kebijakan perdagangan nasional dalam ......direktorat perundingan asean, kementerian perdagangan ri...

33
Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA SUBREGIONAL, MEA dan RCEP

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Direktorat Perundingan ASEAN,

Kementerian Perdagangan RI

Makassar, 24 April 2018

KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL

DALAM KERANGKA KERJASAMA

SUBREGIONAL, MEA dan RCEP

Page 2: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia2

MEA

RCEP

SUBREGIONAL

OUTLINES

Page 3: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

PERUNDINGANPERDAGANGANINDONESIA

Indonesia-Pakistan PTAImplemented: 2013

Current status: Review process

Target: Conclude in 2017

Indonesia-Japan EPAImplemented: 2008

Current status: General Review

Target: Conclude in 2017

Indonesia-European Union CEPACurrent status: 3rd Round of Negotiation

(September 2017)

Target: 2018

Indonesia-Australia CEPACurrent status: 8th Round of Negotiation

(August 2017)

Target : November 2017

Indonesia-Chile CEPACurrent status: 4th Trade in Goods (TIG)

Negotiation (August 2017)

Target: End 2017

Indonesia-Iran PTACurrent status: 4th Round of Negotiation

(September 2017)

Target: 2017/Early 2018

Indonesia-EFTA CEPACurrent status: 12th Round of Negotiation

(March 2017)

Target: 2017/Early 2018

CEPA = Comprehensive Economic Partnerhip Agreement; EPA = Economic Partnership Agreement, PTA = Preferential Trade Agreement; CECA = Comprehensive Economic Cooperation Agreement; FTA = Free Trade Agreement; TIGA = Trade in Goods Agreement

PERUNDINGAN SAAT INI PERUNDINGAN YANG DIRENCANAKAN

Indonesia-Turkey CEPACurrent status: Launched (July 2017,

1st Round Oct 2017)

Indonesia-Mozambique PTACurrent status: Proposed (2017)

Indonesia-Egypt PTACurrent status: Proposed (2018)

Indonesia-Nigeria (ECOWAS)

PTACurrent status: Proposed (2017)

Indonesia-Sri Lanka PTACurrent status: Joint Feasibility Study

(2017)

Indonesia-Bangladesh PTACurrent status: Proposed (2017)

Indonesia-Taiwan ECACurrent status: Review Feasibility Study

Indonesia-EAEU TIGACurrent status: Proposed JSG (2017)

Indonesia-Kenya (EAC) PTACurrent status: Proposed (2017)

Indonesia-SACU PTACurrent status: Proposed (2017)

Indonesia-GCC FTA/CEPACurrent status: Proposed (2017)

PERJANJIAN DALAM PROSES REVIEW/IMPROVEMENT

Regional Comprehensive

Economic PartnershipCurrent status: 19th Round of Negotiation

(July 2017)

ASEAN ECONOMIC

COMMUNITYImplemented: 1 Jan 2016 – 31 Dec 2025

Current status: Deepening Integration

Target: conclude in 31 Dec 2025 (with annual target)

Page 4: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

FenomenaTrump: sentimen populis cenderung menguat

BREXIT: keresahansocialdi beberapa negaraEU

Tantangan dalam negeri: infrastruktur dan suprastruktur ekonomi yang menunjang daya saing ekonomi nasional

Economic Outlook 2017 tidak

terlalu menjanjikan: Tantangan Menghadapi

Resiko Global, KemenPPN/Bappenas

tingkatkaninvestasi dan konsumsi

domestik

Regional and global supply chains.

Internet of Things (Revolusi Industri ke-4)

Proteksionisme meningkat, persaingan menajam, masa depan sistem perdagangan dunia di bawah WTO belum juga jelas.

LINGKUNGAN REGIONAL DAN GLOBAL TERUS BERUBAH

Page 5: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

1967

1977

MEA 2025

Terbentuknya

ASEAN

ASEAN – PTA

Preferential

Trading

Arrangement

1992

ASEAN

Free Trade

Area

(AFTA)

1995

ASEAN

Framework

Agreement

on Services

(AFAS)1997

ASEAN

Vision 2020

1998

2003

Bali Concord

II – ASEAN

Economic

Community

(AEC)

2007

ASEAN

Charter &

AEC

Blueprint

2009

Roadmap for

ASEAN

Community

(APSC, AEC,

ASCC)

2011

Bali Concord

III

MEA 2015

3 Visi ASEAN Komunitas ASEAN : 1. ASEAN Economic Community (AEC)2. ASEAN Political-Security Community (APSC)3. ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)(ASEAN Summit, Bali, October 2003)

Satu Wilayah yang Stabil danMakmur dan Kompetitif denganPerkembangan Ekonomi yang adildan Pengurangan Kemiskinan danKesenjangang Sosial dan Ekonomi(ASEAN Summit, Kuala Lumpur,Desember 1997)

4 Pilar MEA 2015

5 Pilar MEA 2025

RCEP & AFEED

ASEAN

Investment

Agreement

(AIA)

ASEA

N @

50

Page 6: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

4 Pilar Cetak-biru MEA 2015 5 Pilar Cetak-biru MEA 2025

1. Pasar tunggal berbasisproduksi kawasan

1. Ekonomi yang terintegrasi dan terpadu

2. Kawasan ekonomi yang kompetitif

2. Kawasan yang inovatif dan dinamis; serta

3. Peningkatan konektivitas dan kerjasama sektoral

3. Pembangunan ekonomiyang merata

4. Kawasan yang tangguhberorientasi dan berpusat padaSDM

4. Integrasi dengan ekonomiglobal

5. ASEAN yang global

MASYARAKAN EKONOMI ASEAN (MEA):

Cetak-biru 2015 & 2025

Page 7: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia7

Situasi Terkini Tarif Indonesia: 1. Sejak 2010, tariff 0% untuk hampir semua produk (98.87%) untuk kelompok IL. Yang

belum 0% sebesar 1,13% kec. MINOL, Beras dan Gula;2. HSL (beras 25%, gula 5 -10%), GEL ( Minuman Alkohol MFN), namun Negara ASEAN

meminta untuk dipindahkan ke IL karena Indonesia memproduksi Minuman Akohol.

PERKEMBANGAN TARIFF DI ASEAN

Page 8: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

8

AANZFTA ACFTA AIFTA AJCEPA AKFTA

Indonesia 94% (2025) 92% (2018) 50% (2022) 91% (2024) 91% (2016)

Australia 100%

China 95%

India 79%

Japan 92%

Korea 90%

NZ 100%

Average FTA 96% 94% 80% 93% 93%

Note: Rata-rata komitmen liberalisasi tarif Indonesia adalah 83,6% (5 ASEAN+1 FTAs)

Manfaat Kerja Sama ASEAN+1 FTAs

1. Pembukaan Akses Pasar di Negara Mitra Utama Dagang Indonesia dalam konteks

ASEAN (RRT, Jepang, Korea, Australia, NZ, dan India);

2. Penghapusan hambatan tarif dan non-tarif;

3. Peningkatan kinerja perdagangan dan ikut serta dalam Global Value Chain;

4. Meningkatkan arus investasi (FDI).

Page 9: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Global Economic Outlook: AEC, RCEP dan TPP

Page 10: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Note: The combined GDP of RCEP economies has even surpassed the combined

GDP of Trans-Pacific Partnership (minus US) economies in 2016 with the withdrawal

of the US (US$ 23.8 trillion vs US$ 10.2 trillion). The continued impressive growth,

particularly in China, India and Indonesia, it is believed that the total GDP of RCEP

economies will exceed 100 trillion US Dollar by 2050, which is almost double the

projected outlook of TPP economies.

Perbandingan GDP Beberapa Mega FTA

Page 11: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

11

Profil Perdagangan

Indonesia dan ASEAN, RCEP, TPP

Page 12: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

RCEP: Historical Background

• ASEAN has free trade agreements with six partners: China

(ACFTA), Korea (AKFTA), Japan (AJCEP), India (AIFTA),

Australia and New Zealand (AANZFTA).

• RCEP established to broaden-deepen the engagement

among parties and to enhance parties’ participation in

economic development of the region. It was built upon the

existing ASEAN+1 FTAs to strengthen economic linkages and

to minimize development gap among the parties.

• The objective of launching RCEP negotiations is to

achieve a modern, comprehensive, high-quality and

mutually beneficial economic partnership agreement

among the ASEAN Member States and ASEAN’s FTA

Partners.

• Initiated by Indonesia as ASEAN Chair in 2011. In August

2012, the Guiding Principles and Objectives for Negotiating

RCEP has been endorsed by the Ministers. The RCEP

negotiations launched by Leaders during the 21st ASEAN

Summit and Related Summits in Phnom Penh, Cambodia in

November 2012.

• The negotiation began in 2013 and (in the beginning) it was

expected to be concluded by the end of 2015.

• Indonesia is the chair of Trade Negotiating Committee

(TNC)-RCEP

Page 13: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

1

ATIGA

ACFTA

AJCEP

AIFTAAANZFTA

AKFTA

ATIGA

ACFTA

AJCEP

AIFTAAANZFTA

AKFTA

@Tim Tarif

COMPARISON BETWEEN RCEP AND EXISTING FTA

Note: RCEP tidak menghilangkan FTA yang ada namun akan menjadi FTA baru. Negara anggota dapat memilih apakahakan menggunakan skema RCEP atau FTA yang ada. Dengan RCEP, negara-negara industri manufaktur akanmemainkan peranan lebih dominan dan lebih leluasa memanfaatkan pasar negara lain.

Page 14: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Estimasi Manfaat dari RCEP: Hasil Kajian CSIS

• RCEP menawarkan harmonisasi

antara berbagai skema FTA yang saat

ini berlaku

• Selain itu, RCEP juga memberikan

kesempatan untuk menurunkan

hambatan bea masuk dan NTB yang

saat ini masih tinggi di beberapa mitra

dagang Indonesia

• RCEP juga menawarkan program

kerjasama dan pengembangan

kapasitas

• Dapat menjadi peluang untuk

pengembangan produk Indonesia

sesuai standar internasional

• Manfaat RCEP di tengah

proteksionisme. Saat RCEP berjalan

dan anggotanya mengurangi

hambatan perdagangan, ASEAN

mendapatkan keuntungan hingga 4%

PDB.

Page 15: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Peningkatan Posisi Tawar Indonesia

• RCEP merupakan skema perjanjian kerjasama regional/multilateral;

• ASEAN merupakan inisiator dan pendorong kerjasama tersebut;

• Ini merupakan inisiatif yang menentukan Centralitas dan Leadership ASEAN

dalam skema integrasi ekonomi internasional;

• Bersama ASEAN, posisi tawar Indonesia menjadi lebih baik dibandingkan jika

Indonesia menempuh skema bilateral;

• Keberhasilan RCEP juga akan meningkatkan posisi Indonesia dan ASEAN

terhadap mitra ekonomi lainnya, termasuk Uni Eropa, Amerika Serikat, dan

lain-lain

Page 16: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia16

NTMs: Semua kebijakan selain tarif yang berpengaruh ekonomi terhadap komoditiperdagangan Internasional, sering ditengarai menimbulkan distorsi, shg mengurangimanfaat dari perdagangan internasional. (UNCTAD 2012)*

NTBs: ditujukan untuk melindungi atau membantu produser domestik denganmembuat proses importasi atau eksportasi menjadi sulit dan membutuhkan biayabesar, mis. Import licensing, preshipment inspection, Kuota, dll.

Dampak Positif: Melindungi para pelaku usaha dan produsen local dari persainganimpor, serta melindungi kesehatan masyarakat, keamanan dan lingkungan. Di negaramaju umumnya NTMs dipakai untuk melindungi produk-produk pertanian,sedangkan bagi negara berkembang untuk melindungi produk-produk hasilmanufaktur. Hambatan seperti kuota juga sering dimanfaatkan untuk memperbaikineraca pembayaran pembayaran yang defisit.

Dampak negative: Mengurangi keuntungan, membutuhkan biaya yang besar,inefisiensi wait, Negara yang terpengaruh dapat menerapkan countermeasuresproteksi

Non Tariff Measures (NTMs), Why Matters?

*United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang bertugas untuk mengkompilasi dan

mengklasifikasikan NTMs, mencakup kebijakan impor dan ekpor baik yang bersifat teknis dan non teknis

Page 17: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia17

Kebijakan NTMs di ASEAN

Bab 4 ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) ttg NTMs, namun tidak ada definisi

yang jelas mengenai NTMs dan NTBs di ATIGA Pasal 40 ATIGA, mengatur prinsip

dasar NTMs di ASEAN, yaitu: setiap Negara ASEAN tidak bisa mengadopsi atau

menerapkan NTMs kecuali yang diperbolehkan di WTO atau di ATIGA; serta memastikan

adanya transparansi dan setiap kebijakan baru atau modifikasi dari kebijakan yang

berlaku harus dinotifikasi.

Penanganan NTMs di ASEAN: 1. AMS menotifikasi NTMs ke Sekretariat ASEAN;2. Melaksanakan prinsip transparansi untuk penerapan NTMs dan update NTMs (melalui

National Trade Repository dan ASEAN Trade Repository).3. Coordinating Committee on ATIGA (CCA)/WGs lainnya (selain CCA, juga ada ASEAN

Consultative Committee on Standard and Quality (ACCSQ), ASEAN Committee on Sanitaryand Phytosanitary (AC-SPS)) melakukan review jika ternyata ada NTMs yang dilaporkansebagai NTBs oleh Negara lain.

4. Jika terindentifikasi sebagai NTBs, Negara ASEAN yang terkait harus melakukan upaya untukmengurangi dan menghapus NTBs tersebut sesuai dengan aturan di ATIGA.

5. Penanganan NTMs melalui website ASSIST (ASEAN Solution for Investment, Services

and Trade)

6. Mengikuti Klasifikasi NTMs berdasarkan UNCTAD. Saat ini dalam proses update sesuai

versi 2018

7. Proses membuat Guidelines NTMs/NTBs

Page 18: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia18

NON TARIF MEASURES CLASSIFICATION - UNCTAD

Page 19: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia19

NON TARIF MEASURES CLASSIFICATION - UNCTAD

NTM chapter Government bodies potentially responsible

A SPS measures Ministry of Agriculture; Standardization Agency; Ministry of Health

B TBT measures Standardization Agency; Ministry of Health;

Ministry of Ecology; Ministry of Industry

C Pre-shipment inspection

Customs Agency; Standardization Agency and other formalities

D Contingent trade protective

Ministry of Finance; Ministry of Economy or Trade measures

Non-automatic licensing, quotas,

E prohibitions and other quantity Ministry of the Economy (or Trade, Foreign Relations) control measures

F Price control measures including

Ministry of Economy (or Trade, Foreign Relations); Customs Agency additional taxes and charges

G Finance measures Ministry of Finance; National Bank

H Measures affecting competition Ministry of Economy (or Trade, Foreign Relations)

I Trade-related investment

Ministry of Economy (or Trade, Foreign Relations) measures

P Export-related measures Ministry of Economy (or Trade, Foreign Relations); Customs Agency

Page 20: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia20

PERKEMBANGAN NTMs di INDONESIA

Page 21: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

PERKEMBANGAN NTMs DI INDONESIA

Comprehensiveness Number

Total NTMs-related regulations 199

Total NTMs reported to the WTO 296

Total Number of Coded NTMs 638

Total Affected Porducts (HS lines, national tariff Lines)

a. Total number of affectedproducts

6466

b. Share of the number of affected products to the number of total products (%)

64,58%

Total Issuing Institutions 14

Indonesia memiliki 199 regulasi /aturan

yang berkaitan dengan NTMs yang

dikeluarkan dari 14 instansi dimana

terdapat 636 coded NTMs. Dari jumlah

636 coded NTMs tersebut akan

mempengaruhi 6466 pos tarif Indonesia

atau sekitar 65% dari total pos tarif

Indonesia.

Indonesia Non Tariff Measures (2015)

Sumber : Kemendag

Page 22: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Note: Website INSW/INTR (dikelola oleh Pengelola Portal Indonesia Nasional Single Window), bertujuan untuk: (1) Transparasi peraturan K/L terkait; (2) Mengurangi Dwelling Time dan (3) Meningkatkan Ease Doing Business Indonesia

Page 23: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

23

• ASSIST: portal online ASEAN untuk merespon komplain diantara pelaku usaha ASEAN terkaithambatan kebijakan non tarif (melanggar ATIGA) di bidang Perdagangan barang, jasa daninvestasi ASSIST harus diketahui dengan baik oleh pelaku bisnis di ASEAN.

• Pelaku bisnis yang boleh menggunakan ASSIST hanyalah mereka yang terdaftar danmenyampaikan keluhan sesuai dengan peraturan, melalui focal point yang telah ditunjuk darisetiap negara anggota ASEAN.

• Melalui ASSIST, transparansi dan interaksi antara pelaku bisnis dengan badan/institusi yangbertanggung jawab atas keluhan diharapkan akan tercapai.

Page 24: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Perkembangan NTMs pada Perundingan RCEP

• Australia mengusulkan The Possible Elements of an RCEP Chapter on NTMs, yangmenghighlight pentingnya adanya bab terpisah (12 Pasal) tentang NTMs, untukmenunjukkan keseriusan RCEP menangani NTMs dan untuk meningkatkantransparansi, mengindentifikasikan, mengatasi isu-isu spesifik NTMs danmempromosikan Good Regulatory Practices.

• Tanggal 9 Oktober 2017, AUS kembali mengusulkan “NTMs under RCEP LandingZone on the Approach to Address NTMs.” penyempurnaan dari papersebelumnya. AUS menekankan kembali perlunya membangun basis yang kuat untukmengatur NTMs di RCEP melalui chapter terpisah .

• AUS mengusulkan 8 elements tentang NTMs, yaitu: (i) General Provision on theapplication of NTMs; (ii) Provisions on Import Licencing Procedures; (iii) TechnicalConsultation on NTMs; (iv) Work Programs on NTMs; (v) Enhanced Engagement withbusiness and other relevant stakeholders; (vi) good regulatory practice; (vii) reduingunnecessary impacts of changes in regulatory requirements on goods in trasports orstorage; (viii) sectoral and other initiatives.

• Selain itu, inisiatif untuk mendukung best practises di sektor: (i) labellingrequirement, (ii) certification requirements, (iii) products registration dan (iv)marketing authorization.

Page 25: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

NZ mengusulkan ada sectoral annexes, yang terdiri dari: i) cosmetics, and ii) wine and

distilled spirits serta (iii) Food and Beverage.

Singapura dan Laos mendukung sectoral Annexes, untuk sektor yang sudah ada

peraturan MRAs di ASEAN, yaitu: (i) Cosmetics; (ii) Pharmaceutical Products; (iii) Medical

Devices; (iv) Processed Foods; (v) Information and Communications Technology (ICT)

Products; (vi) Alcoholic Beverages; dan (vii) Coffee.

Mayoritas AMS fleksible untuk memiliki chapter terpisah kecuali Indonesia dan Vietnam.

Usulan AU perlu dipertimbangkan karena inline dengan AEC 2025 dan juga dibutuhkan

dalam mengejar akses pasar. Namun, harus ada konsensus elemen apa yang harus diatur

dalam NTMs Chapter tersebut.

Indonesia belum dapat menerima usulan mengenai sectoral annexes, karena sulit

diimplementasikan, mengitervensi kewenangan Indonesia serta tidak sesuai dengan

regulasi nasional.

WG-TIG juga telah mengadopsi Next Steps for NTMs Approach, sebagai rujukan untuk

membahas NTMs pada Pertemuan selanjutnya.

Perkembangan NTMs pada Perundingan RCEP

Page 26: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Pertemuan terakhir telah berlangsung pada tanggal 28 Feb – 2 Maret di Bangkok,

Thailand, membahas 3 artikel yaitu: Article 6 – Adaptation to Regional Conditions,

Including Pest- or Disease-Free Areas and Areas of Low Pest Disease Prevalence, Article 7

– Risk Analysis dan Article 11 – Transparency.

Korea dapat menerima pencantuman Article 6 pada SPS Chapter dengan syarat bahwa

Para 1(f) of Article 1 – Objectives dihapus dikarenakan Korea tidak mempunyai

kepentingan pada konsep “Regionalization”.

Australia mendukung sub-paragraph (2a) dengan syarat ada footnote atau memasukkan

frasa “in response to a specific agricultural market access request” pada chapeau yang

disepakati pada paragraf 2. Australia akan menyerahkan proposal non-paper terkait hal

ini sebelum putaran Singapura.

Pada putaran Singapura mendatang pertemuan akan melanjutkan pembahasan article

yang menjadi pending issues serta akan membahas secara khusus Article 8, 9, 10 –

“Audit, Import Checks and Certification”, dimana akan membahas apakah article tersebut

akan dipisah atau tetap digabung. Posisi ID fleksible untuk issue ini.

Workplan RCEP 2018 : menyelesaikan semua artikel SPS sesuai Key Element Paper.

Perkembangan Perundingan RCEP-SWGSPS

Page 27: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Putaran Incheon menyepakati memasukan pasal mengenai international standards,

guides and recommendation ke dalam draft text Bab STRACAP seperti dalam usulan AUS,

namun belum menyepakati usulan NZ atas penggunaan kata “mutatis mutandis” dalam

Pasal 4.1 dan meminta NZ untuk memberikan klarifikasi atas usulannya tersebut.

Pertemuan Intersessional RCEP SWG STRACAP tanggal 5-9 Februari 2018 di Canberra,

Australia, membahas draft text untuk Artikel 4 (Affirmation of TBT Agreement); Artikel 5

(Standards); Artikel 6 (Technical Regulations); Artikel 7 (Conformity Assessment

Procedures); dan Artikel 9 (Technical Discussions). Jumlah artikel yang sudah clean ada 4

artikel (Artikel 2 Definition, Artikel 8 Cooperation, Artikel 9 Technical Discussion dan

Artikel 11 Contact Points.

Indonesia beserta ASEAN menolak tegas usulan India terkait penggunaan frasa

“endeavor/ endeavor to/ ensure adherence to” yang selama ini dinilai telah

memperlambat terjadinya kesepakatan

Terkait penggunaan beberapa frasa hukum dalam Draft Text RCEP SWG STRACAP,

Indonesia beserta ASEAN sepakat untuk menyesuaikan kembali penggunaan frasa

tersebut dengan merujuk pada hasil kesepakatan yang dicapai dalam Working Group on

Legal Institutional Issues (WG LII).

Workplan RCEP 2018 : menyelesaikan semua artikel STRACAP sebagaimana KE Paper

Perkembangan Perundingan RCEP-SWG STRACAP

Page 28: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

INDONESIA-MALAYSIA-THAILAND GROWTH TRIANGLE (IMT-GT)

1. Dibentuk pada Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT ke-1, tanggal 20 Juli 1993.

2. Mencakup 10 provinsi di Indonesia, yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, SumateraBarat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Bangka-Belitung, dan Lampung.

3. Kementerian Perdagangan (c.q. Direktorat Perundingan ASEAN) menjadi focal point pada WG onTrade and Investment (WGTI). Membawahi 2 (dua) Sub Working Group : a) Customs, Immigration,and Quarantine Task Force (CIQ-TF), dan b) IMT-GT Trade, Investment, and Tourism DatabaseTask-Force.

4. Manfaat untuk Indonesia:

a) Memacu pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan serta mengentaskan kemiskinan didaerah

b) Meningkatkan kualitas pemanfaatan sumber daya yang tersedia di daerah (baik sumber daya alammaupun manusia)

c) Meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta dalam mengembangkanperekonomian di daerah

5. Beberapa perkembangan dalam WGTI:

a) Kemajuan terhadap proyek Special Border Economic Zone antara Malaysia dan Thailand. Indonesiamengusulkan adanya kerja sama antar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang sudah ada seperti SeiMangke, Tanjung Api-Api dan Arun.

b) Implementasi RORO Dumai-Malaka.

c) Disepakatinya Riau sebagai Pusat Business Centre IMT-GT di Indonesia.

d) Pameran Dagang kerja sama BIMP-EAGA dan IMT-GT ke-4 akan dilaksanakan pada tanggal 19-22 Juli2018 di Songkla, Thailand.

Page 29: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines EAST ASEAN GROWTH AREA (BIMP-EAGA)

1. Dibentuk pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-1 di Davao, Filipina tanggal 26 Maret 1994.

2. Mencakup 15 (lima belas) provinsi di Indonesia, yaitu: Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, danPapua Barat.

3. Kementerian Perdagangan (c.q. Direktorat Perundingan ASEAN) menjadi focal point pada Trade andInvestment Facilitation Cluster (TIFC). Membawahi 2 (dua) Sub Working Group : a) Small andMedium Enterprises Development (SMED) Working Group, b) Customs, Immigration, Quarantine,and Security (CIQS) Working Group, dan c) Statistic.

4. Manfaat untuk Indonesia:

Meningkatkan kerja sama, daya saing, serta daya tarik investasi di wilayah perbatasan Indonesiabagian timur, terutama saat ini BIMP-EAGA mulai banyak menarik minat dari beberapa negaraseperti: Cina, Jepang, Northern Territory-Australia, dan Korea.

5. Beberapa perkembangan dalam TIFC:

a) Telah disepakati berbagai Proyek Infrastruktur Prioritas/Priority Infrastructure Projects (PIPs) dikawasan BIMP-EAGA dengan nilai mencapai USD 21,4 Miliar yang terdiri dari proyek bandarudara, pelabuhan, jalan, jembatan dan kereta api.

b) Telah dibentuk 2 (dua) koridor ekonomi yaitu West Borneo Economic Corridor dan Greater SuluSulawesi Economic Corridor untuk meningkatkan perdagangan dan investasi di wilayah

perbatasan.

Page 30: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

www.kemendag.go.id

LANGKAH PEMERINTAH

KEMENTERIAN PERDAGANGANREPUBLIK INDONESIA

30

Perbaikan Iklim Investasi dan bisnis melalui a.l.: (1) Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PTSP) hingga peningkatan peringkat Ease of

Doing Business untuk menarik investor ke Indonesia dalam upaya

peningkatan ekspor, (2) Kemudahan Ijin Investasi, (3)

Pengembangan ekspor : (a) desain, packaging, pelatihan eksportir,

(b) kemudahan ijin bisnis bagi UKM, (c) kemudahan ijin impor bahan

baku dan modal dan (d) memaksimalkan INSW.

Pembangunan Infrastruktur (NAWACITA) Pembangunan

Transportasi Massal (MRT, Kereta Cepat); Jalan Tol Darat;

Pembangunan Tol Laut (24 Pelabuhan); Pembangunan

Pembangkit Listrik (35rb MW), dll;

Reformasi Ekonomi Paket Kebijakan Ekonomi (Jilid I – XV),

a.l.: Deregulagi kebijakan ekspor/impor, Debirokratisasi

(Harmonisasi dan penghapusan Perda yang tidak konsisten

dengan aturan diatasnya), serta perbaikan iklim investasi dan

bisnis

Icon designed by Freepik and distributed by Flaticon

Page 31: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

www.kemendag.go.id KEMENTERIAN PERDAGANGANREPUBLIK INDONESIA31

Bergabung dalam perjanjian preferensi atau kemitraan ekonomi komprehensif untuk dapatkan akses pasar, menarik investasi, positioning dalam regional & global value chains & “external pressures” untuk melakukan reformasi ekonomi.

De-bureaucratization: mengurangi “excessive power” pemerintah

Deregulation: mengendurkan peraturan yang terlalu mengatur & sebetulnya tidak perlu.

Manfaatkan “digital economy”: single window, on-line processing, one-roofservices, mendorong e-commerce, inovasi & industri kreatif.

Perkuat sektor jasa sebagai “pelumas” bagi pertumbuhan sektor lain.

“Export is good but import is good, too” untuk dukung sektor produktif.

Beralih dari ekspor komoditi ke ekspor bernilai-tambah (produk jadi olahan, manufaktur & jasa termasuk indursti kreatif).

Ubah orientasi industri: dari “what we want to sell” ke “what markets want to buy”.

Icon designed by Freepik and distributed by Flaticon

LANGKAH PEMERINTAH

Page 32: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Bergabung dalam perjanjian preferensi atau kemitraan ekonomi komprehensif untuk dapatkan akses pasar, menarik investasi, positioning dalam regional & global value chains & “external pressures” untuk melakukan reformasi ekonomi.

De-bureaucratization: mengurangi “excessive power” pemerintah.

Deregulation: mengendurkan peraturan yang terlalu mengatur & sebetulnya tidak perlu. Mendukung adanya paket Deregulasi.

REKOMENDASI

Mengatasi dampak otonomi daerah yang mengakibatkan sering tidak

sinkronnya program dan kebijakan pemerintah pusat dengan daerah dalam

meningkatkan daya saing.

Meningkatkan koordinasi antar K/L untuk menghindari dikeluarkannya

kebijakan yang saling bertentangan atau kebijakan yang tidak perlu.

Disiplin melakukan notifikasi setiap kebijakan baru, mengupdate NTMs di

INTR/INSW, serta mengoptimalkan ASSIST..

Page 33: KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM ......Direktorat Perundingan ASEAN, Kementerian Perdagangan RI Makassar, 24 April 2018 KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL DALAM KERANGKA KERJASAMA

Terima kasih

33

Terimakasih

Aw khun

Khowp jai

Terimakasih

Jeesuutinbaadae

Salematpo

Thank you

Khopkhun Gam

uhn

Terima kasih