if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/analisis-met… ·...
TRANSCRIPT
Analisis Metode Hisab Gerhana Matahari BMKG
Oleh: Masruhan
Prodi S2 Ilmu Falak
Pascasarjana UIN Walisongo
A. Pendahuluan
. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang kemudian disingkat
BMKG, merupakan lembaga peneliti yang cukup memberikan perhatian serius
pada kajian falak, baik penanggalan Hijriah ataupun penentuan gerhana.
Terbukti, dengan keikutsertaan lembaga ini dalam keanggotaan Badan Hisab
Rukyat Kementerian Agama RI sejak tahun 1972.1
BMKG sebagai lembaga pemerintahan non departemen yang mempunyai
tugas dalam hal pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di
bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika, mempunyai 4 deputi bidang
khusus2 salah satunya yakni Deputi Bidang Geofisika. Bidang ini memberi
layanan informasi terkait kondisi listrik udara, magnit bumi, gravitasi bumi dan
tanda waktu. Bidang ini mempunyai Sub, Bidang Tanda Waktu, bidang inilah
yang berperan aktif dalam memberikan informasi terkait Hilal awal bulan dan
gerhana setiap tahun. Konstribusi bidang ini dalam kajian ilmu falak, tidak
hanya sekedar memberikan informasi kepada masyarakat terkait Hilal awal
bulan dan gerhana melalui website resmi BMKG namun juga melakukan
penerbitan buku yaitu, Peta Ketinggian Hilal Pada Setiap Awal Bulan
Qamariah, dan Almanak BMKG.3
1 Badan Hisab & Ru’yah Dep. Agama, Almanak Hisab Ru‟yah, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, hlm. 23
2 Deputi Bidang Meteorologi adalah bidang yang fokus dalam hal kelautan (maritim), radar, dan penerimaan satelit, Deputi Bidang Klimatologi adalah bidang yang fokus dalam hal Iklim (Udara, Cuaca, Hujan), Deputi Bidang Geofisika adalah bidang yang fokus dalam hal Bumi (Gempa, Tsunami, Tanda waktu, Magnet Bumi, Gravitasi), Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi. Dikutip dari Buklet “BMKG”, Kuliah Kerja Lapangan. 2013.
3 Lihat http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Profil/Sejarah.bmkg, diakses pada tanggal 20 Maret 2018.
1
B. Gerhana Matahari
Gerhana dalam bahasa inggris adalah eclipse.4 Istilah ini digunakan
secara umum baik gerhana Matahari maupun gerhana Bulan. Selain itu ada
juga yang menggunakan solar eclipse untuk gerhana Matahari, dan lunar
eclipse untuk gerhana Bulan. Sedangkan dalam bahasa arab dikenal dengan
istilah kusuf atau khusuf.5 Pada dasarnya istilah kusuf dan khusuf dapat
digunakan untuk menyebut gerhana Matahari atau gerhana Bulan. Hanya saja
kata kusuf lebih dikenal untuk menyebut gerhana Matahari, sedangkan kata
khusuf untuk gerhana Bulan.6
Ditinjau dari kenampakan gerhana Matahari yang terlihat di permukaan
Bumi dapat dibagi menjadi tiga kriteria secara umum yaitu :
1. Gerhana Matahari total (Total Eclipse)
Gerhana Matahari yang dikategorikan sebagai gerhana total ialah
apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari tertutup sepenuhnya oleh
piringan Bulan yang mana kerucut umbra mengenai Bumi. Pada gerhana
sentral, sumbu bayangan Bulan mengenai permukaan Bumi yang dikenal
dengan istilah garis sentral (central line) dimana garis ini menghubungkan
pusat cakram Bulan ke pusat cakram Matahari. piringan Bulan sama besar
atau lebih besar dari piringan Matahari. ukuran piringan Matahari dan
piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak
Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.
2. Gerhana Matahari sebagian (Partial Eclipse)
Gerhana sebagian terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana)
hanya menutupi sebagian dari piringan Matahari. Pada bagian ini, selalu ada
piringan matahari yang tidak tertutup piringan Bulan dimana hanya sebagian
dari kerucut umbra yang mengenai Bumi.
4 John M. Echols-Hasan Syadily, Kamus Indonesia-Inggris, Jakarta : PT Gramedia, edisi ke-3, th. 2007, hlm. 187.
5Asad M. Alkalili, Kamus Indonesia Arab, Jakarta : PT BulanBintang, cet. Ke-3, th. 1993, hlm. 157
6 Mukhyidin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Buana Pustaka, cet. Ke-3, th. 2004, hlm. 187.
2
3. Gerhana Matahari cincin (Annular Eclipse)
Gerhana cincin terjadi apabila piringan Bulan saat puncak gerhana
hanya menutup sebagian dari piringan Matahari atau gerhana sentral yang
mana perpanjangan kerucut umbra mengenai Bumi. Gerhana jenis ini terjadi
bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari piringan Matahari, sehingga
ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari, tidak seluruh
piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian piringan
Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekitar piringan
Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya. Untuk proses gerhana
Matahari cincin terjadi empat kali kontak seperti halnya gerhana Matahari
total.7
C. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Pada awalnya BMKG bernama BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika)
yang didirikan pada tahun 1841 oleh Dr. Onnen Konihklijk seorang Kepala
Rumah sakit di Bogor melalui pengamatan yang di lakukannya. Kegiatan ini
selalu berkembang sesuai dengan semakin dibutuhkannya data-data hasil
pengamatan cuaca dan geofisika tersebut. Selanjutnya pada tahun 1866,
kegiatan yang hanya bersifat individu tersebut diresmikan oleh Pemerintah
Hindia Belanda menjadi instansi Pemerintah yang bersifat resmi dengan nama
Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik
dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma sebagai Direktur I.8
Guna mengembangkan instansi ini, pada tahun 1879 dibangun sebuah
jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di pulau Jawa, dan 44
stasiun di luar Jawa. Hingga pada akhirnya tahun 1902 pengamatan medan
magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan yang dilakukan
pun mulai mengalami perkembangan, hal ini terbukti dengan adanya
pengamatan gempa bumi yang mulai dilakukan pada tahun 1908.9
7 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak (Metode Hisab-Rukyah dan Solusi Permasalahannya), Semarang :Komala Grafika, 2006, hlm 86
8BMG, Pelayanan Meteorologi dan Geofisika di Indonesia, Jakarta: BMG, hlm. 49BMG, Pelayanan....hlm. 4-5.
3
Pada saat Jepang menduduki Indonesia tahun 1942 sampai dengan 1945,
nama instansi ini diganti menjadi Kisho kauso kusho. Akan tetapi setelah
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi ini dipecah menjadi dua
yakni pertama Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi
Tentara Rakyat Indonesia di Yogyakarta. Kedua Jawatan Meteorogi dan
Geofisika yang dibentuk dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga
di Jakarta.10
Hingga pada tanggal 21 Juli 1947, ketika Belanda menguasai Indonesia
untuk kedua kalinya, Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh
Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika
yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang bertempat di Jl.
Gondangdia, Jakarta. Pada akhirnya ketika penyerahan Negara Republik
Indonesia oleh Belanda yakni pada tahun 1949, Meteorologisch en Geofisiche
Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorolgi dan Geofisika dibawah pengawasan
Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.11
Selanjutnya pada tahun 1951, Indonesia secara resmi masuk sebagai
anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization
atau (WMO), dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi
Permanent Representative of Indonesia with WMO.12 Jawatan Meteorologi dan
Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika
dibawah pengawasan Depertemen Perhubungan pada tahun 1955. Pada tahun
1960, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika di bawah
Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1972, Direktorat ini diganti namanya menjadi Pusat
Meteorologi dan Geofisika,. sebuah instansi setingkat eselon II di bawah
Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikan menjadi
10BMG Departemen Perhubungan, Mengenal Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen Perhubungan, Jakarta: BMG Dep. Perhubungan, hlm. 2
11BMG Departemen Perhubungan, Mengenal.... hlm. 2-3.12Karena sejak tahun 1950 mulai dikembangkan pengumpulan data klimatologi, tanda
waktu, seismologi dan magnet Bumi. BMG Departemen Perhubungan, Mengenal.... hlm.2
4
suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan
Geofisika, yang masih tetap berada di bawah Depertemen Perhubungan.13
Pada tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga
Pemerintah non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi
dan Geofisika. Sesuai dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun
2002.14 Akan tetapi nama lembaga ini tidak mengalami perubahan. Badan ini
kemudian diganti namanya menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) dengan status tetap, yakni sebagai lembaga Pemerintah
Non Departemen. Keputusan ini melalui Peraturan Presiden Nomor 61 tahun
2008.15
Pada akhirnya BMKG mulai menunjukan eksistensinya dengan adanya
Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika yang disahkan oleh Presiden Republik Indonesia,
Susilo Bambang Yudhoyono. Sekarang ini di BMKG ada 4 deputi, yaitu :
Deputi Meteorologi, Deputi Geofisika, Deputi Klimatologi, dan Deputi
Instrumen, Kalibrasi, Enginering dan Komunikasi.16
1. Tugas dan Fungsi BMKG.
Tugas BMKG yakni melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang
meteorologi, klimatologi, kualitas Udara dan geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.17 Dalam kesehariannya
BMKG menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang
meteorologi , klimatologi, dan geofisika.
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika.
13http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Profil/Sejarah.bmkg. diakses pada hari 20 Maret 2018.
14Berdasarkan keputusan Presiden tersebut, BMG mempunyai tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara, dan Geofisika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lihat BMG, Pelayanan...., hlm. 2-3.
15Selengkapnya lihat Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2008.16http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Profil/Sejarah.bmkg diakses pada tanggal 20 Maret
2018.17 http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Profil/Tugas_dan_Fungsi.bmkg . diakses pada
tanggal 20 Maret 2018.
5
c. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
d. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan
data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
e. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika.
f. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim.
g. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
h. Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika.
i. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
j. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
k. Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
l. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
m. Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika.
n. Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika.
Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG.
p. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG.
q. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG.
6
r. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.18
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BMKG bertanggungjawab
kepada Menteri Perhubungan.19
2. Struktur Organisasi
BMKG dipimpin oleh seorang Kepala berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden. BMKG memiliki 4 deputi sebagai
berikut:
a. Deputi Bidang Meteorologi.
b. Deputi Bidang Klimatologi.
c. Deputi Bidang Geofisika.
d. Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan
Komunikasi.20
D. Algoritma Hisab Gerhana Matahari BMKG18 Peraturan Presiden No 61 tahun 2008, pada Bab I pasal 3. 19BMG Departemen Perhubungan, Mengenal.... hlm. 4.20 Di kutip dari Buklet “BMKG”, Kuliah Kerja Lapangan. 2013.
7
Metode hisab gerhana matahari yang digunakanan BMKG merupakan
metode Astronomical Almanac yang refrensi perhitungannya merujuk pada
buku Explanatory Suplement to the Astronomical Almanac.21
Metode perhitungan BMKG dibuat dalam program Tanda waktu agar
lebih memudahkan dalam perhitungan terjadinya gerhana Matahari, mengingat
rumus-rumus yang digunakan BMKG sangat panjang dan perlu waktu yang
lama. BMKG menggunakan Program Tanda Waktu yang merupakan program
komputer berbasis astronomi modern. Namun, program tanda waktu ini tidak
dapat dipublikasikan dan di informasikan data hasil saja.
Dalam proses Algoritmanya, input yang dimasukkan dalam Program
Tanda Waktu yaitu elemen-elemen basel, lokasi pengamat dan delta T saat
terjadi gerhana. Outputnya, berupa waktu kontak pertama gerhana matahari,
kontak kedua gerhana matahari, puncak gerhana matahari, kontak keempat
gerhana matahari, posisi matahari (Azimuth dan Altitude) untuk setiap waktu
kontak, durasi gerhana, durasi totalitas, magnitudo gerhana saat puncak
gerhana, titik kontak pada piringan matahari. selanjutnya, hasil dari output
tersebut akan djelaskan dalam bentuk laporan atau informasi gerhana matahari
yang akan dipublikasikan melalui web resmi BMKG22 untuk kalangan umum
dan disebarkan ke setiap stasiun BMKG daerah untuk kalangan khusus.
Metode perhitungan gerhana mathaari BMKG untuk lokasi tertentu:
a. Menentukan elemen-elemen bessel saat terjadi gerhana matahari.
Elemen-elemen bessel adalah data-data astronomis yang menentukan
posisi matahari dan bulan dengan akurasi yang tinggi. Elemen Bessel terdiri
dari x, y, sin d, cos d, µ , l1, l2, tan f1, tan f2, µˈ, dan dˈ.23
Untuk dapat menghitung gerhana secara akurat, Bessel telah
menyusun metode dengan menggunakan bidang yang disebut bidang
fundamental. Lihat Gambar 1.1 dan 1.2. Bidang fundamental adalah bidang
datar dua dimensi XY dengan pusat di O yang berada di pusat bumi. Sumbu
21Fitria Dewi Nurcholifah, Metode Hisab Gerhana Matahari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo. 2016, hlm. 58.
22 Fitria Dewi Nurcholifah, Metode...., hlm. 59.23 P. Kenneth Seidelman, Explanatory Suplement to the Astronomical Almanac, California:
University Sains Book. 1992, hlm. 440.
8
Z adalah sumbu yang menghubungkan pusat Matahari, pusat Bulan saaat
terjadi konjungsi.
Gambar 1.1. Ilustrasi Bidang fundamental XY untuk gerhana cincin 10 Mei
199424
Gambar 1.2. Ilustrasi Bidang Fundamental XY dengan disertai sumbu Z
Gambar 1.3 menyajikan hubungan antara Matahari, bulan, bidang
pengamat dan bidang fundamental. Matahari berpusat di S dan Bulan
berpusat di M. Sudut dan adalah sudut penumbra dan umbra
24 Jean Meeus, ELEMENTS Of SOLAR ECLIPSE 1951–2200, Virginia : Willmann-Bell, Inc. Th. 1989, hlm. 8
9
Gambar 1.3. Matahari, Bulan, Bidang pengamat di Bumiserta bidang
fundamental.
Sejumlah besaran yang harus ditentukan dengan menggunakan elemen
Bessel ini adalah To, X, Y, d, M, l1,l2, serta sudut f1 dan f2. .
Menyiapkan elemen Bessel untuk gerhana yang akan dicari. Angka-
angka Bessel tersebut berasal dari perpaduan algoritma VSOP87 (Matahri)
dan ELP2000-82 (bulan). Angka-angka tersebut dapat dilihat di buku
Elements of Solar Eclipses 1951 – 2200 karya Jean Meeus. Angka-angka
Bessel untuk setiap gerhana Matahari berbeda-beda. Angka Bessel ini
digunakan utuk menentukan tempat (bujur, lintang) di Bumi yang terkena
garis umbra, lebar garis umbra, lama maksimum gerhana tersebut,
ketinggian (altitude) Matahari dan azimuth yang diamati dari tempat
tersebut dan lain-lain.25
25 Ja’far Shodiq, Studi Analisis Metode Hisab Gerhana Matahari Menurut Rinto Anugraha Dalam Buku Mekanika Benda Langit, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo. 2016, hlm. 62-64.
10
Berikut merupakan tabel elemen-elemen bessel gerhana matahari total
9 maret 2016.
No X Y d (rad) I1 I2 µ (der)
0 -0,06253 0,25383 -4,3797 0,53889 -0,00723 207,3722
1 0,55028 0,17212 0,0159 -0,00007 -0,00007 15,0040
2 0,00000 0,00002 0,00000 -0,00001 -0,00001 0,00000
3 -0,00001 0,00000 - - - -
Tan f1= 0,0047087
Tan f2= 0,0046852
T0= 2,000
Delta T gerhana matahari 9 Maret 2016 adalah 68 detik.
Keterangan:
x dan y = posisi pusat bayangan bulan pada bidang fundamental.
I1 dan I2 = radius kerucut penumbra (I1) dan umbra atau anumbra (I2)
bulan pada bidang fundamental.
d = deklinasi sumbu bayangan bulan dalam bola langit.
µ = sudut jam sumbu bayangan bulan dalam bola langit.
f1 dan f2 = sudut kerucut penumbra (f1) dan umbra atau anumbra (f2)
terhadap sumbu bayangan bulan.
b. Prosedur metode hisab gerhana matahari total BMKG26
1. Hitung C
C=1/((1-f)² sin² φ¿1 /2
Dengan f = 1/298,5722353563
2. Hitung S
S= (1-f)² C
3. Hitung H
H= 0,15678503 x 10−6 x h
4. Hitung p sin φˈ
p sin φˈ = (S+H) sin φ
26 Fitria Dewi Nurcholifah, Metode...., hlm. 62.
11
5. Hitung p cos φˈ
p cos φˈ = (C+H) cos φ
6. Hitung t
Untuk tahap awal ambil t=to
7. Hitung x
x = xo + x1 x t + x2 x t² + x3 x t 3
dengan xo, x1, x2, dan x3 ada pada elemen-elemen Bessel
8. Hitung
y = yo + y1 x t + y2 x t² + y3 x t 3
9. Hitung sin d
Sin d = sin (do + d1 x t + d2 x t²)
10. Hitung cos d
Cos d = cos (do + d1 x t + d2 x t²)
11. Hitung I1
I1= I1 + I1 x t + I1 x t²
12. Hitung I2
I2= I2 + I2 x t + I2 x t²
13. Hitung xˈ
xˈ = x1 + 2 x x2 x t + 3 x x3 x t²
14. Hitung yˈ
yˈ = y1 + 2 x y2 x t + 3 x y3 x t²
15. Hitung µ (bersatuan derajat)
µ = µo + µ1 x t + µ x t²
16. Hitung θ (bersatuan derajat)
θ = µ + λ – ΔT / 1,00273790936049
17. Hitung ξ
ξ = p cos φˈ sin θ
18. Hitung η
η = p sin φˈ cos d – p cos φˈ sin d cos θ
19. Hitung ζ
ζ = p sin φˈ sin d + p cos φˈ cos d cos θ
12
20. Hitung dˈ
dˈ= d1 + 2 x d2 x t
21. Hitung µˈ
µˈ= µ1 + 2 x µ2 x t
22. Hitung ζˈ
ζˈ= µˈ p cos φˈ cos θ
23. Hitung ηˈ
ηˈ = µˈ ξ sin d – ζ dˈ
24. Hitung u
u = x – ξ
25. Hitung v
v = y – η
26. Hitung uˈ
uˈ = xˈ- ζˈ
27. Hitung vˈ
vˈ= yˈ- ηˈ
28. Hitung m
m = (u² + v²¿1 /2
29. Hitung n
n = (uˈ² + vˈ²¿1 /2
30. Hitung L1
L1 = l1 – ζ tan f1
31. Hitung L2
L2 = l2 – ζ tan f2
32. Hitung sin ψ1
Sin ψ1 = (uvˈ - vuˈ) / ( n L1)
33. Hitung ψ2
Sin ψ2 = (uvˈ - vuˈ) / (n L2)
34. Hitung D
D = uuˈ + vvˈ
35. Hitung Δז
13
Δז = -D / n²
36. Jumlahkan t dengan Δז
זt / Δ = ז
37. Ulangi langkah ke-6 sampai dengan 36 dengan mengganti t oleh .ז
Lakukan hingga diperoleh Δ ≈ 0ז (akan diketahui puncak gerhana
matahari).
38. Ulangi langkah ke 6 sampai dengan 36 dengan mengganti t oleh .ז
Lakukan hingga diperoleh Δ ≈ 0ז ( akan diketahui awal gerhana
matahari).
Catatan:
a. Langkah ke-31 dan ke-33 tidak perlu dilakukan.
b. Pada langkah ke-35, ganti perhitngan Δז menjadi Δז = (-L1 x n x cos
ψ1 – D) / n².
39. Ulangi langkah ke-6 sampai dengan 36 dengan mengganti t oleh .ז
Lakukan hingga diperoleh Δ ≈ 0ז (akan diketahui akhir gerhana
matahari).
Catatan:
a. Langkah ke 31 dan ke 33 tidak perlu dilakukan.
b. Pada langkah ke 35, ganti perhitungan Δז = (L1 x n x cos ψ1-D) / n².
40. Hitung Durasi Totalitas
Dt = 2 x │L2/n│x sin ψ2
41. Hitung waktu puncak gerhana (wpg) dalam UT
Wpg = ז + to – (ΔT/3600)
Catatan: data ז yang digunakan adalah ז untuk puncak gerhana matahari.
42. Hitung waktu kontak kedua (KD) dalam UT
KD = wpg – dt/2
43. Hitung waktu kontak ketiga (KT) dalam UT
KT = wpg + dt/2
44. Hitung waktu kontak pertama (KP) dalam UT
KP = ז + to – (ΔT/3600)
14
Catatan: data yang digunakan adalah ז untuk kontak pertama gerhana ז
matahari.
45. Hitung waktu kontak keempat (KE) dalam UT
KP = ז + to – (ΔT/3600)
Catatan: data yang digunakan adalah ז untuk kontak keempat gerhana ז
matahari.
46. Hitung durasi gerhana
dg = KE-KP
47. Hitung Magnitudo Gerhana
Mag = (L1-m) / (L1 + L2)
Catatan: data yang digunakan adalah data untuk puncak gerhana
matahari.
48. Hitung titik kontak pertama (juga titik kontak terakhir) di matahari
diukur berlawanan arah jarum jam dari titik utara piringan matahari.
P = Arc Tan (u/v)
Catatan : untuk menghitung titik kontak pertama, data u dan v yang
digunakan adalah untuk kontak pertama. Hal yang sama berlaku untuk
menghitung titik kontak keempat.
49. Hitung sudut jam saat puncak gerhana, (Hapg)
Hapg = 0 (untuk puncak gerhana dan bersatuan derajat).
50. Hitung sudut jam kontak kedua (Hakd)
Hakd = Hapd – 7,5 x dt (bersatuan derajat)
51. Hitung sudut saat jam kontak ketiga (Hakt)
Hakt = Hapg + 7,5 dt (bersatuan derajat)
52. Hitung sudut jam saat kontak pertama (Hakp)
Hakp = 0 (untuk kontak pertama dan bersatuan derajat)
53. Hitung sudut jam saat kontak keempat (Hake)
Hake = 0 (untuk kontak pertama dan bersatuan derajat)
54. Hitung azimuth saat puncak gerhana (Azpg)
Azpg = Arc Tan (sin HA / (sin φ x cos HA – cos φ x tan d))
55. Hitung azimuth saat kontak kedua (Azkd)
15
Azkd = Arc Tan (sin HA / (sin φ x cos HA – cos φ x tan d ))
56. Hitung azimuth saat kontak ketiga (AZkt)
AZkt = Arc Tan (sin HA / (sin φ x cos HA – cos φ x tan d))
57. Hitung azimuth saat kontak pertama (Azkp)
AZkp = Arc Tan (sin HA / (sin φ x cos HA – cos φ x tan d))
58. Hitung azimuth saat kontak keempat (Azke)
AZke = Arc Tan (sin HA / (sin φ x cos HA – cos φ x tan d))
59. Hitung tinggi saat puncak gerhana (Altpg)
Altpg = Arc sin (sin d x sin φ + cos d x cos φ x HApg)
60. Hitung tinggi saat kontak kedua (Altkd)
Altkd = Arc sin (sin d x sin φ + cos d x cos φ x HAkd)
61. Hitung tinggi saat kontak ketiga (Altkt)
Altkt = Arc sin (sin d x sin φ + cos d x cos φ x HAkt)
62. Hitung tinggi saat kontak pertama (Altkp)
Altkp = Arc sin (sin d x sin φ + cos d x cos φ x HAkp)
63. Hitung tinggi saat kontak keempat (Altke)
Altke = Arc sin (sin d x sin φ + cos d x cos φ x HAke).
Hasil perhitungan Algoritma Hisab Gerhana Matahari Total (GMT)
BMKG dengan hasil NASA
Palembang, 09 Maret 2016 M.
BMKG NASA Selisih
Kontak 1 06 : 20 : 09,3 06 : 20 : 34,3 00 : 00 : 25
Kontak 2 07 : 20 : 48,7 07 : 20 : 57,5 00 : 00 : 8,8
Puncak GMT 07 : 21 : 44 07 : 21 : 58,3 00 : 00 : 14,3
Kontak 3 07 : 22 : 39,3 07 : 22 : 59,1 00 : 00 : 10,8
Kontak 4 08 : 31 : 26,2 08 : 31 : 52,3 00 : 00 : 26,1
Durasi Total GM 2 : 10 : 56,9 2 : 11 : 18 00 : 00 :21,1
Durasi GMT 00 : 01 : 50,5 00 : 02 : 01,6 00 : 00 :11,1
Magnitudo GMT 1,009 1,012 0,003
16
E. Analisis Algoritma Hisab Gerhana Matahari BMKG
Bahan-bahan data metode hisab BMKG ini menggunakan elemen bessel
yang sudah termasuk astronomi modern, dan dasar proses perhitungannya
menggunakan rumus-rumus segitiga bola, data-data astronomis yang
digunakannya memperhatikan koreksi-koreksi gerak bulan dan matahari yang
sangat teliti dan kompleks sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi.
Metode perhitungan gerhana BMKG dibuat dalam Program Tanda
Waktu agar lebih memudahkan dalam perhitungan terjadinya gerhana
matahari, mengingat rumus-rumus yang digunakan BMKG sangat panjang dan
perlu waktu yang lama. BMKG menggunakan Program Tanda Waktu yang
merupakan program komputer berbasis astronomi modern.
Pembuktian dengan perbandingan hasil NASA menunjukkan data yang
diberikan BMKG sudah termasuk akurat dengan selisih yang kecil dengan hasil
perhitungan NASA.
DAFTAR BACAAN
Buku
Alkalili, Asad M, Kamus Indonesia Arab, Jakarta : PT BulanBintang, cet. Ke-3,
th. 1993.
17
Badan Hisab & Ru’yah Dep. Agama, Almanak Hisab Ru‟yah, Jakarta: Proyek
Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam.
BMG Departemen Perhubungan, Mengenal Badan Meteorologi dan Geofisika
Departemen Perhubungan, Jakarta: BMG Dep. Perhubungan.
BMG, Pelayanan Meteorologi dan Geofisika di Indonesia, Jakarta: BMG.
Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak (Metode Hisab-Rukyah dan Solusi
Permasalahannya), Semarang :Komala Grafika, 2006.
Khazin, Mukhyidin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Buana
Pustaka, cet. Ke-3, th. 2004.
Meeus, Jean, ELEMENTS Of SOLAR ECLIPSE 1951–2200, Virginia : Willmann-
Bell, Inc. Th. 1989.
Nurcholifah, Fitria Dewi, Metode Hisab Gerhana Matahari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN
Walisongo. 2016.
Seidelman, P. Kenneth, Explanatory Suplement to the Astronomical Almanac,
California: University Sains Book. 1992.
Shodiq, Ja’far, Studi Analisis Metode Hisab Gerhana Matahari Menurut Rinto
Anugraha Dalam Buku Mekanika Benda Langit, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Walisongo, 2016.
Syadily, John M. Echols-Hasan, Kamus Indonesia-Inggris, Jakarta : PT Gramedia,
edisi ke-3, th. 2007.
Paper
Buklet “BMKG”, Kuliah Kerja Lapangan. 2013.
Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2008.
Peraturan Presiden No 61 tahun 2008, pada Bab I pasal 3.
Website
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Profil/Sejarah.bmkg.
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Profil/Tugas_dan_Fungsi.bmkg .
18