iddah dan ihdad wanita karier (perspektif hukum islam …

64
IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: AHMAD FAHRU NIM : 1111044100061 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

AHMAD FAHRU NIM : 1111044100061

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

Page 2: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …
Page 3: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …
Page 4: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …
Page 5: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

v

ABSTRAK Ahmad Fahru 1111044100061, Iddah Dan Ihdad Wanita Karier ( Perspektif

Hukum Islam Dan Hukum Positif ) Konsentrasi peradilan agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum (UIN) I Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2015 M. x + 55 halaman.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang menggambarkan tentang bagaimana penerapan hukum yang digambarkan al-Quran dan al-Hadis serta hukum KHI dalam menyikapi konsep Iddah dan Ihdad bagi wanita karier. Keadaan yang biasa ditemui, seorang wanita selain menjadi ibu rumah tangga, ia juga memiliki andil dalam keuangan keluarga dengan bekerja diluar rumah. Pembahasan dalam penelitian ini berusaha menguak semua yang berkaitan dengan kebebasan wanita dalam melakukan kegiatan diluar rumah akan tetapi ia juga mempunyai beberapa peraturan agama yang menunutut dan membatasai yang layak untuk dijadikan sebuah penelitian. permasalahan yang menjadi latar belakang penulis adalah mengapa masa berkabung istri yang kematian suaminya selama masa iddah 4 bulan 10 hari.

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan pandangan hukum positif terhadap Iddah dan Ihdad wanita karier, dan untuk menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap Iddah dan Ihdad wanita karier tersebut.

Penulis mempergunakan metode kepustakaan atau library research yaitu dengan cara membaca, mempelajari buku-buku yang mempunyai kaitan dengan masalah yang menjadi bahasan serta di dukung dengan wawancara di masyarakat, dengan demikian penggunaan metode pembahasan bagi suatu penulisan marupakan suatu hal yang menentukan bermutu atau tidaknya dari penulisan yang bersangkutan. Metode yang akan digunakan adalah memperoleh data yang valid dan akurat.

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa penetapan hukum Iddah dan Ihdad bagi wanita adalah sesuatu yang beralasan, baik dari segi agama maupun dari segi kebaikan bagi si perempuan. Akan tetapi beberapa larangan bagi seorang perempuan yang menjalankan iddah dan ihdad bisa dicarikan beberapa alasan untuk menjadi sebuah hukum yang sesuai disetiap zaman dan keadaan.

Kata Kunci : Wanita Karier, Iddah dan Ihdad, Hukum Islam dan Positif Pembimbing : Dr. Hj. Azizah, MA DaftarPustaka : 1979-2013

Page 6: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan ini, Shalawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, pembawa

Syariahnya yang universal bagi semua umat manusia dalam setiap waktu dan tempat

hingga akhir zaman. ini di persembahkan kepada Alm. Ayahanda Hj. Samalih dan

Ibunda Hj. Haironih yang selalu memberikan dorongan, bimbingan, kasih sayang,

serta doa tanpa mengenal lelah sedikitpun. Semoga Allah senantiasa melimpahkan

rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka.

Dalam penulisan ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis

temukan, namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya,

kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung

maupun tidak langsung segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya

sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah

sepantasnya pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag, dan Arif Furqon, MA, Ketua Program Studi dan

Sekretaris Program Studi Ahwal al Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

vii

3. Dr. Hj. Azizah, MA dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga,

dan pikiran selama membimbing penulis.

4. Segenap Dosen serta staf pengajar pada lingkungan Program studi Ahwal

Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada

penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

5. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Doa dan harapan penulis panjatkan kepada kakanda Ahmad Fatih yang selalu

membimbing dan kepada adinda Muhammad Fahri, Wildan Anshori dan

Ahmad Hanif yang senantiasa memberikan do’a dan semangat sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi.

7. Sahabat seperjuangan penulis : Muhammad Munzir Kamil, Muhammad

Shandika Rizkiandi, Arif Maulana Thoir, Muhammad Nazir, Semua teman-

teman Peradilan Agama Angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Beserta teman bercanda coy Chairul Amin S.Thi. yang bersedia

menemani waktu-waktu luang sebagai sebuah refresing dalam penulisan ini.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

berlipat ganda.Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan

mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda pula.

Page 8: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

viii

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini

Jakarta, 20 November 2015

Achmad Fahru

Page 9: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAH DOSEN PEMBIMBING............................................ ii

LEMBAR PENGESAH DOSEN PENGUJI SIDANG...................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................ iv

ABSTRAKSI...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 11 A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 11 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 16 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 16 D. Review Studi Terdahulu.................................................................. 17 E. Metodologi Penelitian.................................................................... 19 F. Sistematika Penulisan .................................................................... 21

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER............................................................................................... 23

A. IDDAH........................................................................................... 23 1. Pengertian.................................................................................. 23 2. Dasar Hukum dan Macam-Macam Iddah................................. 24 3. Manfaat dan Hikmah Iddah ..................................................... 29

B. IHDAD........................................................................................... 31 1. Pengertian.................................................................................. 31 2. Syarat- Syarat............................................................................. 33 3. Dampak Hukum......................................................................... 36

BAB III GAMBARAN-GAMBARAN UMUM TENTANG WANITA KARIR............................................................................................... 39

A. Pengertian Wanita Karier............................................................... 39 B. Syarat- syarat Wanita Karier.......................................................... 41 C. Faktor-faktor Pendorong Wanita Berkarier................................... 44 D. Dampak Wanita Karier.................................................................. 45

BAB IV WANITA KARIER DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

DAN HUKUM POSITIF................................................................... 51

A. Ketentuan Syariat Islam Tentang Iddah dan Ihdad Wanita Karier……………………………………………………………. 51

B. Ketentuan Iddah dan Ihdad dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam..................................... 52

C. Iddah dan Ihdad Wanita Karier...................................................... 56

Page 10: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

x

BAB V PENUTUP........................................................................................... 60

A. Kesimpulan..................................................................................... 60 B. Saran-saran..................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................. 65

Page 11: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia modern dewasa ini, Banyak kaum wanita

muslimah yang aktif di berbagai bidang, baik politik, sosial, budaya, ilmu

pengetahuan, olah raga, ketentaraan, maupun bidang bidang lainya. Boleh

dikata, hampir disetiap sektor kehidupan umat manusia, wanita muslimah

sudah terlibat; bukan hanya dalam pekerjaan-pekerjaan ringan, Tetapi juga

dalam pekerjaan-pekerjaan yang berat, seperti sopir taksi, Tukang parkir,

buruh bangunan, satpam, dan lain-lain. Dibidang olahraga, kaum wanita juga

tidak mau ketinggalan dari kaum pria.Bidang bidang olahraga keras yang

dulu dipandang hanya layak dilakukan oleh laki-laki, kini sudah banyak

diminati dan dilakukan oleh kaum wanita, seperti sepak bola, bina raga,

karate, bahkan tinju.

Wanita sebagai warga negara maupun sumber daya insani

mempunyai kedudukan hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama

dengan pria untuk berperan dalam pembangunan di segala bidang. Peranan

wanita sebagai mitra sejajar pria diwujudkan melalui peningkatan

kemandirian peran aktifnya dalam pembangunan, termasuk upaya

mewujudkan keluarga beriman dan bertaqwa, sehat, serta untuk

pengembangan anak, remaja dan pemuda. Untuk itu, dalam Program

Pembangunan Nasional (2000-2004) ditentukan Program Peningkatan

Kualitas Hidup Perempuan,yang bertujuan untuk meningkatkan kedudukan

Page 12: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

12

dan peranan perempuan sebagai individu,yaitu baik sebagai insan dan sumber

daya pembangunan, sebagai bagian dari keluarga yang merupakan basis

terbentuknya generasi sekarang dan masa mendatang, sebagai makhluk sosial

yang merupakan agen perubahan sosial di berbagai bidang kehidupan dan

pembangunan. Sasaran kinerja program ini adalah meningkatnya kualitas dan

peranan perempuan terutama di bidang hukum ekonomi, politik, pendidikan,

sosial, dan budaya.1

Islam, sebagai agama yang memberikan rahmat kepada penganut

Islam mengangkat derajat perempuan pada posisi yang tinggi. Semua

manusia dalam Islam, baik laki-laki ataupun perempuan mempunyai porsi

yang sama, dalam melakukan semua kegiatan yang bisa membuatnya lebih

beriman dan berbuat baik.

Batasan penangguhan waktu bagi seorang perempuan. Penangguhan

waktu itu bisa disebut dengan Iddah, sedangkan alasan penangguhan waktu

adalah berkabung atau yang disebut dengan Ihdad. Sebagaimana penjelasan

yang lalu, wanita diberikan porsi yang sama dalam menjalankan kehidupan

yang bertujuan untuk membuat dia lebih baik, dihadapan agama maupun

masyarakat. Salah satu dari sekian banyak kegiatan itu adalah wanita

dibolehkannya beraktifitas diluar lumah dengan izin wali atau dengan

kebutuhan mendesak, atau dengan istilah lain wanita karier.

Wanita karier adalah wanita sibuk, wanita kerja, yang waktunya diluar

rumah kadang-kadang lebih banyak dari pada di dalam rumah. Demi karier

1Artikel,MengajiHukum,Http://Supanto.Staff.Hukum.Uns.Ac.Id/2010/01/10/Perlindungan-Hukum-Wanita. Diakses (7 Mei 2015).

Page 13: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

13

dan prestasi, tidak sedikit wanita yang bekerja siang dan malam tanpa

mengenal lelah. “waktu adalah uang” merupakan motto mereka sehingga

waktu satu detik pun sangat berharga. Persaingan yang ketat antar sesamanya

dan rekan rekan antar sesamanya dan rekan rekan seprofesinya, memacu

mereka untuk bekerja keras. Mereka, mau tidak mau, harus mencurahkan

segenap kemampuan, pemikiran, waktu dan tenaga, demi keberhasilan dalam

keadaan demikian, jika wanita kerier tersebut seorang wanita muslimah yang

tiba tiba ditinggal mati oleh suaminya, aktivitasnya dihadapkan kepada

ketentuan agama yang disebut Iddah dan Ihdad.2

Masa Iddah atau masa tunggu atau masa berkabung di dalam UU. No. 1

Tahun 1974 dituangkan dalam pasal 11, dan kemudian lebih lanjut diatur

dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. (1) waktu tunggu bagi

seorang janda sebagai maksud dalam pasal 11 ayat (2) Undang-undang

ditentukan sebagai berikut:

1. Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu ditetapkan 130 (seratus tiga puluh) hari.

2. Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang masih berdatang bulan ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari dan bagi yang tidak berdatang bulan ditetapkan 90 (sembilan puluh) hari

3. Apabila perkawinan putus sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan.3

Masa berkabung bagi seorang isteri yang di tinggal mati suaminya,

masa tersebut adalah 4 bulan 10 hari disertai dengan larangan-larangannya,

2 Chuzaimah T. Yanggo, dan Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam

Kontemporer ( Jakarta: Pt pustaka Firdaus, 2009), h. 11. 3Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan

Agama, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, h. 169.

Page 14: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

14

antara lain: bercelak mata, berhias diri, keluar rumah, kecuali dalam keadaan

terpaksa.”4 Sedangkan Ihdad (berkabung), menurut Ibnu Kasir berkata:”

Berkabung itu suatu ungkapan, yang intinya ialah: tidak berhias dengan

wangi-wangian dan tidak memakai pakaian dan perhiasan yang bisa menarik

laki-laki”. Dan berkabung ini wajib atas perempuan yang kematian seorang

suami.5 Kebutuhan manusia untuk bertahan hidup, dan tuntutan bagi seorang

wanita untuk mempertahankan keluarga setelah ia ditinggal wafat oleh suami.

Dengan melihat anjuran islam akan dibolehkannya wanita bekerja diluar

rumah, akan tetapi terdapatnya batasan-batasan yang sebagaian batasannya

terlihat memberatkan, sehingga seakan-akan dibutuhkan penjelasan dan

penjabaran bagaimana hubungan wanita karier dengan batasan Iddah dan

Ihdad.

Para fuqaha’ berbeda pendapat bahaw wanita yang sedng berihdad

dilarang memakai semua perhiasan yang dapat menarik perhatian laki-laki

kepadanya.seperti perhiasan, intan dan celak, kecuali hal-hal yang dianggap

bukan sebagai perhiasan. Dan dilarang pula memakai pakaian yang celup

dengan warna, kecuali warna hitam.6

4Para fuqaha berpendapat bahwa wanita yang sedang berihdad dilarang

memakai semua perhiasan yang dapat menarik perhatian laki laki kepadanya, seperti perhiasan intan dan celak, kecuali hal-hal yang dianggap bukan sebagai perhiasan dan dilarang pula memakai pakaian yang dicelup dengan warna, kecuali warna hitam. Imam Malik tidak memakruhkan memakai celak karena terpaksa (karena sakit mata, misalnya) lihat Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap ( Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 342.

5Ammal Hamidy dan Imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash- Shabuni, (Surabaya Jl. Rungkut Industri,2003), h .306.

6 Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, Ed. Pertama, Cet Ke 3 ( Jakarta: Kencana, 2008), h. 304

Page 15: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

15

Wanita yang ditinggal mati suaminya, mereka tidak menerima nafakah,

sedangkan mereka butuh nafkah untuk hidup. Sehingga harus keluar rumah di

waktu siang untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, dia juga harus tinggal

di rumah yang ditempatinya saat terjadi perceraian. Jika haknya di dalam

rumah suami yang telah meninggal tidak terpenuhi atau ahli waris suami

tidak memberi haknya tersebut maka dia boleh pindah, karena ada alasan.

Tinggal di rumahnya adalah ibadah sedangkan ibadah gugur karena alasan

yang dibenarkan.7

Kenyataan yang ada adalah kepedulian sebagian masyarakat dalam

menyikapi batasan yang ditentukan oleh agama, sehinga terdorong untuk

membahas tentang hubungan Iddah dan Ihdad bagi wanita karier, karena

sebelah pihak terlihat ketidak adilan bagi seorang wanita, dengan jarak yang

begitu lama sehingga menjadi alasan untuk melanggar peraturan agama itu

sendiri.

Dari beberapa latar belakang masalah diatas, maka penulis akan

berusaha mencoba membahas permasalahan yang menjadi latar belakang

penulis adalah mengapa masa bergabung istri yang kematian suaminya

selama masa iddah 4 bulan 10 hari? yang semoga bisa membantu terutama

bagi penulis senidiri dalam menyelesaikan masa pendidikan penulis dalam

setara S1. Oleh sebab itu penulis memberikan judul untuk penelitian ini

7 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 2, Penerjemah Asep Sobari Dkk, (Jakarata: Al-I’tisom,

2008), h. 524

Page 16: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

16

dengan judul: “IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER” (Persepektif

Hukum Islam Dan Hukum Positif)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang membahas tentang wanita karir ini mempunyai

ruang lingkup yang sangat luas seperti masalah pro dan kontrak iddah dan

ihdad wanita karir. Dengan melihat Apakah adanya keseimbangan iddah dan

ihdad wanita karir yang telah ditentukan dalam hukum islam dan hukum

posititf.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempfokuskan pada studi iddah

dan ihdad wanita karir dengan harapan dapat menemukan penyelesain.

Penelitian ini diharapkan bisa dikaji dan diaplikasikan dalam realitas sosial.

2. Perumusan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka merumuskan permasalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana ketentuan Iddah dan Ihdad dalam Undang-undang No.

1tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam?

b. Bagaimana elastisitas ketentuan syariat islam tentang pelaksanaan

Iddah dan Ihdad wanita karier?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Page 17: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

17

a. Untuk menjelaskan pandangan hukum positif terhadap Iddah dan

Ihdad wanita karier.

b. Untuk Menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap Iddah dan Ihdad

wanita karier.

2. Kegunaan Penelitian

Bertitik tolak dari perumusan masalah-masalah di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelesaikan dan mencari

jawaban atas masalah masalah tersebut dengan upaya sebagai berikut:

a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu karya tulis

ilmiyah yang dapat menambah khazanah keilmuan khususnya di

bidang ilmu hukum Keluarga dan umumnya pada ilmu pengetahuan.

b. Secara Praktis

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas khususnya

kepada masyarakat yang awam terhadap ilmu pengetahuan, dalam

bersikap dan bertindak mengenai larangan Iddah dan Ihdad bagi

wanita karier sesuai dengan hukum Islam.

D. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan studi kepustakaan (library research) yang penulis lakukan

di Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Utama, maka terdapat beberapa

literatur tesis dan skripsi yang dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan,

yaitu:

Page 18: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

18

1. Tesis, Aida Humaira, NIM: 03.2.00.1.01.01.0016 2005. Konsep Nafkah

Dalam Hukum Islam (Analisa Atas Nafkah Keluarga Dari Isteri Karier).

Mahasiswa Pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah JakartacKonsentrasi

Syariah. Pada tesis ini, mengungkapkan secara mendalam pendapat atau

pandangan para ulama muslim tentang hukum nafkah dari wanita karir

dan mengetengahkan pendapat-pendapat yang objektif menegnai wanita

karir dari sudut pandangan syariat islam untuk menghindari interpensi

yang kaku terhadap teks-teks keagamaan serta mengetahui implikasi-

implikasi sosial yang muncul akibat pemberian nafkah dari wanita karir.

2. Skripsi, Arofatul Inayah, NIM: 102044124993 2006. “ Problematika

Pernikahan Wanita Karier Dan Pengaruh Terhadap Pembentukan

Keluarga Sakinah”. Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Program

Studi Peradilan Agama. Berdasarkan hasil penelitian, skripsi ini

menyatakan bahwa pada umumnya wanita yang memilih untuk

berkerja/berkarir adalah karena adanya alasan-alasan tertentu, antara lain

yang menjadi faktor adalah masalah ekonomi. Selama wanita tersebut

dapat/sanggup untuk menjalankan fungsi ganda (sebagai ibu dan karirnya)

maka kerukunan rumah tangganya akan dapat dipertahankan. Sebaliknya

jika dia tidak sanggup untuk melaksanakan fungsi gandanya, maka tentu

akan ber akiabat tidak baik bagi kelangsungan rumah tangganya.

3. Skripsi, Heni “Dilema Peraktek Ihdad( Studi Sosiologi Hukum Pada

Masyarakat Kebayoran Lama)”, Nim: 106043201334, 2010. Mahasiswa

Fakultas Syariah dan Hukum, Program Studi Peradilan Agama. Penelitian

Page 19: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

19

ini, mendasarkan bagaimana tanggapan masyarakat tehadap hukum ihdad

dari segi pesikologi. Bangaimana masyarakat menanggapi semua

ketentuan-ketentuan yang ada dalam ihdad, terutama pada masyarakat

kebayoran lama. Dari pada itu, penelitian ini memberikan titik fukos pada

tanggapan masyarakat terhadap diadakannya hukum ihdad di masyarakat

kebayoran lama.

Menurut penulis, kajian-kajian diatas (tesis dan skripsi) hanya

membahas tentang hakikat wanita karir, nafkah wanita karir, pernikahan

wanita karir, serta dilema praktik ihdad pada masyarakat. Kajian skripsi ini

berusaha melengkapi kajian-kajian yang telah ada dan membahas sisi-sisi

lainnya yang belum disentuh dengan mengupas secara menyeluruh mengenai

ihdad wanita karir yang terdapat dalam hukum islam, baik ihdad yang

ditinggal mati suaminya maupun ihdad wanita hamil.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh penyusun untuk

menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah.8Untuk

memperoleh bahan yang di perlukan di dalam penulisan skripsi ini, penulis

mempergunakan metode kepustakaan atau library research yaitu dengan cara

membaca, mempelajari buku-buku yang mempunyai kaitan dengan masalah

yang menjadi bahasan serta di dukung dengan wawancara di masyarakat,

dengan demikian penggunaan metode pembahasan bagi suatu penulisan

8Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, Cet-1 (Jakarta: Permata

Puti Media, 2012), h. 3.

Page 20: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

20

marupakan suatu hal yang menentukan bermutu atau tidaknya dari penulisan

yang bersangkutan. Metode yang akan digunakan adalah memperoleh data

yang valid dan akurat. Penelitian ini meliputi beberapa hal

1. Sumber Data

Untuk sumber data, penulis menggunakan data yang diambil dari bahan-

bahan pustaka yang diperoleh buku-buku, kitab-kitab yang berhubungan

dengan permasalahan ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka menyusun dan mengumpul bahan bagi skripsi ini,

penulis menggunakan satu macam teknis pengumpulan data yaitu melalui

penelitian kepustakaan (Library Research). (Library Research) Penulis

menggunakan buku-buku yang relevan, yang sesuai degan judul skripsi

ini.

3. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul dan mengidentasikan semua data,

penulis mulai mengolah data yang ada dimana semua data yang

terkumpul dianalisis dan menghasilkan pemaparan serta gambaran yang

bersifat pengamatan awal hingga akhir.

4. Metode Penulisan

Sedangkan dalam teknik penulisan, penulis berpandukan pada

buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan tahun 2012.

Page 21: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

21

F. Sistimatika Penulisan

Untuk mempermudah proses penelitian ini, penulis menguraikan beberapa

hal sitimatika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Dalam hal ini penulis mengetengahkan gambaran

pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan, Tujuan dan Kegunaan, Review

studi terdahulu, Metodologi Penelitian dan Sistematika

penulisan.

BAB II : Bab ini dapat dilihat sekilas pandang tentang, pengertian

Iddah dan Ihdad, syarat-syarat Iddah dan Ihdad, dan

dampak hukum Iddah dan Ihdad.

BAB III : Pada bab seterusnya penulis menguraikan pembahasan

umum mengenai pengertian wanita karier, syarat-syarat

wanita karier, faktor-faktor pendorong wanita berkarier,

dan dampak wanita karier

BAB IV : Manakala dalam bab ini penulis menerangkan

problematika Iddah dan Ihdad Wanita Karier Dalam

Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Positif, Ketentuan

syariat Islam tentang iddah Wanita Karier, Analisis Iddah

dan Ihdad wanita karier dalam hukum Islam dan hukum

positif

Page 22: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

22

BAB V : Pada Bab yang terakhir ini merupakan bagian dari

penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran yang

menyangkut jawaban dari perumusan masalah.

Page 23: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

23

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG

IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER

A. Tinjaun Umum Tentang Iddah

1. Pengertian Iddah

Menurut bahasa kata Iddah berasal dari kata al-‘adad. Sedangkan

kata al-‘adad merupakan bentuk masdar dari kata kerja‘adda-ya uddu yang

berarti menghitung. Kata al-‘adad memiliki arti ukuran dari sesuatu yang

dihitung dan jumlahnya. Adapun bentuk jama dari kata al-‘adad adalah al-

a’dad begitu pula bentuk jama dari kata ‘Iddah adalah al-‘idad. Secara

(etimologi) berarti:“menghitung” atau “hitungan”. Kata ini digunakan untuk

maksud Iddah karena masa itu si perempuan yang beriddah menunggu

berlakunya waktu.9

Pengertian Iddah secara istilah, para ulama banyak memberikan

pengertian yang beragam, seperti Muhammad al-Jaziri memberikan

pengertian bahwa iddah merupakan masa tunggu seorang perempuan yang

tidak hanya didasarkan pada masa haid atau sucinya tetapi kadang-kadang

juga didasarkan pada bilangan bulan atau dengan melahirkan dan selama

masa tersebut seorang perempuan dilarang untuk menikah dengan laki-laki.10

Pengertian yang tidak terlalu berbeda, juga diungkapkan oleh Sayyid Sabiq

9Amir Syarifuddin, HukumPerkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h.

303. 10Abd ar-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh,(Mesir: Maktabah at-Tijariyah al-Kubra,1969),

jilid 4, h. 513.

Page 24: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

24

bahwa ‘Iddah merupakan sebuah nama bagi masa lamanya perempuan (isteri)

menunggu dan tidak boleh kawin setelah kematian suaminya atau setelah

pisah dari suaminya. Kedua pengertian ulama ini sedikit beriringan yang

menekankan pada masa menunggu dan ketentuan untuk menikah dalam masa

tunggu tersebut.11 Selain kedua pendapat diatas juga ada sebuah pendapat

bahwa Iddah merupakan Abu Yahya Zakariyya al-Ansari memberikan

definisi ‘Iddah sebagai masa tunggu seorang perempuan untuk mengetahui

kesucian rahim atau untuk ta’abbud (beribadah) atau untuk tafajju’ (bela

sungkawa) terhadap suaminya.12

Dari definisi diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa pada masa

tunggu yang ditetapkan bagi perempuan setelah kematian suami atau putus

perkawinan baik berdasarkan masa haid atau suci, bilangan bulan atau dengan

melahirkan untuk mengetahui kesucian rahim, beribadah (ta’abbud) maupun

bela sungkawa atas suaminya, Selama masa tersebut perempuan (isteri)

dilarang menikah dengan laki- laki lain.

2. Dasar hukum dan macam-macam Iddah

Secara umum, pembagian iddah sebagai berikut:

a. ‘Iddah seorang isteri yang masih mengalami haid yaitu dengan tiga kali

Haid

b. Iddah seorang isteri yang sudah tidak haid (menopause) yaitu tiga bulan:

11As-Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, II (Jakarta:PT Pena Pundi Aksara), h. 196. 12Abu Yahya Zakariyya al-Ansari, Fath al-Wahhab, cet. II, (Semarang : Toha Putra,

1998), h. 103.

Page 25: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

25

1) Iddah seorang isteri yang ditinggal mati oleh suaminya adalah empat

bulan sepuluh hari jika ia tidak dalam keadaan hamil.

2) Iddah seorang isteri yang hamil yaitu sampai melahirkan Dari

keempat bagian itu jika diperincikan terbagi menjadi:

a) Iddah berdasarkan haid

Apabila terjadi putus perkawinan disebabkan karena talaq,

baik raj’i maupun ba’in, baik ba’in sughra maupun kubra atau

karena fasakh seperti murtadnya suami atau khiyar bulug dari

perempuan sedangkan isteri masih mengalami haid maka

‘Iddahnya dengan tiga kali haid. Sekalipun ketentuan ini harus

memenuhi syarat.13 Selain itu ada pula ketentuan bahwa iddah

berdasarkan haid juga berkaitan dengan isteri yang ditinggal

mati oleh suaminya dan ia tidak dalam keadaan hamil dalam

dua keadaan. Pertama, apabila ia dicampuri secara syubhat dan

sebelum putus perkawinannya suaminya meninggal maka ia

wajib beriddah berdasarkan haid. Kedua, apabila akadnya fasid

dan suaminya meninggal maka ia ber’iddah dengan

berdasarkan haid tidak dengan empat bulan sepuluh hari yang

13 Syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: a. Isteri yang merdeka, sedangkan bagi isteri yang hamba sahaya ‘iddahnya selesai dengan

dua kali haid. b. Isteri tersebut dalam keadaan tidak hamil. Sedangkan apabila ia hamil ‘iddahnya selesai

sampai ia melahirkan. c. Isteri tersebut telah dicampuri secara hakiki berdasarkan akad yang shahih. Ulama

Hanafiyyah, Hanabilah, dan Khulafa ar-Rasyidun berpendapat bahwa khalwat berdasarkan akad yang sahih dianggap dukhul yang mewajibkan ‘iddah. Sedangkan ulama Syafi iyyah dalam mazhab yang baru (qaul al-jadid) berpendapat bahwa khalwat tidak mewajibkan ‘iddah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di As-Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, II (Jakarta:PT Pena Pundi Aksara), h. 278.

Page 26: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

26

merupakan ‘Iddah atas kematian suami karena hikmah ‘Iddah

di sini adalah untuk mengetahui kebersihan rahim dan tidak

untuk berduka terhadap suami karena dalam hal mencampuri

secara syubhat tidak ada suami dan dalam akad yang fasid

tidak ada suami secara syar i maka tidak wajib berduka atas

suami.

b) Iddah berdasarkan bilangan bulan

Apabila perempuan (istri) merdeka dalam keadaan tidak hamil

dan telah dicampuri baik secara hakiki atau hukmi dalam

bentuk perkawinan sahih dan dia tidak mengalami haid karena

sebab apapun baik karena dia masih belum dewasa atau sudah

dewasa tetapi telah menopause yaitu sekitar umur 55 tahun

atau telah mencapai umur 15 tahun dan belum haid kemudian

putus perkawinan antara dia dengan suaminya karena talak,

atau fasakh atau berdasarkan sebab-sebab yang lain maka

‘Iddahnya adalah tiga bulan penuh berdasarkan firman Allah

dalam Surat at-Talaq (65): 4.

Artinya: “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu

Page 27: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

27

iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (Q.S. At-thalak: 4).

Dalam hal ini bagi perempuan yang ditinggal mati oleh

suaminya dan ia tidak dalam keadaan hamil dan masih

mengalami haid Iddahnya empat bulan sepuluh hari berdasarkan

firman Allah dalam Surat al-Baqarah (2) : 234.

Artinya: “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka[147] menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. (Q.S.Al-Baqarah: 234)

c) Iddah berdasarkan meninggalnya suami

Dalam poin ini, terbagi menjadi dua bagian, diantaranya;

Pertama, isteri yang tidak dalam keadaan hamil ‘Iddahnya

adalah empat bulan sepuluh hari berdasarkan Surat al-Baqarah

(2) : 234.

Page 28: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

28

Artinya: “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka[147] menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. (Q.S.Al-Baqarah: 234)

Dalam hal ini tidak ada perbedaan baik isteri masih kecil

atau sudah dewasa, muslim atau kitabiyah begitu pula apakah

sudah melakukan hubungan atau belum karena ‘Iddah dalam

kondisi seperti ini adalah untuk menunjukkan kesedihan dan

rasa belas kasih atas kematian suami sehingga disyaratkan

bahwa akadnya sahih, jika akadnya fasid maka ‘Iddahnya

dengan haid karena untuk mengetahui kebersihan rahim.

Semua ketentuan ini adalah bagi isteri yang merdeka

sementara jika isteri adalah hamba sahaya dan hamil maka

„Iddahnya sama dengan isteri yang merdeka yaitu sampai

melahirkan dan jika tidak hamil dan masih mengalami haid

‘Iddahnya adalah dua kali haid. Kedua, apabila isteri dalam

keadaan hamil ‘Iddahnya sampai melahirkan

d) Iddah bagi perempuan yang belum di dukhul

Adapun jika putusnya perkawinan terjadi sebelum dukhul

(hubungan seks) apabila disebabkan oleh kematian suami

maka wajib bagi isteri untuk beriddah sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya. Dan jika putusnya perkawinan

Page 29: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

29

disebabkan karena talaq atau fasakh maka tidak ada kewajiban

‘Iddah bagi isteri. Jika nikahnya berdasarkan akad sahih tidak

disyaratkan adanya hubungan seks (dukhul) hakiki akan tetapi

adanya khalwat shahih sudah mewajibkan untuk ber’iddah

sebaliknya jika berdasarkan akad fasid maka tidak wajib

ber’Iddah kecuali telah terjadi dukhul hakiki (hubungan seks).

Dan tidak ada kewaj iban ‘iddah bagi isteri yang dicerai

sebelum dicampuri (qabla ad-dukhul) berdasarkan firman

Allah dalam Surat al-Ahzab (33) : 49

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya”. (Q.S al-Ahzab (33) : 49)

3. Manfaat dan Hikmah Iddah

Dalam pensyari'atan Iddah ada beberapa hikmah, yaitu untuk:

a. mengetahui kekosongan rahim dari janin untuk menghindari

percampuran dua sperma dari dua lelaki atau lebih di dalam satu rahim

yang akan berakibat percampuran nasab dan mengacaukannya, dampak

demikian termasuk kerusakan yang tidak dikehendaki oleh syari'at

maupun oleh hikmah itu sendiri dan harus dicegah.

Page 30: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

30

b. mengagungkan nilai akad nikah serta mengangkat derajatnya dan

menampakkan kemuliaannya,

c. memperpanjang waktu rujuk bagi suami yang mentalaknya, karena

boleh jadi suaminya menyesal dan ingin kembali kepadanya, karena

itulah disediakan waktu yang cukup memungkinkan bagi suami untuk

rujuk,

d. memenuhi hak suami dan menampakkan pengaruh kesendiriaannya

tanpa didampingi suami yaitu berupa larangan bagi si istri untuk

bersolek, karena itulah disyari'atkan berkabung atas kematian suami

lebih lama dari berkabung atas kematian orangtua maupun anaknya,

e. bersikap hati-hati untuk menjaga hak suami, kemaslahatan istri itu

sendiri, hak anak dan hak Allah, karena dalam beriddah itu ada 4

macam hak.Allah swt mendudukkan status kematian itu sebagai :

1) batas akhir pemenuhan suatu perjanjian yakni akad nikah yang

batas akhirnya adalah wafat

2) batas akhir penyempurnaan mahar yang terhutang,

3) batas akhir keharaman anak tiri menurut pendapat sebagian

shahabat dan tabi'in seperti Zaid bin Tsabit dan Imam Ahmad bin

Hanbal dalam salah satu dari dua riwayatnya, karena maksud

beriddah itu tidak semata-mata kekosongan rahim dari janin, tetapi

kekosongan rahim itu sendiri merupakan bagian dari maksud serta

hikmah pensyari'atan iddah.

Page 31: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

31

Menurut pendapat Imam Nawawi, hikmah bisa dilihat dari kata

Iddah yang bentuk jamaknya adalah 'adad biasanya berarti

penghitungan masa suci/haidl atau penghitungan bulan. Iddah dalam

pengertian syara' adalah suatu nama untuk waktu tunggu bagi seorang

janda untuk mengetahui kekosongan rahimnya dari janin atau untuk

semata-mata melaksanakan kegiatan ibadah yang diperintahkan oleh

Allah s.w.t. atau untuk berdukacita atas kematian suaminya, Istilah

iddah itu bersumber dari ayat AlQuran dan Hadits Nabi, kemudian

menjadi Ijma' Ulama. Iddah disyari'atkan untuk:

a. menjaga & memelihara keturunan dari kekacauan nasab,

b. menjaga hak suami-istri, anak serta calon suami berikutnya.

Maksud utama dalam beriddah adalah semata-mata faktor

'ubudiyahnya berdasarkan dalil bahwa janda itu tidak berakhir

iddahnya dengan 1x quru' walau rahimnya telah bersih dari janin

dengan 1x quru' tersebut.

B. Tinjaun Umum Tentang Ihdad

1. Pengertian Ihdad

` Menurut Abu Yahya Zakaria al-Anshary, Ihdad berasal dari kata

ahadda, dan kadang-kadang bisa juga disebut al-Hidad yang diambil dari kata

hadda. Secara etimologis (lughawi) ihdad berartial-Man’u(cegahan atau

larangan). Berdeda dengan Abdul Mujieb yang menjelaskan dengan gamblang

bahwa Ihdad adalah masa berkabung bagi seorang isteri yang ditinggal mati

suaminya. Masa tersebut adalah empat bulan sepuluh hari disertai dengan

Page 32: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

32

larangan-larangannya, antara lain: bercelak mata, berhias diri, keluar rumah,

kecuali dalam keadaan terpaksa.14

Jika dilacak menggunakan pendapat para ulama yang terdapat pada

karya-karya mereka Ihdad adalah menampakkan kesedihan. Adapun Ihdad

secara terminologi adalah antisipasi seorang perempuan dari berhias dan

termasuk di dalam pengertian tersebut adalah masa tertentu atau khusus dalam

kondisi tertentu, dan yang demikian adalah Ihdad atau tercegahnya seorang

perempuan untuk tinggal pada suatu tempat kecuali tempat tinggalnya sendiri.

Para ulama banyak meberikan penjelasan tentang ihdad. Sayyid Abu

Bakar al-Dimyati, definisi Ihdad adalah:”Menahan diri dari bersolek/berhias

pada badan. Dengan ungkapan yang berbeda, Wahbah al-Zuhaili memberikan

definisi tentang makna ihdad: ”Ihdad ialah meninggalkan harum haruman,

perhiasan, celak mata dan minyak, baik minyak yang mengharumkan maupun

yang tidak”.15Lebih mendalam Abdul Rahman Ghozali menjelaskan bahwa

Masatersebutadalah 4 bulan 10 hari, denganlarangan-larangannya, antara lain:

bercelakmata, berhiasdiri, keluar rumah kecuali dengan keadaan terpaksa”.16

Dari kedua pendapat diatas jika dilihat dengan teliti mendekati

pengertian yang diungkapkan oleh Ali al-Salusi, bahwa ihdad secara etimologi

adalah mencegah, dan diantara pencegahan tersebut adalah pencegahan

seorang perempuan dari bersolek, dan termasuk dalam kategori makna Ihdad

secara bahasa adalah menjelaskan kesedihan, adapun Ihdad menurut

14Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 342.

15Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 343.

16Abdul Rahman Ghozali, Fiqih munakahat. ( jakarta: kencana, 2008), h. 302

Page 33: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

33

terminologi adalah pencegahan atau menjaganya seorang perempuan dari

bersolek dan termasuk dalam makna ihdad adalah suatu masa tertentu di antara

masa-masa yang di khususkan, begitu juga di antara makna Ihdad adalah

mencegahnya seorang perempuan dari tempat tinggalnya yang bukan tempat

tinggalnya.17

2. Syarat Ihdad

Mengenai pembahasan tentang syarat Ihdad adalah membicarakan

tentang siapa saja yang diberikan kewajiban untuk melakukan Ihdad. Dalam

masalah ini landasan para ulama adalah: Hadits Nabi S.A.W:

عَنْ حُمَیْدِ بْنِ نَافِعٍ قَالَ سَمِعْتُ زَیْنَبَ بِنْتَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَصْنَعُ ھَذَا لِأَنِّي أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ تُوُفِّيَ حَمِیمٌ لِأُمِّ حَبِیبَةَ فَدَعَتْ بِصُفْرَةٍ فَمَسَحَتْھُ بِذِرَاعَیْھَا وَقَالَتْ إِنَّمَا

وَسَلَّمَ یَقُولُ لَا یَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّھِ وَالْیَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُحِدَّ فَوْقَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّھِ صَلَّى اللَّھُ عَلَیْھِيِّ صَلَّى اللَّھُ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْھُرٍ وَعَشْرًا وَحَدَّثَتْھُ زَیْنَبُ عَنْ أُمِّھَا وَعَنْ زَیْنَبَ زَوْجِ النَّبِ

وَسَلَّمَ أَوْ عَنْ امْرَأَةٍ مِنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّھُ عَلَیْھِ وَسَلَّمَعَلَیْھِ

Artinya: “Menceritakan padaku Muhammad bin al-Mutsanna menceritakan padaku Ja’far, menceritakan padaku Syu’bah dari Humaid bin Nafi’ berkata aku mendengarkan Zainab binti Umm Salamah berkata Hamim (saudara laki-lakinya) meninggalkan Ummi Habibah, kemudian Umi Habibah memakai wangi-wangian berwarna kuning, kemudian mengusapnya dengan dua tangannya, dan Ummi Habibah berkata sesungguhnya aku memakai wangi-wangian ini karena aku mendengarkan Rasulullah S.A.W bersabda “Tidak boleh seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung untuk orang mati kecuali untuk suaminya selama empat bulan sepuluh hari. Dan Ummi Habibah memberitahukan tentang ibunya dan tentang Zainab isteri Rasulullah, yang menjadi bagian isteri Rasul”.18

Para ulama Madzhab sepakat atas wajibnya perempuan yang

ditinggal mati suaminya untuk melakukan Ihdad (berkabung), baik

17Ali al-Salusi (guru besar kulliyyah al-Syari’ah wa al-Ushul Universitas Qatar),

Mausu’ah alqadzaya al-Fiqhiyyah al-Mu’asharah, al-Maktabah al-Syamilah, (Maktabah Dar al-Qur’an Qatar, Cet 7, Juz II, 2002), h. 72.

18Muslim bin Hajjaj, h. 202-203.

Page 34: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

34

perempuan itu sudah lanjut usia maupun masih kecil, muslimah maupun

non-muslimah, kecuali Hanafi. Madzhab ini mengatakan bahwa, perempuan

dzimmi, dan yang masih kecil tidak harus menjalani Ihdad. Sebab mereka

berdua adalah orang-orang yang tidak dikenai kewajiban (ghair mukallaf).19

Pada kesempatan lain, Imam Syafi’i di dalam kitabnyaal-Umm

mengatakan: “Allah Swt. Memang tidak menyebutkan Ihdad di dalam al-

Qur’an, namun ketika Rasullah Saw memerintahkan wanita yang ditingal

mati oleh suaminya untuk berihdad, maka hukum tersebut sama dengan

kewajiban yang ditetapkan oleh Allah Swt. Di dalam kitabnya, dengan kata

lain, kekuatan hukum yang ditetapkan berdasar hadits Rasullah Saw sama

dengan kekuatan hukum yang ditetapkan berdasar al-Qur’an. Pendapat

diatas diikuti atau dikutip oleh Chuzaimah.20 Pengkajian hukum Islam

semakin berkembang, dengan buktinya adanya pembahasan yang

mengatakan bahwa ihdad juga hendaknya dilakukan oleh seorang suami

yang telah ditinggal meninggal oleh istrinya. Kajian demikian adalah

berupa kajian yang mengusung kesetaraan tentang sikap dan persamaan.

Indonesia adalah salah satu negara yang memberikan perhatian khusus

dengan ditemukannya peraturan tersebut; diantaranya:

a. Isteri yang ditinggal mati oleh suami, wajib melaksanakan masa

berkabung selama masa Iddah sebagai tanda turut berduka cita, dan

sekaligus menjaga timbulnya fitnah. Artinya, masa berkabung yang

19 Muhammad Jawwad Muhgniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2007), h.

471. 20 Chuzaimah T. Yanggo, dan Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam Kontemporer

(Jakarta: Pt Pustaka Firdaus, 2009), h. 12.

Page 35: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

35

dimaksudkan KHI dalam Pasal 170, adalah sebagai masa tunggu, di

mana seorang perempuan dalam konteks ini adalah isteri, boleh

menikah lagi atau dalam bahasa hukum Islam biasa disebut dengan

Iddah yang memiliki konsekuensi untuk melakukan Ihdad, yakni masa

menunggu di mana seorang tidak diperbolehkan berhias dengan tujuan

untuk menghindari fitnah dan pernyataan KHI tersebut terdapat pada

ayat Al-Qur’an serta hadits Nabi yang menyatakan masa empat bulan

sepuluh hari sebagai masa berkabung dan berikut pernyataan KHI

dalam Pasal 170, Bab XIX, 102 dalam poin berikutnya:

b. Suami yang ditinggal mati oleh istrinya, melakukan masa berkabung

menurut kepatutan. Dari teksini pula, dapat dipahami bahwa antara

laki-laki dan perempuan memiliki nilai atau porsi yang sama di mata

hukum. Pernyataan tersebut sekaligus menunjukkan keumuman

disyari’atkannya melakukan masa berkabung dan bukan hanya

perempuan yang harus melakukan masa ber-Ihdad atau dengan istilah

masa berkabung. Adapun masa Iddah tidak dinyatakan sama dengan

Ihdad dalam hal keumumannya, karena berbeda dengan Ihdad, Iddah

dalam pensyari’atanya dimaksudkan untuk mengetahui kebersihan

sedangkan Ihdad adalah sebagai penghormatan seorang terhadap

pasangannya yang telah meninggal, dan sebagai pencegah dari fitnah.

Dua poin diatas, menggambarkan bahwa seorang laki-laki juga

dianjurkan untuk melakukan hal yang sama seperti perempuan ketika

Page 36: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

36

suaminya meninggal. Akan tetapi penulis tidak akan panjang lebar tentang

ihdad bagi laki-laki, karena pada intinya ihdad diberikan kepada perempuan

yang dengan itu bisa memberikan imbas positif bagi perempuan itu sendiri,

karena tidak bisa dipungkiri bahwa penetapan Hukum Islam adalah

memberikan kemaslahatan bagi penerima hukum itu sendiri. Kesimpulan ini

penulis ambil dari berbagai pendapat para ulamadiantaranya, SayyidSabiq,21

Sayyid Abu Bakar al- Dimyathy,22 dan Dr. Wahbah al-Zuhaili.

3. Dampak Hukum

Para fuqaha berpendapat bahwa perempuan yang sedang ber-Ihdad

dilarang memakai semua perhiasan, sebagaimana hadis Nabi:

كُنَّا نُنْھَى أَنْ نُحِدَّ حَدَّثَنِي أَبُو الرَّبِیعِ الزَّھْرَانِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا أَیُّوبُ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ أُمِّ عَطِیَّةَ قَالَتْ

وْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْھُرٍ وَعَشْرًا وَلَا نَكْتَحِلُ وَلَا نَتَطَیَّبُ وَلَا نَلْبَسُ ثَوْبًا مَصْبُوغًا عَلَى مَیِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَ

وَقَدْ رُخِّصَ لِلْمَرْأَةِ فِي طُھْرِھَا إِذَا اغْتَسَلَتْ إِحْدَانَا مِنْ مَحِیضِھَا فِي نُبْذَةٍ مِنْ قُسْطٍ وَأَظْفَارٍ

Artinya: “Kami melarang wanita yg melakukan ihdad karena kematian seseorang lebih dari tiga hari kecuali karena kematian suaminya yaitu empat bulan sepuluh hari, & kami melarangnya untuk bercelak, memakai minyak wangi, memakai pakaian berwarna warni, & diperbolehkan bagi seorang wanita memakai qusth & adzfar jika telah bersuci dari masa haidlnya.” [HR. Muslim No.2740].

21 Beliau mengungkapkan Sayyid Sabiq juga tegas mengatakan, wanita yang ditinggal mati

oleh suaminya wajib berihdad selama masa iddah, yaitu empat bulan sepuluh hari. Dalil yang digunakan oleh Sayyid Sabiq ialah hadits riwayat jamaah selain Turmudzi, dari IbnuAthiyah. Nabi Muhammad Saw. Bersadda:“Seorang wanita tidak boleh berihdad karena kematian lebih dari tiga hari kecuali karena kematian suami, maka ia berihdad selama empat bulan sepuluh hari. Janganlah wanita itu memakai pakaian berwarna, kecuali baju lurik, jangan menggunakan celak mata dan memakai harum-haruman, jangan memakai inai.”

22 Beliau mengungkapkan sebuah dalil; Tidak dibolehkan bagi seorang wanita yang beriman kepada allah dan hari kemudian berihdad karena kematian lebih dari tiga hari, kecuali karena kematian suaminya. (maka ia berihdad) yaitu empat bulan sepuluh hari

Page 37: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

37

yang dapat menarik perhatian laki-laki kepadanya, seperti

perhiasan intan dan celak, kecuali hal-hal yangdianggap bukan sebagai

perhiasan dan dilarang pula memakai pakaianyang dicelup warna, kecuali

warna hitam. Imam Malik tidak memakruhkan memakai celak karena

terpaksa (karena sakit, misalnya).23

ةٌ إِلَى رَسُولِ قَالَتْ زَیْنَبُ وَسَمِعْتُ أُمِّي أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّھُ عَلَیْھِ وَسَلَّمَ تَقُولُ جَاءَتْ امْرَأَ

ھَا زَوْجُھَا وَقَدْ اشْتَكَتْ عَیْنَیْھَا اللَّھِ صَلَّى اللَّھُ عَلَیْھِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ یَا رَسُولَ اللَّھِ إِنَّ ابْنَتِي تُوُفِّيَ عَنْ

لَا ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا ھِيَ أَفَتَكْحُلُھُمَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّھِ صَلَّى اللَّھُ عَلَیْھِ وَسَلَّمَ لَا مَرَّتَیْنِ أَوْ ثَلَاثًا كُلُّ ذَلِكَ یَقُولُ

اكُنَّ فِي الْجَاھِلِیَّةِ تَرْمِي بِالْبَعْرَةِ عَلَى رَأْسِ الْحَوْلِ قَالَ حُمَیْدُ وَقَدْ كَانَتْ إِحْدَ} أَرْبَعَةَ أَشْھُرٍ وَعَشْرًا {

ذَا تُوُفِّيَ عَنْھَا بْنُ نَافِعٍ فَقُلْتُ لِزَیْنَبَ وَمَا تَرْمِي بِالْبَعْرَةِ عَلَى رَأْسِ الْحَوْلِ فَقَالَتْ زَیْنَبُ كَانَتْ الْمَرْأَةُ إِ

شًا وَلَبِسَتْ شَرَّ ثِیَابِھَا وَلَمْ تَمَسَّ طِیبًا وَلَا شَیْئًا حَتَّى تَمُرَّ بِھَا سَنَةٌ ثُمَّ تُؤْتَى بِدَابَّةٍ زَوْجُھَا دَخَلَتْ حِفْ

بِھَا ثُمَّ فَتَرْمِيحِمَارٍ أَوْ شَاةٍ أَوْ طَیْرٍ فَتَفْتَضُّ بِھِ فَقَلَّمَا تَفْتَضُّ بِشَيْءٍ إِلَّا مَاتَ ثُمَّ تَخْرُجُ فَتُعْطَى بَعْرَةً

جِلْدَھَا تُرَاجِعُ بَعْدُ مَا شَاءَتْ مِنْ طِیبٍ أَوْ غَیْرِهِ قَالَ مَالِك وَالْحِفْشُ الْبَیْتُ الرَّدِيءُ وَتَفْتَضُّ تَمْسَحُ بِھِ

كَالنُّشْرَةِ

(Masih dari jalur periwayatan yang sama dengan hadits sebelumnya), [Zainab] berkata; " [Ummu Salamah], isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Ada seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertanya: 'Wahai Rasulullah, suami anak perempuanku meninggal dunia hingga kedua matanya sakit (karena banyak nangis), apakah dia boleh memakai celak? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Jangan, " -dua atau tiga kali-, dan setiap ditanya beliau menjawab: "Jangan." Kemudian beliau bersabda: "Berkabung itu hanya selama empat bulan sepuluh hari. Sungguh, pada masa Jahilliyah dahulu salaj seorang dari kalian melempar kotoran unta di awal tahun." Humaid bin Nafi' berkata; "Aku lalu bertanya kepada Zainab, 'Apa maksud 'melempar kotoran unta pada awal tahun?" Zainab menjawab; "Dahulu jika seorang wanita ditinggal mati oleh suaminya, ia masuk ke rumah jelek dan mengenakan seburuk-

23Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

RajawaliPress, 2009), h. 345.

Page 38: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

38

buruk pakaian serta tidak menyentuh wewangian selama setahun. Setelah itu akan didatangkan kepadanya seekor keledai, atau kambing, atau burung, lalu ia menyentuh kulitnya sebagai bentuk terapi, dan tidak ada yang ia sentuh kecuali akan mati. Kemudian ia keluar dan diberikan kepadanya kotoran unta, ia lalu melemparkan kotoran tersebut sebagai tanda habisnya masa penantian. Kemudian ia kembali menjalani kehidupan seperti biasa, memakai wewangia dan selainnya." Malik berkata; "Al Hifsy ialah rumah kecil yang jelek atau gubug reot, dan taftadldlu ialah mengusap kulitnya semacam jampi."

Pendapat para fuqaha mengenai hal-hal yang harus dijauhi

olehperempuan yang ber-Ihdad adalah saling berdekatan. Pada prinsipnya,

adalah semua perkara yang dapat menarik perhatian kaum laki-laki

kepadanya.

Page 39: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

39

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG WANITA KARIER

Pada bab ini, penulis ingin menjelaskan pengertian yang bisa dijadikan

rujukan dalam penelitian ini, menjelaskan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan

wanita karir yang pada akhinya memberikan kemudahan untuk membedakan

wanita karir dengan yang tidak wanita karir, dan penjelasan ini akan disesuaikan

dengan sub-sub yang telah disetujui pada pembuatan otline.

A. Pengertian Wanita Karier

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karir berasal dari kata karier

dari bahasa Belanda, yang artinya sebagai berikut; Pertama, Perkembangan,

kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan.Kedua, Pekerjaan yang

memberikan harapan maju sedangkan menurut Kamus Dewan, wanita berarti

orang perempuan dan karier berarti kerja atau profesi yang menjadi kegiatan

seseorang dalam hidupnya. Secara umum, definisi wanita karier mencakup

karier wanita sebagai suri rumah sepenuh masa dan juga wanita yang

mempunyai pekerjaan atau profesi tertentu di luar rumah.

Ray Sitoresmin Prabuningrat, menjelaskan tentang bagaimana peran

wanita yang disematkan dengan sebutatn karier, menurutnya wanita karier

adalah bagian peran yang dimainkan dan cara bertingkah laku wanita di

dalam pekerjaan untuk memajukan dirinya sendiri. Wanita karier mempunyai

peran rangkap, yaitu peran yang melekat pada kodrat dirinya yang berkaitan

dengan rumah tangga dan hakikat keibuan serta pekerjaannya di luar rumah.

Page 40: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

40

Dengan demikian seorang wanita karier harus memenuhi berbagai

persyaratan dan tidak mungkin dimiliki oleh setiap wanita.24

Lebih lanjut Muhammad Al-Jauhari berpendapat bahwa bagi seorang

wanita Karier sangat diperlukan agar ia biasa mewujudkan jati diri serta

membangun kepribadiannya. Sebab dalam hal ini wanita tetap bisa

mewujudkan jati dirinya secara sempurna dengan berprofesi sebagai ibu

rumah tangga, sambil berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial atau politik.25

Akan tetapi, wanita harus lebih berhati-hati karena Endang Widyastuti,

dalam penelitiannya bahwa seringadanya pandangan negatif dari masyarakat

terhadap wanita karir jika keberhasilannya mengakibatkan rumah tangganya

tidak harmonis ikut menyumbang kemunculan ketakutan sukses pada

wanita.26

Pengertian wanita karier sebagaimana dirumuskan di atas nampaknya

tidak identik dengan “wanita pekerja” atau “wanita bekerja” menurut Prof.

Dr. Tapi Omas Ihromi, ialah mereka yang hasil karyanya akan dapat

menghasilkan imbalan keuangan”, meskipun imbalan uang tersebut tidak

mesti secara langsung diterimanya. Bisa saja keberadaan imbalan itu hanya

dalam perhitungan, bukan dalam realitas: misalnya, wanita yang bekerja di

ladang pertanian untuk keluarganya dalam kedudukan sebagai pembantu ayah

atau saudaranya. Selesai bekerja. Iya tidak memperoleh hasil atau imbalan

24Ray Sitoresmin Prabuningrat, Sosok Wanita Muslimah Pandangan Seorang Artis,

(Yogyakarta, Tiara Wacana: 1993), h. 56. 25Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun

Keluarga Qur ani: Panduan Untuk Wanita Muslimah, (Jakarta, Amzah: 2005), h. 91. 26Endang Widyastuti, Ketakutan Sukses Pada Wanita Karir Ditinjau Dari Konflik Peran

Ganda, sebuah artikel di Universitas Setia Budi dan Universitas Gadjah Mada, 2014, h. 5.

Page 41: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

41

keuangan dari ayah atau saudaranya, namun setelah panen dan hasil pertanian

di keluarga ini memperoleh uang. Wanita ini dinamakan pula wanita bekerja.

Hal ini berbeda dengan wanita yang berjam-jam mengurus rumah tangganya,

terkadang hampir tidak ada waktu istirahat di dalam rumah karena banyaknya

pekerjaan yang harus diselesaikan, namun pekerjaaan seperti ini tidak

menghasilkan uang, langsung atau tidak langsung. Wanita semacam ini tidak

termasuk dalam kategori “wanita bekerja.27

Dari beberapa penjelasan ahli diatas, yang disebut dengan wanita

karier adalah wanita yang telah sukses melakukan tugas pokoknya dengan

kemampuannya ia bisa melakukan tugas-tugas dan tanggung jawab yang lain

tanpa mengganggu aktifitas kegiatan pokoknya. Dan mengenai bagaimana

persyaratan yang diberikan akan dijelaskan pada tema selanjutnya.

B. Syarat-Syarat Wanita Karier

Setelah mengetahui tentang bagaimana yang dinamakan wanita karir,

maka untuk memastikannya adalah dengan mengetahui bagaimana

persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut;

1. Memiliki kesiapan mental

a. Wawasan yang memadai tentang bidang yang digelutinya beserta

kaitannya dengan pihak-pihak lain.

b. Keberanian memikul tanggung jawab dan tidak bergantung pada

orang lain.

2. Kesiapan jasmani

27 Chuzaimah T. Yanggo, dan Hafiz Anshariy, Problematika Hukum Islam Kontemporer(

Jakarta: PT. pustaka Firdaus, 2009), h. 21.

Page 42: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

42

3. Kesiapan sosial

a. Mampu mengembangkan dan menjalankan keharmonisan hubungan

antara karir dan rumah tangga.

b. Mampu menumbuhkan saling pengertian antara keluarga dekat dengan

tentangga dalam menyikapi karier yang dia lakukan atau jalankan.

c. Mampu beradaptasi dengan lingkungan terkait.

4. Memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja demi

kelangsungan karier di masa depan

5. Menggunakan peluang dan kesempatan dengan baik

6. Mempunyai pendamping yang selalu mendukung untuk mengungkapkan

gagasan baru.

Menurut Resti Yuni yang telah telah melakukan penelitian yang sama

tentang wanita karier dalam al-Qur’an, ia mengungkapkan bagaimana pendapat

as-sya’rawi dalam memberikan persyaratan dibolehkannya wanita berkarier

diantaranya:

1. Mendapat izin dari walinya, yaitu ayah atau suaminya untuk sebuah

pekerjaan yang halal seperti menjadi pendidik para siswi, atau menjadi

perawat khusus bagi pasien wanita

2. Tidak bercampur dengan kaum laki-laki atau melakukan khalwat dengan

lelaki lain.

Page 43: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

43

3. Tidak berlaku tabarruj28 dan menampakan perhiasan yang dapat

mengundang fitnah.

Dari persyaratan yang telah diungkapkan oleh Resti Yuni diatas, ada beberapa

poin tambahan dari beberapa ulama, diantaranya;

1. Menjauhi segala sumber fitnah

a. Dalam bekerja wanita tidak dibolehkan mengenakan pakaian yang

melanggar syara’.

b. Berkata-kata baik dan merendahkan suaranya sesuai dengan suara

wanita.

c. Tidak mengenakan wangi yang berlebihan yang pada akhirnya

menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan oleh agama.

d. Mampu menahan pandangan.

Seorang ulama besar Kairo al-Azhar, menjelaskan beberapa persyaratan

yang harus ditempuh oleh wanita karier, yaitu:

a. Karena kondisi keluarga yang mendesak

b. Keluar bersama mahramnya

c. Tidak berdesak-desakan dengan laki-laki dan bercampur baur dengan

mereka

d. Pekerjaaan tersebut sesuai degan tugas seorang perempuan.29

28 Tabarruj adalah salah satu perbuatan yang diharamkan oleh Allah SubhaanaHu wa

Ta’aalaa. 29 Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi, Fiqih Perempuan.( Bandung: Hamzah. 2005), h. 141.

Page 44: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

44

C. Faktor-Faktor Pendorong Wanita Berkarier

Setelah mengetahui bagaimana wanita bisa disebut dengan wanita karier,

maka bisa ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya:

1. Terpaksa oleh keadaan atau kondisi karena keadaan ekonomi yang tidak

menentu dan pendapatan suami tidak memadai atau dikarenakan wanita

telah menjadi janda yang harus melanjutkan hidup bersama anak-anaknya

2. Kehendak ingin tidak merepotkan suami, walaupun suami telah

memenuhi semua kebutuhan yang ia butuhkan.

3. Mencari harta yang sebanyak-banyaknya.

4. Untuk mengisi waktu kosong

5. Untuk mencari hiburan jika pekerjaan yang dilakukan adalah hal yang

menjadi hobi

6. Selain hobi, pekerjaan yang dilakukan adalah hal yang bisa

mengembangkan bakat yang wanita tersebut miliki.

Selain faktor-faktor diatas, Chuzaimah memberikan beberapa poin

penting yang menjadikan faktor pendukung bagi wanita untuk menjadi wanita

karier, diantaranya:

1. Pendidikan. Pendidikan dapat melahirkan perempuan karier dalam

berbagai lapangan kerja.

2. Untuk alasan ekonomis, agar tidak tergantung kepada suami, walaupun

suami mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, kerena sifat

perempuan adalah selagi ada kemampuan sendiri, tidak ingin selalu

meminta kepada suami.

Page 45: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

45

3. Untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, ini biasanya dilakukan

oleh perempuan yang menganggap bahwa uang di atas segalanya, dimana

yang paling penting dalam hidupnya adalah menumpuk kekayaan.

4. Untuk mengisi waktu yang lowong. Di antara perempuan ada yang

merasa bosan diam di rumah karena tidak mempunyai kesibukan dengan

urusan rumah tangganya, oleh sebab itu, untuk menghilangkan rasa bosan

tersebut, ia ingin mencari kegiatan di bidang usaha, dan sebagainya.

5. Untuk mencari ketenangan dan hiburan. Seorang perempuan mungkin

mempunyai kemelut yang berkepanjangan dalam keluarganya yang sudah

diatasi, oleh sebab itu ia mencari jalan keluar dengan menyibukkan diri di

luar rumah.

6. Untuk mengembangkan bakat. Bakat dapat melahirkan perempuan karier.

Seorang bukan sarjana, namun berbakat dalam bidang tertentu, akan lebih

berhasil dalam kariernya dibanding seorang sarjana dari fakultas tertentu

yang tidak berbakat. Dengan munculnya faktor-faktor tersebut, maka

semakin terbuka kesempatan bagi perempuan untuk terjun ke dunia

karier.30

D. Dampak Dari Wanita Berkarier

Berkarier bagi wanita di satu sisi mempunyai nilai negatif. Namun di

sisi lain, pekerjaan dan karier mempunyai nilai positif bagi wanita. Nilai-nilai

positif bagi wanita dapat dilihat dari berbagai perspektif, menurut Resti Yuni

dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa:

30 Huzaimah Tahido Yanggo, dan Nasaruddin Umar, Fiqih Perempuan Kontemporer.(

Bogor: Pt: Ghalia Indonesia, 2010), h. 63.

Page 46: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

46

1. Ekonomi

Berkarier berarti menekuni suatu pekerjaan yang menghasilkan

insentif ekonomi dalam bentuk upah atau gaji. Dengan hasil itu, wanita

dapat membantu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Bagi pria atau

suami yang penghasilannya minimal atau bahkan kurang untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi keluarganya sehari-hari, kerja atau karier wanita tidak

hanya diharapkan tetapi juga dibutuhkan. Telah dimaklumi bersama,

bahwa tidak sedikit keluarga yang meskipun sang ayah atau suami telah

mempunyai pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak memadai untuk

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

2. Psikologi

Bekerja atau berkarier umumnya diasosiasikan dengan kebutuhan

ekonomis-produktif. Namun sebenarnya ada kebutuhan lain bagi setiap

individu, termasuk wanita yang dipenuhi dengan bekerja. Di antara

kebutuhan itu adalah kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, dan

aktualisasi diri. Di saat kesulitan ekonomi menghimpit lapangan kerja

semakin sempit, banyak kalangan perempuan memporoleh pekerjaan dan

sukses berkarier merupakan prestasi tersendiri. Dengan prestasi ini,

wanita menjadi lebih percaya diri.

3. Sosiologis

Seringkali dapat dijumpai di perusahaan, adanya pegawai atau

karyawan yang menolak dipindahkan atau diberhentikan bukan karena

khawatir kehilangan upah atau fasilitas tertentu, tetapi karena tidak ingin

Page 47: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

47

berpisah dengan teman kerjanya. Bahkan ia rela tetap dibayar rendah,

sedang di tempat yang baru gajinya lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa

motif ekonomi bukan satu satunya faktor yang melatarbelakangi

seseorang bekerja dan menekuni karier. Dengan bekerja, wanita dapat

menjalin ikatan dalam pola interelasi kemanusiaan. Interelasi yang

merupakan salah satu pengejawantahan fungsi sosial dan status sosial

tersebut merupakan unsur penting bagi kesejahteraan lahir batin manusia.

4. Religius

Pekerjaan dan karier bagi wanita dapat bernilai religius; sebagai

wujud ibadah atau amal shaleh. Jika karena suatu alasan tertentu, suami

tidak dapat mencari nafkah secara memadai, sedang kebutuhan ekonomi

rumah tangga tidak terelakkan maka kerja istri dalam rangka memenuhi

kebutuhan ini dapat bernilai ibadah. Jika wanita itu bekerja untuk

mencukupi kebutuhan hidup anaknya dan keluarganya, melakukannya

dengan penuh ketulusan, dan menghindari dari hal-hal yang dilarang oleh

agama, maka ia telah melakukan kebijakan

Selain dampak positif, tidak bisa dipungkiri bahwa ada pula

dampak negatif yang bisa dirasakan oleh wanita karier. Membawa

dampak negatif, baik secara sosiologis maupun agamis.

1. Terhadap anak-anak. Perempuan yang hanya mengutamakan

keriernya akan pengaruh kepada pembinaan dan pendidikan anak-

anak, maka tidak aneh kalau banyak terjadi hal-hal yang tidak di

harapkan, seperti perkalihan antara remaja dan antar-sekolah,

Page 48: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

48

penyalahgunaan obat-obat terlarang, minuman keras, pencurian,

pemerkosaan, dan sebagainya, apabila hal ini tidak diatasi dengan

segera, maka akan merugikan anak-anak dan masyarakat. Hal ini

harus diakui, sekalipun tidak bersifat menyeluruh bagi setiap individu

yang berkarier. Akibat dari kurangnya komunikasi antara ibu dan

anak-anaknya bisa menyebabkan keretakan sosial. Anak-anak merasa

tidak diperhatikan oleh orang tuanya, sopan santun mereka terhadap

orang tuanya akan memudar, bahkan sama sekali tidak mau

mendengar nasihat orang tuanya. Pada umumnya, hal ini disebabkan

karena si anak merasa tidak ada kesejukan dan kenyamanan dalam

hidupnya sehingga jiwanya berontak. Sebagai pelepas kegersangan

hatinya, akhirnya mereka berbuat dan bertindak seenaknya, tanpa

memperhatikan norma-norma yang ada di lingkungan masyarakat.

2. Terhadap suami. Di balik kebanggaan suami yang mempunyai isteri

perempuan karier yang maju, aktif dan kreatif, pandai dan dibutuhkan

masyarakat, tidak mustahil menemui persoalan-persoalan dengan

isterinya. Isteri yang bekerja di luar rumah setelah pulang dari

kerjaanya tentu ia merasa capek, dengan demikian kemungkinan ia

tidak bisa melayani suaminya dengan baik sehingga suami merasa

kurang hak-haknya sebagai suami. Waktu yang disisihkan isterinya

kepadanya tidak dapat memenuhi kebutuhannya, akibatnya si suami

mencari kepuasan di luar rumah tangganya, misalnya seorang suami

menemukan problem di tempat kerjanya, ia berharap masalah ini bisa

Page 49: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

49

diselesaikan dengan isterinya, tetapi tidak terselesaikan kerena isteri

pun mengalami masalah di tempat kerjanya. Untuk mengatasi

masalahnya, si suami mencari penyelesaian dan kepuasan di luar

rumah.

3. Terhadap rumah tangga. Kadang-kadang rumah tangga berantakan

disebabkan oleh kesibukan ibu rumah tangga sebagai perempuan

karier, yang waktunya banyak tersita oleh pekerjaannya di luar rumah

sehingga ia tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai isteri dan ibu

rumah tangga. Hal ini dapat menimbulkan pertengkaran, bahkan

perceraian kalau tidak ada pengertian dari suami.

4. Terhadap kaum laki-laki. Laki-laki banyak yang menganggur akibat

adanya perempuan karier, kaum laki-laki tidak memperoleh

kesempatan untuk bekerja, karena jatahnya telah direnggut atau

dirampas oleh kaum perempuan.

5. Terhadap masyarakat. Perempuan karier yang kurang mempedulikan

segi-segi normatif dalam pergaulan dengan lain jenis dalam

lingkungan pekerjaan atau dalam kehidupan sehari-hari akan

menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan suatu masyarakat.

Perempuan lajang yang mementingkan kariernya kadang-kadang bisa

menimbulkan budaya”nyeleneh” nyaris meninggalkan kodratnya

Page 50: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

50

sebagai kaum hawa, yang pada akhirnya mencuat budaya”lesbi dan

kumpul kebo”.31

31 Huzaimah Tahido Yanggo, dan Nasarudin Umar, Fiqih Perempuan Kontemporer, (

Bogor: Pt. Ghalia Indonesia, 2010), h. 63.

Page 51: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

51

BAB IV

IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER DALAM PANDANGAN HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Ketentuan Syari’at Islam tentang Iddah dan Ihdad Wanita Karier

Setelah melakukan penelitian mengenai hal yang berkaitan dengan

Iddah dan Ihdad, konsekuensi dari pada keduanya adalah:32

1. Tidak boleh menerima pinangan laki-laki lain, baik secara terang-

terangan maupun sindiran. Bagi perempuan yang menajalani ‘Iddah

wafat, pinangan dapat dilakukan secara sindiran,

2. Tidak boleh nikah atau dinikahi

Artinya:”Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu[148] dengan sindiran[149] atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf[150]. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”.( Qs. Al-Baqoroh:235)

32Huzaimah Tahido Yanggo, dan Nasarudin Umar, Fiqih Perempuan Konteporer, (

Bogor: Pt. Ghalia Indonesia, 2010), h. 87.

Page 52: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

52

Artinya:” Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah Berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), Maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Qs. Al-Baqoroh:240)

B. Ketentuan Iddah dan Ihdad dalam Undang-Undang N0. 1 tahun 1974

dan Kompilasi Hukum Islam

1. Dalam Undang-Undang No. 1/1974 pasal 11 Jis. Peraturan Pemerintah

No. 9/1975 pasal 39 dan Kompilasi Hukum Islam1 pasal 153. Dalam

Undang-undang No 1 Tahun 1974 disebutkan dalam pasal 11 :

a. Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu

tunggu.

b. Tenggang waktu jangka waktu tunggu tersebut ayat (1) akan diatur

dalam Peraturan Pemerintah lebih lanjut.

Penjelasan dari pasal 11 tersebut diatas baik ayat (1) maupun ayat (2)

tertulis cukup jelas. Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 pasal 39

disebutkan:

1) Waktu tunggu bagi seorang janda sebagai dimaksud dalam Pasal 11

ayat (2) Undang-undang ditentukan sebagai berikut :

Page 53: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

53

a. Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu

ditetapkan 130 (seratus tiga puluh) hari

b. apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi

yang masih berdatang bulan ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan

sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari dan bagi yang tidak

berdatang bulan ditetapkan 90 (sembilan puluh) hari.

c. apabila perkawinan putus sedang janda tersebut dalam keadaan

hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan;

2) Tidak ada waktu tunggu bagi janda yang putus perkawinan karena

perceraian sedang antara janda tersebut dengan bekas suaminya belum

pernah terjadi hubungan kelamin;

3) Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu

dihitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan

hukum yang tetap, sedangkan bagi perkawinan yang putus karena

kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak kematian suami.

Penjelasan dari pasal 39 tersebut diatas selain ayat (2) cukup jelas,

sedangkan ayat (2) dijelaskan sebagai berikut:

(2) Bagi wanita yang kawin kemudian bercerai, sedangkan antara wanita itu

dengan bekas suaminya belum pernah terjadi hubungan kelamin maka

bagi wanita tersebut tidak ada waktu tunggu, ia dapat melangsungkan

perkawinan setiap saat setelah perceraian itu.

Page 54: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

54

2. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 153 disebutkan:

1) Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu

atau iddah, kecuali qabladdukhul dan perkawinannya putus bukan

karena kematian suami.

2) Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut:

a. Apabila perkawinan putus karena kematian walaupun

qabladdukhul, waktu tunggu ditetapkan 130 (seratus tiga puluh)

hari;

b. Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi

yang masih haidl ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan sekurang-

kurangnya 90 (sembilan puluh) hari, dan bagi yang tidak haidl

ditetapkan 90 (sembilan puluh) hari;

c. Apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda

tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai

melahirkan;

d. Apabila perkawinan putus karena kematian, sedang janda

tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai

melahirkan.

3) Tidak ada waktu tunggu bagi yang putus perkawinan karena

perceraian sedang janda tersebut dengan bekas suaminya qabl al-

dukhul .

Page 55: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

55

4) Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu

tunggu dihitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang

mempunyai kekuatan hukum tetap, sedangkan bagi perkawinan yang

putus karena kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak

kematian suami.

5) Waktu tunggu bagi istri yang pernah haidl sedang pada waktu

menjalani Iddah tidak haidl karena menyusui, maka iddahnya tiga kali

waktu suci.

6) Dalam haidl keadaan pada ayat (5) bukan karena menyusui, maka

Iddahnya selama satu tahun, akan tetapi bila dalam waktu satu tahun

tersebut ia berhaidl kembali, maka iddahnya menjadi tiga kali waktu

suci

Selain dari pada pasal 153, Kompilasi Hukum Islam, pada pasal

selanjutnya juga membicarakan tentang hal yang sangat bekrkaitan berupa:

1. Pasal 154 : Apabila istri tertalak raj'i kemudian dalam waktu iddah

menjalani sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b, ayat (5)

dan ayat (6) Pasal 153, ditinggal mati oleh suaminya, maka iddahnya

berubah menjadi empat bulan sepuluh hari terhitung saat matinya

bekas suaminya.

2. Pasal 155 : Waktu iddah bagi janda yang putus perkawinannya

karena khulu', fasakh dan li'an berlaku iddah talak.

Page 56: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

56

Penjelasan dari pasal 153 sampai dengan pasal 155 tersebut diatas

seluruhnya dikatakan cukup jelas.Pasal pasal mengenai masa iddah janda

karena bercerai di Pengadilan Agama, baik cerai gugat atau cerai talak,

semuanya sesuai dengan makna yang tercantum dalam ayat-ayat Al Quran

Surat ke 2 Al Baqarah ayat 228, 234, Surat ke 33 Az- Zumar ayat 49, Surat

ke 65 Al Thalak ayat 4, dan Hadits yang dijadikan rujukan utama para ahli

hukum Islam baik salaf maupun khalaf, namun timbul paradigma baru

yang mempertanyakan apakah masih diperlukan lagi waktu tunggu

tersebut kalau ternyata dalam rahim janda itu benar-benar tidak ada janin

atau bahkan rahimnya sudah diangkat/dikeluarkan dari perutnya.

C. IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER

Menanggapi semua permasalahan yang ditemukan, banyaknya keadaan

seorang wanita yang sedang menjalankan iddah dan ihdad, akan tetapi tidak

mengetahui apa yang yang ditanggungkan kepadanya. Maka setelah

menganalisis penelitian yang telah penulis lakukan dari bab-bab sebelumnya,

wanita karier yang diperbolehkan menurut ulama adalah:

Pendapat as-Sya’rawi dalam memberikan persyaratan dibolehkannya

wanita berkarier diantaranya:33

1. Mendapat izin dari walinya, yaitu ayah atau suaminya untuk sebuah

pekerjaan yang halal seperti menjadi pendidik para siswi, atau menjadi

perawat khusus bagi pasien wanita

33Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi, Fiqih Perempuan.( Bandung: Hamzah. 2005), h. 141.

Page 57: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

57

2. Tidak bercampur dengan kaum laki-laki atau melakukan khalwat dengan

lelaki lain.

3. Tidak berlaku tabaruj dan menampakan perhiasan yang dapat

mengundang fitnah.

Dalam pandangan hukum positif, menjelaskan apa yang tergambar

dalam agama, yaitu:

Pasal 154 : Apabila istri tertalak raj'i kemudian dalam waktu iddah

menjalani sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b, ayat (5) dan

ayat (6) Pasal 153, ditinggal mati oleh suaminya, maka iddahnya berubah

menjadi empat bulan sepuluh hari terhitung saat matinya bekas

suaminya.

Dari pasal ini, tergambar waktu menunggu bagi seorang perempuan

dalam ditinggalnya meninggal, adalah sesuai dengan hukum agama

empat bulan sepuluh hari. akan tetapi pembatasan tentang hukum positif

yang menyangkut dalam ihdad yaitu masa berkabungnya seorang istri

sama dengan hukum waktu menunggu dikarenakan agar tidak terjadi

percampuran dua jenis seperma yang walaupun sudah diketahui tidak

hamil, akan tetapi menurut penelitian kedokteran bahwa menempelnya

seperma itu akan hilang selama jangka waktu tersebut. Dan jika tidak

maka akan berakibat fatal bagi seorang perempuan. Penjelasan hukum

Page 58: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

58

menahan dari semua yang berkaitan dengan wangi-wanginan adalah

seperangkat peraturan yang bisa menyempurnakan hukum aslinya.34

Penelitian penulis, berdasarkan penelitian yang digunakan oleh para ahli

sebagaimana yang telah penulis cantumkan.

Kedudukan wanita karier dalam melakukan Iddah dan Ihdad adalah

sesuai dengan semua yang tidak dilarang oleh pendapat yang rajih(kuat)

akan tetapi ada beberapa alternatif, antara lain:

4. Berdandan sesuai dengan kebiasaan jika dianggap tidak mempengaruhi

pandangan orang lain untuk meminangnya. Sebagaimana kaidah usul

fiqih bahwa :

الحكم یدور مع العلة وجودا و عدما

“Hukum bergulir berdasarkan ditemukannya illat dan tidak”.

Ilat dari masalah berdandan adalah dengan berdandan bisa

menyebabkan ketertarikan dari laki-laki untuk meminang yang pada

akhirnya membuat masa Iddahnya terganggu. Jika hal itu bisa dihindanri

dan berdandan hanya dengan menjaga kebersihan diri maka itu

dibolehkan.

Kebolehan itu juga dikuatkan oleh kaidah yang lain bahwa

“kebiasaan adalah sebuah hukum”. Jika seseorang yang berada ditempat

yang biasa disekelilingnya banyak menggunakan alat-alat berdandan dan

semua itu dianggap biasa maka hal itu bisa mengurangi kekerasan dari

hukum berdandan dari larangan pada orang yang beriddah.

34Abdul Halim Hakim, Mabadi’ Awwaliyyah, (Jakarta; Maktabah as-Sa’adiyah Putra,

2010), h. 7.

Page 59: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

59

5. Keluar rumah untuk bekerja.

Larangan ini adalah ditujukan untuk berkabung dengan

meninggalnya suami, Akan tetapi jika masalah yang dihadapi adalah

ketidak mampuan dan tidak adanya sisa warisan yang ditinggalkan oleh

suami, maka akan mendesak bagi seorang perempuan untuk

mempertahankan kehidupannya dan anak-anaknya. Jika hal ini dikaitkan

dengan kaidah ususl fiqih bahwa : menghindari kerusakan besar lebih baik

daripada mendahulukan kebaikan yang sedikit.

Dari kedua alternatif bisa dilakukan menurut penulis jika memang

keadaan yang terjadi sangatlah genting dan berkesuaian. Jika tidak maka

hukum para ahli yang didahulukan untuk menegakan semua ketentuan

bagi seorang wanita yang sedang menjalankan Iddah dan Ihdad.

Page 60: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

60

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, penulis akan memjabarkan dan menjawab semua

permasalahan yang telah penulis pilih pada rumusan masalah. Selain itu, pada

bagian ini, akan diadakan kolom saran dan kesan. Untuk memberikan peluang

bagi para peneliti selanjutnya, agar bisa menjadi kesinambungan dalam penelitian.

A. Kesimpulan

1. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 153 disebutkan bahwa;Pertama,

Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau

Iddah, kecuali qabladdukhul dan perkawinannya putus bukan karena

kematian suami. Kedua, Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan

sebagai berikut: Apabila perkawinan putus karena kematian walaupun

qabladdukhul, waktu tunggu ditetapkan 130 (seratus tiga puluh) hari;.

2. Dari ketentuan hukum diatas, memberikan gambaran bahwa masa

menunggu atau yang disebut dengan iddah dan masa berkabung yang

disebut dengan ihdad adalah sebuah keharusan bagi seorang perempuan.

Akan tetapi masalah hal-hal yang dilarang adalah berkesesuaian dengan

bagaimana si istri menjalani kehidupannya. Konsep ini diambil karena

pengambilan hukum dalam KHI harus mengambil pesan dasar agama.

Sehingga masa menunggu dan masa berkabung adalah sebuah keharusan

akan tetapi larangan yang menyertainya harus berkesesuaian dengan

keadaan seorang perempuan itu sendiri.

Page 61: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

61

3. Ketentuan mengenai Iddah dan Ihdad bagi perempuan menurut hukum

Islam bahwa kepatutan seorang perempuan dalam masa berkabung adalah

menunjukkan kondisi di mana isteri harus menahan diri atau berkabung

selama empat bulan sepuluh hari. Dan selama masa itu, isteri hendaknya

melakukan masa berkabung dengan tidak berhias, tidak bercelak mata dan

tidak boleh keluar rumah. Larangan itu lebih sebagai cara untuk

menghindari fitnah dan sekaligus bertujuan untuk menghormati kematian

suami.

Ketentuan hukum Iddah dan Ihdad jika dikaitkan dengan wanita

karier bisa berlaku dengan beberapa alasan. Jika keadaan yang memang

mendesak dan diharuskan untuk keluar rumah maka, hal ini bisa menjadi

sebuah alasan untuk melakukan wanita karier, asalkan ia tetap menjalani

Iddah dan Ihdad tentang larang menikah sebelum selesai masa Iddah

tersebut.

Alasan diharuskannya melakukan Iddah dan Ihdad bukan hanya

saja alasan hukum akan tetapi semua hal di atas menggambarkan bahwa

hukum Islam tidak kaku, jadi sifatnya elastis dan fleksibel sebagai sebuah

kepatuhan seorang perempuan akan hukum Allah SWT. dan kebaikan bagi

dirinya sendiri, sesuai dalam kaidah di sebutkan.

الحكم یتغیر بتغیر الأمنة و الامكنة و الأحوال

“Hukum itu menyesuaikan dengan perubahan zaman tempat dan

keadaan”.

Page 62: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

62

B. Saran-Saran

Pada bagian ini, penulis akan menyarankan kepada para peneliti yang

selanjutnya adalah dengan memperdalam penelitian iddah dan ihdad pada:

a. Fungsi kesehatan menuurut para ahli kedoktran akan manfaat

dilakukannnya Iddah dan Ihdad

b. Dianjurkannya untuk melakukan penelitian berdasarkan tempat dan

masyarakat tertentu, agar bisa menyempurnakan hukum. Sebuah

daerah akan berbeda situasi dan kondisinya jika dihadapkan dengan

sebuah hukum.

c. Agar masyarakat memahami konsep Iddah dan Ihdad dalam

pandangan hukum Islam sehingga tidak picik dan sempit dalam

memahami elastisitas dan fleksibelitas hukum Islam

Page 63: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

63

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009.

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, Jakarta, Kencana, 2003.

Abi Abdillah, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim al-Bukhory, Shahih al-Bukhary,Jilid Tiga Juz Enam, Beirut, Lebanon, Dar Al-Fikr, 1981 M/1401 H.

Abu Dawud Sulaiman bin al-Ays’ad as-Sajtaini, Kitab Sunan Abi Dawud, Juz I, Beirut, Lebanon, Dar-al-Fikr, 2003M/1424H.

Abidin, Slamet. Aminuddin, Fiqih Munakahat II, Pustaka Setia, Bandung, 1999.

Abu Ishak Syairazi, Al-Muhazzab Fi Fiq Imam Syafi’I, Semarang, Putera Semarang, tth, juz 2

Abu Yasid, Fiqh Realitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul-Fiqh), Jakarta, Rajawali Pers, 1985.

Hasan, Terjemah Bulughul Maram, Bandung, Diponogoro, 2009.

Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, PT Raja Garfindo Persada. 200.Ahmad Sunarto, Terjemah Hadist Shahih Muslim, Bandung, Husaini, 2002.

Chuzaimah T. Yanggo, dan Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam Kontemporer Jakarta: Pt pustaka Firdaus, 2009.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Direktorat

Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI,

Tihami dan Sohari sahrani, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap Jakarta: Rajawali Pers, 2013

Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, Cet-1 Jakarta: Permata Puti Media, 2012

Ammal Hamidy dan Imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash- Shabuni, Surabaya Jl. Rungkut Industri,2003

Page 64: IDDAH DAN IHDAD WANITA KARIER (Perspektif Hukum Islam …

64

Monique Soesman, Kongres Perempuan Pertama/Tinjauan Ulang Oleh Susan Blakckburn Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2007

Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara Ed-1,Cet-1, Malang: Bayu Media Publishing, 2004

Artikel, Menjadi Wanita Karir Jangan Lupakan 3 Hal Ini, Https://Www.Islampos.Com/Menjadi-Wanita-Karir-Jangan-Lupakan-3-Hal-Ini-146073. Diakses (8 Mei 2015)

Artikel, Mengaji Hukum, Http://Supanto.Staff.Hukum.Uns.Ac.Id/2010/01/10/Per indunganHukum-Wanita. Diakses (7 Mei 2015)