isi
DESCRIPTION
IsiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri
berat paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang
nervus trigeminus, biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik. Penyakit ini
menyebabkan nyeri wajah yang berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic
doulourex atau sindrom Fothergill.
Neuralgia trigeminal merupakan kelainan pada serabut sensoris dari nervus
trigeminus (nervus kranial ke-5), yang menginervasi wajah dan rahang. Neuralgia
pada penyakit ini disertai dengan nyeri yang berat dan menusuk pada rahang dan
wajah, biasanya pada satu sisi dari rahang atau pipi, yang biasanya terjadi dalam
beberapa detik. Nyeri sebelum pengobatan dirasakan berat, namun demikian
neuralgia trigeminal bukan termasuk penyakit yang membahayakan nyawa.
Sebagaimana diketahui, terdapat dua nervus trigeminus, satu untuk setiap sisi dari
wajah, neuralgia trigeminal sering mengenai salah satu sisi dari wajah dan
tergantung pada nervus trigeminus yang mana yang terkena.
Nyeri neuralgia trigeminal adalah unilateral dan mengikuti distribusi
sensoris dari nervus kranial V, khas mengenai daerah maksila (V.2) atau
mandibula (V.3). Pemeriksaan fisis biasanya dapat mengeliminasi diagnosa
alternatif. Tanda dari disfungsi nervus kranialis atau abnormalitas neurologis yang
lain menyingkirkan diagnosis dari neuralgia trigeminal idiopatik dan mungkin
menandakan nyeri sekunder yang dirasakan akibat lesi struktural.
1.2 Skenario
Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
batuk yang belum sembuh sejak 2 bulan yang lalu, padahal sudah berobat ke
dokter umum praktek. Batuk berdahak dan kadang-kadang terasa agak sesak
karena sulit mengeluarkan dahaknya. Sejak mulai batuk penderita merasakan
kadang-kadang demam. Saat ini penderita tinggal bersama ibunya yang sudah tua
dan juga mengalami keluhan yang sama dengan penderita. Riwayat merokok (+).
LBM III Batuk Lama Page 1
dari pemeriksaan ditemukan vital sign: Tekanan Darah (TD): 120/70 mmHg, Nadi
88x/menit, Respirasi 25x/menit, dan Suhu aksila 36,8 C. Pemeriksaan apa yang
perlu dilakukan kepada pasien terebut ?
1.3 Terminologi
1.3.1 Batuk : Respons alami yang dilakukan tubuh untuk membersihkan
lendir atau faktor penyebab iritasi, seperti debu atau asap, agar keluar
dari saluran pernapasan kita.
1.3.2 Dahak : Lendir kental, membulur dan lengket yang disekresikan di
saluran pernapasan, biasanya sebagai akibat dari peradangan, iritasi
atau infeksi pada saluran udara, dan dibuang melalui mulut.
1.3.3 Vital Sign : Pengukuran fungsi tubuh yang paling dasar.
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Mengapa batuk masih ada padahal sudah berobat ?
1.4.2 Mengapa terkadang terasa sesak ?
1.4.3 Mengapa dahak sulit di keluarkan ?
1.4.4 Bagaimana hubungan batuk dengan demam ?
1.4.5 Bagaimana hubungan penyakit keluarga dengan keluhan pada
skenario ?
1.4.6 Bagaimana hubungannya dengan riwayat merokok ?
1.4.7 Apa saja jenis-jenis batuk ?
1.4.8 Apa diagnosa banding dari skenario ?
1.5 Tujuan Penulisan
1.5.1 Untuk mengetahui mengapa batuk masih ada padahal sudah berobat.
1.5.2 Untuk mengetahui mengapa terkadang terasa sesak.
1.5.3 Untuk mengetahui mengapa dahak sulit di keluarkan.
1.5.4 Untuk mengetahui hubungan batuk dengan demam.
1.5.5 Untuk mengetahui hubungan penyakit keluarga dengan keluhan pada
skenario.
1.5.6 Untuk mengetahui hubungannya dengan riwayat merokok.
LBM III Batuk Lama Page 2
1.5.7 Untuk mengetahui jenis-jenis batuk.
1.5.8 Untuk mengetahui diagnosa banding dari skenario.
1.6 Manfaat Penulisan
1.6.1 Manfaat Umum
Makalah yang penulis buat diharapkan memberikan manfaat bagi
pembaca, agar pembaca mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang
tuberculosis paru.
1.6.2 Manfaat Khusus
Makalah yang penulis buat dapat memberikan pengetahuan kepada
pembaca khususnya mahasiswa kedokteran tentang neuralgia trigeminal yang
merupakan pokok permasalahan pada skenario LBM III Batuk Lama pada
modul Respirasi II ini.
LBM III Batuk Lama Page 3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Mengapa batuk masih ada padahal sudah berobat ?
2.2 Mengapa terkadang terasa sesak ?
2.3 Mengapa dahak sulit di keluarkan ?
2.4 Bagaimana hubungan batuk dengan demam ?
2.5 Bagaimana hubungan penyakit keluarga dengan keluhan pada
skenario ?
2.6 Bagaimana hubungannya dengan riwayat merokok ?
2.7 Apa saja jenis-jenis batuk ?
2.8 Apa diagnosa banding dari skenario ?
1. TUBERCULOSIS PARU
a. Definisi
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang
ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob
yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan
parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat
menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang,
nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau
ketidakefektifan respon imun.
b. Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang
aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV.
Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan
M. Avium.
LBM III Batuk Lama Page 4
c. Tanda Dan Gejala
1. Tanda
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
2. Gejala
a. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tbuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang
masuk.
b. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif
(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding
bronkus.
c. Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
d. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan
pleuritis)
e. Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
d. Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan
yang aneh di dalam paru-paru meliputi: penyerbuan daerah terinfeksi oleh
makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk
LBM III Batuk Lama Page 5
membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis
menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh
karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan
membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara
progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat
mengurangi oksigenasi darah.
e. Stadium TBC
1. Kelas 0
Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat
terpapar, reaksi terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna).
2. Kelas 1
Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (riwayat pemaparan, reaksi
tes tuberkulosis tidak bermakna)
3. Kelas 2
Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin
bermakna, pemeriksa bakteri negatif, tidak bukti klinik maupun radiografik).
Status kemoterapi (pencegahan) :
Tidak ada
Dalam pengobatan kemoterapi
Komplit (seri pengobatan dalam memakai resep dokter)
Tidak komplit
4. Kelas 3
Tuberkuosis saat ini sedang sakit (Mycobacterium tuberkulosis ada dalam
biakan, selain itu reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau bukti radiografik
tentang adanya penyakit). Lokasi penyakit : paru, pleura, limfatik, tulang dan/atau
sendi, kemih kelamin, diseminata (milier), menigeal, peritoneal dan lain-lain.
Status bakteriologis :
a. Positif dengan :
Mikroskop saja
Biakan saja
Mikroskop dan biakan
LBM III Batuk Lama Page 6
b. Negatif dengan :
Tidak dikerjakan
Status kemoterapi :
Dalam pengobatan kemoterapi sejak kemoterapi diakhiri, tidak lengkap reaksi tes
kulit tuberkulin :
a. Bermakna
b. Tidak bermakna
5. Kelas 4
Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat
mendapat pengobatan pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik
yang stabil pada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya bermakna, pemeriksaan
bakteriologis, bila dilakukan negatif. Tidak ada bukti klinik tentang adanya
penyakit pada saat ini).
Status kemoterapi :
a. Tidak mendapat kemoterapi
b. Dalam pengobatan kemoterapi
c. Komplit
d. Tidak komplit
6. Kelas 5
Orang dicurigai mendapatkan tuberkulosis (diagnosis ditunda)
Kasus kemoterapi :
a. Tidak ada kemoterapi
b. Sedang dalam pengobatan kemoterapi.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering
digunakan dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC
dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Pembacaan hasil tuberkulin
dilakukan setelah 48 – 72 jam; dengan hasil positif bila terdapat indurasi diameter
lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberkulin bisa diulang setelah 1-2
minggu. Pada anak yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 15 mm ke atas
LBM III Batuk Lama Page 7
baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak kontrak erat dengan penderita TBC
aktif, diameter indurasi ≥ 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan oleh
keadaan infeksi berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan
(leukemia), dapat pula oleh gizi buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.
Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus,
paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas dan
gambaran milier. Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari bilasan
lambung, namun memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa
diantaranya dengan cara ELISA (Enzyime Linked Immunoabserben Assay) untuk
mendeteksi antibody atau uji peroxidase – anti – peroxidase (PAP) untuk
menentukan IgG spesifik. Teknik bromolekuler, merupakan pemeriksaan sensitif
dengan mendeteksi DNA spesifik yang dilakukan dengan metode PCR
(Polymerase Chain Reaction). Uji serodiagnosis maupun biomolekular belum
dapat membedakan TB aktif atau tidak.
Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :
1. Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi
penyakit.
2. Menderita tuberkulosis yang masih aktif
3. Menderita TBC yang sudah sembuh
4. Pernah mendapatkan vaksinasi BCG
5. Adanya reaksi silang (“cross reaction”) karena infeksi mikobakterium atipik.
g. Penanganan
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
LBM III Batuk Lama Page 8
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui
secara dini.
c. Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam
jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita
tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk
mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat
pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol
(EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10
mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15
mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah Neuritis
retrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan
dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH
yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko
hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai
puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti terbukti dengan
peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada 10-20% yang
mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konversi
biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi dengan
INH saja selama satu tahun.
Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan
pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita
tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru pengobatan 6 atau 9 bulan
berkaitan dengan resimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-
obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa
komplikasi, misalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau
kanker didiagnosis TBC setelah batuk darah, padahal mengalami batu dan
mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu.
LBM III Batuk Lama Page 9
2. BRONKHITIS KRONIS
3. PPOK
a. EMFISEMA PARU
a. Definisi
Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang
dan terus menerus terisi udara walaupun ekspirasi.
Emfisema merupakan morfologik didefisiensikan sebagai abnormal ruang-
ruang paru distal dari bronkiolus terminal dengan destruksi dindingnya.
Emfisema adalah penyakit obstruksi kronik akibat kurangnya elastisitas
paru dan luas permukaan alveoli.
Terdapat 2 jenis emfisema yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang
terjadi dalam paru yaitu :
a. Emfisema Panlobulor ( Panacinar )
Emfisema panlobulor melibatkan seluruh lobules respiratorius. Bentuk
morfologik yang lebih jarang, alveolus mengalami pembesaran serta kerusakan
secara merata mengenai bagian ainus yang sentral maupun yang perifer.
Bersamaan dengan penyakit yang semakin parah, semua komponen asinus sedikit
demi sedikit menghilang sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa jaringan
yang biasanya berupa pembuluh- pembuluh darah.
b. Emfisema Sentrilobulor
Emfisema sentrilobulor hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorius
dan duktus alveolaris. Dinding- dinding mulai berlubang, membesar, bergabung
dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang sewaktu dinding- dinding mengalami
integritas. Mula- mula duktus alveolaris dan sakus alveolaris yang lebih distal
dapat dipertahankan. Sering menyeranng bagian atas paru dan penyebarannya
tidak merata keseluruhan paru.
b. Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu:
a. Rokok
LBM III Batuk Lama Page 10
Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada
jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan
hiperplasia kelenjar mukus bronkus. merokok merupakan penyebab utama
emfisema. Akan tetapi pada sedikit pasien (dalam presentasi kecil) terdapat
predisposisi familiar terhadap emfisema yang yang berkaitan dengan abnormalitas
protein plasma, defisiensi antitripsin-alpha1 yang merupakan suatu enzim
inhibitor. Tanpa enzim inhibitor ini, enzim tertentu akan menghancurkan jaringan
paru. Individu yang secara ganetik sensitive terhadap faktor-faktor lingkungan
(merokok, polusi udara, agen-agen infeksius, dan alergen) pada waktunya akan
mengalami gejala-gejala obstruktif kronik.
b. Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan
angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat
industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan
gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar.
c. Infeksi
Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat.
Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma
bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya emfisema.
d. Genetik
Defisiensi Alfa-1 antitripsin. Cara yang tepat bagaimana defisiensi
antitripsin dapat menimbulkan emfisema masih belum jelas.
e. Obstruk Saluran Napas
Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus,
sehingga terjadi mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam alveolus pada
waktu inspirasi akan tetapi tidak dapat keluar pada waktu ekspirasi. Etiologinya
ialah benda asing di dalam lumen dengan reaksi lokal, tumor intrabronkial di
mediastinum, kongenital. Pada jenis yang terakhir, obstruksi dapat disebabkan
oleh defek tulang rawan bronkus.
LBM III Batuk Lama Page 11
c. Manifestasi Klinik
a. Batuk
b. Sputum putih, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen
c. Sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
d. Nafas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
e. dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, membungkuk
f. Bibir tampak kebiruan
g. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
h. Batuk menahun
d. Patofisiologi
Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai perobekan
alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat menyeluruh atau
terlokalisasi, mengenai sebagian atau seluruh paru.
Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruks
sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara
dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya. Dalam keadaan
demikian terjadi penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal dari
alveolus.
Pada Emfisema obstruksi kongenital bagian paru yang paling sering terkena
adalah belahan paru kiri atas. Hal ini diperkirakan oleh mekanisme katup
penghentian. Pada paru-paru sebelah kiri terdapat tulang rawan yang terdapat di
dalam bronkus-bronkus yang cacat sehingga mempunyai kemampuan
penyesuaian diri yang berlebihan.
Selain itu dapat juga disebabkan stenosis bronkial serta penekanan dari luar
akibat pembuluh darah yang menyimpang. Mekanisme katup penghentian:
Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian
yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari
dalam alveolus menjadi lebih penimbunan udara di alveolus menjadi
bertambah®sukar dari pemasukannya di sebelah distal dari paru.
Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas terutama disebabkan
elastisitas paru yang berkurang. Pada paru-paru normal terjadi keseimbangan
LBM III Batuk Lama Page 12
antara tekanan yang menarik jaringan paru ke laur yaitu disebabkan tekanan
intrapleural dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan
paru ke dalam yaitu elastisitas paru.
Bila terpapar iritasi yang mengandung radikal hidroksida (OH-). Sebagian
besar partikel bebas ini akan sampai di alveolus waktu menghisap rokok. Partikel
ini merupakan oksidan yang dapat merusak paru. Parenkim paru yang rusak oleh
oksidan terjadi karena rusaknya dinding alveolus dan timbulnya modifikasi fungsi
dari anti elastase pada saluran napas. Sehingga timbul kerusakan jaringan
interstitial alveolus. Partikel asap rokok dan polusi udara mengenap pada lapisan
mukus yang melapisi mukosa bronkus. Sehingga menghambat aktivitas silia.
Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang. Sehingga iritasi pada sel
epitel mukosa meningkat. Hal ini akan lebih merangsang kelenjar mukosa.
Keadaan ini ditambah dengan gangguan aktivitas silia. Bila oksidasi dan iritasi di
saluran nafas terus berlangsung maka terjadi erosi epital serta
pembentukanjaringan parut. Selain itu terjadi pula metaplasi squamosa dan
pembentukan lapisan squamosa. Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi
saluran napas yang bersifat irreversibel sehingga terjadi pelebaran alveolus yang
permanen disertai kerusakan dinding alveoli.
e. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran interkosta dan
jantung normal
b. Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV, penurunan
VC dan FEV
f. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup, untuk
memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk mengatasi obstruksi jalan
nafas untuk menghilangkan hipoksia.
a. Bronkodilator
Digunakan untuk mendilatasi jaln nafas karena preparat ini melawan baik
edema mukosa maupun spasme muskular dan membantu baik dalam mengurangi
LBM III Batuk Lama Page 13
obstruksi jalan nafas maupun dalam memperbaiki pertukaran gas.medikasi ini
mencakup agonis betha-adrenergik (metaproterenol, isoproterenol dan metilxantin
(teofilin, aminofilin), yang menghasilkan dilatasi bronkial melaui mekanisme
yang berbeda. Bronkodilator mungkin diresepkan per oral, subkutan, intravena,
per rektal atau inhalasi. Medikasi inhalasi dapat diberikan melalui aerosol
bertekanan, nebuliser balon-genggam, nebuliser dorongan-pompa, inhaler dosis
terukur, atau IPPB.
b. Terapi Aerosol
Aerosolisasi (proses membagi partikel menjadi serbuk yang sangat halus)
dari bronkodilator salin dan mukolitik sering kali digunakan untuk membantu
dalam bronkodilatasi. Ukuran partikel dalam kabut aerosol harus cukup kecil
untuk memungkinkan medikasi dideposisikan dalam-dalam di dalam percabangan
trakeobronkial. Aerosol yang dinebuliser menhilangkan bronkospasme,
menurunkan edema mukosa, dan mengencerkan sekresi bronkial. Hal ini
memudahkan proses pembersihan bronkiolus, membantu mengendalikan proses
inflamasi, dan memperbaiki fungsi ventilasi.
c. Pengobatan Infeksi
Pasien dengan emfisema sangat rentan terhadap infeksi paru dan harus
diobati pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi. S. Pneumonia, H.
Influenzae, dan Branhamella catarrhalis adalah organisme yang paling umum
pada infeksi tersebut. Terapi antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin,
amoksisilin, atautrimetroprim-sulfametoxazol (bactrim) biasanya diresepkan.
Regimen antimikroba digunakan pada tanda pertama infeksi pernafasan, seperti
dibuktikan dengan sputum purulen, batuk meningkat, dan demam.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid menjadi kontroversial dalam pengobatan emfisema.
Kortikosteroid digunakan setelah tindakan lain untuk melebarkan bronkiolus dan
membuang sekresi. Prednison biasa diresepkan. Dosis disesuaikan untuk menjaga
pasien pada dosis yang terendah mungkin. Efek samping termasuk gangguan
gastrointestinal dan peningkatan nafsu makan. Jangka panjang, mungkin
mengalami ulkus peptikum, osteoporosis, supresi adrenal, miopati steroid, dan
pembentukan katarak.
LBM III Batuk Lama Page 14
e. Oksigenasi
Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan
emfisema berat. Hipoksemia berat diatasi dengan konsentrasi oksigen rendah
untuk meningkatkan PaO2 hingga antara 65 – 85 mmHg. Pada emfisema berat
oksigen diberikan sedikitnya 16 jam per hari, dengan 24 jam per hari lebih baik.
b. PNEUMONIA
a. Definisi
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi
yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang
disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang. Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA
untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita”, disebutkan bahwa pneumonia
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang
mengenai bagian paru (jaringan alveoli).
b. Etiologi
Penyebab pneumonia bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber
infeksi dengan sumber utama: bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan senyawa
kimia maupun partikel.
a. Pneumonia oleh bakteri.
Heiskansen et.al (1997) menjelaskan bahwa “S. pneumoniae adalah jenis
bakteri penyebab pneumonia pada anak-anak di semua umur berdasarkan
komunitas penyakit pneumonia. Sedangkan M. pneumoniae dan Chlamydia
pneumoniae adalah penyebab utama pneumonia pada anak di atas umur 5 tahun.”
Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri
segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru
dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, mulai dari
bayi sampai usia lanjut. Pada pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-
LBM III Batuk Lama Page 15
orang dengan penyakit gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalan tubuh
adalah golongan yang paling berisiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang
rentan terinnfeksi penyakit ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah.
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa S.pneumoniae diidentifikasikan
sebagai agen etiologi pada 34 dari 64 pasien (53%) dan pada 34 dari 43 pasien
(79%). S.pneumonia adalah pathogen teridentifikasi yang sering ditemukan pada
pasien di segala usia walaupun tidak ada hubungan antara usia dan kemungkinan
jenis darah positif terinfeksi (Wall., et al: 1986).
b. Pneumonia oleh virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Sebagian besar virus-virus ini menyerang saluran pernapasan bagian atas
(terutama pada anak). Namun, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan
dapat disembuhkan dalam waktu singkat. Bila infeksi terjadi bersamaan dengan
virus influensa, gangguan ini masuk ke dalam tingkatan berat dan kadang
menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak
walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.
c. Pneumonia oleh Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit
pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun
bakteri walaupun memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan
biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis
usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian
sangat rendah, bahkan pada orang yang tidak menjalani pengobatan.
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila dibandingkan
dengan pneumonia pada umumnya. Oleh karena itu, pneumonia yang diduga
disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut Atypical
Pneumonia ‘pneumonia yang tidak tipikal’. Pneumonia mikoplasma mulai
diidentifikasi saat perang dunia II.
d. Pneumonia jenis lainnya
Pneumonia lain yang jarang ditemukan, yakni disebabkan oleh masuknya
makanan, cairan, gas, debu maupun jamur. Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, adalah salah satu contoh dari
LBM III Batuk Lama Page 16
pneumonia jenis lainnya. PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit
pada pengidap HIV/AIDS. PCP dapat diobati pada banyak kasus. Namun, bisa
saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian. Rickettsia (golongan
antara virus dan bakteri yang menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q,
tipus, dan psittacosis) juga mengganggu fungsi paru.
c. Manifestasi Klinis
Menurut Wahab (2000: 884, dalam skripsi Annisa Rizkianti) menyebutkan
gambaran klinis pneumonia ditunjukkan dengan adanya pelebaran cuping hidung,
ronki, dan retraksi dinding dada atau sering disebut tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (chest indrawing). Rizkianti menambahkan bahwa penyakit yang
sering terjadi pada anak-anak ini ditandai dengan ciri-ciri adanya demam, batuk
disertai nafas cepat (takipnea) atau nafas cepat.
Gejala dan tanda pneumonia tergantung kuman penyebab, usia, status
imunologis, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda dibedakan menjadi gejala
umum infeksi (non spesifik), gejala pulmonal, pleural, dan ekstrapulmonal.
Gejala-gejala tersebut meliputi:
1. demam
2. menggigil
3. sefalgia
4. gelisah
5. muntah, kembung, diare (terjadi pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal)
6. wheezing (pneumonia mikoplasma)
7. otitis media, konjungtivitis, sinusitis (pneumonia oleh streptococcus
pneumonia atau Haemophillus influenza)
d. Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi.Meskipun lebih dari
seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit
dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus.Penyebab paling
LBM III Batuk Lama Page 17
sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan
infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.
Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak.Biasanya virus
masuk kedalamparu-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut
dan hidung.setelahmasuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini
sering menunjukan kematiansel, sebagian virus langsung mematikan sel atau
melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.Ketika sistem imun (DL
leukosit meningkat) merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan
paru.Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin
yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.Kumpulan dari sel yang rusak dan
cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah
(terjadi pertukaran gas)
.Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ
lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat
membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia
karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan
oleh virus.Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus
influensa,virus syccytial respiratory(RSV),adenovirus dan
metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali
pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko
terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).
Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di
udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah
ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.Banyak bakteri hidup pada bagian
atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan
mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga
penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang
adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan
membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan
LBM III Batuk Lama Page 18
cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.Hal ini menyebabkan
demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri
dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi
alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah
menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan
tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti
otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru
dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan
empyema.Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah
Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.Penggunaan
istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau
merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan
Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya
mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat
dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung
atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering
disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni
pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab dari
pneumonia adalah Staphylococcus aureus.Bakteri Gram negatif penyebab
pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri gram
negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus
influenzae,Klebsiella pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,dan
Moraxella catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan
mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang
menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,Mycoplasma
pneumoniae,dan Legionella pneumophila.
Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin
terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-
obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia
LBM III Batuk Lama Page 19
yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan
bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh
Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan
Coccidioides immitis.Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai
Missisipi,dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat
bagian barat daya.
Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini
secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki
tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru,biasanya melalui darah.Terdapat seperti
pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang
menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah
putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada
paru-paru dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan
komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling
umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma
gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul
(lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3. JDL leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun.
4. LED meningkat
5. Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun.
6. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat
LBM III Batuk Lama Page 20
8. Aspirasi / biopsi jaringan paru
Alat diagnosa termasuk sinar-x dan pemeriksaan sputum. Perawatan tergantung
dari penyebab pneumonia; pneumonia disebabkan bakteri dirawat
dengan antibiotik. Pemeriksaan penunjang:
1. Rontgen dada;
2. Pembiakan dahak;
3. Hitung jenis darah;
4. Gas darah arteri.
f. Penatalaksanaan
1. Indikasi MRS :
a. Ada kesukaran nafas, toksis
b. Sianosis
c. Umur kurang 6 bulan
d. Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi, empiema
e. Diduga infeksi oleh Stafilokokus
f. Imunokompromais
g. Perawatan di rumah kurang baik
h. Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral
2. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor
dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi
mekanik.
3. Mempertahankan suhu tubuh normal melalui pemberian kompres
4. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan parenteral). Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
5. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap melalui
selang nasogastrik.
6. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
7. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.
8. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan
penyebab Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada
perbaikan klinis dilakukan perubahan pemberian antibiotik sampai anak
LBM III Batuk Lama Page 21
dinyatakan sembuh. Lama pemberian antibiotik tergantung : kemajuan klinis
penderita, hasil laboratoris, foto toraks dan jenis kuman penyebab :
Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral
Haemophylus influenzae/Streptokokus pneumonia : cukup 10-14 hari
Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan,
gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka
panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV), pemberian antibiotik harus segera
dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan dengan pilihan antibiotik :
sefalosporin generasi 3.
Dapat dipertimbangkan juga pemberian :
- Kotrimoksasol pada Pneumonia Pneumokistik Karinii
- Anti viral (Aziclovir , ganciclovir) pada pneumonia karena CMV
- Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada pneumonia
karena jamur
- Imunoglobulin
a. Vaksin
Saat ini ada 2 jenis vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumococcal
conjugate (PCV13) dan vaksin polisakarida pneumokokus (PPSV). Berikut tahap
pemberian vaksin :
1. Bayi dan Anak di bawah Usia 2 Tahun
a. PCV13 secara rutin diberikan kepada bayi sebagai rangkaian 4 dosis, satu dosis
di setiap usia: 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 12 sampai 15 bulan. Anak-anak
yang kehilangan tembakan mereka atau memulai seri nanti masih harus
mendapatkan vaksin.
b. Jumlah dosis yang dianjurkan dan interval antara dosis akan tergantung pada
usia anak saat vaksinasi dimulai.
2. Anak-anak usia 2 sampai 5 Tahun
Sehat anak-anak 24 bulan sampai 4 tahun yang tidak divaksinasi atau
belum menyelesaikan seri PCV13 harus mendapatkan 1 dosis. Anak-anak 24
bulan sampai 5 tahun dengan kondisi medis seperti berikut ini harus mendapatkan
1 atau 2 dosis PCV13 jika mereka belum menyelesaikan seri 4-dosis. Tanyakan
pada penyedia layanan kesehatan untuk rincian penyakit sel sabit, limpa limpa
LBM III Batuk Lama Page 22
rusak atau tidak,koklea implan, cairan cerebrospinal (CSF) kebocoran,HIV /
AIDS atau penyakit lain yang mempengaruhi sistem kekebalan (seperti diabetes,
kanker, atau penyakit hati), kronis jantung atau penyakit paru-paru, atau anak-
anak yang memakai obat yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti
kemoterapi atau steroid.
3. Anak-anak usia 6 sampai 18 Tahun
Dosis tunggal PCV13 dapat diberikan kepada anak-anak 6 sampai 18
tahun dengan kondisi medis tertentu (misalnya, penyakit sel sabit, infeksi HIV,
atau kondisi immunocompromising lainnya, implan koklea, atau kebocoran cairan
serebrospinal), terlepas dari apakah mereka sebelumnya telah menerima vaksin
pneumokokus. Tanyakan pada penyedia layanan kesehatan untuk rincian. PCV
dapat diberikan pada waktu yang sama dengan vaksin lainnya.
c. ASMA
LBM III Batuk Lama Page 23
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada skenario, kelompok kami menyimpulkan bahwa kelainan
yang terdapat dan yang lebih mengarah pada skenario adalah neuralgia
trigeminal, karena pada skenario, keluhan seperti nyeri pada pipi dan lidah kaku
sebelah kiri, nyerinya yang khas seperti tertusuk-tusuk, dan nyeri yang muncul
jika mengunyah makanan, sesuai dan merupakan gambaran klinis dari neuralgia
trigeminal. Neuralgia trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah
satu sisi yang berulang, disebut neuralgia trigeminal, karena nyeri di wajah ini
terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal. Rasa nyeri
disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah
distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh
berbagai penyebab.
3.2 Saran
a. Bagi mahasiswa diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam penyusunan makalah selanjutnya. Sehingga apabila terdapat
kekurangan dalam penyususnan makalah ini, penulis dapat
mempelajarinya lebih lanjut dan dapat dilakukan penyusunan makalah
yang lebih baik lagi.
b. Bagi mahasiswa diharapkan dapat mempelajari lebih dalam lagi tentang
nuralgia trigeminal.
LBM III Batuk Lama Page 24
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C., Hackley, JoAnn C. 2000. “Buku Saku dari Brunner &
Suddarth.” Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marjono, Mahar & Priguna, Sidharta., 1998. “Neurologi Klinis Dasar.” Jakarta:
Dian Rakyat
Pearce, Evelyn c. 2009. “Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.” Jakarta:
Gramedia.
Meliala dkk .2001. “Nyeri Neuropatik: Patofisiologi dan Penatalaksanaan.”
Jakarta; PERDOSSI.
Rabinovich, A. Fang Y., Scrivani, S., 2000. “Diagnosis and Management of
Trigeminal Neuralgia.” Columbia: Dental Review.
LBM III Batuk Lama Page 25