laila bpk abidinsyah ekologi baru

96
RESPON TANAMAN SELEDRI ( Apium graveolus L ) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA MACAM PUPUK DAUN PADA TIGA JENIS TANAH Di ajukan sebagai bahan proposal dalam rangka penyusunan skripsi OLEH Nama : Laila NPM : 30690A4027 Jurusan : Pendidikan Biologi

Upload: toeny-gepenk-tukikya

Post on 22-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

RESPON TANAMAN SELEDRI ( Apium graveolus L ) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA MACAM PUPUK DAUN PADA TIGA JENIS TANAH

Di ajukan sebagai bahan proposal dalam rangka penyusunan skripsi

OLEH

Nama:LailaNPM:30690A4027Jurusan : Pendidikan Biologi

SEKOLAH TINGGI DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA(STKIP-PGRI) BANJARMASIN2013PENGARUH BOKASI DARI FERMENTASI DAUN MENGGUNAKAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN SAWI

Di ajukan sebagai bahan proposal dalam rangka penyusunan skripsi

OLEH

Nama:LailaNPM:30690A4027Jurusan : Pendidikan Biologi

SEKOLAH TINGGI DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA(STKIP-PGRI) BANJARMASIN2013RESPON TANAMAN SELEDRI ( Apium graveolus L ) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA MACAM PUPUK DAUN PADA TIGA JENIS TANAH

OLEH

Nama:LailaNPM:30690A4027Jurusan : Pendidikan Biologi

Disetujui oleh pembimbing untuk melakukan penelitian Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Pada Tanggal ..2013

Pembimbing IPembimbing II

Drs.Lagiono,MPYulianti Hidayah,Sp.M.PdNIP. 132 058 917NIK. 060 204 072

Mengetahui : Ketua Jurusan / program Studi Pendidikan Biologi

Syahbudin,S.PdNIK. 070 204 075

A. JUDUL: RESPON TANAMAN SELEDRI ( Apium graveolus L ) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA MACAM PUPUK DAUN PADA TIGA JENIS TANAH

B.Latar belakang Seledri (Apium graveolus L) adalah tanaman sayuran bumbu berbentuk rumput yang berasal dari benua Amerika yang digunakan sebagai bumbu penyedap makanan dan bersifat obat yang mujarab menurunkan tekanan darah tinggi, mengobati kerontokan rambut, mengatasi sukar tidur, meperlancar buang air seni dan menguatkan urat syarat (Soewito,1991). Pada dasarnya prospek seledri sangat cerah, baik di pasaran dalam negeri (domestik) maupun luar negeri sebagai komoditas ekspor, namun pembudidayaan seledri di Indonesia pada umumnya masih dalam skala kecil yang dilakukan sebagai sambilan (sampingan). Beberapa bukti tentang budidaya seledri di Indonesia yang belum dikelola secara komersial dan diantaranya dapat merujuk pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tentang hasil survey pertanian tanaman sayuran di Indonesia pada tahun 2008, ternyata belum ditemukan data luas panen dan produksi seledri secara nasional. Demikian pula dalam program penelitian dan pengembangan hortikultura di Indonesia pada Pusat Penelitian dan pengembangan (Puslitbang). Hortikultura sampai 2003/2004, ternyata tanaman seledri belum mendapatkan prioritas penelitian, baik sebagai komoditas utama, potensial maupun introduksi (Sutrisna, Sastraatmadja dan Ishaq, 2005).Di Kalimantan Selatan, tanah-tanah marginal untuk pengembangan lahan pertanian didominasi oleh tanah gambut, tanah berpasir dan tanah Podsolik Merah Kuning, dimana tanah-tanah tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai media tanam, namun didalam pelaksanaannnya mempunyai kendala diantaranya tingkat kesuburan yang rendah dan minimnya unsur hara yang tersedia.Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kendala tidak tersedianya unsur hara, baik makro maupun mikro pada berbagai jenis tanah yang kurang subur adalah dengan pemberian pupuk. Pemberian pupuk atau unsur hara ini selain diberikan lewat tanah dapat pula diberikan lewat daun. Menurut Lingga dan Marsono (2001), kelebihan utama dari pupuk daun, yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat akar.Saat ini banyak produk pupuk daun dengan berbagai merk dagang dengan komposisi hara makro dan mikro yang bervariasi. Namun, secara umum unsur hara yang dominan dalam pupuk daun adalah hara makro dengan tambahan beberapa unsur mikro. Menurut Sutedjo (1999), apabila tanaman sayuran daun seperti bayam, seledri atau selada maka pupuk daun yang digunakan harus berkadar N tinggi. Beberapa contoh pupuk daun yang berkadar N tinggi dengan kadar P dan K yang bervariasi banyak ditemukan di pasaran, seperti Growmore 32-10-10 (32 % N, 10 % P dan 10 % K), Hyponex 25-5-10 (25 % N, 5 % P dan 10 % K) atau Mamigro 25-6-6 (25 % N, 6 % P dan 6 % K).Beragamnya komposisi unsur-unsur yang dikandung pupuk daun yang dijual di pasaran tersebut, hal ini memerlukan suatu kajian yang ilmiah untuk mengaplikasikannya pada tanaman karena masing-masing tanaman punya tanggapan (respon) yang berbeda kebutuhannya terhadap pupuk (unsur hara). Bertolak dari hal tersebut kiranya perlu dilakukan penelitian tentang respon tanaman seledri terhadap pemberian beberapa macam pupuk daun pada tiga jenis tanah.

BAHAN DAN METODEPenelitian dilaksanakan dirumah plastik di Jalan Karanggan No. 34, Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober hingga Desember 2010.Bahan-bahan yang digunakan adalah benih seledri, pupuk daun (Growmore, Hyponex dan Mamigro), air pengencer, tanah gambut, tanah podsolik merah kuning, tanah berpasir, pupuk kandang kotoran ayam, kapur dolomit dan pestisida (Furadan 3G dan Benlate 20 EC).Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain meteran, timbangan, cangkul, parang, gergaji, palu, plastik, kasa, kajang, ayakan, bak persemaian, polybag, handsprayer, neraca analitik, penggaris, alat tulis dan alat-alat tulis yang dianggap perlu.Penelitian ini meggunakan Rancangan Acal Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial, dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk daun (P) yang terdiri dari 4 macam yaitu 0 = tanpa diberi pupuk daun, D1= pemberian pupuk daun Growmore, D2= pemberian pupuk daun Hyponex dan D3 = pemberian pupuk daun Mamigro.Faktor kedua adalah jenis tanah (T) yang terdiri dari 3 jenis, yaitu :T1= Tanah Gambut, T2= Tanah Berpasir,T3= Tanah podsolik Merah Kuning.Variabel yang diamati meliputi : Tinggi tanaman (cm) ; Jumlah daun (helai) ;bobot segar tanaman (g/tanaman) ;.Bobot kering tanaman (g/tanaman) ; Rasio Tajuk-Akar atau Shoot and Root Ratio (S/R).HASIL DAN PEMBAHASAN Interakasi antara pupuk daun dan jenis tanah berpengaruh tidak nyata pada semua variabel pengamatan, hal ini diduga karena kedua perlakuan memiliki peranan yang sama di dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sedeldri. Menurut Hanafiah (1995), tidak terjadinya pengaruh interaksi dua faktor perlakuan karena kedua faktor tidak mampu bersinergi (bekerjasama) sehingga mekanisme kerjanya berbeda atau salah satu faktor tidak berperan secara optimal atau bahkan bersifat antagonis, yaitu saling menekan pengaruh masing-masing.Walaupun tidak terjadi pengaruh interaksi pada kedua perlakuan, namun masing-masing perlakukuan faktor tunggal memberikan pengaruh nyata dalam m,eningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman seledri.Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Hasil Tanaman SeledriDari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk daun menunjukkan respon yang positif dan berpengaruh nyata didalam meningkat pertumbuhan dan hasil tanaman seledri serta ratio tajuk-akar (pengamatan terakhir). Pemberian pupuk daun Growmore (32-10-10) cenderung menunjukkan perlakuan yang terbaik dibanding perlakuan lainnya. Daun merupakan variabel utama yang menentukan kemampuan tanaman untuk berfotosintesis, jadi secara keseluruhan pertumbuhan tanaman seledri dapat dipacu lebih baik dengan pemberian pupuk daun Growmore (32-10-10).Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman , Jumlah Daun, Bobot Segar, Bobot Kering dan Ratio Tajuk-Akar Tanaman Seledri Pengaruh Perlakuan Beberapa Macam Pupuk DaunPerlakuanPupuk DaunTinggi TanamanJumlah Daun

14 HST21 HST28 HST14 HST21 HST28 HST

Kontrol (D0)3.94ab5.22a7.44a2.22a3.67a5.89a

Growmore(D1)8.11c10.78b14.06b3.67b6.00b11.11b

Hyponex (D2)3.50a3.72a7.69b2.39a4.11a6.22a

Mamigro (D3)6.78bc9.33b12.11a2.56a4.22a6.67a

Bobot Segar Tanaman (g)Bobot Kering Tanaman (g)Rasio Tajuk-Akar

Kontrol (D1)0.88p0.030p4.34p

Growmore (D2)1.26q0.074r5.94q

Hyponex (D3)0.97p0.035p4.52p

Mamigro (D4)1.13q0.045pq5.22pq

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing kolom, umur dan variabel yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %.Pada saat pertumbuhan tanaman, seperti halnya pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun seledri tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang. Pemberian pupuk daun Growmore dengan kandungan unsur hara N, P dan K yang lebih tinggi dibandingkan pupuk daun lainnya, yaitu 32% (N), 10% (P), dan 10% (K) tampaknya dapat memacu pertumbuhan tanaman seledri yang lebih baik, karena pada saat pertumbuhan tanaman unsur N, P dan K diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak dan berimbang. Peran utama unsur N, P dan K bagi pertumbuhan tanaman sesuai pernyataan Lingga dan Marsono (2001), bahwa unsur nitrogen (N) sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman karena dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Menurut Laegreid et al (1999, dalam Hindersah dan Simarmata, 2004), ketersediaan unsur nitrogen adalah penting pada saat pertumbuhan tanaman, karena nitrogen berperan dalam seluruh proses biokimia tanaman. Sedangkan fosfor (P) menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) berperan untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, berperan dalam fotosintesis dan respirasi sehingga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman keseluruhan, selain itu berperan penting memperbaiki sistem perakaran tanaman. Adapun kalium (K) menurut Sarief (1989) merupakan salah satu unsur hara yang sangat berperan dalam memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Apabila tanaman mengalami kekurangan unsur kalium, maka tanaman akan tumbuh lebih pendek, sehingga tanaman menjadi kerdil dan mudah rebah.Dari unsur hara yang ada di perlukan tanaman, nitrogen (N) adalah unsur yang paling utama menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman seledri, apalagi bagian ekonomis tanaman seledri yang di panen adalah bagian batang dan daun. Tersedianya unsur nitrogen yang lebih besar yang terkandung dari pupuk daun Growmore (32%) dibanding pupuk Hyponex (25%) dan Mamigro (25%), diduga berperan langsung memacu peningkatan pertumbuhan daun. Hal ini sesuai pernyataan Lakitan (1996), bahwa pada saat pertumbuhan daun, diketahui tidak semua unsur hara diperlukan dan berperan langsung terhadap pembentukan daun. Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen.Pertambahan jumlah daun pada akhirnya akan berakibat meningkatnya luas daun secara keseluruhan, hal ini berarti kemampuan tanaman melakukan fotosintesis meningkat, sehingga hasil fotosintesis (fotosintat) yang tersedia juga akan meningkat dan dialokasikan kebagian tanaman yang bernilai ekonomis (Goldworthy dan Fisher, 1996). Selain itu pertambahan jumlah daun juga akan berakibat langsung terhadap biomassa secara keseluruhan, hal ini diperlihatkan dengan meningkatnya bobot basah dan kering yang lebih tinggi. Dari Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk daun juga berpengaruh sangat nyata terhadap bobot segar, bobot kering dan rasio tajuk- akar tanaman seledri. Pemberian pupuk daun Growmore (32-10-10) lebih baik dibanding jenis pupuk daun lainnya dalam meningkatkan hasil panen (bobot segar) tanaman seledri dan berbanding lurus dengan bobot keringnya. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk daun Growmore mengandung unsur hara makro dan mikro yang lebih tinggi sehingga mampu menyediakan kebutuhan bagi pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya meningkatkan hasil tanaman. Selain kandungan unsur hara makro seperti N, P, dan K yang lebih tinggi, kandungan unsur hara mikro yang terkandung dari pupuk daun Growmore juga lebih tinggi dibanding Hyponex dan Mamigro.Tersedianya hara makro dan mikro yang lebih baik dari pupuk daun Growmore akan dapat mendukung pertumbuhan yang lebih baik, dan pada akhirnya hasil tanaman juga lebih baik. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), hasil tanaman sangat ditentukan oleh produksi biomassa pada saat masa pertumbuhan tanaman dan pembagian biomassa pada bagian yang dipanen. Produksi biomassa tersebut mengakibatkan pertambahan berat dapat pula diikuti dengan pertambahan ukuran tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Kondisi ini menurut Gardner dkk.. (1991) sangat dimungkinkan apabila pada saat pertumbuhan tanaman, unsur hara dan faktor pendukung lainnya tersedia dan tidak menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan pembagian hasil fotosintesis (fotosintat) ke organ hasil berjalan dengan baik.Demikian pula rasio tajuk-akar sangat dipengaruhi oleh tersedianya nitrogen. Menurut Loomis (1953, dalam Gardner dkk.. 1991), tersedianya unsur N dan air yang banyak akan dapat menggalakkan pertumbuhan ujung (tajuk). Hasil penelitian Murata (1969 dalam Gardner dkk. 1991) menunjukkan bahwa rasio tajuk-akar tanaman padi meningkat secara nyata akibat diberi nitrogen yang lebih banyak. Meningkatnya rasio tajuk-akar juga akan berakibat langsung terhadap peningkatan bagian ekonomis dari tanaman seledri yang dipanen.Secara keseluruhan hasil panen tanaman seledri dari penelitian yang telah dilaksanakan masih di bawah standar normal, yaitu 1 g/tanaman. Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Paishal (2005), bahwa penggunaan pupuk daun dapat menghasilkan bobot segar seledri mencapai 12,67 g/tanaman. Rendahnya hasil tanaman seledri dari penelitian ini, diduga karena rendahnya intensitas cahaya yang diterima tanaman akibat atap naungan yang dibuat terlalu rapat sehingga ini akan berpengaruh terhadap kemampuan tanaman berfotosintesis sehingga hasilnya rendah. Penelitian yang sama dari Paishal (2005), menunjukkan bahwa aplikasi naungan berpengaruh nyata menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu pada tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah rumpun. Perlakuan naungan juga menurunkan hasil produksi tanaman seledri, yaitu pada jumlah tanaman yang hidup, bobot akar, bobot yang dapat dipasarkan per panel dan bobot yang dapat dipasarkan per tanaman. Tanaman tanpa naungan memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dibandingkan tanaman dengan aplikasi naungan.Pengaruh Jenis tanah Terhadap pertumbuhan Tanaman dan Hasil Tanaman Seledri Penggunaan jenis berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap variabel pertumbuhan maupun hasil tanaman seledri, yakni pada jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan rasio tajuk-akar. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa penggunaan tanah tanah gambut lebih baik dibandingkan jenis tanah lainnya (tanah PMK dan tanah berpasir) dalam meningkatkan pertumbuhan maupun hasil tanaman seledri. Hal ini di duga terkait dengan kandungan unsur hara atau sifat kimia tanah dari ke tiga jenis tanah tersebut berbeda sehingga tanaman merespon berbeda pula. Berdasarkan hasil analisis beberapa sifat kimia tanah dari ketiga jenis ini (Tabel 3), memperlihatkan adanya perbedaan. Tanah gambut walaupun pH nya lebih rendah dibandingkan 2 jenis tanah lainnya, namun kandungan N total, P total dan K totalnya lebih tinggi yaitu 0,83%, 217,88 ppm dan 1,28 ppm dibandingkan PMK yaitu 0,11%, 103,16 ppm dan 1,27 ppm dan tanah berpasir yaitu 0,25%, 120,99 ppm dan 0,83 ppm.Tersedianya N, P dan K yang lebih tinggi pada tanah gambut menjadikan tanah ini mampu mendukung pertumbuhan tanaman seledri lebih baik dibandingkan pada tanah berpasir maupun tanah PMK. Khusus unsur N dan P pada tanah gambut kandungannya jauh lebih tinggi melebihi pada tanah berpasir dan tanah PMK, ini karena pada tanah gambut unsur N dan P bersumber dari bahan organik, berbeda dengan tanah berpasir dan PMK yang merupakan tanah mineral dengan kandungan bahan organik yang rendah (kurang 20%). Menurut Stevenson (1982, dalam Salampak, 1993) bahwa nitrogen dan fosfor yang tinggi pada tanah gambut bersumber dari bahan organik yang tinggi, sedangkan menurut Buckman dan Brady (1982) dan Sarief (1989) pada tanah berpasir dan PMK bahan organiknya rendah sehingga kandungan unsur N dan P pada tanah inipun jadi rendah.Tersedianya unsur N, P dan K yang lebih tinggi pada tanah gambut ini yang menyebabkan pertumbuhan tanaman seledri lebih baik, hal ini diperlihatkan dengan pertumbuhan daun (jumlah daun) yang lebih baik pula. Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen. Sutedjo dan Kartasapoetra (1991) menambahkan bahwa fungsi N antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan daun. Daun tanaman akan menjadi banyak dan lebar dan warna yang lebih hijau. Selain N unsur P juga sangat dibutuhkan daun dalam kegiatan fosforilasi fotosintesis pada daun. Sesuai pernyataan Rosmarkam dan Yuwono (2002) bahwa fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan karena berhubungan dengan senyawa energi sel (ATP) yang dibentuk pertama kali pada saat fosforilasi pada proses fotosintesis daun. Unsur fosfor (P) sangat berperan penting dalam kegiatan ini. Sedangkan unsur K terlibat dalam mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata pada daun, sehingga daun dapat mereduksi CO2 yang di perlukan dalam kegiatan fotosintesis.Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman , Jumlah Daun, Bobot Segar, Bobot Kering dan Ratio Tajuk-Akar Tanaman Seledri Pengaruh Perlakuan Jenis TanahPerlakuanJenis Tanah (T)Tinggi TanamanJumlah Daun

14 HST21 HST28 HST14 HST21 HST28 HST

Gambut(T1)3.94ab5.22a7.44a2.22a3.67a5.89a

Berpasir(T2)8.11c10.78b14.06b3.67b6.00b11.11b

PMK (T3)3.50a3.72a7.69b2.39a4.11a6.22a

Bobot Segar Tanaman (g)Bobot Kering Tanaman (g)Rasio Tajuk-Akar

Gambut (T1)0.88p0.030p4.34p

Berpasi (T2)1.26q0.074r5.94q

PMK(T3)0.97p0.035p4.52p

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing kolom, umur dan variabel yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %.Berdasarkan fakta yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa tersedianya unsur N, P dan K penting sekali untuk meningkatkan pertumbuhan daun dan aktivitas fotosintesis yang tinggi. Aktivitas fotosintesis yang tinggi menjamin tersedianya fotosintat yang lebih banyak dan ini diperlukan untuk meningkatkan bobot segar dan bobot kering (biomassa) tanaman seledri yang lebih baik. Peningkatan biomassa tanaman ini erupakan akibat dari adanya pembentukan dan pertambahan organ- organ tanaman seperti akar, batang dan daun selama masa tertentu dari pertumbuhan tanaman. Sesuai pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) bahwa tanaman selama masa hidupnya atau selamamasa tertentu membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Produksi biomassa tersebut akan mengakibatkan pertambahan bobot yang diikuti dengan pertambahan ukuran lainnya secara kuantitatif. Produksi biomassa selama masa vegetatif yang lebih baik, umumnya akan menentukan hasil tanaman. Apalagi komponen hasil tanaman (bagian ekonomis) dari tanaman seledri adalah bagian vegetatif yaitu berupa batang dan daun.KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Interaksi pemberian pupuk daun dengan tiga jenis tanah berpengaruh tidak nyata pada semua variabel pertumbuhan dan hasil tanaman yang diamati2. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman seledri yang lebih baik ditunjukkan pada pemberian pupuk daun Growmore (32-10-10) dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman, jumlah daun, hasil bobot segar, bobot kering dan ratio tajuk-akar tanaman seledri.3. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman seledri pada tanah gambut lebih baik dibandingkan pada tanah berpasir dan tanah PMK. Saran1. Untuk pertumbuhan dan hasil tanaman seledri yang lebih baik disarankan untuk menanam pada tanah gambut dan memberikan pupuk daun Growmore (32-10-10).2. Disarankan pula untuk penelitian lanjutan :a. agar memperhatikan atap naungan tidak terlalu mengurangi intensitas matahari yang diterima tanaman seledri sehingga tanaman dapat etiolasi.b. memperhatikan ukuran polybag (tidak terlalu kecil) yang digunakan sebagai tempat media tanam, minimal ukuran polybagnya untuk volume tanah 5 kg.Tabel 3. Data hasil analisis tanahNo.Parameter yang dinalisisTanah GambutTanah PMKTanah Alluvial

1.pH H2O (1:2,5)4,866,267,05

2.N-Total (%)0,830,110,25

3.P-Total (ppm)217,88103,16120,99

4.K-Total (ppm)1,281,270,83

Sumber : Data dianalisis di UPT Laboratorium Dasar dan Analitik (Nopember 2010)DAFTAR PUSTAKABadan Pertanahan Nasional Kalimantan Tengah, 2006, Kalimtan Tengah Dalam Angka 2006, Bidang Geografis. Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah Palangka Raya.Buckman, D.H dan Brandy,H, 1982, Ilmu Tanah, Bhatara Karya Aksara, Jakarta.Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan. UI Press. Jakarta.Goldssworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik (Terjemahan : Tosari). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Hanafiah, K.A. 1995. Rancangan Percobaan. Rajawali Pers. Jakarta.Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada.Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.Paishal, R. 2005. Pengaruh Naungan Dan Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Seledri (Apium Graveolens L) Dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung. http://repository.ipb.ac.id. 10 Februari 2011.Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.Salampak, 1993, Studi Asam Fenol Tanah Gambut Pedalaman Dari Bereng Bengkel pada Keadaaan Anaerob. Thesis.Program Pascasarjana. Bogor.Sarief, E.S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.Sitompul,S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Soewito. 1991. Bercocok Tanam Seledri. Titik Terang. Jakarta.Sutedjo, M.,M. 1999. Pupuk dan cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.Sutrisna, N., S. Sastraatmadja dan I. Ishaq. 2005. Kajian Sisten Penanaman Tumpangsari Kentang dan Seledri di Lahan Dataran Tinggi Rancabali, Kabupaten Bandung. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Tekhnologi Pertanian Vol. 8. No. 1, Maret 2005 : 78-87.Tinggalkan Sebuah Komentar

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINGANJUDULMENINGKATKAN PENGUSAHAAN KONSEP SISTEM KOORDINASI MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHANNama:LailaNPM:30609A4027

Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Rezky Nefiantiwahap, M. Si NIP. 19651015 1992032 004

A.JUDUL:MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOORDINASI MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TAME GAMES TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHANB.Latar belakang Pembelajaran biologi di SMA bukan hanya diarahkan pada penguasaan materi pembelajaran, tetapi pelajaran ini memberikan pengalaman pada siswa untuk memiliki kemampuan dalam berpikir ilmiah melalui keterampila proses. Hal ini seperti digariskan dalam standar isi, bahwa biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengaju hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamtan kerja, mengajukan pertannyaan, menggolongkandan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi factual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari (Sanjaya, 2011:153)Biologi adalah ilmu alam tentang mahluk hidup atau kajian saintifik tentang kehidupan. pada dasarnya pembelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan memahami konsep ataupun fakta secara mendalam. Selain itu, pembelajaran biologi seharusnya dapat menampung kesenangan dan kepuasan intelektual siswa dalam usahanypembelajaran biologi untuk menggali berbagai konsep. Dengan demikian dapat tercapai pembelajaran biologi yang efektif. Agar tercapai pembelajaran biologi yang efektif, maka harus diperhatikan beberapa prinsip yaitu : 1) Student Centered Learning (pembelajaran berpusat pada siswa), 2) Learning by Doing (Belajar dengan melakukan sesuatu), 3) Joyful Learning (Pembelajaran yang menyenangkan), 4) Meaningful Learning (Pembelajaran bermakna) dan The Daily Life Problem Solving (Pemecahan masalah sehari-hari) (http://Zaifbio.wordpress.com/2011). Tujuan biologi itu sendiri adalah (1) membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengungkapkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain (3) mengembangkan kemampuan berpikir analisis, induktif dan dedukatif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi, (4) mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan , keterampila dan sikap percaya diri dan meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan (Suwarno: 2007).Pada kurikulum KTSP di SMA dengan Standar Kompetensi: menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelamin dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada saling temas. Kompotensi Dasar; menjelaskan keterkaitan struktur fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada system regulasi manusia (saraf, endokrin, dan pengindraan) serta Indikator: mampu menjelaskan penyusunan system saraf manusia, mampu menjelaskan fungsi setiap bagian penyusunan saraf. Diharapkan siswa dapat menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi, proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada system regulasi manusia (saraf, endokrin, dan pengindraan).Standar kompetensi: menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada system regulasi manusia (saraf, endokrin, dan pengindraan). Maka diharapkan guru sebagai pendidik, pembimbing dan fasilator dapat menerapkan pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan dan guru harus bisa menggunakan sarana dan prasarana yang ada atau dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung. Bagi siswa harus bisa melaksanakan pembelajaran bukan hanya mendapkan pembelajaran saja, tetapi bisa mencari sumber-sumber pembelajaran sesuai dengan konsep. Sarana di sekolah dapat menunjang pembelajaran dengan menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan konsepyang diajarkan.Penelitin Tindakan Kelas (PTK) di SMA 1 Marabahan berawal dari berbagai masalah dalam pembelajaran biologi khusunya pada konsep system koordinasi manusia yang dipelajari siswa kelas XI IPA 1. Hal ini disebabkan karena banyaknya materi yang dibahas dengan keterbatasan waktu yang tersedia. Pembelajaran masih bersifat tradisonal seperti proses pembelajaran masih berorientas metode pada guru, model pembelajaran kurang bervariasi, menggunakan metode ceramah dan mencatat serta pengalaman siswa kurang, motivasi belajar siswa rendah siswa cenderung pasif dan kurang berkonsentrasi ketika proses pembelajaran berlangsung. Sehingga hasil ulangan harian yang diperoleh siswa secara individual masih di bawah ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yakni 75%, sedangkan klasikal yang diperoleh siswa 65%. Padahal ketuntasan klasikal yang ditetapkan sekolah 85%. Interaksi dan komunikasi antara siswa tentang materi pembelajaran yang berlangsung kurang terlihat (siswa tidak aktif) dan siswa menganggap pembelajran biologi sebagai pembelajaran yang membosankan. Hal ini menyebabkan munculnya kesulitan belajar dalam menguasai konsep system koordinasi manusia.Guru yang propesonal seharusnya mampu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih untuk meningkatkan kreativitas maupun tanggung jawab siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament), aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar rileks, disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, keterlibatan siswa dalam belajar (Chotimah, 2007:269).TGT adalah salah satu tipe pembelajaraan kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda (Rusman, 2010:224). Untuk meningkatkan pengusaan dan hasil belajar melalui strategi (Tame Games Tournament), TGT pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Marabahan. Diharapkan dengan strategi yang tepat dapat menjadi perbaikan pembelajran yang lebih baik memfokuskan pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.Berdasarkan penelitian Wini Fitriani, Suprih Widodo (2011) yaitu penerapan pembelajaran kooperati tipe (Tame Games Tournament) TGT dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa sekolah dasar penelitian tindakan kelas pada pokok bahasan pengukuran volume kelas V SDN Jl. Pelabuhan Kecamatan Subang . berdasarkan hasil tes dan observasi yang dilaksanakan dalam tindakan siklus diperoleh data yang menunjukkan adanya hasil belajar dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan penalaran matematika terlihat dari nilai rata-rata post tes siswa diperoleh pada siklus I 65, 38 pada siklus II 73,64 dan pada siklus III 79,94. Dapat terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari tiap siklus, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa Sekolah Dasar.Dengan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Koordinasi Manusia Melalui Metode Pembelajaraan Kooperatif Tipe TGT (Tame Games Tournament) Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA MarabahanC.Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep system koordinasi manusia melalui pembelajaran kooperatifip tipe TGT (Tame Games Tournament) Kelas XI IPA 1 SMA N 1 Marabahan?2. Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa pada konsep system koordinasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament) Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan?3. Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament) pada konsep system koordinasi manusia?4. Bagaimana aktivitas guru Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan terhadap pelaksanaan 5. model pembelajaran kooperatif TGT (Tame Games Tournament) pada konsep system koordinasi manusia?6. Bagaimana respon siswa kelas XI 1 IPA SMAN 1 Marabahan terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament) pada konsep system koordinasi manusia ?D.Batasan MasalahBerdasarkan rumusan maslah di atas maka permasalahan diberikan batasan sebagai berikut:1. Hasil belajar didapat dari nilai prestest dan post test, LKS, dengan membandingkan siklus I dan siklus II2. Aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatit tipe TGT (Tame Games Tournament) pada konsep koordinasi manusia dengan membandingkan siklus I dan siklus II.3. Respon siswa di ukur diperoleh dari hasil angket sesudah pembelajaran berakhir.E.Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah penelitian maka tujuan penelitian ini adalah1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI 1 IPA 1 SMAN 1 Marabahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament) pada konsep system koordinasi manusia2. Untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament) pada konsep system koordinasi manusia.3. Untuk mengetahui aktivitas guru kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT(Tame Games Tournament) terhadap pembelajaran konsep koordinasi manusia4. Mengetaui respon siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament) pada konsep system koordinasi manusia.F.Tujuan PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Bagi SiswaMembantu siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan dalam mengatasi kesulitan belajar pada konsep system koordinasi manusiab. Manfaat Bagi GuruMembantu guru memperbaiki proses belajar agar lebih baik pada konsep system koordinasi manusia melalui srategi pembelajaraan kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament).c. Manfaat Bagi SekolahMemberikan sumbangan pikiran bagi sekolah dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa dan perbaikan proses belajar mengajar secara bertahap dan berkelanjutan.G.Kajian Pustaka1.Teori-teori KonstruktivismeTeori konstruktivusme didasari ole hide-ide Piaget, Bruner, Vygotsky dan lain-lain. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuaannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna, pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan (Herdian:2010).Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman setiap murid. Setiap murid mempunyai peranan dalam menentukan apa yang akan mereka pelajari penekanan diberikan kepada murid dengan peluang untuk membentuk kemahiran dan pengetahuan dimana mereka menghasilkan segi perbincangan, murib bersama-sama menghubungkan dan mengakitkan pengalaman lampau mereka dengan kegunaan masa depan. Murib bukan hanya dibekalkan dengan fakta-fakta saja, sebaliknya penekanan diberikan kepada proses berpikir dan kemahiran berkomunikasi. Selepas satu segi perbincangan, murid bersama-sama menentukan perkara penting yang harus dipelajari dan tujuan mempelajarinya dalam paradigm konstruktivisme, murid mengganggap peran guru sebagai salah satu sumber pengetahuan dan bukan sebagai seorang yang tabu segala-galanya . meraka mengganggap pengetahuan sebagai sesuatu yang boleh disesuaikan dan boleh berubah. Mereka juga sadar bahwa mereka bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk menggunakan berbagai cara dalam menyelesaikan masalah. Dalam arti lain, guru berperan sebagai seorang fasilitator dan pembimbing. Guru bertanggung jawab membimbing dan membantu murid mempelajari sesuatu pelajaran dengan bermakna. Guru tidak boleh belajar untuk murid tetapi membina murid yang membina pemahamannya sendiri (http//republicguru.blokspot.com/2010/06).2.Hakikat Belajar dan MengajarBelajar adalah proses perubahan perilaku berbakat pengalaman dan latihan, artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organism atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. (Djamarah, Aswan Zain, 2010:11).Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu factor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa (Djamarah, Aswan Zain, 2010:29).Menurut Djamarah (2008:15-16) jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam cirri-ciri belajar yaitu:1. Perubahan yang terjadi secara sadarIni berarti individu yang beljar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.2. Berubah dalam belajar bersifat fungsionalSuatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.3. Perubahan dalam belajar bersifat positik dan aktifMakin banyak usaha belajar itu dilakukan, maka banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementaraPerubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau tearahIni berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.6. Perubahan mencangkup aspek tingkah lakuPerubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar melalui perubahan keseluruhan tingkah laku.4. MengajarTeori mengajar menurut Alvin W. Howard yaitu mengajar adalah suatu aktivitas ubtuk mencoba menolong, membing seseoranguntuk mendapatkan, mengubah dan mengembangkan Skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan), dan knowledge. Dalam pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku siswanya. Teor mengajar menurut Waini Rasyidin yaitu mengajar yang dipentingkan ialahadanya partisipasi dan siswa satu sama lain. Guru merupakan coordinator, yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa menyusun dan mengatur situasi belajar dan bukan menentukan proses belajar (Slameto, 2010:32-34).Cirri-ciri belajar mengajar adalah sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suriadi dalam Djamarah, Aswan Zin (2010:39-41) sebagai berikut:1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni membentuk anak didik dalam suatu pekerjaan tertentu, inilah yang dimaksud kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian.2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus. Materi harus sudah didesain dengan disiapkan sebelum berlangsung kegiatan belajar mengajar.4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik meupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.5. Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing.6. Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.7. Ada batas waktu.8. Evaluasi guru lakukan untukmengetahui tercapainya tidaknya tujuan pengajaran yang ditentukan5. Kegiatan Belajar MengajarMenurut Gagne dan Briggs (1979) dalam sejarah Djamarah (2010:325) pembelajaran adalah suatau system yang bertujuan untuk membantu proses belajar mengajar anak didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar anak didik yang bersifat internal. Ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut, yaitu 1) pembelajaran sebagai usaha untuk mendapatkan perubahan, 2) hasil pembelajaran dalam untuk membentuk perilaku secara keseluruhan, 3) pembelajaran merupakan suatu proses, 4) ada tujuan yang ingin dicapai, 5) pembelajaran merupakan beentuk pengalaman karena dilaksanakan dalam lingkungan dan situasi yang nyata.6. Strategi PembelajaranKata strategi bila dihubungkan dengan kata pembelajaran akan memiliki makna yang lebih khusus. Strategi pembelajaran dipahami sebagai strategi untuk membelajarkan anak didik dan guru yang membelajarkannya dengan memanfaatkan segala sesuatuuntuk mempermudah proses belajar anak didik. Secara umum Kozna dalam Djamarah (2010:325) berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dipilih dan dapat memberikan fasilitas dan bantuan kepada anak didik dalam menuju tercapinya tujuan pembelajaran tertentu.7. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)Pembelajaraan kooperatif adalah system kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Menurut Johson Tjofinson (1993) dalam Djamarah (2010:356) yang termasuk dalam struktur ini, ada lima unsure pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian berkerja sama, dan proses kelompok. Dalam strategi Pembelajaran kooperatif, siswa diarahkan untuk bisa juga bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu.Model pembelajaran kooperatif ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran ini siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dan memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Model pembelajaran kooperatif ini banyak digunakan guru sebagai pendidik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan (http//www.infoppsilabus.com/2012/03).Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsure penting dalam SPK, yaitu 1). Adanya peserta dalam kelompok, 2) adanya aturan kelompok, 3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan 4) adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2008:241).Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkerjasama dengan sesame perserta dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara kelompok, pembelajaran kooperatif lebih sekedar belajar kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interpendensi efektif diantara anggota kelompok (Chotimah dkk, 2007:2).Menurut Sanjaya (2008:244-246) karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:1. Pembelajaran Secara TimPembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu kreteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatifSebagaimana pada umunya. Manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaana, dan fungsi control. demkian juga dengan pembelajaraan kooperatif.3. Kemauan untuk berkerjasamaKeberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.4. Keterampilan bekerjasamaKemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama dengan demkian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.Menurut Sanjaya (2006) dalam Chotimah dkk (2007:3-4) terdapat beberapa kelebihan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif yaitu:1. Melalui SPK peserta didik terlalu menggantungkan kepada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang alain.2. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain3. SPK dapat membantu peserta didik untuk respect terhadap orang lain dan menyadari segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan.4. SPK dapat membantu memperdayakan setiap peserta didik untuk bertanggung jawab dalam belajar.5. SPK merupakan strategi yang cukup memadai untuk meningkatkan prestasi akademik.6. Melalui SPK dapat dikembangkan kemampuan peserta didik untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.7. SPK dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata/riil.8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.Strategi pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran seperti pendapat Ibrahim, dkk (2000) dalam Djamarah (2010:359:360) yaitu sebagai berikut:1. Pembelajaran kooperatif tidak hanya meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga unuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, kelas social, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berlatar belangkan dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama.3. Pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.8.Kegiatan umum tetang strategi pembelajaran TGT (Tame Game Turnament).Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah salah satu tipe atau strategi pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada, perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya dan mengandung unsure permainan, dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif strategi TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan siswa. (Chotimah, 2007:269)TGT adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 oranga yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda (Rusman, 2010:224).Menurut Doantara Yasa (2008) dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:1. Mengajara (teach)Mempersiapkan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

2. Belajar kelompok (team study)Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 samapi 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota yang salah dalam menjawab.3. Permainan (game tournament)Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua angggota kelompok telah menguasai materi dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi didiskusikan dalam kelompok.

D-1D-2D-3D-4TinggiRata-rataRata 2RendahA-1A-2A-3A-4TinggiRata-rataRata 2RendahKELOMPOK AKELOMPOK D

Meja Tour nament 1Meja Tour nament 2Meja Tour nament 3Meja Tour nament 4

D-1D-2D-3D-4TinggiRata-rataRata 2RendahA-1A-2A-3A-4TinggiRata-rataRata 2Rendah

KELOMPOK BKELOMPOK CSumber : slavin dalam Chotimah (2007:270)4. Pengahargaan kelompokPemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rata-rata poin yang diperoleh kelompok pertamainan. Lembar penghargaan di cetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi katagori rata-rata poin.Table. Kriteria Penghhargaan KelompokKriteria (Rerata Kelolmpok)Predikat

30 sampai 39Tim krang baik

40 sampai 44Tim Baik

45 sampai 49Tim Baik Sekali

50 keatasTim Istimewah

Tabel. Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga permainanPermaianan denganPoin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh

Top scorer60

Middle scorer40

Low scorer20

(Sumber: Slavin, 1995:90) dalam Doantara Yasa (2008)9.Langkah-langkah strategi pembelajaran tipe TGT (Team Games Turnament) http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-tgt 1.Kelompok (Team) Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen. Memberitahukan siswa tentang tugas yang harus dikerjakn oleh anggota kelompok.2.Presentasi kelas (Class Presentation) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai Menghibau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna pada saat game dan menentukan skor kelompok Menyampaikan/presentasikan materi di dalam kelas3.Permainan (Games) Memberikan game pada bentuk pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian materi Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kartu indek Memberikan dan mengumpulkan skor kepada siswa yang menjawab benar5. Kompetensi (Tournament) Membagi siswa ke dalam beberapa meja tournament. Tiga siswa tertinggi prestasinya pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II, dan seterusnya. Mengkoordinasi jalannya turnamen dengan prosedur pelaksanaan yaitu: Meminta wakil kelompok mengocok kartu penentu masing-masing anggota mengambilnya. Kemudian disepakati peserta didik yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1, kartu 3 berperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini berpindah searah jarum jam pada setiap pengambilan kartu soal. Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah mengocok kartu dan mengambil satu kartu soal kemudian membacakannya Tugas penantang satu adalah menantang jawaban reader 1 Tugas penantang 2 adalah menantang jawaban reader 1, apabila dianggab salah Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang berisi kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban yang benar . selanjutnya reader 2 mengisi format penilaian dengan member skor pada temannya yang menjawab benar6. Penghargaan ( Team recognize ) Mengumumkan hasil penilaian dari pengumulan skor tournament Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok9. Penelitian yang relevana. Upaya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VIII A SMP Negeri Marabahan pada konsep system dalam kehidupan tumbuhan dengan menggunakan pembelajaran koorperatif Team Games Tournament ( TGT ) ( Sudiharyati Tri, 2011 ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri Marabahan pada konep sistem dalam kehidupan Tumbuhan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament ( TGT ). Hal ini terlihat dari presentase ketuntasan belajar dari 50% ( 12 orang dari 24 orang ) pada siklus I menjadi 95,83% ( 23 0rang dari 24 orang ) pada siklus II. Terjadi penurunan aktivitas ketidakterlibatan siswa dalam pembelajaran dari 5,73% pada siklus I menjadi 1,04% pada siklus II, sedangkan dari observasi terstuktur terhadap aktivitas siswa dapat dinyatakan bahwa strategi pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT tentang konsep Sistem Dalam Kehidupan Tumbuhan dinyatakan berhasil dengan baik karena sebagian besar siswa bersikap aktif. Keterampilan guru bila dinilai dari tahapan-tahapan mengajar dapat dikualifikasikan berhasil baik yang ditunjukkan dengan peningkatan keterampilan guru pada yang pada pertemuan I siklus I masih belum mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa juga belum mempersiapkan materi secara baik, sementara pada siklus II pertemuan II terlihat ada peningkatan dengan memperoleh skor rata 4,1. Sementara dalam pengelolaan kelas menunjukkan sikap terbuka dan aktif dari hasil observasi sitematis.b. Peningkata pemahaman siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Mataraman kecamatan Mataraman pada konseb saling ketergantungan dalam ekosistem dengan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament ( TGT ) ( Ariyani Erna. 2010 ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa kelas VII A SMP Negeri Mataram pada konsep saling ketergantungan dalam ekosistem subkonsep konponen ekosistem. Ketuntasan awal pada saat pres tes hanya 32% meningkat menjadi 64% pada saat pos tes. Pada siklus II terjadi peningkatan pemahaman siswa kelas VII A SMPN 1 Mataraman konsep saling ketergantungan pada ekosistem sub konsep Makhluk hidup langka di Indonesia. Ketuntansan klasikal pada pre tes sebesar 42,30% meningkat menjadi 92,30% pada pos tes. Observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament ( TGT ) dilaksanakan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata dari 3,31 pada siklus I, meningkat menjadi 4 pada siklus II terjadi penurunan aktivitas ketidakterlibatan siswa pada pembelajaran dari 5,5% pada siklus I, menjadi 2,4% pada siklus II. Dari hasil angket diketahui bahwa siswa member respon yang positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament ( TGT ).c. Berdasarkan penelitian Wini Fitriani, Suprih Widodo ( 2011) yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament ( TGT ) dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa sekolah dasar penelitian tindakan kelas pada pokok bahasan pengukuran volume di kelas V SDN Jl. Palabuhan kecamatan Subang Kabupat. Berdasarkan hasil tes dan observasi yang dilaksakan dalam tiga siklus diperoleh data yang menunjukkan adanya hasil belajar dengan baik menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan penalaran matematika terlihat dari nilai rata-rata post test siswa diperoleh pada siklus I 65,38, pada siklus II 73,64, dan pada siklus III 79,94. Dapat terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari tiap siklus, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa sekolah Dasar.10. Materi Sistem Reproduksi Manusia Kurikulum SMP Tahun 2006 dikenal dengan kurikulam Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ). Materi tentang sistem koordinasi manusia yang terdapat pada kelas XI IPA 1 semester 2 diantaranya :Standar kompetensi : Menjelaskan struktur dan fungsi organ gerak manusia dan hewan tertentu, kelainan / penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada saling temas.Kompetensi dasar : Menjelaskan keterkaitan Struksur, fungsi dan pada system regulasi manusia saraf, endokrin.Indikator :1. Menjelaskan struktur dan fungsi neuron2. Menyebutkan 3 neorun berdasarkan fungsinya3. Menyebutkan sususnan pada system syaraf pusat pda manusia4. Menyebutkan bagian-bagian otak5. Menyebutkan fungsi sum-sum tulang belakang6. Menyebutkan susuna saraf tepi7. Menjelaskan mekanisme jalannya implus saraf8. Menjelaskan jalur perjalanan gerak biasa ( gerak sadar ) dan gerak reflek 9. Menyebutkan gangguan pada system saraf10. Menyebutkan jenis obat yang dapat mempengaruhi kerja system saraf 11. Menjelaskan lapisan bola mata12. Menyebutkan bagian fungsi bola mata13. Menjelaskan mekanisme kerja indra penglihatan ( mata )14. Menyebutkan gangguan pada mata15. Menyebutkan bagian dari indra pendengaran ( telinga ) 16. Menyebutkan fungsi bagian luar indra pendengaran17. Menyebutkan reseptor pada kulit 18. Menjelaskan mekanisme kerjaindra pembau (hidung)19. Menyebutkan papilla lidah20. Menjelaskan mekanisme kerja indra pengecap (libah)H.Metode Penilitian1.Jenis PenelitianPenelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan menggunakan perubahan kea rah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran (Arikunto, 20007:105)Penelitian tindakan kelas atau PTK (classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dalam memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar(learning culture) dikalangan guru (Kuandar, 2008:41).Menurut Sanjaya (2011:26) PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajiana masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta mengalanilisis setiap pengaruh dari perlakuaan tersebut. Sedangkan tujuan utama PYK adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar.Sebagai suatu penelitian tindakan kelas, PTK mampu mengenali adanya kesulitan dalam proses belajar mengajar, baik dari segi guru/pengajar, peserta didik, mampu interaksi komponen-komponen pembelajaran (bahan ajar, media, pendekatan, metode, strategi, seting kelas, penilaian) sehingga dapat mencari solusi yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi real tersebut. Dengan demikian lebih menjajikan dampak langsung para pendidik untuk memperoleh teori yang dibangun sendiri, bukan yang diberikan oleh pihak lain atau sebagai the theorizing practitioner (Saminanto, 2010:2). Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Diharapkan dalam 2 siklus pembelajaran, kemampuan siswa kelas XI IPA 1SMAN1 Marabahan dalam menyelesaikan soal-soal konsep system koordinasi pada manusia.Menurut Kemmis dan Me Teggart dalam Suharsimi Arikunto (2007:16). Ada empat tahapan penting dalam penelitian tidakan, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan (Obserbasi), dan 4) refleksi.a. Rencana Tindakan (Planning)1. Mengkaji silabus mata pelajaran biologi kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan.2. Membuat instrument penelitian berupa: pre tes dan pos tes, format observasi aktivitas siswa dan guru, serta angket.b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)Pelaksanaan diraencanakan 2 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan.c. Pengamatan (Observasi)Observasi dilakukan unuk mengumpulkan data, dan evaluasi untuk melihat keberhasilan yang dilakukan.d. Refleksi (reflecting)Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksanaan sudah selesai melakukan tindakan.

Gambar 1. Rancana Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Teggart

852

R PE LV AR PE LV A96ACT &Observe4ACT &Observe4REFLECTREFLECT1ACT &Observe.

2.Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA1 SMAN 1 Marabahan kabupaten Barito Kuala tahun pembelajaran 2011/2012. Waktu penelitian mulai Mei 2012 dengan juli 2012.3.Faktor yang ditelitiFactor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:a. Faktor siswa Hasil belajar siswa kelas XI IPA1 SMAN 1 Marabahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games Tournament) Aktivitas siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games Tournament) Respons siswa terhadap pembelajaran dengan menggunalan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games Tournament).b. Faktor guru Aktivitas guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games Tournament).4.Skenario Kegiatan Penelitian ini dirancang 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan (4 x 45 menit). Siklus I melakukan kegiatan pembelajaran tentang konsep system koordinasi manusia dengan pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) dengan 4 pemain setiap tournament.Prosedur penelitian ini meliputi 4 tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) refleksi (Arijunto, 2007:16).Pada dasarnya desain penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Oleh sebab itu, langkah-langkah penelitian ini dilakukan dengan berikut:1. Proses pelaksanaan siklus 1a.Perencanaandalam tahap perencanaan dibuat pembelajaran konsep system koordinasi manusia. Membuat scenario pembelajaran, menyiapkan kartu-kartu soal, menyiapkan kartu jawaban soal, menyusun LKPD untuk kegiatan diskusi, menyiapkan lembar observasi, mempersiapkan alat mengajar yang diperlukan, mendesain alat evakuali.b. Pelaksanaan Tindakan a) Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan I1) Guru memberikan apersipsi dan motivasi yang berkaitan dengan pokok bahasan yaitu konsep system koordinasi manusia dengan pokok bahasan sel saraf ( neuron ) dan susunan saraf pusat2) Guru memberikan soal pretes siklus 1 kepada siswa tentang konsep system koordinasi manusia dengan pokok bahasan sel saraf ( neuron ) dan susuna manusia yang meliputi struktur neuron dan fungsinya dan susunan system saraf pusat3) Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dan member tahukan siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok 4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai menghibau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna pada saat game dan menentukan skor kelompok5) Menyampaikan / mempresentasikan materi pelajaran di dalam kelas6) Guru membagikan LKPD tentang pokok bahasan system koordinasi manusia pokok bahasan sel saraf ( neuron ) dan susunan sytem saraf kepada setiap kelompok dan meminta kelompok menjawabnya7) Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam kartu indek yang berisi 20 soal dan 20 jawaban8) Membagi siswa kedalam meja tournament, 4 siswa tertinggi prestasinya di meja 1, 4 siswa rata-rata pada meja 2, dan seterusnya Mengkoordinasi jalannya tournament dengan prosedur pelaksaan yaitu: meminta wakil kelompok mengocok kartu penentu masing-masing anggota mengambilnya. Kemuudian disepakati peserta didik yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1, kartu 3 beperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini berpindah searah jarum jam pada setiap pengambilan kartu soal. Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu soal dan membacakannya Tugas penantang 1 adalah menantang jawaban reader 1 Tugasn penantang 2 adalah menantang jawaban reader 1, apabila diangap salah Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang berisi kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban yang benar. Selanjutnya reader 2 mengisit format penilaian dengan member skor pada temannya yang menjawab benar9) Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpullan skor tournament dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu atau kelompok10) Gruru bersama siswa menyimpulkan pelajaran11) Melakukan evaluasi dengan memberikan post tes siklusc . Observasi ( pengamatan )Tahap observasi dilakukan menggukana lembar observasi yang telah dibuat. Guru biologi sebagai pengajar, peneliti sebagai observer guru dan 3 orang rekan peneliti sebagai observer siswa.Dilaksanakannya observasi adalah untuk memperoleh data hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran.Peneliti ini yang bertindak sebagai pengamat adlah sebagai berikut:1. Hj. Agustina Iriani, S.Pd: Guru pengajar2. Dra. Asmawati : Observer Guru3. Nurhayati, S.Pd: Observer Siswa4. Laila : Observer Siswa5. Alvia Indriyati: Obsever siswad. Refleksi ( Reflection )Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 1, dijadikan bahan pertimbangan, pengembangan, dan perbaikan untuk pembelajaran siklus 1 pertemuan 2.b) Tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 21) Guru memberikan apersipsi dan motivasi yang berkaitan dengan pokok bahasan susunan saraf tepi, mekanisme kerja implus dan gangguan system saraf2) Guru memberikan soal pretes siklus 1 kepada siswa tentang konsep system koordinasi manusia dengan pokok bahasan sel saraf ( neuron ) dan susunan saraf manusia yang meliputi struktur neuron dan fungsinya dan susunan system saraf pusat3) Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dan member tahukan siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok 4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai menghibau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna pada saat game dan menentukan skor kelompok5) Menyampaikan / mempresentasikan materi pelajaran di dalam kelas6) Guru membagikan LKPD tentang pokok bahasan system koordinasi manusia pokok bahasan sel saraf ( neuron ) dan susunan sytem saraf kepada setiap kelompok dan meminta kelompok menjawabnya7) Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam kartu indek yang berisi 20 soal dan 20 jawaban8) Membagi siswa kedalam meja tournament, 4 siswa tertinggi prestasinya di meja 1, 4 siswa rata-rata pada meja 2, dan seterusnya Mengkoordinasi jalannya tournament dengan prosedur pelaksaan yaitu: meminta wakil kelompok mengocok kartu penentu masing-masing anggota mengambilnya. Kemuudian disepakati peserta didik yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1, kartu 3 beperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini berpindah searah jarum jam pada setiap pengambilan kartu soal. Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu soal dan membacakannya Tugas penantang 1 adalah menantang jawaban reader 1 Tugas penantang 2 adalah menantang jawaban reader 1, apabila diangap salah Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang berisi kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban yang benar. Selanjutnya reader 2 mengisit format penilaian dengan member skor pada temannya yang menjawab benar9) Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpullan skor tournament dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu atau kelompok10) Gruru bersama siswa menyimpulkan pelajaran11) Melakukan evaluasi dengan memberikan post tes siklus II

c . Observasi ( pengamatan )Tahap observasi dilakukan menggukana lembar observasi yang telah dibuat. Guru biologi sebagai pengajar, peneliti sebagai observer guru dan 2 orang rekan peneliti sebagai observer siswa.Dilaksanakannya observasi adalah untuk memperoleh data hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran.Peneliti ini yang bertindak sebagai pengamat adlah sebagai berikut:6. Hj. Agustina Iriani, S.Pd: Guru pengajar7. Dra. Asmawati : Observer Guru8. Nurhayati, S.Pd: Observer Siswa9. Ekasusanti: Observer Siswa10. Harina Supriyati: Obsever siswad. Refleksi ( Reflection )Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 1, dijadikan bahan pertimbangan, pengembangan, dan perbaikan untuk pembelajaran siklus II2. Pelaksanaan siklus II a.PerencanaanDalam tahap perencanaan dibuat pembelajaran konsep system koordinasi manusia. Membuat skenario pembelajaran, menyiapkan kartu-kartu soal, menyiapkan kartu jawaban soal, menyusun LKPD untuk kegiatan diskusi, menyiapkan lembar observasi, mempersiapkan alat mengajar yang diperlukan, mendesain alat evakuali.b. Pelaksanaan Tindakan a) Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan I1) Guru memberikan apersipsi dan motivasi yang berkaitan dengan pokok bahasan yaitu konsep system koordinasi manusia dengan pokok bahasan indra yang meliputi bagian-bagian mata,mekanisme kerja indra mata, dan gangguan pada mata2) Guru memberikan soal pretes siklus 1 kepada siswa tentang konsep system koordinasi manusia dengan pokok bahasan sel saraf ( neuron ) dan susuna manusia yang meliputi struktur neuron dan fungsinya dan susunan system saraf pusat3) Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dan member tahukan siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok 4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai menghibau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna pada saat game dan menentukan skor kelompok5) Menyampaikan / mempresentasikan materi pelajaran di dalam kelas6) Guru membagikan LKPD tentang pokok bahasan system koordinasi manusia pokok bahasan sel saraf ( neuron ) dan susunan sytem saraf kepada setiap kelompok dan meminta kelompok menjawabnya7) Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam kartu indek yang berisi 20 soal dan 20 jawaban8) Membagi siswa kedalam meja tournament, 4 siswa tertinggi prestasinya di meja 1, 4 siswa rata-rata pada meja 2, dan seterusnya Mengkoordinasi jalannya tournament dengan prosedur pelaksaan yaitu: Meminta wakil kelompok mengocok kartu penentu masing-masing anggota mengambilnya. Kemuudian disepakati peserta didik yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1, kartu 3 beperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini berpindah searah jarum jam pada setiap pengambilan kartu soal. Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu soal dan membacakannya Tugas penantang 1 adalah menantang jawaban reader 1 Tugasn penantang 2 adalah menantang jawaban reader 1, apabila diangap salah Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang berisi kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban yang benar. Selanjutnya reader 2 mengisit format penilaian dengan member skor pada temannya yang menjawab benar9) Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpullan skor tournament dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu atau kelompok10) Gruru bersama siswa menyimpulkan pelajaran11) Melakukan evaluasi dengan memberikan post tes siklusc . Observasi ( pengamatan )Tahap observasi dilakukan menggukana lembar observasi yang telah dibuat. Guru biologi sebagai pengajar, peneliti sebagai observer guru dan 2 orang rekan peneliti sebagai observer siswa.Dilaksanakannya observasi adalah untuk memperoleh data hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran.Penelitian ini yang bertindak sebagai pengamat adlah sebagai berikut:1. Hj. Agustina Iriani, S.Pd: Guru pengajar2. Dra. Asmawati : Observer Guru3. Nurhayati, S.Pd: Observer Siswa4. Ekasusanti : Observer Siswa5. Harina Supriyati: Obsever siswad. Refleksi ( Reflection )Refleksi akan dilakukan untuk ,merevisi hasil yang diperoleh pada tahap observasi dalam kelas dianalisis sehingga dapat merefleksi dengan melihat data hasil pengamatandapat . Kekurangan pada siklus I diharapkan dapat tertutupi pada siklus II b). Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan 21) Guru memberikan apersipsi dan motivasi yang berkaitan dengan pokok bahasan system indra yang meliputi indra pendengaran, indra penciuman, indra peraba ( kulit ), dan indra perasa ( lidah )2) Guru memberikan soal pretes siklus 1 kepada siswa tentang konsep system koordinasi manusia dengan pokok bahasan bahasan system indra yang meliputi indra pendengaran, indra penciuman, indra peraba ( kulit ), dan indra perasa ( lidah )3) Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dan memberitahukan siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok 4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai menghibau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna pada saat game dan menentukan skor kelompok5) Menyampaikan / mempresentasikan materi pelajaran di dalam kelas6) Guru membagikan LKPD tentang pokok bahasan system koordinasi manusia pokok bahasan sel saraf ( neuron ) dan susunan sytem saraf kepada setiap kelompok dan meminta kelompok menjawabnya7) Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam kartu indek yang berisi 20 soal dan 20 jawaban8) Membagi siswa kedalam meja tournament, 4 siswa tertinggi prestasinya di meja 1, 4 siswa rata-rata pada meja 2, dan seterusnya Mengkoordinasi jalannya tournament dengan prosedur pelaksaan yaitu: meminta wakil kelompok mengocok kartu penentu masing-masing anggota mengambilnya. Kemuudian disepakati peserta didik yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1, kartu 3 beperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini berpindah searah jarum jam pada setiap pengambilan kartu soal. Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu soal dan membacakannya Tugas penantang 1 adalah menantang jawaban reader 1 Tugas penantang 2 adalah menantang jawaban reader 1, apabila diangap salah Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang berisi kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban yang benar. Selanjutnya reader 2 mengisit format penilaian dengan member skor pada temannya yang menjawab benar9) Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpullan skor tournament dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu atau kelompok10) Gruru bersama siswa menyimpulkan pelajaran11) Melakukan evaluasi dengan memberikan post tes siklus IIc . Observasi ( pengamatan )Tahap observasi dilakukan menggukana lembar observasi yang telah dibuat. Guru biologi sebagai pengajar, peneliti sebagai observer guru dan 2 orang rekan peneliti sebagai observer siswa.Dilaksanakannya observasi adalah untuk memperoleh data hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran.Peneliti ini yang bertindak sebagai pengamat adlah sebagai berikut:1. Hj. Agustina Iriani, S.Pd: Guru pengajar2. Dra. Asmawati : Observer Guru3. Nurhayati, S.Pd: Observer Siswa4. Ekasusanti: Observer Siswa5. Harina Supriyati: Obsever siswad. Refleksi ( Reflection )Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan ini dianalisis sehingga merefleksi dengan melihat data hasil pengamatan. Kekurangan pada siklus I diharapkan dapat tertutupi pada siklus II, sehingga masalah yang ingin di atasi pada siklus II dapat tercapai dan hasil penelitian dapat memuaskan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Tames Games Tournament ) telah berhasil5. Pengembangan Instrumen PenelitianLangkah-langkah penyusunan instrument penelitian sebagai berikut:1. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan rambu-rambu KTSP.2. Menyusun instrument LKPD sesuai konsep system koordinasi manusia3. Membuat kisi-kisi soal sesuai dengan konsep masing-masing siklus dan membuat kartu-kartu soal yang akan dibagikan pada masing-masing kelompok4. Menyusun draf soal berdasarkan tujuan pembelajaran khusus dan kisi-kisi yang dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman pemberi skor.5. Melakukan revisi instrument layak untuk digunakan.6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik observasi yang secara langsung dilakukan oleh peneliti, yang dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:1) Menggunakan tes, yaitu untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa tentang konsep yang diajarkan dan juga merupakan rangkaian kegiatan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Tames Games Tournament ).2) Menggunakan angket, yaitu untuk mengetahui bagaimana respon siswa tentang pmbelajaran model kooperatif tipe TGT ( Tames Games Tournament ).3) Menggunakan dokumentasi, yaitu untuk mengetahui situasi atau gambaran pembelajaran model kooperatif tipe TGT ( Tames Games Tournament ) yang terjadi di kelas.4) Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data secara obyektif mengenai ata kuanhal-hal yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.7. Analisis DataData yang diperoleh berupa data kuntitatif dan kualitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis respon siswa yang didapat dari observasi dan penyebaran angket. Data kuantitatif yang berupa hasil belajar dianalisa presentase, yakni dengan menghitung presentase ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut:Ketuntasan Individual = X 100 %Ketuntasan Klasikal = x 100 % Setiawati ( 2000 ) dalam Nur Khayati ( 2011 )8. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut:1. Tercapainya ketuntasan klasikal 85% dan ketuntasan individual minimal 75.2. Aktivitas siswa, pembelajaran berpusat pada siswa dan mendominasi proses pembelajaran .3. Aktivitas guru, mengurangi dominasi dalam proses pembelajaran4. Respon siswa yang tinggi terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Team Game Tournament )Kriteria respon siswa:PresentaseKriteria

75% - 100%Sangat tinggi

50% - 74,99%Tinggi

25% - 49,99%Sedang

0% - 24,99%Rendah

Sumber ( Acep Yoni : 2010 )Cara menghitung presentase respon adalah sebagai berikut:Presentase = X 100 %

I.Jadwal PelaksananKegiatanBulan

AprilMeiJuniJuli

Persiapan - Pembuatan Proposal-Pembuatan instrument penelitian-Pembuatan alat evaluasi Pelaksanaan-Pelaksanaan Siklus I-Pelaksanaan Siklus IIPembuatan Laporan-Pengelolaan Data-Pengetikan-Sidang Skripsi-Perbaikan Laporan-Pengumpulan Laporan

DAFTAR PUSTAKAArikunto, Shuarjono dan Supardi, 2007. Penelitian Tindakkan Kelas. Jakarta Bumi Aksara.Ariyani, Ema. 2010. Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas VII A SMP negeri Mataram Kecamatan Mataram pada Konsep Saling Ketergantungan Dalam Ekosistim Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT). Skripsi, STKIP-PGRI Banjarmasin.Chotimah dan Yuyun. 2007. Strategi Pembelajaran Untuk Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Surya Pena GemilangDjamarah, Syaiful, Bahri 2008.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka CiptaDjamarah, Syaiful, Bahri, 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukasi. Jakarta: Rineka Cipta.Djamarah, Syiful, Bahri dan Aswan, Zain. 2010 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka CiptaDoantara Yasa. 2008. http//ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran kooperatif-tipe-team-games-tournament-tgt/.Univesitas Pendidikan Indonesia. Diakses minggu 01 April 2012 jam 12.30.Herdian. 2010. http//herdy07.wordspress.com/2010/05/27/teor-belajar-konstruktivisme.Diakses Minggu 18-03-2012 jam12.00Http//republic guru. Blokspot.com/2010/06/teor- konstruktivisme-sebagai pendukung.html.Diaksea Minggu 18-03-2012 jam12.00Http//zabio.wordspress.com/2011/12/02/ pembelajaran-biologi-di-sma. Diaksea minggu 25-03-2012 jam 16.00Http//Matematika-ipa.com/model-pembelajaran-tgt-model-teams-games-tournament-permain-dalam-tgt-komponen-dalam-tgt.Diakses kamis 29-03-2012 jam 16.30Khayati, Nur.2011. Meningkatkan penguasaan konsep struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu melalui strategi belajar benar salah berantai siswa kelas XI IPA 2 SMA 1 Marabahan. Skripsi, STKIP-PGRI BanjarmasinKuandar.2011. Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta:PT Raja Grafindo PersadaMulyasa.E. 2009. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja RosdakaryaRumusan. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Propesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.Sanjaya, Wina 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta Kencana Prenada MediaSanjaya, Wina 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media GroupSaminanto, 2010. Ayo Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rasail Media GroupSlametotian, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang dipengaruhinya. Jakarta:rineka CiptaSudiharyati, Tri. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 3 Marabahan Pada Konsep Sistem Dalam Kehidupan tumbuhan dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Skripsi STKIP-PGRI Banjarmasin.Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi untuk SMA & MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan NasionalYoni, Acep, dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Famili