imam mashudi spi. 141835 pembimbing: sayuti una, …
TRANSCRIPT
1
KEDUDUKAN DAN PERAN OMBUDSMAN
DALAM MENCEGAH DAN MENGATASI MALADMINISTRASI
PEMBUATAN E-KTP DI PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
IMAM MASHUDI
SPI. 141835
PEMBIMBING:
SAYUTI UNA, S.Ag,.MH
YUDI ARMANSYAH,S.Th.I, M.Hum
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1440 H / 2019 M
2
3
4
iii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin, Allahumma Sholli Ala Syyyidina
Muhammad. Sujud syukurku hanya kepadaMu ya Allah, atas
takdirMu aku lahir dari Orang tua yang menyayangiku dan
menjalankan agamaMu.
Terutama Kedua orang tua tercinta :
Ayahhanda (Damianto) Terima kasih atas tanggung jawabnya
terhadap keluarga.Yaallah aku bersaksi ayahku telah
melaksanakan amanatMu, menyampaikan kasih sayangMu, maka
kasihilah ayahku seperti engkau mengasihi kekasih-
kekasihMu.Serta tidak lupa penulis ucapkan Kepada Ibunda (Siti
Maryam) tercinta kaulah bumi yang tergelar lembut bagiku untuk
melepas leleh, mata air yang tak berhenti mengalir membasahi
dahagaku, derajatmu satu tingkat di bawah Allah SWT.
Kanjeng nabi peng telu (Muhammad SAW) moco asmane ibu (Siti
Maryam) sejatine panggonan suargamu, ono ing tlapak suku
ibumu, ojo wani-wani marang wong tuamu, utamana marang
ibumu, kang ukir jiwo lan rogomu, tanpo geresulu kabeh di iklasno,
sangang wulan sepuluh dino anggone ngandung siro, ojo maneh
loro mati disanggupi, mugo-mugo slamet jabang bayi dungone
marang gusti, akeh tulodo uripe menungso soro kelunto-lunto
rumongso kuoso wani wong tuo gusti allah ora ridho, dudu bondo
dunyo kang dikersakno nanging anak kang jowo.
Puisi di atas penulis ucapkan untuk kedua orang tua terutama
Ibunda tercinta.
iv
Saudara serahim saya Yunus Hariyanto dan Hidayatul Nur
Mahmudahniah, jangan buat Orang tua menangis melainkan
bangga serta keluarga besar alm (mbah kasim), keluarga besar alm
(mbah sarimo) yang mana tidak penulis sebut satu persatu.
Untuk teman saya Desti Dwi Sugiarti, Eka sapitri, Heri Novaza,
Dyah Ulmunir dan Farauq Aziz yang bersedia membantu dalam
pengerjaan Skripsi ini hingga selesai.Semoga kalian menjadi orang
yang sukses.
Takluput penulis ucapkan Kepada jurusun HTN angkatan
2014dan teman KKN desa Kilangan semoga kalian menjadi orang
yang sukses.
Ucapan trimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
sampaikan juga kepada.
Bapak dosen bembimbing yang telah memberikan arahan,
masukan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, serta
dosen-dosen lainnya yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Sahabat seperjuangan jurusan hukum tatanegara, fakultas syariah
UIN STS Jambi
Almamater tercinta UIN STS Jambi, tempat penulis menimba
ilmu.
v
MOTTO
لََةِ وَإِيتاَءَ ةً يوَْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِليَْوِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّ وَجَعَلْناَهُمْ أَئِمَّ
كَاةِۖ وَكَانوُا لنََا عَابِدِينَ الزَّ
Artinya: Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan
kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu
menyembah,(Qs Al Anbiya ayat 73)1
1 Qs Al Anbiya Ayat 73
vi
ABSTRAK
Imam Mashudi, SPI. 141835,“Kedudukan Dan Peran Ombudsman Dalam
Mencegah Dan Mengatasi Maladministrasi Pembuatan E-Ktp Di Provinsi
Jambi”.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan dan peranan ombudsman
berdasarkan undang-undang Nomor 37 Tahun 2008, serta prosedur pengajuan
laporan maladministrasi pembuatan E-ktp di Provinsi Jambi, dan untung
mengetahui solusipencegahan maladministrasi pembuatan E-ktpdi provinsi
Jambi.. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, adapun jenis dan sumber
data yang digunakan dalam penelitian yaitu data sekunder dan primer. Hasil
penelitian dan kesimpulan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 24
Tahun 20l3 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008
tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu diganti dengan Peraturan Presiden Nomor
96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata cara pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil. Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada
Disdukcapil Kabupaten lKota dan UPT Disdukcapil Kabupaten Kota dan
Perwakilan Republik Indonesia dilaksanakan melalui tahapan Pelaporan,
Verifikasi dan validasi, Perekaman data dan Pencatatan dan/atau penerbitan
dokumen.Peranan Ombudsman dalam Mencegah Maladministrasi (E-KTP) Di
Provinsi Jambi dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta
kewenangannya yaitu menerima laporan mengenai Maladministrasi dalam hal ini
Maladministrasi E-KTP, melalui cara kerjasama dengan Pemerintah Daerah
dengan membuat (MOU) dan sosialisasi. Tindak lanjut dari pihak ombudsman
terhadap dukcapil untuk daerah Muaro Jambidan bungo yang di temukan
pelanggaran Maladministrasi Untuk wilayah muarao jambi sudah saya sampaikan
Kepada Bupati dan ditugaskan Kepada kepala dinasnya.
Kata Kunci : Ombudsman, Maladministrasi dan E-KTP
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu, tidak lupa pula
iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad saw.
Skripsi ini diberi judul “Kedudukan dan peran Ombudsman dalam
mencegah dan mengatasi maladministrasi pembuatan E-KTP di Provinsi
Jambi.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data
maupun dalam penyusunannya.Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas
penulis ucapkan adalah terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu
penyelesain skripsi ini, terutama sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak prof.Dr.H.Su‟aidi Asy‟ari, MA.,Ph.Dselaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc, M.HI.,Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI selaku Wakil Dekan II
Bidang Perencanaan dan Keuangan dan Dr. Yuliatin, S.Ag., MHI, Selaku
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
4. Bapak Abdul Razak, S.HI.,M.IS selaku ketua jurusan dan ibu Ulya Fuhaidah,
S.Hum, M.SI sekaligus sebagai Sekretaris Jurusan Hukum Tatanegara Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
5. Bapak Sayuti Una,S.Ag,.MH dan bapak Yudi Armansyah,S.Th.I,M.Hum selaku
Pembimbing I dan II skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
viii
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman
transliterasi berdasarkan surat Keputusan Bersama Menteri Agama Rid Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: u543
b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai
berikut:
ARAB LATIN
Konsonan Nama Konsonan Keterangan
Tidak dilambangkan (half madd) ا
B B Be ب
T Th Te ت
Ts Th Te dan Ha ث
J J Je ج
Ch ḥ ح Ha (dengan titik di bawah)
Kh Kh Ka dan Ha خ
D D De د
Dz Dh De dan Ha ذ
R R Er ر
Z Z Zet ز
S Sh Es س
Sy Sh Es dan Ha ش
Sh ṣ ص Es (dengan titik di bawah)
Dl ḍ ض De (dengan titik di bawah)
Th ṭ ط Te (dengan titik di bawah)
Dh ẓ ظ Zet (dengan titik di bawah)
Koma terbalik di atas „ „ ع
Gh Gh Ge dan Ha غ
F F Ef ف
Q Q Qi ق
K K Ka ك
L L El ل
M M Em م
N N En ن
W W We و
H H Ha ه
A ʼ ء Apostrof
Y Y Ye ي
x
2. Vocal rangkap dua diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dengan huruf, translitterasinya dalam tulisan Latin
dilambangkan dengan huruf sebagai berikut:
a. Vocal rangkap (ْسَى) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-
yawm.
ssssb. Vocal rangkap (َس) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:
al-bayt.
3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya dalam bahasa Latin dilambangkan dengan huruf dan
tanda macron (coretan horizontal) di atasnya, misalnya (الْفَا جِحَة = al-fātiḥ ah)
.(qīmah = قِيْمةٌ ) dan ,(al‘ulūm = الْعُلُىْم)
4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama
dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya (= ḥ addun), (= saddun), (=
ṭ ayyib).
5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,
transliterasinya dalam bahasa Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah
dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( الْبَيْث = al-bayt),
.(’al-samāالسمأء = )
6. Tā’marbūtah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukūn, transliterasinya
dalam bahasa Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan tā’ marbūtah
yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya (رُؤْيَةُ الْهِلال = ru’yat al-
hilāl).
7. Tanda apostrof („) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang
terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya (ُرُؤْيَة = ru’yah) (فُقَهَاء =
fuqahā’).
xi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8
D. Kerangka Teori ........................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 18
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................. 23
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 24
C. Instrument Pengumpulan Data .................................................... 24
D. Unit Analisis Data ....................................................................... 27
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 27
F. Sistematika Penulisan…………………………………………… 29
G. Jadwal Penelitian……………………………………………….. 30
BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Visi dan Misi Ombudsman Provinsi Jambi................................. 32
B. Tugas dan Fungsi ....................................................................... 33
C. Struktur Organisasi Ombudsman perwakilan Provinsi jambi ..... 35
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
xii
A. Kedudukan dan Peran Ombudsman Berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan …………………………... ……………. 36
B. Prosedur Pengajuan Laporan Maladministrasi E-Ktp di Ombudsman
Provinsi Jambi ............................................................................ 46
C. Solusi Pencegahan Maladministrasi Pembuatan E-ktp di Provinsi
Jambi .......................................................................................... ... 55
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 64
B. Saran ............................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan persamaan perlakuan
yang adil, baik dalam hukum maupun pemerintahan. Sesuai dengan isi Pasal 27
ayat 1 UUD 1945 “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan perintah dan wajib menjunjung hukum dan pemerintah itu dengan
tidak ada kecualinya”.2
Reformasi Pemerintahan, dengan tujuan menciptakan suatu pemerintahan
yang baik, bersih dan efisien guna mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh warga
Negara, namum dalam kenyataanya, dalam praktek penyelenggaraan pelayanan
publik masih banyak ditemui penyimpangan, dimana masih ada warga masyarakat
yang tidak mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu perlakuan yang sama dan
adil. Misalnya adanya pungutan liar, Maladministrasi, Nepotisme dalam
pengurusan surat-surat tertentu, penyalagunaan kewenangan oleh aparatur Negara,
pemerintah juga membentuk badan ajudikasi yaitu Ombudsman yang berfungsi
sebagai advokasi.
Ombudsman merupakan sebuah lembaga Negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaran pelayanan publik, serta Ombudsman
memiliki sifat mandiri dan tidak memiliki hubungan dengan lembaga Negara dan
Instasi Pemerintah lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
2 Pasal 27 ayat 1 UUD 1945
2
bebas dari campur tangan kekuasaan lain. Ombudsman Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga Negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
Badan Hukum Milik Negara, serta Badan Swasta atau perseorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan belanja
Daerah.3
“Komisi Ombudsman Nasional”, lembaga ini membentuk pada tanggal 10
maret 2000 dengan keputusan presiden Nomor 44 Tahun 2000. Menurut
keputusan Presiden tersebut Komisi Ombudsman Nasional adalah lembaga
masyarakat yang berasaskan Pancasila dan bersifat mandiri, serta berwenang
melakukan klarifikasi, monitoring atau pemeriksaan atas laporan masyarakat
mengenai penyelenggaraan masyarakat khususnya pelaksanaan oleh aparatur
Pemerintahan termasuk lembaga peradilan terutama dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.4
Adapun tujuan dari terbentuknya komisi Ombudsman Nasional tersebut
adalah untuk membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif
dalam melaksanakan pemberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme melalui peran
serta masyakat. Selain itu, untuk meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat
agar memperoleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secara lebih baik.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut Ombudsman Nasional diberi tugas pokok
3Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.
4keputusan presiden Nomor 44 Tahun 2000.
3
antara lain melakukan langkah-langkah untuk menindak lanjuti laporan atau
informasi mengenai terjadinya penyimpangan oleh penyelenggaraan Negara
dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam memberikan pelayanan umum.
Gagasan pembentukan Ombudsman di Indonesia sendiri sesunggunya
sudah pernah muncul di tahun 1999. Tanggal 8 Desember 1999 Presiden KH
Abdulrahman Wahid (Gus Dur) pernah menerbitkan keputusan Presiden Nomor
155 Tahun 1999. Tentang tim pengkaji pembentukan lembaga Ombudsman.
Kepres tersebut ternyata keluar dari hasil pembicaraan yang telah disepakati
sebelumnya antara Gus Dur, Marzuki Darusman dan Antonius Sujata. Keputusan
Presiden Nomor 155 Tahun 1999 hanya membentuk Tim pengkajian
Ombudsman. Sedangkan lembaga Ombudsman secara kongkrit tidak jadi
dibentuk dengan keputusan Presiden tersebut.
Ombudsman berkedudukan di Ibu kota Negara Republik Indonesia dengan
wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonsia. Ombudsman
dapat mendirikan perwakilan Ombudsman di Provinsi atau Kabupaten Kota,
untuk ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan susunan dan tata kerja
perwakilan Ombudsman didaerah diatur dengan peraturan pemerintah.
Maladministrasi sendiri yaitu perilaku atau perbuatan melawan hukum,
melampaui wewenang, mengunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang
menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban
hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
penyelenggara Negara dan Pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil
atau immaterial bagi masyarakat dan orang perorangan. Laporan adalah
pengaduan atau penyampaian fakta yang diselesaikan atau ditindak lanjuti oleh
4
Ombudsman yang disampaikan secara tertulis atau lisan oleh setiap orang yang
telah menjadi korban Maladministrasi. Oleh karna itu Ombudsman sebagai
lembaga Negara memiliki kewenangan mengawasi penyelenggaran pelayanan
publik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun penyelenggara Negara.
Dalam hal ini Ombudsman memiliki tugas untuk menindak lanjuti laporan serta
melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaran pelayanan
publik, Maladministrasi menyebabkan penyalahgunaan kewenangan yang
berbuntut korupsi.
Anggota Ombudsman Bidang Penyelesaian Laporan, Ahmad Suaedy,
mengungkapkan masih banyak celah dalam pelaksanaan E-KTP yang berpotensi
memunculkan pungutan liar. Kelemahan itu dimulai dari infrastruktur, peraturan
turunan teknis, koordinasi dan antar kerjasama lembaga/instansi, serta
perencanaan yang tidak akurat memunculkan banyak celah terjadinya
maladministrasi.
"Celah-celah tersebut dimanfaatkan para oknum untuk mengambil
keuntungan pribadi berbentuk pungutan-pungutan tidak resmi (pungli)" ujar
Ahmad di kantornya, Senin, 7 November 2016”.5
Seharusnya, menurut Ahmad, pungli itu tidak ada. Ahmad menjelaskan,
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan Pasal 79A
menyatakan bahwa pengurusan dan penerbitan dokumen kependudukan tidak
dipungut biaya.
5https://nasional.tempo.co/read/818310/ombudsman-temukan-berbagai-modus-pungli-di-
pengurusan-e-ktp, diakses Pada 17 Mei 2019.
5
Ahmad menuturkan, beberapa daerah berdasarkan hasil investigasi yang
terjadi pungli adalah Nusa Tenggara Barat, Kep. Riau, Bengkulu, Sulawesi
Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Selatan,
Kalimanatan Tengah, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan, termasuk Jambi.
Selain itu berdasarkan wawancara dengan Jafar Ahmad selaku PLT
Ombudsman.
“Sejauh ini laporan ke Ombudsman di Jambi ialah penundaan berlarut,
pelayanan sengaja di tunda seperti pembuatan E-KTP”.6
KTP elektronik merupakan hak bagi seluruh warga Negara, kepemilikan
KTP elektronik merupakan kunci dari akses layanan public. Hal ini dikarenakan
KTP merupakan suatu bentuk identitas warga Negara dalam penyelenggaraannya,
terdapat banyak keluhan oleh rakyat terkait dengan pelayanan pembuatan KTP-
elektronik. Sehingga apabila dalam hal ini masyarakat merasa dirugikan maka
masyarakat dapat melaporkan hal ini kepada Ombudsman berdasarkan prosedur-
prosedur yang telah ditentukan sehingga dapat ditindak lanjuti yakni diadakannya
monitoring dalam proses pengadaan KTP-elektronik. Selain itu Ombudsman
dapat membuka pos pengaduan dalam artian 'jemput bola' ke daerah agar
mendapatkan data yang lengkap.
Berdasarkan wawancara dengan M. Padli selaku asisten bidang PVL
Untuk permasalahan E-KTP di Provinsi Jambi Yang paling menonjol itu
di kabupaten Muaro Jambi dan kabupaten Bungo ternyata masih
menerapkan denda administrasi terkait keterlambatan pembuatan akta
kelahiran dan memperpanjang E-KTP. Ketika kami ke lapangan investasi
secara sembunyi-sembunyi ternyata bukan hanya itu tetapi di seluruh
pelayan kantor capil mereka itu pembuatan KTP, KK mereka mengulurnya
dan tersebut ada punglinya dan itu telah saya sampaikan kepada kepala
6Wawancara dengan Jafar Ahmad selaku PLT Ombudsman Provinsi Jambi.
6
daerah namun dia tetap ngeyel dulu, ini pak kepala dinas ada temuan kami
pungli, punglinya terang-terangan di atas meja 20 ribu sampai 100 ribu
dengan berdalih uang denda dan administrasi padahal itu sudah di hapus
oleh keputusan mahkamah konstitusi dan hal tersebut bisa kita lacak di
internet. Di Dinas catatan sipil itu sebenarnya tidak ada pungutan (gratis)
jika ada pungutan berarti masih itu kembali kepada masyarakatnya yang
tidak ingin mengikuti prosedur yang sudah ada. Jika mengikuti prosedur
saya jamin gratis kadang-kadang masyarakat ya tersebut yang meminta
cepat sehingga memberi seperti uang untuk rokok seharusnya hal seperti
itu jangan mereka itu sudah di gaji untuk melayani. Kalau di kota insyallah
sudah mulai tertib. 7
Daftar nama masyarakat yang mengaduh terhadap pengurusan E-KTP di
Kabupaten Muaro Jambi dan Muaro Bungo.
1.1 Tabel.
No Nama NIK Keluhan
1 Riska Khoirunisa 1505085805960003 Lamanya
pengurusan E-
KTP, dari bulan
Agustus sampai
Bulan Desember
baru Selesai.
7 Wawancara dengan M. Padli selaku pvl Ombudsman Provinsi Jambi.
7
2 Homsiah 1505034103950001 Lamanya
pengurusan E-
KTP dan adanya
indikasi pungli,
cepat lambatnya
pengerjaan sesuai
dengan
pembayaran.
3 Nur Sodiq 1505010404640002 Perpanjang KTP
di persulit dengan
alasan kalo mu
cepat ya bayar
4 Desti Dwi Sugiarti 1508094312950002 Waktu
perpanjang KTP
memakan waktu
yang lama
5 Syamsuri 1508031212780002 Waktu
perpanjang KTP
memakan waktu
yang lama
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti permas alahan-
permasalahan kedudukan dan peran Ombudsman dalam Undang-Undang Nomor
8
37 Tahun 2008, peranan Ombudsmad dalam mencegah Maladministrasi (E-KTP)
di Provinsi Jambi, serta faktor penghambat dan pendukung Ombusmad dalam
mencegah dan mengatasi Maladministrasi (E-KTP).8
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk menyusun skripsi dengan Judul “Kedudukan Dan Peran Ombudsman
Dalam Mencegah Dan Mengatasi Maladministrasi Pembuatan E-Ktp Di
Provinsi Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan di
teliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagimana Kedudukan dan Peran Ombudsman berdasarkan aturan Undang-
undang Nomor 37 tahun 2008?
2. Bagaimana prosedur pengajuan laporan Maladministrasi pembuatan E-ktp di
Ombudsman Provinsi jambi?
3. Bagaimana solusi pencegahan Maladministrasi pembuatan E-ktp di provinsi
jambi?
C. Tujuan Dan ManfaatPenelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka dalam penelitian ini di
tetapkan tujuannya sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui implementasi pembuatan E-KTP di Provinsi Jambi.
8Kantor Ombudsman Provinsi Jambi.
9
b. Untuk peranan Ombudsman berkenaan dengan pencegahan Maladministrasi
(E-KTP) di Provinsi Jambi.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi strata satu
(S1) dalam Jurusan Hukum Tata Negara pada Fakultas Syariah UIN STS
JAMBI.
b. Untuk mengetahui peranan Ombusdman dalam mencegah Maladministrasi di
Provinsi Jambi serta mengetahui faktor penghambat dan pendukung
Ombudsman dalam mencegah dan mengatasi maladminitrasi.
c. Untuk memperdalam ilmu yang telah dipelajari dalam jurusan Hukum Tata
Negara pada Fakultas Syariah UIN STS JAMBI.
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah Hasil dari penelitian ini
dapat menjadi landasan pembelajaran dalam pemerintahan, selain itu juga menjadi
nilai tambah dalam dunia keilmuan terutama kedudukan dan peran Ombudsman
dalam mencegah dan mengatasi Maladministrasi pembuatan E-KTP di provinsi
Jambi.
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a. Bagi mahasiswa untuk memberikan pengetahuan tentang kedudukan dan peran
Ombudsman dalam mencegah dan mengatasi maladminstrasi pembuatan E-
KTP di provinsi Jambi.
b. Bagi jurusan pada penelitian ini memberikan referensi dan meningkatkan
pembelajaran dalam HTN.
10
D. Kerangka Teori
1. Teori Lembaga Negara
Istilah organ atau lembaga Negara dapat di bedakan dari perkataan organ
atau lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau yang biasa disebut Organisasi
Non Pemerintahan. Yang dalam bahasa inggris di sebut Non-Government
Organization. Lembaga Negara itu dapat berada dalam ranah Legislatif,
Eksekutif, Yudikatif, atau yang bersifat campuran.Kosepsi tentang lembaga
Negara ini dalam bahasa Belanda ini biasa di sebut Staatsorgaan dalam bahasa
Indonesia hal itu identik dengan lembaga negara, badan Negara atau disebut
dengan organ negara .9
Bentuk-bentuk lembaga negara dan Pemerintahan baik pada tingkat pusat
maupun daerah, pada perkembangan dewasa ini berkembang sangat pesat,
sehingga doktrin Triaspolitika yang biasa di nisbatkan dengan toko Montesquieu
yang mengandaikan bahwa tiga fungsi kekuasaan negara selalu tercermin di
dalam tiga jenis lembaga negara, sering terlihat tidak relefan lagi untuk di jadikan
rujukan.
Lembaga negara yang terkadang juga disebut juga dengan iastilah
lembaga pemerintahan, lembaga pemerintahan non departemen, atau lembaga
negara saja ada yang di bentuk berdasarkan atau karna diberi kekuasaan oleh
Undang-Undang dasar, ada pula yang yng di bentuk mendapatkan kekuasaannya
dari Undang-undang, dan bahkan ada pula yang hanya di bentuk berdasarkan
keputusan presiden. 10
99
Jimmy Asshiddiqie. Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Amandemen, (
Jakarta Sinar Garfika 2010) hlm 27
10
Jimmy Asshiddiqie. Menjaga Denyut Nadi Konstitusi: Refleksi Satu Tahun Mahkamah.
(Jakarta Kostitusi Press.2004) hlm 60-61
11
Lembaga negara yang secara eksplisit disebut dalam UUD 1945, ada pula
lembaga-lembaga negara yang memiliki konstitutional importance yang sama
dengan lembaga negara yang di sebutkan dalam UUD 1945, meskipun
keberadaannya hanya di atur dengan atau dalam Undang-Undang, baik yang
diatur dalam UUD maupun yang di atur dalam Undang-Undang asalkan sama-
sama memiliki konstitutional importance dapat dikategorikan sebagai lembaga
negara yang memiliki derajat kostitutional yang serupa. Tetapi tidak bisa disebut
sebagai lembaga tinggi negara.
Lembaga negara yang diatur dan di bentuk oleh Undang-undang
merupakan Organ Konstitusi, sedangkan yang di bentuk berdasarkan Undang-
undang merupakan Organ Undang-Undang, sementara yang di bentuk karna
keputusan presiden tentunya lebih rendah lagi tingkatan dan derajat perlakuan
Hukum terhadap pejabat yang duduk di dalamnya. Demikian pula jika lembaga
yang di maksud dibentuk dan di beri kekuasaan berdasarkan pemerintah Daerah.
Tentu lebih rendah lagi tingkatannya inilah yang ikut memepengaruhi kedudukan
peraturan yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tersebut. Termasuk dalam
hal ini lahirnya lahirnya Lembaga negara baru oleh Undang-Undang dasar yaitu
Mahkamah Kostitusi.Keberadaan Mahkamah kostitusi yang juga merupakan
lembaga tinggi negara yang memiliki peran tersendiri selain sebagai pengawal
Undang-undang Dasar.11
Dalam setiap pembicaraan mengenai organisasi negara, ada dua unsur
pokok yang berkaitan yaitu: organ dan functie. Dalam UUD tahun 1945,
Lembaga-Lembaga yang dimaksud ada yang namanya disebut secara eksplisit dan
11
Ibid hlm 10.
12
ada pula hanya fungsunya yang di sebutkan eksplisit. Dan lembaga-lembaga
tersebut juga dapat dibedakan dari dua segi yaitu: segi fungsi dan segi hierarkinya.
Untuk itu ada dua jenis criteria yang dapat di pakai yaitu:
a. Kriteria hieraki bentuk sumber normative yang menentukan
kewenangannya.
b. Kualitas fungsinya yang bersifat utama atau penunjang dalam sistem
kekuasaan Negara.12
Sedangakan dari hierarki kelembagaanya Jumly Asshiddiqien
mengaikatkan dengan teorinya sendiri yaitu teori tentang norma sumber
legitimasi. Berdasarkan teori tersebut lembaga Negara dapat dibedakan kedalam 3
lapis lembaga negara, yaitu lembaga lapis pertama yang di sebut dengan
“lembaga tinggi Negara” yaitu lembaga-lembaga negara yang bersifat
utama(primer) yang pembentukanya mendapatkan kewenangan dari Undang-
Undang Dasar, lembaga lapis kedua yang disebut dengan “Lembaga Negara” ada
yang dapat kewenangan secara eksplisit dari Undang-Undang ada pula yang
mendapat kewenangan dari Undang-Undang dan lembaga lapis ketiga yang
disebut “lembaga Daerah”.
Selain lembaga-lembaga negara tersebut ada pula beberapa lembaga
negara lainya yang dibentuk berdasarkan amanat Undang-undang peraturan yang
lebih rendah seperti peraturan pemerintah, peraturan presiden, atau keputusan
presiden. Seperti komisi-komisi inependen keberadaan badanya atau komisi itu
sudah dibentuk dalam undang-undang akan tetapi pembentukanya biasanya
12
Ibid hal 10
13
diserahkan sepenuhnya kepadapresiden atau kepala mentri atau pejabat yang
bertanggung jawab mengenai itu.13
2. Teori Kewenangan Lembaga Negara
Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata
Pemerintahan (Hukum Administrasi), karena pemerintahan baru dapat
menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya. Keabsahan
tindakan pemerintahan diukur berdasarkan wewenang yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Secara konseptual, istilah wewenang atau
kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda “bevoegdheid” ( yang
berarti wewenang atau berkuasa).14
Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan
sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.
Hassan Shadhily menerjemahkan wewenang (authority) sebagai hak atau
kekuasaan memberikan perintah atau bertindak untuk mempengaruhi tindakan
orang lain, agar sesuatu dilakukan sesuai dengan yang diinginkan.22
Wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga komponen yaitu pengaruh,
dasar hukum, dan konformitas hukum. Komponen pengaruh ialah bahwa
penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku subyek
hukum, komponen dasar hukum ialah bahwa wewenang itu harus ditunjuk dasar
hukumnya, dan komponen konformitas hukum mengandung adanya standard
13Ibid ., hlm 9
14
SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia,
Liberty, Yogyakarta, 1997, hlm. 154. 22
Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 170.
14
wewenang yaitu standard hukum (semua jenis wewenang) serta standard khusus
(untuk jenis wewenang tertentu).32
“Komisi Ombudsman Nasional”, lembaga ini membentuk pada tanggal 10
maret 2000 dengan keputusan presiden Nomor 44 Tahun 2000. Menurut
keputusan Presiden tersebut Komisi Ombudsman Nasional adalah lembaga
masyarakat yang berassaskan Pancasila dan bersifat mandiri, serta berwenang
melakukan klarifikasi, monitoring atau pemeriksaan atas laporan masyarakat
mengenai penyelenggaraan masyarakat khususnya pelaksanaan oleh aparatur
Pemerintahan termasuklembaga peradilan terutama dalam memberikan pelayanan
Kepada masyarakat.15
Adapun tujuan dari terbentuknya komisi Ombudsman Nasional tersebut
adalah untuk membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif
dalam melaksanakan pemberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme melalui peran
serta masyakat. Selain itu, untuk meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat
agar memperoleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secara lebih baik.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut Ombudsman Nasional diberi tugas pokok
antara lain melakukan langkah-langkah untuk menindak lanjuti laporan atau
informasi mengenai terjadinya penyimpangan oleh penyelenggaraan negara dalam
melaksanakan tugasnya maupun dalam memberikan pelayanan umum.
Gagasan pembentukan Ombudsman di Indonesia sendiri sesunggunya
sudah pernah muncul di tahun 1999. Tanggal 8 Desember 1999 Presiden KH
Abdulrahman Wahid (Gus Dur) pernah menerbitkan keputusan Presiden Nomor
155 Tahun 1999. Tentang tim pengkaji pembentukan lembaga Ombudsman.
32
Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi, Fakultas Hukum Unair, Surabaya,
1998. hlm.2.
15
keputusan presiden Nomor 44 Tahun 2000.
15
Kepres tersebut ternyatakeluar dari hasil pembicaraan yang telah disepakati
sebelumnya antara Gus Dur, Marzuki Darusman dan Antonius Sujata.Keputusan
Presiden Nomor 155 Tahun 1999 hanya membentuk Tim pengkajian
Ombudsman. Sedangkan lembaga Ombudsman secara kongkrit tidak jadi
dibentuk dengan Keputusan Presiden tersebut.
Kedudukan Ombudsman Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2008terdapat dalam Pasal 5 dimana kedudukan Ombudsman adalah di ibukota
negara Republik Indonesia dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah negara
Republik Indonsia. Ombudsman dapat mendirikan perwakilan Ombudsman di
Provinsi atau Kabupaten Kota, untuk ketentuan lebih lanjut mengenai
pembentukan susunan dan tata kerja perwakilan Ombudsman di daerah diatur
dengan peraturan pemerintah.
Ombudsman berkedudukan (berstatus) sebagai lembaga negara yang
mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan publik.16
Maka peran
ombudsman dilakukan sesuai dengan fungsi tugas dan wewenang. Dalam Bab IV
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 fungsi Ombudsman adalah mengawasi
penyelenggaraan pelayanaan publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggaraan
negara dan pemerintah baik di pusat maupun di daerah termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.17
16Pasal 1 UU Nomor 37 Tahun 2008.
17
Pasal 6 UU Nomor 37 Tahun 2008.
16
3. Teori Maladministrasi
Menurut Widodo dan Nurhayati “Maladministrasi merupakan suatu
praktek yang menyimpang dari suatu praktek adminitrasi, atau suatu praktek yang
menjauhkan dari pencapaian tujuan administrasi.”18
Secara lebih umum maladministrasi di artikan sebagai penyimpangan,
pelanggaran atau mengabaikan kewajiban hukum dan kepatutan masyarakat
sehingga tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan asas umum pemerintahan
yang baik (Good Governance).
Menurut klasifikasi Croosman dan Nurhayati, bentuk tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai maladministrasi adalah; berprasangka, kelalaian, kurang
peduli, keterlambatan, bukan kewenangan, tindakan tidak layak, jahat, kejam, dan
semena-mena. Sedangkan Ombudsman Nasional sendiri membuat kategori
tindakan maladministrsi sebagai: 1.Tindakan yang dirasakan janggal
(Inapppropriate) karena tidak dilakukn sebagimana mestinya. 2.Tindakan yang
menyimpang (Deviate). 3.Tindakan yang melanggar ketentuan
(irregular/illegitimate). 4.Tindakan penundaan yang mengakibatkan keterlambatan
yang tidak perlu (undue delay). 5.Tindakan yang tidak patut (inequity).19
Dalam pasal 1 Ayat 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37
tahun 2008 Tentang Ombudsman Indonesia. Menjelaskan bahwa:
“Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum,
melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari
yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau
pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik
yang dilakukan oleh penyelenggaraan Negara dan pemerintahan yang
18Ibid., hlm. 5.
19
Ibid.
17
menimbulkan kerugian materil dan atau/immaterial bagi masyarakat dan
orang perseorangan.”20
KTP elektronik merupakan hak bagi seluruh warga negara, kepemilikan
KTP elektronik merupakan kunci dari akses layanan public. Hal ini dikarenakan
KTP merupakan suatu bentuk identitas warga negara. Dalam penyelenggaraannya,
terdapat banyak keluhan oleh rakyat terkait dengan pelayanan pembuatan KTP-
elektronik. Sehingga apabila dalam hal ini masyarakat merasa dirugikan maka
masyarakat dapat melaporkan hal ini kepada Ombudsman berdasarkan prosedur-
prosedur yang telah ditentukan sehingga dapat ditindak lanjuti yakni diadakannya
monitoring dalam proses pengadaan KTP-elektronik. Selain itu Ombudsman
dapat membuka pos pengaduan dalam artian 'jemput bola' ke daerah agar
mendapatkan data yang lengkap.
Ombudsman RI selaku lembaga Negara yang bertidak untuk mengawasi
pelaksanaan pelayanan publik, mendorong Kementerian Dalam Negeri agar
segera memberikan kepastian layanan pemerolehan e-KTP bagi masyarakat di
wilayah Jabodetabek pada khususnya. Tentu sudah menjadi kewenangan dari
Ombudsman RI untuk melakukan tindakan lanjut terkait dengan pelayanan yang
dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri tersebut. Hal itu sesuai dengan
ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI,
yaitu “Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman
adalah lembaga Negara yang mempunyai kewenangan mengawasi perlindungan
pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan
pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta
20Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang
Ombudsman Indonesia.
18
atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.”
Berdasarkan ketentuan pada pasal 1 angka 2 UU tersebut, yang dimaksud
dengan penyelenggara negara yaitu: “Penyelenggara negara adalah pejabat yang
menjalankan fungsi pelayanan publik yang tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”. Maka, Kementerian Dalam Negeri selaku salah satu penyelenggara
negara yang diberi kewenangan untuk mengatur persoalan terkait kependudukan,
khususnya yaitu mengenai e-KTP, merupakan salah satu subyek yang dapat
diawasi kewenangannya dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh
Ombudsman RI. Terkait dengan konsep perlindungan kepentingan masyarakat,
keberadaan Ombudsman RI ini sangatlah penting.21
E. Tinjauan Pustaka
Pada dasarnya penelitian dengan tema, peranan Ombudsman dalam
mencegah Maladministrasi
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Kelani Putri dengan judul
Efektivitas Kinerja Ombudsman dalam Menangani Pengaduan Pelayanan (Kasus
Maladministrasi di kota Pekanbaru), Mahasiswa Universitas Riau. Penelitian ini
bertujuan untuk Untuk mengetahui Efektivitas Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Riau dalam menangani pengaduan maladministrasi dalam pelayanan
publik di wilayah Kota Pekanbaru, dan mengetahui faktorfaktor apasaja yang
21 Puput Agustin Paramita, “Tinjauan Peran Ombudsman Terhadap Maladministrasi
Pelayanan Publik(Studi Kasus Pelayanan E-Ktp)”, Skripsi Universitas Negeri Semarang, Tahun
2017, Hlm. 6.
19
menghambat Efektivitas Ombusman Republik Indonesia Perwakilan Riau dalam
menangani pengaduan Maladministrasi di wilayah kota Pekanbaru. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan secara
deskriptif.22
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai efektivitas
kinerja ombudsman dalam menangani pengaduan pelayanan publik (kasus
maladministrasi di kota pekanbaru) maka dapat disimpulkan bahwa Efektivitas
kinerja ombudsman dalam mengani pengaduan pelayanan publik (kasus
maladministrasi di kota pekanbaru) belum sepenuhnya efektif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas kinerja ombudsman dalam penanganan pengaduan
pelayanan publik di kota pekanbaru yang pertama adalah sumber daya manusia,
kedua masih minimnya anggaran dana yang diberikan oleh negara untuk
Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Riau, ketiga masih terbatasnya
fasilitas penunjang kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Riau,
keempat sosialisasi kepada masyarakat yang berlangsung bersentuhan dengan
para penyelenggara pelayanan publik. Kurangnya sumber daya mempengaruhi
pekerjaan Ombudsman dalam penanganan laporan masyarakat kemudian
penyelesaian laporan berjalan lambat membuat kinerja Ombudsman jelas sangat
kurang efektif, sarana dan prasarana menjadi punjang Ombudsman dalam
melakukan pencegahan maladministrasi terutama ke daerah-daerah namun
kekurangan sarana ini membuat kinerja Ombudsman terbatas, selain itu anggaran
dana yang masih berpusat di ombudsman RI ini semakin membuat ruang gerak
Ombudsman menjadi semakin terbatas terutama dalam melakuakan dan
22Kelani Putri dengan judul Efektivitas Kinerja Ombudsman dalam Menangani
Pengaduan Pelayanan (Kasus Maladministrasi di Kota Pekanbaru), Jurnal JOM Fisip, Vol. 4,
Nomor 1, Februari 2017, hlm. 8.
20
meningkatkan partisipasi warga maka dibutuhkan sosialisai tersusun dan strategi
agar tercapai target partisipasi aktif dari masyrakat untuk melaporkan perkara
maladministrasi.23
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati, dengan judul “Peran
Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.
dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Maladministrasi”. Mahasiswa Universitas
Semarang. Dua pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu : (1) Bagaimana
peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Tengah dalam
upaya pencegahan terjadinya maladministrasi; (2) Faktor apa sajakah yang
menjadi hambatan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi jawa
Tengah dalam upaya pencegahan terjadinya maladministrasi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif melalui
pendekatan yuridis sosiologis. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
studi pustaka dan observasi. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Dengan fokus penelitian di Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan provinsi Jawa Tengah. Di tahun 2014 menyelesaikan laporan dengan
rata rata menggunakan klarifiksi. Ombudsman Republik Indonesia melakukan
pencegahan dengan cara sosialisasi. Hambatan dalam melakukan pencegahan
dapat dilihat dari segi peraturan, sumber daya manusia, anggaran dan sarana
prasarana. Dengan demikian, diharapkan Ombudsman Republik Indonesia lebih
memperhatikan apa yang menjadi hambatan Ombudsman Republik Indonesia
23Ibid., hlm. 12.
21
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah dalam menjalankan Tugas dan
Wewenangnya.24
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Tasria Lestari dengan judul Peran
dan fungsi pengawasan Ombudsman Republik Indonesia (ORI) dalam
meningkatkan pelayanan publik (studi kajian pengawasan terhadap implementasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 di Kota
Makassar).Mahasiswa UIN Alauddin Makassar. Satu pokok permasalahan dalam
penelitian ini yaitu bagaimana pelaksanaan peran dan fungsi pengawasan
Ombudsman Republik Indonesia (ORI) terhadap Implementasi Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 di kota Makassar.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk
menganalisis secara argumentasi berdasarkan data-data yang bersifat
Karakteristik. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi lapangan dan
study Pustaka dengan fokus penelitian Peran dan Fungsi pengawasan Ombusman
Republik Indonesia (ORI) dalam meningkatkan pelayanan publik kajian tentang
pengawasan terhadap Implementasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 2009 di kota Makasar.
Adapun penelitian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui Efektivitas
Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Riau dalam menangani pengaduan
Maladministrasi dalam pelayanan publik di wilayah kota Pekanbaru, dan
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat Efektivitas Ombusman
Republik Indonesia Perwakilan Riau dalam menangani pengaduan
maladministrasi di wilayah Kota Pekanbaru, dua pokok permasalahan dalam
24Nurhayati, “Peran Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa
Tengah dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Maladministrasi”, Skripsi Mahasiswa Universitas
Semarang, Tahun 2015, hlm. 44.
22
penelitian ini yaitu : (1) Bagaimana peran Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah dalam upaya pencegahan terjadinya
Maladministrasi; (2) Faktor apa sajakah yang menjadi hambatan Ombudsman
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi jawa Tengah dalam upaya pencegahan
terjadinya maladministrasi, pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu
bagaimana pelaksanaan peran dan fungsi pengawasan Ombudsman Republik
Indonesia (ORI) terhadap Imlementasi Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2009 di Kota Makassar.
Berbeda dari penelitian sebelumnya penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yang berjudul kedudukan dan peran Ombudsman dalam mencegah dan
mengatasi Maladministrasi pembuatan E-KTP di Provinsi Jambi. Disini lebih
terfokus Kepada bagaimana kedudukan dan peran Ombudsman dalam Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2008, serta bagaimana peranan Ombudsman dalam
mencegah maladministrasi (E-KTP) di Provinsi Jambi. Dan apa saja faktor
enghambat Ombudsman dalam mengatasi Maladministrasi (E-KTP) di provinsi
Jambi. Peneliti disini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik
pengumpulan datanya yaitu study pustaka dan study lapangan dimana disini
peneliti melakukan penelitiannya di kantor Ombudsman Republik Indonesia
Provinsi Jambi. 25
25Tasria Lestari.” Peran dan fungsi pengawasan Ombudsman Republik Indonesia (ORI)
dalam meningkatkan mutu pelayanan publik”.Skripsi Mahasiswa UIN Alauddin Makassar.hlm 39.
Tahun 2017
23
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu proses penelitian atau pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Penelitian ini merupakan sebuah karya ilmiah, tentunya
merupakan sebuah penelitian yang dipertanggung jawabkan dengan baik, maka
dalam penulisan ini penulis mengunakan metodologi sebagai berikut:
A. Pendekatan penelitian
Penelitian mengunakan metode kualitatif, yaitu pendekatan penelitian
lapangan secara langsung oleh peneliti sendiri Bogdan dan taylor mendefinisikan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.26
Metode penelitian kualitatif juga diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian
adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triagulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menentukan makna dari pada generalisasi.
Dalam penelitian ini yang merupakan objek penelitian adalah kedudukan
dan peran ombudsman Provinsi Jambi dalam mencegah maladministrasi E-KTP di
26
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 22.
24
Provinsi Jambi, jadi penelitian ini dilakukan di Kantor Ombudsman Provinsi
Jambi.
B. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian yaitu data
sekunder dan primer.
a. Data Primer
Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang
dapat dipercaya.27
Data yang penulis ambil dari informasi dilapangan melalui
observasi dan wawancara partisipan. Dengan observasi awal wawancara dengan
Ombudsman Abdul Rokhim. SH. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 7
(tujuh) orang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh dengan cara
mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentic, karena sudah
diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.
Data sekunder dari penelitian ini adalah berupa data-data yang mendukung
pemelitian ini berupa dokumentasi dan arsip yang ada dimedia baik buku, Koran,
literature, artikel, jurnal, internet, televisi, radio, dan lain-lain selain dari kata
primer.
27
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), hlm. 16.
25
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data yang digunakan dala penelitian ini, adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian, maka penulis memilih
observasi partisipan observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana
peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung
terhadap objek penelitian, yaitu dengan meminta pandangan mengamati kegiatan-
kegiatan yang dilakukan Birokrat dan Ombudsman di Jambi observasi yang
dilakukan penulis dalam skripsi ini terhadap subyek menggunakan pedoman
observasi yang disusun sebagai berikut:
1. Mencatat kesan umum subyek: penampilan, pakaian, tingkah laku, cara
berfikir
2. Interaksi sosial dan tempat lingkungan
b. Wawancara
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti menyatakan wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.28
Wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur(structure
interview). Wawancara terstruktur yaitu bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.29
Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
28
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, hlm.238. 29
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, hlm.239.
26
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya telah disiapkan. Bedanya dengan semi terstruktur disini adalah tidak
memakai alternatif jawaban, namun pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat dan ide-idenya.
Alat-alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah buku catatan,
laptop dan handphone karena penulis menggunakan wawancara terstruktur
melalui email ataupun telepon. Hal ini bermanfaat untuk mengirim dan
mendokumentasikan semua percakapan dengan sumber data, di mana kesemuanya
telah digunakan setelah mendapat izin dari sumber data. Karena wawancara yang
digunakan adalah terstruktur. Informan dalam penelitian ini terdiri dari ketua dan
staf ombudsman. Wawancara atau ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data
tentang Kedudukan dan peran Ombudsman dalam mencegah dan mengatasi
Maladministrasi pembuatan E-KTP di Provinsi jambi dalam penelitian ini
berjumlah 7 (tujuh) orang terdiri dari Kepala Perwakilan, Pvl, Pencegahan,
Pemeriksa Laporan, Sekertaris Dan Para Staf.
c. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
Kantor Ombudsman Provinsi Jambi dari arsip dan dokumen yang berada dikantor
tersebut, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Nasution menyatakan
dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil
data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah
yang diteliti.30
Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen
30
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.
143.
27
atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti. Yang bersumber baik dari media masa
maupun para asisten dan staf Ombudsman Provinsi Jambi.
D. Unit Analisis Data
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel.
Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta atau sekelompok orang.31
Dalam skripsi ini penulis menggunakan unit analisis dengan analisis judul:
judul “Peran dan Kedudukan Ombudsman dalam mencegah dan mengatasi
maladministrasi (E-KTP) di Provinsi Jambi”. Penelitian ini, unit analisisnya
adalah mengetahui Koordinasi antara birokrat dan Ombudsman. Penetapan unit
analisis tersebut, karena penelitian yang dilakukan tidak menggunakan populasi
dan sampel, namun hanya menggunakan dokumen-dokumen dari Kantor Dinas
Perkebunan dan informasi-informasi yang berasal, kepala Dinas, karyawan atau
pegawai dan Masyarakat yang sedang atau pernah mendapat pelayanan di kantor
tersebut serta informasi yang didapat melalui email ataupun telepon dari
narasumber. Jadi keseluruhan informannya berjumlah 7 orang.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan sebagaimana di kutip oleh Sugiyono analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
wawancara, catatatn lapangan dan bahan-bahan lain.32
Sehingga mudah dipahami
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
31
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari‟ah IAIN STS Jambi,
(2012), hlm. 62. 32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 90.
28
Aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan mengambil
kesimpulan lalu diverifikasi.
a. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis dilapangan.
b. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau
menyajikan data. Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya,
tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalam
skripsi ini peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian data
dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-
masing. Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan
maupun dari sumber pustaka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teks
yang bersifat naratif.
c. Kesimpulan/Verifikasi
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.33
Kesimpulan dalam
penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 252.
29
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.
Dari ketiga metode analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa,
ketiga metode ini yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan akan
penulis lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara catatan
lapangan, dan juga memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik
kesimpulan terhadap mengetahui Koordinasi birokrat dan Ombudsman Provinsi
Jambi.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam
penulisan skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan.BAB ini pada hakiatnya
menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik mencakup background, pemikiran
tentang tema yang dibahas. BAB I mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Batsan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori,
Kerangka Pemikiran, Tinjauan Pustaka.
BAB II dipaparkan, Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan
Penelitian, Jenis Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Sistematika
Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III dipaparkan tentang gambaran umum dan Lokasi Penelitian.
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian.
BAB V penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup
serta dilengkapi dengan Daftar Pustaka, Lampiran dan Curriculum Vitae.
30
F. Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, maka penulis
menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal sebagai
berikut:
No
Kegiatan
Tahun 2018
Juli
Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
2 Pembuatan
Proposal
No Kegiatan
Tahun 2018-2019
Desember
Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
3 Perbaikan
Proposal
dan
Seminar
4 Surat Izin
Riset
5 Pengumpula
n
Data
6 Pengolehan
Dan
Analisis
Data
7 Pembuatan
Laporan
8 Bimbingan
Dan
Perbaikan
31
9 Agenda dan
Ujian
Skripsi
10 Perbaikan
dan
Penjilidan
32
BAB III
GAMBARAN UMUM OMBUDSMAN PROVINSI JAMBI
A. Visi dan Misi Ombudsman Provinsi Jambi
Profil dan gambaran umum Ombudsman Provinsi Jambi. Ombudsman
adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan pemerintahan termasuk yang di selenggarakan oleh badan usaha milik
negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Badan Hukum Milik Negara serta Badan
Swasta atau Perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan Publik
tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara dan anggaran pendapatan belanja daerah. Ombudsman di
Provinsi Jambi sendari berdiri sudah selama 6 (enam) Tahun. Kantor perwakilan
Ombudsman Provinsi Jambi terletak di JL.Kol.M. Tahir No. 82, Kel. Pakuan
Baru. Kec. Jambi Selatan, Jambi. Dengan No Telepon: (0741) 24590.
Ombudsman Provinsi Jambi dengan Kelapa Perwakilan Jafar Ahmad (PLT).
Visi misi yang di miliki Oleh Ombudsman Visi Ombudsman adalah
Ombudsman Republik Indonesia.
Visi Ombudsman RI:
“Ombudsman Republik Indonesia yang Berwibawa, Efektif dan Adil”,
Misi Ombudsman RI:
1. Memperkuat Kelembagaan.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan Ombudsman RI.
3. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat.
33
4. Mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik oleh penyelenggara
pemerintahan.
5. Memperkuat pemberantasan dan pencegahan maladministrasi dan
korupsi..34
B. Tugas dan Fungsi
Ombudsman bertugas:
1. Menerima laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan
Pelayanan Publik
2. Melakukan pemeriksaan subtansi atas Laporan
3. Menindak lanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan ombudsman
4. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
Maladministrasi dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik
5. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau
lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan
perseorangan
6. Membangun jaringan kerja
7. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan
Pelayanan Publik dan
8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Undang-Undang.35
Fungsi
Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik
yang diselenggarakan oleh Penyelenggara negara dan pemerintah baik pusat
34https://www.ombudsman.go.id/profiles/index/pfvm, diakses Pada 17 Mei 2019.
35
https://www.ombudsman.go.id/profiles/index/pfft, diakses Pada 17 Mei 2019.
34
maupun derah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara
serta badan Swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan
pelayanan publik tertentu.
C. Sruktur organisasi Ombudsman Perwakilan Provinsi Jambi
Tabel: I Strukturorganisasi Ombudsman republik Indonesia Perwakilan Provinsi
Kepala Perwakilan
Jafar Ahmad
PVL PENCEGAHANPEMERIKSA LAPORAN
Asisten Asisten Asisten
M. Padli S.E., MSi Shopian HadiS.Sos Abdul Rohim S.H
Asisten Asisten AsistenBPP BPP
Indra
Korrinal Al Emira Ruri Kurnia lina
Asisten
Mashur Rachman,S.H
Asisten
. Beni Gunawan.S.H.
STAF STAF STAF
. Kemas M Akmal, S.Ag Andrianus H.S Gilang Cahaya A
36
36
Kantor Ombudsman Provinsi Jambi
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kedudukan dan Peran Ombudsman berdasarkan Peraturan Perundang-
Undangan
1. Kedudukan dan Peran Ombudsman Provinsi
Ombudsman merupakan sebuah lembaga negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaran pelayanan publik, serta Ombudsman
memiliki sifat mandiri dan tidak memiliki hubungan dengan lembaga negara dan
Instasi pemerintah lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
bebas dari campur tangan kekuasaan lain. Ombudsman Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga Negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
Badan Hukum Milik Negara, serta Badan Swasta atau perseorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan belanja
Daerah.37
“Komisi Ombudsman Nasional”, lembaga ini membentuk pada tanggal 10
maret 2000 dengan keputusan presiden Nomor 44 Tahun 2000. Menurut
keputusan Presiden tersebut Komisi Ombudsman Nasional adalah lembaga
masyarakat yang berassaskan Pancasila dan bersifat mandiri, serta berwenang
37Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.
36
melakukan klarifikasi, monitoring atau pemeriksaan atas laporan masyarakat
mengenai penyelenggaraan masyarakat khususnya pelaksanaan oleh aparatur
Pemerintahan termasuk lembaga peradilan terutama dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.38
Adapun tujuan dari terbentuknya komisi Ombudsman Nasional tersebut
adalah untuk membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif
dalam melaksanakan pemberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme melalui peran
serta masyakat. Selain itu, untuk meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat
agar memperoleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secara lebih baik.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut Ombudsman Nasional diberi tugas pokok
antara lain melakukan langkah-langkah untuk menindak lanjuti laporan atau
informasi mengenai terjadinya penyimpangan oleh penyelenggaraan negara dalam
melaksanakan tugasnya maupun dalam memberikan pelayanan umum.
Gagasan pembentukan Ombudsman di Indonesia sendiri sesunggunya
sudah pernah muncul di tahun 1999. Tanggal 8 Desember 1999 Presiden KH
Abdulrahman Wahid ( Gus Dur ) perna menerbitkan keputusan Presiden Nomor
155 Tahun 1999. Tentang tim pengkaji pembentukan lembaga Ombudsman.
Kepres tersebut ternyata keluar dari hasil pembicaraan yang telah disepakati
sebelumnya antara Gus Dur, Marzuki Darusman dan Antonius Sujata. Keputusan
Presiden Nomor 155 Tahun 1999 hanya membentuk Tim pengkajian
Ombudsman. Sedangkan lembaga Ombudsman secara kongkrit tidak jadi
dibentuk dengan Keputusan Presiden tersebut.
38keputusan presiden Nomor 44 Tahun 2000.
37
Kedudukan Ombudsman Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2008terdapat dalam Pasal 5 dimana kedudukan Ombudsmanadalah di ibukota
negara Republik Indonesia dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah negara
Republik Indonsia. Ombudsman dapat mendirikan perwakilan Ombudsman di
Provinsi atau Kabupaten Kota, untuk ketentuan lebih lanjut mengenai
pembentukan susunan dan tata kerja perwakilan Ombudsman didaerah diatur
dengan peraturan pemerintah.
Mengenai peran Ombudsman maka kita akan membahas dulu apa yang
dimaksud dengan peran, Menurut Biddle dan Thomas dalam Arishandi dikutip
dari Nurhayati peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-
perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.”39
Ada beberapa para ahli mengatakan tentang pengertian peran yang mana
salah satunya menurut rivai peran dapat diartikan sebagai perilaku yang diatur dan
diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi jika dikaitkan dengan
peranan sebuah instansi atau kantor maka dapat diartikan sebagai perangakat
perilaku yang diharapkan dan dilakukan oleh instansi, sesuai dengan posisi dan
kemampuan instansi atau kantor tersebut.40
Berkenaan dengan peranan Poerwadarminta dalam Florentinus Christian
Imanuel mendefinisikan “Peranan yaitu suatu yang menjadi bagian atau pegangan
pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.”41
Peran
39Nurhayati, “Peran Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa
Tengah dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Maladministrasi”, Skripsi Mahasiswa Universitas
Semarang, Tahun 2015, hlm.18.
40
Rivai, veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta).,
2006, hlm.148, 41
Florentinus Christian Imanuel, “Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan di Desa
Budaya Sungai Bawang kecamatan Muara Badak, kabupaten Kutai KartaNegara, “Jurnal eJournal
Ilmu Pemerintahan, Volume 3, Nomor 2, 2015,hlm. 1184.
38
menurut Soerjono Soekanto dalam Florentinus Christian Imanuel “Merupakan
aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuaidengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran”.42
Ombudsman berkedudukan (berstatus) sebagai lembaga negara yang
mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan publik.43
Maka peran
Ombudsman dilakukan sesuai dengan fungsi tugas dan wewenang. Dalam Bab IV
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 fungsi Ombudsman adalah mengawasi
penyelenggaraan pelayanaan publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggara
negara dan pemerintah baik di pusat maupun di daerah termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.44
Selanjutnya Ombudsman memiliki beberapa tugas berdasakan UU Nomor
37 Tahun 2008 Pasal 7 adalah sebagai berikut:
1. Menerima laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan Publik.
2. Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan.
3. Menindak lanjuti laporan yang tercapuk dalam ruang lingkup kewenangan
Ombudsman.
4. Melakukan investigasiatas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladministrasi
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
5. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga masyarakatan atau perseorangan.
42
Ibid., hlm. 1185.
43
Pasal 1 UU Nomor 37 Tahun 2008.
44
Pasal 6 UU Nomor 37 Tahun 2008.
39
6. Membangun jaringan kerja.45
7. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Undang-undang.46
Ombudsman memiliki wewenang yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 47 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1. Meminta keterangan secara lisan atau tertulis dari pelapor, terlapor dan pihak
lain yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada Ombudsman.
2. Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada
pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu laporan.
3. Meminta klarifikasi dan salinan atau photocopy dokumen yang diperlukan dari
instansi dari manapun untuk pemeriksaan laporan dari instasnsi terlapor.
4. Melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak lain yang terkait
dengan laporan.
5. Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para
pihak.
6. Membuat rekomedasi mengenai penyelesaian laporan termasuk rekomendasi
untuk membayar ganti rugi atau rehabilitas kepada pihak yang dirugikan.
7. Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi.47
45UU Nomor 37 Tahun 2008 Pasal 7.
46
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008. 47Undang-undang Nomor 47 Tahun 2008.
40
8. Menyampaikan saran kepada presiden, kepada daerah atau pimpinan
penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi
dan prosedur pelayanan publik.
9. Menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden, DPRD
atau Kepala Daerah agar terhadap Undang-undang dan Peraturan Perundang-
undang lainnya diadakan perubahan dalam rangka mencegah
Maladministrasi.48
Dalam melaksanakan kewenangannya, Ombudsman dilarang mencampuri
kebebasan hakim dalam memberikan putusan, dan dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya Ombudsman tidak dapat ditangkap, ditahan, di interogari, dituntut
atau digugat dimuka pengadilan.
2. Peranan Ombudsman
Ombudsman merupakan sebuah lembaga negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaran pelayanan publik, serta Ombudsman
memiliki sifat mandiri dan tidak memiliki hubungan dengan lembaga negara dan
Instasi pemerintah lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
bebas dari campur tangan kekuasaan lain. Ombudsman Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
Badan Hukum Milik Negara, serta Badan Swasta atau perseorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh
48Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008.
41
dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan belanja
Daerah.49
Menurut Widodo dan Nurhayati “Maladministrasi merupakan suatu
praktek yang menyimpang dari suatu praktek adminitrasi, atau suatu praktek yang
menjauhkan dari pencapaian tujuan administrasi.”50
Secara lebih umum maladministrasi di artikan sebagai penyimpangan,
pelanggaran atau mengabaikan kewajiban hukum dan kepatutan masyarakat
sehingga tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan asas umum pemerintahan
yang baik (Good Governance).
Menurut klasifikasi Croosman dan Nurhayati, bentuk tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai maladministrasi adalah; berprasangka, kelalaian, kurang
peduli, keterlambatan, bukan kewenangan, tindakan tidak layak, jahat, kejam, dan
semena-mena. Sedangkan Ombudsman Nasional sendiri membuat kategori
tindakan maladministrsi sebagai: 1.Tindakan yang dirasakan janggal
(Inapppropriate) karena tidak dilakukn sebagimana mestinya. 2.Tindakan yang
menyimpang (Deviate). 3.Tindakan yang melanggar ketentuan
(irregular/illegitimate). 4.Tindakan penundaan yang mengakibatkan
keterlambatan yang tidak perlu (undue delay). 5.Tindakan yang tidak patut
(inequity).51
Dalam pasal 1 Ayat 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37
tahun 2008 Tentang Ombudsman Indonesia. Menjelaskan bahwa:
“Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum,
melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari
49Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.
50
Ibid., hlm. 5.
51
Ibid.
42
yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau
pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik
yang dilakukan oleh penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang
menimbulkan kerugian materil dan atau/immaterial bagi masyarakat dan
orang perseorangan.”52
Berdasarkan hasil wawancara dengan Jafar Ahmad selaku PLT
Ombudsman.
Maladministrasi menurut undang-undang nomor 37 tahun 2008 adalah
prilaku seorang pejabat Negara yang menyalah gunakan wewenangnya atau
melakukan penyimpangan prosedur sampai mengabaikan kewajiban hukum atas
tugasnya.
Ombudsman ada 10 tipe maladministrasi antara lain ialah, penyalah
gunaan wewenang, penyimpangan prosedur, permintaan imbalan uang (pungli),
diskriminasi, tidak memberikan pelayanan dengan baik, tidak kompeten,
memihak, penyelenggara yang tidak ramah.
Selain itu berdasarkan wawancara dengan Jafar Ahmad selaku PLT
Ombudsman
Sejauh ini laporan ke Ombudsman di Jambi ialah penundaan berlarut,
pelayanan sengaja di tunda seperti pembuatan E-KTP, pembuatan akta anak,
penundaan yang berlarut itu contoh nya: mengurus izin PTSP (pelayanan terpadu
satu pintu) yang seharusnya selesai 2 minggu ini bisa 1 bulan sampai 2 bulan itu
penundaan berlarut. Selain itu di laporkan penyimpangan prosedur, penyalah
gunaan wewenang, pungli, tidak memberikan pelayanan dengan baik, itulah 5
52Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang
Ombudsman Indonesia.
43
besar yang sering di laporkan masyarakat kepada Ombudsman Berarti yang
banyak permasalahan di Provinsi jambi ya seperti E-KTP, pembuatan Akta anak
dan izin PTSP, Maladministrasi.53
Berdasarkan hasil wawancara dengan Indra selaku asisten bidang PVL
pemerintah daerah yang banyak dilaporkan, karena pemerintah daerah kita itu ada
12 kabupaten/kota itu di jadikan satu. Berbagai macam permasalahan yatadi PTSP
di Dinas perizinan itu yang banyak di laporkan, Dinas lingkungan hidup, Dinas
pendidikan, Dinas kesehatan. Itu sering di laporkan terkait perizinan ataupun
rekomendasi izin praktek Dokter.Selain itu yang banyak di laporkan juga terkait
BPN (badan pertahanan Nasional), PTSP (pelayanan terpadu satu pintu), dan
kepolisian. Di tingkat Nasional juga yang sering di laporkan yaitu: BPN (badan
pertahanan nasional), pemerintah daerah, kepolisian itu tiga besar permasalahan
Ombudsman di tingkat Naional. Kenapa kepolisian banyak di laporkan, kepolisian
kantornya sampe ke Polsek-Polsek, Polres, jadi Masyarakat melapor tidak ada
tindak lanjut, barulah lapor ke Ombudsman. Tidak di lanjuti laporan itulah yang di
namakan penundaan yang berlarut (Maladministrasi).54
Memperhatikan bahwa perbaikan kualitas pelayanan publik saat ini dan
harapan percepatan perbaikan itu bisa dilakukan sesegera mungkin, maka UU 37
Tahun 2008 tentang Ombudsman RI dan UU 25 Tentang Pelayanan Publik telah
mengubah peran penting Ombudsman, beberapa diantaranya sebagai berikut:
1. Kalau dulu Ombudsman dikenal sebagai lembaga pemberi pengaruh
(magistrature of influence) sekarang menjadi lembaga yang mampu
menjatuhkan sanksi (magistrature of sanction) melalui rekomendasi yang
53
Wawancara dengan Jafar Ahmad selaku PLT Ombudsman Provinsi Jambi. 54
Wawancara dengan Indra,SH selaku asisten bidang
pvl Ombudsman Provinsi Jambi.
44
final mengikat wajib dilaksanakan oleh penerima rekomendasi. (Ayat 1,
Pasal 38, UU 37 Tahun 2008).
2. Kalau dulu, dipandang sebagai lembaga yang sekedar meneruskan laporan
masyarakat, sekarang menjadi lembaga yang berwenang menghadirkan
secara paksa terlapor, Pelapor ataupun Saksi yang telah dipanggil 3 (tiga)
kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan (Pasal 31 UU 37 Tahun 2008
dan MOU antara Ombudsman Republik Indonesia dengan Kepolisian RI).
3. Sekarang Ombudsman RI tidak hanya berwenang menindak lanjuti
laporan publik tetapi juga memiliki kewenangan untuk melakukan
investigasi atas prakarsa sendiri. (Pasal 7, UU 37 Tahun 2008).
4. Sekarang Ombudsman RI dapat melakukan pemeriksaan ke objek
pelayanan publik tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pejabat atau
instansi yang dilaporkan, (Pasal 34, UU 37 Tahun 2008) dan berwenang
memeriksa dokumen-dokumen terkait yang diperlukan dari instansi
manapun untuk melakukan pemeriksaan laporan atau berdasarkan inisiatif
investigasi sendiri (huruf b, ayat 1, pasal 8 UU 37 Tahun 2008).
5. Terdapat ancaman pidana bagi setiap orang yang menghalangi
Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan, dipidana penjara paling lama
2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 1 milyar (Pasal 44, UU 37
Tahun 2008).
6. Terdapat imunitas hukum: yaitu dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya, Ombudsman Republik Indonesia tidak dapat ditangkap,
ditahan, diinterogasi, dituntut atau digugat di muka pengadilan (Pasal 10,
UU 37 Tahun 2008).
45
B. Prosedur Pengajuan Laporan Mal-Administrasi E-KTP di Ombudsman
Provinsi Jambi.
Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 20l3 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil sudah tidak sesuai lagi
sehingga perlu diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang
persyaratan dan tata cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.55
Pelayanan Pendaftaran Penduduk terdiri atas:
a. Pencatatan biodata Penduduk;
b. Penerbitan KK;
c. Penerbitan KTP-e1;
d. Penerbitan KIA;
e. Penerbitan surat keterangan kependudukan; dan
f. Pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan.
Kartu Tanda Penduduk Elektronik yang selanjutnya disingkat KTP-el
adalah Kartu Tanda Penduduk yang dilengkapi dengan cip yang merupakan
identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota atau Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.56
55 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata cara
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
56
Pasal 1 Ayat 8 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata
cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
46
Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Elektronik terbagi dua yaitu bagi
Penduduk WNI atau Penduduk Orang Asing. Penerbitan KTP-el bagi Penduduk
WNI atau Penduduk Orang Asing terdiri atas:
a. Penerbitan KTP-el baru;
b. Penerbitan KTP-el karena pindah datang;
c. Penerbitan KTP-el karena perubahan data;
d. Penerbitan KTP-el karena perpanjangan bagi Penduduk Orang Asing yang
memiliki izin tinggal tetap;
e. Penerbitan KTP-el karena hilang atau rusak; dan
f. Penerbitan KTP-eI di luar domisili.57
Masing-masing Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Elektronik memiliki
perbedaan persyaratan Penerbitan KTP-el baru yang dijelaskan dalam Pasal 15-
Pasal 21 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata
cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
1. Proses Administrasi
Perekaman dan penerbitan KTP-el baru oleh Disdukcapil Kabupaten/Kota
di luar domisili dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan:
a. tidak melakukan perubahan data Penduduk; dan
b. KK.
Bab III Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan
tata cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil menjelaskan tata cara
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yaitu sebagai berikut:
57 Pasal 14 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata cara
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
47
Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil diselenggarakan
dengan prinsip:
a. Memberi kemudahan bagi pengguna dan masyarakat;
b. Memiliki sistem verifikasi dan validasi untuk memastikan kebenaran dan
keabsahan data Penduduk;
c. Integrasi dan keterhubungan data antarinstansi dan latau lintas instansi terkait
dengan tetap menghormati kerahasiaan data pribadi;
d. Pengelolaan data yang akurat, valid, dan dapat dipertanggungj awabkan ;
e. Dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi; dan
f. Ehsien dan efektif.
Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada Disdukcapil
Kabupaten lKota dan UPT Disdukcapil KabupatenlKota dan Perwakilan Republik
Indonesia dilaksanakan melalui tahapan:
a. Pelaporan;
b. Verifikasi dan validasi;
c. Perekaman data;
d. Pencatatan dan/atau penerbitan dokumen.58
Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Disdukcapil Kabupaten lKota atau
UPT Disdukcapil Kabupaten / Kota. WNI yang berada di luar wilayah Republik
Indonesia wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang
dialaminya kepada instansi pelaksana Pencatatan Sipil Negara setempat dan/atau
kepada Perwakilan Republik Indonesia.Pelaporan sebagaimana di atas dapat
58
Pasal 63 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata cara
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
48
dilaksanakan secara: a. manual; dan/atau b. daring (online). Pelaksanaan
pelayanan pelaporan secara daring (online) pada Disdukcapil Kabupaten/Kota
atau UPT Disdukcapil KabupatenlKota bagi setiap daerah diatur dalam Peraturan
Menteri.
Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dilaksanakan
melalui SIAK59
. SIAK harus memiliki aplikasi pelaporan daring (online).Dalam
hal Penduduk dan WNI di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
mampu (pertimbangan umur, sakit keras, cacat fisik, atau cacat mental)melakukan
pelaporan sendiri dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
dapat dibantu oleh Disdukcapil Kabupaten/Kota, UPT Disdukcapil
Kabupaten/Kota, dan Perwakilan Republik Indonesia atau meminta bantuan
kepada orang lain.
Pejabat pada Disdukcapil Kabupaten/Kota yang melakukan tindakan
memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalam batas waktu yang
ditentukan dikenakan sanksi berupa denda administratif sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan dan sanksi lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Denda administratif diatur
dalam Peraturan Daerah yang berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.60
Dilansir dari Kominfo melalui situs resminya terhitung mulai 1 Januari
2014, Pemerintah akan membebaskan biaya administrasi untuk pembuatan Kartu
59Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat SIAK adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan di tingkat penyelenggara dan Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil KabupatenlKota atau Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai satu kesatuan.
60
Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata cara pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil.
49
Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), akta kelahiran, dan akta kematian.
Pemerintah mengingatkan, aparat yang masih memungut biaya diancam dengan
pidana 2 tahun penjara atau denda seberat-beratnya Rp 25 juta. Mendagri
menjelaskan, semua penerbitan dokumen kependudukan dikeluarkan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) di seluruh kabupaten/kota di
Indonesia. Karena itu, warga tidak perlu lagi ke pengadilan hanya untuk
mendapatkan Akta Kelahiran. Pencatatan oleh Negara merupakan hak
konstitusional seluruh warga, bahkan anak di luar nikah juga mendapat akta
kelahiran yang sama dengan anak sah.61
Berdasarkan wawancara dengan M. Padli selaku asisten bidang PVL
Untuk permasalahan E-Ktp di Provinsi Jambi Yang paling menonjol itu di
kabupaten Muaro Jambi dan kabupaten Bungo ternyata masih menerapkan
denda administrasi terkait keterlambatan pembuatan akta kelahiran dan
memperpanjang E-ktp. Ketika kami ke lapangan inverstasi secara
sembunyi-sembunyi ternyata bukan hanya itu tetapi di seluruh pelayan
kantor capil mereka itu pembuatan KTP ,KK mereka mengulurnya dan
tersebut ada punglinya dan itu telah saya sampaikan Kepada kepala daerah
namun dia tetap ngeyel dulu, ini pak kepala dinas ada temuan kami pungli,
punglinya terang-terangan di atas meja 20 ribu sampai 100 ribu dengan
berdalih uang denda dan administrasi padahal itu sudah di hapus oleh
keputusan mahkamah konstitusi dan hal tersebut bisa kita lacak di internet.
Di Dinas catatan sipil itu sebenarnya tidak ada pungutan (gratis) jika ada
pungutan berarti masih itu kembali Kepada masyarakatnya yang tidak
ingin mengikuti prosedur yang sudah ada. Jika mengikuti prosedur saya
jamin gratis kadang-kadang masyarakat ya tersebut yang meminta cepat
sehingga memberi seperti uang untuk rokok seharusnya hal seperti itu
jangan mereka itu sudah di gaji untuk melayani. Kalau di kota insyallah
sudah mulai tertib. 62
Berdasarkan hasil wawancara dengan Beni Gunawan selaku asisten bidang
pemeriksa laporan. Sebenarnya pelayanan di capil itu gratis dari pengurusan
pembutan Ktp, kartu keluarga, akta kelahiran, surat nikah semuanya gratis asal
61https://kominfo.go.id/content/detail/3541/mendagri-mulai-1-januari-bikin-ktp-kk-
dan-akta-kelahiran-tidak-dipungut-biaya/0/beritadiakses Pada 19 Mei 2019. 62
Wawancara dengan M. Padli,SE.,M.SI selaku pvl Ombudsman Provinsi Jambi.
50
mengikuti prosedur yang ada jika missal lewat prosedur ya di tanyakan setiap
prosedur pelayananya selama 14 hari kerja, untuk pembuatan KTP, akta kelahiran
biasanya 14 hari saja.
Tindak lanjut dari pihak ombudsman terhadap dukcapil untuk daerah
Muaro Jambidan bungo yang di temukan pelanggaran Maladministrasi
Untuk wilayah muarao jambi sudah saya sampaikan Kepada Bupati buk
masnah dan wilayah bungo Kepada bapak mashuri, dan ditugaskan
Kepada kepala dinasnya tetapi kepala dinasnya ngeyel padahal sudah saya
beri bukti dan akhirnya kepala dinasnya berjanji akan membina
anggotanya kemungkinan beliau sudah malu. Disini yang perlu di ingat
ombudsman bukan lembaga yang memberi sanksi, seperti KPK
ombudsman bukan lembaga penegak hukum, namun tetapi ombudsman ini
lembaga yang menegakkan aturan. Ombudsman pada dasarnya ingin
menjaga marwah pemerintah kalau itu salah tolong di perbaiki. Kalo untuk
kepala dinasnya biasanya bisa kita rekomendasikan untuk digeser seperti
itu tapi jarang. Ya rata rata ya di tindak lanjuti semua tidak ada yang
ngeyel.63
Ombudsman dalam hal menindak lanjuti sejak tahun 2014 sudah
menjalankan survey standar kepatuhan pelayan publik, ini sebenanya dalam
rangka mempermudah pelayanan masyarakat. Tindak lanjut dari pihak
ombudsman terhadap dukcapil untuk daerah Muaro Jambi dan Bungo yang di
temukan pelanggaran Maladministrasi untuk wilayah Muaro Jambi sudah saya
sampaikan kepada Bupati dan ditugaskan kepada kepala dinasnya. Disini yang
perlu diingat Ombudsman bukan lembaga yang memberi sanksi, seperti KPK
Ombudsman bukan lembaga penegak hukum, namun tetapi ombudsman ini
lembaga yang menegakkan aturan dan pelanggaran tadi dijalankan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Jafar Ahmad selaku PLT
Ombudsman
63
Wawancara dengan Beny Gunawan selaku asisten bidang pemeriksa laporan Ombudsman
Provinsi Jambi.
51
KTP elektronik merupakan hak bagi seluruh warga negara,
kepemilikan KTP elektronik merupakan kunci dari akses layanan publik.
Hal ini dikarenakan KTP merupakan suatu bentuk identitas warga negara
dalam penyelenggaraannya, terdapat banyak keluhan oleh rakyat terkait
dengan pelayanan pembuatan KTP-elektronik. Sehingga apabila dalam hal
ini masyarakat merasa dirugikan maka masyarakat dapat melaporkan hal
ini kepada Ombudsman berdasarkan prosedur-prosedur yang telah
ditentukan sehingga dapat ditindaklanjuti yakni diadakannya monitoring
dalam proses pengadaan KTP-elektronik. Selain itu Ombudsman dapat
membuka pos pengaduan dalam artian 'jemput bola' ke daerah agar
mendapatkan data yang lengkap.
Jika mendengar istilah "Pengaduan", kita pada umumnya mempersepsikan
kata tersebut dengan sesuatu yang buruk atau negatif, bahkan ketika terdapat
pengaduan dalam pelayanan publik, pemerintah sering kali justru melakukan
counter attack terhadap masyarakat yang mengadu, padahal jika mengacu pada
peraturan perundang-undangan, istilah pengaduan dalam pelayanan publik
merupakan kata atau tindakan yang bersifat positif bahkan membangun.64
Definisi pengaduan terdapat dibanyak peraturan, salah satunya terdapat
pada Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pengaduan,
dalam Pasal 1 angka 8 dijelaskan bahwa pengaduan adalah penyampaian keluhan
yang disampaikan pengadu kepada pengelola pengaduan pelayanan publik atas
pelayanan pelaksana yang tidak sesuai dengan standar pelayanan, atau pengabaian
kewajiban dan/atau pelanggaran larangan oleh penyelenggara. Jika definisi
tersebut kita jabarkan maka ada 3 (tiga) point yang bisa diambil yaitu: (1)
Penyampaian keluhan tentang pelayanan yang tidak sesuai dengan Standar
Pelayanan Publik, (2) Penyampaian keluhan tentang pengabaian kewajiban oleh
penyelenggara layanan; (3) Penyampaian keluhan tentang pelanggaran larangan
64https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--tata-kelola-pengaduan-pelayanan-publik,
diakses Pada 29 Oktober 2019.
52
oleh penyelenggara layanan. Selain dapat diadukan kepada Instansi
penyelenggara layanan, keluhan terkait pelayanan publik juga dapat dilaporkan
kepada Ombudsman Republik Indonesia sebagai pengawas eksternal pelayanan
publik, yang saat ini telah memiliki perwakilan di seluruh provinsi (34
Perwakilan) di Indonesia. Bahkan selama tiga tahun terakhir (2016 s.d 2018),
Ombudsman Republik Indonesia dan seluruh kantor perwakilan telah menerima
sekitar 23.521 laporan dugaan Maladministrasi dalam pelayanan publik.
Untuk itu, kepada masyarakat yang memiliki keluhan terkait pelayanan
publik, jika pengaduannya terkait pelayanan publik tidak diberi tanggapan atau
tidak diselesaikan oleh penyelenggara layanan maka dapat segera melapor ke
Ombudsman R.I Pusat atau di kantor perwakilan provinsi seluruh Indonesia.
Tata Cara/ Prosedur penyampaian Pengaduan yaitu laporan atau
pengaduan harus memenuhi persyaratan laporan dan persyaratan dokumen.
1. Persyaratan Laporan
Persyaratan laporan terdiri dari :
i. Pelapor adalah Warga Negara Indonesia atau Penduduk,
ii. Laporan sudah secara langsung dilaporkan kepada pihak terlapor, tetapi
tidak mendapat penyelesaian sebagamana mestinya,
iii. Peristiwa, tindakan atau keputusan yang dilaporkan belum lewat 2 (dua)
tahun terjadi.
2. Persyaratan Dokumen.
i. Photocopy Identitas Diri (KTP/Paspor/SIM),
ii. Uraian kronologi peristiwa, tindakan atau keputusan yang dilaporkan
meliputi :
53
1. Rincian kejadian/peristiwa (dimana dan kapan)
2. Petugas/pejabat penyelenggara layanan yang terkait peristiwa?
3. Upaya apa saja yang sudah anda lakukan dalam kurun waktu dua tahun
terakhir?
4. Harapan anda dengan menyampaikan laporan/pengaduan kepada
Ombudsman.
iii. Surat Kuasa Asli serta photocopy identitas pemberi dan penerima kuasa
apabila anda bukan korban langsung. Seperti: Kuasa Hukum, Kelompok
Masyarakat, anggota keluarga, dll.
iv. Dokumen yang menunjukkan legalitas apabila anda mengatasnamakan
LSM, Badan Hukum, Yayasan, dan lain sebagainya. Misalnya: Akta
Pendirian, Surat Keputusan, Ad/ART, atau lainnya.
v. Informasi alamat lengkap dan nomor telepon yang dapat dihubungi serta
email (jika ada).
vi. Pernyataan permintaan kerahasiaan identitas anda jika dikehendaki.
vii. Bukti-bukti, dokumen atau foto terkait peristiwa yang dilaporkan.
Cara menyampaikan laporan bisa datang langsung ke Kantor Ombudsman
RI atau Kantor Perwakilan Ombudsman RI, melalui Surat, Telpon (137 atau
082137373737), Email ([email protected]), atau pengaduan daring
(online) www.ombudsman.go.id menggunakan formulir pengaduan online dan
mengunggah dokumen yang dipersyaratkan.65
65 Situs Resmi Ombudsman, www.ombudsman.go.id
/https://ombudsman.go.id/pengaduan, diakses Pada 29 Okrober 2019.
54
C. Solusi pencegahan Mal-administrasi pembuatan E-KTP di Provinsi
Jambi.
KTP elektronik merupakan hak bagi seluruh warga negara, kepemilikan
KTP elektronik merupakan kunci dari akses layanan publik. Hal ini dikarenakan
KTP merupakan suatu bentuk identitas warga negara dalam penyelenggaraannya,
terdapat banyak keluhan oleh rakyat terkait dengan pelayanan pembuatan KTP-
elektronik. Sehingga apabila dalam hal ini masyarakat merasa dirugikan maka
masyarakat dapat melaporkan hal ini kepada Ombudsman berdasarkan prosedur-
prosedur yang telah ditentukan sehingga dapat ditindaklanjuti yakni diadakannya
monitoring dalam proses pengadaan KTP-elektronik. Selain itu Ombudsman
dapat membuka pos pengaduan dalam artian 'jemput bola' ke daerah agar
mendapatkan data yang lengkap.
Ombudsman RI selaku lembaga negara yang bertidak untuk mengawasi
pelaksanaan pelayanan publik, mendorong Kementerian Dalam Negeri agar
segera memberikan kepastian layanan pemerolehan e-KTP bagi masyarakat di
wilayah Jabodetabek pada khususnya tentu sudah enjadi kewenangan dari
Ombudsman RI untuk melakukan tindakan lanjut terkait dengan pelayanan yang
dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri tersebut. Hal itu sesuai dengan
ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI,
yaitu “Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman
adalah lembaga Negara yang mempunyai kewenangan mengawasi perlindungan
pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan
pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik negara,
Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta
55
atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.”
Berdasarkan ketentuan pada pasal 1 angka 2 UU tersebut, yang dimaksud
dengan penyelenggara negara yaitu: “Penyelenggara negara adalah pejabat yang
menjalankan fungsi pelayanan publik yang tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.” Maka, Kementerian Dalam Negeri selaku salah satu penyelenggara
Negara yang diberi kewenangan untuk mengatur persoalan terkait kependudukan,
khususnya yaitu mengenai e-KTP, merupakan salah satu subyek yang dapat
diawasi kewenangannya dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh
Ombudsman RI.Terkait dengan konsep perlindungan kepentingan masyarakat,
keberadaan Ombudsman RI ini sangatlah penting.66
Berdasarkan wawancara dengan M. Padli selaku asisten bidang PVL
Untuk permasalahan E-Ktp di Provinsi Jambi Yang paling menonjol itu di
kabupaten Muaro Jambi dan kabupaten Bungo ternyata masih menerapkan
denda administrasi terkait keterlambatan pembuatan akta kelahiran dan
memperpanjang E-KTP ketika kami kelapangan inverstasi secara
sembunyi-sembunyi ternyata bukan hanya itu tetapi di seluruh pelayan
kantor capil mereka itu pembuatan KTP, KK mereka mengulurnya dan
tersebut ada punglinya dan itu telah saya sampaikan Kepada kepala daerah
namun dia tetap ngeyel dulu, ini pak kepala dinas ada temuan kami pungli,
punglinya terang-terangan diatas meja 20 ribu sampai 100 ribu dengan
berdalih uang denda dan administrasi padahal itu sudah di hapus oleh
keputusan mahkamah konstitusi dan hal tersebut bisa kita lacak di internet.
Di dinas catatan sipil itu sebenarnya tidak ada pungutan (gratis) jika ada
pungutan berarti masih itu kembali Kepada masyarakatnya yang tidak
ingin mengikuti prosedur yang sudah ada. Jika mengikuti prosedur saya
jamin gratis kadang-kadang masyarakat ya tersebut yang meminta cepat
66 Puput Agustin Paramita, “Tinjauan Peran Ombudsman Terhadap Maladministrasi
Pelayanan Publik(Studi Kasus Pelayanan E-Ktp)”, Skripsi Universitas Negeri Semarang, Tahun
2017, Hlm. 6.
56
sehingga memberi seperti uang untuk rokok seharusnya hal seperti itu
jangan mereka itu sudah di gaji untuk melayani. Kalau di kota insyallah
sudah mulai tertib. 67
Berdasarkan hasil wawancara dengan Beni Gunawanselaku asisten
bidangpemeriksa laporan
Sebenarnya pelayanan di capil itu gratis dari pengurusan pembutan KTP,
kartu keluarga, akta kelahiran, surat nikah semua ya gratis asal mengikuti
prosedur yang ada jika missal lewat prosedur ya di tanyakan setiap
prosedur pelayananya selama 14 hari kerja, untuk pembuatan KTP, akta
kelahiran biasanya 14 hari saja.
Tindak lanjut dari pihak ombudsman terhadap dukcapil untuk daerah
Muaro Jambidan bungo yang di temukan pelanggaran Maladministrasi
Untuk wilayah muarao jambi sudah saya sampaikan Kepada Bupati buk
masnah dan wilayah bungo Kepada bapak mashuri, dan ditugaskan
Kepada kepala dinasnya tetapi kepala dinasnya ngeyel padahal sudah saya
beri bukti dan akhirnya kepala dinasnya berjanji akan membina
anggotanya kemungkinan beliau sudah malu. Disini yang perlu di ingat
ombudsman bukan lembaga yang memberi sanksi, seperti KPK
ombudsman bukan lembaga penegak hukum, namun tetapi ombudsman ini
lembaga yang menegakkan aturan. Ombudsman pada dasarnya ingin
menjaga marwah pemerintah kalo itu salah tolong di perbaiki. Kalo untuk
kepala dinasnya biasanya bisa kita rekomendasikan untuk di geser seperti
itu tapi jarang.Ya rata rata ya di tindak lanjutin semua tidak ada yang
ngeyel.68
Ombudsman dalam hal menindak lanjuti sejak tahun 2014 sudah
menjalankan survey standar kepatuhan pelayan publik, ini sebenanya
dalam rangka mempermudah pelayanan masyarakat
Solusi Ombudsman dalam Mencegah Maladministrasi (E-KTP) Di
Provinsi Jambi melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut:
i. Membuat Kerjasama (MOU) dengan Pemerintah Daerah
67
Wawancara dengan M. Padli,SE.,M.SI selaku pvl Ombudsman Provinsi Jambi. 68
Wawancara dengan Beny Gunawan selaku asisten bidang pemeriksa laporan Ombudsman
Provinsi Jambi.
57
Untuk prosedur penanganan masalah Maladministrasi yang terjadi
menjelaskan hasil wawancara dengan Masnur Rachmanselaku asisten bidang
pemeriksa laporan.
Di Ombudsman itu ada beberapa bagian, yaitu laporan itu harus lolos
terlebih dahulu kalau lolos baru ke tahap pemerikasaan laporan tim
pemeriksa laporan inilah yang akan menindak lanjuti laporan itu. Bisa dari
surat menyurat atau dari investigasi, tim inilah yang memproses kalau
sudah lulus verifikasi sampai penyelasaian akhir. Kalau pun tidak selesai
lewat tim pemeriksa, perwakilan stop di situ nanti kami limpahkan di tim
resolusi monitoring di Ombudsman pusat. Tim resolusi monitoring itulah
yang akan menggodok, karena dari tim riksa ada namanya laporan akhir
hasil pemeriksaan. Jika ada di temukan Maladministrasi di situ ada
tindakan korektif atau saran yang akan kami berikan ke penyelenggara
atau wewenang yang harus mereka tindak lanjuti dalam waktu 30 hari,
kalau dala 30 hari tidak di laksanakan ada temuan Maladministrasi maka
kamipun kasih waktu 14 hari lagi laporan ini harus di tindak lanjutin,
kalaupun tidak juga baru kami serahkan ke pusat ke tim resolusi
monitoring, tim inilah yang akan menggodok rekomendasi Ombudsman.
Rekomendasi Ombudsman itu merupakan rekomendasi yang
sangat pelit karna dalam 1 tahun itu tidak lebih dari 20 rekomendasi masuk
ke tim resolusi monitoring. Itu hanya laporan yang misalnya kepala daerah
bandel baru di rekomendasi, kalau masih di upayakan mereka sanggup
kami tunggu jadi sangat persuasif sekali, kalau sudah rekomendasi
Ombudsman itu wajib di laksanakan oleh terlapor dan atasannya kepala
daerah atau kepala dinas itu wajib sesuai undang undang nomor 37 tahun
2008 tentang Ombudsman dan ini di kuatkan lagi denga undang undang
nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah pasal 351 ayat 4. Jadi
kepala daerah yang tidak melakukan rekomendasi Ombudsman, nanti akan
di lakukan pembinaan oleh kementrian dalam negri dalam waktu 3 bulan,
otomatis ini menjadi buruk bagi kepala daerah, kalau sampai ini tidak di
laksanakan karena merekan di bina oleh kementrian dalam negri selama 3
bulan. Otomatis jabatan bupati berlaih ke sekda selama 3 bulan. Tapi
alhamdulillah belum ada, karena kalau sudah di rekomendasi ke pusat
kepala daerah takut, contohnya kalau di jambi bupati kerinci tidak
melantik kades sungai deras, karena kades tersebut bukan tim suksesnya
sedangkan yang kalah yang menjadi tim suksesnya dahulu. Jadi sudah dua
58
tahun ini terkantung kantung sejak 2016 sampai sekarang.Akhirnya saya
rekomendasi ke pusat, akhirnya bupati melantik kades sungai deras.69
Peranan Ombudsman dalam Mencegah Maladministrasi (E-KTP) Di
Provinsi Jambi dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta
kewenangannya yaitu menerima laporan mengenai Maladministrasi dalam hal ini
Maladministrasi E-KTP, sejauh ini laporan ke Ombudsman di Jambi ialah
penundaan berlarut, pelayanan sengaja di tunda seperti pembuatan E-KTP,
pembuatan akta anak. Selain itu di laporkan penyimpangan prosedur, penyalah
gunaan wewenang, pungli, tidak memberikan pelayanan dengan baik, itulah 5
besar yang sering di laporkan masyarakat kepada Ombudsman berarti yang
banyak permasalahan di Provinsi Jambi seperti E-KTP. Untuk permasalahan E-
KTP di Provinsi Jambi yang paling menonjol itu di kabupaten Muaro Jambi dan
kabupaten Bungo ternyata masih menerapkan denda administrasi terkait
keterlambatan pembuatan akta kelahiran dan memperpanjang E-KTP.
Tindak lanjut dari pihak ombudsman terhadap dukcapil untuk daerah
Muaro Jambidan bungo yang ditemukan pelanggaran Maladministrasi Untuk
wilayah muarao jambi sudah saya sampaikan Kepada Bupati dan ditugaskan
Kepada kepala dinasnya. Disini yang perlu di ingat ombudsman bukan lembaga
yang memberi sanksi, seperti KPK Ombudsman bukan lembaga penegak hukum,
namun tetapi Ombudsman ini lembaga yang menegakkan aturan dan pelanggaran
tadi dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sesuai aturan.
Dalam Mencegah Dan Mengatasi Maladministrasi (E-KTP) terdapat
penghambat, ada beberapa hasil wawancara di lapangan mengenai Faktor
69
Wawancara dengan Masnur Rachman selaku asisten bidang pemeriksa laporan Ombudsman
Provinsi Jambi.
59
pendukung dan penghambat dalammengatasi Maladministrasi adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil wawancara denganShopian Hadi, selak asisten bidang
pencegahan
Memang kalau di bilang istilah Maladministrasi itu baru tidak juga
karna Ombudsman ada sejak tahun 2000 kalau instansi pemerintahan atau
penyelenggara itu tidak tahu Maladministrasi saya rasa kurang
pengetahuan. Kalau di tanya kendala bagi Ombudsman saya rasa tidak ada
karena begitu ada laporan masuk langsung saya tindak lanjuti, kendalanya
mungkin lambatnya mekanisme pelaporan kadang kadang kami kalau
laporan tidak sulit kami menggunakan klarifikasi lewat surat ataupun kalau
butuh cepat kami bisa langsung datang kesana. Kadang kadang klarifikasi
lewat surat ini sering terlambat di balas karena di undang-undang itu setiap
surat klarifikasi yang di kirim empat belas hari kerja itu harus di jawab.
Kadang melewati itu, itupun kami kasih keringanan, yasudahlah kami
kasih satu bulan seperti di Kerinci lalu lintas surat juga butuh satu minggu
sampai dua minggu masih kami upayakan seperti itu. Kalau tidak di jawab
klarifikasi pertama surat, biasanya saya kirimkan surat lagi ke instansi atau
pemerintahan terkait, biasanya kalau surat klarifikasi kedua saya kirim
pasti di jawab. Jadi itu surat klarifikasi saya kirim saya kirim kemana
mana ke mentri sampai ke gubernur, kalau kepolisian ya sampai ke
kapolrinya. Mereka pasti takut karena atasannya.Dan selama ini kalau
klarifikasi pasti di jawab semua ya kadang kadang ada yang cepat ada
yang lama, itu saja sih kendalanya.70
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ruri Kurnia Putri selaku asisten
bidang penerimaan laporan
Setiap laporan yang masuk sekarang ini agak sedikit lama
prosesnya, harus lulus dulu di tahap penerimaan dan verifikasi laporan.
Kalau lulus di tahap itu baru bisa masuk ke tahap pemeriksaan, itu yang
saya terapkan sejak 2018 jadi tahapan verifikasi itu ada syarat formil dan
materil. Syarat formilnya laporan itu kalau sesuai undang undang itu
belum lewat dua tahun, sudah komplain ke instansi terlapor dan laporan
yang di sampaikan ke Ombudsman belum masuk ke ranah ke peradilan
yang sedang ataupun telah menjadi objek pemeriksaan keadilan, kalau
sudah masuk ke ranah peradilan, Ombudsman tidak berwenang, itu
70
Wawancara dengan Shopian Hadi selaku asisten bidang pencegahan Ombudsman Provinsi
Jambi.
60
formilnya. Kalau materilnya tentunya sudah menyampaikan komplain ke
instansi terlapor, ada KTP, identitas kalau tidak ada ktp bisa SIM dan apa
saja yang bisa menunjukkan identitas pelapor, kalau itu lembaga melapor
ke Ombudsman nisa LSM, Pengacara dan organisasi kemasyarakatan yang
ada legalitas berdirinya sama surat kuasa. Kalau lulus tahap formil dan
materil barulah ke tahap pemeriksaan laporan. Pemeriksaan laporan bisa
berbagai macam cara kalau hubungan kami bagus dengan terlapor lewat
telepon aja dia sudah mengerti, sudah selesai ataupun lewat WA itupun
sudah selesai. Bisa juga kita lakukan klarifikasi tertulis kalau
permasalahannya agak sulit, bisa juga kami investigasi ke lapangan
mendatangi instansi terlapor dengan membawa berita acara. Jadi,
penghambatnya itu kurangnya respon dari pemerintahan daerah
menganggap remeh apa itu Ombudsman, lemabaga apa itu, bahkan ada
yang bilang Ombudsman itu LSM seperti itulah kalau di daerah daerah, ya
seperti itulah tantangan bagi Ombudsman, kalau di jambi sudah enam
tahun berdiri kalau di indonesia sudah sejak tahun 2000 sejak
pemerintahan Gusdur.71
ii. Melaksanakan Sosialisasi
Berdasarkan Data dari Ombudsman Provinsi Jambi bahwa sosialisasi telah
dilaksanakan kebeberapa tempat seperti ke STISIP pada Tanggal 18 September
2018 dan ke Adiwangsa Pada Tanggal 29 November 2018.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Jafar Ahmad selaku PLT
Ombudsman
Awal di Jambi kalau untuk sosialisasi mendatangi setiap kabupaten
Ombudsman tidak ada dana, strategi kami awal awal 2016 mengadakan
perjanjian kerja sama dengan seluruh kabupaten/kota di provinsi jambi. Itu
tujuan kami dalam rangka mempercepat penyelesaian masalah dan
sosialisasi, jadi kami menggandeng pemda pemda untuk sosialisasi
Ombudsman dari tahun 2016 – 2017. Tetapi, di tahun 2018 kemaren
perjanjian kerja sama itu tidak di perpanjang. Bukan apa apa mungkin
keterbatasan anggaran di pemda sama Ombudsman, tetapi kalau meraka
ingin bekerja sama lagi kami menyambut baik. Bukan hanya instasi
pemerintahan, perguruan tinggi pun kalau menjalin dengan kami ya kami
terima dengan baik. Kalau di tingkat nasional Ombudsman melakukan
71
Wawancara dengan Ruri Kurnia Putri selaku asisten bidang pemeriksa laporan Ombudsman
Provinsi Jambi.
61
perjanjian kerja sama dengan KPK, MENKUM HAM, POLRI, BPN.
Sebenarnya perjanjian kerja sama itu mempertegas, artinya mengingatkan
lagi mereka menagih janji mereka untuk hal menindak lanjuti laporan, dan
kegiatan sosialisasi Ombudsman. Tentunya kalau ke media kita terus
sosialisasi kalau hari ini, saya komentar di koran tribun pungli di SMPN 7
Jambi itu tentang les sore di pungut biaya, sebenarnya kalau menurut kami
sekolah kalau sudah menyatakan bahwa pungutan itu tiap bulan ada
besarannya itu kami nyatakan pungli karena di Peraturan Presiden di
pendanaan pendidikan itu wajib belajar 9 tahun di tanggung negara penuh,
kalau SMP sudah ada dana BOS. Kalau di SMA di Jambi kebanyakan
komite yang memungut, umunya komite yang memungut seluruhnya itu
juga pungli, karena di komite sekolah ada besar kecilnya nominal kadang-
kadang komite itu tidak tahu memungut harus ada RAP. Kadang komite di
pungut malah untuk membiayai guru honorer, honor kepala sekolah, honor
ketua komite ya ini yang salah kaprah itu kami temukan. Untungnya kalau
Ombudsman perwakilan jambi tidak ganas ganas amat, kalau di indonesia
timur itu harus di kembalikan seperti Manado, Bali. Kalau di manado
pungutan di provinsi sampai 13M, dan harus di kembalikan ke
Ombudsman jambi. Namanya pungli tidak ada otoritas kewenangan yang
memberikan kewenangan itu. Memang ada beberapa daerah yang
mengatur lewat perda. Yang ada itu sebenarnya sumbangan sukarela tapi
kadang kadang sekolah itu pungli, karena besar kecilnya di tentukan
waktunya juga pun di tentukan jelas pungli. Kalau sumbangan sukarela
tidak di tetapkan jumlahnya dan waktunya.Pihak kami pun masih
mengedukasi sekolah sekolah sambil memberi pemahaman pemahaman
dan untungnya sekarang inspektorat walikota sudah turun tangan
sedangkan kami menunggu hasil dari mereka.72
Menurut penulis bahwa faktor penghambat dalammengatasi
Maladministrasi lambatnya mekanisme pelaporan serta prosesnya yaitu harus
lulus dulu di tahap penerimaan dan verifikasi laporan. Kalau lulus di tahap itu
baru bisa masuk ke tahap pemeriksaan, tahapan verifikasi itu ada syarat formil dan
materil. Syarat formilnya laporan itu kalau sesuai undang undang itu belum lewat
dua tahun, sudah komplain ke instansi terlapor dan laporan yang di sampaikan ke
Ombudsman belum masuk ke ranah ke peradilan yang sedang ataupun telah
menjadi objek pemeriksaan keadilan, kalau sudah masuk ke ranah peradilan,
72Wawancara dengan Jafar Ahmad selaku PLT Ombudsman Provinsi jambi.
62
Ombudsman tidak berwenang, itu formilnya. Kalau materilnya tentunya sudah
menyampaikan komplain ke instansi terlapor, ada KTP, identitas kalau tidak ada
ktp bisa SIM dan apa saja yang bisa menunjukkan identitas pelapor, kalau itu
lembaga melapor ke Ombudsman bisa LSM, Pengacara dan organisasi
kemasyarakatan yang ada legalitas berdirinya sama surat kuasa. Kalau lulus tahap
formil dan materil barulah ke tahap pemeriksaan laporan. Pemeriksaan laporan
bisa berbagai macam cara kalau hubungan kami bagus dengan terlapor lewat
telepon aja dia sudah mengerti, sudah selesai ataupun lewat WA itupun sudah
selesai. Bisa juga kita lakukan klarifikasi tertulis, klarifikasi lewat surat sering
terlambat di balas menurut undang-undang setiap surat klarifikasi yang di kirim
empat belas hari kerja harus di jawab Kadang melewati itu, dan kalau
permasalahannya agak sulit, bisa juga kami investigasi ke lapangan mendatangi
instansi terlapor dengan membawa berita acara. Jadi, penghambatnya itu
kurangnya respon dari pemerintahan daerah menganggap remeh apa itu
Ombudsman, lemabaga apa itu, bahkan ada yang bilang Ombudsman itu LSM
seperti itulah kalau di daerah-daerah, selain itu keterbatasan anggaran di pemda
sama Ombudsman menjadi salah satu faktor yang penghambat bukan dalam
menangani kasus tapi dalam permasalahan sosialisasi mengenai Ombudsman.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kedudukan dan Peranan Ombudsman berdasarkan Undang-undang Nomor
37 Tahun 2008 dalam mencegah Maladministrasi (E-KTP) Di Provinsi
Jambi dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta
kewenangannya yaitu menerima laporan mengenai Maladministrasi dalam
hal ini Maladministrasi E-KTP, melalui cara kerjasama dengan Pemerintah
Daerah dengan membuat (MOU) dan sosialisasi. Untuk permasalahan
EKTP di Provinsi Jambi Yang paling menonjol itu di kabupaten Muaro
Jambi dan kabupaten Bungo ternyata masih menerapkan denda administrasi
terkait keterlambatan pembuatan akta kelahiran dan memperpanjang E-KTP.
Tindak lanjut dari pihak ombudsman terhadap dukcapil untuk daerah Muaro
Jambi dan bungo yang ditemukan pelanggaran Maladministrasi untuk
wilayah Muaro Jambi sudah saya sampaikan kepada Bupati dan ditugaskan
kepada kepala dinasnya. Disini yang perlu di ingat Ombudsman bukan
lembaga yang memberi sanksi, seperti KPK Ombudsman bukan lembaga
penegak hukum, namun tetapi ombudsman ini lembaga yang menegakkan
aturan dan pelanggaran tadi di jalankan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan sesuai aturan.faktor penghambatdalammengatasi Maladministrasi
lambatnya mekanisme pelaporan, serta prosesnya yang agak sedikit lama,
keterbatasan pengetahuan mengenai Ombudsman, selain itu keterbatasan
anggaran di pemda sama Ombudsman menjadi salah satu faktor yang
64
penghambat bukan dalam menangani kasus tapi dalam permaslahan
sosialisasi mengenai Ombudsman.
2. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 20l3 tentang
Perubahan atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu diganti dengan Peraturan Presiden
Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata cara pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil. Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil pada Disdukcapil Kabupaten Kota dan UPT Disdukcapil
KabupatenlKota dan Perwakilan Republik Indonesia dilaksanakan melalui
tahapan Pelaporan, Verifikasi dan validasi, Perekaman data dan Pencatatan
dan/atau penerbitan dokumen.
3. Solusi pencegahan maladminisreasi pembutatan E-ktp di provinsi Jambi
Membuat Kerjasama (MOU) dengan Pemerintah Daerah Tindak lanjut dari
pihak ombudsman terhadap dukcapil untuk daerah Muaro Jambi dan bungo
yang di temukan pelanggaran Maladministrasi untuk wilayah Muaro Jambi
sudah saya sampaikan Kepada Bupati dan ditugaskan kepala dinasnya.
Disini yang perlu diingat Ombudsman bukan lembaga yang memberi sanksi,
seperti KPK Ombudsman bukan lembaga penegak hukum, namun tetapi
ombudsman ini lembaga yang menegakkan aturan dan pelanggaran tadi di
jalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sesuai aturan.
65
B. Saran
Seharusnya Ombudsman lebih sering terjun kelapangan langsung tanpa
menunggu laporan dari masyarakat yang dirugikan, karena banyak masyarakat
yang dirugikan namun tidak berani melapor ke pihak Ombudsman.
a. Sebaiknya sosialisi Ombudsman harus sampai ke lapisan Daerah-Daerah
terplosok supaya Masyarakat ikut serta mengawasi Maladministrasi.
66
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Qs. Al Anbiya Ayat 73
Florentinus Christian Imanuel, “Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan di Desa
Budaya Sungai Bawang kecamatan Muara Badak, kabupaten Kutai
KartaNegara, “Jurnal eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 3, Nomor 2,
2015
Jimmy Asshiddiqie. Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Amandemen, (Jakarta Sinar Garfika 2010).
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006)
Kelani Putri dengan judul Efektivitas Kinerja Ombudsman dalam Menangani
Pengaduan Pelayanan (Kasus Maladministrasi di Kota Pekanbaru), Jurnal
JOM Fisip, Vol. 4, Nomor 1, Februari 2017,
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
Nurhayati, “Peran Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi
Jawa Tengah dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Maladministrasi”,
Skripsi Mahasiswa Universitas Semarang, Tahun 2015,
Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi, Fakultas Hukum Unair,
Surabaya, 1998.
Puput Agustin Paramita, “Tinjauan Peran Ombudsman Terhadap Maladministrasi
Pelayanan Publik(Studi Kasus Pelayanan E-Ktp)”, Skripsi Universitas
Negeri Semarang, Tahun 2017.
67
Rivai, veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta)., 2006
SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1997.
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari‟ah IAIN STS
Jambi, (2012)
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
hlm.238.
Tasria Lestari.” Peran dan fungsi pengawasan Ombudsman Republik Indonesia
(ORI) dalam meningkatkan mutu pelayanan publik”. Skripsi Mahasiswa
UIN Alauddin Makassar.hlm 39. Tahun 2017
Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011)
B. Undang-undang
Pasal 27 ayat 1 UUD 1945
keputusan presiden Nomor 44 Tahun 2000.Undang-undang Nomor 37 Tahun
2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.
Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008.
Pasal 1 UU Nomor 37 Tahun 2008.
68
Pasal 6 UU Nomor 37 Tahun 2008.
Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008
Tentang Ombudsman Indonesia.
Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata cara
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Pasal 1 Ayat 8 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan
tata cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Pasal 14 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata
cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Pasal 63 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang persyaratan dan tata
cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
C. Lain-lain
https://nasional.tempo.co/read/818310/ombudsman-temukan-berbagai-modus-
pungli-di-pengurusan-e-ktp, diakses Pada 17 Mei 2019.
https://www.ombudsman.go.id/profiles/index/pfvm, diakses Pada 17 Mei 2019.
https://kominfo.go.id/content/detail/3541/mendagri-mulai-1-januari-bikin-ktp-kk-
dan-akta-kelahiran-tidak-dipungut-biaya/0/berita diakses Pada 19 Mei
2019.
69
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Imam Mashudi
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tgl.Lahir : Jangga Baru, 18 November 1995
NIM : SPI.141835
Alamat : , Kel. Beliung, Kec. Alam Barajo, Kota
Jambi, Prov. Jambi.
No.Telp/HP : 082311371754
Nama Ayah : DamiAnto
Nama Ibu : Siti Maryam
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal :
a. SD/MI. Tahun Lulus : SD N131/1 Jangga Baru ,2008
c. SMP/MTs, Tahun Lulus : MTSN Batin XXIV Jangga Baru , 2011
d. SMA/MA, Tahun Lulus : SMA Islam Al falah Jambi , 2014
70
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :Imam Mashudi
NIM : Spi. 141835
Alamat :, Kel. Beliung, Kec. Alam Barajo, Kota
Jambi, Prov. Jambi
Menyatakan bahwa Skripsi saya berjudul:
“Kedudukan dan Peran Ombudsman dalam mencegah dan mengatasi
Maladministrasi pembuatan E-ktp di Provindi Jambi. Yang dimunaqasyahkan
pada hari…………….tanggal 23 September 2019
Dengan penguji : 1) Sayuti Una,S.Ag,.MH
2) Yudi Armansyah,S.Th.I,M.Hum