laporan pewarnaan bta

26
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Pratiwi,S. 2008). Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 1

Upload: sulpia-farhika-reyaldhi-nugraha

Post on 07-Jul-2016

577 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

laporan bta

TRANSCRIPT

Page 1: laporan pewarnaan BTA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan

sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak

berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.

Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk

diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga

berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding

sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Pratiwi,S. 2008).

Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu

berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal

yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa

mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain

Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae,

Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose

adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan

bersifat tahan asam sehingga akan digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA).

Penularan oleh bakteri Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan

pernafasan (Hadioetomo, 1993).

Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok

Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini

disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama

(carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan

asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam

karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol

fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 1

Page 2: laporan pewarnaan BTA

Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang

sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin

dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin

dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam

alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam

akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue (Dwidjoseputro, 2005).

Sebagai tenaga analis kesehatan dibutuhkan keterampilan dalam membuat

spesimen yang berguna dalam pemeriksaan spesimen di laboratorium. Bakteri

umumnya memiliki warna yang transparan maka dari itu diperlukan pewarnaan

bakteri agar bentuk dan struktur bakteri dapat terlihat lebih jelas jika diamati

dengan mikroskop cahaya. Hal tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk

mengangkat permasalahan ini sebagai masalah yang akan dibahas dalam laporan

praktikum dengan judul “Pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) ”.

B. TUJUAN PERCOBAAN :

Untuk dapat Melihat bentuk (morfologi) dan sifat tahan asam pada dari

bakteri.

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 2

Page 3: laporan pewarnaan BTA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan

sifat-sifat yang khas begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hamper tidak

berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri yang ada di suspensikan.

Salah satu cara unutk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah di

identifikasi adalah dengan cara metode pengenceran atau pewarnaan. Hal tersebut

berfungsi untuk mengetahuisifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel

bakteri melalui serangkaian pengecetan atau pewarnaan (Dwidjoseputro, 2005).

Bakteri juga merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik.

Selain mikroskopik, bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan

kontras dengan air. Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup

sangat sulit. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik

pewarnaan sel bakteri. Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam

penelitian-penelitian mikrobiologi. Hal itu untuk mempernudah dalam proses

identifikasi  bakteri (Pratiwi,S. 2008).

Pengamatan morfologi bakteri meliputi bentuk, ukuran, tekstur, dan warna

koloni. Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum.

Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam.

Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan

tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus,

sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah

melengkung dan melengkung (Hadioetomo, 1993).

Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting di

dalam identifikasi spesimen bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis

biakan atau pun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil

pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organik yang diperiksa maka

penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakteristik dan klasifikasi

sebagian mikroba seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 3

Page 4: laporan pewarnaan BTA

biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media memproduksi tipe

metabolit tentunya yang dideteksi dengan interaksi mikroba dengan reagen test

yang mana menghasilkan perubahan warna reagen (Pratiwi, S. 2008).

Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat

kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop

dengan pembesaran 1.000 X atau lebih. Sel bakteri memiliki panjang yang

beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel

spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1

sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam yaitu elips, bulat, batang dan

spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat

pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran,

bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel sel individu bakteri

dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar

& Chan, 2007).

Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa

karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri, walaupun

biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna (Volk dan Whleer, 1998).

Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam

yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural.

Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan

larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah

difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang

menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba

disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya

mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel.

Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan

pengecatan kapsul ( Pelczar, 2007 ).

Prinsip dasar dari teknik pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara

komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 4

Page 5: laporan pewarnaan BTA

kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada

komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga mcam metode pewarnaan

yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan gram.

Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial

memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan gram merupakan

metode pewarnaan yang paling umum digunakan untuk mewarnai sel bakteri

(Volk & Wheeler, 1984).

Pewarnaan diferensial artinya pewarnaan yang menggunakan lebih dari satu

macam zat warna, seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Sedangkan

pewarnaan khusus artinya pewarnaan yang dipakai untuk mewarnai bagian-bagian

sel atau bakteri tertentu yang sukar diwarnai dengan menggunakan pewarnaan

biasa. Pewarnaan khusus dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel kuman atau

kuman tertentu yang sukar diwarnai (Fardiaz, 1992).

Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal

sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan

pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)

karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan

pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya

adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat

diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif

terdapat bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga

menyerang hewan seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat melalui udara

yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan Chan, 1988).

Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan

pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan

pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah

besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan

pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan impermeabel

terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 5

Page 6: laporan pewarnaan BTA

proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam

sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau

berbentuk filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non

motil, tahan asam, dan merupakan bakteri gram positif. Namun, sekali

mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat

dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai

Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki

sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan

protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak

berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini

menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari

antibiotik. Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel

mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M.

tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga. Mikobakteria dapat

tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk

tipe pathogen. Sel mikobakteria terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid,

protein, dan polisakarida (Thomas, 1999).

Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk batang

panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat

(2-8 minggu), suhu optimal 37-380C yang merupakan suhu normal manusia.

Pertumbuhannya membutuhkan tambahan makanan seperti darah, egg yolk,

serum, dan bahan kimia tertentu. Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri

batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4 – 3 μm. Pada media buatan, bentuk kokoid

dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Segera setelah

diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh alkohol,

tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel secara umum

dapat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Media untuk membiakan

mikobakteria adalah media nonselektif dan media selektif. Media selektif

berisi  antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 6

Page 7: laporan pewarnaan BTA

yang berlebihan. Ada tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua

media nonselektif dan selektif, yaitu media agar semisintetik (middlebrook 7H10

dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-jensen), media kaldu (broth media)

(Jawetz et al., 2001).

Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi dari

oksidasi beberapa senyawa sederhana. Penambahan CO2 meningkatkan

pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai. Dan kecepatan

pertumbuhan lebih rendah dari pada sebagian besar bakteri. Waktu untuk

menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk saprofit cenderung tumbuh

lebih cepat, poliferasi terjadi pada temperatur 22-23˚C, untuk menghasilkan

pigmen yang lebih banyak dan mengurangi bentuk ”cepat asam” daripada bentuk

patogenik. Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap agen kimia daripada

bakteri lain karena sifat hidrofobik permukaan sel dan pertumbuhannya. Basil

tuberkel reisten terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu

yang lama dalam sputum kering. Variasi dapat terjadi dalam koloni, pigmentasi,

virulensi, temperatur petumbuhan yang optimal dan beberapa tanda pertumbuhan

atau seluler lainnya (Fardiaz, 1992).

Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat

warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%. Pada

pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin, BTA bersifat

mempertahankannya. Carbol fuchsinmerupakan fuksin basa yang dilarutkan

dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan

dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke

dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk

melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu

BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama

tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir untuk

menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna

merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol

fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 7

Page 8: laporan pewarnaan BTA

warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru

(Lay, 1994).

Menurut Entjang (2003), pada pewarnaan bakteri dengan metode Ziehl-Neelsendapat menggolongkan bakteri menjadi dua, yaitu :

1.      Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tahan asam (acid fast).

2.      Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tidak tahan asam (non acid fast).

Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana dan mempunyai

sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang

tinggi sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai

menunjukkan warna yang kontras dengan lingkungannya dan tidak membutuhkan

perbesaran sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi, alat

yang digunakan tidak ada yaitu mikroskop fluorescens (Kurniawati et al., 2005).

Larutan kimia yang digunakan adalah alkohol asam 3% , carbol

fuchsin 0,3%, serta methylen blue 0,3% yang masing-masing mempunyai fungsi

antara lain asam alkohol digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai

fungsi membuka lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus

masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Methylen blue berfungsi sebagai cat

lawan dan pada pemberian methylen blue pada bakteri akan tetap berwarna merah

dengan latar belakang biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).

Negatif: apabila tidak ditemukan BTA.

Positif: apabila terdapat 1 – 9 BTA / 100 lapang pandang.

Positif 1: apabila terdapat 10 – 90 BTA / 100 lapang pandang.

Positif 2: apabila terdapat 1 – 9 BTA / 1 lapang pandang.

Positif 3: apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 8

Page 9: laporan pewarnaan BTA

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Kaca Preparat hapus dari sputum penderita 1 yang sudah difiksasi.

b. Satu obor kecil yang terdiri dari kapas yang dipintal pada ujung

kawat.

c. Pipet Tetes 3 buah.

d. Mikroskop.

e. Korek api.

f. Pensil warna (merah,biru, dan ungu).

2. Bahan

a. Satu set pewarnaa Ziehl-Neelsen, yang terdiri dari :

1. Larutan karbol fuchsin

2. Alkohol asam

3. Larutan methylen blue

b. Spiritus.

c. Kertas saring atau tissue.

B. PRINSIP PRAKTIKUM

Adapun prinsip dasar dari pewarnaan ini yaitu berdasarkan pada Dinding

bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus

cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu

dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak

yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna

fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan

mengambil warna biru dari methylen blue.

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 9

Page 10: laporan pewarnaan BTA

C. CARA KERJA

1. Letakkan kaca benda tersebut mendatar pada rak pewarnaan dan tuangi dengn

larutan krbol fuchsin sampai seluruh kaca benda tergenang dengan zat warna.

2. Panasi zat warna tersebut sampai menguap, dinginkan dan panasi lagi. Hal

tersebut diulangi sebanyak 3 kalu dalam 10 menit.

3. Cuci dengan air mengalir.

4. Lunturkan dengan alcohol asam 3 %. Pelunturan dilakukan sampai preparat

Nampak berwarna merah muda.

5. Segera cuci dengan air mengalir.

6. Beri zat warna kontras, yaitu larutan methylen blue 0,5%, selama 1 menit.

7. Cuci dengan air mengalir.

8. Keringkan dengan kertas isap dan lihat dibawah mikroskop dengan

penambahan oil emersi.

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 10

Page 11: laporan pewarnaan BTA

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

A. TABEL PENGAMATAN

No. Bentuk

sel

Sifat BTA

(+/-)

Berwarna Warna latar belakang

Warna Sel epitel dan PMN

1. Basil + Merah Biru Biru Tua

2. Coccus - Ungu

B. GAMBAR

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 11

BA

Page 12: laporan pewarnaan BTA

BAB V

PEMBAHASAN

Adakalanya, setelah suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna,

kemudian dicuci dengan asam encer, maka semua zat warna terhapus. Akan tetapi

ada juga preparat yang tahan asam encer, misalnya bakteri-bakteri TBC dan basil-

basil berspora. Maka dapat dikatakan bahwa itu adalah bakteri tahan asam. Untuk

menetukan sifat bakteri yang termasuk bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan

asam harus diwarnai dengan pewarnaan khusus. Pada umumnya, bakteri tahan

asam merupakan bakteri yang lapisan paling luar selnya terdiri dari lapisan lilin,

sehingga menyebabkan zat warna sukar masuk ke dalam sel bakteri.

Hal inilah yang mendasari dilakukannya percobaan pewarnaan bakteri tahan

asam (BTA). Pewarnaan BTA merupakan pewarnaan yang dilakukan untuk

mengidentifikasi Bakteri Tahan Asam. Pewarnaan ini tidak spesifik untuk

Mycobacterium tuberculosis karena hasil pewarnaan BTA juga akan positif

terhadap genus Mycobacterium lain. Bakteri BTA berwarna merah dan bakteri

non BTA berwarna biru atau ungu.

Pada praktikum kali ini dilakukan pengecetan Bakteri Tahan Asam (BTA)

yang menggunakan tiga jenis cat Ziehl Neelson (ZN) yaitu carbol fuchsin 0,3 %,

asalm alcohol 3 % dan methylene blue 0,5 %. Dalam pengecatan ini digunakan

sample sputum. Sebelum dibuat apusan, objek glass difiksasi untuk

menghilangkan lemak yang menempel pada permukaanya dan untuk

menghilangkan kontaminan lain yang ada pada objek glass. Apusan yang dibuat

tidak boleh terlalu tebal agar bakteri tidak bertumpuk-tumpuk sehingga proses

pengamatan bentuk sel bakteri menjadi lebih mudah, tetapi apusan yang dibuat

juga tidak boleh terlalu tipis. Pewarnaan BTA ini dilakukan dengan menggunakan

pewarnaan Ziehl Neelson yng menggunakan 3 jenis warna sebagai berikut :

Pada Pewarnaan pertama ini dengan menggunakan zat warna Carbol Fuchsin.

Karbol fuchsin merupakan pewarna dasar, yang mengandung fenol untuk

membantu melarutkan dinding sel. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk

membantu pemasukan zat warna kedalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan.

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 12

Page 13: laporan pewarnaan BTA

Tujuan memberikan pewarna karbol fuksin adalah untuk mewarnai seluruh sel

bakteri. Setelah memberikan pewarna karbol fuksin kemudian di panaskan di atas

penangas air, tetapi jangan sampai terlalu panas, mendidih atau kering. Tujuan

dari memanaskan sampel di atas penangas air yaitu supaya pewarna karbol fuksin

masuk menembus dinding sel bakteri, karena dinding bakteri yang tahan asam

mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar di tembus pewarna bakteri. Karena

pengaruh fenol dari pewarna karbol fuksin dan juga pemanasan maka lapisan lilin

dan lemak dapat ditembus pewarna karbol fuksin. Dengan pemanasan

menyebabkan pelebaran pori – pori lemak bakteri tahan asam sehingga pewarna

karbol fuksin dapat masuk sewaktu dicuci dengan larutan pemucat, dan zat warna

pertama tidak mudah dilunturkan. Menunggu selama 10 menit setelah pewarnaan

dengan warna carbol fuchsin dan dilakukan pemanasan bertujuan agar cat ini

dapat diserap dan melekat sempurna pada dinding bakteri dan dinding selnya

kembali seperti semula setelah dilakukan pemanasan. Setelah 10 menit dibilas

dengan aquades. Pencucian dengan menggunakan aquades mengalir bertujuan

untuk menutup kembali lemaknya.

Kemudian sampel di tetesi asam alkohol 3 % dan didiamkan selama 30 detik.

Penambahan alkohol ini berfungsi untuk membilas atau melunturkan zat warna

(decolorization) pada sel bakteri (mikroorganisme). Saat sel-sel bakteri sudah

mampu menyerap warna carbol fuchsin maka dinding sel tersebut akan kembali

tertutup dalam pada suhu semula. Sehingga sebelum dilakukan penambahan asam

alcohol ditunggu sampai 10 menit. Saat penambahan asam alcohol ini, maka

bakteri yang bukan BTA akan dilunturkan kembali warna carbol fuchsin tersebut

karena tidak mampu mengikat kuat seperti halnya bakteri BTA. Bakteri tahan

asam pada saat dicuci dengan asam alkohol warna karbol fuksin tidak lepas atau

hilang, sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan lepas atau hilang.

Menunggu selama ½ menit setelah penambahan larutan asam alkohol bertujuan

agar zat warna dapat luntur secara sempurna dan tidak ada yang tersisa. Dan

setelah 30 detik dicuci kembali dengan air mengalir atau aquadest.

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 13

Page 14: laporan pewarnaan BTA

Setelah itu, sampel di tetesi atau di genangi dengan pewarna tandingan metilen

biru dan didiamkan selama 1 menit. Methylene Blue merupakan pewarna

tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-

sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan asam alkohol.

Zat warna methylene blue masuk ke dalam sel bakteri non BTA yang

permeabilitas dinding selnya membesar akibat lapisan lipid pada bakteri non BTA

terekstraksi oleh asam alkohol, sehingga menyebabkan sel bakteri non BTA

tersebut menjadi berwarna biru. Pada bakteri BTA dinding selnya sudah

terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes

dinding sel dan membran menurun sehingga zat warna methylene blue tidak dapat

masuk sehingga sel bakteri BTA berwarna merah. Menunggu selama 1 menit

setelah penambahan pewarna methylene blue bertujuan agar cat ini dapat diserap

sempurna pada dinding bakteri non BTA sehingga ada perbedaan warna antara

bakteri BTA dan Non BTA.

Kemudian, setelah didiamkan selama 1 menit kemudian dibilas dengan air

mengalir atau aquadest. Objek yang telah dibasuh aquades kemudian dikeringkan

dengan menggunakan kertas saring atau tissue, tidak ditiup-tiup karena

dikhawatirkan ada kontaminasi bakteri lain yang menempel pada objek glass.

Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan

terhadap kaca objek dengan menggunakan aquades. Pembilasan ini bertujuan

untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan.

Sampel yang sudah di keringkan, di tetesi dengan emersi oil. Minyak emersi

adalah minyak yang di pakai untuk olesan pada mikroskop, yang fungsinya untuk

memperjelas objek, dan melindungi mikroskop dari debu atau kotoran. Minyak

emersi memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan dengan air, sehingga

objek yang kita amati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak

emersi. Lalu diamati dengan mikroskop, dengan pembesaran 10X dan 100X.

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 14

Page 15: laporan pewarnaan BTA

Berdasarkan pada hasil pengamatan dengan mikroskop lensa objektif

pembesaran 10X terlihat lapang pandang berwarna ungu, ditemukan sel epitel

tenggorokan yang terkelupas saat pasien mengeluarkan sputum, dan sel bakteri

belum terlihat. Sedangkan pada hasil pengamatan dengan menggunakan

mikroskop lensa objektif pembesaran 100X terlihat sel epitel yang ukurannya

semakin besar, dan ditemukan bakteri BTA berwarna merah dan bakteri non BTA

berwarna ungu. Sehingga Pada preparat sputum ditemukan bakteri tahan asam

(BTA) berbentuk Basil berwarna dan bakteri tidak tahan asam (non BTA)

berbentuk Coccus berwarna ungu. Dengan latar belakang berwarna biru dan sel

epitel dan PMN berwarna biru tua. Dari hasil tersebut dapat didiagnosa bahwa

sputum tersebut 2+.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pewarnaan BTA ini yaitu

pada fase yang paling kritis adalah dekolorisasi yang mengakibatkan warna yang

tidak terikat oleh sel bakteri lepas dari sel, pemberian asam alkohol jangan sampai

berlebih karena akan menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir

sama dengan Non BTA yang menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan

juga terlalu sedikit dalam memberikan alkohol (underdecolorization) karena tidak

akan melunturkan warna secara sempurna sehingga sel Non BTA bisa saja

berwarna ungu mendekati warna sel BTA. Saat pemanasan juga tidak boleh

sampai mendidih karena akan menyebabkan sel bakteri lisis. Dan kaca obyek

harus selalu dicuci dengan aquades atau air mengalir diantara penambahan 

pewarna untuk menghilangkan kelebihan warna dan mempersiapkan pewarna

berikutnya.

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 15

Page 16: laporan pewarnaan BTA

BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan kali ini, maka dapat kami dapat

tarik kesimpulan bahwa pada preparat sputum yang diuji cobakan telah ditemukan

bakteri tahan asam (BTA) berbentuk Basil berwarna dan bakteri tidak tahan asam

(non BTA) berbentuk Coccus berwarna ungu. Dengan latar belakang berwarna

biru dan sel epitel dan PMN berwarna biru tua. Dari hasil tersebut dapat di

diagnosa bahwa sputum tersebut 2+.

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 16

Page 17: laporan pewarnaan BTA

DAFTAR PUSTAKA

Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. John Wiley & Sons,

New York.

Dwidjoseputro,D. 2005. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan

Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba

Medika.

Jutono, dkk. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan

Tinggi. Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.

Kurniawati et al., 2005.Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen, dan

fluorokrom sebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam untuk

Pemeriksaan Mikroskopis Sputum. Makara Kesehatan. Vol 9, June 2005 :

29-33.

Lay, Bibiana.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Rajawali.

Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.

Pelczar, and Chan M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.

Thomas Dormandy (1999). The White Death: A History of Tuberculosis. ISBN 0-

8147-1927-9 HB - ISBN 1-85285-332-8 PB

Volk & Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Jakarta :

Erlangga.

Laporan Praktikum Bakteriologi 1 Page 17