ilmu makki dan madani_studi al-qur'an_prof. dr. hm ali aziz, m.ag
TRANSCRIPT
0
AYAT AL-QUR’A<N
MAKALAH
Diajukan sebagai Tugas Matakuliah Studi Al-Qur’a>n
Semester Satu Konsentrasi Ekonomi Isla>m
Oleh
Muhammad Nizar
NIM. F0.5.4.11.174
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
1
AYAT AL-QUR’A<N
Abstrak
Penyampaian al-Qur’a>n kepada Nabi Muhammad SAW, seiring
dengan priode dakwah Nabi Muhammad SAW, yang meliputi priode
Mekkah dan priode Madinah, yang pertama berlangsung kurang lebih
13 tahun, sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, dan
yang terakhir berlangsung kurang lebih 10 tahun setelah Nabi
Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Ayat atau surat yang di
turunkan pada priode pertama disebut dengan ayat atau surat al-
Makiyyah dan pada priode ke dua yang disebut dengan al-
Madaniyyah.
Para Mufassir mendefinisikan Makiyyah dan Madaniyah menjadi 3
kelompok, yang pertama melihat tempat turunnya, kalau turun di
Mekkah maka dinamakan Makiyyah, jikalau di Madinah maka
dinamakan Madaniyah. Pendapat tentang definisi tersebut selanjutnya
berdasarkan individu atau masyarakat yang menjadi objek
pembicaraan, larangan atau perintah al-Qur’a>n dan priode penurunan
al-Qur’a>n.
Kegunaan ilmu Makki dan Madani ini sangat banyak sekali di
antaranya mengetahui sejarah syariat. Untuk mengidentifikasi yang
mana yang madinah dan yang mana yang Makiyyah kita dapat
mengetahui ciri-cirinya. Diantara ciri surat atau ayat Makiyyah adalah
setiap surat yang terdapat padanya sajdah, setiap surat yang
mengandung lafad kalla, ini termasuk Makiyyah. Sedangkan
Madaniyyah cirinya adalah berbicara tentang hukum syara‟, berbicara
dengan orang-orang munafik.
A. Definisi Ayat
Di dalam kamus Bahasa indonesia yang disusun oleh LH. Santoso,
ayat adalah alamat, tanda. Ayah ( ʾāyātun) adalah آيبد ʾāyatun, jamak Ayat آيخ
kata dalam bahasa Arab untuk tanda atau keajaiban, sama dengan bahasa
Ibrani ot (אות), yang berarti tanda. Kata ini biasanya merujuk pada satu dari
6236 ayat dalam al-Qur'a>n (6349 ayat bila termasuk 113 bismillah, tak
termasuk satu di Surah At-Taubah). Muslim menghormati setiap ayat al-
Qur'a>n sebagai tanda dari Allah. Kata Ayat juga digunakan oleh penganut
Kristen di negara dengan pengaruh bahasa Arab yang kuat, seperti penganut
Kristen di Indonesia. (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ayat, 18 September
2011)
Nomor ayat dalam sebuah simbol ditulis di ujung setiap ayat.
Simbolnya , akhir ayat. (Hafizh Ibn Katsir. 1999: 06)
1
2
B. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Yang dimaksud dengan ilmu makki dan madani ialah ilmu yang
membahas ihwal bagian al-Qur’a >n yang makki bagian yang madani, baik dari
segi arti dan maknanya, cara-cara pengetahuannya, atau tanda masing-
masingnya, maupun macam-macamnya. Sedangkan yang dimasud dengan
makki dan madani ialah bagian-bagian kitab suci al-Qur’a >n, dimana ada
sebagiannya termasuk makki dan ada yang termasuk madani. Tetapi dalam
memberikan kriteria bagian mana yang termasuk makki dan mana yang
termasuk madani itu, atau di dalam mendefinisikan masing-masingnya, ada
beberapa teori yang berbeda-beda, karena perbedaan orientasi yang menjadi
dasar tinjauan masing-masing. (Abdul Djalal, 2000: 78)
Sedikitnya ada empat teori dalam menentukan kriteria untuk
memisahkan nama bagian al-Qur’a>n yang makki atau surat atau ayat yang
makiyah, dan mana bagian yang madani atau suat atau ayat yang madaniyah.
Teori-teori ini ialah sebagai berikut:
1. Teori Mala>hazhatu Maka>nin Nuzuli (teori geografis)
Yaitu teori yang berorientasi pada tempat turunnya al-Qur’a>n atau
tempat turun ayat.
Teori ini mendefinisikan makki dan madani, sebagai berikut:
Al-Qur’a>n makki atau surat atau ayat makiyah ialah yang turun di
Mekkah dan sekitanya, baik waktu turunnya itu Nabi Muhammad SAW
belum hijrah ke Madinah ataupun sesudah hijrah. Termasuk katagori
makki atau madaniyah menurut teori ini ialah ayat-ayat yang turun kepada
Nabi Muhammad SAW ketika beliau berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah,
dan sebagainya.
Al-Qur’a>n madani atau surat atau ayat madaniyah ialah yang turun
di Madinah dan sekitarnya. Temasuk madani atau madaniyah menurut
teori geografis ini ialah ayat-ayat atau surat yang turun kepada Nabi
Muhammad SAW sewaktu beliau di Badar, Qubq, Madinah, Uhud, dan
lain-lain.
Dalil dari teori geografis ini ialah riwayat Abu Amr dan Utsman
bin Said ad-Darimi:
ب ضي ثىخ ب ضي ف ؽشيك إ اذيخ لج أ يجغ اج ط هللا عي ع اذيخ ف
.ب ضي ع اج ط هللا عي ع ف أعفبس ثعذ لذ اذيخ ف اذ. اى
3
“Al-Qur’a>n yang diturunkan di Mekkah dan yang diturunkan dalam
pejalanan hijrah ke Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW sampai ke
Madinah adalah termasuk makki. Dan al-Qur’a>n yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan-perjalanan beliau, setelah tiba di
Madinah adalah termasuk madani.”
Kelebihan dari teori geografis ini ialah hasil rumusan pengertian
makki dan madani ini jelas dan tegas. Jelas, bahwa yang dinamakan makki
adalah ayat atau surat yang turun di Mekkah. Tetapi dinamakan makki,
meski surat atau ayat turun di Mekkah itu sesudah Nabi Muhammad SAW
hijrah ke Madinah. Hal ini berbeda dengan rumusan teori lain, yaitu teori
historis, bahwa ayat atau surat yang turun sesudah Nabi Muhammad SAW
hijrah itu dimaksud katagori Madinah, meski turunnya di Mekkah atau di
sekitarnya.
Kelemahan teori geografis ini ialah rumusannya tidak bisa
dijadikan patokan, batasan atau definisi. Sebab, rumusannya itu belum bisa
mencakup seluruh ayat al-Qur’a >n ini hanya turun di Mekkah dan
sekitarnya atau Madinah dan sekitarnya. Kenyataannya, ada beberapa ayat
yang turun keluar di luar kedua daerah tersebut. Misalnya, seperti ayat
sebagai berikut:
(42: ازثخ) وب عشػب لشيجب عفشا لبطذا ال رجعن
“Dan kalau yang kamu serukan (kepada mereka) itu keuntungan yang
mudah diperoleh dalam perjalanan yang tidak jauh, tentu mereka akan
mengikuti kamu.” (Q.S. at-Taubah: 42)
Ayat ini diturunkan di daerah Tabuk, jauh dari kota Mekkah
maupun Madinah.
( 45: اضحشف)اعئ اسعب له سعب أجعب د اشح ءاخ يعجذب
“Dan tanyakanlah kepada Rasul-Rasul Kami yang telah Kami utus
sebelum kamu, dan kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain
Allah yang Maha Pemurah.”
Ayat ini diturunkan di Baitul Muqaddas, daerah Palestina pada
malam Isra‟ Mikraj Nabi Muhammad SAW. Karena itu, ayat ini juga tidak
bisa termasuk makkiyah ataupun madaniyah, karena jauh sekali dengan
kedua kota tersebut.
Apalagi kalau menurut hadits Nabi Muhammad SAW, riwayat ath-
Thabrani dari Abu Umamah yang tegas menjelaskan, bahwa tempat
turunya al-Qur’a>n ini tidak hanya di kota Mekkah dan Madinah,
melainkan di tiga kota yaitu Mekkah, Madinah dan Syam.
ىخ اذيخ , أضي امشا ف ثالثخ أىخ: لبي سعي هللا ط هللا عي ع, ع أث أبخ لبي
.يع ثجيذ امذط: لبي ايذ, اشب
4
“Dari Abu Umamah berkata, Rasulullah SAW bersabda: al-Qur’a>n itu
diturunkan di tiga tempat: Mekkah, Madinah dan Syam. Al-Walid
mengatakan: yakni, di Baitul Muqaddas.” (H.R. Ath-Thabrani dari Abu
Umamah)
Dengan demikian, teori geografis itu kelemahannya sangat
kelihatan.
2. Teori Mala>hazhatu Makha>thabi>na Fil Nuzuli (teori subjektif)
Yaitu teori yang berorientasi pada subjek siapa yang dikhitbatkan
atau di panggil dalam ayat. Jika subjeknya orang-orang Mekkah maka
ayatnya dinamakan makkiyah. Dan jika subjeknya orang-oang Madinah
maka ayatnya disebut madaniyah.
Menurut teoi subjektif ini, yang dinamakan al-Qur’a>n makki atau
surat atau ayat makkiyah ialah yang berisi khithab atau panggilan kepada
penduduk Mekkah dengan memakai kata-kata: “Ya> Ayyuhan Na>su‛
(wahai manusia) atau ‚Ya> Ayyuhal Ka>firu>na‛ (wahai orang-orang kafir)
atau ‚ya> Bani> A<dama‛ (hai anak cucu Nabi Adam), dan sebagainya.
Sebab, kebanyakan penduduk Mekkah adalah orang-orang kafir, maka
dipanggil wahai orang-orang kafir atau wahai manusia, meski orang kafir
dan lain-lain daerah ikut dipanggil juga.
Sedangkan yang dimaksud dengan al-Qur’a>n madani atau surat
atau ayat madaniyah ialah yang berisi panggilan kepada penduduk
Madinah. Semua ayat yang dimulai dengan nida (panggilan): ‚Ya> Ayyuhal
Ladzina A<manu>‛ (wahai orang-orang yang beriman) adalah termasuk ayat
atau surat madaniyah. Sebab, mayoritas penduduk Madinah adalah
mukminin, sehingga dipanggil dengan orang-orang yang beriman, meski
sebenarnya kaum mukminin dari daerah-daerah lain juga ikut terpanggil
pula.
Teori subjektif ini mendasarkan kriterianya pada dalil riwayat dari
Abu „Ubaid dari Maimun bin Mihran dalam kitab Fadhailul Qur’a >n yang
berbunyi:
.بوب ف امشا ثيبيب ابط ا يب ث اد فئ ى ب وب ثيبيب ازي اا فئ ذ
“Bagian dalam al-Qur’a>n yang dimulai dengan Ya> Ayyuhan Na>su atau Ya>
Bani> A<dama adalah surat makki. Dan yang dimulai dengan Ya> Ayyuhal
Ladzina A<manu adalah madani.”
5
Dalil lain dari teori ini ialah riwayat Abu „Amr dan Utsman bin
Sa‟id Ad Damiri:
.بوب امشا مذب ثيبيب ازي اا ف ذ ب وب ثيبيب ابط ف ى
“Dan bagian dari al-Qur’a>n yang dimulai dengan Ya> Ayyuhal Ladzi>na
A<manu> adalah madani, dan yang dimulai dengan Ya> Ayyuhan Na>su
adalah makki.”
Kelebihan dari teori subjektif ini ialah rumusannya lebih mudah
dimengerti. Sebab, dengan memakai kriteria khithab atau nida’ lebih
tampak dan lebih cepat dikenal. Ayat yang dimulai dengan nida Ya>
Ayyuhan Na>su atau Ya> Ayyuhal Kafiu>na jelas menunjukkan ayat
makkiyah, dan yang dimulai dengan Ya> Ayyuhal Ladzi>na A<manu> jelas
menunjukkan ayat madaniyah. Sebab, memang sudah terkenal bahwa
orang-orang Madinah adalah kebanyakan beriman.
Tetapi kelemahan dari teori subjektif ini lebih banyak dari pada
teori-teori yang lain. Sedikitnya, teori ini mempunyai dua kelemahan
sebagai berikut:
a. Rumusan pengertiannya tidak dapat dijadikan batasan atau definisi,
karena tidak bisa mencakup seluruh ayat al-Qur’a>n. Sebab, dari
seluruh ayat al-Qur’a>n 6236 ayat itu, yang dimulai dengan nida’
(panggilan) menurut Abdul Jalal dalam bukunya Ulumul Qur’a>n,
hanya 511 / 6236 x 100%= 8,19% saja. Jadi, masih lebih banyak yang
tidak tecakup dalam rumusan masalah teori ini (masih 91,81%) yang
tidak dimulai dengan nida’ dari pada yang tercakup dalam teori ini
yang kurang dari 1/10 (sepersepuluhnya) itu.
b. Rumusan kriterianya juga tidak dapat berlaku secara menyeluruh,
bahwa semua ayat yang dimulai denga Ya> Ayyuhan Na>su itu pasti
makkiyah, dan seluruh ayat yang dimulai Ya> Ayyuhal Ladzina A<manu
itu tentu madaniyah. Karena itu, teori ini tidak mudah dipegangi dan
tidak dapat dipertanggung jawabkan. Sebab, ternya ada beberapa ayat
yang dimulai dengan nida’: Ya> Ayyuhan Na>su itu bukan makkiyah,
melainkan madaniyah. Contohnya, seperti ayat sebagai berikut:
( 1:اغبء)يبايب ابط ارما سثى
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu.” (Q.S. an-Nisa 1)
(21: اجمشح)يبايب ابط اعجذا سثى
6
“Hai Manusia sembahlah Tuhanmu.” (Q.S. al-Baqarah:21)
(133:اغبء)ا يشأ يزجى أيب ابط
“Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu, wahai
manusia.” (Q.S. an-Nisa: 133)
Sebaliknya, ada pula beberapa ayat yang dimulai dengan nida’
Ya> Ayyuhal Ladzina A<manu> itu bukan madaniyah, melainkan
makkiyah. Contohnya, seperti dalam lafat al-Qur’an:
( 77: احج)يبايب ازي اا اسوعا اعجذا اعجذا سثى
“Hai oang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu....” (Q.S. al-Hajj: 77)
3. Teori Mala>hazhatu Zama>nin Nuzuli (teori histois)
Yaitu teori yang berorientasi pada sejarah waktu turunnya al-
Qur’a>n. Yang dijadikan tonggak sejarah oleh teori ini ialah hijrah Nabi
Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.
Pengertian makkiyah menurut teori ini, ialah ayat-ayat al-Qur’a>n
yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah,
meski turunya ayat itu di luar kota Mekkah, seperti ayat-ayat yang turun di
Mina, Arafah, Hudaibiyah, ialah ayat-ayat yang turun setelah Nabi
Muhammad SAW hijah ke Madinah, meski turunnya di Mekkah atau
sekiranya, seperti ayat-ayat yang diturunkan di Badar, Uhud, Arafah, dan
Mekkah.
Teori historis ini juga berpegang pada dalil riwayat Abu Amr dan
Utsman bin Sa‟ad ad-damiri:
ب ضي ثىخ ب ضي ف ؽشيك إ اذيخ لج أ يجغ اج ط هللا عي ع اذيخ ف
.ب ضي ع اج ط هللا عي ع ف أعفبس ثعذ لذ اذيخ ف اذ. اى
“Al-Qur’a>n yang diturunkan di Mekkah dan yang diturunkan dalam
perjalanan hijrah ke Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW sampai ke
Madinah adalah termasuk makki. Dan al-Qur’a>n yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan-perjalanan beliau setelah tiba di
Madinah adalah termasuk madani.”
Kelebihan dari teori historis ini, dinilai para ulama sebagai teori
yang benar, baik dan selamat. Sebab, urusan teori ini mencakup
keseluruhan ayat al-Qur’a >n, sehingga dapat dijadikan batasan atau definisi.
7
Memang, tidak ada sedikitpun ayat atau bagian al-Qur’a>n yang tidak
tercakup dalam rumusan teori ini. Tidak ada yang keluar dari batasan turun
sebelum atau sesudah hijrah Nabi Muhammad SAW. Semua ayat al-
Qur’a>n itu kalau tidak turun sebelum hijriyah, pasti turun setelah hijriyah.
Tidak ada seorang pun yang menilai historis ini jelek atau lemah,
semua memuji dan hanya menyebutkan kelebihan-kelebihannya. Menurut
pengamat penulis buku Ulumul Quran karangan Abdul Djalal, sebetulnya
teori historis ini memang sudah baik, tetapi masih juga ada sedikit
kelemahannya. Yakni, seringkali mengakibatkan kejanggalan-kejanggalan.
Sebab, beberapa ayat al-Qur’a>n yang nyata-nyata turun di Mekkah, tetapi
hanya karena turunnya itu setelah hijrah, lalu tetap dianggap madaniyah.
Contoh, seperti ayat-ayat sebagai berikut:
( 3: ابئذح)ايب اوذ ى ديى ارذ عيى عز سػيذ ى اإلع ديب
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamanu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridai Islam itu jadi agama
bagimu.” (Q.S. al-Maidah: 3)
Ayat ini turun waktu Nabi Muhammad SAW wukuf di Arafah
yang hanya 25 km dari Mekkah.
(58:اغبء)إ هللا يأشو أ رؤد اال ذ إ أيب
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya.” (Q.S. an-Nisa: 58)
Ayat ini turun di tengah kota Mekkah. Bahkan sewaktu Nabi
Muhammad SAW berada di dalam Ka‟bah, di tengah-tengah Masjidil
Haram Mekkah. Tetapi dalam teori historis ini, ayat tersebut tetap disebut
sebagai madaniyah.
4. Teori Mala>hazhatu Ma Tadhammanat As Su>ratu (teori content analysis)
Yaitu suatu teori yang mendasarkan kriterianya dalam
membedakan makkiyah dan madaniyahnya kepada isi dari pada ayat atau
surat yang bersangkutan.
Yang dinamakan makkiyah menurut teori content analiysis ini
ialah surat atau ayat yang berisi cerita-cerita umat dan para Nabi atau
8
Rasul dahulu. Sedang yang di sebut madaniyah ialah surat atau ayat yang
berisi hukum hudad, faraid, dan sebagainya.
Dalil-dali yang di jadikan landasan teori content analiysis ini
antara lain ialah riwayat-riwayat sebagai berikut:
a. Riwayat Hisyam dari ayahnya (al-Hakim):
و عسح روشد فيب احذد افشائغ ف ذيخ و ب وب في روش امش ابػيخ
. ف ىيخ
“Setiap surat yang di dalamnya disebutkan hukum-hukum faraid
adalah madaniyah, dan setip surat yang di dalamnya disebutkan
kejadian-kejadian masalalu adalah makkiyah.”
b. Riwayat al-Qamar dari Abdullah:
و عسح فيب يبايب ابط افمؾ ا وال ا ب حشف ازج ع اضشي اعيذ ف
و عسح فيب لظض األجيبء . ا فيب لظخ اد اثظ ع اطث ف ىيخ, ج
. اال اخبيخ ىيخ و عسح فيب فشيؼخ ا حذ ف ذيخ
“Setiap surat yang di dalamnya ada lafal: Ya> Ayyuhan>asu atau lafal
faqath atau ada lafal kalla, atau ada huruf abjadnya selain dua surat
cemarlang (al-Baqarah dan Ali> Imra>n), dan yang ada janjinya kadang-
kadang, atau yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam bersama
Iblis, kecuali surat al-Baqarah adalah makkiyah, seperti halnya semua
surat yang berisi kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu juga
makkiyah, sedangkan surat-surat yang di dalamnya berisi hukum-
hukum yang wajib atau hukum-hukum had (pidana) adalah
madaniyah.”
Kelebihan dari teori analysis ini adalah, bahwa kriterianya jelas,
sehingga mudah difahami, sebab gampang dilihat orang. Orang tiggal lihal
saja tanda-tanda tertentu itu, nampak atau tidak dalam suatu surat atau ayat
dahulu, baru bisa mengetahui kriterianya atau katagorinya.
Kelemahannya, pelaksanaan pembedaan makkiyah dan madaniyah
menurut teori ini tidak praktis. Sebab, orang harus mempelajari isi
kandungan masing-masing ayat dahulu, baru bisa melihat kriterianya atau
kategorinya.
9
C. Tanda-Tanda Surat Makkiyah dan Madaniyah
1. Cara mengetahui makiyah dan madaniyah
Untuk mengetahui tanda-tanda suatu surat atau ayat itu makkiyah
atau madaniyah, tidak ada jalan lain kecuali dengan dasar riwayat dari para
sahabat Nabi Muhammad SAW atau para tabi‟in yang menjelaskan hal
tersebut. Sebab, tidak ada nas dari hadits Nabi Muhammad SAW, yang
khusus menjelaskan soal-soal makkiyah dan madaniyah ini. Hal ini
dikarenakan para sahabat dan tabi‟in, pada waktu itu tidak membutuhkan
penjelasan soal-soal tersebut, karena mereka sudah menyaksikan sendiri
waktu-waktu turunnya wahyu, cara-cara turunnya dan materinya dan kasus
yang menyebabkan turunnya. (Abdul Djalal, 2000: 87)
Karena itu, sahabat Abdullah bin Mas‟ud pernah menegaskan:
ب ضذ عسح وزبة هللا اال , هللا از الا اال غيش: لبي عجذ هللا ث غعد سػ هللا ع
اع ا احذا اع , ال ضذ ايخ وزبة هللا اال اب أع فيب ضذ, اب اع اي ضذ
. ثىزبة هللا رجغ اال ث ش وزت إي
“Abdullah Ibnu Mas‟ud berkata: Demi Allah yang tiada tuhan selain Dia,
tidak diturunkan sesuatu surat dari kitab Allah, kecuali saya ketahui dari
mana surat itu diturunkan. Dan tidak diturunkan sesuatu ayat dari
kitabullah, kecuali saya mengetahui mengenai hal apa ayat itu diturunkan,
dan kalau saya tahu ada seseorang yang lebih mengetahui soal kitab Allah
itu dari pada saya yang dapat ditempuh tempatnya dengan naik unta, pasti
saya akan naik unta kepadanya.”
Al-Qadhi Abu Bakar dalam kitabnya al-Intishar yang dikutib
dalam buku karangan Abdul Djalal memberi alasan, mengapa tidak ada
nas soal makkiyah dan madaniyah ini dari Nabi Muhammad SAW, ialah
beliau tidak diperintahkan untuk menjelaskan hal itu. Allah pun tidak
menjadikan pengetahuan tentang makkiyah dan madaniyah ini sebagai
kewajiban. (Abdul Djalal, 2000: 88)
Imam al-Ja‟bari menegaskan:
, فبغبع ب ط ايب ض. عبع ليبع, عشفخ اى اذ ؽشيمزب: لبي اجعجش
. اميبع لبي عمخ ع عجذهللا و عسح فيب يبايب ابط اخ
“Al-Ja‟bari berkata: untuk mengetahui makki dan madani ada dua jalan,
yaitu jalan sima‟i (riwayat) dan qiyasi (penerapan). Yang jalan sama‟i
ialah menurut riwayat yang sampai kepada kita mengenai turunnya al-
10
Qur’a>n itu, sedang yang qiyasi (penerapan) yaitu seperti yang dikatakan
Alqaman dari Abdullah, yakni semua surat yang berisi Ya> Ayyuhan Na>su
dan seterusnya seperti dalil kedua dari teori content analysis.”
2. Tanda-tanda makkiyah dan madaniyah
Dari keterangan para sahabat Nabi Muhammad SAW dan tabi‟in,
dapatlah diketahui tanda-tanda dari surat-surat makkiyah ataupun
madaniyah. (Kadar M. Yusuf, 2010:32)
a. Tanda-tanda surat makkiyah
1) Di dalamnya terdapat lafal “kalla” ( والال). lafal tersebut tedapat
tedapat dalam seluruh al-Qur’a>n ada 33 kali dalam 25 surat-surat
dibagian akhir mushhaf Utsman.
Contohnya, antara lain seperti dalam ayat-ayat, sebagai berikut:
( 100: اؤ) وال اب وخ لبءب
“sekali-kali tidak, sesuanggihnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja” (Q.S. al-Mukmin: 100)
(15: اشعشاء)لبي وال فبرجب ثبيزب اب عى غزع
“Allah befirman: jangan takut (mereka tidak akan membunuhmu),
maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami
(mukjizat-mukjizat). Sesungguhnya kami bersama kalian
mendengarkan (apa yang mereka katakan).” (Q.S. Asy-Syu‟aa: 15)
(62: اشعشاء)لبي وال إ ع سث عيذي
“Musa menjawab: sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya
Tuhanku bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
(Q.S. Asy-Syu‟ara: 62)
(15: اعبسج)وال إب ظ
“Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang
bergejolak.” (Q.S. Asy-Syu‟ara: 15)
(53: اذثش)وال ث ال يخبف اال خشح
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka tidak takut kepada neraka
akhirat.” (Q.S. al-Muddastsir: 53)
11
(12-11: اميبخ)وال ال صسا سثه يئز اغزمش
“Sekali-kali tidak ada tempat berlindung. Hanya kepada Tuhanmu
sajalah pada hari itu tempat kembali.” (Q.S. al-Qiyamah: 11-12)
(12-11: عجظ)وال اب رزوشح ف شبء روش
“Sekali-kali jangan (demikian), sesungguhnya ajaan-ajaan Tuhan
itu adalah suatu peringatan, tentulah ia memperhatikannya.” (Q.S.
„Abasa: 11-12 )
( 9: اإلفطبس)وال ث رىزث ثبذي
“Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendusatakan hari
pembalasan.” (Q.S. al-Infithar: 9)
Dan 24 ayat-ayat yang lain.
2) Di dalamnya tedapat ayat-ayat sajdah (disunahkan bersujud tilawah
jika membacanya). Di dalam al-Qur’a>n ada 15 ayat sajdah, yaitu
sebagai berikut: (Chaerudji Abd. Chalik, 2007: 133)
يغجح يغجذ
“Dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepadNya mereka
bersujud”.
(15: اشعذ)هلل يغجذ ف اغح االسع
“Hanya kepada Allah lah sujud (patuh) segala apa yang ada di
langit dan di bumi” (Q.S. ar-Ro‟du: 15)
(50: اح)يفع ب يؤش
“Dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).”
(Q.S. an-Nahl: 50)
(109: اإلعشاء)يجش الرلب يجى يضيذ خشع
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu.” (Q.S. al-Isra:109)
(58: شي)إرارز عي ايذ اشح خشا عجذا ثىيب
12
“Apabila dibaca ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada
mereka, maka mereka menyungkur dengan besujud dan menagis”
(Q.S. Maryam: 58)
(18: احج)إ هللا يفع ب يشبء
“Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Q.S. al-
Hajju: 18)
( 77: احج)افعا اخيش عى رفح
“Dan berbuat kebajikan, supaya kalian mendapat kemenangan.”
(Q.S. al-Hajju: 77)
( 60: افشلب)لبا ب اشح اغجذ ب رأشب صاد فسا
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian
kepada yang Maha Penyayang", mereka menjawab:"Siapakah yang
Maha Penyayang itu? Apakah Kami akan sujud kepada Tuhan
yang kamu perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?", dan
(perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman).” (Q.S. al-
Furqan: 60)
(26: ا)هللا ال ا اال سة اعشػ اعظي
“Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah), kecuali Dia Tuhan
Yang mempunyai Asy yang besar.” (Q.S. an-Naml: 26)
اب يؤ ثبيزب ازي إرا روشا ثب خشا عجذا عجحا ثحذ سث ال يغزىجش
(15: اغجذ)
“Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat
Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat
itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya,
dan lagi pula mereka tidaklah sombong.” (Q.S. as-Sajdah: 15)
( 24: ص)ظ داد اب فز فبعزغفش سث خش ساوعب ابة
“Dan Daut mengatakan bahwa kami mengujinya, maka ia meminta
ampun kepada Tuhan nya, lalu menyungkur sujud dan bertobat”
(Q.S. Sha>d: 24)
( 38: فظذ)فبزي عجذ سثه يغجح ثبي ابس ال يغئ
13
“Maka mereka (malaikat) yang disisi Tuhanmu bertasbih
kepadaNya di malam dan siang hari, sedang mareka tidak jemu-
jemu.” (Q.S. Fushshilat: 38)
(21: اإلشمبق)إرا لشا عي امشا ال يغجذ
“Dan apabila al-Qur’a >n dibacakan kepada mereka, mereka tidak
bersujud.” (Q.S. al-Insyiqoq: 21)
( 19: اعك)وال ال رطع ا عجذ الزشة
“Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya, dan sujud
dan dekatlah (darimu kepada Tuhan).” (Q.S. al-“alaq: 19)
3) Setiap surat yang terdapat padanya kisah adam atau iblis termasuk
al-makkiyah, kecuali al-Baqarah.
4) Dipermulaan terdapat surat-surat tahajji (huruf yang berpotong-
potong) atau fawatih al-suwar, serti ا, , يظ, ح dan sebagainya.
Di dalam al-Qur’a>n terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf-
huruf tahajji ini, dua diantaranya termasuk surat madaniyah,
sehingga ada 27 surat yang makiyah, antara lain:
a) Surat 38 / Sha>d, yang dimulai dengan huruf: ص
b) Surat 50 / Qa>f, yang dimulai dengan huruf: ق
c) Surat 68 / al-Qalam, yang dimulai dengan huruf:
d) Surat 40 / al-Mu‟min, yang dimulai dengan huruf: ح
e) Surat 20 / Tha>ha>, yang dimulai dengan huruf: ؽ
f) Surat 27 / an-Naml, yang dimulai dengan huruf: ؽظ
g) Surat 36 / Yasi>n, yang dimulai dengan huruf: يظ
h) Surat 29 / al-Ankabu>t, yang dimulai dengan huruf: ا
i) Surat 10 / Yunu>s, yang dimulai dengan huruf: اش
j) Surat 26 / asy-Syu‟ara, yang dimulai dengan huruf: ؽغ
k) Surat 13 / ar-Ra‟du, yang dimulai dengan huruf:اش
l) Surat 7 / al-A’Ra>f, yang dimulai dengan huruf: اض
14
m) Surat 19 / Marya>m, yang dimulai dengan huruf: ويعض
n) Surat 42 / asy-Syu‟ara, yang dimulai dengan huruf: ح عغك
o) Dan 13 surat yang lain.
5) Berisi nasihat-nasihat petunjuk dan ibadah-ibadah dari balik cerita
yang dapat menyadarkan bahwa kekafiran, kedurhakaan dan
pembangkangan ummat itu hanya mengakibatkan kehancuran dan
kesengsaraan saja.
6) Di dalamnya berisi keterangan-keterangan adat kebiasaan orang
kafir dan orang musyrik yang suka mencuri, merampok,
membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan
sebagainya.
7) Berisi ayat-ayat nida‟ (panggilan) yang ditujukan kepada penduduk
Mekah atau orang-orang kafir, musyrik dan sebagainya, dengan
ungkapan Ya> Ayyuha>n-Na>s atau Ya> Ayyuhal Ka>firu>n atau Ya>
Bani> Adam. Dalam seluruh al-Qur’a>n, bentuk nida‟ tersebut ada
292 ayat, atau 292 / 6236 x 100 % = 4,68 %. (Abdul Djalal, 2000:
89)
8) Di dalamnya berisi penjelasan dengan bukti-bukti dan argumentasi
dari alam ciptaan Allah SWT yang dapat menyadarkan orang-
orang kafir untuk beriman kepada Tuhan Allah SWT dan percaya
kepada para Rasul dan kitab-kitab suci, hari kiamat dan
sebagainya. (Ibrahim El deeb, 2009: 223)
9) Terdapat padanya kisah adam atau iblis termasuk al-makkiyah,
kecuali al-Baqarah.
10) Kebanyakan surat atau ayat-ayatnya pendek-pendek, karena
menggunakan bentuk i>jaz (singkat-padat). Bentuk tesebut
ditujukan kepada oang-orang Quaisy Mekah yang umumnya pakar
bahasa Arab.
b. Tanda-Tanda surat madaniyah
Tanda-tanda dari surat madaniyah ini banyak, antara lain
sebagai berikut:
1) Ayat al-madaniyah pada umumnya berbicara tentang hukum
syara‟, undang-undang sipil, kriminal, jihad, damai, peperangan,
15
hukum waris, hak-hak individu, ekonomi dan sosial. Contohnya
seperti surat al-Baqarah, an-Nisa‟, al-Maidah, Al-Syura> dan
sebagainya. (Chaerudji Abd. Chali>k, 2007: 135).
2) Berbicara tentang orang-orang munafik, menjelaskan akhlak dan
perilaku mereka. kecuali surat Al-Ankabut. Contohnya, surat an-
Nisa’, al-Anfa>l, al-Taubat, al-Ahza>b, al-Fath, al-Hadi>d, al-
Munafiqu>n dan al-Tahri>m.
3) Berisi izin jihad fi sabililla>h dan hukum-hukumnya, seperti surat
al-Baqarah, al-Anfa>l, al-Tauba>t, al-Hajj.
4) Berisi da‟wah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani
serta penjelasan akidah-akidah mereka yang menyimpang,
contohnya, surat al-Baqarah, al-Imra>n, al-Fath, al-Hujurat, dan lain
sebagainya. (Chaerudji Abd. Chalik, 2007: 136).
5) Kebanyakan surat atau ayat-ayatnya panjang-panjang, sebab
ditujukan kepada penduduk Madinah yang orang-orangnya banyak
yang kurang terpelajar, sehingga perlu dengan ungkapan yang luas
agar jelas.
6) Berisi ayat-ayat nida’ (panggilan) yang ditujukan kepada penduduk
Madinah yang Islam, dan khittab (seruan)nya: يب ايبازي اا yang
dalam Al-Qur‟an ada 219 ayat, atau 219 / 6236 x 100 % = 3,51 %.
7) Perdebatan dengan ahlul kitab tentang akidah mereka dan
mengajak mereka agar jangan berlebihan (al-ghuluw) dalam
persoalan agama sehingga menganggap Nabi itu Tuhan.
Dari 144 surat isi al-Qur’a>n terdapat 86 surat makkiyah dan 28
surat lainnya merupakan surat madaniyah. Hal ini seperti yang terlihat
dalam tabel ini.
Daftar Surat-Surat Al-Qur’a>n
Menurut Priode dan Kronologi Turunnya
No. Urut Surat Makkiyah Surat Madaniyah
1. Al-Alaq Al-Baqarah
2. Al-Qolam Al-Anfal
3. Al-Muzammil Ali Imron
4. Al-Muddatstsir Al-Ahzab
5. Al-Fatihah Al-Mumtahanah
6. Al-Lahab An-Nisa’
7. At-Takwi>l Az-Zalzalah
16
8. Al-A’la> Al-Hadi>d
9. Al-Lail Muhammad
10. Al-Fajr Ar- Ra’d
11. Ad}-D}h}a< Ar-Rahma>n
12. Alam Nasyrah Al-Insa>n
13. Al-Ashr Ath-Thala>q
14. Al-A>diya>t Al-Bayyinah
15. Al-kautsar Al-Hasyar
16. At-Taka>tsur An-Nu>r
17. Al-Ma>’u>n Al-Hajj
18. Al-Ka>firu>n Al-Muna>fiqu>n
19. Al-Fi>l Al-Muja>dilah
20. Al-Falaq Al-Hujura>t
21. An-Na>s At-Tahri>m
22. Al-Ikhla>sh At-Taga>bun
23. An-Najm Ash-Shaf
24. ‘Abasa Al-Jumu’ah
25. Al-Qadr Al-Fath
26. Asy-Syams Al-Ma>i’dah
27. Al-Buru>j At-Taubah
28. At-Ti>n An-Nashr
29. Quraisy
30. Al-Qa>ri’ah
31. Al-Qiya>mah
32. Al-Humazah
33. Al-Mursala>t
34. Qa>f
35. Al-Balad
36. Ath-Tha>riq
37. Ai-Qamar
38. Sha>d
39. Al-A’ra>f
40. Al-Jin
41. Ya>si>n
42. Al-Furqa>n
43. Fa>thir
44. Maryam
45. Tha>ha>
46. Al-Wa>qi’ah
47. Asy-Syu’ara>’
48. An-Naml
49. Al-Qashash
50. Al-Isra>
51. Yu>suf
52. Hu>d
53. Yu>nus
54. Al-Hijr
55. Al-An’a>m
17
56. Ash-Sha>ffa>t
57. Luqma>n
58. Saba’
59. Az-Zumar
60. Al-Mu’min
61. fushsilat
62. Asy-Syu>ra>
63. Az-Zukha>n
64. Ad-Dukha>n
65. Al-Ja>tsiyah
66. Al-Ahqa>f
67. Adz-Dzariya>h
68. Al-Gha>syiyah
69. Al-Kahfi
70. An-Nahl
71. Nu>h
72. Ibra>hi>m
73. Al-Anbiya’
74. Al-Mu’minu>n
75. As-Sajadah
76. Ath-Thu>r
77. Al-Mulk
78. Al-Ha>qqah
79. Al-Ma’a>rij
80. An-Naba’
81. An-Na>zi’a>t
82. Al-Infitha>r
83. Al-Insyiqa>q
84. Ar-Ru>m
85. Al-Ankabu>t
86. Al-Muthaffifi>n
Suatu surat yang tergolong makkiyah tidaklah berarti semua ayat
yang terkandung di dalamnya makkiyah, kadang-kadang terdapat dalam
surat makkiyah, demikin pula sebaliknya. Hal itu seperti yang terlihat
dalam surat Al-An’a>m (6), surat ini termasuk makkiyah tetapi di dalamnya
terdapat beberapa ayat al-madaniyah, yaitu ayat 20, 23, 91, 93, 114, 114,
151, 152 dan 153.
D. Macam-Macam Surat Makiyah dan Madaniyah
Pada umumnya, para ulama membagi macam-macam surat al-Qur'a>n
menjadi dua kelompok, yaitu surat-surat makiyah dan madaniyah. Mereka
bebeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya.
Sebagian ulama mengatakan, bahwa jumlah surat makkiyah ada 20 surat.
18
Sebagian ulama lain mengatakan, bahwa jumlah surat makkiyah ada 84 surat,
sedangkan yang madaniyah ada 30.
Dr. Abdullah Syahhatah dalam bukunya al-Qur'a>n Wat Tafsir
mengatakan, surat-surat al-Qur'a>n yang disepakati para ulama sebagai surat
makkiyah ada 82, dan yang disepakati sebagai surat madaniyah ada 20. sedang
yang 12 surat lagi masih diperselisihkan status makkiyah atau madaniyahnya.
(Adbul Djalal, 2000: 98)
Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama itu dikarenakan adanya
sebagian surat yang seluruh ayat-ayatnya makkiyah atau madaniyah, dan ada
sebagian surat lain yang tergolong makkiyah dan madaniyah, tetapi di
dalamnya berisi ayat yuang lain statusnya. Karena itu, dai segi makkiyah dan
madaniyah ini, maka surat-surat al-Qur'a>n itu terbagi menjadi empat macam,
sebagai berikut:
1. Surat-surat makkiyah murni (ىيخ وب)
Yaitu surat-surat makkiyah yang seluruh ayat-ayatnya juga
berstatus makkiyah semua, tidak ada satupun yang madaniyah. Surat-surat
yang berstatus makkiyah murni ini seluruhnya ada 58 surat, yang berisi
2.074 ayat. Contohnya seperti surat-surat al-Fa>tihah, Yunus, ar-Ra’du, al-
Anbiya, al-Mu’minu >n, an-Naml, Sha>d, Fathi>r dan surat-surat yang
pendek-pendek pada jus 30 (kecuali surat an-Nashr).
2. Surat-surat madaniyah murni (ذيخ وب)
Yaitu surat-surat madaniyah yang seluruh ayat-ayatnyapun
madaniyah semua, tidak ada satu ayat pun yang makkiyah. Surat-surat
yang bestatus madaniyah murni ini seluruhnya ada 18 surat, yang terdiri
dari 737 ayat. Contohnya seperti surat-surat Ali Imra>n, an-Nisa, an-Nu>r,
al-Ahza>b, al-Hujurat, al-Mumtaha>nah, az-Zalzalah, dan sebagainya.
3. Surat-surat makkiyah yang berisi ayat madaniyah (ىيخ فيب ذيخ)
Yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah
makkiyah, sehingga berstatus makkiyah, tetapi di dalamnya ada sedikit
ayatnya yang berstatus madaniyah. Suat-surat yang demikian ini dalam al-
Qur'a>n ada 32 surat, yang terdiri dari 2699 ayat. Contohnya, antara lain
seperti surat-surat al-An’a>m, al-A’ra>f, Hu>d, Yusu>f, Ibrahi>m, al-Furqa>n, az-
Zuma>r, asy-Syura>, al-Waqi’ah, dan lain sebagainya.
4. Surat-surat madaniyah yang berisi ayat makiyah (ذيخ فيب ىيخ)
19
Yaitu surat-surat yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus
madaniyah. Surat-surat yang demikian ini dalam al-Qur'a>n hanya ada 6
surat, yang terdiri dari 726 ayat, yaitu surat-surat al-Baqara>h, al-Maidah,
al-Anfa>l. At-Taubah, al-Hajju, dan surat Muhammad atau al-Qita>l.
Dari empat macam kelompok-kelompok surat tersebut di atas
terkumpul 114 suat dan 6236 ayat, yaitu jumlah seluruh isi al-Qur'a>n.
Sebab, 58 surat + 18 Surat + 32 Surat + 6 Surat = 6236 ayat.
Rincian masing-masing adalah sebagai berikut:
No.
Rut
No.R
un
No.
Sur
Nama Sur Status Awalan Akhiran Jumyat Juz
1. > 8 87 A’la 1 1 2 19 30
2. 24 80 Abasa 1 4 13 42 30
3. 14 100 Adiyat 1 5 6 11 30
4. 1 96 Alaq 1 7 7 19 30
5. 73 21 Anbiya 1 4 5 112 17
6. 13 103 Ashr 1 5 2 3 30
7. 35 90 Balad 1 4 6 20 30
8. 100 98 Bayyinah 1 4 6 8 30
9. 27 85 Buru>j 1 5 9 22 30
10. 11 93 Dhuha 1 5 2 11 30
11. 64 44 Dukha>n 1 2 2 59 25
12. 67 51 Dza>riya>t 1 5 6 60 26-27
13. 10 89 Fajr 1 5 2 30 30
14. 20 113 Falaq 1 7 1 5 30
15. 43 35 Fa>thir 1 1 5 45 22
16. 5 1 Fatihah 1 1 15 7 1
17. 19 105 Fi>l 1 8 13 5 30
18. 61 41 Fishshilat 1 2 5 54 24-25
19. 68 88 Ghasyiyah 1 8 6 26 30
20. 78 69 Haqqah 1 4 12 52 29
20
21. 32 104 Humazah 1 9 6 9 30
22. 22 112 Ikhlas 1 7 11 4 30
23. 82 82 Infithar 1 6 17 19 30
24. 98 76 Insa>n 1 8 6 31 29
25. 83 84 Insyiqaq 1 6 6 25 30
26. 12 94 Insyirah 1 8 11 8 30
27. 65 45 Ja>tsiyah 1 2 12 37 25
28. 40 72 Jiin 1 7 5 28 29
29. 18 109 Kafiun 1 7 8 6 30
30. 15 108 Kautsar 1 4 8 3 30
31. 6 111 Lahab 1 9 6 5 30
32. 9 92 Lail 1 5 11 21 30
33. 79 70 Ma’arij 1 4 17 44 29
34. 4 74 Mudatsir 1 3 5 56 29
35. 77 67 Mulk 1 1 16 30 29
36. 74 23 Mu’minun 1 4 1 118 18
37. 60 40 Mu’min 1 2 6 85 24
38. 86 83 Muthaffifin 1 9 6 36 30
39. 80 78 Naba> 1 8 17 40 30
40. 48 27 Naml 1 2 12 93 19-20
41. 21 114 Nas 1 7 15 6 30
42. 81 79 Nazi’at 1 5 17 46 30
43. 71 71 Nuh 1 4 1 28 29
44. 25 97 Qada 1 4 15 5 30
45. 30 101 Qari’ah 1 4 15 11 30
46. 31 75 Qiyamah 1 4 5 40 29
47. 29 106 Quraisy 1 10 15 4 30
48. 96 13 Ra’du 1 2 10 43 13
21
49. 97 55 Rahman 1 4 12 78 27
50. 38 38 Sha>d 1 2 9 88 23
51. 56 37 Shaffa>t 1 5 12 182 213
52. 26 91 Syams 1 5 6 15 30
53. 16 102 Taka>tsur 1 4 18 8 30
54. 7 81 Takwi>r 1 6 15 29 30
55. 36 86 Tha>riq 1 5 6 17 30
56. 76 52 Thu>r 1 5 7 49 27
57. 28 95 Ti>n 1 5 5 8 30
58. 51 10 Yunus 1 2 8 109 11
Jumlah 58 2.074 ayat
No.
Rut
No.R
un
No.
Sur
Nama Sur Status Awalan Akhiran Jumyat Juz
1. > 89 3 Ali Imra>n 2 2 3 200 3-4
2. 92 4 Nisa 2 3 4 176 4-5
3. 102 24 Nur 2 4 5 64 18
4. 90 33 Ahzab 2 3 6 73 21-22
5. 111 48 Fath 2 4 6 29 26
6. 106 49 Hujura>t 2 3 5 18 26
7. 94 57 Hadid 2 1 5 29 27
8. 105 58 Mujadilah 2 4 6 22 28
9. 101 59 Masyr 2 1 5 24 28
10. 91 60 Mumtahanah 2 3 18 13 28
11. 109 61 Shaaf 2 1 2 14 28
12. 110 62 Jum’ah 2 1 5 11 28
13. 104 63 Munafiqun 2 6 5 11 28
22
14. 108 64 Tagha>bun 2 1 5 18 28
15. 99 65 Thalaq 2 3 5 12 28
16. 107 66 Tahrim 2 3 13 12 28
17. 93 99 Zalzalah 2 6 6 8 30
18. 114 110 Nashr 2 6 12 3 30
Jumlah 18 Surat 737 Surat
E. Faedah Mengetahui makki dan madani
Ilmu al-Makki dan al-Madani suatu ilmu yang harus dikuasai seorang
mufassir dan mujtahid dalam mengistimbatkan hukum dalam al-Qur’a>n.
Sebab, ilmu ini dapat membantu dan menghindarkannya dari kesalahan
memahami al-Qur’a>n. Di antara manfaat atau kegunaan ilmu Al-Makki dan Al-
Madani, yaitu:
1. Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat
yang lebih dahulu dan mana ayat yang tuun belakangan dari kitab suci al-
Qur’a>n.
2. Menentukan ayat nasi>kh dan mansu>kh. Jika seorang mufassir atau
mujtahid menemui dua ayat yang kontradiktif (ta’arudh), dan dia
mengetahui bahwa salah satu diantaranya ayat al-madaniyah dan yang lain
al-makkiyah, maka dia dapat menetapkan bahwa ayat al-makkiyah itu telah
dinasikhkan oleh ayat al-madaniyah.
3. Mengetahui sejarah syariat. Ia dibebankan kepada umat secara berangsur-
angsur. Terlihat misalnya, nuansa bimbingan ayat-ayat al-makkiyah
kepada umat ini berbeda dengan ayat-ayat al-madaniyah. Sebab, periode
sebelum hijrah merupakan tahap pertumbuhan karena itu perlu diberikan
secara perlahan-lahan dan tidak merasa diberatkan. Sedangkan priode
setelah hijriah merupakan tahap perkembangan, karena itu umat sudah siap
menerima segala yang datang dari Allah. Dengan cara demikian, tidak ada
para sahabat yang menentang ajaran Islam, mereka sepenuhnya tunduk
kepada perintah Nabi. Hal ini perlu dipelajari oleh para tokoh masyarakat
dalam mendidik dan membimbing bangsa ini kejalan yang benar.
(Chaerudjin Abd. Chalik, 2007: 137)
23
4. Menanamkan keyakinan kepada umat, dari sudut sejarah, mengenai
keabsahan al-Qur’a>n. Ia datang dari Tuhan, bersih dari penyimpangan dan
perubahan. Para ulama sangat besar perhatiannya kepada al-Qur’a>n,
sehingga mereka tidak hanya mengetahui, mencatat dan mengkaji ayat-
ayat saja, tetapi juga mengetahui dan mempelajari ayat-ayat yang turun
setelah dan sebelum hijrah, ayat yang turun disiang hari, malam hari,
ditempat Nabi tinggal, dalam perjalanan, pada musim panas, musim dingin
dan lain sebagainya. Hal ini misalnya, tergambar dalam ungkapan Ibnu
Mas‟ud. Dia mengatakan, “demi Allah seseorang lebih mengetahui, tiada
tuhan selain Dia. Tidak satu pun surat al-Qur’a>n yang turun kecuali aku
tahu dimana ia diturunkan. Tidak ada ayat yang turun, kecuali aku
mengetahui mengenai apa ia diturunkan. Jika ada seseorang yang lebih
mengetahui tentang Kitab Allah dari padaku, dan tempat tinggalnya dapat
dicapai dengan unta, maka aku akan pergi ke tempat itu.”
Demikian beberapa faedah mengenai ilmu makki dan madani menurut
para ulama ahli Ulu>mul Qur’a>n.
F. Kesimpulan
Ayat adalah kata dalam bahasa Arab untuk tanda atau keajaiban, kata
ini biasanya merujuk pada satu dari 6236 ayat dalam al-Qur'a>n. Orang muslim
menghormati setiap ayat al-Qur'a>n sebagai tanda dari Allah. Kata Ayat juga
digunakan oleh penganut Kristen di negara dengan pengaruh bahasa Arab
yang kuat, seperti penganut Kristen di Indonesia.
Kata al-Makki berasal dari “Mekah” dan al-Madani berasal dari kata
“Madinah”. Secara harfiah, al-Makiyah berarti “yang bersifat Mekah”,
sedangkan al-Madaniyah berarti “yang bersifat Madinah”. Maka ayat atau
surat yang turun di Mekah disebut surat Makkiyah, dan yang diturunkan di
Madinah disebut surat al-Madaniyah. Di antara manfaat atau kegunaan ilmu
Al-Makki dan Al-Madani, yaitu: Menentukan ayat nasi>kh dan mansu>kh,
mengetahui sejarah syariat, Agar dapat mengetahui keadaan lingkungan,
situasi dan kondisi masyarakat pada waktu turun ayat Al-Qur‟an.
Dari 144 surat isi al-Qur’a >n terdapat 86 surat makkiyah dan 28 surat
lainnya merupakan surat madaniyah. Ada dua cara yang dapat digunakan
untuk mengetahui ayat al-makkiyah dan al-madaniyah, yaitu sima>’i dan qiya>si
(analogi). Yang pertama adalah berdasarkan penjelasan para sahabat secara
langsung. Hal ini dapat diketahui melalui riwayat yang telah ditulis oleh para
24
ahli hadits dalam buku-buku hadits, seperti al-kutub as-sittah. Dan yang
terakhir adalah dengan cara membandingkan tanda-tanda al-makki atau al-
madani dengan struktur ayat yang terdapat dalam surat.
25
Daftar Pustaka
Abd. Cha>lik, Chaerudjin. Ulu>mul Qur’a>n. Jakarta: Diadit Media. 2007.
Abdurrahma>n. Ronoedarsono, Adriyanto. The Amazing Stories of Al-Qur’a>n.
Bandung: Salamadani. 2009.
Al Deeb, Ibrahi>m. Be Aliving Qur’a>n. Tanggerang: Ummul Qura>’. 2009.
Al-Shali>h, Subhi, Mabahits Fi> Ulu>m Al-Qur’a>n. Bairu>t: Da>r Al-Ilm Lil Mala>yin.
1977.
Djalil, Abdul. Ulu>mul Qur’a>n. Surabaya: Dunia Ilmu. 2000.
Ibn Katsir, Hafizh. Tafsir al-Qur’a>n al-‘Azhi>m, Juz 4. Riyad: Dar Thaibah. 1999.
Izzan, Ahmad. Ulu>mul Qur’a>n. Bandung: Tafaku>r. 2007.
M. Yusuf, Kadar. Studi Al-Qur’a>n. Jakarta: Amzah. 2010.
Marzuki, Kamaluddi>n. ‘Ulu>m Al-Qur’a>n. Bandung: Remaja Rosydakarya. 1994.
Supiana, Karman. Ulu>mul Qur’a>n. Bandung: Pustaka Isla>mika. 2002.