jurnal maryam ahmad

20
1 EFEKTIFITAS DAN KARAKTERISTIK MIKROBA ANTAGONIS DARI RISOSFER PERTANAMAN MARKISA ( Passiflora sp.) TERHADAP Fusarium oxysporum SECARA in vitro Maryam ahmad, Tutik Kuswinanti, Nur Amin Jurusan Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar 90245 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan karakteristik mikroba antagonis dari rhisosfer pertanaman markisa (Passiflora sp.) terhadap layu Fusarium oxysporum secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar. Pelaksanan penelitian dimulai pada bulan Maret – Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase daya hambat cendawan antagonis pada pertanaman Markisa (Passiflora sp.) terhadap Layu Fusarium oxysporum . Tiga isolat cendawan menunjukkan persentase tertinggi terdapat pada perlakuan isolat (C2) 87,33%, (C3) 84,66% , (C1) 80,66%, sedangkan pada bakteri antagonis persentase tertinggi terdapat pada perlakuan isolat (B3) 77,33%, (B4) 77,00% dan (B13) 72,33%. Karakterisasi perlakuan isolat C2 merupakan cendawan Rhizopus sedangkan C1,C3 merupakan cendawan Aspergillus. Pada perlakuan isolat B4,B13 merupakan bakteri Pantoea sedangkan B3 merupakan bakteri Clostridium. Kata Kunci: Efektivitas, Mikroba Antagonis, Layu Fusarium, Markisa

Upload: fitri-lestari-haryani

Post on 19-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

EFEKTIFITAS DAN KARAKTERISTIK MIKROBA ANTAGONIS DARI RISOSFER PERTANAMAN MARKISA ( Passiflora sp.) TERHADAP Fusarium oxysporum SECARA in vitroMaryam ahmad, Tutik Kuswinanti, Nur AminJurusan Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan Fakultas PertanianUniversitas Hasanuddin MakassarJl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar 90245

ABSTRAK1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan karakteristik mikroba antagonis dari rhisosfer pertanaman markisa (Passiflora sp.) terhadap layu Fusarium oxysporum secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar. Pelaksanan penelitian dimulai pada bulan Maret Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase daya hambat cendawan antagonis pada pertanaman Markisa (Passiflora sp.) terhadap Layu Fusarium oxysporum . Tiga isolat cendawan menunjukkan persentase tertinggi terdapat pada perlakuan isolat (C2) 87,33%, (C3) 84,66% , (C1) 80,66%, sedangkan pada bakteri antagonis persentase tertinggi terdapat pada perlakuan isolat (B3) 77,33%, (B4) 77,00% dan (B13) 72,33%. Karakterisasi perlakuan isolat C2 merupakan cendawan Rhizopus sedangkan C1,C3 merupakan cendawan Aspergillus. Pada perlakuan isolat B4,B13 merupakan bakteri Pantoea sedangkan B3 merupakan bakteri Clostridium. Kata Kunci: Efektivitas, Mikroba Antagonis, Layu Fusarium, Markisa

ABSTRAKThis research was aimed to determined the effectiveness and to characterize several microbial antagonists from the rhizosphere of passionfruit (Passiflora sp.) toward F. oxysporum in vitro.The research was conducted at the Laboratory for Agricultural Biotechnology, Research Center of Hasanuddin University, from March October 2012. Completely Randomized Desighn (CDR) with 8 treatments and 3 replications was used in this research.There were differentiation in effectiveness of each isolate in inhibit the growth of F.oxysporum. Three fungal isolates showed best result, there are C2 isolate with 87,33% inhibition , C3 isolate with 84,66% inhibition and C1 isolate with 80,66%. The best antagonists from bacteria were observed in B3 isolate (77,33%), B4 isolate (77,00%) and B13 isolate with 72,33% inhibition. C2 isolate was characterized as Rhizopus. and C1 and C3 as Aspergillus. Based on morphological, biochemical and physiological characters, B4 and B13 isolates were identified as Pantoea., whereas B3 as Clostridium.Keyword : Effectiveness, Microbial antagonis, Fusarium oxysporum, Passionfruit.

PENDAHULUANLatar belakang Markisa merupakan tanaman holtikultura yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman berupa sirup. Salah satu sentra penanaman markisa di Sulawesi Selatan terdapat di Malino Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa merupakan sentra penghasil markisa di Sulawesi Selatan yang terletak 90 km dari kota Makassar.Produksi markisa pada tahun 2003 mencapai 16.780 ton.Sejak saat itu produksi markisa Sulawesi Selatan menurun terus hingga 50 % atau hanya 7.519 ton (BPS,2007). Dengan terjadinya penurunan produksi Industri markisa saat ini belum bisa mencukupi kebutuhan markisa yang digunakan sebagai bahan utama industri pembuatan sirup buah markisa. Upaya peningkatan produksi melalui budidaya tanaman markisa belum berkembang maksimal. Kendala utama adalah serangan penyakit Fusarium yang belum didapatkan pengendalian yang efektif. Kondisi ini menyebabkan minat petani untuk membudidayakan buah markisa semakin menurun. Selanjutnya banyak petani beralih ke tanaman sayur-sayuran karena pada umumnya berumur pendek dan mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Sebagai inang penyakit layu fusarium, setelah panen investasi cendawan Fusarium tetap ada pada lahan sayuran dan memungkinkan ke tanaman markisa. Siklus serangan penyakit menginfeksi tanaman markisa semakin besar sehingga produksi markisa terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penyakit layu fusarium adalah penyakit sistemik yang menyerang tanaman mulai dari perakaran sampai titik tumbuh. Tanaman markisa dewasa yang terserang akan layu dan mati dalam waktu 24-48 jam setelah terlihat gejala yang sangat ringan beberapa hari setelah terserang yaitu terjadinya penguningan tepi daun yang lebih tua. Gejala ini awalnya sulit dibedakan dari gejala defisiensi kalium, terutama pada kondisi kering dan dingin. Penguningan berkembang dari daun terus menuju daun termuda, kemudian secara berangsur-angsur tangkainya layu sehingga patah disekitar pangkal daun, dan menggantung disekeliling batang semu. Ukuran daun-daun yang baru muncul menjadi lebih kecil, tampak mengkerut dan rusak. Seringkali pseudostrum pecah memanjang. Buah tidak bergejala namun kualitas dan kuantitas buah menurun ( Jones 1995, Hermanto et al. 1997, Hermanto dan Setyawati 2002).Pengendalian penyakit layu Fusarium sangatlah susah karena cendawan ini bersifat soil borne yaitu patogen tular tanah yang sistemik dan dapat bertahan di dalam tanah dalam waktu yang lama. Pengendalian patogen di dalam tanah secara kimia tidak efektif karena dapat menimbulkan kerugian dan kerusakan pada lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian dengan cara lain. Untuk pengendalian penyakit layu fusarium diperlukan tindakan eksplorasi. Ekplorasi merupakan langkah awal sebelum melakukan pengembangan agens hayati yaitu : skrining mikroba antagonis yang berasosiasi pada perakaran tanaman markisa dan menguji efektivitas isolat antagonis yang diperoleh dalam pertumbuhan fusarium. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif pengendalian penyakit layu fusarium dan menggairahkan kembali minat petani untuk membudidayakan tanaman markisa sebagai komoditi lokal andalan khas Sulawesi Selatan.Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keragaman dan efektifitas mikroba antagonis dari risosfer pertanaman markisa (passiflora spp.) yang dilakukan secara in vitro.

Tujuan dan KegunaanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan efektfitas mikroba antagonis dari risosfer pertanaman markisa ( Passiflora sp.) terhadap Fusarium oxysporum secara in-vitro. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat keragaman mikroba pada risosfer tanaman markisa dan keragaman mikroba antagonis yang dapat menekan layu fusarium.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Pusat Kegiatan Penelitian, Universitas Hasanuddin yang berlangsung mulai bulan Maret Oktober 2012. Prosedur penelitian meliputi isolasi Cendawan patogen Fusarium oxysporum, isolasi Mikroba antagonis dari risosfer Markisa, seleksi mikroba antagonis dari risosfer Markisa, dan identifikasi mikroba antagonis1. Isolasi Cendawan Patogen Fusarium oxysporum f.sp passiflorae (Fop)Pengambilan sampel tanah dilakukan dari beberapa areal pertanaman markisa yang menunjukkan gejala layu di Malino Kecamatan tinggi moncong Kabupaten Gowa. Diambil 5 sampel yang dipilih secara acak pada tiap tanaman yang berbeda, tiap satu tanaman diambil 4 titik sesuai dengan arah mata angin yang dengan jarak 25cm dari pangkal batang. Setiap pengambilan sampel pada tiap tanaman dimasukkan ke dalam kantong kertas, lalu disimpan di dalam kulkas sebelum diproses untuk isolasi cendawan F.o f.sp passiflorae. Isolasi dari tanah dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran (dilution method). Hasil isolasi selanjutnya dimurnikan dan dikulturkan pada media PDA. Isolat dideterminasi berdasarkan morfologi mikroskopisnya (Salma dan Gunarto, 1996; Zaini et al., 1997), selanjutnya diperbanyak pada media miring.

2. Isolasi Mikroba Antagonis dari Rhizosfer MarkisaTanah dari daerah perakaran tanaman sehat diambil dengan menggunakan pipa, ditimbang sebanyak 1 gram dan disuspensikan sebanyak 10 ml air steril. Selanjutnya dilakukan pengenceran dari 10 -1 sampai kepada tingkat pengenceran 10-6. Selanjutnya, mengambil suspensi dari 10-6. Selanjutnya mengambil suspensi dari 10-6 sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan pipet tetes kemudian diteteskan pada media PDA dan diratakan dengan menggunakan spatula, setelah diinkubasi selama tiga hari. Setelah tiga hari, diamati jenis mikroba yang tumbuh, dan jika belum ada yang tumbuh, maka tetap inkubasi dilanjutkan hingga enam hari kemudian diamati mikroba yang tumbuh pada media biakan tersebut. Untuk isolasi bakteri dilakukan dengan cara mengambil 0,1 ml sampel lalu diteteskan diatas media NA yang ada dalam cawan petri kemudian diratakan dengan menggunakan spatula dan selanjutnya diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, diamati jenis bakteri yang tumbuh berdasarkan warna koloninya. Cendawan dan bakteri yang tumbuh pada media PDA dan media NA dimurnikan sebanyak lima kali. Pemurnian dilakukan dengan cara mengambil semua jenis mikroba yang tumbuh dan dipisahkan lalu masing-masing ditumbuhkan pada media yang berbeda. Pemurnian cendawan dilakukan dengan mengambil isolat yang telah tumbuh lalu ditanam ke dalam media PDA lalu diinkubasi selama tiga hari. Cara pemurnian bakteri yaitu mengambil koloni tunggal yang tumbuh, kemudian tiap koloni digores zig-zag di atas media NA dan diinkubasi selama 24 jam. Semua isolat yang sudah murni dikoleksi dan dipelihara di dalam media miring untuk keperluan identifikasi dan pengujian selanjutnya. 3. Seleksi Mikroba antagonis dari Rizosfer Markisa. Seleksi mikroba hasil isolasi dilakukan melalui uji antagonis dengan dual kultur. Tiap isolat ditumbuhkan pada media biakan berhadapan dengan isolat patogen F.o. f.sp passiflorae, lalu diukur diameter koloninya tiap dua hari. Pengamatan dihentikan jika koloni pada kontrol (Fusarium tanpa mikroba) mencapai pertumbuhan maksimal.

3.1 Penghambatan pertumbuhan (%)Pengamatan dilakukan sebanyak 2 minggu dengan interval waktu 2 hari dan menghitung persentase pertumbuhan F. Oxysporum dengan menggunakan rumus :Skema pengukuran pertumbuhan koloni dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Keterangan :

E= Isolat antagonisC= Cendawan FusariumR1= Jarak penghambatan antagonis (cm)

Persentase penghambatan mikroba uji dihitung dengan menggunakan rumus :

DimanaR1 = diameter pertumbuhan cendawan patogen kontrol ( cm)R2 = diamater pertumbuhan cendawan patogen pada antagonis ( cm)P = Persentase penghambatan pertumbuhan (%)Dari hasil uji antagonistik in-vitro, akan diperoleh isolat-isolat antagonis yang potensial dalam menghambat pertumbuhan F.o.f.sp passiflorae.4. Identifikasi Mikroba Antagonis

4.1.1 Karakteristik MorfologiPenentuan karakteriktik morfologi didasarkan pada bentuk dan warna koloni pada media biakan Nutrien Agar (NA) dan pengamatan pada mikroskop4.1.2 Karakteristik Fisiologi dan Biokimia4.1.2a. Reaksi gramKoloni bakteri dari biakan murni diambil dengan menggunakan jarum ose dan dioleskan pada gelas objek yang telah diberi 2 tetes larutan KOH 3% diaduk melingkar selama 5-10 detik. Koloni yang nampak berlendir memperlihatkan reaksi positif ( gram negatif ) sedangkan yang tidak berlendir atau terlepas adalah negatif ( gram positif).4.1.2b. Pembentukan EndosporaKoloni bakteri pada media agar diambil dengan menggunakan jarum ose dan dioleskan pada slide yang telah diberikan setetes air steril lalu didiamkan sampai kering. Slide direndam dengan larutan malachite green 5% dan diwarnai selama 10 menit lalu dibilas di bawah air mengalir dan dikeringkan kemudian slide direndam dengan larutan safranin 0,5% selama 15 detik lalu dibilas di bawah air mengalir dan dikeringkan. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 500x. Apabila sel-sel bakteri berwarna hijau dan atau spora berwarna merah maka reaksinya positif. 4.1.2c. Pertumbuhan AnaerobikMedia yang digunakan alah media Hugh dan Leifson. Media di masukkan dalam tabung reaksi sebanyak 9 ml kemudian diautoclave. Setelah dingin, ditambahkan glukosa 10% yang telah disterilkan. Bakteri diinokulasikan ke dalam media kemudian ditutup dengan agar cair 3% yang steril untuk uji fermentasi, sedangkan untuk uji oksidasi tidak ditutup dengan agar cair. Jika terjadi perubahan warna menjadi kuning dan keruh pada uji fermentasi maka reaksinya positif. 4.1.2d. Miselium UdaraKoloni bakteri ditumbuhkan pada media NA, diinkubasi selama 24-48 jam. Jika terbentuk miselium udara maka reaksinya positif. Diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 500x4.1.2e. Koloni Kuning pada media YDCKoloni bakteri ditumbuhkan pada media YDC, diinkubasi selama 24-48 jam. Jika terbentuk koloni berwarna kuning, maka reaksinya positif.4.2 Identifikasi CendawanIdentifikasi secara mikroskopis dilakukan melalui pengamatan pada hifa, bentuk spora ( konidia), badan buah dll, dengan melihat bentuk dan warna. Barnet dan Hunter ( 1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN HasilCendawanPengamatan uji kemampuan cendawan antagonis dari rhisosfer tanaman Markisa (Passiflora sp.) dalam menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum secara in-vitro dilakukan dalam 6 kali pengamatan dengan selang waktu 4 hari, dapat di lihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tabel pengamatan rata-rata persentase daya hambat cendawan antagonis terhadap cendawan Fusarium oxysporum secara in vitroIsolatPengamatan hari ke- (%)

26101418

c156,54 b68,00 bcd78,00 bc79,66 bc80,66 bcd

c258,33 b77,33 d85,00 d87,00 d87,33 d

c365,47 b74,00 cd82,66 cd84,33 cd84,66 bcd

c563,69 b63,66 b75,66 b78,66 b79,33 bc

c759,52 b 65,33 bc75,33 b78,66 b78,33 bc

c954,76 b 64,33 b75,33 b78,66 b78,00 b

c1364,28 b 66,33 bc 82,66 cd79,66 bc80,00 bc

Angka dengan huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan (=0.05).

Pada Tabel 1. Pada pengamatan 1 menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda nyata dengan kontrol dan yang mempunyai nilai persentase tertinggi pada hari ke-2 terdapat pada isolat C3 (65,47%), sedangkan pada hari 6-18 nilai persentase tertinggi terdapat pada isolat C2 (87,33%).Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontrol sangat berpengaruh nyata dengan semua isolat perlakuan. Pada isolat C1 dan C2 mengalami peningkatan persentase pada pengamatan hari ke 2-18 yaitu 56,54%, 68,00%, 78,00%,79,66%, 80,66% sedangkan pada C2 58,33%, 77,33%, 85,00%, 87,00%, 87,33%. Pada perlakuan isolat C3 pada pengamatan hari ke 2-6 mengalami peningkatan sebesar 65,47%-74,00% kemudian mengalami penurunan pada hari ke-10 sebesar 82,66%, kemudian naik lagi menjadi 84,66% pada pengamatan hari ke-18. Pada perlakuan isolat C5 persentase penghambatan mengalami penurunan pada hari ke-2 sebesar 63,66% kemudian meningkat sampai minggu ke-18 sebesar 79,33%. Pada perlakuan isolat C7 dan C9 mengalami peningkatan persentase yang cenderung naik dari pengamatan hari ke 2-14 dan persentase pada pengamatan hari ke 14 mencapai persentase yang sama yaitu sebesar 78,66% kemudian mulai menurun pada hari ke-18 sebesar 78,33% pada C7 dan 78,00% pada C9. Pada perlakuan isolat C13 pada pengamatan hari ke 2-10 sebesar 64,28%, 66,33%, 82,66% dan kemudian persentase penghambatan menurun pada hari ke 14 sebesar 79,66%, dan naik lagi pada hari ke-18 sebesar 80,00%.

C13Fusarium oxysporumFusarium oxysporumC1 (A) (B)Gambar 2 : Uji Antagonis isolat C1 dan C13 terhadap Fusarium oxysporum. (A) C1 + Fusarium oxysporum . (B) C13 + Fusarium oxysporum

BakteriPengamatan uji kemampuan bakteri antagonis pada rhisosfer tanaman Markisa (Passiflora sp.) dalam menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum secara in-vitro dilakukan dalam 6 kali pengamatan dengan selang waktu 2 hari, dapat di lihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Tabel pengamatan rata-rata persentase daya hambat Bakteri antagonis pada pertanaman Markisa Passiflora sp. Terhadap cendawan Fusarium oxysporumisolat pengamatan hari ke- (%)

24681012

B155.33 b64.00 bc65.33 b65.00 c71.00 bc69.33 b

B240.33 b54.33 b63.00 b61.33 bc67.00 bc70.00 b

B346.00 b75.33 c70.66 b 70.66 c77.00 c77.33 b

B447.33 b56.66 bc68.33 b69.33 c76.00 bc77.00 b

B638.66 b64.00 bc64.66 b55.66 b65.00 b64.66 b

B1051.33 b66.33 bc68.33 b69.33 c71.00 bc66.66 b

B1336.33 b59.66 bc74.00 b68.66 c72.00 bc72.33 b

Angka dengan huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbedanyata pada uji Duncan (=0.05).

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kontrol berbeda nyata dengan semua perlakuan isolat. Pada B1 mengalami peningkatan dari hari ke- 2-6 yaitu 55,33%, 64,00%, 65,33%, dan naik pada hari ke-10 sebesar 71,00% kemudian turun pada hari ke-12 sebesar 69,33%. Pada B2 mengalami peningkatan dari hari ke 2-6 sebesar 40,33%, 54,33%, 63,00%, dan mengalami pada hari ke-8 sebesar 61,33% kemudian mencapai persentase sebesar 70,00 pada hari ke-12. Pada B3 mengalami peningkatan pada hari ke 2-4 sebesar 46,00%,75,33%, kemudian mengalami persentase yang stabil pada pengamatan hari ke 6-8 sebesar 70,66%, dan naik lagi pada pengamatan ke 12 sebesar 77,33%. Pada isolat perlakuan B4 mengalami peningkatan persentase di setiap pengamatan 2-12 sebesar 47,33%, 56,66%, 68,33%,69,33%, 76,00%, 77,00%. Pada isolat perlakuan B6 mengalami peningkatan dari hari ke 2-6 sebesar 38,66%,64,00%,64,66%, kemudian turun pada hari ke-8 sebesar 55,66% dan naik pada pengamatan 10 sebesar 65,00%. Pada perlakuan isolat B10 pengalami meningkatan di pengamatan 2-10 sebesar 51,33%, 66,33%, 68,33%, 69,33%, 71,00% dan mengalami penurunan di pengamatan ke-12 sebesar 66,66%. Pada perlakuan isolat B13 mengalami meningkatan dari pengamatan 2-6 sebesar 36,33%,59,66%, 74,00%, dan mengalami penurunan pada hari ke-8 sebesar 68,66% dan naik lagi pada pengamtan 10-12 sebesar 72,00%, 72,33%.

Fusarium oxysporumB4B2Fusarium oxysporum (A) (B)Gambar 4 : Uji Antagonis isolat Bakteri terhadap Fusarium oxysporum. (A) B4 + Fusarium oxysporum . (B) B2 + Fusarium oxysporum

Identifikasi bakteri pada Rizosfer tanaman Markisa ( Passiflora sp.)

Karakteristik bakteri berdasarkan sifat-sifat fisiologi dan biokimianya merupakan syarat mutlak untuk mengindentifikasi bakteri. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan maka diketahui genus bakteri yang berasal dari tanaman markisa (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Identifikasi Karakteristik Morfologi, Fisiologi dan Biokimia Isolat-Isolat Bakteri pada Tanaman Markisa berdasarkan Schaad et al. (2001) Kode isolatBentuk sel Warna koloni pada media NAReaksi gramAnaerobEndosporaUji koloni pada media YDCHasil identifikasi

B4BatangKuning-+*+Pantoea

B13 Batang Putih susu-+*+Pantoea

B2batangKuning+-+*Bacillus

B10batangPutih keruh+++*Clostridium

B13batangKuning+++*Clostridium

Keterangan : (-) bereaksi negatif; (+) bereaksi positif (*) tidak diuji

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari ke 5 isolat bakteri antagonis yang telah diidentifikasi menunjukkan adanya tiga jenis bakteri yaitu, Pantoea,Clostridium, dan Bacillus. Isolat yang menunjukkan karakteristik bakteri Pantoea adalah B4 dan B13, isolat yang menunjukkan bakteri Clostridium adalah B10 dan B3, sedangkan isolat B2 menunjukkan karakteristik bakteri Bacillus.

(A) (B)Gambar 5.Hasil Reaksi Positif Uji Pertumbuhan Anaerob Pantoea dan Clostridium (A), Hasil Reaksi Negatif Uji Pertumbuhan Anaerob Bacillus (B)

Pada pengujian pertumbuhan anaerobik bakteri jika terjadi perubahan warna menjadi kuning dan keruh pada uji fermentasi maka reaksinya positif sedangkan apabila berubahan warna berubah menjadi hijau maka reaksinya negatif. Ini menandakan karakteristik dari genus Pantoea dan Clostridium reaksinya positif sedangkan genus Bacillus reaksinya negatif.

Gambar 6. Hasil Reaksi Positif Uji Pembentukan Koloni Kuning pada Media YDC Pantoea

(A) (B) (C)Gambar 7. Koloni Murni Bakteri (A) Clostridium, (B) Pantoea, (C) Bacillus, pada Media NAIdentifikasi Cendawan pada Rizosfer tanaman Markisa ( Passiflora sp.)

Identifikasi secara mikroskopis dilakukan melalui pengamatan pada hifa, bentuk spora ( konidia), badan buah dll, dengan melihat bentuk dan warna. Barnet dan Hunter ( 1998).Hasil Identifikasi Karakteristik Isolat-Isolat cendawan pada Tanaman Markisa berdasarkan Schaad et al (2001) pada perlakuan isolat C1,C3,C7 mempunyai ciri-ciri Konidiophore terbentuk secara bebas, ujungnya menggembung. Pada ujung ini terdapat phialid (cell pembawa spora-spora dengan ujung berbentuk tabung) secara langsung atau terdapat satu lapisan cell-sel penyangga. Monillales ( Konidia terletak pada konidia yang bercabang) dan keseluruhannya merupakan bentuk kepala yang bulat, seringkali berwarna jika jumlahnya banyak, terletak dengan sterigmata primer atau sekunder. Hifa bersepta, koloni berkelompok. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa genus Aspergillus sp sedangkan pada perlakuan isolat C2,C13 mempunyai ciri-ciri Terdapat banyak rhizoid ( bentuk seperti akar) dan soprangiophore dalam kelompok-kelompok; sporangia bulat kehitaman. Columella ( ujung sporangiophore) agak bulat berwarna kelabu sampai coklat. Zygospora hitam dengan bintil-bintil yang bulat hasil identifikasi menunjukkan cendawan Rhizopus sp.

(A) (B)Gambar 8. (A) Isolat Cendawan (C3) Aspergillus flavus pada media PDA, (B) mikroskopis Aspergillus flavus (A) (B)Gambar 9. (A) Isolat Cendawan (C7) Aspergillus niger pada media PDA, (B) mikroskopis Aspergillus niger

Hasil Identifikasi Karakteristik Isolat-Isolat cendawan pada Tanaman Markisa C1, C5 dan C7 mempunyai ciri-ciri konidia hyaline ( jernih), hifa bersepta, dan konidiophore bercabang-cabang. Dari ciri-ciri tersebut dapat menunjukkan bahwa isolat C1, C5 dan C7 merupakan isolat cendawan Aspergillus. Hal ini sejalan dengan pendapat ( Fisher dan Norma, 1998) Aspergillus mempunyai ciri-ciri antara lain hifa bersepta, hyalin dan lebar. Konidiofornya tegak, panjang dan berbentuk secara bebas. Panjang konidiofor berukuran 850m dan lebarnya 5-8 m. Pada puncak konidiofor nampak menggelembung yan disebut vesikel. Vesikel nampak besar dan bentuknya bulat dengan diameter rata-rata 40m atau berkisar antara 20m sampai 65m. Pada permukaan vesikel terdapat strigmata berlapis tunggal atau ganda. Konidianya tumbuh dari sterigmata dan berangkai-rangkai tersusun seperti rantai ( Street, 1972). Konidia berbentuk bulat ( Singh, et al, 1991).

(A) (B)Gambar 10. (A) Isolat Cendawan (C13) Rhizopus pada Media PDA, (B) mikroskopis Rhizopus

Pada isolat C2 dan C13 merupakan cendawan Rhizopus sp. adapun ciri-ciri dari Rhizopus yaitu hifa tidak berseptat, mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangipora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid, sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis, berbentuk seperti cangkir, tidak mempunyai sporangiola dan pertumbuhannya cepat membentuk miselium seperti kapas.

PembahasanPada Tabel 1. Pengamatan persentase daya hambat cendawan antagonis pada pertanaman Markisa Passiflora spp. Terhadap cendawan Fusarium menunjukkan bahwa pada pengamatan pertama semua perlakuan berbeda nyata antara kontrol, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan mikroba dari risosfer tanaman markisa dapat menekan pertumbuhan cendawan Fusarium pada minggu pertama hal ini menunjukkan bahwa jenis cendawan pada perlakuan bersifat antagonis, hal ini sesuai dengan pendapat, (Qurrotaayun, 2009) yang menyatakan bahwa mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik yang dapat menekan, menghambat atau mematikan mikroba lainnya, dengan demikian mikroba antagonis berpeluang untuk digunakan sebagai agens hayati dalam mengendalikan mikroba penyebab penyakit.Pada perlakuan isolat C2 telah menunjukkan tingkat antagonistik yang baik dibandingkan dengan semua perlakuan isolat terhadap cendawan Fusarium oxysporum. Dari hasil identifikasi perlakuan isolat (C2) merupakan cendawan Rhizopus yang mempunyai mekanisme kerja antagonis hiperparasit. Pada pengamatan hari ke 4 sampai hari ke 18 menunjukkan persentase daya hambat yang besar dan secara uji statistik pada pengamatan hari ke 6 - 14 berbeda nyata terhadap kontrol dan juga berbeda nyata terhadap semua perlakuan cendawan antagonis diduga disebabkan karena meningkatnya daya hambat antagonis diduga karena semakin meningkatnya jumlah kepadatan spora pada media biakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hepper dalam Winarsih dan Baon (1999) jumlah kepadatan spora jamur ditentukan oleh lamanya masa inkubasi, laju infeksi meningkat dengan makin lama masa inkubasi dan makin banyak jumlah spora. Pada ketersediaan nutrisi yang tidak terbatas, makinlama masa inkubasi akan semakin banyak jumlah spora yang dihasilkan, hifa yang terbentuk juga lebih banyak, perkembangan lebih cepat dan infeksi ke patogen juga semakin meningkat.Pada Tabel 1 terlihat bahwa isolat C1 dan C3 memiliki persentase daya hambat terhadap Fusarium oxysporum yang cenderung berubah-ubah berdasarkan waktu pengamatan, hal ini diduga disebabkan karena isolat C1 dan C3 menghasilkan suatu metabolit sekunder yang mampu menghambat metabolisme dari patogen. Mikroba antagonis yang memiliki kemampuan antimikroba tersebut dapat menghasilkan senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh mikroba pada umumnya merupakan metabolit sekunder yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan (Schlegel, 1993), tetapi untuk pertahanan diri dan kompetisi dengan mikroba lain dalam mendapatkan nutrisi, habitat, oksigen, cahaya dan lain-lain (Baker dan Cook, 1974). Isolat C1 dan C3 merupakan cendawan Aspergillus dimana mengeluarkan suatu senyawa antimikroba untuk menghambat pertumbuhan Fusarum oxysporum. Aspergillus terreus dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen Botrytis cinerea karena mengeluarkan senyawa volatile seperti : -phellandrene, acetic acid pentyl ester dan 2-acetyl-5-methylfuran (Ting et al., 2010). Aspergillus nidulans dapat bersifat antagonistik terhadap Colletotrichum gloeosporioides penyebab penyakit antraknose pada tanaman vanili. Hasil penelitian Fakhrunnisa et al. (2006) menemukan bahwa A. niger,A. fl avus, A. terreus dan A. versicolor dapat menghambat pertumbuhan Fusarium spp. dengan membentuk zone hambatan secara in vitro. Bosah et al. (2010) juga telah menemukan bahwa Aspergillus spp. Dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen Sclerotium rolfsii dengan daya hambat sebesar 73,1288,35%. Proses penghambatan disebabkan karena Aspergillus spp. menghasilkan enzim chitinase dan -1, 3 glucanase (Laminarinase) yang mempunyai kemampuan untuk memecah komponen dinding sel jamur patogen seperti: chitin dan -1, 3 glucan.Pada Tabel 2 pengamatan rata-rata persentase daya hambat Bakteri antagonis pada pertanaman Markisa Passiflora sp. terhadap cendawan Fusarium menunjukkan pada pengamatan pertama semua perlakuan berbeda nyata antara kontrol, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan telah menekan pertumbuhan patogen pada hari ke 2-12. Hal menunjukkan bahwa jenis bakteri pada perlakuan bersifat antagonis. Hal ini sesuai dengan pendapat (Van loon, 2000) Pengendalian hayati oleh bakteri antagonis dapat terjadi melalui satu atau beberapa mekanisme seperti halnya pada jamur pengendali hayati yaitu: antibiosis, kompetisi, hiperparasit. Selain itu baik bakteri maupun jamur pengendali hayati ada yang mempunyai kemampuan induksi reistensi dan memacu pertumbuhan tanaman. Pada Gambar 3, Pengamatan bakteri yang memiliki daya hambat paling tinggi terjadi pada mikroba (B3) 77,33% yang di identifikasi sebagai bakteri Clostridium, namun mengalami persentase daya hambat yang naik turun di setiap pengamatan. Hal ini diduga karena senyawa sekunder yang dihasilkan tinggi maka persentase daya hambatnya akan naik dan pada saat bakteri antagonis berkompetisi dengan Fusarium oxysporum persentase daya hambatnya akan menurun diduga karena produksi antibiotik yang dihasilkan sudah mengalami penurunan. Karena antimikrobial yang dihasilkan dipengaruhi oleh: konsentrasi atau intensitas zat antimikrobial, jumlah mikroorganisme, spesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda terhadap sarana fisik dan kimia, dan adanya bahan organik asing yang dapat menurunkan dengan nyata keeektifan zat kimia antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan-bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme dari padanya (Pelczar & Chan 1986).sedangkan pada isolat B4 persentase daya hambat terhadap patogen mengalami peningkatan yang jelas dari setiap pengamatan hari ke 2-12. menurut Friendlender et.al., (1989) Pantoea menghasilkan enzim kitinase. Kitin tidak hanya berperan penting pada mekanisme pertahanan tanaman, tetapi juga pada proses mycoparasit jamur.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanBerdasarkan hasil isolasi, identifikasi pada isolat-isolat mikroba antagonis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1. Persentase penghambatan mikroba antagonis terhadap Fusarium oxysporum pada cendawan antagonis persentase tertinggi terdapat pada perlakuan isolat (C1) 80,66%, (C2) 87,33%, (C3) 84,66% sedangkan pada bakteri antagonis persentase tertinggi terdapat pada perlakuan isolat (B3) 77,33%, (B4) 77,00% dan (B13) 72,33%. 2. Hasil identifikasi cendawan dimana perlakuan isolat (C3,C7,C1) merupakan cendawan Aspergillus sp. dan perlakuan isolat (C2,C13) Dimana telah diidentifikasi merupakan cendawan Rhizopus, sedangkan untuk 3 genus bakteri yang telah diidentifikasi yaitu Pantoea (B4,B13), Clostridium (B3) dan Bacillus (B10, B2).

SaranPerlu penelitian lanjutan dengan melakukan pengujian tentang keefektifan mikroba antagonis pada rhisosfer tanaman Markisa (Passiflora sp.) terhadap Fusarium oxysporum secara in vivo pada tanaman markisa.DAFTAR PUSTAKASchaad, N. W.,Jones,J.B. and W. Chun. 2001. Plant Pathogenic Bacteria. Third Edition. The American Phytopathological Society. St. Paul. Minnesota. For.Singh.K.,Frisuad,J.C,Tharane.U.,Marthur.S.B,1991. Ar Illustrated manual on Identification of same sead borne Aspergilli, Fusaria, Penicillia and Their Mycotoxins. Danish Goverment Institute Of Seed Pathology For Developing Countries And Departement Of Biotechnology The Technical University Denmark. 132 p.Barnett, H.G. and E.J.Hunter, 1972. Illustrated Genera of Imfertech Fungi. Burgess Publishing Company, St. Paul. P 241. Baker KF and Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San Fransisco: Freeman and CompanyVan Loon, L. C. 2000. Syastemic induced resistance dalam Susarenko, A., Fraser, R.S.S., VanLoon, L. C. editor. Mechanisms of resistance to plant diseases. Netherland:Kluwr academic publisher. 521-574.