l p asthma bronkhiale

24
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASTHMA BRONKHIALE OLEH ANASTHASIA SERUNI NIM 200602066 PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN STIKES KATOLIK ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA 2008

Upload: yufertersa-ferry

Post on 04-Aug-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: l p Asthma Bronkhiale

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASTHMA BRONKHIALE

OLEH

ANASTHASIA SERUNI

NIM 200602066

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN

STIKES KATOLIK ST VINCENTIUS A PAULO

SURABAYA

2008

Page 2: l p Asthma Bronkhiale

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASTHMA BRONKHIALE

A. Definisi.

1. Asthma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan

reversible karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan

peradangan (http://id.wikipedia.org/wiki/Asma,)

2. Asthma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dg ciri bronkhospasme

periodik, yg diakibatkan oleh factor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik dan

psikologi (Somantri Irman,2008 : 43)

3. Asthma adalah suatu penyakit dengan cirri meningkatnya respons trachea dan

bronchus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan

jalan nafas yg luas dan derajatnya dapat berubah – ubah secara spontan maupun

sebagai hasil pengobatan ( Muttaqin Arif, 2008 : 172 )

B. Klasifikasi.

1. Asthma Alergik/ ektrinsik.

Adalah asthma yg disebabkan oleh allergen tertentu( seperti bulu binatang, debu,

kutu, tepung sari , makanan, ketombe dan lain- lain.. Alergen yang paling umum

adalah allergen yang penyebarannya melalui udara ( airborne ) dan allergen yang

muncul secara musiman. Umumnya dimulai sejak kanak- kanak.

2. Asthma Non Alergik /Idiopathik/ Intrinsik.

Adalah jenis asthma yg tidak berhubungan secara langsung dg allergen spesifik,

biasanya timbul akibat dari influenza, infeksi saluran nafas atas, aktifitas, emosi,

polusi lingkungan dan agen farmakologi seperti antagonis beta adrenergic dan

agen sulfite ( penyedap makanan ). Biasanya dimulai pada saat usia dewasa ( 35

tahun )

3. Asthma campuran ( mixed asthma )

Merupakan bentuk asthma yang mempunyai karakteristik dari bentuk alergi

maupun non alergi

(Somantri Irman,2008 : 43 dan Smeltzer, Suzanne C, 2002 :610)

C. Faktor Pencetus

Faktor – factor yang dapat menimbulkan serangan asthma bronkhiale adalah:

1. Alergen.

Adalah zat – zat tertentu yg bila diisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan

asthma misalnya debu rumah, tungau, spora jamur, bulu binatang,beberapa

makanan laut.

Page 3: l p Asthma Bronkhiale

2. Iritan seperti asap, bau- bauan ( polusi )

Klien asthma sangat peka terhadap udara berdebu,asap pabrik / kendaraan, asap

rokok asap yg mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal serta bau

yang tajam.

3. Infeksi saluran nafas

Infeksi saluran pernafasan yang terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza

merupakan salah satu factor pencetus yg paling sering menimbulkan serangan

asthma

4. Tekanan jiwa ( emosi )

Merupakan factor yg berperan mencetuskan serangan asthma terutama pada

orang yang kepribadiannya agak labil.

5. Aktifitas fisik yang berlebihan.

Serangan asthma sering timbul pada mereka yg telah mempunyai riwayat asthma

dan melakukan aktifitas yg memberatkan.

6. Obat – obatan.

Seseorang yang tidak tahan terhadap obat tertentu (alergi) bisa mendapat serangan

sesak bila mengkonsumsi obat tersebut. Obat yg sering berhubungan dengan

induksi fase akut asthma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis

beta adrenergic dan bahan sulfat.

7. Perubahan cuaca yang ekstrem

8. Lingkungan kerja

D. Penentuan Diagnosa

1. Manifestasi klinis.

a. Gambaran obyektif .

Sesak nafas parah dengan exspirasi

memanjang disertai wheezing.

Dapat pula disertai batuk dengan sputum

kental dan sulit dikeluarkan

Bernafas dengan menggunakan otot bantu

nafas

Sanosis, tachycardia , gelisah dan pulsus

paradoksus.

Fase ekspirasi yang memanjang disertai dengan wheezing diapeks dan

hilus.

b. Gambaran subyektif

Klien mengeluh sukar bernafas,sesak dan anoreksia.

c. Gambaran psikososial

Cemas, takut, mudah tersinggung dan kurangnya pengetahuan terhadap situasi

penyakitnya.

Page 4: l p Asthma Bronkhiale

2. Pemeriksaan Diagnostik

a. Thorax foto

Pada umumnya pemeriksaan thorax foto klien asma adalah normal diluar

serangan , saat serangan akan terdeteksi hyperinflasi dan pendataran

diafragma serta bronkhospasme. Pemeriksaan thorak foto dilakukan bila ada

kecurigaan terhadap proses patologik diparu atau komplikasi asma seperti

pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis pembesaran jantung..

b. Test Fungsi paru unuk mendeteksi

obstruksi jalan nafas.

Hasil tes fungsi paru diluar serangan biasanya normal, sedangkan selama

serangan akut dapat dideteksi peningkatan kapasitas paru total ( TLC),Volume

residual Fungsional ( FRV) sekunder terhadap terjebaknya udara. FEV dan

kapasitas vital kuat ( FVC) sangat menurun. FEV1 < 75 %, PEFR < 120 L/

mnt.

c. Laboratorium :

1) Analisa gas darah mendeteksi Pa O2,Pa CO2, Sa O2 dan PH

Pada klien asma didapatkan hypoksik saat serangan akut. Awalnya

terdapat hypokapnea dan alkalosis respiratory dan tekanan parsialCO2

( PCO2 ) yang rendah, tapi dengan berlangsungnya waktu klien menjadi

sangat letih PCO2 dapat meningkat.

2) Ig E dan Eosinofil meningkat pada asthma alergi.

3) Sputum Pemeriksaan Kristal Charcot- Leyden, Spiral Curshmann

d. Test sensitivitas kulit thd ekstrak allergen + pada asma alergi, dengan

menggunakan berbagai bahan allergen dapat membantu untuk menentukan

etiologi pada asthma atopik.

e. Test Provokasi Bronkhus.

Untuk memeriksa derajat peningkatan kepekaan bronchus ( hyperresponsive

ness dengan bahan allergen, kimia ( histamine atau metakolin )

E. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan asthma bronkhial ((Somantri Irman,2008 : 43 dan Smeltzer,

Suzanne C, 2002 :614):

1. Pemberian bronchodilator yaitu dengan agonis beta ( metaproterenol, tarbutalin,

albuterol) dan kortikosteroid’

2. Pemberian oksigen.

4. Pemberian cairan perperentral

5. Mencari factor penyebab setelah serangan reda.

Page 5: l p Asthma Bronkhiale

F. Komplikasi

1. Status Asthmatikus (asma yg berat dan persisten, yang tidak berhasil dengan

pengobatan konvensional.

2. Emphysema.

3. Gagal nafas

G. W O C

D P. Bersihan jalan nafastidak efektif

Hypoksemia,hyperknapnia

D. P KerusakanPertukaran gas

Bronkhospasme

Dikeluarkannya substansi vasoaktifamin: Histamine, bradikinin, aanafilaktosis

Reaksi Antigen- antibody

Hypoventilasi,Distribusi , ventilasi tak merata

dengan sirkulasi darah paru

Sekresi mucus meningkat

Kontraksi otot polos bronkhus

Permeabilittas kapiler meningkat

Produksi mucus bertambah

D.P: Resiko nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh

Kontraksi otot polos

Edema mukosa Hypersekresi

Obstruksi saluran nafas

Pencetus serangan:Allergen, emosi / stress, obat-obatan, infeksi,

D.P Cemas

D. P Kurang pengetahuan

Page 6: l p Asthma Bronkhiale

H. Pengkajian Data Fokus.

1. Anamnesa :

a. Identitas Klien : Umur,jenis kelamin, pekerjaan , alamat

1) Usia :

Usia anak – anak lebih cendrung type asthma extrinsic / aergika / atopik /

immunologic.

Usia dewasa lebih cenderung asthma intrinsic / idiopathic/ non alergika.

2) Jenis kelamin.

Pada beberapa penelitian dikatakan bahwa prbandingan terserang asthma pada

anak laki- laki dengan perempuan adalah 1,5 :1 dan 3,3 :1

3) Alamat berkaitan dengan tempat tinggal klien apakah daerah tersebut

berhubungan dengan paparan polusi

4) Pekerjaan : berkaitan dengan pekerjaan yang menegangkan, cenderung terpapar

bahan polutan seperti gas ammonia,asam klorida, sulfur dioksida,plastic, cat debu

tekstil dan detergen sering menimbulkan serangan asma ( occupational asthma)

b. Keluhan :

Batuk, dispnea dan mengi.

c. Riwayat Penyakit Dahulu.

1) Riwayat infeksi saluran nafas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip

hidung.

2) Riwayat alergi terhadap obat, makanan/ minuman, tepung sari, debu, bulu

binatang

3) Riwayat penanganan yg dilakukan untuk mengatasi sesak : pemakaian oksigen,

pemakaian obat secara inhalasi seperti natrium kromolin.

d. Riwayat penyakit sekarang.

Awal dirasakan serangan sesak yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti

wheezing, batuk , penggunaan otot bantu nafas.

e. Data Psiko social – spiritual :

1) Respons klien thd kondisinya : cemas.

Kecemasan dan koping yang tidak efektif sering didapatkan pada klien asma

bronkhial. Kecemasan yg timbul terkait dengan ancaman dari kondisi yang

dialami yaitu situasi krisis akibat kesulitan bernafas juga terhambatnya karir

karena sering kambuh.

2) Pemahaman klien tentang kondisinya : proses penyakit, penanganan dan

pencegahan kekambuhan. Akibat dari keterbatasan informasi menyebabkan klien

kurang memahami kondisinya, sehingga berakibat kurang memahami cara

mencegah kekambuhan.

Page 7: l p Asthma Bronkhiale

3) Interaksi sosial klien

Ketegangan situasi dalam kehidupan sehari – hari merupakan faktor predisposisi

kekambuhan . Akibat dari adanya kekambuhan asma berulang menyebabkan

terjadinya keterbatasan interaksi social klien.

f. Kebutuhan dasar

1) Nutrisi :

Jumlah minum perhari jumlah minum yg kurang merupakan predisposisi

terbentuknya sputum yg kental dan liat sehingga sulit dikeluarkan.

Nafsu makan : mual, muntah, anorexia sering didapatkan akibat dari produksi

sputum yang banyak dan sesak nafas yg dialami.

2) Aktivitas : kelelahan fisik pemicu terjadinya serangan asthma.

3) Istirahat : Tidur menggunakan beberapa buah bantal , untuk memungkinkan

posisi tidur semi fowler, atau posisi duduk dengan merangkul bantal sehingga

memudahkan bernafas.

4) Eliminasi.

Eliminasi miksi, berkurangnya frekwensi berkemih disebabkan karena banyak

berkeringat akibat peningkatan usaha bernafas.

Eliminasi defekasi harus diusahakan bisa tiap hari , untuk mengurangi terjadinya

konstipasi. Mengejan saat defekasi dalam mengatasi konstipasi meningkatkan

tekanan intra abdominal sehingga memicu serangan sesak.

2. Pemeriksaan Fisik.

a. Keadaan umum klien, ekspresi wajah,, tinggi badan , berat badan

b. B 1 = Breath. = system pernafasan

Suara nafas

terdengar wheezing dgn fase exspirasi lebih panjang dari inspirasi.

terdengar ronkhi bila telah terjadi penumpukan sekret dalam saluran nafas

Frekwensi nafas : cepat ( takhipnea )

pola nafas : pendek tersengal – sengal, pernafasan cuping hidung dan

menggunakan otot bantu nafas : musculus sternocleidomastoideus pada

pernafasan yang sangat sesak.

expansi paru : pengembangan paru biasanya tidak maksimal

retraksi intercostalis space : didapatkan retraksi berat pada sesak nafas

tanda sianosis perifer yaitu pada ujung jari tangan/ kaki, dan sianosis sentral

pada mukosa bibir,

batuk dan pengeluaran sekret / sputum. Pada awal serangan sputum kental dan

sulit dikeluarkan.

pemakaian oksigen.

Page 8: l p Asthma Bronkhiale

Sputum dapat jernih atau berbusa ( asma alergik), kental dan putih( non

alergik) dan berserabut ( non alergik)

c. B 2 = Blood = system hemodinamik.

Denyut nadi : takhicardia, kecil dan lemah

Suhu tubuh : Hypertermia ( akibat infeksi

saluran nafas ),

Berkeringat karena peningkatan usaha

bernafas

Tekanan darah hypertensi ( akibat

peningkatan usaha bernafas ) dan akan berangsur- angsur kembali normal

bila sesak berkurang.

Capillary refill time lebih dari 2 detik

dalam kondisi perfusi yg jelek

Akral lembab , dingin dan pucat

perfusi yang jelek

Mukosa bibir kering karena

pernafasan melalui mulut pada kondisi sesak.

Pemberian cairan perparentral untuk

mencegah kekurangan cairan akibat peningkatan proses penguapan ( IWL ),

lokasi pemasangan infuse sering mengalami pembengkakan / phlebitis

akibat dari pemakaian obat melalui intravena

d. B3= Brain ( system t neurologi )

Gelisah, somnolent menandakan distribusi oksigen keotak tidak mencukupi

e. B4 = Bladder( system urinaria / perkemihan )

Kondisi kandung kemih, kemampuan berkemih , produksi urine

f. B5 = Bowel (system Gastrointestinal )

Nyeri tekan epigastrium dikaji terkait dengan penggunaan obat kortikosteroid

yang memungkinkan terjadi tukak lambung, juga karena faktor stress.

Kebutuhan defekasi harus terpenuhi setiap hari untuk menghindari konstipasi

yang juga dapat memicu serangan asma..

g. B6 = Bone ( system musculoskeletal )

Kelemahan otot pernafasan akibat kelelahan untuk bernafas.

3. Pemeriksaan Penunjang medis.

a. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium :

1) Darah lengkap Hb ( anemia ), Leukosit, LED ( infeksi ) eosinophil ( alergi )

2) Analisa gas darah PH, Pa O2,Pa Co2, Sa O2 untuk mendeteksi apakah klien

mengalami asidosis respiratory atau alkalosis respiratory

3) Sputum kadar eosinofil meningkat pada asthma alergik

4) Ig E meningkat pada asthma alergik

Page 9: l p Asthma Bronkhiale

b. Hasil pemeriksaan thorak foto

saat serangan akan terdeteksi hyperinflasi paru dan pendataran diafragma serta

bronkhospasme

c. Test Fungsi paru

selama serangan akut dapat dideteksi peningkatan kapasitas paru total

(TLC),Volume residual Fungsional ( FRV) sekunder terhadap terjebaknya udara.

FEV dan Kapasitas Vital Kuat ( FVC) sangat menurun. FEV1 < 75 %,

PEFR < 120 L/ mnt.

F . Alternatif diagnosa keperawatan.

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif. b.d bronkhospasme, peningkatan produksi

sputum

2. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi - perfusi

3. Cemas b.d kesulitan bernafas

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia, peningkatan insensible

water loss.

5. Kurang pengetahuan b.d terbatasnya informasi.

G. Intervensi dan Rasional.

(Barbara C Long, Carpenito, Lynda Juall, Doenges, Marilyn E, Engram, Barbara dan

Smeltzer, Suzanne)

D.P Inntervensi Rasional

1. Bersihan jalan nafastidak efektif

Tujuan: Pencapaian klierens jalan nafas.Kriteria : Suara nafas

vesikuler. Frekwensi

nafas 16- 20 x/ mnt

Tidak ada tanda sianosis diujung jari / bibir

1.Kolaborasi dalam pemberian - Antibiotika,.Mukolitik- nebulizer

2.Lakukan drainase postural dgn : vibrasi, perkusi, nafas dalam & batuk efektif

3. Berikan minum 6-8 gelas perhari kcuali kalau terdapat kor – pulmonal

4. Observasi suara nafas, pengeluaran sekret

- Antibiotika membunuh kuman penyebab infeksi.

- Mukolitik mengencerkan lendir

- Nebulizer : melembabkan secret shg mudah dikeluarkan

2. Menggunakan gaya gravitasi untuk membantu membangkitkan sekresi shg sekresi lebih mudah dibatukkan atau diisap

3. Hidrasi sistemik menjaga sekresi tetap lembab dan memudahkan untuk pengeluaran.

4. Pengeluaran sekret dan suara nafas vesikuler menandakan

Page 10: l p Asthma Bronkhiale

adanya pembersihan jalan nafas

2.Kerusakan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi – perfusiTujuan : Perbaikan dalam pertukaran gas

Kriteria : Hasil analisa

gas darah dalam batas normal

Tidak didapatkan tanda hypoksia : somnolen, gelisah, takhicardia, sianosis

3. Cemas.Tujuan : Klien bisa menerima kondisinya dan berprilaku konstruktif dalam penanganan dirinya. Kriteria : Klien

mengungkap-kan memahami kedaannya dan akan menangani sampai tuntas.

Klien kooperatif

4.Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Tujuan : Nutrisi yang adequate dapat dipertahankan.

1.Berikan bronchodilator sesuai yg ditentukan

2. Berikan oksigen dgn metoda yg diharuskan

3. Lakukan saturasi oksigen , periksakan analisa gas darah sesuai pesanan

4.Motivasi klien untuk

pernafasan diafragmatik dan batuk yg efektif

5. Observasi tanda hypoksia: gelisah, somnolen, sianosis ,takhicardia

1. Jelaskan tentang kondisinya serta penanganan yang telah dilakukan

2. Jelaskan dampak cemas terhadap kondisinya

3 Libatkan keluarga mendampingi klien

4.Observasi respons klien thd kondisinya

1. Lakukan oral hygiene

2. Berikan intake peroral dan catat jumlah minum, serta berikan cairan perparentral sesuai ketentuan

3. Berikan diet TKTP sesuai ketentuan

1. Bronkhodilator mendilatasi jalan nafas dan membantu melawan oedema mukosa bronchial dan spasmemuskuler2. Oksigen memperbaiki hypoksia, diperlukan observasi yg cermat,thd aliran dan prosentase pemberian dan efeknya pada pasien.

3. Deteksi adequate / tidaknya pemberian oksigen

4. Teknik ini memperbaiki ventilasi dgn membuka jalan nafas dan membersihkanjalan nafas dari sputum

5. Deteksi adequatnya distribusi oksigen dalam tubuh.

1. Pemberian informasi yg benar, meningkatkan pemahaman klien akan kondisinya dan mengurangi rasa cemas.

2. Kecemasan mempengaruhi semua fungsi organ tubuh, menimbulkan bronkhokontriksi sehingga akan mempeberat sesaknya.

3. Keluarga merupakan support system yg paling baik dan meningkatkan keberhasilan tindakan

4. Deteksi tingkat kecemasan klien.

1.Mengurangi rasa mual akibat pengeluaran secret yg berlebihan.2. Mengganti cairan tubuh yg hilang akibat penguapan, mempertahankan status cairan tubuh. Pencatatan jumlah minum dapat mendeteksi dgn tepat jumlah intake berkaitan dengan balance cairan.3. Diet Tinggi kalori berguna untuk pembentukan tenaga, tinggiProtein untuk penggantian sel

Page 11: l p Asthma Bronkhiale

Kriteria Porsi makan

cukup .Turgor kulit

elastis. Intake dan out

put seimbang Tidak terjadi

penurunan BB

4. Observasi porsi makan, turgor kulit, intake dan out put tiap 8 jamTimbang BB bila kondisi memungkinkan.

yang rusak.

4. deteksi kecukupan nutrisi dan status cairan tubuh.

5.Kurang pengetahuan b.d terbatasnya informasi.

Tujuan :Klien memahami kondisinya setelah mendapat penjelasan minimal 2x Kriteria: Klien bisa

menjelaskan kembali tentang penyakit yang dialami dan penanganannya.

Klien kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan.

1. Jelaskan kondisi yang dialami, factor pencetus dan penanganan yg perlu dilakukan

2. Jelaskan hal – hal yang perlu dihindari untuk mencegah kekambuhan

3. Libatkan keluarga dalam perawatan klien

4. Observasi pemahaman dan perilaku klien

1. Pemberian informasi meningkatkan pemahaman klien ttg kondisinya serta usaha penanganan untuk mencegah kekambuhan.

2. Pengetahuan klien yg memadai memungkinkan kerjasama klien dalam perawatan dirinya

3. Keluarga merupakan support system yang baik untuk mempercepat pemulihan kondisi klien.

4. Deteksi kesamaan persepsi dan kerjasama klien untuk tindakan perawatan selanjutnya.

Page 12: l p Asthma Bronkhiale

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long( 1989). Perawatan Medikal Bedah. ( 1996 ) alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung, Bandung :YPAK Pejajaran Bandung.

Carpenito, Lynda Juall.(1999) Diagnosa Keperawatan.(2001) alih bahasa Monica Ester.Jakarta : EGC

Chandrasoma, Parakrama (1994).Patologi Anatomi .( 2005) alih bahasa Dewi Asih. Jakarta : EGC

Doenges, Marilyn E.( 1984) Rencana Asuhan Keperawatan ( 2001) alih bahasa Monica Ester Jakarta : EGC

Engram, Barbara (1993) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (1999) alih bahasa Suharyati Samba. Jakarta : EGC

Guyton, Arthur.C.(1982) Fisiologi Manusia (1996) alih bahasa Petrus Adrianto. Jakarta : EGC

Muttaqin Arif (2008).Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan,Jakarta: Salemba Medika

Price Sylvia A (1984) Pathofisiolgi (2002 ) alih bahasa Adji Dharma Jakarta: EGC

Priharjo ,Robert.(2007)Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C.(1996) Keperawatan Medikal Bedah.(2002) alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC

Somantri, Irman( 2008 )Asuhan Keperawatan Pasien Dgn Gangguan System Pernafasan.Jakarta : Salemba Medika

Page 13: l p Asthma Bronkhiale

LAPORAN KASUS KLIEN DENGAN ASTHMA BRONKHIALE

I. Identitas klien

Nama : Ny M

Umur : 62 tahun

Alamat : Sby

Datang ke UGD : 19-12-08 jam 08.12

Pengkajian di ambil : 19-12-08 jam 08.15

No. RM : 08121599

Diagnosa medis : Asthma Attack

II. Keluhan utama : Nafas sesak

III. Riwayat penyakit sekarang : nafas agak berat hilang timbul sejak tgl 15-12-08, batuk

terutama malam hari keluar lender, tgl 16-12-08 ke dokter THT mendapat terapi obat

batuk dan antibiotika, belum ada perubahan, tgl 19-12-08 jam 02.00 nafas tambah

sesak, berat, batuk semakin keras, tidak bias tidur, jam 07.00 berangkat ke UGD

RSK, tiba di UGD jam 08.12.

IV. Riwayat penyakit dahulu

- Pernah MRS sakit Asthma thn 1998, setelah itu tidak pernah serangan

- Hypertensi sejak 10 thn yang lalu, control rutin ke dokter penyakit dalam, minum

obat Telvas

V. Riwayat alergi : tidak ada

VI. Pemeriksaan fisik :

1. Keadaan umum : lemah, sesak, Tensi : 163/69, Nadi : 105x/mnt, Suhu 36,5 RR :

28x/mnt.

2. B1 (Breath) : Pernafasan cuping hidung, Ronchi +/+, Whezing +/+, penggunaan otot

bantu nafas tambahan +, batuk keras, produksi sputum + kental, warna putih, tidak

bau.

Bentuk dada normal, pengembanan paru simetris.

Masalah keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif

3. B2 (Blood) : Suara jantung S1 S2 tunggal di ICS 4-5 sub clavikula sinistra., irama

jantung teratur, tidak ada nyeri dada, tidak ada oedema. Akral agak dingin (keringat),

CRT < 3 dtk.

Masalah keperawatan : tidak ada

Page 14: l p Asthma Bronkhiale

4. B3 (Brain) : Kesadaran composmentis, GCS : 4-5-6, pupil isokor reaksi +/+.Tidak

ada gangguan penciuman, tidak ada gangguan pendengaran.

Masalah keperawatan : tidak ada

5. B4 (Bladder) : Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan nyeri saat BAK

Masalah keperawatan : tidak ada

6. B5 (Bowel) : Abdomen supel, bising usus 8x/mnt, tidak ada keluhan mual/ muntah

Masalah keperawatan : tidak ada

7. B6 (Bone) and Skin : Kekuatan otot maksimal, kulit tidak cyanosis, tidak pucat.

Masalah keperawatan : tidak ada

Data penunjang : saat di kaji klien baru di periksa SpO2, hasilnya : 94%

Penatalaksanaan dan terapi : saat di kaji klien memakai O2 masker 5 lpm.

VII. Masalah keperawatan :

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronchospasme yang di tandai dengan :

- Klien mengungkapkan nafas sesak/ berat

- Klien tampak sesak, SpO2 94%

- Pernafasan cuping hidung, RR 28x/mnt

- Ronchi +/+, Whezing +/+

- Penggunaan otot Bantu nafas tambahan +

Tujuan : jalan nafas kembali efektif setelah di lakukan tindakan perawatan 2 jam,

dengan kriteria :

- Sesak berkurang / hilang

- Klien tampak tenang, nafas tidak berat

- RR : 16-20x/mnt, SpO2 99-100%

- Ronchi berkurang, Whezing -/-

Intervensi :

1. Berikan posisi tidur setengah duduk

2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian :

- Oksigen

- Nebulizer

- Injeksi Indekson

- Injeksi Aminophyllin

3. Lakukan fisioterapi nafas :

- Clapping

- Ajarkan batuk efektif

4. Observasi 2 jam setelah tindakan :

- Keadaan umum

- Keluhan sesak, mual

- TTV (Tensi, Nadi, RR frekuensi, irama, kedalaman, suara nafas tambahan dan

penggunaan otot Bantu nafas tambahan)

Page 15: l p Asthma Bronkhiale

Implementasi :

Jam 08.20 :

- membantu klien untuk berbaring di tempat tidur dan mengatur posisi setengah duduk

- memberi oksigen masker 5 lpm

Jam 08.30 :

- Memberikan Nebulizer dengan Combivent 1 fls dan PZ 2 cc

- Memberikan injeksi Indekson 1 amp IV

- Melakukan clapping pada dada dan punggung

- Mengajarkan batuk efektif dengan cara menarik nafas dalam dan mengeluarkan pelan-

pelan melalui mulut, di ulangi 2x, kemudian di batukkan dengan keras.

Jam 09.00 :

-Memberikan Nebulizer yang ke 2 dengan Ventolin 1 fls dan PZ 2 cc

Jam 09.30 :

- Memberikan injeksi Aminophyllin 1 amp di encerkan PZ 10 cc IV pelan- pelan

Jam 10.00 :mengobservasi :

- Keadaan umum

- Keluhan

- TTV (Tensi, Nadi, RR)

Evaluasi jam 10.00 :

S : - Klien mengungkapkan sudah tidak sesak

O : - Klien tampak tenang, tidak sesak

- Ronchi +/+ sedikit, Whhezing -/-

- SpO2 tidak di periksa

- RR 20x/mnt

A : Masalah teratasi

P : - Intervensi stop

- Klien boleh pulang, di sarankan sore control ke dokter spesialis paru, obat-obat dari

dokter THT diteruskan :

- Cravox 500mg 3x1

- Alloris 3x1/2 tb

- Sanexon 2mg 3x1

- Disudrin 3x1/2 tb

- Epexol 3x1

- Codein 10mg 3x1

- Teasol 3x1

Page 16: l p Asthma Bronkhiale
Page 17: l p Asthma Bronkhiale
Page 18: l p Asthma Bronkhiale