hubungan keefektifitasan model praktik keperawatan...

97
1 HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DENGAN ETOS KERJA PERAWAT DI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Y A T I N I NIM: ST. 14 075 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Upload: hoanghanh

Post on 25-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

1

HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN

PROFESIONAL DENGAN ETOS KERJA PERAWAT DI RSUD

DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Y A T I N I

NIM: ST. 14 075

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi
Page 3: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi
Page 4: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi
Page 5: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat petunjuk dan rahmayNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul: ”Hubungan Keefektifitasan Model Praktik Keperawatan Profesional

dengan Etos Kerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa dorongan,

bimbingan dan motivasi dari semua pihak, penulis tidak akan mampu

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua STIKes Kusuma

Husada Surakarta, yang telah memberi izin penelitian kepada penulis.

2. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan

yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua maha-siswanya.

3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes., selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

4. Anis Nurhidayati, S.ST, M.Kes., selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

5. dr. Setyorini, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang telah memberikan ijin penelitian

kepada penulis.

Page 6: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

6. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah

memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.

7. Para responden yang telah memberikan waktunya untuk mengisi kuesioner dan

mendukung terselesaikannya penelitian ini.

8. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan

semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi ini.

9. Teman-teman ST14 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan penulisan skripsi ini. Tiada kata yang pantas penulis sampaikan

kepada semuanya, kecuali ucapan terima kasih yang tak terhingga serta iringan doa

semoga kebaikan Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha

Kuasa. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada

umumnya.

Surakarta, 30 Januari 2016

Yatini

NIM. ST. 14 075

Page 7: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................ v

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi

ABSTRAK ... ......................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ................................................................ 6

2.2. Keaslian Penelitian ......................................................... 51

2.3 Kerangka Teori ............................................................... 52

2.4 Kerangka Konsep ........................................................... 53

2.5 Hipotesis ........................................................................ 53

Page 8: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................... 54

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ......... 54

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 56

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ..... 56

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ................... 58

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................... 60

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 61

3.8 Etika Penelitian .............................................................. 64

BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................ 66

4.1 Analisis Univariat ........................................................... 66

4.2 Analisis Bivariate ........................................................... 69

BAB V. PEMBAHASAN ................................................................... 70

5.1 Keefektifitasan Model Praktek Keperawatan Profesional . 73

5.2 Etos Kerja ....................................................................... 75

5.3 Hubungan Efektifitasan Model Praktek Keperawatan Pro-

fesional dengan Etos Kerja Perawat di RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri ............................................. 78

BAB VI. PENUTUP ............................................................................ 81

6.1 Simpulan ........................................................................ 81

6.2 Saran .............................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 51

3.3 Proporsi Besarnya Sampel Penelitian 56

3.2 Definisi Operasional Variabel 57

4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden 65

4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden 66

4.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden 66

4.4. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden 66

4.5. Distribusi Frekuensi tentang Efektifitas MPKP 67

4.6. Distribusi Frekuensi tentang etos kerja 67

4.7. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman (τ) 68

Page 10: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori 52

2.2 Kerangka Konsep 53

Page 11: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Nama Lampiran

1. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

2. Surat Permohonan Menjadi Responden

3. Kuesioner Penelitian

4. Jadwal Penelitian

5. Berkas Konsultasi

6. Rekapitulasi Hasil Penelitian

7. Hasil Analisis Data

8. Surat Ijin Penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKES) Kusuma Husada Surakarta

9. Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian dari RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri.

Page 12: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Yatini

Hubungan Keefektifitasan Model Praktik Keperawatan Profesional dengan Etos

Kerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri

Abstrak

Keefektifitasan pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional dalam

suatu ruangan berdampak pada etos kerja perawat yang merupakan tanggungjawab

secara profesional terhadap hasil keperawatannya. Tujuan dari penelitian ini untuk

menganalisis hubungan keefektifitasan model praktik keperawatan profesional

dengan etos kerja perawat.

Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan

cross sectional. Jumlah sampel 69 perawat dan teknik pengambilan sampel dengan

proportional random sampling. Alat analisis yang digunakan dengan korelasi rank

spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Keefektifitasan model praktek

keperawatan profesional (MPKP) sebagian besar tergolong efektif yaitu sebanyak

42 orang (60,9%) dan lainnya tergolong tidak efektif sebanyak 27 reponden

(39,1%); 2) Etos kerja yang dimiliki perawat sebagian besar mempunyai etos kerja

cukup yaitu sebanyak 35 orang (50,7%), etos kerja baik sebanyak 21 orang

(30,4%), dan paling sedikit perawat tergolong mempunyai etos kerja kurang

sebanyak 13 orang (18,8%); 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara

keefektifitasan model praktek keperawatan profesional dengan etos kerja perawat

di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri (rxy = 0,812; p-value = 0,000)

dan kekuatan hubungan tergolong kuat.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan

antara keefektifitasan model praktek keperawatan profesional dengan etos kerja

perawat.

Kata kunci: Keefektifitasan model praktik keperawatan profesional, etos kerja,

perawat.

Daftar Pustaka: 38 (2005 – 2014)

Page 13: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

BACHELOR OF NURSING PROGRAM

SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Yatini

The Relationship between the Effectiveness of Nursing Professional Practice

Model and Work Ethic of Nurses at dr. Soediran Mangun Soemarso Regional

Public Hospital of Wonogiri

ABSTRACT

The effectiveness of the implementation of a professional model of care in a

section gives influence to nurses’ work ethic, which belongs to professional

responsibility for their work. The research aims at analyzing the relationship

between the effectiveness of the nursing professional practice model and the work

ethic of nurses.

The research employed descriptive correlational method with cross sectional

approach. The total number of samples is 69 nurses selected using proportional

random sampling. The data were later analyzed using Spearman’s rank

correlation.

The research findings depict that: (1) in case of the effectiveness of the

nursing professional practice model, most of the respondents with total number of

42 respondents (60.9%) consider that the model is effective, while the other 27 do

not (39.1%); (2) there are 35 (50.7%) nurses having moderate level of work ethic,

21 (30.4%) having high level of work ethic, and 13 (18.8%) having low level of

work ethic; and (3) there is a significant relationship between the effectiveness of

the nursing professional practice model and the work ethic of nurses at dr.

Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri (rxy = 0.812; p-

value = 0.000) which is considered strong.

Keywords: the effectiveness of the nursing professional practice model, work ethic,

nurses.

Bibliography : 38 (2005-2014)

Page 14: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mutu pelayanan di Rumah Sakit sangat ditentukan oleh pelayanan

keperawatan atau asuhan keperawatan. Perawat sebagai pemberi jasa

keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan di Rumah Sakit, sebab

perawat berada dalam 24 jam memberikan asuhan keperawatan. Tanggung

jawab yang demikian berat jika tidak ditunjang dengan sumber daya manusia

yang memadai, dapat menimbulkan sorotan publik (pasien dan keluarga)

maupun profesi lain terhadap kinerja perawat. Kondisi di atas menuntut

perawat bekerja secara sungguh-sungguh dan profesional, oleh karena itu

diperlukan model asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2008).

Model Asuhan Keperawatan Profesional merupakan suatu sistem

(struktur, proses, dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk

menopang pemberian asuhan tersebut. Menurut Grant & Massey dan Marquis

& Huston dalam Nursalam (2008) ada 4 metode pemberian asuhan

keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di

masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan diantaranya

keefektifitasan model asuhan keperawatan fungsional, model asuhan

keperawatan profesional kasus, model asuhan keperawatan profesional tim,

model asuhan keperawatan profesional primer.

Keefektifitasan pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional

dalam suatu ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor

1

Page 15: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

pendidikan, beban kerja, jumlah tenaga kerja perawat, motivasi perawat,

sarana prasarana, adapun faktor yang berhubungan dengan model praktik

keperawatan profesional di Rumah Sakit adalah etos kerja. Terwujudnya

keefektifitasan model praktek keperawatan membutuhkan suatu etos kerja dan

kedisiplinan pada diri perawat, sehingga diperlukan suatu pemantauan

kedisiplinan dari pimpinan rumah sakit. Pimpinan bertanggung jawab

terhadap pengelolaan dari kedisiplinan (peraturan, sanksi dan penghargaan)

yang diberlakukan secara seragam, pantas, konsisten dan tidak diskriminatif

untuk mencapai sasaran-sasaran rumah sakit (Gillies, 2006).

Etos kerja sering diartikan sebagai perilaku kerja yang etis menjadikan

kebiasaan kerja yang berporoskan etika atau dengan nama lain yang lebih

sederhana, etos kerja yaitu semua kebiasaan yang baik yang berlandaskan

etika yang harus dilakukan ditempat kerja. Etos kerja dalam organisasi

mencakup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar,

pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-

aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip dan standar-standar yang

menjadi dasar perilaku dan nilai-nilai yang diadopsi individu-individu

manusia di dalam organisasi atau konteks sosialnya (Damayanti, 2008).

Hasil studi pendahuluan berdasarkan hasil observasi dan wawancara

dengan salah satu kepala ruangan di ruang perawatan RSUD dr. Soediran

Mangun Soemarso Wonogiri menggunakan model asuhan keperawatan tim.

Data tentang dokumentasi keperawatan yang diambil dari 7 status pasien

didapatkan 4 status (57,14%) dokumentasi keperawatan masih kurang lengkap

dan 3 status (42.86%) dukumentasi keperawatan sudah lengkap. Belum

Page 16: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

terlaksananya ronde keperawatan. Timbang terima selama ini telah dilakukan

tetapi belum terlaksana secara optimal, serta belum adanya program

sentralisasi obat di ruang keperawatan pasien RSUD dr. Soediran Mangun

Soemarso Wonogiri. Saat ini model praktik pelayanan keperawatan

profesional di Rumah Sakit belum mencerminkan praktek pelayanan

profesional dimana aktivitas keperawatan belum sepenuhnya berorientasi pada

pemenuhan kebutuhan pasien, oleh karenaitu diperlukan etos kerja dari

perawat. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Model

Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit dr. Soediran Mangun

Soemarso Wonogiri belum dilaksanakan secara optimal.

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang Hubungan Keefektifitasan Model Praktik Keperawatan Profesional

dengan Etos Kerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso

Wonogiri”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah : “Adakah

hubungan Keefektifitasan Model Praktik Keperawatan Profesional dengan Etos

Kerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

keefektifitasan model praktik keperawatan profesional dengan etos kerja

perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

Page 17: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, jenis kelamin,

pendidikan dan lama bekerja).

2. Mengidentifikasi keefektifitasan model praktik keperawatan profesional

di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

3. Mengidentifikasi etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri.

4. Menganalisis hubungan keefektifitasan model praktik keperawatan

profesional dengan etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah :

1. Bagi Rumah Sakit

Mendapatkan gambaran mengenai keefektifitasan model praktik

keperawatan profesional menurut persepsi perawat pelaksana, sehingga

dapat memberikan masukan pada pihak Rumah Sakit dalam

mengoptimalkan penerapan MPKP dalam meningkatkan etos kerja perawat.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah pustaka institusi pendidikan tentang keefektifitasan model

praktik keperawatan profesional dan hubungannya dengan etos kerja

perawat.

Page 18: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan digunakan sebagai pembelajaran peneliti

dalam melakukan penelitian terkait dengan keefektifitasan model praktik

keperawatan profesional hubungannya dengan etos kerja perawat.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk

melakukan penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan

keefektifitasan model praktek keperawatan profesional hubungannya

dengan etos kerja perawat.

Page 19: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1 Perawat

2.1.1.1 Pengertian Perawat

Berdasarkan Undang-undang R.I No. 23 tahun 1992 tentang

kesehatan, perawat diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan

dan kewenangan dalam melakukan tindakan keperawatan berdasarkan

ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan perawatan

(Ali, 2010). Perawat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.0202/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan

praktik perawat, definisi perawat adalah seseorang yang telah lulus

pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan (Kemenkes, RI, 2010).

Menurut Henderson (1980) yang dikutip oleh Nursalam (2008),

perawat adalah upaya membantu individu yang sehat maupun sakit,

dari lahir sampai meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-

hari secara mandiri, dengan menggunakan kekuatan, kemauan, atau

pengetahuan yang dimiliki seorang perawat. Perawat merupakan orang

yang mengurus dan melindungi dan orang yang dipersiapkan untuk

merawat orang sakit, orang yang cidera, dan lanjut usia. Oleh sebab itu,

perawat berupaya menciptakan hubungan yang baik dengan pasien

6

Page 20: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

untuk menyembuhkan (proses penyembuhan) dan meningkatkan

kesehatan.

2.1.1.2 Pengertian Keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa

pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat

maupun sakit yang mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar

dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan

kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada

pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi

dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam,

2008).

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada

ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial

spriritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan

masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia. Roy dalam Nursalam (2008) mendefínisikan

bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons adaptasi yang

berhubungan dengan empat model respons adaptasi. Perubahan

internal, eksternal dan stimulus input bergantung dari kondisi koping

individu. Kondisi koping menggambarkan tingkat adaptasi seseorang.

Tingkat adaptasi ditentukan oleh stimulus fokal kontekstual dan

residual. Stimulus fokal adalah suatu respons yang diberikan secara

Page 21: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

langsung terhadap input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya

bergantung pada tingkat perubahan yang berdampak terhadap

seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain yang

merangsang seseorang baik internal maupun eksternal serta

mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara

subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah

karakteristik atau riwayat seseorang dan timbul secara relevan sesuai

dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

Tindakan keperawatan yang diberikan adalah meningkatkan respons

adaptasi pada situasi sehat dan sakit. Tindakan tersebut dilaksanakan

oleh perawat dalam memanipulasi stimulus fokal, kontekstual atau

residual pada individu. Dengan memanipulasi semua stimulus tersebut,

diharapkan individu akan berada pada zona adaptasi. Jika

memungkinkan, stimulus fokal yang dapat mewakili semua stimulus

harus dirangsang dengan baik.

2.1.1.3 Peran Perawat Sebagai Tenaga Kesehatan

Menurut Gunarsa (2009), perawat yang dapat memberikan

pelayanan kesehatan dalam upaya penyembuhan dan pencegahan

penyakit memiliki ciri khas, yaitu:

a. Keadaan fisik dan kesehatan. Seorang perawat harus memiliki

kondisi badan yang baik, sehat, dan mempunyai energi yang banyak.

Bila perawat kurang sehat atau kurang stamina, maka dapat

mempengaruhi segala keputusan, aktifitas dan tidak dapat

Page 22: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

konsentrasi pada pekerjaannya atau tidak konsentrasi pada pasien

yang sedang dihadapinya.

b. Penampilan menarik. Pasien yang dirawat akan menyenangi seorang

perawat yang berpenampilan bersih, berpenampilan segar dan

menarik, hal ini akan membuat pasien merasa senang dan

mengurangi kecemasan akan penyakit yang dideritanya.

c. Kejujuran. Perawat harus menjalankan tugasnya dengan jujur, agar

pasien yakin bahwa sikap perawat sepenuhnya dipengaruhi oleh

minat pengabdian yang murni untuk kesejahteraan manusia.

d. Keriangan. Seorang perawat hendaknya dapat menghadapi dan

menutupi kesulitan, kesedihan serta kekecewaanya tanpa

memperlihat-kannya kepada orang lain.

e. Berjiwa suportif. Perawat harus memilik jiwa yang suportif dalam

melaksanakan tugasnya, bila ada perawat lain yang lebih unggul

maka perawat tersebut bersedia mengikuti perawatan yang lebih

efektif.

f. Rendah hati. Perawat memiliki sifat rendah hati yaitu, memberikan

kesan yang baik kepada orang lain melalui perbuatan dan

tindakannya dengan mendengarkan cerita dan keluhan-keluhan

pasien dengan baik.

g. Murah hati. Perawat juga harus memiliki sifat murah hati yaitu dapat

memberikan pertolongan dan bantuan kepada pasien setiap waktu

diperlukan.

Page 23: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

h. Keramahan, Simpati dan Kerjasama. Perawat harus memiliki sikap

yang ramah, simpati dan dapat bekerja sama dengan pasien untuk

memperlancar komunikasi interpersonal (terapeutik) dalam upaya

penyembuhan pasien.

i. Dapat dipercaya. Perawat dapat dipercaya dan mempercayai setiap

perkataan maupum keluhan-keluhan yang diungkapkan pasien

terhadap penyakit yang dideritanya.

j. Loyalitas. Seorang perawat harus memiliki sikap loyal terhadap

teman kerjanya dan terutama kepada pasien agar tercipta saling

percaya. Dengan saling percaya maka akan diperoleh hubungan

interpersonal yang baik dalam peningkatan kesehatan.

k. Pandai bergaul. Perawat yang baik akan pandai bergaul dan dapat

menempatkan dirinya pada saat menghadapi pasien, dengan

menghormati, meghargai dan dapat menjadi seorang pendengar yang

baik.

l. Pandai menimbang atau menjaga perasaan. Perawat harus dapat

menjaga perasaan pasien dengan mempertimbangkan apa yang

diucapkan dan diperbuatnya kepada pasien.

m. Memiliki jiwa humor. Perawat yang memiliki jiwa humor dapat

mengurangi ketegangan pada pasien.

n. Bersikap sopan santun. Perawat yang memiliki sopan santun akan

disenangi oleh teman seprofesi dan pasien.

Page 24: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Menurut Arwani (2010), peran perawat dalam menjalankan

tugasnya sebagai perawat adalah :

a. Peran dalam terapeutik (interpersonal) : berperan sebagai kegiatan

yang ditujukan langsung pada pencegahan, pengobatan penyakit dan

proses penyembuhan.

b. Expressive/Mother substitute role, yaitu kegiatan yang bersifat

langsung dalam menciptakan lingkungan dimana pasien merasa

aman, dilindungi, dirawat, didukung dan diberi semangat/dorongan

oleh perawat.

Menurut Jhonson dan Martin (2007), peran ini bertujuan untuk

menghilangkan ketegangan dalam kelompok pelayanan seperti, dokter,

tenaga perawat lain (tenaga kesehatan yang lain) dan pasien. Sedangkan

menurut Schulmann (Ali, 2010), perawat berperan sebagai ibu bagi

pasien (dianggap seperti hubungan ibu dan anak), yaitu:

a. Hubungan interpersonal ditandai dengan kelembutan hati, dan rasa

kasih sayang,

b. Melindungi dari ancaman bahaya,

c. Memberi rasa aman dan nyaman,

d. Memberi dorongan untuk mandiri.

Peran perawat di atas memberikan gambaran bahwasanya

perawat dengan pasien terdapat hubungan yang sangat erat, yaitu

hubungan interpersonal seperti hubungan ibu dengan anaknya.

Hubungan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan perawat dan

Page 25: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

pasien. Hubungan yang ditandai dengan adanya kelembutan hati, rasa

kasih sayang yang diberikan kepada pasien dan keterbukaan,

melindungi dari ancaman bahaya/ mengobati dari rasa sakit,

memberikan rasa aman dan nyaman ketika menderita sakit sampai

sembuh. Dan memberikan semangat untuk sembuh, dan setelah sembuh

tetap memberikan semangat untuk menjaga dan meningkatkan

kesehatan. Perawat berperan penting dalam memberikan perhatian

kepada pasien dalam segala hal yang mencakup kesehatan pasien. Jika

obat fungsinya mengobati penyakit pasien, sedangkan perawat

fungsinya memberikan semangat, dorongan untuk cepat sembuh,

mengajak pasien bercerita dan bersenda gurau untuk menghibur dan

meringankan beban (penyakit) yang diderita oleh pasien.

Keterampilan interpersonal seorang perawat meliputi seluruh

tindakan kemanusian yang menghargai tubuh, fikiran dan jiwa orang

lain, dalam hal melihat pasien dengan senyum dan keramah-tamahan,

mendengarkan dengan empati keluhan pasien dan memberikan respon

dengan perasaan kasihan. Seorang perawat yang professional tidak

hanya dilihat dari keahlian atau keterampilannya dibidang medis, tetapi

dilihat juga dari keterampilannya melakukan komunikasi interpersonal,

seperti keramah-tamahan perawat dengan pasien, sering bertukar fikiran

dengan pasien, memberikan semangat dan membangkitkan rasa percaya

diri pasien, memberikan penghargaan yang positif kepada pasien, dan

lain-lain yang dapat membuat pasien merasa senang, cepat sembuh dan

Page 26: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

berusaha melakukan peningkatan kesehatan (Goodner, 2004). Selain

memiliki peran, perawat juga memilik fungsi. Fungsi perawat adalah

pekerjaan perawat yang harus dilaksanakan sesuai dengan peranannya

sebagai perawat. Adapun fungsi perawat menurut Phaneuf (Ali, 2010),

yaitu:

a. Melaksanakan instruksi yang diberikan oleh dokter.

b. Observasi gejala dan respon pasien yang berhubungan dengan

penyakit dan penyebabnya.

c. Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan

secara terus-menerus berdasarkan pada kondisi pasien.

d. Supervisi semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien.

e. Mencatat dan melaporkan keadaan pasien.

f. Melaksanakan prosedur dan tehnik keperawatan.

g. Memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan

kesehatan fisik dan mental pasien.

Selain fungsi perawat di atas, menurut PK. St. Carolus (Ali,

2010), perawat memiliki tiga fungsi yaitu:

a. Fungsi Pokok

Fungsi pokoknya adalah membantu individu, keluarga dan

masyarakat baik sehat maupun sakit dalam melaksanakan kegiatan

yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi

kematian yang pada hakekatnya dapat mereka laksanakan tanpa

Page 27: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

bantuan apabila mereka memiliki kekuatan, kemauan dan

pengetahuan.

b. Fungsi Tambahan

Fungsi tambahan yaitu membantu pasien/individu, keluarga, dan

masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang

ditentukan oleh dokter.

c. Fungsi Kolaboratif

Fungsi kolaboratif yaitu sebagai anggota tim kesehatan, perawat

bekerja dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan

yang mencakup pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

penyembuhan dan rehabilitasi.

2.1.1.4 Klasifikasi Pendidikan Perawat

Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan

keperawatan di Indonesia mencakup:

a. Pendidikan Vokasional, yaitu jenis pendidikan diploma sesuai

dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan

keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

b. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan

pasca sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin

ilmu pengetahuan tertentu.

Page 28: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

c. Pendidikan Profesi, yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana

yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan

dengan persyaratan keahlian khusus.

Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program

pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor. Sesuai

dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi

Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan

Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), bersama dukungan dari

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), telah menyusun dan

memperbaharui kelengkapan sebagai suatu profesi.

Berdasarkan jenis, jenjang, gelar akademik dan level KKNI;

Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia meliputi :

a. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada

kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu

sebagai perawat

b. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama

pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan

yang mengcakup program sarjana, magister, doktor.

c. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk

mencapai kompetensi profesi perawat.

Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:

a. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya

mendapat sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep)

Page 29: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

b. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi),

lulusannya mendapat sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)

c. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat

gelar (M.Kep)

d. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:

1) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)

2) Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)

3) Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)

4) Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)

5) Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)

6) Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)

2.1.1.5 Konsep Utama Keperawatan

Terdapat lima konsep utama keperawatan yaitu (Suwignyo,

2007) :

a. Tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang

pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya

kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam medapatkan

pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui

kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus

mengetahui benar peran profesionalnya, aktivitas perawat

profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan

bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien.

Page 30: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas

profesional perawat yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya

hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada aktivitas-aktivitas

yang benar-benar menjadi kewenangannya.

b. Mengenal perilaku pasien

Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa

yang dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan

pasien.

c. Reaksi segera

Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat

dan pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal

dari perawat dan persepsi individu pasien berfikir dan merasakan.

d. Disiplin proses keperawatan

Menurut George dalam Suwignyo (2007) mengartikan

disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total (totally

interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi

antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien,

reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus

dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya

serta untuk melakukan tidakan yang tepat.

e. Kemajuan/peningkatan

Peningkatan berarti tumbuh lebih, pasien menjadi lebih

berguna dan produktif.

Page 31: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

2.1.1.6 Perawat Profesional

Kelompok kerja Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Indonesia di tahun 2001 merumuskan kompetensi yang harus dicapai

oleh perawat profesional adalah sebagai berikut (Nurachmah, 2007):

a. Menunjukkan landasan pengetahuan yang memadai untuk praktek

yang aman.

b. Berfungsi sesuai dengan peraturan / undang – undang ketentuan lain

yang mempengaruhi praktek keperawatan.

c. Memelihara lingkungan fisik dan psichososial untuk meningkatkan

keamanan, kenyamanan dan kesehatan yang optimal.

d. Mengenal kemampuan diri sendiri dan tingkat kompetensi

profesional.

e. Melaksanakan pengkajian keperawatan secara komprehensif dan

akurat pada individu dan kelompok di berbagai tatanan.

f. Merumuskan kewenangan keperawatan melalui konsultasi dengan

individu/kelompok dengan memperhitungkan regiman therapeutic

anggota lainnya dari tim kesehatan.

g. Melaksanakan asuhan yang direncanakan.

h. Mengevaluasi perkembangan terhadap hasil yang diharapkan dan

meninjau kembali sesuai data evaluasi

i. Bertindak untuk meningkatkan martabat dan integritas individu dan

kelompok

j. Melindungi hak–hak individu dan kelompok

Page 32: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

k. Membantu individu atau kelompok membuat keputusan berdasarkan

informasi yang dimiliki

2.1.2 Efektifitas

2.1.2.1 Pengertian

Efektifitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

atau sasaran. Efektifitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang

lebih luas mencakup berbagai factor didalam maupun diluar diri seorang,

oleh karena itu efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas,

tetapi juga dapat dilihat dari sisi persepsi atau sikap individu (Roymond,

2008). Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasaran

dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.

Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran

yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran,

berarti makin tinggi efektifitasnya (Siagian, 2005). Pengertian-pengertian

efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu

ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan

waktu ) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana targetnya tersebut

sudah ditentukan terlebih dahulu.

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) yaitu suatu

sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi

perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk

lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,

Page 33: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

2006). Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu

sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi

perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk

lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan

jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan

derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan

klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan

jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk

melakukan tindakan keperawatan (Nursalam, 2008).

2.1.2.2 Tujuan MPKP

Tujuan penerapan MPKP menjadi salah satu daya ungkit

pelayanan yang berkualitas. Metode ini sangat menekankan kualitas

kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme

keperawatan antara lain melalui penerapan standar asuhan keperawatan.

Standar Asuhan Keperawatan merupakan pernyataan kualitas yang

diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap

klien. Menjamin efektifitas asuhan keperawatan pada klien, harus tersedia

kreteria dalam area praktek yang mengarahkan keperawatan mengambil

keputusan dan melakukan intervensi keperawatan secara aman. Adanya

standar asuhan keperawatan dimungkinkan dapat memberikan kejelasan

dan pedoman untuk mengidenfikasi ukuran dan penilaian akhir. Standar

asuhan keperawatan dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan

pencapaian kualitas asuhan keperawatan.

Page 34: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Tujuan dari MPKP adalah :

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan/

e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan

keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

2.1.2.3 Metode Penugasan MPKP dalam Keperawatan

a. Metode Kasus

Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang

pertama kali digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut

merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang paling

banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat akan memberikan

asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu

periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat

bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya

kebutuhan klien. (Sitorus, 2006). Era perang dunia II, jumlah

pendidikan keperawatan dari berbagai jenis program meningkat dan

banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemanfaatan tenaga yang

bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang

diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu

kedokteran, kemudian dikembangkan metode fungsional. (Sitorus,

2006).

Page 35: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

b. Metode Fungsional

Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan

ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat

diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua

klien di satu ruangan. (Sitorus, 2006). Pada metode ini, kepala ruang

menentukan tugas setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat akan

melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan

kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan

klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan

tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak

mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya. (Sitorus, 2006).

Metode ini kurang efektif karena :

1) Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang

menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik

2) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian

asuhan keperawatan terfragmentasi

3) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu

perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif,

kecuali mungkin kepala ruangan.

4) Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas

terhadap pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali

klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang

ditanyakan.

Page 36: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

5) Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan

perawat.

Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional

beberapa perawat pemimpin (nurse leader) mulai mempertanyakan

keefektifan metode tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan

profesional kemudian pada tahun 1950 metode tim digunakan untuk

menjawab hal tersebut. (Sitorus, 2006).

c. Metode tim

Metode tim merupakan metode pemberian asuhan

keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan

kolaboratif (Douglas, 2009). Metode tim didasarkan pada keyakinan

bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam

merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga

menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006).

Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2006) :

1) Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu

menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus

dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,

supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab

ketua tim adalah :

a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra

Page 37: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis

c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota

kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi

d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta

mendokumentasikannya

2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin.

Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara,

terutama melalui renpra tertulis yang merupakan pedoman

pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.

3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

4) Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan

berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala

ruang diharapkan telah :

a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf

b) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan

c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan

kepemimpinan

d) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim

keperawatan

e) Menjadi narasumber bagi ketua tim

f) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset

keperawatan

g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka

Page 38: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Hasil penelitian Lambertson dalam Douglas (2009)

menunjukkan bahwa metode tim jika dilakukan dengan benar adalah

metode pemberian asuhan yang tepat untuk meningkatkan

kemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi kemampuannya.

Kekurangan metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum

optimal sehingga pakar menge mbangkan metode keperawatan primer

(Sitorus, 2006).

d. Metode perawatan primer

Menurrut Gillies (2008), keperawatan primer merupakan suatu

metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan

yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat

tertentu yang bertanggungjawab dalam perencanaan, pemberian, dan

koordinasi asuha keperawatan klien, selama klien dirawat. Pada

metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab

terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer

(primary nurse) disingkat dengan PP.

Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu

akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu

kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen.

Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan bertanggungjawab

selama 24 jam selama klien tersebut dirawat dirumah sakit atau di

suatu unit. Perawat akan melakukan wawancara mengkaji secara

komprehensif, dan merencanakan asuhan keperawatan. Perawat yang

Page 39: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

peling mengetahui keadaaan klien. Apabila PP tidak sedang bertugas,

kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada perawat lain

(associated nurse). PP bertanggungjawab terhadap asuhan

keperawatan klien dan menginformasikan keadaan klien kepada

kepala ruangan, dokter, dan staff keperawatan (Sitorus, 2006).

Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk

memberikan asuhan keperawatan, tetapi juga mempunyai

kewengangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial,

kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal

perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain-lain.

Diberikannya kewenangan, dituntut akuntabilitas perawat yang tinggi

terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Metode keperawatan primer

memberikan beberapa keuntungan terhadap klien, perawat, dokter,

dan rumah sakit (Gillies, 2008).

Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih

dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara

individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya

layanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,

informasi, dan advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan

keperawatan karena (Sitorus, 2006) :

1) Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan

dan koordinasi asuhan keperawatan

2) Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien

Page 40: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

3) PP bertanggung jawab selama 24 jam

4) Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal

5) Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan

paralel.

Keuntungan yang dirasakan oleh PP adalah memungkinkan

bagi PP untuk pengembangan diri melalui implementasi ilmu

pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena adanya otonomi dalam

membuat keputusan tentang asuhan keperawatan klien. Staf medis

juga merasakan kepuasannya dengan metode ini karena senantiasa

mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan

komprehensif (Sitorus, 2006).

Informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar

mengetahui keadaan klien. Keuntungan yang diperoleh oleh rumah

sakit adalah rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu banyak

tenaga keperawatan, tetapi harus merupakan perawat yang bermutu

tinggi. Huber (2006) menjelaskan bahwa pada keperawatan primer

dengan asuhan berfoukus pada kebutuhan klien, terdapat otonomi

perawat dan kesinambungan asuhan yang tinggi.

e. Differentiated practice

National League for Nursing (NLN) dalam Kozier et al (2005)

menjelaskan baha differentiated practice adalah suatu pendekatan

yang bertujuan menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan sumber-

sumber keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitu model

kompetensi dan model pendidikan. Pada model kompetensi, perawat

Page 41: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

terdaftar (registered nurse) diberi tugas berdasarkan tanggung jawab

dan struktur peran yang sesuai dengan kemampuannya. Pada model

pendidikan, penetapan tugas keperawatan didasarkan pada tingkat

pendidikan. Bedasarkan pendidikan, perawat akan ditetapkan apa

yang menjadi tnggung jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan

antar tenaga tersebut diatur.

f. Manajemen kasus

Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan

kesehatan secara multi disiplin yang bertujuan meningkatkan

pemanfaatan fungsi berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-

sumber yang ada sehingga dapat dicapai hasil akhir asuhan kesehatan

yang optimal. ANA dalam Marquis dan Hutson (2006) mengatakan

bahwa manajemen kasus merupakan proses pemberian asuhan

kesehatan yang bertujuan mengurangi fragmentasi, meningkatkan

kualitas hidup, dan efisiensi pembiayaan. Focus pertama manajemen

kasus adalah integrasi, koordinasi dan advokasi klien, keluarga serta

masyarakat yang memerlukan pelayanan yang ektensif. Metode

manajemen kasus meliputi beberapa elemen utama yaitu, pendekatan

berfokus pada klien, koordinasi asuhan dan pelayanan antar institusi,

berorientasi pada hasil, efisiensi sumber dan kolaborasi (Sitorus,

2006). RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

memberlakukan MPKP model tim sejak tahun 2010 sampai sekarang,

hal ini sesuai Keputusan Direktur No. 81 tahun 2010.

Page 42: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

2.1.2.4 Komponen MPKP

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan diberbagai rumah

sakit Hoffart dan Woods menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima

komponen, yaitu: (Sitorus, 2006)

a. Nilai-nilai profesional

Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu praktik

keperawatan profesional. Nilai-nilai profesional ini merupakan inti

dari MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien,

menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap

ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.

b. Pendekatan manajemen

Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia, yang bilamana ingin memenuhi kebutuhan

dasar tersebut seorang perawat harus melakukan pendekatan

penyelesaian masalah, sehingga dapat diidentifikasi masalah klien,

dan nantinya dapat diterapkan terapi keperawatan yang tepat untuk

masalah klien.

c. Metode pemberian asuhan keperawatan

Perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional,

digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya

metode kasus, fungsional, tim, dan keperawatan primer, serta

manajemen kasus. Praktik keperawatan profesional, metode yang

paling memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional

adalah metode yang menggunakan the breath of keperawatan primer.

Page 43: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

d. Hubungan profesional

Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa

anggota tim kesehatan, namun fokus pemberian asuhan kesehatan

adalah klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang terlibat,

maka perlu kesepakatan tentang cara melakukan hubungan kolaborasi

tersebut.

e. Sistem kompensasi dan penghargaan

Suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai hak atas

kompensasi dan penghargaan. Pada suatu profesi, kompensasi yang

didapat merupakan imbalan dan kewajiban profesi yang terlebih

dahulu dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada

MPKP dapat disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada

kesepakatan bahwa layanan keperawatan adalah pelayanan

profesional.

2.1.2.5 Karakteristik MPKP

Karakteristik MPKP menurut Sitorus (2006) adalah :

a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan. Penetapan jumlah tenaga

keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat

ketergantungan klien.

b. Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat MPKP,

terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan keperawatan

yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer (PP), dan

Perawat Asosiet (PA). Di samping jenis tenaga tersebut terdapat juga

seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab terhadap

manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat tersebut. Peran dan

Page 44: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan

terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan

keperawatan.

c. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra). Standar

renpra perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil obsevasi, penulisan

renpra sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan

mencakup 14 kebutuhan dasar manusia (Potter & Perry, 2007).

d. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer. Pada MPKP

digunakan metode modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat

satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang

bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan

yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager

(CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan

asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners

spesialis pada masa yang akan datang.

2.1.2.6 Langkah-langkah dalam MPKP

Langkah-langkah dalam MPKP menurut Sitorus (2006) adalah :

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal

yang harus dilakukan, yaitu (Sitorus, 2006).:

1) Pembentukan Tim

MPKP apabila akan diimplementasikan di rumah sakit yang

digunakan sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa

keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari

Page 45: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

institusi yang berkaitan, sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan

kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan.

Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator departemen, seorang

penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari institusi

pendidikan. (Sitorus, 2006).

2) Rancangan Penilaian Mutu

Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan

klien/keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali

dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi

noksomial. (Sitorus, 2006).

3) Presentasi MPKP

Langkah selanjutnya adalah dilakukan presentasi tentang MPKP

dan hasil penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit,

departemen,staf keperawtan, dan staf lain yang terlibat. Pada

presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat

implementasi MPKP akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).

4) Penempatan Tempat Implementasi MPKP

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat

implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2006) :

a) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang

tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat

tersebut akan mendapat pembinaan tentang kerangka kerja

MPKP

Page 46: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

b) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut

terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan

dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang

rawat lain.

5) Penetapan Tenaga Keperawatan

Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat

ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat

ketergantungan. Menetapkan jumlah tenaga keperawtan di suatu

ruangrawat didahului dengan menghitung jumlah klien

derdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal

selama 7 hari berturut-turut (Sitorus, 2006).

6) Penetapan Jenis Tenaga

Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang

digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer, dengan

demikian dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga,

meliputi (Sitorus, 2006):

a) Kepala ruang rawat

b) Clinical care manager

c) Perawat primer

d) Perawat asosiet

7) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan

Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi

waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih

Page 47: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan

klien. Adanya standar renpra menunjukan asuhan keperawtan

yang diberikan berdasarkan konsep dan teori keperwatan yang

kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan

professional. Format standar renpra yang digunakan biasanya

terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnose

keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan

dan kolom keterangan. (Sitorus, 2006).

8) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan

Di samping standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain

yang diperlukan adalah (Sitorus, 2006) :

a) Format pengkajian awal keperawatan

b) Format implementasi tindakan keperawatan

c) Format kardex

d) Format catatan perkembangan

e) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter

f) Format laporan pergantian shif

g) Resume perawatan

9) Identifikasi Fasilitas

Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama

dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun

fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2006) :

a) Badge atau kartu nama tim

Page 48: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang

berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini

digunakan pertama kali sat melakukan kontrak dengan

klien/keluarga.

b) Papan MPKP

Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA, dan

timnya serta dokter yang merawat klien.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah

berikut ini :

1) Pelatihan tentang MPKP

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di

ruang yang sudah ditentukan.

2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

melakukan konferensi.

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.

Konferensi dilakukan setelah melaukan operan dinas, sore atau

malam sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya

dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi

gangguan dari luar.

3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

melakukan ronde dengan porawat asosiet (PA).

Page 49: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan

setiap hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA,

juga sarana bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang

kondisi klien.

4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar

renpra.

Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan

asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang

direncenakan mengacu pada standar tersebut.

5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi

dengan klien/keluarga.

Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan

antara perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan

keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling

percaya antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali

dengan pemberian orientasibagi klien dan keluarganya.

6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus

dalam tim.

PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus

klien yang dirawatnya, melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih

mempelajari kasus yang ditanganinya secara mendalam.

7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam

membimbing PP dan PA.

Page 50: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan

implementasi MPKP dilakukan melalui supervisi secara berkala.

Agar terdapat kesinambungan bimbingan, diperlukan buku

komunikasi CCM yang menjadi sangat diperlukan karena CCM

terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang diatur

gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA.

Apabila sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku

komunikasi CCM tidak diperlukan lagi. (Sitorus, 2006).

8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi

keperawatan.

Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat

kepada klien, oleh karena itu pengisisan dokumentasi secara tepat

menjadi penting.

c. Tahap Evaluasi

Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen evaluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh

CCM dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk

mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang ditemukan dan

dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evluasi hasil

(outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2006) :

1) Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk

setiap klien pulang.

Page 51: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai

berdasarkan dokumentasi.

3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang

rawat).

4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.

e. Tahap Lanjut

MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem)

pemberian asuhan keperawatan. Implementasi MPKP dapat

memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan

implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP

diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem

yang tepat untuk menerapkannya.

1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat

ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan

sehingga mempunyai kemampuan sebagai SKp/Ners, setelah

mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP

(bukan PP pemula). (Sitorus, 2006).

2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada

MPKP tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan

asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir,

diperlukan kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan

sebagai CCM, oleh karena itu kemampuan perawat SKp/ Ners

ditingkatkan menjadi ners spesialis.

Page 52: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada

tingkat ini perawat denga kemampuan sebagai ners spesialis

ditingkatkan menjadi doktor keperawatan. Perawat diharapkan

lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang

dapat meningkatkan asuhan keperwatan sekaligus

mengembangkan ilmu keperawatan.

2.1.2.7 Tingkatan MPKP

Tingkatan MPKP menurut Sudarsono (2010), berdasarkan

pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari berbagai

pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP yang

disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP). Ada

beberapa jenis model PKP yaitu:

a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Melalui pengembangan

model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat

III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan

doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan

riset dan membimbing para perawat melakukan riset sera

memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan

keperawatan.

b. Model Praktek Keperawatan Profesional II. Pada model ini akan

mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada

ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis

keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat

Page 53: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan

keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya, kemudian

melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam

memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis

direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area

spesialisnya. Di samping hal tersebut kemudian melakukan riset dan

memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan

keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk

10 perawat primer (1:10).

c. Model Praktek Keperawatan Profesional I. Pada model ini perawat

mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan

untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan

keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan

pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan

metode tim disebut tim primer.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek

Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal

untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan

keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3

komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian

asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.

Page 54: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

2.1.2.8 Pilar-pilar MPKP

a. Pilar 1: Pendekatan manajemen keperawatan

Terdiri dari :

(1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang

MPKP meliputi ( perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan

rencana jangka pendek, harian, bulanan dan tahunan).

(2) Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal

dinas, dan daftar alokasi pasien.

(3) Pengarahan

Terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi,

manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan

post conference, dan manajemen konflik.

b. Pilar 2: Sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada

proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf

perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP

dan setiap ada penambahan perawatan baru.

c. Pilar 3: Hubungan profesional

Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim

kesehatan) dalam penerimaan pelayanan keperawatan (klien dan

keluarga). Pada pelaksanaannya hubungan profesional secara internal

artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan

misalnya perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain,

Page 55: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

adapun hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan antara

pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

d. Pilar 4: Manajemen asuhan keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah

asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

Efektifitas Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

menurut Solihati (2012) dapat diketahui dengan :

1) Efektif, jika memiliki ≥ Mean

2) Tidak Efektif, jika memiliki < Mean.

2.1.3 Etos Kerja

2.1.3.1 Pengertian Etos Kerja

Menurut Tasmara (2007), bahwa etos kerja adalah totalitas

kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang,

meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong diri

manusia untuk bertindak dan meraih amal yang optimal. Damayanti

(2008) secara lebih khusus dapat mengartikan bahwa etos kerja itu

sebagai usaha komersial yang menjadi suatu keharusan demi hidup,

atau sesuatu yang imperatif dari diri, maupun sesuatu yang terkait pada

identitas diri yang telak bersifat sakral. Identitas diri yang terkandung

di dalam hal ini, adalah sesuatu yang telah diberikan oleh tuntutan

religius, kepercayaan yang telah diyakini dalam kehidupan seseorang.

Jansen (2007), menyatakan etos kerja profesional adalah

seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang

Page 56: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada

paradigma kerja yang integral. Menurut Max Weber (1998) dalam

Jansen (2007), pakar manajemen, etos kerja diartikan sebagai perilaku

kerja yang etis yang menjadi kebiasaan kerja yang berporoskan etika.

Kata lain yang lebih sederhana, etos kerja yaitu semua kebiasaan baik

yang berlandaskan etika yang harus dilakukan di tempat kerja, seperti

disiplin, jujur, tanggung jawab, tekun, sabar, berwawasan, kreatif,

bersemangat, mampu bekerja sama, sadar lingkungan, loyal,

berdedikasi, bersikap santun, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa

pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etos kerja adalah

seperangkat perilaku kerja yang etis yang lahir sebagai buah keyakinan

fundamental dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja

yang integral yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi

seseorang, sekelompok orang yang bisa mewarnai manfaat suatu

pekerjaan.

2.1.3.2 Makna Etos Kerja

Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan

suatu sikap, maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung

makna sebagai aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu dalam

memberikan penilaian terhadap kegiatan kerja. Mengingat kandungan

yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah unsur penilaian, maka

secara garis besar dalam penilaian itu, dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu penilaian positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok

Page 57: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang positif, apabila

menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja

manusia.

b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat

luhur bagi eksistensi manusia.

c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi

kehidupan.

d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan

dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,

e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki etos kerja

yang negatif, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu;

a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,

b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,

c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan,

d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,

e. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Nitisemito (2006), mengatakan bahwa indikasi rendahnya

semangat dan kegairahan kerja antara lain turunnya produktivitas kerja,

tingkat absensi yang naik, labour turnover (tingkat perputaran buruh)

yang tinggi, tingkat kerusuhan yang naik, kegelisahan dimana-mana,

dan tuntutan yang sering terjadi serta pemogokan. Etos kerja yang

Page 58: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat, akan menjadi

sumber motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan situasi

kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja yang

tinggi akan dijadikan sebagai prasyaraat yang mutlak, yang harus

ditumbuhkan dalam kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka

pandangan dan sikap kepada manusianya untuk menilai tinggi terhadap

kerja keras dan sungguh-sungguh, sehingga dapat mengikis sikap kerja

yang asal-asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang

semestinya (Marumpa, 2008).

Berpijak pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etos kerja

merupakan bagian penting dari keberhasilan manusia, baik dalam

komunitas kerja yang terbatas, maupun dalam lingkungan sosial yang

lebih luas yang tentunya ditentukan oleh sikap, perilaku dan nilai-nilai

yang diadopsi individu-individu manusia di dalam komunitas atau

konteks sosialnya. Meningkatkan etos kerja merupakan tugas dan

tanggung jawab semua lapisan dalam unit kerja masing-masing

terutama pimpinan unit kerja dalam membina serta membimbing

bawahannya supaya dapat bekerja dengan baik dan benar sesuai dengan

tugas dan fungsinya masing-masing.

2.1.3.3 Nilai-nilai dalam Etos Kerja

Herzberg yang dikutip oleh Gibson (2005), menunjukkan bahwa

untuk mencapai tujuan organisasi yang baik diperlukan orang yang

memiliki kemampuan yang tepat, termasuk etos kerjanya. Beberapa

Page 59: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

penelitian riset mendukung asumsi bahwa etos kerja merupakan faktor

penting yang menentukan pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik. Ford

(1999) dalam Jansen (2007), menyatakan bahwa 17 sampai dengan 18

percobaan di sebuah organisasi memperlihatkan peningkatan yang

positif sesudah adanya etos kerja yang baik. Penelitian tersebut

menyatakan bahwa etos kerja memberikan prestasi yang lebih baik dan

kepuasan yang lebih baik pula.

Menumbuhkan etos kerja kepada karyawan memang tidak

mudah karena etos kerja tak dapat dipaksakan secara tiba-tiba. Namun,

bukan tidak ada solusinya. Jansen (2007), mengemukakan cara terbaik

untuk mengatasi penurunan etos kerja yaitu dengan langsung

membenahi pangkal masalahnya, yaitu motivasi kerja sebagai akar yang

membentuk etos kerja. Secara sistematis, Jansen (2007), memetakan

motivasi kerja dalam konsep yang ia sebut sebagai “Delapan Etos Kerja

Profesional” antara lain:

a. Etos pertama: kerja adalah rahmat.

Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor,

sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah

itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan

udara tanpa biaya sepeser pun, dengan bekerja seseorang akan

menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kita

punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk

menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu

anugerah yang patut disyukuri. Sungguh sangat tidak professional

jika kita merespons semua nikmat itu dengan bekerja ogahogahan.

Page 60: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

b. Etos kedua: kerja adalah amanah.

Apa pun pekerjaan kita, dokter, perawat, pramuniaga,

pegawai negeri, atau anggota DPR, semua adalah amanah. Pegawai

negeri menerima amanah dari Negara, perawat menerima amanah

dari pasien. Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan

menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai

bentuknya.

c. Etos ketiga: kerja adalah panggilan.

Apa pun profesi kita, perawat, guru, penulis, semua adalah

darma. Seorang perawat memanggul darma untuk membantu orang

sakit. Seorang guru memikul darma untuk menyebarkan ilmu

kepada para muridnya. Seorang penulis menyandang darma untuk

menyebarkan informasi tentang kebenaran kepada masyarakat, jika

pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, seseorang bisa

berucap pada diri sendiri seperti: “saya bekerja untuk mencapai hasil

yang terbaik”.

d. Etos keempat: kerja adalah aktualisasi.

Apapun pekerjaan seseorang, entah dokter, akuntan, ahli

hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat

seseorang lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk

mengembangkan potensi diri dan membuat seseorang merasa ada.

Sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong

tanpa pekerjaan. Secara alami, aktualisasi diri itu bagian dari

kebutuhan psikososial manusia. Dengan bekerja, misalnya,

Page 61: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

seseorang bisa berjabat tangan dengan rasa pede ketika berjumpa

koleganya.

e. Etos kelima: kerja itu ibadah.

Tidak memperdulikan apa pun agama atau kepercayaan,

semua pekerjaan yang halal merupakan ibadah. Kesadaran ini pada

gilirannya akan membuat seseorang bisa bekerja secara ikhlas,

bukan demi mencari uang atau jabatan semata.

f. Etos keenam: kerja adalah seni.

Apa pun pekerjaannya, bahkan seorang peneliti pun, semua

adalah seni. Kesadaran ini akan membuat seseorang bekerja dengan

enjoy seperti halnya melakukan hobby. Jansen mencontohkan

Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel, ia mengaku

bahwa rahasia keberhasilannya meraih penghargaan sains paling

bergengsi itu adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya.

g. Etos ketujuh: kerja adalah kehormatan.

Seremeh apa pun pekerjaannya, itu adalah sebuah

kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka

kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada seseorang.

Jansen mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer.

Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun

Jansen dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas, Jansen

berpendapat bahwa menulis merupakan sebuah kehormatan.

Hasilnya, sudah mafhum, semua novelnya menjadi karya sastra

kelas dunia.

Page 62: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

h. Etos kedelapan: kerja adalah pelayanan.

Apa pun pekerjaannya, pedagang, polisi, bahkan penjaga

mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada

sesama. “Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan

dilengkapi keinginan untuk berbuat baik,”.

2.1.3.4 Konsep Etos Kerja dalam Keperawatan

Situasi profesi keperawatan yang sedang mengembangkan diri,

maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyarat yang

mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam profesi keperawatan untuk

membuka pandangan dan sikap kepada para perawat untuk menilai

tinggi terhadap kerja keras dan sungguhsungguh, dan mengikis sikap

kerja yang asal-asalan yang tidak berorientasi terhadap mutu atau

kualitas yang semestinya. Keperawatan sebagai profesi memerlukan

standar pengendalian sikap dan perilaku melalui pengaturan etika

profesi dalam bentuk Kode Etik Keperawatan yang disosialisasikan

secara baik kepada perawat untuk membentuk perawat yang mempunyai

karakter. Perilaku perawat yang professional dapat ditunjukakan dari

kemampuannya dalam menerapkan ilmu pengetahuan ilmiah dan

teknologi keperawatan, memiliki ketrampilan yang professional, serta

menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan dalam melaksanakan

praktek keperawatan.

Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi, untuk mengatur

sikap dan tingkah laku para anggotanya, terutama berkaitan dengan

moralitas. Etika profesi perawat mendasarkan ketentuan-ketentuan

Page 63: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

didalamnya kepada etika umum dan sifat-sifat khusus moralitas profesi

perawat, seperti autonomy, beneficence, nonmalefience, justice, truth

telling, privacy, confidentiality, loyality, dan lain-lain. Etika profesi

bertujuan mempertahankan keluhuran profesi umumnya dituliskan

dalam bentuk kode etik dan pelaksanaannya diawasi oleh sebuah majelis

atau dewan kehormatan etik.

Pengukuran etos kerja dalam penelitian ini adalah : (Riwidikdo, 2009).

1. Baik : Jika (X) > Mean + 1 SD

2. Cukup : Jika Mean – 1 SD ≤ X ≤ Mean + 1 SD

3. Kurang : Jika (X) < Mean – 1 SD.

Page 64: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

2.2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada

penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat

dijadikan acuan, hal ini dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1. Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil

1 Arum dan

Mukhlisin

(2008)

Kajian Penerapan

Model Praktik

Keperawatan

Profesional (MPKP)

dalam pemberian

asuhan keperawatan

di rumah sakit.

Jenis penelitian

deskriptif deve-

lopmental, alat

analisis data

dengan men-

transkrip dari data

yang ter-kumpul

kemu-dian dibaca

berulang-ulang

untuk menetap-

kan tema yang

terkait.

Pelaksanaan MPKP

belum menggambarkan

model MPKP yang

normatif, gambaran hasil

penelitian menunjukan

wahwa pelaksanaan

asuhan keperawatan

adalah model modifikasi

tim dan modifikasi MPKP

pemula, pembinaan

bangsal percontohan

dengan evaluasi yang

terus menerus belum

dilakukan.

2 Mulyaningsih

(2013)

Hubungan antara

supervisi dan

karakteristik individu

dengan kinerja

perawat dalam

penerapan MPKP di

RSJD Surakarta.

Jenis penelitian

deskriptif korelasi

dengan rancangan

cross sectional.

Alat analisis yang

digunakan dengan

analisis Chi-

square.

Terdapat

hubungan antara supervisi

dan karakteristik individu

dengan kinerja perawat

dalam penerapan MPKP

di RSJD Surakarta.

3 Arni, dkk.

(2014)

Hubungan motivasi

intrinsik dan eks-

trinsik dengan

penerapan model

keperawatan

profesiona (MPKP) di

ruang rawat.

Jenis penelitian

deskriptif korelasi

dengan rancangan

cross sectional.

Alat analisis yang

digunakan dengan

analisis Chi-

Square.

Ada hubungan antara

motivasi perawat dengan

penerapan model praktik

keperawatan profesional

di RS Grestelina.

Page 65: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Etos Kerja

Perawat

Delapan etos kerja dalam

keperawatan:

1. Kerja adalah rahmat.

2. Kerja adalah amanah.

3. Kerja adalah panggilan.

4. Kerja adalah aktualisasi.

5. Kerja itu ibadah.

6. Kerja adalah seni.

7. Kerja adalah kehormatan.

8. Kerja adalah pelayanan.

Efektifitas Model Praktek Keperawatan Profesional

(MPKP)

Komponen MPKP :

1. Nilai-nilai profesional

2. Pendekatan manajemen

3. Metode pemberian asuhan

keperawatan

4. Hubungan profesional

5. Sistem kompensasi dan

penghargaan

Faktor yang mempengaruhi

efektifitas MPKP:

1. Nilai-nilai profesional

2. Pendekatan manajemen

3. Metode pemberian askep

4. Hubungan profesional

5. Sistem kompensasi dan

penghargaan.

2.3. Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan di muka, maka dapat

dibuat suatu kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

Sumber: Jansen (2005); Bimo (2008); dan Suwignyo, 2007)

Lima konsep utama

keperawatan :

a. Tanggung jawab perawat

b. Mengenal perilaku

pasien

c. Reaksi segera

d. Disiplin proses

keperawatan

e. Kemajuan/peningkatan

Page 66: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

2.4. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

2.5. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau

dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada hubungan keefektifitasan model praktek keperawatan profesional

dengan etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso

Wonogiri.

Ha : Ada hubungan keefektifitasan model praktek keperawatan profesional

dengan etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso

Wonogiri.

.

Variabel Dependen :

Etos Kerja Perawat

Variabel Independen:

Efektifitas Model Praktek

Keperawatan Profesional (MPKP)

Page 67: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

rancangan penelitian diskriptif corelational yaitu penelitian yang diarahkan

untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat (Notoatmodjo, 2010). Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu dengan

melakukan pengukuran sesaat untuk mengetahui hubungan keefektifitasan

model praktek keperawatan profesional dengan etos kerja perawat di RSUD dr.

Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti

(Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang

bekerja di instalasi rawat inap RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso

Wonogiri. Hasil studi pendahuluan pada bulan Juni 2015 yang dilakukan

oleh peneliti didapatkan bahwa jumlah perawat sebanyak 218 orang.

3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Besarnya sampel dalam penelitian

ini harus representatif bagi populasi, oleh karena jumlah populasi kurang

dari 10.000 maka penentuan besarnya sampel menggunakan proportional

54

Page 68: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

random sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan

proporsi dengan kriteria-kriteria tertentu. Perhitungan besar sampel

minimum penelitian ini diambil dengan rumus: (Notoatmodjo, 2010).

n = 2.1 dN

N

+

Keterangan :

n = Besar sampel yang diperlukan

N = Jumlah populasi

d = Kesalahan maksimum yang diperbolehkan 0,1 (10%)

Perhitungan :

n = 2)1,0(.2181

218

+ =

18,3

218 = 68,55346, dibulatkan menjadi 69 perawat.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan sampel sebanyak 69 orang.

Adapun kriteria sampel yang dikehendaki adalah :

1. Syarat inklusi :

a. Perawat pelaksana yang bertugas di ruang perawatan

b. Perawat yang bekerja minimal dua tahun

c. Perawat yang bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi :

a. Perawat yang sedang menjalani cuti

b. Pendidikan SPK

c. Perawat yang tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil

Teknik pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk memperoleh

sampel yang representatif, subyek diambil setiap ruangan yang ditentukan

Page 69: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

sebanding dengan banyaknya subyek dalam tiap ruangan. Teknik

pengambilan sampel menggunakan rumus proportional random sampling

(Sugiyono, 2013), yaitu:

ni = nxN

Ni,

Keterangan :

ni : jumlah tiap strata sampel

Ni : jumlah tiap strata populasi

n : jumlah (total) sampel

N : jumlah (total) populasi

Proporsi sampel setiap ruangan sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Proporsi Besarnya Sampel Penelitian

Ruangan Σ Perawat Perhitungan Σ Sampel

Anggrek 19 19 : (218/69) 6

Mawar 16 16 : (218/69) 6

Teratai 18 18 : (218/69) 7

Melati 16 16 : (218/69) 5

Bougenvile 15 15 : (218/69) 6

Anyelir 16 16 : (218/69) 5

Wijaya Kusuma 18 18 : (218/69) 6

Pavilium A 18 18 : (218/69) 6

Pavilium B 18 18 : (218/69) 6

Peristi 15 15 : (218/69) 6

Cempaka 16 16 : (218/69) 5

Dahlia 16 16 : (218/69) 5

Jumlah 218 69

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 28 September – 20 Oktober

2015. Adapun tempat penelitian dilakukan di RSUD dr. Soediran Mangun

Suemarso Wonogiri.

Page 70: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:

3.4.1. Variabel bebas :

Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh yang

menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat. Variabel bebas

pada penelitian ini adalah efektifitas model praktek keperawatan

profesional.

3.4.2. Variabel terikat:

Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan

berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat pada

penelitian ini adalah etos kerja perawat.

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Page 71: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel.

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Efektifitas

model praktek keperawatan

profesional

Efektifitas model

praktik keperawatan profesional adalah suatu

sistem yang terdiri dari

struktur, proses dan

nilai-nilai profesional

akan mengatur

pemberian asuhan

keperawatan termasuk

lingkungan yang dapat

menopang pemberian asuhan keperawatan

tersebut di RSUD dr.

Soediran Mangun Soemarso.

Kuesioner 3) Efektif

≥ 113 4) Tidak Efektif

< 113.

(Solihati, 2012)

Ordinal

2 Etos Kerja

Perawat

Etos kerja merupakan

kepribadian perawat

dalam menyikapi

pekerjaannya.

Kuesioner 1. Baik :

(x) > 67

2. Cukup :

(x) = 51-67

3. Kurang

(x) < 51

(Riwidikdo,

2009)

Ordinal

3.5. Alat Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner, yaitu:

1. Kuesioner Efektifitas Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

berbentuk closed question/pertanyaan tertutup, dengan pilihan jawaban

multy choice yaitu: apabila pertanyaan bersifat favourable jawaban SS

(Sangat Setuju) skor 4, Setuju (S) skor 3, Kurang Setuju (KS) skor 2, dan

Tidak Setuju (TS) skor 1, sebaliknya apabila bentuk pertanyaan bersifat

unfavourable jawaban SS (Sangat Setuju) skor 1, Setuju (S) skor 2, Kurang

Page 72: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Setuju (KS) skor 3, dan Tidak Setuju (TS) skor 4. Jumlah pertanyaan ada 33

butir.

2. Kuesioner tentang etos kerja perawat berbentuk closed question/ pertanyaan

tertutup, dengan pilihan jawaban multy choice yaitu : apabila pertanyaan

bersifat favourable jawaban SS SS (Sangat Setuju) skor 4, Setuju (S) skor

3, Kurang Setuju (KS) skor 2, dan Tidak Setuju (TS) skor 1, sebaliknya

apabila bentuk pertanyaan bersifat unfavourable jawaban SS (Sangat

Setuju) skor 1, Setuju (S) skor 2, Kurang Setuju (KS) skor 3, dan Tidak

Setuju (TS) skor 4. Jumlah pertanyaan ada 18 butir.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data

penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Studi Kepustakaan

Mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti sebagai landasan teori.

b. Memilih tempat penelitian

Peneliti memilih tempat di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso

Wonogiri sebagai tempat penelitian kemudian melakukan pendekatan

dengan pimpinan, menyampaikan rencana penelitian serta meminta

saran berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Page 73: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

c. Studi pendahuluan

Setelah judul penelitian diajukan untuk mendasari permasalahan yang

akan diteliti maka peneliti mengadakan studi pendahuluan dengan

melakukan wawancara bersama dengan para perawat di RSUD dr.

Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

d. Penyusunan dan seminar proposal

Setelah proposal penelitian selesai disusun dan disetujui oleh

Pembimbing I dan Pembimbing II, peneliti mengadakan seminar

proposal penelitian.

e. Permohonan ijin penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin

penelitian ke pihak Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso

Wonogiri dengan membawa pengantar permohonan ijin penelitian dari

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap dalam melakukan penelitian. Data diambil pada

tanggal 28 September – 20 Oktober 2015, pengamatan ditujukan pada para

perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri. Pada tahap ini,

yang dilakukan antara lain :

a. Peneliti bertemu dan meminta bantuan kepada Kepala Ruang masing-

masing ruang di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri atau

perawat yang bertanggung jawab di tempat penelitian untuk

mengumpulkan data dari perawat berkaitan dengan keefektifitasan

MPKP dan etos kerja perawat.

Page 74: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

b. Peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden dengan

menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kemudian responden yang

bersedia menjadi responden menandatangani informed consent dan

responden diberi lembar kuesioner berkaitan dengan keefektifitasan

MPKP dan etos kerja perawat.

c. Setelah responden mengisi lembar kuesioner, peneliti mengambil

lembar kuesioner tersebut untuk dikumpulkan dan dianalisis data dalam

rangka mengetahui hasil penelitian.

3. Tahap Pelaporan

Data yang telah selesai dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membuat tabel sesuai dengan kelompok data yang ada.

b. Mendeskripsikan data secara kuantitatif dari data yang ada.

c. Menginterpretasikan data-data tersebut dengan teori-teori dari

penelusuran kepustakaan yang ada.

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas instrument dalam penelitian tidak dilakukan,

hal ini dikarenakan instrumen yang digunakan sudah pernah diujicobakan oleh

penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Solihati (2012) untuk

MPKP dengan hasil validitas terendah sebesar 0,412 dan nilai validitas terbesar

sebesar 0,748, sedangkan nilai reliabilitasnya sebesar 0,816. Adapun penelitian

yang dilakukan oleh Setiadi (2009) tentang etos kerja perawat dengan hasil

validitas terkecil sebesar 0,384 dan nilai validitas terbesar sebesar 0,792 dengan

nilai reliabilitasnya sebesar 0,883.

Page 75: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu

diolah dulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui suatu

proses dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing

Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian

lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di

tempat pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat

segera di lengkapi.

b. Coding

Coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban/hasil-

hasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan

manandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka,

kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah

membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yang

digunakan untuk analisa data dalam komputer yang memerlukan suatu

kode tertentu. Coding dalam penelitian ini dapat dijelaskan seperti di

bawah ini :

1) Karakteristik responden

a) Umur : - 21 - 35 tahun = code 1

- 36 – 45 tahun = code 2

- > 45 tahun = code 3

Page 76: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

b) Jenis Kelamin : - Laki-laki = code 1

- Perempuan = Code 2

c) Tingkat pendidikan : - D3-Keperawatan = code 1

- S1-Keperawatan = code 2

d) Masa Kerja : - < 5 tahun = code 1

- antara 5–10 tahun = code 2

- > 10 tahun = code 3

2) Keefektifitasan MPKP : - Tidak Efektif = code 1

- Efektif = code 2

3) Etos Kerja Perawat : - Kurang = code 1

- Cukup = code 2

- Baik = code 3

c. Scoring

Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan

yang diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian

yang telah ditentukan.

d. Tabulating

Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-

tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan

kuesioner.

2. Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian diolah dengan tahapan perbaikan

data, pemberian kode, dan setelah itu dilakukan tabulasi. Analisis data

Page 77: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

dilakukan dengan analisis univariate dan bivariate (Notoatmodjo, 2010),

sebagai berikut:

a. Analisis Univariate

Analisis univariate dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dan hasil

penelitian yang meliputi karakteristik responden, efektifitas model

praktek keperawatan profesional dan etos kerja perawat.

b. Analisis Bivariate

Analisis bivariate dilakukan terhadap tiap dua variabel yang

diduga ada perbedaan yang signifikan. Analisis ini digunakan untuk

menggambarkan dua variabel yang diduga ada hubungan keeratan

(Sugiyono, 2009). Uji bivariat dilakukan melalui pengujian statistik

dengan analisis korelasi rank spearman, hal ini dikarenakan data

berskala ordinal sehingga analisis yang sesuai menurut Dahlan (2011)

adalah analisis rank spearman.

Interpretasi yang ditentukan:

1) Bila hasil rxyhit < rxytab(0,235) atau nilai p > 0,05, artinya bahwa tidak

ada hubungan antara keefektifitasan model praktek keperawatan

profesional dengan etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun

Soemarso Wonogiri.

2) Bila hasil rxyhit ≥ rxytab(0,235) atau nilai p < 0,05, artinya bahwa ada

hubungan antara keefektifitasan model praktek keperawatan

profesional dengan etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun

Soemarso Wonogiri.

Page 78: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

3.8. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus menerapkan etika

penelitian : (Hidayat, 2011)

1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Informad consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent ini diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberi lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Hal ini bertujuan agar responden

mengerti maksud dan tujuan penelitian dan dampak yang ditimbulkan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Identitas responden tidak perlu dicantumkan pada lembar

pengumpulan data, cukup menggunakan kode pada masing-masing lembar

pengumpulan data.

3. Confidentialty (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil

penelitian.

Page 79: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang hubungan keefektifitasan model praktek keperawatan

profesional dengan etos kerja perawat dilakukan di RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri pada tanggal 28 September – 20 Oktober 2015 dengan jumlah

responden sebanyak 69 orang.

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang

umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja responden. Hal ini dapat

dikemukakan seperti tampak pada pembahasan berikut :

a. Umur

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden

No Umur F %

1. < 30 tahun 17 24,6

2. 30 – 40 tahun 46 66,7

3. > 40 tahun 6 8,7

Total 69 100

Sumber: data primer diolah tahun 2015

Dari tabel 4.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar umur

responden antara 30-40 tahun yaitu sebanyak 46 orang (66,7%) dan

paling sedikit adalah responden yang berumur > 40 tahun yaitu

sebanyak 6 orang (8,7%), sedangkan yang mempunyai umur kurang

dari 30 tahun sebanyak 17 orang (24,6%).

65

Page 80: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

b. Jenis Kelamin

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (%)

Laki-laki 21 30,4

Perempuan 58 69,6

Jumlah 69 100,0

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mempunyai jenis kelamin perempuan (63,6%) dan lainnya berjenis

kelamin laki-laki (30,4%).

c. Pendidikan

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Akhir

Pendidikan Jumlah (%)

D3-Keperawatan 54 78,3

S1-Keperawatan 15 21,7

Jumlah 69 100,0

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

tingkat pendidikan D3-Keperawatan (78,3%) dan mempunyai

pendidikan S1-Keperawatan (21,7%).

d. Masa Kerja

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Masa Kerja

No Masa Kerja f %

1. < 5 tahun 12 17.4

2. 5 – 10 tahun 35 50.7

3. > 10 tahun 22 31.9

Total 69 100

Sumber: data primer diolah tahun 2015

Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

mempunyai masa kerja antara 5-10 tahun sebanyak 35 orang (50,7%),

responden yang mempunyai masa kerja kurang dari 5 tahun sebanyak

12 orang (17,4%), dan responden yang mempunyai masa kerja lebih

dari 10 tahun sebanyak 22 orang (31,9%).

Page 81: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

4.1.2 Keefektifitasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Hasil distribusi frekuensi tentang keefektifitasan Model Praktek

Keperawatan Profesional (MPKP) disajikan dalam tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi tentang Keefektifitasan Model Praktek

Keperawatan Profesional

Keefektifitasan MPKP Frekuensi Persentase (%)

Tidak Efektif

Efektif

27

42

39,1

60,9

Jumlah 69 100,0

Sumber: Data primer yang diolah, 2015.

Berdasarkan Tabel 4.4 data tentang keefektifitasan Model Praktek

Keperawatan Profesional (MPKP) pada perawat di Rumah Sakit dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri sebagian besar tergolong efektif yaitu sebanyak

42 orang (60,9%) dan lainnya tergolong tidak efektif yaitu sebanyak 27 orang

(39,1%).

4.2.3 Etos Kerja Perawat

Hasil distribusi frekuensi tentang etos kerja perawat di Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri disajikan

dalam tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi tentang Etos Kerja Perawat

Etos Kerja Perawat Frekuensi Persentase (%)

Kurang

Cukup

Baik

13

35

21

18,8

50,7

30,4

Jumlah 69 100,0

Sumber: Data primer yang diolah, 2015.

Berdasarkan Tabel 4.5. etos kerja yang dimiliki perawat di RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebagian besar mempunyai etos kerja

cukup sebanyak 35 orang (50,7%), kemudian baik sebanyak 21 orang

Page 82: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

(30,4%), dan paling sedikit perawat tergolong mempunyai etos kerja kurang

sebanyak 13 orang (18,8%).

4.2 Analisis Bivariat

Hubungan Keefektifitasan Model Praktek Keperawatan Profesional

dengan Etos Kerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri

Penelitian ini menggunakan uji korelasi rank spearman (τ) yaitu untuk

mengetahui hubungan keefektifitasan model praktek keperawatan profesional

dengan etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Berikut hasil analisis yang telah diuji yang tersajikan dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6

Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman (τ)

Variabel Nilai Rank Spearman p-value

Keefektifitasan MPKP dengan

Etos Kerja Perawat

0,812 0,000

Berdasarkan tabel 4.6, diketahui nilai korelasi hitung sebesar 0,812

dengan nilai probabilitas 0,000 (p value < 0,05), sehingga Ha diterima dan Ho

ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keefektifitasan

model praktek keperawatan profesional dengan etos kerja perawat di RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, artinya bahwa semakin efektif model

praktek keperawatan profesional yang ada pada perawat maka semakin baik

dan meningkat pula etos kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Soediran Mangun Sumarso. Adapun kekuatan hubungan tersebut tergolong

mempunyai kekuatan hubungan yang kuat.

Page 83: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini membahas mengenai analisis univariat dan analisis bivariat

sebagaimana yang telah dikemukakan pada Bab IV sebelumnya yang berupa

analisis univariat yaitu mendeskripsikan variabel keefektifitasan model praktek

keperawatan profesional dan etos kerja perawat serta menganalisis bivariate dengan

menghubungkan antara keefektifitasan model praktek keperawatan profesional

dengan etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Hal

ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

5.1 Karakteristik Responden

1. Umur

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mempunyai umur antara 30-40 tahun yaitu sebanyak 46 orang (66,7%). Hal

ini menunjukkan bahwa responden memiliki usia yang matang dalam

berfikir dan bekerja atau masih dalam usia produktif. Sejalan dengan

pendapat Nursalam (2007) bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

Karena dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam

berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi setiap melakukan

pekerjaan dalam melayani pasien secara profesional.

Hal ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Arni, dkk

(2014) bahwa sebagian besar perawat yang diteliti adalah usia 21-40 tahun,

69

Page 84: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

dengan usia yang masih muda tersebut dilihat dari pengalaman-pengalaman

yang didapat dari tindakan keperawatan. Hal ini diungkapkan oleh Potter

dan Perry (2009) bahwa usia akan mempengaruhi jiwa seseorang yang

menerima untuk mengolah kembali pengertian-pengertian atau tanggapan,

sehingga dapat dilihat bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka proses

pemikirannya untuk bekerja melakukan tindakan di rumah sakit lebih

matang. Biasanya orang muda pemikirannya radikal sedangkan orang

dewasa lebih moderat.

2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mempunyai jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 69,6%. Seorang

perempuan memiliki sifat atau naluri keibuan yang sangat dibutuhkan bagi

seorang perawat. Dengan sifat atau naluri yang dimiliki tersebut maka

diharapkan perawat perempuan dapat lebih memberikan perhatian kepada

pasien. Karena perhatian yang diberikan oleh perawat dapat meningkatkan

kenyamanan pasien selama dirawat di rumah sakit (Mulyaningsih, 2013).

Namun demikian, menurut Rivai & Mulyadi (2010), bahwa semua

perawat baik laki-laki maupun perempuan sama-sama mempunyai peluang

untuk menunjukkan kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan

keperawatan kepada pasien. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat

ahli yang menyatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang berarti

antara jenis kelamin perempuan dengan jenis kelamin laki-laki dalam

produktifitas kerja dan dalam kepuasan kerja. Pria dan wanita juga tidak ada

Page 85: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

perbedaan yang konsisten dalam kemampuan memecahkan masalah,

ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, dan

kemampuan belajar.

3. Pendidikan

Penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden

mempunyai tingkat pendidikan Diploma 3 (90,8%). Tingkat pendidikan

perawat dengan rasio akademik lebih banyak akan memudahkan dalam

menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.

Hasil ini diperkuat oleh Purwadi dan Sofiana (2006) yang

membuktikan bahwa perawat dengan pendidikan Diploma 3 dan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi mempunyai efisiensi kerja dan penampilan

kerja yang lebih baik dari pada perawat dengan pendidikan SPK. Oleh

karena itu, pendidikan seseorang merupakan faktor yang penting sehingga

kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien agar

mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Masa Kerja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

mempunyai masa kerja antara 5-10 tahun sebanyak 35 orang (50,7%),

responden yang mempunyai masa kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 12

orang (17,4%), dan responden yang mempunyai masa kerja lebih dari 10

tahun sebanyak 22 orang (31,9%).

Pada awal bekerja, perawat memiliki kepuasan kerja yang lebih, dan

semakin menurun seiring bertambahnya waktu secara bertahap lima atau

Page 86: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

delapan tahun dan meningkat kembali setelah masa lebih dari delapan

tahun, dengan semakin lama seseorang dalam bekerja, akan semakin

terampil dalam melaksanakan pekerjaan (Hariandja, 2008).

Seseorang yang sudah lama mengabdi kepada organisasi memiliki

tingkat kepuasan yang tinggi. Hal ini juga dinyatakan oleh Sastrohadiworjo

(2005), bahwa semakin lama seseorang bekerja semakin banyak kasus yang

ditanganinya sehingga semakin meningkat pengalamannya, sebaliknya

semakin singkat orang bekerja maka semakin sedikit kasus yang

ditanganinya. Pengalaman bekerja banyak memberikan kesadaran pada

seseorang perawat untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan prosedur

yang telah ditetapkan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mulyaningsih (2013) yang menyatakan pengalaman merupakan salah satu

faktor dari masa kerja, dan sebagian besar perawat memiliki masa kerja

antara 8-10 tahun 67,5%.

5.2 Keefektifitasan Model Praktek Keperawatan Profesional Perawat di

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Berdasarkan hasil penelitian tentang keefektifitasan model praktek

keperawatan profesional (MPKP) diketahui bahwa sebagian besar mempunyai

model praktek keperawatan profesional yang efektif yaitu sebanyak 42 orang

(60,9%) dan yang paling sedikit responden mempunyai model praktek

keperawatan profesional tergolong tidak efektif yaitu sebanyak 27 reponden

(39,1%). Efektifitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas

mencakup berbagai faktor didalam maupun diluar diri seorang. Dengan

Page 87: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, tetapi

juga dapat dilihat dari sisi persepsi atau sikap individu (Roymond, 2008).

Keefektifitasan model praktek keperawatan profesional perawat

tergolong efektif ini diantaranya dipengaruhi oleh faktor usia. Sebagian besar

perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri berusia antara 30-

40 tahun yaitu sebanyak 46 orang (66,7%). Menurut Dessler (1997) dalam

Mulyaningsih (2013), bahwa pada usia tersebut seseorang berada pada tahap

pemantapan pilihan karir untuk mencapai tujuan dan puncak karir. Usia dapat

mendukung efektifitasan model praktek keperawatan profesional, karena usia

biasanya berkaitan dengan masa kerja. Namun demikian, orang yang berusia

muda juga dapat menunjukkan efektifitas yang baik.

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) merupakan suatu

sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat

profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan

tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006). Model praktik

keperawatan profesional (MPKP) juga merupakan suatu sistem (struktur,

proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,

mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan

tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan

berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien.

Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena

bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak

ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan (Nursalam,

2008).

Page 88: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Nilai profesional dikatakan baik dapat dilihat dari intelektual,

komitmen, modal, otonomi, kendali dan tanggung gugat perawat (Sitorus,

2011). Nilai intelektual terdiri dari tiga komponan yang sangat terkait; body of

knowledge, pendidikan spesialisasi, dan penggunaan pengetahuan dalam

berfikir kritis serta kreatif. Komitmen moral, perilaku perawat harus dilandasi

aspek kmoral yang meliputi : beneficience/tidak membahayakan klien, adil,

fidelity/ meminimalkan resiko. Otonomi berarti adanya kebebasan dan

wewenang melakukan tindakan secara mandiri, kendali merupakanimpliaksi

pengaturan/pengarahan terhadap orang lain. Tanggung gugat merupakan

tanggung jawab terhadap tindakan yang telah diberikan. Perawat sebagai

petugas kesehatan yang waktunya 24 jam bertemu klien setiap hari, dalam

memberikan asuhan keperawatan tidak terlepas dari nilai-nilai profesional.

Peraat bila akan melakukan suatu tindakan keperawatan selalu memberikan

informasi kepada klien dan keluarga, danm perawat akan menghargai setiap

keputusan klien, bertanggung jawab atas tindakan yang diberikan kepada klien.

5.3 Etos Kerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Hasil penelitian diketahui bahwa etos kerja yang dimiliki perawat di

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebagian besar mempunyai

etos kerja cukup sebanyak 35 orang (50,7%), kemudian baik sebanyak 21

orang (30,4%), dan paling sedikit perawat tergolong mempunyai etos kerja

kurang sebanyak 13 orang (18,8%).

Etos kerja menurut Damayanti (2008) merupakan suatu usaha

komersial yang menjadi suatu keharusan demi hidup, atau sesuatu yang

Page 89: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

imperatif dari diri, maupun sesuatu yang terkait pada identitas diri yang telak

bersifat sakral. Identitas diri yang terkandung di dalam hal ini, adalah sesuatu

yang telah diberikan oleh tuntutan religius, kepercayaan yang telah diyakini

dalam kehidupan seseorang.

Dari hasil penelitian dalam hal etos kerja bahwa kerja adalah ibadah,

perawat sudah banyak yang mengerti dan memahami makna sebuah pekerjaan,

dimana perawat bisa serius dalam arti sungguh-sungguh, sepenuh hati dalam

bekerja karena mereka sadar bahwa mereka sedang mengabdi pada Tuhan dan

semua hasil yang mereka kerjakan adalah merupakan olah kerja yang

dipersembahkan kepada Tuhan. Dalam hal kerja adalah seni, perawat kadang-

kadang dalam pekerjaan masih belum bisa aktif dan kreatif dalam menuangkan

ide-ide, gagasan, dan daya cipta sehingga mereka kadang masih belum bisa

merasakan sukacita dan bahagia dalam melayani setiap pelanggan. Hal ini

disebabkan karena perawat masih sebagian baru lulus dari pendidikan dengan

pengalaman yang kurang sedangkan dalam lahan pekerjaan banyak perawat-

perawat yang sudah berpengalaman sehingga menyebabkan perawat merasa

memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan ide dan gagasan. Dalam hal

kerja adalah pelayanan, perawat sebagian sudah menyadari kalau pekerjaan

dan profesinya sebagai seorang perawat adalah hal yang mulia. Mereka bisa

dengan segenap hati, segenap pikiran dan dengan kerendahan hati dalam

melakukan pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena selama pendidikan sudah

ditanamkan dalam diri perawat tentang melayani kebutuhan setiap pelanggan

secara holistik dan koprehensif.

Page 90: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Ketiga indikator etos kerja yang sudah dijelaskan diatas sangatlah

sesuai dengan apa yang sudah diungkapkan oleh Sinamo (2005) bahwa etos

kerja dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal timbul dari faktor psikis misalnya dari dorongan kebutuhan

dengan segala dampaknya, mencari kebermaknaan kerja, frustasi, faktor-faktor

yang menyebabkan kemalasan. Faktor eksternal datangnya dari luar seperti

faktor fisik, lingkungan pergaulan, budaya, pendidikan, pengalaman dan

latihan, keadaan politik, ekonomi, imbalan kerja serta janji dan ancaman.

Dikatakan juga bahwa kerja adalah ibadah mempunyai arti bekerja serius

penuh kecintaan. Ibadah yang benar harus dilakukan dengan serius dan

sungguh-sungguh. Begitu pula bekerja yang benar. Kesadaran ini pada

gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari

uang atau jabatan semata.

Kerja adalah seni, artinya bekerja cerdas penuh kreativitas. Kerja

sebagai seni akan mendatangkan kesukaan dan gairah kerja yang bersumber

pada aktivitas-aktivitas keatif, artistik, dan interaktif. Aktivitas seni menuntut

penggunaan potensi kreatif dalam diri kita, baik untuk menyelesaikan masalah-

masalah kerja yang timbul maupun untuk memunculkan ide atau hal-hal yang

baru. Kerja adalah pelayanan, artinya bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Kemuliaan datang dari pelayanan. Orang yang melayani adalah orang yang

mulia. Selanjutnya, pekerjaan dan profesi yang melayani adalah pekerjaan dan

profesi yang mulia karena merupakan bentuk pelayanan yang riil bagi sesama

baik secara fungsional maupun herarkis. Seseorang perlu mengabdi kerja pada

Page 91: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

hal-hal mulia sehingga dengan sendirinya akan memenuhi aspirasi kemuliaan

diri kita sendiri, dengan mengabdikan kerja kita pada hal-hal mulia, maka

obyek yang kita abdi lebih mulia (Sunarno, 2006).

5.4 Hubungan Efektifitasan Model Praktek Keperawatan Profesional dengan

Etos Kerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman (τ) diketahui bahwa

nilai korelasi hitung sebesar 0,812 dengan nilai probabilitas 0,000 (p value <

0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara keefektifitasan model praktek keperawatan profesional

dengan etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri,

artinya bahwa semakin efektif model praktek keperawatan profesional yang ada

pada perawat maka semakin baik dan meningkat pula etos kerja perawat di

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso. Adapun kekuatan

hubungan tersebut tergolong mempunyai kekuatan hubungan yang kuat.

Hasil penelitain ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh

Rosanti (2006), yang meneliti tentang penerapan Model Praktek Keperawatan

Profesional (MPKP) terhadap kinerja perawat di ruang inap penyakit dalam,

hasil penelitannya menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

MPKP terhadap penerapan standar asuhan keperawatan danpersepsi pasien

perawat tentang etos kerja dan kinerja dengan nilai p-value 0,05.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh

Mulyaningsih (2013), yang meneliti hubungan antara supervisi dan

karakteristik individu dengan kinerja perawat dalam penerapan MPKP, hasil

Page 92: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara supervisi dan

karakteristik individu dengan kinerja perawat dalam penerapan MPKP. Di

samping itu penelitian ini semakna dengan penelitian yang dilakukan oleh Arni,

dkk (2014), yang meneliti tentang hubungan motivasi intrinsik dan eks-trinsik

dengan penerapan model keperawatan profesiona (MPKP) di ruang rawat, hasil

penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi perawat dengan

penerapan model praktik keperawatan profesional di rumah sakit.

Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Imelda (2012) yang meneliti tentang pengaruh kompetensi perawat, jenis

kelamin perawat, kondisi pasien dan penerapan Model Praktik Keperawatan

Profesional dengan kinerja perawat, hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan MPKP menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kinerja perawat

(β = 0,494).

Page 93: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Karakteristik responden, sebagian besar mempunyai umur antara 30-40

tahun (66,7%), berjenis kelamin perempuan (69,6%), berpendidikan D-3

Keperawatan (78,3%) dan mempunyai masa kerja antara 5-10 tahun

(50,7%).

2. Keefektifitasan model praktek keperawatan profesional (MPKP) sebagian

besar tergolong efektif yaitu sebanyak 42 orang (60,9%) dan lainnya

tergolong tidak efektif sebanyak 27 reponden (39,1%).

3. Etos kerja yang dimiliki perawat sebagian besar mempunyai etos kerja

cukup sebanyak 35 orang (50,7%), etos kerja baik sebanyak 21 orang

(30,4%), dan paling sedikit perawat tergolong mempunyai etos kerja kurang

sebanyak 13 orang (18,8%).

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara keefektifitasan model praktek

keperawatan profesional dengan etos kerja perawat di RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri (rxy = 0,812; p-value = 0,000) dan kekuatan

hubungan tergolong kuat.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

disarankan sebagai berikut :

79

Page 94: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan bagi pihak Rumah Sakit agar meningkatkan pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan penerapan Model Praktik Keperawatan

Profesioanal (MPKP) tanpa mengesampingkan usia, jenis kelamin, dan

lama bekerja perawat dalam penerapan MPKP.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan menambah jumlah jam mata kuliah Riset Keperawatan dan

Manajemen Keperawatan guna memberi cukup banyak ilmu sehingga

menambah wawasan mahasiswa dalam penyusunan skripsi dan lebih

memperdalam pengetahuan tentang manajemen.

3. Bagi Peneliti berikutnya

Sebagai database untuk penelitian lebih lanjut mengenai keefektifitasan

model praktek keperawatan profesional hubungannya dengan etos kerja

perawat, dan peneliti lain dapat meneliti faktor yang mempengaruhi etos

kerja tidak hanya keefektifitasan MPKP.

Page 95: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Dasar-dasar Kepemimpinan dalam Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :

Rineka Cipta. Arni. R, Eka Hasriyanti, Suarnianti. 2014. Hubungan Motivasi Intrinsik dan Eks-

trinsik dengan Penerapan Model Keperawatan Profesiona (MPKP) di ruang rawat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014.

Arum dan Mukhlisin. 2008. Kajian Penerapan Model Praktik Keperawatan

Profesional (MPKP) dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit. Jurnal Publikasi Keperawatan. Surakarta: UMS.

Arwani, & Supriyatno, H. 2010. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC Dahlan, Sopiyudin, M. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan:

Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika. Damayanti, Ninin. 2008. “Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Terendah di

Asia Tenggara.” dalam http://www.tempointeraktif.com. Diakses tanggal 16 Juli 2015.

Bimo, W. 2008. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Ghozali, Imam. 2009. Analisis Multivariate dengan Menggunakan SPSS.

Semarang: UNDIP Press. Gibson. 2005. Organisasi: Prilaku, Struktur dan Proses. Jakarta: Erlangga. Gillies. 2006. Nursing Management: A System Approach, (third edition).

Philadelphia: W.B. Saunders Company. Gunarsa, S. D. 2009. Psikologi Perawatan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Goodner, B. 2004. Panduan Tindakan Klinik Praktis (The Nurse’s survival guide).

Jakarta : EGC Hidayat, Alimul A.A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif,

Jakarta : Heath Books. Imelda. MM. 2012. Pengaruh Kompetensi Perawat, Jenis Kelamin Perawat,

Kondisi Pasien dan Penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional dengan Kinerja Perawat. Tesis (tidak dipublikasikan). Jakarta: UEU.

Jansen, S. Martin. 2007. 8 Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Dharma Mahardika.

Page 96: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Kemenkes RI, 2010. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional. Jakarta : Kemenkes RI.

Marumpa. 2008. Kiat Meningkatkan Etos Kerja yang Positif. Medan: USU. Mulyaningsih. 2013. Hubungan antara supervisi dan karakteristik individu dengan

kinerja perawat dalam penerapan MPKP di RSJD Surakarta. Jurnal STIKES

Aisyiyah. Surakarta.

Nitisemito, Alex. 2006. Manajemen Personalia, Edisi kedua, Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurachmah, Chomsatun. 2007. Asuhan Keperawatan Bermutu di RS Jakarta:

Seminar Keperawatan RS Islam Cempaka Putih. http://www.pdpersi.co.id.

Diakses tanggal 16 Juli 2015.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, ed

2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan. Jakarta Salemba Medika

Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan. Buku 1,

Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Purwadi dan Sofiana. 2006. Hubungan Model Praktek Keperawatan dengan

Kinerja Perawat di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Jurnal STIKES

Aisyiyah. Surakarta.

Rivai, V., Mulyadi, D. 2010. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Rosanti, Evi. 2006. Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

terhadap Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam dan VIP

RSUD Solok. Tesis (tidak dipublikasikan), Yogyakarta: Perpustakaan Pusat

UGM.

Roymond H. Simamora. (2008). Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siagian, Sondang. 2005. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.

Jakarta: EGC.

Page 97: HUBUNGAN KEEFEKTIFITASAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-yatininims... · semangat bagi penulis dalam mengerjakan proposal skripsi

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suwignyo. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ibu hamil

Memilih Pelayanan antenatal Care di Poliklinik Kebidanan dan Penyakit

Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Available at:

http://eprints.undip.ac.id/5299/. Diakses: 1 Juli 2015.

Tasmara, Toto. 2007. Etos Kerja Pribadi Muslim, Cet. II Jakarta: Dana Bhakti

Wakaf.