jurnalrizaleffendi.files.wordpress.com · web viewanalisis pengendalian intern atas persediaan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGENDALIAN INTERN ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. JAYA MASAWAN PUTERA SEJAHTERA
PALEMBANG
Oleh :
TITI SUELMI, SE.,Ak., MM
NIP:195707251990032001
EPIDA SAMOSIR
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRIDINANTI
PALEMBANG
2017
ABSTRAK
TITI SUELMI,SE.,Ak.,MM.,/EPIDA SAMOSIR, Analisis Pengendalian Intern Atas Persediaan Barang Dagang Pada PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang.
Penelitian ini pada dasarnya membahas tentang pengendalian intern atas persediaan barang dagang pada PT Jaya Masawan Putera Seajahtera Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengendalian intern atas persediaan barang dagang pada PT Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang telah sesuai dengan standar operasional prosedur perusahaan, serta apakah pengendalian intern atas persediaan barang dagang pada PT Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang sudah efektif dan efisien, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan pengendalian intern atas persediaan barang dagang pada PT Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang.
Dilihat dari lingkungan pengendalian intern persediaan barang dagang, penerapan resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan, falsafah dan gaya manajemen serta pembagian tugas dan wewenang yang ada diperusahaan telah sesuai dengan standar operasional prosedur perusahaan. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu terdapat beberapa kelemahan yang ada di standar operasional prosedur perusahaan sehingga standar operasional prosedur perusahaan perlu dilakukan evaluasi setiap saat.
Pemantauan terhadap persediaan barang dagangan juga dilakukan secara periodik oleh bagian gudang, dan staff audit melalui stock opname yang dilakukan sekali dalam enam bulan. Kendala-kendala yang dihadapi oleh perusahaan ada pada saat penerimaan barang, transaksi penjualan, pengeluaran barang yang terkadang tidak menggunakan delivery order (DO) atau surat jalan dan juga pengeluaran barang dari gudang yang tidak menggunakan sistem FIFO. Untuk mencegahnya alangkah baiknya jika ada seseorang Supervisor atau Kepala Counter yang mengawasi karyawan saat melakukan pengambilan barang dari gudang, dan juga perlu penambahan CCTV untuk memantau karyawan yang keluar masuk gudang.
Kata Kunci : Pengendalian Intern, Persediaan Barang Dagangan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini perkembangan perekonomian berkembang dengan
sangat pesat. Berkembangnya perekonomian di Indonesia tidak lepas dari semua
kegiatan perusahaan, baik dibidang perusahaan dagang, perusahaan manufaktur
maupun perusahaan jasa. Setiap kegiatan usaha memiliki tujuan yang berbeda-
beda dengan cara pencapaian tujuan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
persaingan yang sangat ketat yang ada di wilayah Indonesia, khususnya di kota
Palembang.
Berkembangnya perekonomian di Indonesia dapat mempengaruhi peluang
usaha setiap perusahaan yang semakin meningkat, sehingga membuat perusahaan
lebih bersaing guna mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, bahkan juga
untuk memperluas kegiatan usaha perusahaan tersebut.
Dengan semakin berkembangnya perusahaan maka kegiatan dan masalah
yang dihadapi perusahaan semakin kompleks, sehingga semakin sulit bagi pihak
pimpinan untuk melaksanakan pengawasan atau mengkoordinir secara langsung
terhadap seluruh aktivitas perusahaan, mengambil keputusan atau kebijakan-
kebijakan yang dapat mempertahankan segala kegiatan usaha, mengatur kebijakan
atas asset yang dimiliki oleh perusahaan terutama asset lancar yang merupakan
elemen penting yang dapat menunjang aktivitas operasional perusahaan. Hal ini
dirasakan perlu adanya bantuan manager-manager yang profesional sesuai dengan
bidang yang ada dalam organisasi tersebut. Perlu juga adanya struktur organisasi
yang memadai, yang akan menciptakan suasana kerja yang sehat karena setiap
karyawan dapat mengetahui dengan jelas dan pasti wewenang dan tanggung
jawabnya serta dengan siapa ia bertanggung jawab.
Untuk memenangkan persaingan yang makin hari makin ketat dan berat
itulah, maka perusahaan menganggap perlu untuk membekali dan meningkatkan
kemampuan atau keahlian sumber daya manusia yang ada, terutama bagi
karyawan yang berada di posisi garis depan, yang berhadapan langsung dengan
pembeli dan melayani pembeli secara langsung.
Secara umum, perusahaan dagang dapat didefenisikan sebagai organisasi
yang melakukan kegiatan usaha dengan membeli barang dari pihak atau
perusahaan lain kemudian menjualnya kembali kepada masyarakat. Setiap
perusahaan itu mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba yang
optimal agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, memajukan, serta
mengembangkan usahanya ketingkat yang lebih tinggi lagi. Salah satu unsur yang
paling penting dalam perusahaan dagang adalah persediaan. Persediaan
merupakan barang dagangan yang dibeli kemudian disimpan untuk selanjutnya
dijual kembali dalam operasi. Perusahaan senantiasa memberi perhatian yang
besar dalam persediaan.
Tanpa persediaan barang dagangan perusahaan tidak dapat melakukan
kegiatan penjualan. Penjualan pun juga akan terpengaruhi atas tersedianya barang
dagangan atau persediaan tersebut. Jika barang tidak tersedia berupa bentuk, jenis,
mutu serta jumlah yang diinginkan pelanggan atau konsumen, maka penjualan
pun akan ikut mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu,
persediaan sangat perlu diperhatikan untuk kelangsungan kegiatan perusahaan
yang bersangkutan. Baik didalam prosedur penerimaan, pengeluaran, dan
pencatatannya.
Pengendalian internal persediaan merupakan fungsi manajerial yang
sangat penting, karena pengendalian internal atas persediaan ini banyak
melibatkan investasi rupiah dan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kegiatan
perusahaan. Dengan demikian, pengendalian internal atas persediaan barang
dagang sangat diperlukan untuk mengurangi resiko terjadinya selisih, kehilangan,
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa
prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuat perbaikan.
Persediaan bagi perusahaan manufaktur merupakan suatu bagian yang
sangat penting, yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan operasionalnya
dimana tanpa adanya persediaan perusahaan akan menghadapi resiko
ketidakmampuan memenuhi keinginan para konsumen.
Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu golongan
saja yaitu persediaan barang dagangan, yang merupakan barang yang dibeli untuk
tujuan dijual kembali. Transaksi yang mengubah persediaan produk jadi,
pembelian bahan baku, pesediaan bahan penolong, persediaan bahan habis pakai
pabrik, dan persediaan suku cadang, bersangkutan dengan transaksi intern
perusahaan dan transaksi yang menyangkut pihak luar perusahaan (penjualan dan
pembelian), sedangkan transaksi yang mengubah persediaan produk dalam proses
seluruhnya berupa transaksi intern perusahaan (Mulyadi, 2008).
Pengendalian terhadap persediaan juga harus dilaksanakan sebaik mungkin
sehingga perusahaan tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya
kegiatan operasi. Misalnya, apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan atau
penilaian atas persediaan akan mengakibatkan kesalahan dalam penentuan berapa
besar laba yang diperoleh dalam suatu periode. Kerusakan, salah penerimaan
barang, kelalaian dalam mencatat permintaan, pemusnahan barang leburan, dan
semua kemungkinan lainnya dapat menyebabkan catatan persediaan berbeda
dengan persediaan yang sebenarnya ada di gudang. Untuk itu, diperlukan
pemeriksaan persediaan secara periodik atas catatan persediaan dengan
perhitungan yang sebenarnya, atau melakukan Stock Opname selama enam bulan
sekali. Dengan melakukan stock opname, kita bisa mengetahui selisih stock antara
stock fisik dan stock digudang.
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang adalah sebuah perusahaan
yang bergerak dibidang retail (perdagangan eceran). Perusahaan ini tentunya
mempunyai persediaan barang dagang yang siap dijual, dan jumlah persediaan ini
juga tentunya sangat banyak. Karena cukup banyak jenis produk yang keluar
masuk gudang, sehingga kemungkinan besar akan terjadi kehilangan ataupun
pencurian persediaan barang yang ada di gudang, yang akan berakibat bagi
karyawan yang ada dalam perusahaan tersebut. Akibat stock yang banyak hilang
karena pencurian, kecurangan, salah data dan kesalahan yang mungkin bisa
terjadi, setiap karyawan yang ada di perusahaan ini akan ikut bertanggung jawab
dalam kerugian tersebut yaitu dengan ganti rugi sebesar kerugian persediaan
barang yang hilang. Karena kelalaian dalam bekerja akibatnya diperlukan
pengendalian intern persediaan yang baik agar tidak terjadi penyelewengan dalam
menjalankan tugas seperti yang dialami perusahaan PT Jaya Masawan Putera
Sejahtera Palembang dalam jangka waktu enam bulan sekali.
Mengingat bahwa pengendalian intern persediaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mencapai efisiensi dan efektivitas, maka penulis tertarik untuk
mangangkat hal tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk penelitian
dengan judul “ Analisis Pengendalian Intern Atas Persediaan Barang Dagang
Pada PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang”.
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba
merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian sebagai berikut:
Bagaimana pengendalian intern atas persediaan barang dagang pada PT.
Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengendalian intern atas persediaan barang dagang pada PT. Jaya Masawan Putera
Sejahtera Palembang.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Bagi PT. Jaya Masawan Puetra Sejahtera Palembang, khususnya kepada
pihak manajemen, penelitian ini dapat menjadi pedoman atau masukan
kepada bagian-bagian terkait di dalam perusahaan dengan fungsi
Pengendalian Intern Atas Persediaan Barang Dagang.
2. Bagi Penulis
Memperdalam dan manambah wawasan pengetahuan peneliti mengenai
Pengendalian Intern Atas Persediaan Barang Dagang.
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam
melakukan penelitian yang sama dengan bahasan yang lebih mendalam
lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Auditing
2.1.1.1 Pengertian Auditing
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan,
karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir
pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian
umumnya, merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai
kesimpulan tentang realibilitas dari pernyataan seseorang. Dalam pengertian yang
lebih sempit, atestasi merupakan “komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu
kesimpulan mengenai reabilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung
jawab dari pihak lainnya”. Seorang akuntan publik, dalam peranannya sebagai
auditor, memberikan atestasi mengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah
entitas. Akuntan publik juga memberikan jasa atestasi lainnya, seperti membuat
laporan mengenai internal control, dan laporan keuangan prospektif.
Dibawah ini ada beberapa pengertian Auditing (Pemeriksaan Akuntan)
menurut para ahli
1. Menurut Mulyadi (2010: 9)
Auditing adalah Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
2. Menurut Sukrino Agoes (2012: 4)
Auditing adalah Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
3. Menurut Arini Tathagati (2014:121) audit adalah suatu cara pengumpulan
dan evaluasi secara sistemik, independen dan terdokumentasi terhadap
data, pernyataan, catatan, operasional, dan kinerja perusahaan, untuk
mengetahui apakah kriteria sudah dipenuhi.
Berdasarkan pengertian audit menurut para ahli diatas penulis
menggambarkan audit ialah suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak yang
berwenang untuk mengevaluasi kegiatan dalam suatu perusahaan serta
memberikan hasil-hasilnya yang sangat berfungsi untuk kemajuan perusahaan
tersebut. Secara umum, audit juga dapat didefinisikan sebagai proses evaluasi
terhadap seseorang, organisasi, sistem, atau produk, untuk menentukan sejauh
mana kriteria sudah di penuhi yang bertujuan untuk mencari fakta bukan mencari
kesalahan.
2.1.1.2 Jenis-Jenis Audit
Ditinjau dari luasnya pemeriksaan menurut Sukrisno Agoes (2012:10),
audit bisa dibedakan atas:
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Adapun uraian dari kedua jenis audit di atas adalah sebagai berikut:
Ad.1 Pemeriksaan Umum (General Audit)
Adalah suatu pemeriksaan umum atas kegiatan perusahaan dengan tujuan
untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran atas berjalannya
kegiatan tersebut secara keseluruhan.
Ad. 2 Pemeriksaan Khusus (special audit)
Adalah suatu pemeriksaan terbatas sesuai dengan permintaan dan akhir
pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap
kewajaran kegiatan perusahaan tersebut secara keseluruhan.
Menurut Sukrino Agoes (2012: 11-13) ditinjau dari jenis pemeriksaannya,
audit bisa dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Management Audit (Operational Audit)2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)4. Computer Audit
Ad.1 Management Audit (Operational Audit)
Adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi
tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.
Pendekatan audit yang biasa dilakukan adalah menilai efisiensi,
efektivitas, dan keekonomisan dari masing-masing fungsi yang terdapat
dalam perusahaan. Misalnya fungsi penjualan dan pemasaran, fungsi
produksi, fungsi pergudangan dan distribusi, fungsi personalia (sumber
daya manusia), fungsi akuntansi dan fungsi keuangan.
Ad. 2 Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijkan yang berlaku,
baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan
komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam LK, Bank
Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain).
Pemeriksaan bisa dilakukan baik oleh KAP maupun bagian Internal Audit.
Ad.3 Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
Pemeriksaan yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci
dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP.
Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran
laporan keuangan, karena pihak-pihak di luar perusahaan, tidak
independen.
Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit findings)
mengenal penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan
pengendalian internal, beserta saran-saran perbaikannya
(recommendations).
Ad. 4 Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP)
System.
Ada dua metode yang bisa dilakukan auditor:
1. Audit Around The Computer
Dalam hal ini auditor hanya memeriksa input dan output dari EDP System
tanpa melakukan tes terhadap proses dalam EDP System tersebut.
2. Audit Through The Computer
Selain memeriksa input dan output, auditor juga melakukan tes proses
EDP-nya. Pengetesan tersebut dilakukan dengan menggunakan
Generalized Audit Software, ACL dll dan memasukkan dummy data (data
palsu) untuk mengetahui apakah data tersebut diproses sesuai dengan
sistem yang seharusnya. Dummy data digunakan agar tidak mengganggu
data asli.
2.1.1.3. Tujuan Audit
Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan derajat kepercayaan
pemakai laporan keuangan yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan suatu
opini oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Dalam kerangka
bertujuan umum, opini tersebut adalah tentang apakah laporan keuangan disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka tersebut.
Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya
oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.
Menurut Abdul Halim (2008: 147) menyatakan “bahwa tujuan audit
adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dlam suatu hal yang material,
posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum”.
Adapun tujuan dari dilakukannya pemeriksaan terhadap aktivitas
perusahaan (Mulyadi 2002:104) adalah sebagai berikut :
1. Penilaian PrestasiPenilaian performa organisasi adalah dengan membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kebijakan, standard an tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen atau kriteria pengukuran tepat lainnya.
2. Mengidentifikasikan kesempatan Untuk PerbaikanBerdasarkan penilaian performa, pemeriksa pada umumnya mengetahui apakah ada suatu kesempatan yang baik untuk meningkatkan efisiensi, efektif dan ekonomis dari suatu kegiatan.
3. Membuat Rekomendasi Untuk Perbaikan Atau Tindak LanjutPemeriksa mungkin perlu untuk rekomendasi yang lebih jauh dan
menjalankan alasan mengapa penelitian oitu dianggap perlu di bidang
tertentu.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Professional
Akuntan Publik (2011:seksi 110, PSA No.2):
“Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran laporamn keuangan, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia”.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan audit adalah untuk
menyatakan pendapat atas semua kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
2.1.1.4 Standar Audit
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI, 2011: 150.1 & 150.2). Telah menetapkan dan
mengesahkan sepuluh standar audit yang lalu dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu:
1. Standar Umum
2. Standar Pekerjaan Lapangan
3. Standar Pelaporan
Adapun penjelasan dari uraian di atas adalah:
Ad. 1 Standar Umum
a. Audit harus dilakukan oleh seorang yang terlatih dan memiliki
keahlian
b. Berhubungan dengan perikatan, indenpendensi dan mental seorang
auditor
c. Dalam menyusun laporan auditor harus menggunakan kemahirannya
Ad. 2 Standar Pekerjaan Lapangan
a. Perkerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya
b. Pemahaman memadai
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat di peroleh
Ad. 3 Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus disusun sesuai dengan ketetapan yang berlaku
b. Laporan auditor harus menunjukan suatu perbandingan
c. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan mengenai kegiatan
perusahaan.
2.1.2. Pengertian dan Unsur-Unsur Pengendalian Intern
Pengendalian intern harus dilakukan seefektif mungkin dalam suatu
perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan,
dan penyelewengan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyusun suatu kerangka
pengendalian atas sistem yang sudah ada pada perusahaan yang terdiri dari
beragam tindakan pengendalian yang bersifat intern bagi perusahaan, sehingga
manajer dapat mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien.
2.1.2.1. Pengertian Pengendalian Intern
Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk memastikan bahwa
sumber-sumber yang diperoleh dan dipergunakan dengan efektif dan efisien
didalam mencapai sasaran-sasaran yang sudah ditetapkan. Jadi pengendalian
adalah suatu proses untuk memastikan sejauh mana kegiatan yang dijalankan oleh
organisasi di dalam perusahaan sudah mencapai sasaran atau menyimpang.
Pengendalian intern merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh
manajemen untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan.
Menurut Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess (2006: 235)
Pengendalian Intern (Internal Control) adalah “Kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan meyakinkan bahwa hukum serta peraturan telah diikuti”.
Sedangkan menurut Mulyadi (2008: 163) “mendefenisikan sistem
pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern merupakan suatu
proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang terdiri dari berbagai
kebijakan, prosedur, teknik, peralatan fisik, dokumentasi, dan manusia.
Sedangkan tujuan pengendalian intern menurut Mulyadi (2008: 164)
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Pengendalian Intern Akuntansi (internal accounting control)Pengendalian Internal Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh: adanya pemisahaan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi.
2. Pengendalian Intern Administratif (internal administrative control)Pengendalian Intern Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi). Contoh pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.
Pengendalian intern akuntansi, yang merupakan bagian dari sistem
pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik
akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditor yang ditanamkan
dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya.
Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Mulyadi dalam bukunya Auditing (2008:181), “tujuan
pengendalian intern adalah sebagai berikut:
a. Keandalan informasi keuangan
b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
c. Efektifitas dan efisiensi operasi
Dalam sebuah perusahaan, pengendalian internal yang diterapkan
merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan
oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu, auditor mempercayai efektivitas
pengendalian internal dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam
proses akuntansi. Hal ini dilakukan dalam pemberian pendapatan atas kewajaran
laporan keuangan yang diauditnya (Mulyadi, 2008).
2.1.2.2. Unsur-Unsur Pengendalian Intern
Menurut AICPA (American Institute of Public Accountants) dalam SAS
(Statement on Auditing Standards) No. 78 yang terdapat dalam Standar Profesi
Publik menyatakan bahwa “komponen pengendalian internal terdiri dari:
1. Lingkungan pengendalian2. Penilaian resiko3. Informasi dan komunikasi4. Pengawasan atau Pemantauan5. Aktivitas pengendalian
Adapun penjelasan uraian di atas adalah sebagai berikut:
Ad. 1 Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian intern adalah hal yang mendasar dalam
komponen pengendalian intern. Lingkungan terdiri dari tindakan, kebijkan,
prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak,
direktur dan dewan komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha tersebut
(Alvin A Arens dan James K Loebbecke, 2000: 261). Dari pengertian
lingkungan pengendalian intern tersebut, dapat diketahui bahwa efektifitas
pengendalian dalam suatu organisasi terletak pada sikap manajemen.
Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur
pengendalian intern lainnya yang membentuk displin dan struktur dalam
organisasi.
Menurut Hall Singleton (2007: 28), “lingkungan pengendalian memiliki
beberapa elemen penting diantaranya adalah:
1 Falsafah dan gaya manajemen operasi
Falsafah manajemen adalah seperangkat parameter bagi perusahaan dan
karyawan. Falsafah merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa
yang tidak dikerjakan oleh perusahaan. Manajemen melalui aktivitasnya
memberikan tanda yang jelas kepada pegawai tentang pentingnya
pengendalian. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana
operasi suatu perusahaan harus dilakukan.
2. Struktur Organisasi
Menurut Richard L. Daft yang diterjemahkan oleh Edward Tanujaya (2007:
19), “struktur organisasi yang baik harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Spesialisasi aktivitas
b. Standarisasi aktivitas
c. Koordinasi aktivitas
d. Sentralisasi aktivitas
e. Ukuran unit kerja
3 Komite Audit
Dewan komisaris yang efektif adalah yang independen dari manajemen dan
anggota-anggotanya aktif menilai aktivitas manajemen. Komite audit
biasanya dibebani tanggung jawab mengenai laporan keuangan, mencakup
struktur pengendalian intern, dan ketaatan terhadap peraturan dan undang-
undang. Komite audit harus memelihara komunikasi langsung yang terus
menerus, baik antara dewan komisaris dengan auditor internal mauoun
eksternal, agar pengendalian intern menjadi lebih efektif.
4 Penetapan wewenang dan tanggung jawab
Di samping aspek komunikasi informal, metode komunikasi formal
mengenai wewenang dan tanggung jawab dan masalah sejenis yang
berkaitan dengan pengendalian juga sama pentingnya. Hal ini mencakup
cara-cara sepeti memo dari manajemen tentang pentingnya pengendalian
dan masalah yang berkaitan dengan pengendalian organisasi formal dan
rencana operasi, depenelitian tugas pegawai dan kebijakan terkait, dan
dokumen kebijakan yang menggambarkan perilaku pegawai seperti
perbedaan kepentingan dan kode etik perilaku formal.
5 Metode Pengendalian Manajemen
Adalah metode yang digunakan manajemen untuk membantu aktivitas
setiap fungsi dan anggota organisasi. Menurut George H. Bodnar dan
William S. Hopwood (2003: 178), “metode-metode pengendalian
manajemen terdiri dari teknik-teknik yang digunakan oleh manajemen untuk
menyampaikan instruksi dan tujuan-tujuan operasi kepada bawahan dan
untuk mengevaluasi hasil-hasilnya”.
6 Fungsi Audit Intern
Fungsi audit intern dalam satuan usaha untuk memantau efektivitas
kebijakan dan prosedur lain yang berkaitan dengan pengendalian. Untuk
meningkatkan keefektifan fungsi audit intern, adanya staf audit intern yang
independen dari bagian operasi dan akuntansi menjadi penting, dan melapor
kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi dalam organisasi, baik
manajemen puncak atau komite audit dari dewan direksi dan komisaris.
7 Praktek dan Kebijakan Karyawan
Tujuan pengendalian intern dapat dicapai melalui serangkaian tindakan
manusia dalam organisasi, maka anggota organisasi merupakan elemen
yang paling penting struktur pengawasan intern. Tujuan pengendalian intern
harus dipandang relevan dengan individu yang menjalankan pengendalian
tersebut.
Oleh karena pentingnya perusahaan memiliki pegawai yang jujur dan
kompeten, maka perusahaan perlu memiliki kebijakan dan prosedur yang
baik dalam penerimaan pegawai, pengembangan potensi karyawan,
penilaian potensi, dan pemberian kompensasi atas prestasi mereka.
8 Pengaruh Ekstern
Pengaruh ekstern adalah pengaruh yang ditetapkan dan dilakukan oleh pihak
luar suatu perusahaan, yang mempengaruhi suatu operasi dan praktek
perusahaan. Hal ini meliputi pemantauan dan kepatuhan terhadap
persyaratan yang ditetapkan badan legislatif dan instansi yang mengatur.
Pengaruh ekstern biasanya merupakan wewenang di luar perusahaan.
Pengaruh ini dapat meningkatkan kesadaran dan sikap manajemen terhadap
perilaku dan pelaporan operasi perusahaan, serta dapat juga mendesak
manajemen untuk menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian intern.
2 Penilaian Resiko
Menurut hasil Hall Singleton (2007: 29), “perusahaan harus melakukan
penilaian resiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola resiko
yang berkaitan dengan pelaporan keuangan”. Penilaian resiko manajemen
untuk tujuan pelaporan keuangan dan desain serta implementasi aktivitas
pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi nresiko tersebut pada
tingkat minimum untuk mempertimbangkan biaya dan manfaatnya. Tujuan
manajemen mengadakan penilaian resiko adalah untuk menentukan
bagaimana cara mengatasi resiko yang telah di identifikasi.
3 Informasi dan Komunikasi
Menurut Mulyadi dalam bukunya auditing (2008: 179-180), “sistem
akuntansi yang efektif adalah sistem akuntansi yang dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa transaksi dicatatat atau terjadi adalah:
1. Sah,
2. Telah diotorisasi,
3. Telah dicatat,
4. Telah dinilai secara wajar,
5. Telah digolongkan secara wajar,
6. Telah dicatata dalam periode seharusnya,
7. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas dengan
benar”.
Komunikasi menyangkut penyampaian informasi kepada semua yang telah
terlibat dalam pelaporan keuangan agar mereka memahami bagaimana
aktivitasnya berhubungan dengan pekerjaan orang lain, baik di dalam
organisasi maupun di luar organisasi. Menurut Mulyadi (2008: 180),
“pedoman kebijkan, pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan, daftar
akuntansi dan memo juga merupakan bagian dari komponen informasi dan
komunikasi dalam struktur pengendalian intern”.
4 Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian
intern secara periodik dan terus-menerus. Pemantauan dilaksanakan oleh
orang yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap
desain maupun pengoperasian pengendalian pada waktu yang tepat.
Menurut Reeve, et al (2009) elemen-elemen dalam pengendalian internal terdiri
atas:
1 Lingkungan pengendalian
Merupakan perilaku manajemen dan karyawan secara keseluruhan
mengenai pentingnya pengendalian. Salah satu faktor yang mempengaruhi
lingkungan pengendalian adalah filosofi dan gaya operasional manajemen.
Hal ini meliputi struktur organisasi dan kebijakan personalia.
2. Penilaian resiko
Manajemen haruslah dapat menilai resiko yang dapat terjadi dikemudian
hari dan harus dapat melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mengendalikan resiko tersebut.
3. Prosedur pengendalian
Menurut suatu jaringan pengendalian yang dibuat untuk menyakinkan
semua pihak bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai dan termasuk
pencegahan kecurangan.
Prosedur pengendalian dapat meliputi:
a. Pemisahan tanggung jawab untuk operasi yang berkaitan
b. Operasional, penyimpanan aset, dan akuntansi
c. Bukti dan tindakan keamanan
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah pengawasan intern telah
beroperasi sebagaimana yang telah diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan.
Pemantauan dapat dilakukan oleh suatu bagian khusus yang disebut dengan
bagian pemeriksaan intern (audit internal).
5 Aktivitas Pengendalian
Hall Singleton (2007: 32), “Aktivitas pengendalian (control activity) adalah
berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa
tindakan yang tepat telah dilakukan untuk menangani berbagai resiko yang
telah diidentifikasi perusahaan”.
Menurut Hall Singleton (2007: 33-38), “Aktivitas pengendalian dapat
dikategorikan dalam beberapa aktivitas diantaranya:
1 Otorisasi Transaksi
Tujuan dari otorisasi transaksi adalah untuk memastikan bahwa semua
transaksi material yang diproses oleh sistem informasi valid dan sesuai
dengan tujuan pihak manajemen (Hall Singleton, 2007: 33). Setiap
transaksi harus diotorisasi dengan semestinya apabila perusahaan
menginginkan pengendalian yang memuaskan. Dalam organisasi, otorisasi
untuk setiap transaksi hanya dapat diberikan oleh orang yang memiliki
wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut.
Kebijakan otorisasi harus dibuat oleh manajemen puncak. Otorisasi tersebut
dapat berbentuk umum atau khusus. Orang atau kelompok yang menjamin
otorisasi khusus untuk suatu transaksi seharusnya memegang posisi yang
sepadan dengan sifat dan besarnya transaksi.
2 Pemisahan Tugas
Tujuan utama pemisahan tugas ini adalah untuk mencegah dan agar dapat
dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam
pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang. Pembagian tugas
dalam suatu organisasi di dasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
Pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi akuntansi
Pemisahan fungsi otorisasi transaksi dari fungsi penyimpanan aktiva yang
bersangkutan
Pemisahan fungsi otorisasi dari fungsi akuntansi
Pemisahan fungsi dalam pusat pengelolaan data elektronik, yaitu:
a. Fungsi perancangan sistem dan penyusunan program
b. Fungsi operasi fasilitas pengolahan data
3 Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi (accounting record) tradisional suatu perusahaan terdiri
dari dokumen sumber, jurnal dan buku besar (Hall Singleton, 2007: 37).
Dokumen dan catatan adalah objek fisik dimana transaksi dimasukkan dan
diikhtisarkan dalam sebuah dokumen yang disebut dengan formulir.
Menurut Mulyadi (2008: 182), “formulir merupakan media yang digunakan
untuk merekam penggunaan wewenang dalam memberikan otorisasi
terlaksananya transaksi di dalam organisasi”. Oleh karena itu penggunaan
formulir harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi.
4 Pengendalian Akses
Tujuan dari pengendalian akses adalah untuk memastikan hanya personel
yang sah saja yang memiliki akses ke aktiva perusahaan (Hall Singleton,
2007: 38). Cara yang paling baik dalam melindungi aktiva perusahaan dan
catatan adalah dengan menyediakan perlindungan secara fisik, contohnya
adalah penggunaan gudang untukmelindungi persediaan dari kemungkinan
kerusakan, penggunaan lemari besi dan kotak tahan api untuk melindungi
uang tunai dan surat berharga. Selain itu perlindungan fisik lainnya adalah
pembuatan kembali catatan yang rusak dan pengguanaan alat elektronik
dalam mencatat sistem akuntansi.
5 Verifikasi Independen
Prosedur verifikasi (verification procedure) adalah pemeriksaan independen
terhadap sistem akuntansi untuk mendeteksi kesalahan dan kesalahan
penyajian (Hall Singleton, 2007: 40).
Keempat aktivitas pengendalian sebelumnya memerlukan pengecekan atau
verifikasi intern secara terus-menerus untuk memantau efektivitas
pelaksanaannya.
2.1.2.3 Tujuan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang
Secara umum telah disebutkan bahwa tujuan pengendalian internal dalam
suatu perusahaan adalah untuk memberikan kepastian yang layak kepada
manajemen bahwa tujuan tertentu dari perusahaan akan tercapai. Menurut Arrens,
dkk (2003: 272), tujuan pengendalian internal persediaan barang dagang adalah:
1. Transaksi benar terjadi dilaksanakan (eksistensi). Menyatakan bahwa
transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dalam
perusahaan.
2. Transaksi yang terjadi diidentifikasikan dan dicatat secara lengkap
(kelengkapan). Menyatakan bahwa transaksi telah dicatat dengan lengkap
sehingga mencegah penghilangan transaksi dari catatan.
3. Transaksi yang terjadi telah dicatat dengan benar, tujuan dengan benar
(akurasi). Menyatakan bahwa transaksi telah dicatat dengan benar, tujuan
ini menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi akuntansi.
4. Transaksi yang terjadi diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi).
Menyatakan bahwa transaksi yang telah terjadi, diklasifikasikan pada
perkiraan yang benar.
5. Transaksi yang terjadi dicatat pada saat yang tepat (ketepatan waktu).
Menyatakan bahwa transaksi dicatat pada waktu yang tepat, sehingga
laporan keuangan yang dihasilkan benar-benar bermanfaat. Transaksi
dimasukkan ke dalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar
(posting dan pengikhtisaran). Menyatakan bahwa setiap transaksi yang
terjadi di dalam perusahaan dicatat dengan tepat ke dalam catatan
tambahan dan diikhtisarkan dengan benar.
Menurut Warren (2006:236) tujuan pengendalian intern itu adalah:
a. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha
b. Informasi bisnis akurat
c. Karyawan memenuhi peraturan dan ketentuan
Menurut pengertian diatas berikut penjelasan dari ketiga pengendalian
intern tersebut, yaitu:
a. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha
Pengendalian intern dapat melindungi aktiva dari pencurian, penggelapan,
penyalahgunaan atau penempatan aktiva pada lokasi yang tidak tepat.
b. Informasi bisnis akurat
Informasi yang akurat diperlukan demi keberhasilan usaha. Penjagaan
aktiva dan informasi yang akurat sering berjalan seiringan. Sebabnya
adalah karena karyawan yang ingin menggelapkan aktiva juga perlu
menutupi penipuan tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansi.
c. Karyawan memenuhi peraturan dan ketentuan
Perusahaan memenuhi perundang-undangan dan peraturan yang berlaku
serta standar pelaporan keuangan.
2.1.3 Pengertian Persediaan dan Jenis-Jenis Persediaan
2.1.3.1 Pengertian Persediaan
Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah maupun
perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya.
Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga
tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan
dikeluarkan untuk perusahaan tersebut.
Persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk dijual pada masa
atau periode yang akan datang. Persediaan barang menunjukkan barang-barang
yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Persediaan dapat mengambil berbagai
bentuk yang tergantung pada jenis usaha yang diketahui oleh perusahaan yang
bersangkutan untuk usaha perdagangan, khususnya pendistribusian barang,
persediaan barang terpenting adalah stock barang. Tanpa adanya persediaan, para
pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu
tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta
barang atau jasa.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011: 319) persediaan adalah asset:
a. Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses atau pemberian jasa
Menurut Stice dan Skousen (2009: 571), “Persediaan adalah istilah yang
diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan atau
aktiva yang dimasukkan secara langsung atau tidak langsung ke dalam barang
yang akan diproduksi dan kemudian dijual”.
Menurut Prasetyo (2006: 65), “Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam satu periode
usaha yang normal, termasuk barang dalam pengerjaan atau proses produksi
menunggu masa penggunaannya pada proses produksi”.
Menurut Warren Reeve (2005: 452), “Persediaan didefenisikan sebagai aktiva
yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi
atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan
(supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.
Dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan suatu istilah yang
menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang
bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik
karena adanya permintaan maupun ada masalah lain.
Perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual di dalam sebuah
gudang yang sering berlaku untuk pedagang-pedagang besar seperti retail yang
perputaran persediannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi
penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan.
Setiap perusahaan dagang atau manufaktur sepakat bahwa persediaan
memiliki fungsi yang sangat membantu dalam setiap kegiatan usaha, seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa persediaan merupakan suatu hal vital dalam suatu
perusahaan.
Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan, yaitu:
a. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi
b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi
c. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli
dalam jumlah yang banyak ada diskon
d. Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga
e. Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena
cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman barang
f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam
proses
Menurut Freddy Rangkuti (2004: 15) “mengungkapkan bahwa persediaan
memiliki tiga fungsi yaitu:
1. Fungsi Decoupling
2. Fungsi Economic Lot Sizing
3. Fungsi antisipasi”
Adapun uraian dari pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
Ad. 1 Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan
pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.
Ad.2 Fungsi economic lot sizing
Persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan
pembelian dan biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah. Hal ini
disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih
besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya
sewa gudang, investasi, risiko dan lain sebagainya).
Ad. 3 Fungsi antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa
lalu yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat
mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). Di samping itu,
perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jika waktu pengiriman
dan permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini
perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan
pengaman (safety stock).
Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung
maupun yang tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian,
persiapan, dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan
baku atau barang yang diperoleh untuk dijual kembali, biaya termasuk harga
pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang
terjadi sampai barang siap untuk dijual.
Masalah penentuan besarnya persediaan sangatlah penting bagi perusahaan,
karena persediaan memiliki efek langsung terhadap keuntungan perusahaan.
Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi (yang ditanamkan) dalam
persediaan akan menekan keuntungan perusahaan.
2.1.3.2 Jenis-Jenis Persediaan
Dalam sebuah perusahaan dagang, persediaan terdiri dari berbagai macam
dan jenis, dimana barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali.
Dalam perusahaan, persediaan merupakan asset yang sangat penting bagi
kelancaran aktivitas ekonomi perusahaan.
Jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau kegiatan
normal usaha perusahaan tersebut. Berdasarkan bidang usaha perusahaan dapat
terbentuk perusahaan industri (manufacture), perusahaan dagang, ataupun
perusahaan jasa. Untuk perusahaan industri maka jenis persediaan yang dimiliki
adalah persediaan bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in
process), persediaan barang jadi (finished goods), serta bahan pembantu yang
akan digunakan dalam proses produksi. Dalam perusahaan dagang, persediaannya
hanya satu yaitu barang dagang.
Freddy Rangkuti (2007: 14) mengungkapkan untuk dapat memahami
perbedaan serta keberadaan dari tiap-tiap jenis persediaan tersebut maka dapat
dilihat dari penggolongan persediaan secara garis besar yaitu:
1. Persediaan bahan baku (raw material)
2. Barang dalam proses (goods in process)
3. Barang jadi (finished goods)
Adapun penjelasan dari uraian di atas adalah sebagai berikut:
Ad. 1 Persediaan bahan baku (raw material)
Merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses
produksi. Beberapa bahan baku diperoleh dari sumber-sumber alam. Akan
tetapi lebih sering bahan baku diperoleh dari perusahaan lain yang
merupakan bahan baku dari perusahaan lain yang merupakan produkakhir
pemasok bahan baku. Sebagai contoh kertas cetak merupakan bahan baku
dari perusahaan percetakan. Meskipun istilah bahan baku dapat digunakan
secara luas untuk mencukupi seluruh bahan baku yang digunakan dalam
produksi, namun sebutan ini sering kali dibatasi untuk barang-barang yang
secara fisik dimasukkan dalam produk yang dihasilkan. Istilah bahan
penolong atau pembantu (factory supplies) digunakan untuk menyebut
bahan tambahan yaitu bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi
tetapi tidak secara langsung dimasukkan dalam produk.
Ad. 2 Barang dalam proses (goods in process)
Barang dalam proses yang juga disebutkan pekerjaan dalam proses (work in
process) terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu
dikerjakan lebih lanjut sebelum dijual.
Ad. 3 Barang jadi (finished goods)
Merupakan produk atau barang yang telah selesai diproduksi dan menjadi
persediaan perusahaan untuk dijual.
Untuk persediaan barang setelah jadi atau barang jadi harus dipahami bahwa
mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu perusahaan merupakan barang
jadi bagi perusahaan lain karena proses produksi bagi perusahaan tersebut
hanya sampai disitu. Namun dapat saja terjadi barang setengah jadi atau
barang jadi bagi suatu perusahaan merupakan bahan baku bagi perusahaan
lainnya. Jadi, untuk menentukan apakah persediaan tersebut merupakan
bahan baku barang setengah jadi, ataupun barang jadi bagi perusahaan.
Harus dilihat apakah persediaan tersebut sebagai input atau output dari
perusahaan atau hasil dari bagian yang mana dari proses perusahaan
tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan barang dagang
tidak berhubungan dengan tingkat penyelesaian seperti pada perusahaan industri,
sebab persediaan barang dagang dapat berupa persediaan bahan baku, barang
setengah jadi, ataupun barang jadi.
2.1.3.3 Sistem Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode
periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis
persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodic disebut juga
metode fisik. Dikatakan demikian karena pada akhir periode dihitung fisik barang
untuk mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan disebut jurnal
penyesuaian.
Menurut Stice dan Skousen (2009: 667), “Ada bebrapa macam metode
penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu: identifikasi khusus, biaya rata-
rata (average), masuk pertama, keluar pertama (FIFO), masuk terakhir, keluar
pertama (LIFO)”.
a. Identifikasi Khusus
b. Metode Biaya Rata-Rata (Average)
c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO)
d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO)
Adapun uraian dari pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
Ad. a Identifikasi Khusus
Pada metode ini, biaya dapt dialokasikan ke barang yang terjual selama
periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode
berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk
mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan.
Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus
fisik barang.
Ad. b Metode Biaya Rata-Rata (Average)
Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode
ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya
dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah
unit yang dibeli pada tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang
mudah terjangkau untuk dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut
masuk pertama atau masuk terakhir.
Ad. c Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit
yang terlebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah
pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan
metode identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis.
FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan
arus fisik dari barang yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang
dinilai melekat pada barang yang terjual.
Ad. d Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang
terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah
metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan
pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau
harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah
laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir yang lebih rendah.
Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil
terhadap margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga LIFO
mengaitkan biaya yang tinggi saat ini dalam perolehan barang-barang
dengan harga jual yang meningkat, dengan menggunakan LIFO, persediaan
dilaporkan dengan menggunakan biaya dari pembelian awal, jika LIFO
digunakan dalam waktu yang lama, maka perbedaan antara nilai persediaan
saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.
1.3 Kerangka Berpikir
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang bergerak dalam bidang
retail, pada persediaan barang dagang, harus mendapat penanganan yang
baikdalam hal pengendalian. Baik buruknya penanganan terhadap persediaan
barang dagang tersebut tercermin dengan adanya sistem pengendalian internal,
apabila sistem pengendalian internal lemah maka kemungkinan kesalahan dan
penyalahgunaan khususnya dalam persediaan barang dagang akan lebih besar.
Pada umumnya perusahaan bertujuan untuk menghasilkan laba agar dapat
mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena
itu perusahaan dipacu untuk dapat mengendalikan jalannya aktivitas perusahaan
dan melindungi harta perusahaan dari faktor-faktor penyimpangan dan hal-hal
yang dapat merugikan perusahaan.
Pengendalian intern hanya merupakan alat bantu untuk manajemen dalam
mengendalikan perusahaan yang dipimpinnya. Setiap perusahaan harus
mempunyai suatu pengendalian intern yang memadai. Tujuan pengendalian intern
hanya dapat tercapai apabila semua prosedur, metode dan cara yang menjadi
unsur dari pengendalian intern tersebut benar-benar berjalan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan suatu pengawasan serta
pengendalian yang terus menerus dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan
PT.Jaya Masawan Putra Sejahtera
dan evaluasi. Dengan adanya pengendalian intern diharapkan dapat memperkecil
bahkan mencegah kemungkinan terjadinya penyelewengan dan penyimpangan
sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dapat teratasi dan terantisipasi dengan
baik.
Disetiap perusahaan persediaan merupakan modal kerja atau investasi
yang sangat penting, karena secara langsung akan berpengaruh terhadap hasil
yang akan dicapai perusahaan. Adanya investasi yang terlalu besar dalam
persediaan, bila dibandingkan dengan kemampuan menjual yang rendah dari
perusahaan akan mengakibatkan penumpukan persediaan, sehingga akan
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan serta kemungkinan kerugian
karena adanya kerusakan dan keusangan sehingga memperkecil keuntungan bagi
perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyajikan skema kerangka
pemikiran yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Pengendalian Internal
Penaksiran Resiko
PemantauanLingkungan Pengendalian
Aktivitas Pengendalian
Informasi dan
Komunikasi
Persediaan Barang Dagang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian ini dilakukan di PT Jaya Masawan Putera Sejahtera
Palembang yang beralamat di Jl. Mangkunegara Kenten. Penelitian ini dilakukan
selama kurang lebih 6 (enam) bulan sejak bulan Mei 2017 sampai dengan bulan
Oktober 2017.
3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Menurut “Husein Umar (2008: 41) menyatakan bahwa, sumber data terdiri
dari dua yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang
didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil dari
wawancara atau hasil pengisian kusioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.
Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut
Analisis dan Evaluasi
Efektif / Tidak Efektif
dan disajikan baik oleh pihak pengumpulan data primer atau oleh pihak lain
misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram”.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Adapun penjelasan uraian diatas adalah sebagai berikut:
Ad. 1 Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau responden
dengan mengadakan penelitian ke instansi sesuai dengan permasalahan yang
diteliti sehingga memperoleh informasi yang jelas mengenai perusahaan
tersebut dengan masalah yang diteliti pada PT. JMPS Palembang.
Ad. 2 Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah
ada. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui dokumen
yang diterbitkan oleh perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang
sedang dianalisis.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menurut Edizal (2013: 15-
16) untuk memperoleh kelengkapan data yang diperlukan dalam
penyusunan proposal. Metode pengumpulan data antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Teknik Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada dokumen
dan aktivitas yang berhubungan dengan pemberian kredit pada perbankan
syariah.
2. Teknik Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara langsung kepada
beberapa karyawan untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai PT.
Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang.
3. Teknik Dokumentasi, yaitu dengan meneliti bahan-bahan tulisan
perusahaan dan dokumen perusahaan yang berhubungan dengan
penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
observasi, wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab kepada pimpinan dan karyawan perusahaan (PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera Palembang). Dokumentasi dilakukan dengan cara
mencatat seluruh struktur organisasi perusahaan.
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling
3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2010 :117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Dalam penelitian ini populasi yang dipilih adalah data persediaan barang
dagang yang dilakukan PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang mulai dari
berdirinya perusahaan sampai dengan tahun 2016.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menunjukkan
bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki sifat atau
karakterisik dari populasi tersebut (Arikunto, 2010:174).
Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut
(Sugiyono, 2009 : 116).
Dalam penelitian ini sampelnya adalah di persediaan barang dagang pada
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang tahun 2016.
1.3.3 Sampling
Sampling adalah teknik tertentu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengambil sampel dan populasi. Metode penarikan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008: 18)
“Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu
tentang apa yang diharapkan sehingga mempermudah peneliti menjelajahi
obyek yang sedang diteliti”.
3.4 Rancangan Penelitian
Menurut buku Pedoman Penulisan Penelitian dan Laporan Akhir Fakultas
Ekonomi Tridinanti rancangan penelitian adalah rekayasa operasional bagaimana
sebuah penelitian akan dilaksanakan dalam rangka meminimalkan unsur
kekeliruan. Rancangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan deskriptif komparatif yaitu suatu metode yang memfokuskan sifat
objek yang diteliti dengan cara mengadakan perbandingan antara teori dengan
kenyataan yang ada. Sedangkan pendekatan yang sudah digunakan adalah “cross
sectional yaitu pengambilan data pada suatu waktu tertentu, dimana data tersebut
dapat menggambarkan pada waktu tertentu”.
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini variabelnya adalah Pengendalian Internal. Agar tidak
terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam penafsiran konsep variabel-variabel dalam
suatu penelitian perlu diberikan suatu batasan atau defenisi.
Tabel 3.1
Variabel dan Defenisi Operasional
No. Variabel Defenisi Operasional Indikator
1 Pengendalian Intern
Pengendalian intern adalah suatu yang dijlankan oleh komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan, pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. IAPI (2011: 319. 2)
1. Lingkungan pengendalian2. Penaksiran resiko3. Aktivitas pengendalian4. Informasi dan komunikasi5. Pemantauan
2 Persediaan Barang Dagang
Persediaan didefenisikan sebagai aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Warren Reeve (2005: 452)
1. Membandingkan persediaan dan penjualan
2. Perhitungan kecukupan persediaan
3.6 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2008: 97) “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian dengan
menganalisa buku-buku, dokumentasi, dan catatan-catatan perusahaan yang
berhubungan dengan penelitian ini pada PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera
Palembang.
3.7 Teknik Analisa
Teknik analisis adalah perangkat statistik baik deskriptif maupun
inferensial yang digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti untuk mengambil
kesimpulan atas sejumlah data penelitian yang telah terkumpul. Menurut Husein
Umar (2007: 65) untuk menafsirkan dan menganalisis data dapat digunakan dua
metode analisis, yaitu:
1. Metode Analisis Kuantitatif
2. Metode Analisis Kualitatif
Adapun penjelasan dari dua metode analisis diatas adalah sebagai berikut:
Ad. 1 Metode Analisis Kuantitatif
Adalah analisa yang dilakukan terhadap data dalam bentuk angka untuk
menerapkan suatu penjelasan dari angka-angka tersebut.
Ad. 2 Metode Analisis Kualitatif
Adalah metode menganalisis data yang bukan berupa angka-angka atau
data yang berbentuk penjelasan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
angka-angka.
Adapun teknik analisis yang peneliti gunakan dalam penelitian mengenai
Analisis Persediaan Barang Dagang pada PT. JMPS Palembang adalah teknik
analisis kualitatif, yaitu dinyatakan bukan berupa angka melainkan bentuk
informasi dan uraian penjelasan deskriptif atau menggambarkan pengendalian
atau kebijakan perusahaan terhadap suatu aktivitas yang terjadi pada perusahaan
tersebut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera merupakan salah satu perusahaan
retail yang berkembang di kota Palembang yang hingga saat ini memiliki tujuh
outlet yang tersebar di kota Palembang dan beberapa outlet yang ada di luar kota
Palembang. Perusahaan retail yang berkembang sejak tahun 1978 ini didirikan
oleh Bapak Yusuf Masawan beserta istri, Ibu Junlia Susanti yang diawali dengan
usaha di bidang konveksi, tetapi berkat kerja keras dan kegigihan mereka toko
konveksi berubah menjadi perusahaan retail yang berkembang, adapun sejarah
perjalanan PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera sebagai berikut:
Pada tahun 1978 PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera atau JM Group
diawali dengan berdirinya toko konveksi yakni Toko Puncak pada tahun 1978
yang berlokasi penjualan di Lorong Basah No.77. Toko ini berdiri dengan kokoh
selama kurang lebih sepuluh tahun. Namun pada akhirnya tahun 1988 tidak
diteruskan karena habis masa kontraknya.
Tahun 1983, selang lima tahun sejak pembukaan toko pertamanya Bapak
Yusuf Masawan mendirikan suatu toko yakni JM Fashion Shop yang terletak di
Beringin Janggut II tepatnya pada 8 April 1983 dan bertahan hingga tahun 1988
karena tidak diteruskan lagi masa kontraknya.
Tahun 1984 : di Dika Shoping Center berdiri lagi satu toko bernama Ratu
Fashion pada 8 April 1984 dan bertahan hingga tahun 1988 karena mengalami
musibah kebakaran sehingga tidak lagi beroperasi.
Di tahun 1985 dengan konsep yang sama pada 8 April 1985 berdiri lagi
satu pusat perbelanjaan di Makmur Shoping Center yang bernama President
Dept. Store tetapi karena musibah kebakaran pada tahun 1988 akhirnya toko ini
ditutup.
Pada tahun 1986 : menghadirkan konsep yang berbeda dengan sebelumnya
Bapak Yusuf Masawan mendirikan outlet terbesarnya yang memakan waktu dua
tahun untuk pembangunannya sejak tahun 1986 peletakan batu pertama untuk
gedung pertama yang dibangun hingga tahun 1988 tepatnya tanggal 3 April outlet
ini dibuka dengan nama JM Plaza. Seiring berjalannya waktu dan karena
perkembangan zaman akhirnya JM Plaza berganti nama menjadi Pasaraya JM dan
berdiri kokoh hingga kini serta menjadi toko pusat untuk JM Group.
Pada April 1989 didirikan satu outlet lagi bernama Pasaraya Bandung
yang berlokasi penjualan di Jalan TP. Rustam Effendi No. 30. Walaupun masih
berdiri dengan kokoh hingga saat ini, tetapi pada tahun 1988 outlet Pasaraya
Bandung pernah mengalami musibah kebakaran, meskipun pada akhirnya saat
memasuki tahun 2000 Pasaraya Bandung dibuka kembali untuk umum.
Tahun 1991, berselang dua tahun kemudian di wilayah seberang ulu 1
berdiri oulet yang bernama Ampera Dept. Store tetapi outlet yang merambah
konsumen di kawasan seberang ulu ini mengalami musibah kebakaran pada tahun
1998 dan harus ditutup untuk umum.
Tahun 1993 didirikanlah outlet yang bernama Toserba Gaya Baru, yang
letaknya tidak jauh dari Pasaraya Bandung yakni di jalan TP. Rustam Effendi No.
38 dan berdiri hingga saat ini.
Pada tahun 1996 : mencoba berekspansi ke luar kota Palembang PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera membuka outlet baru di kota Jakarta tepatnya di Mega
Mall Pluit yang bernama JM Mega Mall, usaha ini hanya bertahan selama 1 tahun
karena pada tahun 1997 JM Mega Mall ditutup.
Pada tahun 1997, meskipun di tahun ini outlet JM Mega Mall ditutup, pada
tahun yang sama dibuka outlet yang baru yaitu JM Store Pulau Mas pada tanggal
12 Juli 1997 yang berlokasi penjualan di Pulau Mas Shoping Center. Berdiri
selama lebih kurang 8 tahun, kemudian outlet ini juga mengalami musibah
kebakaran pada tanggal 20 Desember 2005 sehingga mengakibatkan outlet ini
harus ditutup.
Tahun 2003 : memasuki usia ke-25 tahun PT. Jaya Masawan Putera
Sejahtera semakin kokoh dengan menambah satu outlet lagi yakni JM Kenten
Supermarket dan Dept. Store yang dibuka pada tanggal 30 Oktober 2003 yang
berloaksi penjualan di Jln. MP. Mangkunegara dan bertahan hingga saat ini.
Pada tahun 2004 PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera kembali
mengepakkan sayapnya di dunia retail dengan membuka outlet yang memiliki
nuansa yang berbeda dengan outlet-outlet sebelumnya karena ini merupakan
outlet terbesar dengan dengan menghadirkan nuansa Mall yang elegan tetapi tetap
dengan harga terjangkau dan mutu yang baik, outlet ini diberi nama Grand JM
yang diresmikan pada bulan Agustus 2004 yang berlokasi penjualan di Komplek
Mall Palembang Square Blok R No. 18 (di Jalan Angkatan 45).
Kembali di tahun 2010 tepatnya pada tanggal 28 Juli 2010, telah
diresmikan satu toko lagi yaitu JM Sukarami Supermarket dan Dept. Store. Outlet
yang terletak di KM. 8 tepatnya di Jln. Kol. H. Burlian No. 1917 Sukarami
Palembang ini diharapkan dapat membantu masyarakat wilayah Sukarami dan
sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan akan pusat perbelanjaan yang dekat
dengan tempat tinggal mereka.
Pada tahun 2011 : Outlet yang termuda saat ini adalah JM Plaju
Supermarket dan Dept. Store beralamatkan di Jl. DI Panjaitan RT 31 Kel. 16 Kec.
Seberang Ulu Palembang, yang diresmikan oleh Bapak Walikota Palembang, Ir.
H. Eddy Santana Putra, MT pada tanggal 7 Juli 2011.
Hingga kini PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera memiliki 7 (tujuh) outlet
yang terus berkembang dan masih menjadi penguasa retail di kota Palembang,
selain itu Bapak Yusuf Masawan juga mengembangkan dan memiliki usaha di
bidang yang sama yang saat ini berkembang di luar kota Palembang yakni di kota
Bandar Lampung dan kota Malang, Jawa Timur, perusahaan ini bernama PT.
Centerpoint Putera Sejahtera dan outletnya bernama CENTERPOINT.
4.1.2 Visi dan Misi PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang
Dalam menjalankan roda usaha PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera
memiliki Visi dan Misi, Budaya serta Falsafah yang selalu diterapkan sebagai
pedoaman untuk terus berkarya di bidang retail. Adapun visi dan misi budaya
serta falsafah tersebut adalah:
1. Visi
Menjadi pemimpin retail lokal dan pretail nasional dengan menyediakan
jenis produk yang lengkap, harga terjangkau dan memberikan kenyamanan
berbelanja serta pelayanan yang baik kepada konsumen.
2. Misi
Menanamkan kepada setiap karyawan tentang budaya LOJUPAS, yakni
LOYAL, JUJUR, PATUH dan SEMANGAT sebagai budaya dalam tiap pribadi
karyawan PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera, sehingga diharapkan akan
membawa perusahaan terus eksis dan semakin berkembang dari waktu ke waktu.
4.1.3 Struktur Organisasi
Agar aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan suatu
sistem kerja yang baik dan teratur yang dapat dipertanggung jawabkan
untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan yakni struktur
organisasi.
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
yang ada pada perusahaan dalam menjalani hubungan operasional untuk mencapai
tujuan. Struktur organisasi mempunyai hubungan erat dengan pembagian fungsi
kerja dan tanggung jawab, sistem wewenang dan otorisasi serta mekanisme kerja
melalui pencerminan sistem koordinasi dan komunikasi, baik dalam hubungan
operatif, administratif maupun informatif dari organisasi tersebut.
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera memiliki struktur organisasi
berbentuk lini dan staff (line and staff org). Hal ini dapat diliat dari kriteria yang
dimiliki PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang dengan ciri-ciri kriteria
lini dan staff yaitu bentuk perusahaan yang organisasinya besar, jumlah karyawan
banyak, koordinasi mudah dilakukan, karena ada pembagian tugas yang jelas,
displin dan moral pegawainya biasanya tinggi, karena tugas sesuai dengan
spesialisasinya, tipe organisasi garis dan staff fleksibel karena dapat ditempatkan
pada organisasi besar maupun kecil. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi PT.
Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang dapat diliat pada gambar 4.1:
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera
OPEARIONAL GENERAL MANAGER
AREA MANAGER
STORE MANAGER
AST.STORE MANAGER
DANRUSPV RCV STORE
HRD SPVCHIEF
TECHNICIANCHIEF
CASHIER
4.1.4 Uraian Tugas
Uraian tugas dan tanggung jawab yang ditetapkan PT. Jaya Masawan
Putera Sejahtera adalah sebagai berikut:
a. Operational General Manager
General Manager adalah jabatan yang terbilang sangat penting dan tidak
mudah bagi orang untuk mengemban tugas sebagai General Manager,
kematangan serta talenta yang harus menjadi bagian dari jabatan ini, tak heran gaji
dan tunjangan yang diberikan sangat fantastis. Adapun tugas dan tanggung jawab
General Manager terbilang sangat beragam tergantung kebijakan dari perusahaan
tertentu, akan tetapi semua kebijakan akan berpengaruh pada kewenangan seorang
yang menduduki jabatan tersebut, tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut:
a. Menganalisis data semua karyawan sebagai bahan acuan untuk
memperbaiki kinerja dimasa mendatang.
b. Mengontrol operasional harian perusahaan agar terciptanya iklim kinerja
yang harmonis.
c. Bekerja sesuai dengan visi dan misi perusahaan demi mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
WADANR
SECURITY
ANNOUNCER
STOCK ADM
AST.SPV
KEPALA COUNTER
WKL K.COUNTE
R
PRAMUNIAGA PETUGAS UMUM
EDP STAFF
PICKET COUNTER
CHECKERADM RCV
PU GUDANG
STORE HRD ADM
TECHNICIAN
AST.CHIEF
CASHIER
d. Menjaga kerjasama yang baik antar partner kerjasama dengan menjaga
koneksi yang berkesinambungan.
e. Bekerja dengan cepat dan efektif sebagai bahan percontohan bagi
karyawan karena seseorang dengan jabatan tersebut kita menjadi pekerja
model yang patut ditiru.
b. Area Manager
Area manager merupakan bagian mata rantai management yang sangat
penting untuk tercapainya tujuan besar perusahaan, Area Manager harus mampu
menterjemahkan perintah dari atasannya untuk dikerjakan bersama-sama teamnya
sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah masing-masing. Tugas dan tanggung
jawab Area Manager adalah sebagai berikut:
a. Mampu mengelola areanya dengan efektif dan efisien dalam
berkontribusi dalam pencapaian target nasional.
b. Memberikan arahan kepada anak buahnya
c. Memberi nasihat dan mendorong agar terus tetap bersemangat
d. Melatih dan mengembangkan mereka serta mendorong kreativitas
team agar selalu menemukan jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi
bawahannya.
e. Memberikan informasi detail mengenai persaingan.
c. Store Manager
Dalam suatu bisnis perusahaan retail, kemajuan dan kelancaran
operasional toko dipengaruhi oleh kecakapan seorang manajer toko.
Manajer toko merupakan orang penting di suatu perusahaan dan
merupakan representasi manajemen perusahaan di garis depan. Karena itu
seorang manajer toko harus mengerti dan memahami tugas dan tanggung
jawabnya agar operasional toko dapat berjalan dengan lancar dan
menghasilkan profit yang maksimal bagi perusahaan. Tugas dan tanggung
jawab Store Manager adalah sebagai berikut:
a. Mencapai target penjualan yang ditetapkan.
b. Penanganan inventory, perusahaan ritel adalah bisnis yang tergantung
dari ketersediaan inventory atau barang dagangan.
c. Mampu mengendalikan sumber daya manusia
d. Mampu mengendalikan aset perusahaan
e. Menentukan dan melaksanakan bentuk service kepada customer.
d. Ast. Store Manager
Tugas dan tanggung jawab Ast. Store Manager adalah:
a. Membantu Store Manager dalam menjalankan tugasnya
b. Mengarahkan mengendalikan, dan mengkordinir pelaksanaan kerja
para karyawan di seluruh kegiatan perusahaan.
c. Mewakili dan menyelesaikan tugas Store Manager jika Store Manager
berhalangan mengerjakannya.
d. Bertanggung jawab sepenuhnya di dalam perusahaan jika Store
Manager tidak sedang berada di tempat.
e. Receiving Supervisor
Adapun tugas dari Receiving Supervisor, yaitu:
a. Melakukan pengecekan dan penerimaan barang sesuai dengan invoice
dan Purchasing Order, serta standart SOP yang berlaku melaksanakan
quality kontrol terhadap setiap produk yang diterima baik food dan non
food produk.
b. Melaksanakan SOP mengenai form serah terima barang, pengaturan
barang, dan receiving report.
c. Memastikan area gudang rapi, bersih, dan memastikan tempat
penyimpanan produk sesuai dengan kategori produk serta memastikan
berjalannya konsep FIFO berdasarkan SOP.
d. Memastikan koordinasi dengan team Merchandising dan operational,
dalam menentukan jumlah dan jenis produk yang akan di retur.
e. Mengawasi checker receiving dalam penerimaan barang yang masuk,
apakah jumlah barang yang diterima dari faktur supplier sesuai dengan
orderan yang ada di PO (Purchasing Order).
f. ADM Receiving
Tugas dari seorang ADM Receiving adalah sebagai berikut:
a. Mengecek dan membandingkan harga yang ada di faktur supplier
dengan orderan MD (Merchandising) yang di PO, jika ada perbedaan
harga, buat memo untuk disampaikan kepada Merchandising dan
menolak barang tersebut.
b. Membuat buku penerimaan bukti-bukti atau dokumen-dokumen
penerimaan barang.
c. Membuat buku pengeluaran gudang tentang bukti penyerahan atau
penerimaan barang.
d. Mengembalikan barang returan sesuai dengan nama supplier masing-
masing.
e. Menginput barang yang masuk dari supplier.
g. Checker Receiving
Tugas seorang Checker Receiving, yaitu:
a. Mengecek barang yang datang dari supplier maupun dari ekspedisi.
b. Periksa jumlah barang yang diterima dengan cara ditimbang atau dihitung
dan kemudian membandingkan hasilnya dengan jumlah pesanan
pembelian (PO) dan faktur.
c. Memeriksa kondisi barang yang dibawa supplier apakah kemasannya
rusak atau bagus.
d. Mengecek tanggal kedaluwarsa (expired date) barang, terutama barang
food.
h. PU Gudang
Adapun tugas pokok dari seorang petugas umum (PU) gudang adalah:
a. Membantu checker dalam mengecek barang.
b. Mengangkat barang-barang dan memasukkan ke dalam lift.
c. Menyusun barang ke gudang sesuai dengan tempat yang telah
disediakan.
d. Menggrouping barang tersebut sesuai dengan jenis (variant), bentuk,
rasa dll.
i. Store HRD SPV
a. Bertanggung jawab mengelola dan mengembangkan sumber daya
manusia, termasuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sumber
daya manusia dan pengembangan kualitas sumber daya manusia.
b. Bertanggung jawab penuh dalam proses rekrutmen karyawan, mulai
dari mencari calon karyawan, wawancara hingga seleksi.
c. Melakukan seleksi, promosi, transfering dan demosi pada karyawan
yang dianggap perlu.
d. Melalukan kegiatan pembinaan, pelatihan dan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pengembangna kemampuan, potensi, mental,
keterampilan dan pengetahuan karyawan yang sesuai dengan standar
perusahaan.
e. Bertanggung jawab pada hal yang berhubungan dengan absensi
karyawan.
f. Bertanggung jawab pada penampilan tiap karyawan sesuai dengan
SOP perusahaan.
g. Melakukan tindakan displiner pada yang karyawan yang melanggar
peraturan atau kebijakan perusahaan.
j. Teknician
Tugas dari seorang teknisi adalah sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran mesin-mesin.
b. Mencari solusi-solusi lain terhadap perkembangan teknologi.
c. Mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan pembersihan mesin.
d. Mengecek alat-alat listrik.
k. Security
Tugas pokok dari security, yaitu:
a. Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban dilingkungan atau di
kawasan kerja khususnya pengamanan phisik.
b. Melindungi dan mengamankan dari segala gangguan atau ancaman
baik yang berasal dari luar atau dari dalam perusahaan.
c. Memperhatikan gerak gerik konsumen yang mencurigakan di lokasi
supermarket.
l. EDP Staf (Entry Data Processing)
a. Database Administrator
b. Memeriksa dan mempertahankan server database utama.
c. Memeriksa dan menjaga koneksi jaringan.
d. Mengembangkan, memonitoring dan memastikan proyek-proyek IT
strategis telah sejalan dengan organisasi bisnis.
e. Mencetak PO (Purchasing Order) yang sudah di order MD
(Merchandising).
f. Mencari selisih stock.
m. Cashier
a. Melayani dan melakukan perhitungan atas transaksi yang dilakukan.
b. Menjalankan proses penjualan dan pembayaran
c. Melalukan pencatatan atas semua transaksi
d. Membantu pelanggan dalam memberikan informasi mengenai suatu
produk
e. Melakukan pelayanan jual beli serta melakukan pembungkusan
f. Melalukan pengecekan atas jumlah barang pada saat penerimaan
barang
g. Melakukan pencatatan kas fisik serta melakukan pelaporan kepada
atasan.
n. Pramuniaga
a. Membantu koordinator dan supervisor dalam mengelola barang
dagangan di counter (area penjualan)
b. Membentuk kepercayaan pelanggan terhadap performance perusahaan
(toko)
c. Membantu memilihkan barang yang sesuai dengan apa yang
diinginkan konsumen
d. Menjawab pertanyaan pelanggan dan melayani complain dari
pelanggan dengan baik
e. Menginformasikan kualitas barang sampai dengan perawatannya
kepada pelanggan
f. Memeriksa kelengkapan barang yang ada di area penjualan, jika ada
yang belum lengkap, segera mengambil persediaan atau stock barang
yang ada digudang
g. Melaksanakan standar layanan pramuniaga dengan baik
h. Menjaga kebersihan area penjualan.
4.1.5 Aktivitas Usaha
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang retail (perdagangan eceran). Dimana perusahaan retail itu adalah
perusahaan yang bergerak pada jual beli, dalam jumlah kecil, satuan atau eceran.
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera menjual barang dari perusahaan manufaktur
dan perusahaan ini tidak membuat produk namun hanya menjual produk yang
sudah jadi. PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera ini mengandalkan distribusi untuk
menyalurkan barang. Adapun macam-macam produk yang di jual di PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera antara lain food, non food, pakaian, peralatan rumah
tangga, mainan, kosmetik, alat tulis, perlengkapan baby dll. Dan juga produk yang
dijual pun lengkap berdasarkan jenis, bentuk, ukuran, warna, dan spesifikasi yang
diinginkan oleh konsumen. Maka ketika jaringan luas maka hasil yang didapat
juga semakin besar.
Jadi retail bisa menjual produk ataupun jasa tergantung kebutuhan pasar
saat ini. Barang dan jasa yang kita nikmati saat ini tidak terlepas dari jasa retail,
retail membantu produsen atau distributor dan konsumen agar setiap kebutuhan
akan keduanya dapat terpenuhi.
4.1.6 Jenis-Jenis Persediaan Barang Dagang PT. Jaya Masawan Putera
Sejahtera
Persediaan yang dimiliki oleh PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera
Palembang adalah jenis persediaan barang dagang yang dibeli untuk dijual
kembali.
Produk-produk yang dijual di PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera antara
lain:
Air Minuman Kemasan
Bahan Ice Cream
Bahan Kue
Biskuit Kemasan Kaleng
Buah Kaleng
Buavita
Bumbu Masak
Coklat
Teh Botol
Susu Bubuk Kaleng
Taoco dan Oyster Souce
Cereal
Chicken Nugget
Daging Kalengan
Dodol
Hydro Coco
Ikan Kalengan
Isotonik
Selai
Agar-agar
Kacang kulit
Kacang Olahan
Kecap
Keju
Kopi/madu
Mentega
Mie Instant
Minuman Beralkohol
Minuman Energi
Minyak Goreng
Minyak Ikan
Modern Snack (Chiki dll)
Micin
Obat-obatan
Permen
Puding
Sambal
Sirup
Spaghetti
Susu
Terigu
dll
4.1.7 Pengendalian Intern Atas Barang Dagang Pada PT. Jaya Masawan
Putera Sejahtera Palembang
Dalam melakukan pengendalian persediaan, perlu adanya prosedur-
prosedur dalam membantu kegiatan operasional perusahaan. Pada PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera Palembang, ada beberapa prosedur pengendalian
mengenai penerimaan barang dan pengeluaran barang. Sistem pengendalian
internal atas persediaan barang dagang pada PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera
Palembang secara umum sudah sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur) perusahaan, tetapi terdapat beberapa kelemahan internal kontrol yang
ada di SOP perusahaan yang menyebabkan adanya selisih stock barang. Untuk
mengatasi hal tersebut, PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang melakukan
perhitungan persediaan secara periodik yaitu dengan melakukan stock opname
barang enam bulan sekali untuk menghitung jumlah persediaan akhir barang
dagang yang ada di warehouse dan mencatatnya ke dalam dokumen pergitungan
fisik dan diotorisasi oleh pihak yang berwenang. Tetapi walaupun sudah
melakukan perhitungan persediaan secara periodik atau melakukan stock opname,
tetap saja ada yang namanya selisih stock barang yang akhirnya karyawan ganti
rugi. Selisih stock ini bisa saja kesalahan dari penerimaan barang, penjualan
barang, maupun pengeluaran barang. Misalnya saja mengeluarkan barang tanpa
surat jalan maupun tanpa DO (delivery order). Kesalahan yang mungkin dihadapi
checker receiving dalam penerimaan barang dagang yaitu, ketidaktelitian checker
dalam menerima barang yang isi per kartonnya berbeda dengan jumlah per karton
yang ada di PO, misalnya jumlah per karton yang ada di PO dan di faktur sama
(isi 40 pieces) tetapi kadang isi perkarton barang yang masuk yang tertulis di
karton hanya isi 30 pieces. Kadang checker tidak memperhatikan lagi jumlah
isinya. Sering juga menerima barang tidak sesuai dengan jumlah yang diterima,
misalnya barang orderan 6 coly tetapi yang dibawa supplier hanya 5 coly, checker
juga sering tidak teliti dalam hal ini, dan bisa saja checker menerima barang tanpa
memperhatikan expired date nya, kadang barang tersebut sudah mendekati
expired bahkan sudah expired. Dengan kejadian seperti ini, inilah salah satu
resiko yang menyebabkan dampak buruk bagi stock persediaan perusahaan yang
nantinya menyebabkan ganti rugi.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Pengendalian Intern atas Barang Dagang pada PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera Palembang
Pelaksanaan pengendalian intern persediaan barang dagang pada PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera Palembang. Dilaksanakan berdasarkan proses
persediaan, dokumen yang berkaitan dengan penerimaan persediaan, prosedur
penerimaan yang memenuhi aturan, prosedur penyimpanan persediaan, kegiatan
penerimaan barang, prosedur pengawasan persediaan, syarat-syarat dalam sistem
pengawasan persediaan, tujuan pengawasan persediaan, dan pembukuan
persediaan. Skema ini dilakukan berdasarkan pola yang terjadi pada perusahaan.
Perencanaan persediaan barang dilakukan langsung oleh staff karyawan PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera Palembang dengan metode FIFO (first in first out).
Perencanaan persediaan barang dagang dilakukan berdasarkan SOP (Standar
Operasi Prosedur) adalah sebagai berikut:
1. Proses Persediaan
Proses persediaan dengan memeriksa jenis dan kualitas mutu barang, serta
membuat laporan penerimaan dan melaporkan barang yang diterima ke MD
(Merchandising) dan melaporkan barang yang diterima ke Supervisor Receiving.
2. Dokumen Yang Berkaitan Dengan Penerimaan Persediaan
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam prosedur penerimaan barang
adalah surat jalan atau faktur dari supplier sebagai dokumen pendukung
pengiriman barang, purchase order yang dikirimkan dari PT. Jaya Masawan
Putera Sejahtera ke supplier dalam melakukan pemesanan barang dagang, laporan
penerimaan barang sebagai bukti sudah diterima nya barang di warehouse dan
sebagai dokumen pendukung untuk supplier dalam melakukan penagihan ke PT.
Jaya Masawan Putera Sejahtera.
3. Prosedur Penerimaan Barang Yang Memenuhi Aturan
Setelah dilakukan pemesanan barang, maka tahap selanjutnya
adalah menerima pesanan barang yang dikirim oleh supplier. Penerimaan
barang oleh perusahaan yang dilakukan di receiving juga harus mengikuti
prosedur yang baku sebagaimana yang telah ditetapkan oleh PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera Palembang. Laporan penerimaan barang adalah
sebagai bukti barang yang telah diterima fungsi penerimaan dan
didistribusikan ke bagian pembelian, bagian gudang, dan bagian akuntansi.
Setiap barang yang diterima dari departemen penerimaan barang, harus
dihitung dan diperiksa kembali, apakah barang yang diterima sudah sesuai
dengan laporan penerimaan barang dan mencatat ke dalam kartu gudang,
kemudian barng disimpan di gudang berdasarkan nama, jenis, dan
spesifikasi barang.
Adapun prosedur penerimaan barang dari supplier adalah:
1. Supplier datang melapor kepada petugas atau satpam dan mengisi
buku registrasi untuk menentukan urutan penurunan barang
berdasarkan dengan nomor urut.
2. Supplier datang menyerahkan faktur barang dan PO (Purchase order)
ke bagian ADM untuk diperiksa dan mengambil mengambil tanggal
kedatangan barang.
3. Kemudian ADM receiving menerima faktur dan purchase order dari
supplier untuk dicek apakah harga yang yang di PO sama dengan yang
di faktur, kesesuaian item, jumlah barang yang di pesan dan juga tidak
lupa ADM memastikan dokumen purchase order tersebut masih
berlaku atau sudah expired. Karena PO tersebut ada juga batas tanggal
pengiriman atau bisa dikatakan expired. Jika PO tersebut sudah
expired, ADM segera melapor ke MD (Merchandising) untuk
mengganti PO kembali.
4. Supplier menempelkan formulir tanggal kedatangan barang dibagian
kanan atas dus orisinil.
5. Jika ADM menemukan harga difaktur lebih mahal daripada di PO,
maka ADM akan melakukan penolakan barang.
6. Jika item barang sesuai dan harga barang pada PO-surat jalan dua
rangkap atau PO lebih besar dari surat jalan dua lembar maka lakukan
penerimaan barang.
7. Setelah faktur dan PO sudah dicek ADM dengan benar tidak ada lagi
perbedaan, lalu ADM mengijinkan supplier untuk menurunkan barang.
8. Barang diterima dan diperiksa oleh bagian checker receiving.
Dengan catatan checker harus betul-betul memperhatikan dan
mengecek barang yang masuk apakah kemasan barang tersebut bagus
(jika kemasan rusak, lakukan penolakan barang), sesuaikah dengan
orderan, perhatikan jumlah isi di dalam dus (apakah jumlah isi per
karton sama dengan di PO) dan tidak lupa mengecek tanggal expired
(jika barang tersebut mendekati expired segera lakukan penolakan
barang).
9. Barang diperiksa kembali oleh supervisor receiving sebelum disetujui.
10. Atas perintah supervisor receiving barang yang sudah selesai diterima
dipindahkan ke ruang transit oleh PU (Petugas umum).
Dalam prosedur penerimaan barang ada bagian-bagian yang terkait
diantaranya adalah:
1. Supplier
Supplier bertugas untuk mengirimkan barang ke tempat yang memesan
barang bersama dengan faktur, surat jalan dan PO (Purchase order).
2. ADM receiving
Bertugas untuk menerima faktur dan PO dari supplier dan memeriksa
jumlah barang, harga barang sesuai dengan orderan.
3. Checker receiving
Yang bertugas untuk menerima barang dari supplier dan mengecek
kelayakan barang serta jumlah isi dalam per karton.
4. Supervisor receiving
Bertugas untuk mengecek kembali barang tersebut sebelum disetujui
dan sebelum dimasukkan ke ruang transit, kemudian menandatangani
faktur supplier tersebut jika sudah benar.
5. PU receiving (Petugas umum)
Setelah barang sudah di cek oleh checker receiving dengan benar, PU
akan segera mengangkat dan memindahkan barang tersebut ke ruang
transit untuk di simpan di gudang persediaan.
4. Prosedur Penyimpanan Persediaan (Barang Bagang)
Setelah penerimaan barang dilakukan oleh staff receiving, maka barang
tersebut selanjutnya akan disimpan dalam warehouse atau gudang. Penyimpanan
dilakukan berdasarkan jenis barang di dalam rak-rak yang tersusun dengan rapi.
Sebelum persediaan dari supplier di simpan di dalam rak. Barang tersebut yang
masih berada di dalam kardus diberikan sticker warna sesuai dengan periode
pnerimaan barang atau bulan (karena setiap bulan warna sticker tersebut beda
warna), dan pengambilan persediaan barang di dalam rak menggunakan metode
FIFO (first In First Out) yang berarti barang yang pertama masuk akan pertama
atau lebih awal dikeluarkan ke toko. Metode pencatatan persediaan dilakukan
secara periodik. Yang artinya pengendalian persediaan barang dilakukan dengan
cara menghitung fisik barang dagang yang dilakukan sekali dalam enam bulan.
Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya kehilangan barang dagang. Perusahaan
dapat mencegah terjadinya pencurian dan kehilangan barang dagang dengan
memasang CCTV (Circuit Closed Television) di gudang. Pada saat stock opname,
ketika jumlah fisik barang yang ada di gudang berbeda dengan catatan yang ada di
perusahaan atau berbeda dengan stock yang ada di komputer maka akan dilakukan
pengecekan kembali oleh tim Audit dan dibantu oleh staff EDP. Tetapi jika tidak
bisa lagi ditemukan persediaan yang hilang atau tidak ada lagi solusi untuk
masalah ini, maka karyawan-karyawan yang ada di dalam perusahaan tersebut
bersedia untuk ganti rugi sebesar kerugian barang persediaan yang hilang.
5. Kegiatan Penerimaan Barang
Resiko yang sering dihadapi checker receiving dalam kegiatan penerimaan
barang dagang yaitu, ketidaktelitian checker dalam menerima barang yang isi per
kartonnya berbeda dengan jumlah per karton yang ada di PO, menerima barang
yang rusak atau cacat, dan menerima barang dengan kuantitas rendah.
6. Prosedur Penyimpanan Yang Memenuhi Aturan
Penyimpanan dilakukan oleh fungsi gudang, fungsi gudang
terpisah dari fungsi penerimaan. Barang yang disimpan sesuai dengan
laporan penerimaan persediaan dan dikelompokkan menurut jenis, ukuran,
sifat persediaan yang dimiliki perusahaan. Barang yang masuk dicatat
dalam kartu gudang dan dilakukan oleh fungsi gudang.
7. Prosedur Pengawasan Persediaan
Dalam prosedur pengawasan persediaan, perusahaan harus dapat
mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimal, pengadaan dan
penyimpanan untuk memenuhi kebutuhan dalam kuantitas dan kualitas,
terjaminnya barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi pesanan pembelian
serta terlindungi dari pencurian, kerusakan dan kerusakan mutu barang dan juga
pencatatan persediaan yang akurat tentang barang masuk, maupun barang keluar
dan penggunaannya. Penulisan identitas yang jelas bagi masing-masing gudang
dan isinya untuk mencegah terjadinya kekeliruan atau percampuran barang lain,
untuk barang yang punya batas waktu penggunaan, maka batas waktu tersebut
harus ditulis agar barang tersebut tidak kadaluwarsa dan juga mengadakan
pemeriksaan gudang atau perhitungan fisik (stock opname) seperti yang dilakukan
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang setiap sekali dalam enam bulan.
Pengawasan persediaan tidak hanya meliputi pengawasan terhadap fisik
barang saja, tetapi juga meliputi pengawasan akuntansi yakni menyangkut semua
prosedur, dokumen, dan catatan pengawasan barang tersebut.
8. Syarat-Syarat Dalam Sistem Pengawasan Persediaan
Syarat dalam sistem pengawasan persediaan yaitu memiliki gudang yang
luas serta sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab di bagian gudang, sistem
pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan barang, pengawasan mutlak natas
pengeluaran barang, pencatatan jumlah barang yang dipesan, barang yang keluar
dan sisa barang, dan perencanaan untuk mengganti barang yang keluar, rusak,
usang, dan barang lama, pengecekan untuk menjamin efektivitas kegiatan rutin.
9. Tujuan Pengawasan Persediaan
Tujuan pengawasan persediaan untuk menjaga agar persediaan selalu ada,
untuk mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum yang dapat
menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan dalam jumlah dan mutu yang tepat
serta dengan biaya yang serendah-rendahnya.
10. Pembukuan Pesediaan
Pembukuan persediaan menggunakan sistem persediaan periodik, pada
sistem ini perhitungan persediaan barang dagangan akan dilakukan sekali dalam
enam bulan untuk mengetahui jumlah persediaan yang ada di gudang, yang
melibatkan supervisor gudang, staff gudang dan staff audit.
4.2.2 Analisis Unsur Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang
pada PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang
a. Lingkungan Pengendalian Intern Persediaan Barang Dagangan
Pengendalian internal pada PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang
terhadap persediaan barang dagang dapat dijelaskan faktor-faktor yang menunjang
agar lingkungan pengendalian perusahaan dapt berjalan dengan baik diantaranya
sebagai berikut:
1. Falsafah dan Gaya Manajemen Operasi
Falsafah manajemen merupakan aktivitas yang memberikan parameter bagi
perusahaan dan karyawan tentang pentingnya pengendalian. Falsafah manajemen
dipraktikkan dengan adanya suatu keyakinan oleh manajemen puncak untuk
menciptakan hubungan bisnis yang baik. Dalam hal ini semua karyawan
ditekankan untuk bertindak dan bersikap jujur kepada konsumen, pemasok, dan
semua pihak yang berhubungan dengan perusahaan. Sikap ramah juga perlu
dimiliki karyawan. Hal ini sangat penting karena PT. Jaya Masawan Putera
Sejahtera Palembang merupakan perusahaan manufaktur dibidang retail
(pedagang eceran). Tujuan utama perusahaan ini adalah mencari laba yang
maksimal. Agar tujuan perusahaan tercapai, salah satu usahanya adalah menjual
barang dengan kualitas yang baik serta biaya yang dapat terjangkau atau efisien.
2. Filosofi yang Dianut Manajemen
Manajemen harus memberi keyakinan kepada segenap jajaran manajemen dan
karyawan bahwa mereka akan menegakkan aturan. Jika ada kesalahan sanksi juga
akan diberlakukan oleh manajemen. Filosofi yang dianut PT. Jaya Masawan
Putera Sejahtera Palembang adalah filosofi yang bertujuan untuk kepentingan
pelanggan. Perusahaan memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen atau
pelanggan sehingga konsumen mendapatkan suasana belanja yang
menyenangkan. Karyawan adalah tulang punggung dan ujung tombak pelayanan
kepada konsumen.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan menunjukkan keinginan
manajemen untuk menerapkan sistem pengendalian internal yang baik. Masing-
masing saling terkait dengan bagian yang lain. PT. Jaya Masawan Sejahtera
Palembang menggunakan struktur organisasi secara fungsional sesuai dengan
fungsi , tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian.
4. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
Penetapan wewenang dan tanggung jawab merupakan pengembangan dari
struktur organisasi, yang secara garis besar di wujudkan dalam bentuk pemisahan
fungi-fungsi. Di dalam perusahaan harus dilaksanakan dengan tegas pembagian
tugas dan tanggung jawab. Berdasarkan pengamatan penulis pada PT. Jaya
Masawan Sejahtera Palembang ternyata struktur organisasi yang ada didalam
perusahaan dan lingkungan pengendalian persediaan barang dagangan dalam
pemisahan fumgsi, wewenang dan tanggung jawab sudah dijalankan dengan baik,
dimana masing-masing bagian mempunyai tugas yang berbeda-beda sesuai
dengan yang ditentukan oleh perusahaan tersebut.
5. Fungsi Audit Intern
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang mempunyai auditor internal yang
bertugas untuk mengaudit hasil stock opname yang dilakukan sekali dalam enam
bulan untuk mengetahui berapa selisih persediaan perusahaan selama enam bulan
itu. Jika audit menemukan selisih stock persediaan yang ada di gudang, maka
audit akan melaporkan kepada pihak EDP dan juga kepada pihak gudang agar
mengecek kembali stock-stock yang selisih. Tetapi, jika pihak gudang dan EDP
tidak menemukan solusi atau barang yang hilang tersebut, maka temuan audit
tersebut akan dilaporkan kepada pimpinan, dan kerugian inilah yang akan diganti
rugi oleh semua karyawan yang ada di dalam perusahaan tersebut.
6. Kebijakan dan Praktik Mengenai Sumber Daya Manusia
Perusahaan harus memilih orang-orang yang kompeten dibidangnya. PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera Palembang memilih orang-orang yang berkompeten
dibidangnya, untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
Dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan peran serta karyawan dalam
pelayanan terhadap konsumen serta mengembangkan kinerja karyawan PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
karyawan terutama bagi karyawan pendatang baru yang dirangkum dalam
Pendidikan Dasar Sikap Kerja (PDSK). PDSK ini akan mempelajari mengenai
hal-hal yang dibutuhakan sebagai karyawan retail antara lain skill kerja, displin
kerja, sikap dan etika, hingga hal-hal internal yang ada di perusahaan ini misalnya
peraturan-peraturan, budaya dan falsafah dalam tubuh perusahaan. Melalui
program pelatihan ini diharapkan setiap karyawan baik lama maupun baru dapat
memahami peran dan tanggung jawabnya sebagai karyawan serta dapat mengenal
perusahaan secara lebih mendalam dan menimbulkan rasa loyalitas kepada
perusahaan. Perusahaan ini juga memberikan penghargaan karyawan dengan masa
kerja tertentu serta pembagian penghargaan bagi karyawan berprestasi. Selain itu
ada kegiatan-kegiatan lainnya seperti pelatihan training yang diberikan kepada
seluruh karyawan karyawati dan kegiatan beauty class untuk karyawati.
Perusahaan juga memiliki wadah bagi karyawan karyawati yang memiliki bakat
dalam bentuk Event Organizer House Production untuk diikutsertakan dalam
mengisi acara-acara yang diadakan oleh perusahaan dan perusahaan juga memiliki
sebuah buletin khusus karyawan intern.
b. Penilaian Resiko Persediaan Barang Dagang
Ada beberapa resiko yang dapat terjadi dalam PT. Jaya Masawan Putera
Sejahtera Palembang. Salah satunya adalah salah terima barang atau
ketidakcocokan barang yang dipesan dari supplier, menerima barang dalam
keadaan rusak. Tetapi PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera sudah dapat
menaggulangi resiko tersebut dengan cara melakukan pengendalian dengan
mencocokkan dokumen Purchase Order (PO) dengan faktur dari supplier oleh
bagian ADM Receiving sebelum barang dari supplier diturunkan, dengan
melakukan otorisasi atau ada petugas berwenang yang bertanggung jawab dengan
memberikan otorisasi dalam prosedur penerimaan barang diharapkan dapat
diajdikan sebagai pengawasan bahwa barang yang diterima dari supplier sudah
sesuai dengan pesanan.
Dalam resiko ini juga perlu diperhatikan cara warehouse Jaya Masawan
Putera Sejahtera menyimpan barang dagang dan memperhatikan tanggal
kedaluwarsa dari suatu produk. Karena hal sepele seperti ini akan membawa
resiko yang berakibat besar bagi perusahaan. Misalnya saja karyawan atau SPG
(Sales Promotion Girl) yang masuk kedalam gudang untuk mengeluarkan stock
barang yang ada digudang yang akan dipajang dilokasi tanpa memperhatikan dan
mengecek lagi mana barang yang terlebih dahulu masuk dari supplier. Karena
ketidaktelitian karyawan atau SPG tersebut, bisa jadi produk yang terlebih dahulu
masuk akan kedaluwarsa dan merugikan karyawan karena karyawan tadi
mengeluarkan terlebih dahulu barang yang terakhir masuk.
Untuk mengatasi masalah tersebut PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera
Palembang menerapkan atau memakai sistem FIFO (First In First Out) yang
artinya barang yang pertama masuk harus pertama keluar untuk didistribusikan ke
lokasi supermarket.
Selain itu, warehouse Jaya Masawan Putera Sejahtera juga perlu
memperhatikan cara penyimpanan barang dagang dan harus teliti dalam
mengetahui jumlah persediaan yang masih tersimpan di dalam gudang.
Untuk mengatasi resiko tersebut, Jaya Masawan Putera Sejahtera membuat
kebijakan dengan melakukan perhitungan persediaan secara periodik yaitu dengan
melakukan stock opname barang sekali dalam enam bulan untuk menghitung
jumlah persediaan akhir barang dagang yang ada di gudang dan mencatatnya ke
dalam dokumen perhitungan fisik dan diotorisasi oleh pihak yang berwenang.
Resiko yang sering juga dialami oleh PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera
adalah pada saat transaksi penjualan. Misalnya saja, produk food seperti chiki
momogi. Barang ini di order oleh Merchandising seperti yang tertera di Purchase
order dengan cara jualnya box bukan satuan atau pieces. Tetapi pada saat barang
ini dikeluarkan dari gudang untuk dipajang di lokasi supermarket, barang ini
dibuka dari box nya dan dijual satuan. Sesampai di cashier pun barang ini di scan
dengan harga satuan bukan dengan harga box an atau barcode yang di scan pun
barcode dalam (satuan) bukan barcode luar (box). Otomatis stock pun akan jadi
selisih dikarenakan ADM Receiving menginput barang tersebut dalam jumlah box
bukan satuan.
Dalam menghindari masalah seperti ini, seharusnya Merchandising dan
pramuniaga perlu menjaga komunikasi, dan sebelum barang tersebut dipajang di
supermarket seharusnya Merchandising menginformasikan terlebih dahulu kepada
pramuniaga produk apa saja yang dijual dalam satuan atau box an.
c. Informasi dan Komunikasi Persediaan Barang Dagang
Sistem informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan prosedur
penerimaan, penyimpanan barang dan mengeluaran barang melibatkan beberapa
fungsi terkait, prosedur yang harus diikuti secara komputerisasi dan dokumen
serta catatan yang diperlukan maupun laporan yang dihasilkan. Pencatatan ke
dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas laporan sumber yang dilampiri
dengan dokumen pendukung yang lengkap yang telah diotorisasi oleh pihak yang
berwenang. Dokumen yang dibuat oleh PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera
Palembang harus jelas dan akurat informasinya agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan prosedur yang dapat menghambat berjalannya prosedur.
Barang yang telah dipesan oleh MD (Merchandising) akan dikirim
supplier ke warehouse Jaya Masawan Putera Sejahtera. Selanjutnya, dokumen-
dokumen pendukung dalam prosedur penerimaan barang yaitu dokumen PO
(Purchase Order) dan faktur supplier harus sama, surat jalan harus menunjukkan
informasi yang jelas bagi penggunanya agar tidak salah dalam menentukan
keputusan selanjutnya, maka harus di cek dengan teliti dan benar.
d. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian persediaan barang dagangan pada PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera Palembang meliputi kebijakan dan prosedur yang
dibuat oleh perusahaan ini untuk memberikan kemungkinan yang memadai bahwa
sistem pengendalian persediaan barang dagangan yang ditetapkan telah
dilaksanakan dalam beberapa kategori seperti diuraikan di bawah ini:
a. Pemisahan tugas
Pada penjualan barang dagangan dilakukan pemisahan tugas-tugas yang
jelas antara lain:
Menerima pesanan dari supplier
Melakukan penjualan
Mengeluarkan barang oleh tata laksana
Mengirimkan barang ke cabang-cabang
Mencatat penjualan oleh akuntansi
Pada perhitungan fisik barang dagangan ada pembagian tugas yang
jelas antara lain :
Melaporkan jumlah persediaan barang dagangan di gudang oleh
kabag gudang.
Menghitung fisik persediaan barang dagangan oleh tim
penghitungan persediaan, yang terdiri dari kepala gudang, staff
gudang, dan tim audit.
Membuat laporan perhitungan fisik oleh komputer EDP dan
selanjutnya akan dibantu tim audit.
b. Dokumen dan catatan yang memadai
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera telah membuat dokumen-dokumen
dan catatan-catatan yang bertujuan untuk pengawasan persediaan barang
dagangan, dalam hal ini dokumen tersebut telah memiliki nomor urut
tercetak.
c. Otorisasi transaksi yang pantas atas transaksi dan aktivitas
PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera melakukan dua cara dalam
penyediaan barang dagangan, yaitu:
Penerimaan kiriman barang dagangan dari pusat
Penerimaan kiriman barang dagangan dari cabang-cabang lain
Arus prosedur otorisasi terhadap penerimaan kiriman barang
dagangan dari pusat diuraian sebagai berikut:
Bagian gudang atau staff checker gudang akan menerima barang
kiriman dari pusat apabila nama barang, jenis dan jumlah barang
sesuai dengan perincian di DO (Delivery Order) atau surat
pengiriman barang.
Setelah barang kiriman diterima oleh checker gudang sesuai
dengan DO, maka checker akan melaporkan ke ADM Receiving
agar DO tersebut diinput masuk oleh ADM.
d. Pengendalian akses
Perlindungan fisik atas persediaan barang dagangan pada perusahaan ini
sudah cukup memadai, yakni dengan tersedianya gudang yang luas
sebagai tempat penyimpanan persediaan barang dagangan dan dilengkapi
dengan alat pemadam api ringan (APAR) untuk menanggulangi bahaya
kebakaran, serta kamera CCTV untuk mengurangi resiko pencurian.
Perlindungan fisik terhadap dokumen dan catatan juga telah memadai,
yaitu dengan tersedianya blinder map sebagai tempat penyimpanan
masing-masing dokumen atau arsip-arsip inputan barang masuk dan arsip-
arsip nota retur atau CN (Credit Note), serta membuat kembali dan tetap
menyimpan catatan yang rusak baik dalam komputer maupun catatan
manual. Selain itu, perusahaan juga telah melakukan pengawasan fisik
terhadap komputer, yaitu dengan memilih jaringan komputer.
Menurut penulis, kebijakan perusahaan dalam mewujudkan pengawasan
dan perlindungan fisik terhadap persediaan dan catatan, serta aktiva
perusahaan sudah cukup memadai dalam mewujudkan pengendalian intern
yang baik.
e. Pengecekan independen atas pelaksanaan
Perusahaan ini telah melaksanakan pemisahan fungsi yang berhubungan
dengan pengawasan persediaan. Kebijakan ini secara tidak langsung
menciptakan suatu pengecekan yang independen di antara bagian-bagian
yaang melakukan penjualan, mengeluarkan barang dari gudang,
mengirimkan barang ke cabang-cabang lain, yang mencatat, dan bagian
yang membuat PO (Purchase Order).
e. Pemantauan
Pemantauan dilakukan agar dapat membantu manajemen untuk
mengetahui ketidakefektifan pelaksanaan unsur-unsur pengendalian yang
lainnya dalam lingkungan pengendalian persediaan tersebut sudah
dilakukan dengan baik sehingga terciptanya lingkungan pengendalian
yang memadai. Salah satu pengawasan yang dilakukan oleh PT. Jaya
Masawan Putera Sejahtera Palembang adalah dengan melakukan stock
opname dalam sekali enam bulan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah persediaan yang ada di gudang sesuai dengan stock yang ada di
komputer. Dalam hal ini, pemantauan yang dilakukan dalam prosedur
pengendalian persediaan sudah cukup baik. Dikarenakan adanya masing-
masing atasan yang bertanggung jawab di masing-masing divisi yang
bertugas untuk mengawasi kinerja karyawan. Hal ini juga bisa mengurangi
resiko adanya selisih persediaan yanag ada di dalam perusahaan tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagang yang
dilakukan di PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang secara umum
sudah sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) perusahaan.
Namun dalam melaksanakan prosedur pengendalian internal atas
persediaan, tidak lepas dari berbagai kendala, seperti pada saat penjualan,
pengeluaran barang dari gudang, penerimaan barang dari supplier, dimana
perusahaan itu sudah menerapkan sistem FIFO (First In First Out) tetapi
karyawan masih saja mengeluarkan barang yang terkadang masuk terakhir,
tanpa memperhatikan barang yang pertama masuk yang tanggal expired
produk tersebut sudah semakin mendekati batas penggunaan.
2. Diliat dari lingkungan pengendalian intern persediaan barang dagang,
falsafah dan gaya manajemen menunjukkan hasil yang efektif atau efisien.
Karena menghasilkan produk atau barang dengan kualitas yang baik, dan
dari struktur organisasi disusun secara fungsional. Pembagian tugas dan
wewenang yang ada diperusahaan sudah dilakukan dengan baik, dapat
dilihat dari tanggung jawab masing-masing karyawan yang ada di dalam
perusahaan, dalam hal ini tidak ada yang namanya perangkapan tugas, dan
juga jika dilihat dari kebijakan dan praktik sumber daya manusia yang ada
di PT. Jaya Masawan Putera Sejahtera Palembang sudah cukup baik,
dikarenakan dalam meningkatkan dan mengembangkan peran serta
karyawan terutama bagi karyawan pendatang baru akan diberikan
pelatihan dan pendidikan dalam bentuk PDSK (Pendidikan Dasar Sikap
Kerja), dan juga melakukan PERAGAWAN (Pertemuan Gabungan Antar
Karyawan) untuk memberitahukan permasalahan yang sedang terjadi di
masing-masing outlet ataupun Briefing Morning yang dipimpin oleh
kepala divisi masing-masing.
5.2 Saran
1. Perusahaan sudah baik dalam membuat standar operasional prosedur
perusahaan, tetapi alangkah baiknya jika standar operasional prosedur
perusahaan dapat dievaluasi setiap saat.
2. Setidaknya untuk menghindari atau mengurangi resiko pengeluaran barang
dari gudang yang tidak menggunakan sistem FIFO yang mengakibatkan
barang dagang banyak mendekati expired yang bisa merugikan perusahaan
dan karyawan, alangkah baiknya jika ada seseorang (Supervisor atau
Kepala Counter) yang mengawasi karyawan saat melakukan pengambilan
barang dari gudang dan juga perlu penambahan CCTV di gudang untuk
memantau karyawan yang keluar masuk gudang agar aktivitas
pengendalian lebih efektif.
3. Sebaiknya dalam penerimaan barang dari supplier checker receiving harus
lebih teliti lagi. Harus lebih memperhatikan jumlah isi dalam dus (karena
bisa saja jumlah per karton yang ada di PO berbeda dengan jumlah isi
yang barang yang sebenarnya). Dan supervisor receiving sebaiknya
senantiasa memantau langsung saat pengecekan atau penerimaan barang
masuk.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2016. Auditing. Edisi Keempat, Buku 1, Salemba Empat,
Jakarta.
Daft, L. Richard. 2007. Manajemen. Edisi Keenam, Salemba 4, Jakarta.
Singleton, Hall. 2007. Information Technology Auditing and Assurance. Edisi
Kedua, Salemba Empat, Jakarta
Stice dan Skousen. 2009. Akuntansi Intermediate. Edisi Keenam Belas, Buku 1,
Salemba Empat, Jakarta.
Warren S. Carl, James M. Reeve dan Philip E. Fees. 2005. Pengantar Akuntansi.
Edisi 21. Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi, 2008. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat Salemba
Empat, Jakarta.
Prasetyo, Hari dan Nugroho, Munajat Tri dan Pujiati, Asti. 2006. ”Pengembangan
Model Persediaan Dengan Mempertimbangkan Waktu Kadaluarsa dan
Faktor Unit Diskon”, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Volume 4 No. 3,
Universitas Muhammadyah, Surakarta.
Bodnar, George H. Dan William S. Hopwood. 2003. Sistem Informasi Akuntansi,
Edisi Kedelapan, PT. Indeks Kelompok, Gramedia, Jakarta.
Edizal, 2014. Pedoman Penulisan Penelitian Dan Laporan Akhir. Fakultas
Ekonomi Universitas Tridinanti: Palembang. Edisi Pertama Cetakan
Kelima.
Adityo Budi Prabowo (2014) dengan judul “Analisis Struktur Pengendalian Intern
Atas Prosedur Penjualan Kredit Pada PT. Muara Dua Palembang”.
Muhammad Wahyu Hidayat (2014) dengan judul “Analisis Struktur Pengendalian
Intern Atas Pembelian Bahan Proyek Pada CV Ratu Mas Palembang”.