kajian komparatif atas penggunaan aacr....pdf
TRANSCRIPT
1
Kajian komparatif atas penggunaan AACR2
dan RDA dalam format MARC21 terhadap
bahan perpustakaan
SUHARYANTO
ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan AACR 2 dan RDA dengan
format MARC 21 dalam pengatalogan bahan perpustakaan yang terdapat di Perpustakaan
Nasional RI. Kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata mengenai
pengatalogan dengan standar RDA dalam format MARC 21. Metode dalam kajian ini
menggunakan metode kualitatif dengan melakukan studi komperatif dengan lokasi kajian
di Bidang Pengolahan Bahan Pustaka, Perpustakaan Nasional RI. Pembahasan kajian
dibagi menjadi 2 (dua) bagian. Bagian pertama membahas tentang perbandingan AACR 2
dan RDA ditinjau dari segi fisik dan isi dan Bagian kedua membahas tentang perbandingan
AACR 2 dan RDA ditinjau dari segi pengatalogan deskriptif dan titik akses dengan
menggunakan format MARC 21. Hasil kajian menunjukkan bahwa adanya perbedaan baik
dari segi fisik/isi secara keseluruhan maupun perbedaan dalam pengatalogan deskriptif dan
penentuan titik akses diantaranya ; AACR 2 diterbitkan hanya dalam bentuk tercetak.
Sedangkan RDA di terbitkan dalam dua versi, yaitu tercetak dan web
(http://www.rdatoolkit.org/) Struktur AACR 2 terdiri dari 2 (dua) bagian: Deskripsi
Bibliografis Tajuk, judul seragam, dan referensi, sedangkan RDA terdiri dari 3 (tiga):
Resource Description (sumber deskripsi) Relationships Dalam AACR 2 untuk pernyataan
judul sebenarnya diikuti dengan General Material Designation (GMD) pernyataan bahan
umum. RDA tidak lagi menggunakan GMD tetapi digantikan dengan ruas 336, 337, dan
338. Ruas 336 merupakan Content Type (RDA 6.9) Jenis isi “apa isinya?”. Ruas 337
merupakan Media Type (RDA 3.2) Jenis media “bagaimana menyimpannya?”, dan Ruas
338 Carrier Type (RDA 3.3) jenis bawaan/sumber “dimana disimpannya?” Penulisan
untuk daerah edisi ruas 250, daerah deskripsi fisik ruas 300 penulisan sesuai apa yang
tertera dalam sumber informasi.Hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan masukkan
untuk penerapan RDA di Indonesia khususnya di Perpustakaan Nasional RI. Penerapan
RDA dapat dilakukan dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:Pembentukan Tim
Komite Pengatalogan, penyusunan pedoman penggunaan RDA, Penyesuaian format
IndoMARC berdasarkan dengan MARC 21 yang sudah disesuaikan dengan RDA.
Penerapan RDA di dalam pengatalogan bahan perpustakaan.
Kata kunci : AACR 2, IndoMARC,MARC 21, pengatalogan, RDA,
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Standar dalam pengatalogan bahan perpustakaan diantara
menggunakan International Standard Bibliographic Description (ISBD) dan Anglo
American Cataloguing Rules (AACR 2). Sejak tahun 2010 mulai diterapkan standar
pengatalogan baru yang akan mengganti AACR 2 yaitu Resource Description and Access
(RDA). RDA dirancang sebagai format pengatalogan deskriptif dan akses untuk semua
jenis bahan perpustakaan terutama untuk sumber-sumber digital. RDA dapat diterapkan
dengan menggunakan standar metada Machine Readable Cataloguing 21 (MARC 21).
Pada saat ini RDA telah diterapkan oleh beberapa negara di dunia sebagai standar
pengatalogan antara lain oleh Perpustakaan Nasional :
Bibliothèque et Archives Nationales du Québec
British Library
Library and Archives Canada
Library of Congress (Amerika Serikat)
National Agricultural Library (Amerika Serikat)
National Library Board (Singapura)
National Library of Australia
National Library of Malaysia
National Library of Medicine (Amerika Serikat)
National Library of the Philippines
Lembaga lain yang telah menerapkan RDA adalah :
Brigham Young University (Amerika Serikat)
Cambridge University (Inggris)
Courtauld Institute (Inggris)
North Carolina State University (Amerika Serikat)
OLIS/Bodleian Library (Inggris)
University of Chicago (Amerika Serikat)
University of Warwick (Inggris)
3
U.S. Government Printing Office (Amerika Serikat)
Sedangkan di Indonesia terutama Perpustakaan Nasional RI dalam pengolahan bahan
perpustakaan masih menggunakan standar AACR 2 diikuti dengan penggunaan format
IndoMARC yang mengadopsi dari MARC 21.
Dengan terbitnya RDA timbul suatu masalah yang dihadapi oleh pustakawan saat ini
yaitu:
1. Bagaimana menyikapi perkembangan dalam pengatalogan bahan perpustakaan di dunia
yang pada saat ini sudah beralih menggunakan standar pengatalogan RDA.
2. Bagaimana penerapan RDA dalam pengatalogan dan apa saja yang menjadi perbedaan
antara AACR dan RDA. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan tersebut perlu
dilakukan suatu kajian tentang pengatalogan berbasis RDA.
1.2 Fokus Kajian
Bagaimana penerapan AACR 2 dan RDA dengan MARC 21 digunakan dalam
pengatalogan bahan perpustakaan yang terdapat di Perpustakaan Nasional RI.
1.3 Tujuan Kajian
Bertolak dari fokus kajian di atas maka tujuan kajian ini adalah mengkaji bagaimana
penerapan AACR 2 dan RDA dengan format MARC 21 yang digunakan dalam pengatalogan
bahan perpustakaan yang terdapat di Perpustakaan Nasional RI.
Dari penerapan itu diharapkan dapat diketahui:
a. Perbedaan fisik dan isi antara AACR 2 dengan RDA.
b. Perbedaan pengatalogan deskriptif antara AACR 2 dengan RDA dalam format MARC
21.
c. Perbedaan penentuan titik akses antara AACR 2 dengan RDA dalam format MARC 21.
1.4 Manfaat Kajian
Kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata mengenai pengatalogan
dengan standar RDA, diantaranya adalah:
a. Diperoleh pengalaman aplikasi RDA dengan MARC 21, selanjutnya dituangkan dalam
pedoman pengatalogan.
4
b. Sebagai pedoman pembinaan Perpustakaan Nasional RI terhadap perpustakaan lain di
Indonesia yang akan menerapkan RDA.
c. Menambah khasanah keilmuan, khususnya Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
1.5 Metode Kajian
Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan studi komperatif:
a. Melakukan pembandingan AACR 2 dengan RDA secara fisik dan isi.
b. Menentukan indikator yang akan dibandingkan, misal ruas 100, 245, 250, 260, 300,
440/490, dan 700
c. Pengatalogan AACR 2 dan RDA berbasis MARC 21
d. Kajian perbandingan antara hasil kedua pedoman
e. Menganalisis persamaan
f. Menganalisis perbedaan
g. Tafsiran mengapa berbeda
h. Pembuatan rangkuman
.
1.6 Lokasi Kajian
Kajian ini akan mengamati dokumen tentang AACR 2, RDA, dan MARC 21 di
Perpustakaan Nasional RI, maka lokasi kajian ditentukan di Bidang Pengolahan Bahan
Pustaka Perpustakaan Nasional RI.
5
II. KAJIAN PEMBANDING YANG TELAH DILAKUKAN
Kajian yang mendalam tentang RDA masih sangat jarang dilakukan kalaupun ada
masih terbatas pada karya tulis ilmiah tentang RDA. Beberapa karya tulis dan kajian
tentang RDA diantaranya pernah ditulis oleh :
1. Luh Putu Sri Aryani, 2012 dengan judul “RDA di Indonesia : Antara Harapan dan
Kenyataan”.
2. Wishnu Hadi, 2011 dengan judul “Mengenal Resource Description & Access (RDA)
dan Aplikasinya dalam Dunia Perpustakaaan”.
3. Fahrul Rozi1 dan Ardoni, 2012 dengan judul “Analisis Perbedaan AACR 2 (Anglo-
American Cataloging Rules 2nd Edition) dan RDA (Resources Description and
Access)”.
4. Sulistyo Basuki, 2013 dengan judul “Tinjauan Teoritis Resource Description and
Access (RDA)”.
5. Suharyanto, 2013 dengan judul “Perubahan dari AACR 2 ke RDA : Perbandingan
dengan Format MARC 21”.
Luh Putu Sri Aryani dalam tulisannya “RDA di Indonesia : Antara Harapan dan
Kenyataan” mengemukakan bahwa RDA adalah lanjutan dari AACR 2 dimana dalam
RDA ditambahkan elemen-elemen digital, format video, informasi sumber arsip, karakter
huruf Braille, URLs, pengidentifikasi entitas, bahasa dan lain-lain. Keunggulan RDA
adalah lebih sederhana daripada AACR 2 serta dapat diaplikasikan untuk katalogisasi data
digital dan dokumen web. Keunggulan ini memberikan peluang bagi user untuk
memperoleh informasi lebih banyak daripada apa yang diinginkan karena pada RDA
memuat segala jenis koleksi dari berbagai jenis format yang pernah ada.
Wisnu Hadi dalam tulisannya “Mengenal Resource Description & Access (RDA) dan
Aplikasinya dalam Dunia Perpustakaaan”. Dalam tulisannya dikemukakan bahwa RDA
dibangun di atas fondasi AACR 2 dan menjadi standar baru pendeskripsian dan akses
semua jenis konten dan media. RDA yang bertujuan membantu pengguna dalam mencari
(find), mengidentifikasi (identify), memilih (select), dan mendapatkan (obtain) informasi
yang diinginkan. Implementasi RDA bertujuan, pertama, sebagai kerangka kerja yang
lebih fleksibel untuk mendeskripsikan semua jenis bahan analog dan digital. Kedua,
6
menyajikan data yang mampu beradaptasi dengan kemunculan struktur database yang
baru. Dan yang ketiga, menampilkan data yang kompatibel dengan cantuman bibliografi
yang telah ada dalam katalog perpustakaan online. Pada bagian lain Wisnu Hadi juga
membahas bahwa AACR 2 dan MARC 21 adalah dua standar berbeda yang didesain
untuk tujuan yang berbeda pula. AACR 2 digunakan sebagai standar konten dan pen-
nyajian data sedangkan MARC 21 adalah standar pengkodean (encoding standard). RDA
yang sedang dikembangkan berfungsi sebagai standar konten bukan standar pengkodean.
Sulistyo Basuki dalam tulisannya “Tinjauan Teoritis Resource Description and
Access (RDA)”. Dalam tulisannya dikemukakan bahwa Resource Description and Access adalah
sebuah peraturan pengatalogan untuk materi perpustakaan, materi digital dan materi yang
terdapat pada sistem sambung jaring (dalam jaring, taut jaring, online). Dilihat dari
posisinya, maka RDA merupakan hasil perkembangan peraturan dan prinsip yang telah ada
sebelumnya. Pada bagian lain Sulistyo Basuki mengemukakan tentang implikasi penerapan
RDA di Perpustakaan Nasional antara lain sebagai berikut persiapan keseluruhan
pemangku kepentingan di lingkungan RDA seperti Pusat Pengolahan, Pusat Deposit, Pusat
Jasa dan urusan TI serta kerjasama formal maupun informal dengan perpustakaan yang
telah melaksanakan RDA.
Fahrul Rozi1 dan Ardoni dalam kajiannya “Analisis Perbedaan AACR 2 (Anglo-
American Cataloging Rules 2nd Edition) dan RDA (Resources Description and Access)”
menyimpulkan hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: Terdapat perbedaan pedoman
pengatalogan AACR 2 dan RDA. Hasil analisis perbedaan AACR 2 dan RDA sebagai
berikut. Pertama, pada struktur AACR 2 khusus mendeskripsikan bahan-bahan pustaka
tertentu yang telah dirumuskan dalam AACR 2, seperti buku, manuskrip, kartografi dan
lain-lain, sementara itu RDA dirumuskan tidak untuk bahan-bahan tetentu, tetapi semua
objek yang dalam pendeskripsian bahan pustaka. Kedua, dalam pendeskripsian bahan
pustaka AACR 2 mengindentifikasi berpedoman pada delapan daerah publikasi, tetapi
RDA memakai pedoman yang fleksibel yang dinamakan core element. Ketiga, kategori
dari sumber atau bahan deskripsi yang selama ini dipakai AACR 2, yakni GMD tidak
mendeskripsikan bahan deskripsi secara jelas, sementara itu RDA memakai tiga kategori
dalam mengatagorikan bahan deskripsi, yakni media type, carrier type dan content type.
Keempat, singkatan yang selama ini dipakai oleh AACR 2 seperti dkk.,ill.,ed., dan lainnya
7
tidak dapat dipakai oleh RDA. Oleh karena itu, dapat disimpulkan AACR 2 tidak lagi
mendukung perkembangan jenis bahan pustaka untuk mendeskripsikan informasi sebagai
kebutuhan masa kini. Dengan demikian, RDA dibutuhkan dalam pendeskripsian bahan
pustaka dalam masa sekarang ini.
Suharyanto dalam tulisannya “Perubahan dari AACR 2 ke RDA : Perbandingan
dengan Format MARC 21” mengemukkan bahwa penerapan RDA di Indonesia terutama
oleh Perpustakaan Nasional RI dalam praktiknya haruslah dimulai melalui telaah dan
kajian yang mendalam tentang perbandingan antara AACR 2 dan RDA. Telaah dan kajian
tersebut disiapkan oleh suatu tim yang melibatkan berbagai pihak yang terkait terutama
dari kalangan perguruan tinggi yang mempunyai program studi ilmu perpustakaan.
Diharapkan juga kajian tersebut dapat menghasilkan suatu draft naskah yang akan
dijadikan sebagai standar pengatalogan RDA versi Indonesia.
III. PEMBAHASAN KAJIAN
Pembahasan kajian dibagi menjadi 2 (dua) bagian. Bagian pertama membahas tentang
perbandingan AACR 2 dan RDA ditinjau dari segi fisik dan isi, bagian ini terdiri dari 4
indikator yaitu: terbitan, struktur, tingkatan deskripsi, dan katagori sumber. Bagian kedua
membahas tentang perbandingan AACR 2 dan RDA ditinjau dari segi pengatalogan
deskriptif dan titik akses dengan menggunakan format MARC 21, bagian ini terdiri dari 7
indikator yaitu Ruas 100, 245, 250, 260, 300, 440, dan 700.
3.1 Perbandingan AACR 2 dan RDA ditinjau dari segi fisik dan isi
Perbandingan fisik dan isi antara AACR 2 dan RDA dikelompokan menjadi 4
(empat) indikator yaitu: Terbitan, Struktur, Tingkatan Deskripsi, dan Katagori Sumber.
3.1.1 Terbitan
Penerbitan AACR 2 dan RDA secara deskripsi fisik memiliki beberapa perbedaan
yang dituangkan dalam bentuk tabel berikut:
8
Tabel 1. Perbandingan Terbitan antara AACR 2 dan RDA
Indikator AACR 2
(2002)
RDA
Terbitan Terbitan hanya dalam versi cetak
Terbitan dalam dua versi, yaitu
cetak dan web
Tabel 1. Menunjukkan perbandingan terbitan antara AACR 2 dan RDA. AACR 2
diterbitkan hanya dalam bentuk tercetak sedangkan RDA di terbitkan dalam dua versi,
yaitu tercetak dan web (http://www.rdatoolkit.org/).
RDA tercetak diterbitkan oleh The American Library Association (ISBN: 978-0-
8389-1093-1), The Canadian Library Association (ISBN: 978-0-88802-335-3) dan Clip:
Chartered Institute of Library and Information Professionals (ISBN: 978-185604-749-4).
RDA versi cetak terdiri dari RDA : Resources Desciption and Access (1096 hlm.) dan
RDA element set view : part 1 Attributes (1288 hlm.) dan part 2 Relationship (384 hlm.).
Susunan RDA terdiri dari Pendahuluan, 10 bagian yang dibagi dalam 37 bab, Apendiks.
3.1.2 Struktur
Struktur AACR 2 dan RDA memiliki beberapa perbedaan. AACR 2 dibagi menjadi 2
(dua) bagian sedangkan RDA dibagi menjdi 3 (tiga) bagian. Berikut perbandingan struktur
AACR 2 dan RDA yang dituangkan dalam bentuk tabel :
Tabel 2. Perbandingan Struktur antara AACR 2 dan RDA
Indikator AACR 2
(2002)
RDA
Struktur Dibagi menjadi 2 bagian:
1. Deskripsi Bibliografis
2 Tajuk, judul seragam, dan
referensi
Dibagi menjadi 3 bagian:
1. Resource Description (sumber
deskripsi)
2. Relationships (Hubungan)
3. Access Point Control
(Pengendalian titik akses)
9
Tabel 2 menunjukkan perbandingan struktur antara AACR 2 dan RDA. Struktur AACR 2
terdiri dari 2 (dua) bagian: Deskripsi Bibliografis Tajuk, judul seragam, dan referensi
sedangkan RDA terdiri dari 3 (tiga): Resource Description (sumber deskripsi)
Relationships (Hubungan), Access Point Control (Pengendalian titik akses). Berikut ini
analisis struktur untuk AACR 2 dab RDA:
3.1.3 Tingkatan Deskripsi
Tingkatan deskripsi antara AACR 2 dan RDA memiliki perbedaan. AACR 2
menggunakan daerah deskripsi dikenal dengan 8 daerah deskripsi, sedangkan RDA
menggunakan elemen inti yang terdiri dari 13 elemen. Berikut perbandingan tingkatan
deskripsi yang dituangkan dalam bentuk tabel.
Tabel 3. Perbandingan Tingkatan Deskripsi Antara AACR 2 dan RDA
Indikator AACR 2
(2002)
RDA
Tingkatan
Deskripsi
Tingkatan deskripsi terdiri dari
8 daerah deskripsi:
1. Daerah judul dan
pernyataan tanggung jawab
2. Daerah edisi
3. Daerah rincian spesifik
bahan (data khusus)
4. Daerah publikasi, distribusi,
dsb.
5. Daerah deskripsi fisik
6. Daerah judul seri
7. Daerah catatan
8. Daerah penomoran standar
standar (ISBN dan ISSN)
Tingkatan deskripsi terdiri dari 13
daerah deksripsi
1. Title proper
2. First of responsibility
3. Designation of named revision of
an edition
4. Numbering of serials
5. Scale of cartographic content
6. First place of publication
7. First publisher’s name
8. Date of publication
9. Title proper of series/subseries
10. Numbering within series/series
11. Identifier for the manifestation
12. Carrier type
13. Extent
10
Tabel 3 menunjukkan perbandingan tingkatan deskripsi antata AACR 2 dan RDA.
Tingkatan deskripsi AACR 2 dibagi menjadi 8 daerah deskripsi sedangkan RDA
mempunyai 13 elemen inti deskripsi.
3.1.4 Katagori Sumber
Katagori sumber berkaitan dengan jenis bahan perpustakaan yang dikatalog. Dalam
AACR 2 katagori sumber dikenal dengan sebutan General Material Designation (GMD)
yaitu penandaan bahan umum. Sedangkan RDA tidak mengenal penandaan bahan umum,
jenis bahan perpustakaan dibedakan berdasarkan content (isi), carrier (bawaan) dan media
type (jenis media), Berikut perbandingan katagori sumber yang dituangkan dalam bentuk
tabel.
Tabel 4. Perbandingan Katagori Sumber Antara AACR 2 dan RDA
Indikator AACR 2
(2002)
RDA
Katagori
sumber
GMD (General Material
Designation)
1. Bahan kartografi
2. Rekaman suara
3. Rekaman video dan gambar
hidup
4. Bahan grafis
5. Sumber elektronik
6. Bentuk mikro
7. Musik
8. Artefak dan tiga dimensi
9. Manuskrip
1. Content Type = Jenis isi
2. Media Type Jenis media
3. Carrier Type = Jenis bawaan /
sumber
Tabel 4 menunjukkan perbandingan katagori sumber antara AACR 2 dan RDA. Pada
AACR 2 Penggunaan GMD (General Material Designation) merupakan pernyataan tentang
11
bahan umum yang ditulis setelah judul sebenar dengan penggunaan tanda kurung siku
setelah judul sebenarnya [ ].
Fungsi GMD adalah:
- Memberitahu sedini mungkin pada pemustaka mengenai format atau bentuk fisik
dokumen tersebut.
- Mengisyaratkan pada pemustaka bahwa diperlukan alat khusus
- Menjadikan sarana untuk membedakan dokumen dengan judul yang sama tetapi
bentuknya berbeda.
RDA tidak lagi mengatur tentang GMD untuk bahan perpustakaan namun digantikan
dengan Content Type (jenis isi) , Media Type (jenis media), dan Carrier Type ( jenis
bawaan / sumber).
3.2 Perbandingan AACR dan RDA berdasarkan format MARC 21
Perbandingan AACR 2 dan RDA ditinjau dari segi pengatalogan deskriptif dan titik
akses dengan menggunakan format MARC 21. Perbandingan ini terdiri dari 7 indikator
yaitu Ruas 100, 245, 250, 260, 300, 440, dan 700.
3.2.1 Perbandingan daerah judul dan penanggung jawab Ruas 245
Ruas ini berisi tentang daerah judul dan penanggung jawab. RDA tidak lagi
mengatur tentang GMD untuk bahan perpustakaan. Sub ruas $h [ ] digantikan dengan
ruas 336, 337,dan 338. Berikut perbandingan daerah judul dan penanggung jawab ruas 245
yang dituangkan dalam bentuk tabel.
Tabel 5. Perbandingan AACR 2 dan RDA dalam Daerah Judul dan Penanggung
jawab Ruas 245
N
No.
Indikator AACR 2 RDA
1.
Ruas 245
Judul dan
penanggung jawab
Aturan 1.1 C
245 00 $a Habibie &
Ainun $h
[rekaman video] / $c
Aturan 3.2, 3.3, 6.9
245 00 $a Habibie &
Ainun / $c MD
Pictures presents a
12
MD Pictures presents
a Dhamoo & Manoj
Punjabi Production
Dhamoo & Manoj
Punjabi Production
336__ $a two-dimensional
moving image $b tdi
$2 rdacontent
337__$a video $b v $2
rdamedia
338__$a videodisc $b vd
$2 rdacarrier
Tabel 5 menunjukkan perbandingan AACR 2 dan RDA dalam ruas judul dan penanggung
jawab. Dalam AACR 2 untuk pernyataan judul sebenarnya diikuti dengan General
Material Designation (GMD) pernyataan bahan umum. RDA tidak lagi menggunakan
GMD tetapi digantikan dengan ruas 336, 337, dan 338. Ruas 336 merupakan Content
Type (RDA 6.9) Jenis isi “apa isinya?”. Ruas 337 merupakan Media Type (RDA 3.2)
Jenis media “bagaimana menyimpannya?”, dan Ruas 338 Carrier Type (RDA 3.3)
jenis bawaan/sumber “dimana disimpannya?”.
13
Gambar 2 Contoh penulisan daerah judul pada katalog Online NLA
3.2.2 Perbandingan daerah Edisi Ruas 250
Ruas 250 memuat informasi tentang edisi suatu karya yang dikatalog. Penulisan edisi
di dalam AACR ditulis menggunakan singkatan sedangkan di RDA ditulis apa adanya
tanpa disingkat. Berikut perbandingan daerah edisi ruas 250 yang dituangkan dalam bentuk
tabel.
14
Tabel 6. Perbandingan AACR 2 dan RDA dalam Daerah Edisi Ruas 250
No. Indikator AACR 2 RDA
1.
Ruas 250
Daerah edisi
Aturan 1.2B1, B5A, C2B1,
C3B1
250 ## $a 3rd
ev.ed.
250 ## $a Cet. 1
Aturan 2.5.1.4, B4, 1.8.1
250 ## $a Third revised
edition
250 ## Cetakan pertama
Tabel 6 menunjukkan perbandingan dalam penulisan untuk daerah edisi ruas 250. AACR 2
dalam penulisan daerah edisi ruas 250 menggunakan singkatan sedangkan RDA tidak lagi
mengenal singkatan. Sedangkan di dalam RDA penulisan sesuai apa yang tertera dalam
sumber informasi.
Gambar 3 Contoh penulisan daerah edisi
15
3.2.3 Perbandingan daerah penerbitan Ruas 260 dan 264
Dalam AACR 2 daerah penerbitan menggunakan Ruas 260, sedangkan RDA
menggunakan ruas 264. Ruas ini memuat informasi yang berkaitan dengan penerbitan,
pencetakan dan distribusi suatu karya. Ruas ini dibagi menjadi 3 sub ruas, yaitu : $a
Tempat terbit, $b Nama penerbitan, $c Tahun terbit. Berikut perbandingan daerah
penerbitan ruas 260 dan 264 yang dituangkan dalam bentuk tabel.
Tabel 7. Perbandingan AACR 2 dan RDA dalam Daerah Penerbitan Ruas 260
No Indikator AACR 2 RDA
1.
Daerah edisi
Ruas 260
[s.l.] untuk tempat terbit
yang tidak diketahui
[s.n.] untuk nama penerbit
yang tidak diketahui
260 ## $a [S.l. : $b s.n.], $c
2013.
Ruas 264
[place of publication not
identified] = [Tempat
terbit tidak teridentifikasi]
[publisher not identified]
= [penerbit tidak
teridentifikasi]
264 ## $a [Tempat terbit
tidak teridentifikasi] : $b
[penerbit tidak
teridentifikasi], $c 2013.
Tabel 7 menunjukkan perbandingan dalam penulisan untuk daerah penerbitan. Penulisan
untuk daerah penerbitan AACR 2 mengatur penggunaan singkatan [s.l.] untuk tempat terbit
yang tidak diketahui dan [s.n.] untuk nama penerbit yang tidak diketahui. Singkatan
tersebut di dalam RDA digantikan dengan istilah [place of publication not identified] dan
[publisher not identified] atau [tempat terbit tidak teridentifikasi] dan [penerbit tidak
teridentifikasi].
3.2.4 Perbandingan daerah deskripsi fisik Ruas 300
Ruas 300 memuat deskripsi fisik bahan perpustakaan seperti jumlah halaman,
dimensi & keterangan fisik lainnya. Ruas ini terdiri dari 3 sub ruas, yaitu: $a Penomoran
16
halaman, $b Keterangan fisik lainnya, dan $c Dimensi / ukuran. Berikut perbandingan
daerah penerbitan ruas 300 yang dituangkan dalam bentuk tabel.
Tabel 8. Perbandingan AACR 2 dan RDA dalam Daerah Desripsi fisik Ruas 300
No. Indikator AACR 2 RDA
1.
Daerah deskripsi fisik
ruas 300
$a xxiii, 554 hlm. : $b ilus.,
peta ; $c 24 cm.
$a xxiii, 554 halaman : $b
ilustrasi, peta ; $c 24 cm
Tabel 8 menunjukkan perbandingan dalam penulisan untuk daerah deskripsi fisik.
Penulisan deskripsi fisik halaman dan keterangan ilustrasi di dalam AACR 2 menggunakan
singkatan sedangkan di dalam RDA ditulis apa adanya tanpa disingkat, kecuali cm.
3.2.5 Perbandingan daerah seri Ruas 440/490
Penulisan deskripsi fisik halaman dan keterangan ilustrasi di dalam AACR 2
menggunakan singkatan sedangkan di dalam RDA ditulis apa adanya tanpa disingkat,
kecuali cm.. Berikut perbandingan daerah seri ruas 440/490 yang dituangkan dalam bentuk
tabel.
Tabel 9. Perbandingan AACR 2 dan RDA dalam Daerah Seri Ruas 440/490
No. Indikator AACR 2 RDA
1.
Daerah seri
ruas 440/490
Peratura 1.6G
$a Fisheries Centre research
reports, $x 1198-6727 ; $v
v.7, no.3
Sumber informasi: volume
7 number 3
Peraturan 2.12.9
$a Fisheries Centre
research reports, $x 1198-
6727 ; $v volume 7,
number.3
Sumber informasi: volume
7 number 3
17
Tabel 9 menunjukkan perbandingan dalam penulisan untuk daerah seri. Penulisan untuk
penomeran seri seperti: jilid, volume, nomor di dalam RDA tidak lagi menggunakan
singkatan tetapi ditulis apa adanya sesuai yang tertera pada sumber informasi utama.
3.2.6 Perbandingan AACR 2 dan RDA untuk Titik Akses
AACR 2 mengatur pernyataan tanggung jawab untuk pengarang lebih dari 3 orang
ditulis pengarang yang disebut pertama kali diikuti dengan et al. sedangkan untuk RDA
ada pilihan untuk memasukkan semua pengarang ditulis dalam daerah pernyataan
tanggung jawab dengan tajuk entri utama pada pengarang pertama. Berikut perbandingan
untuk titik akses yang dituangkan dalam bentuk tabel.
Tabel 10. Perbandingan AACR 2 dan RDA dalam penentuan titik akses
No Indikator AACR 2 RDA
1. Titik akses 100 dan 700 Peraturan 1.1F5 Peraturan 2.4.1.5 :
Gambar 4. Contoh penulisan daerah seri
18
Gunakan “… [et al.]” untuk
karya perorangan/badan
korporasi lebih dari 3
245 00 $a Katalog naskah
Pecenongan koleksi
Perpustakaan Nasional :
$b sastra Betawi akhir
abad ke-19 / $c
penyusun, Nur Karim
...[et al.] ; penyunting,
Henri Chambert-Loir &
Dewaki Kramadibrata.
700 0# $a Didik Purwanto
700 1# $a Chambert-Loir
700 0# $a Dewaki
Kramadibrata
Cantumkan semua nama
perorangan/badan yang
bertanggung jawab
terhadap suatu karya. Beri
Keterangan penjelasan
untuk peran masing-
masing orang/badan
Pilihan : Cukup
cantumkan satu nama “...
[ dan ... pengarang lain]
100 0# $a Nur Karim. $e
Pengarang
245 10 $a Katalog naskah
Pecenongan koleksi
Perpustakaan
Nasional : $b sastra
Betawi akhir abad
ke-19 /$c penyusun,
Nur Karim, Didik
Purwanto, Dina
Isyanti, dan Yeri
Nurita ; penyunting,
Henri Chambert-Loir
& Dewaki
Kramadibrata.
700 0# $a Didik
Purwanto.$e
pengarang
700 0# $a Dina Isyanti.$e
pengarang
700 0# $a Yeri Nurita.$e
pengarang
700 1# $a Chambert-Loir,
Henri. $e penyunting
700 0# $a Dewaki
Kramadibrata $e
penyunting
Tabel 10 menunjukkan perbandingan AACR 2 dan RDA dalam penentuan titik akses atau
penentuan tajuk entri utama dan tajuk entri tambahan. AACR 2 pada aturan 1.1F5
19
mengatur untuk menggunakan “… [et al.]” untuk karya perorangan/badan korporasi lebih
dari 3. Sedangkan RDA pada peraturan 2.4.1.5 untuk mencantumkan semua nama
perorangan/badan yang bertanggung jawab terhadap suatu karya. Beri Keterangan
penjelasan untuk peran masing-masing orang/badan. Namun demikian RDA juga
memberikan pilihan lain yaitu cukup cantumkan satu nama “... [ dan ... pengarang lain].
Umpamanya :
100 0# $a Nur Karim. $e Pengarang
245 10 $a Katalog naskah Pecenongan koleksi Perpustakaan Nasional : $b sastra Betawi
akhir abad ke-19 / $c penyusun, Nur Karim, [and three other penyunting, Henri
Chambert-Loir & Dewaki Kramadibrata]
20
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil analisis data kajian menunjukkan adanya perbedaan baik dari segi fisik/isi secara
keseluruhan maupun perbedaan dalam pengatalogan deskriptif dan penentuan titik akses.
Berikut ini kesimpulan dan saran kajian tentang perbandingan AACR 2 dan RDA
4.1 Kesimpulan
a. AACR 2 diterbitkan hanya dalam bentuk tercetak. Sedangkan RDA di terbitkan dalam
dua versi, yaitu tercetak dan web (http://www.rdatoolkit.org/)
b. Struktur AACR 2 terdiri dari 2 (dua) bagian: Deskripsi Bibliografis, Tajuk, Judul
Seragam, dan Referensi, sedangkan RDA terdiri dari 3 (tiga): Resource Description
(sumber deskripsi), Relationships (Hubungan), Access Point Control (Pengendalian titik
akses).
c. Tingkatan deskripsi AACR 2 dibagi menjadi 8 daerah deskripsi. Sedangkan RDA
mempunyai 13 elemen inti deskripsi.
d. AACR 2 menggunakan kategori sumber berdasarkan jenis bahan perpustakaan.
Sedangkan RDA tidak lagi mengatur tentang jenis bahan perpustakaan namun
digantikan dengan Content Type (jenis isi) , Media Type (jenis media), dan Carrier
Type ( jenis bawaan / sumber).
e. Dalam AACR 2 untuk pernyataan judul sebenarnya diikuti dengan General Material
Designation (GMD) pernyataan bahan umum. RDA tidak lagi menggunakan GMD
tetapi digantikan dengan ruas 336, 337, dan 338. Ruas 336 merupakan Content Type
(RDA 6.9) Jenis isi “apa isinya?”. Ruas 337 merupakan Media Type (RDA 3.2) Jenis
media “bagaimana menyimpannya?”, dan Ruas 338 Carrier Type (RDA 3.3) jenis
bawaan/sumber “dimana disimpannya?”
f. Penulisan untuk daerah edisi ruas 250. AACR 2 dalam penulisan daerah edisi ruas 250
menggunakan singkatan sedangkan RDA tidak lagi mengenal singkatan. Sedangkan di
dalam RDA penulisan sesuai apa yang tertera dalam sumber informasi.
g. Penulisan untuk daerah penerbitan AACR 2 mengatur penggunaan singkatan [s.l.] untuk
tempat terbit yang tidak diketahui dan [s.n.] untuk nama penerbit yang tidak diketahui.
Singkatan tersebut di dalam RDA digantikan dengan istilah [place of publication not
21
identified] dan [publisher not identified] atau [tempat terbit tidak teridentifikasi] dan
[penerbit tidak teridentifikasi].
h. Penulisan untuk daerah deskripsi fisik. Penulisan deskripsi fisik halaman dan
keterangan ilustrasi di dalam AACR 2 menggunakan singkatan sedangkan di dalam
RDA ditulis apa adanya tanpa disingkat, kecuali cm.
i. Perbandingan AACR 2 dan RDA dalam penentuan titik akses atau penentuan tajuk entri
utama dan tajuk entri tambahan. AACR 2 pada aturan 1.1F5 mengatur untuk
menggunakan “… [et al.]” untuk karya perorangan/badan korporasi lebih dari 3.
Sedangkan RDA pada peraturan 2.4.1.5 unttuk mencantumkan semua nama
perorangan/badan yang bertanggung jawab terhadap suatu karya. Beri Keterangan
penjelasan untuk peran masing-masing orang/badan. Namun demikian RDA juga
memberikan pilihan lain yaitu cukup cantumkan satu nama“... [ dan ...pengarang lain].
4.2 Saran
Hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan masukkan untuk penerapan RDA di
Indonesia khususnya di Perpustakaan Nasional RI. Penerapan RDA dapat dilakukan
dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Komite Pengatalogan, yang melibatkan berbagai pemangku
kepentingan antara lain Perpustakaan Nasional RI, Organisasi Profesi (Ikatan
Pustakawan Indonesia), perguruan tinggi yang mempunyai jurusan perpustakaan, dan
perorangan yang mempunyai keahlian di bidang pengatalogan.
2. Penyusunan pedoman penggunaan RDA
3. Penyempurnaan format IndoMARC disesuaikan dengan MARC 21 yang sudah
disesuaikan dengan RDA
4. Pelatihan penggunaan RDA (NLA dan LC Jakarta)
5. Penerapan RDA di Perpustakaan Nasional RI
6. Kebijakan penerapan RDA untuk Katalog Induk Nasional dan Bibliografi Nasional
Indoesia
7. Kebijakan Nasional oleh Perpustakaan Nasional RI untuk penerapan RDA di
perpustakaan yang sudah siap menggunakan RDA.
22
Daftar Pustaka
Anglo-American cataloguing rules. (2005) 2nd ed., 2005 revision. Ottawa : Canadian
Library Association ; Chicago : American Library Association.
Avram, Henriette D. (2011). Machine-Readble Cataloging (MARC) Program. Dalam
Encyclopedia of Library and information Science. Hlm. 3512-3529
Cataloging tackling the basics.( 2011).
http://www.library.nd.gov/publications/catalogingworkshop.pdf
Chan, Lois Mai. (2007). Cataloging and classification : an introduction. – 3rd ed.—
Maryland : Scarecrow.
Delsey, Tom. (2009). AACR 2 versus RDA. Presentation given at the CLA Pre-Conference
Session From Rules to Entities: Cataloguing with RDA.
Encyclopedia of library and information sciences.(2010).--3rd ed.-- Boca Raton, FL : CRC
Press.
Fahrul Rozi1 dan Ardoni, (2012). Analisis perbedaan AACR 2 (Anglo-American
Cataloging Rules 2nd Edition) dan RDA (Resources Description and Access)” , Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, FBS Universitas Negeri
Padang
Irma U. Aditirto. (2011). Dari AACR 2 ke RDA : pengantar singkat. Jakarta
Luh Putu Sri Aryani. (2012). RDA di Indonesia : antara harapan dan Kenyataan.
Oliver, Chris. (2010). Introducing RDA : a guide to the basics. Chicago : American Library
Association.
RDA : Resources Deskription and Access. (2010).Chicago : American Library
Association,
Schiff, Adam L. 2011. Change from AACR 2 to RDA : a comparison examples.
http://faculty.washington.edu/aschiff/BCLAPresentationWithNotes-RevMay2011.pdf
Suharyanto. (2011). Pengantar Anglo American Cataloguing Rules 2 (AACR 2). Makalah
diklat CPTA,
Suharyanto. (2013). Perubahan dari AACR 2 ke RDA : perbandingan dengan format
MARC 21. Visi Pustaka , Vol.15 No.3 – Desember 194-200.
23
Sulistyo Basuki (2013). Tinjauan teoritis Resource Description and Access (RDA). Makalah
workshop pengatalogan RDA di Perpustakaan Nasional
Taylor, Arlene G. (2006). Introduction to cataloging and classification. – 10th ed. London
: Libraries.
Taylor, Arlene G. (2009). The organization of information. -- 3rd ed. London : Libraries
Tillett, Barbara B. (2010). RDA : Resource Description & Access : Change from AACR 2
for texts. 2010.https://staff.lib.ncsu.edu/.../NCSU+RDA+Training+Day+2.pptx?version
Wishnu Hadi, (2011). Mengenal resource description & access (RDA) dan aplikasinya
dalam dunia perpustakaaan. Visi pustaka, Vol. 13, No. 1, 4-10.