ke-tuhanan yang berkebudayaan

13
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang....................................... 1 Rumusan Masalah...................................... 1 Tujuan Penulisan..................................... 1 BAB II ISI Konsep “Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan” dalam Pidato Ir. Soekarno dalam Pengusulan Asas Dasar Negara di Sidang BPUPKI....................................... 2 Arti Kebudayaan...................................... 3 Keterkaitan antara Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan dengan Keanekaragaman Budaya di Indonesia................... 3 BAB III KESIMPULAN 7 DAFTAR PUSTAKA 8

Upload: rizki-amalia

Post on 22-Jun-2015

221 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1Latar Belakang....................................................................................................... 1Rumusan Masalah................................................................................................. 1Tujuan Penulisan................................................................................................... 1

BAB II ISIKonsep “Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan” dalam PidatoIr. Soekarno dalam Pengusulan Asas Dasar Negara di Sidang BPUPKI.............. 2Arti Kebudayaan.................................................................................................... 3Keterkaitan antara Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan dengan Keanekaragaman Budaya di Indonesia................................................................. 3

BAB III KESIMPULAN 7DAFTAR PUSTAKA 8

Page 2: Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan, setiap pulau mempunyai sejarah tersendiri dan nenek moyang yang berbeda - beda. Oleh karena itu Indonesia terdiri dari beranekaragam budaya, ras, suku, dan agama. Walaupun penduduk di Indonesia beranekaragam tapi mereka hidup berdampingan dengan damai, saling membantu, dan saling menghargai antara penganut agama yang satu dengan yang lainnya. Kemudian pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato untuk mengemukakan usulan tentang dasar negara dan salah satu dari usulannya tersebut beliau menyebutkan konsep “Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep “Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan” yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno pada sidang BPUPKI jika dikaitkan dengan keanekaragaman budaya di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kaitan dari konsep “Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan” dengan keanekaragaman budaya di Indonesia.

Page 3: Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan

BAB II

ISI

A. Konsep “Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan” dalam Pidato Ir. Soekarno dalam Pengusulan Asas Dasar Negara di Sidang BPUPKI

Dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengajukan lima rancangan dasar negara Indonesia Merdeka, yaitu :1. Kebangsaan Indonesia,2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,3. Mufakat atau Demokrasi,4. Kesejahteraan Sosial5. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

Paham Kebangsaan yang diusulkan oleh Ir. Soekarno mengarah kepada arti luas yaitu kesatuan Indonesia yang terdiri dari kepulauan. Bangsa Indonesia merupakan seluruh manusia – manusia yang menurut geo-politik yang telah ditentukan oleh Allah SWT tinggal di kesatuan semua pulau – pulau di Indonesia dari ujung Sumatera sampai Irian. Hal tersebut ada dalam pidato Ir. Soekarno “Saya minta saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo dan saudara Islam lainnya : maafkanlah saya memakai perkataan “kebangsaan” ini! Saya pun orang Islam. Tetapi saya minta kepada saudara – saudara, janganlah saudara – saudara salah faham jikalau saya katakan bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar kebangsaan. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti sempit, tetapi saya menghendaki satu Nasionale Staat, seperti yang saya katakan dalam rapat di Taman Raden Saleh beberapa hari yang lalu. Satu Nasionale Staat Indonesia bukan berarti staat yang sempit. Sebagai saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo katakan kemarin, maka tuan adalah orang bangsa Indonesia, bapak tuan pun adalah orang Indonesia, nenek tuan pun bangsa Indonesia, datuk – datuk tuan, nenek-moyang tuan pun orang Indonesia. Diatas satu kebangsaan Indonesia, dalam arti yang dimaksudkan oleh saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita dasarkan negara Indonesia”1

Prinsip kedua yang diusulkan oleh Ir. Soekarno ada dalam pidatonya yang berbunyi “kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa – bangsa. Justru inilah prinsip saya yang kedua. Inilah filosofisch principe yang nomor dua yang saya usulkan kepada tuan – tuan, yang boleh saya namakan internasionalisme.”2

❑1Risalah Sidang BPUPKI – PPKI 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik

Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 92 - 93

❑2 Risalah Sidang BPUPKI – PPKI 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik

Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 97

Page 4: Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan

Prinsip yang ketiga adalah mufakat, dasar perwakilan, dasar dan permusyawaratan. Menurut Ir. Soekarno, Indonesia bukanlah negara untuk satu orang, bukan juga untuk satu golongan, walaupun golongan itu kaya. Namun negara Indonesia didirikan untuk semua kalangan “satu buat semua, semua buat satu”.

Prinsip yang keempat adalah Kesejahteraan, sesuai dalam pidato beliau “kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan dalam mencari hidup, yakni politiek-economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial!”3

Prinsip yang kelima menurut Ir. Soekarno adalah Tuhan Yang Maha Esa yang dalam pidatonya beliau menyampaikan “Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme-agama. Dan hendaknya negara Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan.”4

B. Arti Kebudayaan

Dalam pidato Ir. Soekarno, beliau mengakatakan “ber-Tuhan secara kebudayaan”. Kebudayaan mempunyai beberapa definisi. Menurut Tylor definisi budaya adalah “keseluruhan kompleks yang memuat pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan, dan segala kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.”5

Kebudayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.”6

C. Keterkaitan antara Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan dengan Keanekaragaman Budaya di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau – pulau. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar di pulau - pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan.

❑3 Risalah Sidang BPUPKI – PPKI 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik

Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 100

❑4 Risalah Sidang BPUPKI – PPKI 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik

Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 101

❑5Franz – Joseph Eilers, Communicating Between Cultures, Universitas Gregorianas, Roma, 1987,

hlm. 16

❑6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa, Cetakan ke 2, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 131

Page 5: Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan

Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Karena hal tersebut tidak dapat dipungkiri adanya keanekaragaman budaya di Indonesia.

Oleh karena itu Ir. Soekarno dalam menentukan dasar negara yang dimana sebagai kepribadian bangsa Indonesia, berarti bahwa Pancasila mempunyai sifat atau ciri khas bagi bangsa Indonesia yang sudah ada sejak dahulu, berkembang hingga sekarang dan tentu saja pada masa yang akan datang. Sehingga dalam menyikapi keberanekaragaman kebudayaan khususnya agama, beliau dalam prinsip yang ke lima mengatakan bahwa “Prinsip Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia yang ber-Tuhan, tetapi masing – masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang belum ber-Tuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW, orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab – kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme-agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan.” 6

Maksud dari “ber-Tuhan secara kebudayaan” menurut beliau diungkapkan juga dalam pidatonya yang berbunyi “Marilah kita amalkan, jalan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara yang berkeadapan. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat - menghormati satu sama lain. Nabi Muhammad SAW telah memberi bukti yang cukup tentang verdraagzaamheid, tentang menghormati agama – agama yang lain. Nabi Isa pun telah menunjukkan verdraagzaamheid itu. Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan bahwa prinsip kelima daripada negara kita ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, ke-Tuhanan yang berbudi pekerti yang luhur, ke-Tuhanan yang hormat – menghotmati satu sama lain. Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara – saudara menyetujui bahwa Negara Indonesia Merdeka berasaskan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.”7

Dalam membetuk negara diperlukan adanya persatuan dari beranekaragam budaya. “Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak hanya merupakan peristiwa politik, tetapi juga merupakan peristiwa budaya. Salah satu aspek budaya adalah perubahan dari kesatuan kesatuan - etnis kepada kesatuan yang baru, yaitu negara kebangsaan mengimplikasikan perubahan identitas masyarakat. Individu harus mengidentifikasikan dirinya secara baru dalam suatu sistem politik yang baru.

❑6 Risalah Sidang BPUPKI – PPKI 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik

Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 101

❑7 Risalah Sidang BPUPKI – PPKI 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik

Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 101

Page 6: Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan

Identitas dengan basis kesukuan, agama, atau sistem budaya tertentu barulah menjadi identitas berdasarkan nasionalisme.”8 Dengan konsep Ir. Soekarno yang kelima tersebut maka mempermudah dalam pembentukan persatuan bangsa Indonesia yang agamanya beranekaragam, meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga terciptanya suasana kehidupan yang harmonis dan saling menghormati dalam semangat kemajemukan.

Dalam upaya mencapai tujuan dari prinsip Ketuhanan Yang Berkebuyaan itu dicantumkan pada UUD 1945:

Pasal 28E(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih

pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. **)

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nurani. **)

Pasal 29(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing – masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu.

Di Indonesia ada 5 agama yang diakui oleh negara dan dianut oleh rakyat Indonesia, agama tersebut antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Dengan adanya pasal tersebut telah terlihat bahwa negara sangat menjujung tinggi adanya keanekaragaman budaya di Indonesia khususnya agama, sehingga membebaskan warga negaranya untuk memeluk salah satu agama dari kelima agama yang sesuai dengan kepercayaan yang mereka miliki.

Dalam setiap agama tersebut pastilah ada perintah bagi umatnya untuk beribadat. Dalam melakukan ibadat pun negara memberi kebebasan, justru malah melindungi kemerdekaan mereka yang sedang beribadat. Oleh karena itu, hendaknya umat agama yang satu saling menghormati terhadap umat agama yang lain, sehingga kerukunan antar umat pun terjaga.

Seperti yang dikatakan Abdurrahman Wahid mengenai Pancasila sebagai ideologi dalam kaitannya dengan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Agama – agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan tetap saling berbeda, baik secara kelembagaan maupun orientasi kehidupannya.

❑8 Oetojo Oesman dan Alfian, Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam Berbagai Kehidupan

Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara, Perum Percetakan Negara R.I, Jakarta, 1991, hlm. 149

Page 7: Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan

Namun, di balik perbedaan – perbedaan itu, secara keseluruhan agama – agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tetap mengembangkan sejumlah pandangan yang bersifat universal. Tekanan pada kejujuran (baik sikap maupun perilaku), keikhlasan dan ketulusan dalam sikap dan tindakan, tekanan pada sisi keakhiratan dan keduniawian dalam porsi cukup seimbang, dan sejumlah hal – hal lain yang mendasar dapat ditarik dari agama - agama yang ada dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini lalu dapat dilakukan inventarisasi sejumlah etos tertentu yang dianggap disepakati bersama, untuk dijadikan landasan seterusnya.”9

❑9 Oetojo Oesman dan Alfian, Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam Berbagai Kehidupan

Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara, Perum Percetakan Negara R.I, Jakarta, 1991, hlm. 168

Page 8: Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan

BAB III

KESIMPULAN

Indonesia terdiri dari beranekaragam budaya yang khususnya agama. Agama di Indonesia terdiri dari 5 agama, yang diantaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Untuk mencapai persatuan negara dibutuhkannya kerukunan antara umat agama yang satu dengan yang lain. Maka dengan itu Ir. Sokerno dalam mengemukakan prinsip dasar negara yang kelima adalah Ketuhanan Yang Berkebudayaan maksudnya yaitu setiap orang bebas memilih dan memeluk agama yang mereka percayai, bebas melakukan ibadat sesuai dengan perintah agamanya masing – masing, saling menghormati antara umat agama yang satu dengan umat agama yang lain, meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga terciptanya suasana kehidupan yang harmonis.

Page 9: Ke-Tuhanan Yang Berkebudayaan

DAFTAR PUSTAKA

Risalah Sidang BPUPKI – PPKI 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945. Sekretariat Negara Republik Indonesia Jakarta. 1998

Oesman, Oetojo dan Alfian. Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam Berbagai Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara. Perum Percetakan Negara R.I. Jakarta. 1991

Daroeso, Bambang dan Suyamo. Filsafat Pancasila. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. 1989

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Cetakan ke 2. Balai Pustaka. Jakarta. 1989