laporan akhir kekasaran permukaan

Upload: haroyan

Post on 08-Oct-2015

112 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

inilah

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMMETROLOGI INDUSTRI

PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN

Oleh :KELOMPOK 4 (EMPAT)1. EKO SAPUTRA(1107120439)2. VICKY YANDRA(1107120285)3. FELDY ANGGRIA(1107114360)4. TONI DARJI(1107120371)

LABORATORIUM PENGUKURANPROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESINFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAUJANUARI, 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Pengukuran Kekasaran Permukaan ini.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan praktikum ini lebih lanjut, akan penulis terima dengan senang hati. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan laporan praktikum ini penulis telah mencurahkan semua kemampuan, namun penulis sangat menyadari bahwa hasil penyusunan laporan praktikum ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Pekanbaru, 01 Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiDAFTAR GAMBARivDAFTAR TABELvDAFTAR NOTASIviBAB I PENDAHULUAN1.1Latar Belakang11.2Tujuan pratikum11.3Manfaat Praktikum21.4Sistematika Penulisan Laporan2BAB II TEORI DASAR2.1 Pengertian Kekasaran Permukaan32.2 Permukaan dan Profil42.3 Parameter Kekasaran Permukaan62.4 Pembahasan Harga Parameter Kekasaran Permukaan102.5 Alat Ukur Kekerasan Permukaan132.5.1 Bagian-bagian Alat Ukur Kekasaran Permukaan16BAB III DATA PENGAMATAN3.1Grafik Bidang I193.2Grafik Bidang II203.3Grafik Bidang III21BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA4.1Pengolahan Data Bidang I224.1.1 Perhitungan parameter tegak234.1.2 Perhitungan parameter mendatar234.2Pengolahan Data Bidang II244.2.1 Perhitungan parameter tegak254.2.2 Perhitungan parameter mendatar254.3Pengolahan Data Bidang III264.3.1 Perhitungan parameter tegak274.3.2 Perhitungan parameter mendatar27BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1Kesimpulan295.2Saran29DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2. 1Beberapa orientasi bidang potong terhadap geometri ideal5Gambar 2.3. 1posisi profil.....................................................................................7Gambar 2.3. 2Analisis profil terukur dalam arah sumbu gerak sensor alat ukur..9Gambar 2.3. 3Kurva abbott................10Gambar 2.4. 1Profilberduridan profilbercelah.............................................11Gambar 2.4. 2Penentuan tinggi gelombang W untuk profil yang bergelombang....12Gambar 2.5. 1Sensor alat ukur kekasaran permukaan pengubah (mekanik) opto mekanik........................................................................................14Gambar 2.5. 2 Pick-Up (PU-A2)..........................................................................16Gambar 2.5. 3 Prinsip Optomekanik....................................................................17Gambar 2.5. 4 Drive Unit.....................................................................................17Gambar 2.5. 5 Amplifier.......................................................................................17Gambar 1.Mengukur Kerataan Meja Rata....................................................32

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Ketidakteraturan Suatu Profil (Konfigurasi Penampang Permukaan)6Tabel 2.Beberapa profil teoritik dengan harga parameter kekasarannya13

DAFTAR NOTASI

SimbolKeteranganSatuanDxPanjang sampelTitikhl....hnJarak profil referensi profil terukurmKuKoefisien lekukanmKvKoefisien kelurusanmRaKekasaran rata-rata aritmatikmRgkekasaran rata-rata kuadratikmRpKekasaran perataanmRtKekasaran totalmRzkekasaran total rata-ratamPAProfil alasTitikPRProfil referensiTitikPTProfil terukurTitikPtProfil tengahTitikyl....ynJarak profil alas profil terukurm

Page | 13

BAB I PENDAHULUAN

Latar BelakangPada proses pembuatan komponen alat-alat industri ataupun pemesinan yang menggunakan mesin perkakas memiliki tingkat kekasaran yang berbeda-beda. Sedangkan dalam proses assembly suatu alat dibutuhkan tingkat kekasaran yang baik pada beberapa komponen. Seperti pemasangan poros dengan lubang dan lain sebagainya. Kekasaran permukaan sangat berpengaruh pada kualitas assembly suatu komponen, karena semakin baik kekasaran permukaan yang digunakan maka akan semakin bagus alat tersebut dalam beroperasi. Pada metrologi dan kontrol kualitas dibahas cara untuk memahami dan mengidentifikasi suatu kekasaran permukaan pada suatu profil. Untuk menunjang materi kekasaran permukaan yang dijelaskan dalam metrologi dan kontrol kualitas dilakukan praktek secara langsung yang dilaksanakan di laboratorium pengukuran bahan.

Tujuan praktikumPada pelaksanaan praktikum kekasaran permukaan di laboratorium pengukuran bahan bertujuan untuk :1. Praktikan dapat mengenal alat kekasaran permukaan dan prinsip kerjanya.2. Praktikan memahami prinsip dasar proses pengukuran kekasaran permukaan3. Praktikan dapat menggunakan dan mengoperasikan alat ukur kekasaran permukaan dengan prosedur yang benar, dari hasil yang didapatkan praktikan mampu mendapatkan parameter-parameter yang dibutuhkan dalam menganalisa kekasaran permukaan suatu profil.4. Dalam pengukuran yang berulang praktikan dapat mengetahui perbedaan-perbedaan hasil yang didapatkan.5. Untuk melatih disiplin dan tanggung jawab praktikan.Manfaat Praktikum1. Praktikan mampu menggunakan alat ukur kekasaran permukaan.2. Praktikan mampu melaksanakan proses pengukuran kekasaran permukaan suatu benda dengan prosedur yang baik dan benar.3. Praktikan mengetahui bagian-bagian alat ukur kekasaran permukaan.4. Praktikan mengetahui faktor-faktor penyebab kesalahan dalam pengukuran kekasaran permukaan.5. Praktikan menjadi disiplin dan lebih bertanggung jawab.

Sistematika Penulisan LaporanAdapun sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :BAB I PendahuluanBerisi mengenai latar belakang, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan laporan.BAB IITeori DasarBab ini membahas tentang teori-teori dasar mengenai serba serbi pengukuran kekasaran permukaan.BAB IIIAlat dan BahanBab ini berisi tentang alat-alat yang kita pergunakan selama praktikum serta bahan apa saja yang dijadikan sebagai benda kerja.BAB IVProsedur KerjaBab ini menjelaskan tentang langkah dan proses pengerjaan terhadap benda kerja.BAB VPembahasanBab ini menjelaskan tentang perhitungan-perhitungannya kita jumpai dalam praktikum.BAB VIKesimpulan dan SaranBab ini berisikan tentang kesimpulan-kesimpulan yang dapat kita tarik dari praktikum yang telah dilaksanakan dan saran-saran yang dapat memajukan kita ke arah yang lebih baik dalam melakukan praktikum.

BAB II TEORI DASAR

2.1 Pengertian Kekasaran PermukaanKekasaran permukaan adalah salah satu penyimpangan yang disebabkan oleh kondisi pemotongan dari proses pemesinan. Sedangkan permukaan itu sendiri ialah batas yang memisahkan benda padat dengan sekelilingnya. Karakter suatu permukaan memegang peranan penting dalam perancangan komponen mesin / peralatan. Dimana karakteristik permukaan dinyatakan dengan jelas misalnya dalam kaitannya dengan gesekan, keausan, pelumasan, tahanan kelelahan, dan lain-lain. Karakteristik perancangan sedapat mungkin harus dipenuhi oleh si pembuat komponen.Kekasaran permukaan dapat diwakilkan kedalam sebuah grafik yang memiliki bentuk yang sama dengan profil yang diukur. Grafik tersebut merupakan pembesaran dari kekasaran permukaan pada profil tersebut. Dari grafik yang didapatkan tersebut, dapat dicari beberapa parameter-parameter guna menganalisa dan mengidentifikasi konfigurasi suatu permukaan.Jika ditinjau dengan skala kecil pada dasarnya konfigurasi permukaan suatu elemen mesin (produk) juga merupakan suatu karakteristik geometri, yang dalam hal ini termasuk golongan mikrogeometri. Sementara itu yang tergolong mikrogeometri adalah permukaan secara keseluruhan yang membuat bentuk atau rupa yang spesifik. Misalnya permukaan poros, lubang, sisi dan sebagainya.Karakteristik suatu permukaan memegang peranan penting dalam rancangan komponen mesin atau peralatan, dalam proses pengerjaan harus sangat diperhatikan. Kompromi haruslah didapatkan antara persyaratan fungsional komponen dengan ongkos pembuatan.Agar pengerjaan lebih mudah maka sebaiknya diperhatikan seperti toleransi, ukuran, bentuk dan posisi. Karakteristik permukaan harus diterjemahkan kedalam bentuk gambar teknik.

2.2 Permukaan dan ProfilKarena ketidaksempurnaan alat ukur dan cara pengukuran maupun cara evaluasi hasil pengukuran maka suatu permukaan sesungguhnya (real surface) tidaklah dapat dibuat tiruan (duplikatnya secara sempurna). Tiruan permukaan hasil pengukuran hanya bisa mendekati bentuk atau konfigurasi permukaan yang sesungguhnya dan disebut sebagai permukaan terukur. Sebagai contoh suatu celah atau retakan yang sempit pada permukaan tidak akan dapat diikuti oleh jarum peraba (stylus) alat ukur karena dimensi ujung jarum ini lebih besar dari pada ukuran celah.Karena terjadinya berbagai penyimpangan selama proses pembuatan maka permukaan geometri ideal (geometrically ideal surface) yaitu permukaan yang dianggap mempunyai bentuk yang sempurna tidaklah dapat dibuat. Dalam praktek seorang perancang akan menuliskan syarat permukaan pada gambar teknik dengan cara yang mengikuti suatu aturan (standar) yang tertentu.suatu permukaan yang disyaratkan pada gambar teknik itu adalah disebut sebagai permukaan nominal (nominal surface).Permukaan hanya dipandang sebagai penampang permukaan yang dipotong yang ditinjau relatif terhadap permukaan dengan geometri ideal secara tegak lurus (normal), serong (oblique) atau singgung (tangensial). Bidang pemotongan juga dapat diatur orientasinya, sehingga sejajar permukaan, lalu geser kedalam permukaan cara pemotongan ini akan menghasilkan suatu garis/daerah yang dinamakan sesuai dengan nama pemotongannya. Khusus untuk pemotongan normal dan serong, garis hasil pemotongannya disebut profil.

Gambar 2.2. 1 Beberapa orientasi bidang potong terhadap geometri ideal

Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan, bila di tinjau dari profilnya dapat diuraikan atas beberapa tingkat: tingkat pertama yaitu ketidakteraturan makrogeometri sebagaimana telah dibahas pada toleransi bentuk. Tingkat kedua adalah disebut dengan gelombang (waviness) merupakan ketidakteraturan yang periodik dengan penjang gelombang yang jelas lebih besar dan kedalamannya (amplitudo). Tingkat ketiga alur (grooves) serta tingkat keempat yang disebut dengan serpihan (flakes) kedua-duanya lebih dikenal dengan istilah kekasaran (rougness). Dalam kebanyakan hal ke empat tingkat ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan jarang ditemukan sendiri terpisah. Melainkan kombinasi beberapa tingkat ketidakteraturan yang tersebut.Sepintas pembedaan antara tingkat ketidakteraturan ini dapat dimengerti dan dapat juga diperkirakan faktor-faktor penyebabnya, akan tetapi persoalannya adalah bagaimana membuat dan menyatakan secara kuantitatif suatu parameter yang dapat menjelaskan satu persatu tingkat ketidakteraturan bagi suatu permukaan yang sekaligus mempunyai kombinasi ketidakteraturan diatas.

Tabel 1. Ketidakteraturan Suatu Profil (Konfigurasi Penampang Permukaan)

2.3 Parameter Kekasaran PermukaanUntuk memproduksi profil suatu permukaan sensor atau peraba (stylus) alat ukur harus digerakkan mengikuti gerakan lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak yang telah ditentukan terlebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut dengan panjang pengukuran (traveling enght ; e).Berikut adalah beberapa istiah penting tentang profil-profil pada pengukuran kekasarn permukaan : Profil geometrik ideal (geometrically ideal profil) adalah profil permukaan sempurna (berupa garis lurus, lengkung dan busur). Profil terukur ( measure profil) adalah profil permukaan terukur Profil referensi (acuan / puncak) adalah profil yang digunakan sebagai acuan/puncak Untuk menganalisis ketidakteraturan konfigurasi permukaan. Profil akar/alas ( root profil) adalah profil referensi yang digeser ke bawah sehingga menyinggung titik terendah profil terukur.

Profil tengah (center profil) adalah profil referensi yang digeser ke bawah arah bawah sedemikan rupa sehingga jumlah luas bagi daerah-daerah di alas profil tengah sampai ke profil terukur adalah sama dengan jumlah luas dengan daerah daerah dibawah profil tengah sampai ke profil terukur.

Gambar 2.3. 1 Posisi profil

Berdasarkan profil-profil yang diterangkan diatas, dapat dideferensikan beberapa parameter permukaan, yaitu yang berhubungan dimensi pada arah tegak dan arah memanjang/mendatar. Untuk dimensi arah tegak dikenal beberapa parameter, yaitu:

Kekasaran total ( peak to valley height/total height): Rt (m) Adalah jarak antara profil referensi dengan profil alas. Kekasaran peralatan ( deph of surface smooting / peak to mean line), Rp (m) Adalah jarak rata rata antara profil referensi dengan profil terukur.

Rp = ... (2.3.1) Kekasaran rata rata aritmatik ( mean roughness indek / center line average, CLA). Ra (m) Adalah harga rata rata aritmatik bagi harga absolutnya jarak antara profil terukur dengan profil tengah.

Ra = dx ... (2.3.2)Catatan :Parameter Ra ini banyak dimanfaatkan dalam praktek. Pada gambar 2.3.1 diperlihatkan jika daerah-daerah dibawah profil tengah Lembah dicerminkan ke atas ( menjadi daerah-daerah yang diarsir tegak ) di rata ratakan dengan daerah daerah diatas profil tengah ( gunung ; daerah yang diarsir miring ) maka akan terbentuk dataran tinggi dengan ketinggian sebesar Ra. Kekasaran rata rata kuadratik ( root mean square height ) Rg ( m) Adalah akar bagi jarak kuadrat rata rata antara profil terukur dengan profil Tengah.

Rg = hi2 dx ... (2.3.3) Kekasaran total rata rata, Rz ( m) Adalah merupakan jarak rata rata profil alas ke profil terukur pada lima puncak tertinggi dikurangi jarak rata rata profil alas ke profil terukur pada lima lembah terendah. Rz = ... (2.3.4)Selanjutnya untuk dimensi arah mendatar ( sesuai dengan arah gerak sensor alat ukur) diterangkan beberapa parameter antara lain (lihat gambar 2.3.2a):

Gambar 2.3. 2 Analisis profil terukur dalam arah sumbu gerak sensor alat ukur.

Lebar gelombang (waviness width) Aw (mm) adalah rata rata aritmatik bagi semua jarak a1 diantara dua buah puncak gelombang (profil terukur ) yang berdekatan pada suatu panjag sampel w. w ini disebut dengan panjang sampel gelombang (waviness sampeling length), dimensinya lebih panjang dari pada panjang sampel (yang biasanya dipakai untuk mengukur kekasaran), maksud pemakaian w adalah untuk memisahkan efek gelombang dari parameter kekasaran. Lebar kekasaran. (roughness width) Ar (mm) adalah rata rata aritmatik bagi semua jarak awi diantara dua puncak kekasaran profil terukur yang berdekatan pada suatu panjang sampel . Panjang penahan (bearing lenght ). t (mm) apabila profil referensi digeserkan ke bawah sejauh c (dalam mm) akan memotong profil terukur sepanjang c1 , c2 .........cn. panjang penahan t adalah jumlah proyeksi c1 , c2 .........cn. (pada profil referensi atau profil geometrik ideal, lihat gambar 2.3.2-b ) karena untuk tiap harga C (mm) akan memberikan harga harga t yang tertentu, maka pada waktu menulisakan t perlu dijelaskan juga harga C ini didapat untuk pergeseran C sebesar 0,25 m.

Bagian panjang penahan ( bearing lenght frantion), tp (mm) Adalah hasil bagi panjang penahan terhadap panjang sampelnya

tp = ... (2.3.5)Seperti halnya pada pernyataan t, besarnya C harus pula dituliskan, yaitu secara contoh berikut : tp 0,25 = ...........%Apabila C mencapai harga maksimum, yaitu sama dengan harga mencapai harga 100% . Selanjutnya, dapat dibuat suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara C dan tp, dan kuva ini dikenal dengan nama kurva abbott dengan bentuk yang tertentu, sehingga dapat dianggap sebagai salah satu karakteristik konfigurasi permukaan yang bersangkutan gambar 2.3.3 menunjukkan contoh kurva ini.

Gambar 2.3. 3Kurva abbott

2.4 Pembahasan Harga Parameter Kekasaran Permukaan Sebagaimana yang telah disinggung dimuka, parameter kekasaran permukaan merupakan besaran panjang yang direkayasa orang guna mengidentifikasikan suatu permukaan. Suatu parameter dikatakan ideal jika perbedaan yang bagaimanapun spesifikasinya dapat diketahui dan perbedaan hasil pengukuran berdasarkan parameter tersebut. Karena kompleksitas suatu permukaan maka sulit untuk membuat parameter yang ideal, hal ini dapatditunjukkan melalui ulasan berikut.

Gambar 2.4. 1 Profilberduridan profilbercelah.

Pertamatama marilah kita tinjau dua buah profil permukaan yang istimewa seperti gambar 2.4.1. salah satu profil mempunyai celah celah yang sempit. Bila diukur, kedua profil ini akan memberikan harga Ra yang kurang lebih sama. Demikian pula halnya dengan harga Rt-nya. Perbedaan kedua profil ini hanya terletak pada harga Rp-nya. Oleh karena itu, untuk memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai konfigurasi permukaan. dikemukakan suatu parameter baru yang disebut dengan parameter bentuk yang dapat dinyatakan dengan memakai salah satu dan dua cara pernyataan berikut:

Koefisien lekukan, ku Adalah kekasaran peralatan dibagi dengan kekasaran total

Ku = ... (2.4.1) Koefisien kelurusan, kv Adalah merupakan komplemen satuan koefisien lekukan

Kv = ... (2.4.2)

Untuk suatu profil yang mempunyai kombinasi ketidakteraturan yang berbentuk gelombang dan sekaligus juga kekasaran harus diusahakan untuk memisahkan tingkatan ketidakteraturan tersebut. Caranya, dengan mengambil dua panjang sampel yang bebeda yaitu panjang sampel gelombang dan panjang sampel kekasaran jadi, harga rata rata aritmatik Ra untuk beberapa panjang sampel kekasaran yang diukur pada beberapa tempat didalam panjang sampel gelombang dapat dikurangkan dari harga Ra yang didapat dari pengukuran untuk satu panjang sampel gelombang tersebut (lihat gambar 2.4.2 ) .

Gambar 2.4. 2 Penentuan tinggi gelombang W untuk profil yang bergelombangDan hasil ini dapat didefenisikan suatu parameter lain yang disebut ketinggian / kekasaran gelombang, w (waviness height). Untuk satu panjang sampel gelombang. W adalah jarak antara profil dasar dengan profil referensi yang telah digeser sejauh harga rata rata Rt untuk beberapa panjang sampel kekasaran . W = Rt kekasaran Rt kekasaran ... (2.4.3) Dimana :

Rt kekasaran = kekasaranUntuk mengetahui karakteristik suatu permukaan akan diperoleh hasil yang lebih baik jika dilakukan dengan cara merataratakan hasil pengukuran pada beberapa tempat Arah gerak sensor alat ukur (arah pengukuran ) adalah sembarang, kecuali jika ada ketentuan bahwa arah pengukuran harus tegak lurus terhadap alur alur bekas pengerjaan (dan ini merupakan cara yang banyak dipraktekkan). Apabila arah telah ditentukan, pengukuran yang dilakukan pada beberapa tempat harus menggunakan arah gerak sensor yang sama, jadi, garis garis pengukuran harus sejajar.Secara teoritik dapat dimisalkan bentuk suatu profil permukaan. Kemudian,dihitung parameter permukaannya berdasarkan rumus matematika tabel 2 berikut adalah contoh beberapa bentuk profil teoritik dengan perbandingan hargaharga parameter kekasarannya.Tabel 2. Beberapa profil teoritik dengan harga parameter kekasarannya

Dari tabel 2 ini dapat disimpulkan beberapa hal yang penting yaitu: Koefisien Rg/Ra untuk kesemua bentuk profil harganya hampir tidak berubah, yaitu Rg/Ra =1,2. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa Rg dan Ra adalah sederajat, artinya kedua parameter tersebut mempunyai nilai informasi yang sama atas konfigurasi permukaan. Koefisien Ra/Rt dan Rg/Rt tidak banyak dipengaruhi oleh bentuk profil, yang bearti kedua koefisien ini tidak sesuai untuk menandai konfigurasi permukaan. Koefisien Rp/Rt yang harganya terletak diantara 0 dan 1 ternyata lebih dapat digunakan untuk menandai konfigurasi permukaan dari pada yang lain. Oleh sebab itu Rp/Rt ini disebut dengan nama koefisien lekukan Ku.

2.5 Alat Ukur Kekerasan PermukaanDalam mengidentifikasi adanya kekasaran dapat dibantu pada alat ukur kekasaran permukaan. Alat ukur kekasaran permukaan memiliki prinsip kerja jenis opto-elektrik yang dirancang dengan penggabungan beberapa prinsip dasar berikut :

1. Fotosel (Photo cell/ Photo dicate)Fotosel merupakan komponen elektronik yang peka terhadap sinar yang jatuh pada permukaan aktifnya.2. Berkas cahaya dari suatu sumber cahaya (lampu atau LED (light Emiting Diode) diarahkan oleh sistem optik agar dapat mengenai fotosel.3. Suatu sistem optik (gabungan opto-mekanik) yang dirancang untuk mendeteksi perubahan gerakan, diusahakan untuk mengubah intensitas cahaya yang mengenai fotosel yaitu pada saat terjadi perubahan gerakan.4. Pengolahan sinyal fotosel (besaran listrik) sedemikian rupa sehingga korelasi (hubungan) antara perubahan intensitas cahaya dengan perubahan gerakan dapat dibaca dengan kecermatan tertentu.

Alat ukur permukaan dengan prinsip kerja yang dijelaskan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.5. 1Sensor alat ukur kekasaran permukaan pengubah (mekanik) opto mekanikSensor yang berupa ujung jarum diatur sehingga menempel pada permukaan yang akan diukur kekasarannya (sampai penunjuk skala berhenti pada posisi nol). Sistem mekanik, optik, elektrik, dan pengolahan data pengukuran berfungsi sebagai berikut :a. Sistem MekanikAkibat tekanan pegas pada batang ayun sensor akan selalu menempel pada permukaan. Poros alat ukur digerakkan (digerakkan oleh motor yang dikontrol kecepatannya). Sepanjang sampel kekasaran dan sensor menggeser sambil bergerak turun naik mengikuti profil permukaan. Gerakan sensor menggoyangkan batang ayun pada engselnya dan pelat bercelah mengikutinya sesuai dengan perbandingan jarak sensor engsel dan pelat engsel.b. Sistem OptikBerkas cahaya diarahkan pada sepasang fotosel pada celah. Akibat goyangan celah, kedua fotosel akan menerima cahaya dengan bergantian intensitas cahayanya. Saat celah bergerak keatas fotosel yang diatas akan menerima cahaya dengan intensitas cahaya yang lebih besar daripada diterima fotosel yang berada dibawah.c. Sistem elektrikPerubahan sinyal listrik karena perubahan intensitas cahaya pada sepasang fotosel secara sistematik mengikuti irama goyangan celah dapat diperoleh secara elektronik.d. Sistem pengolahan data Berbagai parameter kekasaran permukaan dapat dianalisis secara manual berdasarkan grafik profil kekasaran permukaan. Grafik kekasaran permukaan ini adalah hasil pengubahan sinyal sensor menjadi sinyal analog besaran listrik yang direkam dengan perekam jenis galvanometer.

Alat ukur kekasaran permukaan memiliki kapasitas ukur dengan terbatas (0,1 mm). Kapasitas pengukuran dapat diperpanjang dengan membuat batang pengubah intensitas cahaya sama dengan batang skala inductosin (kapasitas ukur panjang skala dikurangi panjang slider). Pengubah intensitas cahaya dapat berupa batang skala terbuat dari gelas (transparan). Dengan teknik photoligrafi garis-garis skala dibuat dipermukaan gelas dengan kecermatan yang sangat tinggi (pits; P= 0,008 mm) dan dinamakan sebagai skala ukur.

Reaksi fotosel atas cahaya yang datang pada permukaan aktifnya dapat dianggap sebagai dua kondisi, yaitu : kondisi ON (satu) dan kondisi OFF (nol).a) Kondisi ONSkala pada slider akan menempati posisi yang sama dengan skala pada batang skala dan berkas cahaya dapat melewati celah-celah antar garis.b) Kondisi OFFGaris-garis skala pada slider menempati posisi yang persis pada celah antara garis-garis pada batang skala sehingga berkas cahaya tidak bisa lewat.

2.5.1 Bagian-bagian Alat Ukur Kekasaran PermukaanPada alat ukur kekasaran permukaan terdiri dari beberapa bagian-bagian yang memiliki fungsi berbeda. Bagian-bagian alat ukur akan dijelaskan sebagai berikut :1. Pick-Up (PU-A2)

Gambar 2.5. 2 Pick-Up (PU-A2)

Pick-Up digunakan sebagai sensor yang memiliki prinsip kerja optomekanik. Pada pick-up terdapat batang ayun sebagai dudukan sensor dan pengubah gerakan sensor pada batang membuat pelat pada ujung lain ikut bergerak. Cahaya yang dipantulkan ke pelat akan melewati lubang pada pelat. Lalu naik turunnya cahaya diterima oleh fotosel. Skematik pada pelat dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.5. 3 Prinsip Optomekanik2. Drive Unit (DR-30x31)

Gambar 2.5. 4 Drive Unit

Drive unit merupakan alat elektrik yang menerima respon dari pick-up. Pada drive unit terdapat kalibrasi agar pengukuran yang didapatkan sesuai acuan standart. Drive unit merupakan alat pencatat yang dihasilkan oleh fotosel.3. Amplifier (AS-1700)

Gambar 2.5. 5 AmplifierPada amplifier ini merupakan alat yang membantu menampilkan grafik yang dibaca oleh drive unit. Pada amplifier terdapat layar, lalu proses pengukuran dilakukan pada amplifier. Hasil grafik yang didapatkan dapat dicetak pada kertas grafik agar dapat dianalisa mengenai parameter yang didapatkan dari grafik profil benda ukur.

BAB III DATA PENGAMATAN

3.1 Grafik Bidang I

Gambar 3.1 Grafik Bidang I

R1= 8.5 mmh1= 5.5 mmLc1= 0.5 mmP(aw1)= 22.5 mmR2= 7 mmh2= 4 mmLc2= 0.75 mmP(aw2)= 2.5 mmR3= 6 mmh3= 3 mmLc3= 1 mmP(aw3)= 12 mmR4= 6 mmh4= 3 mmP(aw4)= 3.5 mmR5= 5.5 mmh5= 2.5 mmR6= 0 mmh6= 3 mma(ar1)= 1.5 mmR7= 0.25 mmh7= 2.75 mma (ar2)= 1 mmR8= 0.5 mmh8= 2.5 mma (ar3)= 0.5 mmR9= 0.5 mmh9= 2.5 mmR10= 1 mmh10= 2 mm

Lw= 36 mmL= 28 mmC= 3500 m3.2Grafik Bidang II

Gambar 3.1 Grafik Bidang II

R1= 9 mmh1= 8.5 mmLc1= 0.5 mmP(aw1)= 8 mmR2= 6 mmh2= 7.5 mmLc2= 1 mmP(aw2)= 15 mmR3= 5.5 mmh3= 6.5 mmLc3= 2 mmP(aw3)= 6 mmR4= 5 mmh4= 5 mmP(aw4)= 2.5 mmR5= 4.5 mmh5= 4 mmR6= 0 mmh6= 5.75 mma(ar1)= 1.5 mmR7= 1 mmh7= 4.5 mma (ar2)= 1 mmR8= 1.5 mmh8= 4.5 mm a (ar3)= 2 mmR9= 2 mmh9= 3.5 mmR10= 3 mmh10= 3 mm

Lw= 28 mmL= 36 mmC= 7000 m

3.3 Grafik Bidang III

Gambar 3.2 Grafik Bidang III

R1= 7 mmh1= 3.5 m mLc1= 0.5 mmP(aw1)= 5.5 mmR2= 6.5 mmh2= 3 mmLc2= 1.5 mmP(aw2)= 18 mmR3= 6.35 mmh3= 3.35 mmP(aw3)= 7 mmR4= 6.25 mmh4= 3.25 mmP(aw4)= 9 mmR5= 6 mmh5= 3 mma (ar1)= 1.5 mmR6= 0 mmh6= 3.5 mma (ar2)= 0.5 mmR7= 0.5 mmh7= 3 mma (ar3)= 1 mmR8= 1 mmh8= 2.5 mma (ar4)= 1 mmR9= 1.5 mmh9= 2 mma (ar5)= 0.5 mm R10= 1.5 mmh10= 2 mma (ar6)= 1 mma (ar7)= 0,5 mmLw= 43.5 mma (ar8)= 0.5 mmL= 48.5 mmC= 2000 m

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

4.1 Pengolahan Data Bidang I

Gambar 4. 1 Grafik Bidang I

R1= 8.5 mmh1= 5.5 mmLc1= 0.5 mmP(aw1)= 22.5 mmR2= 7 mmh2= 4 mmLc2= 0.75 mmP(aw2)= 2.5 mmR3= 6 mmh3= 3 mmLc3= 1 mmP(aw3)= 12 mmR4= 6 mmh4= 3 mmP(aw4)= 3.5 mmR5= 5.5 mmh5= 2.5 mmR6= 0 mmh6= 3 mma(ar1)= 1.5 mmR7= 0.25 mmh7= 2.75 mma (ar2)= 1 mmR8= 0.5 mmh8= 2.5 mma (ar3)= 0.5 mmR9= 0.5 mmh9= 2.5 mmR10= 1 mmh10= 2 mm

Lw= 36 mmL= 28 mmC= 3500 m

4.1.1 Perhitungan parameter tegaka. Kekasaran total rata-rata. R2 (R2=

4.1.2 Perhitungan parameter mendatara. Lebar gelombang (waviness width), Aw(mm)Didapat dari pegukuran grafik yaitu :Aw1= 22.5 mmAw2= 2.5 mmAw3= 32 mmAw4= 8 mmb. Lebar kekasaran (roughness width) pr (mm)Didapat dari pegukuran grafik yaitu :Ar1= 1.5 mmAr2=1 mmAr3=0.5 mmc. Panjang penahan (beading length) lt (mm)Didapat dari pegukuran grafik yaitu :1. lc 1 = 0.5 l = 3500 2. lc 2 = 0.753. lc3 = 1lt= jumlah proyeksi tn untuk setiap harga lt 3500 = 3500 mempunyai 3 proyeksi di ltd. Bagian panjang penahan (bearing length friction)tp (mm) = =

4.2 Pengolahan Data Bidang II

Gambar 4. 2 Grafik Bidang II

R1= 9 mmh1= 8.5 mmLc1= 0.5 mmP(aw1)= 8 mmR2= 6 mmh2= 7.5 mmLc2= 1 mmP(aw2)= 15 mmR3= 5.5 mmh3= 6.5 mmLc3= 2 mmP(aw3)= 6 mmR4= 5 mmh4= 5 mmP(aw4)= 2.5 mmR5= 4.5 mmh5= 4 mmR6= 0 mmh6= 5.75 mma(ar1)= 1.5 mmR7= 1 mmh7= 4.5 mma (ar2)= 1 mmR8= 1.5 mmh8= 4.5 mm a (ar3)= 2 mmR9= 2 mmh9= 3.5 mmR10= 3 mmh10= 3 mm

Lw= 28 mmL= 36 mmC= 7000 m

4.2.1 Perhitungan parameter tegaka. Kekasaran total rata-rata. R2 (R2=

4.2.2 Perhitungan parameter mendatara. Lebar gelombang (waviness width), Aw(mm)Didapat dari pegukuran grafik yaitu :Aw1= 8 mmAw2= 15 mmAw3=6 mmAw4=2.5 mmb. Lebar kekasaran (roughness width) pr (mm)Didapat dari pegukuran grafik yaitu :Ar1= 1.5 mmAr2=1 mmAr3=2 mmc. Panjang penahan (beading length) lt (mm)Didapat dari pegukuran grafik yaitu :1. lc 1 = 0.5 l = 7000 2. lc 2 = 13. lc3 = 2lt= jumlah proyeksi tn untuk setiap harga lt 7000 = 7000 mempunyai 3.5 proyeksi di ltd. Bagian panjang penahan (bearing length friction)tp(mm) = =

4.3 Pengolahan Data Bidang III

Gambar 4. 3 Grafik Bidang III

R1= 7 mmh1= 3.5 m mLc1= 0.5 mmP(aw1)= 5.5 mmR2= 6.5 mmh2= 3 mmLc2= 1.5 mmP(aw2)= 18 mmR3= 6.35 mmh3= 3.35 mmP(aw3)= 7 mmR4= 6.25 mmh4= 3.25 mmP(aw4)= 9 mmR5= 6 mmh5= 3 mma (ar1)= 1.5 mmR6= 0 mmh6= 3.5 mma (ar2)= 0.5 mmR7= 0.5 mmh7= 3 mma (ar3)= 1 mmR8= 1 mmh8= 2.5 mma (ar4)= 1 mmR9= 1.5 mmh9= 2 mma (ar5)= 0.5 mm R10= 1.5 mmh10= 2 mma (ar6)= 1 mma (ar7)= 0,5 mmLw= 43.5 mma (ar8)= 0.5 mmL= 48.5 mmC= 2000 m

4.3.1 Perhitungan parameter tegaka. Kekasaran total rata-rata. R2 (R2= 4.3.2 Perhitungan parameter mendatara. Lebar gelombang (waviness width), Aw(mm)Didapat dari pegukuran grafik yaitu :Aw1= 5.5 mmAw2= 18 mmAw3=1 mmAw4=9 mmb. Lebar kekasaran (roughness width) pr (mm)Didapat dari pegukuran grafik yaitu :Ar1= 1.5 mmAr2=0.5 mmAr3=1 mmc. Panjang penahan (beading length) lt (mm)Didapat dari pegukuran grafik yaitu :1. lc 1 = 0.5 l = 2000 2. lc 2 = 1.5lt= jumlah proyeksi tn untuk setiap harga lt 2000 = 2000 mempunyai 2 proyeksi di ltd. Bagian panjang penahan (bearing length friction)tp(mm) = =

4.4 Analisa DataPada praktikum pengukuran kekasaran permukaan kali ini mengukur kekasaran suatu permukaan benda ukur. Prinsip kerja alat ini digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi kekasaran permukaan benda yang mau diukur tersebut yaitu menggunakan optoelektrik. Dimana pada drive unit terdapat komponen elektronik dan sistem optik didalam.Rangkaian alat ini dimulai dari pick-up yang dipasang pada drive unit, kemudian kabel pada drive unit disambungan pada amplifire. Kemudian menyalakan amplifire yang tujuannya agar data yang telah diperoleh dan diproses dari sensor pada pick-up dan drive unit dilanjutkan pada amplifire sehingga hasil proses pengukuran kekasaran permukaan ini berbentuk grafik.Setelah diproses data pengamatan yang berupa grafik, lanjutkan dengan menghitung parameter kekasaran permukaan sesuai dengan referensi/ modul praktikum. Hasil dari pratikum titik y dan h mencapai 5 puncak dan 5 lembah. Grafik kurva yang didapat garis kekasaran tidaklah pernah putus selalu menyatu antara satu dengan yang lainnya walaupun tingkat ketidakteraturan tidak sempurna. ketidakteraturan garis kurva ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :a. Kesalahan pada mesin yang digunakan b. Kesalahan pada operator pada saat memproduksic. Penggunaan alat yang tidak sesuai dengan ketentuand. kepanasan, benda yang mengalami proses pemanasan akan mengubah stuktur pada permukaannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KesimpulanDari hasil praktikum yang dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan :1. Prinsip kerja dari alat ukur kekasaran permukaan ini adalah optoelektrik.2. Parameter-parameter yang diukur antara lain kekasaran total, kekasaran perataan, kekasaran rata-rata aritmatik, kekasaran rata-rata kuadratik dan kekasaran total rata-rata.3. Untuk mengetahui nilai kekasaran suatu benda, yang terlebih dahulu dilakukan adalah melakukan pengukuran terhadap benda ukur tersebut dan akan didapat data pengamatan berupa grafik kekasaran. Selain itu, data tersebut dikonversi agar dapat nilai kekasarannya.4. Ketidakteraturan grafik atau kurva pengukuran kekasaran permukaan disebabkan oleh perancangan benda kerja itu sendiri.5. Dalam ilmu pengukuran, kesalahan (error) didefinisikan sebangai perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya dari objek fisik yang diukur.

5.2SaranAdapun saran yang dapat diberikan pada pembaca sebagai berikut:1. Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan menguasai teori terlebih dahulu agar memudahkan dalam melakukan praktikum.2. Dalam praktikum hendaknya mengikuti perosedur yang baik.3. Bersikap serius selama melakukan pengukuran.4. Pengukuran harus dilakukan dengan cermat agar hasil pengukuran akurat, karena hasil pengukuran tergantung pada operator yang mengukur.5. Pastikan benda ukur masih dalam keadaan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Rochim Taufik. 2001. Spesifikasi, Metrology Dan Control Kualitas Geometric I. Bandung : ITB Rochim Taufiq, Spesifikasi Metrologi dan Kontrol Kualitas Geometri jilid 2, penebit ITB : Bandung, 2006.

LAMPIRAN

1. Prosedur KerjaAdapun prosedur pelaksanaan pratikum pengukuran kekasaran permukaan antara lain :1. Alat ukur dan benda ukur disiapkan.2. Meja rata diukur kerataan dengan menggunakan waterpass dengan metode union jack.

Gambar 1. Mengukur Kerataan Meja Rata3. Alat ukur dirangkai dan disetting sesuai standar ISO.4. Benda ukur (Calibration) di letak pada meja ukur dan berada di bawah jarum sensor yang terdapat pada Pick Up. Set meter pada posisi 0.5. Pengambilan data dilakukan dan data yang diperoleh adalah grafik.6. Perhitungan parameter-parameter kekasaran permukaan dilakukan dari data yang diperoleh.7. Analisa dilakukan dari hasil perhitungan dan data yang diperoleh.

2. Perusahaan yang memproduksi alat ukur kekasaran permukaan adalah sebagai berikut:a) Nama Perusahaan:Para Weifang yang Huaguang Ukur co,Ltd (Weifang tanaman Ukur)Distributor :[MT] Zhou ChengxinEmail:[email protected]. [email protected], [email protected]:086 0086 15853672153

b) Nama Perusahaan:NAASRA co,LtdContact Persons:0852 1765 77000812 2073 8885

3. Profil Perusahaan KRISBOW

Sejarah Krisbow

Sebuah Fenomena Entrepreneurship

Dari satu toko kecil di kawasan Glodok warisan sang ayah, Kuncoro Wibowo dan adik-adiknya berhasil membangunnya menjadi kerajaan bisnis perkakas terkemuka di Asia Tenggara. Bagaimana usaha ini bisa meraksasa?

Alex Widjaja, pemilik toko di Kawasan Glodok, mengaku tak pernah membayangkan kalau salah satu keluarga pemilik toko alat pertukangan yang telah lama menjadi tetangganya bisa sukses memiliki perusahaan besar. Pasalnya, dulu toko milik Wong Jin (almarhum), tetangga dan temannya itu, tak lebih istimewa dari toko-toko lain di sana, termasuk toko Alex sendiri. Yang ia tahu, putra-putra Wong Jin memang rajin dan mau bersusah payah membantu ayahnya berdagang di toko. "Mereka anak-anak muda pekerja keras," tutur Alex yang tahun ini genap berusia 62 tahun. Alex mengaku ikut gembira dan takjub mengetahui putra-putra sobatnya itu kini telah berhasil membangun bisnis berskala besar dengan bendera Grup Kawan Lama (GKL). Ketakjubannya makin bertambah setelah diberitahukan bahwa gerai Ace Hardware dan Index yang mulai bertebaran di Jabotabek, ternyata juga milik keluarga kawan lamanya itu.

Boleh jadi, bukan hanya Alex yang cukup terkejut dengan perkembangan bisnis GKL, tapi juga sejumlah pedagang Glodok yang tokonya berdekatan dengan toko milik Wong Jin. Maklum, puluhan tahun lalu, bisnis keluarga ini bisa dibilang tak ada apa-apanya. Bayangkan. Tahun 1960-an, toko kecil yang berdagang perkakas teknik ini tak berbeda dari toko-toko sejenis lainnya di Glodok. Ukurannya hanya sekitar 3 x 3 meter, dan tampilan ruangannya sederhana, bahkan terkesan kusam dan gelap. Di toko itulah Wong Jin yang warga Tionghoa, selain mencari nafkah juga mengajarkan kepada anak-anaknya -- terutama anak lelaki tertuanya, Kuncoro Wibowo -- tentang bagaimana berdagang dan melayani pembeli, serta bagaimana bekerja keras dan belajar. Toko kecil itu sendiri sudah dibuka Wong Jin sejak tahun 1950.

Roda kehidupan memang berputar. Terbukti di tangan generasi kedua -- Kuncoro Wibowo dan adik-adiknya -- GKL menjelma menjadi perusahaan besar yang menguasai bisnis perdagangan perkakas di Indonesia. Produk yang dipasarkan tak kurang dari 20 kategori dan meliputi lebih dari 60 ribu item. Sekitar 90% produk yang dijual GKL ini merupakan produk impor yang diproduksi perusahaan perkakas besar dunia.

Keistimewaan GKL terutama karena mampu keluar dari kerumunan para pemain di bisnis distribusi produk perkakas dengan menunjukkan kelasnya sendiri. Bukan rahasia lagi, hampir semua pemain distribusi perkakas teknik di Indonesia adalah perusahaan kelas toko alias UKM yang banyak terdapat di bilangan Kota (Jakarta). Sulit menyebutkan bisnis mereka sebagai bisnis korporasi. GKL-lah yang paling sukses melewati kerumunan itu. Di Asia Tenggara, kalau Anda bandingkan dengan perusahaan distributor dan showroom perkakas lain, kamilah yang terbesar dan paling lengkap," ujar seorang eksekutif Kawan Lama. Tampaknya klaim sang eksekutif GKL itu tak berlebihan. Berbeda jauh dari para kompetitornya yang hampir semua masih menempati toko atau ruko, GKL sudah punya banyak gerai, showroom, dan kantor pusat sendiri yang cukup mentereng.

Di gedung yang dijadikan markas besarnya itu GKL membuka showroom untuk displai produk seluas 2.000 m2. Showroom dilengkapi dengan sistem katalog yang terkomputerisasi sehingga sangat memudahkan visualisasi produk ke calon pembeli. Kehadiran perangkat canggih itu juga memungkinkan simulasi dan testing produk bagi calon pembeli yang ingin menjajal produk. Showroom ini dikelola salah satu anak usaha GKL yang paling tua, yakni PT Kawan Lama Sejahtera, yang kini diperkuat sekitar 1.200 karyawan.

Yang tak kalah menarik, jumlah produk yang dipasarkan (termasuk yang diageni) GKL sekitar 130 merek. Hebatnya, GKL hanya mau mengageni merek-merek perkakas tiga besar (the big three) dunia. Malah, untuk mengageni merek yang punya pasar besar, GKL mendirikan perusahaan tersendiri (dedicated). Misalnya ada PT Indo Kompressigma untuk mengelola penjualan produk kompresor udara paling top di dunia dari Jerman bermerek Kaeser. Lalu, PT Miller Weldindo memasarkan mesin las asal Amerika Serikat bermerek Miller. Ada pula PT Kawan Lama Multiweldindo, pemegang lisensi pemasaran mesin las merek Saf (Prancis). Sementara PT Global Tools Indonesia memasarkan berbagai tool bermerek Facom (Prancis). Ada lagi salah satu merek yang diageni GKL dan sekarang tengah naik daun, yakni Sensormatic. Produk untuk keamanan ini berbentuk scanner yang banyak dipakai kalangan pengelola gedung (hotel, mal, dan lainnya), khususnya untuk melakukan scanning terhadap kemungkinan pengunjung yang membawa bahan peledak. GKL memasarkan produk ini di bawah bendera PT Sensormatic Indonesia. Kami memasarkan produk-produk itu dengan pola joint venture dengan prinsipal, ujar Kuncoro Wibowo, yang juga CEO GKL.

Selain merek-merek top itu masih ada puluhan merek lain yang diageni GKL. Pasalnya, GKL memang menyediakan aneka produk mulai dari perkakas pemotongan (cutting tool), pengeboran (drilling tool), alat-alat pengukuran dan presisi, perkakas keselamatan kerja, fastening tool, produk kimia (untuk adesif, cat, lubrikasi dan pembersih), lightening equipment, cleaning service, automotive service & testing equipment, kompresor, diesel, alarm, dan sebagainya. Pendeknya, barang dagangannya mulai dari obeng kecil hingga kompresor dan diesel yang besarnya memenuhi ruangan. Keunikan kami adalah one stop shopping concept. Jadi bila ada industri yang butuh alat-alat perkakas, kami menyediakannya," kata Kuncoro yang kini mempekerjakan 3 ribu orang di kelompok usahanya. Untuk memasarkan produk-produknya itu GKL mendirikan 9 cabang di berbagai kota.

Menyingkap perjalanan bisnis GKL memang amat menarik. Sebab, yang terurai kemudian adalah cerita kewirausahaan (entrepreneurship) yang penuh teladan. Boleh dibilang, di dalamnya banyak pelajaran tentang sebuah perjuangan bisnis, kerja keras, kedisplinan, semangat terus belajar. Kenyataannya, unsur-unsur inilah yang bisa membalikkan nasib dari nobody menjadi somebody yang terpandang. Itulah yang terjadi pada GKL, terutama setelah Kuncoro dan adik-adiknya menerima tongkat estafet pengelolaan toko yang didirikan sang ayah.

Kuncoro, anak keempat dari 9 bersaudara, sedari kecil memang sudah terbiasa bekerja keras -- dan masih dilakukannya hingga sekarang. Salah satu alasannya, dia ingin selalu melakukan sesuatu yang berbeda. I want to be something different, katanya menegaskan. Saya kalau sudah punya keinginan, harus bisa diperoleh, tambah Kuncoro berterus terang kepada tim SWA yang mewawancarainya. Pengusaha yang lebih suka tampil dengan potongan rambut cepak ini menceritakan, ketika masih SD, ia dan adik-adiknya sudah biasa membantu ayahnya bekerja di toko. Sepulang dari sekolah langsung menuju toko. Adik perempuannya biasanya berperan sebagai kasir, sedangkan Kuncoro dan dan adik-adik lelakinya ikut membantu melayani di toko. Saya ingat kalau ke toko, tiap pagi bawa teko yang sudah diisi teh oleh ibu. Ketika makan siang, ibu mengirimkan rantang nasi yang zaman dulu masih pakai rantang rotan, kenang kelahiran 1956 yang punya hobi mengoleksi korek api ini.

Bukan masa kuliah formal bertahun-tahun yang mengasah keterampilan bisnis Kuncoro, melainkan lebih karena tempaan kerja keras dan otodidak. Ia belajar sambil bekerja di lapangan, di toko kecil itu. Prinsip saya learning by practicing. Apa yang salah terus diperbaiki. Dan, secara tidak sadar itu terus bergulir sampai kami bisa mandiri, sampai dilepas oleh ayah kami, ujar Kuncoro yang memang hanya tamatan SLTA. Meski tak duduk di bangku kuliah, tak berarti Kuncoro tak suka belajar. Selain belajar dari tempaan pengalaman selama melayani pelanggan di toko, ia juga banyak mengambil kursus informal untuk mengasah wawasan bisnisnya. Tak ayal kematangan berbisnisnya pun cepat terbentuk.

Yang membuat GKL cepat melaju bisa dibilang karena kegigihan Kuncoro baik dalam menangkap peluang pasar, menggandeng prinsipal luar negeri, membimbing adik-adiknya, hingga membangun organisasi bisnis. Bukan rahasia lagi bagi kalangan karyawan GKL, jiwa dan semangat kewirausahaan Kuncoro memang terasa kental. Pengusaha yang selalu datang ke kantor pukul 08.00 dan pulang pukul 21.00 ini dikenal punya kepemimpinan (leadership) yang kuat, malah bisa dibilang cukup keras. Mungkin semimiliter, kata seorang manajer di GKL menilai. Contohnya, karyawan yang datang ke kantor telat, namanya akan muncul di layar monitor. GKL juga menegakkan aturan di kantor karyawan tak boleh baca koran atau majalah, melainkan hanya boleh bekerja. Sebenarnya bisa dipahami bila Kuncoro menerapkan gaya ini. Pasalnya, ia memimpin sebuah perusahaan penjualan yang memang menuntut disiplin tinggi dan kerja keras.

Sebelum menyuruh anak buahnya bekerja keras, Kuncoro sendiri sudah menjalankannya. Ketika berusia 17 tahun ayahnya sudah biasa melepas Kuncoro dan adiknya untuk menggulirkan usaha dagang keluarga sendiri. Misalnya untuk urusan pembelian, pengepakan dan pengiriman barang. Malahan di usia 17 tahun itu Kuncoro sudah pergi ke luar negeri sendiri guna mencari produk-produk perkakas yang potensial diageni. Saya sudah sering pergi cari produk ke Singapura, Hong Kong dan Jepang. Ketika itu Cina belum terbuka, kata Kuncoro seraya menjelaskan rata-rata para prinsipal yang mereknya diageni dari awal sampai sekarang, masih bertahan bermitra dengan GKL. Di tahun 1980-an itu, Kuncoro rajin mengembangkan hubungan dengan para prinsipal termasuk mengunjungi pameran di mancanegara -- dan mulai mengageni produk-produk luar negeri. Saya melihat kesempatan dan timing, waktu itu barang-barang bermerek dan berkualitas mulai bergerak di sini seiring dengan berkembangnya industri, seperti asembling mobil, ungkap pria yang mengaku tiga bulan dalam setahun waktunya dihabiskan di luar negeri itu.

Kuncoro melihat perusahaannya bisa berkembang jauh lebih pesat dibanding para pesaing yang sekarang masih jualan di ruko-ruko, karena perbedaan cara berpikir dan adanya keinginan untuk maju. Saya percaya dengan orang (people) dan selalu mengadaptasi teknologi baru, Kuncoro mengungkapkan kiatnya. Ia memberi contoh perbedaan dalam mengembangkan bisnis. Jika mereka memperoleh Rp 100, yang Rp 50 disimpan untuk properti atau investasi lain. Kalau kami tidak. Duit itu terus diputar sehingga seperti snow ball, ungkapnya lagi. Selain itu, lanjut Kuncoro, pihaknya tergolong perusahaan lokal pertama yang berinisiatif mencari pasar. Ketika penjual lain lebih banyak menunggu pembeli datang ke toko, pihaknya memilih jemput bola. "Kami termasuk yang paling awal yang bisa melakukan penjualan dengan approach ke pabrikan," katanya bangga.

Dengan prinsip-prinsip itulah GKL terus berkembang. Bila awalnya hanya sebuah toko berukuran 3 x 3 meter di Glodok, di akhir tahun 1970 bisa pindah ke ruko yang lebih baik. Lalu, tahun 1985 bisa menambah gerai menjadi tiga ruko. Dan akhirnya, tahun 1997 bisa membangun gedung sendiri. Kini, boleh dibilang GKL dikelompokkan sebagai korporasi besar. Hanya saja, bagi kebanyakan orang awam, nama Kawan Lama memang tak sepopuler pemain di industri fast moving & consumer goods semisal Coca-Cola, Unilever, Grup Wings, Sosro, Ultrajaya, dan lainnya. Padahal, skala bisnisnya boleh dipertandingkan dengan mereka itu. Kurangnya popularitas ini karena memang bidang bisnis GKL yang lebih banyak menyasar ke pelanggan perusahaan, bukan pasar massal (mass market).

Di bidang pemasaran, GKL sukses melakukan berbagai transformasi. Di antaranya, berhasil mentransformasi dari sekadar penjual atau agen berbagai produk milik perusahaan lain menjadi perusahaan yang punya merek sendiri. Hal ini terlihat dari keberadaan merek Krisbow yang tak lain merupakan merek yang murni dimiliki dan dikembangkan oleh GKL. Didukung jaringan penjualan GKL yang kuat, kini Krisbow sangat sukses dan merupakan merek lokal terbesar di bisnis perkakas. Di pasar kompresor misalnya, Krisbow mampu bersaing dekat dengan Kaeser yang merupakan market leader dunia. Merek Krisbow sendiri kini tak hanya dipakai untuk produk kompresor, tapi sudah diekstensi untuk 22 kategori produk yang meliputi lebih dari 4.500 item. Tak heran, kontribusi penjualan Krisbow terhadap GKL mencapai sekitar 10%. Langkah GKL meluncurkan merek sendiri ini merupakan terobosan (breakthrough) bagi pemain lokal. Pasalnya, di bisnis ini hampir 100% pemain lokal sebatas berperan sebagai agen atau distributor. Jadi, belum muncul kesadaran membangun merek sendiri.

Terobosan tak hanya dilakukan dalam bentuk pengembangan merek sendiri, tapi juga dalam strategi menjual dan melayani klien. KLS misalnya, tak lagi mengandalkan pendekatan penjualan konvensional, tetapi telah mengimplementasi pendekatan konsultasi. Jadi, berangkatnya bukan kami punya barang dan silakan Anda beli, tapi lebih memberi solusi di antara kebutuhan pelanggan dan kemampuan pembelian. Sebab itu, tim sales kami selalu menanyakan ke calon pelanggan apa kebutuhannya dan berapa banyak dana yang dimiliki. Dari situ tim sales membantu memberikan solusi terbaik, papar Tony Sartono, Direktur Pemasaran KLS.

Sebagai perusahaan pemasar perkakas, kini GKL juga mulai bertransformasi dari yang sebelumnya hanya fokus di bisnis B2B alias menyasar segmen korporat yang besar (big account), ke perusahaan yang juga gencar menggarap pasar ritel-massal. Hal ini bisa dibuktikan dari makin intensifnya GKL mengembangkan gerai ritel perkakasnya: mulai dari Ace Hardware, Index, Toko Krisbow Perkakas, Krisbow Tools Center, hingga Dunia Teknik.

Perkembangan jumlah gerai ritel yang menjadi andalan GKL untuk membidik pasar massal ini cukup bagus. Sebut saja Ace Hardware. Sebagaimana dijelaskan Rudy Hartono, Presdir PT Ace Hardware Indonesia, sejak diluncurkan 1995 pertumbuhan penjualan Ace Hardware minimal 25% per tahun. Jumlah gerai Ace Hardware pun terus bertambah. Sekarang mencapai 16 gerai, tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Ace Hardware menyediakan lebih dari 50 ribu jenis produk, terdiri dari 12 kategori (disebut departemen), mulai dari cat dan perlengkapannya, perkakas rumah, aksesori otomotif, lampu, perlengkapan mandi, kunci pintu, engsel dan handel pintu, perlengkapan rumah tangga, peralatan dan bahan berkebun, perlengkapan kemah dan barbeku, perlengkapan Natal dan hari-hari besar, hadiah, hingga furnitur.Selain Ace Hardware, GKL juga mengembangkan Index Furnishing sejak 2004. Paulus Ong, Direktur Operasional PT Home Center Indonesia pengelola Index menjelaskan pihaknya kini terus gencar mengembangkan supermarket perabot rumah tangga (home furnishing) itu. Setidaknya GKL sudah punya tiga gerai, yakni di Puri Indah, Mal Artha Gading dan Mal Metropolitan Bekasi. Rencananya, sampai semester pertama 2006, akan buka dua gerai Index di Makassar dan Bandung.

Index merupakan waralaba furnitur dari Thailand, bukan asli merek ritel milik GKL. Sebenarnya, semula Kuncoro sempat akan membangun merek sendiri dengan pemasoknya para pengusaha furnitur lokal, tapi kalangan pengusaha lokal itu tak mau dengan alasan takut desain produknya malah dijiplak. Tak heran, Kuncoro kemudian memilih Index yang sudah sukses di Thailand. Alasan lainnya, konsep Index hampir sama dengan ritel Ace Hardware, hanya saja Index lebih mengarah ke produk perabot rumah tangga (home furnishing).

Keberadaan Ace Hardware dan Index menjadi bukti bahwa GKL telah mulai mentransformasi pemasarannya dari yang semula didominasi pola pemasaran B2B -- yang sangat mengandalkan manajemen big account -- menjadi model pemasaran B2C alias ritel. Yang lebih menarik, ternyata kehadiran dua jenis gerai GKL itu secara tak langsung telah mengedukasi konsumen perkakas di perkotaan bahwa berbelanja perabot dan perkakas tak harus berdesak-desakan atau kepanasan, melainkan bisa dilakukan di sebuah toko besar dengan suasana yang nyaman.

Dahulu, kalangan mapan perkotaan tak suka berbelanja sendiri untuk urusan perkakas dan lebih memilih mendelegasikan ke para pembantu atau tukang. Namun sekarang tak mengherankan, banyak para majikan (terutama dari kalangan muda) yang tak sungkan lagi berbelanja perabot atau perkakas sendiri. Kalangan ibu rumah tangga, misalnya, kini justru lebih suka datang sendiri ke Ace Hardware untuk membeli perkakas pemotong dahan, mesin pembersih lantai, peranti pengecatan, dan lain-lain. Boleh dibilang, GKL berhasil ikut membangun gaya hidup yang berhubungan dengan perkakas. Lihat saja, sekarang muncul hobi baru seperti berkebun ataupun ngebengkel.

Sebenarnya, selain Ace Hardware dan Index, GKL juga mengembangkan jenis gerai lain, yakni Krisbow Perkakas (KP) dan Krisbow Tools Center (KTC). Dua jenis gerai ini mulai diluncurkan 2003. Hanya saja, ragam produk yang dipajang memang tak selengkap di Ace Hardware karena memang fokus dengan merek Krisbow. Ruangannya pun tak seluas dan selengkap Ace Hardware. Namun, soal jaringannya jangan diremehkan, sudah ada 17 gerai (16 KP dan satu KTC). Lokasi gerai ini tersebar di Jakarta, Surabaya dan Bandung. Seorang eksekutif di GKL menyebutkan, tahun 2006 GKL punya target membuka 20 gerai baru (baik KP maupun KTC), dan tahun 2007 ditargetkan menambah 50 gerai baru. Perbedaan KP dan KTC sendiri terletak pada luas bangunan dan fokus usahanya. KP berkonsep lebih independen dengan varian produk yang lebih banyak dibanding KTC.

Pada Ace Hardware dan Index, GKL ingin mengembangkan sendiri dan tidak berencana mewaralabakan atau menggandeng investor lain. Sementara dalam membesarkan KP dan KTC, GKL malah membuka peluang kerja sama dengan investor yang berminat. Dari sejumlah KP dan KTC yang sudah berjalan, sebagian besar dimiliki oleh mitra investor. Cerdiknya, GKL tak mau asal cari mitra. Persyaratan yang ditetapkan untuk menjadi mitra pemilik KP dan KTC antara lain: memiliki lokasi strategis dengan luas bangunan minimal 150 m2; serta memiliki dana Rp 800 juta-1 miliar untuk KP, dan Rp 300-400 juta untuk KTC.

Sisi lain yang menarik dari GKL adalah strateginya untuk fokus. Lihat saja, meski GKL punya banyak anak usaha, semuanya masih masuk dalam kompetensi intinya, yakni penjualan perkakas. Hanya Index yang sedikit melebar, yakni penjualan furnitur. Memang produknya beda, tapi nature of business-nya masih sama, kilah Kuncoro. Bahkan, GKL juga memilih fokus di distribusi saja, tidak di manufakturing.

Pilihan strategi ini rupanya tak diputuskan tanpa alasan. Tahun 1994 manajemen GKL melakukan benchmarking ke luar negeri untuk memutuskan apakah mau menggarap manufakturing atau distribusi/penjualan saja. Ternyata dari studi banding ke luar negeri Kuncoro mendapatkan jawaban bahwa model bisnis distribusi perkakas pun bisa survive dan membesar, sehingga akhirnya memutuskan fokus di distribusi saja. Itulah mengapa, meski punya merek sendiri (Krisbow), proses manufakturingnya dilakukan lewat outsourcing (toll manufacturing)

Yang pasti, kini hampir semua perusahaan besar di Indonesia menjadi pelanggan GKL untuk pengadaan perkakas. Sekadar menyebut klien-klien besarnya: Garuda Indonesia, Panarub Industry, perusahaan-perusahaan semen, perusahaan alat-alat berat, keramik, suku cadang, perusahaan asembling otomotif (Astra International, Indomobil, dan Kramayuda Tiga Berlian), pabrik elektronik, perusahaan pertambangan (PT Bukit Asam, PT Tambang Timah, KPC, Freeport Indonesia, Adaro, Aneka Tambang, Newmont, Gulf Resources) plus sederet perusahaan lainnya. Sebuah sumber juga menyebutkan, ketika Toyota Astra Motor hendak melakukan setting pabrik untuk memproduksi dan meluncurkan Innova dua tahun lalu, sebagian perkakas manufakturnya juga dipasok GKL. Disebutkan Kuncoro, pelanggannya hampir ada di semua sektor yang berbasis manufakturing. Kami tak punya single customer yang mengontribusi lebih dari 3% sales kami, Kuncoro berterus terang. Jumlah pelanggan GKL diperkirakan lebih dari 10 ribu. Selama ini orientasi pemasaran GKL hampir 70%-80% ke kalangan end user, bukan pedagang.

Mengenai kinerja anak-anak usaha GKL, Kuncoro mengaku optimistis. Selama ini tiga anak usaha yang pertumbuhannya paling pesat adalah KLS, Ace Hardware dan Index. Hanya saja belakangan ini perkembangan bisnis ritel (Ace Hardware, Index, Toko Krisbow) grup ini lebih cepat. Adapun kalau dilihat kontribusinya, 50% diperkirakan masih dari KLS. Sayang Kuncoro tak bersedia menyebutkan berapa omset grup usahanya saat ini. Namun, kalau mengacu pada perhitungan Pusat Data Bisnis Indonesia, setidaknya omset grup ini di kisaran Rp 1 triliun.

Darmadi Durianto, pengamat pemasaran, melihat langkah GKL bertransisi dari B2B ke B2C dengan mengembangkan jaringan ritel merupakan upaya mendekatkan diri ke kalangan konsumen akhir. Mereka melakukan strategi forward integrated, tuturnya. Darmadi menilai kalau langkah itu dikelola dengan baik, akan memperkuat posisinya di pasar. Selain itu pasti semakin memperkuat bargaining power di hadapan pemasok. Langkah ini juga menguntungkan karena semakin memungkinkan memperoleh margin lebih besar. Darmadi memberikan catatan, yang harus diperhitungkan adalah penentuan lokasi. Kalau mereka bisa memilih lokasi yang baik dan pas, saya pikir peluangnya bagus, ia menegaskan.

Dalam kaitannya dengan brand building, Darmadi menyarankan GKL untuk terus konsisten membangun awareness, meningkatkan kualitas layanan, membuat program loyalitas dan terus-menerus membangun citra. Kalau berhenti, mereka cuma sekadar buka kemudian jual, buka kemudian jual, saya pikir lama-kelamaan juga akan jatuh, tandasnya. Catatan kritisnya, ia melihat GKL masih kurang dalam melakukan emotional bonding ke konsumen. Artinya, Brand building belum mereka lakukan secara optimal. Pengamat pemasaran lainnya, Kafi Kurnia dari Peka Consulting, melihat sukses GKL sebenarnya lebih karena hoki saja. Kebetulan ia masuk ke bisnis yang belum dilirik orang, tandas Kafi, yang melihat di Indonesia pemain di kategori ini memang sangat kurang dan cenderung masih tertutup. Penyebab awalnya, menurut Kafi, para pebisnis tidak melihat bidang ini sebagai mainstream.

Kafi berpendapat, bila ada pengusaha yang ingin menyaingi GKL saat ini, sudah tergolong telat. Alasannya, jaringan GKL sudah begitu luas. Toh, bukan berarti dapat disimpulkan kalau GKL sudah sukses. Itu belum tentu! Seperti Ace Hardware, kita hanya bisa melihat ekspansi gerainya di mana-mana dengan areanya yang cukup luas. Tapi apakah penjualannya bagus atau tidak, sejauh ini kita tidak dapat menyimpulkan bahwa Ace Hardware sukses di pasar. Belum ada benchmark bagi Ace Hardware hingga saat ini, Kafi menyimpulkan. Implikasinya, lanjut Kafi, meski harga barangnya mahal dan servisnya tak bagus pun, orang tetap akan mengunjungi karena tak ada alternatif lain. Ace Hardware kini menari sendirian, ujarnya.

Kalau begitu, akankah mereka sukses? Kafi tak bisa memastikan, sebab di bisnis ritel perkakas ini belum ada benchmark, tak seperti ritel umum. Kendati demikian, Kafi mengakui, GKL dengan Ace Hardwarenya tetap merupakan fenomena. Sebab, dulunya tak ada tapi langsung bisa melebarkan sayap ke mana-mana. Tapi kita tidak dapat memprediksi seberapa lama mereka bisa bertahan karena mereka tidak punya pesaing, kata Kafi.

Apa pun penilaian orang, Kuncoro sendiri tetap melihat prospek bisnisnya cukup cerah. Namun ke depan ia sudah berpikir untuk menyerahkan kepemimpinan pengelolaan bisnisnya kepada orang lain (profesional). Saya mulai tired. Saya cukup capek dan sudah waktunya menikmati hidup yang pendek ini. Saya harus sudah menyiapkan generasi baru, ujar Kuncoro jujur. Ia berhitung, mungkin saja pengalamannya tidak lagi aplikatif di masa mendatang. Ini seperti ombak, yang belakang sudah menggulung ke depan, katanya bertamsil.

Dalam benak Kuncoro sekarang ini, ia hanya ingin memastikan perusahaannya tetap eksis di pasar meski ia bukan leader-nya lagi. One day, mungkin kami akan IPO sehingga kepemilikannya tak hanya dipegang keluarga. Kalau kita melihat sejarah, bukankah sebuah empire tidak bisa (bertahan) lebih dari tiga keturunan, Kuncoro menjelaskan. Soal IPO, ia menilai sebenarnya bisa dilakukan kapan pun karena secara internal sudah siap. Demikian juga secara administratif. Tapi sejauh ini kami belum butuh dana dari luar untuk pengembangan bisnis. Biarkan jalan apa adanya dulu, katanya. Sikap prudent seperti ini agaknya merupakan kelebihan bisnis GKL lainnya.

Reportase: Eddy D. Iskandar, A. Mohamad B.S., Siti Ruslina, Abraham Susanto, Tutut W. Handayani, Herning Banirestu, Dedi Humaedi. Riset: Asep Rohimat.

KrisbowMerek Lokal yang Berkibar Tanpa Pabrik

Di bisnis perkakas di Indonesia, Krisbow bukanlah nama asing. Brand awareness-nya di kalangan pengguna perkakas cukup kuat. Begitu pula, penguasaan pasarnya di pasar perkakas di Tanah Air. Di segmen kompresor, misalnya, Krisbow adalah merek yang sangat populer dan bersaing ketat dengan produk kompresor buatan Jerman, Kaeser. Merek lokal ini banyak dikenal orang melalui sejumlah produknya yang didistribusikan secara massal di berbagai ritel perkakas dan hypermarket/supermarket. Merek ini pun dipakai untuk beragam jenis produk, antara lain kompresor berukuran besar (dipakai bengkel dan pabrik besar), brankas, pompa, gunting dan alarm.

Kelahiran merek Krisbow dipicu idealisme melahirkan produk alternatif sebagai solusi saat krisis moneter beberapa tahun lalu. Seperti dijelaskan Kuncoro Wibowo, CEO Grup Kawan Lama, sebenarnya sebelum krisis GKL selalu memegang teguh kebijakan bahwa pihaknya hanya mau mendistribusikan atau menjadi agen produk-produk perkakas top 3 di dunia. Itu memang positioning GKL, sehingga hanya merek-merek ternama dunia yang diageni. Namun setelah krisis 1997, pasar perkakas juga mengalami kontraksi, kata Kuncoro. Daya beli kalangan industri yang selama ini menjadi target pasar GKL mengalami penurunan. Kebanyakan industri lebih realistis dan memilih back to basic dalam membeli barang. Yang penting buat mereka, barang bisa dipakai dan harganya pantas. Tak aneh, mereka enggan membeli merek-merek kelas dunia yang harganya makin mahal saat krisis.

Celah itulah yang dilihat manajemen GKL sehingga meluncurkan Krisbow sebagai merek perkakas kelas menengah yang diposisikan sebagai substitusi merek asing yang makin mahal. Harga produk-produk Krisbow 30%-40% lebih murah dari merek-merk besar dunia. GKL tak sulit meluncurkan merek Krisbow meski tak punya pabrik perkakas sendiri. Pasalnya, dengan jam terbang cukup panjang di bisnis ini, GKL cukup tahu siapa saja pabrikan perkakas di dunia yang bisa dipesan untuk membuatkan produk (toll manufacturing). Apalagi, di industri perkakas hampir tak ada single manufacturer yang memproduksi hanya satu merek milik sendiri. Tidak perlu memiliki pabrik sendiri. Kami anggap dunia adalah pabrik kami. Kami ambil barang jadinya lalu dikemas dengan brand sendiri, ujar Kuncoro.

Merek Krisbow diluncurkan pada 1998. Asal-usul nama Krisbow sendiri bagi kalangan internal GKL bukan rahasia lagi, karena merupakan penggalan nama salah seorang adik Kuncoro, yakni Krisnadi Wibowo.

Kini Krisbow termasuk segelintir merek lokal asli yang cukup mapan di industrinya. Maklum, di bisnis perkakas industri seperti yang digeluti GKL, kebanyakan pemain adalah merek asing. Maklum, di industri ini dibutuhkan pengetahuan teknologi manufaktur yang lebih maju -- hal yang sering jadi menjadi kendala buat kebanyakan pemain lokal. Industri ini memang amat berbeda dari industri food & beverage, misalnya, yang jumlah merek lokalnya lumayan banyak.

Produk yang dipasarkan PT Kawan Lama Sejahtera (KLS) dengan merek Krisbow tak kurang dari 4.500 item, yang terdiri dari 22 kategori produk. Target pasarnya, pelaku industri dan kalangan pehobi. Manajemen KLS bisa memasarkan produk sebanyak itu karena menggandeng banyak pabrik di luar negeri sebagai mitra toll manufacturing. Pabrik yang digandeng rata-rata bukan pemasok/prinsipal yang produknya diageni KLS sebelumnya. Jadi, mereka betul-betul mitra baru. Ada yang dari Jepang, Taiwan, Korea dan Cina. KLS juga akan menggandeng pabrikan di India dan Vietnam.

Manajemen KLS tak memosisikan Krisbow sebagai produk yang berkualitas lebih rendah dibanding produk asing yang dijajakannya, melainkan sebagai merek kedua. Target pasar yang dituju memang bukan perusahaan multinasional, melainkan perusahaan lokal yang mementingkan aspek value for money. Krisbow tak menggantikan merek-merek yang ada, tapi sebagai merek tambahan dari yang sudah ada, kata Kuncoro menjelaskan. Yang pasti, produk-produk Krisbow telah dipasarkan ke Malaysia dan Singapura sejak tahun lalu.

Sudarmadi,