jurnal pht vol 7 no1 2010

Upload: ad-har

Post on 31-Oct-2015

542 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1EFISIENSI SELEKSI AWAL PADA KEBUN BENIH SEMAI Eucalyptus pellita

    Efficiency of Early Selection in Seedling Seed Orchards of Eucalyptus pellita

    Budi Leksono

    ABSTRAK

    Kata kunci: seleksi awal, parameter genetik, peningkatan genetik, korelasi muda-dewasa, trenwaktu

    Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman HutanJl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15, Purwobinangun, Sleman - DIY

    Telp. (0274) 894954, Fax. (0274) 896080

    Naskah masuk : 3 Juni 2009; Naskah diterima : 23 Desember 2009

    ABSTRACT

    Key words: early selection, genetic gain, juvenile-mature correlation, genetic parameter, time trend

    The time trend of genetic parameters related to diameter and height growth were investigated using dataat ages from one to six years to determine the efficiency of early selection in seven seedling seed orchardsof Eucalyptus pellita in South Kalimantan, South Sumatra and Riau. The seed orchards at each locationconsisted of three geographically distinct provenances from Papua New Guinea. The pooled sum ofsquares and sum of cross products derived from an analysis of variance of growth of the three provenancepopulations were used to estimate genetic parameters at each location. Since the genetic parameters atrotation age, eight years in this study, were not available, they were estimated using functions derived fromtheir time trends. Phenotypic variances and genetic variances calculated at each age were converted tothe corresponding square roots, and then analyzed by the linear regression using means as independentvariables. The trend of juvenile-mature correlation was fitted by a modified Richard's function with theratio of the older growth mean to the juvenile growth as an independent variable. Early selection alwaysresulted in more genetic gain per year than selection at rotation age, and the optimum age for selection,where genetic gain per year was maximized, was found to be 3 to 5 years in the three locations.

    genetic gains

    indirect selection

    Eucalyptus pellita

    Efisiensi seleksi merupakan saat yang paling kritis dalam program pemuliaan pohon karena akanmenentukan waktu yang paling optimal dalam kegiatan seleksi, yaitu pada saat peningkatan genetik( ) per tahun maksimum dalam satu siklus pemuliaan. Efisiensi seleksi dapat diketahuidengan melihat tren waktu dari parameter genetik, yaitu rasio antara korelasi peningkatan genetik pertahun terhadap peningkatan genetik pada umur daur melalui seleksi tidak langsung ( ).Tren waktu dari parameter genetik pada pertumbuhan diameter dan tinggi dianalisis denganmenggunakan data umur 1 (satu) sampai dengan 6 (enam) tahun untuk mengetahui efisiensi seleksi awalpada 7 (tujuh) kebun benih semai di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan dan Riau.Kebun benih semai pada setiap lokasi terdiri atas tiga provenan dari Papua Nugini. Penggabungan jumlahkuadrat dan jumlah hasil perkalian, diperoleh dari analisis varian pertumbuhan pada ketiga provenantersebut dan digunakan untuk menaksir parameter genetik di setiap lokasi. Oleh karena parameter genetikpada akhir daur (8 tahun) dalam studi ini tidak tersedia, maka pada umur tersebut dilakukan ekstrapolasidengan menggunakan fungsi regresi dari tren parameter genetik pada umur yang lebih muda. Varianfenotipik dan varian genetik dihitung pada setiap umur yang dikonversi setara dengan akar variannya dankemudian dianalisis dengan regresi linier menggunakan rerata pertumbuhan sebagai variable bergantung.Tren dari korelasi umur muda-dewasa dihitung dengan menggunakan modifikasi fungsi Richard denganrasio rerata pertumbuhan pada umur yang lebih tua terhadap rerata pertumbuhan pada umur yang lebihmuda sebagai variabel bergantung. Hasil analisis menunjukkan bahwa seleksi lebih awal selalumemberikan peningkatan genetik yang lebih tinggi dibandingkan seleksi pada akhir daur. Efisiensi seleksiawal atau umur optimum untuk melakukan seleksi yaitu pada saat peningkatan genetik per tahunmaksimum, ditemukan pada umur 3 - 5 tahun di ketiga lokasi.

  • Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    2

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 1 - 13

    I. PENDAHULUAN

    Efisiensi seleksi dianalisis untuk menentu-kan waktu yang paling optimal dalam kegiatanseleksi, yaitu pada saat peningkatan genetik( ) per tahun maksimum dalam satusiklus pemuliaan, dan hal tersebut merupakansaat yang paling kritis dalam program pemuliaanpohon (McKeand, 1988). Oleh karena itu,penentuan umur yang optimum untuk seleksiawal ( ) adalah salah satutujuan utama dari para pemulia pohon.Pendugaan teknik untuk melakukan seleksi padaumur yang lebih muda terhadap daur tanamanakan mengurangi interval waktu dari satugenerasi pada program pemuliaan pohon karenaakan meningkatkan peningkatan genetik persatuan waktu sehingga akan mengefisienkanprogram seleksi (Lambeth, 1980).

    Efisiensi seleksi dalam program pemu-liaan pohon telah banyak dipelajari padabeberapa jenis konifer. Hasil studi pada jenis-jenis tersebut melaporkan bahwa pada umumnyaumur yang paling efisien untuk melakukanseleksi adalah antara 5-10 tahun terhadap daurtanaman antara 25-50 tahun (Nanson, 1969;Squillace and Gansel, 1974; Lambeth ,1983; McKeand, 1988). Namun demikian hasiltersebut sangat bervariasi dan masih diper-debatkan, terutama karena adanya keragamanjenis, ukuran sampel data, interval waktu yangdigunakan, kondisi lingkungan, rancanganpercobaan dan teknik silvikultur yang diterapkan(Wu, 1999). Adapun studi efisiensi seleksi untukjenis-jenis cepat tumbuh (

    ) masih sangat sedikit dilaporkan.merupakan jenis cepat

    tumbuh dari genus yang sangatmenjanjikan untuk program industri pulp dankertas serta sangat potensial sebagai jenisalternatif pengganti yang padasaat ini banyak mengalami kematian akibatserangan jamur akar ( ) di daerahtropika humida (Bakshi ., 1976; Barari, 1993;Lee, 1993; Sonia and Tiwari, 1993). Meskipunkecepatan tumbuh jenis ini belum seperti jenis-jenis , namun merupakan jenis yangsangat menjanjikan di antara jenis-jenis

    yang dikembangkan di Indonesia danrelatif tahan terhadap serangan hama danpenyakit (Harwood, 1998). Oleh karena haltersebut di atas, telah dikembangkandalam pembangunan Hutan Tanaman Industri(HTI) untuk mensuplai bahan baku pulp dankertas di Indonesia.

    genetic gains

    early indirect selection

    et al.

    fast growing treespecies

    Eucalyptus pellitaEucalyptus

    Acacia mangium

    root rot diseaseet al

    Acacia

    Eucalyptus

    E. pellita

    Untuk meningkatkan ketersediaan benihunggul dalam program HTI untuk pulp dankertas, kebun benih semai generasipertama telah dibangun di beberapa lokasi.Dengan asumsi bahwa daur yang optimal untuk

    adalah 8 tahun, maka pemuliaanuntuk generasi pertama telah selesai dan

    saat ini telah memasuki siklus pemuliaan padagenerasi ke dua. Namun demikian, sikluspemuliaan memerlukan optimasi dalam memak-simalkan peningkatan genetik per tahun. Dalamstudi seleksi awal ( ), Lambeth(1980) menggunakan korelasi fenotipik untukmenaksir korelasi genetik, didasarkan pada rasiologaritmik umur ( ), yaitu logaritmealami rasio sifat tinggi tanaman pada umur mudadan umur dewasa. Dasar model logaritme inibanyak digunakan oleh pemulia pohon dalammenentukan umur seleksi yang optimum (Gwaze

    , 1997).Pada studi ini, parameter genetik ditaksir

    dengan menggunakan analisis data pertumbuhandiameter dan tinggi pada umur 1 - 6 tahun padatujuh kebun benih semai di KalimantanSelatan, Sumatera Selatan dan Riau. Tren waktudari varian genetik dan fenotipik diekstrapolasidengan formula regresi menggunakan reratapertumbuhan diameter dan tinggi sebagaivariabel independen; sedangkan tren korelasiumur muda-dewasa (

    ) diekspresikan sebagai rasio antararerata pertumbuhan pada umur yang lebih tuaterhadap umur yang lebih muda, yang biasanyadigunakan umur logaritmik dalam studi korelasiumur muda-dewasa (Lambeth, 1980; McKeand,1988). Kedua tren tersebut digunakan untukmemprediksi korelasi peningkatan genetik padaumur daur melalui seleksi tidak langsung( ) terhadap umur yang lebihmuda. Efisiensi seleksi terhadap peningkatangenetik per tahun dihitung berdasarkan rasioantara korelasi peningkatan genetik per tahunterhadap peningkatan genetik pada umur daurmelalui seleksi tidak langsung. Hasil inimerupakan dasar untuk menetapkan umur seleksiyang optimum pada kebun benih semai .

    Data yang digunakan dalam studi iniberasal dari tujuh kebun benih semai (KBS)

    : satu KBS di Kalimantan Selatan dan tiga

    E. pellita

    E. pellita E.pellita

    early selection

    log age ratio

    et al.

    E. pellita

    juvenile-maturecorrelation

    indirect selection

    E. pellita

    E.pellita

    II. BAHAN DAN METODE

    A. Kebun Benih Semai

  • Efisiensi Seleksi Awal pada Kebun Benih SemaiEucalyptus pellita

    Budi Leksono

    3

    KBS masing-masing di Sumatera Selatan dan diRiau. KBS tersebut dibangun pada Januari 1994,Januari 1995 dan Maret 1996 berturut-turut untukKalimantan Selatan, Sumatera Selatan dan Riau.KBS di ketiga lokasi dibangun denganmenggunakan materi benih dari tiga provenanyang berasal dari Papua Nugini yaitu dari SouthKiriwo, North Kiriwo dan Serissa Village. DiKalimantan Selatan, ketiga provenan dibangundengan menggunakan sistim populasi tunggal(tergabung dalam 1 populasi), sedangkan di dualokasi yang lain (Sumatera Selatan dan Riau)dibangun dengan sistim sub galur (terpisah dalam3 populasi).

    E. pellita

    KBS di ketiga lokasi dibangun denganmenggunakan rancangan acak lengkap berblok,dimana setiap famili tersebar secara random padasetiap blok. Jumlah famili yang dilibatkan dalamKBS berturut-turut untuk provenan dari SouthKiriwo, North Kiriwo dan Serisa Village adalahsebesar 48, 39 dan 34 famili. Setiap familiditanam dengan menggunakan 5 (lima) pohonper plot dalam bentuk baris dengan 10 blok danjarak tanam 4 x 1,5 meter. Karakteristik tapakpada ketiga lokasi kebun benih semai, disajikanpada Tabel 1.

    Tabel ( ) 1. Karakteristik tapak pada kebun benih semai di tiga lokasiE. pellita

    Table E. pellita (Characteristics ofsites in seedling seed orchards of in the three locations)

    Diameter setinggi dada (dbh) dan tinggitotal diukur pada umur 1, 2, 3, 4 dan 6 tahun diketiga lokasi. Selama periode tersebut, seleksi didalam plot ( ) telahdilakukan sebanyak tiga kali: 2 pohon terjelekdari 5 pohon ditebang pada tahap pertama, 1pohon terjelek dari pohon tersisa ditebang padatahap ke dua, dan 1 pohon terbaik dari setiap plotdipertahankan pada tahap terakhir. Data daripohon terbaik dari setiap plot digunakan dalamprosedur analisis.

    Pada setiap KBS, varian dan kovariandianalisis dengan menggunakan data individupohon pada setiap pengukuran dengan meng-gunakan model linier sbb.:

    Y = + R + F + ........................................... (1)

    dimana, Y adalah data individu pohon ke pada

    blok ke dan famili ke ; adalah rerata

    within family-plot selection

    k

    i j

    B. Taksiran Parameter Genetik

    ijk i j ijk

    ijk

    umum; R , F and berturut-turut adalah

    efek blok ke , efek famili ke , danrandom eror padaY .

    Untuk penaksiran heritabilitas, korelasigenetik dan peningkatan genetik yang lebihakurat, komponen varian dan komponenkovarian untuk ketiga populasi KBS di setiaplokasi dianalisis dengan menggabungkan( ) jumlah kuadrat ( ),jumlah hasil perkalian ( ) danderajat bebas ( ); kemudianmembandingkan masing-masing gabungankuadrat tengah dan rerata hasil perkalianterhadap kuadrat tengah harapannya (

    ). Nilai taksiran tersebut digunakanuntuk estimasi parameter genetik pada setiaplokasi (Woolaston ., 1990).

    Heritabilitas individu (h ) dihitung

    sebagai rasio dari varian genetik aditif terhadapvarian fenotipik pada setiap pengukuran. Varian

    i j ijk

    ijk

    i

    i j

    pooling system sum of squaresum of cross product

    degree of freedom

    expectedmean square

    et al2

    Informasi

    (Information)

    Kalimantan Selatan

    (South Kalimantan)

    Sumatera Selatan

    (South Sumatra)

    R i a u

    (Riau)

    Tapak Pelaihari Pendopo Lipat Kain

    Lintang (Selatan) 3o58 4

    o00 0

    o00

    Bujur (Timur) 114o38 104

    o00 100

    o32'

    Ketinggian (m dpl.) 30 80 50

    Curah hujan (mm/tahun) 2.730 2.781 2.781

    Jenis tanah Feralsol Acrisol Podzolik

    Temperatur (min.-maks.) 23o

    - 33oC 24

    o- 33

    oC 22

    o- 32

    o

    Kecepatan angin Sedang Rendah Rendah

    Kelerengan 0% 3% 2%

    Vegetasi awal Alang-alang Alang-alang Hutan sekunder

    Persiapan lahan Bajak 2 kali Bajak 2 kali Tebas-Bakar

    Pemupukan NPK 2 kali/thn NPK 1 kali/thn NPK 2 kali/thn

  • 4genetik aditif diasumsikan sebesar 2,5 kali lipatdari komponen varian famili (WilliamsMatheson, 1994), dan varian fenotipikmerupakan jumlah dari komponen varian familidan komponen varian eror, sehingga heritabilitasindividu dihitung dengan menggunakan formulasbb.:

    h = 2.5 / [ + ] ............................................ (2)

    dimana, dan berturut-turut adalah taksiran

    nilai komponen varian famili dankomponen varian eror. Untuk prediksikorelasi dan peningkatan genetik, variangenetik dan fenotipik dikonversiterhadap akar variannya dan kemudianditarik mundur terhadap reratapertumbuhan dengan meng-gunakanregresi linier.

    Korelasi umur muda dan dewasa [r ] di

    ketiga lokasi dihitung dengan menggabungkanjumlah hasil perkalian dan kuadrat tengah untuktiga populasi KBS di setiap lokasi. Korelasi umurtersebut dihitung dengan menggunakan formula:

    r = SCP / [SS SS ] ........................... (3)

    dimana, SCP adalah jumlah hasil perkalian

    anatra umur muda dan umur dewasa. SS

    and SS berturut-turut adalah jumlah

    kuadrat untuk umur ke dan umur ke .

    Kurva pertumbuhan diameter dan tinggipada studi ini digambarkan dengan meng-gunakan fungsi (Richards,1959; Pienaar Turnbull, 1973) untukmenentukan rerata pertumbuhan pada setiaplokasi. Bentuk dari formula yang digunakanadalah sbb.:

    Y =A[1 - exp(- )] .................................... (4)

    dimana, Y adalah rerata pertumbuhan pada

    umur ke dalam bulan, A adalah asimtotatas, adalah kisaran parameterpertumbuhan, adalah bentuk dari kurvadan t adalah umur ke .

    Tren dari korelasi umur muda-dewasadiekspresikan sebagai rasio rerata pertumbuhanpada umur yang lebih tua (Dy atau Ty) terhadaprerata pertumbuhan pada umur yang lebih muda(Dx atau Tx) bukan pada logaritmik umur yang

    and

    J M

    Chapman-Richardsand

    t bt

    t

    ib

    ci

    i f f e

    J-M)

    J-M J-M J M

    J-M

    J

    M

    i i

    i

    i

    2 2 2 2

    2 2

    f e

    G(

    G( ) ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    .

    C. Tren Waktu dari Parameter Genetik

    c

    banyak digunakan pada studi korelasi umurmuda-dewasa (Lambeth, 1980; McKeand, 1988).Bentuk dari fungsi yang digunakan dalamperhitungan ini pada dasarnya sama denganformula (4), namun dimodifikasi sehinggakorelasi tersebut [r ] adalah setara dengan 1.0

    pada saat rasionya adalah 1.0. Modifikasi bentukformula yang digunakan menjadi:

    1.0 r = a [1 exp{-b(x-1)}] ...................... (4')

    dimana, a, b dan c adalah parameter yang ditaksirdari data dan x adalah rasio dari reratapertumbuhan pada umur yang lebih tuaterhadap rerata pertumbuhan pada umuryang lebih muda (Dy/Dx atau Ty/Tx).

    Peningkatan genetik (Gain ) pada umur

    daur (M=8 tahun) dari seleksi tidak langsungdidasarkan pada penampilan tanaman umurmuda yang ditaksir dengan menggunakanformula sebagai berikut (Lambeth, 1980;McKeand, 1988):

    Gain = i . h . h .r . ............................... (5)

    dimana, i adalah intensitas seleksi dandiasumsikan sama dengan 1.0, h dan h

    berturut-turut adalah akar dari herita-bilitas pada umur muda dan dewasa; r

    adalah korelasi umur muda-dewasa, danadalah standar deviasi fenotipik dari

    rerata famili pada umur dewasa.

    Formula peningkatan genetik untukseleksi langsung ( ) pada umurdaur (Gain ), yang pada dasarnya sama dengan

    formula (5), dimana h = h dan r adalah setara

    dengan 1.0, sehingga formulanya berubahmenjadi sbb.:

    Gain = i . h . .......................................... (5')

    dimana, i dan h berturut-turut adalah intensitas

    seleksi dan heritabilitas pada umurdewasa.

    Efisiensi untuk peningkatan genetik pertahun (E) dihitung sebagai perbandingan antarapeningkatan genetik dari seleksi tidak langsungpada umur muda (Gain ) terhadap peningkatan

    genetik dari seleksi langsung pada umur daur(Gain ). Untuk melengkapi siklus pemuliaan

    pohon, ditambah dua tahun untuk setiap generasisebagai besaran nilai yang diperlukan untuk

    C (J-M)

    C (J-M)

    - P

    P

    -

    P

    c

    2

    2

    D. Peningkatan Genetik dan Efisiensi Seleksi

    M-J

    M-J J J M J M M

    J M

    J-M

    M

    M

    J M J M

    M M M M

    M M

    M-J

    M

    direct selection

    Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 1 - 13

  • 5kegiatan koleksi benih dan pembangunan kebunbenih semai. Formula efisiensi yang digunakanadalah sbb. (Lambeth, 1980; McKeand, 1988):

    E = [Gain / Gain ] / (T / T )

    = [(i .h .h .r . )/ (i .h . )] / (T / T )

    = [(i .h .h .r . )/ T ] / [(i .h . ) / T ] ........ (6)

    dimana, T dan T berturut-turut adalah umur

    untuk seleksi saat umur muda ( +2) danseleksi pada umur dewasa ( +2).

    Kurva pertumbuhan pohondibuat dengan menerapkan model

    ke hasil pengukuran periodik di tiaplokasi dan disajikan pada Gambar 1. Kurvapertumbuhan tinggi di ketiga lokasi menun-

    M-J M J M

    J J M J-M M M M M J M

    J J M J-M M J M M M M

    J M

    P P

    P P

    2

    2

    JM

    E. pellitaRichard-

    Chapman

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Tren Pertumbuhan dan ParameterGenetik

    jukkan pertumbuhan yang hampir sama, kecualidi Kalimantan Selatan setelah umur 5 (lima)tahun dimana laju pertumbuhan nampak sedikitlebih tinggi dibandingkan di kedua lokasilainnya. Sedangkan kurva pertumbuhan diametermenunjukkan bahwa di Sumatera Selatan danKalimantan Selatan mempunyai laju per-tumbuhan yang hampir sama sedangkan di Riausedikit lebih baik dibandingkan di kedua lokasilainnya. Perbedaan pertumbuhan diametertersebut kemungkinan karena tapak di Riau lebihsubur (vegetasi awal dari hutan sekunder)dibandingkan kedua lokasi lainnya yangmerupakan areal yang telah terdegradasi denganvegetasi awal berupa alang-alang (

    ) (Tabel 1). Hal ini dikarenakandiameter pada umumnya dipengaruhi olehperubahan kondisi lingkungan dibandingkantinggi yang lebih kuat dikendalikan oleh faktorgenetik.

    Rerata pertumbuhan tinggi di ketiga lokasidapat mencapai 15 m pada umur 4 tahun dan 20 m

    Imperatacylindrica

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Umur/ (tahun/ )Age year

    b

    a

    c

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Umur/ (tahun/ )Age year

    b

    c

    a

    YRiau = 27,75[1-exp(0,021x)]1.19

    YSumsel = 51,87[1-exp(0,008x)]1.13

    YKalsel = 29,05[1-exp(0,020x)]1.40

    YRiau = 29,31[1-exp(0,021x)]1.34

    YSumsel = 39,73[1-exp(0,007x)]0.93

    YKalsel = 30,41[1-exp(0,013x)]1.12

    Gambar ( ) 1. Kurva pertumbuhan tinggi dan diameter (dbh) , diperoleh dari pencocokan datapengukuran periodik di setiap lokasi. Simbul (bulat, segitiga dan segiempat) dengan garisberturut-turut adalah rerata pengamatan dan kurva pertumbuhan pohon untuk Riau (a),Sumatera Selatan (b) dan Kalimantan Selatan (c) (

    Figure E. pellita

    Height and diameter (dbh) growth curvesof E. pellita, obtained by fitting data from periodical measurements at each location. Symbol(circle, triangle and square) are observed means and the growth curves for Riau (a), SouthSumatra (b) and South Kalimantan (c), respectively).

    Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhandi ketiga lokasi tersebut lebih baik

    dibandingkan hasil penelitian diAustralia, Brazil, Filipina, Vietnam dan Negara-negara tropis serta sub tropis lainnya yang padaumur 4 tahun hanya mencapai 6-10 m dan umur 5tahun sekitar 6-13 m (Craciun, 1978; Ferreira

    E. pellitaE. pellita

    and

    Couto, 1981; Glori, 1993; Dickinson Sun,1995; Le Dinh Kha, 1996; Harwood , 1997).Penampilan yang baik ini kemungkinan karenaIndonesia merupakan salah satu habitat alamidari (Papua) dan kondisi lingkungandari lokasi penelitian (Tabel 1) hampir samadengan karakteristik tapak di Papua. Hal ini

    andet al.

    E. pellita

    Efisiensi Seleksi Awal pada Kebun Benih SemaiEucalyptus pellita

    Budi Leksono

    Dbh

    (cm

    )

    Tin

    ggi

    (m)

  • 6Tabel ( ) 2. Analisis varian terhadap tinggi dan diameter (dbh) hasil penggabungan dari tiga populasidi tiga lokasi (

    )

    TableAnalysis of variance of height and diameter (dbh) pooled for three

    populations at the three locations

    berarti, jenis tersebut sangat potensial dikembangkan di Indonesia, khususnya untuk programhutan tanaman. Sedangkan dari kurva pertumbuhan diameter di ketiga lokasi menunjukkanbahwa diameter pohon akan melebihi 20 cm(sebagai ukuran minimum untuk penggunaankayu pertukangan) pada umur 8 tahun, dengankerapatan tegakan yang lebih lebar oleh karenategakan ini akan digunakan sebagai sumberbenih. Di Queensland (Australia) kayu dari jenisini sangat mudah dikerjakan untuk tiang,bantalan kereta api, , panel dankonstruksi banguan (Bootle, 1983). Pada saat ini,

    pada program hutan tanaman industri(HTI) di Indonesia hanya digunakan untukmensuplai bahan baku pulp dan kertas dengandiameter kecil pada daur yang pendek (di bawah10 tahun). Berdasarkan penggunaan kayu untuktujuan produksi kayu bulat dengan diameterpohon di atas 20 cm, maka jugapotensial untuk tujuan produksi yang berbedadengan diameter pohon yang lebih besar sepertikayu pertukangan, kayu lapis, konstruksibangunan, dll.

    -

    -

    flooring

    E. pellita

    E. pellita

    Kurva pertumbuhan tinggi dan diameterpada umumnya menunjukkan kesesuaian denganrerata pertumbuhan hasil pengukuran di ketigalokasi (Gambar 1). Hal ini merupakan indikasibahwa pertumbuhan tinggi dan diameter pada

    dapat digambarkan dengan menggunakanfungsi (formula 4) dan dapatdigunakan untuk menaksir heritabilitas, korelasigenetik dan peningkatan genetik pada umur dauryang lebih tua dari data yang tersedia padapenelitian ini. Dengan demikian, formula regresidari masing-masing sifat yang diukur di setiaplokasi dapat diimplementasikan untuk menaksirkorelasi pada umur muda dan dewasa (

    ) dan mengestimasi pening-katan genetik serta efisiensi seleksi.

    Hasil analisis varian pada ketiga lokasikebun benih disajikan pada Tabel 2. Hasil analisismenunjukkan bahwa semua variasi famili darikedua sifat yang diukur di ketiga lokasi berbedanyata kecuali di Riau pada umur yang lebihmuda. Taksiran nilai heritabilitas individu padasetiap lokasi disajikan pada Tabel 3.

    E.pellita

    Chapman-Richards

    juvenile-mature correlations

    Keterangan ( ): ** = berbeda nyata pada taraf uji 1% ( ); * = berbeda nyata pada taraf uji 5%); = tidak berbeda nyata )

    Remark significant at 1% level(significant at 5% level ns (not significant different

    Kuadrat Tengah (tahun)/ Mean Squares (year)Lokasi/ Sumber variasi

    Locations/Source of

    variation

    db

    df 1 2 3 4 6

    Tinggi:

    Kalimantan Selatan:

    Famili 118 0.754* 2.824** 3.501** 4.066** 11.679**

    Eror 963 0.571 1.616 1.946 2.526 5.952

    Sumatera Selatan:

    Famili 118 1.764** 2.746** 3.499* 4.715* 7.807**

    Eror 873 1.080 1.660 2.608 3.801 4.735

    Riau:

    Famili 117 1.306ns

    3.638** 4.133ns

    5.348ns

    14.165**

    Eror 672 1.254 2.652 3.461 4.327 9.750

    Dbh:

    Kalimantan Selatan:

    Famili 118 0.524** 2.899** 5.409** 7.859** 14.661**

    Eror 963 0.314 1.845 2.854 3.966 7.323

    Sumatera Selatan:

    Famili 118 1.208** 3.290** 3.757ns

    5.474* 11.185**

    Eror 873 0.761 2.345 3.172 4.306 6.492

    Riau:

    Famili 117 2.937ns

    3.674ns

    7.267* 9.690* 20.896**

    Eror 672 2.377 3.595 5.707 7.458 12.749

    Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 1 - 13

  • 7Nilai heritabilitas tersebut bervariasi darirendah sampai sedang (0,015 0,284) dan sedikitberbeda antar sifat, lokasi dan umur. Nilaiheritabilitas di Kalimantan Selatan secara umumlebih tinggi dibandingkan dengan kedua lokasi

    lainnya dan heritabilitas di ketiga lokasi tersebutcenderung meningkat dengan penambahan umur.Heritabilitas individu untuk diameter pada umur6 tahun sekitar 0,2 dan umumnya lebih tinggidibandingkan sifat tinggi pada lokasi yang sama.

    Tabel 3. Taksiran komponen varian dan heritabilitas untuk tinggi dan diameter (dbh) di tiga lokasi(

    )

    (Table)Estimate of variance component and heritability for height and diameter (dbh) at the

    three locations

    Keterangan : , , dan h berturut-turut adalah komponen varian famili, komponen varian di dalam plot dan heritabilitas

    individu

    (Remark)

    ( , , and h are family variance component, within plot variance component and individual

    heritability, respectively)

    f e i

    2 2 2

    f e i

    2 2 2

    Untuk mengetahui umur optimum untukseleksi, tren waktu dari varian dan korelasidiekspresikan dalam bentuk regresi linier untukmenaksir peningkatan genetik terhadapperubahan umur pada setiap lokasi. Perubahansimpangan baku dari varian genetik dan fenotipikpada ketiga lokasi disajikan pada Gambar 2. DariGambar 2 dapat dilihat bahwa akar varian genetikdan fenotipik meningkat dengan peningkatanproporsi tinggi dan diameter, dengan koefisiendeterminasi di atas 0,7. Hal ini menunjukkanbahwa pengaruh waktu dari kedua varian tersebut

    dapat diekspresikan dengan baik menggunakanregresi linier dengan rerata pertumbuhan sebagaivariabel independen. Hal ini sebagaimana halnyadengan korelasi yang secara umum ditemukandalam skala pengukuran suatu sifat seperti halnyaukuran tubuh manusia (Falconer Mackay,1996). Dengan demikian formula regresi padasetiap lokasi dapat digunakan untuk menaksirvarian genetik dan fenotipik, dan nilaiheritabilitas dapat dihitung sebagai rasio antaravarian genetik dan varian fenotipik.

    and

    Efisiensi Seleksi Awal pada Kebun Benih SemaiEucalyptus pellita

    Budi Leksono

    Lokasi/ Parameter Tinggi (tahun)/ Height (years) Dbh (tahun)/ Dbh (years)

    Locations/Parameters 1 2 3 4 6 1 2 3 4 6

    Kalimantan Selatan:

    f2 0.020 0.132 0.170 0.168 0.625 0.023 0.115 0.279 0.425 0.801

    e2 0.571 1.616 1.946 2.526 5.952 0.314 1.845 2.854 3.966 7.323

    hi2

    0.085 0.189 0.201 0.156 0.238 0.169 0.126 0.223 0.242 0.247

    Sumatera Selatan:

    f2 0.082 0.129 0.106 0.109 0.366 0.053 0.113 0.070 0.139 0.559

    e2 1.080 1.660 2.608 3.801 4.735 0.761 2.345 3.172 4.306 6.492

    hi2

    0.176 0.181 0.098 0.070 0.179 0.163 0.115 0.054 0.078 0.284

    Riau:

    f2 0.008 0.147 0.100 0.152 0.656 0.083 0.012 0.232 0.332 1.210

    e2 1.254 2.652 3.461 4.327 9.750 2.377 3.595 5.707 7.458 12.749

    hi2

    0.015 0.131 0.070 0.085 0.158 0.085 0.008 0.098 0.106 0.217

  • Gambar 2. Perubahan simpangan baku dari varian genetik dan fenotipik dengan waktu yang digambarkandengan regresi linier di tiga lokasi (

    )

    (Figure)Deviation changing of genetic and phenotypic variance with

    time by linier regression in the three locations

    Korelasi antara pengukuran pertumbuhantinggi dan diameter di dua umur yang berbeda(umur 1-6 tahun) ditempatkan berlawanan

    dengan rasio rerata pertumbuhan pada umur yanglebih tua terhadap rerata pertumbuhan pada umuryang lebih muda (Gambar 3).

    y = 0,0645x + 0,887

    R2 = 0,9391

    y = 0,025x + 0,3032

    R2 = 0,7784

    0

    1

    2

    3

    4

    0 5 10 15 20 25

    Sumatera Selatan

    Fenotipik

    Genetik

    y = 0.1166x + 0.5923

    R2 = 0.9377

    y = 0.0737x - 0.104

    R2 = 0.85510

    1

    2

    3

    4

    0 5 10 15 20 25

    Sumatera Selatan

    Fenotipik

    Genetik

    Kalimantan Selatan

    y = 0,0952x + 0,4018

    R2 = 0,9326

    y = 0,0527x + 0,0336

    R2 = 0,89460

    1

    2

    3

    4

    0 5 10 15 20 25

    Fenotipik

    Genetik

    Kalimantan Selatan

    y = 0,151x + 0,1049

    R2 = 0,9903

    y = 0,0821x - 0,0902

    R2 = 0,98840

    1

    2

    3

    4

    0 5 10 15 20 25

    Fenotipik

    Genetik

    y = 0,1198x + 0,3898

    R2 = 0,9155

    y = 0,0596x - 0,1753

    R2 = 0,79760

    1

    2

    3

    4

    0 5 10 15 20 25

    Tinggi/ (m)Hight

    R i a u

    Fenotipik

    Genetik

    y = 0,1248x + 0,8197

    R2 = 0,9613

    y = 0,0792x - 0,2492

    R2 = 0,78090

    1

    2

    3

    4

    0 5 10 15 20 25

    Dbh (cm)

    R i a u

    Fenotipik

    Genetik

    8

    Akar

    varian

    ()

    Rootofvarian

    Akar

    varian

    ()

    Rootofvarian

    Akar

    varian

    ()

    Rootofvarian

    Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 1 - 13

  • 00.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    0 1 2 3 4 5 6

    r C (J-M )=1-2,402{1-exp[-0,002(x -1)]}0,31

    Kalimantan Selatan

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    0 1 2 3 4 5 6

    Kore

    lasi

    r C (J-M )=1-1,086{1-exp[-0,214(x -1)]}0,629

    Kalimantan Selatan

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    0 1 2 3 4 5 6

    Kore

    lasi

    r C (J-M )=1-2,172{1-exp[-0,001( x -1)]}0,242

    Sumatera Selatan

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    0 1 2 3 4 5 6

    r C (J-M )=1-2,402{1-exp[-0,002( x -1)]}0,31

    Sumatera Selatan

    Gambar ( ) 3. Tren korelasi antar umur dengan rerata rasio diameter dan tinggi pada setiap lokasi. Bulatanhitam adalah korelasi antara dua umur. Garis merupakan regresi yang telah dicocokkan denganformula (4'). Rasio pertumbuhan diameter dan tinggi (x) adalah (Dy/Dx) dan (Ty/Tx) dimana Dydan Ty adalah rerata diameter dan tinggi pada umur yang lebih tua, Dx dan Tx adalah reratadiameter dan tinggi pada umur yang lebih muda (Dy>Dx; Ty>Tx) (

    Figure

    Trend of age-age correlationwith mean diameter and height ratio at each location. Closed circles are age-age correlationbetween two ages. Lines were regression equation fitted with Eq. (4'). Diameter and heightgrowth rates (x) are (Dy/Dx) and (Ty/Tx) where Dy and Ty are older diameter and height mean,Dx and Tx are younger diameter and height mean (Dy>Dx; Ty>Tx))

    Dari gambar tersebut nampak bahwakorelasi akan tinggi (>0.8) ketika rasio reratapertumbuhan mendekati 1 (satu) dan menurunhingga mendekati 0,2 ketika rasio meningkat.Penurunan dari tren korelasi ini diekspresikansangat baik dengan menggunakan modifikasifungsi Richards (Formula 4') dengan rasiosebagai variabel bergantung. Tren dari korelasiantar umur hampir sama untuk kedua sifat yangdiukur dan di ketiga lokasi sebagaimanadindikasikan oleh parameter pada formula disetiap sifat dan lokasi (Gambar 3). Meskipundemikian, tren dari pertumbuhan diameternampak lebih jelas dibandingkan dengan tinggi.Hal ini kemungkinan karena diameter merupakanprioritas utama dalam seleksi pohon pada kebunbenih dibandingkan dengan tinggi yangmenduduki prioritas kedua pada semua tingkatanseleksi (Leksono and Kurinobu, 2005). Formulatersebut selanjutnya digunakan untuk menaksir

    E. pellita

    peningkatan genetik dan efisiensi seleksi diketiga lokasi.

    Peningkatan genetik pada seleksi tidaklangsung ( ) yang ditaksirdengan formula (5) dan seleksi langsung (

    ) pada umur daur dengan formula (5'),dapat dilihat pada Gambar 4. Nilai komulatifpeningkatan genetik per tahun pada kedua sifat diketiga lokasi meningkat dengan pertambahanumur. Secara umum, peningkatan genetik diKalimantan Selatan lebih tinggi dibandingkandua lokasi lainnya, dan bahkan hampir dua kalilebih tinggi dibandingkan Sumatera Selatan.Sedangkan terhadap sifat yang diukur,peningkatan genetik pada diameter nampak lebihtinggi dibandingkan sifat tinggi. Perbedaanpeningkatan genetik ini dikarenakan nilai

    B. Peningkatan Genetik dan Efisiensi Seleksi

    indirect selectiondirect

    selection

    9

    Efisiensi Seleksi Awal pada Kebun Benih SemaiEucalyptus pellita

    Budi Leksono

  • heritabilitas di Kalimantan Selatan lebih tinggidibandingkan lokasi lain dan ditemukan hampir

    pada setiap pengukuran. Hal yang sama untukdiameter dibandingkan tinggi tanaman (Tabel 3).

    Kalimantan Selatan

    0

    0.5

    1

    1.5

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    0

    0.5

    1

    1.5

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Kalimantan Selatan

    Sumatera Selatan

    0

    0.5

    1

    1.5

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    0

    0.5

    1

    1.5

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Sumatra Selatan

    R i a u

    0

    0.5

    1

    1.5

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Umur seleksi/ (tahun/ )Select on age year Umur seleksi/ (tahun/ )Select on age year

    Tren/Trend

    Tren/Trend

    Tren/Trend

    Tren/Trend

    Tren/Trend

    Tren/Trend

    Efisiensi/Efficiency

    Efisiensi/Efficiency

    Efisiensi/Efficiency

    Efisiensi/Efficiency

    Efisiensi/Efficiency

    Efisiensi/Efficiency

    0

    0.5

    1

    1.5

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    R i a u

    Gambar 4. Taksiran peningkatan genetik ( dan efisiensi seleksi tidak langsung dan seleksilangsung pada setiap lokasi untuk tinggi (kiri) dan diameter (kanan). Umuroptimum untuk seleksi ditunjukkan dengan garis terputus-putus

    (Figure) bulatan putih)(bulatan hitam)

    (Predicted genetic gain(white circles) and relative efficiency for indirect and direct selection at each location (solidcircles) of height (left) and diameter (right). Optimum ages for selection are shown by dottedlines)

    10

    Pe

    nin

    gka

    tan

    ge

    ne

    tik

    ()

    Ge

    ne

    tic

    ga

    inP

    en

    ing

    ka

    tan

    ge

    ne

    tik

    ()

    Ge

    ne

    tic

    ga

    inP

    en

    ing

    ka

    tan

    ge

    ne

    tik

    ()

    Ge

    ne

    tic

    ga

    in

    Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 1 - 13

  • Efisiensi untuk peningkatan genetik pertahun yang dihitung dengan formula (6) disajikanbersama-sama dengan tren peningkatan genetikpada Gambar 4. Semua nilai efisiensi pada umur3-7 tahun menunjukkan lebih tinggi dari pada 1,0pada kedua sifat dan di ketiga lokasi yang diukur.Hal ini mengindikasikan bahwa seleksi lebihawal pada kebun benih semai selalu meng-hasilkan peningkatan genetik per tahun yanglebih tinggi terhadap umur daur (McKeand,1988). Nilai efisiensi tertinggi bervariasi diantarakedua sifat dan di ketiga lokasi, yaitu antara 3-5tahun. Hal ini berarti bahwa umur optimum untukseleksi pada kebun benih semai dengandaur 8 tahun adalah antara 3-5 tahun (Gambar 4).Perbedaan nilai efisiensi seleksi tersebutdikarenakan rasio dari korelasi peningkatangenetik per tahun terhadap peningkatan genetikpada umur daur bervariasi diantara sifat danlokasi.

    Pada studi efisiensi seleksi jenis-jeniskonifer dilaporkan bahwa seleksi yang akurathanya dapat dilakukan setelah minimum separuhdari umur daur (Franklin, 1979), meskipunLambeth (1980) berpendapat bahwa seleksi lebihawal juga memungkinkan untuk dilakukan. Halini dikarenakan nilai heritabilitas untuk sifat-sifatpertumbuhan pohon pada umur muda tidak selalustabil sampai dengan tanaman tumbuh dewasa(Franklin, 1979). Hal lain yang perludipertimbangkan adalah meskipun umuroptimum untuk seleksi ditentukan berdasarkanpeningkatan genetik per satuan waktu, namunperlu mempertimbangkan umur setelah pohondewasa dan telah memproduksi benih (Gwaze

    1997). Untuk jenis memerlukanwaktu minimum 5 (lima) tahun untuk dapatmemproduksi benih yang cukup dalammembangun kebun benih semai. Oleh karena itulima tahun merupakan waktu yang tepat dan lebihbaik untuk seleksi akhir pada siklus pemuliaanpohon dibandingkan umur yang lebihmuda.

    Pada studi umur optimum untuk seleksiyang telah dilakukan sebelumnya, sebagian besaranalisis dan kesimpulan dilakukan pada datakoleksi dari umur yang sangat terbatas (Wu,1999). Namun demikian, prosedur analisis padatulisan ini memungkinkan untuk dapatmelakukan penaksiran parameter genetik yanglebih tua dari data yang tersedia sampai padaumur daur. Hal ini dikarenakan varian fenotipikdan varian genetik dapat diekspresikan denganbaik menggunakan formula regresi linier denganrerata pertumbuhan sebagai variabel bergantung

    E. pellita

    etal., E. pellita,

    E. pellita

    sebagaimana disajikan pada Gambar 2.Kedekatan korelasi antara rerata dan varian padasebagian besar sifat pertumbuhan tanaman telahdijelaskan pada beberapa pustaka (FalconerMackay, 1996). Selain itu, tren dari korelasimuda-dewasa yang diekspresikan dengan rasiologaritmik berdasarkan umur (Lambeth, 1980),juga telah digambarkan dengan baik terhadaprasio rerata pertumbuhan pada umur yangberbeda (Gambar 3). Rasio tersebutkemungkinan lebih baik untuk menggambarkantren korelasi muda-dewasa dibadingkan denganmenggunakan umur, dimana perbedaan padarerata pertumbuhan pada umur yang samaterkadang sangat besar (Cotterill Dean,1988). Oleh karena itu, prosedur analisis padatulisan ini dapat menghasilkan penaksiran umurseleksi optimum yang lebih tepat sepanjangfungsi-fungsi sebagaimana disajikan tersebut diatas dihasilkan dengan tepat.

    1. Fungsi kurva pertumbuhandapat diimplementasikan untuk

    menaksir pertumbuhan tinggi dan diameterpada umur yang lebih tua. Formula regresiyang dihasilkan dapat digunakan untukmenaksir korelasi pada umur muda dandewasa ( ) sertapeningkatan genetik per tahun untukmengetahui umur seleksi yang optimum padakebun benih semai .

    2. Umur optimum untuk seleksi phon plusdiperoleh antara 3 - 5 tahun di ketiga lokasikebun benih semai , namun demikianumur 5 tahun dalam satu siklus pemuliaan

    dengan penyerbukan terbuka () akan lebih optimal dalam praktek

    di lapangan.

    Penulis mengucapan terima kasih kepadaDirektur PT. Inhutani III (Kalimantan Selatan),PT. Musi Hutan Persada (Sumatera Selatan) danPT. Perawang Sukses Perkasa Industri (Riau)beserta peneliti dan teknisi pada Unit HTI, ataskerjasama yang baik dalam pelaksanaanpenelitian ini. Ucapan terima kasih jugadisampaikan kepada Tim JICA (

    and

    and

    Chapman-Richards

    juvenile-mature correlations

    E. pellita

    E. pellitaE.

    pellita openpollination

    Japan

    IV. KESIMPULAN

    UCAPAN TERIMA KASIH

    11

    Efisiensi Seleksi Awal pada Kebun Benih SemaiEucalyptus pellita

    Budi Leksono

  • International Cooperation Agency

    E.pellita

    Ganoderma Root Rot Mortality in KhairWilld in Reforested

    Stand

    Attack of Ganoderma on Acaciaauriculiformis and A. mangium

    Wood in Australia: Types,Properties and Uses

    Change in theGenetic Control of Growth of Radiata Pineto 16 Years and Efficiencies of EarlySelection

    Eucalyptus Trials in theNorth Territory Coastal Region

    Species andProvenance Evaluation of

    and at 4Years in Far North Queensland

    Introduction to quantitative genetics

    TheInfluence of Environmental Variables onthe Growth of Species/Provenances ofEucalyptus in the States of Minas Geraisand Esperito Santo

    Model Relating Levels ofGenetic Variance to Stand Development ofFour North American Conifers

    ) ataskerjasama teknis yang telah berlangsung padafase pertama dalam pembangunan kebun benihsemai . Kepada para teknisi B2PBPTHYogyakarta yang telah membantu dalampersiapan data, diucapkan banyak terima kasih.

    Bakshi, B.K., M.A.R. Reddy, and L.Singh. 1976.

    (Acacia catechu .). European Journal of Forest

    Pathology 6:30-38.

    Barari, S. 1993.. Indian

    Forester 119:765.

    Bootle, K.R. 1983.. Mc.Graw-Hill,

    Sydney. 444p.

    Cotterill, P.P. and C.A. Dean. 1988.

    . Silvae Genetica 37:138-146.

    Cracium, G.C.J. 1978..

    Australian Forest Research 8:153-161.

    Dickinson, G.R. and D. Sun. 1995.Eucalyptus

    cloeziana, E. pellita E. urophylla. DPI

    Forestry Tech. Report. Library Ref.Queensland Department of PrimaryIndustry-Forestry, Brisbane,Australia.

    Falconer, D.S. and T.F.C. Mackay. 1996.

    . 4ed. Longman Group, England. 464 p.

    Ferreira, C.A. and H.T.Z. do Couto. 1981.

    . Boletim de PesquisaFlorestal, Unidade Regional de PesquisaFlorestal Centro Sul, EMBRAPA, Brazilno. 3:9-35.

    Franklin, E.C. 1979.

    . SilvaeGenetica 28:207-212.

    DAFTAR PUSTAKA

    th

    Glori, A.V. 1993.. pp.

    253-261 in Davidson, J. (ed) Proceedingsof Regional Symposium on RecentAdvances in Mas Clonal Multiplication ofForest Trees for Plantation Programmes.UNDP/FAO Regional Project onimproved Productivity of Man-MadeForest through Application ofTechnological Advances in Tree Breedingand Propagation. Los Banos, Philippines,391 pp.

    Gwaze, D..P, J.A. Woolliams, and P.J. Kanowski.1997.

    . SilvaeGenetica 46:358-365.

    Harwood, C.E., D. Alloysius, P.C. Pomroy, K.W.Robson, and M.W. Haines. 1997.

    . New Forest14:203-219.

    Harwood, C.E. 1998.. CSIRO

    Publishing, Victoria,Australia. 70 p.

    Lambeth, C.C. 1980.

    Forest Science26:571-580.

    Lambeth, C.C., J.P. van Buijtenen, S.D. Duke,and R.B. Mc Cullough. 1983.

    . SilvaeGenetica 32:210-215.

    Le Dinh Kha. 1996.

    . Science Rep.of Subject KN03-03. Forest Science Institute of Vietnam,Chem, Tu Liem, Hanoi, Vietnam. 53 pp.

    Lee, S.S. 1993. . In: Awang, K. andTaylor, D. (eds) Acacia mangium

    . Winrock International andFAO, Bangkok, Thailand, pp 203-233.

    Leksono, B. and Kurinobu, S. 2005.

    . Journal of

    The Eucalyptus TreeImprovement Programme of PICOP

    Optimum Selection Age for Heightin Pinus taeda L in Zimbabwe

    EarlyGrowth and Survival of E. pellitaProvenances in a Range of TropicalEnvironment, Compared with E. grandis,E. urophylla and A. mangium

    Eucalyptus pellita anAnnotated Bibliography

    Juvenile-MatureCorrelations in Pinaceae and Implicationsfor Early Selection.

    EarlySelection is Effective in 20-Year-OldGenetic Test of Loblolly pine

    Research on Formulation ofScientific and Technological Basis forSupplying Improved Planting Materials ofForest Trees

    DiseasesGrowing

    and Utilization

    Trend ofwithin family-plot selection practiced inthe three seedling seed orchards ofEucalyptus pellita in Indonesia

    12

    Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 1 - 13

  • Tropical Forest Science 17:235-242.

    McKeand, S.E. 1988.

    Forest Science 34:400-411.

    Nanson, A. 1969.. In: IUFRO Second Meeting

    Working Group on Quantitative GeneticsProceedings. Raleigh, NC, pp17-25.

    Squillace, A.E. and C.R. Gansel. 1974.. Forest

    Science. 20:225-229.

    Pienaar, L.V. and K.J. Turnbull. 1973.

    .Forest Science. 19:2-22.

    Richards, F.J. 1959.. Journal of

    Optimum Age for FamilySelection for Growth in Genetic Test ofLoblolly pine.

    Juvenile and Correlated TraitSelection

    Juvenile-Mature Correlations in Slash Pine

    TheChapman-Richards Generalization of vonBertalanffy's Growth Model for BasalArea Growth and Yield in Even Age Stands

    A Flexible Growth Functionfor Empirical Use

    Experimental Botany 10:290-300.

    Sonia, K.K. and C.K. Tiwari. 1993.Root-Rot in an Arboretum.European Journal of Forest Pathology23:252-254.

    Williams, E.R. and A.C. Matheson. 1994.

    . CSIRO InformationService. Victoria,Australia

    Woolaston, R.R., P.J. Kanowski, and G. Nikles..1990.Pinus caribaea

    . Silvae Genetica39:21-28.

    Wu, H.X. 1999..

    Silvae Genetica 48:78-83.

    GanodermaAcacia

    Experimental Design and Analysis for Usein Tree Improvement

    Genetic Parameter Estimates forvar Hondurensis in Coastal

    Queensland, Australia

    Advantage of Early Selectionthrough Shortening the Breeding Cycle

    13

    Efisiensi Seleksi Awal pada Kebun Benih SemaiEucalyptus pellita

    Budi Leksono

  • 15

    PERTUMBUHAN DAN MUTU FISIK BIBIT JABON (Miq.) DI POLIBAG DAN POLITUB

    Anthocephalus cadamba

    Growth and Physic Quality of Jabon Miq Seedling onPolybag and Polytube

    (Anthocephalus cadamba) .

    Ahmad Junaedi

    Anthocephalus cadamba

    ABSTRAK

    Kata kunci Jabon ( Miq.), Bibit, wadah bibit, pertumbuhan tinggi danpertumbuhan diameter

    Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat KuokJl. Raya Bangkinang-Kuok Km. 9, Bangkinang, Kampar, Riau 28294, Telp. (0762) 7000121 Fax. (0762) 21370

    Naskah masuk : 4 Maret 2009; Naskah diterima : 30 Nopember 2009

    ABSTRACT

    Key words: Jabon ( Miq), seedling, seedling container, height growth anddiameter growth

    Anthocephalus cadamba

    Information on growth and physical quality of jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) seedling on differentseedling container is needed to determine the most suitable container for seedling production. Theexperiment was conducted to study the growth and physical quality of jabon seedlings on polybag (v = 300

    cm ) and polytube (v = 60 cm ). The stages of the research are: seedling activity, growth observations andphysical quality assessment of jabon seedlings that is grown on polybag (40 seedlings) and polytube (40seedlings). The result showed that height and diameter growth as well as the physical quality of jabonseedling grown on polybag were significantly higher (p

  • Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    16

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 15 - 21

    Pada tahun 2007 tim peneliti BalaiPenelitian Hutan Penghasil Serat (BPHPS) Kuokbekerja sama dengan

    PT. Riau Andalan Pulp and Paper(RAPP) telah membibitkan jabon melalui benih(generatif). Selanjutnya untuk persiapan uji cobapenanaman, bibit tersebut dipindahkan dandisapih pada dua jenis wadah (kontainer) bibityang biasa digunakan oleh HTI pulp dengankapasitas volume media yang berbeda, yaitu

    polibag (volume300 cm ) dan politub (volume60

    cm ).Penggunaan wadah sapih dengan kapa-

    sitas volume media yang berbeda akan mem-pengaruhi efesiensi penggunaan media danpengangkutan bibit ke lapangan. Wadah bibityang lebih besar (polibag) akan membutuhkanlebih banyak media dan juga ruang pada saatpengangkutan ke lapangan sehingga mempunyaiefesiensi yang lebih rendah dibandingkan wadahbibit yang lebih kecil (politub). Padahal denganmenggunakan wadah bibit dengan kapasitasvolume media yang lebih kecil, pada umurtertentu performa pertumbuhan dan mutubibitnya mungkin telah memadai untuk siaptanam. Untuk memperoleh data dan informasitersebut maka perlu dilakukan kajian terhadappertumbuhan dan mutu fisik bibit jabon yangdisapih padawadah bibit polibag dan politub.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui pertumbuhan dan mutu fisik bibitjabon yang disapih pada wadah bibit polibag danpolitub. Data dan informasi pertumbuhan danmutu fisik bibit tersebut diperlukan sebagaibagian yang diperhitungkan dalam pemilihanwadah bibit yang paling sesuai.

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli -Desember 2007 di persemaian PT. RAPP, SektorPelalawan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.Lokasi geografis penelitian ada pada ketinggiantempat 8 meter di atas permukaan laut, tipe iklimA menurut Schmidth & Ferguson, suhu udara

    rata-rata 27 C, kelembaban udara rata-rata 84%dan curah hujan 2.422mm/tahun.

    Bahan yang digunakan pada penelitian iniantara lain adalah benih jabon yang diperolehdari Balai Penelitian Teknologi Perbenihan

    Divisi Research andDevelopment

    3

    3

    o

    II. BAHAN DAN METODE

    A. Waktu dan Tempat

    B. Bahan dan Alat

    Bogor dengan sumber benih asal tegakan jabonkebun percobaan Darmaga, media semai (pasirdan ),media sapih (kompos kelapa sawit),

    polibag volume 300 cm dan politub volume 60

    cm . Peralatan yang digunakan antara lain adalahalat ukur parameter pertumbuhan bibit (kaliper,penggaris dan neraca analitik), alat tulis, oven,pisau, gunting dan seperangkat komputer yangdilengkapi SPSS13untuk analisis data.

    .

    Pembibitan jabon diawali denganmenyemai benih jabon pada bak tabur berukuran30 x 20 x 5 cmyang berisimedia pasir dandengan perbandingan 1:1 (v/v). Benih disemaipada bak tabur sebanyak 1 g/bak tabur.Sebelumnya media telah diayak dan disterilkandengan disemprot desinfektan. Pemeliharaanbenih dilakukan dengan penyiraman dua kalisehari dan penyemprotan fungisida jenis DithaneM-45 dosis 2 cc/liter air tiap seminggu sekali.

    Benih mulai berkecambah (semai) padaminggu kedua setelah tabur. Setelah satu bulan,semai dipindahkan (disapih) dari bak tabur kedua macam wadah bibit yaitu polibag volume

    300 cm dan politub volume 60 cm .Media sapihyang digunakan adalah kompos kelapa sawit(100%).

    Setelah disapih, bibit disimpan di rumahkaca dengan naungan paranet (55% cahayatembus) selama 1 bulan, kemudian dipindahkanke selama 2 bulan. Pada umur bibit 4bulan setelah penaburan benih dilakukanpengamatan parameter pertumbuhan bibit yaitu :tinggi (cm), diameter (mm), berat kering akar (g),berat kering daun (g) dan berat kering batang (g).Jumlah bibit yang diamati pada masing-masingmacam wadah adalah 40 bibit sehingga jumlahtotal bibit yang diamati adalah 80 bibit. Kegiatanpemeliharaan selama penyapihan dilakukandengan penyiraman dua kali sehari sertamenyemprotan bibit/tanaman tiap seminggusekali dengan fungisida jenisDithaneM-45 dosis2 cc/liter air dan insektisida jenis Pumicidin dosis1 cc/liter air.

    Untuk mengetahui perbedaan responpertumbuhan akibat perbedaanwadah bibit, padaumur bibit 4 bulan dilakukan pengamatan

    top soil

    software

    top soil

    open area

    3

    3

    3 3

    C. Metode

    1. Prosedur Kerja

    a Pembibitan

    b. Pengamatan pertumbuhan bibit dankesuburan media

  • Pertumbuhan dan Mutu Fisik Bibit JabonMiq.) di Polibag dan Politub

    (Anthocephaluscadamba

    Ahmad Junaedi

    17

    parameter pertumbuhan bibit. Hendromono(2006) menyatakan bahwa bibit jabon berumur3 - 4 bulan sudah siap ditanamdi lapangan.

    Parameter pertumbuhan bibit yang diamatimeliputi tinggi bibit diukur dengan penggarisketelitian 0,05 cm; diameter bibit diukur dengankaliper ketelitian 0,01 cm; berat kering bagian/organ bibit diukur dengan neraca analitikketelitian 0,0001 gr yang meliputi : berat keringakar (BKA), berat kering daun (BKD), beratkering batang dan cabang (BKB), berat keringbagian bibit di atas permukaan tanah (BKP) danberat kering total (BKT). Berat kering bagianbibit diperoleh dengan mengoven sampel pada

    suhu 105 C sampai beratnya konstan (sekitar 24jam). Untuk mengetahui kesuburan media,sesudah pengukuran parameter pertumbuhanbibit dilakukan pengambilan sampel kompositmedia untuk dianalisis sifat kimianya dilaboratorium.

    Penilaian mutu fisik bibit dipilih karenaalasan kemudahan dan kepraktisan untukmelakukannya. Untuk mengetahui kualitas fisikbibit, dilakukan perhitungan terhadap nilai tigaparameter kualitas fisik bibit yaitu nilaikekokohan, rasio pucuk akar (RPA) dan indeksmutu bibit (IMB). Adapun formula untukmengkuantifikasinya adalah sebagai berikut(Hendromono, 2003):

    et al.

    o

    c. Penilaian mutu fisik bibit

    =

    2. Analisis Data

    III. HASILDAN PEMBAHASAN

    A. Pertumbuhan Bibit

    2) RPA

    3) IMB = .. . . . . . . .

    (Dickson , 1960 Hendromono, 2003).

    Untuk mengetahui perbedaan besaranparameter pertumbuhan danmutu fisik bibit antarwadah bibit dilakukan uji t dua sampel bebas/

    (Mattjik &Sumertajaya, 1999; Pratisto, 2004). Selanjutnya,untuk mengetahui kelayakan bibit siap tanamdilakukan uji t satu sampel/dengan membandingkan nilai rata-rata tinggibibit dengan nilai 15 cm (Hendromono .,2006), RPAbibit dengan nilai RPA 2-5 (Alrasyid,1972 Mindawati & Susilo, 2005) dan IMBbibit dengan nilai IMB 0,09 (Lackey & Alm,1982 Durahim&Hendromono, 2006).

    Hasil uji t dua sisi menunjukkan bahwapada umur bibit empat bulan, semua parameterpertumbuhan bibit jabon yang disapih di polibag(bibit A) berbeda nyata (p

    Tinggi bibit (cm)

    Diameter bibit (cm)

    BKT (gr)

    RPA + Kekokohan

    BKA (gr)

    Berat kering pucuk (gr)

    1) Kekokohan =

  • 18

    Hasil perhitungan perbedaan besaranparameter pertumbuhan bibit antara bibit Adengan bibit B menunjukkan bahwa perbedaanpertumbuhan terkecil diperoleh padapertumbuhan diameter yaitu 50% dan terbesar

    Tabel ( ) 2. Perbedaan besaran pertumbuhan antara bibit jabon di wadah polybag dengan politub( )

    TableGrowth difference between jabon seedling in polybag and in polytube

    pada pertumbuhan berat kering batang (BKB)yaitu 428% (Tabel 2). Sementara itu, berat keringtotal (BKT) yang merupakan representasi daripertumbuhan total bibit, berbeda 160% antarbibit.

    Keterangan ( ) : Besar perbedaan ( ) = pertumbuhan bibit di polibag - pertumbuhan bibit di politub( )

    Remark different of magnitudegrowth of seedling on polybag minus growth of seedling on polytube

    Kualitas dan kuantitas media akan mem-pengaruhi pertumbuhan bibit. Analog denganfungsi tanah untuk pertumbuhan tanaman; mediamenyediakan ruang tumbuh, air dan nutrisi bagipertumbuhan bibit. Kualitas media dapatdicerminkan oleh kandungan unsur hara yangdikandung oleh media (Tabel 3). Sedangkankuantitasnya dicerminkan oleh banyaknya(volume) media yang disediakan untukpertumbuhan bibit. Karena jenis media yangdigunakan sama yaitu dari kompos limbah kelapa

    sawit (100%) maka kualitas media yangdigunakan pada kedua wadah adalah sama.Perbedaan akan terjadi pada kuantitas media

    yang digunakan. Dengan volume media 300 cm ,kuantitas media pada bibit A akan lebih tinggi

    lima kali dibandingkan bibit B (volume 60 cm ).Hal ini berarti kuantitas ruang tumbuh, air dannutrisi yang disediakan untuk pertumbuhan bibitA akan lebih tinggi dibandingkan bibit B.Akibatnya pertumbuhan bibitA akan lebih tinggidibandingkan bibit B.

    3

    3

    Keterangan ( ) : Bibit ( )A=Bibit di polibag ( ); Bibit ( ) B=Bibit di politub (); Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam satu baris yang sama berbeda nyata

    berdasarkan uji t pada p = 0,05 ()

    Remarks seedling seedling on polybag seedling seedlingon polytube

    The numbers was followed by different letters at same row aresignificantly different at p = 0,05 with t test

    Tabel ( ) 1. Besaran parameter pertumbuhan bibit jabon umur empat bulan di polibag dan politub( )

    TableGrowth of four months old jabon seedling in polybag and polytube

    Parameter pertumbuhan bibit

    (Growth parameters of seedling)

    Besar perbedaan

    (Magnitude of difference)

    Persentase perbedaan

    (Percentage of difference)

    Tinggi/height (cm) 35,45 199 %

    Diameter/diameter (mm) 0,22 50 %

    Berat kering batang/dry weight of stem (gr) 1,24 428 %

    Berat kering daun/dry weight of leaves (gr) 1,22 117 %

    Berat kering pucuk/dry weight of shoot

    (gr)2,46 185 %

    Berat kering akar/dry weight of root (gr) 0,33 80 %

    Berat kering total/dry weight of seedling

    (gr)2,79 160 %

    Parameter pertumbuhan

    (Growth parameters of seedling)

    Bibit

    (seedling ) A

    Bibit

    (seedling) B

    Tinggi/height (cm) 53,26 10,90 a 17,81 3,44 b

    Diameter/diameter (mm) 6,60 1,40 a 4,40 0,40 b

    Berat kering batang/dry weight of stem (gr) 1,53 1,03 a 0,29 0,14 b

    Berat kering daun/dry weight of leaves (gr) 2,26 1,24 a 1,04 0,38 b

    Berat kering bagian bibit di atas permukaan

    tanah/dry weight of shoot (gr)3,79 2,23 a 1,33 0,44 b

    Berat kering akar/dry weight of root (gr) 0,74 0,43 a 0,41 0,11 b

    Berat kering total/dry weight of seedling (gr) 4,53 2,63 a 1,74 0,51 b

    Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 15 - 21

  • 19

    Pertumbuhan bibit jabon yang disapihpada wadah politub dan diberi pupuk daun jenisGandasil D dosis 2 ml/l telah dilaporkan olehRachmayanti & Novriyanti (2006). Hasilpenelitian tersebut menunjukkan bahwa padaumur bibit tiga bulan tinggi dan diameter bibitberturut-turut adalah 45,9 cm dan 4,53 mm.Pertumbuhan tinggi dan diameter bibit tersebutpada jenis wadah bibit yang sama (politub) lebihtinggi dibandingkan tinggi dan diameter bibitjabon pada penelitian ini. Adapun tinggi dandiameter bibit jabon di wadah politub (bibit B)pada penelitian adalah berturut-turut 17,81 cmdan 4,40 mm. Hal ini terjadi karena nutrisi yangdiperoleh bibit jabon yang diberi pupuk daunlebih tinggi dibandingkan yang tidak diberiaplikasi. Dengan hasil perbandingan ini makauntuk lebih meningkatkan pertumbuhan bibit Bkombinasi penggunaan kompos sebagai mediasapih dan pemberian pupuk daun perlu untukdiaplikasikan.

    Mutu bibit diartikan suatu ekspresi darigambaran lebih jauh terhadap sebuah bibit yangdiharapkan dapat beradaptasi dan tumbuh setelahpenanaman (Wilson & Jacobs, 2005Nurhasybi & Sudrajat, 2006). Dalam pem-

    A. Mutu Fisik Bibit

    dalam

    Keterangan ( ) : * = Pusat Penelitian Tanah/ (1983) Hardjowigeno (1992)Remark Soil Research Centre dalam/in

    Tabel ( ) 3. Sifat kimia kompos limbah kelapa sawit (Table Chemical of oil palm compost)properties

    No.Sifat kimia

    (Chemical properties)

    Satuan

    (Unit)

    Nilai

    (Value)

    Kategori

    (Category)*

    Kandungan hara (nutrient content) :

    - Karbon (Carbon) % 6,56 0,41 sangat tinggi (very high)

    - Nitrogen (Nitrogen) % 1,32 0,07 sangat tinggi (very high)

    - Pospor (Phosfor) ppm 241,99 8,80 sangat tinggi (very high)

    - Kalsium (Calcium) me/100 gr 0,83 0,45 sangat rendah (very low)

    - Natrium (Natrium) me/100 gr 0,18 0,13 rendah (low)

    1

    - Kalium (Kalium) me/100 gr 0,85 0,52 tinggi (high)

    2 Karbon/nitrogen (C/N ratio) - 4,98 0,57 sangat rendah (very low)

    3 Kapasitas tukar kation

    (Cation exchange capacity)

    me/100 gr 6,65 2,23 rendah (low)

    4 PH H2O - 6,75 0,27 netral (neutral)

    bangunan hutan, mutu bibit merupakan awalyang akan menentukan kualitas hutan yang akandibangun dan tegakan yang ada di dalamnya(BTPBogor, 1998).

    Untuk menilai mutu bibit tanaman hutan,secara praktis dapat dilakukan terhadap penilaianmutu fisiknya. Hal ini dilakukan denganmengamati parameter pertumbuhan bibit yangkemudian digunakan untuk menghitungparameter mutu fisik bibit yaitu kekokohan, rasiopucuk akar (RPA) dan indeksmutu bibit (IMB).

    Hasil uji t dua sisi menunjukkan bahwapada umur bibit empat bulan, semua parametermutu fisik bibitAberbeda nyata (p

  • C. Kelayakan Siap Tanam Bibit

    Idealnya untuk menilai kelayakan bibitsiap tanam, secara utuh harus diperhitungkanmutu fisik, fisiologis dan genetik. Tetapi dalamprakteknya diperlukan metode yang tidaksederhana dan waktu yang tidak singkat. Padahaldalam menilai kelayakan siap tanam bibit,diantaranya harus menggunakan metode yangrelatif sederhana dan dilakukan dengan cepat(Nurhasybi&Sudrajat, 2006). Adapun cara yangdianggap relatif sederhana, cepat dan hasilnyamasih dipercaya adalah berdasarkan penam-pilan fisik/morfologi bibit. Dengan pertim-bangan tersebut untuk menilai kelayakan siaptanam bibit jabon didasarkan pada penampilanmorfologinya yaitu tinggi tanaman, RPA damIMB.

    Berdasarkan penampilan morfologinya,bibit jabon dikategorikan siap tanam jikamemenuhi persyaratan tinggi bibit lebih dari 15cm (Hendromono 2006), RPApada kisaran2-5 (Alrasyid, 1972 Mindawati & Susilo,2005) dan IMBdi atas 0,09 (Lackey&Alm, 1982

    Durahim&Hendromono, 2006). Hasil ujit ( ) menunjukkan bahwa keduabibit jabon (bibit A dan bibit B) secara nyata(p

  • 21

    Balai Teknologi Perbenihan (BTP) Bogor. 1998.Program Nasional Sistem PerbenihanKehutanan. Publikasi Khusus. BalaiTeknologi Perbenihan.Bogor.

    Durahim & Hendromono. 2006. Pengaruh mediadan pupuk NPK terhadap pertumbuhandan mutu bibit eboni. Jurnal PenelitianHutan dan KonservasiAlam (3) (1) : 9-17.Pusat Penelitian dan PengembanganHutan danKonservasiAlam.Bogor.

    Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. MeltonPutra. Jakarta.

    Hendromono. 2003. Kriteria penilaianmutu bibitdalam wadah yang siap tanam untukrehabilitasi hutan dan lahan. BuletinPeneltian dan Pengembangan Kehutanan(4) (1) : 11-20. Badan Litbang Kehutanan.Jakarta.

    Hendromono, Y. Heryati & N. Mindawati. 2006.Silvikultur Hutan Tanaman Industri. PusatPenelitian dan Pengembangan HutanTanaman.Bogor.

    Mattjik, A.A. & I.M. Sumertajaya. 1999.Perancangan Percobaan dengan AplikasiSAS dan Minitab (jilid 1). JurusanStatistik, FMIPA-IPB.Bogor.

    Mindawati, N. & T. Tiryana. 2002. Pertumbuhanjenis pohon di JawaKhaya anthotheca

    Barat. Buletin Penelitian Hutan No. 632 :47-58. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Hutan dan Konservasi Alam.Bogor.

    Mindawati, N. & Y. Susilo. 2005. Pengaruhmacam media terhadap pertumbuhansemai Willd. JurnalPenelitian Hutan dan KonservasiAlam (2)(1) : 53-59. Pusat Peneltian danPengembangan Hutan dan KonservasiAlam.Bogor.

    Nurhasybi & P.J. Sudradjat. 2006. Bagaimanamutu bibit tanaman hutan yang ideal?Tinjauan singkat untuk pengadaan bibitbermutu. Prosiding seminar hasil-hasilpenelitian Balai Litbang TeknologiPerbenihan di Bogor Tanggal 14 Pebruari2006. Hlm 179 -183. Pusat Penelitian danPengembanganHutanTanaman.Bogor.

    Pratisto. 2004. Cara Mudah Mengatasi MasalahStatistik dan Rancangan Percobaandengan SPSS 12. Elex Media Kompu-tindo. Jakarta.

    Rahmayanti, S. & E. Novriyanti. 2006. Aplikasipupuk daun dan zat pengatur tumbuh padaanakan jabon. Jurnal Penelitian Hutan danKonservasi Alam (3) (1) : 95 -102. PusatPenelitian dan Pengembangan Hutan danKonservasiAlam.Bogor.

    Acacia mangium

    Pertumbuhan dan Mutu Fisik Bibit JabonMiq.) di Polibag dan Politub

    (Anthocephaluscadamba

    Ahmad Junaedi

  • 23

    PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH UNTUK MENGHAMBATPERTUMBUHAN SEMAI MIMBA ( ) SELAMA PENYIMPANANAzadirachta indica

    The Use of Growth Regulators for Inhibiting the Growth of MimbaSeedlings during Storage

    (Azadirachta indica)

    Dida Syamsuwida, Aam Aminah dan/ Ateng Rahmat Hidayat

    ABSTRAK

    Kata kunci: Penyimpanan, semai, rekalsitran, bahan penghambat pertumbuhan, paklobutrazol,NaCl

    I. PENDAHULUAN

    and

    ABSTRACT

    Key word : Storage, seedling, recalcitrant, growth retardants, paclobutrazol, NaCl

    Balai Penelitian Teknologi Perbenihan BogorJl. Pakuan Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16001, Telp./Fax. (0251) 8327768

    Naskah masuk : 3 Februari 2009; Naskah diterima : 8 Juni 2009

    Mimba (Azadirachta indica) is one of tree species that have recalcitrant seed characteristics. Recalcitrantseeds are difficult to be kept for a long period. Therefore, it needs to conserve the seeds by keeping theseedlings. Storing the seedling is very useful once the planting time in the field is not confirmed yet. At thatreason, to avoid the rapid growth of seedlings in a nursery and thus, fit in with the seedling criteriarequired for a good plantation, it needs to decrease the rate of the growth. The aim of the research is todetermine the influence of several inhibitors, storage conditions and media on the growth of the seedlingsduring storage. The inhibitors used were paclobutrazol, NaCl and aquadest (as a control). The storageconditions consisted of heavy, midium and light shading. Meanwhile, the media used consisted of sandand coconut husk. Research design was approached by completely randomized design with a factorialpattern. Results of the research showed that the optimum conditions for storing the seedlings of mimba for

    6 months were under the condition of light shading (L.I = 17,593 lux, T = 35 C) after being treatedwith paclobutrazol of 250 ppm and sand as potting media. Such condition gave a high seedling survival(of more than 95%).

    Azadirachta indica

    O

    Mimba ( ) adalah salah satu jenis pohon hutan yang memiliki benih rekalsitran yangsulit disimpan dalam jangka waktu lama, sehingga perlu dilakukan penyimpanan dengan menggunakanbahan semai. Penyimpanan semai sangat bermanfaat ketika menunggu waktu penanaman di lapang yangbelum saatnya dilakukan. Oleh karena itu, untuk menghindari pertumbuhan semai yang cepat selama dipersemaian dan tetap sesuai dengan kriteria bibit yang dikehendaki untuk ditanam, maka perlu upayauntuk menekan pertumbuhannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa bahanpenghambat pertumbuhan, kondisi tempat simpan dan media simpan terhadap pertumbuhan semai mimbaselama penyimpanan. Bahan penghambat pertumbuhan yang digunakan adalah paklobutrazol, NaCl danakuades sebagai kontrol. Kondisi tempat simpan terdiri dari naungan berat, naungan sedang dan naunganringan. Sedangkan media simpan semai terdiri dari pasir dan sabut kelapa. Rancangan percobaan yangdigunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisioptimum penyimpanan semai mimba yang efektif menahan pertumbuhan selama 6 bulan dengan

    persentase hidup diatas 95% adalah di bawah kondisi naungan ringan (I= 17.593 lux , T= 35 C)dengan pemberian bahan penghambat tumbuh paklobutrazol 250 ppm dan penggunaan media pasir.

    O

  • Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    24

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 23 - 31

    Mimba adalah salah satu jenis benih yangbersifat rekalsitran. Jenis ini termasuk familiMeliaceae. Buah ( ) berbentuk bulatlonjong, dalam satu buah terdapat 1-2 biji(Tewari, 1992). Nilai ekonomi kayu mimbasangat tinggi, dan umumnya dipergunakan untukkeperluan bahan baku kayu lapis, konstruksibangunan, tiang serta bahan bangunan lainnya.Selain kayu, manfaat lain dari tanaman mimbaadalah biji dan daunnya yang dapat digunakansebagai bahan pembuatan biopestisida, obatmalaria, obat penyakit kulit, dan sebagainya(Tewari, 1992).

    Dalam upaya melestarikan sumber dayahutan, mimba hanya dapat dijaga denganmenyeimbangkan antara pemanfaatan denganpemulihan potensinya. Setiap upaya yangmenyangkut pemulihan potensi hutan melaluipenghutanan kembali, tidak lepas dari kebutuhanakan pengadaan bahan tanaman. Bahan tanamanyang dimaksud dapat berupa bibit ataupun benih.Namun untuk pengadaan benih bermutu, masihbanyak kendala yang dihadapi mulai daripengumpulan, penanganan hingga ke penyim-panan benih, terutama terhadap benih yangbersifat rekalsitran.

    Benih rekalsitran sulit disimpan dalamjangka waktu lama, sehingga perlu dilakukanpenyimpanan dengan menggunakan bahan laindiantaranya semai. Penyimpanan semai sangatbermanfaat ketika menunggu waktu penanamandi lapang yang belum saatnya dilakukan. Olehkarena itu, untuk menghindari pertumbuhansemai yang cepat selama di persemaian dan tetapsesuai dengan kriteria bibit yang dikehendakiuntuk ditanam, maka perlu upaya menekanpertumbuhannya.

    Pendekatan metode dengan melakukanpenekanan terhadap pertumbuhan semai iniadalah juga dalam upaya melestarikan benihrekalsitran jenis tanaman langka atau berbuahtidak teratur yang potensial (KrishnapillayEngelman, 1996). Pada prinsipnya, benih segaryang dikumpulkan segera disemaikan dalam

    , kemudian biarkan tumbuh hinggamencapai tinggi tertentu dan simpan denganmemberi bahan pengatur pertumbuhan ataumemanipulasi kondisi simpan untuk menghambat pertumbuhan selama penyimpanan.

    ini merupakan modifikasi dari Hawkes(1980) yang melakukan penyimpanan benih jenisrekalsitran dalam bentuk semai dengan kondisilingkungan yang terkontrol.

    Beberapa penelitian tentang penyim-panan semai telah berhasil dilakukan untuk jenis

    kernel

    and

    polybag

    -

    Metode

    tanaman hutan seperti(Sumanta, 2004), Agathis, Podocarpus(Syamsuwida dkk., 2004) dan Gaharu(Syamsuwida dkk., 2005).

    Dalam penelitian ini telah dilakukanpercobaan penyimpanan semai jenis mimba( ) dengan mengatur kondisicahaya yang masuk, menggunakan mediasemai yang efektif dan memberi bahanpenghambat pertumbuhan selama 6 bulan.

    Tujuan penelitian adalah untuk menge-tahui pengaruh beberapa bahan penghambatpertumbuhan, media simpan dan kondisi simpanterhadap pertumbuhan semai jenis mimba( ) selama penyimpanan.

    Penelitian dilaksanakan di rumah kaca danStasiun Penelitian Nagrak yang Balai PenelitianTeknologi Perbenihan Bogor. Lokasi pengum-pulan buah dilakukan di daerah Jawa Barat, Balidan Lombok. Waktu kegiatan dimulai bulanFebruari s/d Desember 2007.

    Bahan yang digunakan adalah benihmimba ( ). Alat-alat yangakan digunakan adalah peralatan laboratorium(alat gelas, timbangan analitis, pengukuran kadarair, oven, dan kaliper); peralatan tempat simpan(rumah tumbuh, bedeng semai, bak perkecam-bahan, pengukur suhu dan kelembaban, mediaperkecambahan, , media semai, danlabel) dan peralatan rumah tumbuh (media semai,termometer, higrometer, luxmeter, dan kaliper).

    Kegiatan penelitian terdiri dari beberapatahap kerja mulai dari pengumpulan buah hinggake perlakuan dan pengujian, seperti diuraikanberikut ini:

    1. Pengumpulan buah

    Buah mimba masak ditandai denganwarna buah kuning. Buah yang sudah masakfisiologis dikumpulkan secara (dicampur-kan dari beberapa pohon dari tempat yang sama).Sebelum ditabur pada bak kecambah, buahmimba di ekstraksi terlebih dahulu dengan caramerendam buah dalam air selama 1-2 hari hingga

    Shorea selanica

    Azadirachta indica

    Azadirachta indica

    Azadirachta indica

    shading net

    bulk

    A. Tujuan

    II. BAHAN DAN METODE

    A. Waktu, Lokasi dan Peralatan

    B. Pengumpulan Buah dan Pengujian

  • Pemberian Zat Pengatur Tumbuh untuk Menghambat PertumbuhanSemai Mimba Selama Penyimpanan(Azadirachta indica)

    Dida Syamsuwida, Aam Aminah dan Ateng Rahmat Hidayat

    25

    lunak, kemudian benih dipisahkan dari kulit buahdengan tangan, selanjutnya dicuci dan dikeringanginkan. Benih yang akan dikecambahkanlangsung ditabur pada bak perkecambahan.Untuk hasil yang maksimum dilakukan seleksiterhadap benih yaitu yang terlihat segar, sehat,bebas dari kerusakan hama dan penyakit.

    2. Pelaksanaan perlakuan

    Benih mimba dikecambahkan dalam bakkecambah berisi media pasir tanah standar (v/v :1:1), kemudian diletakkan di rumah kaca dandilakukan penyiraman setiap hari. Biarkankecambah tumbuh hingga berumur kurang lebih5-6 minggu.

    Semai mimba yang telah berumur 5minggu dipindahkan (disapih) ke dalamukuran 10 x 20 cm yang masing-masing berisimedia semai pasir dan sabut kelapa. Biarkanselama 2 minggu agar tanaman beradaptasidengan baik dan tumbuh sehat. Setelah tanamanterlihat kokoh, kemudian tanaman/semaidisemprot dengan bahan pengatur tumbuhpaklobutrazol, NaCl dan akuades. Selanjutnyatanaman yang telah disemprot sebagiandiletakkan di bedengan dengan naungan ringan

    (T=35 C, RH 50%, 17593 lux), sebagian

    diletakkan di naungan sedang (T=32 C, RH 80%,8935 lux) serta sebagian lagi diletakkan di

    polybag

    0

    0

    naungan berat (T=25 C, RH = 96% , 650 lux).Semai pada masing-masing kondisi disimpanselama 6 bulan dan setiap interval 1 bulan diamatidan diukur respon pertumbuhannya. Tanamandisiram setiap hari selama penyimpanan.

    Percobaan menggunakan rancangan acaklengkap pola faktorial 3 x 3 x 2 dengan ulangan 3kali sehingga diperoleh 18 kombinasi perlakuandan 54 satuan percobaan. Setiap unit percobaanterdiri dari 25 semai. Perlakuan yang berbedaselanjutnya diuji dengan Uji Jarak BergandaDuncan. Penyimpanan dilakukan selama 6bulan, setiap bulan sebanyak 25 sampel tanamandiamati dan diukur pertumbuhannya. Data hasilpengukuran kemudian diolah dengan meng-gunakan program SAS.

    Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruhperlakuan yang diberikan terhadap parameterpertambahan tinggi, diameter dan persen hidupsemai mimba selama penyimpanan disajikandalam Tabel 1.

    O

    C. Rancangan Percobaan danAnalisis Data

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel ( 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap tinggi, diameter dan persentasehidup semai mimba ( ) (

    (Azadirachta indica))

    Table)Azadirachta indica Summarized analysis of variances on height,

    diameter, and seedlings percentage of mimba

    Perlakuan

    (Treatments)

    Pertumbuhan tinggi

    (Height growth)

    Pertumbuhan diameter

    (Diameter growth)

    Persen hidup

    (Survival percentage)

    A 8.90 ** 1.72tn

    2.30tn

    B 31.39 ** 26.98 ** 11.73 **

    C 7.99 ** 17.93 ** 22.90 **

    AxB 4.85 ** 0.81tn

    3.29 *

    AxC 1.96 * 0.73tn

    5.37 **

    BxC 19.70 ** 4.42 ** 5.73 **

    AxBxC 2.25tn

    1.30tn

    2.92tn

    Keterangan ( ) : ** = Nyata pada taraf 1% ( )* = Nyata pada taraf 5% ( )tn = tidak nyata ( )A = Bahan penghambat tumbuh ( )B = Kondisi tempat simpan ( )C = Media simpan ( )

    Remarks significant at 1% levelsignificant at 5% level

    non-significantgrowth retardant

    storage site conditionstorage media

  • 26

    Hasil analisis keragaman menunjukkanadanya pengaruh yang sangat nyata dari semuaperlakuan baik yang tunggal maupuninteraksinya. Untuk tinggi perlakuan bahanpenghambat tumbuh, kondisi tempat simpan,media simpan dan interaksinya berpengaruhnyata pada taraf 1% dan 5%. Pertumbuhandiameter hanya dipengaruhi oleh kondisi tempatsimpan, media simpan dan interaksinya.Sedangkan persen hidup semai dipengaruhi olehkondisi tempat simpan, media simpan daninteraksinya.

    Tinggi awal semai rata-rata sebelumdisimpan adalah 8,24 cm. Setelah disimpanselama 6 bulan, rata-rata tinggi semai meningkathingga rata-rata 9,19 cm. Tinggi semai setelahpemberian bahan pengatur rata-rata hampir sama

    A. Pertumbuhan Tinggi

    Tabel ( 2. Uji beda nyata pertumbuhan tinggi (cm) semai mimba sehubungan dengan interaksiantara bahan pengatur tumbuh (A) dengan tempat simpan (B) (

    ))

    Table)Significant difference test

    on height (cm) of mimba seedlings associated with interaction between growthretardant (A) and storage condition (B

    Paklobutrazol

    (Paclobutrazol)NaCl (NaCl) Akuades (Aquades)

    Naungan berat

    (Heavy shading)

    3,09cd

    5,58a

    4,05b

    Naungan sedang

    (Medium shading)

    1,76efg

    1,89ef

    3,49bc

    Naungan ringan

    (Light shading)

    1,18fg

    1,45fg

    2,54de

    Keterangan ( ) : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 1%menurut uji Duncan (

    )

    RemarksFigures followed by the same letters are not significantly diferrent at 1% level

    according to Duncan's test

    Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa semuakombinasi perlakuan menunjukkan perbedaanyang nyata dan nilai pertambahan paling tinggiditunjukkan pada kombinasi perlakuan terhadapsemai yang disemprot NaCl dan disimpan di

    yaitu 11,39 cm, 11,32 cm dan 10,40 denganpenambahan tinggi selama 6 bulan 3,36 cm, 2,97cm, 2,01 cm berturut-turut untuk Aquades, NaCldan Paclobutrazol. Sedangkan tinggi semai padakondisi tempat simpan naungan berat mencapainilai paling tinggi (11,91 cm) denganpenambahan selama 6 bulan 4,23 cm dan palingrendah terjadi pada semai di bawah naunganringan (10,42 cm) dengan penambahan selama 6bulan 1,72 cm, sementara penggunaan mediasemai pasir memperlihatkan nilai tinggi semairata-rata lebih tinggi (11,04 cm) denganpenambahan selama 6 bulan 3,16 cm daripadasemai pada media sabut kelapa (10,25 cm)dengan penambahan selama 6 bulan 2,40 cm.Selanjutnya interaksi AB diuji dengan uji jarakDuncan. Hasil uji beda nyata interaksi antarabahan pengatur tumbuh dengan tempat simpansemai disajikan pada Tabel 2.

    bawah kondisi naungan berat (5,58 cm).Sedangkan nilai paling rendah terjadi pada semaiyang disemprot paklobutrazol di bawah kondisinaungan ringan (1,18 cm).

    Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 23 - 31

  • 27

    Tabel ( ) 3. Uji beda nyata pertumbuhan tinggi (cm) semai mimba sehubungan dengan interaksiantara bahan pengatur tumbuh (A) dengan media simpan (C) (

    )

    TableSignificant difference test

    on height (cm) of mimba seedlings associated with interaction between growth retardant(A) and storage media (C)

    Paklobutrazol

    (Paclobutrazol)

    NaCl (NaCl) Akuades (Aquades)

    Pasir (sand) 2,56b

    3,56a

    3,37a

    Serbuk sabut kelapa

    (coconut husk)

    1,46c

    2,38b

    3,35a

    Keterangan ( ) : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 1%menurut uji Duncan (

    )

    RemarksFigures followed by the same letters are not significantly diferrent at 1% level

    according to Duncan's test

    Tabel 3 menunjukkan bahwa pertumbuhantinggi semai paling besar terjadi pada kombinasiperlakuan NaCl dengan media simpan pasir (3,56cm) dan paling rendah terjadi pada kombinasiperlakuan paklobutrazol yang disimpan denganmedia serbuk sabut kelapa (1,46 cm) dan keduakombinasi tersebut memperlihatkan perbedaanyang nyata.

    Tabel ( ) 4. Uji beda nyata pertumbuhan tinggi (cm) semai mimba sehubungan dengan interaksiantara kondisi tempat simpan (B) dengan media simpan (C) (

    )

    TableSignificant difference test

    on height (cm) of mimba seedlings associated with interaction between storage condition(B) and storage media (C)

    Naungan berat

    ( )Heavy shading

    Naungan sedang

    (Medium shading)

    Naungan ringan

    (Light shading)

    Pasir (sand) 5,81a

    2,24b

    2,01b

    Serbuk sabut kelapa

    (coconut husk)

    2,67a

    2,52a

    1,43c

    Keterangan ( ) : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 1%menurut uji Duncan (

    )

    RemarksFigures followed by the same letters are not significantly diferrent at 1% level

    according to Duncan's test

    Interaksi antara perlakuan kondisi tempatsimpan dengan media simpan memperlihatkanpengaruh yang sigifikan terhadap pertumbuhantinggi semai mimba dan hasil uji beda nyatanyadapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4 menunjukkan bahwa pertumbuhantinggi semai paling tinggi terjadi pada kombinasikondisi tempat simpan naungan berat denganmedia simpan pasir (5,81 cm) dan paling rendahterjadi pada kombinasi kondisi tempat simpannaungan ringan yang disimpan dengan mediaserbuk sabut kelapa (1,43 cm).

    Hasil pengukuran pertumbuhan tinggisemai mimba ( ) selamapenyimpanan menunjukkan bahwa secarakeseluruhan tinggi semai setelah penyimpananmemperlihatkan kecenderungan meningkat.Dengan demikian selama penyimpananpertumbuhan tanaman tetap berjalan, namundengan pertambahan yang relatif rendah. Hal inidapat dilihat dari hasil perlakuan penghambattumbuh, manipulasi kondisi tempat simpan yangkurang cahaya dan media simpan terhadappertumbuhan tinggi semai mimba.

    Azadirachta indica

    Bahan penghambat tumbuh paklobutrazoldapat menekan pertumbuhan tinggi semai sepertihalnya NaCl. Paklobutrazol adalah bahan kimiayang dapat menghambat biosintesis gibberelinpada meristem apikal. Penghambatan biosintesisgibberelin ini menyebabkan terjadinya peng-hambatan dan pengurangan kecepatan lajupembelahan sel sehingga menekan biayapertumbuhan vegetatif (Lever, 1986). Metodepenghambatan dengan paklobutrazol dengankonsentrasi yang sama juga berhasil menekanpertumbuhan semai ,

    (Syamsuwida dkk., 2003)(Sumanta, 2004), agathis, podocarpus dan gaharuselama penyimpanan (Syamsuwida dkk., 2004,2005).

    Penekanan pertumbuhan tinggi semaimimba terjadi pada perlakuan kondisi tempatsimpan naungan ringan yang mempunyai

    Hopea odorata Shoreapinanga , S. selanica

    Pemberian Zat Pengatur Tumbuh untuk Menghambat PertumbuhanSemai Mimba Selama Penyimpanan(Azadirachta indica)

    Dida Syamsuwida, Aam Aminah dan Ateng Rahmat Hidayat

  • 28

    Tabel ( ) 5. Uji beda nyata diameter (mm) semai mimba sehubungan dengan interaksi antara kondisitempat simpan (B) dengan media simpan (C) (

    )

    TableSignificant difference test on diameters

    (mm) of mimba seedlings associated with interaction between storage condition (B) andstorage media (C)

    Naungan berat

    ( )Heavy shading

    Naungan sedang

    (Medium shading)

    Naungan ringan

    (Light shading)

    Pasir (sand) 0,16b

    0,37ab

    0,72a

    Serbuk sabut kelapa

    (coconut husk)

    0,08b

    0,25b

    0,34b

    Keterangan ( ) : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 1%menurut uji Duncan (

    )

    RemarksFigures followed by the same letters are not significantly diferrent at 1% level

    according to Duncan's test

    intensitas cahaya paling banyak (17593 lux)dibandingkan tempat dengan naungan sedang(8935 lux) maupun berat (650 lux). Hal inimenunjukkan bahwa tanaman mimba tidakmemerlukan terlalu banyak cahaya untuk per-tumbuhannya, sehingga selama penyimpanandalam naungan ringan, semai mengalamipenghambatan dalam pertumbuhan tinggi.

    Hasil pengukuran diameter semai mimbaselama penyimpanan dalam berbagai kondisiruang simpan menunjukkan pertumbuhan yangcenderung meningkat terutama pada 2 bulan

    B. Diameter

    pertama dan ke-4 dan pada bulan ke-6 terjadistagnasi pertumbuhan diameter. Diameterbatang semai rata-rata sebelum perlakuan adalah1,92 mm dan setelah perlakuan penyemprotanbahan pengatur tumbuh dan penyimpanan padaberbagai kondisi simpan dan media semaimenunjukkan angka rata-rata 2,24 mm. Hasilanalisis sidik ragam menunjukkan adanyapengaruh yang nyata pada kondisi tempat simpandan media simpan Perlakuan bahan pengaturtumbuh dan interaksi-interaksinya tidakmemperlihatkan perbedaan yang nyata. Hasilpengujian beda nyata antara kondisi simpan danmedia simpan dapat dilihat pada Tabel 5.

    .

    Pertumbuhan diameter semai juga me-nunjukkan peningkatan selama penyimpananPerlakuan media serbuk sabut kelapa dannaungan berat memperlihatkan pertumbuhanyang paling lambat (0,08). Pada hasilpengamatan terhadap pertumbuhan diametersemai mimba terlihat kecenderungan meningkatselama penyimpanan. Walaupun perlakuanpenekanan terhadap pertumbuhan telahditerapkan, namun metabolisme tanaman masihterus berjalan dengan kecepatan yang cukuplambat dibandingkan pertumbuhan semai tanpaperlakuan. Hasil penelitian Buharman dkk.(2002) terhadap benih yang direndamdengan larutan paklobutrazol menunjukkanrespon paklobutrazol terhadap semai yang hanyaberlangsung selama 3 bulan di pembibitan,setelah itu pengaruhnya hilang. Respon tersebutadalah merupakan ciri khas dari perlakuantriazole (derivatnya adalah paklobutrazol) (Davis

    ., 1988).Media tumbuh semai mimba yang

    menghambat pertumbuhan diameter adalah sabutkelapa. Hal ini disebabkan media sabut kelapa

    .

    S. selanica

    et al

    memiliki unsur hara yang lebih sedikitdibandingkan pasir. Dengan adanya paklo-butrazol, sintesa tersebut secara efektif dapatdihambat dengan memutus oksidasi antarakauren dan asam kaurenat yang menyebabkanterjadinya pengurangan kecepatan laju pem-belahan sel dalam tanaman, sehingga pertum-buhan vegetatif dapat ditekan (Lever, 1986).

    Persen hidup awal semai rata-rata sebelumdisimpan adalah 100%. Setelah disimpan selama6 bulan, rata-rata persen hidup semai masihtinggi yaitu rata-rata 85,64%. Persen hidupsemai setelah pemberian bahan pengatur tumbuhrata-rata adalah 90,55%, 85,83% dan 85%berturut-turut untuk akuades, NaCl danpaklobutrazol. Sedangkan persen hidup semaipada kondisi tempat simpan naungan beratmencapai nilai paling tinggi (92,22%) dan palingrendah terjadi pada semai di bawah naungansedang (79,44%), sementara penggunaan mediasemai pasir memperlihatkan nilai persen hiduplebih tinggi (92,59%) dibandingkan media sabut

    C. Persen Hidup

    Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

    Vol.7 No.1, Februari 2010, 23 - 31

  • 29

    Tabel ( ) 6. Uji beda nyata persen hidup semai mimba sehubungan dengan interaksi antara bahanpengatur tumbuh dengan kondisi tempat simpan (

    )

    TableSignificant difference test on survival

    percentage of mimba seedlings associated with interaction between growth retardant(A) and storage condition (B)

    Paklobutrazol

    (Paclobutrazol)NaCl (NaCl) Akuades (Aquades)

    Naungan berat

    (Heavy shading)

    89,17ab

    91,67ab

    95,83a

    Naungan sedang

    (Middle shading)

    73,33c

    90,00ab

    75,00c

    Naungan ringan

    (Light shading)

    92,50ab

    90,00ab

    86,67bc

    Keterangan ( ) : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 1%menurut uji Duncan (

    )

    RemarksFigures followed by the same letters are not significantly diferrent at 1% level

    according to Duncan's test

    kelapa (81,67%). Banyaknya semai yang hidupmakin menurun seiring dengan lamanyapenyimpanan. Walaupun terjadi penurunan,persen hidup semai masihcukup tinggi hingga akhir pengamatan yaitu rata-rata 85,64 %.

    Azadirachta indica

    Hasil analisa sidik ragam memperlihatkanadanya pengaruh yang sangat nyata dari semuaperlakuan beserta interaksinya, kecuali per-lakuan bahan penghambat tumbuh. Selanjutnyahasil uji beda nyata untuk perlakuan yangsignifikan terhadap respon persen tumbuhdisajikan pada Tabel 6.

    Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilaipaling tinggi yang ditunjukkan pada kombinasiperlakuan akuades dan disimpan di bawahkondisi naungan berat (95,83%) sedangkankombinasi perlakuan paklobutrazol dengankondisi naungan sedang menunjukkan nilaipaling rendah (73,33%) dan berbeda nyata

    dengan semai berpersentase hidup tinggi.Interaksi antara perlakuan bahan pengatur

    tumbuh dengan media simpan memperlihatkanpengaruh yang sigifikan terhadap persen hidupsemai mimba dan hasil uji beda nyatanya dapatdilihat pada Tabel 7.

    Tabel ( ) 7. Uji beda nyata persen hidup semai mimba sehubungan dengan interaksi antara bahanpengatur tumbuh dengan media simpan (

    )

    TableSignificant difference test on survival

    percentage of mimba seedlings associated with interaction between growth retardant(A) and storage media (C)

    Paklobutrazol

    (Paclobutrazol)NaCl (NaCl) Akuades (Aquades)

    Pasir (sand) 95,56a

    92,22a

    90,00a

    Serbuk sabut kelapa

    (coconut husk)

    74,44c

    88,89ab

    81,67bc

    Keterangan ( ) : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 1%menurut uji Duncan (

    )

    RemarksFigures followed by the same letters are not significantly diferrent at 1% level

    according to Duncan's test

    Tabel 7 menunjukkan bahwa persentasehidup semai paling tinggi terjadi pada kombinasiperlakuan paklobutrazol dengan media simpanpasir (95,56%) dan paling rendah terjadi padakombinasi perlakuan paklobutrazol yangdisimpan dengan media serbuk sabut kelapa(74,44%) dan kedua kombinasi tersebutmemperlihatkan perbedaan yang nyata.

    Interaksi antara perlakuan kondisi tempatsimpan dengan media simpan memperlihatkanpengaruh yang signifikan terhadap persen hidupsemai mimba dan hasil uji beda nyatanya dapatdilihat pada Tabel 8.

    Pemberian Zat Pengatur Tumbuh untuk Menghambat PertumbuhanSemai Mimba Selama Penyimpanan(Azadirachta indica)

    Dida Syamsuwida, Aam Aminah dan Ateng Rahmat Hidayat

  • Tabel ( ) 8. Uji beda nyata persen hidup semai mimba sehubungan dengan interaksi antara kondisitempat simpan dengan media simpan (

    )

    TableSignificant different test on survival percentage of

    mimba seedlings associated with interaction between storage condition (B) and storagemedia (C)

    Naungan berat

    ( )Heavy shading

    Naungan sedang

    ( )Medium shading

    Naungan ringan

    ( )Light shading

    Pasir (sand) 92,78a

    89,44ab

    95,56a

    Serbuk sabut kelapa

    (coconut husk)

    91,67a

    69,44c

    83,89b

    Keterangan ( ) : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 1%menurut uji Duncan (

    )

    RemarksFigures followed by the same letters are not significantly diferrent at 1% level

    according to Duncan's test

    Interaksi antara perlakuan naungan ringandengan media pasir menghasilkan persen hiduppaling tinggi (95,56%), sementara paling rendahterjadi pada interaksi antara naungan sedangdengan media serbuk sabut kelapa (69,44%) dankedua interaksi tersebut menunjukkan perbedaanyang nyata.

    Menurut Berova (2002) paklobu-trazol tidak hanya menghambat pertumbuhanvegetatif akan tetapi dapat melindungi tanamandari kondisi lingkungan yang ekstrim sepertisuhu yang terlalu tinggi atau rendah. Semaimimba termasuk dalam golongan tanaman yangtoleran terhadap cahaya dan temperatur yangtinggi dikaitkan dengan kecepatan pertum-buhannya (Tewari, 1992). Pada penelitian inisemai mimba yang disemprot paklobutrazol dandisimpan di bawah kondisi naungan ringan(intensitas cahaya yang tinggi