keanekaragaman, manfaat, dan hama penyakit penting …

64
ISBN: 978-602-8409-71-1 ISBN: 978-602-8409-71-1 KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING TANAMAN PISANG DI BALI TANAMAN PISANG DI BALI I N. Rai, I M. Sudana, I M. Sukewijaya I N.G. Ustriyana, I D.P. Oka Suardi G.N. Alit Susanta Wirya, D.N. Nyana

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

ISBN: 978-602-8409-71-1ISBN: 978-602-8409-71-1

KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING

TANAMAN PISANG DI BALITANAMAN PISANG DI BALITANAMAN PISANG DI BALI

I N. Rai, I M. Sudana, I M. SukewijayaI N.G. Ustriyana, I D.P. Oka Suardi

G.N. Alit Susanta Wirya, D.N. Nyana

Page 2: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING

TANAMAN PISANG DI BALI

I N. Rai, I M. Sudana, I M. Sukewijaya, I N. G. Ustriyana, I D. P. Oka Suardi,

G. N. Alit Susanta Wirya, D. N. Nyana

DANPASAR 2018

Page 3: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

ii

KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING

TANAMAN PISANG DI BALI Penulis: I N. Rai, I M. Sudana, I M. Sukewijaya, I N. G. Ustriyana, I D. P. Oka Suardi, G. N. Alit Susanta Wirya, D. N. Nyana Cetakan Pertama: 2018,vii+141hlm, 15x23 Penerbit: Percetakan Pelawa Sari ISBN: 978-602-8409-71-1

Page 4: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

iii

PRAKATA

Pisang (Musa paradisiaca) yang dalam bahasa Bali disebut Biu merupakan salah satu komoditi penting yang memiliki nilai istimewa bagi kehidupan masyarakat Bali. Kegunaan aneka jenis pisang bagi masyarakat Bali tidak hanya untuk dimakan segar, tetapi juga untuk bahan olahan, bahan upacara agama dan ritual adat budaya, bahan hiasan, bahan obat, dan konsumsi pariwisata. Tidak hanya di Bali, pisang sebagai buah tropis malahan merupakan komoditi pangan keempat terpenting di dunia setelah beras, susu, dan gandum. Indonesia yang merupakan bagian dari daerah pusat asal usul pisang, memiliki tingkat keragaman dan endemisitas pisang yang tinggi baik untuk pisang liar maupun pisang kultivar/budidaya. Keanekaragaman pisang yang tinggi dengan kegunaan yang sangat luas perlu dilestarikan dan dikonservasi agar tidak mengalami kepunahan, terlebih adanya serangan berbagai hama dan penyakit yang sampai saat ini belum teratasi dengan baik. Konservasi dalam bentuk pembuatan Kebun Botani Plasma Nutfah Pisang atau Arboretum telah dilakukan di Kabupaten Gianyar di tiga lokasi yaitu di Desa Taro Kecamatan Tegallalang, Desa Kerta Kecamatan Payangan dan Kelurahan Gianyar Kecamatan Gianyar.

Buku ini ditulis sebagai hasil kerjasama Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar dengan Fakultas Pertanian

Page 5: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

iv

Universitas Udayana dalam rangka Pengembangan Aneka Jenis Pisang di Kabupaten Gianyar, dimana tim pelaksananya adalah seluruh tim penulis. Disamping itu, bahan bacaan buku ini juga diambil dari berbagai sumber, seperti data yang diperoleh dari instansi pemerintah maupun swasta, penelusuran kepustakaan hasil penelitian dan pemikiran para ahli tentang pisang, dan pengalaman para penulis dalam memberi kuliah dan pelatihan, membawakan makalah dan penulisan jurnal baik pada tingkat lokal maupun nasional dan internasional.

Buku ini mengupas tentang Asal-usul, Penyebaran dan Pengelompokan Jenis Pisang, Kandungan Nutrisi dan Manfaat Pisang, Botani dan Morfologi Tanaman Pisang, Hama dan Penyakit-Penyakit Penting Pisang di Bali, serta Nilai Sosial Ekonomi Pisang di Bali. Buku ini sangat bermanfaat bagi siswa SD, SMP, SMA, dan mahasiswa yang ingin memperdalam pengetahuannya tentang pisang. Bagi mahasiswa Pascasarjana, buku ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi apabila mereka mengambil tema riset tantang pisang. Buku ini juga akan sangat membantu bagi para pebisnis pisang, pegawai Dinas Pertanian, dan masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang perpisangan di Bali.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bupati Gianyar dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar atas pendanaan dalam kerjasama. Terima kasih juga disampaikan kapada teman sejawat dan berbagai pihak yang ikut mendorong terwujudnya tulisan ini. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi para pembaca budiman, khususnya bagi pembaca yang tertarik untuk memperdalam tentang pisang.

Denpasar, Oktober 2018

Penulis

Page 6: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

v

DAFTAR ISI

PRAKATA ii DAFTAR ISI iv BAB I. ASAL-USUL, PENYEBARAN, DAN

PENGELOMPOKAN JENIS PISANG 1 1.1. Asal-Usul dan Penyebaran Pisang ............................ 1 1.2. Pengelompokan Jenis Pisang ................................... 7 BAB II. KANDUNGAN NUTRISI DAN

MANFAAT PISANG 25 2.1. Kandungan Nutrisi Buah Pisang ............................. 25 2.2. Manfaat Pisang ....................................................... 28 BAB III. BOTANI DAN MORFOLOGI

TANAMAN PISANG 41 3.1. Botani Tanaman Pisang ................................... 41 3.2. Morfologi Tanaman Pisang............................... 42 3.3. Morfologi Koleksi Pisang Gianyar ..................... 48

3.3.1. Pisang Ambon Kuning ...................... 48 3.3.2. Pisang Ambon Hijau ......................... 49 3.3.3. Pisang Ambon Buluh ........................ 51 3.3.4. Pisang Ambon Kate .......................... 52 3.3.5. Pisang Andong/Temaga ................... 53

Page 7: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

vi

3.3.6. Pisang Bali ....................................... 54 3.3.7. Pisang Buah ..................................... 55 3.3.8. Pisang Bunga ................................... 56 3.3.9. Pisang Dak Nangka .......................... 57 3.3.10. Pisang Dak Raja............................... 58 3.3.11. Pisang Dak Landa ............................ 59 3.3.12. Pisang Dak Kusyia ........................... 60 3.3.13. Pisang Gancan/Jari Buaya ............... 61 3.3.14. Pisang Gelabig/Kapal ....................... 62 3.3.15. Pisang Gunting ................................. 63 3.3.16. Pisang Mas Gading .......................... 64 3.3.17. Pisang Mas Sasih............................. 65 3.3.18. Pisang Gadis .................................... 66 3.3.19. Pisang Cavendish ............................ 67 3.3.20. Pisang Cavendish Hijau ................... 68 3.3.21. Pisang Kayu ..................................... 69 3.3.22. Pisang Keladi ................................... 70 3.3.23. Pisang Kepok .................................. 71 3.3.24. Pisang Kepok Tanpa Jantung........... 72 3.3.25. Pisang Ketip Sari .............................. 73 3.3.26. Pisang Ketip Tulang ......................... 74 3.3.27. Pisang Ketip Kereta .......................... 75 3.3.28. Pisang Ketip Palembang .................. 76 3.3.29. Pisang Batu/Klutuk ........................... 77 3.3.30. Pisang Lutung .................................. 78 3.3.31. Pisang Mas Sasih/Muli ..................... 79 3.3.32. Pisang Mas Gading .......................... 80 3.3.33. Pisang Mas Bali ............................... 81 3.3.34. Pisang Mas Kate .............................. 82 3.3.35. Pisang Merah ................................... 83 3.3.36. Pisang Padi ...................................... 84 3.3.37. Pisang Poh/Mangga ......................... 85 3.3.38. Pisang Raja Bulu .............................. 86 3.3.39. Pisang Raja Molo ............................. 87 3.3.40. Pisang Santan/Siam ......................... 88 3.3.41. Pisang Susu ..................................... 89 3.3.42. Pisang Susu Madu ........................... 90 3.3.43. Pisang Saba ..................................... 91 3.3.44. Pisang Seribu/Sewu ......................... 92 3.3.45. Pisang Tanduk/Glayung ................... 93 3.3.46. Pisang Terigu ................................... 94

Page 8: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

vii

BAB IV. HAMA DAN PENYAKIT-PENYAKIT PENTING

PADA TANAMAN PISANG DI BALI 95 4.1. Pendahuluan ........................................................... 95 4.2. Penyakit-penyakit Penting ....................................... 96

4.2.1. Penyakit Layu Pisang ............................. 96 4.2.2. Penyakit Bercak Daun Sigatoga ........... 107 4.2.3. Penyakit Antraknosa............................. 109 4.2.4. Penyakit Cordona ................................. 112 4.2.5. Penyakit Virus Kerdil (Bunchy Top) ...... 114

4.3.Hama-hama Penting .............................................. 118 4.3.1. Penggulung Daun Pisang ..................... 118 4.3.2. Penggerek Batang dan Bongkol Pisang 121 4.3.3. Hama Penyerang Buah Pisang ............ 123

BAB V. TINJAUAN ASPEK EKONOMI

PISANG DI BALI 127 5.1. Keududukan Pisang dalam Perekonomian ............ 127 5.2. Analisis Peluang Usaha Budidaya Pisang ............. 132 PUSTAKA 141 BIODATA PENULIS 145

Page 9: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

1

BAB I ASAL-USUL, PENYEBARAN, DAN PENGELOMPOKAN JENIS PISANG

1.1. Asal-Usul dan Penyebaran Pisang

Selama ini hampir seluruh lapisan masyarakat

sangat familiar tentang bentuk, warna dan rasa dari buah

pisang, tetapi ketika ditanya sejarah asal-usul dan

penyebarannya dapat dipastikan tidak banyak yang

mengetahui bagaimana buah yang sangat populer di

dunia dan menjadi salah satu buah yang paling banyak

dikonsumsi diseluruh dunia bisa tersebar seperti

sekarang.

Berdasarkan hasil rangkuman dari berbagai

pustaka, buah pisang diperkirakan asal mulanya dari

kawasan hutan di Asia Tenggara. Sejarah penyebarannya

cukup panjang mulai dari Asia tenggara sampai ke Eropa,

Page 10: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

2

Amerika, dan seluruh bagian dunia lainnya hingga

akhirnya menjadi buah yang paling populer di dunia

(Dodds dan Simmonds,1948). Tanaman pisang

berdasarkan pendapat para ahli merupakan tanaman

yang pertama di budidayakan, bahkan sebelum tanaman

padi. Pembudidayaannya diyakini dilakukan pertama kali

di dataran Papua Nugini, berdasarkan bukti tertulis yang

ditemukan pada tulisan Buddhis Pali dari abad ke-6 SM,

dimana buah pisang ketika itu sudah mencapai India.

Pisang yang ada sekarang diduga merupakan hasil

persilangan alami dari pisang liar dan telah mengalami

domestikasi sebagai tanaman budidaya (Liu et al., 2010).

Berbagai literatur lain menyebutkan pusat keaneka-

ragaman tanaman pisang berada di kawasan Asia

Tenggara, dimana daerah asal tanaman pisang adalah

dari India, jazirah Malaya, dan Filipina. Penyebaran dari

daerah asal ke berbagai wilayah negara di dunia terjadi

mulai tahun 1000 sebelum masehi. Penyebaran

kewilayah timur antara lain melalui Samudera Pasifik dan

Hawai, sedangkan penyebaran ke wilayah barat melalui

Samudera Hindia, Afrika, dan pantai timur Amerika.

Pisang adalah tanaman buah paling popular dan

tergolong sangat penting di seluruh dunia, terutama di

kalangan masyarakat pedesaan. Wilayah Indo-Malesia

dianggap sebagai tanah air pisang, baik spesies liar

maupun kultivar. Melalui proses-proses domestikasi,

seleksi dan budidaya, pisang menyebar ke seluruh dunia

Page 11: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

3

baik di daerah tropis maupun subtropis (Espino et al.,

1992; Kennedy, 2009). Menurut De Langhe et al. (2009)

dan Li et al. (2013) bukti arkeologi dan biomolekuler

menunjukkan bahwa pisang mulai

didomestikasi/dijinakkan di Asia Tenggara setidaknya

sejak 5000 tahun yang lalu.

Menurut Rukmana (1999), sekitar tahun 500, orang-

orang Indonesia berjasa menyebarkan tanaman pisang

ke pulau Madagaskar. Pada tahun 650, pahlawan-

pahlawan Islam di negara Arab telah menyebarkan

tanaman pisang di sekitar laut tengah. Inventarisasi

plasma nutfah pisang di Indonesia dimulai pada abad

XVIII. Dalam buku yang berjudul Herbarium Amboninese

karangan Rumphius yang diterbitkan tahun 1750, telah

dikenal beberapa jenis pisang hutan dan pisang budidaya

yang terdapat di Kepulauan Maluku. Disebutkan pula

bahwa pengembangan budidaya tanaman pisang di

Indonesia pada mulanya terpusat di daerah Banyuwangi,

Palembang, dan beberapa daerah di Jawa Barat.

Pembudidayaan pisang diduga berawal dari

pembudidayaan kultivar kelompok genom diploid AA, BB,

dan AB. Berdasarkan bukti data biologi molekuler,

arkeologi, dan linguistik, diperkirakan pembudidayaan

kultivar pisang dari kelompok genom AA, BB dan AB

terjadi melalui tiga jalur kontak secara bertahap, yaitu

jalur Selatan melalui kontak antara M.

acuminata ssp. banksii dari Papua dan M.

Page 12: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

4

acuminata ssp. zebrina dari Jawa; jalur Timur melalui

kontak antara M. acuminata ssp. errans dan M.

balbisiana dari Filipina dan M. acuminata ssp. banksii dari

Papua, dan jalur Utara melalui kontak antara M.

acuminata ssp. errans dan M. balbisiana dari Filipina

dan M. acuminata ssp. microcarpa dari Kalimantan

serta M. acuminata sub-spesies lainnya di Asia Tenggara

kontinental. Pembudidayaan melalui jalur Selatan

didukung oleh sebaran geografik nama lokal pisang yang

berasal dari akar kata “muku” di kawasan Wallacea

bagian Selatan (Papua Nugini dan Papua bagian Selatan,

Maluku bagian Selatan, NTT, dan NTB). Pembudidayaan

melalui jalur Timur didukung oleh sebaran nama lokal

pisang yang berasal dari akar kata “qaRutay” di kawasan

Filipina dan Papua. Sedangkan pembudidayaan melalui

jalur Utara didukung oleh sebaran geografik nama lokal

pisang yang berasal dari akar kata “baRat” di kawasan

Filipina dan Kalimantan bagian Utara. Disebutkan pula

bahwa pembudidayaan kultivar pisang triploid AAA, AAB,

dan ABB diduga terjadi beriringan dengan

pembudidayaan kultivar diploid AA, BB, dan AB, terutama

dengan melibatkan M. balbisiana dari Filipina sebagai

tetua (Nasution, 1991) .

Tanaman pisang terdapat di daerah beriklim tropik,

yaitu antara 300 LU dan 300 LS dan sebagian besar

terdapat di antara 200 LU dan 200 LS. Secara umum

pisang dapat tumbuh di seluruh kawasan Indonesia.

Page 13: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

5

Namun, persebaran tanaman pisang sangat dipengaruhi

oleh kecocokan syarat tumbuh dari tanaman itu sendiri,

seperti curah hujan, suhu, cahaya, angin, kesuburan

tanah, dan lain-lain.

Curah hujan optimal adalah 2000–3000 mm/tahun

dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus

diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak

tergenang. Tanaman pisang tumbuh baik pada iklim tropik

yang lembab dengan curah hujan di atas 75 mm per

bulan (Suhardiman, 1997). Kedalaman air tanah yang

sesuai untuk pisang yang ditanam pada daerah beriklim

biasa adalah 50-200 cm di bawah permukaan tanah

(Satuhu dan Supriyadi, 2010).

Untuk suhu, pisang tumbuh dengan baik pada

kisaran suhu harian antara 25-38 °C, dengan suhu

optimum sekitar 27 °C dan suhu maksimum 38 °C

(Cahyono, 2002). Suhu rata-rata berkisar antara 15-38 oC

dengan suhu optimum 27 oC. Tanaman pisang

menghendaki cahaya penuh untuk pertumbuhan yang

optimum (Nakasone dan Paull, 2010). Kebanyakan

pisang tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka,

tetapi jika memperoleh penyinaran yang berlebihan maka

akan menyebabkannya terbakar oleh sinar matahari (sun-

burn) (Rukmana, 1999). Panjang gelombang cahaya yang

digunakan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis

berkisar antara 400-760 µm. Besarnya absorbsi tanaman

terhadap panjang gelombang cahaya berbeda-beda

Page 14: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

6

tergantung pada klorofil yang terdapat dalam tumbuhan

tersebut.

Faktor angin juga mempengaruhi pertumbuhan

tanaman pisang. Angin yang bertiup kencang dapat

mengganggu pertumbuhan pisang, karena dapat

menyebabkan daun pisang menjadi sobek. Daun pisang

yang sobek ini dapat mengganggu proses fotosintesis.

Selain itu, angin dengan kecepatan lebih dari 4 m/detik

dapat merobohkan pohon pisang, terutama pisang yang

sedang berbuah sehingga diperlukan penyangga agar

tidak roboh dan tanaman pelindung untuk menghindari

angin (Cahyono, 2002).

Tanah yang baik untuk pisang adalah tanah yang

kering tetapi memiliki kapasitas air yang baik (Maharani,

2008). Kesuburan tanah sangat berperan penting bagi

tanaman pisang karena menyediakan berbagai macam

mineral yang dibutuhkan. Namun tanah juga dapat

menjadi salah satu faktor pembatas bagi tanaman. Tanah

yang subur akan berpengaruh baik pada besar dan

panjangnya tandan pisang, sedangkan tanah yang tidak

subur akan mengakibatkan tandan pisang kecil dan

pendek (Satuhu dan Supriyadi, 2008). Tanaman pisang

menghendaki tanah yang gembur dan memiliki dainase

yang baik. Jenis tanah yang baik yaitu jenis tanah alluvial.

Kandungan bahan organik tinggi serta memiliki pH

berkisar antara 5,8 - 6,5 (Nakasone dan Paull, 2010).

Kedalaman tanah tidak kurang dari 60 cm, artinya sampai

Page 15: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

7

kedalaman tersebut tidak ada cadas maupun bebatuan.

Tanah liat berat dan tanah berstruktur padat dengan

permeabilitas rendah tergolong kurang baik untuk

pertumbuhan tanaman pisang (Suhardiman, 1997).

1.2. Pengelompokan Jenis Pisang

Sumber daya genetik (SDG) atau sering disebut

dengan plasma nutfah adalah bahan tanaman, hewan,

atau jasad renik, yang mempunyai kemampuan untuk

menurunkan sifat dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Terkait dengan pengertian tersebut, sumber

daya genetik ada yang telah diwujudkan dalam

pemanfaatan, ada juga yang masih pada taraf potensi

yaitu yang belum diketahui manfaatnya.

SDG tanaman memiliki arti yang sangat penting

dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pangan dan

kelestarian lingkungan, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Pada tanaman, sumber daya genetik

terdapat dalam biji, jaringan, bagian lain tanaman, serta

tanaman muda dan dewasa. Dari sejumlah SDG tanaman

yang ada, sebagian telah dimanfaatkan secara intensif

sebagai bahan pangan, sandang dan papan, tetapi

sejumlah species tanaman lainnya belum dimanfaatkan

padahal memiliki potensi dalam mendukung program

pemuliaan tanaman. Pemanfaatan lahan yang kurang

memperhatikan kelestarian lingkungan, perubahan iklim

Page 16: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

8

global (global climate change), dan bencana alam

merupakan isu penting yang memiliki potensi dapat

mengancam ketersediaan SDG dan memacu terjadnya

erosi genetik terhadap SDG tanaman yang ada. Untuk itu,

SDG tanaman perlu dilestarikan agar dapat tersedia

secara berkelanjutan dalam mendukung ketersediaan dan

ketahanan pangan, dapat dilakukan melalui serangkaian

kegiatan inventarisasi dan dokumentasi data SDG,

kemudian dilanjutkan dengan kegiatan koleksi dan

konservasi (pemeliharaan), baik secara in situ (di lokasi

tumbuhnya) maupun ex situ (di luar lokasi aslinya).

Pisang sebagai buah tropis merupakan komoditi

pangan keempat terpenting di dunia setelah beras, susu,

dan gandum (Edison dan Hermanto, 2016). Di Indonesia,

pisang merupakan komoditi dengan luas tanam, produksi,

dan konsumsi paling tinggi di antara buah-buahan

lainnya. Survai yang dilakukan di sentra-sentra produksi

pisang menunjukkan bahwa pisang menyumbang 11–

25% dari total pendapatan keluarga (Hermanto et al.

2009). Konsumsi pisang masyarakat Indonesia mencapai

14,21 kg per kapita per tahun atau berkontribusi hampir

30% bagi konsumsi buah Indonesia yang baru mencapai

50 kg per kapita per tahun. Volume konsumsi ini masih

jauh dari rerata konsumsi pisang dunia sebesar 31,51 kg

per kapita per tahun (Edison dan Hermanto, 2016).

Tanaman pisang secara umum dikelompokkan

menjadi tiga golongan, yaitu: (1) pisang yang buahnya

Page 17: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

9

enak dimakan (Musa paradisiaca Linn), (2) pisang

hutan atau pisang liar atau pisang yang dijadikan

sebagai tanaman hias misalnya pisang lilin (Musa

zebrina Van Hautte) dan pisang pisangan (Heliconia

indica Lamk), dan (3) pisang yang diambil pelepahnya

sebagai bahan serat seperti pisang manila atau disebut

pisang abaka (Musa textilis Nee) (Nasution dan

Yamada, 2001). Untuk kasus di Bali, jenis-jenis pisang

dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu 3

golongan seperti di atas, ditambah satu golongan lagi

yang ke-4, yaitu pisang yang diambil daunnya sebagai

bahan pembungkus makanan, alas banten upakara,

atau bahan pembungkus lainnya, misalnya pisang batu.

Indonesia yang merupakan bagian dari daerah

pusat asal usul dan keragaman pisang, memiliki tingkat

keragaman dan endemisitas pisang yang tinggi baik untuk

pisang liar maupun pisang kultivar/budidaya. Pisang liar

adalah pisang yang pada umumnya ditemukan tumbuh

liar di alam, mempunyai banyak biji, dan bersifat diploid.

Sedangkan pisang budidaya pada umumnya tumbuh di

pekarangan, bijinya sedikit, dan bersifat triploid atau

kadang diploid. Jenis pisang budidaya merupakan jenis

pisang yang sering kita manfaatkan, sedangkan pisang

liar tidak banyak dimanfaatkan secara ekonomi padahal

mempunyai potensi yang luar biasa untuk dikembang-

kan.

Page 18: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

10

Dalam kaitan penyebutan pisang liar dan pisang

budidaya, dalam lingkup pertanian sering kali terjadi

ketidakjelasan antara penggunaan istilah varietas dan

kultivar. Tjitrosoepomo (1993) sebagai ahli taksonomi

menyarankan agar menggunakan istilah kultivar yang

khusus diterapkan untuk tanaman budidaya. Istilah

kultivar tercantum pada pasal 10 tentang Kode

Internasional Tanaman Budidaya tahun 1969, bahwa: 1)

satu kultivar adalah satu atau beberapa klon yang sangat

mirip, klon merupakan kumpulan individu yang secara

genetik seragam dan diperoleh dari satu individu tunggal

dengan perkembangbikan aseksual; 2) suatu kultivar

adalah satu atau lebih garis keturunan yang mirip, hasil

pembuahan sendiri atau pembastaran normal; 3) suatu

kultivar adalah hasil perkawinan silang dari individu-

individu yang menunjukkan perbedaan genetik atau

mempunyai satu atau lebih sifat yang dapat dibedakan

dari kultivar lain; dan 4) suatu kultivar adalah kumpulan

individu hasil persilangan.

Pisang yang dimanfaatkan buahnya sekarang

diduga merupakan hasil persilangan alami dari pisang

liar, kemudian dilakukan seleksi dan domestikasi yang

akhirnya menjadi tanaman budidaya (Ashari, 2004). Para

ahli botani menyebutkan bahwa daerah asal tanaman

pisang adalah India, jazirah Malaya, dan Filipina. Dalam

perkembangan peradaban manusia, istilah nama pisang

juga dipakai untuk sejumlah jenis tumbuhan yang tidak

Page 19: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

11

menghasilkan buah konsumsi, seperti pisang abaka untuk

industri tekstil serta pisang hias dan pisang kipas untuk

tanaman hias.

Berdasarkan ciri umum yang mudah dikenali, jenis

tanaman pisang yang selama ini dikenal oleh masyarakat

dapat kategorikan menjadi tiga kelompok yaitu Musa

acuminata, Musa balbisiana dan hasil persilangan alami

maupun buatan antara Musa acuminata dan Musa

balbisiana. Adapun perbedaan dari ketiga kelompok

tanaman pisang tersebut menurut Suhardiman (1997)

adalah sebagai berikut.

1. Musa acuminata. Jenis tanaman pisang yang masuk

kelompok Musa acuminata memiliki ciri umum yang

mudah dikenali yaitu buahnya tidak berbiji, batang

semunya memiliki banyak bercak melebar kecoklatan

atau kehitaman, saluran pelepah daunnya membuka,

tangkai daun ditutupi lapisan lilin, tangkai buah

pendek, kelopak bunga melengkung ke arah bahu

setelah membuka, bentuk daun bunga meruncing

seperti tombak, dan warna bunga jantan putih krem.

Musa acuminata disandikan atau diberi kode AA,

sedangkan untuk triploid disandikan AAA. Contoh

kultivar pisang yang termasuk dalam kelompok pisang

ini adalah pisang Ambon (AAA), Barangan (AAA), dan

Mas (AA). Jenis pisang liar Musa acuminatae banyak

mengandung biji yang berwarna hitam dalam buahnya,

misalnya Musa acuminata ssp.

Page 20: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

12

2. Musa balbisiana. Jenis tanaman pisang yang masuk

kelompok Musa balbisiana memiliki ciri umum yang

mudah dikenali yaitu mengandung banyak biji dalAm

buahnya, pada batang semu bercak melebar sangat

jarang dan tidak tampak jelas, saluran pelepah

daunnya menutup, tangkai buah panjang, bentuk daun

bunga membulat agak meruncing, ujung daun bunga

membulat, kelopak bunga tidak melengkung ke arah

punggung setelah membuka, warna bunga jantan

bersemu pink bervariasi, dan tangkai buah tidak

berbulu. Contoh dari jenis ini yang cukup populer di

masyarakat diantaranya adalah pisang Kluthuk. Musa

balbisiana disandikan dengan genom B, dan

dibedakan menjadi BB yang diploid, BBB yang triploid

dan BBBB tetraploid.

3. Persilangan Musa acuminata dengan Musa balbisiana. Hasil persilangan alami maupun buatan

dari kedua jenis pisang ini memiliki ciri umum

gabungan dari Musa acuminatae dan Musa balbisiana

atau bisa disebut Musa paradisiaca. Karena

merupakan pisang persilangan maka ciri yang mudah

dikenali dari Musa paradisiaca adalah terdapat ciri dari

Musa acuminata dan Musa balbisiana. Kelompok

pisang jenis ini biasanya dimanfaatkan sebagai pisang

yang dikonsumsi segar dan pisang olahan. Kultivar

pisang yang dapat langsung dikonsumsi segar

misalnya pisang Raja Sere (AAB), sedangkan yang

Page 21: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

13

termasuk pisang olahan misalnya pisang Nangka

(AAB), Kepok (AAB) atau Siam. Jenis pisang olahan

yang secara internasional dikelompokkan dalam

plantain adalah yang termasuk dalam genom AAB

mempunyai bentuk buah yang ramping, tidak

beraturan dan rasanya agak renyah. Pisang yang

termasuk dalam kelompok ini adalah pisang Tanduk

(Edison et al., 2002).

Pengelompokan dan tata nama pisang kultivar

menurut Valmayor et al. (2000) adalah terdiri atas nama

spesies diikuti dalam kurung oleh kombinasi huruf yang

menyatakan ploidi dan set genom yang disumbangkan

oleh kedua tetua spesies liarnya kemudian diikuti oleh

nama kelompok kultivar dan/atau nama kultivarnya.

Penentuan tingkat ploidi dan komposisi genom pada

pisang kultivar dilakukan dengan metode skoring

berdasarkan karakter morfologi atau ekspresi fenotipe

Musa acuminata (donor genom A) dan Musa balbisiana

(donor genom B) yang terdiri atas 15 karakter pembeda

dengan taraf skor 1 – 5 (Gambar 1, Tabel 1). Identifikasi

kelompok genom digolongkan berdasarkan nilai skor total

karakter pada kartu skor (Tabel 2). Selain secara

morfologi, metode untuk mengidentifikasi tingkat ploidi

dan komposisi genom pada pisang dengan ketepatan

yang lebih akurat dapat dilakukan secara molekular

dengan berbagai teknik.

Page 22: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

14

Cara Perhitungan Metode Skoring menurut

Simmonds dan Shepherd (1955) dan Valmayor et al.

(2000) adalah sebagai berikut :

a. Setiap karakter diberi skor 1 bila benar-benar

menunjukkan karakter Musa acuminata dan skor 5 bila

benar-benar menunjukkan karakterMusa balbisiana.

b. Karakter diantaranya diberi skor 2, 3 atau 4,

tergantung pada kemiripan yang lebih kepada Musa

acuminata (skor 2), benar-benar diantara keduanya

(skor 3), atau lebih kepadaMusa balbisiana (skor 4).

Gambar 1.1. Karakter pembeda penting pada pisang kultivar

(Valmayor et al., 2000).

Page 23: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

15

Tabel 1.1. Karakter pembeda dalam skoring taksonomi

pisang kultivar

No Karakter Musa acuminata

Musa Balbisiana

1. Warna batang semu

Mempunyai banyak bercak melebar berwarna kecoklatan atau hitam

Bercak melebar sangat jarang dan/atau tidak tampak dengan jelas

2. Bentuk tepi saluran tangkai daun

Tepi tangkai daun tegak dan membuka, bersayap, tidak saling bertemu (tidak mengatup)

Tepi tangkai daun menutup, tidak bersayap, saling bertemu (saling mengatup)

3. Tangkai tandan

Umumnya ditutupi lapisan lilin atau rambut halus

Licin, tidak ditutupi lapisan lilin atau rambut halus

4. Tangkai buah

Pendek Panjang

5. Susunan lembaga buah

Dua baris teratur dalam setiap lokus

Empat baris tidak teratur dalam setiap lokus

6. Bahu braktea Biasanya tinggi (rasio ≥ 0,28)

Biasanya rendah (rasio ≤ 0,30)

7. Gulungan braktea

Kelopak bunga menggulung ke arah punggung setelah membuka

Kelopak bunga tidak menggulung ke arah punggung setelah membuka

8. Bentuk braktea

Berbentuk seperti ujung tombak, meruncing dari arah bahu

Berbentuk bulat agak meruncing, tidak meruncing tajam dari arah bahu

9. Ujung braktea

Meruncing tajam Tumpul/membulat

10. Warna braktea

Merah, ungu kusam atau kuning di

Ungu kecoklatan di permukaan luar; merah menyala

Page 24: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

16

No Karakter Musa acuminata

Musa Balbisiana

permukaan luar; pink, ungu kusam atau kuning di permukaan dalam

di permukaan dalam

11. Pemucatan warna pada permukaan braktea

Warna permukaan dalam kelopak bunga memucat menguning ke arah pangkal

Warna permukaan dalam kelopak bunga tidak memucat/seragam ke arah pangkal

12. Bekas duduk braktea

Tampak nyata Tidak tampak nyata

13. Kelopak bebas bunga jantan

Bergerigi kasar sampai halus di bawah ujung

Jarang bergerigi di bawah ujung

14. Warna bunga jantan

Putih krem Bersemu merah muda

15. Warna kepala putik

Oranye atau kuning cerah

Krem, kuning pucat atau merah muda kusam

Sumber: Valmayor et al. (2000).

c. Genom pisang Musa acuminata dilambangkan dengan

huruf A dan genom pisang Musa balbisiana

dilambangkan dengan huruf B.

d. Skor yang diperoleh dari 15 karakter tersebut

kemudian dijumlahkan dan digunakan untuk

menentukan genom kultivar pisang dengan ketentuan

seperti pada Tabel 2 berikut.

Page 25: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

17

Tabel 1.2. Pengelompokan pisang kultivar berdasarkan skor total

No Kelompok

Genom Total Skor

Contoh Pisang Kultivar di Indonesia

1. AA/AAA 15-25 Pisang Mas, Berlin, Ambon, Lumut

2. AAB 26-46 Pisang Raja

3. AB/ AABB 47-49 -

4. ABB 59-63 Pisang Kepok

5. ABBB 67-69 -

6. BB/BBB 70-75 Pisang Klutuk Sumber: Simmonds dan Shepherd (1955) dan Valmayor

et al. (2000).

Penggolongan pisang kultivar atau pisang yang

dibudidayakan berdasarkan sifat buah dan

pemanfaatannya menurut Rukmana (1999) dapat

dibedakan menjadi tujuh kelompok sebagai berikut.

1. Kelompok Pisang Ambon. Kelompok pisang Ambon

memiliki ciri-ciri atau karaktersitik:

1. Tinggi pohon 2,5 - 3 m dengan lingkar batang 0,4 -

0,6 m berwarna hijau dengan bercak kehitaman.

2. Panjang daun 2,1 - 3 m dengan lebar 40 - 65 cm

dan kadang-kadang berlapis lilin tipis.

3. Panjang tandan buah 40 - 60 cm merunduk dan

berbulu halus.

4. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak berwarna

ungu sebelah luar dan merah jambu sebelah dalam

Page 26: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

18

5. Sisir buah berjumlah 7 - 10 sisir dan tiap sisir terdiri

atas 10 - 16 buah (uler).

6. Buah berbentuk silinder, sedikit melengkung,

panjang, tidak berbiji, dan kulit buah agak tebal

(2,4 - 3 mm).

7. Warna daging buah putih atau putih kekuning-

kuningan, rasanya manis, lunak sampai agak keras

dan beraroma.

8. Berbunga pada umur 11 - 12 bulan dan masak 4 -

5 bulan setelah berbunga.

9. Contoh dari kelompok pisang Ambon antara lain

Ambon Kuning, Ambon Hijau, Ambon Lumut, dan

Ambon Cavendish.

2. Kelompok Pisang Raja. Kelompok pisang ini

umumnya dikonsumsi segar dengan karakteristik

morfologi:

1. Buah mirip dengan pisang Ambon tetapi kulit lebih

tebal. Warna buah beraneka macam, ada yang

kuning muda, kuning tua dan merah daging.

2. Tinggi pohon mencapai 2,6 - 3 m dengan lingkar

batang 0,4 - 0,5 m (kecuali pisang Raja Sereh),

berwarna hijau dengan bercak coklat kehitaman.

3. Daun berwarna hijau, panjang daun 2,4 - 2,8 m,

dan lebar 40 - 60 cm.

4. Tandan buah mencapai panjang 40 - 60 cm,

merunduk, berbulu halus.

Page 27: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

19

5. Jantung berbentuk telur, kelopak luar berwarna

ungu dan sebelah dalam merah.

6. Sisir buah berjumlah 6 - 8 sisir dan tiap sisir

berjumlah 12 - 13 buah.

7. Buah berbentuk silinder, berkulit agak tebal (3

mm) dengan ujung runcing bulat atau bersegi

empat.

8. Daging buah berwarna putih kekuningan, kuning

muda atau kemerah-merahan, tidak berbiji, rasa

agak manis sampai manis, agak keras, dan

kurang beraroma.

9. Berbunga pada umur 14 bulan sejak tanam dan

masak sekitar 150 - 160 hari setelah berbunga.

10. Contoh dari kelompok pisang Raja adalah pisang

Raja Bulu dan Raja Sereh.

3. Kelompok Pisang Mas. Kelompok pisang ini memiliki

karakteristik atau ciri-ciri umum morfologi seperti

berikut.

1. Tinggi pohon 2 m, lingkar batang pohon 20 - 28 cm

dengan bercak coklat tua kemerah-merahan.

2. Panjang daun 90 - 110 cm, lebar 20 - 27 cm dan

berwarna hijau.

3. Tandan buah mencapai panjang 20 - 30 cm,

merunduk, dan berbulu halus.

4. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak luar

berwarna ungu dan sebelah dalam berwarna

merah.

Page 28: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

20

5. Tandan buah berjumlah 4 - 6 sisir dan tiap sisir

berjumlah 6 - 8 buah.

6. Buah berbentuk silinder, ujung runcing dengan

panjang 9 - 10 cm, buah tidak berbiji, dan kulit

buah tipis (1 mm) berwarna kuning keemasan.

7. Daging buah krem, rasa manis sampai agak kesat,

dan kurang beraroma.

8. Mulai berbunga pada umur 12 bulan sejak tanam

dan buah masak sekitar 3,5 bulan setelah

berbunga.

9. Contoh dari kelompok pisang Mas adalah pisang

Susu, pisang Muli dan pisang Seribu.

4. Kelompok Pisang Kepok. Karakteristik morfologi

kelompok pisang Kepok adalah sebagai berikut.

1. Tinggi pohon 3 m, lingkar batang pohon 40 - 50

cm, berwarna hijau dengan sedikit atau tanpa

coklat kehitaman.

2. Panjang daun 180 cm, lebar 50 - 60 cm dan

berlapis lilin pada permukaan sebelah bawah.

3. Tandan buah mencapai panjang 30 - 60 cm,

merunduk, dan tidak berbulu halus.

4. Jantung berbentuk bulat telur, agak melebar,

kelopak luar berwarna ungu dan sebelah dalam

berwarna merah.

5. Sisir buah dalam tandan berjumlah 5 - 9 sisir, tiap

sisir berjumlah 10 - 14 buah, berpenampang segi

tiga atau segi empat atau bulat.

Page 29: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

21

6. Daging buah putih kekuning-kuningan sampai putih

keungu-unguan, rasa kurang lunak dengan tekstur

yang agak berkapur (kecuali pisang Siem).

7. Contoh dari kelompok pisang kepok adalah pisang

Kepok Kuning, Saba, Siem, dan pisang Kates.

5. Kelompok Pisang Tanduk. Kelompok pisang Tanduk

memiliki Karakteristik morfologi seperti berikut.

1. Tinggi pohon 3 m, lingkar batang 63 - 69 cm,

batang berwarna coklat muda dengan bagian atas

berwarna merah jambu.

2. Panjang daun 190 - 210 cm, lebar 70 - 85 cm, dan

tangkai daun berwarna merah muda.

3. Tandan buah mencapai panjang 50 - 60 cm dan

bersifat merunduk.

4. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak luar

berwarna ungu dan sebelah dalam berwarna

merah.

5. Sisir buah dalam tandan berjumlah 1 - 5 sisir, tiap

sisir berjumlah 10 - 12 buah, berpenampang segi

tiga atau segi empat atau bulat berbentuk silinder,

panjang 23 - 28 cm, dan berkulit tebal.

6. Daging buah putih atau kekuning-kuningan, rasa

tidak manis sampai agak masam.

7. Contoh dari kelompok pisang Tanduk adalah

pisang Agung dan pisang Gelabig.

Page 30: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

22

6. Kelompok Pisang Uli. Kelompok pisang Uli ini

memiliki karakteristik morfologi seperti berikut.

1. Tinggi pohon 2 - 2,5 m, lingkar batang 25 - 35 cm,

dan batang berwarna hijau pucat atau kemerah-

merahan.

2. Panjang daun 180 - 200 cm, berwarna hijau

dengan tangkai daun kadang-kadang merah muda.

3. Tandan buah mencapai panjang 1,5 - 1,7 m,

merunduk, dan berbulu halus.

4. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak luar

berwarna ungu dan sebelah dalam berwarna

merah.

5. Sisir buah dalam satu tandan berjumlah 4 - 8 sisir,

buah kecil dan langsing, panjang 10 cm, dan

berkulit tipis.

6. Daging buah krem atau putih kekuning-kuningan,

rasa manis sampai agak kesat, kurang beraroma,

dan agak lembek.

7. Contoh dari kelompok pisang Uli adalah pisang Uli,

pisang Gancan, dan pisang Kayu.

7. Kelompok Pisang Klutuk. Karakteristik morfologi

kelompok pisang Klutuk adalah sebagai berikut.

1. Tinggi pohon 3 m, lingkar batang 60 - 70 cm,

batang berwarna hijau dengan atau tanpa bercak

coklat kehitaman.

2. Panjang daun 60 - 200 cm, kadang-kadang

berlapis lilin dan sulit sobek.

Page 31: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

23

3. Tandan buah mencapai panjang 80 - 100 cm.

4. Jantung berbentuk bulat telur, kelopak luar

berwarna ungu dan sebelah dalam berwarna

merah.

5. Sisir buah dalam satu tandan berjumlah 5 - 7 sisir,

tiap sisir berjumlah 12 - 18 buah yang tersusun

rapat, berpenampang segi tiga atau segi empat,

dan berkulit tebal.

6. Buah mengandung banyak biji, daging buah putih

atau kekuning-kuningan, rasa kurang manis, dan

tekstur agak kasar.

7. Contoh dari kelompok pisang klutuk adalah pisang

Batu dan pisang Klutuk.

Page 32: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

24

Page 33: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

25

BAB II KANDUNGAN NUTRISI DAN MANFAAT PISANG

2.1. Kandungan Nutrisi Buah Pisang

Pisang merupakan buah yang sangat populer di

kalangan masyarakat Indonesia, selain karena mudah

didapat dan murah, buah ini juga banyak kandungan

nutrisinya. Pisang boleh dikatakan sebagai buah

dengan sumber gizi yang hampir sempurna karena

mengandung 6 nutrisi utama, yaitu air, gula, protein,

lemak, vitamin, dan mineral. Berkat tingginya nilai gizi

yang dikandungnya, maka pisang telah menjadi makanan

penting (pokok) bagi banyak orang di dunia.

Dalam pisang terkandung banyak serat dan

beberapa vitamin. Buah pisang mempunyai kandungan

Page 34: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

26

gizi yang baik, antara lain menyediakan energi yang

cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan yang

lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium,

besi, fosfor dan kalsium, juga mengandung vitamin B, B6

dan C serta serotonin yang aktif sebagai neutransmitter

dalam kelancaran fungsi otak. Nilai energi pisang rata-

rata 136 kalori untuk setiap 100 g. Bila dibandingkan

dengan jenis makanan lainnya, mineral pisang khususnya

besi dapat seluruhnya diserap oleh tubuh. Kandungan

nutrisi beberapa jenis pisang menurut Hapsari dan Lestari

(2016) seperti tabel 3 berikut.

Tabel 2.1. Kandungan nutrisi dalam 100 gram buah pisang matang

Parameter Berlin

(AA) Ambon Hijau (AAA)

Raja (ABB)

Kepok (ABB)

Protein (g) 1,48 1,92 1,51 1,78

Lemak (g) 0,07 0,03 0,05 0,08

Air (g) 80,94 72,94 66,49 62,01

Abu (g) 0,79 0,78 0,82 0,89

Karbohidrat (g) 16,72 24,33 31,13 35,24

Total Gula (g) 12,12 15,91 20,82 17,03

Vitamin C (mg) 25,54 19,10 16,45 30,27

Kalium (mg) 375 275 350 365

Sumber: Hapsari dan Lestari (2016).

Page 35: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

27

Hasil review dari beberapa literature, ditemukan

bahwa pisang mengandung 68% air, 25% gula, 2%

protein, 1% lemak dan minyak, dan 1% serat Selulosa.

Disamping itu, pisang juga mengandung pati dan asam

tanin, vitamin A (300 IU per seratus gram), vitamin B

dengan berbagai jenisnya; B1, B2, B 6, dan 12 (100 mg

per seratus gram), vitamin D, dan sedikit Vitamin Z.

pisang juga mengandung Kalsium (100 mg per seratus

gram), phosfor, besi, sodium, kalium (potassium),

magnesium, dan seng. Menurut Depkes RI (2016),

kandungan nilai gizi beberapa varietas pisang (per 100

gram) sperti pada tabel 4 berikut.

Tabel 2.2. Kandungan nilai gizi beberapa varietas pisang (per 100 gram)

Parameter Ambon Nangka Kepok Raja

Sereh Siam

Energi (Kal) 92 121 115 108 268

Protein (g) 1,0 1,0 1,2 1,3 4,3

Lemak (g) 0,3 0,1 0,4 0,3 12,6

Karbohidrat (g) 24,0 28,9 26,8 28,2 58,1

Kalsium (mg) 20 9 11 16 20,4

Fosfor (mg) 42 37 43 38 44,2

Page 36: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

28

Parameter Ambon Nangka Kepok Raja

Sereh Siam

Besi (mg) 0,5 0,9 1,2 0,1 1,6

Vitamin A (RE) 0 - - - 17

Vitamin B (mg) 0,05 0,13 0,10 1,002 20,4

Vitamin C (mg) 3,0 3,4 2,0 2,0 0,01

Air (g) 73,8 68,9 70,7 69,3 62,0 Bagian yang dapat dimakan (%)

70 72 62 86 75

Sumber: Depkes RI (2016).

2.2. Manfaat Pisang

Pisang (Musa paradisiaca) yang dalam bahasa Bali

disebut biu, merupakan salah satu komoditas hortikultura

yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pisang tergolong

jenis tanaman yang mempunyai arti sangat penting dalam

kehidupan orang Bali, terutama untuk kegiatan upacara

agama dan pemanfaatan lain dalam kaitannya dengan

tradisi masyarakat Bali, disamping juga untuk mememuhi

kebutuhan sebagai bahan pangan (Lugrayasa, 2004).

Kebutuhan buah pisang di Bali sangat tinggi dan melebihi

kemampuan produksi petani Bali, sehingga untuk

menuckupi kebutuhan yang banyak tersebut, pisang

didatangkan dari luar Bali antara lain dari Lumajang dan

Page 37: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

29

Banyuwangi (Suparyana, 2016). Kebutuhan pisang akan

meningkat terutama pada saat menjelang Hari Suci

Agama Hindu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika

pisang dibudidayakan secara luas di Bali, baik sebagai

tanaman pekarangan dan tanaman sela di perkebunan,

maupun sebagai tanaman campuran atau diusuhakan

secara monokultur di lahan tegalan/lahan kering.

Tanaman pisang banyak digunakan untuk berbagai

keperluan dan sering disebut sebagai tanaman multiguna,

karena selain dimanfaatkan buahnya, bagian tanaman

lainnya juga dapat dimanfaatkan. Bunga pisang biasanya

dijadikan sebagai sayur, manisan, acar, maupun lalapan.

Daunnya yang muda dapat dimanfaatkan sebagai

pembungkus makanan sedangkan daun yang tua

digunakan sebagai pakan kambing, kerbau atau sapi dan

dapat juga dijadikan bahan pembuat kompos (Satuhu dan

Supriyadi, 2010).

Batang pisang dapat diolah menjadi serat untuk

bahan dasar pembuatan pakaian

atau kertas. Batang yang dipotong kecil dapat dijadikan

makanan ternak dan bahan pembuat kompos. Air dari

batang pisang dapat digunakan sebagai penawar racun

dan bahan baku dalam pengobatan tradisional (Satuhu

dan Supriyadi, 2010). Secara tradisional, air umbi batang

pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan

pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang

digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar

Page 38: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

30

racun. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat

cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka.

Buah pisang kerap digunakan sebagai buah meja. Selain

itu buah pisang dapat diolah sebagai salai pisang, tepung

pisang, sari buah, sirup, keripik dan berbagai jenis olahan

kue. Buah pisang juga dapat digunakan sebagai obat

tradisional (Satuhu dan Supriyadi, 2010).

Menurut Kennedy (2009), tanaman pisang memiliki

banyak manfaat, diantaranya: 1) buah pisang dapat

dikonsumsi baik sebagai buah meja dan/atau diolah

terlebih dahulu menjadi berbagai jenis makanan; 2)

jantung pisang liar (Musa balbisiana) dan dari kultivar

kelompok genom ABB dapat dimakan sebagai sayur; (3)

tunas atau bonggol pisang muda sebagai pakan ternak;

(4) daun pisang muda sebagai pembungkus berbagai

macam makanan, sebagai obat, tapal untuk kulit

bengkak, dan lain-lain; 5) tangkai daun dan serat upih

daun yang kering digunakan sebagai pengikat, peneduh

dan pelindung bibit tanaman; 6) air yang keluar dari

pangkal batang untuk obat infeksi saluran kencing dan

menyuburkan rambut, dan getah batang sebagai bahan

pewarna, dan 7) tanaman dan buah pisang memegang

peran dalam berbagai upacara adat antara lain dalam

pernikahan, mendirikan rumah, kematian dan upacara

keagamaan.

Tanaman pisang sangat adaptif terhadap ling-

kungan terutama pada kondisi kekeringan sehingga

Page 39: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

31

sangat berharga untuk program ketahanan pangan

khususnya di wilayah pedesaan (Suhartanto et al., 2008).

Pada perdagangan internasional, pisang berada di urutan

keempat dalam nilai bruto produksi tanaman pangan

penting dunia (Arias et al., 2003). Pisang dapat

dikonsumsi baik segar sebagai makanan penutup

maupun dimasak (Heyne, 1987; Onwuka et al., 2015).

Selain buahnya sebagai sumber makanan, bagian lain

tanaman pisang dari akar sampai daun dimanfaatkan

untuk berbagai keperluan. Pisang juga berperan dalam

tradisi budaya di banyak negara Asia Tenggara (Espino et

al., 1992; Valmayor et al. 2000).

Pisang merupakan makanan pokok yang penting,

bahkan di Afrika termasuk sumber makanan keempat

setelah padi, gandum dan jagung (Honfo et al., 2011;

Fandika et al., 2014). Pisang juga merupakan komponen

penting sektor pangan dan ekonomi di banyak wilayah di

Indonesia. Apalagi di Bali, pisang juga berperan penting

dalam kegiatan budaya maupun dalam upacara

keagamaan (Lugrayasa 2004).

Pemanfaatan buah pisang oleh masyarakat Bali

dikelompokkan dalam 5 kategori utama, yaitu sebagai

pencuci mulut (dessert), diolah atau dimasak (for

cooking), digunakan sebagai sarana upacara adat,

budaya dan keagamaan (ceremony), sebagai bahan

hiasan dan bahan baku industri rumah tangga

(ornament), dan obat-obatan (medicine). Oleh karena

Page 40: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

32

pemanfaatan pisang yang cukup tinggi bagi masyarakat

Hindu Bali, tidaklah berlebihan bila tanaman pisang di Bali

dianggap sebagai komdoditas stratetgis.

Di dunia trdapat ratusan spesies pisang yang

sebagian besar merupakan tumbuhan tropis, terutama di

daerah dataran rendah dengan suhu dan kelembaban

tinggi (Constantine, 2008). Di Indonesia sendiri terdapat

ratusan jenis/sub-spesies pisang, namun tidak semua

jenis pisang yang ada dapat diperoleh di pasaran. Dari

berbagai jenis pisang, terdapat dua jenis pisang yang

dapat dimakan dan dikelompokkan berdasarkan

penggunaannya. Pertama, pisang meja (banana) yang

umum disajikan sebagai buah segar, dan kedua, pisang

untuk olahan (plantain) yang hanya enak dimakan setelah

terlebih dahulu diolah menjadi berbagai produk makanan.

Menurut Prabawati et al. (2008), jenis pisang meja yang

terkenal antara lain pisang Ambon Kuning, Ambon Lumut,

Barangan, Emas, Raja Bulu dan Raja Sere, sedangkan

jenis pisang olahan antara lain pisang Kepok, Nangka,

Siem, Tanduk, dan pisang Uli. Disamping itu, terdapat

juga jenis pisang lainnya yaitu pisang yang dimanfaatkan

daunya karena buahnya banyak mangandung biji antara

lain pisang Batu dan pisang Klutuk, serta jenis pisang

yang diambil seratnya yaitu pisang Manila dan Abaca.

Tanaman pisang memiliki banyak kegunaan bagi

manusia untuk berbagai tujuan, mulai dari rhizome

(bonggol), batang, daun, buah, bunga sampai kulit

Page 41: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

33

buahnya. Daging buah pisang digunakan sebagai

makanan, kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk

membuat cuka pisang dengan proses fermentasi, dan

bonggol pisang dapat dijadikan soda sebagai bahan baku

sabun dan pupuk kalium. Batangnya dapat digunakan

sebagai penghasil serat bahan baku kain dan makanan

ternak, daun pisang digunakan sebagai pembungkus

makanan tradisional. Air batang pisang dipercaya dapat

digunakan sebagai obat disentri, obat sakit kencing, dan

pendarahan usus besar. Bunga pisang yang juga disebut

jantung pisang, karena bentuknya seperti jantung dapat

dimanfaatkan untuk membuat sayur atau dapat pula

diolah menjadi manisan, dan acar. Daun pisang muda

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pedesaan sebagai

bahan pembungkus, daun yang tua setelah dicacah,

biasa digunakan untuk pakan ternak. Bonggol pisang

adalah umbi batang pisang, di beberapa daerah

dimanfaatkan untuk sayur dan olahan keripik. Buah

pisang selain dimanfaatkan sebagai sumber vitamin dan

mineral, sebagai buah segar, juga dapat di manfaatkan

menjadi produk olahan seperti kripik pisang, sale pisang,

pisang molen, kue pisang, pisang sale, tepung pisang,

jam, sari buah, buah dalam sirop, keripik, dan berbagai

jenis olahan kue moderen dan tradisional antara lain

cake, kolak, pisang goreng, pisang bakar dan lain

sebagainya. Selain sebagai sumber vitamin dan mineral,

buah pisang juga sangat berkhasiat untuk penyembuhan

Page 42: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

34

penderita anemia, menurunkan tekanan darah,

membantu diet, dan menetralkan asam lambung.

Menurut Prabawati et al. (2008), berdasarkan cara

konsumsi buahnya, pisang dibedakan dalam dua

kelompok, yaitu pisang meja (dessert banana) dan pisang

olahan (plantain, cooking banana). Pisang meja buahnya

dikonsumsi dalam keadaan segar (fresh fruit) setelah

buah matang; contohnya pisang ambon, susu, raja, dan

saba, sedangkan pisang olahan buahnya dikonsumsi

setelah digoreng, direbus, dibakar, dikolak, atau diolah

menjadi produk olahan lainnya, contohnya pisang kepok,

kapas, tanduk, ketip, dan uli.

Berdasarkan atas perbedaan pemanfaatannya,

tanaman pisang dapat dikelompokkan menjadi tiga

golongan, yaitu: (1) pisang yang buahnya enak dimakan

(Musa paradisiaca Linn), (2) pisang hutan atau pisang liar

umumnya dijadikan sebagai tanaman hias misalnya

pisang lilin (M. zebrina Van Hautte) dan pisang pisangan

(Heliconia indica Lamk), dan (3) pisang yang diambil

pelepahnya sebagai bahan serat seperti pisang manila

atau disebut pisang abaka (M. textilis Nee).

Rai et al. (2017) mendapatkan bahwa dari 43 jenis

pisang yang ditemukan dalam eskplorasi di 9

kabuaten/kota di Bali, terdapat 7 jenis pisang di Bali yang

paling banyak digunakan, yaitu pisang kayu, susu, mas,

lumut, buluh, saba, dan batu. Kemudian berdasarkan

klasifikasi kategori penggunaanya diperoleh prioritas

Page 43: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

35

pertama penggunaannya untuk upacara keagamaan atau

budaya sebesar 49%, prioritas kedua sebagai makanan

(30%), prioritas ketiga sebagai obat-obatan (15%), dan

terakhir untuk yang lain-lain (6%).

Dari 7 jenis pisang yang paling banyak digunakan

berdasarkan besarnya nilai LUVI (Local User’s Value

Index), setelah diklasifikan berdasarkan ranking I sampai

III pada kategori penggunaan untuk upacara keagamaan

diperoleh yang menduduki Ranking I: biu lumut, Ranking

II: biu mas dan Ranking III: biu Kayu, untuk penggunaan

sebagai makanan anking I-III berturut-turut biu Susu, Biu

Lumut dan Biu Buluh, untuk penggunaan sebagai obat-

obatan Ranking I-III bertuurut-turut Biu Lumut, Biu Kayu

dan Biu Saba, sedangkan untuk penggunaan lai-lain yang

menempati Ranking I-III berutur-turut Biu Batu, Biu Susu

dan Biau Saba (Tabel 20).

Rai et al. (2017) menyatakan bahwa berdasarkan

hasil FGD dengan responden dan informan diperoleh

informasi bahwa pisang merupakan salah satu tumbuhan

yang penting bagi masyarakat Bali, terlebih untuk

kebutuhan upacara dan tradisi. Seluruh bagian tubuh

pisang dapat digunakan baik buah maupun bagian

lainnya yaitu daun, bonggol, batang semu, dan dan lain-

lain untuk berbagai kepentingan. Seperti yang

diungkapkan oleh salah satu responden berikut.

Page 44: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

36

Tabel 2.3. NIlai ranking pengelompokan 7 jenis pisang di Bali yang paling banyak penggunaanya berdasarkan skor

LUVI berdasarkan empat kategori penggunaan untuk makanan, upacara adat/keagamaan, obata-obatan, dan

penggunaan lainnya.

Katagori

Makanan Ucapara

adat/keagamaan

Obat-obatam Penggunaan lainnya

Ranking Jenis

Ranking Jenis

Ranking Jenis

Ranking Jenis

1 Biu Susu 1

Biu Lumut 1

Biu Lumut 1

Biu Batu

2 Biu Lumut 2 Biu Mas 2

Biu Kayu 2

Biu Susu

3 Biu Buluh 3

Biu Kayu 3

Biu Saba 3

Biu Saba

“manfaat pisang yang utama adalah untuk kebutuhan

ritual, kebutuhan pangan baik sebagai buah yang

dimakan langsung ataupun sebagai makanan olahan,

meskipun pisang yang digunakan untuk ritual pada

akhirnya akan dimakan pula. Selain itu, pisang pun dapat

digunakan untuk obat dan kebutuhan lainnya seperti

pakan ternak dan pembungkus makanan”.

Pisang memegang peran penting dalam kehidupan

orang Bali, dimana pisang digunakan untuk berbagai

keperluan dan aktivitas seperti makanan, obat-obatan,

simbol dalam upacara dan keperluan lainnya. Dari tujuh

jenis pisang yang tergolong katagori pemanfaatannya

tinggi, biu Kayu merupakan jenis yang tergolong khas

Page 45: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

37

Bali, karena hanya ditemukan di Bali, sementara enam

jenis lainnya juga ditemukan di Jawa Timur (Hapsari et

al., 2017) atau Madura (Hapsari et al., 2015). Biu Kayu

merupakan jenis pisang yang masuk katagori ranking I-III

dalam dua kategori penggunaan (upacara keagamaan

dan obat-obatan), yang menunjukkan peran penting jenis

ini bagi penduduk Bali. Pisang kayu juga dianggap

sebagai sumber genetik langka (BPTP, 2017), permintaan

buahnya tinggi tetapi semakin sulit untuk mendapatkan

buah biu kayu sesuai permintaan. Oleh karena itu, pisang

ini perlu didorong pengembangannya disamping sebagai

upaya untuk memenuhi kebutuhan penduduk sekaligus

bermanfaat bagi upaya konservasi pisang khas Bali ini.

Potensi pengembangan pisang di Indonesia,

khususnya di Bali sangat besar, hal tersebut didukung

oleh berbagai hal sebagai berikut.

1. Tingginya ragam genetik pisang karena Indonesia

merupakan salah satu pusat asal dan sumber evolusi

pisang. Potensi ini memungkinkan Indonesia dapat

menyeleksi dan/atau merakit varietas baru sesuai

dengan permintaan pasar.

2. Ketersediaan lahan pengembangan yang cukup luas

mengingat tanaman pisang tidak memerlukan lahan

berpengairan teknis.

3. Potensi komoditas pisang sebagai substitusi dan/atau

komplementer makanan pokok sehingga dapat

menjadi pilihan dalam rangka penganekaragaman

Page 46: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

38

makanan pokok selain padi yang mulai

mengkhawatirkan dan perlu segera dirintis

pemecahannya.

4. Potensi ekonomi tanaman pisang dalam menyumbang

pendapatan masayarakat dan menghemat pendapatan

Negara.

5. Potensi berbagai jenis pisang sebagai bahan serat

(Abaca), ornamental, bahan pembungkus, dan lain-lain

sehingga berpotensi sebagai sumber pengembangan

industri rumah tangga.

6. Manfaat komoditas pisang sebagai cash crop dalam

konservasi lahan. Potensi tersebut diharapkan dapat

mendukung swasembada berkelanjutan, diversifikasi

pangan, peningkatan nilai tambah dan ekspor, serta

peningkatan kesejahteraan petani.

7. Potensi pisang sebagai bahan upacara ritual

keagamaan dan obyek agrowisata sehingga terjadi

integrasi antara pertanian, pariwisata dan budaya.

Jika berlibur ke Bali, turis akan melihat berbagai

sesajen yang dihaturkan masyarakat pada saat upacara

keagamaan. Sesajen merupakan sarana upacara sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Berbagai macam

buah-buahan dihaturkan dalam berbagai bentuk sesajen,

ada buah lokal dan juga impor. Secara umum terdapat

sembilan jenis buah yang biasanya dihaturkan dalam

sesajen saat upacara keagamaan di Bali, yaitu pisang,

jeruk, salak, rambutan, sawo, apel, mangga, anggur,

Page 47: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

39

buah kelapa. Menurut Megawati (2013), berbagai jenis

biu/pisang yang terdapat di Bali dan digunakan dalam

upacara agama Hindu antara lain adalah biu Batu biu

Buah, biu Buluh, biu Bunga/biu Sasih, biu Gading, biu

Gancan, biu Gregah, biu Kapas, biu Kayu, biu

Agung/Kebyar, biu Kapok, biu Ketip, biu Llit, biu Lumut,

biu Mas, biu Nangka, biu Taja, biu Saba, biu Sabit/biu

Ketip Buluh, biu Siu/pisang Seribu, biu Susu, biu Yaluh,

biu Tanduk, biu Tembaga/Udang, dan biu Alas,.

Pisang merupakan buah yang sangat dihormati

umat hindu di Bali. Pisang memiliki keistimewaan yaitu

pohonnya tidak akan mati sebelum berbuah. Jika

pohon pisang ditebang sebelum berbuah, pohon pisang

tidak akan mati tetapi akan tumbuh kembali. Hal ini

menunjukkan bahwa pohon pisang ingin berbuah dan

mempersembahkan kekayaan alam kepada bumi

sebelum mati. Berdasarkan informasi dari para Serati

(hali pembuat banten), buah pisang sepertinya wajib ada

dalam setiap sesajen baik berukuran kecil atau besar.

Karena itulah meskipun tidak dapat menghaturkan

banyak buah karena ekonomi maka dengan

menghaturkan buah pisang saja sudah dianggap cukup.

Saking tingginya permintaan masyarakat Bali akan aneka

jenis pisang untuk sajen tersebut, menyebabkan

kebutuhan tidak dapat dipenuhi sehingga harus diimpor

dari pulau lain. Para distributor buah pisang di Bali

mendatangkan pisang dari daerah-daerah di Jawa Timur

Page 48: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

40

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat

melaksanakan kegiatan ritual "sugihan" menjelang Hari

Raya Galungan dan Kuningan.

Page 49: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

136

Page 50: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

137

PUSTAKA

Antara, M. 2009. Pertanian, Bangkit atau Bangkrut. Arti Foundation, Denpasar.

Arias, P., Dankers, C., Liu, P. & Pilkauskas, P. (2003). The world banana economy 1985-2002. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Penerbit: Bayumedia Publishing, Malang. 201p.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produk Domestik Bruto Indonesia. Diperoleh 20 Agustus 2018 dari https://www.bps.go.id/subject/169/produk-domestik-bruto--pengeluaran-.html

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Buah-Buahan di Indonesia Tahun 2014. Denpasar: Badan Pusat Statistik.

Page 51: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

138

BPTP Yogyakarta. 2006. Penyakitlayu pada tanaman pisang. Lembaran Informasi Pertanian. Departemen Pertanian. Agdex: 654-658

BPTP, 2017. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, 2017. Pisang Kayu Sumber Daya Genetik yang Semakin Langka. http://bali.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/ berita/51-info-aktual/746-pisang-kayu-sumber-daya-genetik-yang-semakin-langka. Bali, Indonesia. Accessed on 19/09/2017

Cahyono, 2002. Pisang, Budidaya Dan Analisis Usahatani. Penerbit Kanisius. Jogjakarta.

Constantine, 2008. Constantine, D. 2008. The Musaceae: An annotated list of the species of Ensete, Musa and Musella. www.users. globalnet.co.uk/~drc/ musaceae.htm. (Last accessed 20.1.2009).

Daly, A 2006. Fusarium Wilt of Bananas (Panama Disease), Agnote, No 115, November 2006, www.nt.gov.au/dpifm

De Langhe E., Vrydaghs L., de Marret P., Perrier X. and Denham T., 2009. Why Banans Matter: An introduction to the history of banana domestication. Ethnobotany research and application. 7: 1547

Dodds, K.S. and N.W. Simmonds. 1948. Genetical and cytological studies of Musa. IX. The origin of an edible diploid and the significance of interspecific hybridization in the banana complex. J. of Genet. 48, 3:285-296.

Edison, H.S., Hermanto, C. 2016. Idiotipa Tanaman Pisang dan Sumber Daya Genetik Pendukungnya. Iptek Hortikultura 12:65-69.

Edison, HS, Sutanto, A, Hermanto, C, Lakuy, H, Rumsarwir, Y., 2002, The exploration of Musaceae

Page 52: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

139

in Irian Jaya (Papua), Research Institute for Fruits dan INIBAP, 58 pp.

Espino RRC, Jamaludin SH, Silayoi B, Nasution RE. (1992). Musa L. (edible cultivars). In: Verheij EWM, Coronel RE (eds.) Plant Resources of South-East Asia No.2: Edible fruits and nuts. Prosea Foundation, Bogor.

Espino RRC, Jamaludin SH, Silayoi B, Nasution RE. (1992). Musa L. (edible cultivars). In: Verheij EWM, Coronel RE (eds.) Plant Resources of South-East Asia No.2: Edible fruits and nuts. Prosea Foundation, Bogor.

Fandika IR, Kadwa FE, Kauta GJC. 2014. Banana Yield Response to Different Amounts of Applied Water at Kasinthula Research Station in Malawi. In Irrigation of Horticultural Crops 5th International Symposium Proceedings. 27 August to 2 September, (2006): Mildura, Australia.

Hanafi, M. 2011. Budidaya Pisang. http://www. agrilands.net/read/full/agriwacana/budidaya/ 2011/01/29/budidaya-pisang.html. Diakses pada tanggal 6 April 2011 di Samarinda.

Hanafi, M. 2011. Hama Utama Tanaman Pisang. http://www.agrilands.net/read/full/ agriwacana/ hama-penyakit/ 2011/01/26/hama-utama-tanaman-pisang-2.html. Diakses pada tanggal 6 April 2011 di Samarinda.

Hapsari L., Kennedy J., Lestari D.A., Masrum A., dan Lestarini W., 2017. Ethnobotanical survey of bananas (Musaceae) in six districts of East Java, Indonesia. Biodiversitas. 18(1): 160 - 174

Hapsari L., Masrum A., dan Lestari D.A., 2015. Diversity of bananas (Musa spp.) in Madura Island, East Java: exploration and inventory. Journal of Biology and Environmental Sciences. 6 (3): 256-264.

Page 53: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

140

Hapsari, L. & D.A. Lestari. 2016. Fruit characteristics and nutrient values of four Indonesian banana cultivars at different genome groups. AGRIVITA Journal of Agricultural Science 38(3): 303-311.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna indonesia. [Indonesian useful plants ] (1st ed.). Jakarta: Sarana Wana Jaya Foundation.

Honfo FG, Kayodé APP, Coulibaly O, Tenkouano A. 2011. Relative contribution of banana and plantain products to the nutritional requirements for iron, zinc and vitamin A of infants and mothers in Cameroon. Fruits, 62(5): 267-277.

Hutagalung, L. 1985. Penyakit kerdil ancam tanaman pisang di Jawa Barat. Hortikultura 16: 515-522

Ihsan ihsan. 2018. Penyakit Tanaman Pisang dan Pengendalianya.https://www.petanihebat. com/ penyakit-tanaman-pisang-dan-pengendalianya. 3 March 27, 2018

IPGRI (International Plant Genetic Institute). 1996. Descriptors for IPGRI Banana (Musa spp.). 59p.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest Of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru, Jakarta.

Kennedy J. 2009. Bananas and People in the Homeland of Genus Musa: Not just pretty fruit. Ethnobot Res Appl 7: 179-197.

Kusnaedi, I. 2000. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Li L-F, Wang H-Y, Zhang C, Wang X-F, Shi F-X, et al.,2013. Origins and Domestication of Cultivated Banana Inferred from Chloroplast and Nuclear Genes. PLoS ONE 8(11): e80502. doi:10.1371/ journal.pone.0080502.

Page 54: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

141

Li, L-F., M. Hakkinen, Y-M. Yuan, G. Hao and X-J. Ge. 2010. Molecular phylogeny and systematics of the banana family (Musaceae) inferred from multiple nuclear and chloroplast DNA fragments, with a special reference to the genus Musa. Molecular Phylogeny & Evolution 57: 1–10.

Liu, A.Z., W.J. Kress and D.Z. Li. 2010. Phylogenetic analyses of the banana family (Musaceae) based on nuclear ribosomal (ITS) and chloroplast (trnL-F) evidence. Taxon 59 (1): 20-28.

Lugrayasa, I N. 2004. Pelestarian Pisang dan Manfaat dalam Upacara adat Hindu Bali. Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu.

Maharani. 2008. Analisis cabang usahatani dan sistem tataniaga pisang tanduk. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Masterji. 2011. Penyakit Layu Bakteria, Pelita Kabad, https://www.blogger.com/profile/05375975429879708831

Megawati. 2013. Tanaman Upakara: Kelapa dan Pisang. http://wmegawati.blogspot. com/2013/12/ tanaman-upakara-kelapa-dan-pisang.html.

Mudita, I. W. 2012. Mengenal Morfologi Tanaman dan Sistem Pemberian Skor Simmonds-Shepherd untuk Menentukan Berbagai Kultivar Pisang Turunan Musa Acuminata dan Musa Balbisiana.

Nakasone, H.Y., dan R. E. Paull. 2010. Tropical Fruit. CAB Internasional London. 445p.

Narsisik 2009. Serangan Kulat-Tanaman Pisang. Tanjung Agro.http://tanjongagro.blogspot.com/feeds/8616434603505569591/

Nasution, R.E. & I. Yamada. 2001. Pisang-pisang Liar di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Page 55: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

142

Biologi-LIPI. Balai Penelitian Botani, Herbarium Bogoriense. Bogor. 48 hal.

Nasution, R.E. 1991. A taxonomic study of the species Musa acuminata Colla with its intraspecific taxa in Indonesia. Memoirs of Tokyo University of Agriculture 32: 1-122.

Onwuka, G. I., Onyemachi, A. D., & David-Chukwu, N. P. (2015). Comparative evaluation of proximate composition and functional properties of two varieties of cooking banana. IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology, 9(1), 01–04. Retrieved from http://iosrjournals.org/iosr-jestft/ papers/vol9-issue1/Version-3/A091301 04.pdf

Pearson, M, 2017. Banana bunchytop Virus Deparment agricultre and fisher Queensland Government site, Annual Report, 2017, http://www.infonet-biovision.org/PlantHealth/MinorPests/Banana-bunchy-top-disease

Prabawati, S., Suyanti, Dondy A Setyabudi, D.A. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 54p.

Qolamul Hasna, 2012. Macam macam hama tanaman pisang, Plant Hospital. http://planthospital.blogspot.com/2011/11/macam-macam-penyakit-pisang.html

Rai, I.N., I.W. Nuarsa, I.G.N. Alit Susanta Wirya, I.N.G. Ustriyana, D.P. Oka Suardi, M. Sukewijaya, K. Wikantika, F.M. Dwivany, K. Meitha. 2017. Studi Biogeografi Dan Biodiversity Pisang Bali. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian Bali International Research Center For Banana (BIRCB) Tahun 2017. 151. Hal.

Page 56: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

143

Rai, I N., Wijana, G. Sudana, I. P., Semarajaya, G.A. (2016). Buah-buahan Lokal Bali: Jenis, Pemanfaatan, dan Potensi pengembangannya. Bali: Palawa Sari.

Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Pisang. Penerbit Kanisius Yogyakarta Suhardiman, 1997

Satuhu,S., Supriyadi, A. 2010. Pisang: Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Penerbit: Penebar Swadaya. 124 hal.

Semangun, H. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia Gadjahmada University Press.

Simmonds, N.W. & K. Shepherd. 1955. The taxonomy and origins of the cultivated banana. Journal of Linnean Society (Botany) 55:302-312.

Sudana, M; Suprapta, D.N.; Arya, N dan Sukanaya, W. 1999. Usaha Pengendalian Penyakit layu pada tanaman pisang di Bali. Proc. Kong.Nas. PFI. Purwokerto.

Sudana, M; Suprapta, D.N.; Arya, N dan Wirawan, G.P. 2000. Penelitian Pengendalian Penyakit Layu Tanaman Pisang yang tersebar di sembilan kabupaten di Bali. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.

Sudarma, Made. 2013. Penyakit Tanaman Pisang. Edisi 1, Cetakan 1. Denpasar : Pelawa Sari.

Sugito, J. 1997. Berkebun Pisang Secara Intensif. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Suhardiman, P. 1997. Budidaya Pisang Kavendis, Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Suhartanto, M.R., Harti, H. dan Haryadi, S.S. 2008. Program Pengembangan Pisang. http://pkht.or.id/ [diakses 1 September 2014].

Page 57: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

144

Suparyana, P. K., 2016. Analisis Permintaan Buah Pisang Di Kota Denpasar, Bali. Tesis Magister Program Studi Agribisnis. Universitas Udayana [Indonesian]

Tjitrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Tumbuhan (Spematophyta). Penerbit: Gajah Mada University Press. 582 hal.

USDA (United States Departement Of Agriculture). 2013. Food and Nutrition Information Center. USDA Nutrient Data Laboratory. National Agriculture Laboratory. Diunduh 29 Juli 2015.

Valmayor, R.V, Jamaluddin SH, Silayoi B, Kusumo S, Danh LD, Pascua OC, Espino RRC. (2000). Banana Cultivar Names and Synonyms in Southeast Asia. International Network for the Improvement of Banana and Plantain-Asia and the Pasific Office, Los Banos, Laguna, Philipines.

Zubir, Z dan Dikin, D. 1999. Penyebaran penyakit kerdil (Bunchy top) pada tanaman pisang di Indonesia. Proc. Kong.Nas. PFI. Purwokerto.

Zubir, Z; Abrary, B dan Dikin, A. 1997. Penyakit kerdil pisang (Bunchy top) dan beberapa penyakit penting lainnya pada tanaman pisang. Proc. Sem. Reg. Karantina Wil. Jabar.

Zulkarnain. 2010. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta : Bumi Aksara.

Page 58: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

145

BIODATA PENULIS

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. dilahirkan di Karangasem, Bali, 15 Mei 1963. Menamatkan Sarjana (S1) di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana pada tahun 1987. Meneruskan pendidikan Pascasarjana (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1991 dan memperoleh gelar Magister Sains (MS) dalam bidang Agronomi tahun 1993. Gelar Doktor dalam bidang yang sama juga diraih di IPB,

masuk tahun 2000 dan tamat tahun 2004. Penulis selanjutnya memperdalam bidang agronomi, khususnya menyangkut hortikultura/buah-buahan di Thailand, Jepang, dan Rusia.

Penulis yang merupakan dosen Tetap di Fakultas Pertanian Universitas Udayana pernah ditugasi sebagai Tim Badan Pengembangan Unud (Bapenud), Tim Penjaminan Mutu Unud, Wakil Ketua Persiapan Unud menjadi Badan Layanan Umum (BLU), Sekretaris Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) Lembaga Penelitian Unud, Sekretaris Pusat Penelitan dan Pengembangan Hortikultura (Puslitbanghort) LPPM Unud, Ketua Laboratorium Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Unud, dan Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unud. Guru besar Bidang Agronomi diraih penulis pada tahun 2008. Penulis yang saat ini menjadi Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana periode ke-2 tahun 2015-2019, dipercaya sebagai Visiting Profesor di Faculty of Soil Science, Moscow State University, Rusia, sejak Tahun 2017.

Penulis pernah dipercaya ikut menyusun Roadmap pengembangan buah-buahan Indonesia, Roadmap pengembangan hortikultura Provinsi Bali, Roadmap pengembangan berbagai komoditas pertanian di kabupaten/kota di Bali, dan menyusun puluhan Buku Pedoman Budidaya yang baik dan (Good Agriculture Practices/GAP) untuk tanaman hortikultura. Penulis juga aktif dalam organisasi profesi yaitu menjadi Ketua Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti) Region Bali 2018-sekarang, Ketua Asosiasi Ahli Perubahan Iklim (APIKI) sub-region Bali (2017-sekarang), Ketua Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) Cabang Bali 2018-sekarang, Anggota International Society for Horticultural Science (ISHS), Pengurus Forum Komunikasi Pemerhati Pertanian Bali, dan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Himpunan

Page 59: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

146

Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Bali periode 2012-2017.

Dalam pengembangan keilmuan, penulis yang juga sebagai pengajar Mata Kuliah Pengembangan Produksi Tanaman Hortikultura, menekuni komoditas buah-buahan tropika mulai dari perbaikan dan pelepasan varietas, penerapan dan pengembangan GAP, teknologi budidaya, fisiologi pembungaan dan pembuahan, dan produksi buah di luar musim. Berbagai hibah dan kerjasama penelitian nasional dan internasional telah diterimanya dan menghasilkan masing-masing 50 dan 12 karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional dan internasional terindeks, 7 naskah diantaranya terindeks dalam Scopus. Penghargaan sebagai peneliti terbaik penulis terima dari Rektor Unud pada tahun 2013 karena keaktifan penulis dalam melakukan penelitian dan penerbitan di jurnal nasional dan internasional. Penulis juga dipercaya sebagai reviewer proposal penelitian dan reviewer artikel ilmiah yang akan diterbitkan di beberapa jurnal internasional maupun yang akan dipresentasikan dalam seminar/workshop internasional.

Penulis yang juga sebagai dosen Pascasarjana Unud pada Prodi Magister Agrotekonologi, Magister Ilmu Lingkungan, Prodi Doktor Ilmu Pertanian dan Prodi Doktor Ilmu Lingkungan, terlibat dalam berbagai kegiatan pendampingan dan konsultan pada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pembangunan pertanian daerah, nasional dan internasional. Kegiatan dimaksud antara lain Agricultural Expert on Study of Agroinstitutional Profile Integrated Irrigation Sector Project, Bali Irrigation Project-ADB Loan, Agricultural expert on Survey Investigation Design-Turn Over Irrigation Scheme in Bali Province-ADB Loan, Agricultural expert on Survey Detail Design of Irrigation Scheme in Bali Province-ADB Loan, Agronomist on Irrigation Water Management Study for Unda and Saba Rivers Scheme-Decentralized Irrigation System Improvement Sub-Project (DISIMP), Japan Bank International Corporation (JBIC) Loan, Ketua Tim Penyusun Naskah dan Kajian Akademis Perlindungan Buah Lokal Provinsi Bali, Koordinator Tim Ahli DPRD Provinsi Bali dalam Pansus Pembahasan Rancangan Peraturan daerah Provinsi Bali tentang Perlindungan Buah Lokal, Tim Ahli Pertanian Bappeda Provinsi Bali dalam Penyusunan Peraturan Daerah tentang Arahan Praturan Zonasi Sistem Provinsi, Tim Ahli Pertanian Pemerintah Kabupaten Karangasem, Counterpart for Yamaguchi University Japan, expert in collaboration of Chiba University and Udayana University on the Center of Food Availability and Sustainable Improvement (CFASI), Person in

Page 60: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

147

Charge (PIC) of Research and Development Cooperation Russia-ACEAN on Development and Implementation of Innovative Agricultural Technologies to Increase Sustainability of Agro-Ecological Systems (2016-20118), and Research Development, Production, Adaptation and Dissemination of Innovative Interactive Course of Video- Films on the Use of the Newest Technologies in Waste Water Treatment and Water Management of Agricultural Regions for Students and Professionals of the ASEAN Countries (2018-2020), dan Person in Charge (PIC) dari Universitas Udayana pada kerjasama penelitian SATREPS (Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development) Kerjasama JICA (Japan International Cooperation Agency)-IPB-Universitas Udayana (2017-2021).

Prof. Dr. Ir. I Made Sudana, M.S. dilahirkan di Tabanan Bali, 18 Juni 1954. Menamatkan Sarjana (S1) di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, pada tahun 1981. Meneruskan Pen-didikan Pascasarjana bidang Fitopatologi di Institut Pertanian Bogor tahun 1986. Melanjutkan Program Doktor di Institut Teknologi Bandung, Sandwich Program dengan Okayama University, Jepang

bidang Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam tahun 1996. Penulis merupakan Dosen Tetap di Program Studi

Agroekoteknologi, Program Magister Bioteknologi Pertanian, Program magister Lahan Kering dan Program Doktor Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian Unud. Penulis pernah bertugas sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana (2007-2011) dan saat ini bertugas Sebagai Ketua Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan di Fakultas Pertanian Unud

Sejak tahun 2001 sampai 2008 penulis aktif sebagai anggota peneliti di Academic Frontier Research Project, Tokyo University of Agriculture, Tokyo, Japan, Penelitian tentang Pengembangan Pertanian Organik. Penulis Memperoleh Sertifikat Paten dengan No. Paten ID 0 021 728, tentang Formulasi Biopestisida untuk Mengendalikan Penyakit Layu pada Tanaman Pisang.

Penulis memperdalam bidang Bioinformatika, dengan memperoleh sertifikat yang terakreditasi oleh KNAPPP dan KAN. Saat ini penulis juga memperoleh Certificate of Competence sebagai Research Reviewer yang dikeluarkan oleh Quantum HRM International, aktif pad penelitian Penyakit

Page 61: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

148

Tanaman yang di sebabkan oleh Jamur serta peneltian Biopestisida dan Biofertilizer. Hasil penelitian telah di publikasikan pada jurnal nasional terakreditasi dan internasional.

I Made Sukewijaya, S.P., M.Sc. lahir di Buleleng-Bali, 26 April 1969. Memperoleh gelar Sarjana Petanian (S.P.) pada Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana pada Tahun 1993. Gelas Master of Science (M.Sc.) diraih di King Mongkut’s University of Technology Thonburi (KMUTT), Bangkok Thailand pada tahun 2004. Saat ini merupakan Kandidat Doktor pada Program Doktor Ilmu

Pertanian Program Pascasarjana Universitas Udayana Konsentrasi Agroekoteknologi.

Penulis merupakan dosen tetap Universitas Udayana sejak Tahun 1997 dan ber-home base di Program Studi Agroekoteknologi. Di samping melaksanakan tugas pokok Tri Dharma Perguruan Tinggi, dipercaya juga melaksanakan tugas tambahan sebagai: Sekretaris Laboratorium Arsitektur Pertamanan (2006 – 2008); Penyunting Pelaksana Jurnal Agritrop (2004 – 2008); Jurnal Agrotrop (2008 – sekarang); Sekretaris Program Studi (S1) Agroekoteknologi (2008 – 2012); Ketua Konsentrasi Agronomi dan Hortikultura pada Prodi Agroekoteknologi (2012 – 2014); Sekretaris Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana (2014 – 2018); Bendahara Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana (2018 – sekarang)

Penulis mengasuh mata kuliah pada bidang Agronomi dan Hortikultura, diantaranya: Botani, Dasar-dasar Agronomi, Pertanian Terpadu, Teknologi Budidaya Tanaman, Teknologi Pascapanen, dan beberapa matakuliah terkait pertanian pada Prodi Arsitektur Pertamanan FP Unud. Berbagai penelitian akademik telah dilakukan atas pendanaan dari Universitas Udayana dan Kementerian Ristek-Dikti, demikian pula penelitian kerjasama dengan instansi pemerintah (Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali) dan swasta serta LSM. Beberapa tulisan dalam naskah akademik yang termuat dalam jurnal nasional dan international dan berupa chapter yang termuat dalam buku.

Page 62: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

149

Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, M.M. dilahirkan di Tabanan, Bali, 13 Oktober 1961. Menamatkan Sarjana (S1) di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1984. Meneruskan pendidikan Pascasarjana (S2) di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana tahun 1998 dan memperoleh gelar Magister Manajemen (MM) dalam bidang Mana-jemen Keuangan tahun 2000. Gelar Doktor

Ilmu Pertanian dalam minat studi Agribisnis diperoleh dari Fakultas Pertanian Universitas Udayana tahun 2015. Penulis berkesempatan mengikuti Sandwich Program di University of Twente Belanda tahun 2013.

Penulis merupakan dosen tetap di Program Studi Agribisnis, di S1, S2 maupun S3 pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana, dan pernah ditugasi sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Pertanian Unud (2007-2011). Saat ini dipercaya sebagai Ketua Laboratorium Koperasi pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unud.

Penulis memiliki ketertarikan pada riset-riset di bidang agribisnis utamanya yang menggunakan pendekatan dinamik modeling. Hasil penelitian telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah nasional maupun internasional.

Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si. Lahir di Ubud-Gianyar, Bali, 14 November 1960. Memperoleh gelar Sarjana Petanian (Ir.) pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana pada Tahun 1985. Magister (M.Si.) diraih di IPB pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan pada Tahun 2002, sedangkan gelar

Doktor (Dr.) diperoleh pada Program Doktor Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Universitas Udayana pada Tahun 2015 dengan Konsentrasi Agribisnis.

Penulis merupakan dosen tetap Universitas Udayana sejak Tahun 1986 dan berhome base di Program Studi Agribisnis. Disamping melaksanakan tugas pokok Tri Dharma Perguruan Tinggi, dipercaya juga melaksanakan tugas tambahan sebagai: Sekretaris Laboratorium Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (1995-2000); Sekretaris Redaksi Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis "SOCA" (2003-

Page 63: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

150

2008); Sekretaris Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (2004-2008); Sekretaris Program Studi Magister Agribisnis, Program Pascasarjana (2010-2014); Ketua Konsentrasi Pengembangan Masyarakat, Program Studi Agribisnis (2014-2016); Ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana (2016-2018); dan sejak 22 Januari 2018-sekarang sebagai Koordinator Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Penulis mengasuh mata kuliah pada bidang penyuluhan dan komunikasi, diantaranya: Dasar-dasar Komunikasi; Komunikasi Pembangunan Pertanian; Komunikasi Bisnis; Komunikasi antarBudaya; Perencanaan dan Evaluasi Program Pembangunan; dan Penyuluhan Pembangunan. Penelitian dan publikasi yang selama ini ditekuni menyangkut ranah bidang Penyuluhan, Komunikasi, dan Kelembagaan. Berbagai penelitian akademik telah dilakukan atas pendanaan dari Universitas Udayana dan Kementerian Ristek-Dikti. Juga penelitian kerjasama dengan instansi pemerintah (Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali) dan swata serta LSM.

Beberapa tulisan berupa chapter yang termuat dalam buku antara lain: Media Tradisional: Peranan dan Tantangannya dalam Pembangunan Pedesaan di Bali (dalam buku Lembaga Tradisional dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan di Bali, Udayana Press, 1994); Prospek dan Potensi Pengembangan Tanaman Pangan di Provinsi Bali (dalam buku Karya UNUD untuk Anak Bangsa, Edisi 2013, LPPM Universitas Udayana); Keragaman dan Produksi Komoditas Pertanian Eksisting (dalam Buku Pengembangn Sentra Komoditas Unggulan di Kabupaten Gianyar, Penerbit Swasta Nulus, 2014).

Dr. G. N. Alit Susanta Wirya, S.P., M.Agr. dilahirkan di Singaraja, 15 Januari 1968. Menamatkan Pendidikan Sarjana (S1) di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Uni-versitas Udayana pada tahun 1993. Melanjutkan pendidikan Pascasarjana (S2) di Graduate School of Agriculture, Shizuoka University, Bidang studi Phytopathology dan memperoleh gelar M.Agr pada tahun 2003. Gelar Doktor

dalam Bidang Science of Biological Environment diperoleh di School of Agricultural Science Gifu University tahun 2006. Penulis merupakan dosen tetap di Program studi Agroekoteknologi, Program Magister Bioteknologi Pertanian

Page 64: KEANEKARAGAMAN, MANFAAT, DAN HAMA PENYAKIT PENTING …

151

dan Program Doktor Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian Unud. Penulis juga aktif sebagai anggota peneliti di Academy Frontier Research Project (AFRP), Tokyo University of Agriculture, Japan dari tahun 2001 sampai dengan 2008, dengan topik penelitian tentang Pengendalian Biologi terhadap penyakit yang menginfeksi tanaman hortikultura di Bali. Sampai saat ini penulis masih aktif melakukan penelitian penyakit tanaman yang disebabkan oleh Jamur dan Bakteri, serta penelitian tentang pengendalian penyakit menggunakan agens Hayati. Berbagai hibah dan kerjasama penelitian nasional dan Internasional telah penulis kerjakan. Hasil Penelitian telah dipublikasikan pada jurnal Nasional terakreditisasi dan Internasional.

Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, M.Si. dilahirkan di Gianyar, Bali 20 Februari 1954. Menamatkan Pendidikan Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian Universitas Udayana pada tahun 1983 jurusan Teknik Pertanian. Melanjutkan pendidikan Pascasarjana (S2) di Universitas Udayana Bidang Studi Bioteknologi Pertanian dan memperoleh gelar M.Si pada tahun 2002. Gelar Doktor Ilmu Pertanian dalam Bidang

Studi Pengelolaan Sumber Daya Hayati diperoleh di Pascasarjana Unud tahun 2012. Penulis merupakan dosen tetap di Program studi Agroekoteknologi, Program Magister Bioteknologi Pertanian dan Program Magister Lahan Kering, disamping saat ini juga bertugas sebagai Ketua Lab. Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih di Fakultas Pertanian Unud. Penulis juga aktif sebagai anggota peneliti di Academi Frontier Research Project (AFRP), Tokyo University of Agriculture, Japan dari tahun 2001 sampai dengan 2008, dengan topik penelitian tentang penyakit virus yang menginfeksi tanaman Hortikultura di Bali. Pada tahun 2017 Penulis memperoleh Sertifikat Paten dengan No. Paten: IDP000044449 tentang Metode Pe-ngendalian Penyakit Mosaik pada Tanaman Cabai. Sampai saat ini penulis masih aktif melakukan penelitian penyakit tanaman yang disebabkan oleh pathogen virus. Berbagai hibah dan kerjasama penelitian nasional dan Internasional telah penulis kerjakan. Hasil Penelitian telah dipublikasikan pada jurnal Nasional terakreditisasi dan Internasional.