hubungan bimbingan belajar dan keaktifan …lib.unnes.ac.id/31209/1/1401412384.pdf · mengikuti...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN BIMBINGAN BELAJAR
DAN KEAKTIFAN BELAJAR
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KELAS IV SDN SEGUGUS AHMAD YANI BOJA
KENDAL
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh:
Fakhri Eka Satria
1401412384
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO :
“Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat berguna bagi generasi penerus
kita yang akan datang, maka amalkanlah ilmu semampu kita.”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
Keluarga terhebat, Ibu Ning Sri Rejeki dan Ayah Sido yang
selalu mendoakan dengan penuh keikhlasan dan memberi
motivasi untuk terus semangat.
vi
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran
dan kemudahan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Hubungan Bimbingan Belajar Dan Keaktifan Belajar Terhadap Hasil
Belajar Matematika Kelas IV SDN se-Gugus Ahmad Yani Boja Kendal”. Skripsi
ini diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung mapun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah mengizinkan untuk menuntut ilmu di UNNES.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian dan persetujuan
pengesahan skripsi ini;
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan kepada
peneliti untuk menyusun skripsi;
4. Trimurtini, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga dan kesabaran selama
penyusunan skripsi ini;
5. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk serta arahan yang sangat berharga;
6. Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd. yang telah menguji dengan teliti dan
memberikan masukan yang sangat berharga;
7. Segenap dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah memberi ilmu yang
bermanfaat;
8. Misiyami, S.Pd., Kepala SD Negeri 1 Tampingan Kecamatan Boja Kendal
yang telah memberikan izin penelitian;
vii
9. Chatarina Sarwati, S.Pd., Kepala SD Negeri 2 Tampingan Kecamatan Boja
Kendal yang telah memberikan izin penelitian;
10. Kusuma Wartini, S.Pd., Kepala SD Negeri 1 Campurejo Kecamatan Boja
Kendal yang telah memberikan izin penelitian;
11. Karsilani, S.Pd., Kepala SD Negeri 2 Campurejo Kecamatan Boja
Kendalyang telah memberikan izin penelitian;
12. Danu Triwarih., Kepala SD Negeri 1 Ngabean Kecamatan Boja Kendal
yang telah memberikan izin penelitian;
13. Dyah Rumantiningsih, S.Th., Kepala SD Negeri 2 Ngabean Kecamatan
Boja Kendal yang telah memberikan izin penelitian;
14. Shofiah, S.Pd., Kepala SD Negeri 3 Ngabean Kecamatan Boja Kendal yang
telah memberikan izin penelitian;
15. Seluruh guru dan karyawan SD Negeri 1 Tampingan, SD Negeri 2
Tampingan, SD Negeri 1 Campurejo, SD Negeri 2 Campurejo, SD Negeri 1
Ngabean, SD Negeri 2 Ngabean dan SD Negeri 3 Ngabean Kecamatan
Boja Kendal yang telah bersedia membantu melaksanakan penelitian;
16. Yatiningsih dan Darko, Nenek dan Kakek yang sudah memberikan
dukungan materi dan mental dalam mengerjakan skripsi;
17. Hana Wulandari, yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi;
18. Semua pihak yang telah membantu terutama Adib Laiho dalam penyusunan
skripsi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan meningkatnya kompetensi pedagogik guru. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
viii
ABSTRAK
Satria, Fakhri Eka. 2016. Hubungan Bimbingan Belajar Dan Keaktifan Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SDN se-Gugus Ahmad Yani
Boja Kendal. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Trimurtini,
S.Pd., M.Pd.. Pembimbing II Drs. Isa Ansori, M.Pd.
Minat belajar siswa atau mengulang pelajaran Matematika yang sudah
diterima siswa rendah, siswa mau belajar hanya ketika dibimbing dengan guru les
nya atau ketika dibimbing dengan orang tuanya sehingga siswa kurang aktif saat
mengikuti pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar Matematika siswa rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara kegiatan
bimbingan belajar terhadap hasil belajar matematika SDN se-Gugus Ahmad Yani
Kecamatan Boja Kendal.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN se-Gugus Ahmad Yani
Boja Kendal yang berjumlah 208 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 70
siswa atau 30% dari populasi yang diambil dengan teknik Proportional Random
Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan studi dokumenter. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelatif yang
bersifat kausalitas. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis
deskriptif, analisis data awal/uji prasyarat analisis dan analisis data akhir
menggunakan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan
antara bimbingan belajar dengan hasil belajar matematika yang ditunjukkan
dengan nilai rhitung =0,599 dengan signifikansi kurang dari 0,05, ada hubungan
yang positif dan signifikan antara keaktifan belajar dengan hasil belajar
matematika yang ditunjukkan dengan nilai rhitung =0,710 dengan signifikansi
kurang dari 0,05, ada hubungan yang positif dan signifikan antara bimbingan
belajar dan keaktifan belajar terhadap hasil belajar matematika yang ditunjukkan
dengan nilai F hitung sebesar 70,231 dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05.
Penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa Bimbingan Belajar dan
keaktifan belajar berhubungan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV
SDN se-Gugus Ahmad Yani. Saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah orang
tua hendaknya dapat meningkatkan motivasi untuk mengikuti Bimbingan Belajar
dan keaktifan belajar serta perhatian dalam pembelajaran. Guru hendaknya bisa
membangkitkan semangat siswa untuk belajar dan aktif dalam pembelajaran di
kelas.
Kata kunci: bimbingan belajar; hasil belajar matematika; keaktifan belajar; kelas
IV
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 11
1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 11
1.4 MANFAAT PENELITIAN ........................................................................ 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI ........................................................................................ 14
2.1.1 Hakikat Belajar........................................................................................ 14
2.1.1.1 Pengertian Belajar ................................................................................ 14
2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .......................................... 16
x
2.1.1.3 Masalah-masalah dalam Belajar .......................................................... 22
2.1.1.4 Mengatasi Masalah-masalah dalam Belajar ......................................... 26
2.1.1.5 Pentingnya Motivasi dalam Belajar ..................................................... 28
2.1.2 Bimbingan Belajar .................................................................................. 31
2.1.2.1 Pengertian Bimbingan .......................................................................... 31
2.1.2.2 Tujuan Bimbingan ................................................................................ 35
2.1.2.3 Fungsi Bimbingan ................................................................................ 39
2.1.2.4 Prinsip-prinsip Bimbingan ................................................................... 44
2.1.2.5 Manfaat Bimbingan .............................................................................. 48
2.1.3 Indikator Bimbingan Belajar ................................................................... 51
2.1.4 Keaktifan Belajar .................................................................................... 52
2.1.4.1 Pengertian Keaktifan Belajar ............................................................... 52
2.1.4.2 Peran Guru dalam Pembelajaran Aktif ................................................ 54
2.1.5 Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)........................................................... 57
2.1.5.1 Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) ..................................... 57
2.1.5.2 Peran Guru dalam Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) ......................... 58
2.1.6 Indikator Keaktifan Belajar ..................................................................... 63
2.1.7 Hasil Belajar ............................................................................................ 64
2.1.8 Matematika .............................................................................................. 79
2.2 KAJIAN EMPIRIS .................................................................................... 80
2.3 KERANGKA BERPIKIR .......................................................................... 86
2.4 HIPOTESIS PENELITIAN ....................................................................... 87
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN ....................................................... 91
3.2 PROSEDUR PENELITIAN ...................................................................... 92
3.3 SUBJEK, LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN................................... 93
3.3.1 Subjek Penelitian ..................................................................................... 93
3.3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 94
3.3.3 Waktu Penelitian ..................................................................................... 94
3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN .............................................. 94
3.5 VARIABEL PENELITIAN ....................................................................... 95
3.5.1 Variabel Bebas (X) .................................................................................. 96
3.5.2 Variabel Terikat (Y) ................................................................................ 96
3.6 Definisi Operasional................................................................................... 96
3.7 METODE PENGUMPULAN DATA ........................................................ 97
3.7.1 Studi Dokumenter ................................................................................... 97
3.7.2 Skala Psikologi ........................................................................................ 97
3.8 UJI INSTRUMEN ...................................................................................... 97
3.8.1 Bimbingan Belajar (X1)........................................................................... 98
3.8.2 Keaktifan Belajar (X2)............................................................................. 100
3.8.3 Hasil Belajar Matematika ........................................................................ 102
3.8.4 Validitas ................................................................................................. 102
3.8.5 Reliabilitas .............................................................................................. 103
3.9 METODE PENGOLAHAN DATA ........................................................... 104
3.9.1 Analisis Data Awal/Uji Prasyarat Analisis ............................................. 105
xii
3.9.1.1 Uji Normalitas ..................................................................................... 105
3.9.2 Analisis Data Akhir ................................................................................. 105
3.9.2.1 Uji Hipotesis ........................................................................................ 105
3.9.2.2 Uji Parsial (Uji t) .................................................................................. 106
3.9.2.3 Koefisien Determinasi Stimulan R2 ..................................................... 106
3.9.2.4 Uji Signifikan (F) ................................................................................. 107
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN ................................................................................ 108
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 108
4.1.2 Hasil Analisi Deskriptif ......................................................................... 110
4.1.2.1 Analisi Deskriptif Bimbingan Belajar (X1) ......................................... 111
4.1.2.2 Analisi Deskriptif Keaktifan Belajar (X2) ........................................... 113
4.1.2.3 Analisi Deskriptif Hasil Belajar Siswa (Y) ......................................... 116
4.1.3 Analisis Data Awal/Uji Prasyarat Analisis ............................................. 119
4.1.3.1 Uji Normalitas ...................................................................................... 119
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 120
4.1.4.1 Uji Korelasi Sederhana ........................................................................ 121
4.1.4.1.1 Analisis Korelasi Sederhana Bimbingan Belajar dengan Hasil Belajar
Matematika (X1 dengan Y) .............................................................. 121
4.1.4.1.2 Analisis Korelasi Sederhana Keaktifan Belajar dengan Hasil Belajar
Matematika (X2 dengan Y) .............................................................. 122
4.1.4.1.3 Analisis Korelasi Sederhana Bimbingan Belajar dan Keaktifan Belajar
dengan Hasil Belajar Matematika (X1 dan X2 dengan Y) ............... 122
xiii
4.1.5 Koefisien Determinasi ............................................................................. 124
4.2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 125
4.2.1 Pemaknaan Temuan ................................................................................ 125
4.2.1.1 Bimbingan Belajar Siswa Kelas IV SDN se-Gugus Ahmad Yani Boja 125
4.2.1.2 Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV SDN se-Gugus Ahmad Yani Boja 126
4.2.1.3 Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN se-Gugus Ahmad Yani Boja ........ 127
4.2.1.4 Hubungan Bimbingan Belajar dengan Hasil Belajar Matematika Siswa 128
4.2.1.5 Hubungan Keaktifan Belajar dengan Hasil Belajar Matematika Siswa 130
4.2.1.6 Hubungan Bimbingan Belajar dan Keaktifan Belajar dengan Hasil
Belajar Matematika Siswa .................................................................... 133
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ....................................................................... 134
4.2.2.1 Implikasi Teoritis ................................................................................. 134
4.2.2.2 Implikasi Praktis .................................................................................. 135
4.2.2.3 Implikasi Pedagogis ............................................................................. 135
BAB V PENUTUP
5.1 SIMPULAN ............................................................................................... 137
5.2 SARAN ...................................................................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 140
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Bimbingan Belajar ......................................................... 51
Tabel 2.2 Indikator Keaktifan Belajar ........................................................... 63
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian ............................................................. 94
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian ............................................................... 95
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Uji Coba Bimbingan Belajar ............................. 98
Tabel 3.4 Pedoman Pemberian skor Instrumen Bimbingan Belajar ............. 100
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Uji Coba Keaktifan Belajar ............................... 100
Tabel 3.6 Pedoman Pemberian skor Instrumen Keaktifan Belajar ............... 101
Tabel 4.1 Output SPSS Statistik Deskriptif Bimbingan Belajar ................... 111
Tabel 4.2 Output SPSS Kategori Bimbingan Belajar ................................... 112
Tabel 4.3 Output SPSS Statistik Deskriptif Keaktifan Belajar ..................... 114
Tabel 4.4 Output SPSS Kategori Keaktifan Belajar...................................... 115
Tabel 4.5 Output SPSS Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika ........ 117
Tabel 4.6 Output SPSS Kategori Hasil Belajar Matematika ......................... 118
Tabel 4.7 Output SPSS Uji Normalitas Data Angket Bimbingan Belajar .... 119
Tabel 4.8 Output SPSS Uji Normalitas Data Angket Keaktifan Belajar ...... 120
Tabel 4.9 Output SPSS Uji Korelasi X1 dengan Y ........................................ 121
Tabel 4.10 Output SPSS Uji Korelasi X2 dengan Y ........................................ 122
Tabel 4.11 Output SPSS Uji Korelasi Ganda X1 dan X2 dengan Y ................. 123
Tabel 4.12 Output SPSS Koefisien Determinasi Variabel X terhadap Variabel
Y .................................................................................................... 124
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 91
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ................................................................... 92
Gambar 4.1 Desain Penelitian ...................................................................... 110
Gambar 4.2 Output Kategori Bimbingan Belajar ........................................ 113
Gambar 4.3 Output Kategori Keaktifan Belajar .......................................... 116
Gambar 4.4 Output Kategori Hasil Belajar Matematika .............................. 119
Gambar 4.5 Desain Hasil Penelitian ............................................................ 124
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Bimbingan Belajar ..................................................... 142
Lampiran 2 Kisi-kisi Keaktifan Belajar ....................................................... 143
Lampiran 3 Uji Coba Instrumen Bimbingan Belajar ................................... 144
Lampiran 4 Hasil Uji Coba Instrumen Bimbingan Belajar .......................... 147
Lampiran 5 Uji Coba Instrumen Keaktifan Belajar ..................................... 150
Lampiran 6 Hasil Uji Coba Instrumen Keaktifan Belajar ............................ 153
Lampiran 7 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket
Bimbingan Belajar .................................................................... 156
Lampiran 8 Rekapitulasi Uji Validitas Hasil Uji Coba
Bimbingan Belajar .................................................................... 157
Lampiran 9 Hasil Reliabilitas Uji Coba Angket
Bimbingan Belajar .................................................................... 159
Lampiran 10 Instrumen Bimbingan Belajar................................................... 160
Lampiran 11 Hasil Instrumen Bimbingan Belajar ......................................... 163
Lampiran 12 Instrumen Keaktifan Belajar..................................................... 166
Lampiran 13 Hasil Instrumen Keaktifan Belajar ........................................... 169
Lampiran 14 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket
Keaktifan Belajar ...................................................................... 172
Lampiran 15 Rekapitulasi Uji Validitas Hasil Uji Coba Keaktifan Belajar .. 173
Lampiran 16 Hasil Reliabilitas Uji Coba Angket Keaktifan Belajar ............. 175
Lampiran 17 Rekapitulasi Data Penelitian ..................................................... 176
Lampiran 18 Rekapitulasi Nilai UKK Siswa Matra Pelajaran Matematika .. 179
xvii
Lampiran 19 Hasil Statistik Deskriptif .......................................................... 181
Lampiran 20 Penentuan Kategori atau Kriteria Data Penelitian .................... 182
Lampiran 21 Hasil Uji Normalitas ................................................................. 185
Lampiran 22 Hasil Analisis Korelasi ............................................................. 186
Lampiran 23 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ...................................... 187
Lampiran 24 Dokumentasi ............................................................................. 188
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan penting diberikan kepada seluruh anak untuk
mengembangkan daya pemahaman dan pola pikir kritisnya. Pendidikan dapat
menjadi penentu terciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan bentuk serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka kecerdasan kehidupan bangsa, pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Pada era globalisasi, Indonesia sangat membutuhkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas tercipta dari adanya
pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dari setiap peserta didik. Tujuan
tersebut dapat tercapai apabila ada keterkaitan yang kuat antara lembaga
pendidikan, tenaga pendidik, fasilitas pendidikan, siswa, dan lingkungan sekitar.
Salah satu faktor keberhasilan pembelajaran yaitu berasal dari siswa, siswa harus
memiliki kesadaran dalam belajar dan menggali pengetahuannya dengan pantauan
dari guru dan orang tua. Sesuai dengan pernyataan Parker (2006:13) yang
menjelaskan bahwa seorang anak yang percaya diri dan penuh keyakinan, merasa
2
yakin dan aman dengan hubungan inti dalam keluarga, menyadari kemampuan
khususnya dan apa-apa yang membuat sebagai manusia yang unik, akan bermain
lebih baik, belajar lebih baik, berkonsentrasi lebih baik, memberi, mencintai, dan
berhubungan secara lebih baik. Masa anak-anak adalah saat terbaik untuk
membangun harga diri, kepercayaan diri, dan kemandirian yang akan membantu
mereka menjadi anak yang bahagia.
Peraturan menteri pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standar
Kompetensi dan Kompetensi dasar Matematika di SD/MI merupakan standar
minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi
acuan dalam mengembangkan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian
SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun
kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru
(Depdiknas, 2007:14). Sejalan dengan teori pembelajaran, teori konstruktifisme
yang mendasarkan pada penyelidikan dan pengalaman dalam pembelajaran
matematika menuntut siswa untuk berperan aktif dalam menerima materi yang
disampaikan oleh guru. Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan arahan
serta bimbingan pada siswa dalam upaya pencapaian SK dan KD yang menjadi
batas minimum hasil peserta didik.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria
maupun wanita, yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan
pendidikan yang memadai kepada seseorang, dari semua usia untuk membantunya
mengatur kegiatan, keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri Amti
3
(dalam Mugiarso 2010:2). Sedangkan belajar menurut Gagne (dalam Dimyati,
Mudjiono 2009:10) merupakan kegiatan yang kompleks. Kemudian bimbingan
belajar yang dimaksud disini adalah pemberian bantuan pembelajaran yang
diberikan bukan dari guru itu sendiri, melainkan oleh orang yang ahli atau orang
tua di rumah agar anak mampu bersaing dalam kelas dan memperoleh hasil
belajar yang maksimal. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Dari uaraian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa Bimbingan Belajar dapat diartikan bahwa suatu proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli diluar sekolah kepada seseorang atau
beberapa individu baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa yang mengalami
kesulitan guna meningkatkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri yang
membawa perubahan secara permanen berdasarkan hasil dari pengalaman.
Keaktifan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:44) kecenderungan
psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan
aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak
bias dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak
aktif mengalami sendiri. Dari pengertian diatas keaktifan belajar merupakan unsur
dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Aktifitas belajar
berupa kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir
sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang
menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.
4
Mulyasa (2008). Belajar matematika merupakan tentang konsep-konsep dan
struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara
konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses
yang bertahap dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks.
Berdasarkan uraian tersebut mata pelajaran matematika mempunyai cara khusus
untuk penyampaian kepada peserta didik. Oleh sebab itu perlu adanya bimbingan
khusus kepada individu yang mempunyai kemampuan terbatas. Penulis berasumsi
bahwa perlu adanya Bimbingan Belajar guna mengembangkan kemampuan fisik
dan mental agar tujuan pembelajaran matematika dapat tersampaikan dengan baik
dan diharapkan siswa mampu aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh I Wayan dari jurusan
Pendidikan Sekolah Dasar/FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja tahun
2014 yang berjudul Hubungan Bimbingan Belajar Orang Tua dan Konsep Diri
dengan Hasil Belajar Matematika, menyatakan bahwa dari hasil uji hipotesis dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) Terdapat hubungan yang signifikan
antara bimbingan belajar orang tua dengan hasil belajar matematika siswa kelas V
SD Gugus V Tampaksiring tahun 2013/2014. (2) Terdapat hubungan yang
signifikan antara konsep diri dengan hasil belajar matematika siswa kelas V SD
Gugus V Tampaksiring tahun 2013/2014. (3) Terdapat hubungan yang signifikan
antara bimbingan belajar orang tua dan konsep diri secara bersama-sama dengan
hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus V Tampaksiring tahun
2013/2014.
5
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Ramlah (2014:68-75)
dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Matematika
Universitas Singaperbangsa Karawang dengan judul Pengaruh Gaya Belajar dan
Keaktifan Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika, menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika
berdasarkan hasil yang diperoleh dari data yang telah diproses sehingga
menunjukan terdapat pengaruh prestasi belajar matematika siswa yang memiliki
keaktifan tinggi. Siswa yang memiliki keaktifan tinggi rata-rata memiliki prestasi
belajar yang tinggi.
Dari hasil penelitian yang sudah dikaji menunjukan bahwa terdapat
hubungan Bimbingan Belajar dan keaktifan belajar belajar terhadap hasil belajar.
Siswa yang mengikuti Bimbingan Belajar akan cenderung lebih aktif dalam
pembelajaran sehingga hasil belajar akan meningkat. Peningkatan hasil belajar
yang tinggi berkaitan erat dengan hubungan bimbingan belajar siswa yang
dilakukan secara rutin dalam upaya untuk mengembangkan kemampuan akademik
akan mempengaruhi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga
berdampak positif terhadap hasil belajar yang tinggi. Peneliti berpendapat bahwa
akan terdapat hubungan antara Bimbingan Belajar dan keaktifan terhadap hasil
belajar. Hal tersebut menjadi dasar dari pemikiran yang dilakukan peneliti untuk
membuktikan bahwa apakah benar terdapat hubungan antara bimbingan belajar
dan keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar.
Hasil observasi SD N Campurejo 02 ditemukan hasil belajar siswa
semester 1 masih banyak yang belum mencapai KKM, diantaranya nilai yang
6
masih banyak belum mencapai KKM adalah nilai Matematika yaitu rata-rata 65.
Berdasarkan hasil observasi di kelas IV yang berjumlah 46 siswa diantaranya 23
siswa kelas A dan 23 siswa kelas B, terdapat 20 siswa (43,47%) mencapai KKM
dan sisanya 26 siswa (56,52%) belum mencapai KKM yaitu 65. Banyak siswa
yang menyatakan kesulitan dalam mengerjakan soal matematika dan kurang
memahami apa yang telah diajarkan oleh guru. Minat belajar siswa atau
mengulang pelajaran yang sudah diterima siswa rendah, siswa mau belajar hanya
ketika dibimbing dengan guru les nya atau ketika dibimbing dengan orang tuanya
sehingga siswa kurang aktif saat mengikuti pembelajaran di kelas. Terdapat kelas
A 7 siswa dan kelas B 8 siswa yang mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah
dari jumlah keseluruhan 46 siswa, diantaranya orang tua siswa mengikutkan
anaknya dalam bimbingan belajar di luar sekolah dan orang tua siswa itu sendiri
yang mendampinginya saat belajar, diharapkan agar mendapat hasil belajar lebih
baik di sekolah sehingga bisa mencapai KKM. Dari wawancara pada tanggal 18
januari 2016 beberapa anak yang mengikuti bimbingan belajar di luar beralasan
bahwa mengikuti bimbingan agar sama dengan teman yang lainya, dan juga
karena disuruh orang tuanya agar mau belajar. Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
hubungan Bimbingan Belajar dan keaktifan belajar tehadap hasil belajar
matematika siswa.
Menurut Undang-undang system pendidikan nasional tahun 2003,
pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan pengajaran, dan latihan.
Bimbingan atau membimbing memiliki dua makna yaitu bimbingan secara umum
7
yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau menanamkan nilai-nilai,
membina moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik. Pada intinya,
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun berada di
lingkungan rumah atau keluarga.
Pendidikan pada hakikatnya dibutuhkan manusia semenjak dalam
kandungan hingga menjelang akhir hayatnya. Sebab pada hakikatnya manusia
adalah makhluk terdidik yang memerlukan pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung guna membekali dirinya dalam menjalani kehidupan.
(Safrudin 2015:10). Pendidikan juga merupakan kunci utama bagi suatu bangsa
agar dapat bersaing dengan perkembangan zaman. Sehingga, pendidikan
memegang peranan penting dalam mencetak generasi-generasi penerus bangsa
yang akan menjaga eksistensi bangsa sampai kapanpun. Salah satu pelaksanaan
pendidikan di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 1990 adalah penyelenggaraan pendidikan dasar. Aqib (2009:4)
menyatakan bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Sehingga
pendidikan dasar menduduki posisi yang amat penting, karena mulai dari sinilah
generasi penerus bangsa itu akan dibentuk.
Dalam dunia pendidikan, pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan
pendidikan, yaitu pendidikan didalam lingkungan pendidikan informal (keluarga),
8
di dalam lingkungan formal (sekolah) dan di dalam lingkungan pendidikan
nonformal (masyarakat). Berkenaan dengan ketiga lingkungan pendidikan ini Ki
Hadjar Dewantara mengemukakan konsep yang dikenal sebagai Tri Pusat
Pendidikan. Adapun dalam pasal 13 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang “Sistem
Pendidikan Nasional” dinyatakan bahwa “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, nonformal, dan informal”. Karena itu, dalam konteks sistem pendidikan
nasional bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan komponen sistem
pendidikan. Wahyudin (2008: 3.4)
Dari ketiga lingkungan pendidikan tersebut, pendidikan di luar sekolah
atau bimbingan belajar sangat di perlukan dan memiliki peran penting dalam
pendidikan anak. Sehingga pendidikan yang terjadi di sekolah dapat dilakukan
dengan baik, agar pendidikan yang diterima oleh anak selanjutnya berjalan dengan
baik pula. Menurut Nurihsan (2010:7) pada dasarnya bimbingan merupakan upaya
pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. Seperti yang telah
banyak dikutip oleh penulis di Indonesia sebagaimana yang dikemukakan Crow &
Crow (dalam Mugiarso 2010:2) Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, baik pria maupun wanita, yang telah terlatih dengan baik dan memiliki
kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang, dari semua usia
untuk membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri, dan menanggung
bebanya sendiri. Selain itu menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:32) menyatakan
bahwa siswa yang belajar berarti memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. Dengan meningkatkan kemampuan-kemampuan
tersebut maka keinginan, kemauan, atau perhatian pada lingkungan sekitarnya
9
makin bertambah dan siswa mampu berperan aktif di dalam kelas. Selain
Bimbingan Belajar, keaktifan belajar juga berpengaruh pada hasil belajar.
Pada penelitian ini keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan belajar
siswa. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan
relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan di mana siswa aktif dalam
belajar. Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah
makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan orang
lain dan juga dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalami sendiri. Belajar aktif sangat berkaitan erat pada
pembelajaran anak di kelas, anak dapat aktif apabila didukung dengan adanya
pembelajaran yang aktif. Sejalan dengan Susanto (2013:187) bahwa pengetahuan
diperoleh siswa dari suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang
dilakukan terhadap siswa. Menurut Warsono dan Harianto (2012:5) Pembelajaran
aktif adalah istilah payung bagi berbagai model pembelajaran yang berfokus
kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar.
Bimbingan Belajar dan keaktifan belajar memiliki pengaruh psikologis
yang besar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh I Wayan parnata, M.G. Rini Kristiantari, DB. Kt. Ngr.
Semara Putra (2014) dalam e-jurnal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan
10
Ganesha jurusan PGSD Volume 2 (1) yang berjudul “Hubungan bimbingan
belajar orang tua dan konsep diri dengan hasil belajar matematika siswa kelas V
SD gugus V tampaksiring”. Menyatakan bahwa bimbingan belajar orang tua
merupakan proses pemberian bantuan dari orang tua kepada anak/siswa yang
diberikan sehari-hari dan melekat dengan kebersamaan kehidupannya berupa
aspek-aspek kasih sayang, perhatian penerimaan, tanggung jawab, dan pemberian
bantuan atau pertolongan untuk memecahkan kesulitan atau hambatan belajar
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, dapat
mengembangkan keterampilan belajarnya dan membentuk kebiasaan belajar yang
ajeg serta dapat mencapai hasil belajar seoptimal mungkin sesuai yang
dimilikinya.
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Ramlah (2014:68-75)
dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Matematika
Universitas Singaperbangsa Karawang dengan judul Pengaruh Gaya Belajar dan
Keaktifan Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika, menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika
berdasarkan hasil yang diperoleh dari data yang telah diproses sehingga
menunjukan terdapat pengaruh prestasi belajar matematika siswa yang memiliki
keaktifan tinggi. Siswa yang memiliki keaktifan tinggi rata-rata memiliki prestasi
belajar yang tinggi.
11
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Hubungan Bimbingan Belajar dan Keaktifan Belajar dengan Hasil belajar
Matematika. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui;
1. Adakah hubungan antara Bimbingan Belajar dengan hasil belajar
matematika?
2. Adakah hubungan antara keaktifan belajar dengan hasil belajar
matematika?
3. Adakah hubungan antara Bimbingan Belajar dan keaktifan belajar dengan
hasil belajar matematika?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara kegiatan Bimbingan Belajar
dengan hasil belajar matematika.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara keaktifan belajar dengan hasil
belajar matematika.
3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara Bimbingan Belajar dan
keaktifan belajar dengan hasil belajar matematika
12
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pendidikan yang ada di Sekolah Dasar. Adapun manfaat dari penelitian ini antara
lain:
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang Bimbingan
Belajar dan keaktifan belajar siswa.
2. Penelitian ini dapat menjadi literatur dalam pelaksanaan penelitian yang
relevan di masa yang akan datang.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberi wawasan tentang Bimbingan Belajar dan
keaktifan belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
2. Bagi Pendidik
a. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi pendidik ketika kegiatan
pembelajaran matematika untuk menumbuhkan keaktifan belajar dalam
diri siswa.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatur belajar siswa agar
terstruktur.
c. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi pendidik agar ketika
mengajar memperhatikan siswa dalam pembelajaran agar bisa aktif dan
mencapai hasil belajar matematika yang optimal.
13
3. Bagi Siswa
Sebagai masukan untuk lebih mampu meningkatkan belajarnya dan
ikut aktif dalam pembelajaran.
4. Bagi Kepala Sekolah
Dapat memberikan informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan
berkaitan dengan Bimbingan Belajar dan keaktifan belajar siswa.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. KAJIAN TEORI
2.1.1. Belajar
2.1.1.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan full contact, pendapat Bobby (dalam Yasa 2014:1)
artinya, bahwa kegiatan belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia
seperti, pikiran, perasaan, sikap, keyakinan, dan persepsi masa datang. Kemudian
belajar menurut Rifa’i dan Anni (2012: 66) adalah proses penting bagi perubahan
perilaku setiap orang dan belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan menurut Yasa (2014:32) belajar adalah
suatu perbuatan yang disadari. Belajar yang tidak disadari namanya bukan belajar.
Indikator bahwa perilaku belajar dilakukan atas dasar kesadaran adalah bahwa
setiap kegiatan belajar diarahkan dan dilandasi oleh tujuan yang ingin dicapai.
Rochman (dalam Yasa 2014:32) mengatakan bahwa perilaku belajar adalah
perilaku yang kompleks karena banyak unsur yang terlibat didalamnya. Unsur-
unsur yang dimaksud meliputi, (a) tujuan yang ingin dicapai, (b) pola respon dan
kemampuan yang dimiliki atau kesiapanya, (c) situasi belajar, (d) penafsiran
situasi sebelum berbuat, (e) reaksi respon, (f) respon terhadap kegagalan.
Percepatan belajar untuk memperoleh keterampilan perlu diusahakan
melalui bimbingan belajar. Collin dan Malcalm (dalam Yasa 2014:6), mengatakan
bahwa salah satu hasil belajar yang ingin di peroleh adalah ketrampilan.
15
Sedangkan Devine (dalam Yasa 2014:6) mengatakan bahwa belajar
merujuk pada ketrampilan dan kompetensi siswa untuk mengumpulkan informasi
dan gagasan-gagasan baru, memahami, mengorganisasikan, mengingat secara
logis, kemampuan menyampaikan kembali (recalling), dan menerapkan informasi
dan gagasan-gagasan baru yang telah dipelajari. Kemampuan-kemampuan ini
dikembangkan melalui sejumlah ketrampilan belajar yaitu, (a) Ketrampilan
mendengarkan, (b) ketrampilan membaca, (c) ketrampilan mencatat, (d)
ketrampilan membuat outline, (e) ketrampilan membuat simpulan, (f) ketrampilan
mensintesa dan membuat hubungan-hubungan, (g) ketrampilan meparafrase, (h)
ketrampilan menulis, (i) ketrampilan mengingat, (j) ketrampilan menyampaikan
kembali (recalling), dan (k) ketrampilan menulis laporan.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan perilaku yang mencangkup segala sesuatu yang
dikerjakan. Belajar dikerjakan atas dasar kesadaran yang dilandasi tujuan untuk
mencapai suatu hasil yang maksimal. Belajar adalah suatu perbuatan yang
disadari. Belajar yang tidak disadari, namanya bukan belajar. Indikator bahwa
perilaku belajar dilakukan atas dasar kesadaran adalah bahwa setiap kegiatan
belajar diarahkan dan dilandasi oleh tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, Devine
(dalam Yasa 2014:6) menyatakan pendapat lain bahwa belajar merujuk pada
ketrampilan dan kompetensi siswa untuk mengumpulkan informasi dan gagasan-
gagasan baru, memahami, mengorganisasikan, mengingat secara logis,
kemampuan menyampaikan kembali (recalling), dan menerapkan informasi dan
gagasan-gagasan baru yang telah dipelajari. Kemampuan-kemampuan ini
16
dikembangkan melalui sejumlah ketrampilan belajar yaitu, ketrampilan
mendengarkan, ketrampilan membaca, ketrampilan mencatat, ketrampilan
membuat outline, ketrampilan membuat simpulan, ketrampilan mensintesa dan
membuat hubungan-hubungan, ketrampilan meparafrase, ketrampilan menulis,
ketrampilan mengingat, ketrampilan menyampaikan kembali (recalling), dan
ketrampilan menulis laporan. Dari simpulan tersebut dapat dikatakan bahwa
pendapat dari beberapa ahli mempunyai pengertian yang sama yaitu menyatakan
bahwa belajar adalah semua aspek kepribadian manusia seperti, pikiran, perasaan,
sikap, keyakinan, dan persepsi masa datang. Hal ini juga tidak menutup
kemungkinan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar.
2.1.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Muhibbin (2009:144-155) secara global, ada beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar siswa diantaranya, yakni:
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri meliputi dua aspek, yakni:
a) Aspek Fisiologis yakni kondisi umum jasmani yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila
disertai pusing kepala berat misalnya, maka dapat menurunka
kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya
tidak berbekas. Untuk dapat mempertahankan jasmani agar tetap
17
bugar, maka siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih
pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal
secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting karena
kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan
reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu
sendiri.
b) Aspek Psikologis yang meliputi: (1) inteligensi siswa yang pada
umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk
mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan
dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ
tubuh lainnya; (2) siswa adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan
sebagainya, baik secara positif maupun negative; (3) bakat siswa
secara umum adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat
itu mirip dengan inteligensi, karena itu seorang anak yang
berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very
18
superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat;
(4) minat siswa secara sederhana adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena
ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan
kebutuhan; (5) motivasi siswa ialah keadaan internal organisme
baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Dalam hal ini motivasi berarti pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
disekitar siswa. Ada dua aspek, yaitu:
a) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
siswa disekolah. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan
perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik
dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca
dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi
kegiatan belajar siswa. Yang termasuk lingkungan sosial siswa
adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan
disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat
dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak
penganggur, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa,
19
paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika
memerlukan teman belajar atau berdiskusi dan meminjam alat-alat
belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat
orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan
demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi
dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil
yang dicapai oleh siswa.
b) Lingkungan nonsosial yang termasuk dalam faktor lingkungan
nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan
waktu belajar yang digunakan siswa.
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran. Dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
20
Sedangkan menurut Wasliman (dalam Susanto 2013:12-13) ada dua
macam faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu:
a) Faktor internal, yakni faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik
yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi:
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan.
b) Faktor eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keadaan keluarga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Keluarga yang
morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian
orang tua yang kurang pada anaknya, serta kebiasaan sehari-hari
berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari
berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses belajar diantaranya yaitu dari faktor internal dan eksternal.
Dari faktor internal dapat disimpulkan bahwa proses belajar siswa dipengaruhi
oleh kondisi jasmani dan rohani siswa, yang meliputi aspek Fisiologis yakni
kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Selanjutnya aspek Aspek Psikologis yang meliputi:
a) Inteligensi siswa yang pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat.
21
b) siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap
obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c) Bakat siswa secara umum adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing.
d) Minat siswa secara sederhana adalah kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk
istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak
pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
e) Motivasi siswa ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini motivasi
berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan siswa,
diantaranya lingkungan sosial, lingkungan non sosial dan faktor pendekatan
belajar. Kedua pendapat dari ahli tersebut sudah sejalan karena menyebutkan
pendapat yang relatif sama, dan faktor-faktor tersebut dapat kita pelajari guna
menghindari masalah dalam belajar.
22
2.1.1.3. Masalah-masalah dalam Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:236) masalah-masalah belajar yang
akan dipelajari meliputi masalah intern belajar, masalah ekstern belajar dan
bagaimana menemukan masalah-masalah belajar tersebut.
a. Masalah Intern
Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada
proses belajar sebagai berikut:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Mengolah bahan ajar
4. Bahan belajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar
8. Rasa Percaya diri siswa
9. Intelegensi dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa
23
b. Masalah Ekstern
Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor ekstern yang
berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-faktor ekstern tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Guru sebagai pembina siswa belajar
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan sosial siswa disekolah
5. Kurikulum sekolah
Sedangkan menurut Muhibbin (2008:183) fenomena kesulitan belajar
seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau
prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan
munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat
dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar
terdiri atas dua macam, yakni:
1) Faktor intern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurang mampuan
psiko-fisik siswa, yakni:
a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
24
b) Yang bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap.
c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti
terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan
telingga).
2) Faktor ekstern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
luar diri siswa, yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar
yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini
meliputi:
a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara
ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b) Lingkungan perkampungan atau masyarakat, contohnya: di wilayah
perkampungan yang kumuh, dan juga teman sepermainan yang nakal.
c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain
yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang
muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan
kesulitan belajar yang terdiri atas:
1) Disleksia yakni ketidakmampuan belajar membaca
25
2) Disgrafia yakni ketidakmampuan belajar menulis
3) Diskalkulia yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara
umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang
memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa
yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya
gangguan ringan pada otak.
Simpulan beberapa ahli diatas bahwa, masalah-masalah ada dalam belajar
yaitu apabila individu mendapat kesulitan dalam belajar, hal ini juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal
diantaranya berupa, sikap terhadap belajar, motivasi belajar, rasa percaya diri
siswa terhadap pelajaran yang dihadapinya, intelegensi dan keberhasilan belajar,
kebiasaan belajar atau bahkan terganggunya alat-alat indera penglihat dan
pendengar (mata dan telingga). Sedangkan faktor eksternal diantaranya hal-hal
atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa, yang meliputi semua
situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar
siswa. Faktor lingkungan ini meliputi: Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak
harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi
keluarga, lalu lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal. Kemudian,
lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Simpulan tersebut sudah sesuai dengan pendapat-pendapat dari para ahli yang
26
menyatakan hal yang sama. Namun masalah-masalah dalam belajar tersebut
memiliki cara untuk mengatasi permasalahan dalam belajar, dan sebaiknya orang
tua harus lebih mampu mengetahui permasalahan yang di alami oleh
individu/anak agar dapat secepatnya memberikan solusi atau pencegahan dalam
masalah tersebut.
2.1.1.4. Mengatasi Masalah-masalah dalam Belajar
Adapun masalah-masalah seperti yang sudah disampaikan, mengatasi
masalah-masalah keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru
merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2009:249) kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan
keberhasilan guru terhadap siswa. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa
tersebut meliputi hal-hal berikut: (i) pembangunan hubungan baik dengan siswa,
(ii) menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi belajar, (iii)
mengorganisasi belajar, (iv) melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat,
(v) mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan objektif, serta (vi) melaporkan
hasil belajar siswa kepada orang tua siswa yang berguna bagi orientasi masa
depan siswa.
Pada dasarnya, banyak strategi alternative yang dapat diambil dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa. Akan tetapi, seperti dijelaskan Muhibbin
(2008:56) sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih
dahulu melakukan beberapa langkah yang paling penting sebagai berikut.
Pertama, menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah
dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
27
mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Kedua, mengidentifikasi dan
menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. Bidang-
bidang bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu kecakapan
bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua, kecakapan
bermasalah yang tidak dapat ditangani baik guru maupun orang tua. Ketiga,
menyusun program perbaikan , khususnya program remedial teaching (pengajaran
perbaikan). Dalam menyusun program perbaikan, sebelumnya guru perlu
menetapkan hal-hal sebagai berikut: tujuan pengajaran remedial, materi
pengajaran remedial, metode pengajaran remedial, alokasi waktu pengajaran
remedial, dan evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran
remedial. Setelah langkah-langkah tersebut selesai, maka sebagai langkah
keempat adalah melaksanakan program perbaikan.
Pemaparan beberapa ahli tersebut sudah menyatakan cara-cara untuk
mengatasi permasalahan dalam belajar yang sama, yaitu guru harus mampu
mengelolaan pembelajaran siswa tersebut dengan cara pembangunan hubungan
baik dengan siswa, menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi
belajar, mengorganisasi belajar, melaksanakan pendekatan pembelajaran secara
tepat, mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan objektif, serta melaporkan hasil
belajar siswa kepada orang tua siswa yang berguna bagi orientasi masa depan
siswa.
Dapat disimpulkan bahwa segala faktor permasalahan yang ada pada siswa
merupakan tugas guru terhadap siswa untuk memotivasi belajar siswa tersebut
serta memberikan pendekatan pembelajaran yang tepat, selain itu juga guru
28
maupun siswa harus mampu mengorganisasikan belajarnya agar mampu
mendapatkan hasil yang maksimal. Sebab, motivasi belajar terhadap siswa
sangatlah berharga dan di perlukan sekali untuk memperlancar proses belajar
maupun dapat mengarahkan siswa dalam belajar.
2.1.1.5. Pentinya Motivasi dalam Belajar
Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar
menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan bekerja
merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Motivasi belajar sangat penting bagi
siswa dan guru. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa ( Dimyati, 2006: 85 )
adalah sebagai berikut :
a) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.
Contohnya : setelah siswa membaca suatu bab buku bacaan, di bandingkan
dengan temannya sekelas yang juga bab tersebut, ia kurang berhasil
menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.
b) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang di bandingkan
dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi jika terbukti usaha belajar seorang
siswa belum memadai maka ia berusaha maka ia berusaha setekun
temannya yang belajar dan berhasil.
c) Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi setelah ia ketahui bahwa
bahwa dirinya belum belajar secara serius, seperti bersenda gurau di dalam
kelas maka ia akan merubah perilaku belajarnya.
29
d) Membesarkan semangat belajar. Contoh seorang anak yang telah
menghabiskan banyak dana untuk sekolahnya dan masih ada adik yang di
biayai orang tua maka ia akan berusaha agar cepat lulus.
e) Menyadarkan bahwa adanya perjalan belajar dan kemudian bekerja (di
sela-selanya ada istirahat) yang berkesinambungan. Individu di latih untuk
menggunakan kekuatannya sedemikian rupa hingga dapat berhasil.
Sebagai ilustrasi, setiap hari siswa di harapkan untuk belajar di rumah,
membantu orang tua dan bermain dengan temannya. Apa yang di lakukan
di harapkan dapat berhasil memuaskan.
Beberapa hal di atas menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut di
sadari oleh pelakunya sendiri . bila motivasi di sadari oleh pelaku, maka sesuatu
pekerjaan dalam hal ini yaitu tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan
pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bemanfaat bagi guru, manfaat itu
sebagai berikut:
a) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa.
Dalam hal ini pujian, hadiah, dorongan atau pemicu semangat
dapat di gunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
b) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang
bermacam-macam sehinnga dengan motivasi-motivasi tersebut di
harapkan guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi
belajar mangajar.
30
c) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara
bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator,
instruktur, teman diskusi, dan penyemangat.
d) Memberi peluang guru untuk mengubah siswa yang tak berminat
menjadi bersemangat belajar.
Menurut Dimyati dam Mudjiono (2009:84-85) Perilaku yang penting bagi
manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada
diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan
orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak
kemajuan. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1)
Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir; contohnya,
setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan
temanya sekelas yang juga membaca bab tersebut; ia kurang berhasil menangkap
isi, maka ia terdorong untuk membaca lagi. (2) Menginformasikan tentang
kekuatan usaha belajar, dibandingkan dengan teman sebaya; sebagai ilustrasi, jika
terbukti usaha belajar, seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun
temanya yang belajar dan berhasil. (3) Mengarahkan kegiatan belajar; sebagai
ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti
banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya. (4)
Membesarkan semangat belajar; sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dan
belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha agar cepat
lulus. (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja
(di selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan.
31
Dari pernyataan tersebut sudah sama dapat disimpulkan bahwa pentingnya
motivasi tersebut disadari oleh individu tersebut, bila motivasi sudah disadari
maka tugas-tugas belajar atau saat pembelajaran dikelas akan berjalan dengan
baik dan siswa mampu mendapat hasil yang maksimal. Diantaranya, menyadarkan
kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, menginformasikan tentang
kekuatan usaha belajar, yang di bandingkan dengan teman sebaya. Sebagai
ilustrasi jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai maka ia
berusaha maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil.
Selanjutnya, mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi setelah ia ketahui
bahwa bahwa dirinya belum belajar secara serius, seperti bersenda gurau di dalam
kelas maka ia akan merubah perilaku belajarnya. Membesarkan semangat belajar
dan menyadarkan bahwa adanya perjalan belajar dan kemudian bekerja (di sela-
selanya ada istirahat) yang berkesinambungan. Individu di latih untuk
menggunakan kekuatannya sedemikian rupa hingga dapat berhasil.
Maka simpulan dari keseluruhan pendapat beberapa ahli tersebut,
dinyatakan bahwa kajian bimbingan belajar yaitu upaya yang dilakukan untuk
membantu individu dalam proses belajar, baik anak-anak, remaja, dewasa,
maupun orang tua untuk mengembangkan setiap kemampuannya atau
mengoptimalkan potensi diri anak yang dibimbing agar hasil belajarnya baik.
Karena dengan mengikuti bimbingan belajar maka siswa yang belajar berarti
secara otomatis memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Dengan meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut maka
keinginan, kemauan, atau perhatian pada lingkungan sekitarnya makin bertambah.
32
2.1.2. Bimbingan belajar
2.1.2.1. Pengertian Bimbingan
Menurut Nurihsan (2010:7) pada dasarnya bimbingan merupakan upaya
pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. Seperti yang telah
banyak dikutip oleh penulis di Indonesia sebagaimana yang dikemukakan Crow &
Crow (dalam Mugiarso 2010:2) Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, baik pria maupun wanita, yang telah terlatih dengan baik dan memiliki
kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang, dari semua usia
untuk membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri, dan menanggung
bebanya sendiri.
Selanjutnya menurut Jones (dalam Mugiarso 2010:2) Bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam menentukan pilihan-
pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian dengan bijaksana dengan
lingkungan. Adapun tujuan utama dari bimbingan adalah mengembangkan setiap
individu sesuai dengan kemampuanya. Kemudian menurut Mortensen & Scmuller
(dalam Murgiaso 2010:2) Bimbingan dapat juga diartikan sebagai bagian dari
keseluruhan pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan
pribadi dan layanan staf ahli dengan cara setiap individu dapat mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan kesanggupanya sepenuh-penuhnya sesuai dengan
ide-ide demokrasi. Bantuan yang diberikan bertujuan agar individu dapat
mengembangkan dirinya secara optimal menjadi pribadi yang mandiri. Karena itu
harapan ahli bimbingan seperti Munandir (dalam Yasa 2014:1), agar bimbingan
33
ditekankan untuk mengembangkan matra afektif belajar, yaitu pengembangan
sikap, nilai dan kepribadian.
Sedangkan menurut Donald G. Mortenson (Marsudi 2008:31)
pengertian bimbingan adalah:
a) Bimbingan merupakan bagian dari program pendidikan.
b) Bimbingan merupakan bantuan dan kesempatan setiap orang.
c) Bimbingan diberikan oleh petugas yang memiliki keahlian.
d) Dengan bimbingan individu diharapkan dapat berkembang sesuai
dengan kemampuannya.
e) Dasar bimbingan ialah demokrasi.
Menurut Donald G. Mortenson tersebut bimbingan merupakan pemberian
bantuan kepada setiap orang yang dilakukan orang yang memiliki keahlian khusus
untuk membimbing, dan diharapkan dengan bimbingan tersebut orang yang
diberikan bimbingan dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya. Sementara
menurut Walgito (2006:5) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang
diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau
sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Dimyati dan Mudjiono (2009:32) menyatakan bahwa siswa yang belajar
berarti memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Dengan meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut maka
keinginan, kemauan, atau perhatian pada lingkungan sekitarnya makin bertambah.
Setelah memahami pengertian bimbingan, kajian selanjutnya yang dipaparkan
34
adalah salah satu bidang dari bimbingan yaitu bimbingan belajar. Bimbingan
belajar menurut Hamalik (2008:195) adalah bimbingan yang ditujukkan kepada
siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat,
kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif
dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa. Sedangkan
Tim Jurusan Psikologi Pendidikan (Mulyadi, 2010:107) mengatakan bahwa
bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan kepada murid dalam
memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar.
Beberapa pendapat ahli tersebut sudah menyatakan hal yang sama, bahwa
bimbingan yaitu salah satu bentuk proses pemberian bantuan kepada individu atau
sekumpulan individu dalam memecahkan masalahnya, sehingga masing-masing
individu akan mampu untuk mengoptimalkan potensi dan keterampilan dalam
mengatasi setiap permasalahan, serta mencapai penyesuaian diri dalam
kehidupannya. Bimbingan juga dapat dialakukan dengan orang tua dirumah yang
berusaha untuk membantu anaknya dalam proses belajarnya, agar mendapat
arahan secara tepat. Kesimpulan dari beberapa definisi bimbingan sebagai berikut:
1) Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga
bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus dan
terarah kepada tujuan tertentu.
2) Bimbingan merupakan proses membantu. Penggunakan kata membantu
berarti dalam kegiatan bimbingan tidak adanya unsur paksaan. Dalam
kegiatan bimbingan, pembimbing tidak memaksa individu untuk menuju
kesuatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing, melainkan pembimbing
35
membantu mengarahkan anak kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan
bersama-sama, sehingga anak dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dalam kegiatan bimbingan
dibutuhkan kerjasama yang baik antara pembimbing dengan anak yang
dibimbing.
3) Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya
didalam proses perkembanganya. Hal ini mengandung arti bahwa
bimbingan memberikan bantuannya kepada setiap individu, baik anak-
anak, remaja, dewasa, maupun orang tua.
4) Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan
agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
fungsi bimbingan tersebut.
2.1.2.2. Tujuan Bimbingan
Menurut ahmadi dan Supriyono (2013:111) menyatakan tujuan bimbingan
belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian
yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap anak dapat belajar dengan
efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan
yang optimal. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan
kesempatan untuk (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, serta tugas-
tugasnya; (2) mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkunganya;
(3) mengenal dan menentukan tujuan belajar, serta rencana pencapaian tersebut;
(4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri; (5) menggunakan
kemampuanya untuk kepentingan dirinya; (6) menyesuaikan diri dengan keadaan
36
dan tuntutan dari lingkunganya; serta (7) mengembangkan segala potensi dan
kekuatan yang dimilikinya secara tepat teratur dan optimal. Dengan rincian
sebagai berikut:
2.1.2.2.1. Secara umum
a) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak
atau kelompok anak.
b) Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dan menggunakan buku
pelajaran.
c) Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan
perpustakaan.
d) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan
ujian.
e) Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan,
cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.
f) Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi
tertentu.
g) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.
h) Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran
di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karir di masa depan.
2.1.2.2.2. Secara khusus
37
a) Siswa dapat mengenal, memahami, menerima, mengalahkan dan
mengaktualisasikan potensi secara optimal.
b) Mengembangkan berbagai keterampilan belajar.
c) Mengembangkan suasana yang kondusif.
d) Memahami lingkungan pendidikan.
Menurut Mulyadi (2010:107) tujuan bimbingan belajar adalah membantu
murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar.
Penyesuaian tersebut contohnya berupa penyesuaian diri dengan lingkungan
keadaan kelas, dengan suasana ketika mengikuti pelajaran di sekolah, dan dengan
teman kelompok belajar di sekolah.
Kemudian menurut Syamsu dan Nurihsan (2010:5) tujuan bimbingan
belajar sendiri adalah:
a) Mempunyai sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, dan perhatian terhadap semua
pelajaran, serta aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan.
b) Mempunyai motif yang tinggi untuk belajar.
c) Mempunyai keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan
diri menghadapi ujian.
d) Mempunyai keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, contohnya membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas
sekolah, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu,dan
38
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan wawasan yang lebih luas.
e) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
Sedangkan tujuan pemberian layanan bimbingan menurut Nurihsan
(2010:8) ialah agar individu dapat (1) merencanakan kegiatan belajar; (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan; dan (4)
mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut sudah sama, bahwa dapat
disimpulkan bimbingan bertujuan untuk memahami, merencanakan,
mengembangkan, serta membantu anak dalam mengatasi kesulitan-kesulitannya
sendiri agar dapat mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar,
sehingga setiap murid dapat belajar secara efisien sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal, menyesuaikan diri dengan
keadaan dan tuntutan dari lingkunganya serta potensi dan kekuatan yang
dimilikinya secara tepat dan teratur. Secara khusus dapat dikatakan bahwa
bimbingan bertujuan agar siswa dapat mengenal, memahami, menerima,
mengalahkan serta mengaktualisasikan potensi secara optimal. Selain itu, siswa
juga diharapkan mampu mengembangkan berbagai ketrampilan belajar,
mengembangkan suasana yang kondusif dan memahami lingkungan
pendidikannya.
39
Ahmadi dan Supriyono (2013:113) menjelaskan bahwa untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk (1)
mengenal dan memahami potensi, kekuatan, serta tugas-tugasnya; (2) mengenal
dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkunganya; (3) mengenal dan
menentukan tujuan belajar, serta rencana pencapaian tersebut; (4) memahami dan
mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri; (5) menggunakan kemampuanya untuk
kepentingan dirinya; (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari
lingkunganya; serta (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang
dimilikinya secara tepat teratur dan optimal. Adapun pendapat dari Nurihsan yaitu
tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat (1) merencanakan
kegiatan belajar; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan; dan (4) mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam
studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, sehingga setiap individu dapat
merasakan manfaat dari pemberian layanan bimbingan tersebut.
2.1.2.3. Fungsi Bimbingan
Menurut Nurihsan (2010:8-9) minimal ada empat fungsi bimbingan, yaitu
sebagai berikut.
a) Mencegah kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar.
b) Menyalurkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga belajar
dapat berkembang secara optimal.
c) Agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar.
40
d) Perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu proses belajar
siswa.
e) Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Sedangkan menurut Tohirin (2008:39) bimbingan pribadi memiliki
beberapa fungsi antara lain: fungsi pencegahan (Preventif), pemahaman,
pengentasan, pemeliharaan, penyaluran, penyesuaian, pengembangan, dan
perbaikan (kuratif), serta advokasi. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui
berbagai jenis dan kegiatan bimbingan untuk mencapai masing-masing fungsi,
diantaranya:
a) Fungsi pencegahan (preventif) yaitu fungsi yang berkaitan dengan
upaya konselor untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin
terjadi.
b) Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta
didik agar memiliki pemahaman terhadap diri dan lingkungannya.
c) Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan yang memungkinkan
terentaskannya masalah peserta didik.
d) Fungsi pemeliharaan yaitu memelihara sesuatu yang baik yang ada
pada diri siswa baik hal bawaan maupun hasil perkembangan siswa.
e) Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau progran studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat
dan bakatnya.
41
f) Fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan yang membantu siswa agar
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
g) Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan yang bersifat lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
h) Fungsi perbaikan yaitu fungsi yang berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada siswa yang telah mempunyai masalah.
i) Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
siswa memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingan yang
kurang mendapat perhatian.
Pendapat dari Hamalik (2008:195-196) fungsi bimbingan belajar bagi
siswa antara lain:
a) Membantu siswa agar memperoleh pandangan yang objektif dan jelas
tentang potensi, watak, minat, sikap, dan kebiasaan yang dimiliki
dirinya sendiri agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
b) Membantu siswa dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan, bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki dan membantu
siswa dalam menentukan cara yang efektif dan efisien dalam
menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilih agar tercapai
hasil yang diharapkan.
c) Membantu siswa dalam memperoleh gambaran dan pandangan yang
jelas tentang kemungkinan-kemungkinan dan kecenderungan-
kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat menentukan
pilihan yang tepat.
42
Menurut Syaodih (2006:237) bimbingan mempunyai
beberapa fungsi, yaitu:
a) Fungsi pemahaman individu, yaitu membantu para siswa di dalam
pemahaman individu, baik individu dirinya ataupun orang lain.
b) Fungsi pencegahan dan pengembangan, yaitu mencegah siswa
berkembang ke arah negatif-destruktif dan mendorong siswa untuk
berkembang ke arah yang positif-konstruktif.
c) Fungsi membantu memperbaiki penyesuaian diri, yaitu membantu siswa
dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan di sekitarnya.
Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan pembelajaran ialah
fungsi pemeliharaan yang pengembangan yang akan menghasilkan terpelihara dan
terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Menurut Prayetno (2012:34-35) mengemukakan ada beberapa fungsi
pokok pelayanan bimbingan yaitu :
a) Pengenalan diri
Upaya utama didalam bimbingan dalam rangka menemukan dan
memberikan pemahaman terhadap potensi dan kemampuan bakat dan minat,
kebutuhan-kebutuhan, sifat-sifat kepribadian, permasalahan dan kesulitan-
kesulitan para siswa sesuai dengan fakta, data dan informasi dirinya sehingga
peserta bimbingan dapat menggali dirinya secara utuh dan menyeluruh agar dapat
disalurkan dengan sewajarnya.
b) Pencegahan masalah
43
Di dalam bimbingan terhadap upaya provinsip (pencegahan) dan kuratip
(penyuluhan) terhadap segala permasalahan, baik yang belum terjadi maupun
yang sedang mengalami kesulitan didalam memecahkannya, kemudian berupaya
meluruskan agar para siswa dapat berbuat dan bertindak tanpa adanya
ketergantungan kepada orang lain.
c) Kesejahteraan sekolah
Bimbingan dapat mengefektifkan segala tujuan yang ingin dicapai di
sekolah, disamping membantu petugas-petugas sekolah terutama Kepala Sekolah
dan guru-guru di dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi atau iklim sekolah
yang harmonis, sehat dan dinamis bagi keberhasilan pendidikan dan pengajaran.
Selanjutnya fungsi utama dari bimbingan menurut (Ahmadi dan Supriono,
2008:117) adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan sosial
yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan dan juga
menjadi perantara dari siswa dalam hubungannya dengan guru maupun tenaga
administrasi. Adapun fungsi bimbingan ada 4 macam:
a) Preservatif : Memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan
tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar.
b) Preventif : Mencegah sebelum terjadi masalah.
c) Kuratif : Mengusahakan pembentukan dalam mengatasi masalah.
d) Rehabilitasi: Mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah
diadakan treatmen yang memadai.
Jadi simpulan dari pendapat beberapa ahli diatas bahwa sudah mempunyai
fungsi bimbingan yang sama yaitu untuk mengembangkan seluruh potensi
44
individu untuk dapat memantapkan segala minat maupun bakat untuk dapat
bersaing di dalam sekolah, atau menyelesaikan segala masalah-masalah yang
mungkin terjadi dalam proses belajarnya di sekolah, mencegah kemungkinan
timbulnya masalah dalam belajar, agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan belajar, perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu proses
belajar siswa, upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar
siswa.
Dalam fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan pembelajaran
ialah fungsi pemeliharaan yang pengembangan terhadap berbagai potensi dan
kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan agar dalam pendidikan maupun pengajaran di sekolah dapat sejalan.
2.1.2.4. Prinsip-prinsip Bimbingan
Dari beberapa manfaat diatas, menurut Nurihsan (2010:9-10) perlu
memperhatikan beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut.
a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
b. Hendaknya, bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang
dibimbing.
c. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki
karakteristik tersendiri. Oleh karena itu, pemahaman keragaman dan
kemampuan individu yang dibimbing sangat diperlukan dalam
pelaksanaan bimbingan.
45
d. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim pembimbing dilingkungan
lembaga pendidikan hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang
berwenang menyelesaikanya.
e. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang akan dibimbing.
f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu
dan masyarakat.
g. Program bimbingan dilingkungan lembaga pendidikan tertentu harus
sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
h. Hendaknya, pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada didalam maupun
diluar lembaga penyelenggara pendidikan.
i. Hendaknya, terlaksanaan program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui
hasil dan pelaksanaan program.
Selanjutnya menurut Syaodih (2008:241-243) menyatakan bahwa di dalam
pelaksanaan pengajaran tugas guru bukan hanya memberikan pelajaran, tetapi
juga harus memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang lambat agar
perkembangannya sejajar dengan yang lain. Maka yang normal dan cepat belajar
pun tetap memerlukan bimbingan dari guru agar ia mencapai perkembangan yang
sesuai dengan kemampuannya.
Dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip:
46
a) Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang
pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab
secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah. Masalah yang
dihadapi oleh siswa pandai berbeda dengan siswa cukup dan juga siswa
kurang.
b) Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha
memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang
melatarbelakangi kesulitan tersebut. Setiap masalah atau kesulitan
mempunyai latarbelakang tertentu yang berbeda dengan masalah lain atau
pada siswa yang lainnya.
c) Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan
masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya
disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.
d) Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi.
Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan
masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi
sesaat, maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya
menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi.
e) Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama
dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab
semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan
efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam
membantu mengatasi kesulitan siswa.
47
f) Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab
utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya,
orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah,
tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut.
Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar
ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah
dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah
pihak.
g) Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di
laboratorium dsb, ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di
sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat
pelajaran berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan,
saat diskusi kelas, praktikum dll. Bimbingan juga dapat diberikan diluar
jam pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau
sore hari, disekolah ataupun di rumah.
Untuk mengoptimalkan perkembangan belajar siswa, maka perlu diberikan
bimbingan belajar. Pelaksanaan bimbingan belajar sebaiknya digunakan prinsip-
prinsip dan teknik-teknik bimbingan yang biasa dipakai dalam bimbingan dan
konseling. Penerapan prinsip dan teknik bimbingan dan konseling. Banyak
masalah belajar yang dihadapi oleh para siswa disekolah, seperti: prestasi belajar
rendah, motivasi belajar rendah, ketidakstabilan emosi dan lain-lain. Masalah-
masalah tersebut dapat dilatar belakangi oleh faktor internal maupun eksternal.
48
Maka untuk membantu mengatasi masalah-masalah tersebut diberikan berbagai
jenis bimbingan belajar.
Bimbingan belajar diberikan dalam bentuk layanan pengumpulan data,
pemberian informasi, konseling, bimbingan kelompok serta upaya-upaya tindak
lanjut. Bimbingan belajar yang diberikan bisa menggunakan pendekatan
pengembangan dalam rangka mengembangkan potensi-potensi dan kekuatan yang
dimiliki oleh siswa.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan
proses yang membantu individu untuk dapat menyelesaikan masalah, jadi
bimbingan harus sesuai dengan kebutuhan seorang individu tersebut. Prinsip dari
pendapat beberapa ahli diatas hampir sama yaitu bimbingan adalah suatu proses
membantu individu agar mereka dapat membantu dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam belajar. Bimbingan harus bertitik tolak (berfokus) pada individu
yang dibimbing, jadi bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu di
harapkan memiliki karakteristik tersendiri. Oleh karena itu, pemahaman
keragaman dan kemampuan individu yang dibimbing sangat diperlukan dalam
pelaksanaan bimbingan, dan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim
pembimbing dilingkungan lembaga pendidikan pun hendaknya diserahkan kepada
ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikanya. Bimbingan dapat dimulai
dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan
dibimbing, maka harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat.
49
Program bimbingan dilingkungan lembaga pendidikan tertentu harus
sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan. Hendaknya,
pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memiliki keahlian,
dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-sumber yang relevan sehingga
pelaksanaan bimbingan mampu terlaksana dengan baik dan maksimal.
2.1.2.5. Manfaat Bimbingan
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013:112) bimbingan belajar merupakan
bagian terpenting bagi peserta didik, mengingat pada saat ini peserta didik dituntut
untuk bisa berkompetensi. Oleh karena itu siswa diharapkan mengikuti bimbingan
belajar sebagai alat untuk menghadapi tantangan di masa depan. Selain itu,
manfaat dari bimbingan belajar adalah dapat membuat siswa semakin kreatif pada
kegiatan belajar mengajar, dan dapat meningkatkan prestasi pada sekolahnya.
Maka sangat penting bagi peserta didik untuk mengikuti bimbingan belajar, agar
mereka mampu bersaing dengan tuntutan zaman pada saat ini. Manfaat
Bimbingan Belajar bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman,
terperhatikannya karakteristik pribadi siswa, dan siswa dapat mereduksi
kemungkinan kesulitan belajar.
Sedangkan menurut Hamalik (2008:196) menyatakan bahwa manfaat
bimbingan belajar ialah:
1. Manfaat Bagi Siswa
a) Tersedianya kondisi belajar yang nyaman dan kondusif yang
memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuan
potensinya secara optimal.
50
b) Terperhatikannya karakteristik pribadi siswa secara utuh yang
akan menjadi dasar bagi yang bersangkutan untuk menempatkan
dirinya ada posisi yang tepat.
c) Dapat mereduksi dan mengatasi kemungkinan terjadinya kesulitan
belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan keberhasilan
belajar.
2. Manfaat Bagi Guru/Guru Pembimbing
a) Membantu untuk lebih mampu menyesuaikan materi pembelajaran,
bahkan program pembelajaran dengan keadaan siswa secara
perorangan maupun kelompok.
b) Memudahkan guru pembimbing dalam memahami karakteristik
siswanya sebagai dasar untuk membantu pengembangan potensi
mereka bahkan sampai pada posisi penentuan bantuan kepada
mereka.
Dari teori para ahli tersebut sudah menyatakan pendapat yang sama,
disimpulkan bahwa manfaat mengikuti bimbingan belajar dapat membuat siswa
kreatif dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar. Maka
penting untuk anak mengikuti bimbingan agar kesulitan yang anak alami dapat
terselesaikan, dan tersedianya kondisi belajar yang nyaman, terperhatikannya
karakteristik pribadi siswa, dan siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan
51
belajar. Namun, pendapat Hamalik mengkategorikan lebih spesifik, yaitu
membagi menjadi 2 manfaat, diantaranya manfaat bagi siswa dan manfaat bagi
guru/guru pembimbing. Manfaat bagi guru/guru pembimbing tidak disampaikan
oleh Ahmadi dan Supriyono, diantaranya guru menjadi lebih bisa menyesuaikan
materi pembelajaran, bahkan program pembelajaran dengan keadaan siswa secara
perorangan maupun kelompok. Selanjutnya, memudahkan guru/guru pembimbing
untuk memahami karakteristik sebagai dasar untuk membantu pengembangan
potensi setiap individu bahkan sampai pada posisi penentuan bantuan kepada
mereka.
2.1.3. Indikator Bimbingan Belajar
Berdasarkan kajian teori tentang Bimbingan Belajar yang telah dikaji,
maka dapat diambil indikator dan deskriptor dari masing-masing indikator
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Indikator Bimbingan Belajar.
Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor
Bimbingan
Belajar
Fungsi 1) Mencegah
munculnya masalah
belajar.
a) Ketekunan siswa dalam belajar.
b) Motivasi belajar siswa tinggi.
c) Kebiasaan belajar siswa sudah
sesuai dengan tipe belajar
siswa.
2) Mempertahankan
dan meningkatkan
hasil belajar.
a) Mempertahankan hasil belajar
siswa yang sudah baik.
b) Meningkatkan hasil belajar
siswa yang masih kurang baik.
Tujuan 1) Merencanakan
kegiatan belajar.
a) Mempersiapkan hal-hal yang di
butuhkan saat kegiatan belajar.
2) Mengembangkan
potensi seoptimal
mungkin.
a) Memanfaatkan waktu luang
ketika hari libur untuk belajar.
b) Mengoptimalkan belajar dengan
baik.
52
3) Memahami dan
mengatasi
kesulitan-kesulitan
sendiri.
a) Memahami dan
mengkonfirmasikan kepada
orang tua/guru les saat ada
kesulitan dalam belajar.
b) Mengatasi kesulitan dengan
sungguh-sungguh saat
dibimbing belajarnya.
Manfaat 1) Memperoleh
kondisi belajar
yang nyaman.
a) Menciptakan suasana belajar
yang kondusif dan interaktif.
b) Meningkatkan keberhasilan
belajar.
2.1.4. Keaktifan belajar
2.1.4.1. Pengertian Keaktifan Belajar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2008: 24-25), aktif adalah giat
(bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal dimana
siswa dapat aktif. Pada penelitian ini keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan
belajar siswa. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan di mana siswa aktif dalam
belajar.
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah
makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
53
mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan orang
lain dan juga dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalami sendiri. Belajar aktif sangat berkaitan erat pada
pembelajaran anak di kelas, anak dapat aktif apabila didukung dengan adanya
pembelajaran yang aktif. Sejalan dengan Susanto (2013:187) bahwa pengetahuan
diperoleh siswa dari suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang
dilakukan terhadap siswa. Menurut Warsono dan Harianto (2012:5) Pembelajaran
aktif adalah istilah payung bagi berbagai model pembelajaran yang berfokus
kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:45) Dalam setiap proses belajar,
siswa selalu menampakan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya.
Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang
susah diamati. Kegiatan fisik bias berupa membaca, menulis, mendengar, berlatih
ketrampilan-ketrampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, membandingkan satu konsep yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
Sedangkan menurut Thomdike (dalam Dimyati dan Mudjiono 2009:45)
mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-
nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc
Keachie juga menyatakan (dalam Dimyati dan Mudjiono 2009:45) berkenaan
dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia
belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial”.
54
Selanjutnya menurut Charles dan Eison (dalam Warsono dan Hariyanto
2014:14) seluruh bentuk pengajaran yang berfokus kepada siswa sebagai
penanggung jawab pembelajaran adalah pembelajaran aktif. Dalam hubungan ini,
Centre for Research on Learning and Teaching University of Michigan,
memberikan definisi yang lebih ketat lagi tentang pembelajaran aktif. Menurut
lembaga tersebut pembelajaran aktif adalah suatu proses yang memberikan
kesempatan kepada para siswa terlibat dalam tugas-tugas pemikiran tingkat tinggi
(higher order thinking) seperti menganalisis, melakukan sintesis dan evaluasi.
Menurut teori beberapa ahli di atas sudah sejalan atau sama, dapat
disimpulkan bahwa anak memiliki sifat aktif dan mampu merencanakan sesuatu.
Keaktifan merupakan segala sesuatu pembelajaran yang terpusat pada siswa atau
dilakukan pada siswa. Misalnya, anak mampu untuk mencari, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Jadi siswa yang
mengaktifkan struktur kognitif dan membangun struktur-struktur baru, sehingga
penyusunan pengetahuan yang terus-menerus menempatkan siswa sebagai peserta
didik yang aktif. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi,
merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan,
dan menarik kesimpulan. Keaktifan siswa dalam belajar juga sangat berkaitan erat
pada pembelajaran yang aktif di kelas. Sehingga peran guru untuk mendukung
tercapainya pembelajaran yang aktif sangatlah penting, sebab guru harus mampu
merancang serta mengelola sumber belajar baik di dalam kelas maupun di
lingkungan sekolah.
2.1.4.2. Peran Guru dalam Pembelajaran Aktif
55
Peran peserta didik dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat
penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan
siswa belajar, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melakasanakan
kegiatan belajar bermakna, serta mengelola sumber belajar yang diperlukan.
Siswa juga terlibat dalam proses belajar bersama guru karena siswa dibimbing,
diajar dan dilatih menjelajah, mencari mempertanyakan sesuatu menyelidiki
jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya
secara komunikatif. Siswa diharapkan mampu memodifikasi pengetahuan yang
baru diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yan pernah diterimanya.
Menurut Warsono dan Hariyanto (2012:20) peran fungsional guru dalam
pembelajaran aktif yang utama adalah sebagai fasilitator. Fasilitator adalah
seseorang yang membantu peserta didik untuk belajar dan memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kemudian Clarke (dalam Warsono dan Hariyanto 2012:20), menyatakan
bahwa fasilitator adalah:
a. Seseorang yang mengetahui kekuatan dan kemampuan setiap anggota
kelompok dan membantunya untuk merasa nyaman dalam saling berbagi
harapan, kepedulian, dan gagasan;
b. Seseorang yang mendukung kelompok, memberikan partisipan rasa
percaya diri dalam berbagi dan mencoba gagasan-gagasan baru;
c. Seseorang yang menyadari adanya beragam nilai dan kepekaan terhadap
kebutuhan dan minat yang berbeda dari setiap anggota kelompok.
56
Perbedaan ini mungkin terkait jenis kelamin, usia, ras, suku, status
ekonomi, status sosial dan lainya;
d. Seseorang yang memimpin dengan keteladanan melalui sikap,
pembicaraan, pendekatan, dan tindakan.
Sedangkan menurut Evelin dan Hartini (2010:36) belajar aktif menuntut
guru bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan
prnsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, guru dapat
merekayasa sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis dan
menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa.
Untuk itu, guru diharapkan memiliki kemampuan untuk:
a) Memanfaatkan sumber belajar di lingkungannya secara optimal dalam
proses pembelajaran.
b) Berkreasi mengembangkan gagasan baru.
c) Mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh siswa dari
sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh dari masyarakat.
d) Mempelajari relevansi dan keterkaitan mata pelajaran bidang ilmu
dengan kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat.
e) Mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku siswa
secara bertahap dan utuh.
f) Memberi kesempatan pada siswa untuk dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan kemampuan.
g) Menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif.
57
Simpulan dari pendapat beberapa ahli tersebut telah menyatakan hal yang
sama yaitu bahwa peran guru dalam pembelajaran yang aktif sangatlah penting,
karena guru yang professional haruslah mampu mengajar secara sistematis
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien agar memiliki
keterampilan-keterampilan yang di perlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu, guru harus mampu mengetahui kemampuan serta kekuatan dan
membantunya untuk merasa nyaman dalam proses belajarnya. Selain itu, guru
juga harus mampu memanfaatkan sumber belajar di lingkunganya secara optimal
dalam proses pembelajaran, mampu mengembangkan gagasan baru, mengurangi
kesenjangan pengetahuan yang diperoleh dari masyarakat. Kemudian guru harus
memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat berkembang secara optimal
sesuai kemampuan dan menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif. Untuk dapat
mengoptimalkan peran guru dalam pembelajaran aktif, guru dapat menerapkan
melalui pendekatan CBSA (Cara belajar siswa aktif) dimana di dalamnya guru
mampu menerapkan semua cara-cara yang efektif dalam pembelajaran aktif.
2.1.5. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
2.1.5.1. Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
CBSA menurut Warsono dan Hariyanto (2012:7) adalah pembelajaran
yang berpusat pada diri peserta didik dan dilandasi prinsip-prinsip psikologi
manusia. Kemudian menurut Sujana (2013:78), dikatakan bahwa CBSA adalah
suatu proses belajar-mengajar yang menggunakan berbagai metode yang subjek
didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-
betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Misbah
58
(2006:35), dikatakan CBSA adalah proses belajar mengajar yang menggunakan
berbagai metode yang menitik beratkan kepada keaktifan yang bersifat fisik,
mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang
berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif dan psikomotor secara optimal.
Terkait hal tersebut, MC Keachie (dalam Warsono dan Hariyanto 2012:8-
9) mengemukakan adanya tujuh dimensi implementasi pembelajaran siswa aktif
yang meliputi:
a. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran;
b. Penekanan pada aspek afektif dalam pembelajaran;
c. Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
terutama yang berbentuk interaksi antar murid;
d. Penerimaan guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa yang kurang
relefan atau karena siswa berbuat kesalahan;
e. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok;
f. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan
yang penting dalam kegiatan sekolah;
g. Jumlah waktu yang digunakan menangani masalah pribadi siswa, baik
yang berhubungan ataupun tidak berhubungan dengan materi pelajaran.
Menurut pendapat ketiga ahli diatas sudah sama, dapat disimpulkan bahwa
CBSA adalah suatu proses belajar-mengajar yang menggunakan berbagai metode
yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional dan pembelajaran
itu terpusat pada diri siswa atau subjek betul-betul berperan aktif dalam
pembelajaran, diantaranya partisipasi siswa untuk menentukan tujuan kegiatan
59
pembelajaran agar mendapat hasil belajar yang maksimal. Contoh implementasi
siswa dalam yang aktif adalah siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar,
misal siswa dapat berinteraksi dengan teman dalam belajarnya.
Dan peran guru dalam CBSA ini diharapkan sesuai atau sudah tepat,
dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat memancing siswa
untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
2.1.5.2. Peran Guru dalam Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Sejak dimunculkannya pendekatan CBSA dalam lingkungan pendidikan
ditanah air, konsep CBSA telah mengalami perkembangan yang cukup jauh.
Pendekatan CBSA dinilai sebagai suatu sistem belajar mengajar yang
menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional agar
memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara matra kognitif, afektif
dan psikomotorik. Dalam kerangka sistem belajar mengajar, terdapat komponen
proses yakni keaktifan fisik, mental, intelektual, emosional dan komponen
produk. Yakni hasil belajar berupa keterpaduan aspek-aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Aspek-aspek kemampuan tersebut dikembangkan secara terpadu
melalui sistem pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA.
Menurut Makmun (2010:24-25) cara belajar siswa aktif adalah merupakan
tantangan selanjutnya bagi para pendidik. Sebab ruh dari KTSP yang
diberlakukan sekarang ini adalah pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran aktif
baik guru dan siswa sama-sama menjadi mengambil peran yang penting. Guru
sebagai pihak yang;
60
a) Merencanakan dan mendesain tahap skenario pembelajaran yang akan
dilaksanakan di dalam kelas.
b) Membuat strategi pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang
umum dipakai adalah belajar dengan bekerja sama).
c) Membayangkan interaksi apa yang mungkin akan terjadi antara guru dan
siswa selama pembelajaran berlangsung.
d) Mencari keunikan siswa, dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan
modalitas belajar siswa dengan demikian sisi kuat dan sisi lemah siswa
menjadi perhatian yang setara dan seimbang.
e) Menilai siswa dengan cara yang tranparan dan adil dan harus merupakan
penilaian kinerja serta proses dalam bentuk kognitif, afektif, dan skill
(biasa disebut psikomotorik).
f) Melakukan macam-macam penilaian misalnya tes tertulis, performa
(penampilan saat presentasi, debat dll) dan penugasan atau proyek.
g) Membuat portofolio pekerjaan siswa.
Sejalan dengan teori diatas menurut Warsono dan Hariyanto (2014:9)
menyatakan bahwa peran guru dalam pembelajaran CBSA antara lain dapat
berupa:
1. Menyajikan konsep esensial dari materi ajar;
2. Mengajukan masalah atau memberikan tugas-tugas belajar kepada siswa;
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya;
4. Mengusahakan berbagai sumber belajar yang relevan;
5. Mendorong motivasi belajar anak didik;
61
6. Menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran;
7. Melaksanakan penilaian dan evaluasi keberhasilan program belajar.
Dengan demikian Strategi Active Learning (belajar Aktif ) pada anak didik
dapat membantu ingatan (memori) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan
kepada tujuan pembelajaran dengan sukses, hal ini kurang diperhatikan pada
pembelajaran konvensional. Dalam metode Active Learning (belajar aktif) setiap
materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang ada sebelumnya. Agar peserta didik tidak mudah lupa dengan
pelajaran yang diterima sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara
aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar siswa dapat belajar secara aktif
guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna, sedemikian rupa sehingga
peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Warsono dan
Hariyanto (2014:9) menyatakan bahwa peran siswa dalam CBSA antara lain dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
a. Belajar secara individual maupun kelompok untuk mempelajari dan
menerapkan konsep, prinsip, dan hukum keilmuan;
b. Membentuk kelompok untuk memecahkan masalah (problem solving);
c. Berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru;
d. Berani bertanya, mengajukan pendapat, serta mengungkapkan kritik-kritik
yang relevan;
e. Tidak sekedar melaksanakan pemikiran tingkat rendah (Lower order
thinking), tetapi juga melaksanakan pemikiran tingkat tinggi (Higher order
62
thinking) seperti menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi, dan
membuat prediksi;
f. Menjalin hubungan sosial sebagai bentuk interaksi pembelajaran;
g. Berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar dan media belajar
yang tersedia atau dibawanya sendiri dari rumah sebagai hasil
improvisasinya, karena telah diberi tahu sebelumnya oleh guru tentang
jenis pembelajaran apa yang akan dilaksanakan pada hari itu;
h. Berupaya menilai proses dan hasil belajarnya sendiri, walau tidak secara
formal.
Simpulan dari kedua teori tersebut bahwa peran guru dalam CBSA (Cara
belajar siswa aktif) sangatlah penting. Hal ini dikarenakan guru harus mampu
memadukan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemudian aspek-
aspek tersebut dikembangkan secara terpadu melalui system pembelajaran CBSA,
sebab ruh dari KTSP yang diberlakukan sekarang ini adalah pembelajaran aktif.
Guru mampu merencanakan dan mendesain tahap skenario pembelajaran yang
akan dilaksanakan di dalam kelas, sebab guru yang memegang peran penting
dalam proses pembelajaran. Contohnya; 1) Merencanakan dan mendesain tahap
skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas; 2) Membuat
strategi pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang umum dipakai adalah
belajar dengan bekerja sama); 3) Membayangkan interaksi apa yang mungkin
akan terjadi antara guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung; 4) Mencari
keunikan siswa, dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan modalitas belajar
siswa dengan demikian sisi kuat dan sisi lemah siswa menjadi perhatian yang
63
setara dan seimbang; 5) Menilai siswa dengan cara yang tranparan dan adil dan
harus merupakan penilaian kinerja serta proses dalam bentuk kognitif, afektif, dan
skill (biasa disebut psikomotorik); 6) Melakukan macam-macam penilaian
misalnya tes tertulis, performa (penampilan saat presentasi, debat dll) dan
penugasan atau proyek; 7) Membuat portofolio pekerjaan siswa.
Kemudian mengajukan masalah atau memberikan tugas-tugas belajar
kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
mengusahakan berbagai sumber belajar yang relevan, mendorong motivasi belajar
anak didik, menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran dan
melaksanakan penilaian dan evaluasi keberhasilan program belajar sesuai dengan
hasil yang diperoleh, sebab apabila terdapati siswa yang nilainya masih di bawah
rata-rata guru dapat melaksanakan remedial. Selain peran guru, dalam
pembelajaran CBSA juga mengkaitkan dengan peran siswa itu sendiri, agar antara
guru dan siswa dapat bekerja sama dalam proses pembelajaran yang
mengedepankan aspek-aspek tersebut.
2.1.6. Indikator Keaktifan Belajar
Indikator keaktifan belajar dikembangkan berdasarkan aktif dalam belajar
siswa pada kajian pustaka menurut teori dari Warsono dan Hariyanto (2012:8-9)
yang sudah ditulis peneliti. Masing-masing karakteristik dijadikan sebagai
indikator yang kemudian dijabarkan menjadi 2 diskriptor.
Tabel 2.2
Indikator Keaktifan Belajar
64
Indikator Diskriptor
1) Belajar secara individu dan kelompok
untuk mempelajari dan penerapan konsep,
prinsip.
a) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
b) Kerjasama dalam kelompok saat
pembelajaran.
2) Berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
a) Menyelesaikan PR/tugas dari guru dengan
baik.
b) Maju kedepan kelas untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan guru di depan kelas.
3) Menjalin hubungan sosial sebagai bentuk
interaksi pembelajaran.
a) Berkelompok untuk berdiskusi dalam
mengerjakan PR/tugas dari guru di rumah.
b) Membentuk kelompok untuk memecahkan
masalah di luar jam pelajaran.
4) Berani bertanya, mengajukan pendapat,
serta mengungkapkan kritik-kritik yang
relevan.
a) Menanyakan apa yang belum siswa pahami
kepada guru.
b) Mengemukakan pendapat ke kelompok
lain dalam belajar kelompok.
5) Berkesempatan menggunakan berbagai
sumber belajar dan media belajar yang
tersedia atau dibawanya sendiri dari
rumah sebagai hasil improvisasinya,
karena telah diberi tahu sebelumnya oleh
guru tentang jenis pembelajaran apa yang
akan dilaksanakan pada hari itu.
a) Menyiapkan media, alat atau peraga untuk
belajar.
b) Mengaitkan benda di sekitar sebagai alat
belajar.
6) Berupaya menilai proses dan hasil
belajarnya sendiri, walau tidak secara
formal.
a) Menilai hasil pekerjaanya sendiri sebelum
di nilai oleh guru.
2.1.7. Hasil Belajar
Menurut Rifa’i dan Anni (2010:85) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.
Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang
dipelajari oleh peserta didik. Kemudian menurut Purwanto (2014:47) hasil belajar
merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses
65
belajar mengajar. Selain itu hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar mengajar (Rifai’I dan Arini,
2012:69). Sejalan dengan pengertian para ahli tersebut menurut Anifah
(2009:2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari proses belajar. Adapun
pengertian hasil belajar lainya, menurut Nawawi (dalam Susanto 2013:5) yang
menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Simpulan dari pernyataan beberapa ahli tersebut sudah sejalan, bahwa
yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar, atau perubahan perilaku pada siswa setelah
mengalami kegiatan belajar. Dapat dikatakan hasil dari keberhasilan atau tidaknya
siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan oleh guru terkait dengan
materi pelajaran tertentu.
2.1.7.1. Prinsip - Prinsip Belajar
Prinsip belajar dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda.
Dengan demikian, Slameto (2013:27) mengemukakan prinsip-prinsip belajar
antara lain :
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
intruksional.
66
b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
c. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2. Sesuai hakikat belajar
a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
c. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara penegrtian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian
yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response
yang diharapkan.
3. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4. Syarat keberhasilan belajar
a. Belajar memerlukan saran yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang.
67
b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali – kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
2.1.7.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang ada dalam diri individu, sedangkan faktor ekstern adalah
faktor yang ada di luar individu. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar, diantaranya :
1. Faktor Intern
a. Faktor Jasmaniah antara lain faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor Psikologis antara lain inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan.
c. Faktor Kelelahan
2. Faktor Ekstern
a. Faktor Keluarga anta lain cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, susana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor Sekolah antara lain metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
68
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua faktor
(intern dan ekstern) sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Salah satu
masalah yang juga mempunyai pengaruh sangat besar dalam pencapaian suatu
hasil pembelajaran di Sekolah Dasar adalah metode mengajar di mana di
dalamnya terdapat model pembelajaran.
2.1.7.3. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2013: 22) “hasil belajar adalah kemampuan–
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Pendapat lain menurut Sardiman (2016: 51), “hasil belajar adalah hasil
langsung berupa tingkah laku siswa setelah melalui proses belajar-mengajar yang
sesuai dengan materi yang dipelajarinya”. Sehingga hasil belajar dapat ditafsirkan
sebagai output dari proses belajar-mengajar.
Rifa’i (2012:69) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.
Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang
dipelajari oleh peserta didik.
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar dapat disimpulkan hasil
belajar tidak hanya berupa sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif saja
melainkan juga secara kualitatif terkait dengan perubahan peserta didik dari yang
belum bisa menjadi bisa, sehingga penilaiannya bisa menggunakan tes maupun
non tes.
2.1.7.4. Macam – Macam Hasil Belajar
69
Dalam Sudjana (2013: 22) Howard Kingsley mengungkap kan macam –
macam hasil belajar dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu (1) keterampilan dan
kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian serta (3) sikap dan cita-cita.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian. Menurut W.S. Winkel dalam Susanto (2016 : 8), dapat
diketahui bahwa hasil belajar hasil belajar siswa erat hubungannya
dengan tujuan instruksional (pembelajaran) yang telah dirancang guru
sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. dalam pembelajaran di
sekolah dasar umumnya tes diselenggarakan dalam berbagai bentuk
ulangan, baik ulangan harian, ulangan semester maupun ulangan umum.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi empat jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai dan
organisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Menurut Susanto
(2016:11), dalam hubungannya dengan hasil belajar, sikap ini lebih
diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman
konsep, maka domain yang sangat berperan adalah domain kognitif.
3. Ranah Psikomotor
70
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Dalam Susanto
(2016:9), Usman (1993) mengemukakan bahwa keterampilan proses
merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan mental,
fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang
lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan diartikan sebagai
kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk krativitasnya.
Penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua ranah penilaian
yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor sebab siswa yang
memiliki kemampuan kognitif belum tentu dapat menerapkan dengan baik
pengetahuannya dalam kehidupannya.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih
baik lagi. Poerwanti (2013 : 1-23) menjabarkan cakupan penilaian dari masing-
masing ranah, yaitu :
Tabel 2.3
Cakupan pada hasil belajar
KOGNITIF AFEKTIF PSIKOMOTOR
1. Mengingat
(remember)
2. Memahami
(understand)
3. Mengaplikasikan
1. Penerimaan
2. Responsi
3. Acuan Nilai
4. Organisasi
1. Gerakan Refleks
2. Gerakan Dasar
3. Gerakan Persepsi
4. Gerakan Kemampuan
Fisik
71
(apply)
4. Menganalisis
(Analyze)
5. Evaluasi (Evaluate)
6. Membuat (Create)
5. Gerakan Terampil
6. Gerakan Indah dan
Kreatif
2.1.7.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Perubahan tingkah laku individu merupakan hasil yang telah dicapai dari
proses belajar. Untuk memperoleh hasil belajar tersebut harus melalui proses dan
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan dari luar individu. Djamarah
(2011 : 176) menjelaskan bebagai faktor yang memepengaruhi hasil belajar,
diantaranya :
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik.
Didalamnyalah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai
kehidupan yang disebut ekosistem. Selama hidup anak didik tidak
bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan
sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda
tersebut selalu saja terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik,
yang keduanya sangat berpengaruh terhadap belajar anak didik.
a. Lingkungan Alami
Lingkungan alami adalah lingkungan tempat tinggal anak
didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan
72
suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar
anak didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan
udara yang segar. Dari kenyataan tersebut, orang cenderung
akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya
serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu
dan udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan.
Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak akan
maksimal.
b. Lingkungan Sosial Budaya
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah mahluk sosial
yang tidak bisa hidup sendiri. Begitu pula dengan anak didik.
Mereka tidak akan terlepas dari interaksi sosial. Sebagai
contoh interaksi di sekolah, baik sesama teman, guru, dan
sebagainya.
Pada lingkungan ini, sekolah yang merupakan salah satu
lingkungan sosial budaya bagi anak didik, harus diterapkan
sebuah peraturan yang jika dilanggar akan dikenakan sanksi
untuk anak didik. Hal ini dalam mendidik rasa tanggung jawab
dan menghormati peraturan.
Oleh karena itu, yang harus diperhatikan dalam lingkungan
sosial budaya ini adalah lingkungan dimana anak didik belajar.
Misalkan sekolah diusahakan jauh dari keramaian, seperti
pabrik, pasar, arus lalu lintas, bangunan dan sebagainya.
73
Karena ini akan menyebabkan anak didik tidak berkonsentrasi
dalam belajar.
2. Faktor Instrumental
a. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakn unsur
substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum belajar
mengajar tidak dapat berlangsung, karena materi yang akan
disampaikan dalam pembelajaran harus direncanakan terlebih
dahulu. Dan perencanaan tersebut termasuk dalam kurikulum,
yang mana seorang guru harus mempelajari dan menjabarkan
isi kurikulum kedalam program yang lebih rinci dan jelas
sasarannya. Sehingga dapat diukur dan diketahui dengan pasti
tingkat keberhasilan belajar mengajar yang dilaksanakan.
Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan
frekuensi belajar anak didik. Karena guru harus berusaha
semaksimal mungkin untuk ketercapaian kurikulum. Misalkan,
jumlah tatap muka, metode, dan sebagainya harus dilakukan
sesuai dengan kurikulum. Jadi, kurikulum diakui dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.
b. Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan yang disusun
untuk dijalankan untuk kemajuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan disekolah tergantung dengan baik tidaknya
74
program yang dirancang. Perbedaan kualitas program pun akan
membedakan kualitas pengajaran.
Salah satu program yang dipandang harus dilakukan adalah
program bimbingan dan penyuluhan. Karena program ini
mempunyai andil besar dalam keberhasilan belajar anak di
sekolah. karena tidak sedikit anak yang mengalami kesulitan
atau permasalahan dalam belajar. Dengan program bimbingan
dan penyuluhan inilah anak didik akan bisa memecahkan apa
yang menjadi permasalahannya.
c. Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung
sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar disekolah. Jumlah
ruang kelas pun harus menyesuaikan peserta didik. Karena jika
anak didik lebih banyak dari pada jumlah kelas, akan terjadi
banyak masalah, yang tentunya akan berpengaruh pada hasil
belajar anak. Selain fasilitas, sarana pun tidak boleh diabaikan.
Misalkan perpustakaan. Lengkap tidaknya buku di sekolah
tersebut akan menentukan hasil belajar anak didik. Karena
perpustakaan adalah laboratoriun ilmu yang merupakan
sahabat karib anak didik.Selain itu fasilitas yang digunakan
guru dalam pengajaranpun harus diperhatikan. Misalkan LCD
75
dan sebagainya. Karena ini akan memudahkan dalam
pembelajaran.
d. Guru
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Maka,
kehadiran guru mutlak didalamnya. Kalau hanya ada anak
didik, tanpa guru tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar
disekolah. Jangankan tanpa guru, kekurangan guru saja akan
menjadi masalah. Tetapi, harus diperhatikan juga guru yang
seperti apa yang bisa menyukseskan belajar anak. Karena guru
haruslah memenuhi syarat-syarat menjadi guru. Dia harus
berpengetahuan tinggi, profesional, paham psikologi anak
didik, dan sebagainya. Karena guru yang berkualitas, akan
menentukan kualitas anak didik.
3. Faktor Kondisi Fisiologis
a. Keadaan Fisik
Syaiful Bahri Djamarah (2011: 189) mengatakan, menurut
Noehi Nasution (1993) pada umumnya kondisi fisiologis
sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.
Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan
belajarnya dengan orang yang sedang sakit atau kelelahan.
Anak-anak yang kekurangan gizi, ternyata kemampuan
76
belajarnya dibawah anak-anak yang tercukupi gizinya; mereka
akan lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima
pelajaran.
b. Kondisi Panca Indra
Tidak kalah penting, kondisi panca indra juga sangat
mempengaruhi belajar siswa. Terutama mata sebagai alat
melihat dan telinga sebagai alat mendengar. Karena sebagian
besar anak belajar dengan membaca, mendenggar, dan
melakukan observasi dan sebagainya. Jika panca indra
terganggu, ini akan mempengaruhi hasil belajar dan proses
belajar anak didik.
4. Faktor Psikologis
a. Minat
Syaiful Bahri Djamarah (2011: 191) mengatakan bahwa
menurut Slameto (1991), minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh.
Biasanya, anak yang minat terhadap suatu kegiatan atau hal,
dia cenderung akan lebih cepat memahaminya. Misalkan, jika
minatnya di matematika, dia akan cenderung bernilai tinggi di
mata pelajaran tersebut. Maka, tugas seotrang guru harus
menjadi fasilitator yang baik dalam hal ini. Karena akan
berdampak dalam proses dan hasil belajar siswa.
77
b. Kecerdasan
Raden Cahaya Prabu (1986), seorang ahli berkeyakinan bahwa
perkembangan taraf intelegensi anak berkembang pesat pada
usia balita dan mulai menetap pada akhir masa remaja.
Tingkat kecerdasan diakui sangat menentukan keberhasilan
belajar anak didik. Karena anak didik yang mempunyai tingkat
intelegensi tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun
cenderung baik, begitu sebaliknya.
Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan hubungan erat
antara IQ dengan hasil belajar anak didik. Dijelaskan dari IQ,
sekitas 25% hasil belajar disekolah dapat dijelaskan dari IQ,
yaitu kecerdasan sebagiman diukur oleh tes intelegensi. Oleh
karena itu, anak yang mempunyai tingkat kecerdasan dari 90-
100, cenderung akan menyelesaikan sekolah dasar tanpa
kesukaran.
c. Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
proses dan hasil belajar seseorang. Belajar pada bidang yang
sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya.
Bakat diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan. Menurut
Sunarto dan Hartono (1999), bakat memungkinkan seseorang
untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi
78
diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan
atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud.
d. Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi belajar adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.
Mengingat motivasi adalah motor penggerak dalam perbuatan,
maka bila ada anak didik yang kurang memiliki motivasi ,
diperlukan dorongan dari luar, agar anak didik mempunyai
motivasi belajar. Karena ketika motivasi belajar anak tinggi,
akan menentukan hasil yang dcapai.
e. Kemampuan Kognitif
Dalam dunia pendidikan, ada tiga tujuan utama yang arus
dicapai yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif
adalah kemampuan yang selalu dituntut untuk dikuasai anak
didik, karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu
pengetahuan.
Adapun tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai
jembatan penguasaan kemampuan kognitif adalah, persepsi,
mengingat, dan berfikir. Adapun persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia. Melalui inilah, manusia terus melakukan hubungan
dengan lingkungan.
79
Sedangkan mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana
orang menyadari bahwa pengetahuannya dari masa lampau
atau berasal dari pesan-pesan dari masa lampau. Dan berfikir
adalah kelangsungan tanggapan yang dibarengi dengan sikap
pasif dari subjek yang berfikir.
Penelitian ini akan mengkaji tentang hasil belajar. Perubahan yang terjadi
secara sadar oleh individu, bersifat fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan
bersifat sementara, bertujuan atau terarah serta perubahan mencakup seluruh
aspek tingkah laku. Pengalaman individu selama melakukan kegiatan belajar,
dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku individu dalam ranah kognitif,
afektif maupun psikomotor sesuai apa yang telah dipelajarinya. Perubahan pada
individu ini dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Sehingga perubahan dari
yang belum bisa menjadi bisa ini yang dapat disebut dengan hasil belajar.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi hasil belajar setiap individu diantaranya
faktor lingkungan, faktor instrumental, kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.
Oleh karena itu, hasil belajar setiap individu akan berbeda tergantung faktor
masing-masing individu.
2.1.8. Matematika
Bila ditelusuri lebih jauh mengenai pengertian matematika, maka kita
harus merujuk pada asal muasal dari kata matematika. Matematika diambil dari
salah satu kata dalam bahasa latin "mathemata" yang memiliki arti "sesuatu yang
dipelajari". Sedangkan matematika di dalam bahasa Belanda dikenal dengan
sebutan "wiskunde" yang memiliki arti "ilmu pasti". Jadi secara umum dapat
80
diartikan bahwa matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang berkenaan dengan
penalaran. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari kehidupan
manusia. Dari awal ditemukannya, matematika terus berkembang secara dinamis
seiring dengan perubahan zaman. Perkembangannya tidak pernah berhenti karena
matematika akan terus dibutuhkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Oleh
karena itu, sebagai langkah awal memahami pelajaran matematika, penting bagi
kita untuk mengetahui lebih dahulu apa sebenarnya pengertian matematika
berdasarkan kepada pendapat para ahli. Pengertian tersebut dapat menjadi dasar
bagi kita untuk mempelajari matematika lebih jauh lagi. Matematika menurut
Susanto (2013:183) merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar
bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Sejalan dengan pendapat Susanto,
menurut Aristoteles (dalam Fatahani 2014:21) memandang matematika sebagai
dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan fisik,
matematika dan teologi. Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami,
yaitu pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen, observasi dan abstraksi. Selain
itu menurut Sujono (dalam Fatahani 2014:19) diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang ada pada semua jenjang
pendidikan, karena belajar matematika kita belajar bernalar secara kritis, kreatif,
81
dan aktif. Kemudian dari keseluruhan teori antara hasil belajar dan matematika
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan
perilaku yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar baik pada
aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya dalam hal kemampuan
tentang berhitung, ilmu ukur, dan aljabar yang dapat diukur dan diamati. Hasil
belajar satu siswa dengan yang lain tentu akan berbeda, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
2.2. KAJIAN EMPIRIS
Dalam kajian empiris ini akan diuraikan penelitian yang relevan yang
mendukung penelitian ini, sebagai bahan pengembangan penelitian dalam
melaksanakan penelitian. Berikut uraian penelitian yang dilaksanakan beberapa
peneliti terdahulu.
Penelitian internasional yang terkait dengan bimbingan belajar antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Hafiz Muhammad (2013:221) dengan judul
Parental Involvement and Academic Achievement; A Study on Secondary School
Students of Lahore, Pakistan. Studi ini menarik kesimpulan sebagai berikut:
Simpulan dari penelitian ini, bahwa ada hubungan yang signifikan antara dua
variabel yaitu tingkat keterlibatan orang tua dalam kegiatan akademik anak-anak
mereka dan tingkat prestasi akademik anak-anak. Penelitian ini divalidasi rangka
(1995) kerangka Epstein enam jenis keterlibatan orang tua dalam kinerja
akademik anak-anak mereka, karena hipotesis penelitian dirumuskan dalam
kerangka teori Epstein.
82
Terkait dengan penelitian Hafiz adapun hasil penelitian bimbingan belajar
dilakukan oleh Ragil Prasetya, Winarno, Eriany (2013:3) dengan judul Bimbingan
Belajar Efektif dapat Mempengaruhi Kebiasaan Belajar Siswa. Bimbingan belajar
efektif merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa supaya mereka
mempunyai kebiasaan belajar yang baik. Bimbingan belajar efektif dimaksudkan
untuk membentuk kebiasaan belajar sehingga individu dapat melakukan aktivitas
belajar tanpa paksaan dari pihak luar, dengan kata lain belajar dengan kesadaran
sendiri.
Selain penelitian diatas, mengenai bimbingan yang efektif dapat
mempengaruhi kebiasaan belajar, yaitu penelitian tentang Bimbingan belajar yang
dilakukan oleh Samisih (2014:7) dengan judul Peran Guru Kelas dalam
Menangani Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar melalui Layanan Bimbingan
Belajar. Perkembangan kemampuan siswa secara optimal untuk berkreasi,
mandiri, bertanggung jawab dan memecahkan masalah merupakan tanggung
jawab yang besar dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman potensi
pribadi sangat penting untuk perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh.
Disamping itu, dalam perkembangannya siswa sering kali menghadapi masalah
yang tidak mampu dipecahkan sendiri, sehingga mengganggu keberhasilan
belajarnya. Untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi
masalah yang dihadapi sering kali siswa memerluakan bantuan profesional.
Sekolah harus dapat menyediakan layanan professional yang dimaksud berupa
layanan bimbingan dan koseling, karena sekolah merupakan lingkungan yang
terpenting setelah keluarga. Layanan ini dalam batas tertentu seperti pada sekolah
83
dasar dapat dilakukan oleh guru kelas, maka diharapkan guru kelas mampu
memberikan layanan bimbingan belajar pada siswa yang membutuhkan. Layanan
bimbingan belajar dapat diberikan kepada siswa yang mengalami masalah
belajarnya, seperti: kesulitan belajar.
Keaktifan dalam pembelajaran juga dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa, adapun penelitian internasional tentang keaktifan yang dilakukan Godfrey
Mulongo (2013:167) dengan judul Effect of active learning teaching methodology
on learner participation. Studi ini telah menunjuk sentralitas bahan pengajaran
dan pembelajaran dalam proses pembelajaran aktif. Mereka ketersediaan di
tingkat kelas ditambah dengan penyisipan tepat dalam proses belajar mengajar
secara signifikan meningkatkan hasil siswa. sekolah Kenya telah menerima hibah
dari MOE untuk membeli materi pengajaran dan pembelajaran yang relevan sejak
diperkenalkannya inisiatif Gratis Pendidikan Dasar pada tahun 2003. Sementara
beberapa sekolah telah dialokasikan dana tersebut untuk tujuan yang
dimaksudkan, orang lain telah dialihkan dana untuk non kelas prioritas. Situasi ini
ketika diambil bersama-sama dengan masalah absensi guru dan ketidak disiplinan
berhubungan erat dengan kualitas pemerintahan sekolah dan kepemimpinan.
Demikian pula, sekolah yang tidak memprioritaskan pembelian pengajaran dan
materi pembelajaran biasanya orang-orang yang mengalami pemerintahan yang
buruk dan lemahnya kepemimpinan.
Penelitian internasional tentang keaktifan selanjutnya dilakukan oleh
Orhan dan Ruhan dengan judul The Effects of Problem-Based Active Learning in
Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept
84
Learning. Dalam penelitian ini di mana efek dari soal berdasarkan aplikasi
Pembelajaran Aktif di unit "Pertemuan Angkatan dan Energi "di kelas 7 kelas
sains pada prestasi akademik siswa, pembelajaran konsep dan perubahan sikap
diperiksa, hasil tersebut diperoleh. Diamati bahwa kelompok riset di mana
pembelajaran berbasis masalah model yang digunakan lebih berhasil daripada
control kelompok-kelompok yang metode pengajaran tradisional yang terapan.
Ketika skor pre-test dan post-test dari penelitian dan kelompok kontrol
dibandingkan dengan masing-masing lainnya, ia mengamati bahwa ada
peningkatan keberhasilan dalam kedua kelompok. Namun, fakta bahwa kenaikan
ini cukup tinggi pada kelompok penelitian menunjukkan bahwa Model yang
digunakan dalam kelompok ini lebih berhasil dari pada metode tradisional. Hasil
ini memverifikasi hipotesis dibangun pada awal penelitian, yang "Mengajar kelas
sains di kelas 7 primer sekolah melalui pembelajaran aktif berbasis masalah
memiliki berpengaruh pada prestasi siswa. "Kayali et al. (2002) menunjukkan
bahwa metode pembelajaran aktif lebih efektif dibandingkan metode klasik
dengan mengandalkan temuan penelitian mereka dilakukan atas dasar berbasis
masalah pembelajaran, brain storming dan koperasi belajar. Senocak (2005)
digunakan pembelajaran berbasis masalah pendekatan di "Negara Gas Matter"
unit. Dalam terang temuan, peneliti menetapkan bahwa Pendekatan pembelajaran
berbasis masalah lebih berpengaruh dibandingkan dengan pendekatan pengajaran
tradisional. Hasil dari penelitian dan studi ini tampaknya saling mendukung lain.
Terkait dengan penelitian Internasional tentang keaktifan siswa yang
dilakukan oleh Orhan, yaitu penelitian Endah Maharani (2013:353-354) dengan
85
judul Pengaruh Kedisiplinan dan Keaktifan Siswa terhadap Prestasi Belajar.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa disiplin dan keaktifan siswa berpengaruh
positif dan signifikan terhadap hasil belajar ekonomi baik secara parsial maupun
bersama-sama.
Penelitian lain yang terkait dengan keaktifan oleh Dedi Nugroho (2015:6)
dengan judul Pengaruh Keaktifan dalam Kegiatan Ekstrakulikuler dan Osis
terhadap Kesiapan Kerja Siswa. Keaktifan dalam kegiatan ekstrakurikuler
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII SMK
PIRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang ditunjukkan dengan persamaan
garis regresi Y=0,407X1+41,971. Pengaruh kontribusi variabel keaktifan dalam
kegiatan ekstrakurikuler terhadap kesiapan kerja siswa adalah 18,2% sedang
81,8% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Keaktifan dalam kegiatan
OSIS berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII
SMK PIRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang ditunjukkan dengan
persamaan garis regresi sederhana Y=0,305X2+48,045. Pengaruh kontribusi
variabel keaktifan dalam kegiatan OSIS terhadap kesiapan kerja siswa adalah
15,7% sedang 84,3% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Keaktifan
dalam kegiatan ekstrakurikuler dan OSIS secara bersama-sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII SMK PIRI 1
Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/ 2015 yang ditunjukkan dengan persamaan garis
regresi Y=0,292X1+0,190X2+33,361. Pengaruh kontribusi variabel keaktifan
dalam kegiatan ekstrakurikuler dan OSIS secara bersama-sama terhadap kesiapan
86
kerja siswa adalah 22,8% sedang 71,2% ditentukan oleh variabel lain yang tidak
diteliti.
Selain kedisiplinan dan keaktifan yang mempengaruhi belajar siswa
adapun pengaruh keaktifan seperti penelitian yang dilakukan oleh Arief Dwi
Putranto (2013:8) dengan judul Pengaruh Keaktifan Siswa dalam Study Club
Robotika, Motivasi Belajar, dan Sikap Belajar terhadap Prestasi Belajar
Mikrokontroler. Keaktifan siswa dalam ekstrakurikuler study club robotika,
motivasi belajar, dan sikap belajar secara simultan maupun parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar pelajaran Mikrokontroler pada
siswa kelas XI jurusan Teknik Audio Video SMKN 3 Yogyakarta tahun ajaran
2012/2013, yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi Rhitung (0,623) > Rtabel
(0,291), koefisien determinasi sebesar 0,388 (38,8%) dan F hitung (8,862) > F
table (2,83) pada taraf signifikansi 5%. Keaktifan siswa dalam study club robotika
memberikan kontribusi (sumbangan relatif) terhadap prestasi belajar
Mikrokontroler sebesar 53,5%, motivasi belajar sebesar 10,2%, dan sikap belajar
sebesar 36,3%. Disadari bahwa faktor-faktor yang mempunyai pengaruh dengan
prestasi belajar sangat banyak, sementara penelitian ini hanya melibatkan faktor
internal dengan tiga variable saja yaitu keaktifan dalam ekstrakurikuler robotika,
motivasi belajar, dan sikap belajar. Meskipun antara variabel bebas dengan
variable terikat terdapat pengaruh, namun besar kontribusi (sumbangan efektif)
yang dapat diberikan hanya sebesar 38,8% sehingga masih tersisa 61,2 % dari
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2.3. KERANGKA BERPIKIR
87
Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris, maka peneliti menyusun
rancangan penelitian dengan kerangka berpikir sebagai berikut. Hasil belajar yang
baik tidak hanya dapat diperoleh hanya dengan mendengarkan penjelasan dari
guru saja, tetapi juga harus mampu memahami dan mau mencatat dan dipelajari
lagi di rumah. Bimbingan Belajar juga mempunyai peran penting untuk mengatur
kegitan belajar siswa. Siswa tidak boleh hanya belajar saat akan diadakan ulangan
saja, namun juga belajar pada kesehariannya. Bimbingan Belajar dimaksudkan
sebagai pemberian bantuan, untuk mengatur kegiatan belajar anak di luar jam
sekolah agar anak mampu mengingat pembelajaran yang telah diperolehnya di
sekolah dan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari pada pembelajaran
selanjutnya di sekolah. Bimbingan Belajar dalam pelajaran matematika sangat
diperlukan, karena dalam memahami materi matematika, siswa tidak bisa hanya
belajar saat pembelajaran di kelas bersama guru, siswa harus secara sadar belajar
sendiri. Bimbingan Belajar dapat membantu mengulang pembelajaran yang telah
diajarkan guru di sekolah agar anak dapat mengingatnya kembali dan anak lebih
siap dalam belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
Hasil belajar siswa juga dapat dilihat dari keaktifan belajarnya. Siswa yang
sudah belajar aktif akan lebih mudah dalam memahami sebuah informasi atau
materi. Siswa yang belajar dengan aktif, ternyata mampu mencapai nilai yang
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang belajar hanya mendengarkan
guru dan mencatatnya saja. Keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sangatlah
penting, karena materi akan lebih cepat dipahami apabila siswa mau aktif. Selain
siswa aktif, guru juga harus mampu mengubah pembelajaran ceramah dengan
88
pembelajaran aktif. Guru dalam pembelajaran aktif harus mampu menjadi
fasilitator yaitu membantu siswa untuk belajar dan memiliki keterampilan-
keterampilan yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai
fasilitator, guru menyediakan fasilitas pedagogis, psikologis, dan akademik bagi
pengembangan dan pembangunan struktur kognitif siswanya.
Pada pembelajaran matematika, siswa yang mengikuti bimbingan belajar
di luar sekolah dan aktif belajarnya akan menciptakan dunia belajar yang kondusif
dan disiplin. Adanya bimbingan belajar di luar sekolah dan keaktifan belajar siswa
yang melekat pada diri siswa akan mendapatkan hasil belajar matematika yang
optimal. Belajar dan keaktifan belajar siswa harus selalu dipantau oleh orang tua
dan guru sehingga siswa tetap konsisten dalam belajar serta hasil belajar
matematika yang di dapat akan lebih optimal.
2.4. HIPOTESIS
Jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti
melalui data yang terkumpul;
1. Adanya hubungan yang positif dan signifikan Bimbingan Belajar terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani
Boja.
2. Adanya hubungan yang positif dan signifikan keaktifan belajar terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani
Boja.
89
3. Adanya hubungan yang positif dan signifikan Bimbingan Belajar dan
keaktifan belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD
Negeri Gugus Ahmad Yani Boja.
138
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis serta
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Bimbingan Belajar
dengan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Gugus
Ahmad Yani Boja, ditunjukkan dengan rhitung 0,599 > rtabel 0,253 dengan
taraf kesalahan 0,05 dan jumlah N= 70
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara keaktfian belajar
dengan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad
Yani Boja, ditunjukkan dengan rhitung 0,710 > rtabel 0,253 dengan taraf
kesalahan 0,05 dan jumlah N= 70
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Bimbingan Belajar dan
keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Boja,
ditunjukkan dengan rhitung 0,823 > rtabel 0,253, dan Fhitung 70,231 > Ftabel
3,15 dengan taraf kesalahan 0,05 dan jumlah N= 70.
5.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dipaparkan,
maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
139
1. Bagi siswa
Siswa hendaknya dapat meningkatkan belajar dengan mengikuti
bimbingan belajar di luar sekolah atau meminta bantuan kepada orang tua
untuk membantu membimbing dalam belajar, menaati jadwal belajar, dan
mengulangi materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru. Selain itu
siswa juga hendaknya dapat meningkatkan keaktifannya dalam kelas dan
perhatiannya pada mata pelajaran matematika untuk memperoleh hasil
belajar matematika yang optimal.
2. Bagi guru
Hasil belajar matematika siswa ada hubunganya dengan bimbingan belajar
yang dilakukan di luar sekolah oleh siswa dan keaktifan belajar siswa
dalam pembelajaran di kelas, maka untuk itu setiap guru hendaknya bisa
memotivasi siswa agar terus belajar, bukan hanya belajar di sekolah saja
tetapi belajar di rumah juga.
3. Bagi Orang Tua
Orang tua hendaknya dapat memberikan bimbingan belajar pada anaknya
dan memotivasi minat belajar siswa agar dapat aktif dalam pembelajaran
dikelas .
4. Bagi penelitian selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menyertakan
variabel-variabel selain Bimbingan Belajar dan keaktifan belajar sehingga
140
dapat menambah ilmu pengetahuan yang penting bagi keberhasilan siswa
dalam mencapai hasil belajar matematika yang diharapkan.
141
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dwi Putranto, Arif. 2013. Pengaruh Keaktifan Siswa dalam Study Club Robotika,
Motivasi Belajar dan Sikap Belajar terhadap Prestasi Belajar
Mikrokontroler. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas 2(4): 208-355.
Hatimah, Ihat. 2007. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Juntika,Achmad. 2010. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Maharani, Endah. 2013. Pengaruh Kedisiplinan dan Keaktifan Siswa terhadap
Prestasi Belajar. Oikonomia 2(4):352-354.
Mugiarso, Heru dkk. 2010. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES
PRESS.
Muhammad, Hafiz. 2013.Parental Involvement and Academic Acievement;A
Study on Secondary School Students of Lahore, Pakistan. International
Journal of Humanities and Social Science 3(8):221.
Mulongo, Godfrey. 2013. Effect of Active Learning Teaching Methodology on
Learner Participation. Journal of Education and Practice 4(4):165-166.
Munib, Achmad. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS.
Nugroho, Dedy. 2015. Pengaruh Keaktifan dalam Kegiatan Ekstrakulikuler dan
Osis terhadap Kesiapan Kerja Siswa. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2(4): 65-66
Orhan dan Ruhan. 2014. The Effects of Problem-Based Active Learning in Science
Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept
Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology
Education 3(1):71-81.
Pranata, I Wayan. 2014. Hubungan Bimbingan Belajar Orang Tua dan Konsep
Diri dengan Hasil Belajar Matematika. E-Jurnal Mimbar PGSD 2(1):1-4
142
Prasetya, Ragil. 2013. Bimbingan Belajar Efektif untuk Meningkatkan Kebiasaan
Belajar pada Siswa. Jurnal Psikologi 2 (1): 1-4Ramlah. 2014. Pengaruh
Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika.
Jurnal Ilmiah Solusi 1(3):68-75
Rifa’i, Achmad dan Tri Ani, Catharina. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES PRESS.
Samisih. 2014. Peran Guru Kelas dalam Menangani Kesulitan Belajar Siswa
Sekolah Dasar melalui Layanan Bimbingan Belajar. Jurnal Mitra Swara
Ganesha 1(1):67.
Sedana Yasa, Gede. 2014. Bimbingan Belajar. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Siberman, Melvin. 2014. Active Learning. Bandung: Nuansa Cendekia.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana. Nana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.
_____ . 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Syah, Muhhibin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Wahyono dan Hariyanto. 2014. Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Andi.