ka-andal bab ii

29
BAB II RUANG LINGKUP STUDI 2.1 Status dan Lingkup Rencana Pembuatan Waduk Krueng Seulimum 2.1.1 Status Studi AMDAL Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 memuat pembentukan Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses pelingkupan atau penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap rencan kegiatan wajib AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana gempa bumi dan tsunami.

Upload: bryan-kridha

Post on 27-Jun-2015

799 views

Category:

Documents


40 download

TRANSCRIPT

Page 1: KA-ANDAL BAB II

BAB II

RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Status dan Lingkup Rencana Pembuatan Waduk Krueng Seulimum

2.1.1 Status Studi AMDAL

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 memuat

pembentukan Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses pelingkupan atau

penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap rencan kegiatan wajib

AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca

bencana gempa bumi dan tsunami.

Page 2: KA-ANDAL BAB II

Dalam rancangan pembuatan waduk krueng Seulimum di Aceh besar, AMDAL

yang dibuat adalah AMDAL khusus. AMDAL khusus adalah dokumen mengenai analisis

dampak lingkungan yang dibuat karena kondisi lingkungan yang mengharuskan proses

pembuatan suatu usaha atau kegiatan segera dilaksanakan. Hal ini terjadi karena dikawasan

tersebut terjadi bencana alam, kemiskinan, dan kerusakan alam yang besar.

Saat ini status studi AMDAL waduk Krueng Seulimum telah sampai pada

penyusunan Kerangka Acuan (KA ANDAL) oleh tim teknis dan pembahasan KA ANDAL

oleh komisi dan pemrakarsa pembuatan waduk.

Pembuatan waduk krueng Seulimum sangat penting untuk segera dilaksanakan.

Oleh karena itu, dibuatlah kerangka acuan ANDAL yang mengarah pada pembuatan

AMDAL khusus. Dalam kerangka acuan ini dijelaskan mengenai pekerjaan feasibility study

Waduk Krueng Selimum Aceh Besar.

2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Pembuatan Waduk Krueng Seulimum dengan

Tata Ruang Wilayah Setempat

Dalam pembangunan Waduk Krueng Seulimum akan terjadi perubahan tata ruang

di wilayah tersebut. Potensi perubahan tata ruang yang terjadi mengenai ketersedian suplai

air ke waduk dalam jangka panjang. Potensi ini dibuat dalam bentuk simulasi atau

permodelan agar terlihat kemungkinan perubahan yang terjadi setiap tahunnya.

Ketersediaan suplai air ini erat kaitannya dengan rencana penataan dan pemanfaatan ruang

kawasan hulu waduk. Dalam rencana penataan, dikaji tingkat erosi dan laju sedimentasi ke

dalam waduk.

Gambar 1. Salah satu contoh waduk yang menjadi PLTA

Page 3: KA-ANDAL BAB II

Pembangunan waduk ini akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat

sekitar. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan waduk. Potensi dan

perkembangan pemanfaatan ruang sekitar danau dikaji sebagai daerah wisata dalam

kaitannya dengan perubahan kualitas air dan nilai sosial setempat (termasuk timbulan

sampah).

Waduk seperti kita tahu memiliki potensi untuk pembangkit listrik karena alirannya

cukup deras sehingga perlu dikaji tata ruang wilayah dalam pembangunan PLTA. Daya

dukung dan daya tampung waduk dikaji terkait rencana pemanfaatan untuk perikanan air

tawar.

2.1.3 Uraian Rencana Kegiatan Pembuatan Waduk Krueng Seulimum per tahap

Rencana pembangunan dan pengembangan yang menjadi dasar identifikasi potensi

dan kondisi fisik yang dikaji secara umum dapat dikelompokan dalam tiga tahap kegiatan

utama yaitu:

Adapun kegiatan-kegiatan dari masing masing tahap tersebut diperkirakan akan

menjadi sumber dampak adalah sebagai berikut:

Tahap Pra Konstruksi

Tahap pra konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan sebelum Waduk Krueng

Seulimum dibangun. Yang termasuk dalam kegiatan tahap pra konstruksi adalah:

1. Survey pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan beberapa bulan sebelum konstruksi. Survey

pendahuluan dilakukan untuk melihat keseluruhan lokasi dan menelaah hal-hal

Tahap pra konstruksi Tahap Konstruksi Tahap pasca konstruksi

Page 4: KA-ANDAL BAB II

potensial dan penting apa yang akan terjadi jika Waduk Krueng Seulimum

dibangun. Aspek yang dilihat adalah dari segi sosial budaya, ekologis, dan

kesehatan masyarakat.

2. Perencanaan penataan lokasi

Setelah survey dilakukan, dilakukan perencanaan penataan lokasi pembangunan.

Desain waduk yang akan dibuat, dicocokan rencana konstruksinya dengan keadaan

di wilayah tersebut. Dalam perencanaan tersebut dipikirkan pula rencana

penghijauan pada daerah sekitar untuk mengganti kerusakan lingkungan yang

terjadi. Pada tahap ini pula dilakukan perencanaan relokasi jalan raya dan kereta

api yang akan hilang pada pembangunan waduk tersebut.

Ketika perencanaan penataan konstruksi, dilakukan Perencanaan teknis waduk,

Perencanaan teknis pelimpah, dan perencanaan saluran pengelak. Untuk

merencanakan suatu tipe waduk yang paling cocok pada suatu tempat

kedudukan tertentu, didasarkan pada berbagai faktor, dimana faktor-faktor

utamanya adalah :

1. kualitas dan kuantitas dari bahan-bahan tubuh waduk yang terdapat

disekitar tempat kedudukan calon waduk.

2. kondisi penggarapan bahan

3. kondisi pondasi

4. kondisi alur dan lereng tebing.

Perencanaan teknis pelimpah, dan perencanaan saluran pengelak harus dihitung

dengan perhitungan yang akurat agar tidak terjadi kesalahan dalam tahap

konstruksi.

3. Penyediaan/pembebasan lahan

Lahan yang akan dijadikan lokasi pembangunan sebagian besar merupakan

kawasan penduduk. Oleh karena itu, sebelum pembangunan telah dicari tempat

relokasi warga yang terkena dampak pembangunan waduk. Dihitung pula

perkiraan biaya pembebasan lahan dan ganti rugi pada penduduk sekitar. Hal ini

harus dikaji dan ditelaah dengan baik agar tidak terjadi masalah di masa konstruksi,

pra konstruksi dan operasional.

Page 5: KA-ANDAL BAB II

Tahap Konstruksi

Tahap Konstruksi adalah tahap yang dilakukan dalam pembuatan waduk. Dalam

konstruksi waduk, hal utama adalah pondasi waduk tersebut. Dalam teknis pembuatan

pondasi waduk harus memenuhi 3 persyaratan terpenting yaitu:

1. mempunyai daya dukung yang mampu menahan bahkan dari tubuh waduk dalam

berbagai kondisi.

2. mempunyai kemampuan menghambat aliran filtrasi yang memadai, sesuai dengan

fungsinya sebagai penahan air.

3. mempunyai ketahanan terhadap gejala-gejala sufosi dan sembulan yang

disebabkan oleh aliran filtrasi yang melalui lapisan pondasi.

Gambar 2. Salah satu bentuk kontstruksi pondasi waduk

Dalam tahap konstruksi waduk terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

1. Mobilisasi peralatan berat dan pengadaan material

Pada kegiatan konstruksi, akan banyak material yang dibutuhkan untuk

membangun. Material tersebut ada yang bisa didapatkan didaerah sekitar, ada juga

yang harus dibawa dari daerah lain. Mobilisasi peralatan dari daerah lain akan

menimbulkan dampak lingkungan bagi daerah tersebut. Dampak yang terjadi seperti

debu semakin banyak dan asap kendaraan juga meningkat. Keadaan tersebut dapat

menurunkan kualitas udara di sekitar daerah tersebut.

Page 6: KA-ANDAL BAB II

2. Pengadaan tenaga kerja

Dalam pembangunan waduk Krueng Seulimum diusahakan para pekerja merupakan

penduduk didaerah sekitar atau didaerah yang lahannya terkena relokasi. Selain

akan lebih mudah merekrut dan biaya lebih murah (tidak memerlukan tambahan

biaya transportasi), tenaga kerja dari daerah sekitar akan membuat warga merasa

ikut dilibatkan dalam pembangunan waduk tersebut. Warga akan merasa memiliki

waduk tersebut sehingga dijaga dengan baik.

3. Pekerjaan sipil

Pekerjaan sipil adalah pekerjaan pembangunan konstruksi bangunan. Dampak yang

akan ditimbukan adalah kebisingan, debu, dan air bersih yang berkurang.

Tahap Pasca Konstruksi

1. Pemeliharaan bangunan embung dan pelengkapnya

Setelah waduk tersebut selesai dibangun, hal yang paling penting adalah menjaga

agar bangunan tersebut tetap kokoh dan bisa beroperasi dengan baik. Bangunan

harus dirawat dengan baik dan tidak dicuri barang barangnya. Masalah utama dalam

tahap pasca konstruksi adalah keamanan dan keselamatan waduk

Perlu adanya pengkajian keamanan waduk (bangunan, kawasan genangan dan

potensi gangguan perembesan air ke lingkungan sekitar) dan pengkajian dan

pengembangan sistem tanggap darurat dalam kaitanya dengan potensi terjadinya

kecelakaan dan kegagalan waduk (dam failure), termasuk area evakuasi dalam hal

terjadinya bencana tersebut dan keselamatan pemanfaatan waduk seperti petambak

ikan dll.

2. Pemeliharaan sungai

Daerah sungai yang melewati waduk harus dijaga kebersihannya dari sampah agar

waduk dapat terus beroperasi. Masalah utama waduk dapat tidak berfungsi adalah

karena timbunan sampah didaerah aliran sungai, sehingga menghambat aliran dan

kerja peralatan pada waduk.

Page 7: KA-ANDAL BAB II

2.1.4 Kegiatan-Kegiatan Lain di Sekitar Rencana Lokasi

Pada wilayah rencana lokasi aka nada kegiatan yang terhenti dan harus segera dicari

relokasinya seperti kegiatan belajar mengajar di madrasah Desa Lon Asan, kegiatan

gembala dan bertani, serta yang paling penting adalah transportasi dari Aceh ke Medan

yang merupakan salah satu jantung kehidupan perekonomian di daerah sekitar.

Gambar 3. Ruas jalan Aceh – Medan KM 53 yang akan terendam

2.1.5 Alternatif yang Akan Dikaji Dalam AMDAL

Alternatif yang akan dikaji dalam AMDAL yang akan dibuat meliputi kepastian

wilayah yang akan digunakan sebagai waduk (alternatif 1, alternatif 2, atau alternatif 3).

Hal yang harus dipikirkan dalam pemilihan ini adalah pola DAS Krueng Seulimeum yang

termasuk daerah genangan dan terdapat potensi persebaran pencemaran terhadap flora

faunanya

Terdapat tiga alternatif lokasi dalam rencana pembuatan Waduk Krueng Seulimum.

Ketiga lokasi tersebut berada pada wilayah genangan.

Deskripsi ketiga tempat alternatif:

1. Alternatif 1 terletak pada 05o 21’ 8.39” LU, 95o 36’ 0.49” BT. Luas pada lokasi

alternatif 1 adalah 725.52 ha.

2. Alternatif 2 terletak pada 05o 20’ 51.39” LU, 95o 36’ 39.72” BT. Luas pada lokasi

alternatif 2 adalah 98.94ha.

3. Alternatif 3 terletak pada 05o 20’ 49.82” LU, 95o 37’ 48.20” BT. Luas pada lokasi

alternatif 2 adalah 407.17ha.

Page 8: KA-ANDAL BAB II
Page 9: KA-ANDAL BAB II
Page 10: KA-ANDAL BAB II

Pengumpulan informasi awal sebelum pembangunan waduk berkaitan dengan

jaminan keberhasilan pembangunan waduk dan operasinya masih diperlukan seperti peta

topografi dan geologi detail.

Berdasarkan gambar peta topografi dirumuskan deskripsi kerangka utama kegiatan:

a) Pembuatan bendungan pada alternatif terpilih, pembuatan jalan ke lokasi

b) Kegiatan relokasi (4 desa tergenang: Lon Asan, Lon Barum Lamtamot, Data

meureudu)

c) Relokasi jalan raya dan jalan kereta api

Pembuatan waduk Krueng Seulimum akan merubah tata kota dibagian daerah aliran

sungai, muara, serta perubahan jalan raya dan jalan kereta api. Tata kota daerah Lon

Asan, Lon Barum Lamtamot dan Data meureudu akn berubah karena sebagian besar

wilayah tersebut akan digenangi air. Relokasi para penduduk di keempat daerah

tersebut akan merubah tata kota daerah baru yang akan ditinggali.

Gambar 6. Lokasi pembangunan waduk Krueng Seulimum

Page 11: KA-ANDAL BAB II

Dalam pemilihan alternatif tempat, perlu dikaji mengenai rencana penghijauan,

pengalihan lahan serta relokasi penduduk dari area proyek dikaji dalam AMDAL. Ganti

rugi lahan dan mata pencaharian juga dibahas dalam AMDAL.

Dalam AMDAL dikaji juga mengenai alternatif pengambilan sumber bahan urugan.

Hal yang dikaji adalah jarak ke sumber bahan baku, dampak transportasi, dan dampak pada

lingkungan sekitar proyek. Dikaji pula mengenai potensi gangguan utilitas seperti potensi

gangguan suplai listrik, kepadatan lalu lintas akibat pengalihan jalur, potensi erosi dan

longsor di jalan baru. Berdasarkan studi kelayakan teknis, tinggi genangan waduk

direncanakan 30-50 m dan saat pelingkupan ini masih dilakukan studi kelayakan teknis

Gambar 7. Sketsa ketinggian muka air waduk, dimana tinggi muka air waduk akan sama untuk ketiga alternatif

Masing-masing alternatif lokasi pembangunan wduk dikaji dengan kedalaman

kajian yang sama untuk dapat dibandingkan, serta menggunakan criteria pengambilan

keputusan yang jelas. Beberapa faktor yang dinilai:

1. Kestabilan geologis (resiko kegagalan waduk)

2. Luas lahan tergenang (berkaitan dengan flora fauna serta relokasi yang dilakukan)

3. Dampak sosial (pemindahan penduduk dan konflik lahan, termasuk persepsi

masyarakat)

Page 12: KA-ANDAL BAB II

4. Biaya pembangunan waduk di setiap alternatif lokasi

5. Nilai manfaat ekonomi dari pembangunan waduk.

Setelah pengkajian tersebut, dikaji pula secara singkat pilihan tanpa proyek (alternatif

tidak dibangunnya waduk di dalam lokasi tersebut). Hal apa saja yang akan terjadi serta

solusi yang harus diambil.

2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal

Komponen lingkungan hidup yang dikaji dalam penyusunan aspek lingkungan ini

terutama komponen lingkungan yang diprakirakan akan terkena dampak kegiatan yang

meliputi:

a. Komponen lingkungan ruang dan lahan

1. Tata guna lahan

Tujuan dari analisa tata guna lahan dan pertanian adalah :

- Mengidentifikasi karakteristik lahan, baik sifat fisik, kimia maupun unsur iklim

untuk mengetahui potensi lahan untuk pengembangan komoditi pertanian

tertentu

- Menganalisis evaluasi tingkat kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman

pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering, dan tanaman perkebunan

- Memetakan kelas kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman pangan lahan

basah, tanaman pangan lahan kering dan tanaman perkebunan.

- Menentukan arah pembangunan pertanian dan mengkaji perubahan sosek pada

kawasan yang akan dikembangkan di wilayah studi.

2. Status lahan dan kepemilikan lahan

3. Sistem transportasi

4. Prasarana dan sarana lingkungan

b. Komponen lingkungan fisika kimia

Komponen lingkungan fisika kimia yang dikaji meliputi 3 aspek, yaitu :

1. Ilkim dan kualifikasi udara

2. Fisiografi dan Topografi

Page 13: KA-ANDAL BAB II

3. Geologi dan geohidrologi

c. Komponen lingkungan biologi

1. Biota darat

2. Biota pengairan

d. Komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya

1. Aspek kependudukan (demografi)

2. Aspek sosial ekonomi penduduk

3. Aspek sosial budaya penduduk

4. Aspek sosia budaya penduduk terjauh dari masing-masing komponen/parameter

llingkungan fisika-kimia, biologi, dan sosekbud

Berdasarkan survey yang dilakukan pada bulan Oktober 2005, diketahui bahwa

sebagian besar sub DAS Krueng Aceh berada pada kondisi kritis dan sebagai cabangnya

bahkan sudah kering. Pada musim kemarau, masyarakat di sekitar sungai tidak bisa lagi

menggunakan air sungai untuk mandi karena debitnya yang terlalu kecil, berlumut, dan

menimbulkan gatal-gatal. Selain itu, erosi juga terjadi di tebing sungai Krueng Aceh

(Environmental Services Program, 2005).

Gambar 8. Debit Air Sungai Krueng Agamsangat yang Berkurang

(Environmental Services Program, 2005)

Page 14: KA-ANDAL BAB II

Gambar 9. Erosi Tebing Sungai Krueng Aceh

(Environmental Services Program, 2005)

Secara umum, kondisi vegetasi di sekitar DAS Krueng Aceh sudah sangat kritis.

Dari hasil survey, diketahui bahwa banyak terjadinya penebangan liar dan pembakaran

hutan yang terjadi pada hutan alami di sekitar DAS Krueng Aceh. Pembakaran lahan terjadi

umumnya disebabkan karena 2 alasan: 1) cultivation shifting, 2) perburuan. Dua aktivitas

ini yang banyak dilakukan warga sekitar dengan menggunakan cara pembakaran lahan

(Environmental Services Program, 2005).

Gambar 10. Kondisi Catchment Area Daerah Krueng, Aceh

(Environmental Services Program, 2005)

Page 15: KA-ANDAL BAB II

Gambar 11. Pembakaran Hutan di Daerah Krueng, Aceh

(Environmental Services Program, 2005)

Selain itu, kondisi perairan di DAS Krueng Aceh juga mengkhawatirkan, karena

banyak pencemar-pencemar yang dibuang ke batang sungai utama, diantaranya adalah

sampah, kotoran ternak, dan limbah tani. Limbah pertanian dapat berbahaya bagi

kelangsungan hidup organisme di dalam sungai, terutama jika sistem pertanian yang

digunakan masih menerapkan banyak pestisida dan insektisida sintetik yang berbahaya.

Selain itu, potensi pencemaran juga ada dari limbah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

(PLTD) milik pemerintah di sekitar aliran sungai (Environmental Services Program, 2005).

Gambar 12. Buangan Air Pertanian ke Krueng Aceh

(Environmental Services Program, 2005)

Page 16: KA-ANDAL BAB II

Gambar 13. Buangan PLTD Lueng Bata ke Krueng Aceh

(Environmental Services Program, 2005)

2.3 Pelingkupan

2.3.1 Proses pelingkupan

Pelaksanaan kerja pelingkupan Tim Teknis AMDAL khusus meliputi tahap-tahap

sebagai berikut :

1. Mendengarkan dan mempelajari deskripsi kegiatan proyek pembangunan proyek

pembangunan waduk Krueng Seulimeum – Kabupaten Aceh Besar yang diusulkan

untuk kemudian melakukan kajian terhadap rencana kegiatan yang diusulkan.

2. Identifikasi dampak potensial oleh maasing-masing anggota Tim Teknis

3. Tinjauan lapangan dengan fokus pengamatan rencana kegiatan dan identifikasi

kemungkinan dampak lingkungan yang akan terjadi.

4. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil evaluasi dampak

hipotetik [identifikasi dampak lingkungan yang ditentukan sebelum tinjauan

lapangan]

5. Penyususnan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan studi

ANDAL

Page 17: KA-ANDAL BAB II

Ruang lingkup kegiatan ini adalah mengkaji aspek dampak lingkungan yang berada

di lokasi studi. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak

besar dan penting

2. Mengadakan survey dan inventarisasi keadaan lingkungan masyarakat akibat pengaruh

pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2.3.2 Hasil Proses Pelingkupan

Hasil proses pelingkupan terhadap komponen lingkungan ruang dan lahan meliputi :

1. Perubahan tata ruang

Kaji potensi ketersediaan suplai air ke waduk dalam jangka panjang [dalam bentuk

stimulasi], dalam kaitannya dengan rencana penataan dan pemanfaatan ruang kawasan

hulu waduk [termasuk kajian tingkat erosi dan laju sedimentasi ke dalam waduk]

2. Pemanfaatan lain waduk

- Kaji potensi dan perkembangan pemanfaatan ruang sekitar danau sebagau daerah

wisata dalam kaitannya dengan perubahan kualitas air dan nilai sosial setempat

[termasuk timbukan sampah]

- Kaji potensi pemanfaatan waduk untuk pembangkit tenaga listrik

- Kaji daya dukung dan daya tampung waduk terkait rencana pemanfaatan untuk

perikanan air tawar

Gambar 14. Salah Satu Contoh Waduk

Page 18: KA-ANDAL BAB II

Hasil proses pelingkupan terhadap komponen lingkungan fisika kimia meliputi:

- Kaji potensi pencemaran air waduk oleh kegiatan masyarakat di catchment area

[misalnya kegitan rumah tangga, pertanian, peternakan dan kegitan ekonomi dll]

- Kaji perubahan kualitas air waduk akibat erosi di hulu, penempatan dan

terkelupasnya (detachment) bahn urugan serta penggunaan grouting pada bangunan

waduk, termasuk kaitannya dengan penyediaan air bersih dan MCK bagi penduduk

serta irigasi.

- Kaji potensi pengikisan tebing sungai akibat pelepasan air waduk (penggelontaran

air pada pintu air)

- Kaji ketersediaan sumber air bersih bagi masyarakat sekitar akibat adanya

perubahan muka air tanah terkait rencana pembangunan waduk

- Kaji potensi gangguan habitat, kehilangan vegetasi, satwa liar [terutama harimau

dan ikan migrasi], dan invasi spesies tertentu di daerah hulu dan hilir waduk

- Kaji potensi penanganan dan pemanfaatan vegetasi pada area genangan waduk

dalam kaitannya dengan penurunan kualitas air apabila penggenangan dilakukan

secara langsung [tanpa pembuangan vegetasi]

- Kaji perubahan iklim mikro di sekitar lokasi kegiatan [genangan waduk] dalam

kaitannya dengan potensi pemanfaatan lahan di sekitar lokasi [seperti pemanfaatan

untuk penanaman bawang merah dll]

Gambar 15. Potensi Pengikisan Tebing Sungai Akibat Pelepasan Air Waduk

Page 19: KA-ANDAL BAB II

Hasil proses pelingkupan terhadap komponen lingkungan biologi meliputi :

1. Biota darat

Biota darat yang ada umumnya terdiri dari tumbuhan, hewan, dan mikroba. Tumbuhan

yang ada terdiri dari rumput dan pohon-pohon berkayu lainnya. Hewan yang umumnya

ada merupakan hewan ternak sepert sapi, kambing dan kerbau. Selan itu,ada pula

hewan yang umumnya ditemukan didaerah berumput, yaitu kodok, cacing, semut,

belalang, dll. Mikroba yang ada berupa mikroba tanah dan mikroba udara.

Gambar 16. Salah Satu Contoh Biota Darat

2. Biota pengairan

Biota pengairan yang ada di lingkungan ini pun terdiri dari tumbuhan, hewan, dan

mikroba. Tumbuhan air yang ada umumnya berupa lumut dan alga. Hewan air yang ada

adalah ikan dan hewan air lainnya. Miroba yang ada merupakan mikroba air tawar.

Hasil proses pelingkupan terhadap komponen lingkungan sosial ekonomi

budaya meliputi :

1. Keselamatan dan keamanan waduk dan dampak terhadap manusia

- Kaji keamanan waduk [bangunan, kawasan genangan dan potensi gangguan

perembesan air ke lingkungan sekitar]

Page 20: KA-ANDAL BAB II

- Kaji dan kembangkan sistem tanggap darurat dalam kaitannya dengan potensi

terjadinya kecelakaan dan kegagalan waduk (dam failure), termasuk area evakuasi

dalam hal terjadi bencana tersebut dan keselamatan pemanfaatan waduk seperti

pertambak ikan dll

2. Relokasi penduduk

- Kajian LARAP (land acquisition and resettlement plan) untuk memastikan

keberlanjutan kehidupan masyarakat yang dipindahkan [termasuk jaminan mata

pencaharian, pendidikan, kesehatan, dan berfungsinya sistem sosial sesuai kondisi

masyarakat NAD]

Gambar 17. Gambar Masyarakat Aceh Yang Akan Direlokasi

3. Kaji luasan lahan yang digunakan dalam pembangunan waduk terkait pembebasan

lahan dan ganti rugi [termasuk hilangnya area penggembalaan ternak, kebun, dan

sawah]

4. Kaji potensi konflik akibat adanya perubahan nilai jual lahan di lokasi yang berada di

luar area genangan, khususnya dari km 51.2 di Lambaro Tunong sampai km 23 [titik

awal genang], dan dari km 56 sampai km 57.5 di Lamtamot

5. Kaji potensi perubahan jumlah dan struktur peenduduk akibat adanya kegiatan

pembangunan waduk

Page 21: KA-ANDAL BAB II

2.3.3 Dampak Penting Hipotetik

Kegiatan relokasi akan menggenangi daerah 4 desa (Desa Lon Asan, Desa Lon Baru,

Desa Lamtamot, dan Desa Data Mureudu) di Kexamatan Lembah Seulawah [berdasarkan

peta survei tanggal 9 Desember 2006]. Beberapa utilitas yang perlu direlokasi :

- Kantor Camat Lembah Seulawah

- Meunasah 2 buah

- Jalan sepanjang 3.8 km

- Jembatan 4 buah

- Rel kereta api sepanjang daerah genangan (~3.8 km)

- MIN Desa Lon Asan

- Fasilitas kesehatan (posyandu)

- Bangunan tempat usaha

Selain utilitas, penduduk juga perlu direlokasi. Jumlah penduduk yang perlu

direlokasi sekitar ~100 Kepala Keluarga.

2.3.4 Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

Lingkup wilayah studi meliputi :

a. Inventarisasi/pengumpulan data

b. Pengukuran situasi topografi dan pembuatan peta iktisar

c. Analisis Hidrologi

d. Penyelidikan tanah

e. Menganalisa kondisi sosial ekonomi

f. Survey Hidrologi

g. Menganalisa tata guna lahan dan pertanian

h. Analisa dampak lingkungan

i. Perencanaan waduk

j. Gambar pradetail desain waduk

k. Pelaporan

Page 22: KA-ANDAL BAB II

Batas wilayah studi terdiri dari :

- Batas tapak proyek

- Tapak proyek berada pada daerah aliran sungai dengan lebar sekitar 50 m kanan kiri

sungai dan kawasan sekitar lahan yang diusahakan serta areal pemukiman.

- Batas ekologis

- Secara ekologis, lingkungan rencana pembangunan merupakan daerah perbukitan yang

sebagian besae merupakan kawasan perkebunan, lahan kosong, dan pemukiman.

- Batas administrasi

- Secara administratif, wilayah studi berada di Kecamatan Lembah Seulawah dan

Kecamatan Seulimemum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam.

- Batas sosial

- Wilayah studi meliputi penduduk yang berdomisili di daerah tapak proyek dan

sekitarnya.

Proses pelingkupan dilakukan oleh Tim Teknis AMDAL Khusus pada tanggal 8-12

Desember 2006 dengan melakukan kunjungan lapangan ke lokasi kegiatan.siap