kemampuan metakognisi

Upload: noerciniiiz

Post on 03-Apr-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    1/35

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang MasalahDi era globalisasi ini, ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)

    berkualitas tinggi merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi

    pengadaannya dalam rangka persaingan global semakin ketat. SDM yang

    berkualitas adalah SDM yang mampu mengikuti dan menanggapi arus perubahan

    cepat yang terjadi dalam masyarakat, mampu menjawab tantangan masa depan,

    mampu menangani ketidakpastian, mampu menemukan keteraturan serta mampu

    memecahkan masalah yang tidak lazim.

    Salah satu upaya membentuk SDM berkualitas adalah melalui pendidikan.

    Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat strategis dalam upaya

    pembentukan manusia sehingga menjadikan manusia yang mampu menghadapi

    tantangan perubahan dan kemajuan beserta berbagai dampak negatif maupun

    positif yang ditimbulkan sebagai akibat perubahan tersebut. Sehingga pada

    akhirnya mampu bersaing secara global.

    Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah, pembelajaran

    merupakan aktivitas yang paling utama. Interaksi antara guru dengan siswa, antara

    siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungannya dalam pembelajaran

    merupakan bagian terintegrasi dari suatu proses yang tidak hanya bertujuan

    mentransfer ilmu dari guru kepada siswa melainkan juga memberikan pengalaman

    belajar bermakna dalam rangka membentuk kemampuan dan keterampilan yang

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    2/35

    2

    nantinya akan menjadi senjata bagi siswa dalam menjawab tantangan masa

    depan.

    Berbicara mengenai pendidikan di sekolah, maka akan ada hubungannya

    dengan mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa, salah satunya adalah

    matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

    sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Sesuai

    dengan Garis Garis Besar Pengajaran Matematika, bahwa pembelajaran

    matematika siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal.

    Pertama, mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan

    dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak

    atau cara berpikir logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. Kedua,

    mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

    matematika dalam kehidupan seharihari dan dalam berbagai ilmu pengetahuan.

    Dalam Peratuarn Pemerintah No.22 Tahun 2006, disebutkan bahwa

    pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

    sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

    analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dengan

    demikian pembelajaran matematika harus mengacu pada tujuan yang dapat

    membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

    kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama sehingga nantinya siswa mampu

    menggunakan pola pikir matematika dalam menghadapi perubahan yang terjadi

    serta menjawab tantangan masa depan.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    3/35

    3

    Banyak siswa yang setelah mempelajari matematika, sekalipun pada

    bagian yang paling sederhana, banyak yang tidak dipahaminya serta banyak

    konpsep yang dipahami secara keliru. Hal ini karena selama ini pembekalaran

    terjadi hanya untuk menjadikan siswa menelan konsep jadi yang sudah ada tanpa

    memahami bagaimana konsep tersebut terbentuk. Padahal, kegunaan

    pembelajaran matematika bukanlah untuk memperoleh konsep sebanyak

    banyaknya tetapi untuk meningkatkan kemampuan berpikir sebagai dampak dari

    pembelajaran yang terjadi.

    Ketidakmampuan siswa memahami konsep dengan baik tentu akan

    berpengaruh pada rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hal ini selaras

    dengan fakta sebagai berikut:Pada Ujian Nasional tahun 2012 untuk tingkat SMA,

    kegagalan paling banyak terjadi pada mata pelajaran matematika yaitu dialami

    oleh 822 siswa. Untuk tingkat SMP, kegagalan paling banyak terjadi pada mata

    pelajaran matematika yaitu dialami oleh 229 siswa. Hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Trends International Mathematics and Science Study pada tahun

    2011 menyebutkan bahwa dari 42 negara, siswa kelas 8 indonesia menduduki

    posisis 38.

    Beberapa kelemahan yang dimiliki siswa dalam memberikan argumen

    matematika dan menyelesaikan pemasalahan matematika adalah: 1) Kurang

    memahami dan kurang menggunakan aturan aturan atau kaidah kaidah

    matematika dengan tepat dan semestinya, 2) Kurang memiliki pemahaman materi

    prasyarat yang baik, 3) Kurang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal

    memakai prosedur atau langkah yang logis, sehingga yang terpikir oleh mereka

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    4/35

    4

    adalah hasil akhir yang diperoleh tidak peduli langkah atau prosedur yang dipakai,

    4) Jarang sekali memerikasa atau menyimak jawaban yang diperoleh. Keempat

    hal yang menjadi kelemahan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan persoalan

    matematika adalah bagian dari kemampuan metakognisi.

    Metakognisi adalah pengetahuan, kesadaran, dan kendali atas proses

    kognisi. Kemampuan metakognisi dibagi menjadi dua komponen, yaitu

    pengetahuan metakognisi dan keterampilan metakognisi. Pengetahuan

    metakognisi didefinisikan sebagai pengetahuan dan pemahaman pada proses

    berpikir. Pengetahuan metakognisi memiliki tiga komponen yaitu pengetahuan

    deklarasi, prosedural, dan kondisional. Keterampilan metakognisi didefinisikan

    sebagai pengendalian pada proses berpikir. Keterampilan metakognisi memiliki

    empat komponen yaitu memprdiksi, merencanakan, memonitor, dan

    mengevaluasi.

    Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan berbagai pendekatan, strategi,

    metode, dan model pembelajaran tujuannya agar mampu mencapai hasil belajar

    maksimal yang tidak hanya berupa angka angka saja melainkan juga

    kemampuan berpikir yang baik. Variasi pendekatan juga memberikan kemudahan

    bagi guru untuk menyajikan pengalaman belajar sesuai dengan prinsip belajar

    sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, learning to

    know, learning to do, learnig to live together and learning to be.

    Pendekatan deduktif merupakan suatu pendekatan yang dilakukan oleh

    seorang guru dengan cara menjelaskan suatu materi matematika dari hal yang

    umum ke hal yang khusus, dari yang abstrak ke konkret atau dari defenisi, rumus

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    5/35

    5

    atau teorema ke contoh-contoh dimana siswa mampu mengembangkan

    pemikirannya untuk meyelesaikan suatu masalah pada matematika.

    Pendekatan induktif merupakan suatu pendekatan yang dilakukan oleh

    seorang guru dengan cara menjelaskan suatu materi matematika dari hal yang

    khusus ke hal yang umum, dari yang konkret ke abstrak.

    Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik ingin melakukan suatu

    penelitian yang berjudul perbedaan kemampuan metakognisi siswa dengan

    menggunakan pendekatan induktif dan deduktif di SMA Negeri 2 Tangerang.

    B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat

    diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

    1. Mengapa kemampuan metakognisi kurang mendapat perhatian ?2. Apa yang dimaksud dengan kemampuan metakognisi serta komponen apa yang

    terkandung dalam kemapuan metakognisi kognisi siswa?

    3. Faktor apa yang dapat meningkatkan kemampuan met4. Bagaimana kemampuan metakognisi memberi kontribusi bagi hasil belajar

    matematika siswa?

    5. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan induktif dalam pembelajaranmatematika ?

    6. Bagaimana penerapan pendekatan iduktif dalam pembelajaran matematikasehingga mampu meningkatkan kemampuan metakognisi siswa?

    7. Bagaimana kemampuan metakognisi siswa yang menggunakan pembelajarandengan pendekatan induktif ?

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    6/35

    6

    8. Apakah terdapat perbedaan perbedaan kemampuan metakognisi siswa denganmenggunakan pendekatan induktif ?

    C. Pembatasan MasalahAgar penelitian ini lebih terarah dan mengingat permasalahan yang cukup

    luas maka diperlukan pebatasan masalah.

    1. Kemampuan metakognisi dibatasi pada rutinitas pemanfaatan kesempatanbelajar dengan indikator sebagai berikut : kemampuan konsepkonsep yang

    dimiliki siswa, perilaku keterampilan prediksi dalam pelajaran matematika,

    serta mempunyai keterampilan metakognisi terhadap kemampuan yang

    dimiliki oleh setiap siswa.

    2. Pendekatan deduktif dibatasi pada indikator sebagai berikut : gurumemberikan penjelasan konsep materi matematika kepada siswa dari hal yang

    umum ke hal yang khusus, dan selalu melatih siswa untuk menyelesaikan

    masalah matematika dengan mengembangkan pemikirannya sehingga dapat

    meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

    D. Perumusan MasalahBerdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

    dirumuskan menjadi : Apakah terdapat perbedaan kemampuan metakognisi

    siswa menggunakan pendekatan induktif dan deduktif ?.

    E. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya

    perbedaan kemampuan metakognisi siswa menggunakan pendekatan induktif.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    7/35

    7

    F. Manfaat PenelitianPenelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberi masukan bagi guru agar

    memperhatikan kemampuan metakognisi siswanya. Bagi siswa, agar dapat

    memicu untuk meningkatkan kemampuan metakognisi.

    Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk bahan pembelajaran dan

    penambah wawasan mengenai pendekatan pembelajaran matematika untuk

    diterapkan kepada siswa agar mendapatkan kemampuan metakognisi yang

    maksimal.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    8/35

    8

    BAB II

    KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Kajian Teori1. Hakekat Belajar

    Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan

    berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

    Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

    mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok melalui proses belajar

    manusia dapat melakukan perubahan individual ke arah yang lebih baik.

    Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada

    proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun

    lingkungannya.

    Henry E. Garret mengungkapkan dalam buku Konsep dan Makna

    Pembelajaran, Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka

    waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada

    perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang

    tertentu.1 Menurut pendapat tersebut belajar merupakan suatu proses

    perubahan tingkah laku dalam jangka waktu lama melalui latihan yang

    tersusun dengan baik melalui proses formal ataupun secara alami melalui

    pengalaman yang di dapat.

    Menurut ArthurT. Jersild bahwa, Belajar adalah perubahan atau

    membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena

    1

    Syaiful Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.Hlm. 13.

    8

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    9/35

    9

    pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan.2 Dari pendapat

    tersebut, latihan terus menerus atau pengalaman yang di dapat dari proses

    pendidikan akan membawa akibat perubahan tingkah laku dan juga belajar

    merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan dan tingkah laku

    manusia yang disebabkan oleh faktor latihan yang terus menerus sehingga

    siswa mampu mengembangkan daya ingat serta pemahaman yang kuat.

    Dalam buku Psikologi Perkembangan Peserta Didik, menurut

    Arifin yang dikutip oleh penulis mengakatakan bahwa,

    Dalam persepktif psikologis, peserta didik adalah individu yang

    sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik

    fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai

    individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik

    memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju

    arah titik optimal kemampuan fitrahnya.3

    Belajar dari sisi psikologi menurut pendapat di atas memerlukan

    bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju arah titik optimal

    kemampuan fitrahnya. Oleh karena itu diperlukan seorang guru untuk

    membimbing seorang siswa atau murid dari tidak bisa sampai kepada

    perubahan tingkah laku yang membuatnya menjadi bisa.

    John Dewey mengemukakan bahwa, Belajar adalah menyangkut

    apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus

    datang dari siswa sendiri.4 Dari pendapat tersebut bahwa kemauan untuk

    belajar datang dari diri siswa dan guru hanya sebagai pembimbing. Proses

    2Ibid. Hlm. 18.3Desmita. 2009.Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya. Hlm. 39.4

    Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta. Hlm. 44.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    10/35

    10

    belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri dan siswa harus mengulang

    apa yang telah diberikan oleh guru.

    Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

    belajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks, teratur dan

    konsisten. Tidak lepas dari bimbingan dan arahan seorang guru untuk

    membawa peserta didik menuju arah titik optimal kemampuan fitrahnya.

    Latihan terus menerus adalah pengalaman yang tidak mudah dilupakan,

    oleh karena itu melalui proses pengalaman yang dijadikan sebagai suatu

    latihan diharapkan mampu untuk membawa kepada prubahan diri dan

    tingkah laku.

    Pembelajaran yang menimbulkan interaksi belajar-mengajar antara guru-

    siswa mendorong perilaku belajar siswa. Proses belajar-mengajar sangat

    diperlukan hubungan aktif antara guru dan siswa. Hubungan aktif itu

    bukan merupakan hubungan aktif tanpa tujuan melainkan hubungan aktif

    yang diikat oleh tujuan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan

    rumusan tingkah laku dan kemampuan-kemampuan yang harus dicapai

    dan dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Isi tujuan

    pengajaran pada hakekatnya adalah hasil belajar yang diharapkan.

    2. MetakognisiMetakognisi merupakan suatu proses mengugah rasa ingin tahu

    seseorang karena dengan menggunakan proses kognitif seseorang dapat

    memandu dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk

    meningkatkan kemampuan kognitif di masa yang akan datang. Dalam

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    11/35

    11

    bukunya Daniel Muijs dan David Reynolds menyatakan 5metacognition is

    an important element in problem solving . Pernyataan tersebut

    mempertegas bahwa metakognisi merupakan suatu pendekatan yang

    terpenting dari proses pemecahan masalah dengan memperhatikan

    perkembangan kognitif yang dimiliki dari setiap anak usia sekolah.

    6Seiring dengan perkembangan kognitifnya, anak-anak usia sekolah mulai

    berusaha mengetahui tentang pikirannya sendiri, tentang bagaimana ia

    belajar dan mengingat situasi-situasi yang dialami setiap hari, mulai

    menyadari proses-proses kognitifnya dan bagaimana seseorang dapat

    meningkatkan penilaian kognitif mereka, serta memilih strategi-strategi

    yang cocok untuk meningkatkan kinerja kognitif mereka. Para ahli

    psikologi menyebut tipe pengetahuan ini dengan metakognitif yang

    merupakan pengetahuan tentang kognisi.

    Faktor kognitif dan faktor metakognitif dalam proses

    pembelajaran :7Sifat dari proses pembelajaran dari pembelajaran yang

    kompleks sangatlah efektif ketika pembelajaran ini merupakan proses yang

    direncanakan untuk mengontruksikan makna dari informasi dan

    pengalaman.Tujuan dari proses pembelajaran dilihat dari, siswa yang

    5Daniel Mujis dan David Reynolds. 2006. Effective Teaching Evidence and

    Practice. India : SAGE Publications. Hlm 122.6Desmita.2009.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya. Hlm. 131

    7John W Santrock.2011.Psikologi Pendidikan.Jakarta : Salemba

    Humanika.Hlm.163

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    12/35

    12

    berhasil, biasanya disertai dengan dukungan dan bimbingan pembelajaran,

    bisa menghasilkan representasi pengetahuan yang berarti dan koheren.

    1. Pembentukkan pengetahuan, siswa yang berhasil bisa menghubungkaninformasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam cara yang

    berarti.

    2. Pemikiran strategis, siswa yang berhasil bisa menciptakan sertamenggunakan seleksi pemikiran dan strategi penalaran untuk mencapai

    suatu tujuan pembelajaran yang kompleks.

    3. Berpikir tentang berpikir, strategi strategi penyusunan lebih tinggiuntuk menyeleksi serta memantau operasi mental memfasilitasi

    pemikiran yang kreatif dan kritis.

    3. Pendekatan Dalam PengajaranPendekatan adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau

    siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana

    materi itu disajikan.8Dalam memilih pendekatan yang digunakan dalam

    proses pembelajaran itu tidak hanya sekedar memilih-memilih saja tetapi

    juga harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan kondisi yang

    dihadapinya. Oleh karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi

    bila ada kesesuaian antara pendekatan dengan semua komponen

    pembelajaran. Namun perlu diingat, bahwa tidak ada satupun pendekatan

    pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan situasi yang

    berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Oleh

    8

    E.T.Ruseffendi.1988.Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Murid DanSPG .Bandung : Tarsito.hlm. 98

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    13/35

    13

    karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam memilih dan

    menggunakan pendekatan pembelajaran.

    Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh

    guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan

    instruksional tertentu.9 Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru

    dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru sudah menjelaskan

    suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam

    urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu

    dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan

    merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin

    ilmu. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah

    bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan

    memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.Sehingga tanpa

    pendekatan pembelajaran seorang guru tidak dapat mencapai tujuan

    instruksional yang maksimal serta tidak dapat menciptakan suasana

    pembelajaran yang menyenangkan.

    4. Pendekatan InduktifPendekatan deduktif merupakan salah satu pendekatan yang saat

    ini banyak digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu materi.

    Pendekatan ini dipakai karena dipercaya efektif dalam penanaman konsep

    sehingga siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan

    induktif adalah cara mengajar yang penyajian materi atau topik berjalan

    9Syaiful sagala.2003.Konsep Dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta. hlm. 68

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    14/35

    14

    dari yang khusus ke umum, dari yang konkret ke abstrak atau dari contoh

    ke definisi atau rumus.

    10Pengolahan pesan secara induktif bermula dari (i) fakta atau

    peristiwa khusus, (ii) penyusunan konsep berdasarkan fakta fakta, (iii)

    penyusunan generalisasi berdasarkan konsep konsep. Bila sudah ada

    teori yang benar, pada umumnya diruuskan hipotesis, (iv) terapan

    generalisasi pada data baru, atau hipotesis, kemudian (v) penarikan

    kesimpulan lanjut.

    Pembelajaran yang dimaksud adalah guru menyampaikan materi

    ajar dengan memberikan kasus khusus dalam hal ini berupa contoh

    masalah atau contoh soal. Contoh-contoh soal yang dimaksud berupa

    penerapan secara khusus dari rumus atau definisi yang akan harus

    ditemukan oleh siswa dengan bimbingan guru.

    Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif

    dalam pembelajaran adalah

    Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

    pendekatan deduktif adalah menyampaikan materi ajar dengan

    memberikan bentuk umum dalam hal ini berupa rumus yang diikuti

    dengan pemberian contoh-contoh soal. Contoh-contoh soal yang dimaksud

    berupa penerapan secara khusus dari rumus yang telah di sajikan.

    5. Bangun datar pokok bahasan Segi Empat

    10Dimyati dan Mudjiono, Op.cit, halm.185

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    15/35

    15

    Bangun datar adalah bentuk-bentuk geometri berdimensi dua,

    terletak pada bidang datar, dan memiliki dua unsur, yaitu panjang dan

    lebar. Sedangkan, segi empat adalah bangun datar yang memiliki empat

    buah sudut dan empat buah sisi. Jadi, bangun datar segi empat adalah

    bentuk-bentuk geometri yang berdimensi dua terletak pada bidang datar

    dan memiliki dua unsur yaitu panjang dan lebar seta memiliki empat buah

    sudut dan empat buah sisi. Berikut ini yang merupakan bangun datar segi

    empat adalah bangun persegi panjang, persegi, jajar genjang, belah

    ketupat, layang-layang, dan trapesium.

    1. Bangun Persegi PanjangPersegi panjang adalah11 segi empat yang keempat sudutnya siku-

    siku dan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.

    Sifat-sifat persegi panjang :

    1. sisi-sisi yang sejajar sama panjang2. diagonal-diagonalnya sama panjang dan berpotongan ditengah-

    tengah.

    3. keempat sudutnya adalah sudut siku-siku4.besar dua sudut yang berdekatan berjumlah 180o5. memiliki dua sumbu simetri6. menempati bingkainya dengan 4 cara.

    Persegi panjangABCD dengan panjang p dan lebar l

    11 J.Dris,Tasari.2008.Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta :

    Piranti Darma Kalokatama.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    16/35

    16

    D C

    L L l

    A p B

    Gambar 2.1 Persegi Panjang

    Keliling persegi panjang adalah 2p + 2l= 2 (p + l)

    Luas daerah persegi panjang adalah panjang x lebar =p x l .

    2. Bangun PersegiPersegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan

    keempat sudutnya 90o (siku-siku). Persegi adalah belah ketupat yang

    mempunyai sifat istimewa sebab keempat sudutnya sama besar, yaitu

    90o.

    Sifat-sifat persegi:

    1. Semua sisinya sama panjang2. Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan ditengah-tengah

    dan saling tegak lurus membagi dan sama panjang.

    3. Besar sudut-sudutnya adalah 90o4. menempati bingkainya dengan 8 cara5. memiliki empat sumbu simetri.PersegiABCD dengan sisis :

    D C

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    17/35

    17

    s

    A B

    Gambar 2.2 Persegi

    Keliling persegi adalah 4 x sisi = 4s

    Luas daerah persegi adalah sisi x sisi =s2.

    3. Bangun Jajar GenjangJajar genjang adalah bangun datar segi empat dengan sisi-sisi yang

    berhadapan saling sejajar. Sifat-sifat jajar genjang :

    1) sisi yang sejajar dan sama panjang

    2) diagonal-diagonalnya membagi dua sama panjang

    3) sudut-sudut yang behadapan sama besar

    4) besar dua sudut yang berdekatan berjumlah 180o

    5) merupakan bangun simetri2

    1 putaran

    6) menempati bingkainya dengan 2 cara.

    Jajar genjang dengan sisi yaitu a dan b serta tinggi t

    D C

    b

    A a B

    Gambar 2. 3 Jajar Genjang

    Keliling jajar genjang adalah 2a + 2b = 2 (a + b).

    t

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    18/35

    18

    Luas daerah jajar genjang adalah alas x tinggi = a x t.

    4. Bangun Belah KetupatBelah ketupat adalah segi empat yang semua sisinya sama panjang

    atau dapat juga dikatakan jajar genjang yang semua sisinya sama

    panjang.

    Sifat-sifat belah ketupat :

    1) keempat sisinya sama panjang

    2) diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegak lurus dan saling

    membagi dua sama panjang.

    3) diagonal-diagonalnya membagi sudut-sudut sama besar

    4) besar dua sudut yang berdekatan berjumlah 180o

    5) merupakan bangun simetri2

    1 putaran

    6) menempati bingkainya dengan 2 cara.

    Belah ketupatABCD dengan sisis dan diagonal d

    D

    A C

    C

    s s

    B

    Gambar 2.4 Belah Ketupat

    Keliling belah ketupat adalah 4 x sisi = 4s.

    d

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    19/35

    19

    Luas daerah belah ketupat adalah x diagonal x diagonal = d1x d2.

    5. Bangun layang-layangLayang-layang adalah segi empat yang terbentuk dari dua

    gabungan dua segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan

    berhimpit.

    Sifat-sifat layang-layang :

    1) sepasang sudutnya sama besar

    2) diagonal yang satu membagi sama panjang diagonal yang lain

    3) salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri

    4) sepasang-sepasang sisinya mempunyai panjang yang sama

    5) diagonal-diagonalnya saling tegak lurus.

    Layang-layangABCD dengan sisiAB = CD = b danAD = CD = a

    D

    a

    A C

    b

    B

    Gambar 2. 5 Layang-layang

    Keliling layang-layang adalah 2a +2b = 2(a + b).

    Luas daerah layang-layang adalah x diagonal x diagonal = d1x d2.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    20/35

    20

    6. Bangun TrapesiumTrapesium adalah segi empat mempunyai sepasang sisi sejajar.

    Trapesium dibedakan atas sisi dan sudutnya yaitu :

    1) trapesium siku-siku adalah trapesium yang salah satu sudut alasnya

    90o.

    2) trapesium sama kaki adalah trapesium yang mempunyai dua sisi

    sama panjang.

    3) trapesium sembarang adalah trapesium yang tidak mempunyai

    keistimewaan apapun.

    Sifat-sifat trapesium :

    1) sepasang-sepasang sudut saling berpelurus ( berjumlah 180o)

    2) mempunyai sepasang sisi yang sejajar

    3) pada trapesium sama kaki, sepasang-sepasang sudutnya sama besar

    4) pada trapesium sama kaki, diagonal-diagonalnya sama panjang

    5) pada trapesium siku-siku, besar salah satu sudut alasnya adalah 90o.

    TrapesiumABCD dengan sisi-sisi a, b, c, d dan tinggi t.

    D a C

    c d

    A b B

    Gambar 2.6 Trapesium

    Keliling trapesium adalah a + b + c + d.

    t

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    21/35

    21

    Luas daerah trapesium adalah x jumlah sisi sejajar x tinggi = (a+ b) t

    B. Kerangka BerpikirBerdasarkan pendapat, dan teori yang telah dikemukakan maka dapat

    disimpulkan, kemampuan metakognisi adalah merupakan satu komponen

    penting dalam pembelajaran matematika sehingga diperlukan suatu

    pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan metakognisi

    siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan

    induktif. Pendekatan induktif merupakan pendekatan yang berpola khusus

    umum.

    C. Pengajuan HipotesisDari deskripsi teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis yang

    diajukan adalah:

    H0: Tidak terdapat perbedaan kemampuan metakognisi siswa menggunakan

    pendekatan induktif.

    H1: Terdapat perbedaan kemampuan metakognisi siswa menggunakan

    pendekatan induktif.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    22/35

    22

    BAB III

    METEDOLOGI PENELITIAN

    A. Tujuan Operasional PenelitianBerdasarkan masalah yang dirumuskan, maka tujuan operasional

    penelitian ini adalah:

    1. Memperoleh data kemampuan metakognisi siswa pada materi bangundatar pokok bahasan segi empat melalui pendekatan metakognitif berbasis

    worksheet.

    2. Memperoleh data kemampuan metakognisi siswa pada materi bangundatar pokok bahasan segi empat melalui pendekatan deduktif.

    3. Mengetahui perbedaan kemampuan metakognisi siswa pada pendekataninduktif dengan siswa yang diajar secara konvensional.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian1. Tempat penelitian

    Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Tangerang yang

    beralamat di Jl. Raya Kembangan Selatan No.54.

    2. Waktu penelitian

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    23/35

    23

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 7 Mei12 Juni 2012 ,

    kelas VII semester genap tahun pelajaran 2021-2013.

    C. Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah metode quasi

    eksperiment, karena dalam penelitian ini ada dua kelompok yang

    dibandingkan dan diberikan perlakuan yang berbeda tanpa mengubah

    komposisi kelompok tersebut.

    Pada penelitian ini diberikan perlakuan yang berbeda terhadap

    kedua kelas, yaitu perlakuan pembelajaran yanng menggunakan pendekatan

    metakognitif berbasis worksheet pada kelas eksperimen dan pembelajaran

    dengan pendekatan deduktif pada kelas kontrol. Maka pola penelitian yang

    sesuai dengan penelitian ini adalah:

    E X1 Y1

    K X2 Y2

    Keterangan :

    E : Kelompok eksperimen

    K : Kelompok kontrol

    X1 : Perlakuan pada kelompok eksperimen

    X2 : Perlakuan pada kelompok kontrol

    Y1 : Output ( keluaran) pada kelompok eksperimen

    Y2 : Output ( keluaran) pada kelompok kontrol

    D.

    Teknik Pengambilan Sampel

    31

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    24/35

    24

    Teknik yang digunakan untuk memperoleh sampel dalam

    penelitian ini adalah teknikrandom sampling(teknik acak sederhana) dengan:

    1. Populasi TargetPopulasi target pada penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah

    seluruh siswa SMP Negeri 105 Jakarta Barat yang terdaftar sebagai siswa

    semester II (dua) tahun pelajaran 2011/2012.

    2. Populasi TerjangkauPopulasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

    105 Jakarta Barat yang terdaftar sebagai siswa kelas VII tahun pelajaran

    2011/2012.

    3. SampelPada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuasi

    eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara

    acak (random), tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya.

    Dalam pelaksanaan penelitian ini sampel dibagi menjadi dua kelompok,

    yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelas VII-1 dipilih

    sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang diajar dengan menggunakan

    pendekatan metakognitif berbasis worsheet pada pokok bahasan bangun

    datar segi empat, sedangkan kelas VII-2 dipilih sebagai kelas kontrol,

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    25/35

    25

    yaitu kelas yang diajar menggunakan pendekatan deduktif pada pokok

    bahasan bangun datar segi empat.

    Jumlah sampel yang diambil 60 orang siswa yang dibagi menjadi

    dua kelompok, 30 orang siswa untuk kelas eksperimen dan 30 orang siswa

    untuk kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 1Jumlah Anggota Sampel

    KelasPopulasi

    TerjangkauSampel Keterangan

    Kelas VII

    130 siswa 30 siswa

    Kelompok

    Eksperimen

    Kelas VII

    230 siswa 30 siswa

    Kelompok

    Kontrol

    Jumlah 60 siswa 60 siswa

    E. Teknik Pengumpulan Data1. Variabel penelitian

    a. Variabel Bebas (X) : Pendekatan metakognitif berbasis worksheetdan

    pendekatan deduktif.

    b. Variabel Terikat (Y) : Hasil belajar matematika siswa.

    2. Sumber DataData dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa tes. Tes

    ini dibuat untuk mengukur hasil belajar matematika siswa dalam materi

    bangun datar pokok bahasan segi empat. Tes itu diberikan kepada dua

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    26/35

    26

    kelompok, yaitu kelompok eksperimen ( kelas VII-1) sebagai kelompok

    yang menggunakan pendekatan metakognitif berbasis worksheet dan

    kelompok kontrol ( kelas VII-2) sebagai kelompok yang menggunakan

    pendekatan deduktif.

    3. Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang

    digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar terdiri dari soal

    yang berbentuk PG dengan sub pokok materi bangun datar segi empat.

    Terdiri dari 30 butir soal yang setiap nilainya bernilai 1. Sebelum

    melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu melakukan uji coba

    instrumen yang terdiri dari 40 soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas,

    taraf kesukaran dan daya pembeda instrumen.

    F. Uji Coba InstrumenSebelum digunakan untuk penelitian, instrumen ini diuji coba

    dahulu pada siswa kelas VII SMP Negeri 142 Jakarta Barat untuk

    mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan validitas dan

    reliabilitas, selain itu juga untuk mengetahui daya pembeda dan tingkat

    kesukaran instrumen.

    1. Pengujian Validitas Instrumen TesAgar penelitian ini dapat menghasilkan data yang valid, maka

    instrumen penelitiannya pun harus valid. Untuk mengetahui valid

    tidaknya instrumen suatu penelitian yang digunakan pada penelitian ini,

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    27/35

    27

    penulis melakukan uji validitas untuk soal pilihan ganda dengan r Poin

    biserialberikut:12

    rpbis =

    Keterangan :

    rpbis : Koefisien Product Moment

    Mp : Rerata skor dari subyek yang menjawab benar bagi item

    yang dicari validitasnya

    Mt : Rerata skor total

    st : Standar Deviasi dari skor total

    p : Proporsi siswa yang menjawab benar item tersebut

    banyaknya siswa yang menjawab benarp

    jumlah seluruh siswa

    q : Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1p)

    Kriteria pengujian :

    Terima H0, bila rhitung rtabel, maka soal tidak valid.Tolak H0, bila rhitung rtabel, maka soal valid.

    Hasil uji validitas instrumen dengan menggunakan rumusKorelasi

    Poin Biserial dari jumlah soal sebanyak 40 soal diperoleh datartabel = 0,339 dengan taraf signifikan = 0,05 dan n = 34. Terdapat 30 soal

    valid yang terdiri dari nomor1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 17, 18, 19, 20,

    21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 36, 37, 38, 40.

    12Suharsimi Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

    Praktek(Edisis Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. Hlm. 211.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    28/35

    28

    Dan terdapat 10 soal drop (tidak valid) yang terdiri dari nomor 2, 4, 6, 11,

    13, 15, 27, 34, 35, 39 ,( lampiran 12 halaman 173-174).

    2. Pengujian Reliabilitas Instrumen TesUntuk menentukan indeks reliabilitas dipergunakan rumus KR-20.13

    r11 =

    2

    2

    1 s

    pqs

    k

    k

    Keterangan:

    r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan.

    P : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.

    q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1p )

    : Jumlah hasil perkalian antara p dan q.k : Banyak item valid.

    s : Standar deviasi dari tes ( Standar Deviasi adalah akar varians)

    Kriteria pengujian :

    Tolak Ho, bila rhitung rtabel , maka soal tidak reliabel.

    Terima Ho, bila rhitung > rtabel , maka soal reliabel.

    Ujireliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20 hingga

    diperoleh data rhitung = 0,875 di konsultasikan dengan rtabel = 0,339

    dengan taraf signifikan = 0,05 dan n = 34. Karena

    rhitung = 0,875 > 0,339 = rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa

    instrument tersebut reliabel ( lampiran 14 halaman 180-181 ).

    3. Daya Pembeda Soal13

    Suharsimi Arikunto.2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan( Edisi Revisi ).Jakarta.PT.Bumi Aksara. Hlm. 79

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    29/35

    29

    Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan

    untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang

    tergolong mampu ( tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong

    kurang ( rendah prestasinya). Daya pembeda soal adalah kemampuan

    suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai

    ( menguasai materi) dengan peserta didik yang kurang pandai

    ( kurang / tidak menguasai materi ).14

    Daya pembeda dihitung dengan Analisis butir soal dengan uji daya

    pembeda soal dengan menggunakan rumus :

    DP =-Keterangan :

    DP : daya pembeda

    : rata-rata kelompok atas : rata-rata kelompok bawah

    Tabel 3.2

    Klasifikasi daya pembeda

    Daya Pembeda (DP) Klasifikasi

    0,00 < DP 0,20 Jelek

    0,20< DP 0,40 Cukup (Satisfactory)

    0,40< DP 0,70 Baik (good)

    0,70< DP 1,00 Baik Sekali(excellent)

    14Zaenal Arifin,Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. hlm. 133.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    30/35

    30

    4. Pengujian Taraf KesukaranTaraf Kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu

    soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan

    indeks.15 Analisis taraf kesukaran setiap butir soal dihitung berdasarkan

    jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Skor hasil tes yang

    diperoleh siswa diklasifikasikan atas benar dan salah. Untuk

    mendapatkan taraf kesukaran dengan uji tingkat kesukaran dengan

    rumus :

    Tingkat kesukaran =

    Dimana, Rata-rata =

    Klasifikasi taraf kesukaran sebagai berikut :

    Tabel 3.3Klasifikasi Indeks Kesukaran

    Nilai Katagori

    0,000,30 Sukar

    0,31- 0,70 Sedang

    0,711,00 Mudah

    G. Hipotesis StatistikHipotesis ini menggunakan uji dua pihak. Adapun kriteria

    pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut:16

    H0: 1= 2

    15Zaenal Arifin,op. cit., hlm. 134.

    16

    Sudjana.1996.Metoda Statistik.Bandung : Tarsito. hlm. 239.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    31/35

    31

    H1: 1 2

    Keterangan:

    1 : Skor dari hasil belajar matematika siswa pada materi bangun datar

    pokok bahasan segi empat yang diajarkan dengan menggunakan

    pendekatan metakognitif berbasis worksheet.

    1 : Skor dari hasil belajar matematika siswa pada materi bangun datar

    pokok bahasan segi empat yang diajarkan dengan menggunakan

    pendekatan deduktif.

    H.Teknik Analisis Data1. Sebelum menguji hipotesis penelitian dilakukan uji prasyarat, yaitu :

    i. Uji normalitasa. Hipotesis statistik

    H0: Data berdistribusi normal.

    H1: Data berdistribusi tidak normal.

    b. Menentukan harga 0L 1)Hasil Pengamatan Y1, Y2, , Yn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,

    , Zn dengan menggunakan rumus:17

    Zi =

    ( X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan

    baku sampel ).

    17Sudjana. 2002.Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Hlm. 99.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    32/35

    32

    2)Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftardistribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F ( iZ ) =

    P (iZZ ).

    3)Hitung proporsi Z1, Z2, , Zn . Proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) dengan rumus:

    n

    Zn...,,Z,Zbanyaknya)( 21

    iZS

    4)Hitung selisih dari )()( Ii ZSZF kemudian tentukan hargamutlaknya.

    5)Ambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisihtersebut. Sebut harga terbesar ini Lo.

    c. Kriteria pengujianTerima

    0H jika Lo < Ltabel maka data berdistribusi normal

    Tolak0

    H jika Lo Ltabel, maka data berdistribusi tidak normal

    ii. Uji homogenitasLangkah-langkah perhitungan uji homogenitas dilakukan

    dengan ujifisher (F)18 adalah sebagai berikut:

    a. Hipotesis homogenitasH0 : 1

    2 = 22

    H1 : 12 2

    2

    Keterangan :

    H0 : Data homogen

    18Ibid. Hlm. 242.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    33/35

    33

    H1 : Data tidak homogen

    12

    : Varians kelas eksperimen

    22 : Varians kelas kontrol

    b. Menentukan harga Untuk menguji hipotesis

    0H digunakan uji-F, dengan rumus:

    19

    Keterangan :

    F : Nilai tabel distribusi F ( = 0.05).

    S12 : Varians terbesar.

    S22 : Varians terkecil.

    c. Menentukan Tentukan terlebih dahulu derajat kebebasan pembilang dan derajat

    kebebasan penyebut serta = 0,05, maka nilai Ftabel dapat diperoleh

    melalui tabel distribusi F.

    d. Kriteria pengujian0H

    Terima H0jika Fhitung < Ftabel , maka kedua varians homogen

    Tolak H0 jika Fhitung Ftabel, maka kedua varians tidak homogen.

    2. Pengujian Hipotesis Penelitiana. Menentukan

    Berdasarkan hipotesis yang diajukan pengujian hipotesis

    menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi = 0,05, dengan rumus

    sebagai berikut:20

    19Ibid. Hlm. 249.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    34/35

    34

    , dimana

    Keterangan:

    t : harga uji statistik

    : rata-rata hasil belajar matematika kelompok eksperimen : rata-rata hasil belajar matematika kelompok kontroln1 : jumlah sampel kelompok eksperimen

    n2 : jumlah sampel kelompok kontrol

    : varians data kelompok eksperimen : varians data kelompok kontrolAdapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut:

    H0 diterima jika thitung > ttabel

    H0 ditolak jika thitung ttabel

    b. Menentukan Harga dapat dilihat dari tabel nilai persentil untuk

    distribusi t. Dengan taraf signifikansi = 0,05, dan derajat kebebasan

    ( ) dimana = 30 dan = 30, maka

    didapat [ ]c. Kriteria pengujian

    Tolak0

    H jika thitung ttabel, maka tidak terdapat perbedaan hasil

    belajar matematika siswa dengan pendekatan metakognitif berbasis

    worksheetdan pendekatan dedutif.

    20Ibid.. hlm. 239.

  • 7/29/2019 KEMAMPUAN METAKOGNISI

    35/35

    35

    Tolak0H jika thitung > ttabel, maka terdapat perbedaan hasil belajar

    matematika siswa dengan pendekatan metakognitif berbasis worksheet

    dan pendekatan deduktif.