laporan geoteknik gerakan tanah

Upload: abdul-hakim

Post on 09-Oct-2015

84 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Maksud Mengetahui macam-macam gerakan tanah dilapangan Mengetahui faktor-faktor penyebab gerakan tanah

1.2 Tujuan Dapat mengetahui macam-macam gerakan tanah dilapangan Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab gerakan tanah

1.3 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan PraktikumWaktu : Rabu, 2 Oktober 2013Tempat: Ruang Seminar Gedung Pertamina Sukowati

BAB IIDASAR TEORI

2.1 Pengertian Gerakan TanahGerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak, datar, atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi bila ada gangguan kesetimbangan pada saat itu. Gerakan tanah adalah suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk mencapai kondisi baru akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia. Gerakan tanah akan terjadi pada suatu lereng, jika ada keadaan ketidakseimbangan yang menyebabkan terjadinya suatu proses mekanis, mengakibatkan sebagian dari lereng tersebut bergerak mengikuti gaya gravitasi, dan selanjutnya setelah terjadi longsor, lereng akan seimbang atau stabil kembali. Jadi longsor merupakan pergerakan massa tanah atau batuan menuruni lereng mengikuti gaya gravitasi akibat terganggunya kestabilan lereng. Apabila massa yang bergerak pada lereng ini didominasi oleh tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik berupa bidang miring maupun lengkung, maka proses pergerakan tersebut disebut sebagai longsoran tanah.

2.2 Jenis-jenis Gerakan TanahGerakan massa tanah (mass movement) merupakan gerakan massa tanah yang besar disepanjang bidang longsor kritisnya. Menurut Cruden dan Varnes dalam Hardiyatmo (2006) karakteristik gerakan massa pembentuklereng dapat dibagi menjadi lima macam :1. Jatuhan (falls)2. Robohan (topples)3. Longsoran (slides)4. Sebaran (spreads)5. Aliran (flows)

Jatuhan (falls)Jatuhan merupakan jenis gerakan tanah lempung yang terjadi bila air hujan mengisi retakan di puncak sebuah lereng yang terjal. Jatuhan yang disebabkan oleh retakan yang dalam umumnya runtuh miring ke belakang, sedangkan untuk retakan yang dangkal rutuhanya ke depan. Jatuhan batuan dapat terjadi pada semua jenis batuan dan umumnya terjadi karena pelapukan, perubahan tempetatur, tekanan air atau penggalian bagian bawah lereng. Jatuhan terjadi di sepanjang kekar, bidang dasar atau zona patahan lokal. Sampai saat ini tidak ada metoda yang cocok untuk menganalisis stabilitas lereng dengan tipe jatuhan. Menurut Zakaria, Jatuhan adalah jatuhan atau massa batuan bergerak melalui udara,termasuk gerak jatuh bebas, meloncat dan penggelindingan bongkah batu dan bahan rombakan tanpa banyak bersinggungan satu dengan yang lain. Termasuk jenis gerakan ini adalah runtuhan (urug, lawina, avalanche) batu,bahan rombakan maupun tanah.

Gambar 2.1. Jatuhan (falls)

Robohan (topples)Robohan adalah gerakan material roboh dan biasanya terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal sampai tegak yang mempunyai bidang-bidang ketidakmenerusan yang relatif vertikal. Tipe gerakan ini hampir sama dengan jatuhan, hanya gerakan batuan longsor adalah mengguling hingga roboh, yang berakibat batuan lepas dari permukaan lerengnya. Faktor utama yang menyebabkan robohan, adalah seperti halnya kejadian jatuhan batuan, yaitu air yang mengisi retakan.

Gambar 2.2.Robohan (topples)

Longsoran (slides)Longsoran adalah gerakan material pembentuk lereng yang diakibatkan oleh terjadinya kegagalan geser, di sepanjang satu atau lebih bidang longsor. Massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpecah-pecah. Longsoran juga terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah longsor rotasi, longsor translasi, dan kelongsoran blok.

Gambar 2.3. Jenis-jenis longsoran (slides)

2.6.4.Sebaran (spreads) Sebaran merupakan kombinasi dari meluasnya massa tanah dan turunnya massa batuan dan terpecah-pecah ke dalam material lunak di bawahnya.

Gambar 2.4 Sebaran (spreads)2.6.5.Aliran (flows)Aliran adalah gerakan dari material yang telah hancur ke bawah lereng dan mengalir seperti cairan kental. Alirannya sering terjadi dalam bidang geser relatif sempit. Material yang terbawa oleh aliran biasanya terdiri dari berbagai macam partikel tanah (termasuk batu-batu besar), kayu, ranting,dan lain-lain. Adapun jenis-jenis dari aliran,adalah :1. Aliran tanah (earth flow)Adalah aliran yang terjadi pada tanah lempung dan lanau sehabis hujan lebat. 2. Aliran lumpur (mud flow) Adalah aliran yang biasanya terjadi pada kemiringan 5 sampai 15 derajat pada tanah lempung yang padat dan retak-retak di antara lapisan-lapisan pasir yang bertekanan air pori tinggi.3. Aliran debris (debris flow)Merupakan aliran yang biasa terjadi pada material berbutir kasar misalnya pada lereng yang kering dimana tidak ditumbuhi pepohonan.4. Aliran Longsoran (flow slide)Gerakan material pembentuk lereng akibat likuifasi pada lapisan pasor halus atau lanau yang tidak padat dan umumnya terjadi pada lereng bagian bawah.

Gambar 2.5 Jenis-jenis aliran (flows)BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan3.1.1 Alat a. Buku catatan lapanganb. Pensilc. penghapusd. kamera

3.2 Langkah Kerja1. Persiapan alat dan bahan2. Menentukan lapangan yang akan didatangi untuk dideskripsi3. Pendeskripsian STA berdasarkan jenis gerakan tanah4. Mencatat data yang didapat dari stasiun pengamatan5. Mengambil foto dari stasiun pengamatan6. Analisis data7. Pembuatan Laporan

3.3 Diagram Alir3.3.1 Diagram Alir di Lapangan

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Penentuan Stasiun Pengamatan

Pendeskripsian STA

Analisis data

Pencatatan data lapangan

Pengambilan foto lapangan

Pembuatan Laporan

Selesai

3. BAB IVHASIL PENGAMATAN

4. 4.1. STA 1Lokasi: Bukit Diponegoro, Tembalang, SemarangMorfologi: Perbukitan landaiJenis Longsoran: Slump atau Nendatan

Gambar 4.1 Singkapan pada STA 1 berupa nendatanLitologi: Breksi vulkanik terlapukkanTingkat Pelapukan : Sedang-tinggiDeskripsi Singkapan: Mempunyai satuan litologi berupa breksi vulkanikterlapukan dengan ciri-ciri antara lain mempunyai warna yang coklat kemerahan, sortasi yang buruk, mempunyai tingkat pelapukan sedang-tinggi, tingkat kepadatannya lepas. Dengan litologi breksi vulkanik terlapukkan ini diperkirakan di daerah ini mempunyai formasi kaligetas. Jenis longsoran pada singkapan ini berupa tanah dan atau batuan memiliki bidang gelincir yang melengkung. Terdapat batuan dasar di bawah bagian yang terlongsorkan. Terdapat perbedaan sifat fisik antara material atas dengan batuan dasar atau disebut pula dengan slump atau nendatan. 4.2. STA 2Lokasi: Bukit Diponegoro, Tembalang, SemarangMorfologi: Perbukitan landaiJenis Longsoran: Longsoran translasi

Gambar 4.2 Singkapan pada STA 2 berupa longsoran translasiLitologi: Breksi vulkanik terlapukkanTingkat Pelapukan : Sedang-tinggiDeskripsi Singkapan: Mempunyai satuan litologi berupa breksi vulkanikterlapukan dengan ciri-ciri antara lain mempunyai warna yang coklat kemerahan, sortasi yang buruk, mempunyai tingkat pelapukan sedang-tinggi, tingkat kepadatannya lepas. Dengan litologi breksi vulkanik terlapukkan ini diperkirakan di daerah ini mempunyai formasi kaligetas. Jenis longsoran pada singkapan ini berupa pergerakan massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai, yang mana biasa disebut sebagai longsoran translasi.

4.3. STA 3Lokasi: Bukit Diponegoro, Tembalang, SemarangMorfologi: Perbukitan landaiJenis Longsoran: Slump atau Nendatan

Gambar 4.3 Singkapan pada STA 3 berupa nendatanLitologi: Breksi vulkanik terlapukkanTingkat Pelapukan : Sedang-tinggiDeskripsi Singkapan: Mempunyai satuan litologi berupa breksi vulkanikterlapukan dengan ciri-ciri antara lain mempunyai warna yang coklat kemerahan, sortasi yang buruk, mempunyai tingkat pelapukan sedang-tinggi, tingkat kepadatannya lepas. Dengan litologi breksi vulkanik terlapukkan ini diperkirakan di daerah ini mempunyai formasi kaligetas. Jenis longsoran pada singkapan ini berupa tanah dan atau batuan memiliki bidang gelincir yang melengkung. Terdapat batuan dasar di bawah bagian yang terlongsorkan. Terdapat perbedaan sifat fisik antara material atas dengan batuan dasar atau disebut pula dengan slump atau nendatan.

4.4. STA 4Lokasi: Bukit Diponegoro, Tembalang, SemarangMorfologi: Perbukitan landaiJenis Longsoran: Creep atau Rayapan

Gambar 4.4 Singkapan pada STA 4 berupa rayapanLitologi: Breksi vulkanik terlapukkanTingkat Pelapukan : Sedang-tinggiDeskripsi Singkapan: Mempunyai satuan litologi berupa breksi vulkanikterlapukan dengan ciri-ciri antara lain mempunyai warna yang coklat kemerahan, sortasi yang buruk, mempunyai tingkat pelapukan sedang-tinggi, tingkat kepadatannya lepas. Dengan litologi breksi vulkanik terlapukkan ini diperkirakan di daerah ini mempunyai formasi kaligetas. Jenis longsoran pada singkapan ini berupa rayapan tanah, yang mana merupakan jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran halus dan kasar.Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bias menyebabkan tiang-tiang telepon, listrisk ataupun pohon dan rumah miring kebawah.4.5. STA 5Lokasi: Sigar Bencah, Bulusan, SemarangMorfologi: Tebing TerjalJenis Longsoran: Fall atau Jatuhan

Gambar 4.5 Singkapan pada STA 5 berupa jatuhanLitologi: Breksi vulkanikTingkat Pelapukan : Sedang-tinggiDeskripsi Singkapan: Mempunyai satuan litologi berupa breksi vulkanikdengan ciri-ciri antara lain mempunyai warna yang coklat cerah dengan ukuran fragmen dari kerakal hingga bongkah, sortasi yang buruk, mempunyai tingkat pelapukan sedang-tinggi, tingkat kepadatannya lepas. Dengan litologi breksi vulkanik terlapukkan ini diperkirakan di daerah ini mempunyai formasi kaligetas. Jenis longsoran pada singkapan ini berupa tanah dan atau batuan yang bersifat jatuh bebas langsung dari suatu lereng/tebing yang terjal hingga menggantung yang disebut pula fall atau jatuhan.Gaya gravitasi sangatlah berpengaruh pada proses gerakan ini. BAB VPEMBAHASAN 5.1 STA 1Pada lokasi pengamatan pertama, lokasinya masih berada di sekitar Bukit Diponegoro. Kesampaian lokasi sekitar 10 menit perjalanan dari kampus teknik geologi dengan menggunakan sepeda motor.Diketahui bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai morfologi perbukitan landai. Pada daerah ini mempunyai litologi yang berupa pelapukan dari breksivulkanik. Pada lokasi tertentu didapati adanya gerakan tanah yang berupa seperti tanah longsoran namun bentuknya seperti berundak. Daerah ini berada di lereng perbukitannya. Gerakan tanah seperti ini dinamakan slump atau nendatan. Nendatan itu sendiri merupakan arti lain dari slump. Nendatan merupakan suatu pergerakan tanah yang mempunyai karakteristik dimana Material batuan dan sedimen longsor menurun sepanjang permukaan planar. Hal ini menyebabkan adanya beberapa material yang longsor dan seperti berundak. Kecepatan dari pergerakan jenis nendatan ini cukup lambat. Sedangkan menurut klasifikasi yang ada jenis pergerakan tanah nendatan ini termasuk tipe pergerakan longsoran yang mempunyai arah yang berotasi.

Gambar 5.1 Singkapan keterdapatan nendatan Nendatan ini disebabkan oleh adanya dasar lereng yang telah terkikis dan selanjutnya pergerakan material diatasnya. Pada daerah ini pada umumnya merupakan daerah yang berada pada kawasan yang berbukit dimana mempunyai kelerengan yang dapat menjadi bidang gelincirnya. Pada daerah ini juga sudah mendapat campur tangan dari manusia. Dimana pada daerah ini sekitarnya telah terjadi pembangunan perumahan. Sehingga dapat menyebabkan daerah menjadi terkikis ataupun rusak akibat pembangunan perumahan tersebut.5.2 STA 2Pada lokasi pengamatan yang kedua ini, lokasinya masih berada di sekitar Bukit Diponegoro. Kesampaian lokasi sekitar 10 menit perjalanan dari lokasi pengamatan pertama dengan menggunakan sepeda motor. Pada lokasi pengamatan ini, litologinya berupa breksi vulkanik. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya fragmen-fragmen batuan beku dengan bentuk fragmen yang angular atau meruncing. Namun, litologi yang ada sebagian besar telah terlapukkan, dengan derajat pelapukan sedang hingga tinggi. Dikatakan demikian karena pada lokasi tersebut, hampir keseluruhan batuan telah menjadi tanah. Karakteristik tanah yang ada berwarna coklat kemerahan dengan sedikit butiran-butiran kecil batuan beku yang masih utuh. Berdasarkan gambar, batuan yang telah terlapukkan menjadi tanah tersebut, telah mengalami suatu gerakan. Gerakan tanah tersebut dapat dikategorikan sebagai gerakan tanah berupa longsoran atau slide. Dikatakan demikian karena yang bergerak berupa massa tanah yang gerakannya meluncur ke area yang lebih rendah, dengan bidang gelincir landai. Bidang gelincirnya berupa bidang rata, sehingga dapat disebut sebagai longsoran tanah translasi.

Gambar 5.2 Singkapan keterdapatan longsoran translasiPenyebab longsoran ini adalah, menurut interpretasi kami, karena adanya perbedaan topografi, serta kemiringan yang memungkinkan terjadinya pergerakan massa tanah, kemudian massa tanah tersebut berusaha untuk mencapai kesetimbangan, sehingga terjadilah longsoran tanah translasi ini.5.3 STA 3Pada lokasi pengamatan ketiga, lokasinya masih berada di sekitar Bukit Diponegoro. Kesampaian lokasi sekitar 10 menit perjalanan dari stasiun pengamatan sebelumnya dengan jalan kaki.Diketahui bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang juga mempunyai morfologi perbukitan landai. Pada daerah ini mempunyai litologi yang berupa pelapukan dari breksivulkanik seperti STA sebelumnya. Pada lokasi ini didapati adanya gerakan tanah yang berupa seperti tanah longsoran namun bentuknya seperti berundak. Daerah ini berada di lereng perbukitannya. Gerakan tanah seperti ini dinamakan slump atau nendatan. Nendatan itu sendiri merupakan arti lain dari slump. Nendatan merupakan suatu pergerakan tanah yang mempunyai karakteristik dimana Material batuan dan sedimen longsor menurun sepanjang permukaan planar. Hal ini menyebabkan adanya beberapa material yang longsor dan seperti berundak. Kecepatan dari pergerakan jenis nendatan ini cukup lambat. Sedangkan menurut klasifikasi yang ada jenis pergerakan tanah nendatan ini termasuk tipe pergerakan longsoran yang mempunyai arah yang berotasi.

Gambar 5.3 Singkapan keterdapatan nendatan Nendatan ini disebabkan oleh adanya dasar lereng yang telah terkikis dan selanjutnya pergerakan material diatasnya. Pada daerah ini pada umumnya merupakan daerah yang berada pada kawasan yang berbukit dimana mempunyai kelerengan yang dapat menjadi bidang gelincirnya. Pada daerah ini juga sudah mendapat campur tangan dari manusia. Dimana pada daerah ini sekitarnya telah terjadi pembangunan perumahan. Sehingga dapat menyebabkan daerah menjadi terkikis ataupun rusak akibat pembangunan perumahan tersebut.5.4 STA 4Lokasi pengamatan yang keempat ini memiliki kesmpaian daerah sekitar 10 menit dari lokasi pengamatan ketiga dengan menggunakan sepeda motor. Lokasi pengamatan ini berada di daerah sekitar Bukit Diponegoro. Pada lokasi pengamatan ini, litologi yang dapat ditemui berupa breksi vulkanik yang telah terlapukkan. Hal tersebut dapat terlihat dari lapukkan tanah yang memiliki karakteristik sama dengan yang ada pada lokasi pengamatan sebelumnya, yaitu adanya fragmen-fragmen kecil batuan beku yang meruncing dan tanahnya berwarna coklat kemerahan. Pada lokasi yang berupa jalan raya dan dengan pemukiman penduduk di sekitarnya, dapat diindikasikan bahwa pada lokasi ini, terjadi proses denudasi berupa gerakan tanah. Gerakan tanah yang ada pada lokasi ini, adalah berupa rayapan tanah atau creep. Jenis gerakan ini sangat lambat dan tidak terlihat, namun dapat dilihat dari adanya beberapa tiang listrik atau lampu jalan yang miring. Gerakan tanah tersebut terjadi karena adanya proses denudasi atau proses dimana massa tanah berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Gerakan tanah jenis rayapan ini tidak bisa dilihat secara langsung.

Gambar 5.4 Singkapan keterdapatan adanya Creep

5.5 STA 5Lokasi pengamatan yang terakhir ini memiliki kesampaian daerah sekitar 20 menit dari lokasi pengamatan ketiga dengan menggunakan sepeda motor. Lokasi pengamatan ini berada di daerah Sigar Bencah, Bulusan, Semarang. Diketahui bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai morfologi berbentuk lereng lumayan terjal dengan terdapat tebing pada beberapa titik daerah tersebut. Pada daerah ini mempunyai litologi yang berupa breksivulkanik yang masih terlihat fresh. Pada lokasi tertentu didapati adanya gerakan tanah yang berupa batuan yang runtuh dan jatuh Daerah ini berada pada tebing yang curam. Jatuhan atau fall ini disebabkan adanya runtuhan batuan yang berasal dari tebing jatuh ke bawah. Fall ini terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Jatuhan ini dapat diakibatkan karena tebing tersebut sudah rapuh ataupun kering yang diakibatkan oleh tidak adanya akar pohon yang menopangnya. Hal ini juga diakibatkan oleh gravitasi yang ada ataupun campur tangan manusia yang merusak kekokohan dari tebing tersebut. Dilihat dari tebing yang ada pada lapangan terlihat tebing yang cukup tandus dengan sedikit peopohan. Sehingga penyebab terjadinya jatuhan yang telah dijelaskan tersebut menyebabkan adanya gerakan tanah yang berupa jatuhan. Daerah ini juga berdekatan jalan raya Sigar Bencah yang kemungkinan faktor penyebab lainnya yaitu kerusakan yang diakibatkan oleh adanya jalan raya.

Gambar 5.5 Singkapan pada STA 5 berupa fall

BAB VIPENUTUP

6.1 Kesimpulan6.1.1 STA 1 berada pada daerah Bukit Diponegoro, Tembalang, Semarang dengan bentukan morfologi berupa perbukitan landai dan litologi berupa breksi vulkanik yang sudah terlapukkan dengan tingkat pelapukan sedang hingga tinggi, serta pada STA 1 ini terjadi longsoran berjenis slump atau nendatan.6.1.2 STA 2 berada pada daerah Bukit Diponegoro, Tembalang, Semarang dengan bentukan morfologi berupa perbukitan landai dan litologi berupa breksi vulkanik yang sudah terlapukkan dengan tingkat pelapukan sedang hingga tinggi, serta pada STA 2 ini terjadi longsoran berjenis longsoran translasi.6.1.3 STA 3 berada pada daerah Bukit Diponegoro, Tembalang, Semarang dengan bentukan morfologi berupa perbukitan landai dan litologi berupa breksi vulkanik yang sudah terlapukkan dengan tingkat pelapukan sedang hingga tinggi, serta pada STA 3 ini terdapat jenis longsoran berjenis slump atau nendatan.6.1.4 STA 4 berada pada daerah Bukit Diponegoro, Tembalang, Semarang dengan bentukan morfologi berupa perbukitan landai dan litologi berupa breksi vulkanik yang sudah terlapukkan dengan tingkat pelapukan sedang hingga tinggi, serta pada STA 4 ini dapat dilihat keterdapatan adanya jenis longsoran berupa rayapan atau creep.6.1.5 STA 5 berada pada daerah Sigar Bencah, Bulusan, Semarang dengan bentukan morfologi berupa tebing terjal dan litologi berupa breksi vulkanik dengan tingkat pelapukan sedang hingga tinggi, serta pada STA 5 ini terdapat jenis longsoran berupa jatuhan atau fall.

6.2 Saran6.2.1 Sebaiknya asisten memperhatikan betul kondisi praktikan sebelum memberi materi yang akan diajarkan.6.2.2 Pengamatan di lapangan sebaiknya dilakukan secara cermat serta berhati-hati untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan data lapangan.6.2.3 Berhati hatilah saat pengambilan data di lapangan, dikarenakan kondisi lapangan yang ekstrem sehingga dapat menimbulkan cedera.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/astronomi28/savedfiles?s_title=fenomena-penurunan-muka-tanah-di-kota-semarang-13566532&user_login=pamboedi(diakses pada Selasa 1 Oktober 2013 pukul 21.55 WIB)Suara Merdeka. 5 Februari, 2012 .Penurunan Tanah di Semarang Karena ProsesKonsolidasi, hlm. 21. User, Super.(2012).Semarang Ambles 13 Cm/Tahun. Dalam http://www.apeksi.or.id/index.php/berita/regional/8-semarang-ambles-13-cm-tahun. (diakses pada Selasa 9 Oktober 2013 pukul 22.00 WIB)Yudopotter.(2009).Faktor-FaktorPenyebab Penurunan Muka Tanah (LandSubsidence). dalam http://yudopotter.wordpress.com/2009/05/06/faktor-faktor-penyebab-penurunan-muka-tanah-land-subsidence. (diakses pada Selasa 9 Oktober 2013 pukul 22.15 WIB)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHANiDAFTAR ISIiiDAFTAR GAMBARiiiBAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud1 1.2 Tujuan1 1.3 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktikum1BAB II DASAR TEORI 2BAB III METODOLOGI 6BAB IV LEMBAR DESKRIPSI 8BAB V PEMBAHASAN 5.1 STA 113 5.2 STA 214 5.3 STA 315 5.4 STA 416 5.5 STA 517BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan19 6.2 Saran20DAFTAR PUSTAKA21

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jatuhan (falls)3Gambar 2.2 Robohan (Topples)4Gambar 2.3 Jenis Longsoran4Gambar 2.4 Sebaran (Spreads)5Gambar 2.5 Jenis-jenis Aliran (Flows)5Gambar 4.1 Singkapan pada STA 1 berupa nendatan8Gambar 4.2 Singkapan pada STA 2 berupa longsoran translasi9Gambar 4.3 Singkapan pada STA 3 berupa nendatan10Gambar 4.4 Singkapan pada STA 4 berupa rayapan11Gambar 4.5 Singkapan pada STA 5 berupa jatuhan12Gambar 5.1 Singkapan keterdapatan nendatan13Gambar 5.2 Singkapan keterdapatan longsoran translasi15Gambar 5.3 Singkapan keterdapatan nendatan16Gambar 5.4 Singkapan keterdapatan adanya Creep17Gambar 5.5 Singkapan pada STA 5 berupa fall18

iii

LAPORAN GEOLOGI TEKNIKACARA : GERAKAN TANAH

Disusun Oleh :Kelompok 20Ryando Perdana21100111130046Ahmad Luqman Hakim 21100111130032Sigit Dwi Harjanto21100111140096Jonathan Humala Efraem21100111130034Andini Nur Fajrina 21100111120016LABORATORIUM GEODINAMIK, HIDROGEOLOGI DAN PLANOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANGOKTOBER 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Geologi Teknik, acara : Gerakan Tanah ini telah disahkan pada :Hari: Tanggal: Oktober 2013Pukul:Sebagai tugas praktikum Geologi Teknik mata kuliah Geologi Teknik.

Semarang, 11 Oktober 2013 Asisten Acara Ketua Kelompok 20

Bobby Armanda Situmorang Ryando Perdana 21100101141004 21100111130046

i

23