kedudukan anak akibat pembatalan perkawinan …

29
KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN SEDARAH DALAM PERSPEKTIF UU No 16 Tahun 2019 tentang PERUBAHAN UU No 1 Tahun 1974 dan KUHPerdata SKRIPSI Oleh: VELA ADE ELVIANA 21701021029 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM MALANG MALANG 2021

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN SEDARAH

DALAM PERSPEKTIF UU No 16 Tahun 2019 tentang PERUBAHAN UU No 1

Tahun 1974 dan KUHPerdata

SKRIPSI

Oleh:

VELA ADE ELVIANA

21701021029

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANG

2021

Page 2: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

x

RINGKASAN`

KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN SEDARAH

DALAM PERSPEKTIF UU No 16 Tahun 2019 tentang PERUBAHAN UU No 1

Tahun 1974 dan KUHPerdata

Vela Ade Elviana

Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Pada Skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan kedudukan anak akibat

pembatalan perkawinan sedarah dalam perspektif uu no 16 tahun 2019 tentang

perubahan uu no 1 tahun 1974 dan KUHPerdata. Pemilihan tema tersebut

dilatarbelakangi oleh adanya pembatalan perkawinan yang dikarenakan terdapat

hubungan darah yang menimbulkan akibat hukum terhadap anak yang dilahirkan dari

perkawinan tersebut, yaitu mengenai kedudukan anak akibat pembatalan perkawinan

sedarah dan juga perlindungan hukumnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Penulis mengambil rumusan masalah

sebagai berikut: 1. Bagaimanakah konsep hukum pembatalan perkawinan sedarah

ditinjau dari Undang-undang Perkawinan dan Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata? 2. Bagaimanakah kedudukan anak yang dilahirkan dari Perkawinan

sedarah menurut Undang-undang Perkawinan dan KUHPerdata ? 3. Bagaimanakah

perlindungan hukum terhadap anak akibat dari pembatalan perkawinan sedarah yang

sudah tercatat oleh pegawai pencatat perkawinan?

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perkawinan dinyatakan batal terhadap

perkawinan sedarah. Menurut Undang-Undang Perkawinan jika perkawinan telah

batal dan terdapat anak maka anak tersebut tetap dinyatakan sebagai anak sah,

menurut KUHPerdata jika terdapat itikad baik dalam melangsungkan perkawinan,

meski telah dibatalkan perkawinannya akan tetap memiliki akibat yang sah terhadap

mereka berdua serta anaknya. Dalam rangka pemeliharaan anak, kedua orang tua

tetap memiliki kewajiban. Berkaitan dengan perwalian dan juga hak waris anak

tetap memiliki hak untuk itu.

Kata Kunci: Pembatalan Perkawinan, Perkawinan sedarah, Kedudukan anak

Page 3: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

xi

SUMMARY

POSITION OF THE CHILD DUE TO THE CANCELLATION OF

INBREEDING IN THE PERSPECTIVE OF LAW NO. 16 OF 2019

CONCERNING CHANGES TO LAW NO.1 OF 1974 AND THE CIVIL CODE

Vela Ade Elviana

Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

In this thesis, the author raised the problem of the position of the child due to

the cancellation of inbreeding in the perspective of Law No. 16 of 2019 concerning

changes to Law No.1 of 1974 and the Civil Code. This case was motivated by the

cancellation of marriage due to blood relations and caused legal consequences for

the child who born from that marriage. The consequences are about the child’s

position caused of the cancellation of inbreeding and also the legal protection.

Based on those reasons, the author picks the research problems as follows; 1.

How is the legal concept of inbreeding cancellation in terms of the Marriage Law

and the Civil Code? 2. How is the child’s position who born by inbreeding in terms of

the Marriage Law and the Civil Code? 3. How is the legal protection for child that

caused by the cancellation of inbreeding who had been registered by the registration

officer of marriage?

The result of this research shows that the marriage declared null and void of

inbreeding. According to Marriage Law, if the marriage was canceled and there is a

child, it still be the legal child, but according to Civil Code, if there is a good faith of

the marriage, even though the marriage was canceled, it still has legal consequences

for both of them and their children. About the right of child, the parents still have the

obligations. And the child still has the right about legacy and guardianship.

Keywords: Cancellation of Marriage, Inbreeding, Child’s Position.

Page 4: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan ialah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan umat

manusia. Tuhan telah menciptakan manusia dan seluruh makhluk di dunia ini

dengan berpasang-pasangan yang kemudian manusia dipasangkan antara laki-laki

dan perempuan dengan dasar perasaan kasih sayang dan cinta. Bentuk interaksi

dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan adalah dengan melangsungkan

perkawinan. Pergaulan laki-laki dan perempuan akan menjadi terhormat dan

bermartabat sesuai dengan kedudukan manusia di bumi sebagai makhluk yang

berkehormatan apabila ada di jalan perkawinan yang sah.

Perkawinan dapat dinyatakan sebagai perkawinan yang sah ialah perkawinan

yang dilaksanakan sesuai dengan hukum serta kepercayaan. Kemudian Apabila

perkawinan yang telah dilakukan tidak sesuai dengan hukum atau aturan yang ada

dan tidak sesuai dengan agama atau kepercayaannya maka perkawinan tersebut

dianggap tidak sah. Ketika perkawinan yang tidak sah itu sudah terjadi dan telah

terjadi akad nikah antara laki-laki dan perempuan maka timbul juga akibat dari

perkawinan tersebut yaitu adanya kewajiban dan hak antara suami istri, dan anak,

serta timbul pula akibat hukum harta benda yang diperoleh dari akibat perkawinan

tersebut.

Suatu perkawinan pada dasarnya diharapkan untuk waktu selama-lamanya

oleh suami dan istri, akan tetapi dalam keadaan tertentu ada beberapa hal yang

menghendaki putusnya perkawinan, dimana artinya jika perkawinan tersebut tetap

dilanjutkan maka kemudharatan akan terjadi.

Page 5: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

2

KUHPerdata tidak memberikan suatu definisi mengenai apa yang dimaksud

dengan perkawinan.1 Berdasar pada ketentuan Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2019

tentang Perubahan Atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ”2 Berdasar pada

ketentuan tersebut diatas selain pejelasan mengenai pengertian perkawinan juga

memberi penjelasan mengenai dari tujuan perkawinan tersebut yaitu : ”...dengan

tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan juga kekal berdasar pada

Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Berdasarkan Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI) memberikan pengertian

mengenai perkawinan, menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang

sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan

melakukannya merupakan ibadah.3 Apabila pengertian tersebut dibandingkan dengan

yang tercantum dalam Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

(UU Perkawinan) dan KHI maka pada dasarnya antara pengertian perkawinan

menurut hukum Islam dan menurut UU Perkawinan tidak terdapat perbedaan

prinsipil.4

Dalam kamus besar bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata “kawin” yang

artinya menurut bahasa ialah membentuk keluarga dengan lawan jenis, bersuami

ataupun beristri, menikah.

Pendapat menurut para ahli antara lain Soedharyo Saimin menyatakan

1Silky Yolanda Villincya.(2019),Akibat Hukum Perkawinan Sedarah atau Incest Dalam Perspektif

Hukum Positif Indonesia, Palembang: universitas sriwijaya 2 Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 3 Jamaluddin dan. Nanda Amalia( 2016) ,Buku Ajar Hukum Perkawinan.,Lhokseumawe: Unimal

Press.h.16. 4 Ibid

Page 6: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

3

perkawinan adalah suatu perjanjian yang diadakan oleh dua orang, dalam hal ini

perjanjian antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan materil, yakni

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal itu haruslah

berdasarkan Ketuhanan 17 Yang Maha Esa, sebagai asas pertama dalam Pancasila. 5

Menurut Ali Afandi menyatakan perkawinan adalah suatu persetujuan

kekeluargaan. Persetujuan kekeluargaan dimaksud disisni bukanlah persetujuan

biasa, tetapi mempunyai ciri-ciri tertentu.6

Perkawinan menurut Wahyono Darmabrata: “Suatu perkawinan merupakan suatu

perikatan yang mempunyai ciri bahwa perkawinan tersebut akan berlangsung seumur

hidup. Perkawinan dimaksudkan untuk berlangsung kekal abadi, dan diharapkan akan

berakhir apabila salah satu pihak meninggal dunia, sehingga perceraian dianggap

sebagai pengecualian terhadap azas kekal abadinya perkawinan tersebut.”7

Menurut K.H. Wantjik Saleh, mengungkapkan : “Perkawinan adalah suatu

perjanjian yang diadakan oleh dua orang, dalam hal ini perjanjian antara seorang pria

dengan seorang wanita dengan tujuan materiil, yakni membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal itu seharusnyalah berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa sebagai asas pertama dalam Pancasila.”8

Pengertian perkawinan dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum yang mengikat antara laki-laki dan

5 Jamaluddin, dan Nanda Amalia(2016), Buku Ajar Hukum Perkawinan , Lhokseumawe: Unimal

Press.h.16-17 6 Ibid 7 Silky Yolanda Villincya(2019)Akibat Hukum Perkawinan Sedarah atau Incest Dalam Perspektif

Hukum Positif Indonesia,Palembang: universitas sriwijaya 8 Ibid

Page 7: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

4

perempuan yang memiliki tujuan materil dan menimbulkan akibat hukum yaitu hak

dan kewajiban. Karena menimbulkan akibat hukum maka perkawinan diatur oleh

Undang-undang Perkawinan No 16 Tahun 2019 atas perubahan UU No 1 Tahun

1974.

Perkawinan dapat dinyatakan sah apabila dilakukan sesuai dan memenuhi syarat-

syarat suatu perkawinan, yang diatur oleh hukum masing-masing agama dan

kepercayaan. Pada pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa : “(1) Perkawinan adalah sah,

apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya

itu.” Kemudian diatur juga pada Pasal 2 Ayat 2 yang menyatakan bahwa : “(2) Tiap-

tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Berdasarkan Bab II Pasal 4 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa:

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan

Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan." Menurut

Kompilasi Hukum Islam perkawinan yang telah dijelaskan di atas, diharapkan

perkawinan dilaksanakan sesuai dengan ajaran didalam hukum islam dan ketentuan-

ketentuan yang tertulis didalam Undang-undang Perkawinan.

Suatu perkawinan pada umumnya harus berdasarkan kepada persetujuan oleh

dua belah pihak yang akan menglangsungkan perkawinan yang terkait dengan

kepentingan bersama. Hal tersebut telah diatur dalam Pasal 6 Ayat (1) Undang-

undang Perkawinan yang menyatakan bahwa “Perkawinan harus didasarkan atas

persetujuan kedua calon mempelai.” Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Bab

IV Pasal 16 Kompilasi Hukum Islam, persetujuan itu dapat berupa pernyataan yang

Page 8: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

5

tegas dan nyata dengan tulisan, lisan, atau isyarat tetapi bisa juga berarti diam dalam

artian selama tidak terdapat penolakan yang tegas.

Dengan adanya syarat perkawinan maka timbul juga larangan-larangan

perkawinan. Menurut Undang-undang Perkawinan, larangan perkawinan diatur dalam

Pasal 8 yang menyatakan bahwa “Suatu perkawinan dilarang antara seorang pria dan

seorang wanita yang apabila memiliki hubungan darah dalam garis keturunan

kebawah atau keatas, berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping,

berhubungan semenda, berhubungan susuan, berhubungan saudara dengan isteri atau

sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dan suatu perkawinan dilarang apabila

mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang

kawin.” 9

Menurut Kompilasi Hukum Islam dalam Bab IV Pasal 39 menyatakan bahwa

Larangan perkawinan ialah apabila seorang pria dan wanita melangsungkan

perkawinan dan diantara kedua calon tersebut masih dalam pertalian nasab, pertalian

kerabat semenda dan hubungan pertalian susuan. Berdasarkan Kompilasi hukum

islam dan undang-undang perkawinan jelas dinyatakan bahwa perkawinan antara pria

dan wanita dilarang apabila terikat oleh hubungan darah yaitu seperti perkawinan

antara saudara kandung, perkawinan antara ayah dan anak perempuannya, maupun

perkawinan antara ibu dan anak laki-lakinya.

Perkawinan dinyatakan tidak sah menurut hukum dan agama apabila

melangggar ketentuan-ketentuan mengenai syarat ataupun larangan dalam

9 Pasal 8 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Page 9: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

6

perkawinan sebagaimana yang telah diatur di dalam Undang-undang hukum islam

maupun Kompilasi Hukum Islam serta dapat dilakukan pembatalan terhadap

perkawinan tersebut. Pembatalan perkawinan tertuang di dalan Pasal 22 Undang-

undang perkawinan yang menyatakan bahwa “Perkawinan dapat dibatalkan apabila

para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.”10 Yang

kemudian diperkuat dengan adanya aturan dalam Pasal 37 PP No. 9 Tahun 1975 yang

menyatakan bahwa pengadilan dapat memutuskan pembatalan terhadap suatu

perkawinan dimana pembatalan tersebut berlaku sejak keputusan pengadilan

memiliki kekuatan hukum yang tetap.11

Dalam masyarakat perkawinan sedarah dianggap tabu dan tidak baik dari segi moral

ataupun juga dari segi sosial karena terkait dengan sah atau tidaknya suatu

perkawinan tersebut. Perkawinan sedarah dilarang sebab melangggar ketentuan

larangan perkawinan yang telah diatur dalam Undang-undang perkawinan dan

kompilasi hukum islam. Oleh sebab itu dibentuk pejabat pencattat perkawinan yang

berguna untuk mencegah adanya perkawinan sedarah, pejabat pencatat perkawinan

juga tidak memperbolehkan, melangsungkan, ataupun membantu melangsungkan

perkawinan jika ia mengetahui ada yang melanggar dan ada syarat yang tidak

dipatuhi. Hal tersebut diatur dalam Pasal 20 UU No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan yang menyatakan bahwa : “Pegawai pencatat perkawinan tidak

diperbolehkan melangsungkan atau membantu melangsungkan perkawinan bila ia

mengetahui adanya pelanggaran dari ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1), Pasal 8, Pasal

10 Pasal 22 UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 11 Silky Yolanda Villincya(2019),Akibat Hukum Perkawinan Sedarah atau Incest Dalam Perspektif

Hukum Positif Indonesia,Palembang: universitas sriwijaya

Page 10: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

7

9, Pasal 10, dan Pasal 12 Undang-undang ini meskipun tidak ada pencegahan

perkawinan.”12

Perkawinan sedarah dapat menimbulkan dampak yang besar terutama

terhadap anak. Selain dampak anak menjadi cacat mental ataupun fisik, anak juga

mendapatkan kerugian secara materiil ataupun juga secara spiritual yaitu mengenai

kedudukannya didalam Negara dan agama. Selain itu juga memberi dampak

psikologis bagi keluarga dalam perkawinan sedarah terkait dengan hubungannya di

lingkungannya yang harus dihadapi karena perkawinan tersebut dianggap tidak sesuai

dengan nilai moral secara hukum maupun agama.

Kasus perkawinan sedarah seperti yang dipaparkan diatas menimbulkan beberapa

masalah yang perlu diteliti terkait dengan kedudukan anak, perlindungan hukum anak

yang dilahirkan dari pembatalan perkawinan sedarah tersebut menurut Kitab Undang-

undang hukum perdata, dan Undang-undang perkawinan di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis akan mengkaji lebih lanjut

untuk mengetahui dan memperoleh deskripsi lebih lanjut mengenai kedudukan anak

yang diakibatkan oleh pembatalan perkawinan sedarah. Sehingga dalam skripsi ini,

penulis berminat untuk membuat skripsi dengan judul “KEDUDUKAN ANAK

AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN SEDARAH DALAM PERSPEKTIF

UU No 16 Tahun 2019 tentang PERUBAHAN UU No 1 Tahun 1974 dan

KUHPerdata”

B. RumusanMasalah

12 Pasal 20 UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Page 11: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

8

Dalam suatu penelitian agar mempermudah pembahasan permasalahan yang

diteliti maka diperlukan suatu rumusan masalah agar penelitian yang dilakukan

menjadi tepat sasaran dan lebih mendalam.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, rumusan pokok

permasalahan pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep hukum pembatalan perkawinan sedarah ditinjau dari

Undang-undang Perkawinan dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?

2. Bagaimanakah kedudukan anak yang dilahirkan dari Perkawinan sedarah

menurut Undang-undang Perkawinan dan KUHPerdata ?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak akibat dari pembatalan

perkawinan sedarah yang sudah tercatat oleh pegawai pencatat perkawinan?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah ada di atas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui konsep hukum pembatalan perkawinan sedarah ditinjau

dari Undang-undang Perkawinan dan Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata.

2. Untuk menganalisis kedudukan anak yang dilahirkan dari Perkawinan

sedarah menurut Undang-undang Perkawinan dan Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

3. Untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap akibat dari proses

Page 12: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

9

pembatalan perkawinan sedarah yang sudah tercatat pegawai pencatat

perkawinan.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian diharapkan memberi manfaat terhadap penulis dan

pembaca. Ada beberapa manfaat yang diinginkan menjadi harapan dari

pelaksanaan penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan nilai guna bagi ilmu

pengetahuan dibidang Hukum Perdata khususnya pada hukum

perkawinan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan Hukum

Perdata serta untuk memperkaya bahan kajian dan literatur kepustakaan

khususnya mengenai perkawinan sedarah di Indonesia.

c. Hasil penelitian ini bisa bernilai guna sebagai pembanding bagi

penelitian-penelitian yang berikutnya.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Dapat memahami serta menerapkan ilmu hukum yang telah diperoleh dan

dipelajari pada masa kuliah dan dapat menambah wawasan serta

pengetahuan mengenai ilmu hukum khususnya tentang perkawinan

sedarah.

2. Bagi Pembaca

Dapat memberikan wawasan dan gambaran serta pengetahuan mengenai

Page 13: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

10

perkawinan sedarah dan akibat yang ditimbulkan dari perkawinan sedarah

agar dapat dihindari dan penelitian ini diharapkan agar dapat memberi

masukan terhadap pejawab berwenang dalam pencatatan perkawinan

dengan maksud untuk mencegah atau tidak diperlangsungkan perkawinan

sedarah itu sendiri.

E. Orisinalitas Penelitian

Dalam pembuatan sebuah karya haruslah kita menjaga keorisinalitas dari

karya kita, khususnya pada karya akademik. Orisinalitas sebuah karya ialah kriteria

utama dari karya akademik. Pada karya akademik harus menunjukkan bahwa karya

kita orisinil, terutama pada skripsi, tesis, dan disertasi. Untuk mempermudah maka

penulis mengambil tiga sampel penelitian yang memiliki persamaan dengan

permasalahan penelitian yang akan dijadikan sebagai perbandingan supaya terlihat

orisinalitas dari peneliti.

Setelah meneliti dan mengkaji terhadap skripsi dan pustaka, beberapa

penelitian yang relevan dengan penelitian yang ditelah diteliti peneliti, diantaranya

adalah :

Pertama, skripsi yang berjudul ”KEBERADAAN HUBUNGAN SEDARAH

(INCEST) DALAM PERSEPSI MASYARAKAT DESA BEJIHARJO,

KEC.KARANGMOJO, KAB.GUNUNGKIDUL: KAJIAN HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF ditulis oleh DILLA IIS MUHIMMAH”,mahasiswa Institut

Agama Islam Negri (AIAN) Surakarta memiliki kesamaan dengan penelitian penulis

yaitu sama-sama mengkaji mengenai Perkawinan sedarah, sedangkan perbedaannya

adalah dalam skripsi ini membahas permasalahan mengenai keberadaan khasus

Page 14: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

11

hubungan sedarah (incest) dalam pandangan masyarakat Desa Bejiharjo, serta dalam

pandangan hukum Islam, dan juga dalam pandangan masyarakat menurut hukum

positif di Indonesia , sedangkan dalam penelitian penulis lebih mengkaji mengenai

akibat hukum dan kedudukan anak yang lahir dari perkawinan sedarah. Kontribusi

dari peneliti tersebut diatas berguna untuk referensi mengenai keberadaan perkawinan

sedarah dalam perspektif undang-undang dan kompilasi hukum islam.

Kedua, skripsi yang berjudul “HAK ANAK HASIL HUBUNGAN INCEST

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN

ANAK (Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten

Semarang), ditulis oleh ZAKIYYA RAIHAN FALAHASNA,mahasiswa mahasiswa

Institut Agama Islam Negri (AIAN) Salatiga.yang memiliki persamaan dengan

penelitian penulis mengenai perkawinan sedarah dan akibat yang diperoleh anak,

sedangkan perbedaannya adalah Pada skripsi diatas penelitian empiris Studi Kasus Di

Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Skripsi mengkaji

mengenai pandangan hukum terhadap pemberian hak anak yang lahir dari

perkawinan sedarah,sertahak anak hasil hubungan incest di Desa Pringsari,

Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Kontribusi yang diberikan ialah

berguna untuk dasar dan juga petunjuk dalam mengkaji mengenai hak anak hasil

perkawinan sedarah.

Ketiga, skripsi dengan judul “PERNIKAHAN SEDARAH (INCEST

TABOO) DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UU NO 1 TAHUN 1974 DAN

SOSIOLOGI”,yang disusun oleh MUH KHOERUDIN, mahasiswa Institut Agama

Islam Negri Salatig (AIAN), meiliki kesamaan dengan penulis yaitu menganalisis

Page 15: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

12

pernikahan sedarah menurut UU no 1 Tahun 1974,sedangkan perbedaannya yaitu

Obyek kajiannya dan juga dalam skripsi ini tidak membahas kedudukan anak, dalam

skripsi yang telah ditulis mengkaji mengenai dinamika pernikahan sedarah atau

incest taboo, yang kedua bagaimanakah pandangan hukum islam dan UU No 1 Tahun

1974 tentang perkawinan dan sosiologi mengenai perkawinan sedarah. Berkontribusi

sebagai referensi mengenai dinamika dalam khasus perkawinan sedarah.

Tabel 1. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya.

No. PROFIL JUDUL

1. Dilla Iis Muhimmah

SKRIPSI

INSTITUT AGAMA ISLAM

NEGERI (IAIN) SURAKARTA

KEBERADAAN HUBUNGAN

SEDARAH (INCEST)

DALAM PERSEPSI

MASYARAKAT

DESA BEJIHARJO,

KEC.KARANGMOJO,

KAB.GUNUNGKIDUL:

KAJIAN HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF

ISU HUKUM 1. Bagaimana keberadaan hubungan sedarah (incest) dalam persepsi

masyarakat Desa Bejiharjo?

2. Bagaimana keberadaan hubungan sedarah (incest) dalam persepsi

masyarakat menurut hukum Islam?

3. Bagaimana keberadaan hubungan sedarah (incest) dalam persepsi masyarakat menurut hukum positif?

HASIL PENELITIAN

Page 16: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

13

1. Pandangan masyarakat mengenai kasus perkawinan sedarah dimana

kelahiran bayi tanpa adanya pernikahan, yang keduanya masih

memiliki hubungan sedarah merupakan sebuah aib .Secara spontan menjadi bahan bincangan oleh masyarakat mengenai perkawinan

sedarah.

2. Menurut Hukum Islam Perkawinan Sedarah ialah keharaman ,yang dijelaskan di dalam surat An-Nisa ayat 23. Namun di jelaskan dalam

surat Al-Ahzab ayat 5 apabila keduanya tidak mengetahui adanya

hubungan darah ,maka termasuk orang bebas hukum seperti orang yang khilaf, juga orang yang dipaksakan untuk menikah.

3. Dalam Hukum positif tidaklah memandang hubungan kelamin diluar

perkawinan sebagai perzinahan. Namun pada umumnya, hukum positif

memandang hubungan kelamin diluar perkawinan, hanya dilakukan oleh orang-orang yang berada pada status bersuami atau beristri saja.

Akibat terhadap anak yang dilahirkan tidak mendapat perlindungan

hukum secara formil yang berdampak pada hubungan perdata.

PERSAMAAN Menganalisis mengenai Perkawinan sedarah

PERBEDAAN Dalam skripsi diatas mengkaji mengenai kedudukan

perkawinan sedarah di dalam masyarakat, hukum

islam, dan hukum positif.

KONTRIBUSI Berguna sebagai referensi mengenai keberadaan

perkawinan sedarah dalam perspektif undang-undang

dan kompilasi hukum islam.

2. PROFIL JUDUL

ZAKIYYA RAIHAN

FALAHASNA

SKRIPSI

INSTITUT AGAMA ISLAM

NEGERI (IAIN) SALATIGA

HAK ANAK HASIL HUBUNGAN

INCEST DITINJAU DARI

HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG PERLINDUNGAN

ANAK (Studi Kasus Di Desa

Pringsari, Kecamatan Pringapus,

Kabupaten Semarang)

ISU HUKUM

1. Bagaimana Hak anak hasil hubungan incest di Desa Pringsari,

Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana pandangan hukum terhadap pemberian hak anak yang

dilahirkan dari hubungan incestdi Desa Pringsari, Kecamatan

Pringapus, Kabupaten Semarang?

HASIL PENELITIAN

1. Ada beberapa hak anak dari hasil perkawinan sedarah di Desa

Pringsari yang masih belum terpenuhi diantaranya ialah hak

pendidikan agama yang tidak maksimal,selain itu ada hak untuk

memperoleh identitas berupa akta kelahiran,dan juga hak untuk

mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Terdapat beberapa hak

Page 17: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

14

anak hasil hubungan incest di Desa Pringsari yang belum

terpenuhi. Dari hasil penelitian hak anak belum terpenuhi dan

tidak sesuai dengan aturan mengenai hak anak yang harus

diperoleh anak hasil perkawinan sedarah baik menurut undang-

undang perlindungan anak maupun hukum islam.

2. Status anak dari perkawinan sedarah ialah sebgai anak zina

menurut hukum islam, sedangkan menurut hukum perdata adalah

sebagai anak luar kawin dan juga disebut anak sumbang karena

kedua orang tuanya masih ada hubungan darah. Berdasarkan UU

No. 1 Tahun 1974 Pasal 43 ayat 1 dan KHI pasal 100

menyatakan, anak yang telah dilahirkan di luar perkawinan hanya

dapat mempunyai hubungan perdata dengan Ibunya dan keluarga

Ibunya. Pemerintah juga telah mengatur tentang pemenuhan hak

anak didalam Undang-undang No. 35 tahun 2014 Perubahan atas

Undang-undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak

mulai dari pasal 4 (empat) sampai dengan Pasal 18 (delapan

belas).

PERSAMAAN Persamaannya membahas mengenai perkawinan

sedarah dan akibat yang diperoleh anak.

PERBEDAAN Pada skripsi diatas penelitian empiris Studi Kasus Di

Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten

Semarang.

Skripsi mengkaji mengenai pandangan hukum

terhadap pemberian hak anak yang lahir dari

perkawinan sedarah.

KONTRIBUSI Berguna untuk dasar dan juga petunjuk dalam

mengkaji mengenai hak anak hasil perkawinan

sedarah.

3. PROFIL JUDUL

MUH KHOERUDIN

SKRIPSI

INSTITUT AGAMA ISLAM

NEGERI SALATIGA (IAIN)

PERNIKAHAN SEDARAH

(INCEST TABOO) DALAM

PRESPEKTIF HUKUM ISLAM,

UU NO 1 TAHUN 1974 DAN

SOSIOLOGI

ISU HUKUM

1. Bagaimana dinamika pernikahan incest taboo?

2. Bagaimana perspektif hukum Islam, UU No 1 Tahun 1974 dan

Sosiologi terkait tentang pernikahan yang demikian ?

Page 18: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

15

HASIL PENELITIAN

1. Dinamika pernikahan incest taboo yang telah diteliti oleh peneliti

umumya sama dengan pernikahan pada umumnya. Hubungan

keluarga besar sedarah ketiga-tiganya terjalin dengan baik. Di

dalam penelitian ini ada tiga kasus pernikahan sedarah yang

diteliti. Khasus pertama pernikahan sedarah yantg dilakukan oleh

kakak dengan adik, kedua pernikahan oleh paman dengan

keponakan dan yang ke tiga penikahan olehsepupu dengan

sepupu.

2. Menurut landasan Surat An-Nisa ayat 23 dapat ditarik

kesimpulan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh kakak dengan

adik, kemudian juga pernikahan antara paman dengan keponakan

tidak diperbolehkan. Apabila ditinjau dari hukum KHI dan UU

NO 1 Tahun 1974 tentang pernikahan juga sejalan dengan Surat

An-Nisa ayat 23. Pada KHI pasal 39 melarang adanya pernikahan

antara kakak dan adik ,kemudian antara paman dan keponakan

tidak diperbolehkan karena adanya pertalian Nasab. Menurut

hukum sosiologis pernikahan sedarah tidak diperbolehkan

terutama pernikahan paman dengan keponakan karena membuat

kekacauan tatanan sosial.

a.

PERSAMAAN Menganalisis pernikahan sedarah menurut UU no 1

Tahun 1974.

PERBEDAAN Obyek kajian berupa hukum islam,sosiologi dan juga

UU perkawinan, dalam skripsi ini tidak membahas

kedudukan anak.

KONTRIBUSI Berguna sebagai referensi mengenai dinamika dalam

khasus perkawinan sedarah.

Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah ada

dan telah dijelaskan diatas, yakni:

Tabel 2. Masalah yang diteliti penulis

PROFIL JUDUL

VELA ADE ELVIANA

SKRIPSI

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

KEDUDUKAN ANAK AKIBAT

PEMBATALAN PERKAWINAN

SEDARAH DALAM PERSPEKTIF

UU No 16 Tahun 2019 tentang

PERUBAHAN UU No 1 Tahun 1974

dan KUHPerdata

ISU HUKUM

Page 19: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

16

1. Bagaimanakah konsep hukum pembatalan perkawinan sedarah ditinjau

dari Undang-undang Perkawinan dan Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata?

2. Bagaimanakah kedudukan anak yang dilahirkan dari Perkawinan

sedarah menurut Undang-undang Perkawinan dan KUHPerdata ?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak akibat dari

pembatalan perkawinan sedarah yang sudah tercatat oleh pegawai

pencatat perkawinan?

NILAI KEBARUAN

1. Untuk mengetahui konsep hukum pembatalan perkawinan sedarah

ditinjau dari Undang-undang Perkawinan dan Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

2. Untuk menganalisis kedudukan anak yang dilahirkan dari Perkawinan

sedarah menurut Undang-undang Perkawinan dan Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata.

3. Untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap akibat dari proses

pembatalan perkawinan sedarah yang sudah tercatat pegawai pencatat

perkawinan.

F. Metode Penelitian

Berbagai hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan

diterapkan dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

pendekatan yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang menekankan pada ilmu

hukum, tetapi di samping itu juga berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum yang

berlaku dalam masyarakat.13 Jenis data yang digunakan Penulis dalam melakukan

penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder terdiri dari bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan non hukum. Untuk bahan hukum

primer, terdiri atas peraturan perundang - undangan, catatan-catatan resmi atau

13 Peter Mahmud Marzuki,(2005) ,Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group h.181.

Page 20: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

17

risalah dalam pembuatan suatu peraturan perundang - undangan, dan putusan

hakim.

2. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Undang-undang

Pendekatan Undang-undang merupakan penelitian pada produk-produk

hukum yang dilakukan dengan cara menelaah dan mempelajari semua

peraturan perundang-undangan serta regulasi yang berkaitan dengan isu

hukum yang diteliti. Dalam penelitian ini Undang-undang Nomor 16 Tahun

2019 atas perubahan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974,Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang

Perkawinan dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991

Tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam.

b. Pendekatan Konseptual

Pendekatan Konseptual dalam penelitian ini merupakan pendekatan

penelitian yang memberi sudut pandang terhadap analisa penyelesaian

permasalahan perkawinan sedarah yang kemudian dilihat dari konsep hukum

yang melatarbelakangi, dapat juga dilihat dari nilai yang ada dalam

penormaan sebuah peraturan yang berkaitan dengan konsep yang digunakan.

c. Pendekatan Perbandingan

Pendekatan perbandingan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

perbandingan antara Undang-undang Perkawinan, Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata dengan Hukum Islam. Untuk itu dalam penelitian ini dikenal

dengan 2 pendekatan perbandingan yakni pendekatan perbandingan makro

Page 21: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

18

serta perbandingan mikro.

3. Jenis Bahan hukum

Penelitian hukum normatif adalah penelitian kepustakaan terhadap data sekunder.

Data sekunder di bidang hukum (dipandang dari sudut kekuatan mengikatnya)

dibedakan menjadi :14

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang

terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek

penelitian15 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Perkawinan dan

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Tentang

Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam.

b.Bahan hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer16, yaitu rancangan peraturan perundang-

undangan, karya ilmiah sarjana, hasil penelitian.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan informasi tentang

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yakni berupa kamus

14 Ronny Hanitijo Soemitro, (1990), Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri , Jakarta : Ghalia

Indonesia.h.11 15 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,(2012), Penelitian Hukum Normatif,Jakarta:Rajagrafindo

Persada.h.13. 16 Ronny Hanitijo Soemitro, (1990), Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri , Jakarta : Ghalia

Indonesia..h12

Page 22: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

19

hukum, jurnal, media massa,dan internet.17

4. Teknik Pengumpulan Bahan hukum

Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik pengumpulan data Sekunder, yaitu dilakukan dengan

penelitian kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis berupa pendapat-

pendapat atau tulisan-tulisan para ahli atau pihak-pihak lain yang berwenang dan

juga untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk-bentuk ketentuan formal

maupun data melalui naskah resmi yang ada18.

5. Teknik Analisis Bahan hukum

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier yang

sudah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif dengan logika deduktif. Bahan

hukum kemudian diuraikan untuk memperoleh penjelasan secara sistematis.

Pendeskripsian dilakukan guna menentukan isi ataupun makna bahan hukum

yang disesuaikan dengan topik permasalahan yang ada.

G. Sistematika Penulisan

Sisitematika penulisan skripsi telah sesuai dengan aturan penulisan skripsi ialah yang

terdiri dari empat bab, dimana setiap bab terbagi dalam beberapa rincian sub bab.

Agar mempermudah dalam memahami isi dalam penulisan skripsi, maka dibuat

sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut :

17 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,(2012)Penelitian Hukum Normatif,(Jakarta:Rajagrafindo:

Persada.h.13.-14 18 Ronny Hanitijo Soemitro, (1990), Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri , Jakarta : Ghalia

Indonesia.h.107

Page 23: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

20

BAB I PENDAHULUAN, yaitu menguraikan mengenai : latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian, orisinalits

penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, Bab ini akan menguraikan landasan teori

tentang tinjauan umum tentang Perkawinan, Tinjauan umum tentang larangan,

pencegahan dan pembatalan perkawinan, dan tinjauan umum mengenai

kedudukan anak.

BAB III PEMBAHASAN Pada Bab ini berisi pembahasan dan ulasan

mengenai, konsep hukum pembatalan perkawinan sedarah ditinjau dari Undang-

undang Perkawinan dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, kedudukan

anak yang dilahirkan dari Perkawinan sedarah menurut Undang-undang

Perkawinan dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perlindungan hukum

terhadap akibat dari proses pembatalan perkawinan sedarah yang sudah tercatat

pegawai pencatat perkawinan.

BAB IV PENUTUP , bab ini memuat kesimpulan dari pembahasan dan

memberikan saran-saran kepada beberapa pihak. Pada bab ini didalam penelitian

merupakan bagian yang paling akhir dari keseluruhan penulisan skripsi.

Page 24: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

63

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perkawinan dinyatakan batal terhadap perkawinan darah tersebut.

Batalnya perkawinan dimulai ketika setelah keputusan pengadilan

memiliki kekuatan hukum yang tetap yang berlaku pada saat sejak

berlangsungnya suatu perkawinan yang ada dalam pasal 38 ayat 1

Undang-undang perkawinan.

Telah ditegaskan di dalam Pasal 37 Peraturan pemerintah Nomor 9

Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa batalnya perkawinan hanya

dapat diputuskan oleh pengadilan, pengadilan yang memiliki

wewenang untuk membatalkan perkawinan ialah pengadilan daerah

kekuasaannya yang meliputi tempat berlangsungnya perkawinan atau

di tempat tinggal suami istri, tempat tinggal suami atau tempat tinggal

istri.

Yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan yaitu:

- Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri;

- Suami atau istri;

- Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan;

- Pejabat yang ditunjuk dan setiap orang yang mempunyai kepentingan

hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya

setelah perkawinan itu putus.

Tata cara atau prosedur pengajuan pembatalan perkawinan, diatur

dalam Pasal 38 PP Perkawinan yang menegaskan hal-hal berikut:

- Tata cara pengajuan permohonan pembatalan perkawinan dilakukan

Page 25: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

64

- sesuai dengan tata cara pengajuan perceraian.

2. Menurut Undang-undang Perkawinan jika perkawinan telah batal dan dalam

perkawinan itu terdapat anak, maka anak itu tetap dinyatakan sebagai anak

sah, sebab putusnya perkawinan karena pembatalan tersebut tidak berlaku

terhadap anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut sebagaimana

ditegaskan dalam Pasal 28 ayat (2) UU Perkawinan.

Pasal 76 KHI juga menjelaskan bahwa perkawinan yang sudah dibatalkan

tidak memutuskan hubungan hukum antara anak dengan orangtuanya.

Pengertian anak sah menurut Pasal 42 Undang-undang Perkawinan ialah anak

yang terlahir dari suatu perkawinan yang sah. Anak-anak yang lahir dalam

perkawinan yang sah sebelum adanya pembatalan perkawinan dan

dikarenakan ketidaktahuan oleh kedua pihak, maka kedudukan anaknya ialah

tetap menjadi anak sah. Mengenai kedudukan anak sebagai anak sah atau

tidaknya anak sumbang tersebut, bergantung kepada perkawinan kedua

orangtuanya apakah perkawinannya dinyatakan batal demi hukum karena

perkawinan yang dilarang dalam UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

dan KHI atau terdapat pengecualian yang sesuai pada KUHPerdata sehingga

dapat disahkan perkawinannya serta anak yang lahir juga dapat dinyatakan

sebagai anak yang sah. Apabila kedua pihak yaitu suami dan istri bertitikad

baik dalam melangsungkan perkawinannya, meski perkawinannya sudah

dibatalkan tetapi perkawinan itu tetap memilki akibat-akibat yang sah

terhadap mereka berdua serta anaknya (Pasal 95 KUHPerdata).

3. Dalam kaitannya dengan hal pemeliharaan anak UU No 1 Tahun 1974 telah

Page 26: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

65

mengaturnya dalam Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2), yang menyebutkan kedua

orang tua memiliki kewajiban dalam memelihara serta mendidik anaknya

dengan sebaik-baiknya, kewajiban yang demikian berlaku sampai anak dapat

berdiri sendiri, kewajiban itu berlaku seterusnya meski perkawinan kedua

orang tua telah putus

- Berkaitan dengan hak waris yang ada pada pasal 171 KHI huruf c, yang

menyatakan ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia

memiliki hubungan darah atau dikarenakan hubungan perkawinan dengan

pewaris, yang beragama Islam, serta tiada halangan karena hukum supaya

menjadi ahli waris. Hal tersebut bertujuan agar member perlindungan

hukum terhadap anak yang telah dilahirkan dalam perkawinan.

- Berkaitan dengan perwalian anak, anak memiliki hubungan nasab dengan

ayah kandungnya tersebut, dan juga dalam hal ketika anak akan

melangsungkan pernikahan, ayah kandung anak terrsebut tetap memiliki

kewajiban untuk menjadi wali nikahnya, dan anak berhak jikaayah

kandungnya menjadi wali nikahnya.

B. Saran

1. Pemerintah

Diharapkan pemerintah lebih maksimal dalam mengadakan kegiatan

penyuluhan kepada masyarakat mengenai hukum perkawinan khususnya

tentang larangan-larangan perkawinan dalam hukum agama maupun hukum

positif di Indonesia. Sehingga masyarakat paham mengenai larangan

Page 27: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

66

perkawinan, dan diharapkan tidak ada lagi yang melanggar peraturan yang

telah diatur oleh Undang-Undang maupun agama.

2. Masyarakat

Masyarakat seharusnya dapat dengan tegas menolak warga yang sengan

sengaja melakukan perkawinan yang terlarang. Dengan demikian dapat

diharapkan dapat menjadi alasan untuk masyarakat yang ingin melakukan

pernikahan yang dilarang.

Page 28: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

1

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amir syarifuddin .2014, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia ,Jakarta:kencana.

Bushar Muhammad. 1991, pokok-pokok hukum adat,Jakarta:PT.Pradnya Paramita,

Jamaluddin dan Nanda Amalia.2016 ,Buku Ajar Hukum Perkawina Lhokseumawe :

Unimal

Moch.Isnaeni.2016,Hukum Perkawinan Indonesia,(Bandung:RefikaAditama)

Moh Muhibbin dan Abdul wahid 2017 Hukum Kewarisan Islam Jakarta:Sinar Grafika

Rachmadi Usman. 2006, Aspek-aspek hukum perorangan dan kekeluargan di

Indonesia,Jakarta:Sinar Grafika.

Ronny Hanitijo Soemitro.1990, Metodologi penelitian hukum dan jurimetri

Jakarta : Ghalia Indonesia

R.Soetojo Prawidohamidjojo Marthalena Pohan.2008,Hukum orang dan

keluarga,Surabaya:Airlanga University press

Soedharyo Soimin. 2004, Hukum Orang dan Keluarga Perspektif Hukum

Perdata/BW,Hukum Islam,dan Hukum Adat,Jakarta:Sinar Grafika

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2012 ,Penelitian Hukum

Normatif,Jakarta:Rajagrafindo Persada

Sofyan S Willis.Problema Remaja dan Pemecahannya. (Bandung: Angkasa,1994).

Peraturan perundang-undangan

UU No 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan

UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

Kompilasi Hukum Islam

Jurnal

Page 29: KEDUDUKAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN …

2

Silky Yolanda Villincya.2019.Akibat Hukum Perkawinan Sedarah atau Incest Dalam

Perspektif Hukum Positif Indonesia.Palembang: universitas sriwijaya

Dilla Iis Muhimmah.2018.keberadaan hubungan sedarah (incest) dalam persepsi

masyarakat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta