al-qur’an dan problema penafsiran - tukarpendapat | …  · web viewmaksudnya sahabat nabi di...

84
PENGANTAR STUDI AL-QUR’AN Kajian Praktis Untuk Penalaran Oleh M. Nawawi Al-qur’an adalah petunjuk langsung Allah untuk manusia yang disampaikan kepada Rasululluah Muhammad melalui malaikat Jibril. Menurut Sayid Husen Nasr, al- Qur’an mempunyai tiga petunjuk bagi manusia: Pertama, sebagai doktrin yang memberi petunjuk dan pngetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di dalamnya. Doktrin ini mengandung a) . petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syari’at. Yang mengatur kehidupan manusia sehari-hari. b). metafisikan tentang Tuhan , kosmologi tentang alam semesta dan kehidupan akhirat. c). penjelasan tentang kehidupan manusia , tentang sejarah dan eksistensi manusia. d). pelajaran yang diperlukan manusia unt5uk mengetahui siapa dirinya, dimana ia berada dan kemana akan pergi. Kedua, berisi petunjuk yang menyerupai sejarah ringkas perjalanan manusia; mulai dari rakyat biasa, raja-raja, orang suci dan orang-orang yang membangkang. 1

Upload: vanphuc

Post on 20-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

PENGANTAR STUDI AL-QUR’AN

Kajian Praktis Untuk Penalaran

Oleh M. Nawawi

Al-qur’an adalah petunjuk langsung Allah untuk manusia yang

disampaikan kepada Rasululluah Muhammad melalui malaikat Jibril. Menurut

Sayid Husen Nasr, al-Qur’an mempunyai tiga petunjuk bagi manusia:

Pertama, sebagai doktrin yang memberi petunjuk dan pngetahuan tentang

struktur kenyataan dan posisi manusia di dalamnya. Doktrin ini mengandung a) .

petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syari’at. Yang mengatur

kehidupan manusia sehari-hari. b). metafisikan tentang Tuhan , kosmologi

tentang alam semesta dan kehidupan akhirat. c). penjelasan tentang kehidupan

manusia , tentang sejarah dan eksistensi manusia. d). pelajaran yang diperlukan

manusia unt5uk mengetahui siapa dirinya, dimana ia berada dan kemana akan

pergi.

Kedua, berisi petunjuk yang menyerupai sejarah ringkas perjalanan

manusia; mulai dari rakyat biasa, raja-raja, orang suci dan orang-orang yang

membangkang. Walaupun berisi sejarah tetapi ia merupakan petunjuk moral yang

ditujukan kepada jiwa manusia.

Ketiga, al-Qur’an berisi sesuatu yang sulit dijelaskan dalam bahasa

modern, sesuatu yang dalam istilah agama disebut mukjizat. Oleh karena

diturunkan oleh Allah, al-Qur’an mengandung kekuatan , yang menyerupai ‘

azimat’. Ayat-ayatnya seakan memiliki kekuatan magis yang diperlukan sebagai

obat dan penghubur bagi manusia.

1

Page 2: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Salah satu petujuk al-qur’an adalah sebagai dalil “fiqih”. Bersama dengan

hadist Rasul ia menjadi “dalil munsyi’ “ (panduan yang mencipta). Di sebut

demikian, karena keberadaannya tidak memerlukan dalil lain kecuali dirinya

sendiri. Sedangkan dalil selaqin al-Qur’an dan Hadits disebut “ dalil mudlhir”

( dalil yang menyingkap).

Pentingnya penafsiran

Telah disepakati oleh jumhur ulama bahwa al-Qur’an merupakan “ kalam

Allah” yang azali dan abadi. Demikian pula telah disepakati bahwa “Hakikat al-

Quir’an “ bukanlah teks yang tertulis di antara dua sampul Mushaf . Al-Qur’an

adalah Kalam Alah yang tanpa huruf dan tanpa suara.

Kemudian apa bedanya anntara “kalam Allah “ dengan teks kalam Allah.

Pertanyaan ini muncul karena yang dihadapi dalam tafsir adalah “teks tentang al-

Qur’an. Itulah sebabanya maka Teks al-Qur’an disebut sebagai dalil/ tanda/ayat

al-Qur’an.

Dalam sejarah teologi islam telah terjadi perdebatan mengenai masalah ini

antara penganut Muktazilah dan Asy’ariyah . Bagi Muktazilah , kalam Allah

merupakan “makhluq” ciptaan Allah. Sedang menurut Asy’ariyah, kalam Allah

itu abadi sebagai bagian dari sifatNya. Dari perdebatan ini maka disimpulkan

bahwa teks al-Qur’an memiliki dua dimensi: Historis dan Transhistoris. Ia

menjembatani jarak antara Tuhan yang azali dan maha Mutlaq dengan manusia

yang relatif. Tuhan hadir menyapa manusia dibalik hijab kalamNya kemudia

kalam itu menyejarah melalui teks tentang kalamNya.

Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang Maha Mutlaq , kemudian

direkamkan kepada Manusia (Muhammad Saw). Lalu menjilma kedalam lisan

arab yang bersifat budaya. Maka untuk menjamin kebenaran kalam Allah itu,

Nabi Muhammad haruslah Ma’shum dan ummi.

2

Page 3: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Para Teolog sepakat bahwa bahasa wahyu pada mulanya bukanlah bahasa

tulis, tetapi karena harus dikomunikasikan kepada manusia , maka harus

dituangkan ke dalam simbul-huruf yang bisa difahami oleh manusia, berupa teks

yang bersifat historis. Sebuah teks itu pada dasarnya adalah pelembagaan

simbolik dari sebuah wacana, dan sekaligus menjembatani sebuah jarak. Apabila

hal ini dikaitkan dengan al-Qur’an , maka teks al-Qur’an akan menjadi jenbatan

antara Nabi dan para sahabatnya serta generasi muslim dibelakang dengan corak

budaya dan latar belakangnya yang beragam. Oleh karena itu penafsiran

terhadaop al-qur’an mutlaq diperlukan , sebab jika peristiwa wacana itu

dilembagakan kedalam teks, maka banyak aspek fondamentalnya yang hilang.

Al-Qur’an adalah kalam Allah , Sedang teks al-Qur’an yang berbahasa

Arab, yang dijadikan wahananya, pada tataran tertentu adalah termasuk kategori

budaya . Maka konsekuensinya maksud al-Qur’an secara lengkap belum tentu

dapat terekam secara jelas kedalam teks. Untuk itu diperlukan penafsiran.

Lebih dari itu , watak teks al-Qur’an banyak yang bersifat garis besar

(mujmal), ambigu (musytarak), majaz, kinayah dan sebagainya. Hal ini

mendorong dilakukannya penafsiran supaya lebih bisa difahami sesuai dengan

tujuannya. Penafsir yang paling otoritatif adalah Rasulullah Muhammad saw.

Oleh karena itu hadits Nabi dan sunnahnya (termasuk didalamnya adalah asbab

nuzul) memiliki peran sangat penting bagi penefsiran al-Qur’an. Sunnguh-pun

demikian, berhubung al-Qur’an itu bersifat universal dan untuk sepanjang zaman

serta tempat, dan untuk semua bangsa, ( dan pada saat yang sama zaman itu

bersifat dinamis dan tranformatif, yang mengalami perubahan), maka penggunaan

hadits dan sunnah sebagai penafsir haruslah dipahami sesuai dengan konteksnya.

Antara Kandungan Ma’na yang Qath’I dan Dhanni.

Term qoth’I dan dhanni sebenarnya merupakan wacana ushul fiqih.

Istilah yang mirip sebagai wacana tafsir biasanya menggunakan term muhkam

3

Page 4: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

dan mutasyabih. Akan tetapi berhubung istilah qath’I dan dhanni ini merupakan

bagian dari media untuk memahami al-Qur’an, maka tidak ada salahnya untuk

dimasukkan dalam bagian pembahasan al-qur’an.

Istilah qath’I dan dhanni ini masing-masing memiliki dua bagian; yaitu

dari segi kebenaran sumber (tsubut/wurud) dan dari segi kandungan makna

(dilalah). Dari segi kebnaran sumber , telah disepakati bahwa al-qur’an adalah

qath’I al-tsubut. karena diriwayatkan secara muitawatir sejak genarasi awal

hinggi kini, dan tidak ada perdebatan sama sekali. Oleh katrena itu tidak perlu

dibicarakan lebih rinci.

Yang menjadi persoalan adalah dari sisi kandungan maknanya. Meskipun

kebenaran sumber al-Qur’an disepakati sebagai qath’I (pasti), namun dari sisi

kandungan maknanya , lebih banyak yang bersifat dhanni (relatif). Hal ini

disebabkan antara lain oleh karakter al-Qur’an yang bersifat unifersal dan berlaku

untuk sepanjang zaman dan ruang. Serta berlaku uintuk seluruh suku bangsa

disetiap generasi.

Dalam kaitan ini Muhammad Arkoun, seorang pemikir kontemporer dari

al-Jazair, menyatakan : Kitab suci itu (al-Qur’an) mengandung kemungkinan

makna yang tak terbatas. Ia menghadirkan berbagai pemikiran dan penjelasan

pada tingkat dasariyah eksistensi yang absolut. Ia dengan demikian selalu

terbuka , tak pernah tertutup hanya pada satu penafsiran makna.

Senada dengan pemikiran ini , Abdullah Darraz, seorang ulama bersar di

al-Azhar menyatakan: Apabila anda membaca al-Qur’an, makna akan jelas

dihadapan anda, tetapi apabila anda membacanya sekali lagi, maka anda akan

menemukan makna-makna lain yang berbeda dengan makna terdahulu, …..

Semuanya benar . Bagaikan intan yang setiap sudutnya memancarkan cahaya

yang berbeda. Dan tidak mustahil jika anda mempetrsilahkan orang lain

memandangnya , maka dia akan melihat lebih banyak lagi dari apa yang anda

lihat.

4

Page 5: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Dari penjelasan ini , kita dapat memaklumi pendapat yang menyatakan

bahwa setiap Nash atau redaksi mengandung dua dalalah (kandungan makna).

Bagi pengucapnya, redaksi itu hanya mengandung satu arti saja . Hal ini disebut

sebagai dilalah haqiqiyah. Sedang bagi para pendengar atau penbaca, maka

dalalah (kandungan makna) suatu redaksi dalalahnya bersifat relatif, sebab

mereka tidak bisa memastikan maksud pembicara, dan karena pemahaman

mererka selalu dipengaruhi oleh banyak faktor.. Kandungan makna yang kedua ini

disebut sebagai dilalah nisbiyah.

Menurut sebagian ulama,, misalnya Abdul Wahab Khallaf dan kawan-

kawannya, menyatakan bahwa ayat ( atau pernyataan lainnya ) yang Qath’I al-

Dilalah adalah ayat (atau nash lain ) yang menunjuk kepada makna tertentu dan

tidak mengandung kemungkinan ta’wil serta tidak memberi peluang untuk

dipahami selain makna tersebut. Salah satu contoh adalah pernyataan al-Qur’an

dalah surat al-Nur ayat 2

جلدة مائة منهما واحد كل فاجلدوا والزاني الزانيةungkapan seratus kali jilid dalam ayat di atas tidak bisa dipahami lain kecuali

menunjuk kepada jumlah tertentu yaitu seratus.

Sementara al-Syatibi dalam al-Muwafaqat menyatakan bahwa jarang

sekali ada suatu yang pasti dalam dalam dalil-dalil syara’( jika berdiri sendiri-

sendiri ). Dalil syara’ yang memiliki kepastian makna (qath’I al-dilalah) muncul

dari sekumpulan dalil dzanni yang kesemuanya mengandung kemungkinan makna

yang sama. Hal ini akan memberikan kekuatan sehingga dalil tersebut memiliki

kepastian, semacam mutawatir maknawi.

Salah satu contoh adalah pernyataan al-Qur’a, “ الصالة ,misalnya “ أقيموا

maka nash ini tidak pasti menunjuk kepada wajibnya shalat, walaupun redaksinya

berbentuk perintah, sebab banyak ayat yang menggunakan kalimat perintah tetapi

dinilai bukan sebagai perintah wajib. Kepastian makna tentang wajibnya shalat

tersebut datang dari pemahaman terhadap nash-nash lain (yang walaupun

5

Page 6: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

memiliki konteks yang berbeda) yang disepakati meiliki kemungkinan makna

yang sama. Misalnya

a. perintah shalat kepada setiap mukallaf dalam kaadaan apa saja, baik

sakit, sehat, dalam kaadaan damai atau perang

b. adanya dalil yang memuji kepada orang-orang yang menjalankan

shalat

c. adanya dalil yang mengecam dan mengancam mereka yang lalai atau

meninggalkan shalat

d. pengalaman yang diketahu secara turun-temurun sejak zaman Nabi,

sahabat, tabi’in dan seterusnya, yang tidak pernah meninggalkan

shalat.

Kumpulan nash sebagaimana di atas itulah yang memberikan makna

qath’I . Biasanya para ulama menunjuk kepada ijma’. Karena jika mereka

mengambil nash secara parsial (sendiri-sendiri dan terpisah antara nash yang satu

dengan yang lain) akan timbul peluang untuk memunculkan makna lain yang

berbeda.

Satu catatan bahwa suatu nash itu bisa mengandung makna yang pasti

(qath’I) dan makna relatif (dzanni) dalam waktu yang sama . Sal;ah satu contoh

adalah ungkapan ayat 6 al-Maidah

الكعبين إلى وأرجلكم برءوسكم وامسحوا para ulama sepakat bahwa mengusap kepala ketika berwudlu itu wajib, tetapi

mereka berbeda pendapat dalam menetapkan batas –batas yang dibasuh.

Dari penjelasan ini bisa dipahami mengapa terajadi perbedaan dalam penafsiran

dan dalam menetapkan keputusan hukum.

Pembagian Ayat Makiyah dan Madaniyah

Ayat –ayat al-qur’an diturunkan secara berangsur-angser aelama kurun

waktu 23 tahun . Ada yang turun ketikan Nabi masih berada di Makkah, dan ada

6

Page 7: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

yang turun kertika Nabi telah berada di kota Madinah. Perbedaan waktu turun ini

menyebabkan adanya klasifikasi ayat menjadi ayat makkiyah dan ayat

madaniyah.

Ayat yang turun sebelum Nabi berhijrah ke kota Madinah disebut sebagai

ayat Makkiyah. Sedangkan ayat yang turun sesudah Hijrah ke Madinah dinamai

ayat madaniyah, walaupun ayat bersangkutan tidak turun di Madinah; misalnya

ayat yang turrun di Makkah ketiha peristiwa Fathu Makkah dan ketika hajji

wada’.

Ayat makkiyah biasanya membicarakan masalah keimanan dan aqidah.

Sedangkan ayat madaniyah lebih banyak membicarakan masalah hukum (fiqih).

Permbagian seperti ini menyebabkan sebagian ulama’ tidak mau menggunakan

ayat makkiyah sebagai dalil ketentuan hukum (fiqih), padahal dalam kelompok

ayat makkiyah terdapat ayat yang berbicara mengenai hukum. Salah satu

contohnya adalah ayat 141 al- An-am. Surat ini menurut riwayat dari Ibnu Abbas

merupakan kelompok Makkiyah yang turun sekaligus.

والنخل معروشات وغير معروشات جنات أنشأ الذي وهو

متشابه وغير متشابها والرمان والزيتون أكله مختلفا والزرع

ال إنه تسرفوا وال حصاده يوم حقه وءاتوا أثمر إذا ثمره من كلوا

) المسرفين )141يحب

Ayat di atas oleh sebagian ulama’ dijadikan sebagai dalil utama untuk

menjelaskan bahwa kewajiban zakat mencakup semua jenis tanaman. Namun

sebagian ulama yang lain mengabaikan ayat ini sebagai dalil zakat, dengan alasan

karena ia turun sebelum hijrah, padahal kewajiban zakat baru ditentukan ketika

Nabi setelah hijrah ke Madinah.

7

Page 8: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Dari keterangan ini dipahami mengapa diantara para ulama berbeda pendapat

dalam mengambil keputusan. Hal ini tak lain karena dalam penafsiran ada prolem

akibat pembagian ayat makkiyah dan madaniyah.

Sebab Turun (Asbab al-Nuzul)

Ayat-ayat al-qur’an yang turun secara bertahab tersebut ada yang

diturunkan tanpa sebab, misalnya seperti ayat yang memerintahkan shalah,

pembayaran mahar perkaninan dan sebagainya. Tetapi banyak juga ayat-ayat yang

diwahyukan guna menjawab persoalan kongkrit yang dihadapi masyarakat.

Misalnya dalam perang uhud, seorang sahabat Syahid (bernama Sa’ad ibn Rabi’)

meninggalkan seorang istri dan dua anak perempuan serta sejumlah harta.

Beberapa waktu setelah peristiwa ini, saudara laki-laki Sa’ad datang mengambil

kekayaan Saad. Sesuai dengan adat Jahiliyah , janda Sa’ad dan anak-anaknya

tidak memperoleh bagian apapun.. Oleh karena itu Janda Sa’;ad melaporkan

peroistiwa itu kepada Nabi. Rasulullah kemudian bersabda : Tungguilah Allah

pasti akan menurunkan wahyu untuk menyelesaikan masalah anda. Maka

turunlah ayat 11-12 surat al-Nisa’ yang menjeladskan hak waris anak, orang tuan,

suami dan istri. Peristiwa yang berhubungan dengan pewahyuan suatu ayat ini

populer dengan sebutan asbab al-nuzul.

Dari penjelas di atas terkesan bahwa ada ayat yang memiliki sebab nuzul

dan sebagian ayat ada yang tidak memiliki sebab nuzul. Pendapat dan kesan

seperti ini oleh sebnagian ulama, terutama kalangan kontemporer. tidak

disepakati. Kelompok yang terahir ini berpendapat bahwa langsung atau tidak ,

ayat al-qur’an itu pasti diturunkan untuk menghadapi kehidupan, jalam pikiran,

tradisi masyarakat waktu itu, dan realitas sosial yang ada. Pendapat yang kedua ini

agaknya ingin meletakkan al-qur’an dalam setting yang lebih luas, yaitru adat

istiadat dan kehidupan sosial masyarakat Arab zaman Nabi. Jadi al-qur’an turun

tidak dalam kevakuman, tetapi dal;am konteks yang riil. Mengikuti jalan pikiran

kedua ini , maka dengan memperhatikan latar belakang sosial budaya masyarakat

Arab waktu itu, akan diperoleh pemahaman tentang illat atau hikmah yang tersirat

8

Page 9: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

dari suatu ayat. Dengan demikian akan membatu para ulama’ dalam menerapkan

ajarannya secara kontektual. Bahkan ada kemungkinan dilakukannya perubahan

ketentuan formal , jika sekiranya aturan tersebut sudak tidak sesuai lagi dengan

illat dan hikmah yang ingi dicapai oleh ayat tersebut.

Nasih Mansukh serta Ayat yang Menerangkan dan Ayat yang di Terangkan

Diturunkannya al-qur’an secara bertahab menyebabkan adanya perbedaan

waktu turun. Hal ini menuntut perlunya pengetahuan tentang mana ayat yang

turun pertama dan mana ayat yang turun kemudian (belakangan). Mana ayat yang

diterangkan dan mana ayat yang menerangkan.

Menurut sebagain ulama pengetahuan tentang tertib turunnya ayat ini

penting karena diperlukan sebagai dasar menentukan mana ayat yang nasikh dan

mana ayat yang mansukh. Tetapi menurut sebagian ulama’ lainnya, pengetahuan

tentang tertib turunnya ayat ini diperlukan bukan untuk kepentingan pembatalan,

nemun untuk kepentingan mana ayat yang diterangkan dan mana ayat yang

menerangkan.

Term nasikh-mansukh ini diperdebatkan oleh kalangan ulama. Sebagain

menyatakan bahwa dalam al-qur’an terdapat ayat yang dinaskh hukumnya.

Pendapat ini mengambil dalil ayat beriku :

أن تعلم ألم مثلها أو منها بخير نأت ننسها أو ءاية من ننسخ ما

) قدير شيء كل على البقرة)106اللهSementara sebagian ulama yang menolak adanya nasih-mansukh dalam al-Qur’an

menyatakan bahwa pembatalan hukum Allah akan menimbulkan satu dari dua

kemustahilan-Nya, yaitu a) ketidaktahuan sehingga Dia perlu mengganti hukuim

yang lain; b)kesia-siaan. Hal ini mestahil bagi Allah, sebab dalam al-qur’an tidak

ada kebatilan sama sekali . Firman Allah dalam surat Fusshilat

9

Page 10: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

) حميد حكيم من تنزيل خلفه من وال يديه بين من الباطل يأتيه ال42(

Secara etimologi, makna nasakha bisa berarti pembatalan, penghapusan,

pemindahan dari satu wadah ke wadah lain, pengubahan , pembatasan, dan

penulisan. Sedangkan secara terminologi pengertian Naskh adalah sebagai

berikut:

Bagi Ulama’ Mutaqaddimin (yang hidup pada abad I-3 H) mendefinisikan

sebagai beriku::

a) pembatalah hukum yang ditretaplkan terdahulu oleh hukum yang datang

kemudian;

b) pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang bersifat khusus

yang datang kemudian;

c) penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat samar ;

d) penetapan syarat terhadap hukum terdahulu oleh penjelasan yang datang

kemdian.

Definisi ini kemudian dipersrempit oleh ulama Muta’akhirin hanya

menyangkut pembatalah hukum yang datang terdahulu oleh hukum yang datang

kemudian.

Untuk menjembatani antara dua pendapat ektrin antara yang menolak

dengan yang menerima nasih mansukh, terdapat pendapat yang moderat. Merreka

berpendapat memang terdapat naskh dalam al-Qur’an, tetapi pengertiannya yang

dipahami adalah pemindahan dari satu wadah ke wadah yang lain. Artinya bahwa

semua ayat al-qur’an tetap berlaku, karena tidak ada kontradeksi. Yang ada

hanyalah penggantian hukum bagi madsyarakat atau orang tertentu karena

perbedaan kondisi. Maka ayat hukum yang tidak berlaku bagi masyarakat tertentu,

akan tetap berlaku bagi masyarakat lain yang kondisinya sama dengan masyarakat

semula. Jadi semua ayat tetap berlaku sesuai dengan koteks masing-masing.

10

Page 11: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Salah satu ayat yang bisa dijadikan contoh adalah tentang pemberlakuan

larangan hamer.

للناس ومنافع كبير إثم فيهما قل والميسر الخمر عن يسألونك

..… البقرة نفعهما من أكبر 219وإثمهما

ما تعلموا حتى سكارى وأنتم الصالة تقربوا ال ءامنوا الذين ياأيها

النساء…. 43تقولون

رجس واألزالم واألنصاب والميسر الخمر إنما ءامنوا الذين ياأيها

) تفلحون لعلكم فاجتنبوه الشيطان عمل المائدة) 90منAyat –ayat ini menurut pendapat yang tetahir tadi semuanya berlaku pada

konteksnya masing-masing. Namun menurut pendapat yang setuju adanya saakh,

maka ayat yang berlaku hukumnya hanyalah ayat yang tetahir.

Al-Qur’an Sebagai Dalil Fiqih

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa salah satu petunjuk al-qur’an al-

qur’an adalah sebagai dalil (panduan) dibidang fiqih. Bersama dengan sunnah

Rasul, al-qur’an disebut sebagai dalil munsyi’(dalil yang mencipta). Disebut

demikian kartena keberadaannya sebagai dalil tidak tergantung pada dalil yang

lain, selain dirinya sendiri. Berbeda dengan dalil lain , seperti qiyas istihsan dll,

dalil –dalil yang kedua ini keberadaannya tergantung kepada dalil al-qur’an damn

sunnah Rasul. Oleh karena itu disebut sebagai dalil mudhhir (dalil turunan / dalil

yang menyingkap)

Para ulama sepakat bahwa tidak semua ayat al-qur’an bisa digunakan

sebagai dalil fiqih. Jadi ada ayat hukum dan ayat non hukum. Dalam kaitannya

dengan pembahasan ini perlu diingat bahwa walaupun pembagian ayat ahkam dan

bukan ayat hukum ditemukan (diisyaratkan) dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat

7 :

11

Page 12: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

منه الكتاب عليك أنزل الذي محكمات هو الكتاب ءايات أم هن

تشابه ما فيتبعون زيغ قلوبهم في الذين فأما متشابهات وأخر

الله إال تأويله يعلم وما تأويله وابتغاء الفتنة ابتغاء منه

يذكر وما ربنا عند من كل به ءامنا يقولون العلم في والراسخون

) األلباب أولو )7إال

tetapi pembagiannya secara jelas tidak ditemukan dalam al-Qur/an ataupun

sunnah Rasul Oleh karena itu pembagian secara rinci mengenai ayat ahkam

merupakan upaya ijtihad para ulama’. Hal ni terbukti dengan adanya ketidak

sepakatan diantara mereka . Imam al-Ghazali menyatakan bahwa ayat ahkam

hanya sekitar 500 ayat. Sedangkan bagi Abdul Wahab Khallah jumlah ayat hukum

hanya sekitar 368 ayat.

Dalam surat al-Baqarah misalnya para ulama berbeda dalam menentukan

jumlah ayat hukum. Al-Jasshas (pengikut madzhab Hanafi w. th 370 H)

menyatakan bahwa jumlah ayat hukum dalam surat al-Baqarah terdapat 140 ayat.

Sementara Ibnu al-Arabi (pengikut madzhab Maliki w. th. 543 H) menyatakan

bahwa jumlah ayat hukum dalam surat al-baqarah terdapat 86 ayat.Dibawah ini

ada dua ayat yang secara konkrit bisa dijadikan bukti perbedaan penentuan.

وأرنا لك مسلمة أمة ذريتنا ومن لك مسلمين واجعلنا ربنا

) الرحيم التواب أنت إنك علينا وتب البقرة) 128مناسكناتعبدون ما لبنيه قال إذ الموت يعقوب حضر إذ شهداء كنتم أم

وإسماعيل إبراهيم ءابائك وإله إلهك نعبد قالوا بعدي من

) مسلمون له ونحن واحدا إلها البقرة)133وإسحاق

12

Page 13: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Kedua ayat pada surat al-baqarah di atas menurut al-Jasshas sebagai ayat

hukum, sedang menurut Ibnu al-Arabi , bukan sebagai ayat hukum. Hal ini

menjadi bukti bahwa penentuan ayat hukum akan sangat bergantung kepada

kemampuan dan kapasitas para mujtahid. Jadi pembagian ayat hukum dengan ayat

bukan hukum merupakan produk dari penafsiran para mujtahid. Yang menjadi

pertanyaan adalah apa dasar atau keriterian yang dijadikan ukuran oleh para

ulama’ untuk menentukan sutu ayat sebagai kelompok ayat hukum. Mengapa

dalam hal ini terjadi perbedaan.

Pengantar Kuliah Pada

STAI Qomaruddin

13

Page 14: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

PENGANTAR STUDI HADITS

Oleh; M. Nawawi

Dari berbagai definisi tentang hadits Nabi saw, dapat disimpulkan bahwa

hadits Nabi / hadits Rasul adalah penuturan (periwayatan verbal ) sahabat

tentang Rasulullah, baik mengenai perkataan, perbuatan, atau taqrirnya, bahkan

juga tentang sifat-sifatnya.

Jika kata-kata yang digunakan para sahabat itu merupakan redaksi yang

digunakan Nabi, maka dinamakan penuturan dengan makna (riwayat bi al-lafdzi).

Apabila yang dituturkan itu merupakan kata-kata (misalnya pidato) Nabi, maka

boleh jadi penuturan itu persis kata-kata Nabi, Akan tetapi bisa juga penuturan

sahabat itu menggunakan redaksi atau kalimat sahabat sendiri. Penuturan dengan

cara yang terahir ini dinamakan riwayat bi al-makna (meskipun yang dituturkan

sahabat itu bersumber dari qawlun Nabi).

Selanjutnya jika penuturan sahabat tentang perbuatan, taqrir, kebiasaan

dan sifat-sifat Nabi, maka tentu periwayatan ini merupakana riwayat bi al-

makna., karena para sahabat menceritakan hasil penyaksian /pandangan mata

tentang sikap dan perbuatan Rasulullah.

Secara umum istilah hadits nabi dengan istilah sunnah Nabi itu identik,

tetapi untuk kepentingan fiqih, sebagian ulama ada yang membedakan. Sebagian

ulama membedakan antara sunnah Rasul dan hadits Rasul. Sunnah adalah

perbuatan/Sikap Nabi yang memiliki nilai hukum, atau dalam ungkapan lain

sunnah adalah prbuatan/sikap Nabi yang dapat digunakan sebagai dalil hukum

(termasuk yang tidak dituturkan secara verbal). Sedangkan hadits merupakan

keseluruhan periwayatan (verbal) tetang Nabi (Rasul), baik yang bernilai hukum

maupun tidak.

14

Page 15: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Perbedaan ini menurut mereka memiliki arti sangat penting , karena

sunnah Nabi (terutama yang bersumber dari perbuatan dan sikap Nabi) ,

disamping ada yang diriwayatakan dengan kata-kata, ada juga yang diriwatkan

dengan perbuatan sahabat. Maksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan

langsung perbuatan/sikap Rasul, kemudian dilanjutkan para tabi’in, tanpa ada

penjelasan verbal bahwa amal itu sumbernya dari Nabi.

Periwayatan dengan perbuatan (tanpa ada penjelsan kata-kata) pada masa

sahabat dan tabi’in merupakan sesuatu yang sangat mungkin, sebab jarak antara

Nabi dengan generasi sahabat dan tabi’in masih sangat dekat. Sebagai sahabat,

mereka sangat memahami pribadi Rasul, mereka telah melakukan penyerapan

nilai-nilai dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi. Oleh karena itu maka prilaku

sahabat dapat dinyatakan sebagai cerminan sunnah Nabi. Akan tetapi lama

kelamaan sesudah berselang dua generasi , periwayatan melalui perbuatan (tanpa

riwayat verbal) ini pertanggungjawabannya sulit dilakukan, karena dihawatirkan

terjadia pergeseran orisinalitas / keaslian sunnah . Oleh karena itu maka sejak

generasi ketiga (tabi’-tabi’in) terdapat ulama’ yang menetapkan bahwa setiap

amal/tradisi yang dinyatakan sebagai sunnah Nabi harus dudukung dengan

periwayatan verbal (hadits). Praktik / amaliyah yang tidak didukung penuturan

verbal (hadits) , tidak dapat diterima sebagai sunnah Rasul. (dan maksimal

dianggap sebagai hasil ijtihat para sahabat atau tabi’in). Sejak saat ini sunnah

amaliyah selalu dikaitkan secara ketat dengan hadits, sehingga ahirnya sunnah

nabi menjadi identik dengan hadits Nabi.

Pembagian Hadits Qawli dan Fi’li

Sebagaimana diterangkan di atas bahwa hadits Nabi itu ada yang bersifat

qawli dan fi’li. Hadits qawli adalah penuturan tentang semua ucapan, seperti

perintah, larangan atau pidato Rasul dalam berbagai kesempatan, yang

berhubungan dengan tasyri’ (legislasi). Misalnya :

15

Page 16: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

قال الرزاق عبد أخبرنا قال الحنظلي إبراهيم بن إسحاق حدثنا

يقول هريرة أبا سمع أنه منبه بن همام عن معمر قال أخبرنا

حتى أحدث من صالة تقبل ال وسلم عليه الله صلى الله رسول

فساء يتوضأ قال هريرة أبا يا الحدث ما حضرموت من رجل قال

البخاري – اخرجه ضراط أو

Surat-surat beliau , baik surat perjanjian (misalnya Piagam Madinah atau

Hudaibiyah); atau surat-surat yang beliau tulis untuk para gubernurnya di daerah

dan surat-surat lainnya, juga dianggap sebagai hadits qawli.

Sedang hadits fi’li adalah penuturan para sahabat tentang semua perbuatan

Rasulullah yang ada hubungannya dengan tasyri’, misalnya cara beliau shalat,

cara berwudhu’ dan sebagainya. Termasuk kategori hadits fi’li adalah isyarat

beliau yang tidak diikuti kata-kata. Demikian pula sikap keengganan beliau

melakukan sesuatu.. Salah satu contohnya :

عن أسلم بن زيد عن سفيان حدثنا قال يوسف بن محمد حدثنا

عباس ابن عن يسار بن عليه عطاء الله صلى النبي توضأ قال

مرة مرة البخاري- وسلم اخرجهحدثنا قال محمد بن يونس حدثنا قال عيسى بن حسين حدثنا

عن حزم بن عمرو بن بكر أبي بن الله عبد عن سليمان بن فليح

زيد بن الله عبد عن تميم بن عليه عباد الله صلى النبي أن

مرتين مرتين توضأ البخاري- وسلم الخرجه

Para ulama’ sepakat bahwa hadits qawli meiliki nilai penuh sebagai dalil,

artinya diamalkan sesuai dengan isi kandungan yang dimaksud.

16

Page 17: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Sedangkan mengenai hadits fi’li , oleh para ulama dibedakan menjadi du

kelompok. Pertama, hadits fi’li yang merupakan penjelasan ayat al-qur’an atau

hadits qawli.. Kedua , hadits fi’li yang bukan merupakan penjelasan terhadap ayat

al-qur’an atau hadits qawli., seperti cara beliau berjalan (agak membungkuk dan

cepat), model rambut beliau yang agak panjang, jenis baju dan tutup kepala yang

dikenakan dll..

Terhadap hadits fi’li kelompok pertama , pada prinsipnya para ulama

sepakat bahwa hukum perbuatan itu sesuai dengan isi kandungan al-qur’an atau

hadits qawlinya. Tetapi dalam praktik ternyata tetap terjadi perselisihan pendapat

di kalangan sahabat dan ulama, karena perbedaan penilaian atau karena perbuatan

itu dilakukan secara berulang-ulang dan ada perbedaan. Misalnya cara Nabi

Shalat adalah merupakan penjelasan dari hadits qawli :

أصل رأيتموني كما صلوا

Rasulullah shalat setiap hari berkali-kali melaksanakan shalat, baik fardlu

maupun sunnat, selama bertahun-tahun. Kadang-kadang beliau mengangkat

tangan (ketika takbir) sejajar dengan daun telinga, tetapi kadang pula mngangkat

tangan sejajar dengan dada. Sekali tempo Rasul membaca basmalah dengan

memelankan bacaan basmalah, tetapi kadang menjaherkan (mengeraskan)

basmalah. Perbedaan ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pendapat di

kalangan para ulama, praktik mana yang harus diikuti. Ada yang berpendapat

bahwa terjadi nasih mansukh, sehingga yang mansukh tidak boleh dikerjakan lagi.

Tetapi ada yang berpendapat bahwa semua contoh Nabi (dengan segala perbedaan

yang ada) boleh dikerjakan mana suka.

Dalam surat al-ma’idah : 6 telah dijelaskan mana saja anggota badan yang

mesti dibasuh dalam berwudlu’. Kemudian Rasulullah menjelaskan dengan

tuntunan kongkritnya melalui contoh perbuatan. Berhubung perbuatan wudlu

yang dilakukan Rasul ini terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun, dan ada

17

Page 18: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

perbedaan , maka dikalangan para ulama’ terjadi perbedaan pendapat. Dalam surat

al-maidah : 6 telah disebut bahwa orang yang berwudlu harus mengusap

kepalanya, Dalam hal ini Rasulullah kadang mengusap seluruh kepala, tetapi

sering pula hanya mengusap umbun-umbunnya. Nah mana contoh Rasul yang

lebih afdhal dijadikan penjelas al-qur’an.

Sedangkan untuk hadits fi’li kelompok kedua, di kalangan para ulama

terjadi perbedaan pendapat. Sebagian ulama ada yang menganggapnya bernilai

sunnat, ada yang menganggapnya bernilai mubah. Bahkan ada yang

menganggapnya bernilai wajib, sehingga mesti diikuti. Misalnya makan sepiring

secara rame-rame, ada yang menganggapnya sunnat dan ada pula yang menilai

mubah.

Otoritas Hadits Nabi

Islam sebagai ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw adalah

bersumber kepada wahyu Allah, yang terbagi atas wahyu yang terbaca (matluw)

dan wahyu yang tak terbaca (ghairu matluw). Wahyu yang terbaca dituangkan

dalam al-Qur’an al-Karim yang bersifat universal. Oleh sebab itu maka

pernyataan dan redaksinya banyak yang bersifat garis besar, sebagai ketentuan

dasar yang pokok dan berupa prinsip-perinsip. Itulah sebabnya maka ajaran ini

berlaku sepanjang masa sesuai dengan situasi dan kondisi zaman yang dihadapi.

Sebagai ajaran dasar yang berbentuk prinsip-prinsip, bahasa dan redaksi

yang dipilihnya banyak yang bersifat mujmal. musykil, khafi, am, mutlaq, atau

mitasyabih, yang masih memerlukan pejelasan , rincian dan contoh pelaksanaan.

Penjelasan lebih rinci terhadap ajaran pokok yang tertuang dalam al-Qur’an ini

yang paling otoritatif adalah oleh Syari (Allah) sendiri melalui wahyu juga, baik

yang terbaca atau tidak terbaca (ghoiru matluw) , yang disampaikan oleh utusan

Syari’ (Rasulullah).

18

Page 19: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Dalam Surat al-Ahzab ayat 21 ditegaskan bahwa kaum muslimin

diperintah menjadikan Rasul sebagai teladan. Al-Qur’an juga meminta Rasul agar

memutuskan persoalan kaum muslimun berdasar wahyu. Dengan demikian maka

jelas bahwa otoritas legislasi Islam adalah al-Qur’an. Akan tetapi meski demikian,

al-Qur’an juga menyatakan bahwa Rasul (Nabi) bertugas sebagai penafsir al-

Qur’an, mengumumkan wahyu, memberi pendidikan moral, mengajarkan al-

Qur’an dan hukmah (kearifan). Bahkan lebih dari itu, al-Quran menegaskan

bahwa kepatuhan kepada Rasul merupakan suatu kewajiban dan bukti keimanan.

Atas dasar penjelasan al-Qur’an ini maka dapat disimpulkan bahwa Rasul dengan

petunjuk-petunjuknya, bukan hanya penting bagi kaum muslimin, tetapi juga

sangat berarti bagi al-Qur”an sendiri. Tanpa petunjuk Rasul, al-Quran hampir

tidak dapat berbunyi dan tidak dapat dipraktikkan secara efektif. Itulah sebabnya

maka ketaatan kepada Rasul memiliki nilai sebanding dengan ketaatan kepada

Allah. Oleh karena itulah ummat islam sejak periode awwal, secara praktis telah

sepakat menerima dan mematuhi ajaran dan petunjuk Rasul.

Dari kenyataan sebagaimana diterangkan di atas, bahwa fungsi petunjuk

Rasul ( yang secara verbal dituturkan melalui hadits Nabi) menentukan dan

menjelaskan al-Qur’an, maka berarti al-Qur’an lebih bergantung kepada petunjuk

Rasul dari pada sebaliknya. Maka atas dasar penjelasan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa hadits Nabi ( sebagai laporan verbal tentang penjelasan ,

petunjuk dan perilaku Nabi) secara konseptual dan garis besar merupakan hujjah

yang memiliki otoritas untuk digunakan sebagai dalil dan pedoman hidup.

Pertanyaan yang mungkin muncul kemudian ialah apakah semua hadits

sebagai penuturan sahabat tentang Nabi itu memiliki otoritas yang mengikat kaum

muslimin, padahal hadits Nabi itu ada yang berkaitan dengan gambaran fisik Nabi

dan pada saat yang sama Nabi itu memiliki kapasitas yang beragam,; misalnya

sebagai suami, ayah , panglima perang, bahkan sebagai seorang manusia (basyar).

Untuk menjawab problimatika ini sebagian ulama mengklasifikasikan hadits

menjadu dua bagian sebagai berikut :

19

Page 20: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

1. Hadits Tasyri yaitu hadits-hadits yang bersifat sebagai penetapan ajaran

agama yang wajib ditaati

2. Hadits irsyadi, yaitu hadits –hadits yang bersifat bukan sebagai penetapan

ajaran agama, boleh ditiru sebagai anjuran.

Dengan kata lain hadits tasyri’ adalah hadits-hadits yang bersumber dari

kerasulan Muhammad saw. sedang hadits irsyadi adalah hadits yang bersumber

dari basyariyah Muhammad. Sebagai gambaran konkrit adalah pendapat Rasul

tentang tawanan Badar, mengawinkan bunga kurma, model pakaian dan masalah

pengetahuan tehnik duniawi lainnya.

Hubungan al-hadits Dengan al-Qur’an

Berbicara mengenai hubungan hadits dengan al-qur’an, paling tidak ada

dua hal yang mesti diperhatikan; yaitu fungsi hadits terhadap al-qur’an, dan

Hadits sebagai penafsir al-qur’an.

Fungsi hadits terhadap al-qur’an terbagi kedalam dua bidang; yaitu bidang

fiqih dan di luar fiqih. Untuk bidang fiqih hadits berfungsi :

1. konfirmatif / ta’kid. Fungsi yang pertama ini sifatnya hanya bersifat

penegasan kembali atas pelbagai ketentuan yang telah disinggung al-

qur’an.

2. Tafsil, semacam petunjuk pelaksanaan dan tehnisnya. Dalam kaitannya

dengan fungsi ini hadits Nabi biasanya hadir sebagai pentafsil ketentuan

yang mujmal, mentakhsis ayat-ayat yang “am (termasuk mengcualikan

beberapa ke umuman ayat), mentaqyid (membatasi) ketentuan yang

mutlak, dan sebagainya

3. Tasyri’, semacam ketentuan tambahan. Dalam hal ini hadits bisa

menambah hukum-hukum baru yang belum disebut dalam al-qur’an. Salah

satu contohnya antara lain mengenai jenis makanan (hewan) yang haram

20

Page 21: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

dikonsumsi. Dalam surat al-Baqarah dan surat al-Ma’idah telah secara

gamblang dinyatakan jenis makanan yang diharamkan, tetapi dalam hadits

Nabi ada ketentuan tambahan beberapa jenis binatang. Misalnya binatang

buas . Perhatikan ayat dan hadits berikut:

به ه الل لغير lهل أ وما الخنزير lولحم lوالدم lالميتة lمl عليك مت حlر

ما إال lعl ب الس أكل وما lطيحة والن lترديةlوالم lوذةlوالموق lنخنقةlوالم

صlب الن على ذlبح وما lم يت فسق ذك lم ذلك باألزالم تستقسمlوا وأن

اليوم واخشون تخشوهlم فال lم دينك من وا lكفر ذين ال يئس اليوم

اإلسالم lمl لك lورضيت نعمتي lم عليك lوأتممت lم دينك lم لك lأكملت

غفlور ه الل فإن إلثم مlتجانف غير مخمصة في اضطlر فمن دينا

المائدة) 3رحيم(

ه الل لغير به lهل أ وما الخنزير ولحم والدم الميتة lمl عليك م حر ما إن

) رحيم غفlور ه الل إن عليه إثم فال عاد وال باغ غير اضطlر فمنالبقرة)173

عن شعبة حدثنا أبي حدثنا العنبري معاذ بن الله عبيد حدثنا

عباس ابن عن مهران بن ميمون عن رسول الحكم نهى قال

كل وعن السباع من ناب ذي كل عن وسلم عليه الله صلى الله

الطير من مخلب بن ذي سهل حدثنا الشاعر بن حجاج حدثني و

- مسلم رواه مثله اإلسناد بهذا شعبة حدثنا حماد

Jumhur ulama sepakat terhadap ketiga fungsi tersebut, namun dalam

praktik mereka berbeda pendapat. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut:

21

Page 22: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

1. perbedaan dalam menetapkan apakah suatu ayat memang memerlukan

penjelasan atau tidak. Sebagian ulama berpendapat bahwa suatu ayat

sudah cukup jelas, dan karena itu tidak memerlukan penjelasan. Sedang

ulama lain menganggap sutu ayat tersebut masih belum jelas . karena itu

memerlukan penjelasan, maka harus dipadu dengan hadits. Salah satu

contohnya adalah ayat dalam al-Baqarah dan dan al-Maidah di atas.

Menurut madzhab Maliki ayat di atas cukup jelas dan tidak perlu di

jelaskan lagi. Maka semua hewan selain yang disebut dalam ayat di atas

hukumnya halal. Ulama Syafi’I menganggap ayat di atas memang cukup

jelas, tetapi masih boleh ditambah. Oleh karena itu keterangan hadits Nabi

yang melarang mengkonsumsi binatang buas menjadi ketentuan tambahan

yang harus dipatuhi. Bagi Madzhab Maliki, ketentuan hadits tidak bisa

mengalahkan al-Qur’an, karena itu maka larangan Nabi maksimal

hanyalah Makruh.

2. Perbedaan dalam menentukan hadits mana yang menjadi penjelas.

Maksudnya jika para ulama telah sepakat bahwa suatu ayat memerlukan

penjelasan , maka dalam menentukan hadits mana yang dijadikan

penjelasan, belum tentu terjadi kesepakatan. Salah satu contohnya adalah

tentang mengusap kepala ketika berwudlu. Mereka sepakat bahwa ayat

ini memerlukan penjelasan, tetapi ternyata mereka berbeda pendapat.

Sebagian menyatakan bahwa bagian kepala yang harus diusap adalah

keseluruhan, sedang lainnya hanya menetapkan sebagain kepala saja.

Keduanya sama-sama berdasar hadits Nabi.

3. Perbedaan dalam menilai kualitas suatu hadits (maqbul atai tidaknya),

sehingga ada hadits yang oleh sebagian ulama’ dinyatakan memenuhi

syarat untuk diamalkan, sedang menurut ulama lainnya dinyatakan belum

memenuhi syarat, karena itu, maka hadist tersebut diperselisihkan

pengamalannya. Contohnya antara lain adalah hadits tentang qunut subuh.

22

Page 23: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Sedangkan mengenai fungsi hadits diluar fiqih para ulama tidak

memberikan keterangan yang tegas dan jelas. Di dalam ilmu Kalam

dikembangkan pendapat bahwa nash hadits yang bisa dijadikan dalil aqidah

adalah yang bersifat qothi al-wurud., karena memiliki kekuatan mengikat. Dengan

demikian hadits ahad tidak bisa digunakan sebagai dalil persoalan aqidah. Akan

tetapi jika sekiranya digunakan, maka tidak disalahkan.

Demikian pula hadits yang berkaitan dengan pengetahuan tehnis (misalnya

tentang tehnonologi atau kedokteran), Hadist hadits tentang persoalan tehnis ini

tidak mengikat, sebab kondisi zaman Nabi dengan perkembangan kaum muslimin

tidak otomatis sama. . Namun begitu jika dicoba untuk digunakan (diamalkan)

juga tidak disalahkan.

Tentang fungsi hadits sebagai tafsir al-Qur’an dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Para ulama cenderung melihat al-qur’an sebagai satu kesatuan, dan hadits

sebagai suatu kesatuan pula . Maksudnya ayat al-qur’an itu bisa ditafsiri

oleh hadits mana saja yang cocok, tanpa memperhatikan waktu turunnya..

Para ulama cenderung merasa tidak penting memperhatikan dan

menjelaskan apakah hadits yang digunakan menafsirkan ayat itu

diucapkan (dilakukan) nabi setelah turunnya ayat bersangkutan atau

sebelumnya.. Dengan kata lain para ulama tidak keberatan menggunakan

hadits yang lebih awal dari turunnya ayat. Contohnya antara lain tentang

hukuman zina mukhson

2. Semua ulama sepakat bahwa keberadaan hadits (karena dzanni al-wurud)

lebih rendah dibawah al-qur’an (qath’I al-wurud). Sungguhmpun

demikian sebagian ulama dibawah kepeloporan Imam al-Syafi’I,

berpendapat bahwa sunnah (hadita) tidak boleh dinaskh oleh al-qur’an.

Sekiranya sebuah sunnah Rasul dinaskh oleh al-qur’an, maka (menurut al-

Syafi’I ) harus ada sunnah baru yang berfungsi menjelaskan ayat tersebut.

23

Page 24: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Dengan demikian , maka sunnah baru inilah yang menasakh sunnah yang

lama. Contohnya adalah perpindahan qiblat dari masjid al-Aqsha ke

masjid al-Haram. Dengan alasan ini Imam al-Syafii menentang

penasekhan hadits-hadits tentang rajam dengan ayat والزاني . … الزانية

Sekiranya hukuman rajam dihapus tentu ada pratik atau penjelasan Rasul.

Selama tidak keterangan apapun dari Nabi, maka hadits tidak bisa

dinasekh oleh al-qur’an.

Otentisitas Hadits Nabi

Sekiranya hadits Nabi telah tertulis secara sistematis pada zaman Nabi

tentu persoalannya tidak sekompleks yang kita rasakan. Sebenarnya tidak sedikit

para sahabat yang telah menulis hadits , namun sifatnya hanya untuk kepentingan

pribadi. Periwayatan hadits pada umumnya (saat itu) dilakukan melalui hafalan

dan ingatan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor :

a. bahan untuk keperluan tulis menulis sangat langka. Mushaf yang ditulis pada

masa Utsman saja hanya terdiri dari empat copy. Untuk itu menulis hadits

yang jumlahnya sanghat banyak tentu mengalami banyak hambatan.

b. Orang yang memiliki kemampuan baca-tulis amat sedikit sehingga

dihawatirkan terjadi percampuran dengan al-qur’an

c. Tradisi saat itu memngharuskan orang melakukan periwayatan dengan lisan,

Periwayatan dengan cara yang tidak lazim (misalnya dengan tulisan ) akan

dinilai kurang sempurna;

d. Pendokumentasian al-qur’an dipandang lebih mendesak di banding hadits

Pembukuan hadits secara resmi baru dilakukan pada abad II H. pada masa

pemerintahan Umar bin Abd Aziz (99-101 H) Namun penulisan secara sistematis

dan secara besatr-besaran baru terjadi pada abad III H. Di antara tokohnya adalah

Imam Bukhari ( 194 – 256 H) dan Imam Muslim ( w.261 H) Penilisan ini

dianggap selesai pada ahir abad IV H.

24

Page 25: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Oleh karena jarak antara masa Rasul dengan masa penulisan secara resmi

dan massal , relatif jauh , maka peran sanad (mata rantai perawi) yang

menghubungkan dengan para penulis hadits secara resmi (mukharrij), menempati

posisi yang amat penting. Karena itu harus menjadi perhatian serius. Dilihat dari

sudut ilmu sejarah , sanad dalam hal ini berfungsi sebagai sumber sejarah. Para

sahabat Nabi sebagai perowi pertama merupakan sumber primer, sedang para

prerawi generasi berikutnya merupakan sumber skunder. Keabsahan suatu hadits

tergantung kepada validitas dan kebenaran sumber tersebut. Oleh karena

demikian pentingnya kedudukan sanad hadits , maka ia disebut sebagai نصف Separuh lainnya terletak pada kebenaran. الدين matan hadits. Kritik terhadap

sanad disebut sebagai kritik eksternal, الخارجي sedang kritik matan disebut النقد

dengan istilah kritik internal. الداخلي . النقد Sebuah berita, khabar, atau

periwayatan yang dinyatakan sebagai hadits Nabi harus memiliki sanad, tanpa

sanad maka khabar itu tidak bisa disebut sebagai hadits Nabi.

Dari segi kuantitas sanad , hadits dibedakan menjadi mutawatir dan ahad

(masyhur, aziz dan gharib). Hadit mutawatir ialah hadits yang diriwayatkan orang

banyak mulai pada thabaqat (generasi) pertama sampai pada para Mukharrij,

sehingga bisa dijakini bahwa periwayatan itu tidak mungkin bohong. Maka oleh

karena kekuatan (kebenaran) sumber (sanad) nya, hadits mutawatir disejajarkan

dengan al-quran sebagai dalil yang qath’I al-wurud. Dengan persyaratan sanad

yang cukup ketat tersebut diyakini , bahwa jumlah hadits mutawatir hanya sedikit.

Sedang hadits ahad adalah hadits yang sebagian atau keselutuhan sanadnya

belum mencapai jumlah mutawatir. Karena itu masik mungkin mengandung

kekliruan. Dan keberadaannya dinamakan dzanni al-wurud. Artinya kuat dugaan

berasal dari Rasul , namun tetap ada kemungkinan mengandung kekeliruan. Oleh

karena itu penelitian terhadap sanad dan rawi hadits menjadi amat penting.

Dari segi kualitas, kebenaran hadits mutawatir tidak perlu diragukan lagi.

Sedangkan hadits ahad dibedakan kedalam hadits shahih, hasan dan dha’if. Para

25

Page 26: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

ulama berpendapat bahwa hadits sahih dan hasan bisa dijadikan dalil bidang

hukum. Sedangkan hadits yang dhaif, menurut sebagain ulama , masih bisa

ditolerir penggunaannya (hususnya di bidang keutamaan amal) dengan beberapa

syarat: 1). Tidak terlalu lemah, yakni tidak sampai pada tingkat mungkar atau

maudlu’; 2) memiliki beberapa jalur sanad, sehingga walaupun kesemuanya dhaif,

dianggap saling memperkuat; 3) masalah yang diatur oleh hadits tersebut bukan

masalah pokok, tapi masalah perbuatan sunnat atau makruh ( Fadlo’il al-a’mal).

Dalam kaitannya dengan keabsahan suatu hadits (yang berstatus ahad) perlu

digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut :

1. Kaidah ketentuan kualitas hadits (shahih, hasan, dhaif) merupakan produk

ijtihad para ulama, dan pada masing masing ulama masih terdapat perbedaan,

baik dalam menentukan persyaratan pokok, maupun dalam menetapkan

persyaratan tambahan. Oleh karena itu dalam menetapkan penilaian terhadap

kualitas perawi dan hadits, belum bisa dihindari adanya perbedaan pendapat.

Imam al-Syafii cenderung menganggap sahih dan maqbul terhadap hadits

ahad yang sanadnya sambung dan perawinya orang baik. Tetapi Imam malik

masih menambahkan syarat lagi bahwa isi (matan) hadits ahad tidak boleh

bertentangan dengan amal (praktik) yang berlaku di Madinah

2. Hadits Nabi telah diamalkan sejak Rasulullah masih hidup, kemudian

diturunkan kepada generasi berikutnya secara lisan dan terpencar-pencar.

Artinya setelah Rasul wafat, para sahabat berpencar keberbagai wilayah dan

masing-masing menbawa hadits , kemudian hadits ini diturunkan kepada

orang-orang diwilayah masing-masing (beluim bisa disampaikan secara lintas

wilayah).Oleh karena itu hadits yang populer di suatu daerah, belum tentu

populer di daerah lain.

Sementara itu usaha pembukuan secara sistematis dan massal serta kritis, baru

dilaksanakan pada abad ke III H.sampai abad IV H., padahal ijtihad yang

dilakukan para ulama sudah dimulai pada abad ke II H.(sebelum semua hadits

selkesai dibukukan) . Karena itu ada hadits yang sebenarnya populeh di suatu

26

Page 27: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

tempat , bisa jadi luput dan tidak dipakai oleh ulama di kawasan lain. Maka

dengan terbukukannya hampir seluruh hadits Nabi, selayaknya antara

pendapat para ulama’ madzhab didialogkan dengan hadits hadits yang telah

diteliti para Mukharrij.

Berdasar uraian di atas rasanya tidak berlebihan jika dinyatakan bahwa di

depan kita masih terbuka lapangan yang amat luas untuk melakukan kajian

pengembangan pemikiran di bidang hadits.

HADIST SHAHIH

Ulama’ hadits dari kalangan Mutaqaddimin (ulama’ hadits sampai abad III

H), sebenarnya belum mendefinisikan secara eksplisit (sharih) tentang hadits

Shahih. Mereka pada umumnya hanya memberikan penjelasan tentang keriteria

hadist atau berita yang dapat dipegangi. Imam al-Syafi’I misalnya telah

menetapkan keriteria hadits yang dapat dijadikan sebagai hujjah sebagai berikut :

1. diriwayatkan oleh oleh para perawi yang

a. Dapat dipercaya pengamalan agamanya ;

b. dikenal sebagai orang yang jujur;

c. memahami dengan baik hadist yang diriwayatkannya;

d. mengetahui perubahan makna hadits apabila terjadi perubahan lafadnya;

e. mampu menyampaikan hadits secara lafdzi. Artinya tidak meriwayatkan

hadits secara makna;

f. terpelihara hafalannya, bila ia mereriwayatkan secara hafalan, dan

terpeliharacatatannya bila ia meriwayatkan melalui kitabnya;

g. apabila hadits yang diriwayatkan, juga diriwayatkan oleh orang lain, maka

bunyi hadits itu tidak berbeda;

h. terhindar dari perbuatan penyembunyian cacat (tadlis).

2. rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi,

27

Page 28: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Definisi hadits shahih baru dirumuskan secara eksplisit oleh para ulama’

hadits Muta’akhirin (ulama hadist yang hidup sejak abad IV H). Sungguhpun

demikian, pada umumnya definisi yang dibuat tersebut tetap mengacu kepada

keriteria yang telah ditetapkan oleh ulama’ Mutaqaddimin. Salah satu contohnya

adalah definisi yang dirumuskan oleh Ibnu Shalah (wafat 643 H) sebagai berikut :

Yaitu hadist yang bersambung sanadnya (sampai kepada Nabi) ,

diriwayatjkan oleh perawi yang adil dan dlabit sampai akhir

sanad, tidah terdapat kejanggalan (syudzudz) dan tidak cacat

(‘illat)

Para ulama’ pada umumnya sepakat dengan definisi ini, akan tetapi hal ini

tidak berarti telah terjadi ijma’. Ibnu Katsir misalnya berpendapat bahwa hadits

shahih bukan hanya yang sanadnya bersambung kepada Nabi saja , melainkan

juga yang benrsambung hanya sampai pada tingkat sahabat, atau lainnya.

Sekalipun demukian Ibnu Katsir mengakui bahwa pendapat yang diikuti pada

umumnya adalah pendapat Ibnu Shalah.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pengertian hadits shahih

adalah :Hadits yang bersambung sanadnya , diriwayatkan oleh orang yang adil

dan dlabit, serta tidak terdapat kejanggalan dan cacat.

Pengertian ini telah mencakup persyaratan kesahihan sanad dan matan

sekaligus. Keriteria yang mengharuskan persambungan sanad, dan seluruh

perawinya harus adil serta dlabit adalah keriteria kesahihan sanad. Sedangkan

keriteria keterhindaran dari syudzudz dan illat, selain untuk keriteria kesahihan

sanad, juga sekaligus sebagai keriteria kesahihan matan. Atas dasar keriteria ini

maka para ulama’ hadits pada umumnya menyatakan bahwa hadits yang

sanadnya shahih belum tentu matannya juga shahih. Demikian pula sebaliknya ,

matan yang shahih belum tentu sanadnya shahih. Jadi kesahihan hadits tidak

hanya ditentukan oleh kesahihan sanad saja, melainkan juga ditentukan oleh

kesahihan matan. Itulah sebabnya, maka dalam menguji kesahihan seatu hadits

diperlukan keritik sanad dan juga kritik matan.

28

Page 29: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Keriteria atau persyaratan kesahihan hadits sebagaimana tersebut oleh para

ulama dinyatakan juga sebagai kaidah mayor, sebab masing-masing unsur di atas

masih memiliki persyaratan-persyaratan husus. Misalnya apa saja persyaratan

atau kereteria tentang adil, dlabit dll. Keriteria-keriteria khusus tersebut oleh

para ulama dinamakan sebagai kaidah minor.

Disusun Oleh:

M. Nawawi

KAIDAH MINOR

KESAHIHAN HADITS

1. Sanad Bersambung

Yang dimaksud sanad bersambung adalah bahwa tiap-tiap perawi dalam

sanad tersebut, menerima riwayat hadits dari rawi terdekat sebelumnya.

Kaadaan ini berlangsung mulai sanad pertama hingga yang terahir. Artinya

seluruh rangkaian perawi sejak dari muharrij sampai pada rawi tingkat

sahabat yang menerima hadits langsung dari Nabi, bersambung dalam

periwayatan.

Untuk mengetahui bersambung –tidaknya sanad para ulama biasanya

menempuh langkah-langkah berikut:

a. mencatat semua nama perawi yang terdapat dalam sanad hadits

b. mempelajari riwayat hidup masing-masing rawi, dengan bantuan kitab-

kitab Rijalul haditds, misalnya Kitab Tahdzib al-Tahdzib, susunan Ibnu

Hajar al-Atsqalani dll. Tujuannya untuk mengetahui sejarah hidup para

perawi, mulai dari tahun kelahiran, tempat kelahiran , tahun wafat dan

dimana tempatnya, Apakah semasa hidup mereka terkenal sebagai orang

yang adil, dlabit, atau sebaliknya. Ketika mereka belajar hadits, siapa

29

Page 30: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

saja gurunya, dan ketika mereka mengajarkan hadits, maka siapa saja

muridnya. Apakah di antara mereka yang meriwayatkan hadits itu terjadi

pertemuan dan kesezamanan, atau sebaliknya dlsb.

c. Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara periwayat yang satu

dengan lannya. Misalnya, apakah kata-kata yang dipergunakan tersebut

berupa “Haddatsana, Haddatsani, Akhbarana, Akhbarani, ‘An, ‘Anna,

atau Sami’tu dll.

Suatu sanad baru dinyatakan bersambung apabila:

a. Seluruh perawi dalam sanad tersebut benar-benar Tsiqah (adil dan dlabit)

b. Antara masing-masing perawi dengan perawi terdekat sebelumnya telah

benar-benar terjadi hubungan periwayatan, misalnya terbukti telah terjadi

pertemuan dalam satu generasi. Atau antara keduanya terdapat hubungan

sebagai guru dan murid.

c. Sanad hadits tersebut terbukti bersambung sampai kepada Nabi

Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa unsur, atau kaidah minor Sanad

Bersambung, adalah muttashil, marfu’, dan mahfudz.

2. Perawi yang Adil

Kata adil menurur bahasa artinya proporsional, sedangkan secara istilah,

hususnya mengenai perawi hadits, dikalangan para ulama terdapat perbedaan

dalam menetapkan unsur dan kreterianya.

a. Imam al-Hakim menyatakan bahwa rawi yang adil adalah meraka yang

beragama islam, tidak berbuat bid’ah dan tidak berbuat maksiyat.

b. Ibnu Shalah menetapkan keriteria adil; beragama islam, baligh, beraqal,

memelihara muru’ah dan tidak berbuat fasiq.

30

Page 31: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

c. Ibnu Hajar al-Atsqalani menetapkan adil; dengan taqwa, memelihara

muru’ah, tidak melakukan dosa besar, tidak berbuat bid’ah, dan tidak

berbuat fasiq

d. Al-Tirmisi memberi keriteria adil sebagai orang yang memelihara

muru’ah, tidak berbuat dosa besar, menjauhi dosa kecil , tidak berbuat

bid’ah, dan tidak berlaku fasiq.

e. Ibnu Qudamah menentukan adil sebagai orang yang memelihara

muru’ah, teguh dalam agama, tidak berbuat dosa besar dan menjauhi

dosa kecil.

Dari penjelasan diatas, dapat diambil pemahaman bahwa unsur kaidah minor

tentang rawi yang adil adalah beragama islam, mukallaf, taat menjalankan

ketentuan agama, dan menjaga muru’ah.

Sebagai catatan, bahwa para ulama’ dalam menentukan rincian dari kaidah

minor ini juga masih terdapat perbedaan, misalnya dalam menetapkan

keriteria menjaga muru’ah, dlsb. Oleh karena itu bisa dimaklumi jika

dikalangan para ulama terjadi perbedaan dalam menilai keabsahan suatu

hadits. Suatu riwayat yang telah dinyatakan shahih oleh sebagian ulama ,

boleh jadi ditolak oleh sebagian ulama yang lain. Dalam kaitannya dengan

sikap para ulama terhadap persyaratan keadilan rawi, dibedakan kedalam

tiga kelompok; yaitu kelompok mutasyaddidun (sangat ketat dalam

memberikan persyaratan), kelompok mutawassithun ( tidak terlalu ketat,

namun tidak longgar) dan kelompok mutasahhilun ( agak longgar dalam

menetapkan persyaratan).

3. Perawi yang Dhabit

Ada dua istilah dlabit; yaitu dlabith Shadr dan dlabith Kitabah

Dlabith shadr dperuntukkan bagi orang yang :

a. hafal dengan sempurna hadits yang diterimanya

31

Page 32: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

b. mampu menyampaikan dengan baik hadits yang dihafalnya itu kepada

orang lain

c. faham dengan baik terhadap hadits yang dihafalnya

Sedang dlabith kitabah adalah istilah bagi mereka yang menerima dan

menyampaikan hadits melalui cara al-Qira’ah ala al-Syeikh atau dengan

cara ijazah. Kreterianya adalah :

a. memahami dengan baik tulisan hadits yang tetera dalam kitab yang ada

padanya

b. apabila terdapat kesalahan tulisan dalam kitab, maka ia mengetahui letak

kesalahannya

4. Terhindar dari Syudzudz

Ulama berbeda pendapat tentang pengertian istilah Syadz dalam

hadits. Menurut Imam al-Hakim al-Naisabury; Hadits syadz adalah hadits

yang diriwayatkan oleh seorang yang tsiqah, tetapi tidak ada perawi tsiqah

lainnya yang meriwayatakan hadits tersebut. Jadi menurut al-Hakim, suatu

hadits dinyatakan sebagai mengandung syudzudz apabila:

a. hadits tersebut diriwayatkan oleh seorang perawi saja

b. perawi yang sendirian itu bersifat tsiqah. Jadi hadits syadz adalah hadits

yang sanadnya tidak memiliki muttabi’ atau dsyahid

Menurut Imam al-Syafi’I, suatu hadits tidak atau belum dinyatakan

sebagai mengandung syudzudz , bila hadits tersebut hanya diriwayatkan oleh

seorang perawi yang tsiqah, sedang perawi yang lannya tidak meriwayatkan

hadits itu. Suatu hadits baru dinyatakan mengandung syudzudz, apabila

hadits yang diriwayatakan oleh seorang rawi yang tsiqah tersebut

bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh banyak rawi yang juga

tsiqah. Dari pendapat al-Syafi’I itu dapat disimpulkan bahwa kreteria hadits

yang mengandung syudzudz adalah :

32

Page 33: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

a. hadits itu memiliki lebih dari satu sanad

b. para perawi hadits itu seluruhnya tsiqah

c. matan atau sanad hadits tersebut ada yang mengandung pertentangan.

5. Terhindar dari Illat

Pengertian illat adalah sebab-sebab tersembunyi yang mengakibatkan

rusaknya kualitas hadits. Artinya keberadaan illat tersebut menyebabkan

hadits yang tampaknya secara lahir shahih, akhirnya menjadi tidak shahih.

Pengertian illat disini berbeda dengan pengertian cacat secara umum. Illat di

sini adalah merupakan cacat yang sangat tersembunyi sehingga diperlukan

keahlian yang prima dalam melakukan penelitian. Untuk itu diperlukan

pemahaman , hafalan dan intuisi yang mendalam. Menurut Ali al-Madiny,

untuk mengetahui illat hadits, maka terlebih dahulu semua sanad yang

berkaitan dengan hadits bersangkutan harus dikumpulkan untuk diteliti

secara seksama. Sesudah itu semua rangkaian dan kualitas perawi diteliti

berdasarkan pendapat para kritikus perawi dan illat hadits. Dengan jalan

demikian ini barulah diketahui apakah hadits tersebut mengandung illat atau

tidak.

6. Tolok Ukur Kesahihan Matan

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa matan yang sahih adalah yang

terhindar dari Syudzudz dan illat. Akan tetapi sampai kini para ulama masih

belum memiliki keseragaman dalam menetapkan kreteria kaidah minornya

secara tegas. Pada umumnya para ulama’ hanya menetapkan tolok ukur

kesahihan matan secara garis besar saja. Misalnya Al-Khatib al-Baghdadi

menjelaskan bahwa matan yang maqbul adalah :

a. tidak bertentangan dengan akal sehat

b. tidak bertentangan dengan hukum al-Qur’an yang muhkam

c. tidak bertentangan dengan hadits mutawatir

33

Page 34: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

d. tidak bertentangan dengan dalil yang sudah pasti

e. tidak bertentangan dengan amalan yang telah disepakati ulama salaf

f. tidak bertentangan dengan hadits ahad yang kualitas kesahihannya lebih

kuat.

Selain ketentuan di atas masih ada lagi yang menambahkan

a. tidak bertentangan dengan panca indra, dan fakta sejarah

b. susunan bahasanya mencerminkan ciri-ciri sabda kenabian

c. isinya tidak bertentangan dengan sunnatullah.

Tolok ukur ini formatnya sangat gelobal , karena itu masih mungkin untuk

dikembangkan

KEHUJAHAN HADITS SHAHIH

Ulama telah sepakat bahwa hadits yang mutawatir wajib diterima dan

diamalkan.sebab ia Qath’I al-wurud .Mengingkari hadits mutawatir sama

dengan mengingkari Rasul.. Tidak demikian halnya terhadap hadits ahad.

Sebagian ulama menyatakan bahwa hadits ahad tidak dapat dijadikan

sebagai hujjah karena berstatus Dzani al-wurud. Sebagian lagi berpendapat

bahwa hadits ahad yang sahih dapat dijadikan hujjah untuk masalah hukum ,

tetapi tidak untuk masalah aqidah. Sebab soal keyakinan harus didasarkan

pada dalil yang qath’I, padahal hadits ahad itu tidak qoth’I, tetapi hanya

dzanni.

Berbeda dengan pendapat di atas adalah pendapat yang ketiga, Pendapat

ini menyatakan bahwa hadits ahad yang sahih dapat dijadikan hujjah ,

termasuk bagi masalah aqidah.. Pendapat ini mengemukakan alasan bahwa

hadits ahad yang sahih bisa berstatus qath’I al-wurud. Alasannya :

34

Page 35: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

a. Suatu hadits dinyatakan dzanni, apabila ia memiliki kemungkinan salah.

Hadits yang telah diteliti secara cermat dan ternyata bekualitas shahih

berarti ia terhindar dari kesalahan. Atas dasar ini maka hadits yang sahih

, walau berkategori ahad, memiliki status qath’I al’wurud

b. Nabi Muhammad sering mengutus beberapa sahabat untuk menjadi

muballigh kepelbagai daerah . Jumlah mereka tidak mencapai kategori

mutawatir. Sekiranya penjelasan tentang agama harus berasal dari berita

mutawatir, maka niscaya masyarakat tidak akan menerima dakwah

muballigh yang diutus oleh Nabi tersebut.

c. Sahabat Umar pernah membatalkan hasil ijtihadnya, setelah mendengar

hadits Nabi yang disampaikan oleh al-Dhahhaq secara ahad.

Petunjuk dan Ketentuan Umum Memahami Sunnah Nabi

Sampai saat ini belum dijumpai perumusan sistematis dan komprehensip

yang disepakati oleh para ulama mengenai cara memahami sunnah Nabi. Hal ini

terjadi karena para ulama dihadapkan kepada beberapa persoalan akibat dari

sunnah Nabi yang kebanyakannya bersifat dhanni al-wurud. Mereka berbeda

dalam beberapa hal. Antara lain :

1. Apakah setiap sunnah itu bersifat universal atau sebagiannya ada yang

bersifat kondisional dan lokal (trikat dengan konteksnya);

2. Sebagai dalil tasyri', mereka berbeda dalam menetapkan persyaratan

pengamalannya. Al-Syafi'i berpendapat bahwa setiap sunnah Nabi yang

maqbul, tidak terkecuali hadis ahad bisa digunakan sebagai dalil yang

otoritatif. Sementara itu ulama Hanafi dan ulama Maliki menetapkan

beberapa persyaratan lagi;

3. Terhadap dilalah hadis fi'liyah, mereka berbeda pendapat mengenai

jangkauan otoritas yang dimilikinya.

35

Page 36: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Untuk itu dalam pembahasan ini akan dikemukakan ketentuan dan petunjuk-

petunjuk pemahaman yang bersifat umum, sehingga segala perbedaan yang ada

masih dapat tergambar di dalamnya.

Secara umum pemahaman yang terjadi di kalangan para ulama dibagi atas

dua kategori, yaitu pemahaman tekstual dan pemahaman kontekstual. Kedua

pemahaman tersebut menurut DR. Quraish Shihab sudah dikenal bahkan

dipraktekkan sejak awal oleh para sahabat Nabi. Namun demikian mendudukkan

antara sunnah yang harus dipahami secara tekstual dengan sunnah yang harus

dipahami secara kontekstual, merupakan perdebatan yang belum ter-selesaikan.

Untuk kepentingan perumusan petunjuk dan ketentuan umum guna

memahami sunnah Nabi, diusahakan meng-akomodir beberapa pendapat

yang berkembang di kalangan para ulama. Secara rinci formulasi

pemahaman tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sunnah Nabi merupakan penjelas dan pelengkap al-Qur'an.

Dari paradigma ini, dipahami bahwa sunnah Nabi tidak akan bertentangan

dengan al-Qur'an, sebab keduanya berasal dari Allah sebagai petunjuk. Apabila

terdapat pertenta-ngan, maka dapat dipastikan bahwa sunnah tersebut tidak

shahih atau pemahamnnya yang keliru. Sebagai bayan al-Qur'an, sunnah Nabi

boleh jadi bersifat konfirmatif, atau menjelaskan ketentuan umum. Oleh karena itu

ia lebih rinci dan mengandung bnyak dimensi dari pada yang dijelaskan (al-

Qur'an).

Berangkat dari pemahaman di atas, apabila terdapat sunnah Nabi yang

secara lahir bertentangan dengan al-Qur'an, maka tidak boleh begitu saja ditolak,

tetapi perlu diadakan penelitian secara seksama terlebih dahulu. Di sinilah kahati-

hatian dalam menilai sebuah sunnah sangat diperlukan agar tidak terjebak ke

dalam kesalah pahaman yang tidak berdasar.

36

Page 37: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Di antara contohnya ialah tentang hukuman rajam bagi pezina muhshan..

Praktek (sunnah) ini oleh sementara orang tidak dapat diterima karena

bertentangan dengan al-Qur'an surat al-Nur ayat 2, yang menyatakan bahwa

hukuman pelaku zina didera seratus kali. Tetapi apabila sunnah Nabi dipahami

sebagai penjelas dan juklak al-Qur'an maka ketentuan hukuman rajam tersebut

bisa merupakan takhshish dari ketentuan al-Qur'an yang bersifat umum. Dengan

demikian sunnah rajam di atas tidak bisa dianggap bertentangan dengan al-

Qur'an.

Memang terdapat perbedaan di antara ulama Hanafi, Maliki dan jumhur

dalam menetapkan syarat pengamalan hadis ahad, termasuk dalam kaitannya

dengan fungsi takhshish terhadap al-Qur'an. Tetapi dalam konteks hukuman rajam

di atas, ulama Hanafi (yang meletakkan persyaratan sangat ketat) ternyata juga

mengamalkan hukuman tersebut.

Al-Sunnah, kata al-Syafi'i, tidak bertentangan dengan kitab Allah, tetapi

akan selalu mengikutinya sesuai dengan ayat-ayat yang diturunkan atau

menjelaskan arti yang dikehendaki. Al-Sunnah dalam keadaan apapun selalu

mengikuti kitab Allah. Sebab Allah menegakkan hujjah atas makhluknya melalui

dua jalan, yaitu kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya.

2. Sunnah Nabi Tidak Mengandung Pertentangan

Rasulullah sebagai penyampai dan penafsir al-Qur'an diyakini tidak

mungkin mengajarkan dua hal yang bertenta-ngan kepada ummatnya. Sebab hal

ini akan menimbulkan ketidak pastian dan kekacauan.

Al-Syafi'i dalam al-Risalah menyatakan bahwa tidak ada hadis dari Nabi

yang ditemukan, yang bersifat kontradiktif, sebab ia selalu berhasil

mempertemukan hadis-hadis yang dianggap bertentangan satu sama lain.

37

Page 38: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Rasulullah, kata al-Syafi'i adalah orang Arab, kadang-kadang ia memberi

pernyataan umum, tetapi kadang-kadang mempunyai konotasi khusus. Jika

ditanya sesuatu tertentu, ia akan menjawab sesuai keperluan. Dalam hal ini di

antara perawi ada yang mengkhabarkan dengan menggunakan redaksi yang

ringkas, tetapi juga ada yang menuturkannya secara lengkap. Dalam pada itu ada

juga perawi yang meriwayatkan jawaban Nabi tanpa mengetahui inti pertanyaan

yang sesungguhnya, padahal dengan memahami pertanyaan yang diajukan akan

mendapatkan pemahaman yang benar. Di sinilah akarnya mengapa terjadi ikhtilaf

dalam sunnah Nabi yang disebabkan oleh periwayatan kurang lengkap, sesuai

dengan konteks yang dimaksud.

Oleh sebab itu, untuk mendapatkan pemahaman yang benar, harus

dihimpun semua hadis-hadis shahih yang memiliki tema sama, kemudian

mengembalikan kandungannya kepada pemahaman yang benar, dengan cara

mempertemukan antara yang tlakmu dengan yang muqayyad, menafsirkan yang

`am dengan yang khash dan seterusnya. Maka dengan cara ini hadis-hadis yang

satu topik akan saling melengkapi dan memberikan pemahaman yang benar.

Di antara contohnya adalah hadis riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah.

المقبري 5341 سعيد أبي بن سعيد حدثنا شعبة حدثنا آدم حدثنا

عليه اللهم صلى النبي عن عنهم اللهم رضي هريرة أبي عن

النار وسلم ففي اإلزار من الكعبين من أسفل ما *قال

Memperhatikan hadis di atas akan memperoleh kesan bahwa setiap orang

yang memakai kain memanjang sampai melewati mata kaki, dianggap telah

melanggar dosa. Akan tetapi apabila digabungkan dengan hadis lain yang

membahas topik sama, akan memeperoleh pemahaman yang berbeda, yaitu hadis.

38

Page 39: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

بن 5337 وعبدالله نافع عن مالك حدثني قال إسماعيل حدثنا

عنهمما اللهم رضي عمر ابن عن يخبرونه أسلم بن وزيد دينار

قال وسلم عليه اللهم صلى الله رسول من أن إلى الله ينظر ال

خيالء * ثوبه جر

Dari perpaduan dua hadis di atas, dipahami bahwa sesungguhnya larangan

yang tercantum pada hadis pertama berlaku bagi orang-orang yang melakukannya

dengan sikap sombong. Dengan demikian kedua hadis yang secara tekstual

berbeda, setelah dikaji dan dipadukan justru memberikan pemahaman yang saling

melengkapi. Untuk itu pemahaman tematik akan banyak membantu penyelesaian

hadis-hadis mukhtalif 1

3. Menghubungkan Kandungan Sunnah Dengan Fungsi Yang Disandang

Rasulullah

Sebagaimana dinyatakan dalam pembahasan terdahulu, Rasulullah

di samping menyandang predikat sebagai Nabi (rasul), juga sebagai kepala

negara, panglima perang, hakim, seorang suami dan pribadi. Menurut

Mahmud Saltut mengetahui hal-hal yang dilakukan Nabi dengan

mengaitkan pada fungsi yang disandangnya akan memeberi manfaat yang

amat besar.

Sebagian ulama menyatakan bahwa sunnah Nabi yang

berhubungan dengan fungsinya sebagai rasul ialah berbagai penjelasan

yang disampaiakan Nabi tentang kandungan al-Qur'an, macam-macam

1 Secara umum metode penyelesaian melalui pemahaman tematik ini mirip dengan metode al-Jam’u yang telah berkembang di kalangan ulama’ hadits . Mtode ini meliputi :

One. Penyelesaian hadits mukhtalif melalui pendekatan kaidah Ushul;Two. Penyelesaian berdasar pemahaman kontekstual;Three. Penyelesaian berdasar pemahaman korelatif;Four. Penyelesaian dengan menggunakan ta’wil;Five. Penyelesaian berdasar pemahaman tanawu’ al-ibadah.

39

Page 40: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

pelaksanaan ibadah dan penetapan halal haram. Terhadap sunnah

demikian ini ulama sepakat bahwa umat wajib mematuhinya.

Sedangkan sunnah yang berkaitan dengan kapasitas di luar

fungsinya sebagai rasul, seperti pengiriman angkatan perang, pemungutan

dana untuk baitul mal dan lain-lain, di kalangan para ulama terdapat

perselisihan pendapat, menurut sebagian di antara mereka menganggap

bahwa sunnah seperti itu tidak merupakan ketentuan syari'at yang bersifat

umum. Dalam konteks ini akal fikiran didorong untuk menemukan dan

mewujudkan kemaslahatan berdasar petunjuk-petunjuk umum syari'at,

sehingga pemahamannya diperoleh dari pendekatan konteks.

Akan tetapi, mendudukkan sunnah ke dalam konteks fungsi yang

disandang Nabi, merupakan kerja yang tidak mudah sebab dinding

pemisah fungsi-fungsi tersebut berhimpitan sangat tipis, bahkan hampir

tidak bisa dibedakan. Itulah sebabnya di kalangan para ulama sering

terjadi ketidak sepakatan ketika mereka berhadapan dengan suatu sunnah

Nabi. Ulama yang sepakat dengan pemisahan berbagai predikat yang

disandang Nabi, cenderung berfikir secara kontekstual, sedangkan ulama

lainnya cenderung berfikir tekstual.

Salah satu contohnya ialah hadis Nabi riwayat imam Bukhari dan Muslim,

حدثنا 3896 عبيد بن محمد حدثنا نصر بن إسحاق حدثني

قال عنهمما اللهم رضي عمر ابن عن وسالم نافع عن عبيدالله

األهلية الحمر لحوم أكل عن وسلم عليه اللهم صلى النبي نهى

*

Para sahabat pada umumnya dan jumhur ulama memahami petunjuk hadis

tersebut secara tekstual. Namun Ibnu Abbas (w. 69 H.), seorang ahli tafsir di

40

Page 41: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

kalangan sahabat, menyalahi pendapat umum tersebut. Dia berpendapat bahwa

daging keledai kampung adalah halal berdasarkan sura al-An'am : 145. Ia juga

menyatakan bahwa dirinya tidak mengerti apakah larangan tersebut dimaksudkan

untuk melindungi populasi, atau hanya berlaku khusus dalam perang khaibar saja.

Para ulama telah memperdebatkan alasan logis (illat) keharaman daging

keledai. Di antaranya ialah : a) Nabi melarang dalam rangka menjaga populasi

keledai kampung supaya tidak punah; b) Karena binatang tersebut termasuk rijs;

c) Karena binatang tersebut merupakan piaraan rumah; d) Karena Nabi telah

melarangnya.

Di antara faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat di

antara para ulama, ialah perbedaan pandangan mereka terhadap fungsi Nabi ketika

menyampaikan hadis. Bagi mereka yang berkeyakinan bahwa pada saat itu Nabi

bertindak sebagai rasul, maka larangan yang terkandung dalam hadis diartikan

secara tekstual dan karena itu kandungan isinya bersifat universal. Sedangkan

ualama yang berkeyakinan bahwa Nabi pada saat itu bertindak sebagai panglima

perang, maka kandungan makna hadis tersebut diartikan secara kontekstual dan

oleh karenanya ia bersifat lokal dan temporal.

4. Perlu Pembedaan Antara Sunnah Qauliyah, Fi'liyah dan Taqririyah

Dalam pembahasan ushul fiqh, sunnah Nabi dibedakan atas qauliyah,

fi'liyah dan taqririyah. Sunnah qauliyah merupakan ucapan yang disampaikan

Nabi (di luar al-Qur'an) dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan tasyri'.

Sedangkan sunnah fi'liyah ialah penuturan sahabat tentang semua perbuatan Nabi

yang berhubungan dengan tasyri'. Adapun sunnah taqririyah ialah laporan sahabat

tentang persetujuan dan restu Nabi terhadap perbuatan umat yang berkaiatan

dengan tasyri'.

41

Page 42: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Terhadap sunnah qauliyah, ulama sepakat bahwa ia mempunyai otoritas

sebagai dalil, kecuali apabila ada qarinah yang menunjukkan lain. Mengenai

sunnah fi'liyah, para ulama membedakan ke dalam dua kelompok. Pertama,

sunnah fi'liyah yang merupakan penjelasan terhadap al-Qur'an atau sunnah

qauliyah, atau merupakan pelaksanaan hukum. Kedua, sunnah fi'liyah yang bukan

merupakan penjelasan al-Qur'an atau hadis qauliyah.

Terhadap sunnah fi'liyah yang pertama, pada prinsipnya para ulama

sepakat bahwa hukum yang dikandungnya mengikuti hukum yang dijelaskan.

Namun dalam praktek masih terjadi perbedaan pendapat. Contohnya ialah tentang

tata cara berwudlu. Dalam surat al-Maidah : 6 sudah jelas anggota badan yang

harus dibasuh. Tetapi secara operasio-nal masih tergantung pada contoh dan

praktek Nabi. Berhubung cara dan praktek yang dicontohkan beliau sangat

beragam, maka terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama dalam menilai

praktek Nabi. Misalnya tentang keharusan mengusap kepala. Di antara mereka

ada yang mengharuskan mengusapnya secara keseluruhan, tetapi bagi yang lain

hanya mengharuskan mengusap sebagian saja.

Hal ini terjadi karena setiap variasi cara yang dicontohkan Nabi tidak

diikuti dengan penjelasan verbal, sehingga menimbulkan perbedaan pemahaman.

Akan tetapi bila kita kembalikan kepada kaedah di atas, maka berbagai variasi

yang dicontohkan Nabi tersebut dapat dipahami melalui pendekatan al-tanawwu'

al-ibadah. Semua yang dicontohkan bisa dipilih secara mana suka sesuai dengan

instruksi Nabi "shalat-lah kamu sebagaimana engkau mengetahui aku shalat".

Terhadap sunnah fi'liyah yang kedua, terjadi perbedaan pendapat di

kalangan ulama. Sebagian di antara mereka menganggapnya hanya sebagai uswah

yang tidak wajib. Tetapi bagi sebagian ulama yang lain perbuatan Nabi tersebut

perlu dilihat terlebih dahulu apakah bisa dikenali sifat tasyri'nya atau tidak.

Apabila bisa dikenali sifat tasyri'nya, maka umat terikat dengan sunnah tersebut

sesuai dengan sifat yang ada. Sebaliknya apabila tidak bisa dikenali sefat tasyri'

42

Page 43: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

dan arahnya, maka apabila berupa perbuatan ibadah, hukumnya sunnat. Dan

apabila tidak berupa perbuatan ibadah, maka hukumnya ibahah.

Adapun terhadap sunnah taqririyah, jumhur berpendapat bahwa sunnah ini

hanya memberi faedah ibahah. Akan tetapi apabila sunnah taqriri dianggap bagian

dari sunnah Nabi yang mengkomunikasikan pesan agama, maka setidaknya ia

memiliki jiwa dan semangat yang akan memandu umat manusia dalam proses

pencarian kebenaran melalui teladan Nabi. Dengan demikian, walau secara literal,

otoritasnya hanya bersifat ibahah, namun secara kontekstual memiliki jangkauan

otoritas yang lebih kuat, sebab sunnah Nabi itu tidak hanya terpaku pada kesan

yang muncul di permukaan. Untuk itu sunnah taqririyah jangkauan otoritasnya

masih bisa diperdebatkan.

5. Mempertimbangkan Latar Belakang, Kondisi dan Situasi Hadirnya

Sunnah Nabi Serta Tujuan Yang Dimaksud.

Untuk memperoleh pemahaman sunnah dengan baik hendaknya

mempertimbangkan dan memperhatikan sebab-sebab khusus yang melatar

belakangi munculnya suatu sunnah, atau alasan tertentu, baik yang disebut secara

eksplisit atau disimpulkan dari peristiwa yang menyertainya. Demikian pula

situasi dan kondisi yang meliputi serta di mana dan untuk tujuan apa sunnah

tersebut dihadirkan, merupakan alat bantu yang sangat berharga dalam memahami

apa yang dikehendaki sebuah sunnah.

Sunnah Nabi (sebagai bagian dari produk riwayat) merupakan wacana

teks. Dalam kajian hermeneutik diteorikan bahwa dibalik sebuah teks

sesungguhnya terdapat sekian banyak gagasan yang hendak disajikan. Oleh

karena itu tanpa memahami motif, suasana psikologis dan sasaran yang dituju

(terbayangkan) oleh penyaji sendiri, maka sangat mungkin menimbulkan kesalah

pahaman.

43

Page 44: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Demikian juga halnya dengan tradisi kenabian. Apa yang kita namakan

himpunan hadis adalah sebagian saja dari realitas tradisi keislaman yang dibangun

oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya, sehingga jika kita memahami teks

hadis yang ditarik dan dipisahkan dari asumsi-asumsi sosialnya, sangat mungkin

akan terjadi distorsi informasi atau bahkan salah paham. Salah satu contoh ialah

hadis riwayat imam Bukhari dan Muslim,

عمارة 831 بن حرمي حدثنا قال جعفر بن عبدالله بن علي حدثنا

بن عمرو حدثني قال المنكدر بن بكر أبي عن شعبة حدثنا قال

على أشهد قال سعيد أبي على أشهد قال األنصاري سليم

وسلم عليه اللهم صلى الله الجمعة رسول يوم الغسل قال

محتلم كل على وجد واجب إن طيبا يمس وأن يستن قالوأن

الغسل أما واجب عمرو أنه فالله فأشهد والطيب االستنان وأما

الله عبد أبو قال الحديث في هكذا ولكن ال أم هو أواجب أعلم

بكير عنه رواه هذا بكر أبو يسم ولم المنكدر بن محمد أخو هو

المنكدر بن محمد وكان وعدة هالل أبي بن وسعيد األشج بن

عبدالله * وأبي بكر بأبي يكنى

Tanpa dikaitkan dengan asbab al-wurud, hadis di atas memberikan

pemahaman bahwa mandi pada hari jum'at adalah wajib. Tetapi sesungguhnya

hadis ini memiliki sebab khusus. Pada saat itu ekonomi para sahabat pada

umumnya masih sulit. mereka banyak yang menjadi pekerja kebun dengan

pakaian wol yang kasar. Biasanya setelah menyiram kebun mereka langsung

datang ke masjid menunaikan shalat jum'at, padahal cuaca sangat panas, sehingga

menjadi sumber keringat yang berbau dan mengganggu ketenangan para jama'ah.

Itulah sebabnya maka Nabi bersabda semakna dengan hadis di atas.

44

Page 45: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Dari keterangan asbab al-wurud tersebut, maka jelaslah bahwa kewajiban

mandi pada hari jum'at memiliki konteksnya sendiri. Oleh karena itu bagi

masyarakat yang terbiasa mandi dua kali dengan tempat kerja yang nyaman, di

mana tidak menyebabkan terjadinya gangguan kepada para jama'ah, maka tidak

dibebani kewajiban mandi ketika akan menghadiri jama'ah jum'at.

Sungguhpun demikian, essensi ajaran yang dibawa oleh kandungan hadis

di atas tetap relevan sepanjang masa, bahwa Islam mengajarkan para pemeluknya

supaya tetap menjaga kebersihan terutama dalam melaksanakan ibadah.

Dalam konteks pemahaman ini, Fazlur Rahman menyatakan bahwa

apabila sebuah hadius dibaca sebagai hadis semata-mata, yaitu sebagai riwayat

yang berdiri sendiri, maka hadis tersebut tidak ada artinya dan sedikit manfaatnya.

Tetapi apabila kita benar-benar memahami kekuatan sosiologis yang

menyebabkan wujudnya suatu hadis, maka ia sangat penting artinya bagi kita

sekarang dan berguna sebagai petunjuk di masa datang. Yang penting kita sadari,

bahwa karena sifatnya sebagai petunjuk, maka hadis pada umumnya lebih bersifat

indikatif dari pada legislatif secara spesifik.

Jadi melalui pemahaman ini, sunnah Nabi dapat dibuktikan sebagai

petunjuk yang mampu menghadapi tantangan zaman yang selalu bergerak dan

berubah secara dinamis, karena ia meiliki semangat untuk diinterpretasikan sesuai

dengan tantangan yang dihadapi.

6. Perlu Diperhatikan Antara Kandungan Makna Yang Bersifat Ta'abbudi

dan Ta'aqquli.

Para ulama membagi ajaran Islam ke dalam kategori ma`qul al-ma`na dan

ghairu ma`qul al-ma`na. Ulama sepakat bahwa ajaran yang ta'abbudi tidak

dipahami secara konteks. Imam Abu Hanifah yang begitu longgar dalam konteks

45

Page 46: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

pemahamannya, tetapi ketika dihadapkan kepada persoalan pembayaran dam

tamattu' berkata, bahwa dam tersebut tidak boleh dibayar dengan uang, tetapi

dengan darah yang mengalir. Ia beranggapan bahwa masalah dam adalah

persoalan ta'abbudi.

Yang menjadi persoalan kemudian ialah mendudukkan mana ajaran yang

dikategorikan ta'abbudi dan mana yang ta`aqquli. Di sini sering terjadi perbedaan

pendapat, karena hal ini termasuk wilayah ijtihadi. Imam al-Syafi'i yang sangat

ketat dalam memahami teks hadis, tidak terkecuali di bidang muamalah,

berpendapat bahwa pada dasarnya ayat al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi harus

dipertahankan bunyi teksnya, walau di bidang muamalah. Sebab menurutnya,

bentuk hukum yang ada pada teks bersifat ta'abbudi. Maka oleh karenanya tidak

boleh diubah. Maksud syari'at sebagai kemaslahatan harus dipahami secara

terpadu dengan bunyi teks, kecuali bila ada petunjuk yang mengalihkan makna

lahiriyah teks.

7. Perlu Pemahaman Terhadap Bentuk-Bentuk Matan Hadis Nabi.

Hadis-hadis yang disampaiakan oleh Rasulullah kepada para sahabat (atau

penuturan sahabat tentang Rasulullah), mempunyai bentuk redaksi yang

bermacam-macam. Ada yang tersusun dalam bentuk jami` al-kalim (ungkpan

singkat namun padat makna) ada pula yang berupa tamsil (perumpamaan), bahasa

simbolik, bahasa percakapan (dialog) dan berupa ungkapan analogi (qiyas).

Memahami pilihan kata yang digunakan oleh suatu hadis sangat

membantu untuk memperoleh pemahaman yang sempurna. Rasulullah sebagai

orang Arab tentu tidak luput juga menyampaikan pesan-pesannya dengan redaksi

yang dikenal di kalangan bangsa Arab, seperti ungkapan dalam bentuk tamsil,

kata simbolik dan lain-lain dengan tujuan supaya mudah dipahami. Di antara

contohnya adalah hadis riwayat Imam Bukhari,

46

Page 47: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

أبي 1691 عن منصور عن سفيان حدثنا يوسف بن محمد حدثنا

صلى النبي قال قال عنهم اللهم رضي هريرة أبي عن حازم

يفسق ولم يرفث فلم البيت هذا حج من وسلم عليه رجعاللهم

أمه * ولدته كيوم

Secara tekstual hadis tersebut mengibaratkan orang yang berhasil

menunaikan ibadah haji dengan baik, bagaikan bayi yang baru lahir. Tetapi karena

ungkapan yang dipergunakan berbentuk tamsil, maka makna sebenarnya lebih

tepat dipahami secara kontekstual. Sebab yang dimaksud ialah bahwa orang yang

ibadah hajinya diterima oleh Allah akan memperoleh ampunan dari segala dosa

yang telah dilakukan, sehingga ia bersih sebagaimana pada saat baru

dilahirkan.

8. Membedakan Antara Sarana Yang Berubah Dan Sasaran Yang Tetap.

DR. Yusuf Qardlawi menyatakan bahwa di antara penyebab kekacauan

dalam memahami sunnah Nabi ialah karena menyampur adukkan antara tujuan

dan sasaran yang hendak dicapai dengan sarana temporer (lokal). Apa yang

sebenarnya merupakan saran (lokal) dianggap sebagai tujuan. Di antara

contohnya adalah pernyataan hadis,

وهو 5 يزيد عن األعلى عبد بن ومحمد مسعدة بن حميد أخبرنا

أبي حدثني قال عتيق أبي بن الرحمن عبد حدثني قال زريع ابن

وسلم عليه اللهم صلى النبي عن عائشة سمعت قالقال

للرب مرضاة للفم مطهرة النسائي * السواك اخرجه

Sebagian orang menganggap bahwa membersihkan mulut dengan

menggunakan kayu siwak tertentu merupakan anjuran Nabi. Berdasar pemahaman

ini, maka pemakaian sikat gigi dianggap tidak memiliki nilai ibadah.

47

Page 48: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Akan tetapi apabila kita simak dengan seksama maka yang menjadi tujuan

sabda Nabi di atas adalah anjuran untuk membersihkan mulut dari segala kotoran

dan bau yang tidak sedap. Sedangkan kayu siwak merupakan sarana yang mudah

di dapat pada saat itu. Itulah sebabnya menurut sebagian ulama siwak itu bisa

dibuat dari kayu arjun, kayu arak, kayu zaitun atau lainnya yang tidak

membahayakan.

Imam al-Nawawi dalam konteks ini, sebagaimana dikutip Yusuf Qardlawi

berpendapat bahwa dengan apa saja seorang melakukan siwak asal dapat

membersihkan kotoran dan bau mulut, maka ia telah memenuhi anjuran Nabi,

baik alat itu berupa sepotong kain atau ujung jarinya sendiri.

Sampurnan, 21 Juli 2000

M. Nawawi

PENELITIAN HADITS

A. Pendahuluan

Seandainya periwayatan hadits nabi saw sama dengan periwayatan al-

Qur’an, yakni sama-sama bersifat mutawatir, maka istilah hadits shahih, hasan

dan dha’if tidak akan muncul. Ketiga istilah ini muncul karena kebanyakan

periwayatan hadits itu bersifat ahad. Para ulama’ sepakat bahwa riwayat yang

mutawatir berstatus qath’i al-wurud. Sedangkan untuk hadits ahad, mereka

berbeda pendapat; sebagian menyatakan bahwa hadits ahad berstartus zhanni al-

wurud, dan bagi sebagian yang lain berpendapar bahwa hadits ahad yang shahih

berstatus qath’I al-wurud.

48

Page 49: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Berdasarkan kenyataan di atas, bahwa dalam periwayatan terdapat hadits

yang berstatus zhanni al-wurud, yang mungkin terdapat kesalahan, maka

diperlukan penelitian hadits dengan cermat.

Bagian hadits yang diteliti adalah meliputi sanad dan matan.Penelitian

sanad, lazim disebut dengan istilah naqd al-sanad (kritik sanad) atau dalam istilah

penelitian ilmu sejarah disebut naqd al-khariji (kritik extern). Sedangkan

penelitian matan lazim disebut dengan istilah naqd al-matan (kritik matan) atau

al-naqd al-dakhili ( kritik intern).

B. Pentingnya Penelitian Hadits

1. Menurut petunjuk al-qur’an hadits Nabi saw merupakan sumber ajaran

islam di samping al-Qur’an, orang yang menolak hadits Nabi saw sebagai

hujjah sama dengan menolak petunjuk al-qur’an. Dengan meyakini hadits

Nabi sebagai sumber ajaran, maka penelitian hadits , hususnya hadits ahad,

memiliki nilai yang penting, agar supaya dalam penggunaan dalil hadits

dapat terhindar dari hal-hal yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Sebagai sebuah doktrin yang berasal dari Nabi, maka ke- benarn hadits

adalah pasti. Akan tetapi, berhubung hadits nabi yang sampai kepada kita

telah melaluki perjalanan yang panjang (melalui proses sejarah), maka

mungkin saja dalam perjalanan sejarahnya itu terdapat kesalahan. Itulah

alasannya, maka penelitian hadits menjadi amat penting;

2. Walaupun pada masa Nabi saw, sudah terdapat usaha penulisan hadits

secara individual, namun tidak semua hadits nabi sudah tertulis pada masa

itu. Masih banyak hadits Nabi yang diriwayatkan melalui hafalan. Dalam

pada itu pada perjalanan sejarahnya, hadits pernah mengalami pemalsuan.

Untuk itu maka penelitian hadits Nabi menjadi penting, supaya terhindar

dari penggunaan hadits yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

3. Penghumpunan hadits secara resmi dan massal baru dilakukan pada masa

pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Aziz (w. 101 H) . Puncak

49

Page 50: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

pembukuan hadits ini secara sistematik baru terjadi pada pertengahan abad

ke 3 Hijriyah. Maka dengan jarak yang demikian jauh antara masa Nabi

dengan masa pembukuan, tidak menutup kemungkinan adanya kasalahan.

Untuk itu penelitian hadits menjadi penting dalam rangka menjaga

kesahihan hadits.

4. Jumlah kitab hadits sangat banyak, dan masing-masing memiliki metode

yang beragam. Demikian pula persaratan dan keriteria kaidah yang

digunakan juga beragam. Dengan demikian , maka dalam menentukan sah

tidaknya suatu hadist juga terdapat perbedaan . Nah untuk mendapatkan

kepastian kualitas hadits, diperlukan penelitian yang seksama;

5. Telah terjadi penuturan hadits secara makna. Padahal untuk mengetahui

kandungan makna diperlukan pengetahuan tentang susunan teks (redaksi)

hadits, hususnya tentang hadits qawli. Untuk itu, penelitian hadits sangat

penting.

Walhasil, dengan adanya kegiatan penelitian hadits, baik melalui kritik sanad

atau kritik matan, maka akan dapat diketahui apakah sesuatu yang dinyatakan

sebagai hadits itu benar-benar merupakan hadits Nabi yang dapat

dipertanggung jawabkan atau tidak.

B. Unsur-Unsur Yang di Teliti

Sebagaimana disinggung di depan bahwa yang menjadi obyek penelitian

hadits adalah sanad dan matan hadits. maka yang akan ditelaah dan dikritik

adalah rangkaian perawi dan materi hadits itu sendiri.

Sedangkan bagian sanad yang dijadikan obyek penelitian adalah;

a. Nama-nama dan sejarah hidup para perawi yang terlibat dalam

periwayatan hadits, baik mengenai keadilannya, maupun kekuatan

hafalan. Wal hasil mencakup kredibilitas dan kapabilitasnya.

b. Lambang-lambang periwayatan hadits yang digunakan oleh masing-

masing perawi yang tergabung dalam sanad hadits , misalnya sami’tu,

akhbarana, haddatsana, ‘an, anna, qala, dll.

50

Page 51: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Penelitian terhadap kedua unsur di atas dimaksudkan untuk mendapatkan

pembuktian apakah hadits yang bersangkutan benar-benar muttashil atau

tidak; marfu’ atau tidak; mahfudl ( terhindar dari syudzuzd dan illat) atau

tidak. Di samping itu juga untuk membuktikan apakah para perawi yang

tergabung dalam sanad benar-benar adil dan memiliki kekuatan hafalan yang

sempurna, atau tidak.

Sedangkan bagian matan yang perlu diteliti pada dasarnya adalah terletak

pada redaksi hadits itu sendiri. Hanya saja ,oleh karena dalam periwayatan

hadits juga telah digunakan riwayat bil-ma’na, maka perlu dilakukan melalui

berbagai pendekatan. Apabila yang diteliti menyangkut hadits Nabi tentang

aturan ibadah tertentu, misalnya mengenai bacaan shalat, maka pendekatan

yang dipakai adalah pendekatan semantik (redaksi hadits diteliti dengan

menggunakan kaidah-kaidah bahasa). Sedangkan apabila hadits yang sedang

diteliti menyangkut ketentuan diluar ibadah, maka penelitiannya ditujukan

kepada kandungan maknanya. Sungguhpun begitu pendekatan semantik tetap

diperlukan dalam rangka membantu menemukan kandungan makna yang

benar.

Untuk kepentingan penelitian matan ini, maka disamping pendekatan

semantik, diperlukan juga melalui pendekatan rasio, sejarah dan prinsip-

prinsip ajaran islam.

C. Tujuan penelitian hadits

Tujuan pokok penelitian hadits baik dari segi sanad maupun matan, adalah

untuk mengetahuai kualitas hadits yang diteliti, hususnya terhadap hadits ahad.

Sedangkan kepada hadits mutawatir, penelitian ini dimaksudkan bukan untuk

meneliti kualitasnya, tetapi lebih ditujukan untuk membuktikan apakah hadits

yang diteliti bener-benar berstatus mutawatir atau tidak.

51

Page 52: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

Sebenarnya para ulama telah banyak melakukan penelitian terhadap

hadits, namun penelitian ulang tetap saja perlu dilakukan karena memiliki

manfaat. Tujuannya untuk mengretahui seberapa jauh akurasi penelitian yang

telah mereka lakukan, dan berguna untuk menghindari penggunaan dalil yang

tidak memenuhi syarat.

Sampurnan, 25 Pebruari 2002

M. Nawawi

EVALUASI PERKULIAHAN

STUDI AL-QUR’AN DAN HADITS

STAI QOMARUDDIN KELAS AKSELERASI

1. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang azali . Keazalian itu bersifat tak

terjangkau oleh manusia yang bersifat relatif , sebab ia صوت وال حرف . بالAkan tetapi kenyataannya al-Qur’an sampai kepada kita dalam bentuk bahasa

yang bisa dibaca. Bagaimana anda menjelaskan hubungan antara al-qur’an

yang azali dengan teks al-qur’an yang ada pada kita, dan apa konsekuensinya

terhadap pemahaman dan tafsir al-qur’an. (untuk membantu penjelasan ini

ada baiknya anda baca bukunya Dr. Qomaruddin Hidayat, Memahami Bahasa

Agama, Sebuah Kajian Hermeneutik, mulai halaman 101 sampai 123}.

52

Page 53: AL-QUR’AN DAN PROBLEMA PENAFSIRAN - tukarpendapat | …  · Web viewMaksudnya sahabat Nabi di Madinah mengamalkan langsung ... Dengan persyaratan sanad yang cukup ketat tersebut

2. Di kalangan para ulama terdapat perbedaan pendapat mengenai makna

istilah hadits Nabi dengan Sunnah Nabi. Bagaimana anda menjelaskan

perbedaan pengertian itu dan apa akibat perbedaan tersebut bagi pemahaman

dan pengamalan hadits Nabi. ( bisa di padukan antara bahan kuluah dengan

buku Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadis .Editor : M. Mas’udi dan

Yunahar Ilyas, hal. 95 –104 ; 141-154 ; sebagai tambahan bisa juga halaman

53 -66)

3. Dalam al-Quran. Terdapat pembagian ayat makiyah dan madniyah.

Pebagian ini berakibat pada penentuan ayat-ayat hukum. Kemukakan 3

ayat Makiyah yang dijadikan dalil hukum.

4. Sementara itu dalam hadits Rasul terdapat pembagian hadits qawli dan

fi’li. Pembedaan ini berakibat pada pemahaman terhadap hadits fi’li., dan

pada gilirannya terdapat ikhtilaf dikalangan ulama. Berikan 3 contoh

hadits f’li yang digunakan sebagian ulama’ sebagai dalil, tetapi tidak

dipakai oleh ulama yang lan.

5. Baik dalam pembahasan al-qur’an maupun hadits sama-sama dikenal term

qath’I dan dzanni. Terangkan masing-masing dengn contoh.

53