ii. tinjauan pustaka a. mengkudu (morinda...
TRANSCRIPT
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Mengkudu, Bahasa Jawa: pace, kemudu, kudu, Aceh keumeudee,
Sunda cangkudu, Madura kodhuk, Bali tibah, Sumatra Paramai, Nias
Makudu, tergolong dalam famili Rubiaceae. Morinda citrifolia adalah
mengkudu yang paling di kenal masyarakat luas. Nama lain untuk tanaman
ini adalah Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa
Tonga), ungcoikan (bahasa Myanmar) dan Ach (bahasa Hindi). Mengkudu
merupakan tanaman tropis tinggi pohon bias mencapai 4-6 m (15-20 kaki),
karena penampilannya selalu hijau sepanjang tahun, ia tergolong tumbuhan
ever green. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel polygonal (persegi
banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna merah
hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Daging buah tersusun dari
buah-buah batu berbentuk pyramid, berwarna coklat merah. Mengkudu
dikenal sebagai bahan pengobatan yang sangat popular di kawasan Asia
Tenggara, Kepulauan Pasifik, dan Karibia. Semua bagian mengkudu
digunakan secara luas untuk pengobatan (Bangun dan Sarwono, 2002).
Bahan baku untuk memproduksi jus buah mengkudu adalah buah
mengkudu yang segar. Bahan baku buah mengkudu tidak tergantung pada
musim sehingga dapat memperoleh bahan baku setiap waktu. Selain
ketersedian bahan baku, grading merupakan salah satu aspek penunjang
proses produksi yang menentukan kualitas produksi. Penggolangan mutu
buah mengkudu dapat dilihat pada Tabel 01 (Muarosungailolo, 2009).
5
Tabel 01. Penggolongan Mutu Buah Mengkudu
No Mutu Ciri-ciri
1. A Mulus, kulit masih utuh, bagian buah masih keras, Hijaunya
maksimal 5% sedangkan putih kekuningan 95%, berat buah 3
buah/Kg
2. B Mulus, warna hijau maksimal 10% atau kulit telah putih
semuanya dan bagian buah tidak lunak, berat buah 3 -10
buah/Kg.
3. C Hijau di atas 10% atau masih muda, bolong, bengkok, pecah,
dan telah mengalami pematangan, berat buah lebih dari 10
buah/Kg.
Buah mengkudu mengandung berbagai senyawa yang penting bagi
kesehatan. Hasil penelitian membuktikan bahwa buah mengkudu
mengandung senyawa metabolit sekunder yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan, selain kandungan nutrisinya yang juga beragam seperti vitamin A,
C, niasin, tiamin dan riboflavin, serta mineral seperti zat besi, kalsium,
natrium, dan kalium. Beberapa jenis senyawa fitokimia dalam buah
mengkudu adalah terpen, acubin, lasperuloside, alizarin, zat-zat antrakuinon,
asam askorbat, asam kaproat, asam kaprilat, zat-zat skopoletin,
damnakantal, dan alkaloid. Kandungan nutrisi dalam 100 g buah mengkudu
dapat dilihat pada Tabel 02 (Anon 1997 dalam Antara dan Pohan 2001).
6
Tabel 02. Kandungan nutrisi dalam 100 g buah mengkudu.
Jenis Nutrisi Jumlah
Kalori (kal) 167
Vitamin A (IU) 395,83
Vitamin C (mg) 175
Niasin (mg) 2,50
Tiamin (mg) 0,70
Riboflavin (mg) 0,33
Besi (mg) 9,17
Kalsium (mg) 325
Natrium (mg) 335
Kalium (mg) 1,12
Protein (g) 0,75
Lemak (g) 1,50
Karbohidrat (g) 51,67
B. Jus Buah
Sari buah mengkudu adalah ekstrak cairan dari buah mengkudu
matang yang masih mengandung zat-zat aktif yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh. Zat itu dapat merangsang sistem kekebalan tubuh,
mengatur fungsi sel, dan memperbaiki sel-sel rusak maupun abnormal. Jus
mengkudu asli berwarna cokelat kemerahan. Jika warnanya telah berubah
hitam pekat, jus tersebut telah kehilangan aktivitas bioligisnya dan tidak
bermanfaat lagi. Proses pengolahan jus mengkudu menggunakan suhu
kurang dari 490C. Pengolahan di atas 490C akan membuat zat-zat yang
terkandung dalam mengkudu menjadi rusak. Secara umum pengolahan jus
mengkudu yaitu sebagai berikut: (Bangun dan Sarwono, 2002).
1. Disediakan buah mengkudu yang sudah cukup tua (mengkal atau
setengah matang) dengan kondisi buah masih keras.
2. Bersihkan dan cuci mengkudu dengan air, lalu tiriskan.
3. Buah mengkudu dibelah menjadi beberapa bagian.
7
4. Daging buah mengkudu dihancurkan dengan cara diblender.
5. Buah mengkudu yang telah menjadi bubur disaring sehingga diperoleh
sari buah (jus) mengkudu murni yang berwarna cokelat kemerahan.
6. Sari buah mengkudu ditampung pada wadah khusus, misalnya baskom
plastik.
7. Bau buah mengkudu bisa membuat orang muntah, karenanya bau itu
harus dihilangkan. Cara menghilangkan baunya sebagai berikut:
a. Ditambahkan 1-2 sendok makan gula merah atau 1 sendok makan
madu untuk setiap 1 liter sari buah mengkudu.
b. Sari buah mengkudu disimpan dalam wadah seperti gelas atau botol
bermulut besar, tutup dengan kain bersih atau plastik.
c. Dibiarkan selama 2-7 hari pada suhu kamar (suhu normal). Selama
itu, sari buah mengkudu mengalami proses fermentasi. Proses
fermentasi yang terjadi adalah fermentasi nonalkoholik yang
berlangsung secara aerob. Selama proses fermentasi ini
senyawa-senyawa kimia penyebab bau busuk akan terurai, kemudian
hilang. Meskipun menghilangkan bau, fermentasi tidak mempengaruhi
khasiat senyawa yang terkandung di dalam mengkudu.
8. Setelah itu, sari buah mengkudu bisa dikemas atau langsung
dikomsumsi.
9. Dari 8-14 kg buah mengkudu segar yang bermutu bagus, setelah
diproses, dapat dihasilkan 1 liter sari buah mengkudu.
Produk sirup buah biasanya mengandung bahan-bahan pengawet
kimia seperti blerang dioksida, asam benzoate atau asam sorbet
(atau garam-garamnya) dan kadang-kadang gliserol, disamping gula dan
8
asam. Penguapan dari suatu sari buah yang kuat (pH 2,5-4) cenderung
untuk membawa bahan ini relatif aman dari kerusakan mikroorganisme
(Buckle et al., 1987).
Minuman sari buah memiliki spesifikasi tertentu menurut SNI. Hal-hal
yang diujikan meliputi keadaan sari buah, bilangan formal, BTM, cemaran
Logam, cemaran arsen dan cemaran mikroba. Syarat Mutu minuman sari
buah menurut SNI 01-3719-1995 dapat dilihat pada Tabel 03
(Badan Standarisasi Nasional-BSN, 1995).
Tabel 03. Spesifikasi Persyaratan mutu
No.
Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan 1.1 Aroma 1.2 Rasa
- -
Normal Normal
2. Bilangan formal Ml NaOH 0,1 N/100 ml Min 7
3. BTM Pemanis Buatan Pewarna Tambahan Pengawet
- - Sesuai dengan SNI 01-0222-1995 Sesuai dengan SNI 01-0222-1995
- - Sesuai dengan SNI 01-0222-1995 Sesuai dengan SNI 01-0222-1995
4. Cemaran Logam 4.1 Tembaga (Cu) 4.2 Timbal (Pb) 4.3 Timah (Sn) 4.4 Raksa (Hg) 4.5 Seng (Zn)
Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg
Maks. 5,0 Maks. 0,3 Maks. 40,0/250* Maks. 0,03 Maks. 5,0
5. Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks. 0,2
6. Cemaran Mikroba 6.1 Angka lempeng total 6.2 Bakteri bentuk coli 6.3 Escherichia coli 6.4 Staphylococcus auereus 6.5 Salmonella 6.6 Kapang 6.7 Khamir
Koloni/ml APM/ml APM/ml Koloni/ml Koloni/25ml Koloni/ml Koloni/ml
Maks. 2x102
Maks. 20 <3 0 Negatif Maks. 50 Maks. 50
Sumber: SNI 01-3719-1995.
9
C. Kandungan dan Khasiat Mengkudu
Menurut hasil penelitian, selain mengandung zat-zat nutrisi,
mengkudu mengandung zat aktif, seperti terpenoid, antibakteri,
scolopetin, anti kanker, xeronine dan proxeronine, pewarna alami dan asam
(Bangun dan Sarwono, 2002).
1. Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapat di
dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya
mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan
pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar.
Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya.
Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang
tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif. Xeronine dari
mengkudu bekerja secara kontradiktif. Pada penderita tekanan darah
tinggi, xeronin menurunkan tekanan darah menjadi normal. Pada
penderita tekanan darah rendah, mengkudu meningkatkan tekanan
darah. Dengan kata lain, sari buah mengkudu berfungsi sebagai
adaptogen, penyeimbang fungsi sel-sel tubuh.
2. Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan
pemulihan sel-sel tubuh.
3. Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagai unsur anti
peradangan dan anti-alergi. Scolopetin pada mengkudu adalah sejenis
fitonutrien yang dapat mengikat serotonin, yaitu zat kimiawi yang penting
di dalam tubuh manusia. Scolopetin berfungsi memperlebar saluran
pembuluh darah yang mengalami penyempitan dan melancarkan
peredaran darah sehingga jantung tidak perlu bekerja terlalu keras untuk
10
memompa darah. Dengan demikian tekanan darah menjadi normal.
Meskipun demikian, scolopetin yang terdapat dalam buah mengkudu
dapat berinteraksi sinergis dengan nutraceuticals (makanan yang
berfungsi untuk pengobatan) lain untuk mengatur tekanan darah tinggi
menjadi normal, tetapi tidak menurukan tekanan darah rendah yang
sudah normal.
4. Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling
efektif melawan sel-sel abnormal.
5. Asam. Asam askorbat yang terdapat di dalam buah mengkudu
merupakan sumber vitamin C dan antioksidan yang hebat. Antioksidan
bermanfaat menetrasir radikal bebas, yaitu partikel-partiker bebahaya
yang terbentuk sebagai hasil samping proses metabolisme yang dapat
merusak materi genetic dan sistem kekebalan tubuh. Mengkudu juga
mengandung asam kaproat, asam kaprik, dan asam kaprilat. Asam
kaproat dan asam kaprik inilah yang menyebabkan bau busuk yang tajam
ketika buah mengkudu masak, sedangkan asam kaprilat membuat rasa
buah tidak enak. Asam kaproat dan asam kaprik ini termasuk golongan
asam lemak bebas.
6. Zat anti bakteri. Jurnal Pasific Scien melaporkan bahwa mengkudu
mengandung bahan anti-bakteri yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah pencernaan jantung dan gangguan jantung. Senyawa
antarakuinon yang banyak terdapat pada mengkudu dapat melawan
bakteri Staphylococcus yang menyebabkan infeksi pada jantung dan
bakteri Shigella yang menyebabkan disentri. Zat aktif yang terkandung
dalam buah mengkudu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti
11
Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Stapholococcus aereus,
Bacillus subtilis, dan Esccherichia coli. Zat anti kanker ini juga dapat
mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonellamontivideo,
S. scotmuelleri, S. typhi, dan Shigella dusenteriae, S. flexnerii, S.
paradysenteriae, serta Stapholococcus aereus.
D. Jahe (Zingiber officinale)
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang
semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina.
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan. Tumbuhan penghangat badan ini
dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pada bentuk, ukuran, serta warna
rimpangnya, yaitu: Jahe putih kecil, Jahe putih besar, dan Jahe merah
(Alisha, 2011).
Kandungan kimia jahe dalam 100 gr adalah 8.6% prtotein, 6.4%
lemak, 5.9% serat, 66.5% karbohidrat, 5.7% abu, kalsium 0.1%, fosfor 0.15%,
besi 0.011%, sodium 0.03%, potassium 1.4%, vitamin A 175 IU/100 g,
vitamin B1 0.05 mg/100 g, vitamin B2 0.13 mg/100 g, niasin 1.9 %, vitamin C
12 mg/100 g dan minyak atsiri 1-3%. Sifat khas jahe disebabkan adanya
minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak
atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat
diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering.
Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai
kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas.
Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah
zingiberen dan zingiberol. Oleoresin jahe banyak mengandung komponen
pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe
12
terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi
rasa pedas dalam jahe yang utama adalah zingerol. Sejak dulu Jahe
dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan aneka keperluan lainnya.
Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan
nafsu makan dan pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena terangsangnya
selaput lendir perut besar dan usus oleh minyak asiri yang dikeluarkan
rimpang jahe. Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe,
berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena
mabuk kendaraan atau pada wanita yang hamil muda. Juga rasanya yang
tajam merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu
mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung. Dalam pengobatan
tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati influenza, batuk, diare dan
penyakit radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk
meningkatkan pembersihan tubuh melalui keringat (Koswara, 2005).
E. Pemanis
1) Pemanis Alami
Pemanis alami adalah bahan pemberi rasa manis yang diperoleh
dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Macam-macam pemanis alami
yaitu sukrosa, glukosa, fruktosa, dan lain-lain: (Simatupang, 2009).
a. Sukrosa
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit.
Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa. Dibuat dari
kedua vahan makanan tersebut melalui proses penyulingan. Gula
merah yang banyak digunakan di Indonesia dibuat dari tebu, kelapa
13
atau enau, melalui proses penyulingan tidak sempurna. Gula Merah
merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan
pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir.
Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk makanan tradisional,
misalnya pada bubur, dodol, kue apem, dan gulali. Fungsi gula merah
yaitu memberikan aroma, rasa manis, memberi warna coklat, dan
sebagai pengawet.
b. Glukosa
Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat
luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup
jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu.
c. Fruktosa
Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula
paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan
glukosa, C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam
fruktosda merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga
menimbulkan rasa manis.
2) Pemanis Buatan
Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium
yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat
menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak
atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis
alami, pemanis buatan juga mudah larut dalam air. Beberapa
pemanis buatan yang beredar di pasaran di antaranya adalah
Aspartam, sakarin, siklamat dan lain-lain (Simatupang, 2009).
14
3) Struktur Pemanis Alami dan Pemanis Buatan
Berikut adalah tabel struktur dari masing-masing jenis
pemanis, yaitu contoh struktur pemanis alami dami dan buatan
(Simatupang, 2009)..
Tabel 04. Struktur pemanis alami dan pemanis buatan
No Jenis Nama Struktur
1 Pemanis Alami Sukrosa
Glukosa
Fruktosa
2 Pemanis Buatan Aspartam
Sakarin
Siklamat
F. Arang Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
pemanasan pada suhu tinggi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar,
juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan
oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi
15
jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan aktif faktor bahan-
bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan
demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang
yang demikian disebut sebagai arang aktif (Sembiring dan Sinaga, 2003).
Arang aktif dapat juga menyerap sebagian bau yang tidak
dikehendaki dan mengurangi jumlah peroksida sehingga memperbaiki mutu.
Daya pemucat arang lebih baik daripada activated clay, karena arang aktif
dapat menyerap zat warna. Daya adsorbsi arang aktif disebabkan karena
arang mempunyai pori-pori dalam jumlah besar. Adsorbsi akan terjadi karena
adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang dan zat yang
diserap (Ketaren, 1986).
Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m2/g dan ini
berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif
mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung
pada besar atau volume poripori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif
sangat besar, yaitu 25-100% terhadap berat arang aktif. Arang aktif dibagi
atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap.
Arang aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat halus,
diameter pori mencapai 1000 Å, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk
memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna dan bau yang
tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat pengganggu dan
kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baju. Diperoleh dari
serbuk-serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang
mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah. Arang aktif
16
sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat
keras diameter pori berkisar antara 10-200Å, tipe pori lebih halus, digunakan
dalam fase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis,
pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang,
batu bata atau bahan baku yang mempunyai struktur keras. Proses
pembuatan arang aktif terdiri dari tiga tahap yaitu dehidrasi, karbonisasi dan
aktivasi yaitu sebagai berikut: (Sembiring dan Sinaga, 2003).
a. Dehidrasi: proses penghilangan air.
Bahan baku dipanaskan sampai temperatur 170 °C.
b. Karbonisasi: pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon.
Temperatur di atas 170°C akan menghasilkan CO, CO2 dan asam asetat.
Pada temperatur 275°C, dekomposisi menghasilkan tar, metanol dan
hasil sampingan lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada temperatur
400 . 600°C.
c. Aktivasi: dekomposisi tar dan perluasan pori-pori.
Dapat dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktivator.
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu sifat
adsorben, sifat serapan, temperature, pH dan waktu kontak. Sifat serapan
dijelaskan lebih lanjut mengenai factor-faktor daya adsorbs arang aktif,
sebagai berikut: (Sembiring dan Sinaga, 2003).
1. Sifat Adsorben
Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori,
yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing
berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif
17
bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga
merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan
dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif,
mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian
kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi,
dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Jumlah
atau dosis arang aktif yang digunakan, juga diperhatikan.
2. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing
senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya
ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret
homolog. Adsorsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus
fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan. Arang aktif
dapat menyerap asam lemak bebas yang terbentuk oleh proses hidrolisa
dan oksidasi.
3. Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur
pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum
yang bisa diberikan mengenai temperatur yang digunakan dalam
adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah
viskositas dan stabilitas termal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak
mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan
warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik
18
didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur
kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih kecil.
4. pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu dengan penambahan asam-asam minreal. Ini disebabkan karena
kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik
tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan
menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat
terbentuknya garam.
5. Waktu Kontak
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan jumlah arang yang digunakan. Selain ditentukan oleh dosis arang
aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan
dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk
bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai
viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.
G. Zeolit
Zeolit adalah senyawa alumino-silikat berhidrat dengan kation
natrium, kalium, dan barium.Zeolit memiliki struktur molekul yang unik, yaitu
atom silikon dikelilingi 4 atom oksigen sehingga membentuk semacam
jaringan dengan pola yang teratur.Secara kimia zeolit dapat ditulis dengan
rumus empirik M2/nO.Al2O3.ySiO2.wH2O, y adalah 2 atau lebih besar, n
adalah valensi kation, dan w melambangkan air yang terkandung di
dalamnya. Strukutur zeolit adalah kompleks, yaitu polimer. Zeolit sebagai
19
katalis hanya mempengaruhi laju reaksi tanpa mempengaruhi kesetimbangan
reaksi karena mampu menaikkan perbedaan lintasan molekuler dari reaksi
yang terjadi. Katalis berpori dengan pori-pori yang sangat kecil akan memuat
molekul-molekul kecil tetapi mencegah molekul besar masuk. Zeolit dapat
menjadi katalis dengan tingkat transisi selektifitas atau dengan pengeluaran
reaktan pada dasar diameter molekul. Zeolit mampu menjadi katalis asam
dan dapat digunakan sebagai pendukung logam aktif atau sebagai reagen,
serta dapat digunakan dalam katalis oksida. Zeolit juga sering disebut
sebagai molecular sieve/molecular mesh (saringan molekular) karena
memiliki pori-pori berukuran molekular sehingga mampu memisahkan atau
menyaring molekul dengan ukuran tertentu (Sembiring dan Sinaga, 2003).
H. Fermentasi
Proses fermentasi yang terjadi pada jus mengkudu adalah fermentasi
nonalkoholik yang berlangsung secara aerob. Selama proses fermentasi ini
senyawa-senyawa kimia penyebab bau busuk akan terurai, kemudian hilang.
Meskipun menghilangkan bau, fermentasi tidak mempengaruhi khasiat
senyawa yang terkandung di dalam mengkudu (Bangun dan Sarwono, 2002).
Fermentasi nonalkoholik atau fermentasi asam laktat adalah
pengubahan bahan baku berbentuk hancuran tanaman (dari daun atau buah)
yang dilakukan asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan dengan cara
tersebut akan menurunkan nilai pH dari lingkungan pertumbuhannya dan
menimbulkan rasa asam. Mikoroorganisme yang berperan pada fermentasi
asam laktat dikenal dua kelompok yaitu homofermentatif dan
heterofermentatif (Buckle et al., 1987).
20
Perubahan karakteristik fisik dan sensori pada jus mengkudu
disebabkan oleh aktivitas enzimatis dan mikrobiologis. Aktivitas mikrobiologis
menurunkan tingkat kekeruhan jus mengkudu selama fermentasi.
Karakteristik fisik yang berubah selama fermentasi adalah pH dan total asam.
Aktvitas mikrobiologis akan menurunkan pH dan meningkatkan jumlah total
asam pada jus mengkudu (Titrajaya, dkk., 2003).
Total asam merupakan salah satu parameter dalam menentukan
produk olahan asam. Kenaikan kadar total asam pada bahan pangan yang
dihasilkan sejalan dengan menurunnya nilai pH (Widodo, 2008).
Beberapa mikroorganisme tidak dapat tumbuh selain dalam keadaan
optimal kecuali bila disediakan nutrisi yang mencukupi. Bahan pangan pada
umumnya cukup bergizi dan tidak nampak secara jelas adanya
mikroorganisme spesifik sehubungan dengan tersedianya vitamin.Pada
produk buah-buahan dimana secara keseluruhan cenderung untuk
kekurangan vitamin dan terutama mudah dirusak oleh mikroorganime yang
dapat mensintesa vitamin (Buckle et al., 1987).
I. Uji Organoleptik (Analisis Sensori)
Pengujian sensori atau pengujian dengan indra atau dikenal juga
dengan pengujian organoleptik sudah ada sejak manusia mulai
menggunakan indranya untuk menilai kualitas dan keamanan suatu makanan
dan minuman. Pada produk pangan analisis sensori sangat penting,
meskipun nilai gizinya sangat tinggi dan higienis, jika rasanya tidak enak
maka nilai gizi dapat dapat tidak termanfaatkan karena tidak sesorangpun
yang mengkomsumsinya. Pengujian sensori melibatkan manusia sebagai alat
penentu hasil atau data yang diperoleh yang dinamakan Panelis. Panelis
21
terdiri dari panelis ahili (3-5 orang), panelis terlatih (15-25 orang), panel tidak
terlatih (25 orang), panel konsumen (30-100 orang) panelis anak-anak (umur
3-10 tahun). Atribut sensori adalah karakteristik mutu suatu produk yang akan
diuji, misalnya aroma, flavor, rasa, warna, kerenyahan, dan lain-lain
(Setyaningsih, dkk., 2010).
Secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dalam penentuan mutu
bahan pangan. Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak dan teksturnya sangat
baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang
atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya.
Penerimaan warna suatu bahan berbeda-beda tergantung dari faktor alam,
geografis, dan aspek sosial masyarakat penerima (Winarno, 2004).
Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk
diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar. Agar
menghasilkan bau, zat harus bersifat menguap. Dua atau lebih bau
dapat bercampur untuk saling menguatkan atau saling menutupi
(Setyaningsih, dkk., 2010).
Rasa berbeda dengan bau dan lebih banyak melibatkan panca indra
lidah. Pengindraan cecapan dapat dibagi menjadi empat cecapan utama
yaitu asin, asam, manis dan pahit. Rasa makanan dapat dikenali dan
dibedakan oleh kuncup-kuncup cecapan yang terletak pada papilla yaitu
bagian noda merah jingga pada lidah (Winarno, 2004).