[jurnal] analisis respon bangunan dengan base isolator akibat gaya gempa

Upload: muhammad-naquib

Post on 05-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Analisis respon bangunan dengan base Isolator

TRANSCRIPT

  • Analisis Respon Bangunan dengan Base Isolator Akibat Gaya Gempa Daniel Rumbi Teruna

    58

    ANALISIS RESPON BANGUNAN DENGAN BASE ISOLATOR AKIBAT GAYA GEMPA

    Daniel Rumbi Teruna Abstrak: Dalam tulisan ini dipaparkan analisis respon bangunan dengan dan tanpa base isolator akibat gaya gempa. Gaya gempa yang digunakan dalam analisis respon struktur adalah respon spectra dari zona 3 pada peraturan gempa Indonesia terbaru SNI-1726-02 Dalam analisis respon struktur akibat gaya gempa, base isolator dimodelkan sebagai elemen pegas linier dalam baik dalam arah horizontal maupun vertikal. Pada contoh numerikyang dibahas dengan model program computer, dapat diketahui bahwa penggunaan base isolator akan memperpanjang waktu getar struktur, sehingga mereduksi percepatan gempa yang bekerja pada sistim struktur, mereduksi simpangan antar tingkat, dan waktu eksekusi program menjadi lebih singkat Abstract: Analysis of building responses with or without base isolator subject to earthquake forces are presented. The response spectra of zone 3 as stated in Indonesian seismic code was adopted in the analysis of structural response.The base isolator are modeled as linier springs in both horizontal and vertical directions. For numeric example studies by using computer program model, it is found that the use base isolation will lengthen the periode of structural system, so reduced the acceleration ground motion on the structural system, reducing of inter story drift, and minimize of execution program time. Kata kunci: respon spektra, base isolator, gaya gempa, pegas, linier, simpangan, waktu getar PENDAHULUAN

    Sebagian besar daerah di Indonesia memiliki resiko gempa yang cukup tinggi karena terletak pada empat(4) lempeng tektonik yaitu lempeng Australia-India, Lempeng Euroasian, lempeng pasific, dan lempeng Philippine.

    Pada perencanaan bangunan, parameter gempa bumi yang langsung mempengaruhi perencanaan adalah percepatan tanah yang ditimbulkan gelombang seismik yang bekerja pada massa bangunan. Percepatan biasanya dinyatakan dalam satuan gal yang besarnya tergantung beberapa faktor seperti: kekuatan gempa bumi (magnitude), kedalaman pusat gempa bumi, jarak epicenter ke daerah yang dituju, jenis tanah sebagai media perambatan gelombang seismik antara pusat gempa bumi dan lokasi yang dituju, sistim pondasi, massa dan geometri bangunan, dan lain sebagainya.

    Kerusakan Bangunan akibat gempa secara konvensional dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang bekerja padanya. Namun, hasil ini sering kali kurang memuaskan, karena kerusakan elemen baik struktural maupun non-struktural umumnya disebabkan adanya interstory drift (perbedaan simpangan antar tigkat). Untuk memperkecil interstory drift dapat dilakukan dengan memperkaku bangunan dalam arah lateral. Namun, hal ini akan memperbesar gaya gempa yang bekerja pada bangunan. Metoda yang lebih baik adalah dengan meredam energi gempa sampai pada tingkat yang tidak membahayakan bangunan.

    BASE ISOLATOR/ANTI SEISMIK Sejalan dengan perkembangan teknologi

    sistim/bahan untuk anti gempa, telah digunakan bahan Anti Seismik yang dinamakan High Damping Rubber Bearing (HDRB). Anti Seismik atau disebut juga sebagai base isolator dipasang pada dasar bangunan, sehingga struktur atas bangunan atas tidak terikat dengan struktur pondasinya.

    HDRB adalah bahan anti seismik yang dikembangkan dari karet alam yang mempunyai kekakuan horizontal yang relative kecil dan dicampur dengan extrafine carbon block, oil atau resin, serta bahan isian lain sehingga meningkatkan damping antara 10% sampai 20% pada shear strain 100%. Untuk dapat menahan beban vertikal yang cukup besar, maka karet diberi lempengan baja yang dilekatkan dengan sistem vulkanisir. HDRB umumnya dibedakan atas tiga(3) jenis berdasarkan modulus geser; yaitu Soft dengan modulus geser G = 0.4 Mpa, Normal G = 0.8 Mpa,dan Hard G = 1.4 Mpa.

    Gbr 1. Base isolator jenis HDRB

  • Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 4 Oktober 2005

    59

    TEORI DASAR ISOLATOR Tinjau model bangunan dua massa seperti

    ditunjukkan pada gambar 2. Persamaan absolute dari gerakan adalah:

    )()( bssbsss uukuucum = &&&& (1) dan

    )()( gbbgbbbbs uukuucumum =+ &&&&&& ..(2)

    Gbr 2. Parameter untuk 2 DOF bangunan terisolasi Untuk lebih mudah digunakan perpindahan relative

    bss uuv = dan gbb uuv = , sehingga pers.1) dan pers.2) menjadi:

    gsssssb umvkvcvmvm &&&&&& =+++ ..(3) dan

    gbbbbbsbb ummvkvcvmvmm &&&&&& )()( +=++++.(4)

    Sistem persamaan 2-DOF ini dapat dipecahkan secara langsung atau melalui dekomposisi modal yang sesuai dengan respons sistem terisolasi dan dapat digunakan untuk lebih memperinci model yang ada.

    Untuk mengembangkan mode frekwensi dan faktor partisipasi dari sistem, persamaan dapat dituliskan dalam bentuk matrix.

    gurMvKvCvM &&&&& ******** =++ . (5) dimana

    =mmmM

    M *

    =s

    b

    cc

    C0

    0*

    =s

    b

    kk

    K0

    0*

    =s

    b

    vv

    v*

    =01

    *r

    Dalam hal ini bmmM += jika kita mengasumsikan derajat besaran berikut sesuai dengan perkiraan, maka:

    Jika mmb < , tetapi mempunyai derajat besaran yang sama maka,

    2/12/1 )/()/( Mkmk bbss =>>= dan didefinisikan 2)/( sb = dan asumsi bahwa adalah derajat besaran 10-2

    faktor redaman untuk struktur dan sistem terisolasi adalah s dan b , dimana

    )2/( sss mc = dan )2/( bbb mc = mempunyai derajat besaran yang sama terhadap Mode alamiah dari sistem yang tidak teredam

    Tns

    nb

    n ),( = ; n=1,2 diberikan oleh 0)()( 222 =++ nsnnbbn ......... (6)

    dan 0)()( 222 =++ nssnnbn ....... (7)

    dimana n adalah frekwensi dari mode serta Mm /= adalah rasio massa lebih kecil dari 1.

    Persamaan karakteristik untuk n adalah : 0)()1( 222224 =++ sbnsbn (8)

    Dua akar persamaan terkecil ini ( 1 dan 2 ) akan dihasilkan oleh *b , yang menunjukkan frekwensi isolasi yang bergeser dan akar tertinggi oleh *s , yang menunjukkan frekwensi struktural yang dimodifikasi oleh keberadaan sistem isolasi. Akar yang eksak diberikan oleh

    [ ]

    ++

    =

    2/122222

    22

    21

    22

    )1(4)(

    )(

    )1(21

    bsbs

    bs

    ...(9) Jika diperhitungkan b

  • Analisis Respon Bangunan dengan Base Isolator Akibat Gaya Gempa Daniel Rumbi Teruna

    60

    bb =* , 2/1* )1( =

    ss ..(13)

    Ini menunjukkan bahwa frekwensi isolasi hanya berubah sedikitdisebabkan fleksibilitas pada struktur, dengan derajat ,sedangkan frekwensi struktur meningkat cukup signifikan oleh keberadaan massa base isolator. Pemisahaan antara frekwensi isolasi dan frekwensi struktur fixed-base/konvensional meningkat oleh kombinasi 2 elemen. Bentuk mode 1 diberikan oleh

    0)()( 12*122* =++ sbbbb (14) atau

    0)( 12*212* =+ sbsbb ..(15) dan jika mengabaikan suku dari derajat dan mengambil 11 =b , kita memperoleh

    = 11 .(16)

    untuk menyamakan derajat dari , diperoleh [ ]

    =

    )1(1 12 (17)

    Gbr 3. Mode shape 2 DOF bangunan terisolasi

    Dari mode shape dapat dilihat struktur hampir kaku pada 1 , dimana 2 meliputi deformasi pada struktur dan sistem terisolasi. Perpindahan atas dari struktur mempunyai derajat yang sama dengan perpindahan dasar, tetapi dalam arah yang berlawanan. Ketika 2 mode dari 1 dan 2 diperoleh, perpindahan relatif , bv dan sv dapat ditulis sebagai berikut :

    22

    11 bbb qqv += ...............................................(18)

    dan 2

    21

    1 sss qqv += ................................................(19) Persamaan matriks (5) menjadi :

    gbbb uLqqq 112*

    1**

    2 2 =++ .......................(20) dan

    gbss uLqqq 222*

    2**

    1 2 =++ ......................(21) dimana redaman dari sistem secara implisit diasumsikan cukup rendah untuk menjamin sifat ortogonalitas mode. Faktor partisipasi, 1L dan

    2L untuk 2 mode pada persamaan ini diberikan oleh

    nn

    n

    nM

    rML TT

    =

    *

    **

    ...........................................(22)

    Perhitungan dari 1L meliputi perkalian matriks sebagai berikut :

    mMmmmM

    ML +=

    =01

    ),1(11

    dimana

    21 2

    1),1( mmMmm

    mMM ++=

    =

    Mempertahankan suku tingkat , didapat

    = 11L ..........................................................(23) Massa efektif pada mode pertama diberikan oleh

    1

    211

    1)(

    MMLM eff = (24)

    adalah terhadap derajat yang sama [ ]21 )1(1 = MM eff .(25) atau terhadap derajat , MM eff 1 . Perhitungan yang sama untuk 2L diberikan sebagi berikut :

    maMML +=22 ...(26) dimana

    mamaMM 22 2 ++=

  • Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 4 Oktober 2005

    61

    dan

    [ ] )1(11 =a

    Mm=

    jadi [ ]

    )1(21)1(2

    = MM dan

    )1(22 = MML dimana

    =2L ...............................................................(27)

    Bersama dengan pergeseran dalam frekwensi, hasil ini menunjukkan mengapa sistem isolasi adalah efektif.

    Faktor partisipasi untuk mode kedua, 2L , dimana meliputi deformasi struktur dan dengan derajat adalah sangat kecil bila frekwensi awal ( sb , ) adalah terpisah dengan baik.

    Ketika frekwensi mode kedua bergeser menjadi lebih besar daripada frekwensi dasar yang terjepit, ini akan membawa struktur terisolasi keluar dari rentang erakan gempa kuat jika masukan gempa mempunyai percepatan spektrum dominan pada frekwensi struktur awal. Terlebih lagi faktor partisipasi untuk mode kedua adalah sangat kecil, mode ini hampir ortogonal terhadap karakteristik masukan gempa oleh gur

    * ,sebagai 1 dan *r hanya berbeda oleh , contoh

    [ ]11 = T dan [ ]01* =Tr Jadi

    1* =r dengan ortogonalitas

    01 = MTn untuk 1n menunjukkan bahwa 0* = MrTn

    Karena itu, bahkan jika gempa benar-benar mempunyai energi pada frekwensi mode kedua, pergerakan tanah tidak akan ditransfer ke dalam struktur. Sistem isolasi seismik bekerja tidak menyerap energi, melainkan mengelakkan energi melalui sifat ortogonalitas ini. FAKTOR REDUKSI RESPON SPECTRA

    Dalam analisis respon struktur akibat gaya gempa, percepatan gempa dapat direduksi karena redaman isolator lebih besar dari redaman 5%. Menurut Eurocode8(2), besar reduksi dihitung dengan persamaan(28)

    55,0510 += .(28)

    Dimana adalah redaman kritis base isolator. Altenatif lain menghitung faktor reduksi seperti yang diusulkan Kelly(1) :

    )ln1(25,0 = .. (29) STUDI KASUS

    Diambil contoh bangunan 10 tingkat dari struktur beton seperti gbr.4 yang memikul beban berat sendiri sebesar 3042 kg/m2 dan beban hidup sebesar 1333 kg/m2. Bangunan terletak di daerah gempa zona 3, dengan kondisi tanah sedang. Jenis dan tipe isolator yang digunakan seperti Gbr. 5 dan pada tabel 1.

    Gbr 4. Bentuk geometrid dan ukuran bangunan

  • Analisis Respon Bangunan dengan Base Isolator Akibat Gaya Gempa Daniel Rumbi Teruna

    62

    H

    DN

    A 5

    00

    HD

    N A

    700

    HD

    N A

    500

    HD

    N A

    400

    Gbr 5. Jenis isolator yang digunakan Tabel 1. Jenis base isolator

    Beban vertikal max (KN) Fz

    Perpindahan maksimum (mm) V

    Kekakuan horizontal pada regangan 100 % (KN/mm) kh

    HDN.A.400 1700 146 0.97 HDN.A.500 2900 179 1.23 HDN.A.700 5700 252 1.71

    C

    T0.50.20 0.6 1.0 2.0 3.0

    W ilayah Gem pa 3

    0.180.23

    0.30

    0.45

    0.55

    0.75(Tanah Lunak)

    (Tanah Sedang)

    (Tanah Keras)

    C = 0.33

    T0.23C =

    T

    0.75C =T

    Gbr 6. Bentuk respon spectra dgn redaman kritis 5% PEMBAHASAN

    Model struktur bangunan lantai 10 diatas dianalisa dengan bantuan program SAP 2000. Dari hasil analisa diperoleh waktu getar struktur 0,75 dtk untuk bangunan tanpa isolator dan 1,47 dtk untuk bangunan dengan isolator. Jadi peningkatan waktu getar struktur mencapai 96%.

    Sedangkan jumlah mode yang dibutuhkan untuk mencapai faktor partisipasi modal minimum 90% adalah 120 dan 30 mode masing-masing untuk bangunan tanpa isolator dan bangunan dengan isolator.Dapat dikatakan waktu yang digunakan untuk eksekusi program lebih cepat untuk bangunan dengan isolator

    Untuk simpangan/deformasi lateral setiap lantai diberikan pada tabel 2. Sedangkan perpindahan antar tingkat diberikan pada tabel 3.

    Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa simpangan antar tingkat maksimum adalah 13 mm dan 7,3 mm masing-masing untuk bangunan tanpa dan dengan isolator. Dapat dilihat bahwa penggunaan isolator dapat mereduksi simpangan antar tingkat sebesar 43,8%. Tabel 2. Simpangan/deformasi Lateral tiap lantai

    Lantai Tanpa Isolator(mm)

    Dengan Isolator(mm)

    0 00,0 100,5

    1 10,4 107,3

    2 21,9 114,6

    3 34,4 122,1

    4 46,1 128,7

    5 59,1 135,8

    6 71,3 142,3

    7 82,9 148,1

    8 94,3 154,3

    9 106,3 159,6

    10 112,7 162,8

    Tabel 3. Perbedaan simpangan tiap lantai

    Lantai Tanpa Isolator(mm) Dengan

    Isolator (mm) 0 00,0 00,0 1 10,4 6,8 2 11,5 7,3 3 12,5 7,1 4 11,7 6,6 5 13,0 7,1 6 12,2 6,5 7 11,6 5,8 8 11,4 5,9 9 12,0 5,6 10 6,4 3,2

  • Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 4 Oktober 2005

    63

    KESIMPULAN Telah dilakukan analisis respon bangunan akibat

    gaya gempa, baik untuk bangunan dengan isolator maupun tanpa isolator. Dari contoh kasus yang dibahas, dapat disimpulkan bahwa bangunan dengan isolator memiliki periode struktur lebih besar dari bangunan tanpa isolator. Peningkatan pada contoh kasus ini mencapai 96%. Peningkatan periode struktur menyebabkan gaya gempa yang bekerja pada bangunan akan menjadi lebih kecil

    Simpangan antar tingkat dapat direduksi sampai 43% bila bangunan menggunakan isolator. Ini berarti kerusakan bangunan dapat di reduksi. Begitu juga bangunan dengan isolator membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai faktor partisipasi modal yang diinginkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Kelly, J.M; and Naeim, F.(1999),Design Of Seismic Isolated Building: From Theory To Practice,John Wiley & Sons, Inc., New York.

    Eurocode 8,Design Of Structures For Earthquake Resistance, Part 1: General rules, Seismic Actions and Rules For Building.

    Supiyanto, Analisis respon Bangunan dengan set-back yang menggunakan isolator akibat gaya gempa, Skripsi S1 Jurusan Teknik Sipil USU, 2005

    Naeim, F.(2001),The Seismic Design Hanbook: Design Of Structures With Seismic Isolation,CD-ROM

    Lindeburg, R.M; and Baradar, M.(2001), Seismic Design Of Building Structures: A Porfessionals Introduction To Earthquake Forces And Design Details, Profesional Publications, Inc., Belmont, CA.