keanekaragaman dan kelimpahan serangga...

7
1 KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN SERANGGA PARASITOID DI LAHAN TEBU DESA PAKISJAJAR KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG Ima Aprillia Hariyanti 1 , Sofia Ery Rahayu 2 , Hawa Tuarita 2 1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No.5, Malang, Indonesia [email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan serangga parasitoid di lahan tebu Desa Pakisjajar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan swingnet dan yellowtrap di lahan tebu seluas 3000 m 2 pada 27 plot dengan luas @5x5 m. Jarak antar plot adalah 5 m. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan selang 3 hari. Analisis indeks keanekaragaman dengan menggunakan Shannon-Wiener, serta analisis indeks kemerataan, kekayaan, dan kelimpahan relatif dari serangga parasitoid. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 spesies serangga parasitoid yang termasuk ke dalam 7 famili. Serangga parasitoid tersebut merupakan parasitoid yang menyerang telur, larva, dan pupa hama penggerek tebu. Famili yang paling banyak ditemukan adalah famili Braconidae (ordo Hymenoptera). Nilai indeks keanekaragaman serangga parasitoid sebesar 2.25 (kategori sedang), nilai indeks kemerataan sebesar 0.93 (kategori tinggi), nilai indeks kekayaan sebesar 1.56 (kategori rendah), dan spesies yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi adalah Tetrastichus schoenobii (Hymenoptera: Braconidae) dengan nilai 19.93%. Kata Kunci: keanekaragaman, kelimpahan, serangga parasitoid, tebu, Kecamatan Pakis ABSTRACT This study is a descriptive exploratory with a quantitative approach which aims to determine the diversity and abundance of insect parasitoids in sugarcane of Desa Pakisjajar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Data collected using swingnet and yellowtrap in sugarcane land area of 3000 m 2 at 27 plot @5x5 m with a distance between plots is 5 m. Data collection was performed 3 times with an interval of 3 days. Data were analyze use the Shannon-Wiener diversity index, evenness index, richness index, and relative abundance of insect parasitoids. Results of this research were 11 species of insect parasitoids belonging to the 7 families. Insect parasitoids were attack the egg, larvae, and pupae of sugarcane stem borer. The most abundant family is Braconidae from order Hymenoptera. The value of diversity index of insect parasitoids is 2.25 (category: medium), value of evenness index is 0.93 (category: high), value of richness index is 1.56 (category: low), and the species that has the highest relative abundance was Tetrastichus schoenobii (Hymenoptera: Braconidae) with a value of 19.93%. Keywords: diversity, abundance, insect parasitoids, sugarcane, Kecamatan Pakis

Upload: hoangthuy

Post on 06-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN SERANGGA PARASITOID

DI LAHAN TEBU DESA PAKISJAJAR KECAMATAN PAKIS

KABUPATEN MALANG

Ima Aprillia Hariyanti1, Sofia Ery Rahayu

2, Hawa Tuarita

2

1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang No.5, Malang, Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan

kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan

serangga parasitoid di lahan tebu Desa Pakisjajar Kecamatan Pakis Kabupaten

Malang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan swingnet dan yellowtrap di

lahan tebu seluas 3000 m2 pada 27 plot dengan luas @5x5 m. Jarak antar plot adalah

5 m. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan selang 3 hari.

Analisis indeks keanekaragaman dengan menggunakan Shannon-Wiener, serta

analisis indeks kemerataan, kekayaan, dan kelimpahan relatif dari serangga

parasitoid. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 spesies serangga parasitoid

yang termasuk ke dalam 7 famili. Serangga parasitoid tersebut merupakan parasitoid

yang menyerang telur, larva, dan pupa hama penggerek tebu. Famili yang paling

banyak ditemukan adalah famili Braconidae (ordo Hymenoptera). Nilai indeks

keanekaragaman serangga parasitoid sebesar 2.25 (kategori sedang), nilai indeks

kemerataan sebesar 0.93 (kategori tinggi), nilai indeks kekayaan sebesar 1.56

(kategori rendah), dan spesies yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi adalah

Tetrastichus schoenobii (Hymenoptera: Braconidae) dengan nilai 19.93%.

Kata Kunci: keanekaragaman, kelimpahan, serangga parasitoid, tebu, Kecamatan

Pakis

ABSTRACT

This study is a descriptive exploratory with a quantitative approach which

aims to determine the diversity and abundance of insect parasitoids in sugarcane of

Desa Pakisjajar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Data collected using swingnet

and yellowtrap in sugarcane land area of 3000 m2 at 27 plot @5x5 m with a distance

between plots is 5 m. Data collection was performed 3 times with an interval of 3

days. Data were analyze use the Shannon-Wiener diversity index, evenness index,

richness index, and relative abundance of insect parasitoids. Results of this research

were 11 species of insect parasitoids belonging to the 7 families. Insect parasitoids

were attack the egg, larvae, and pupae of sugarcane stem borer. The most abundant

family is Braconidae from order Hymenoptera. The value of diversity index of insect

parasitoids is 2.25 (category: medium), value of evenness index is 0.93 (category:

high), value of richness index is 1.56 (category: low), and the species that has the

highest relative abundance was Tetrastichus schoenobii (Hymenoptera: Braconidae)

with a value of 19.93%.

Keywords: diversity, abundance, insect parasitoids, sugarcane, Kecamatan Pakis

2

PENDAHULUAN

Tebu (Saccharum officinarum) merupakan komoditi perkebunan yang

penting dalam pembangunan subsektor perkebunan, yaitu untuk memenuhi

kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara.

Jawa Timur merupakan propinsi penghasil gula terbesar di Indonesia dengan luas

172.736,53 ha. Wilayah lahan tebu terbesar terdapat di Kabupaten Malang yaitu

seluas 41.886 ha yang tersebar di beberapa kecamatan, salah satunya Kecamatan

Pakis (Ernawati dan Rahayu, 2014). Produktivitas tebu di Indonesia makin lama

makin merosot. Faktor penting yang berpotensi mengganggu produktivitas

perkebunan tebu di Indonesia adalah serangan hama tanaman (Sudarsono, 2011).

Berdasarkan hasil observasi di Kecamatan Pakis, hama yang menyerang di awal

musim tanam tebu adalah hama penggerek pucuk (Triporyza vinella F.). Hama

tersebut menyerang tanaman tebu umur 1-2 minggu yang menyebabkan tunas

tanaman membusuk. Saat tebu berusia 3-4 bulan, mulai muncul serangan hama

penggerek batang.

Kerugian yang disebabkan oleh hama tebu di Indonesia ditaksir mencapai

75%. Pengendalian hama yang dilakukan selama ini menggunakan bahan kimia.

Menurut Oka (1995) dalam Maesyaroh (2012), cara pengendalian tersebut dapat

menimbulkan efek negatif misalnya muncul resistensi hama, ledakan hama

sekunder, predator dan parasitoid ikut mati, mencemari lingkungan, dan

meninggalkan residu di dalam bagian tanaman. Berdasarkan efek negatif tersebut

maka perlu dilakukan teknik pengendalian hama yang ramah lingkungan

menggunakan teknik PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) merupakan konsep sekaligus strategi penanggulangan hama

dengan pendekatan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan

agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang terlanjutkan yang bertujuan

membatasi penggunaan pestisida sesedikit mungkin tetapi sasaran kualitas dan

kuantitas produksi pertanian masih dapat dicapai.

Serangga parasitoid, khususnya dari ordo Hymenoptera sangat umum dan

berlimpah pada ekosistem teresterial dan kebanyakan spesiesnya berkembang

sebagai parasitoid penting berbagai serangga hama tanaman pertanian. Berbagai

penelitian terdahulu tentang keanekaragaman serangga parasitoid di lahan tebu

masih dilakukan di luar Pulau Jawa, sedangkan penelitian di Pulau Jawa

khususnya di Kabupaten Malang Jawa Timur sangat jarang dilakukan. Kondisi

lingkungan di Jawa dan luar Jawa tentu berbeda dan hal ini akan mempengaruhi

keanekaragaman serangga parasitoid. Menurut Hamid dan Yunisman (2007),

sebagian besar penelitian tentang serangga parasitoid selama ini masih

terkonsentrasi pada biologi dan siklus hidup parasitoid serangga hama tertentu

(outekologi), akan tetapi data tentang keanekaragaman, kelimpahan dan

komposisi spesies serangga parasitoid (sinekologi) masih sangat terbatas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis serangga parasitoid dan perannya,

nilai indeks keanekaragaman, kemerataan, kekayaan, dan kelimpahan relatif

serangga parasitoid di lahan tebu desa Pakisjajar Kecamatan Pakis Kabupaten

Malang.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan

pendekatan kuantitatif. Pengambilan data dilakukan di lahan tebu Desa Pakisjajar,

3

Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Identifikasi serangga parasitoid dilakukan

di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri

Malang. Penelitian dimulai pada bulan Februari – April 2015. Pengambilan

sampel dilakukan pada 27 plot ukuran 5x5 meter dengan jarak 5 meter pada lahan

tebu seluas 3000 m2. Pengambilan data dilakukan pada pukul 06.00-08.00, 10.00-

12.00 dan 14.00-16.00 WIB, dilaksanakan sebanyak 3 kali ulangan dengan selang

3 hari. Pengukuran faktor abiotik yang dilakukan meliputi pengukuran suhu dan

kelembaban udara, intensitas cahaya matahari, dan kecepatan angin. Identifikasi

serangga parasitoid didasarkan atas karakter morfologi panjang dan warna tubuh,

tipe antena, serta venasi sayap. Panduan identifikasi menggunakan buku

Pegenalan Pelajaran Serangga oleh Borror dan White (1992) dan buku

Hymenoptera of The World: An Identification Guide to Families oleh Goulet dan

Hubner (1993). Data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif untuk mengetahui

jenis serangga parasitoid dan perannya, indeks keanekaragaman, kemerataan,

kekayaan, dan kelimpahan relatif serangga parasitoid.

HASIL

Pengambilan data dilakukan pada musim hujan dengan rerata faktor abiotik

suhu udara 30,900C, kelembaban udara 67,57%, intensitas cahaya matahari 321,61

Lux, dan kecepatan angin 0,25 m/s. Hasil identifikasi serangga parasitoid yang

ditemukan terdiri dari 2 ordo, 7 familia, 11 genus, dan 11 spesies. Seluruh

serangga tersebut merupakan spesies serangga yang berperan sebagai parasitoid

yang menyerang fase telur, larva, maupun pupa dari hama tanaman tebu. Daftar

ordo, famili, genus, dan spesies dari serangga parasitoid yang ditemukan di lahan

tebu Desa Pakisjajar dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut.

ORDO FAMILIA GENUS SPESIES

Gambar 1 Spesies Serangga Parasitoid yang ditemukan di Lahan Tebu

Hymenoptera

Braconidae

Cotesia Cotesia flavipes

Elasmidae

Agathis

Allorhogas

Rhaconotus

scirpophagae Stenobracon

Agathis nigra

Allorhogas sp.

Rhaconotus scirpophagae

Stenobracon trifasciatus

Elasmus Elasmus zehntneri

Eulophidae Tetrastichus Tetrastichus schoenobii

Scelionidae

Trichogramma

tidae

Chalcididae

Tachinidae

Telenomus

Trichogramma

Brachymeria

Sturmiopsis

Telenomus rowanii

Trichogramma japonicum

Brachymeria sp.

Sturmiopsis inferens Diptera

4

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa serangga parasitoid yang

ditemukan di lahan tebu Desa Pakisjajar terdiri dari 2 ordo yaitu Hymenoptera dan

Diptera. Pada ordo Hymenoptera ditemukan famili Braconidae, Elasmidae,

Eulophidae, Scelionidae, Trichogrammatidae, dan Chalcididae. Famili yang

dominan ditemukan pada ordo ini adalah famili Braconidae yang terdiri atas 5

genus dan 5 spesies yaitu Cotesia flavipes, Agathis nigra, Allorhogas sp,

Rhaconothus scirpophagae, dan Stenobracon trifasciatus. Pada ordo Diptera

hanya ditemukan 1 famili Tachinidae yaitu Sturmiopsis inferens.

Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan serangga parasitoid di

lahan tebu Desa Pakisjajar dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Nilai indeks keanekaragaman serangga parasitoid di Lahan Tebu Desa Pakisjajar

Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

Indeks Nilai Kategori

H’ (Keanekaragaman) 2,25 Sedang

E (Evenness) 0,93 Tinggi

R (Richness) 1.56 Rendah

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai indeks keanekaragaman

serangga parasitoid tergolong sedang, indeks kemerataan tergolong tinggi, dan

indeks kekayaan tergolong rendah.

Nilai kelimpahan relatif daritiap spesies serangga parasitoid yang ditemukan

di lahan tebu Desa Pakisjajar dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Nilai Kelimpahan Relatif Serangga Parasitoid di Lahan Tebu Desa Pakisjajar

Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

No Nama Spesies Jumlah Individu Kelimpahan Relatif (%)

1 Tetrastichus schoenobii 119 19.93

2 Telenomus rowanii 81 13.56

3 Cotesia flavipes 63 10.55

4 Elasmus zehntneri 70 11.72

5 Brachymeria sp. 55 9.21

6 Trichogramma japonicum 53 8.87

7 Sturmiopsis inferens 53 8.87

8 Rhaconotus scirpophagae 42 7.03

9 Stenobracon trifasciatus 30 5.02

10 Allorhogas sp. 23 3.85

11 Agathis nigra 8 1.34

Jumlah 597

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa spesies dengan kelimpahan relatif

tertinggi adalah Tetrastichus schoenobii (Hymenoptera: Braconidae) dengan nilai

19.93%, sedangkan spesies dengan nilai kelimpahan relatif terendah adalah

Agathis nigra (Hymenoptera: Braconidae) dengan nilai 1.34%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data, famili yang paling banyak ditemukan di

lahan tebu Desa Pakisjajar adalah famili Braconidae dari ordo Hymenoptera.

Anggota dari famili Braconidae yang ditemukan merupakan parasitoid yang

menyerang larva hama penggerek batang (Chilo sp.) dan penggerek pucuk tebu

5

(Triporyza vinella), sedangkan famili lain yang ditemukan merupakan jenis

parasitoid yang menyerang fase telur, larva, dan pupa dari hama penggerek tebu.

Anggota dari Braconidae memiliki kemampuan hidup yang tinggi, kemampuan

oviposisi yang baik, dan keturunan dengan nisbah kelamin betina lebih banyak

daripada jantan. Adanya kemampuan hidup yang tinggi disebabkan oleh adanya

mekanisme pertahanan terhadap enkapsulasi oleh inang. Enkapsulasi merupakan

salah satu jenis mekanisme pertahanan serangga inang dimana sel-sel darah

serangga (hemosit) menyelimuti telur atau larva parasitoid sehingga dapat

mengakibatkan kematian pada stadia pradewasa parasitoid. Anggota dari famili

Braconidae diketahui mampu mengatasi sistem enkapsulasi ini dengan cara

menginjeksikan virus (polydnavirus) yang terdapat pada saluran reproduktif

imago parasitoid betina yakni bernama Bracovirus ke dalam tubuh inang.

Akibatnya, sistem pertahanan inang terganggu sehingga dapat melindungi telur

parasitoid yang dioviposisikan dari enkapsulasi (Trizelia, 2011). Pada masa tidak

ada inang, anggota famili Braconidae juga mampu untuk melakukan resorpsi telur

(oosorption) yang menghasilkan nutrisi sebagai sumber energi bagi parasitoid dan

menyebabkan lama hidup yang lebih panjang (Akbar et al, 2012). Parasitoid ini

juga memiliki kemampuan oviposisi yang baik. Akbar, et al (2012) melaporkan

bahwa parasitoid S. manilae (Hymenoptera: Braconidae) mampu langsung

meletakkan telur pada inangnya walaupun sebelumnya tidak mendapat inang

selama 7 hari berturut-turut. Selain itu, nisbah kelamin keturunannya lebih banyak

jumlah betina daripada jantan sehingga kemampuan parasitasi lebih maksimal.

Budianto, et al (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa rata-rata nisbah

kelamin yang dihasilkan oleh Cotesia flavipes (Hymenoptera: Braconidae) yang

telah berkopulasi antara jantan dan betina adalah 1:2,75.

Nilai indeks keanekaragaman serangga parasitoid tergolong kategori sedang.

Hal ini disebabkan oleh adanya aktivitas pertanian tebu. Downie, et al (1999)

dalam Pradhana, et al (2014) menyatakan bahwa pada lahan pertanian, adanya

praktek pertanian memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keanekaragaman

serangga. Aktivitas tersebut menyebabkan habitat serangga parasitoid mengalami

tekanan lingkungan berupa hilangnya tumbuhan liar sebagai sumber pakan,

shelter, dan sinks bagi imago serangga parasitoid (Meidalima, 2014). Nilai indeks

kemerataan serangga parasitoid tergolong kategori tinggi. Ummi (2007)

menyebutkan bahwa nilai indeks kemerataan yang mendekati 1 menunjukkan

bahwa kondisi habitat pada semua stasiun pengamatan adalah homogen, artinya

sumber daya alami pendukung kehidupan serangga keberadaannya merata pada

semua habitat. Odum, (1993) menambahkan bahwa sebaran cacah individu yang

merata mengindikasikan tidak adanya dominansi spesies. Nilai indeks kekayaan

serangga parasitoid tergolong kategori rendah. Indeks kekayaan Margallef (R)

merupakan indeks yang menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas, dimana

besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu pada

suatu areal (Subekti, 2013). Semakin banyak jumlah spesies maka terdapat

kecenderungan semakin baik atau tinggi keanekaragamannya (Karmana, 2010).

Pada penelitian ini, jumlah spesies dan individu serangga parasitoid yang

ditemukan tergolong memiliki kekayaan jenis yang rendah namun kemerataannya

tinggi sehingga menghasilkan keanekaragaman yang tergolong sedang.

Serangga parasitoid dengan kelimpahan relatif tertinggi adalah Tetrastichus

schoenobii (Hymenoptera: Braconidae). Tetrastichus schoenobii memiliki

6

kelimpahan yang tinggi karena memiliki kemampuan hidup dan daya reproduksi

yang tinggi. Hasil penelitian Sidauruk, et al (2013) menunjukkan bahwa

Tetrastichus sp. yang muncul dari tubuh pupa inang dapat langsung berkopulasi.

Tetrastichus sp. juga merupakan parasitoid gregarius yaitu pada satu inang dapat

muncul beberapa individu parasitoid. Moore (2007) juga menyatakan bahwa di

dalam tubuh inang, larva Tetrastichus sp. tidak menyerang sesamanya atau

dengan kata lain parasitoid ini tidak kanibal, namun larva parasitoid ini tetap

memarasit inang sehingga inang kehilangan turgor, menjadi gelap, dan busuk.

Keanekaragaman dan kelimpahan serangga parasitoid yang ditemukan sangat

dipengaruhi faktor abiotik sebab pengambilan data dilakukan pada musim hujan.

Pabbage (2013) menyatakan bahwa pengendalian biologis menggunakan serangga

parasitoid sangat tergantung dari kondisi lingkungan fisik seperti suhu, kecepatan

angin, radiasi matahari, dan curah hujan.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ditemukan 11 spesies

serangga parasitoid yang termasuk dalam 7 famili dan merupakan parasitoid yang

menyerang fase telur, larva, dan pupa dari hama penggerek tebu di lahan tebu

Desa Pakisjajar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Nilai ndeks

keanekaragaman serangga parasitoid sebesar 2.25 (kategori sedang), nilai indeks

kemerataan sebesar 0.93 (kategori tinggi), dan nilai indeks kekayaan sebesar 1.56

(kategori rendah). Spesies dengan kelimpahan relatif tertinggi adalah Tetrastichus

schoenobii (Hymenoptera: Braconidae) dengan nilai 19.93%.

Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat dilakukan berbagai penelitian lanjutan

antara lain mengenai keanekaragaman dan kelimpahan serangga parasitoid pada

musim dan usia tebu yang berbeda, tanggap fungsional pada berbagai suhu,

distribusi temporal dan spasial, serta daya parasitasi dari serangga parasitoid di

lahan tebu Desa Pakisjajar. Pengambilan data menggunakan swingnet dan yellow

trap dapat dikombinasikan dengan alat lain seperti aspiratory untuk mendapatkan

hasil yang maksimal.

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, M. E., Buchori, D. 2012. Pengaruh Lama Ketiadaan Inang terhadap

Kapasitas Reproduksi Parasitoid Snellenius manilae Ashmead

(Hymenoptera: Braconidae). Jurnal Entomologi Indonesia. 9 (1): 14-22

Budianto, S., Tobing, M. C., Hasanuddin. 2014. Parasitasi Cotesia flavipes Cam.

(Hymenoptera: Braconidae) terhadap Larva Chilo auricilius Dudg.

(Lepidoptera: Crambidae) dan Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera:

Crambidae) di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. 2 (3): 989-

993

Ernawati, D., Rahayu, A. K. 2014. Serangan Penggerek Pucuk Tebu Scirpophaga

nivella di Jawa Timur. (Online),

(http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/19.

7

%20penggerek%20pucuk%20tebu%20ok.pdf), diakses pada 22 November

2014

Hamid, H., Yunisman. 2007. Keanekaragaman Hymenoptera Parasitoid pada

Berbagai Ekosistem Pertanian di Sumatera Barat. (Online),

(http://repository.unand.ac.id/3986/1/Hasmiadi_Hamid_artikel.pdf), diakses

pada 24 November 2014.

Karmana, I. W. 2010. Analisis Keanekaragaman Epifauna dengan Metode Koleksi

Pitfall Trap di Kawasan Hutan Cangar Malang. Jurnal Ganec Swara. 4 (1):

1-5

Maesyaroh, S. S. 2012. Peran Predator serta Musuh Alami Lain pada

Agroekosistem Wortel di Wilayah Cikajang Kabupaten Garut. Skripsi.

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Meidalima, D. 2014. Parasitoid Hama Penggerek Batang dan Pucuk Tebu di Cinta

Manis, Organ Ilir Sumatera Selatan. Jurnal Biosaintifika. 6 (1): 1-7

Moore, A. D. 2007. Phenology of a Native Tetrastichus sp. (Hymenoptera:

Eulophidae) as a Parasitoid of the Introduced Gall Midge Cystiphora

scmidti (Rubsameen) (Diptera: Cecidomyiidae). Australian Journal of

Entomology. 28 (1): 63-68

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Pabbage, M. S. 2013. Kinerja Parasitoid Trichogramma evenescens Westwood

dalam Pengendalian Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee

di Lapangan. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Balai

Penelitian Tanaman Serelia

Pradhana, R. A. I., Mudjiono, G., Karindah, S. 2014. Keanekaragaman Serangga

dan Laba-Laba pada Pertanaman Padi Organik dan Konvensional. Jurnal

HPT. 2 (2): 58-66

Sidauruk, Dewi L.; Tobing, Maryani Cyccu; Tarigan, Mena Uly. 2013. Daya

Parasitasi Tetrastichus sp. (Hymenoptera: Eulophidae) pada Pupa

Phragmatoecia castaneae (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium. Jurnal

Online Agroekoteknologi. 1 (2): 76-87

Subekti, N. 2013. Keanekaragaman Jenis Serangga di Hutan Tinjomoyo Kota

Semarang, Jawa Tengah. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Sudarsono, H. 2011. Kajian Beberapa Karakteristik Biologi Penggerek Batang

Tebu Berkilat Chilo auricilius dan Parasitoidnya (Trichogramma chilonis).

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNILA: 33-

39

Trizelia. 2011. Peranan Polydnavirus dalam Menghambat Respon Enkapsulasi

Parasitoid. Jurnal Manggaro. 12 (2): 81-86

Ummi, Z. R. 2007. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah di UPT Balai

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi – LIPI (Desa Purwodadi

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Malang). Skripsi. Universitas Islam

Negeri (UIN) Malang