (sama dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan kerja)

dalam waktu lebih dari 2 x 24 jam setelah diberi pengobatan seperlu-

-nya. Atau bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban 

peristiwa kecelakaan kerja mengalami cacat tubuh seumur hidup.

(Departemen Pekerjaan Umum, 2010). Menurut International 

Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja di industri dapat

diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen penyebab atau

objek kerja, jenis cidera atau luka dan lokasi tubuh yang terluka.

Klasifikasi kecelakaan kerja di industri secara garis besar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan

1. Terjatuh.

2. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja

3. Tersandung benda atau ojek, terbentur benda, terjepit antara dua benda

4. Gerakan-gerakan paksa atau peregangan otot berlebih

5. Terpapar atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi

6. Terkena arus listrik

7. Terpapar kepada atau bahan-bahan berbahaya atau radiasi, dan lain-lain.

Page 30: Laporan Praktek Kerja Lapangan

b. Klasifikasi Menurut Agen Penyebabnya

1. Mesin-mesin, seperti: mesin penggerak kecuali motor listrik, 

mesin transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin

pertambangan, mesin-mesin pertanian, dan lain-lain.

2. Sarana alat angkat dan angkut, seperti  forklift, alat angkut kereta, alat 

angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat angkut

di udara, dan lain-lain.

3. Peralatan-peralatan lain seperti: bejana tekan, tanur atau dapur

peleburan, instalasi listrik termasuk motor listrik, alat-alat tangan

listrik, perkakas, tangga, perancah, dan lain-lain.

4. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti: bahan mudah

meledak, debu, gas, cairan, bahan kimia, radiasi, dan lain-lain

5. Lingkungan kerja, seperti: tekanan panas dan tekanan dingin,

intensitas kebisingan tinggi, getaran, ruang di bawah tanah, dan 

lain-lain.

c.   Menurut Jenis Luka dan Cideranya

1) Patah tulang

2) Keseleo atau dislokasi atau terkilir

3) Kenyerian otot dan kejang

4) Gagar otak dan luka bagian dalam lainnya

5) Amputasi dan enukleasi

6) Luka tergores dan luka luar lainnya

7) Memar dan retak

8) Luka bakar

9) Keracunan akut

10) Aspixia atau sesak nafas

11) Efek terkena arus listrik

12) Efek terkena paparan radiasi

13) Luka pada banyak tempat di bagaian tubuh, dan lain-lain

Page 31: Laporan Praktek Kerja Lapangan

d. Klasifikasi Menurut Lokasi Bagian Tubuh yang Terluka

1) Kepala, leher, badan, lengan, kaki, dan berbagai bagian tubuh

2) Luka umum, dan lain-lain

Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan akibat kerja menrut

Suma’mur (1989) adalah:

a. Kerusakan

b. Kekacauan organisasi

c. Keluhan dan kesedihan

d. Kelainan dan cacat

e. Kematian

Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan

lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu,

terjadilah kekacauan organisasi sedangkan keluarga dan kawan-kawan

sekerja akan bersedih hati. Kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, 

terjadinya kelainan tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang kecelakaan 

merenggut nyawa dan berakibat kematian.Kerugian-kerugian tersebut 

dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya

kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan biaya

tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan 

pertama bagi kecelakan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit,

biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi cacat,

dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan

bahan-bahan. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak

terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya

ini mencakup berhentinya proses produksi oleh karena pekerja-pekerja 

lainnya menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu,

biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang

Page 32: Laporan Praktek Kerja Lapangan

sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang

belum biasabekerja di temapt itu, dan lain-lainnya lagi. Atas dasar 

penelitian-penelitian dinegara negara industrinya maju perbandingan

di antara biaya langsung dan biaya tersembunyi adalah satu banding

empat, sedangkan di negara-negara berkembang satu banding dua.

Kecelakaan-kecelakaan besar dengan kerugian-kerugian 

besar biasanya dilaporkan, sedangkan kecelakaan-kecelakaan 

kecil tidak dilaporkan. Padahal biasanya peristiwa-peristiwa kecil adalah

10 kali kejadian kecelakaan-kecelakaan besar. Maka dari itu, 

kecelakaan-kecelakaan kecil menyebabkan kerugian-kerugian 

yang besar pula, manakala dijumlahkan secara keseluruhan.

Kecelakaan - kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan cara:

a. Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan 

Mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, 

konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, 

dan cara kerja peralatan  industri, tugas-tugas pengusaha dan 

buruh, latihan, supervise medis, PPPK, dan pemeriksaan

kesehatan.

b. Standarisasi yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi 

atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang

memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan

industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan 

higene umum, atau alat-alat perlindunan diri.

c. Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-

ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

Page 33: Laporan Praktek Kerja Lapangan

d. Penelitian bersifat teknik yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-

bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman,

pengujian alat-ala pelindungan diri, penelitian tentang pencegahan 

peledakan gas dan debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan dan

desain paling tepat untuk tambang tambang pengangkat dan 

peralatan perangkat lainnya.

e. Riset medis yaitu meliputi terutama penelitian tentang efek-efek 

fisiologis dan patologis  faktor-faktor  lingkungan dan  teknologis, 

dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

f. Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola

kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

g. Penelitian secara statistik yaitu untuk menetapkan jenis-jenis 

kecelakaan yang terjadi banyaknya, mengenai siapa saja, dalam

pekerjaan apa, dan apa-apa sebabnya.

h. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam 

kurukulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus 

pertukangan.

i. Latihan-latihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya

tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja

j. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan 

atau pendekatan  lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

k. Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi 

yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan 

sangat baik.

Page 34: Laporan Praktek Kerja Lapangan

l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan 

ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan

kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi 

sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat 

tergantung pada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh 

semua pihak yang bersangkutan.

Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan

kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang,

Pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli 

statistik, guru-guru dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh.

 (Suma’mur, 1989)

4. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya adalah proses pencarian terhadap

semua jenis kegiatan, situasi, produk dan jasa yang dapat 

menimbulkan potensi cidera atau sakit (SUCOFINDO, 1998).

Identifikasi hazard merupakan suatu proses yang dapat dilakukan

untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi

sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

yang mungkin timbul di tempat kerja. Suatu hazard di tempat

kerja yang mungkin nampak jelas dan kelihatan, seperti:

sebuah tangki berisi bahan kimia, atau nmungkin juga tidak 

nampak dengan jelas atau tiodak kelihatan, seperti: radiasi,

gas pencemar di udara.

Menurut PERTAMINA (1998), kegunaan identifikasi bahaya adalah

sebagai berikut:

a. Mengetahui bahaya- bahaya yang ada

b. Mengetahui potensi bahaya, baik akibat maupun frekuensi terjadinya.

Page 35: Laporan Praktek Kerja Lapangan

c. Mengetahui lokasi bahaya.

d. Menunjukkan bahwa bahaya tertentu telah atau belum 

dilengkapi alat pelindung keselamatan kerja.

e. Menganalisa lebih lanjut.

Menurut PERTAMINA (1998), keuntungan identifikasi bahaya adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan sumber penyebab timbulnya bahaya.

b. Menentukan kualifikasi fisik dan mental seseorang atau tenaga

kerja yang diberi tugas.

c. Menentukan cara, prosedur, pengoperasian maupun posisi yang

berpotensi bahaya dan mencari cara untuk mengatasinya.

d. Menentukan hal- hal atau lingkup yang harus dianalisa lebih lanjut.

e. Untuk tujuan non keselamatan kerja seperti peningkatan mutu

dan keandalan.

Menurut SK No. 45 DJPPK Pedoman Rope Access  tentang pelaksanaan

identifikasi bahaya dan penilaian risiko adalah:

a. Tujuan dilaksanakannya identifikasi bahaya dan penilaian

risiko adalah untuk membantu praktisi akses  tali dan pengurus 

menentukan  tingkat  risiko yang ada dalam suatu pekerjaan.

b. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dilaksanakan 

untuk setiap pekerjaan yang dilakukan.

c. Dokumen tertulis identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus

tersedia di tempat kerja.

d. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dibuat oleh 

ahli K3 yang kompeten dalam metode akses tali atau teknisi akses

tali tingkat 3 dengan berkonsultasi dengan pengurus atau 

pemilik gedung.

e. Dokumen pernyataan metode kerja harus disusun untuk

memberikan penjelasan bagaimana suatu pekerjaan akan dilakukan.

Dokumen ini berguna dalam memberikan arahan (briefing), sebagai 

Page 36: Laporan Praktek Kerja Lapangan

informasi bagi mitra kerja atau acuan bagi pengawas ketenagakerjaan

dalam melakukan pengawasan.

f. Setiap pekerja hanya dapat melakukan pekerjaan dengan akses

tali jika memperoleh ijin kerja akses tali (rope access work permit)

Selanjutnya untuk lebih mempermudah di dalam mengenali atau

mengidentifikasi hazard di tempat kerja, juga dapat membagi

tempat kerja

atau objek kerja berdasarkan:

a. Perbedaan lokasi tempat kerja, seperti departemen pabrik, gudang,

workshop, perkantoran, power plant; dan lain-lain

b. Perbedaan jenis objek kerja, seperti: objek kerja yang berpindah-

pindah atau objek kerja tetap, mesin-mesin, alat kerja, dan 

lain-lain

c. Perbedaan fungsi atau proses kerja.

d. Perbedaan sarana dan prasarana pendukung kerja,

seperti: kelistrikan, penerangan, landasan kerja, lantai lalu lintas 

orang dan barang, alat angkat dan angkut, sarana pemadam

kebakaran, dan lain-lain

Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara mengenali proses pekerjaan

yang terdapat dalam suatu proyek. Identifikasi bahaya bisa dilakukan

dengan cara:

a. Mempelajari  Informasi

Informasi yang terdapat dalam spesifikasi pekerjaan, peraturan, standar

teknik, gambar proyek, dokumen kontrak, dan lain-lain. Dengan

kemampuan yang dimilikinya, Penyedia Jasa bisa melakukan 

identifikasi bahaya melalui analisa yang dilakukan terhadap 

informasi yang terdapat dalam dokumen-dokumen tersebut.

Biasanya cara ini dilakukan sebelum dimulainya proyek.

Page 37: Laporan Praktek Kerja Lapangan

b. Survey

Survey adalah suatu aktivitas dalam pelaksanaan suatu proyek yang

dilakukan untuk suatu keperluan yang lebih sempit, misalnya:

1) Survey terhadap faktor-faktor fisika (panas matahari,  radiasi ultra 

ultra violet, tingkat kebisingan yang dihasilkan, besar getaran 

yang dihasilkan oleh peralatan kerja.

2) Survey terhadap faktor-faktor kimia yang terdapat dalam pelaksanaan 

proyek

c. Wawancara

Wawancara dengan ahli-ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja

bidang pekerjaan konstruksi juga bisa digunakan sebagai cara 

untuk mengidentifikasi bahaya.

d. Inspeksi

Inspeksi merupakan salah satu pekerjaan dalam program kerja proyek

secara keseluruhan. Biasanya, inspeksi dilakukan bersamaan dengan

berjalannya proyek tersebut. Hasil-hasil yang diperoleh dalam 

melakukan inspeksi bisa dijadikan masukan dalam meng-up-date 

”Identifikasi Bahaya”. Penyedia Jasa disarankan untuk selalu

meng-up-date ”identifikasi bahaya” sesuai denga perkembangan 

pelaksanaan proyek.

e. Observasi

Observasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk menyelidiki suatu

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang  telah  terjadi dalam

pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Hal ini perlu dilakukan

sebagai pembelajaran agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat 

kerja  tersebut  tidak  terjadi  lagi dikemudian hari. Hasil-hasil yang 

diperoleh dalam melakukan observasi bisa dijadikan masukan 

Page 38: Laporan Praktek Kerja Lapangan

dalam meng-up-date ”Identifikasi bahaya”. (Departemen Pekerjaan

Umum, 2010)

Identifikasi dan penilaian bahaya dilakukan apabila pekerjaan dilakukan

diatas ketinggian 1.5 meter dari lantai terbuka, lereng yang sudutnya > 45

derajat termasuk traveling di pekerjaan, identifikasi dan penilaian risiko 

harus dilakukan.

Untuk mengidentifikasi bahaya perlu dilakukan beberapa pertanyaan 

sebagai

berikut:

a. Tempat kerja diatas 1.5 dari ujung lantai terbuka atau tidak?

b. Sudut lereng lebih dari 45º atau tidak?

c. Bagaimana konstruksi pabrik atau bangunan, demolished, peng

ecekan,

pengetesan, perawatan, perbaikan atau pembersihan?

d. Apakah pekerjaan yang sedang dilakukan:

e. Dilantai kerja yg tidak stabil?

f. Jika memakai alat angkat untuk orang?

g. Dilereng yang licin dimana sulit menjaga keseimbangan?

h. Pekerjaan didekat ujung lantai terbuka?

i. Didekat lubang, sumuran tambang dimana kemungkinan orang jatuh?

j. Selain bahaya pekerja jatuh, juga sangat besar kemungkinan peralatan 

pekerja terjatuh (PT. Antam Tbk, 2008)

5. Pengendalian Bahaya Terjatuh

Sistem pengendalian bahaya dapat berupa prosedur, Alat Pelindung Diri

(APD), atau perancah.

a. Prosedur

Prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau

Page 39: Laporan Praktek Kerja Lapangan

operasi yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara 

yang sama agar selalu memperoleh hasil yang sama dari 

keadaan yang sama (contohnya prosedur kesehatan dan keselamatan 

kerja). Prosedur adalah perincian langkah-langkah dari sistem dan 

rangkaian kegiatan yang saling berhubungan erat satu sama lainnya

untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian aktivitas,

tugas tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan

proses-proses, yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan yang 

menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akibat.

Prosedur dapat diartikan juga:

1) Instruksi atau resep, serangkaian perintah yang menunjukkan 

bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu

2) Subrutin atau metode (ilmu komputer), sebuah sub program 

yang merupakan bagian dari program yang besar

3) Algoritma, dalam matematika dan ilmu komputer, serangkaian 

operasi  atau perhitungan untuk menyelesaikan tugas tertentu

4) Prosedur operasi standar

5) Prosedur hukum

6) Prosedur parlemen

b. Alat Pelindung Diri (APD)

Page 40: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh

tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya

terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Sedangkan 

menurut Wikipedia yang dimaksud Alat Pelindung Diri (APD) adalah 

kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk 

menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement

Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat Pelindung Diri (APD) dipakai

sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila

usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan 

dengan baik. Namun pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)bukanlah 

pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.

Menurut Management System  (2010) tentang jenis perlindungan terjatuh

(fall protection) yang paling penting yaitu:

1) Sistem   pelindung   utama   ( Primary   Fall   Arrest   System )

Adalah pelindung sisi platform, lantai dan lorong jalan (walkways).

Pelindung jatuh jenis ini terdiri dari:

a)Guard rails (pegangan tangan): rail atas (tinggi: 42 inchi atau

sekitar 107cm), rail tengah (tinggi 21 inchi atau sekitar 53 cm), dan toe 

board (rail pada sisi lantai – lebar 4 inchi atau sekitar 10 cm).

b) Floor opening atau hole covers (penutup lobang lantai): harus

betul-betul menutup bagian yang terbuka untuk mencegah accidental 

displacement.

2) Sistem Pelindung Jatuh Secondary (Secondary Fall Arest System)

a) Full Body Harness

(1) Harus dilengkapi dengan Dring mounted pada bagian 

belakang dari harness.

(2) Penggunaan safety belts atau sabuk safety (bukan full 

body harness) dilarang

Page 41: Laporan Praktek Kerja Lapangan

(3) Inspeksi dilaksanakan mengikuti cheklist yang disediakan

oeh supleyer.

(4) Pemeriksaan sebaiknya dilaksanakan oleh P2K3 atau

safety atau personil yang ditugaskan.

(5) Dokumentasi hasil pemeriksaan harus tersimpan dala file.

b) Lanyard

(1) Harus dilengkapi dengan locking snaphooks.

(2) Harus dipasangkan pada D ring mounted di bagian belakang

harness.

(3) D-ring depan dan samping hanya digunakan untuk 

positioning saja.

(4) Ujung yang lain pada lanyard harus di kaitkan pada tempat 

kaitan atau gantungan atau “titik jangkar” (anchor point) pada

batas atau di atas pinggang si pekerja.

(5) Snap hook dari ujung  lanyard yang dikaitkan pada anchor

 point harus dari jenis double-locking (double-action); 

dalam hal ini jenis carabineratau karabiner dapat digunakan 

untuk sambungan dengan D-ring belakang.

(6) Panjang  ideal lanyard adalah 4 feet (1.24m) dan tidak

melebihi 6  feet (1.8m)

(7) Sebelum digunakan lanyards harus dicek untuk 

Page 42: Laporan Praktek Kerja Lapangan

mengetahui adanya yang rapuh, robek atau tanda-tanda 

kerusakan lainnya.

(8) Lanyard yang sudah terkena impact atau akibat dari 

jatuh sebaiknya tidak digunakan lagi

(9) Lanyard harus disimpan di tempat yang terjaga baik suhu

serta kelembannya.

c) Anchor Point

(1) Harus mampu menahan berat minimal 2270 kg (500 lbs).

(2) Palang pipa pada struktur dapat digunakan sebagai anchor point,

Tetapi yang berikut ini tidak diijinkan untuk digunakan sebagai

anchor point:

(a) Conduits (pipa penyalur, kabel listrik)

(b) Spouts (pipa air atau penyalur air)

(c) Pipa-pipa sprinkler (sprinkler lines) seperti pipa plastik 

(plastic pipe)

(3) Sesuatu yang memiliki sisi atau pinggiran yang tajam

tidak dapatdigunakan sebagai anchor point karena dapat

mengakibatkan lanyard terkoyak.

c. Perancah atau Scaffolding

Menurut Permenaker dan Trans No. PER-01/MEN/1980 tentang

Page 43: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bangunan,  Scaffolding merupakan

suatu perancah atau pelataran platform yang dibangun sementara dan

digunakan untuk penyangga tenaga kerja atau barang pada saat bekerja diatas 

ketinggian.Scaffolding ditujukan untuk meminimalkan risiko atau

mencegah potensi-potensi bahaya yang diakibatkan oleh pekerja (pada 

pekerjaan yang dilakukan di ketinggian) dan juga untuk mencegah kerusakan 

peralatan atau aset-aset perusahaan lainnya maupun lingkungan.

Menurut Management System (2010), penggunaan tangga untuk

mempermudah tenaga kerja menjangkau pekerjaan di ketinggian harus

mengacu pada persyaratan Tangga Portable (Portable Ladder Requirements).

Tangga yang digunakan harus pasti bersih dari bahan-bahan yang licin 

seperti grease dan oli. Tangga yang kondisinya tidak sempurna seperti ada 

bagian yang patah atau lepas (baik pijakan maupun pegangan) tidak boleh 

digunakan. Tangga dalam posisi horisontal, seperti untuk jalan (runways) 

tidak boleh digunakan.

1) Persyaratan memanjat:

a) Pemanjat harus menghadap ke tangga ketika memanjat atau menurun.

b) Untuk tangga yang terpasang tegak (90o dengan dasar):

(1) Pemanjat tidak boleh membawa barang ketika memanjat atau

turun.

(2) Kedua tangan harus bebas untuk pegangan.

2) Tangga yang Terpasang dengan Sudut (Kurang Dari 

90o Dari Lantai):

a) Pemanjat disarankan tidak membawa barang.

b) Paling tidak satu tangan bebas untuk memanjat.

Page 44: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Hanya satu orang yang diijinkan untuk memanjat dalam waktu yang

bersamaan.  Jarak antar 2 pegangan harus  tidak  lebih dari 31 cm (1 

foot).Tinggi

sebuah  tangga harus  tidak  lebih dari 20  feet  (6 meter). Tangga 

yang mempunyai tinggi melebihi ukuran tersebut harus mendapat ijin

dari manager setelah dicek kekuatan dan kestabilitasnya.

Untuk pekerjaan yang membutuhkan perancah (scaffolding) harus

mengacu pada persyaratan perancah (Scaffolding Requirement)

1) Persyaratan Perancah

a) Material untuk perancah harus kuat dan bersih dari bahan-bahan ya

ng licin seperti grease, oli.

b) Perancah yang kondisinya tidak sempurna seperti bengkok atau 

doyong atau karatan sebaiknya tidak digunakan.

c) Untuk perancah dari jenis yang dapat dipindahkan (mobile

scaffolds) yang mempunyai roda kecil pada empat  sudutnya  sebelum

digunakan harus dicek bahwa keempat rodanya betul-betul terkunci.

d) Untuk bekerja di ketinggian lebih dari 10 meter, perancah 

yang digunakan harus dalam kondisi yang sangat baik. Hal ini 

penting khususnya untuk konstruksi utama seperti pembangunan 

tangki dan lain-lain.

e) Papan (planks) haarus menutup minimal 3/4 bagian dari luas 

lantai kerja, dan terkait kuat pada struktur perancah. Papan harus 

kuat dengan ketebalan minimal 1 inchi. Menggunakan papan yang 

rapuh dan retak tidak dibenarkan.

f) Perancah harus mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari 

Page 45: Laporan Praktek Kerja Lapangan

manager atau yang ditugaskan sebelum mulai digunakan.

2) Pemeriksaan   Perancah   ( Scaffolding )

a) Perlengkapan Scaffolding (Perancah)

(1) Landasan (base plate dan mudsill)

(2) Screw jack untuk meratakan scaffolding

(3) Penguat yang kokoh

(4) Tangga untuk naik

(5) Platform atau plank dari papan kelas 1

(6) Pagar setinggi 110 cm.

(7) Roda dan kuncinya bila menggunakan scaffolding mobile.

b) Pemeriksaan Sebelum menggunakan Perancah

(1) Periksa apakah perancah yang dipasang dengan arahan orang

yang ahli dan mengerti.

(2) Periksa apakah semua orang yang terlibat atau dekat dengan

perancah menggunakan topi keselamatan.

(3) Periksa apakah rodanya sudah terkunci.

(4) Periksa apakah perancah sudah di tempatkan di daerah yang

rata, keras dan kokoh.

(5) Periksa apakah perancah sudah memenuhi daerah bebas dari

peralatan atau instalasi listrik.

(6) Periksa apakah perancah bisa menahan 4x kapasitasnya (berat)

(7) Periksa apakah semua bagian dan penyangga perancah terpasang 

dengan lengkap.

(8) Periksa apakah pagar pengaman dan toeboard tersedia pa

dasemua tempat yang terbuka.

(9) Periksa apakah apakh semua pin atau pasak sudah terpasang

dengan baik dan sesuai.

Page 46: Laporan Praktek Kerja Lapangan

(10) Periksa apakah tersedia tangga yang aman untuk naik ke perancah.

(11) Periksa apakah perancah sudah diperiksa oleh orang yang ahli

sebelum digunakan

(12) Bila tinggi perancah lebih dari 2 meter, apakah alat pelindung

diri  jatuh dan pagar pengaman sudah disediakan.

(13) Periksa apakah beban perancah sudah diminimumkan dan

sudah dipindahkan bila sudah tidak digunakan.

(14) Periksa apakah peralatan sudah diamankan sebelum

memindahkan perancah.

(15) Periksa apakah orang sudah dipindahkan sebelum perancah

dipindahkan.

(16) Periksa apakah peralatan dan perkakas sudah dinaikkan

dengan cara diderek dengan tali.

c) Ketentuan Plank Perancah dari Kayu

(1) Plank perancah harus diuji sebelum di pasang secara rutin pad

aselang waktu tertentu untuk memastikan plank dalam keadaan baik 

dan aman.

(2) Plank kayu harus menggunakan kayu konstruksi No. 1 atau

lebih baik, dengan ketebalan minimal 1 inchi.

(3) Kayu tersebut harus dirapikan dan tidak melengkung, tidak ada

lekukan, tidak bengkok.

(4) Plank harus diganti bila:

(a) Plank yang pecah lebih dari 10 mm lebarnya dan panjang

sekitar 75 mm ke bagian tengan dari plank harus diganti.

(b) Bila terpisah lebih dari 1/2 panjang plank.

(c) Triplek tidak boleh digunakan untuk menjepit plank yang

pecah. (Management System, 2010)

Page 47: Laporan Praktek Kerja Lapangan

d. Evakuasi Korban Pada Ketinggian

Menurut PT. Antam (2009) tentang evakuasi korban pada ketinggian

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Pengecekan Lokasi Kejadian

a) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti Seat Harness,

Tape Sling, Tali prusik, Safety Rope)

b) Memasang pengaman diri di tiang atau pagar tangki dengan 

tape sling atau tali prusik

c) Mengamati lokasi kejadian dan mengamankan lokasi

2) Penanganan Korban

a) Respon korban (AVPU) tenangkan korban dan amankan korban.

b) Cek kesadaran korban, Cek Breathing dan nafas (bila tidak

bernafas atau nadi tidak teraba, lakukan prosedur RJP)

c) Lakukan penanganan luka pada korban (bila terdapat luka atau fraktur)

d) Stabilkan korban, pasang Neck Collar, Oxygen,  letakan di Long 

Spine Board dan pasang hiss pada korban (untuk korban tidak sadar atau 

terdapat fraktur)

e) Siapkan dan pasang System 1 atau A, untuk menaikkan bascket 

Streacher dan System 2 atau N (System 2: penurunan korban 

menggunakan tali temali dan peralatan Mountainering) untuk menurunkan

korban dari atas ketinggian.

f) Pastikan anchor atau tambatan untuk system yang kuat dan aman

g) Pasang tali static dan dynamic pada Protraxion, Carabiner, \

Paw dan Bascket Strecher, korban dikawal 1 orang rescuer (pengawal 

korban menggunakan Full Body Harness

h) Pasang Back Up pada korban dan pengawal

i) Cek kembali kunci carabiner pada korban dan rescuer, 

pastikan semua peralatan aman.

Page 48: Laporan Praktek Kerja Lapangan

3) Penurunan Korban

a) Korban diturunkan secara perlahan (sesuai aba-aba dan perintah kapten 

tim).

b) Lakukan komunikasi oleh pengawal korban ke kapten 

tim dan anggota lainnya yang terlibat, dalam proses evakuasi

(via HT atau bahasa isyarat)

c) Respon dan pengecekan kondisi korban terus dilakukan selama

penurunan korban oleh pengawal.

d) Berikan aba-aba bila korban sudah sampai di bawah tangki.

e) Lakukan clear area pada lokasi tangki atau lokasi kejadian

f) Cek kembali kondisi korban

g) Korban siap dipindahkan pada ambulance ERG

h) Pastikan access untuk ambulance aman dan mudah 

(koordinasi dengan Dispatcher atau Command Center)

i) Lakukan pengecekan kondisi korban selama perjalanan di dalam

ambulance.

j) Catat dan laporkan kepada tim medis atau puskes penanganan yang

dilakukan dan kondisi terakhir pada korban.

k) Serahkan korban pada tim medis.

l) Cek seluruh personil, peralatan evakuasi danperalatan medis lainnya

(pastikan siap pakai)

m) Evakuasi selasai

n) Clear Area

Page 49: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Prosedure

Bekerja Pada Ketinggian

Identifikasi Bahaya

Pengendalian Bahaya

APD Perancah

Aman

Resiko Kecelakaan

Berfungsi

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Tidak

Ya

Page 50: Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB IV

METODELOGI PENGAMATAN

4.1 Diagram Alir Penelitian

Laporan ini disusun secara sistematis dengan Flowchart sebagai berikut:

Identifikasi Tujuan

Studi Literatur Studi Lapangan

Identifikasi Permasalahan

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Analisa dan Interpretasi Data

Kesimpulan dan Saran

Presentasi ke Perusahaan

Page 51: Laporan Praktek Kerja Lapangan

4.2 Penjelasan Diagram Alir Penelitian

Dalam penyususnan laporan ini diperlukan alur atau kerangka kerja yang

terstruktur dan sistematis dan biasa disebut sebagai Metode Penelitian ini

merupakan suatu proses yang terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait antara

satu dengan yang lain. Gambaran umum penyusunan laporan kerja praktek ini

adalah sebagai berikut.

a. Identifikasi tujuan

Pada awal penyusunan laporan i ni telah ditetapkan tujuan awal penulisan

yang ingin dicapai. Tujuan tersebut terdapat pada Bab I Pendahuluan

b. Studi literatur

Pemahaman terhadap konsep teori yang ada melalui referensi dan artikel

yang berhubungan dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja.

c. Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan bersamaan dengan studi literatur. Peninjauan

lapangan dilakukan di Kantor PT Berca Haradaya Perkasa dengan melihat

keadaan riil di lokasi kerja.

d. Identifikasi masalah

Tahap ini merupakan tahap untuk mengidentifikasikan permasalahan yang

terjadi pada lokasi kerja khususnya pada bagian keselamatan dan

kesehatan kerja. Dalam pelaksanaan pengidentifikasian permasalahan

dibantu oleh pembimbing dari perusahaan yang terkait

e. Pengumpulan dan pengolahan data

Tahap pengumpulan data merupakan tahap dimana kami mengumpulkan

data-data yang diperlukan sebelum dilakukannya pengolahan data.

Pengumpulan data dilakukan secara langsung, yaitu melalui pengamatan

Page 52: Laporan Praktek Kerja Lapangan

ke lapangan langsung, penyebaran kuisioner dan interview kepada

beberapa karyawan. Sedangkan dalam pengolahannya mengevaluasi dan

menganalisa sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang nantinya dapat

digunakan untuk analisa data.

f. Analisa dan interpretasi data

Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pengolahan data, dimana

hasil perhitungan yang didapatkan akan dicari solusi pemecahan

selanjutnya.

g. Kesimpulan dan saran

Dari beberapa solusi yang diperoleh dapat ditarik sebuah kesimpulan

untuk permasalahan tersebut. Saran yang dapat kita berikan kepada

perusahaan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun

kebijakan.

h. Presentasi perusahaan

Setelah laporan kerja praktek telah diselesaikan maka hasil kerja praktek

yang dilakukan selama kurang lebih 1 bulan di perusahaan,

dipresentasikan dihadapan beberapa perwakilan dari perusahaan tersebut.

Dimana tujuan dari presentasi tersebut diharapkan dapat memberikan

masukkan (saran) bagi perusahaan terkait sehingga mungkin dapat

digunakan oleh perusahaan untuk menyusun kebijakan kedepannya.

Page 53: Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian bertempat di perusahaan PT. Berca Hardaya Perkasa, Jl.

Jenderal Sudirman No.08 Markoni, Balikpapan Selatan pada Bulan Januari 2015.

5.2 Metode Pengumpulan Data

Jenis pengamatan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah deskriftif, yaitu

memberikan gambaran secara jelas yang terbatas pada usaha mengungkapkan

suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan

penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan

penulisan laporan. Dan dilaporan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

gambaran bagaimana penerapan SOP bekerja pada ketinggian di PT Berca

Hardaya Perkasa.

5.2.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan hasil

pengamatan kegiatan pada saat pemasangan antena WiFi di rumah Customer PT

Berca Hardaya Perkasa.

5.2.2 Data Skunder

Pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan data sekunder data

literature, makalah, laporan penelitian terdahulu, data keterangan berupa bagan

alir proses produksi dan dampak yang mungkin timbul dan data pendukung

lainnya seperti metode pengumpulan data informasi dengan cara membaca dan

Page 54: Laporan Praktek Kerja Lapangan

mempelajari literature yang berkaitan dengan obyek studi. Pengumpulan dokumen

dan referensi yang ada pada (UPL/UKL).

5.3 Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi Lapangan

Observasi yang dilakukan adalah dengan pengamatan langsung terhadap

pemasangan/ instalasi unit antenna WiFi di rumah Customer.

2) Wawancara

Metode interview adalah metode pengumpulan data informasi dengan

mengajukan pertanyaan secara langsung pada staf yang berwenang atau berkaitan

langsung dengan obyek studi.

3) Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-catatan serta

literature-literature yang ada di perusahaan yang berhubungan dengan pekerjaan

pada ketinggian

5.4 Cara Pengolahan Data

Setelah data tersebut didapatkan dilakukan pengolahan dan analisis data yang

terdiri dari:

1. Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan

kesesuaian isi instrument pengumpulan data. Langkah ini

dilakukan dengan maksud merapikan data agar bersih, rapi dan

dapat melakukan pengolahan lebih lanjut.

Page 55: Laporan Praktek Kerja Lapangan

2. Melakukan validasi data dengan cara membandingkan data primer

yang diperoleh wawancara dengan data skunder dari system

pelaporan dan pencatatan.

5.5 Pelaksanaan

Pengamatan ini dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) yang dilaksanakan dari tanggal 1 Januari hingga 30 januari 2015,

dengan perincian sebagai berikut :

1. Permohonan ijin Praktek Kerja Lapangan di PT. EXPRO Indonesia

pada tanggal 23 Desember 2014.

2. Mahasiswa mengajukan surat ijin Praktek Kerja Lapangan dan

proposal magang kepada PT Berca Hardaya Perkasa pada tanggal

pada tanggal 27 Desember 2014.

Tanggal 28 Desember 2014 mahasiswa menerima surat balasan yang menyatakan

bahwa PT Berca Hardaya Perkasa menerima permohonan mahasiswa untuk

melaksanakan magang terhitung mulai tanggal 1 Januari 2015.

Page 56: Laporan Praktek Kerja Lapangan

BAB VI ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Permintaan Pemasangan Antena

Prosedur yang harus dilalui sebelum pemasangan antena dilakukan adalah

customer datang ke gallery untuk mengisi dan mendatangani form pendaftaran.

Kemudian menentukan jenis dan paket apa yang dipilih. Lalu setelah itu akan

datang petugas teknisi untuk melakukan intalasi perangkat berupa modem WiFi.

Apabila nanti dari hasil pengetesan dilapangan mendapat hasil signal yang kurang

bagus barulah antena akan dipasang dengan mengajukan form pemasangan

antenna ke bagian logistic.

Page 57: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar diatas merupakan gambaran detail mengenai kondisi signal di

lapangan. Gambar yang pertama adalah kondisi signal yang bagus tanpa

menggunakan antenna, dan yang kedua adalah signal yang membutuhkan

penguatan antenna, dikarena penangkapan signal yang kurang baik oleh modem.

Untuk menentukan signal yang baik dan yang kurang baik kita cukup melihat

angka yang tertera pada monitor pada kolom RSSI. Standard dari bagian teknisi

untuk signal yang melebihi angka – 80 dBm harus menggunakan antenna. Signal

yang kurang baik ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain dikarenakan

jarak yang terlalu jauh dengan BTS ataupun posisi tempat customer yang

terhalang gedung lain yang lebih tinggi. Agar modem berfungsi secara baik dan

maksimal pemasangan antenna menjadi hal wajib yang harus dilakukan. Tahapan

selanjutnya setelah mendapatkan data real tentang kondisi signal di tempat

customer yaitu melakukan pengajuan dan pengisian form pemasangan antenna.

1

2

Page 58: Laporan Praktek Kerja Lapangan

Setelah form ini sudah disetujui oleh bagian logistic dan ketersediaan antenna juga

ada, barulah antenna dapat dipasang di tempat customer oleh teknisi.

B. Proses Pemasangan Antena

Page 59: Laporan Praktek Kerja Lapangan

a. Peralatan- Tools set - Tangga lipat- Modem WiFi Huawei BM652w Ports

b. Personel

Pemasangan antenna ini dilakukan oleh beberapa personel antara lain :

2 orang Teknisi/ Installer 1 orang Direct Sales Executive 1 orang Team Leader

c. Standart Operation Procedur

Page 60: Laporan Praktek Kerja Lapangan

STANDART OPERATION PROCEDURE

Doc. No. SOP/009/BHP/2012

PT. BERCA HARDAYA PERKASA

V BARUREVISI KE …

SUBJECT : PEMASANGAN ANTENA WIFI

TANGGAL DOKUMEN 12 FEB 2012

1. TUJUANAgar seluruh teknisi/ karyawan yang terlibat dalam pemasangan antenna wifi mengetahui procedure kerja yang aman sesuai dengan procedure kerja yang sudah dibuat dengan tujuan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh ketidaktahuan teknisi/ karyawan yang terlibat dalam pemasangan antenna wifi.

2. RUANG LINGKUPRuang lingkup dalam procedure ini adalah teknisi dan karyawan lainnya yang terlibat dalam proses pemasangan antenna di tempat customer PT. Berca Hardaya Perkasa.

3. REFERENSIa. UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 1

TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

b. KEPDIRJEN NO 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BEKERJA DI KETINGGIAN DENGAN MENGGUNAKAN AKSES TALI (ROPE AKSES).

4. PROSEDURE DAN URUTAN LANGKAH TUGAS4.1