pengalaman prehospital keluarga dalam penanganan luka...

114
PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA BAKAR DI RSUD SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana KeperawatanOleh : Suci Mustika Sari NIM S11039 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: ngokien

Post on 17-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN

LUKA BAKAR DI RSUD SUKOHARJO

SKRIPSI

“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Suci Mustika Sari

NIM S11039

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

ii

Page 3: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

iii

Page 4: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

iv

Page 5: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

v

Page 6: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Allah SWT, pencipta alam semesta ini. Alhamdulillah, terima kasih atas

kemudahan yang diberikan pada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini tepat waktu dan memberikan kelancaran serta banyak pelajaran dalam

hidup. Terimakasih Ya Allah telah memberikan banyak kesempatan padaku

untuk berubah menjadi lebih baik lagi, Allahu Akbar.

2. Kedua orangtuaku bapak sambudi dan ibu suharni, terimakasih telah memberi

semangat, kasih sayang dan doa yang tidak pernah terputus, selalu

memberikan yang terbaik untukku.

3. Tante dina dan om agus, terimakasih atas bantuan dan dukungannya dalam

proses pembuatan skripsi.

4. Adikku ilyas dan keponakanku imade, angger, terimakasih untuk semangat

dan doanya.

5. Keluarga bapak supri terimakasih yang senantiasa selalu memberikan

dukungan dan doa.

6. Almarhum aris setiawan, kakakku tercinta engkaulah motivasi terbesarku

untuk bisa melewati tantangan dan cobaan dalam hidup ini untuk tetap terus

melangkah mewujudkan impian.

7. Citra suci rahayu, keponakanku dan kakakku yang tak bisa di sebutkan

namanya, terimakasih telah menemamiku dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih atas berkatmu yang selalu mendukung, mendoakan dan

memotivasi saya sampai skripsi ini selesai.

8. Choirul anam S.H, terimakasih ya atas dukungan, semangat, kasih sayang,

doa dan kesabarannya yang kamu berikan selama ini pada saya.

9. Sahabatku laras, muyas, utari, vera, henik, hanim, santi, dyah, dwik, nia, ervi,

dewi, octy terimakasih kalian selalu memberikan semangat dan doa padaku.

10. Teman-teman S1 Keperawatan angkatan 2011, terimakasih kalian selama ini

selalu memberikan semangat dan dukungan serta menjadi teman baik selama

4 tahun ini. Semoga selalu terjalin tali silaturahmi, Amin.

Page 7: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

vii

11. Almamaterku kampus Stikes Kusuma Husada Surakarta, terimakasih telah

memberikan pelajaran, wawasan yang luas tentang dunia kesehatan dan

menjadikanku seorang yang berpendidikan yang berarti bagi nusa dan bangsa.

Semoga setelah saya menuntut ilmu selama 4 tahun ini dapat bermanfaat bagi

saya dan ilmunya dapat saya aplikasikan dengan baik dan benar. Serta

semoga saya dan kampus tetap terus terjalin tali silaturahmi, Amin.

Page 8: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN............................................................................... iii

KATA PENGHANTAR ............................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

ABSTRAK .................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ....................................................................... 8

2.1.1 Pengetahuan ................................................................ 8

2.1.4 Keluarga ..................................................................... 12

2.1.5 Luka Bakar.................................................................. 17

2.2 Kerangka Teori ....................................................................... 36

Page 9: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

ix

2.3 Fokus Penelitian ..................................................................... 37

2.4 Keaslian Penelitian ................................................................. 38

BAB III METODOLOGI

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian ............................................ 40

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 40

3.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 41

3.4 Instrumen dan Pengumpulan Data.......................................... 42

3.5 Analisa Data ........................................................................... 48

3.6 Keabsahan Data ...................................................................... 49

3.7 Etika Penelitian ...................................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Lokasi Tempat Penelitian ...................................................... 53

4.2 Karakteristik Paristipan ......................................................... 54

4.3 Hasil penelitian ...................................................................... 55

4.4 Skematik ................................................................................ 77

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Persepsi tentang bahaya luka bakar ....................................... 79

5.2 Ketidakberdayaan keluarga dalam penanganan luka bakar ... 81

5.3 Rasa empati keluarga dalam penanganan luka bakar ............ 82

5.4 Pertolongan pertama keluarga ............................................... 83

5.5 Upaya mencari pelayanan kesehatan ..................................... 87

5.6 Keyakinan keluarga dalam penangana luka bakar ................ 88

5.7 Kurang pengetahuan keluarga ............................................... 90

Page 10: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

x

5.8 Minim sarana dan prasarana .................................................. 91

5.9 Pemanfaatan sumber daya ..................................................... 93

BAB V HASIL PENELITIAN

6.1 Kesimpulan ............................................................................ 96

6.2 Saran ...................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Derajat dan kedalaman luka bakar 20

2.2 Keaslian Penelitian 38

Page 12: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Metode rule of nine 21

2.2 Metode hand palm 22

2.3 Metode lund browder 23

2.4 Algoritma luka bakar 31

2.5 Kerangka Teori 32

2.6 Fokus penelitian 33

4.1 Skema tema persepsi tentang luka bakar 58

4.2 Skema tema ketidakberdayaan keluarga 60

4.3 Skema tema rasa empati keluarga 61

4.4 Skema tema tentang pertolongan pertama 66

4.5 Skema tema upaya mencari pelayanan kesehatan 68

4.6 Skema tema tentang keyakinan keluarga 69

4.7 Skema tentang kurang pengetahuan keluarga 71

4.8 Skema tema minim sarana dan prasarana 73

4.9 Skema tema tentang pemanfaatan sumber daya 76

4.10 Skema tema 77

Page 13: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan

1. F 01 Usulan Topik proposal

2. F 02 Pengajuan Persetujuan Judul

3. F 03 Pergantian Judul

4. F 04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

5. F 05 Lembar Oponent

6. F 06 Lembar Audience

7. F 07 Pengajuan Ijin Penelitian

8. F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi

9. Lembar Konsultasi

10. Surat Ijin Studi Pendahuluan

11. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

12. Surat Ijin Penelitian

13. Surat Balasan Ijin Penelitian

14. Transkrip Wawancara

15. Analisa Tematik

16. Lembar Bukti Penanganan Keluarga

17. Dokumentasi

18. Pedoman Wawancara

19. Data Demografi

20. Lembar Permohonan Menjadi Partisipan

21. Lembar Persetujuan Partisipan

22. Jadwal Penelitian

Page 14: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

xiv

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Suci Mustika Sari

PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN

LUKA BAKAR DI RSUD SUKOHARJO

Abstrak

Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan

yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,

listrik dan radiasi. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pengalaman

prehospital keluarga dalam penanganan luka bakar di RSUD Sukoharjo.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi. Teknik

sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel dalam

penelitian adalah lima partisipan. Data dalam penelitian ini di analisa

menggunakan metode Colaizzi.

Hasil penelitian ini didapatkan sembilan tema yaitu persepsi tentang bahaya

luka bakar, ketidakberdayaan keluarga dalam penanganan luka bakar, rasa empati

keluarga dalam penanganan luka bakar, pertolongan pertama keluarga dalam

penanganan luka bakar, upaya mencari pelayanan kesehatan, keyakinan keluarga

dalam penanganan luka bakar, kurang pengetahuan keluarga tentang penanganan

luka bakar, minim sarana dan prasarana dalam penanganan luka bakar,

pemanfaatan sumber daya dalam penanganan luka bakar.

Kesimpulan penelitian adalah keluarga dalam memberikan pertolongan

pertama luka bakar masih kurang tepat misalnya dengan pemberian bedak, pasta

gigi, minyak goreng, dan air garam. Masyarakat di harapkan lebih memahami dan

dapat memberikan pertolongan pertama dengan tepat dan benar sebelum di bawa

ke fasilitas pelayanan kesehatan sehingga dapat meminimalisir terjadinya

komplikasi luka bakar seperti syok dan kematian.

Kata kunci : Penanganan, Keluarga, Luka Bakar, Prehospital

Daftar Pustaka: 45 (2002-2014)

Page 15: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

xv

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Suci Mustika Sari

Family’s Prehospital Experience of Burn Handling at Local General Hospital

of Sukoharjo

Abstract

Burn is damage to your body's tissues caused by heat, chemicals, electricity,

sunlight or radiation. The objective of this research is to investigate the family’s

pre-hospital experience of burn handling at Local General Hospital of Sukoharjo.

This research used the qualitative phenomenological method. The samples

of research consisted of 5 participants and were taken by using the purposive

sampling technique. The data were analyzed by using the Colaizzi’s method.

The result of research shows that there were nine themes namely:

preception of the danger of burn, powerlessness of family in burn handling,

emphaty of the family in burn handling, family’s first aid in burn handling, effort

of seeking for health services, family’s confidence in burn handling, family’s lack

of knowledge of burn handling, inadequate facilities and infrastructures for burn

handling, and resource utilization in burn handling. Thus, the family’s first aids

in burn handling such as administration of powder, toothpaste, cooking oil, and

salt water to the burn were still inappropriate. Therefore, the people are expected

to know more of the proper burn handling before the victims were admitted to the

health services as to minimize the burn complication incidence such as shock and

even death.

Keywords : Treatment, family, burn, prehospital

Refernces : 45 (2002-2014)

Page 16: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan

yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan

kimia, listrik dan radiasi (Wim de Jong, 2005). Luka bakar akan

mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga amat memengaruhi

seluruh sistem tubuh (Nina, 2008). Luka bakar dapat terjadi dimana saja,

sewaktu-waktu dan seringkali tidak terduga sehingga korban tidak

mendapatkan pertolongan pertama yang benar dan biasanya masyarakat yang

pertama kali menjumpai untuk melakukan upaya pertolongan pertama

(Pranata, 2011).

Luka bakar merupakan masalah yang serius dalam kesehatan dunia,

khususnya di negara berkembang (Lin et al, 2010). Pada tahun 2008, lebih

dari 410.000 luka bakar terjadi di Amerika Serikat dengan sekitar 40.000

membutuhkan perawatan rumah sakit. Di India, lebih dari 1 juta orang

mengalami luka bakar setiap tahun. Pada penelitian Istikhara (2011),

prevalensi luka bakar di RSUP M.Jamil Padang dilaporkan bahwa kasus luka

bakar mencapai 91 orang dengan penyebab berasal dari kompor dan alat

elektronik. Pada tahun 2010 ditemukan 84 kasus luka bakar dengan penyebab

Page 17: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

2

sengatan listrik 22 kasus (26%), siraman air panas 15 kasus, dan sisanya

dengan penyebab api, kompor gas dan minyak panas.

Luka bakar akan menimbulkan kerusakan berbagai organ, diantaranya

kulit. Sebagai respon terhadap jaringan yang rusak, tubuh memiliki

kemampuan untuk mengganti jaringan yang rusak, memperbaiki struktur,

kekuatan, dan fungsinya melalui proses penyembuhan luka (Georgiade SG

and Christopher WP, 2011). Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,

pembuluh darah dan jaringan epidermis. Luka bakar mengakibatkan

komplikasi diantaranya shock hipovolemik, infeksi, ketidakseimbangan

elektrolit dan masalah distress pernafasan. Distress emosional dan psikologi

yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka. Jenis luka

dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung

jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi

yang terjadi akibat luka tersebut (Anonim, 2009).

Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan bahwa luka bakar

adalah kondisi darurat yang mengancam kehidupan, kehilangan cairan akibat

penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada

luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar

derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme

kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan

terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat,

dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan

produksi urin berkurang (Yovita, 2010). Pada kebakaran dalam ruang tertutup

Page 18: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

3

atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas

karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring yang

ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala

sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat

asap dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon

monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin

tidak mampu lagi mengikat oksigen, dan apabila lebih dari 60% hemoglobin

terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12-24 jam, permeabilitas

kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan

edema ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis

(Yovita, 2010).

Tindakan pertolongan pertama pada korban luka bakar penting di

lakukan untuk mencegah komplikasi seperti dehidrasi, infeksi, dan kematian

(Rahayuningsih, 2012). Salah satu cara dalam menangani tingkat keparahan

luka bakar sangat dibutuhkan penanganan awal penderita sebelum di bawa ke

pelayanan kesehatan. Kecelakaan seperti luka bakar dapat terjadi di mana saja

dan kapan saja dan tenaga medis biasanya tidak ada, keluarga merupakan

penolong utama yang harus memberikan penanganan pertama untuk luka

bakar. Pertolongan pertama harus segera dilakukan karena setiap detik

berharga dan semakin cepat pertolongan diberikan akan meminimalkan

tingkat kerusakan jaringan (Shivastava & Goel, 2010). Menurut penelitian

Froutan et., all (2014) mengatakan bahwa hasilnya dengan menganalisis 498

kode utama, empat kategori utama yaitu sifat perawatan luka bakar,

Page 19: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

4

ketegangan di lokasi kecelakaan, pekerjaan bertahap 'kelelahan', dan

informasi yang tidak memadai, yang diambil dari pengalaman personil

darurat prehospital selama perawatan luka bakar.

Keluarga atau orang awam biasanya memberi obat pada luka bakar

seperti pasta gigi, minyak goreng, kecap, margarin, betadin (Kirana, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Karaoz (2010) menggunakan deskriptif

dilakukan pada 130 keluarga di Milas Turki, yang memiliki anak usia 0

sampai 14 tahun. Di antara 130 keluarga, sebanyak 53 anak (40,8%)

mengalami peristiwa luka bakar. Dua puluh tujuh subyek (51%) telah diobati

luka bakar dengan obat yang tidak tepat yaitu yoghurt, pasta gigi, pasta tomat,

es, putih telur mentah, atau irisan kentang.

Penanganan gawat darurat fase prehospital terlibat pula unsur-unsur

masyarakat non tenaga kesehatan termasuk keluarga sebelum mendapatkan

perawatan di rumah sakit (Herkutanto, 2007). Penanganan pertama luka bakar

oleh keluarga adalah untuk memberikan pertolongan pertama ditempat

kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum

korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari

(Suriati, 2011). Kenyataan tersebut menyatakan bahwa betapa pentingnya

perawatan prehospital (Yusuf, 2007). Perawatan prehospital merupakan

bagian utama dari pertolongan pertama, dimulai dari tempat kejadian sampai

perawatan medis di peroleh (Shivastava & Goel, 2010).

Page 20: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

5

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Sukoharjo pada tahun

2014 terdapat 34 pasien dengan diagnosa luka bakar. Hasil wawancara dari

dua orang dengan anggota keluarga yang terkena luka bakar sebelum dibawa

ke rumah sakit, keluarga mengoleskan pasta gigi pada luka bakar. Sehingga

dapat diketahui bahwa dengan minimnya pengetahuan keluarga dalam

melakukan penanganan luka bakar yang kurang tepat dapat memperparah

luka bakar. Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Bagaimana

pengalaman prehospital keluarga dalam penanganan luka bakar di RSUD

Sukoharjo?”.

1.2 Rumusan Masalah

Keluarga merupakan orang terdekat yang dapat memberikan

pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan seperti luka bakar saat dirumah.

Penanganan luka bakar prehospital penting dilakukan untuk mencegah

tingkat kerusakan jaringan. Namun, tidak semua keluarga dapat memberikan

penanganan luka bakar dengan tepat. Tindakan yang salah dapat

mengakibatkan luka bakar semakin parah. Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimanakah

pengalaman prehospital keluarga dalam penanganan luka bakar di RSUD

Sukoharjo?”.

Page 21: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengalaman prehospital keluarga dalam penanganan

luka bakar di RSUD Sukoharjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi persepsi keluarga tentang luka bakar

2. Mengidentifikasi respon psikologi keluarga dalam menangani luka

bakar

3. Mengidentifikasi tindakan yang dilakukan keluarga dalam

menangani luka bakar

4. Mengidentifikasi alasan tindakan yang dilakukan keluarga dalam

menangani luka bakar

5. Mengidentifikasi faktor yang menghambat tindakan keluarga dalam

menangani luka bakar

6. Mengidentifikasi mekanisme koping terhadap hambatan keluarga

dalam menangani luka bakar

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan

masyarakat dalam menangani anggota keluarga yang terkena luka

bakar.

Page 22: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

7

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam

proses belajar mengajar tentang penanganan luka bakar dikelas maupun

dilapangan.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini berguna sebagai rujukan bagi penelitian lain dan

sebagai acuan penelitian selanjutnya mengenai luka bakar dengan

menggunakan metode yang berbeda.

1.4.4 Manfaat Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian tentang pengalaman prehospital keluarga dalam penanganan

luka bakar.

Page 23: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

1. Definisi

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah merupakan

hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Hal tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya sikap seseorang. Pengetahuan adalah segala sesuatu

yang diketahui, gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara

logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014).

2. Cara untuk memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2012) cara untuk memperoleh

pengetahuan terdiri dari dua cara yaitu cara tradisional dan cara

modern.

Page 24: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

9

Adapun cara memperoleh pengetahuan yaitu :

a. Cara tradisional

1) Cara coba (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memencahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil dicoba kemungkinan lain.

2) Cara kebiasaan otoritas

Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik

formal maupun informal, ahli agama, dan pemegang

pemerintah.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan dan cara mengulangi kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

lain yang dapat digunakan cara tersebut.

4) Memulai jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikir baik melalui jalan induksi maupun

jalan deduksi.

b. Cara Modern

Merupakan cara penggambungan antara proses berfikir

deduktif induktif yang dijadikan dasar untuk

mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis.

Page 25: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

10

3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007) mengatakan bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi pengetahuan meliputi pendidikan,

lingkungan, usia, sosial dan budaya, informasi atau media masa,

pengalaman, serta pekerjaan. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi (Notoatmojo, 2007).

b. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoatmojo,

2007).

c. Sosial dan budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi

Page 26: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

11

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang

(Notoatmojo, 2007).

d. Informasi atau media masa

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat

yang sangat luas. Jadi, contoh dari media massa ini adalah

televisi, radio, koran, dan majalah. Sedangkan informasi itu

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data

dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan

melalui komunikasi (Notoatmojo, 2007).

e. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik (Notoatmojo, 2007).

f. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu (Notoatmojo, 2007). Pengalaman

merupakan suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan

Page 27: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

12

pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk

melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang

membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif

(Mubarok, 2007).

g. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung (Mubarok, 2007).

2.1.2 Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung keluarga yang utama,

keluarga itu dipandang sebagai sebuah sistem, maka keluarga apabila

didalam keluarga terdapat satu orang anggota keluarga yang

menderita sakit atau mempunyai masalah maka akan mempengaruhi

anggota keluarga yang lain. Keterlibatan keluarga dalam perawatan

klien akan meningkatkan hasil yang optimal dibandingkan apabila

hanya dilakukan perawatan secara individu saja (Ngadiran, 2010).

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi

perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien (Yosep,

2009). Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika

mereka tidak sanggup lagi merawatnya oleh karena itu asuhan

Page 28: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

13

keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan

keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan keluarga tersebut (Yosep, 2009).

2. Tugas keluarga

Menurut Mubarak, Santoso dan Chayatin (2009) keluarga dapat

melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat

dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan

berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.

Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota keluarga, secara

tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua

(Mubarak, Santoso dan Chayatin, N., 2009).

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan di antara anggota keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan

yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah

kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika

Page 29: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

14

keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan,

maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di

lingkungan tempat tinggalnya (Mubarak, Santoso dan Chayatin,

N., 2009).

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika

keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh

tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi (Mubarak, Santoso dan Chayatin, N., 2009).

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan

bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga

akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan

lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus

dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga

(Mubarak, Santoso dan Chayatin, N., 2009).

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan

dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.

Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga

keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota

Page 30: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

15

keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam

penyakit (Mubarak, Santoso dan Chayatin, N., 2009).

3. Fungsi Keluarga

Menurut Mubarak, Santoso dan Chayatin (2009) mengemukakan

fungsi keluarga terdiri dari :

a. Fungsi biologis

Fungsi biologis merupakan fungsi untuk meneruskan keturunan,

memelihara, dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan

gizi keluarga.

b. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman

bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga,

memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta

memberikan identitas pada keluarga. Keluarga sebagai kelompok

dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki

masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.

Keluarga mengelola masalah kesehatan, mempertahankan fungsi

keluarga, melindungi, dan memperkuat perawatan kesehatan.

Ketika dalam keluarga tidak dapat memelihara kesehatan dengan

baik, maka keluarga harus bisa mengambil keputusan bagaimana

cara individu dapat mempertahankan kesehatan dengan mencari

pelayanan kesehatan yang tepat.

Page 31: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

16

c. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak,

membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung

untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimana yang akan datang.

4. Peran Keluarga

Menurut Mubarak, Santoso dan Chayatin (2009) mengemukan

peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem.

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh

seseorang dalam konteks keluarga. Jadi, peran keluarga

menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peran keluarga dibagi menjadi dua yaitu peran formal dan informal.

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait

sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga

membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara

masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya

pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem (Mubarak,

Santoso dan Chayatin, N., 2009). Peran dasar yang membentuk

Page 32: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

17

posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai

provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik

sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan

keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi

kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak,

hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu

atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga (Mubarak,

Santoso dan Chayatin, N., 2009). Peran informal mempunyai

tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada atribut-atribut

personalitas atau kepribadian anggota keluarga individual. Beberapa

contoh peran informal yang bersifat adaptif dianatarnya meliputi

pendorong, pengharmonis, pendamai, pencari nafkah, perawatan

keluarga, penghubung keluarga, sahabat, penghibur, koordinator,

pengikut, dan saksi (Mubarok, Santoso dan Chayatin,N., 2009).

2.1.3 Luka Bakar

1. Definisi Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas,

arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan

jaringan yang lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi

metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat

terganggu, terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).

Page 33: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

18

Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari

kotoran dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini

bisa mengancam jiwa karena terjadi kerusakan pembuluh darah,

ketidak-seimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernafasan

serta fungsi saraf (Adibah dan Winasis, 2014).

2. Etiologi

a. Luka Bakar Termal

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau

kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.

Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena

terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api secara langsung

atau terkena permukaan logam yang panas (Fitriana, 2014).

b. Luka Bakar Kimia

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan

kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya

kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan

luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi

misalnya karena kontak dengan zat – zat pembersih yang sering

dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat

kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan

militer (Rahayuningsih, 2012).

Page 34: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

19

c. Luka Bakar Elektrik

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang

digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh.

Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya

voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh

(Rahayuningsih, 2012). Luka bakar listrik ini biasanya lukanya

lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh (Fitriana,

2014).

d. Luka Bakar Radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber

radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan

penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi

untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh

sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan

salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012).

3. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar

a. Kedalaman luka bakar

Kedalaman luka bakar dilihat dari permukaan kulit yang

paling luar. Kedalaman suatu luka bakar terdiri dari beberapa

kategori yang didasarkan pada elemn kulit yang rusak seperti

pada tabel 2.1 di bawah ini.

Page 35: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

20

Tabel 2.1 Derajat dan kedalaman luka bakar

Derajat Kedalaman Kerusakan Karakteristik

Satu Superfisial Epidermis Kulit kering,

hiperemis, nyeri

Dua

Dangkal

Superfisial -

Kedalaman

Partial (Partial

Thickness)

Epidermis dan

sepertiga

bagian superfisial

dermis

Bula, nyeri

Dua

Dalam

Dalam -

Kedalaman

Partial (Deep

Partial

Thickness)

Kerusakan dua

pertiga bagian

superfisial dermis,

dan jaringan

dibawahnya

Seperti marbel,

putih, dan keras

Tiga Kedalaman

Penuh (Full

Thickness)

Kerusakan seluruh

lapisan kulit

(dermis dan

epidermis) serta

lapisan yang lebih

dalam

Luka berbatas

tegas, tidak

ditemukan bula,

berwarna

kecoklatan, kasar,

tidak nyeri

Empat Subdermal

Seluruh lapisan

kulit dan struktur

disekitarnya seperti

lemak subkutan,

fasia, otot dan

tulang

Mengenai struktur

disekitarnya

b. Luas luka bakar

Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka

bakar meliputi (1) Rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3)

hand palm. Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari

permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari

perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan

pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar

(Gurnida dan Lilisari, 2011).

(Gurnida dan Lilisari, 2011)

Page 36: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

21

1) Metode rule of nine

Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi

kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian

mewakili 9% kecuali daerah genitalia 1% (lihat gambar 1).

Metode ini adalah metode yang baik dan cepat untuk menilai

luka bakar menengah dan berat pada penderita yang berusia

diatas 10 tahun. Tubuh dibagi menjadi area 9%. Metode ini

tidak akurat pada anak karena adanya perbedaan proporsi

tubuh anak dengan dewasa.

2) Metode Hand Palm.

Metode permukaan telapak tangan. Area permukaan

tangan pasien (termasuk jari tangan) adalah sekitar 1% total

luas permukaan tubuh. Metode ini biasanya digunakan pada

luka bakar kecil (Gurnida dan Lilisari, 2011).

Gambar 2.1 Metode rule of nine

(Rahayuningsih, 2012)

Page 37: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

22

3) Metode Lund and Browder

Metode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena

berdasarkan lokasi dan usia. Metode ini merupakan metode

yang paling akurat pada anak bila digunakan dengan benar

(Gurnida dan Lilisari, 2011). Metode lund and browder

merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh

menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih

akurat tentang luas luka bakar yaitu kepala 20%, tangan

masing-masing 10%, kaki masing-masing 10%, dan badan

kanan 20%, badan kiri 20% (Hardisman, 2014).

Gambar 2.2 Metode Hand Palm

(Gurnida dan Lilisari, 2012)

Gambar 2.3 Metode Lund and Browder

(Rahayuningsih, 2012)

Page 38: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

23

c. Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)

Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi

luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada

seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar

yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea.

Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali

membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan

implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau

ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen (Rahayuningsih,

2012).

Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat

terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang

mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekuatnya

ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner

(Rahayuningsih, 2012).

d. Mekanisme injury

Mekanisme injury merupakan faktor lain yang digunakan

untuk menentukan berat ringannya luka bakar. Secara umum luka

bakar yang mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian

khusus. Pada luka bakar electrik, panas yang dihantarkan melalui

tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan internal

(Rahayuningsih, 2012).

Page 39: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

24

Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi

kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas,

khususnya bila injury electrik dengan voltage tinggi. Oleh karena

itu voltage, tipe arus (direct atau alternating), tempat kontak, dan

lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan

diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbiditi

(Rahayuningsih, 2012).

e. Usia

Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar.

Angka kematiannya (Mortality rate) cukup tinggi pada anak yang

berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1

tahun dan klien yang berusia di atas 65 tahun. Tingginya statistik

mortalitas dan morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakar

merupakan akibat kombinasi dari berbagai gangguan fungsional

(seperti lambatnya bereaksi, gangguan dalam menilai, dan

menurunnya kemampuan mobilitas), hidup sendiri, dan bahaya-

bahaya lingkungan lainnya. Disamping itu juga mereka lebih

rentan terhadap injury luka bakar karena kulitnya menjadi lebih

tipis, dan terjadi athropi pada bagian-bagian kulit lain. Sehingga

situasi seperti ketika mandi dan memasak dapat menyebabkan

terjadinya luka bakar (Rahayuningsih, 2012).

Page 40: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

25

4. Proses penyembuhan luka

Menurut Krisanty (2009) mengatakan bahwa proses penyembuhan

luka bakar terdiri dari 3 fase meliputi fase inflamasi, fase fibi

oblastik, dan fase maturasi. Adapun proses penyembuhannya antara

lain :

a. Fase inflamasi

Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Pada

fase ini terjadi perubahan vascular dan proliferase seluler. Daerah

luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin

serta mulai timbul epitalisasi.

b. Fase Fibi Oblastik

Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka bakar.

Pada fase ini timbul abrobast yang membentuk kolagen yang

tampak secara klinin sebagai jaringan granulasi yang berwarna

kemerahan.

c. Fase Maturasi

Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas

seluler dan vaskuler. Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan sampai

lebih dari satu tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda

inflamasi untuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang

berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.

Page 41: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

26

5. Management Penatalaksanaan

Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah

mengalami luka bakar menuntut perlunya pendekatan antar disiplin.

Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana

perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang merefleksikan

kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain

yang dianggap penting (Rahayuningsih, 2012). Perawatan sebelum

di rumah sakit (prehospital care) Perawatan sebelum klien dibawa

ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian luka bakar dan berakhir

ketika sampai di institusi pelayanan emergensi. Prehospital care

dimulai dengan memindahkan/menghindarkan klien dari sumber

penyebab luka bakar dan atau menghilangkan sumber panas

(Rahayuningsih, 2012).

a. Penatalaksanaan prehospital

Menurut Rahayuningsih (2012) mengatakan bahwa

penanganan pertama pada luka bakar antara lain :

1) Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar

2) Memadamkan pakaian yang terbakar

3) Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar

4) Menyiram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat

kimia

Page 42: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

27

5) Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan

menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan arus

(nonconductive).

Menurut Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada

tindakan penatalaksanaan luka bakar terdapat beberapa prioritas

tindakan untuk mengatasi kegawatan pada klien yaitu sebagai

berikut :

a) Menghentikan proses pembakaran

Jika menemukan penderita masih dalam keadaan

terbakar maka harus segera dilakukan pemadaman dengan cara

menyiram dengan air dalam jumlah banyak apabila disebabkan

bensin atau minyak. Menggulingkan penderita pada tanah

(drop and roll) atau menggunakan selimut basah untuk

memadamkan api.

Walaupun api sudah mati, luka bakar akan tetap

mengalami proses perjalanan pembakaran, untuk mengurangi

proses ini luka dapat disiram atau direndam dengan air bersih

untuk pendinginan. Perlu diketahui bahwa proses pendalaman

ini hanya akan berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila

pertolongan datang setelah 15 menit, usaha sia-sia dan hanya

akan menimbulkan hipotermi. Tidak diperbolehkan sekali-kali

mengompres luka bakar dengan kassa air es karena dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan.

Page 43: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

28

b) Menciptakan jalan nafas

Manajemen jalan nafas paten dilakukan jika ada indikasi klinis

adanya trauma inhalasi antara lain :

1. Luka bakar yang mengenai wajah dan leher

2. Alis mata dan bulu hidung hangus

3. Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut

orofaring.

4. Sputum yang mengandung karbon/arang

5. Suara serak/stridor

6. Riwayat gangguan mengunyah atau terkurung lama dalam

kebakaran

7. Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan

Apabila ditemukan salah satu dari keadaan dibawah, sangat

mungkin terjadi trauma inhalasi yang memerlukan penanganan

dan terapi definitif intubasi endotrakheal untuk pembebasan

jalan nafas.

c) Perawatan luka bakar

Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil

kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri

dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan

kulit yang terbakar.

Page 44: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

29

d) Resusitasi Cairan

Menurut Fitriana (2014) mengatakan bahwa resusitasi cairan di

bedakan menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut ini :

1. Resusitasi Syok

Cairan diberikan pada klien yang sudah mengalami syok

atau dengan luas lebih dari 25%-30% dengan keterlambatan

penanganan sekitar 2 jam. Hindari pemilihan vena pada

daerah luka dan tungkai bawah karena terdapat hipoperfusi

perifer dan banyaknya sistem klep pada vena-vena bagian

ekstremitas bawah. Cairan yang digunakan adalah

Kristaloid Ringer’s Lactate. Dalam waktu < 4 jam pertama

diberikan cairan sebanyak :

Keterangan :

a) 70% adalah volume total cairan tubuh

b) 25% adalah jumlah minimal kehilangan cairan tubuh

yang dapat menimbulkan gejala klinik dari syndrom

syok.

c) Untuk melakukan resusitasi cairan (melakukan koreksi

volume) menggunakan kristaloid sebanyak 3 kali jumlah

cairan yang diperlukan.

3 [25% (70% x BBkg)] ml

Page 45: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

30

2. Resusitasi tanpa syok

Resusitasi tanpa syok merupakan resusitasi cairan

pada kasus tanpa gejala klinis syok atau dengan luas kurang

dari 25% sampai 30%, tanpa keterlambatan penanganan

atau dijumpai keterlambatan kurang dari 2 jam. Kebutuhan

cairan yang diberikan adalah berdasarkan rumus Baxter

sebagai berikut :

Pemberiannya mengikuti metode yang ditentukan

berdasarkan formula Parkland yaitu pada 24jam pertama :

separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama,

sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Setelah

diberikan resusitasi cairan perlu dilakukan pemantauan

sirkulasi renal meliputi :

a) Jumlah produksi urine dipantau melalui kateter urine

setiap jam (30-50cc atau 0,5ml/kgBB setiap jam pada

orang dewasa, 2ml/kgBB setiap jam pada anak dan

1ml/kgBB setiap jam pada bayi).

b) Bila produksi urine 0,5ml/kg/jam, maka jumlah cairan

diberikan ditingkatkan sebanyak 50% dari jumlah yang

diberikan pada jam sebelumnya.

c) Bila produksi urine > 1ml/kg/jam, maka jumlah cairan

yang diberikan dikurangi 25% dari jumlah yang

diberikan pada jam sebelumnya.

3-4 ml/ kgBB/ % luka bakar

Page 46: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

31

b. Penatalaksanaan intrahospital

Menurut Fitrianan (2014) penatalaksanaan intrahospital pasien

luka bakar di rumah sakit yaitu dengan primary survey dan

secondary survey antara lain :

1) Pengkajian primer

Pengkajian primer terdiri dari airway, breathing, circulation,

disability, dan exposure.

a) Airway :

Adanya masalah mengenai kepatenan jalan nafas baik

aktual maupun potensial karena benda asing, darah, muntah,

cairan dan lidah jatuh. Pada kasus luka bakar perlu dicurigai

adanya pembengkakan faring/laring akibat cidera inhalasi,

biasanya dimanifestasikan dengan suara stridor.

b) Breathing :

Adanya kesulitan bernafas, masalah pada pengembangan

dada terkait keteraturan dan frekuensinya. Adanya suara

nafas tambahan ronkhi, wheezing atau stridor.

c) Circulation :

Warna kulit tergantung pada derajat luka bakar,

melambatnya capillary refill time, hipotensi, mukosa

kering, nadi meningkat.

Page 47: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

32

d) Disability :

Bisa terjadi penurunan kesadaran, GCS menurun, ukuran

pupil anisokor, reaksi pupil terhadap cahaya negatif.

e) Exposure :

Suhu tubuh hipotermi, prosentase luas luka bakar, adanya

injury atau kelainan yang lain.

2) Pengkajian sekunder

Pengkajian sekunder ini terdiri dari tiga macam yaitu full set of

vital sign, history, dan head to toe.

a) Full set of vital sign

Tekanan darah dapat menurun, nadi cepat, hipotermi, dan

pernafasan lemah.

b) History

1. Subjektif (keluhan utama)

Keluhan utama yang dirasakan klien luka bakar adalah

nyeri dan sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan iritasi

terhadap saraf. Sesak nafas dapat timbul karena

penyumbatan saluran nafas bagian atas.

2. Alergi

Adakah alergi terhadap makanan atau obat-obatan

tertentu. Alergi terhadap obat atau makanan dapat

dijadikan acuan pada pemberian terapi obat untuk

Page 48: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

33

menghindari adanya reaksi alergi yang dapat

memperburuk kondisi klien.

3. Medication (obat-obat yang sedang dikonsumsi)

Mengetahui obat-obat yang dikonsumsi dapat

mengindikasikan penyakit penyerta yang diderita klien

serta pertimbangan terhadap interaksi obat terapi yang

akan diberikan.

4. Past medical history (Riwayat Penyakit)

Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah

diderita klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko

kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat

penyaklit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis atau

penyalahgunaan obat dan alkohol.

5. Last oral intake

Masukan oral terakhir, apakah benda padat atau cair.

Mengethaui intake oral terakhir dapat dijadikan

pertimbangan pada pengkajian resiko aspirasi atau

sumbatan jalan nafas.

6. Event (Riwayat masuk Rumah sakit)

Merupakan gambaran keadaan klien mulai terjadinya

luka bakar, penyebab luka bakar, lamanya kontak dan

pertolongan pertama yang dilakukan.

Page 49: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

34

c) Head to Toe

1. Kepala

Bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna

rambut setelah terkena luka bakar, adanya lesi akibat

luka bakar, grade dan luas luka bakar.

2. Leher

Catat posisi trakhea dan denyut nadi karotis biasanya

meningkat sebagai kompensasi untuk mengatasi

kekurangan cairan.

3. Dada

Inspeksi bentuk thorak, irama pernafasan, ireguler,

ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus rendah

karena cairan yang masuk ke paru, suara nafas tambahan

wheezing, ronkhi, dan sebagainya.

4. Abdomen

Inspeksi bentuk perut, palpasi adanya nyeri pada area

epigastrium yang mengindikasikan adanya gastritis.

5. Ekstremitas

Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot bila terdapat

luka bakar pada muskuloskeletal, kekuatan otot biasanya

juga menurun.

Page 50: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

35

6. Algoritma luka bakar

Luka Bakar

Tidak sadar

Kontrol ABC

Kontrol ABC Sadar

Pertolongan

pertama

Matikan api

Tentukan

derajat luka

bakar

Ringan Sedang Berat

Rendam dan

kompres

30 menit

sampai 5 jam

Biarkan

sampai

sembuh

Dinginkan

tubuh

Kurang rasa

nyeri

Cegah syok

Resusitasi

cairan

Rujuk ke RS

Cegah

infeksi

Gambar 2.4 Algoritma Luka Bakar

(Hardisman, 2014)

Page 51: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

36

2.2 Kerangka Teori

Luka Bakar

Penanganan Prehospital

a. Menjauhkan penderita

dari sumber luka bakar

b. Memadamkan pakaian

yang terbakar

c. Menghilangkan zat

kimia penyebab luka

bakar

d. Menyiram dengan air

sebanyak-banyaknya

bila karena zat kimia

e. Mematikan listrik atau

buang sumber listrik

dengan menggunakan

objek yang kering dan

tidak menghantarkan

arus (nonconductive).

Kimia Elektrik Termal Radiasi

Penanganan intrahospital

a. Primary Survey

(airway, breathing,

circulation, disability)

b. Secondary survey

c. Resusitasi cairan

d. Perawatan luka

Faktor-faktor yang

mempengaruhi luka

bakar :

a. Kedalaman luka

bakar

b. Luas luka bakar

c. Lokasi luka bakar

d. Usia

e. Mekanisme injuri

Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan :

a. Cara tradisional

b. Cara modern

Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan :

a. Usia

b. Pendidikan

c. Pengalaman

d. Sosial

e. Pekerjaan

Keluarga

Peran keluarga

Fungsi keluarga

Tugas keluarga

Gambar 2.5 Kerangka Teori

(Mubarok, 2009; Rahayuningsih, 2012; Notoatmojo, 2012)

Page 52: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

37

2.3 Fokus Penelitian

Mekanisme

koping keluarga

Faktor yang

menghambat

tindakan keluarga

Tindakan yang

dilakukan

keluarga Persepsi

Respon

psikologi

keluarga

Luka Bakar

Gambar 2.6 Fokus Penelitian

(Rahayuningsih, 2012; Notoatmojo, 2012)

Alasan tindakan

yang dilakukan

keluarga

Page 53: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

38

2.4 Keaslian Penelitian

NO NAMA

PENELITI

JUDUL

PENELITIAN

METODE

PENELITIAN HASIL PENELITIAN

1 Razieh Froutan,

Hamid Reza

Khankeh,

Masoud Fallahi,

Fazlollah

Ahmadi, dan

Kian Norouzi

Pre-hospital burn

mission as a

unique

experience: A

qualitative study

Penelitian kualitatif

ini menggunakan

metode analisis.

Partisipannya total

18 personel

emergency care

Iran. Metode

purposive

sampling.

Pengumpulan data

menggunakan

wawancara semi

terstruktur dan

observasi lapangan.

Hasilnya dengan

menganalisis 498

kode utama, empat

kategori utama; sifat

perawatan luka bakar,

ketegangan di lokasi

kecelakaan, pekerjaan

bertahap 'kelelahan',

dan informasi yang

tidak memadai, yang

diambil dari

pengalaman personil

darurat pra-rumah

sakit selama

perawatan luka bakar.

Kategori ini masing-

masing termasuk

beberapa sub-kategori

yang diklasifikasikan

sesuai dengan

karakteristik yang

signifikan.

2 Banu Karaoz

First-aid Home

Treatment of

Burns Among

Children and

Some

Implications at

Milas, Turkey

Penelitian

deskriptif ini

dilakukan di antara

130 keluarga di

Milas, Turki, yang

memiliki anak usia

0 sampai 14 tahun.

Hasil penelitian ini

yaitu di antara 130

keluarga, sebanyak 53

anak (40,8%)

mengalami peristiwa

luka bakar. 27 subjek

(51%) pada luka

bakarnya telah diobati

dengan obat yang

tidak pantas termasuk

yoghurt, pasta gigi,

pasta tomat, es, putih

telur mentah, atau

irisan kentang. Dari

28 subjek (52,8%)

yang telah diterapkan

air dingin ke situs

membakar, 21 pasien

(39,6%) diterapkan

Page 54: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

39

hanya air dingin dan 7

pasien (13,2%)

digunakan zat lain

bersama dengan air

dingin. Selain itu, 13

mata pelajaran

(24,5%) diterapkan es

langsung pada kulit

luka bakar. Tidak

termasuk subjek yang

diobati luka bakar

dengan hanya es,

putih telur mentah

adalah agen yang

paling umum

digunakan baik

sendirian (n=3) atau

disertai dengan air

dingin atau es (n=6)

dalam total 11 subjek

(21%) yang

diterapkan telur.

Page 55: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian kualitatif yaitu jenis riset yang tidak mengadakan

perhitungan statistik dan berfokus pada kealamiahan sumber data yang

diperoleh (Afiyanti dan Rachmawati, 2014). Alasan memilih metode

penelitian kualitatif karena riset ini menggambarkan pengalaman hidup dan

konteks sosial dan budaya yang ada di sekeliling. Penelitian ini

menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi yaitu

suatu pendekatan dengan menggunakan penjelasan-penjelasan secara rinci

dan analisis yang rinci tentang pengalaman (seperti apa) yang dialami

individu dalam dunia kehidupan dan suatu situasi atau peristiwa

(bagaimana) yang dialami seorang individu (Afiyanti dan Rachmawati,

2014). Penelitian ini hanya ingin menguraikan atau mengeksplorasi tentang

pengalaman prehospital keluarga dalam menangani luka bakar.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil yang

diperoleh dalam penelitian. Pemilihan tempat penelitian harus disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga tempat

ditentukan benar-benar menggambarkan kondisi informan yang

sesungguhnya. Selama pengambilan data penelitian, peneliti memberi

Page 56: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

41

kenyamanan pada parisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai

dengan keinginan partisipan (Polit & Hungler, 2005). Penelitian ini

dilakukan di RSUD Sukoharjo dan dilakukan pada bulan Februari sampai

bulan Maret 2015.

3.3 Populasi Dan Sampel

3.1 Populasi

Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi

kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2014). Populasi merupakan

keseluruhan subyek penelitian atau obyek yang diteliti (Saryono dan

anggraeni, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga

yang mengalami luka bakar dan di rawat di RSUD Sukoharjo dan

berdomisili di wilayah Sukoharjo.

3.2 Sampel

Sampel pada penelitian kualitatif adalah unit sampel yang dapat

berupa orang, suatu konsep atau program suatu perilaku atau budaya

atau suatu kasus yang dibatasi waktu atau sistem. Sampel pada

penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria inklusi (batasan

ciri atau karakter umum pada subjek penelitian) dan diseleksi melalui

proses rekruitmen (Saryono & Anggraeni, 2013).

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu

sampel yang dipilih berorientasi pada tujuan penelitian. Partisipan

diseleksi atau dipilih secara sengaja karena memiliki pengalaman yang

Page 57: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

42

sesuai dengan fenomena yang diteliti (Afiyanti dan Rachmawati, 2014).

Kriteria inklusi partisipan dalam penelitian ini antara lain :

1) Memiliki anggota keluarga yang mengalami luka bakar yang sedang

dirawat atau pernah dirawat di RSUD Sukoharjo dalam jangka waktu

3 bulan terakhir.

2) Mampu berkomunikasi dalam bahasa indonesia dan bahasa jawa

3) Berdomisili di wilayah sukoharjo

4) Bersedia menjadi partisipan dengan memberikan persetujuan dan

menandatangi lembar persetujuan (informed consent) menjadi

partisipan.

Penentuan jumlah partisipan dianggap telah memadai pada saat

informasi yang didapat telah mencapai saturasi (Saryono & Anggraeni,

2010). Saturasi data adalah partisipan sampai pada suatu titik kejenuhan

dimana tidak ada informasi baru yang didapatkan dan pengulangan sudah

di capai (Afiyanti dan Rachmawati, 2014). Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 5 partisipan.

3.4 Instrumen Dan Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan instumen inti dan instrument penunjang.

a. Instrumen

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu

sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan

pengumpulan, pengolahan analisis dan penyajian data secara sistematis

Page 58: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

43

dan objektif (Nursalam, 2008). Instrumen penelitian ini dibagi menjadi

dua yaitu sebagai berikut :

1) Instrumen inti

Instrumen inti dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.

Peneliti sebagai instrument inti berusaha untuk meningkatkan

kemampuan diri dalam melakukan wawancara. Peneliti melakukan

evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,

penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta

kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2013).

2) Instrumen penunjang

Instrument penunjang dalam penelitian ini sebagai berikut :

a) Data demografi meliputi kode partisipan, usia, jenis kelamin,

status, pendidikan terakhir, pengalaman memberikan pertolongan

pertama luka bakar, pelatihan yang pernah diikuti.

b) Alat tulis meliputi buku dan bolpoin.

c) Camera

Alat yang digunakan peneliti untuk dokumentasi berupa hasil

potret atau foto. Foto tersebut menggambarkan peneliti benar-

benar sedang melakukan wawancara dengan partisipan.

d) Alat perekam suara

Alat perekam suara sangat membantu peneliti dalam melakukan

wawancara. Peneliti menggunakan alat perekam suara untuk

mengingat kata demi kata dari partisipan sehingga akan mudah

Page 59: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

44

dibuat transkrip. Alat perekam suara yang digunakan yaitu

smartphone yang dilengkapi program voice recorder. Alat

perekam diisi daya penuh sebelum digunakan. Alat perekam

suara telah dilakukan uji coba sebelumnya dan mampu merekam

suara selama 30-60 menit. File rekaman dipindahkan ke dalam

hardisk kemudian diberi nama kode partisipan dan tanggal. File

dapat disimpan dalam bentuk file MP3. Peneliti melakukan back

up file rekaman tersebut untuk meminimalisir hal-hal yang tidak

diinginkan (Afiyanti dan Rachmawati, 2014).

e) Pedoman wawancara

Peneliti sebelum melakukan wawancara biasanya peneliti

sebagai pewawancara menyusun suatu naskah wawancara

(interview script) sebagai pedoman agar proses wawancara

saling berkaitan satu sama lainya. Pedoman wawancara berfokus

pada subjek area tertentu yang diteliti, tetapi dapat direvisi

setelah wawancara, karena ide yang baru muncul belakangan.

Pewawancara bertujuan mendapatkan perspektif partisipan,

mereka harus ingat bahwa mereka perlu mengendalikan diri

sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dan topik penelitian

tergali (Afiyanti dan Rachmawati, 2014).

f) Dokumentasi

Peneliti selain menggunakan rekaman dan foto tetapi juga

menggunakan lembar permohonan menjadi partisipan, lembar

Page 60: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

45

persetujuan (informed consent) partisipan, dan lembar bukti

penanganan keluarga yang mengalami luka bakar.

b. Prosedur pengumpulan data

1) Fase Persiapan

Peneliti mengurus surat ijin penelitian dengan meminta surat

permohonan penelitiaan dari Program Studi S1 Keperawatan di

tujukan kepada Direktur RSUD Sukoharjo, proses perijinan melalui

bagian Diklat. Direktur RSUD Sukoharjo mengeluarkan surat ijin

penelitian, maka peneliti dapat melakukan pengambilan data ke

bagian rekam medik. Peneliti mengidentifikasi data status pasien

meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, diagnosa, tanggal masuk

rumah sakit dan kontak person yang didapatkan dari data rekam

medik. Peneliti melakukan penyeleksian sesuai dengan kriteria

inklusi.

Peneliti setelah mendapatkan data partisipan, kemudian

peneliti kontrak waktu dengan partisipan. Pertemuan pertama

bertujuan untuk membina hubungan saling percaya, menjelaskan

tujuan penelitian, manfaat penelitian, prosedur penelitian, hak-hak

partisipan, peneliti memberikan informed consent sebagai tanda

bukti atau perjanjian partisipan menandatangani informed consent

bahwa partisipan menyatakan bersedia menjadi partisipan dalam

penelitian, pengisian data demografi, dan menyepakati waktu

wawancara akan dilaksanakan (Sugiyono, 2014).

Page 61: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

46

Peneliti sebelum melakukan wawancara dengan partisipan,

peneliti melakukan persiapan dengan mengecek alat yang

dipergunakan, peneliti harus menguasai konsep wawancara, dan

peneliti melakukan latihan wawancara (uji coba), sehingga hasil

wawancara sesuai dengan yang peneliti inginkan (sesuai fakta-

fakta). Latihan wawancara (uji coba) peneliti dilakukan untuk

mengasah kemampuan peneliti dalam berkomunikasi dengan baik.

Kemudian peneliti melakukan kontrak waktu dengan partisipan

sesuai dengan kesepakatan partisipan dan peneliti untuk melakukan

wawancara.

2) Fase pelaksanaan

Peneliti telah membuat perjanjian bersama partisipan yang

sudah bersedia menjadi partisipan. Penelitian ini menggunakan

teknik wawancara mendalam (in dept interview) dalam

pengumpulan data. Wawancara semi struktur adalah jenis

wawancara yang dalam pelaksanaannya lebih bebas dan bertujuan

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak

yang diajak wawancara dimintai pendapat atau ide-ide (Afiyanti dan

Rachmawati, 2014). Peneliti dalam melaksanakan wawancara

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan

oleh partisipan.

Peneliti melakukan wawancara dengan pedoman wawancara,

camera, dan tape recorder. Wawancara dilakukan selama 30 menit

Page 62: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

47

dan tidak dilakukan lebih dari satu jam, karena konsentrasi tidak

akan diperoleh. Beberapa kali wawancara singkat akan lebih efektif

dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang (Afiyanti dan

Rachmawati, 2014). Wawancara dilakukan pada lima partisipan

dengan waktu yang berbeda pada bulan februari-maret 2015 dan

tempat yang berbeda yaitu di rumah partisipan masing-masing.

Wawancara ini dilakukan pada partisipan pertama (P1) pada tanggal

1 maret dan 11 april 2015, partisipan kedua (P2) tanggal 4 maret

2015, partisipan ketiga (P3) 5 april 2015, partisipan keempat (P4) 8

april 2015, partisipan kelima (P5) 22 april 2015 dan 2 mei 2015.

Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti membuat

kesimpulan tentang hasil wawancara dan mengklarifikasi pernyataan

dari partisipan. Selanjutnya peneliti mengucapkan terimakasih dan

membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya.

3) Fase Terminasi

Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan terminasi

dengan melakukan validasi hasil wawancara kepada setiap partisipan

dengan waktu dan tempat yang berbeda-beda. Peneliti menanyakan

hasil transkrip dan analisa kepada semua partisipan, apakah sesuai

atau tidak dengan informasi yang telah di sampaikan partisipan

selama proses wawancara. Setelah seluruh partisipan mengatakan

bahwa isi transkrip wawancara dan analisanya telah sesuai dengan

apa yang dimaksud partisipan, kemudian peneliti menyatakan

Page 63: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

48

penelitian telah selesai serta memberikan reward ucapan terimakasih

kepada partisipan.

3.5 Analisa Data

Menurut Creswell (2013) mengemukakan metode analisis data yang

lazim digunakan pada studi fenomenologi yaitu metode Collaizi. Peneliti

memilih metode Collaizi karena metode ini memberikan langkah-langkah

yang sederhana, jelas, dan rinci. Proses transkripsi pada penelitian ini

dilakukan dengan cara :

1. Peneliti mendengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil

penelitian (transkrip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan

partisipan.

2. Peneliti mengumpulkan gambaran fenomena partisipan. Membaca

ulang dan mendapatkan kata kunci.

3. Peneliti membaca semua protokol atau transkrip. Mencari arti atau

makna dari setiap kunci dari perasaan yang sesuai dari partisipan.

Kemudian mengidentifikasi pernyataan partisipan yang relevan. Serta

membaca transkrip secara berulang – ulang hingga ditemukan kata

kunci dari pernyataan – pernyataan.

4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema.

Mengumpulkan kata-kata kunci yang memiliki makna yang sama

kedalam sebuah tema atau sub tema. Mengelompokkam sub tema, yang

sama kedalam suatu tema.

Page 64: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

49

5. Peneliti mengintepretasikan tema yang didapat kedalam fenomena

yang diteliti.

6. Merumuskan gambaran hubungan antara tema dan sesuai dengan

fenomena yang diteliti.

7. Mengembalikan semua hasil penelitian pada masing-masing partisipan.

3.6 Keabsahan Data

Kriteria yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data atau

pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini meliputi empat hal yaitu :

1. Credibility ( kepercayaan )

Peneliti melakukan uji credibility pada penelitian ini dengan cara

mengembalikan transkrip wawancara atau data yang di peroleh kepada

partisipan untuk mengecek kebenaran dari data yang di berikan partisipan

mengenai pengalaman dalam penanganan luka bakar. Akhir wawancara

peneliti mengulangi kembali garis besar hasil wawancara baik secara

lisan maupun laporan tertulis kepada partisipan (member check) (Afiyanti

dan Rachmawati, 2014)

Partisipan menyatakan setuju dengan semua yang dilakukan

peneliti maka kesimpulan hasil penelitian dapat dikatakan kredibel.

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada partisipan. Tujuan member check untuk mengetahui seberapa jauh

data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh partisipan,

apabila data yang diberikan partisipan telah sesuai, maka hasil penelitian

dapat dikatakan kredibel (Afiyanti dan Rachmawati, 2014).

Page 65: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

50

2. Dependability (Kebergantungan)

Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian. Peneliti melakukan komunikasi dengan

peneliti lain untuk berdiskusi atau eksternal review, peneliti

mengkonsultasikan hasil temuan atau fenomena dengan pembimbing.

Dosen pembimbing yang memeriksa dan memantau segala aktivitas yang

peneliti lakukan mulai dari menentukan masalah atau fokus, memasuki

lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan

uji keabsahan data sampai membuat kesimpulan. Peneliti melampirkan

lembar bukti konsultasi dan lembar bukti penelitian.

3. Uji Transferability

Transferability (keteralihan) menunjukkan derajat ketepatan atau

dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut

diambil. Peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang

jelas, tepat, rinci, dan sistematis sesuai dengan konsep sehingga laporan

dapat di percaya (Sugiyono, 2014). Peneliti mencantumkan sumber yang

di teliti pada daftar pustaka.

4. Uji Confirmability

Confirmability dalam penelitian ini di lakukan dengan inguiry audit

melalui penerapan audit trail. Peneliti mengumpulkan hasil wawancara

dan catatan lapangan, kemudian peneliti meminta konfirmasi kepada

partisipan terkait transkrip wawancara atau kisi-kisi hasil analisis tema

yang telah di susun. Peneliti menyatakan hasil temuan-temuannya dengan

Page 66: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

51

merefleksikannya pada jurnal yang terkait, buku, konsultasi dengan ahli,

dan meminta dosen pembimbing skripsi membandingkan dengan

melakukan analisis pembanding untuk menjamin hasil penelitian. Peneliti

memperoleh konfirmabilitas dengan mendapatkan hubungan data yang

dihasilkan peneliti dengan sumbernya tersebut akurat. Sehingga para

pembaca dapat menentukan bahwa kesimpulan dan penafsiran apa yang

dituliskan peneliti muncul langsung dari sumber data tersebut (Afiyanti,

2014).

3.7 Etika Penelitian

Etika penelitian pada penelitian ini yang digunakan peneliti yaitu sebagai

berikut :

1. Persetujuan Riset (Informed Concent)

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan partisipan penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Tujuan informed consent agar partisipan mengerti maksud dan tujuan

penelitian, jika partisipan bersedia maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan dan jika partisipan tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak partisipan (Hidayat, 2009). Peneliti memberikan

lembar permohonan menjadi partisian dengan menjelaskan isi dari

lembar tersebut. Setelah partisipan memahami isi dalam lembar

permohonan partisipan dan bersedia menjadi partisipan, maka peneliti

Page 67: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

52

memberikan informed consent kepada partisipan untuk menandatangani

sebagai lembar persetujuan partisipan.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya, semua informasi

yang telah di kumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,

2009). Peneliti menyimpan data partisipan dalam folder yang hanya

diketahui oleh peneliti dan mencantumkan data atau informasi yang

dibutuhkan dalam laporan penelitian serta tidak mempublikasikan semua

informasi partisipan.

3. Tanpa Nama (Anonimity)

Merahasiakan atau tidak mencantumkan nama parisipan dan hanya

menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan data atau

penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2009). Peneliti dalam

menuliskan nama partisipan dengan menggunakan kode partisipan dan

nomor partisipan yaitu P1 (partisipan pertama), P2 (partisipan kedua), P3

(partisipan ketiga) dan seterusnya.

Page 68: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB 4 ini menjelaskan mengenai hasil penelitian yang didapatkan terkait

pengalaman prehospital keluarga dalam penanganan luka bakar di RSUD

Sukoharjo. Tema-tema yang didapatkan dari penelitian ini diperoleh berdasarkan

hasil wawancara yang dilakukan pada 5 anggota keluarga yang memiliki anggota

keluarga yang terkena luka bakar. Tema yang didapat meliputi 9 tema antara lain

persepsi tentang bahaya luka bakar, ketidakberdayaan, rasa empati, pertolongan

keluarga dalam penanganan luka bakar, upaya mencari pelayanan kesehatan,

keyakinan dari keluarga, ketidaktahuan penanganan luka bakar, minim saranan

dan prasarana, pemanfaatan sumber daya. Berikut uraian dari diskripsi tempat

penelitian dan hasil analisi tema yang muncul.

4.5 Lokasi Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo merupakan rumah sakit kelas B

non pendidikan dan di tetapkan statusnya sebagai Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD) RSUD Kabupaten Sukoharjo. RSUD Kabupaten Sukoharjo

dengan letak geografis dekat dengan kompetitor Rumah Sakit besar di Solo.

RSUD kabupaten sukoharjo ini lebih sering disebut dengan nama DKR

(Djawatan Kesehatan Rakyat) karena dahulu pada 14 Agustus 1960 DKR

merupakan awal beroperasinya RSUD Kabupaten Sukoharjo. RSUD

Page 69: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

54

Kabupaten Sukoharjo ini milik pemerintah daerah yang menjadi rujukan bagi

± 21 puskesmas. RSUD Kabupaten Sukoharjo memiliki angka luka bakar

yang cukup pada tahun 2014 sebesar 34 pasien dengan diagnosa luka bakar.

4.6 Karakteristik Paristipan

a. Partisipan 1 (P1)

Partisipan 1 adalah seorang kakak dari korban luka bakar akibat sengatan

listrik. Partisipan 1 berjenis kelamin laki-laki yang berusia 35 tahun dan

pendidikan terakhir SD. Partisipan merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara. Adik dari partisipan yang ke dua menjadi korban luka bakar

akibat sengatan listrik pada saat kerja. Partisipan merawat adeknya selama

± 32 hari di rumah sakit.

b. Partisipan 2 (P2)

Partisipan 2 merupakan seorang ibu dari anak korban luka bakar akibat

tersiram air tremos. Partisipan 2 perempuan yang berusia 25 tahun dan

pendidikan terakhir SMK. Partisipan merawat keluarga selama 2 minggu

di rumah sakit.

c. Partisipan 3 (P3)

Partisipan 3 adalah dua pasang suami istri yang mengalami luka bakar

akibat tabung gas yang meledak. Partisipan bernama Ny. N dan istrinya

bernama Tn. M. Partisipan atau Tn. M berusia 74 tahun berjenis kelamin

laki-laki bekerja membantu Ny. N berjualan bubur pada pagi hari di depan

emperan toko. Partisipan merawat luka bakar selama ± 2 bulan.

Page 70: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

55

d. Partisipan 4 (P4)

Partisipan 4 merupakan seorang perempuan berusia 48 tahun. Partisipan

berjualan bakso dan mie ayam di warung. Pendidikan terakhir partisipan

SD. Partisipan melakukan pengobatan selama ± 3 bulan.

e. Partisipan 5 (P5)

Partisipan 5 adalah seorang ibu dari anak yang mengalami luka bakar

tersiram air panas dari panci. Partisipan berusia 41 tahun berjenis kelamin

perempuan. Pendidikan terakhir partisipan SD. Partisipan merawat

keluarganya selama ± 1 bulan.

4.7 Hasil penelitian

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 partisipan dari anggota

keluarga dengan luka bakar diketahui tentang pengalaman prehospital

keluarga dalam penanganan luka bakar di RSUD Sukoharjo. Wawancara

dilakukan sesuai waktu dan tempat sudah disepakati oleh partisipan

sebelumnya dan saat wawancara dipilih tempat yang nyaman dan jauh dari

keramaian yaitu rumah partisipan supaya partisipan dapat mengungkapkan

jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh peneliti secara mendalam dan

terbuka mengenai persepsi, respon, tindakan, alasan tindakan, faktor yang

menghambat, dan mekanisme koping keluarga dalam penanganan luka bakar

pada anggota keluarganya.

Penelitian ini menghasilkan 9 tema berdasarkan hasil analisis tematik

yang dilakukan oleh peneliti. Analisis tema ini disusun mulai dari pencarian

Page 71: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

56

kata kunci, pengelompokan kategori-kategori kemudian membentuk sub tema

dan menjadi tema yang sudah diperoleh dari hasil penelitian. Penelitian ini

menemukan beberapa tema yaitu persepsi tentang bahaya luka bakar,

ketidakberdayaan, rasa empati, pertolongan keluarga dalam penanganan luka

bakar, upaya mencari pelayanan kesehatan, keyakinan dari keluarga,

ketidaktahuan penanganan luka bakar, minim saranan dan prasarana,

pemanfaatan sumber daya. Peneliti akan menjelaskan tema-tema yang di telah

di temukan yaitu sebagai berikut :

4.3.1 Tujuan Khusus 1 : Mengidentifikasi persepsi keluarga tentang luka bakar

Persepsi keluarga dalam penanganan luka bakar di dapatkan satu

tema yaitu persepsi tentang bahaya luka bakar dari tema di atas

didapatkan dua sub tema yaitu Penyakit yang berbahaya dan Penyakit

yang tidak berbahaya.

Sub tema penyakit yang berbahaya di kategorikan dalam tiga

kategori yaitu penyakit yang serius, masalah yang mengancam nyawa,

dan menyebabkan kecacatan. Kategori penyakit yang serius diungkapkan

oleh empat partisipan seperti berikut :

“...luka bakar api itu kan bahaya...” (P1)

“Ya kalau sebenarnya diperhitungkan bahaya no, kaki dua

hitungannya ya menghabiskan uang banyak hahahaha

kalau bahaya.” (P3)

“Bahaya, yang penting itu mengejar nyawanya hidup.”

(P4)

“Ya sangat berbahaya.” (P5)

Page 72: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

57

Ungkapan partisipan di atas menunujukkan bahwa luka bakar

merupakan penyakit yang serius yang membutuhkan penanganan segera.

Luka bakar juga di persepsikan sebagai masalah yang mengancam jiwa

seperti ungkapan ketiga partisipan berikut ini :

“Tanggapan saya luka bakar itu ada yang biasa dan ada

yang parah mbak...” (P1)

“...luka itu ada yang parah dan nggak parah, tergantung

penyebabnya...” (P2)

“...bisa menyebabkan kulit menjadi rusak, cacat dan dapat

mengakibatkan kematian.” (P2)

“Yang namanya luka bakar itu ya butuh penanganan cepet

mbak, takutnya itu kenapa-napa.” (P5)

Partisipan mempersepsikan bahwa luka bakar merupakan suatu

masalah yang dapat mengancam nyawa. Luka bakar dipersepsikan

sebagai menyebabkan kecacatan seperti yang ungkapkan tiga partisipan

berikut ini :

“...lukanya tambah parah mbak bisa jadi rusak gak segera

sembuh...” (P1)

“...bisa menyebabkan kulit menjadi rusak, cacat dan dapat

mengakibatkan kematian.” (P2)

“Ya takut mbak, luka bakar kalau nggak segera di obati

nanti kulitnya jadi cacat.” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa sebagian

partisipan beranggapan luka bakar dapat menyebabkan kecacatan. Sub

Tema penyakit yang tidak berbahaya di kategorikan dalam satu kategori

yaitu masalah yang tidak serius. Penyakit yang tidak serius diungkapkan

oleh dua partisipan seperti berikut :

“Tanggapan saya luka bakar itu ada yang biasa dan ada

yang parah mbak...” (P1)

“...luka itu ada yang parah dan nggak parah, tergantung

penyebabnya...” (P2)

Page 73: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

58

Partisipan mempersepsikan luka bakar merupakan masalah yang

tidak serius. Komponen Persepsi tentang bahaya luka bakar dapat di lihat

pada gambar 4.1 di bawah ini :

4.3.2 Tujuan khusus 2 : Mengidentifikasi respon psikologi keluarga dalam

menangani luka bakar

Respon psikologi keluarga di dapatkan dua tema yaitu

ketidakberdayaan keluarga dalam penanganan luka bakar dan rasa empati

keluarga dalam penanganan luka bakar. Tema ketidakberdayaan keluarga

dalam penanganan luka bakar di susun oleh tiga sub tema yaitu pasrah,

tidak bisa mengambil keputusan dan ketakutan. Sub tema pasrah di

persepsikan menjadi satu kategori yaitu tidak mempunyai pilihan.

Kategori tidak mempunyai pilihan yang diungkapkan oleh satu partisipan

seperti berikut ini :

“Ya namanya adek sendiri, ya bingung mbak gimana.

Apalagi kan pas waktu itu pingsan, jadi gak bisa apa-

Gambar 4.1

Skema tema persepsi tentang bahaya luka bakar

Bahaya Penyakit yang

serius

Penyakit yang

berbahaya

Persepsi tentang

bahaya luka

bakar

1. Parah

2. Penanganan cepat

3. Kematian

Masalah yang

mengancam

nyawa

Menyebabkan

kecacatan

1. Rusak

2. Cacat

Masalah yang

tidak serius

1. Biasa

2. Nggak parah

Penyakit yang

tidak

berbahaya

Page 74: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

59

apalah pokoknya gak bisa rasain, nyritainnya gimana

gak bisa mbak...” (P1)

Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa sebagian partisipan

merasa tidak mempunyai pilihan ketika dalam kondisi terjadi luka bakar

pada anggota keluarganya. Tema ketidakberdayaan keluarga dalam

penanganan luka bakar juga di bangun oleh sub tema tidak bisa

mengambil keputusan yang disusun kategori bingung dan campur aduk.

Kategori bingung seperti yang di ungkapkan oleh dua partisipan berikut :

“Ya namanya adek sendiri, ya bingung mbak gimana...” (P1)

“Bingung mbak gimana agar nggak panas.” (P4)

Ungkapan partisipan di atas mengungkapkan bahwa partisipan

kebingungan harus melakukan pertolongan apa ketika terjadi luka bakar.

Pada sub tema tidak bisa mengambil keputusan terdapat juga kategori

campur aduk seperti yang di ungkapkan oleh satu partisipan berikut :

“...sedih mbak udah ketir-ketir bisa sembuh apa nggak,

pikirannya udah campur aduk...” (P2)

Partisipan mengungkapkan bahwa perasaan yang dialami partisipan

campur aduk ketika anggota keluarganya terkena luka bakar. Tema

Ketidakberdayaan keluarga dalam penanganan luka bakar di susun oleh

sub tema ketakutan yang juga di kategorikan takut tidak sembuh dan di

ungkapkan oleh tiga partisipan seperti berikut :

“Karna saya memikirkan keadaan adek saya, saya takut

terjadi apa-apa.” (P1)

“...sedih mbak udah ketir-ketir bisa sembuh apa nggak,

pikirannya udah campur aduk...” (P2)

“...takutnya nanti jadi kenapa-napa sampek saya stress

seminggu mbak tensi saya naik.” (P5)

Page 75: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

60

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa perasaan yang di

alami partisipan takut dan khawatir ketika anggota keluarganya terkena

luka bakar. Komponen tema ketidakberdayaan keluarga dalam

penanganan luka bakar dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini :

Selain tema Ketidakberdayaan keluarga dalam penanganan luka

bakar terdapat juga tema Rasa empati keluarga dalam penanganan luka

bakar di susun oleh dua sub tema yaitu berduka dan kasihan. Sub tema

berduka disusun dua kategori yaitu kategori sedih dan menangis.

Kategori sedih di ungkapkan oleh dua partisipan seperti berikut :

“...sedih mbak udah ketir-ketir bisa sembuh apa nggak...” (P2)

“Aduh sedih mbak...” (P5)

Partisipan mengungkapkan bahwa mereka sedih ketika keluarganya

mengalami luka bakar. Sub tema berduka juga di kategorikan dengan

menangis yang di ungkapkan oeh satu partisipan seperti berikut :

“Ya sudah nggak gimana-gimana nak, mbah putri itu

nangis trus minta tolong-tolong ya begitu.” (P3)

Gak bisa apa-apalah

pokoknya gak bisa

rasain

Tidak

mempunyai

pilihan Pasrah

Ketidakberdayaan

keluarga dalam

penanganan luka

bakar

Bingung Tidak bisa

mengambil

keputusan Campur aduk

1. Takut

2. Ketir-ketir

Takut tidak

sembuh Ketakutan

Bingung

Campur aduk

Gambar 4.2

Skema tema ketidakberdayaan keluarga dalam penanganan luka bakar

Page 76: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

61

Partisipan mengungkapkan ketika terjadi masalah dalam

keluarganya, partisipan hanya bisa menangis meratapi masalahnya. Sub

tema kasihan di susun oleh satu kategori yaitu tidak tega yang di

ungkapkan satu partisipan seperti berikut :

“...pikirannya udah campur aduk nggak tega melihat

lukanya M...” (P2)

Ungkapan partisipan di atas menunujukkan bahwa partisipan tidak

tega ketika keluarganya mengalami luka bakar. Komponen tema rasa

empati keluarga dalam penanganan luka bakar dapat dilihat pada gambar

4.3 berikut ini :

4.3.3 Tujuan Khusus 3 : Mengidentifikasi tindakan yang dilakukan keluarga

dalam menangani luka bakar

Tujuan khusus ketiga ini mengidentifikasi tindakan yang dilakukan

keluarga dalam menangani luka bakar yang terdapat dua tema yaitu

pertolongan pertama keluarga dalam penanganan luka bakar dan upaya

mencari pelayanan kesehatan. Tema pertolongan pertama keluarga dalam

penanganan luka bakar di bangun oleh tiga sub tema yaitu perilaku

Gambar 4.3

Skema tema rasa empati keluarga dalam penanganan luka bakar

Sedih Berduka

Rasa empati keluarga

dalam penanganan luka

bakar

Sedih

Nangis Menangis

Nggak tega Tidak tega Kasihan

Page 77: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

62

keluarga terhadap sumber kebakaran, menghentikan proses kebakaran,

dan tindakan perawatan luka bakar.

Sub tema pertama perilaku keluarga terhadap sumber kebakaran

yang di persepsikan menajadi tiga kategori yaitu menjauhkan tremos, lari

dan menjauhkan panci. Kategori menjauhkan tremos di ungkapkan oleh

satu partisipan seperti berikut :

“Saya langsung menjauhkan tremosnya mbak

dari M...” (P2)

Ungkapan partisipan diatas menunjukkan bahwa tindakan pertama

yang dilakukan partisipan dengan menjauhkan tremos ketika keluarganya

tersiram air tremos. Kategori kedua yaitu kategori lari yang di ungkapkan

oleh dua partisipan seperti berikut :

“...untung rumahnya tidak kebakar yang kebakar saya

sama mbah putri lari sampai sini terus masih kesampean

api itu.” (P3)

“...saya nggak tahan saya lari pulang sama kakak

perempuan saya, sampai disini saya suruh ambilkan

sarung anak saya terus saya langsung ke DKR.” (P4)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan ketika terjadi peristiwa yang membahayakan pada dirinya

dengan berlari dari tempat kejadian. Kategori ketiga yaitu menjauhkan

panci yang di ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut :

“Oh iya ho’o pancinya udah langsung di buang aja trus

nolong anaknya itu...” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan partisipan dalam menolong anggota keluarganya dengan

membuang panci. Sub tema yang kedua yaitu menghentikan proses

Page 78: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

63

kebakaran yang di persepsikan menjadi empat kategori yaitu melepas

pakaian korban, memberikan keset di lantai, menepuk dengan tangan dan

disiram air. Kategori melepas pakaian korban di ungkapkan oleh satu

partisipan seperti berikut ini :

“...Habis itu saya melepas bajunya M. Trus ibu saya

nyuruh bawa ke orang pinter mbak...” (P2)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan dengan melepas baju anggota keluarganya yang badannya

tersiram air panas. Kategori memberikan keset di lantai di ungkapkan

oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“Saya langsung menjauhkan tremosnya mbak dari M trus

saya kasih keset dilantainya itu...” (P2)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan partisipan untuk menghentikan proses kebakaran dengan

memberikan keset pada lantai yang bertujuan agar air panas yang tumpah

ke lantai itu tidak mengenai lagi pada korban dan orang lain. Kategori

menepuk dengan tangan di ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut

ini :

“Ya hanya di tepuk-tepukin pakai tangan.” (P3)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan untuk menghentikan proses kebakaran pada baju yang

dipakainya dengan menepuk-nepuk menggunakan tangan. Kategori

disiram air di ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“...langsung aja di bawa ke dalam kamar mandi diguyurin air...”

(P5)

Page 79: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

64

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan partisipan untuk menghentikan proses kebakaran pada anggota

keluarganya yang tersiram air panas dari panci itu dengan mengguyur air

kamar mandi. Sub tema yang ketiga yaitu tindakan perawatan luka bakar

yang di persepsikan menjadi enam kategori yaitu pemberian terapi air

garam, pemberian minyak goreng, pemberian alkohol, dikipasi,

pemberian pasta gigi dan pemberian bedak. Kategori pemberian air

garam di ungkapkan oleh dua partisipan seperti berikut ini :

“Disana saya di kasih garam sama air yang udah di

suwok (di jampi-jampi) dan di doa-doakan orang

pinternya (dukun) itu mbak.” (P2)

“Sama orang pinternya disuruh nyampurin trus diolesin

yang luka sama disuruh minumkan air putihnya ke M

sedikit mbak.” (P2)

“Sama orang pinternya (dukun) disuruh nyampurin trus

diolesin yang luka sama disuruh minumkan air putihnya

ke M sedikit mbak.” (P2)

“Saya mandi air minyak, minyak goreng itu saya pakai

mandi. Ada yang ngolesin garam, gitu.” (P4)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan partisipan untuk merawat luka bakar dengan memberikan air

garam. Kategori pemberian minyak goreng di ungkapkan oleh satu

partisipan seperti berikut ini :

“Saya mandi air minyak, minyak goreng itu saya pakai

mandi. Ada yang mblonyok’i garam, gitu.” (P4)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan partisipan untuk merawat luka bakar dengan mandi air minyak

Page 80: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

65

goreng. Kategori pemberian alkohol di ungkapkan oleh satu partisipan

seperti berikut ini :

“Dikasih revanol nak.” (P3)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan partisipan untuk merawat luka bakar dengan memberikan

revanol. Kategori dikipasi di ungkapkan oleh satu partisipan seperti

berikut ini :

“...Iya kepanasan dikipasi dulu, trus ambil odol (pasta

gigi)...” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan partisipan untuk merawat luka bakar dengan cara dikipasi.

Kategori pemberian pasta gigi di ungkapkan oleh satu partisipan seperti

berikut ini :

“..Iya kepanasan dikipasi dulu, trus ambil odol (pasta

gigi)....” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan partisipan untuk merawat luka bakar dengan cara memberikan

pasta gigi. Kategori pemberian bedak di ungkapkan oleh satu partisipan

seperti berikut ini :

“...trus masih kepanasan juga kasih talek (bedak

tabur).” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan partisipan untuk merawat luka bakar dengan cara memberikan

Page 81: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

66

bedak. Komponen pertolongan pertama keluarga dalam penanganan luka

bakar dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini :

Dikipasi

Odol (pasta gigi) Pemberian pasta

gigi

Gambar 4.4

Skema tema pertolongan pertama keluarga dalam penanganan luka bakar

Mandi air minyak,

minyak goreng

Perilaku keluarga

terhadap sumber

kebakaran

Pertolongan pertama

keluarga dalam

penanganan luka

bakar

Pancinya udah

langsung di buang

Lari

Menjauhkan panci

Lari

Melepas bajunya M. Melepas pakaian

korban

Memberikan keset

di lantai Kasih keset dilantainya

Ditepuk-tepukin

Di bawa ke dalam kamar

mandi diguyurin air

Menepuk dengan

tangan

Disiram air

Menghentikan

proses

kebakaran

1. Dikasih Garam

sama air

2. Diolesin yang luka

3. Minumkan air

putihnya

4. Ada yang ngolesin

garam

Pemberian terapi air

garam

Pemberian minyak

goreng Tindakan

perawatan luka

bakar Dikasih revanol Pemberian alkohol

Dikipasi

Kasih talek (bedak

tabur)

Pemberian bedak

(tabur)

Menjauhkan tremos Menjauhkan tremos

Page 82: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

67

Tema yang kedua yaitu upaya mencari pelayanan kesehatan yang

di susun oleh tiga sub tema yaitu dibawa ke pelayanan kesehatan medis,

dibawa ke pengobatan tradisional dan ketidakpuasan terhadap

pengobatan tradisonal. Pada sub tema dibawa ke pelayanan kesehatan

medis di persepsikan sebagai kategori dibawa ke rumah sakit yang di

ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“Pas waktu kejadian pertama ya mbak, aku langsung

minta tolong sama warga setempat, pinjem mobil

langsung bawa ke RSUD Sukoharjo...” (P1)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa upaya keluarga

dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cara membawa

langsung anggota keluarganya ke rumah sakit terdekat. Sub tema dibawa

ke pengobatan tradisional dipersepsikan sebagai kategori dibawa ke

dukun yang di ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“...Ya langsung saya bawa ke orang pinter (dukun) sama

ibu saya.” (P2)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa upaya keluarga

dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cara membawa

langsung anggota keluarganya ke pengobatan tradisional yaitu dukun.

Sub tema ketidakpuasan terhadap pengobatan tradisonal dipersepsikan

sebagai kategori pengobatan tradisional tidak efektif.

Kategori pengobatan tradisional yang tidak efektif di ungkapkan oleh dua

partisipan seperti berikut ini :

“Apa ya mbak, kalo dilukanya kayaknya belom ada

perubahan dan Mnya juga masih rewel, nangis mbak.” (P2)

Page 83: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

68

“Iya mbak masih kepanasan trus 2 hari melepuh saya bawa

ke puskesmas dulu setelah itu saya bawa ke RSUD

sukoharjo.” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa upaya keluarga

dalam mendapatkan pelayanan kesehatan mengalami ketidakpuasan

terhadap hasil pengobatan tradisional. Komponen tema upaya mencari

pelayanan kesehatan dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini :

4.3.4 Tujuan Khusus 4 : Mengidentifikasi alasan tindakan yang dilakukan

keluarga dalam menangani luka bakar

Tujuan khusus keempat mengidentifikasi alasan tindakan yang

dilakukan keluarga dalam menangani luka bakar yang terdapat dua tema

yaitu keyakinan keluarga dalam penanganan luka bakar dan Kurang

Pengetahuan keluarga tentang penanganan luka bakar. Tema keyakinan

keluarga dalam penanganan luka bakar di susun oleh satu sub tema yaitu

keyakinan. Sub tema keyakinan di persepsikan menjadi dua kategori

Langsung bawa

ke RSUD

Sukoharjo

Dibawa ke

rumah sakit

Dibawa ke

pelayanan

medis

Langsung saya

bawa ke orang

pinter

Dibawa ke

dukun

Dibawa ke

pengobatan

tradisional

Belum ada

perubahan

Pengobatan

tradisional

tidak efektif

Ketidakpuasan

terhadap

pengobatan

tradisional

Upaya mencari

pelayanan

kesehatan

Gambar 4.5

Skema tema upaya mencari pelayanan kesehatan

Page 84: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

69

yaitu kepercayaan dari nenek moyang dan kepercayaan diri sendiri.

Kategori kepercayaan dari nenek moyang di ungkapkan oleh satu

partisipan yaitu seperti berikut ini :

“Ya karna kepercayaan dari ibu saya...” (P2)

“....dari jaman dulu kan kalau sakit dibawa ke orang

pinter dulu...” (P2)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa alasan partisipan

membawa anggota keluarganya yang sakit ke pengobatan tradisional

karena kepercayaan dari nenek moyang. Kategori kepercayaan diri

sendiri di ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“Ya menurut saya sendiri mbak saya percaya orang saya

udah ngalami sendiri, dulu saya juga pernah kena luka

bakar...” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa alasan partisipan

memberikan pertolongan luka bakar karena kepercayaan partisipan yang

sudah mengalami dan merawat luka bakar. Komponen tema keyakinan

keluarga dalam penanganan luka bakar seperti di bawah ini :

Tema kurang pengetahuan keluarga tentang penanganan luka bakar

disusun oleh satu sub tema ketidaktahuan penanganan luka bakar yang di

1. Kepercayaan

2. Jaman dulukan

kalau sakit dibawa

ke orang pinter

Kepercayaan

dari nenek

moyang Keyakinan

keluarga dalam

penanganan luka

bakar Kepercayaan diri

sendiri Menurut saya sendiri

Keyakinan

Gambar 4.6

Skema tema keyakinan keluarga dalam penanganan luka bakar

Page 85: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

70

persepsikan menjadi tiga kategori yaitu tidak pengalaman, kurang

pengalaman dan tidak ada penyuluhan. Kategori tidak pengalaman yang

di ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“...masalahnya kalau saya mau berikan obat takut salah

karna saya nggak tau mbak gimana caranya ngobatin

adek saya.” (P1)

Ungkapan partisipan diatas menunjukkan bahwa partisipan tidak

pengalaman dalam penanganan luka bakar. Kategori kurang pengalaman

di ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“Karna kurang pengalaman juga mbak, nggak tau harus

gimana...” (P2)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa partisipan kurang

pengalaman dan tidak mengetahui secara benar dan tepat dalam

memberikan penanganan luka bakar. Kategori tidak ada penyuluhan di

ungkapkan oleh lima partisipan seperti berikut ini :

“Belom pernah mbak...” (P1)

“Nggak ada mbak.” (P2)

“Nggak ada...karna setelah sudah terjadi sudah

kebakaran ya dikasih tau itu di rumah sakit kandang sapi

ya sebenernya mbah luka bakar kebakaran itu dicelupkan

air terus...” (P3)

“Nggak mbak.” (P4)

“Belom ada penyuluhan mbak...” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa semua partisipan

belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang penanganan luka bakar.

Page 86: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

71

Komponen kurang pengetahuan keluarga tentang penanganan luka

bakar dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut ini :

4.3.5 Tujuan Khusus 5 : Mengidentifikasi faktor yang menghambat tindakan

keluarga dalam menangani luka bakar

Tujuan khusus kelima mengidentifikasi faktor yang menghambat

tindakan keluarga dalam menangani luka bakar yang didapat satu tema

Minim sarana dan prasarana dalam penanganan luka bakar yang di susun

menjadi empat sub tema yaitu masalah transportasi, sarana pelayanan

kesehatan, jarak menuju pelayanan kesehatan dan masalah ekonomi. Sub

tema masalah transportasi di persepsikan menjadi satu kategori tidak

punya mobil yang di ungkapkan oleh tiga partisipan seperti berikut ini :

“Pas waktu kejadian pertama ya mbak, aku langsung

minta tolong sama warga setempat, pinjem mobil

langsung bawa ke RSUD Sukoharjo...” (P1)

“...gak punya mobil mbak...” (P2)

“Kalau naek bis lama mbak, ada sepeda

motor ya saya naek motor berdua sama anak

saya mbak, mau naek mobil nggak punya

mobil...” (P5)

Gambar 4.7

Skema tema kurang pengetahuan keluarga tentang penanganan luka bakar

Saya nggak tau mbak

gimana caranya

ngobatin

Tidak

pengalaman

Kurang pengalaman

Tidak ada

penyuluhan

Kurang

pengetahuan

keluarga tentang

penanganan luka

bakar

Kurang

pengalaman

1. Belom pernah

2. Nggak ada

Page 87: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

72

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa faktor yang

menghambat partisipan dalam penanganan luka bakar dikarenakan

masalah transportasi. Sub tema sarana pelayanan kesehatan di

persepsikan menjadi dua kategori yaitu alatnya yang kurang memadai

dan kapasitas kamar. Kategori alatnya yang kurang memadai di

ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“...langsung di bawa ke rumah sakit yang terdekat sini

kan DKR itu...katanya alatnya itu kurang apa ya kurang

memadai gitu jadi nggak sangguplah dokternya trus di

kasih saran ke dr.oen...” (P1)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa faktor yang

menghambat dalam penanganan luka bakar yaitu tidak adanya alat yang

memadai di tempat pelayanan kesehatan. Kategori kapasitas kamar di

ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“Iya mbak, jadi sebelum masuk di dr.Oen tak bawa dulu

ke DKR tapi karna disana tidak bisa nangani dan

kamarnya penuh akhirnya saya bawa ke dr.Oen.” (P2)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa faktor yang

menghambat dalam penanganan luka bakar dikarenakan fasilitas kamar

di tempat pelayanan kesehatan yang di tempati tidak mencukupi untuk

menampung pasien sehingga harus di rujuk ke tempat pelayanan

kesehatan lain. Sub tema jarak menuju pelayanan kesehatan di

persepsikan sebagai jarak yang di ungkapkan oleh satu partisipan seperti

berikut ini :

“Kendalanya ya jaraknya RS dari rumah mbak...” (P5)

Page 88: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

73

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa faktor yang

menghambat dalam penanganan luka bakar dikarenakan jarak tempuh ke

tempat pelayanan kesehatan. Sub tema masalah ekonomi di persepsikan

sebagai masalah biaya berobat yang di ungkapkan oleh tiga partisipan

seperti berikut ini :

“Biaya pengobatan selama di rumah sakit mbak...” (P1)

“...yang jelas sudah habisin uang sepuluh juta lebih...” (P3)

“tiap dua bulan tiap sore kesini bersihin sama diperban

totalnya bayarannya disana habis satu juta empat ratus tapi

belum saya bayar...” (P4)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa faktor yang

menghambat dalam penanganan luka bakar karena adanya masalah biaya

berobat di dalam keluarga.Komponen minim sarana dan prasarana dalam

penanganan luka bakar dapat di lihat pada gambar 4.8 berikut ini :

1. Pinjem mobil

2. Gak punya mobil

3. Nggak punya

mobil

Tidak punya

mobil

Masalah

transportasi

Minim sarana

dan prasarana

dalam

penanganan

luka bakar

Alatnya itu kurang

apa ya kurang

memadai gitu jadi

nggak sangguplah

dokternya

Alat yang

kurang

memadai Sarana

pelayanan

kesehatan Disana tidak bisa

nangani dan kamarnya

penuh

Kapasitas

Kamar

Jaraknya Jarak

Jarak menuju

playanan

kesehatan

1. Biaya pengobatan

2. Uang

3. Habis satu juta

empat ratus tapi

belum saya bayar

Masalah biaya

berobat

Masalah

Ekonomi

Gambar 4.8

Skema tema minim sarana dan prasarana dalam penanganan luka bakar

Page 89: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

74

4.3.6 Tujuan Khusus 6 : Mengidentifikasi mekanisme koping terhadap

hambatan keluarga dalam menangani luka bakar

Tujuan khusus ke enam ini mengidentifikasi mekasnisme koping

terhadap hambatan keluarga dalam menangani luka bakar yang

didapatkan satu tema yaitu pemanfaatan sumber daya yang di susun oleh

lima sub tema yaitu mencari bantuan, menjual harta benda, meminta

rujukan ke rumah sakit lain, melakukan aktivitas dan strategi. Sub tema

mencari bantuan di persepsikan sebagai meminta tolong yang di

ungkapkan oleh dua partisipan seperti berikut ini :

“...aku langsung minta tolong sama warga setempat,

pinjem mobil langsung bawa ke RSUD Sukoharjo..” (P1)

“...minta tolong tetangga yang punya mobil untuk ngantar

ke rumah sakit.” (P2)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa partisipan dalam

menyelesaikan masalah yang ada dengan cara meminta bantuan kepada

orang lain. Sub tema menjual harta benda di persepsikan menjadi dua

kategori menjual tanah dan menjual kalung serta gelang. Kategori

menjual tanah di ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“Iya mbak, jadi keluarga itu jual tanah ya apa yang di

punya di jual mbak...” (P1)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa cara partisipan

menyelesaikan masalah dalam penanganan luka bakar dengan menjual

tanah yang dimiliki keluarga. Kategori menjual kalung dan gelang di

ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“Punyanya kita sendiri ya sudah apa punyanya kalung

jual, gelang jual yang penting bisa untuk berobat.” (P3)

Page 90: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

75

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa cara yang

dilakukan partisipan dalam menyelesaikan masalah dalam penanganan

luka bakar dengan menjual perhiasan yang dimiliki keluarga. Sub tema

meminta rujukan ke rumah sakit lain di persepsikan menjadi dua kategori

yaitu meminta rujukan pindah ke dr.oen dan meninta rujukan pindah ke

RSUD Sukoharjo. Kategori meminta rujukan pindah ke dr.oen yang di

ungkapkan oleh dua partisipan seperti berikut ini :

“...langsung di bawa ke rumah sakit yang terdekat sini

kan DKR itu...katanya alatnya itu kurang apa ya kurang

memadai gitu jadi nggak sangguplah dokternya trus di

kasih saran ke dr.oen itu langsung saya cabut minta surat

rujukan saya pindah kesana.” (P1)

“...akhirnya saya bawa ke dr.Oen.” (P2)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa cara partisipan

menyelesaikan masalah dalam penanganan luka bakar dengan meminta

rujukan pindah ke rumah sakit lain. Kategori meninta rujukan pindah ke

RSUD Sukoharjo di ungkapkan oleh satu partisipan seperti berikut ini :

“...trus 2 hari melepuh bawa ke puskesmas takutnya disitu

kurang apa ya trus saya minta rujukan aja di bawa ke

RSUD sukoharjo.” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa cara partisipan

menyelesaikan masalah dalam penanganan luka bakar dengan meminta

rujukan pindah ke rumah sakit lain. Sub tema melakukan aktivitas di

persepsikan sebagai kategori bekerja yang di ungkapkan oleh satu

partisipan seperti berikut in :

“Saya buat kerja mbak, orang nggak punya kalau nggak

gitu gimana mau bayar hutang.” (P4)

Page 91: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

76

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa cara partisipan

menyelesaikan masalah dalam penanganan luka bakar dengan bekerja

melakukan aktivitas yang dapat menghasilkan uang sehingga partisipan

dapat membayar biaya pengobatan. Sub tema strategi di persepsikan

sebagai kategori berangkat awal yang di ungkapkan oleh satu partisipan

seperti berikut ini :

“....jadi harus berangkat pagi mbak supaya tidak dapat

nomer antrian yang belakang.” (P5)

Ungkapan partisipan di atas menunjukkan bahwa cara partisipan

dengan strategi koping datang lebih awal di tempat pelayanan kesehatan

untuk mendapatkan tiket antrian ketika berobat. Komponen pemanfaatan

sumber daya dapat di lihat pada gambar 4.9 berikut ini :

Gambar 4.9

Skema Tema Pemanfaatan Sumber Daya

Menjual harta

benda

Minta tolong Meminta

tolong Mencari bantuan

Pemanfaatan

sumber daya

Jual tanah Menjual tanah

Kalung jual,

gelang jual

Menjual

kalung dan

gelang

1. Surat

rujukan

2. Bawa ke

dr.oen

Meminta

rujukan pindah

ke dr.oen

Meminta

rujukan pindah

ke RSUD

Sukoharjo

Minta rujukan

aja di bawa ke

RSUD

Sukoharjo

Meminta rujukan

ke rumah sakit lain

Kerja Bekerja Melakukan

aktivitas

Berangkat pagi Berangkat

Awal Strategi

Page 92: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

81

4.4

Sk

emat

ik

Lu

ka

Bak

ar

Per

sep

si t

enta

ng b

ahaya

luk

a b

akar

1.

Pen

yak

it y

ang b

erb

ahaya

2.

Pen

yak

it y

ang t

idak

ber

bah

aya

Ket

idak

ber

dayaa

n

1.

Pas

rah

2.

Tid

ak

bis

a m

eng

amb

il

kep

utu

san

3.

Ket

aku

tan

Ras

a em

pat

i

1.

Ber

du

ka

2.

Kas

ihan

Per

tolo

ngan

per

tam

a k

elu

arga

dal

am p

enan

gan

an l

uk

a b

akar

1.

Per

ilak

u k

elu

arg

a te

rhad

ap

sum

ber

keb

akar

an

2.

Men

gh

enti

kan

pro

ses

keb

akar

an

3.

Tin

dak

an p

eraw

atan

lu

ka

bak

ar

Up

aya

men

cari

pel

ayan

an k

eseh

atan

1.

Dib

aya

ke

pel

ayan

an m

edis

2.

Dib

aya

ke

pen

gob

atan

tra

dis

ion

al

3.

Ket

idak

pu

asan

ter

had

ap p

engob

atan

trad

isio

nal

Min

im s

aran

a d

an p

rasa

ran

a

1.

Mas

alah

tra

nsp

ort

asi

2.

Sar

ana

pel

ayan

an k

eseh

atan

3.

Jara

k m

enuju

pel

ayan

an k

eseh

atan

4.

Mas

alah

ek

on

om

i

Ku

ran

g p

eng

etah

uan

ten

tan

g

pen

angan

an l

uk

a b

akar

1.

Ket

idak

tah

uan

pen

angan

an l

uk

a

bak

ar

Pem

anfa

atan

su

mb

er d

aya

1.

Men

cari

ban

tuan

2.

Men

jual

har

ta b

end

a

3.

Mem

inta

ruju

kan

ke

rum

ah s

akit

lain

4.

Men

ingk

atk

an p

rod

uk

tiv

itas

5.

Str

ateg

i

Keyak

inan

dar

i k

elu

arga

Gam

bar

4.1

0

Sk

ema

Tem

a

77

Page 93: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

78

Penanganan luka bakar pada keluarga merupakan persepsi tentang bahaya luka

bakar yang keluarga anggap sebagai penyakit yang bahaya dan penyakit yang

tidak bahaya karena luka bakar bisa mengakibatkan kecacatan. Persepsi tentang

bahaya luka bakar mempengaruhi sikap keluarga menjadi tidak berdaya sehingga

keluarga merasa pasrah, tidak bisa mengambil keputusan dan keluarga merasa

ketakutan ketika terjadi luka bakar pada anggota keluarganya. Sikap keluarga

dalam kondisi anggota keluarganya yang terluka dapat menimbulkan rasa empati

keluarga menjadi berduka dan merasa kasihan. Rasa empati tersebut dapat

mempengaruhi keluarga untuk melakukan pertolongan pertama luka bakar antara

lain menjauhkan sumber kebakaran, menghentikan proses kebakaran dan tindakan

perawatan luka bakar seperti pemberian air garam, pemberian minyak goreng,

pemberian alkohol, pemberian pasta gigi dan bedak pada area luka bakar. Setelah

keluarga melakukan pertolongan pertama dalam penanganan luka bakar kemudian

keluarga berupaya dalam mencari pelayanan kesehatan dengan di bawa ke

pelayanan medis, dibawa ke pengobatan tradisional dan pada akhirnya keluarga

merasa tidak puas terhadap pengobatan tradisional yang tidak efektif sehingga

keluarga membawa anggota keluarganya ke pengobatan medis. Upaaya keluarga

dalam mencari pelayanan kesehatan mengalami hambatan sehingga dengan

minimnya sarana dan prasarana meliputi masalah transportasi, sarana pelayanan

kesehatan, jarak tempuh menuju pelayanan kesehatan dan masalah ekonomi

menjadikan keluarga mengambil kebijakan untuk memanfaatkan sumber daya

yang ada.

Page 94: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

79

BAB V

PEMBAHASAN

5.10 Persepsi tentang bahaya luka bakar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi tentang bahaya luka

bakar pada keluarga merupakan penyakit yang bahaya karena luka bakar

merupakan penyakit yang serius yang mengancam nyawa dan dapat

menyebabkan kecacatan. Hal ini sesuai dengan teori yang di ungkapkan oleh

Musliha dalam Elan (2014) kondisi gawat merupakan sesuatu yang

mengancam nyawa meliputi kasus trauma berat, akut miokard infark,

sumbatan jalan nafas, tension pneumothorax, luka bakar disertai trauma

inhalasi, sedangkan darurat yaitu perlu mendapatkan penanganan atau

tindakan dengan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban, seperti

cedera vertebra, fraktur terbuka, trauma capitis tertutup, dan appendicitis

akut. Menurut Nazhifah dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul uji

sensitivitas isolat bakteri dari pasien luka bakar di Bangsal luka bakar RSUP

dr. M. Djamil padang mengatakan bahwa kulit dengan adanya luka bakar

akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan

subkutan. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan

jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu sangat tinggi

(Moenadjat Y., 2009).

Page 95: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

80

Hidayat, Noer, dan Saputro (2014) menyatakan bahwa luka bakar

merupakan penyebab umum morbiditas dan kematian. Jumlah penderita luka

bakar meningkat dalam 12 tahun belakang ini dan masih menjadi alasan sakit

dan kematian yang utama. Penilaian dan pengamatan yang selayaknya,

digabungkan dengan rujukan awal yang tepat ke sebuah pusat spesialis sangat

membantu dalam mengurangi penderitaan dan mengoptimalkan hasil.

Penyebab utama dari luka bakar adalah percikan api (48.3%). Trauma

pernafasan ditemukan pada 96 (14.4%) pasien. Ada hubungan signifikan

antara hasil pelayanan dan trauma pernafasan (p=0.0001 r=0.625). Jumlah

kematian yag disebabkan luka bakar di 2011 adalah 10.3%. Terdapat

hubungan antara kematian dengan etiologi dan tauma perafasan.

Sebagian keluarga berpendapat bahwa luka bakar merupakan suatu

penyakit yang tidak berbahaya yang tergantung pada penyebabnya. Menurut

Evers, dkk (2010) mengatakan bahwa tergantung pada tingkat kedalaman

kerusakan jaringan yang terlibat maka luka bakar, berturut-turut dari kondisi

ringan ke berat, terbagi dalam derajat I, II, dan III. Kerusakan jaringan akibat

luka bakar mengakibatkan gangguan suplai nutrisi, oksigen, serta proses

regulasi cairan tubuh dan suhu pada kulit. Kondisi ini menjadikan durasi

penyembuhan luka bakar berlangsung lama (Desanti dkk, 2005).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa persepsi tentang bahaya luka

bakar berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian Utomo dkk (2010)

menunjukkan bahwa sebanyak 492 masyarakat RT I dan II Desa Roomo

Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik mempunyai tingkat pengetahuan

Page 96: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

81

tentang pertolongan pertama pada luka bakar yang cukup, tidak ditemukan

responden dengan tingkat pengetahuan baik. Masih banyaknya masyarakat

yang mempunyai persepsi yang salah tentang pertolongan pertama pada luka

bakar yaitu dengan memberikan pasta gigi margarin kecap kopi air liur dan

sebagainya. Hanya 16 responden yang memperoleh informasi tentang

pertolongan pertama pada luka bakar dari tenaga kesehatan.

5.11 Ketidakberdayaan keluarga dalam penanganan luka bakar

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa

keluarga merasa tidak berdaya dalam penanganan luka bakar seperti yang di

persepsikan keluarga yaitu tidak mempunyai pilihan, bingung, campur aduk,

takut tidak sembuh. Ketidakberdayaan yaitu tidak memiliki kekuatan, tidak

memiliki kemampuan, tidak mempunyai akal untuk mengatasi sesuatu atau

masalah yang dihadapi. Berdasarkan Tupattinaja (2003) mengatakan bahwa

ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi perubahan yang demikian

cepat dan dirasakan semakin bertambah berat dapat menimbulkan perasaan

cemas karena ketidak-mampuan atau ketidak-berdaya untuk apa-apa selain

mengikuti saja alur keputusan yang ada dan berupaya melewati hari demi hari

sebagaimana adanya. Kecemasan adalah suatu keadaan yang membuat

seseorang tidak nyaman khawatir, gelisah, takut, dan tidak tentram disertai

berbagai keluhan fisik, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan

tidak berdaya (Kusumawati, 2010). Faktor yang dapat menyebabkan

Page 97: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

82

kecemasan misalnya masalah ekonomi, keluarga, pekerjaan, kondisi

kesehatan, pendidikan dan lain-lain (Taufik, 2008).

5.12 Rasa empati keluarga dalam penanganan luka bakar

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa

partisipan merasa empati kepada keluarganya yang terkena luka bakar yang

dipersepsikan sebagai perasaan sedih, menangis dan tidak tega. Berdasarkan

teori yang diungkapkan oleh KBBI (2015) bahwa rasa empati adalah keadaan

mental yg membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam

keadaan perasaan atau pikiran yg sama dng orang atau kelompok lain.

Persepsi partisipan yang dinyatakan dengan menangis ini sesuai dengan

teori KBBI (2015) yang menyatakan bahwa tangis adalah ungkapan perasaan

sedih (kecewa, menyesal, dan sebagainya) dengan mencucurkan air mata dan

mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit, dan sebagainya sedangkan

ungkapan partisipan yang di persepsikan sebagai perasaan tidak tega sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa tidak tega adalah menaruh belas

kasihan, merasa sayang (kasihan dan sebagainya), peduli akan nasib

(penderitaan) orang, sampai. Berdasarkan teori lain yang dikatakan oleh

Chaplin (2002) bahwa depresi didefinisikan pada dua keadaan, yaitu pada

orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi

merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, patah semangat) yang ditandai

dengan perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan, dan pesimis dalam

menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus patologis, depresi

Page 98: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

83

merupakan ketidakmampuan ekstrem untuk bereaksi terhadap perangsang,

disertai menurunnya nilai diri, ketidakpastian, tidak mampu dan putus asa.

Perasaan cemas dan takut selama hospitalisasi orang tua akan merasa

begitu cemas dan takut terhadap kondisi anaknya. Perasaan tersebut muncul

pada saat orang tua melihat anak mendapat prosedur menyakitkan, seperti

pengambilan darah, injeksi, infus yang dilakukan pungsi lumbal, dan

prosedur invasif lainnya. Sering kali pada saat anak harus dilakukan prosedur

tersebut, orang tua bahkan menangis karena tidak tega melihat anaknya, dan

pada kondisi ini perawat atau petugas kesehatan harus bijaksana bersikap

pada anak dan orang tuanya (Supartini, 2000). Kesimpulan dari data

penelitian ini tentang rasa empati keluarga dalam penanganan luka bakar

sesuai dengan teori bahwa keluarga merasa sedih, takut, tidak tega dan

menangis ketika keluarga mengalami masalah kesehatan.

5.13 Pertolongan pertama keluarga dalam penanganan luka bakar

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa

partisipan memberikan pertolongan pertama dalam penanganan luka bakar

dengan perilaku keluarga terhadap sumber kebakaran seperti yang di

persepsikan keluarga yaitu dengan menjauhkan panci, menjauhkan tremos

dan berlari. Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh

Rahayuningsih (2012) mengatakan bahwa penanganan pertama pada luka

bakar antara lain menjauhkan penderita dari sumber luka bakar,

memadamkan pakaian yang terbakar, menghilangkan zat kimia penyebab

Page 99: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

84

luka bakar, menyiram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia,

dan mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek

yang kering dan tidak menghantarkan arus (nonconductive).

Keluarga menghentikan proses kebakaran dengan melepas pakaian

korban, memberikan keset di lantai, menepuk dengan tangan dan di siram air.

Berdasarkan Fitriana (2014) menyebutkan bahwa menghentikan proses

pembakaran yaitu jika menemukan penderita masih dalam keadaan terbakar

maka harus segera dilakukan pemadaman dengan cara menyiram dengan air

dalam jumlah banyak apabila disebabkan bensin atau minyak.

Menggulingkan penderita pada tanah (drop and roll) atau menggunakan

selimut basah untuk memadamkan api. Walaupun api sudah mati, luka bakar

akan tetap mengalami proses perjalanan pembakaran, untuk mengurangi

proses ini luka dapat disiram atau direndam dengan air bersih untuk

pendinginan. Perlu diketahui bahwa proses pendalaman ini hanya akan

berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila pertolongan datang setelah 15

menit, usaha sia-sia dan hanya akan menimbulkan hipotermi. Tidak

diperbolehkan sekali-kali mengompres luka bakar dengan kassa air es karena

dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.

Setelah keluarga menghentikan proses kebakaran, keluarga melakukan

tindakan perawatan luka bakar dengan pemberian terapi air garam, pemberian

minyak goreng, di kipasi, pemberian alkohol, pemberian odol (pasta gigi) dan

pemberian bedak. Hal ini tidak sesuai dengan teori Rembulan (2015) yang

menyatakan bahwa prinsip penanganan luka bakar adalah prinsip pengelolaan

Page 100: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

85

penderita trauma yaitu airway, breathing, circulation, dissability, and

exposure, resusitasi cairan, penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan

infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang

vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut.

Perawatan luka sehari-hari meliputi membersihkan luka, debridemen, dan

pembalutan luka (Rahayuningsih, 2012).

Berdasarkan teori Smeltzer & Bare dalam Azizah (2013) menyatakan

bahwa dalam melakukan perawatan luka bakar terdapat tiga macam yaitu

pembersihan luka, pemberian terapi antibiotik topikal dan balutan. Pertama,

membersihan luka dapat dilakukan dengan tap water, larutan normal salin,

atau antiseptik seperti larutan iodine yang diencerkan. Daerah tubuh yang

tidak terbakar disekitar luka juga harus dibersihkan untuk mencegah

kontaminasi pada luka. Pada saat proses membersihkan luka, harus diinspeksi

kondisi luka yag meliputi tanda kemerahan, keretakan maupun tanda-tanda

infeksi. Cairan pada bula dikeluarkan begitu pula bila ada kulit yang lepas

juga harus diangkat dengan mempertahankan teknik aseptik. Pembersihan

luka dilakukan sehari sekali pada luka yang tidak mengalami pembedahan.

Kedua, terapi antibiotik luka bakar tidak mensterilkan namun bertujuan

untuk mengurangi jumlah bakteri. Kriteria untuk memilih preparat topikal

meliputi preparat tersebut harus efektif terhadap mikroorganisme gram

negatif bahkan jamur, efektif secara klinis, dapat menembus skar namun tidak

bersifat toksik, cost-effective, mudah diperoleh dan dapat diterima pasien

serta mudah dipakai sehingga tidak menghabiskan banyak waktu dalam

Page 101: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

86

aplikasinya. Preparat topikal yang sering digunakan adalah silver sulfazidin,

silver nitrat dan mafenide asetat, salep providon-iodin (10%), gentamisin

sulfat, nitrofurazon, larutan dakin, asam setat, mikonazol dan klortimazol.

Ketiga, balutan luar dapat dibuka dengan cara digunting dengan

menggunakan gunting verban. Kassa yang menempel pada luka dapat dilepas

tanpa menimbulkan rasa sakit dengan terlebih dahulu dibasahi dengan normal

salin. Balutan dilepas dengan hati-hati menggunakan sarung tangan steril atau

pinset steril. Dalam proses ini, pasien dapat turut dilibatkan untuk melepas

balutannya sehingga dapat mengontrol rasa nyeri. Langkah selanjutnya adalah

pembersihan luka, debridemen untuk menghilangkan debris, preparat lokal

yang tersisa, eksudat dan kulit mati. Gunting dan pinset steril dapat

digunakan untuk memangkas eskar dan kulit mati. Selama proses penggantian

balutan kedaan luka perlu diinspeksi meliputi warna, bau, eksudat, ukuran,

tanda reepitelisasi serta eskar. Proses selanjutnya adalah mengoleskan

kembali preparat topikal yang diresepkan. Luka tersebut kemudian ditutup

kembali dengan kassa dan dibalut dari sebelah distal ke proksimal.

Pemakaian balutan juga bertujuan untuk melindungi graft (pencangkokan)

yang terkadang diperlukan untuk memperbaiki luka bakar derajat III, luka

yang sangat luas atau bila reepitelisasi spontan tidak mungkin terjadi.

Penelitian Dewi, Sanarto & Taqiyah (2012) menujukkan bahwa proses

penggantian balutan yang terbaik untuk mempercepat prses penyembuhan

luka dalah 2-3 kali dalam sehari, dibandingkan dengan 2 hari sekali atau

sehari sekali karena kelembaban luka lebih terjamin dan terhindar dari risiko

Page 102: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

87

infeksi. Data dalam penelitian ini tentang perawatan luka bakar yang

dilakukan keluarga tidak sesuai dengan teori bahwa untuk melakukan

tindakan perawatan luka bakar menggunakan pembersihan luka dengan

antiseptik, pemberian obat topikal, dan pembalutan.

5.14 Upaya mencari pelayanan kesehatan

Upaya mencari pelayanan kesehatan yang dipersepsikan keluarga yaitu

dibawa ke dukun, di bawa ke rumah sakit dan pengobatan tradisional tidak

efektif. Keluarga merasa tidak puas terhadap pengobatan tradisonal di

karenakan pengobatan tradisional tidak efektif sehingga keluarga berupaya

mencari pelayanan kesehatan yang optimal untuk mengobati keluarganya

yang sakit. Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan

pengobatan secara tradisional (Zulkifli, 2004). Pengobatan tradisional adalah

pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang

mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan

sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat (Zulkifli, 2004).

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi

dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin

secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan, pelayanan juga dapat

diartikan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain (Hasyim, 2006).

Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas bukan merupakan

hal baru. Masyarakat mengharapkan dalam mengerus kepentingan mereka

Page 103: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

88

pada unit- unit pelayanan publik terutama pelayanan kesehatan di rawat inap

akan memperoleh pelayanan yang mudah, sederhana, lancar, cepat, tidak

berbelit- belit, ramah, manusiawi, kejelasan prosedur pelayanan, biaya yang

masuk akal, kenyamanan dan keterbukaan (Rochmaningtyas, 2010).

Berdasarkan ungkapan partisipan yang di persepsikan dengan di bawa

ke rumah sakit sesuai dengan teori Anjaryani (2009) bahwa rumah sakit

adalah bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif,

mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta sebagai

pusat rujukan kesehatan masyarakat. Ketidakpuasan pasien diartikan sama

dengan keluhan terhadap rumah sakit, berikut pelayanan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatannya (dokter, perawat, apoteker, psikolog dan lainnya) dan

struktur sistem perawatan kesehatan (biaya, sistem asuransi, kemampuan dan

prasarana pusat kesehatan dan lain-lain).

5.15 Keyakinan keluarga dalam penangana luka bakar

Keyakinan keluarga mempersepsikan sebagai kepercayaan dri dirinya

dan berdasarkan kepercayaan dari nenek moyang turun temurun. Enung

Fatimah (dalam Khusnia,S., & Rahayu, S. A, 2010) mengartikan kepercayaan

diri sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk

mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun

lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Penelitian Hendrawan (2005)

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku dalam pencarian

pengobatan di Kabupaten Serang menyatakan bahwa terdapat hubungan

Page 104: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

89

faktor kepercayaan terhadap pengobatan dengan pemilihan upaya

pengobatan.

Pernyataan partisipan dalam penanganan luka bakar menganut

kepercayaan dari nenek moyang, sesuai dengan KBBI (2015) bahwa

tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yg selalu berpegang

teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Ibadah

orang abangan meliputi upacara perjalanan, penyembahan roh halus, upacara

cocok tanam, dan tata cara pengobatan yang semuanya bedasarkan

kepercayaan kepada roh baik dan roh jahat (Yana, 2010). Adapun yang

dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau

perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau

ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau

berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar

Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU

No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Pengobatan tradisional dalam konteks penggunaan di Indonesia tumbuh

dan berkembang sejak munculnya kehidupan sosial ditengah-tengah

masyarakat, hal ini dibuktikan dengan tersebarnya pengetahuan akan

pengobatan tradisional dalam kehidupan masyarakat pada saat ini,

penggunaan pengobatan tradisional dapat juga disebut sebagai suatu proses

pengobatan alternatif (Aritonang, 2011). Pengobatan tradisional sebagai suatu

proses pengobatan dengan dasar budaya yang dianut suatu masyarakat pada

Page 105: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

90

umumnya menggunakaan pola-pola kebudayannya dalam upaya pengobatan

secara tradisional, sehingga penggunaan bahan-bahan pengobatan seperti

daun-daunan, akar-akaran dan lain sebagainya tergantung pada sistem

pengetahuan yang ada dan berkembang dalam kebudayaan tersebut

(Aritonang, 2011).

Perilaku pencarian pengobatan oleh masyarakat dipengaruhi oleh

jumlah dan jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di sekitarnya. Oleh

karena itu pada wilayah yang banyak tersedia sarana pelayanan kesehatan

seperti : puskesmas, rumah sakit pemerintah dan swasta, balai pengobatan

serta praktek dokter, maka pilihan masyarakat semakin beragam untuk

melakukan pencarian pengobatan.

5.16 Kurang pengetahuan keluarga tentang penanganan luka bakar

Kurang pengetahuan keluarga tentang penanganan luka bakar

disebabkan karena keluarga tidak pengalaman, kurang pengalaman dan tidak

adanya penyuluhan yang di berikan kepada mereka. Menurut Notoatmojo

(2007) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan meliputi pendidikan, lingkungan, usia, sosial dan budaya,

informasi atau media masa, pengalaman, serta pekerjaan. Pengalaman

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari –

harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan

pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan

menjadi pedoman serta pembelajaran manusia (KBBI, 2015).

Page 106: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

91

Berdasarkan hasil penelitian Utomo dkk (2010) menunjukkan bahwa

sebanyak 492 masyarakat RT I dan II Desa Roomo Kecamatan Manyar

Kabupaten Gresik mempunyai tingkat pengetahuan tentang pertolongan

pertama pada luka bakar yang cukup. Masih banyaknya masyarakat yang

mempunyai persepsi yang salah tentang pertolongan pertama pada luka bakar

yaitu dengan memberikan pasta gigi margarin kecap kopi air liur dan

sebagainya. Hanya 16 responden yang memperoleh informasi tentang

pertolongan pertama pada luka bakar dari tenaga kesehatan. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah bahwa secara umum tingkat pengetahuan masyarakat RT

I II Desa Roomo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik tentang pertolongan

pertama pada luka bakar adalah cukup.

5.17 Minim sarana dan prasarana

Kendala yang di hadapi partisipan ketika melakukan pertolongan luka

bakar yang dikarenakan minimnya sarana dan prasarana penunjang yang

meliputi masalah transportasi, sarana pelayanan kesehatan, jarak menuju

pelayanan kesehatan dan masalah ekonomi. Sarana adalah segala sesuatu

yang dapat dipakai sebagai alat mencapai maksud atau tujuan, alat dan

media. Prasarana adalah segala sesuatu yg merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan sebagainya)

sebagai contoh jalan dan angkutan merupakan penting bagi pembangunan

suatu daerah (KBBI, 2015).

Page 107: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

92

Pelayanan kesehatan yaitu sarana yang menyediakan bentuk pelayanan

yang sifatnya lebih luas dari pada bidang klinik, bersifat preventif, promotif,

dan rehabilitatif (KBBI, 2015). Pelayanan kesehatan masyarakat adalah

pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan

kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,

pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan

kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta

berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004).

Minimnya sarana dan prasarana yang di ungkapkan partisipan seperti

masalah transportasi untuk mencapai pelayanan kesehatan sesuai dengan

yang di ungkapkan oleh Tumuwe, Tilaar dan Maramis (2014) mengatakan

bahwa hambatan lainnya dalam mencapai target indikator standar pelayanan

minimal puskesmas ondong adalah masalah transportasi, cuaca dan

kurangnya prasarana seperti puskesmas keliling laut, serta sumberdaya

manusia yang berkompetensi mengemudikan puskesmas keliling laut dan

tingkat evaluasi di Puskesmas masih rendah. Menurut Hanlon dalam Nara

(2014) mengatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi

oleh: tersedianya sumber daya, pendapatan keluarga, jarak tempat tinggal dari

pusat pelayanan, persepsi sehat dari penerima dan pemberi pelayanan. hal ini

berarti dengan meningkatnya kunjungan puskesmas disebabkan adanya

kesadaran individu dan masyarakat itu sendiri untuk mencapai serta

Page 108: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

93

mendapatkan pelayanan kesehatan dari fasilitas kesehatan yang pemerintah

siapkan.

Berdasarkan ungkapan partisipan bahwa biaya pengobatan ini sesuai

dengan teori dalam penelitian Setyawan (2007) yang menyatakan ada hubungan

antara sikap dan minat masyarakat untuk memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan modern, selain itu pencarian pengobatan juga berkaitan dengan faktor-

faktor pendukung antara lain biaya pengobatan, hasil pengobatan, kepercayaan

kepada sarana pengobatan, kondisi, waktu berobat, keberadaan sarana, pelayanan

pengobatan dan situasi di sarana pengobatan serta konsep sehat dan sakit yang

dimiliki oleh masyarakat.

5.18 Pemanfaatan sumber daya

Partisipan dalam melakukan pertolongan luka bakar dengan melakukan

pemanfaatan sumber daya yang meliputi mencari bantuan, menjual harta

benda, meminta rujukan ke rumah sakit lain, melakukan aktivitas dan strategi.

Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau

unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi

juga non fisik. Sumber daya alam materi adalah sumber daya alam yang

dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya, misalnya batu, besi, emas, kayu, serat

kapas, rosela dan sebagainya (Jupri, 2012). Sumber daya manusia adalah ilmu

dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber

lainnya, secara efisien, efektif dan produktif (Rival, 2005).

Studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan,

dengan atau tanpa menggunakan uang, dengan menggunakan sumber-sumber

Page 109: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

94

daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk

menghasilkan berbagai barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk

kebutuhan konsumsi masyarakat, sekarang dan dimasa mendatang (Sidik,

2013). Data dalam penelitian ini sesuai dengan teori bahwa untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi dengan menjual harta benda agar kebutuhan kesehatan

terpenuhi.

Berdasarkan teori Notoatmojo (2007) mengatakan bahwa pencarian

pengobatan oleh masyarakat terkait dengan respons seseorang apabila sakit

serta membutuhkan pelayanan kesehatan. Respons tersebut antara lain :

tindakan mengobati sendiri, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas

pengobatan tradisional, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke

warung-warung obat, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern (balai

pengobatan, puskesmas dan rumah sakit), dan mencari pengobatan ke

fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek.

Berdasarkan Gaol (2013) mengatakan bahwa faktor yang memengaruhi

pemanfaatan atau penggunaan pelayanan kesehatan, adalah fakor sosio

kultural (meliputi norma dan nilai yang ada di masyarakat, dan teknologi

yang digunakan dalam pelayanan kesehatan), faktor organisasi (meliputi

ketersediaan sumber daya, keterjangkauan lokasi, dan keterjangkauan sosial),

faktor interaksi konsumen-provider, faktor yang berhubungan dengan

konsumen (meliputi kebutuhan yang dirasakan dipengaruhi faktor sosio

demografi, faktor sosio psikologis, dan faktor epidemiologis penyakit).

Kebutuhan yang dirasakan membuat individu mengambil keputusan untuk

Page 110: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

95

mencari pelayanan kesehatan atau tidak. Hasil penelitian tentang pemanfaatan

sumber daya masyarakat menggunakan uang dan mencari pertolongan ke

fasilitas modern yaitu rumah sakit dan puskesmas.

Page 111: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., dan Rachmawati, I.N. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam

Riset Keperawatan. Jakarta : Rajawali Pers.

Anonim. 2009. Luka bakar. http://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar. Diakses

tanggal 20 Januari 2015

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Cuttle L & Kimble RM. 2010. First aid treatment of burn injuries. Wound

Practice and Research

Desanti L. 2005. Pathophysiology and Current Management of Burn Injury. Adv

Skin Wound Care. 18(6):323-332

dr. Adibah & dr. Rena Winasis. 2014. Pertolongan Pertama Luka Bakar. Group

10, Issue 0005. http://udoctor.co.id (diakses pada tanggal 17 Januari 2015

Jam 16.25)

Dr. Dida A. Gurnida, SpA(K), M.Kes dan Melisa Lilisari. 2011. Dukungan

Nutrisi Pada Penderita Luka Bakar. Bagian Ilmu Kesehatan Anak,

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Hasan Sadikin,

Bandung.

Evers L. Bhavsar D. Maila¨nder P. 2010. The biology of burn injury. Exp Derm.

19:777-783

Furwanti, Elan. 2014. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Di Instalasi Gawat

Darurat (IGD) RSUD Panembahan Senopati Bantul. Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah, Yogyakarta.

Galuh Absari Utomo, Nanik Setijowati, Soemardini. 2010. Gambaran Tingkat

Pengetahuan Masyarakat Tentang Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar

di Wilayah RT I, II Desa Roomo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran.

Gaol, Tiomarni Lumban. 2013. Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi

Dan Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian

Page 112: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

Pengobatan Di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013. Tesis. Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Georgiade SG, Christopher WP. 2011. Luka bakar. Dalam: Buku Ajar Bedah Jilid

1. Edisi ke-17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Herkutanto. 2007. Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat. Bagian Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Istikhara, Inka Nesya. 2011. Pembentukan Komunitas Luka Bakar Dalam Proses

Perawatan Bagi Penderita Luka Bakar Di Jakarta : Tinjauan Medis.

Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Program Studi Sarjana

Reguler, Departemen Antropologi, Depok.

Iswanti, Fathiyah dan Prasetyo. 2010. Studi Tentang Pengetahuan Indegeneous

Lansia Dalam Mengobati Dan Menjaga Kesehatan Anak. Fakultas Ilmu

Kedokteran, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Karaoz, Bano. 2010. first-aid Home Treatment of Burns Among Children and

Some Implications at Milas. Turkey

Lin TS, Azian AL, Srijit D. 2010. Use of traditional herbal extracts in treatment

of burn wound. Journal of Clinical Dermatology

Meishinta Fitria, Deddy Saputra, Gusti Revilla. 2014. Pengaruh Papain Getah

Pepaya Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Penyembuhan

Luka Bakar Tikus Percobaan. Jurnal Kesehatan Andalas

Moenadjat Y. 2009. Luka bakar masalah dan tatalaksana. Balai penerbit FKUI :

Jakarta

Mubarak, W.I., Santoso, B.A., dan Chayatin, N. 2007. Promosi Kesehatan :

Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Mubarak, W.I., Santoso, B.A., dan Chayatin, N. 2009. Ilmu Keperawatan

Komnitas : Konsep Dan Aplikasi Buku 2. Jakarta : Salemba Medika

Page 113: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

Nadhia A, Sunariani J. 2009. Penurunan Sensitivitas Rasa Manis Akinat Pemakaian

Pasta Gigi yang mengandung Sodium Lauryl Sulfate 5%. Jurnal PDGI .

Nara, Adriana. 2014. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan

Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi Dan Dukungan Keluarga Dengan

Pemanfaatan Fasilitas Persalinan Yang Memadai Oleh Ibu Bersalin Di

Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur. Tesis. Program

Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar

Nazhifah, Rustini dan Deswinar Darwin. 2014. uji sensitivitas isolat bakteri dari

pasien luka bakar di bangsal luka bakar RSUP DR. M. Djamil Padang.

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan

Klinik III, Fakultas Farmasi, Universitas Andalas.

Ngadiran, Antonius. 2010. Studi Fenomenologi Pengalaman Keluarga Tentang

Beban Dan Sumber Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan

Halusinasi. Tesis. Program Magister Keperawatan, Kekhususan

Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia,

Depok.

Nina, R. (2008). Efek Penyembuhan Luka Bakar Dalam Sediaan Gel Ekstrak

Etanol 70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Kulit Punggung

Kelinci New Zealand. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta

Notoatmojo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta :

Rineka Cipta

Prabhat Shrivastava & Arun Goel. 2010. Pre-hospital care in burn injury

Pranata, Hardhi. 2009. Luka bakar dari perspektif herbalist. Makalah yang

dipresentasikan di simposium “enlighment and refreshment of burn

management”, Depok : Universitas Indonesia.

Rahayuningsih, T. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar Combustio. Volume 08,

Dosen AKPER POLTEKKES Bhakti Mulia, Sukoharjo.

Page 114: PENGALAMAN PREHOSPITAL KELUARGA DALAM PENANGANAN LUKA ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/...1147-1-sucimus-).pdf · F 08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi 9

http://download.portalgaruda.org/ (Diakses pada tanggal 17 Januari Jam

16.25)

Rival, Veithzal. 2003. Manajemen sumber daya manusia untuk perusahan. Jakarta :

Rajagrafindo Persada

Saryono, dan Anggraeni., M.D. 2013. Metodologi penelitian kualitatif dan

kuantitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Setyawan, EF. 2007. Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Kelompok Ibu Rumah

Tangga di Desa Tirtonarto Kecamatan cawas Kabupaten Klaten. Skripsi.

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.

Smeltzer, S & Bare, B.G. (2008). Brunner & suddarth’s textbook of medical

surgical nursing. Philadelpia: Lippincot.

Sugiono. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Albeta

Suriati, Gina. 2011. Pengetahuan Keluarga dalam Penatalaksanaan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan yang Terjadi Pada Balita di Rumah di

Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Tmur Medan. Universitas

Sumatera Utara

Taufik, S 2008. Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Stroke Yang

Dirawat Di Ruang Mawar RSUD Undata Palu.. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan, Palu.

Wibowo, Danang. 2009. Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. J dengan luka

bakar yang dirawat di ruang Mahoni I Rumah Sakit Kepolisian Pusat

Raden Said Soekanto Jakarta. Skripsi. Jakarta

Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : PT Refika

Aditama

Yunanto, dkk. 2005. Peran Alkohol 70%, Povidon-Iodine 10% dan Kasa Kering

Steril dalam Pencegahan Infeksi pada Perawatan Tali Pusat. Fakultas

Ilmu Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.