ii. tinjauan pustaka - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel...

18
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Ikan Tuna Mata Besar atau Bigeye Tuna (Thunnus obesus) Menurut Collette & Nauen (1983), klasifikasi ikan tuna mata besar adalah sebagai berikut : Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Superclass: Gnathostomata Class: Osteichthyes Subclass: Actinopterygii Suborder: Scombroidei Family: Scombridae Subfamily: Scombrinae Genus: Thunnus Species: Thunnus obesus 7-10 finlets Sirip punggung Sirip dada Sirip ekor Sirip anal Gambar 2. Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) Thunnus obesus atau dikenal dengan sebutan Bigeye tuna atau tuna mata besar, termasuk jenis tuna besar, sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan

Upload: vophuc

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Ikan Tuna Mata Besar atau Bigeye Tuna

(Thunnus obesus)

Menurut Collette & Nauen (1983), klasifikasi ikan tuna mata besar adalah

sebagai berikut :

Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Superclass: Gnathostomata Class: Osteichthyes Subclass: Actinopterygii Suborder: Scombroidei Family: Scombridae Subfamily: Scombrinae Genus: Thunnus Species: Thunnus obesus 7-10 finlets Sirip punggung

Sirip dada

Sirip ekor

Sirip anal

Gambar 2. Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)

Thunnus obesus atau dikenal dengan sebutan Bigeye tuna atau tuna mata besar,

termasuk jenis tuna besar, sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

7

menjadi sangat panjang pada individu yang sangat kecil. Warna bagian bawah dan

perut putih, garis sisi pada ikan yang hidup seperti sabuk berwarna biru membujur

sepanjang badan, sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung

kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan (finlet)

berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya. Menurut Reiner (1996), spesies

ini mencapai panjang total maksimum (total length/TL) 250 cm dengan panjang

cagak (Fork Length/FL) rata-rata per individunya lebih dari 180 cm. Pada tahun

1957 pernah dilaporkan di Cabo Blanco, Peru sepanjang 263 cm dengan berat 197,3

kg, sedangkan pada tahun 1977 di Samudera Atlantik, tepatnya Maryland, USA

seberat 170,3 kg dengan panjang cagak 206 cm. Ukuran panjang cagak normal yang

tertangkap antara 40 cm dan 170 cm (Fonteneau dan Marcille Eds. 1991).

Menurut Fukofuka dan Itano (2006), ikan tuna mata besar mempunyai ciri-ciri

luar sebagai berikut :

• Sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor;

• Pada ikan dewasa matanya relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang lain;

• Profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata;

• Sirip dada pada ikan dewasa, 1/4-1/3 kali fork length (FL);

• Sirip dada pada anak ikan tuna (yuwana) lebih panjang dan selalu melewati

belakang sebuah garis yang digambar di antara tepi-tepi anterior sirip punggung

kedua dan sirip anal;

• Ikan-ikan tuna mata besar dengan ukuran <75 cm (10 kg) mempunyai sirip dada

yang lebih panjang dari pada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang

sebanding.

2.2. Distribusi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)

Ikan tuna mata besar (Bigeye tuna) hidup di perairan tropis sampai subtropis.

Ikan ini adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) sewaktu

mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan

renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat

meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk diantaranya

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

8

beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas samudera (highly

migratory) (Supadiningsih dan Rosana 2004).

Distribusi ikan tuna di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor

internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor internal

meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku (behaviour). Perbedaan

genetis ini menyebabkan perbedaan dalam struktur morfologis, respon fisiologis dan

daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan,

diantaranya adalah parameter oseanografis seperti suhu, salinitas, densitas dan

kedalaman lapisan termoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan

makanan. Tuna mata besar bersifat epipelagik, mesopelagik, berada pada permukaan

sampai kedalaman 250 m. Suhu dan kedalaman termoklin menjadi faktor utama

distribusi vertikal dan horizontal dari ikan tuna mata besar (Maury 2005).

Kedalaman renang tuna bervariasi tergantung jenisnya. Umumnya tuna dapat

tertangkap di kedalaman 0-400 m. Salinitas perairan yang disukai ikan tuna mata

besar berkisar 32-35 ppt atau di perairan oseanik. Habitat ikan tuna mata besar di

daerah perairan dengan suhu dari 13°-29°C, namun batas suhu optimumnya antara

17°C dan 22°C. Variasi yang terjadi berhubungan erat dengan musim dan perubahan

iklim dari suhu permukaan dan termoklin. Ikan tuna mata besar kecil dan juvenil

bergerombol di permukaan perairan dengan sesama spesiesnya ataupun dengan

madidihang dan cakalang. Ikan dewasa tinggal di perairan yang lebih dalam.

Ikan tuna mata besar mempunyai pola tingkah laku yang khas berdasarkan

kedalaman, yaitu pada malam hari ikan tuna ini berada di lapisan permukaan pada

kedalaman kira-kira 50 m, dan pada siang hari dapat menyelam hingga kedalaman

500 m (Dagorn et al. 2000, Gunn dan Block 2001). Menurut Mohri dan Nishida

(1999) laju tangkap ikan tuna mata besar di Samudera Hindia sangat rendah pada

kedalaman kurang dari 100 m dan lebih tinggi pada kedalaman lebih dari 200 m.

Ikan betina dewasa lebih banyak ditemukan di perairan tropis. Ikan tuna dewasa

ditemukan setiap tahun di daerah sekitar barat dan tengah Samudera Hindia,

meskipun relatif jarang ditemukan juga di Samudera Hindia bagian timur pada bulan

April hingga September.

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

9

Ikan tuna mata besar dapat bertahan pada kondisi oksigen terlarut dengan

konsentrasi lebih rendah dibandingkan dengan spesies tuna lainnya dan mampu

mendiami perairan yang lebih dalam (Stequert dan Marsac 1989) yang konsentrasi

oksigennya 1,5 ml/l dengan batas toleransi terendah 0,5 ml/l.

Penyebaran ikan tuna mata besar di dunia yaitu di perairan subtropis dan

tropis Samudera Pacifik, India dan Atlantik, tetapi tidak terdapat di Laut

Mediterrania (Gambar 3). Di Indonesia, daerah penyebaran tuna, termasuk tuna

mata besar, secara horisontal meliputi perairan barat dan selatan Sumatera, selatan

Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Laut Banda dan sekitarnya, Laut Sulawesi dan

perairan barat Papua. Semua jenis tuna terdapat di Indonesia kecuali tuna sirip

biru utara dan tuna sirip hitam, karena tuna sirip biru utara menghuni Samudera

Pasifik dan Atlantik, sedangkan tuna sirip hitam hanya terdapat di Samudera

Atlantik (Uktolseja 1988).

Sumber: FAO (2005)

Gambar 3. Peta penyebaran ikan tuna mata besar di dunia.

2.3. Makanan Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)

Ikan tuna merupakan ikan karnivora dan menempati tempat teratas dalam

rantai makanan di laut. Ikan tuna memakan kelompok ikan kecil lain, cumi dan

krustasea planktonik. Ikan tuna menggunakan gerakan yang hebat dalam kolom air

untuk menangkap makanannya. Pergerakan ikan tuna naik dan turun di kolom air

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

10

juga sesuai dengan ketersediaan makanan. Sepanjang hari ikan tuna cenderung

menyelam ke bawah dan malam hari naik ke permukaan untuk makan dan ke tengah

untuk menghindari kompetisi makanan. Menurut Calkins, 1980 kebiasaan makan

ikan tuna mata besar adalah oportunistik dalam semua tahap hidupnya selama siang

dan malam dengan mangsanya krustase, cephalopod dan ikan.

2.4. Aspek Reproduksi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)

2.4.1. Seksualitas

Kajian reproduksi ikan membutuhkan pengetahuan mengenai perkembangan

gonad pada individu ikan. Metode yang biasa digunakan adalah berdasarkan tampilan

morfologi gonad secara visual. Metode ini memang lebih cepat tetapi kurang akurat.

Metode histologi dapat digunakan untuk mendapatkan analisis yang lebih rinci

mengenai pola perkembangan oosit dan spermatosit yang akan menyokong definisi

perkembangan gonad.

Tuna seperti semua scombrid lainnya adalah heteroseksual yaitu jenis

kelaminnya terpisah (jantan dan betina) dan tidak ada ciri morfologis eksternal untuk

melihat perbedaan kelamin. Ikan jantan diidentifikasi oleh keberadaan testes dan ikan

betina oleh kehadiran ovari dalam gonad. Fertilisasi telur eksternal dan mengambil

tempat di air setelah dilepaskan oleh ikan betina.

Masa hidup ikan tuna mata besar 12 tahun, perlahan mencapai laju

pertumbuhan moderate dan matang pada umur 3-4 tahun (FL:110 cm dan W: 30 kg).

Ikan tuna mata besar dapat mencapai berat hingga 180 kg pada usia 8 tahun atau lebih

tua. Kematian alami dan ukuran stok rendah. Ikan tuna merupakan multiple atau

batch spawner, benih gametnya langsung masuk ke laut untuk fertilisasi. Ikan tuna

merupakan pemijah berlimpah dan memijah tergantung spesiesnya yang mungkin

memijah beberapa kali sepanjang musim pemijahan. Ikan tuna betina diklasifikasikan

matang atau aktif secara seksual ketika isi ovarinya penuh dengan kuning telur. Ikan

tuna jantan diklasifikasikan matang seksual jika terdapat sperma pada kantung

sperma.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

11

2.4.2. Perkembangan Gonad

Perkembangan gonad ikan sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan ikan

sehingga faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan juga

berpengaruh pada perkembangan gonad. Ada dua tahapan perkembangan gonad

yaitu tahap perkembangan gonad ikan menjadi dewasa kelamin (sexually mature) dan

tahapan pematangan gamet (gamet maturation). Pada hewan vertebrata termasuk

ikan, saat terjadinya kematangan gonad adalah merupakan periode ikan muda yang

memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi. Hal ini terjadi dengan

teraktivasinya axis hypothalamus pituitary gonad (Amer et al. 2001).

Mekanisme pengaturan hormon dalam tahapan gametogenesis pada ikan

diatur oleh hormon Pituitary Gonadotropin (GtH) dan steroid hormone dari gonad.

Kedua hormone tersebut mengatur proses perkembangan gonad dan proses

pematangan gonad. Mekanisme kerja dari hormon tersebut diatur/dipicu oleh

keadaaan lingkungan (suhu, cahaya matahari) yang memberikan sinyal lingkungan

kepada sistem syaraf untuk memulai proses pematangan dari gonad. Adanya sinyal

lingkungan tersebut maka efeknya adalah hypothalamus mengeluarkan gonadotropin

releasing hormon (GnRH) yang dapat menstimulasi keluarnya hormone Pituitary

Gonadotropin (GtH). Pada ikan pertumbuhan dan pematangan distimulasi oleh GtHII

(Tang dan Affandi 2001).

Pada saat proses perkembangan dan pematangan gonad ikan sebagian energi

pertumbuhan akan dialihkan dari perkembangan sel somatik menjadi pertumbuhan sel

gamet sehingga pada saat ikan sudah matang gonad bobot gonad pada ikan betina

beratnya dapat mencapai 10-25% dari berat tubuhnya sedangkan pada ikan jantan

antara 5-10% dari berat tubuhnya (Effendi 1997). Secara kuantitatif tingkat

perkembangan gonad ini dapat dihitung dengan menggunakan Gonado Somatic Index

(GSI). Semakin tinggi perkembangan gonad maka perbandingan antara berat tubuh

dan gonad semakin besar yang diperlihatkan dengan nilai GSI yang besar, semakin

besar nilai GSI maka dapat dijadikan indikator semakin dekatnya waktu pemijahan.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

12

2.4.2.1. Perkembangan Testis

Testis adalah organ tempat terjadinya proses produksi spermatozoa. Pada ikan

golongan teleost, testis terdiri dari sepasang organ yang terletak pada bagian bawah

dari gelembung renang di bagian atas dan usus dan ada di belakang ginjal. Pada

induk jantan yang matang anterior testisnya berisi 3/4 volume dari sperma. Pada

bagian belakang dari masing-masing testis terbentuk saluran sperma yang menuju

bagian genital papila. Testis terdiri dari seminiferous tubules dan aliran darah. Pada

teleost ada dua tipe dasar struktur testis yaitu tipe lobular dan tipe tubular (Nagahama

1983)

Testis terdiri dari banyak lobul yang saling terpisah oleh jaringan

penghubung. Pada tiap lobul diselimuti oleh tunica albuginea dengan lapisan otot

yang halus. Sel Leydig tersebar pada lapisan tubulus seminiferus yang merupakan sel

yang memproduksi hormon endogren yang merangsang pertumbuhan karakter

seksual sekunder dan melepaskan spermatozoa pada saat pemijahan. Sel sertoli

terletak antara sel spermatogenik dalam tubulus seminiferus yang merupakan suplai

nutrien bagi sperma.

Perkembangan sel dalam testis tidak mengalami perubahan yang berarti, saat

terjadi proses spermatogenesis tidak memperlihatkan perubahan yang nyata

dibandingkan pada proses oogenesis di ovarium. Saat spermatogenesis sel dalam

testis hanya mengalami perubahan dari bentuk sel spermatogonia menjadi

spermatozoa. Peningkatan volume terjadi di dalam testis saat proses pematangan sel

yang berhubungan dengan tubulus seminiferus yang berisi spermatozoa yang

densitasnya meningkat dan biasanya terjadi saat mendekati musim pemijahan.

Spermatogenesis terbagi menjadi dua tahapan proses yaitu

spermatositogenesis dan spermiogenesis. Proses ini terjadi di sepanjang tubulus

dengan berbagai macam tahapan perkembangan. Spermatogenesis terjadi di lobular

atau tubular dalam kista yang berisi sel primer spermatogonia. Kista tersebut dibentuk

oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses

spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya luluh melepaskan sperma

pada lobular lumen dan bergerak ke kantung sperma. Tahap yang berbeda pada

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

13

proses spermatogenesis ditentukan dari karakter struktural dari germ cell dan keadaan

inti selnya. Spermatogonia primer melakukan pembelahan mitosis untuk membentuk

spermatogonia sekunder yang berbentuk sel kista. Spermatogonia sekunder kemudian

membentuk spermatosit primer yang kemudian melakukan pembelahan miosis I

untuk membentuk spermatosit sekunder. Pada tahapan ini terjadi proses

spermatositogenesis. Spermatid yang terbentuk dari spermatosit sekunder melalui

pembelahan miosis II kemudian berkembang menjadi spermatozoa melalui proses

speriogenesis. Saat proses spermiogenesis ini tidak terjadi pembelahan sel hanya

terjadi perubahan struktur sperma sehingga menjadi bagian kepala, leher dan ekor.

Pada akhir spermiogenesis, sel kista luluh dan melepaskan spermatozoa pada lumen

lobul dalam testis (Billard 1992)

Proses spermatogenesis diatur oleh hormon gonadotropin dan hormon testis

(androgen). Gonadotropin menstimulasi pembentukan androgen oleh sel Leydig dan

kemudian mengontrol proses spermatogenesis dan spermiasi. Pada kebanyakan

spesies teleost jenis steroid androgennya adalah 11-ketotestosterone, saat

spermatogenensis jumlah hormon androgen ini meningkat sampai pada tahap akhir

proses spermatogenesis dan proses pemijahan (Amer et al. 2001). Di dalam testis

dan salurannya (seminal vesicle) juga terdapat jenis hormon steroid lain yang dapat

membantu proses pemijahan terjadi yaitu jenis hormon steroid glucuroides. Hormon

ini berperan sebagai sex pheromon yang dapat menstimulasi perkembangan ovarium

pada ikan betina, meningkatkan responsifitas pemijahan dan membantu terjadinya

ovulasi saat terjadinya pemijahan (Viveiros et al. 2001)

2.4.2.2. Perkembangan Ovarium

Pada ikan dewasa, ovarium secara umum berjumlah sepasang yang menempel

pada rongga tubuh (body cavity). Oosit yang berkembang terletak di tengah dalam

lapisan folikel yang dilindungi oleh suatu lapisan sel yang memproduksi steroid.

Lapisan folikel terdiri dari lapisan dalam yaitu lapisan granulose dan lapisan luar atau

sel theca yang dipisahkan oleh membran sel. Di antara lapisan luar oosit dan sel

granulose dipisahkan oleh lapisan yang disebut dengan zona radiata atau lapisan telur.

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

14

Lapisan protein zona radiata dihasilkan dari plasma darah dan disimpan pada lapisan

ini. Saat yang sama maka oosit diisi oleh protein kuning telur (lipovitellin, phosvitin)

yang diturunkan dari vitelogenin (Vtg). Kedua protein telur yaitu protein zona radiata

dan protein vitelogenin merupakan protein yang penting dalam pembentukan

kematangan telur, kedua protein ini disintesa di liver dengan pengaturan dari

endokrin melalui axis hypothalamus-pituitary-gonad-liver (Arukwe et al. 2003).

Ikan rata-rata memiliki ukuran dan jumlah telur yang besar bila dibandingkan

dengan hewan lain. Hal ini berkaitan dengan strategi ikan dalam menjaga

kelangsungan hidup generasi selanjutnya. Proses pembentukan, perkembangan dan

maturasi dari gamet betina yang disebut sebagai proses oogenesis merupakan suatu

proses yang berkaitan dengan sistem hormon dalam tubuh yang dipengaruhi oleh

faktor lingkungan. Perkembangan oosit dalam ovarium melewati beberapa tahapan,

secara umum dalam kelompok ikan teleost ada 4 tahapan yaitu perkembangan sel

primer, cortical alveoli atau pembentukan kuning telur, proses vitelogenesis dan

pematangan. Oosit dalam tahapan perkembangan sel primer tidak mengandung

kuning telur. Pada tahapan Cortical alveoli ditandai dengan pembentukan protein

telur dalam sitoplasma yang menandai akan bekembangnya telur pada tahap

selanjutnya. Dengan perkembangan oosit maka cortical alveoli akan berkembang

dalam bentuk dan ukuran dengan melepaskan isinya dalam membran perivitelin di

dalam membran telur selama proses pembentukan telur. Pada ikan yang memiliki

lipid globule juga akan terkumpul pada tahapan ini dalam sitoplasma.

Tahapan vitelogenesis ditandai dengan adanya kuning telur dalam sitoplasma

oosit. Oosit berkembang akibat adanya akumulasi kuning telur dalam sitoplasma.

Vitelogenesis akan berkembang secara penuh dan kemudian mengalami maturasi dan

ovulasi karena adanya pengaruh hormonal. Tahapan pematangan telur ditandai

dengan migrasinya inti sel ke daerah lubang mikrofil (animal pole). Ketika nukleus

telah bermigrasi maka tahapan pembelahan meiosis pertama terjadi. Tahapan hidrasi

akan terjadi saat pematangan akhir ketika mendekati proses ovulasi yang terjadi

dengan adanya uptake cairan oleh oosit. Setelah terjadi ovulasi maka selanjutnya

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

15

akan terjadi proses pembelahan meiosis kedua dan oosit telah menjadi telur secara

sempurna dan siap untuk dibuahi (Murua dan Kraus 2003).

Secara histologis perkembangan telur mengalami beberapa tahapan yaitu :

1. Fase previtelogenik merupakan fase pertumbuhan telur yang berjalan lambat

dengan hanya terjadi sedikit perubahan sitoplasma. Nukleus yang

mengandung satu nukleolus kemudian berkembang dan terbentuk ribonukleus

yang mengandung inti dari telur (Balbiani’s vitelline body).

2. Fase vitelogenik ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan terjadinya

penyimpanan sebagian besar kuning telur dalam ooplasma. Saat akhir proses

vitelogenik atau saat awal dari maturasi akhir, germinal vesicle (nukleus) yang

saat awal berada di tengah bergerak ke arah tepi mendekati mikrofil.

2.4.3. Musim Pemijahan Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)

Masa pemijahan ikan tuna di wilayah Pasifik terjadi sepanjang tahun di

perairan tropis dan musiman pada lintang tinggi di perairan dengan suhu di atas 24°C,

idealnya mendekati 26oC (Kume 1967; Miyabe 1994). Kemudian Hisada (1979)

menambahkan bahwa ikan tuna mata besar memerlukan kedalaman di lapisan

tercampur sedikitnya 50 m dengan suhu permukaan laut kurang dari 24°C. Kume

(1967) mencatat bahwa ada hubungan antara kematangan ikan tuna mata besar pada

suhu permukaan laut di bawah 23°C hingga 24°C, yang mewakili batas rendah

aktivitas pemijahan.

Pada umumnya, ikan tuna mata besar diyakini memijah sepanjang tahun di

daerah tropis (10°N – 10oS) dan selama bulan musim panas di lintang tinggi (Collette

dan Nauen 1983). Sebuah studi oleh McPherson (1991) di perairan Australia timur

mendukung konsep ini yang menyatakan bahwa pemijahan ikan tuna mata besar di

ekuator berlangsung sepanjang tahun dengan musim pemijahan di daerah utara

Australia.

Di Samudera Pasifik ukuran minimum pertama matang kali seksual untuk

ikan tuna mata besar sekitar 100 cm. Di Pasifik bagian barat ikan betina 50%

bereproduksi dengan ukuran pertama matang seksual adalah 135 cm dan ukuran

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

16

minimum matang seksual pada ukuran 102 cm (Schaefer et al. 2005). Sementara itu

Nootmorn (2004) menyatakan bahwa aktivitas pemijahan ikan tuna mata besar di

Samudera Hindia yaitu dari bulan Desember hingga bulan Januari dan bulan Juni.

Ukuran yang matang 50% untuk betina dan jantan diperkirakan pada panjang 88,08

dan 86,85 cm FL. Rasio kelamin bervariasi setiap bulan dengan selang kelas ikan

tuna ukuran kecil (85-115 cm FL) lebih banyak ikan betina, sedangkan ikan tuna

ukuran besar (125-155cm FL) terdiri dari ikan jantan

2.4.4. Waktu Pemijahan Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)

Ikan tuna mata besar merupakan serial spawner, dapat mengulang pemijahan

secara harian atau mendekati interval harian selama periode pemijahan yang panjang

(Nikaido et al. 1991). Pemijahan terjadi menjelang sore atau malam di dekat

permukaan (McPherson 1991). Diperkirakan dari pukul 18.00 hingga tengah malam,

menyimpan telur harian (Matsumoto dan Miyabe 2002). Puncak pemijahan pada

malam hari sekitar pukul 19.00 hingga pukul 24.00, dengan batch fekunditas jutaan

telur setiap periode pemijahan.

2.4.5. Potensi Reproduksi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)

Pada spesies ikan jumlah oosit (fekunditas), perkembangan oosit dan tipe

pemijahan yang berbeda-beda antar spesies merupakan strategi reproduksi yang

dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan gen. Tiap spesies ikan memiliki strategi

reproduksi yang berbeda-beda. Hal ini sangat berhubungan dengan sistem

pemijahan, jumlah partner, habitat dan waktu pemijahan. Strategi reproduksi yang

dilakukan oleh ikan bertujuan untuk memaksimalkan kelangsungan hidup dari

keturunannya yang berhubungan dengan ketersediaan energi dan umur induknya.

Pada kebanyakan spesies ikan yang hidup di laut jenis strategi yang

dikembangkan meliputi tipe pemijahan iteroparous yaitu pemijahan dilakukan lebih

dari satu kali ovulasi, gonochoristic yang menggambarkan bahwa antara ikan jantan

dan betina terpisah organ kelaminnya dan proses terjadinya pemijahan di luar tubuh

induknya tanpa adanya penjagaan oleh induk (non parental care)

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

17

Berdasarkan pada perkembangan diameter telur maka ada beberapa jenis tipe

perkembangan oosit pada ikan, yaitu (Murua dan Kraus 2003) :

1. Tipe perkembangan synchronous, semua oosit berkembang dan terevolusi pada

saat yang sama. Biasanya terjadi pada ikan yang memijah satu kali kemudian

mati, contohnya terjadi pada ikan salmon dan sidat. Frekuensi diameter oosit

ditandai dengan kurva satu puncak (single bell curve)

2. Tipe perkembangan group-synchronous, ditandai dengan adanya dua populasi

oosit pada satu waktu. Satu populasi ukuran oositnya lebih besar dan homogen

dan populasi yang kedua ukurannya lebih heterogen. Populasi telur dengan

diameter yang terbesar akan diovulasi pada saat musim pemijahan, sedangkan

populasinya akan diovulasi pada musim pemijahan selanjutnya dalam rentang

waktu yang cukup lama. Biasanya terjadi pada ikan yang musim pemijahannya

pendek.

3. Tipe perkembangan asynchronous, oosit dari setiap tahap perkembangan dan

berbagai ukuran diameter ada dalam telur dan tidak ditandai dengan populasi

yang dominan. Ketika proses pematangan terjadi maka akan tampak adanya

perbedaan ukuran diameter telur terutama telur tahap hidrasi dan pengumpulan

kuning telur. Biasanya terjadi pada spesies yang memiliki musim pemijahan

relatif panjang/berlanjut dan proses pematangan dan ovulasi sangat dipengaruhi

oleh ketersediaan makanan di perairan.

Lowe-McConnell (1991) mengemukakan empat pola pemijahan sebagai

berikut :

1. Tipe big bang-spawner, yaitu ikan yang memijah hanya sekali seumur

hidupnya dan kemudian mati. Contohnya pada Anguilla dan Salmon.

2. Tipe total spawner, yaitu ikan yang memijahkan telurnya sekaligus pada satu

kali musim pemijahan. Contohnya pada kebanyakan Characoidae, Cyprinidae

dan beberapa Siluridae.

3. Tipe partial spawner, yaitu ikan yang memijahkan telur tidak sekaligus dalam

satu musim pemijahan. Contohnya pada beberapa Cyprinidae, Characoidae,

Siluridae dan Anabantoidae.

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

18

4. Tipe small brood spawner, ikan yang mempunyai fekunditas kecil dan telur

dipijahkan sekaligus pada satu musim pemijahan. Contohnya pada

kebanyakan Cichilidae dan beberapa Poecilidae.

Fekunditas merupakan fungsi dari beberapa faktor : ukuran dan umur individu;

ukuran dan berat gonad, iklim dan variasi lingkungan. Ikan tuna memiliki fekunditas

yang sangat tinggi yang bertujuan untuk memperpanjang pemijahan, frekuensi

pemijahan tinggi dan relatif batch spawning. Ikan tuna betina dapat mengeluarkan

jutaan telur selama pemijahan tunggal. Ikan betina mampu melepaskan 100.000 telur

per kg berat tubuh.

Batch fekunditas seperti pada beberapa ikan, meningkat secara dramatis dengan

panjang tubuh dengan perkiraan batch fekunditas ikan tuna mata besar berkisar

sekitar 1.000.000-5.000.000 setiap memijah untuk ikan dengan ukuran berkisar dari

120-180 cm FL (Nikaido et al. 1991). Sun et al. 1999 memperkirakan rata-rata batch

fekunditas untuk ikan tuna mata besar Pasifik barat adalah 3.470.000 oocytes atau

59,5 oocytes per gram dari berat tubuh per ikan. Sementara itu menurut The

International Commission for the Conservation of Atlantic Tunas atau ICCAT 2006

jumlah telur yang dihasilkan ikan tuna mata besar tiap individunya antara 2.900.000-

6.300.000 setiap kali memijah.

2.5. Kondisi Perikanan Tangkap di Samudera Hindia

Sumberdaya ikan tuna merupakan salah satu komoditas ekspor andalan

Indonesia di bidang perikanan laut terutama bagi pelaku penangkapan di perairan

Samudera Hindia. Penangkapan ikan tuna di perairan Samudera Hindia yang

berbasis di Benoa menggunakan 3 jenis alat tangkap yaitu tuna long line/rawai tuna,

pukat cincin (purse seine) dan pancing ulur (hand line). Jumlah masing-masing alat

tangkap berdasarkan ukuran kapal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

19

Tabel 1. Jumlah alat tangkap berdasarkan jenis dan ukuran kapal ikan di Benoa, tahun 2007

Jenis Alat Tangkap Ukuran Kapal

(GT) Longline Handline Purse Seine Jumlah

< 5 1 - - 1

5-10 6 4 - 10

10-20 24 1 - 25

20-30 120 27 - 147

30-50 71 2 - 73

50-100 174 - 4 178

100-200 136 - - 136

200> - - - 0

Jumlah 532 34 4 570Sumber: Pengawas Kapal Ikan (WASKI) Benoa 2007 dalam PRPT 2008

Di perairan Samudera Hindia penangkapan tuna dengan menggunakan tuna

longline telah dimulai sejak tahun 1970-an dengan basis pendaratan di Benoa, Bali

Jumlah kapal tuna longline menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, namun

pada tahun terakhir ini jumlah armada yang aktif melakukan penangkapan semakin

berkurang karena tingginya biaya ekploitasi untuk pembelian BBM. Jumlah kapal

yang aktif beroperasi dan mendaratkan ikan di pelabuhan Benoa setiap bulannya

sangat berfluktuasi seperti disajikan pada Tabel 2 berikut.

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

20

Tabel 2. Jumlah kapal tuna long line yang beroperasi di Benoa setiap bulan pada tahun 2007

Jumlah Kapal Bulan

Berangkat Masuk

Januari 288 193

Pebruari 257 241

Maret 290 209

April 277 229

Mei 299 188

Juni 249 233

Juli 256 204

Agustus 247 182

September 221 126

Oktober 296 284

Nopember 289 190

Desember 309 300

Jumlah 3278 2579 Sumber: Pengawas Kapal Ikan (WASKI) Benoa 2007 dalam PRPT 2008

Dari Tabel 2 terlihat bahwa jumlah kapal tuna long line yang berbasis di Benoa

tercatat lebih dari 500 kapal, namun kapal-kapal yang aktif beroperasi untuk

melakukan penangkapan ternyata hanya sekitar 300 kapal (Tabel 1 dan 2). Hal ini

menunjukkan bahwa untuk setiap bulannya rata-rata jumlah armada penangkapan

tuna long line yang beroperasi kurang dari 60%.

Jumlah hasil tangkapan ikan tuna yang didaratkan setiap bulannya sangat

bervariasi. Hasil laporan Pengawas Kapal Ikan (WASKI) Benoa untuk produksi ikan

tuna pada tahun 2007 tercatat 3.844.196 kg, sedangkan jenis ikan lainnya sebesar

3.090.477 kg (WASKI, 2007 dalam PRPT, 2008). Hasil tangkapan tuna yang

dilaporkan WASKI jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan produksi ikan tuna

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

21

yang dilaporkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali yaitu pada tahun

2007 tercatat 31.425 ton. Jenis ikan madidihang sebanyak 11.622 ton, sedang untuk

tuna mata besar tercatat 8.162, 5 ton atau sekitar 25 % dari total produksi ikan tuna

yang didaratkan.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Janu

ari

Pebruari

Maret

April

MeiJu

ni Juli

Agustu

s

September

Oktobe

r

Nopem

ber

Desember

Bulan

Pro

duks

i (to

n)

Albacora

Madidihang

Tuna Sirip Biru

Tuna Mata Besar

Sumber: Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2008 dalam PRPT, 2008 Gambar 4. Fluktuasi bulanan hasil tangkapan ikan tuna yang tercatat di Provinsi Bali

pada tahun 2007.

Jumlah produksi ikan tuna mata besar di Bali merupakan produksi terbesar

kedua setelah madidihang (Gambar 4). Berdasarkan hasil monitoring di pendaratan

ikan tuna di Benoa yang dilakukan atas kerjasama Australian Centre for International

Agricultural Research (ACIAR) dengan Pusat Riset Perikanan Tangkap (PRPT),

produksi bigeye tuna tertinggi pernah mencapai lebih dari 12.000 ton yang terjadi

pada tahun 1998. Pada tahun yang sama produksi ikan madidihang juga tercatat

paling tinggi. Akan tetapi, pada 5 tahun terakhir ini terjadi penurunan yang sangat

signifikan yaitu pada tahun 2004 dan 2005 masing-masing tercatat sekitar 4.000 ton

baik untuk madidihang, maupun tuna mata besar (PRPT 2008).

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

22

Data Export Komoditas Perikanan Prov. Bali berdasarkan Volume (ton/ekor)

0.00200.00400.00600.00800.00

1,000.001,200.001,400.00

Janu

ari

Februa

ri

Maret

April

MeiJu

ni Juli

Agustu

s

Septem

ber

Oktobe

r

Bulan

Volu

me

(ton/

Eko

r)

Tuna SegarTuna Loin SegarTuna BekuTuna Steak BekuTuna Loin Beku Tuna Meat Beku Tuna Fillet Beku

Vol

ume

(ton)

Sumber: Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2008 dalam PRPT, 2008

Gambar 5. Data Volume Ekspor Produk Ikan Tuna Dari Propinsi Bali, Januari - Oktober 2008

Berdasarkan rata-rata (US $/Ton)

0.001,000.002,000.003,000.004,000.005,000.006,000.007,000.008,000.009,000.00

Janu

ari

Februa

ri

Maret

April

MeiJu

ni Juli

Agustu

s

Septem

ber

Oktobe

r

Bulan

Rat

a-ra

ta (U

S $

/Ton

) Tuna SegarTuna Loin SegarTuna BekuTuna Steak BekuTuna Loin Beku Tuna Meat Beku Tuna Fillet Beku

Rat

a-ra

ta (U

S $)

Sumber: Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2008 dalam PRPT, 2008 Gambar 6. Data Nilai Ekspor Rata-rata per bulan Produk Ikan Tuna dari Propinsi Bali, Tahun 2008

Ekspor produk ikan tuna dari propinsi Bali bulan Januari - Oktober 2008

meliputi tuna segar, tuna loin segar, tuna beku, tuna steak beku, tuna loin beku,

tuna meat beku, tuna filet beku. Dari tujuh jenis produk ini yang dominan adalah

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · oleh sel somatik sertoli yang menempel pada sel primer spermatogonia. Ketika proses spermatogenesis berkembang, kista membesar dan akhirnya

23

tuna segar dan tuna steak beku. Data volume ekspor berbagai produk tuna dapat

dilihat pada Gambar 5 dengan nilai ekspor tertera pada Gambar 6. Volume

ekspor tertinggi adalah tuna beku pada bulan Januari 2008. Nilai ekspor tertinggi

diperoleh dari tuna segar pada bulan Mei 2008 (PRPT 2008).

2.6. Daerah Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Samudera Hindia

Daerah penangkapan ikan tuna mata besar di perairan Samudera Hindia

dengan menggunakan tuna long line adalah meliputi sebelah selatan Jawa Timur, Bali

sampai ke Nusa Tenggara. Penyebaran daerah penangkapan ini masih relatif sama

dengan hasil pengamatan yang dilakukan pada tahun 2001-2002 (Wudianto et al.

2003). Sebagian dari kapal tuna long line sudah beroperasi di sebelah selatan lintang

13oLS yang wilayah ini merupakan perairan laut bebas karena sudah di luar ZEE

Indonesia.

95 100 105 110 115 120 125-15

-10

-5

5

0

Sumber : ACIAR, 2001 Gambar 7. Daerah penangkapan ikan tuna mata besar (T. obesus) di Samudera Hindia dengan fishing base di Benoa, Bali

Longitude

Latit

ude

Benoa

Fishing Ground