laporan pertanggungjawabanpmm.uinsu.ac.id/assets/plugins/content_upload/files/lpj... ·...

36
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN SEMINAR PENDIDIKAN INTERNASIONAL “ IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI ERA GLOBALISASI ” Medan, 16 November 2016 Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Upload: others

Post on 31-Jan-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN

PERTANGGUNGJAWABAN

SEMINAR PENDIDIKAN INTERNASIONAL

“ IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI

ERA GLOBALISASI ”

Medan, 16 November 2016

Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

PENGESAHAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

1. Judul Kegiatan : Seminar Pendidikan Internasional

2. Ketua Tim/Panitia :

Nama lengkap : Muhammad Hidayat

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan Organisasi : Bendahara Umum

Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Matematika

Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Alamat PT : Jalan Williem Iskandar Pasar V Medan Estate

Telepon dan HP : 085262704281

Email : [email protected]

3. Anggota Tim/Panitia : 40 (Orang)

4. Waktu pelaksanaan : Rabu, 16 November 2016

5. Realisasi Dana : Rp. 20.000.000

Mengetahui, Selasa, 17 Januari 2017

Pimpinan Perguruan Tinggi Ketua Panitia,

Bidang Kemahasiswaan

Dr. Mesiono, S.Ag., M.Pd. Muhammad Hidayat

NIP. 19710727 200701 1031

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

BAB I

PENDAHULUAN

A. KRONOLOGI KEGIATAN

Pada hari Rabu, 16 November 2016 telah dilaksanakannya Seminar Pendidikan

Internasional dengan tema “Implementasi Pendidikan Inklusif di Era Globalisasi”. Acara

seminar ini diikuti oleh sebanyak 440 orang peserta yang terdiri dari berbagai jurusan dan

universitas di Sumatera Utara. Peserta seminar juga dihadiri oleh mahasiswa/I di luar

Provinsi Sumatera Utara yaitu peserta dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa

sebanyak 25 orang. Acara seminar dimulai pada pukul 10.00 WIB dan sebelum acara

dimulai peserta diharuskan untuk melakukan registrasi ulang pada pukul 09.00 WIB s.d.

10.00 WIB. Pembukaan acara seminar ini dibawakan oleh MC yaitu Fahrozi dan Adelia

Fadilah dengan susunan acara yang pertama adalah pembukaan oleh MC. Kemudian

dilanjutkan dengan pembacaan Ayat Suci Al Qur’an oleh Muhammad Zukfikarazmi

Manurung. Selanjutnya menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dipandu oleh

Adinda Pratiwi.

Susunan acara berikutnya dilanjutkan dengan laporan ketua panitia oleh Muhammad

Hidayat dan sambutan dari Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika

oleh Al Fajri Bahri. Sambutan terakhir dan sekaligus membuka secara resmi acara Seminar

Pendidikan Internasional oleh Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan yaitu Dr. Mesiono,

M.Pd. Selanjutnya pembacaan do’a yang dipimpin oleh Anwar Sadat yang kemudian

dilanjutkan dengan hiburan tari daerah Batak Toba yang dibawakan oleh mahasiswi

jurusan Pendidikan Matematika. Susunan acara terakhir yaitu penutup oleh MC. Setelah

pembukaan acara seminar selesai kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti seminar yang

dimoderatori oleh Nanda Tia Losi.

Materi pertama disampaikan oleh Mr. Daiki Yokoyama dengan tema Pendidikan

Inklusif di negara Jepang, dilanjutkan oleh Tuan Amidzal Fadzli bin Rajali sebagai

pemateri kedua dengan tema Pendidikan Inklusif di negara Malaysia dan yang terakhir

dilanjutkan oleh Dr. Edi Surya dengan tema Pendidikan Inklusif di negara Indonesia.

Peserta sangat antusias mendengar materi yang disampaikan. Setelah pemateri

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

memaparkan materinya kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab untuk 3 orang

peserta yakni Retno Windasari, Rizky Ardiansyah dan Hidayatun Nisa.

Setelah peserta diberi kesempatan untuk bertanya kemudian dilanjutkan dengan

penyerahan cenderamata kepada para pemateri dan ditutup oleh moderator.

B. WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan ini telah dilaksanakan pada :

hari, tanggal : Rabu, 16 November 2016

waktu : 10.00 WIB s/d Selesai

tempat : Aula Lantai II UIN-SU

C. PANITIA PELAKSANA

Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika (HMJ PMM) Fakultas

Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sumatera Utara dalam kegiatan ini merupakan

panitia pokok yang telah ditunjuk dan di sahkan oleh pihak universitas untuk

merencanakan, mensukseskan, dan memberikan tanggung jawabnya terhadap kegaiatan

ini, sampai acara ini benar-benar terlaksana dan tercapai tujuannya, sehingga menjadi

pengalaman dan pengetahuan bagi panitia khususnya dan menjadi bahan pelajaran bagi

para peserta lainnya.

D. NARASUMBER DAN PESERTA

Narasumber kegiatan :

1. Consul General Japan in Medan

“Mr. Daiki Yokoyama”

2. Consul General Malaysian in Medan

“Tuan Amizal Fazdli bin Rajali”

3. Ketua Jurusan UNIMED

Dr. Edi Surya, M.Si

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

Peserta kegiatan :

1. Mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Sumatera Utara yaitu :

a. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

b. Universitas Negeri Medan

c. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

d. Universitas Sumatera Utara

e. Universitas Al Washliyah

f. Universitas Muslim Nusantara

g. IAIN Langsa

2. Tenaga Pendidik yaitu mencakup guru, dosen, konselor dan pendakwah yang

berkecimpung dalam dunia pendidikan.

3. Pemerhati Pendidikan yaitu para pengawas-pengawas yang telah ditugaskan pihak

Dinas untuk mengawasi lembaga-lembaga pendidikan, akan kami undang untuk

menghadiri acara tersebut, semoga dapat menjadi bahan masukan dan kami dapat

melakukan kerjasama dalam bidang pendidikan kedepannya.

4. Undangan yaitu para pelaku pendidikan di lingkungan Universitas Islam Negeri

Sumatera Utara :

a. Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

b. Dekanat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

c. Ketua Jurusan di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

d. Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

e. Dinas Pendidikan Sumatera Utara

f. Himpunan Alumni Jurusan Pendidikan Matematika

E. REALISASI ANGGARAN

1. Administrasi Kesekretariatan

No Jenis Kebutuhan Volume Satuan Jumlah

1. Cetak Proposal 20 set @ 20.000 Rp. 400.000

2. Amplop 2 kotak @ 35.000 Rp. 70.000

3. Stempel + Bantalan + Tinta 1 set @ 120.000 Rp. 120.000

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

4. Cetak Tiket Peserta 500 lbr @ 1.000 Rp. 500.000

5. Cetak Sertifikat

1. Peserta 440 lbr @ 4000 Rp. 1.760.000

2. Panitia 40 lbr @ 5000 Rp. 200.000

6. Fotocopy Modul Seminar 500 set @ 10.000 Rp. 5.000.000

Jumlah Rp. 8.050.000

2. Publikasi dan Dokumentasi

No Jenis Kebutuhan Volume Satuan Jumlah

1. Cetak Brosur 700 lbr @ 1.000 Rp. 700.000

2. Cetak Spanduk Kegiatan

a. Back Drop 24 m3 @ 20.000 Rp. 480.000

b. Foto Booth 9 m3 @ 20.000 Rp. 180.000

c. Promosi 6 m3 @ 20.000 Rp. 120.000

Jumlah Rp. 1.480.000

3. Peralatan dan Perlengkapan

No Jenis Kebutuhan Volume Satuan Jumlah

1. Sewa Tempat Aula 1 hari @ 800.000 Rp. 800.000

2. Sewa Sound System 1 hari @ 500.000 Rp. 500.000

Jumlah Rp. 1.300.000

4. Akomodasi dan Konsumsi

No Jenis Kebutuhan Volume Satuan Jumlah

1. Snack Narasumber 3 orang @ 50.000 Rp. 150.000

2. Makan Narasumber 3 orang @ 100.000 Rp. 300.000

3. Honorer Narasumber 3 orang @ 1.000.000 Rp. 3.000.000

4. Snack Undangan 30 orang @ 15.000 Rp. 450.000

5. Snack Peserta 440 orang @ 8.000 Rp. 3.520.000

6. Snack Panitia 40 orang @ 10.000 Rp. 400.000

7. Makan Panitia 40 orang @ 15.000 Rp. 600.000

Jumlah Rp. 8.420.000

5. Bingkisan dan Penghargaan

No Jenis Kebutuhan Volume Satuan Jumlah

1. Plakat 3 buah @ 200.000 Rp. 600.000

2. Piagam 3 buah @ 50.000 Rp. 150.000

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

Jumlah Rp. 750.000

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

BAB II

LAPORAN KEGIATAN

A. HASIL KEGIATAN

Berdasarkan beberapa hal yang disampaikan kami selaku panitia pelaksana kegiatan

seminar sehari menyatakan bahwa kegiatan seminar yang kami laksanakan berjalan dengan

baik, meskipun beberapa hal yang menyebabkan pelaksanaan pelaksanaan kurang lancar.

Kami menyadari ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki lagi. Oleh karena itu kritik

dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan sebagai bahan renungan dan

perbaikan untuk kegiatan-kegitan kami selanjutnya agar berjalan baik dan lancar

sebagaimana yang telah diharapkan.

B. KENDALA DAN HAMBATAN

1. Waktu

Dalam pelaksanaan kegiatan seminar ini kami terkendala masalah waktu yang kerap

kali tidak sesuai dengan jadwal yang telah disiapkan, semisal waktu registrasi peserta dan

pemateri yang terlalu lama menyampaikan materi pembahasannya.

2. Fasilitas

Fasilitas yang diberikan oleh pihak pengelola aula yang kurang baik, karena ruangan

aula yang kotor satu hari sebelum pelaksanaan dan selesai dibersihkan dua jam sebelum

pelaksanaan.

3. Panitia

Kurangnya koordinasi di setiap lini sehingga ketua panitia kesulitan dalam mengatur

kegiatam agar berjalan dengan sistim manajerial yang baik

C. PELUANG DAN HARAPAN

Peluang dan harapan kegiatan seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

bagi para mahasiswa, guru, dosen dan pemerhati pendidikan pada layanan pendidikan

untuk siswa berkebutuhan khusus, juga untuk meningkatkan kerja sama antara negara-

negara peserta dalam pengembangan dan penelitian tentang pendidikan inklusif. Selain itu,

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

kegiatan ini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan persamaan

hak pendidikan bagi semua anak berkebutahan khusus tersebut, semua negara perlu

melakukan kerja sama untuk sharing pengalaman, sehingga hasil tukar pengalaman akan

menemukan best practices yang dapat diimplementasikan di masing-masing negara sesuai

dengan akar budayanya.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

BAB III

LAPORAN KEUANGAN

A. REKAPITULASI KEUANGAN

No Jenis Kebutuhan Jumlah

1. Administrasi Kesekretariatan Rp. 8.050.000

2. Publikasi dan Dokumentasi Rp. 1.480.000

3. Peralatan dan Perlengkapan Rp. 1.300.000

4. Akomodasi dan Konsumsi Rp. 8.420.000

5. Bingkisan dan Penghargaan Rp. 750.000

Jumlah Total Rp. 20.000.000

B. RINCIAN PENGELUARAN

No Jenis Kebutuhan Tanggal Volume Satuan Jumlah

1. Cetak Proposal 2 Oktober 2016 20 set @ 20.000 Rp. 400.000

2. Amplop 2 Oktober 2016 2 kotak @ 35.000 Rp. 70.000

3. Stempel + Bantalan +

Tinta

2 Oktober 2016 1 set @ 120.000 Rp. 120.000

4. Cetak Tiket Peserta 2 Oktober 2016 500 lbr @ 1.000 Rp. 500.000

5. Cetak Brosur 2 Oktober 2016 700 lbr @ 1.000 Rp. 700.000

6. Cetak Spanduk Kegiatan 2 Oktober 2016 6m3 @ 20.000 Rp. 120.000

7. Cetak Sertifikat

a. Peserta 9 November

2016

440 lbr @ 4000 Rp. 1.760.000

b. Panitia 9 November

2016

40 lbr @ 5000 Rp. 200.000

8. Plakat

9 November

2016 3 buah @ 200.000 Rp. 600.000

9. Piagam

9 November

2016 3 buah @ 50.000 Rp. 150.000

10. Snack Peserta 9 November

2016

440 orang @ 8.000 Rp. 3.520.000

11. Snack Panitia 9 November

2016

40 orang @ 10.000 Rp. 400.000

12. Cetak Spanduk Kegiatan

a. Back Drop

11 November

2016 24m3 @ 20.000 Rp. 480.000

b. Foto Booth

11 November

2016 9m3 @ 20.000 Rp. 180.000

13. Fotocopy Modul 13 November 500 set @ 10.000 Rp. 5.000.000

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

Seminar 2016

14. Sewa Sound System 13 November

2016

1 hari @ 500.000 Rp. 500.000

15. Snack Narasumber 13 November

2016

3 orang @ 50.000 Rp. 150.000

16. Snack Undangan 13 November

2016

30 orang @ 15.000 Rp. 450.000

17. Sewa Tempat Aula 14 November

2016

1 hari @ 800.000 Rp. 800.000

18. Makan Narasumber 16 November

2016

3 orang @ 100.000 Rp. 300.000

19. Honorer Narasumber 16 November

2016

3 orang @ 1.000.000 Rp. 3.000.000

20. Makan Panitia 16 November

2016

40 orang @ 15.000 Rp. 600.000

Jumlah Rp. 20.000.000

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sekretariat : Kantor DEMAF FITK UIN-SU Tarbiyah II Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

BAB IV

PENUTUP

A. MATERI-MATERI (MAKALAH NARASUMBER) (Terlampir)

B. DAFTAR HADIR PESERTA (Terlampir)

C. BUKTI PENGELUARAN (Terlampir)

D. FOTOCOPY BUKU TABUNGAN, NO REKENING DAN SURAT KETERANGAN

AKTIF DARI BANK, NPWP, KTP KETUA LEMBAGA KEMAHASISWAAN

(Terlampir)

E. DOKUMENTASI KEGIATAN (Terlampir)

Lampiran I

MATERI-MATERI (MAKALAH NARASUMBER)

1. Materi dari Mr. Daiki Yokoyama

2. Materi dari Dr. Edi Surya, M.Si

IMPLEMENTASI DAN PERMASALAHAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Oleh :

Dr. Edy Sury, M.Si

Dosen Matematika FMIPA Unimed Medan

Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi

sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap

siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait

dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Di Indonesia

pendidikan inklusi ini masih tergolong baru dan masih banyak juga masyarakat yang

belum mengetahuinya.

Pentingnya Pendidikan Inklusi

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban

untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa

terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti

yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem pendidikan di

Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya

segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan

perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas

segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar

menghormati realitas kehidupan dalam masyarakat.

Pendidikan inklusi adalah hak asasi manusia, di samping merupakan pendidikan

yang baik dan dapat menumbuhkan rasa sosial. Itulah ungkapan yang dipakai untuk

menggambarkan pentingnya pendidikan inklusi. Ada beberapa argumen di balik

pernyataan bahwa pendidikan inklusi merupakan hak asasi manusia: (1) semua anak

memiliki hak untuk belajar bersama; (2) anak-anak seharusnya tidak dihargai dan

didiskriminasikan dengan cara dikeluarkan atau disisihkan hanya karena kesulitan belajar

dan ketidakmampuan mereka; (3) orang dewasa yang cacat, yang menggambarkan diri

mereka sendiri sebagai pengawas sekolah khusus, menghendaki akhir dari segregrasi

(pemisahan sosial) yang terjadi selama ini; (4) tidak ada alasan yang sah untuk

memisahkan anak dari pendidikan mereka, anak-anak milik bersama dengan kelebihan dan

kemanfaat untuk setiap orang, dan mereka tidak butuh dilindungi satu sama lain (CSIE,

2005).

Permasalahan yang dialami sekolah-sekolah dalam mengadakan pendidikan inklusif

Sekalipun perkembangan pendidikan inklusi di negara kita cukup mendapat

perhatian, apresiasi dan antusiasme dari berbagai kalangan, terutama para praktisi

pendidikan, namun sejauh ini dalam tataran implementasinya di lapangan masih

dihadapkan kepada berbagai isu dan permasalahan.

Hambatan dalam pelaksanaan pendidikan inklusi di Indonesia

1. Jumlah ABK di Indonesia masih sedikit yang terdaftar di sekolah.

Menurut data UNESCO tahun 2009, ranking Indonesia dalam penyelenggaraan

pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus atau ABK terus mengalami

kemerosotan. Pada 2007, ranking Indonesia berada di urutan ke-58 dari 130 negara,

sedangkan pada 2008 turun ke ranking ke-63 dari 130 negara. Pada 2009, ranking

Indonesia bahkan kian merosot hingga di peringkat ke-71 dari 129 negara. Semua hal

di atas dikarenakan jumlah ABK di Indonesia masih sedikit yang terdaftar di sekolah.

2. Kurikulum yang tersusun kaku dan kurang tanggap terhadap kebutuhan anak yang berbeda.banyak negara

mendorong kebutuhan pendidikan dasar tanpa memerhatikan isu pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Namun, pendidikan inklusi tidak kemudian mensyaratkan kurikulum yang terpisah karena itu

justru akan menciptakan segregasi. Kurikulum pendidikan inklusi harus masuk dalam kurikulum

arus utama. Inisiatif para stakeholders, guru dan sekolah, serta masyarakat masih parsialterhadap

penyelenggaraan pendidikan inklusi, sehingga akses Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mengenyam

pendidikan masih begitu sempit.

3. Kebijakan yang kurang mendukung kebijakan pemerintah tidak memisahkan komponen pendidikan khusus

ini, harusnyat idak lagi dibedakan. Pendidikan inklusi sudah bukan lagi tambahan, tetapi masuk dalam

pengaturan umum.

4. Kurangnya ketersediaan anggaran

Minimnya anggaran yang disediakan pemerintah adalah sisi lain akibat tidak adanya dukungan kebijakan

pemerintah.

5. Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM)

Paradigma/ Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan Inklusi Pendidikan inklusi memang tidak popular

dalam masyarakat. Masyarakat hanya disibukan dengan urusan meningkatkan kualitas pendidikan

secara horizontal maupun vertical.Sehingga anak bangsa yang memiliki kebutuhan yang terbatas ini

sering termarginalkan (kaum yang tersisih). Pelayanan pendidikan ini memang memerlukan sarana dan

prasarana yang cukup besar tapi bukan berarti harus ditinggalkan karenamereka mempunyai hak yang sama

untuk mendapatkan pendidikan. Kita harus meninggalkan persepsi konvensional bahwa anak dengan

berkebutuhan terbatas misalnya untuk anak tuna netra hanya dicetak menjadi Tukang Pijat.

Berdasarkan hasil penelitian Sunardi (2009) terhadap 12 sekolah penyelenggara

inklusi di Kabupaten dan Kota Bandung, secara umum saat ini terdapat lima kelompok

issue dan permasalahan pendidikan inklusi di tingkat sekolah yang perlu dicermati dan

diantisipasi agar tidak menghambat, implementasinya tidak bisa, atau bahkan

menggagalkan pendidikan inklusi itu sendiri, yaitu : pemahaman dan implementasinya,

kebijakan sekolah, proses pembelajaran, kondisi guru, dan support system. Salah satu

bagian penting dari suppor system adalah tentang penyiapan anak. Selanjutnya, berdasar

isu-isu tersebut, permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman inklusi dan implikasinya

a. Pendidikan inklusif bagi anak berkelainan/penyandang cacat belum dipahami

sebagai upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan. Masih dipahami sebagai

upaya memasukkan disabled children ke sekolah regular dalam rangka give

education right and kemudahan access education, and againt discrimination.

b. Pendidikan inklusi cenderung dipersepsi sama dengan integrasi, sehingga masih

ditemukan pendapat bahwa anak harus menyesuiakan dengan sistem sekolah.

c. Dalam implementasinya guru cenderung belum mampu bersikap proactive dan

ramah terhadap semua anak, menimbulkan komplain orang tua, dan menjadikan

anak cacat sebagai bahan olok-olokan.

2. Kebijakan sekolah

a. Sekalipun sudah didukung dengan visi yang cukup jelas, menerima semua jenis anak

cacat, sebagian sudah memiliki guru khusus, mempunyai catatan hambatan belajar

pada masing-masing ABK, dan kebebasan guru kelas dan guru khusus untuk

mengimplementasikan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, namun

cenderung belum didukung dengan koordinasi dengan tenaga profesional, organisasi

atau institusi terkait.

b. Masih terdapat kebijakan yang kurang tepat, yaitu guru kelas tidak memiliki

tangung jawab pada kemajuan belajar ABK, serta keharusan orang tua ABK dalam

penyediaan guru khusus.

3. Proses pembelajaran

a. Proses pembelajaran belum dilaksanakan dalam bentuk team teaching, tidak

dilakukan secara terkoordinasi.

b. Guru cenderung masih mengalami kesulitan dalam merumusakan flexible

curriculum, pembuatan IEP, dan dalam menentukan tujuan, materi, dan metode

pembelajaran.

c. Masih terjadi kesalahan praktek bahwa target kurikulum ABK sama dengan siswa

lainnya serta anggapan bahwa siswa cacat tidak memiliki kemampuan yang cukup

untuk menguasai materi belajar.

d. Karena keterbatasan fasilitas sekolah, pelaksanaan pembelajaran belum

menggunakan media, resource, dan lingkungan yang beragam sesuai kebutuhan

anak.

4. Kondisi guru

a. Belum didukung dengan kualitas guru yang memadai. Guru kelas masih dipandang

not sensitive and proactive yet to the special needs children.

b. Keberadaan guru khusus masih dinilai belum sensitif dan proaktif terhadap

permasalahan yang dihadapi ABK.

5. Sistem dukungan

a. Belum didukung dengan sistem dukungan yang memadai. Peran orang tua, sekolah

khusus, tenaga ahli, perguruan tinggi – LPTK PLB, dan pemerintah masih dinilai

minimal. Sementara itu fasilitas sekolah juga masih terbatas.

b. Keterlibatan orang tua sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan

inklusi, belum terbina dengan baik. Dampaknya, orang tua sering bersikap kurang

peduli dan realistik terhadap anaknya.

Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait guru berdasarkan kategori yang

muncul, terdapat sepuluh kategori permasalahan yang diungkapkan guru (Tarnoto, 2016).

Dari 18 Sekolah Inklusi tingkat SD di Yogyakarta yang bersedia di jadikan tempat

penelitian hanya terkumpul 112 data dari guru. Permasalahan utama yang banyak

dikeluhkan guru adalah kurangnya Guru Pendamping Kelas (GPK) sebesar 27,39%,

kurangnya kompetensi guru dalam menangani ABK sebanyak 19,64%, guru kesulitan

dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sebanyak (17,86%), kurangnya pemahaman

guru tentang ABK dan Sekolah Inklusi sebanyak (16,67%), latar belakang pendidikan guru

yang tidak sesuai (5,95%), beban administrasi yang semakin berat untuk guru (5,36%),

kurangnya kesabaran guru dalam menghadapi ABK (2,39%) dan terakhir guru mengalami

kesulitan dengan orangtua (1,78%).

Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait Orangtua yang paling banyak

dikeluhkan oleh guru adalah: kepedulian orangtua terhadap penanganan ABK kurang

(47,27%), selanjutnya permasalahan yang muncul adalah pemahaman orangtua tentang

ABK kurang (41,21%), orangtua merasa malu sehingga menginginkan anaknya

disekolah umum (3,64%), toleransi dari orangtua siswa reguler terhadap ABK

kurang (3,64%), orangtua buta huruf (2,42%), orangtua kurang sabar menangani

ABK (1,21%), pengasuhan orangtua tunggal (0,61%).

Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait siswa yang dikemukakan guru

adalah: ABK dengan permasalahan berbeda dan memerlukan penanganan yang berbeda

(35,29%), ABK mengalami Kesulitan mengikuti materi pelajaran (21,18%), sikap ABK

yang belum bisa mengikuti aturan sehingga mengganggu proses KBM (20%),

permasalahan siswa regular terhadap ABK (14,71%), dan permasalahan terakhir yang

muncul terkait siswa adalah jumlah ABK yang melebihi Kuota dalam tiap kelasnya

(8,82%).

Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait Manajemen Sekolah yang

dikemukakan oleh guru adalah: belum siapnya sekolah dengan program sekolah inklusi

baik dari segi administrasi dan SDM (75%), proses KBM yang belum berjalan maksimal

(17,86%), dan terakhir permasalahan yang muncul terkait orangtua adalah belum adanya

program pertemuan rutin dengan orangtua yang diadakan sekolah (7,14%).

Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait Pemerintah yang dikemukakan oleh

guru adalah: perhatian dan kepedulian pemerintah terhadap pelaksanaan sekolah inklusi

kurang (24.64%), kebijakan terkait pelaksanaan sekolah inklusi belumjelas (21.74%),

belum adanya modifikasi kurikulum khusus sekolah inklusi (20.29%), kurangnya pelatihan

tentang pendidikan inklusi kepada guru (18.84%), Perhatian pemerintah terhadap tenaga

professional yang mendukung sekolah inklusi kurang baik dari segi jumlah dan

kesejahteraannya (10.87%), program yang dilakukan pemerintah belum berkelanjutan

(2.90%), belum ada lembaga khusus yang menangani pelatihan pendampingan ABK

(0.72%).

Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait Masyarakat yang dikemukakan

oleh guru adalah: minimnya pengetahuan masyarakat terkait pendidikan inklusi dan ABK

(41.76%), pandangan negatif masyarakat terhadap ABK dan sekolah inklusi, Kurangnya

dukungan masyarakat terkait pelaksanaan inklusi (24.17%).

Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait yang lainnya adalah:

kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan inklusi (87.10%),

kurangnya keterlibatan dari semua pihak (akademisi, tenaga ahli, guru, sekolah, orangtua,

dan pemerintah) terkait pelaksanaan sekolah inklusi (6,45%), latar belakang sosial yang

mempengaruhi ABK (3.23%), predikat sekolah inklusi membuat sekolah kehilangan

siswa-siswa cerdas (1.61%), belum ada kesepahaman tentang pelaksanaan inklusi antara

berbagai pihak (1.61%). Permasalahan yang muncul antara satu dengan yang lain bila

dikaji lebih lanjut akan saling berkaitan antara satu dengan yang lain, baik dari

permasalahan guru, siswa, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Pertama terkait

permasalahan guru, guru mengeluhkan bahwa kurang kompetensi dalam menangani ABK.

Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman guru tentang ABK dan sekolah inklusi

yang kemudian berdampak pada permasalahan yang muncul selanjutnya yaitu guru

kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini juga didukung dengan kenyataan bahwa

ada beberapa guru yang memiliki latar pendidikan yang tidak sesuai dan kurangnya Guru

Pendamping Kelas sehingga semakin menambah beban kerja guru yang berat baik beban

administrasi maupun beban mengajar hal ini juga secara tidak langsung memberi dampak

pada bagaimana guru menangani siswa di sekolah menjadi tidak maksimal,

Kondisi di lapangan dalam penerapan pendidikan inklusif

Pada sekolah yang secara alami mengembangkan pendidikan inklusif (penulis

observasi di SD Negeri Pecarikan Prembun Kebumen), beberapa kecenderungan yang

terjadi di lapangan, diantaranya (Zahidi, A, 2012):

1. Secara formal belum berpredikat sebagai sekolah inklusif, bahkan sampai sekarang

belum tersentuh proyek sosialisasi dan pelatihan di bidang pendidikan inklusi

2. Para guru awalnya sempat khawatir akan menurunkan citra sekolah.

3. Adanya protes terhadap kenaikan ABK, sementara ada anak normal yang tidak naik

kelas.

4. Tidak ada guru khusus, tetapi ini justru tantangan untuk menemukan metode baru

(kreatif) melalui kebersamaan, saling diskusi, saling berbagai.

5. Perubahan dan proses adaptasi pembelajaran dilakukan terus menerus melalui kerja

sama, saling memotivasi, saling membantu, saling mendukung, komunikasi, dan belajar

dari pengalaman.

6. Mengembangkan kerjasama antar guru dan meningkatkan jalinan komunikasi dengan

orang tua.

7. Sekalipun diakui menambah beban tambahan, namun diterima sebagai tantangan.

Implementasi Pendidikan Inklusi

Dalam menangani anak berkelainan diperlukan keahlian tersendiri karena tidak

semua aktivitas di sekolah dapat diikuti oleh anak cacat, missal anak cacat netra tak

mampu mengikuti pelajaran menggambar atau olah raga begitu pula anak tuna rungu sulit

mengikuti pelajaran seni suara dan cacat yang lain perlu penanganan khusus karena

keterbatasannya. Maka sangat diperlukan guru pembimbing khusus yang mampu

memehami sekaligus menangani keberadaan anak cacat termasuk di dalamnya memahami

karakter dari masing-masing jenis kecacatannya.

Di samping membutuhkan guru khusus, juga perlu membekali pengetahuan tentang

karakter anak cacat terhadap guru umum, siswa yang normal maupun masyarakat sekitar

dnegan harapan anak cacat tersbut dapat diperlalukan secara wajar. Penyelenggaraan

Pendidikan Inklusi memang tidak sesederhana menyelenggarakan sekolah umum.

Kenyataan di lapangan memerlukan sarana yang cukup, misalnya gedung sekolah dengan

menyesuaikan kondisi anak. Peralatan pendidikan yang memadai, contoh bagi tuna netra

perlu alat tulis Braille, tuna rungu perlu alat Bantu dengar, tuna daksa perlu kursi roda dan

masih banyak lagi fasilitas yang harus disediakan dengan harapan anak cacat dapat

berkembang kemampuannya secara optimal.

Mengingat mahalnya fasilitas yang harus disediakan maka sampai tahun 2005, di

seluruh Indonesia baru ada 504 Sekolah Inklusi yang tersebar di seluruh penjuru tanah air.

Sebenarnya cukup banyak sekolah regular yang mengajukan menjadi Sekolah Inklusi,

yakni 1200 sekolah, sedang yang dilaksanakan baru 504 sekolah dan yang lain perlu

dipelajari kesiapan karena konsekuensinya Pemerintah memberikan subsidi Rp. 5 juta di

setiap sekolah dan fasilitas lain sebagai penunjang kegiatan bagi anak yang cacat tersebut.

Keberadaan anak cacat (diffable) tak lepas dari peran serta tenaga ahli. Apabila

Pendidikan Inklusi benar-benar diselenggarakan secara ideal setiap sekolah harus ada,

sebab tanpa pengawasan dan penanganan secara khusus dapat erakibat fatal. Suatu contoh :

anak cerebral Palsy (jenis tuna dasa) perlu dokter syaraf, orthopedic dan psikolog, sebab

anak seperti ini memerlukan ketenangan jiwa sehingga mampu menjaga kondisi yang

prima. Belum lagi cacat yang lain.

Konsekuensi dari penyelenggaraan program ini harus embutuhkan biaya yang mahal,

sehingga idealnya pemerintah mengambil peran agar benar-benar pendidikan ini dapat

terlaksana dengan baik. Untuk menopang suksesnya penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

perlu kerjasama dengan semua pihak mengingat kemampuan Pemerintah untuk membantu

masih sangat terbatas sementara anak cacat yang belum tertampung mengikuti pendidikan

formal semakin banyak sehingga dapat menjadikan kendala suksesnya Wajar 9 Tahun.

Keterpaduan kerjasama sangat mendesak sehingga pemerintah tak perlu menunggu

waktu lama dengan alasan dana pendidikan terbatas. Alokasi 20 % masih sangat jauh dan

sebagainya. Namun, memfungsikan beberapa unsur terkait dapat mengalokasikan program

ini. Apabila di sekolah-sekolah umum kekurangan guru khusus dapat mengangkat lulusan

SGPLB dan S1 PLB atau mengoptimalkan guru-guru khusus di sekolah terpadu dengan

system guru kunjung.

Tentang masalah tenaga ahli dapat kerjasama dengan puskesmas atau rumah sakit

terdekat dengan cara menjalin kerjasama antara departemen atau institusi dengan diperluas

adanya SKB (Surat keputasan Bersama) para pejabat pemerintah.

Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah

siswa penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan layanan

pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk memenuhi keberagaman

kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak yang belum

mendapatkan pendidikan.

Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan

Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Tuna Netra

2. Tuna Rungu

3. Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)

4. Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70)

5. Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50)

6. Tuna Grahita Berat (IQ < 25)

7. Tuna Daksa

8. Tuna Laras (Dysruptive)

9. Tuna Wicara

10. Tuna Ganda

11. HIV AIDS

12. Gifted : Potensi kecerdasan istimewa (IQ > 125 ) J. Talented : Potensi bakat

istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-spatial,

Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual).

13. Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca,

Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)

14. Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 )

15. Autis

16. Korban Penyalahgunaan Narkoba

17. Indigo

Pendekatan secara kurikulum nasional dikaitkan dengan Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK). Kurikulum pendidikan nasional yang diterapkan saat ini ternyata sangat

menyulitkan anak-anak yang berkebutuhan khusus (ABK), seperti yang terjadi di sekolah-

sekolah inklusi. Kebutuhan sekolah inklusi ini bukan kurikulum yang berfokus bagaimana

mengarahkan siswa agar sesuai harapan standar kurikulum yang berangkat dari sekedar

bagaimana mengatasi keterbatasan siswa, tetapi berangkat dari penghargaan, optimisme

dan potensi positif anak yang berkebutuhan khusus. Tetapi kenyataan yang ada sekarang,

kurikulum pendidikan nasional masih kaku, arogan dan tidak mau mengalah. Bahkan

terhadap siswa yang termasuk ABK, dimana siswanyalah yang harus mengalah dan

menyesuaikan diri, bukan kurikulum yang menyesuaikan diri dengan potensi siswa.

Kondisi tersebut sangat menyulitkan anak-anak berkebutuhan khusus yang berada dalam

kelas inklusi.

Selain kurikulum yang menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah inklusi

adalah, banyak guru yang masih belum memahami program inklusi. Kalaupun ada yang

paham, keterampilan untuk menjalankan sekolah inklusi, itupun masih jauh dari harapan.

Bahkan ketersediaan guru pendamping khusus juga belum mencukupi. Salah satu program,

mendesak yang harus dikuasai guru dalam program sekolah inklusi tersebut adalah

menambah pengetahuan dan ketrampilan deteksi dini gangguan dan potensi pada anak.

Pendidikan inklusi berarti juga harus melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses

perencanaan, karena keberhasilan pendidikan inklusi tersebut sangat bergantung pada

partisipasi aktif orang tua bagi pendidikan anaknya.

Model Kelas Inklusi.

Direktorat PLB (2007: 7) menjelaskan tentang penempatan anak berkelainan di sekolah

inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut:

1. Kelas reguler (inklusi penuh). Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal)

sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.

2. Kelas reguler dengan cluster. Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di

kelas reguler dalam kelompok khusus.

3. Kelas reguler dengan pull out

Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam

waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan

guru pembimbing khusus.

4. Kelas reguler dengan cluster dan pull out

Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok

khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber

untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

5. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian

Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam

bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler.

6. Kelas khusus penuh

Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler.

Pentingnya Pendidikan Inklusi

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban

untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa

terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti

yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem pendidikan di

Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya

segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan

perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas

segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar

menghormati realitas kehidupan dalam masyarakat.

Pendidikan inklusi adalah hak asasi manusia, di samping merupakan pendidikan

yang baik dan dapat menumbuhkan rasa sosial. Itulah ungkapan yang dipakai untuk

menggambarkan pentingnya pendidikan inklusi. Ada beberapa argumen di balik

pernyataan bahwa pendidikan inklusi merupakan hak asasi manusia: (1) semua anak

memiliki hak untuk belajar bersama; (2) anak-anak seharusnya tidak dihargai dan

didiskriminasikan dengan cara dikeluarkan atau disisihkan hanya karena kesulitan belajar

dan ketidakmampuan mereka; (3) orang dewasa yang cacat, yang menggambarkan diri

mereka sendiri sebagai pengawas sekolah khusus, menghendaki akhir dari segregrasi

(pemisahan sosial) yang terjadi selama ini; (4) tidak ada alasan yang sah untuk

memisahkan anak dari pendidikan mereka, anak-anak milik bersama dengan kelebihan dan

kemanfaat untuk setiap orang, dan mereka tidak butuh dilindungi satu sama lain (CSIE,

2005).

Adapun alasan-alasan di balik pernyataan bahwa pendidikan inklusi adalah

pendidikan yang baik: (1) penelitian menunjukkan bahwa anak-anak akan bekerja lebih

baik, baik secara akademik maupun sosial, dalam setting yang inklusif; (2) tidak ada

pengajaran atau pengasuhan dalam sekolah yang terpisah/khusus yang tidak dapat terjadi

dalam sekolah biasa; (3) dengan diberi komitmen dan dukungan, pendidikan inklusif

merupakan suatu penggunaan sumber-sumber pendidikan yang lebih efektif. Dan argumen-

argumen dibalik pernyataan bahwa pendidikan inklusi dapat membangun rasa sosial: (1)

segregasi (pemisahan sosial) mendidik anak menjadi takut, bodoh, dan menumbuhkan

prasangka; (2) semua anak membutuhkan suatu pendidikan yang akan membantu mereka

mengembangkan relasi-relasi dan menyiapkan mereka untuk hidup dalam arus utama; dan

(3) hanya inklusi yang berpotensi untuk mengurangi ketakutan dan membangun

persahabatan, penghargaan dan pengertian (CSIE, 2005).

Pertimbangan filosofis yang menjadi basis pendidikan inklusi paling tidak ada

tiga. Pertama, cara memandang hambatan tidak lagi dari perspektif peserta didik, namun

dari perspektif lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah harus memainkan peran sentral

dalam transformasi hambatan-hambatan peserta didik. Kedua, perspektif holistik dalam

memandang peserta didik. Dengan perspektif tersebut, peserta didik dipandang mampu dan

kreatif secara potensial. Sekolah bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan di

mana potensi-potensi tersebut berkembang. Ketiga, prinsip non-segregasi. Dengan prinsip

ini, sekolah memberikan pemenuhan kebutuhan kepada semua peserta didik. Organisasi

dan alokasi sumber harus cukup fleksibel dalam memberikan dukungan yang dibutuhkan

kelas. Masalah yang dihadapi peserta didik harus didiskusikan terus menerus di antara staf

sekolah, agar dipecahkan sedini mungkin untuk mencegah munculnya masalah-masalah

lain (UNESCO, 2003).

Hasil penelitian Zakia (2015) menunjukkan bahwa Guru Pendamping Khusus (GPK)

masih bertugas seperti guru pada umumnya yaitu berdiri di kelas dan mengajar anak-anak

berkebutuhan khusus. GPK ini mengajar layaknya guru kelas dan bahkan ada juga yang

menjadi guru kelas karena permasalahan kekurangan guru yang dialami pihak sekolah.

Dampak yang dialami sekolah dengan tidak tersedianya guru pembimbing khusus dalam

pendidikan inklusi adalah pemenuhan kebutuhan ABK terutama program khususnya tidak

terpenuhi, ABK dianggap sebagai pengganggu dalam kelancaran pelaksanaan program

pendidikan; guru kelas tidak dapat memfasilitasi kebutuhan ABK di kelas; kebijakan

sekolah untuk menerima siswa-siswa normal dan ABK dengan tingkat hambatan yang

ringan. Sedangkan ABK dengan tingkat hambatan sedang dan berat langsung diarahkan ke

SLB. Untuk mengatasi tidak tersedianya GPK dilakukan upaya dengan mengangkatGPK

honorer, bekerja sama dengan SLB terdekat untuk mendatangkan guru kunjung,

Kesimpulan

Pendidikan inklusif sebagai suatu sistem layanan ABK menyatu dalam layanan

pendidikan formal. Konsep ini menunjukkan hanya ada satu sistem pembelajaran dalam

sekolah inklusif, tetapi mampu mengakomudasi perbedaan kebutuhan belajar setiap

individu. Dalam Sistem persekolahan Nasional yang selama ini masih cenderung

menerapakan layanan pembelajaran dengan “model ketuntasan hasil belajar bersama”

melalui bentuk belajar klasikal berdampak kurang memberikan kefleksibelan penerapan

pendidikan inklusif, terutama bagi ABK dengan kondisi kemampuan mental rendah.

Sekalipun perkembangan pendidikan inklusi di Indonesia saat ini semakin diterima

dan berkembang cukup pesat, namun dalam tataran implementasinya masih dihadapkan

kepada berbagai problema, isu, dan permasalahan yang harus disikapi secara bijak

sehingga implementasinya tidak menghambat upaya dan proses menuju pendidikan

inklusif itu sendiri serta selaras dengan filosofi dan konsep-konsep yang mendasarinya.

DAFTAR PUSTAKA

Centre for Studies on Inclusive Education. 2005. Supporting, Inclusion, Challenging

Exclusion. Inclusion U-turn Dismays Campaigners.

Yusuf, Abdul Salim Choiri munawir. 2009. Pendidikan Anak Nerkebutuhan Khusus

Secara Inklusif. FKIP .UNS

Hossain, Md. Mokter dan Shahidullah, Kazi Kl. 2012. Inclusive Education in The United

States. University of Dhaka Bangladesh dan Institute of Education and Research.

Suparno. 2008. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Tarnoto, Nissa. 2016. Permasalaham-Permasalahan yang Dihadapi Sekolah

Penyelenggara Pendidikan Inklusif pada Tingkat SD. Humanitas, Vol. 13, No. 1

hal. 50-61.

UNESCO. 2003. Conseptual Paper: UNESCO Inclusive Education, a Challenge and a

Vision. http://portal.unesco.org/education/en/ev.php.

Zahidi A., Syukron. 2012. Permasalahan-Permasalahan dalam Implementasi Pendidikan

Inklusif. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Zakia, Dieni Laylatul. 2015. Guru pembimbing Khusus (GPK). Pilar Pendidikan Inklusi.

Prosiiding Seminar Nasional Pendidikan. Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang

Pendidikan Jurnal Bereputasi, Surkarta, 21 November 2015.

Lampiran

DOKUMENTASI KEGIATAN

Seminar Pendidikan Internasional Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Matematika Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

“Implementas Pendidikan Inklusif di Era Gobalisasi”

Rabu, 16 November 2016

Pembukaan Acara Seminar Pendidikan Internasional oleh Master of Ceremony

Fahrozi dan Adeli Fadilah

Panitia Registrasi Peserta Seminar Pendidikan Internasional

Suasana Registrasi Peserta Seminar Pendidikan Internasional

Peserta Seminar Pendidikan Internasional

Narasumber Seminar Pendidikan Internasional

Pembukaan Susunan Acara Seminar Pendidikan Internasional oleh MC

Fahrozi dan Adelia Fadilah

Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an oleh Muhammad Zulfikarazmi Manurung

Menyanyikan lagu Indonesia Raya dipandu oleh Adinda Pratiwi

Laporan Ketua Panitia oleh Muhammad Hidayat

Kata Sambutan Ketua Umum HMJ Pendidikan Matematika oleh Al Fajri Bahri

Kata Sambutan sekaligus membuka acara Seminar Pendidikan Internasional oleh Wakil

Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurun yaitu

Dr. Mesiono, M. Pd

Pembacaan Doa oleh Anwar Sadat

Hiburan Tari Daerah Batak Toba oleh Mahasiswi Pendidikan Matematika

Moderator Seminar Pendidikan Internasional oleh Nanda Tia Losi

Penyampaian dari Pemateri Pertama oleh Mr. Daiki Yokoyama

Penyampaian dari Pemateri Kedua oleh Tuan Amizal Fazdli bin Rajali

Penyampaian dari Pemateri Ketiga oleh Dr. Edi Surya, M.Si

Penyerahan cendera mata kepada Mr. Daiki Yokoyama

Penyerahan cendera mata kepada Mr. Daiki Yokoyama

Penyerahan cenderamata kepada Tuan Amizal Fazdli bin Rajali

Penyerahan cenderamata kepada Tuan Amizal Fazdli bin Rajali

Penyerahan cenderamata kepada Dr. Edi Surya, M.Si

Penyerahan cenderamata kepada Dr. Edi Surya, M.Si