geomorfologi umum 4

Upload: muhammad-mizan

Post on 14-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    1/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    1

    Geomorfologi Umum

    1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Geomorfologi

    Geomorfologi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang lebih kurang dapat diartikan

    perubahan-perubahan pada bentuk muka bumi. Akan tetapi secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang

    mempelajari tentang alam, yaitu meliputi bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta perubahan-

    perubahan yang terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di bawahnya, serta

    sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar pada bentuk permukaan itu (American

    Geological Institute, 1973). Dalam bahasa Indonesia banyak orang memakai kata bentangalam sebagai

    terjemahan geomorfologi, sehingga kata geomorfologi sebagai ilmu dapat diterjemahkan menjadi Ilmu

    Bentangalam.

    Selain itu kata geomorfologi dipakai pula untuk menyatakan roman muka bumi, umpamanya bila

    orang menceriterakan keadaan muka bumi suatu daerah dapat dikatakan pula orang menceritakan

    geomorfologi daerah itu atau bentangalam daerah itu.

    Mula-mula orang memakai kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari roman muka bumi ini. Di

    Eropa fisiografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi,

    oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang, terutama di Amerika, tidak begitu sependapat untuk memakaikata ini dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari roman muka bumi saja dan lebih erat hubungannya

    dengan geologi. Mereka lebih cenderung untuk memakai kata geomorfologi. Sering kedua kata itu

    dicampur-adukkan. Agaknya bagan pada Gambar 1 dapat membantu membedakan kedua kata itu.

    1.2 Sejarah Geomorfologi

    Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga dengan ilmu-ilmu yang lain, dimulai

    dengan munculnya ahli-ahli filsfat Yunani dan Itali. Sebegitu jauh, HERODUTUS (485 425 S.M.) yang

    dianggap sebagai bapak sejarah dikenal pula mempunyai pikiran-pikiran tentang geologi, termasuk juga

    tentang perubahan muka air laut, salah satu gejala geomorfologi yang ia perhatikan di Mesir. Kemudian

    banyak pula ahli filsafat lainnya yang menyinggung tentang geomorfologi ini. Dapat disebutkan di sini

    antara lain ARISTOTLE, STRABO dan SANECA yang kesemuanya pada akhirnya menerangkan gejala-

    gejala alam sebagai suatu kutukan Tuhan atau dikenal dengan nama Teori Malapetaka.

    Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit berubah. Orang mulai mengenal filsafat

    katatrofisma yang mengatakan bahwa semua gejala alam itu sebagai akibat pembentukan dan perusakan

    yang relatif terjadi dengan tiba-tiba, sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.

    JAMES HUTTON (1726 1797) dikenal sebagai bapak geologi modern yang menerangkan

    gejala-gejala geologi sebagai gejala-gejala alam yang dapat kita kenal sehari-hari, sangat bertentangan

    dengan teori katatrofisma yang menganggap bahwa kejadian geologi relatif mengambil waktu yang amat

    singkat. Atas dasar itu kemudian teori yang dikemukakan HUTTON disebut orang sebagai teori

    uniformitarianisma, dan terkenal dengan dalilnya yang menyatakan bahwa hari ini adalah kunci dari

    kejadian pada masa lampau atau istilah asingnya adalah the present is the key to the past.

    Pada masa sekarang geomorfologi bukan saja meliputi bidang yang statis, yang hanya mempelajari bentuk-

    bentuk roman muka bumi, akan tetapi juga merupakan ilmu yang dinamis yang dapat meramalkan kejadianalam sebagai hasil interpolasi. Selain itu pemerian bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan dengan

    besaran-besaran matematika seperti kita kenal dengan nama geomorfologi kuantitatif. Sebagai pemukanya

    dapat dicatat STRAHLER yang membuat analisa pengaliran sungai secara matematika.

    Di Indonesia, bebrapa hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai terutama yang ditulis oleh ahli-ahli

    Belanda pada zaman sebelum perang. Di antara karya-karya geomorfologi itu patut dikemukakan di sini

    penyelidikan geomorfologi Kulon Progo yang dilakukan oleh PANNEKOEK (1939). Selain itu, sesudah

    http://kucinggeje.blogspot.com/2009/04/geomorfologi-umum.htmlhttp://kucinggeje.blogspot.com/2009/04/geomorfologi-umum.html
  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    2/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    2

    perang pun ahli-ahli geologi Belanda banyak pula menulis tentang geomorfologi Indonesia.

    VERSTAPPEN (1973) menulis tentang geomorfologi Pulau Sumatera secara luas dan menyeluruh.

    Gambar 1.1. Hubungan antara Geomorfologi dengan ilmu-ilmu lain dan daerah gerak Geomorfologi

    1.3 Konsep Dasar Geomorfologi

    Thornbury (1969) dalam buku yang berjudul Principles of Geomorphology mengemukakan 10

    konsep dasar dalam geomorfologi, yaitu:

    i. Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung selama waktu geologi;

    ii. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuk lahan (land forms);

    iii. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada proses-proses geomorfologi yang

    berlangsung;

    iv. Proses-proses geomorfik terekam pada land forms yang menunjukan karakteristik proses yang

    berlangsung;

    v. Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land forms yang terbentuk;

    vi. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks;

    vii. Obyek alam di permukaan bumi umumnya berumur lebih muda dari Pleistosen;

    viii. Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes melibatkan beragam faktor geologi dan perubahan

    iklim selama Pleistosen;

    ix. Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses geomorfik yang beragam;

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    3/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    3

    x. Geomorfologi, umumnya mempelajari land forms / landscapes yang terjadi saat ini dan sejarah

    pembentukannya.

    Gambar 1.2. Pengaruh erosi pada zona sesar menghasilkan bentuk bentang alam yang khas (Strahler &

    Strahler, 1984)

    http://s251.photobucket.com/albums/gg317/ghozian_I_K/?action=view&current=image003.jpg
  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    4/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    4

    PROSES GEOMORFOLOGI

    Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang dialami

    permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang kita kenal dengan nama

    geomorphic agent, berupa air dan angin. Termasuk di dalam golongan geomorphic agent air ialah air

    permukaan, air bawah tanah, glacier, gelombang, arus, dan air hujan. Sedangkan angin terutama mengambil

    peranan yang penting di tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir atau di tepi pantai. Kedua penyebab

    ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan kesemuanya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan

    terhadap roman muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar

    (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai lawan dari tenaga asal dalam

    (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak,

    sedangkan tenaga asal dalam sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam

    mengubah bentuk roman muka bumi ini. Proses geomorfologi yang kita kenal dapat diintisarikan sepertiterlihat pada bagan di Gambar 2.1.

    PEMBENTUKAN PENGRUSAKAN PENGANGKUTAN

    PEMBENTUKAN

    Tenaga Asal dalam

    Pembentukan struktur

    Pembentukan gunungapi

    PENGRUSAKAN

    Tenaga Asal luar

    Gradasi (perataan)

    Pelapukan

    Tenaga dari luar bumi

    Jatuhan Meteorit

    PENGANGKUTAN

    Tenaga Asal luar

    Pengangkutan bahan (mass wasting)

    Erosi oleh:

    Air permukaan

    Air bawahtanahGelombang

    Arus

    Angin

    Es

    Pengrusakan dan pengangkutan oleh organisma, termasuk manusia

    http://s251.photobucket.com/albums/gg317/ghozian_I_K/?action=view&current=image005.gifhttp://s251.photobucket.com/albums/gg317/ghozian_I_K/?action=view&current=image005.gif
  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    5/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    5

    Gambar 2.1. Bagan proses pembentukan roman muka bumi

    Gradasi (gradation) adalah proses permukaan bumi menuju perataan. Perataan pada bidang yang

    lebih tinggi letaknya daripada bidang mula asalnya misalnya dengan adanya penumpukkan bahan-bahan

    dinamakan dengan proses agradasi (agradation). Sedangkan sebaliknya yaitu pemindahan bahan-bahan dari

    bidang permukaan itu dinamakan degradasi (degradation)

    2.1 Degradasi

    Proses degradasi yang telah kita kenal dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pelapukan,

    pengangkutan bahan, dan erosi. Berikut ini ketiga proses tersebut dibahas secara umum.

    a. Pelapukan

    Berdasarkan beberapa definisi dari para pakar (Strahler & Strahler, 1984; Thornburry, 1969;

    Cargo & Mallory, 1974; Von Engeln, 1960; dll.) dapat disimpulkan bahwa pelapukan adalah

    proses penghancuran batuan atau permukaan bumi oleh proses kimia, fisika, dan biologi.

    Pelapukan sering disebut pula sebagai proses desintegrasi atau dekomposisi. Dari ketiga macam

    proses degradasi yang telah disebutkan, pelapukan dianggap sangat penting karena dapat

    mempercepat kedua proses lainnya.

    Pelapukan adalah perubahan fisik atau kimiawi batuan yang disebabkan karena berhubungandengan udara, air, dan organisma. Pelapukan digolongkan sebagai pelapukan fisika, pelapukan

    kimiawi, dan pelapukan biologis tergantung kepada penyebab utamanya. Pada pelapukan fisik,

    tenaga yang berupa tekanan dan temperatur memegang peranan yang sangat penting, sedangkan

    pada pelapukan kimiawi reaksi kimia menyebabkan perubahan pada komposisi kimia batuan.

    Pelapukan fisik menyebabkan batuan berubah ukuran menjadi lebih kecil yaitu dengan pemecahan

    atau desintegrasi. Penyebab terjadinya desintegrasi dapat berupa pengembangan karena

    berkurangnya tekanan, pertumbuhan kristal, pengembangan dan pengerutan karena pemanasan

    dan pendinginan, serta pengisian koloid. Batuan sangat sering pecah melalui bidang pelapisannya

    oleh karena bidang ini lemah. Proses ini dinamakan exfoliation. Gambar 2.2 memperlihatkan

    proses pelapukan batuan yang dikenal dengan pelapukan mengulit bawang.

    Gambar 2.2. Proses pelapukan pada fragmen breksi vulkanik yang tersingkap di tepi jalanMajalaya Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

    Pelapukan kimiawi dapat disebabkan karena oksidasi, hidrasi, dan karbonisasi. Dengan

    proses oksidasi batuan kemudian mempunyai volume yang lebih besar atau mengembang dan

    berat jenisnya menjadi kecil. Oksidasi pada batuan yang mengandung besi menghasilkan

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    6/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    6

    hematite yang berwarna coklat kekuning-kuningan. Hidrasi menghasilkan perubahan volume

    pada tiap molekul batuan yang disebabkan oleh masuknya air. Akibat perubahan volume ini

    maka batuan mengelupas menghasilkan keratan-keratan yang tipis-tipis. Pada proses

    karbonisasi, terbentuk karbonat sebagai hasil reaksi asam karbonat dengan mineral pada

    batuan. Batuan yang mudah larut seperti batugamping akan mengalami proses karbonisasi ini.

    Asam karbonat terbentuk karena udara yang mempunyai kandungan CO2 bereaksi dengan

    adanya air. Gambar 2.3 berikut ini menggambarkan reaksi yang terjadi dalam pelarutan

    batugamping. Dengan reaksi ini pelapukan kimia berlangsung yang mengakibatkan proses

    pelarutan pada batugamping terjadi.

    CaCO3 + H2O + CO2 -> Ca(HCO3)2

    (batugamping) (air) (udara) (larut)

    Gambar 2.3. Reaksi kimia pada proses pelarutan batugamping

    Pelapukan organik sebenarnya merupakan kombinasi antara kedua jenis pelapukan yang

    telah diuraikan sebelumnya, disebabkan karena tumbuh-tumbuhan ataupun makhluk hidup,

    misalnya akar pepohonan, cacing, dsb. Baik larutan kimia maupun energi yang dihasilkan oleh

    organisme, dapat mempercepat proses pelapukan batuan.

    Pelapukan batuan di satu sisi memiliki peran yang menguntungkan bagi umat manusia.

    Akibat proses pelapukan, batuan yang keras menjadi lunak sehingga memudahkan umat manusiauntuk mengelola suatu bentang alam tertentu menjadi lahan budidaya (misalnya lahan pertanian).

    Gambar 2.4 menunjukkan proses pembentukan tanah akibat adanya pelapukan batuan.

    Gambar 2.4. Pembentukan tanah akibat proses pelapukan batuan (Strahler & Strahler, 1984)

    Pengangkutan (mass wasting)Pengangkutan bahan-bahan (mass wasting) adalah pengangkutan material hasil proses

    pelapukan oleh agent-agent tertentu. Pada proses pengangkutan, gaya berat dan air memegang

    peranan yang sangat penting. Pengerahan bahan-bahan ini dapat berlangsung dengan cepat

    ataupun lambat. Berdasarkan kecepatannya dan jumlah air yang mengangkutnya orang mengenal

    tanah longsor, debris avalanches, aliran tanah, aliran lumpur, sheetfloods, dan slopewash. Pada

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    7/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    7

    Gambar 2.5 berikut ditampilkan bagan yang menjelaskan jenis-jenis pengangkutan yang terjadi di

    permukaan bumi.

    M E N G A L I RMENGALIR PERLAHAN

    RAYAPAN

    - Rayapan tanah

    - Rayapan talus

    - Rayapan batuan

    - Rayapan batuan karena glecier

    BANJIR

    LUMPUR (Solifluction)

    MENGALIR CEPAT

    ALIRAN TANAH

    ALIRAN LUMPUR

    LONGSOR/ RUNTUHAN SALJU (debris avalanche)

    LONGSORNENDATAN (slump)

    LONGSORAN (slide)

    JATUHAN (debris fall)LONGSOR BATUAN (rock slide)

    JATUHAN B ATUAN (rock fall)

    RUNTUHRUNTUH (subsidence)

    Gambar 2.5. Bagan pengangkutan bahan

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    8/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    8

    Gambar 2.6. Fenomena longsor di Cililin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

    c. Erosi

    Erosi berasal dari kata Latin erodere, artinya mengerkah atau mengampelas. Seperti arti asalnya,

    erosi adalah proses pengerkahan atau pengumpulan bahan-bahan terutama oleh air. Proses pelapukan dapat

    mempercepat proses erosi. Orang awam sehari-hari mengartikan erosi sebagai pengrusakan dan

    pengangkutan bahan-bahan dari tanah penutup. Dalam arti geologi erosi lebih tepat untuk dipakai sebagai

    proses pengampelasan baik batuan segar maupun lapukan atau tanah penutup.

    Definisi erosi cukup beragam, namun dapat disimpulkan bahwa erosi merupakan proses di

    permukaan bumi yang berlangsung secara gradual yang diakibatkan oleh aktivitas air, angin, salju maupun

    media geologik lainnya (SCSA, 1976, dalam El-Swaify et. al., 1982; Strahler & Strahler, 1984; Field &Engel, 2004). Arnoldus (1974, dalam El-Swaify et. al., 1982) mengusulkan klasifikasi erosi secara umum

    menjadi erosi geologi (geological erosion) dan erosi yang dipercepat (accelerated erosion). Erosi geologi

    terjadi secara alami, umumnya berlangsung dalam jutaan tahun dan seimbang dengan perubahan-perubahan

    di alam. Erosi yang dipercepat diakibatkan oleh aktivitas manusia, umumnya bersifat mengubah kondisi

    alami secara drastis.

    Erosi yang diakibatkan oleh pengerjaan air dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu (Van

    Zuidam, 1983), yaitu erosi percikan (splash erosion), erosi lembaran (sheet erosion), erosi alur (rill

    erosion), dan erosi selokan (gully erosion).

    Erosi percikan disebabkan oleh energi yang ditimbulkan ketika tetes-tetes hujan jatuh ke

    permukaan batuan/tanah. Besarnya material yang tererosi akan setara dengan besarnya energi yang

    dihasilkan oleh percikan air hujan tersebut. Erosi lembaran didefinisikan sebagai perpindahan serentak

    material batuan/tanah membentuk lapisan tipis mengikuti arah kemiringan lahan. Erosi alur merupakan

    bentuk erosi yang paling umum, terjadi ketika material batuan/tanah dipindahkan oleh air yang menyisakanbentuk alur di permukaan. Erosi selokan merupakan pengembangan lebih lanjut dari tahapan erosi alur,

    berukuran lebih besar dibandingkan alur yang terbentuk akibat erosi alur.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    9/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    9

    Gambar 2.7. Ilustrasi bentuk-bentuk utama erosi oleh air, A. gully erosion dan B. rill and interrill

    erosion (El-Swaify et. al., 1982)

    2.2 Agradasi

    Agradasi yaitu penumpukan bahan-bahan yang terjadi oleh karena gaya angkut berhenti, misalkan

    karena lereng tempat berlangsungnya pengangkutan tidak lagi berlanjut melainkan berubah menjadi datar.

    Maka pada tempat tersebut akan terjadi penumpukan bahan dan permukaan tanah menjadi lebih tinggi

    dibanding dengan permukaan asal.

    Gambar 2.8. Bentuk lahan erosional dan deposisional (Strahler & Strahler, 1984)

    Contoh yang paling baik dari agradasi adalah pengendapan aluvium dan endapan glacier. Endapan aluvium

    dapat dikenal bermacam-macam pula, sebagai contoh endapan talus, kipas aluvium (aluvial fan) dan

    kolovium (Gambar 2.8 dan 2.9).

    Gambar 2.9. Profil ideal kipas aluvial, menunjukkan lapisan-lapisan mudflow (aquicludes) berselingandengan lapisan-lapisan pasir (aquifers) (Strahler & Strahler, 1984).

    SIKLUS PERKEMBANGAN SUNGAI

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    10/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    10

    Sebagaimana sudah diuraikan di muka, air merupakan unsur pelaksana utama pengrusakan tenaga

    asal luar. Suatu daerah pertama-tama akan terangkat oleh tenaga asal dalam dan proses ini dinamakan

    proses pembentukan. Sedangkan pada proses yang dilakukan oleh air permukaan dinamakan proses

    pengrusakan. Keduanya pada akhirnya bekerja dalam satu hubungan yang erat yang dinamakan siklus:

    Pengrusakan Pengangkutan Pengendapan Pembentukan. Di daerah beriklim tropik lembab yang

    mempunyai angka curah hujan tinggi seperti Indonesia, peranan air permukaan ini sangat penting.

    3.1 LembahPermukaan lereng mula-mula dikikis atau dierosi membentuk lembah kecil (gully). Bila tidak, airmengikis daerah yang luas bersama-sama sehingga tidak terbentuk lembah kecil tersebut. Erosi semacam

    ini dinamakan erosi memipih atau lembaran (sheet erosion). Gully lambat laun berubah menjadi lembah

    yang makin lama makin dalam. Lembah muda ini biasanya berbentuk huruf V (V shape valley), dasar

    lembah sempit dan lerengnya terjal. Lembah yang dewasa (mature) dan tua (old) membentuk diri

    menyerupai huruf U yaitu dengan dasar lembah yang makin rata. Bentuk lembah yang demikian ini dapat

    pula terjadi akibat pekerjaan es (glacier).

    Selain air itu sendiri yang bekerja mengikis secara vertikal di bagian hulu, tepi lembah serta dasar

    lembah, juga bahan-bahan yang dibawanya ikut mengampelas dasar sungai atau lembah itu sehingga makin

    lama makin dalam. Kemampuan mengampelas ini ada batasnya yaitu apabila air sudah tidak bergerak lagi,

    atau bilamana mencapai muka laut. Oleh karena itu permukaan ini dinamakan orang erosion base level. Di

    bawah muka ini tidak terjadi erosi. Dengan begitu profil dasar sungai atau lembah akan mempunyai bentuk

    tertentu apabila sudah mencapai keseimbangan yang pada umumya membentuk kurva yang cekung

    perlahan-lahan. Kadang-kadang sebuah danau atau waduk menahan jalannya air dan menghentikan

    aktivitas pengampelasan. Karena itu maka air waduk atau air danau itu dinamakan batas dasar sewaktu-

    waktu atau setempat (temporary or local base level).

    Keseimbangan dan bentuk profil dasar lembah atau sungai yang ideal terbentuk jika kekerasan batuan sama

    di semua tempat (homogen) yang dilalui sungai tersebut. Di alam, keadaan yang demikian jarang dijumpai.

    Batuan keras akan menonjol dan dinamakan titik jendul (nick point) yang akan menyebabkan pula

    terbentuknya permukaan dasar erosi setempat di tempat tersebut.

    3.2 Pola pengaliran

    Pola pengaliran adalah hubungan antara satu sungai dengan sungai lainnya atau hubungan antara air

    permukaan yang mengalir melalui lembah-lembah. Hubungan tersebut akan membentuk suatu pola atau

    pattern.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    11/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    11

    Gambar 3.1. Foto udara high oblique sinklin Silat, Kalimantan, Indonesia (Verstappen, 1977)

    Kekerasan batuan di permukaan bumi berlainan di satu tempat dengan tempat lainnya yang tentu

    saja akan membentuk beraneka ragam jenis pola pengaliran. Kenampakan tersebut dapat dengan jelas

    dilihat pada peta topografi dan potret udara atau citra satelit. Dari bentuk atau jenis pola itu orang dapat

    menafsirkan jenis batuan atau gejala struktur geologi lainnya (Gambar 3.1).

    Pola pengaliran dasar yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 (Howard, 1967; dalam Van Zuidam, 1983),

    yaitu:

    1. Pola pengaliran mendaun (dendritik) terjadi karena kekerasan batuan relatif sama (homogen) dan lereng

    tidak terlalu curam. Hubungan antar satu sungai dengan sungai lainnya seperti daun atau pohon dengan

    cabang-cabangnya. Bila sudut antara tiap-tiap cabang sama, maka dinamakan pinnate.

    2. Pola pengaliran sejajar (paralel) terjadi seperti pada pola pengaliran dendritik tetapi lereng agak terjal

    sehingga air bergerak dengan cepat dan tidak sempat bergabung satu sama lainnya, melainkan berjajar.

    3. Pola pengaliran menangga (trellis) terdapat di daerah yang terlipat. Kekerasan batuan yang berselang-

    seling antara yang lemah dan yang keras mengakibatkan sungai berbelok-belok. Kadang-kadang memotong

    batuan keras dan menyusuri batuan lemah. Sungai dinamakan subsekuen bila menyusuri bagian lemah yang

    sejajar dengan jurus lapisan batuan, sedangkan konsekuen bila memotongnya. Obsekuen ialah anak sungai

    yang sejajar dengan sungai konsekuen tetapi bertentangan arah. Sedangkan resekuen ialah anak sungai

    yang sejajar dan searah dengan sungai konsekuen. Pola ini dapat memberi keterangan tentang daerah

    terlipat, antiklin, siklin, dan kubah.

    4. Pola pengaliran membulat (annular) terjadi pada batuan yang telipat dan lipatannya membentuk kubah

    (dome).

    5. Pola pengaliran memancar (radial) terjadi pada daerah yang terlipat ataupun gunungapi. Terutama pada

    daerah bergunungapi, pola ini sangat sering dijumpai dan merupakan salah satu ciri utamanya. Sungai-

    sungai mengalir dari satu pusat ke segala arah, memancar (radial) atau disebut juga centrifugal.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    12/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    12

    Gambar 3.2. Pola pengaliran dasar (Howard, 1967; dalam Van Zuidam, 1983)

    Bila sebaliknya yaitu pola sungai memancar tetapi bearah ke dalam (pusat) disebut dengan pola pengalirancentripetal.

    6. Pola pengaliran menyudut terjadi di daerah yang banyak terpatah-patah atau banyak terdapat retakan

    sehingga sungai terpengaruh oleh letak retakan-retakan tersebut yang merupakan daerah lemah. Bila sudut

    antara sungai-sungai itu runcing, maka pola pengaliran dinamakan angulate. Sedangkan bila bersudut

    hampir tegak dinamakan rectangular. Pola pengaliran jenis ini sangat penting peranannya dalam

    menganalisis struktur geologi suatu daerah untuk eksplorasi mineral.

    7. Di daerah berawa-rawa dan dekat muka laut orang biasanya menemukan pola pengaliran deranged atau

    contorted yaitu pola yang memperlihatkan aliran sungai yang tidak menentu, serta tepi sungai yang tidak

    jelas, bercampur baur dengan rawa. Di Kalimantan Selatan, sekitar Banjarmasin, pola pengaliran sungai

    semacam ini sering dijumpai.

    8. Pola pengaliran multi-basinal sering dijumpai pada bentuk lahan karst yang didominasi oleh

    batugamping. Pola tersebut dicirikan oleh aliran sungai yang tidak menerus karena beralih menjadi sungai

    bawah tanah akibat adanya proses pelarutan.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    13/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    13

    3.3 Meander

    Bila sungai berada jauh di atas permukaan dasar erosi (erosion base level) maka tenaga erosi tegak

    (vertical erosion) jauh lebih besar dari pada tenaga erosi horisontal. Akan tetapi segera air mendekati

    permukaan dasar ini sehingga tenaga tersebut menjadi berimbang dan akhirnya tenaga horisontal akan

    menjadi lebih besar.

    Proses tersebut mengakibatkan pengikisan tidak berjalan tegak atau ke bawah melainkan mendataratau ke samping mengakibatkan sungai menjadi berbelok-belok. Sungai yang berbelok-belok membentuk

    huruf U ini dinamakan sungai bermeander. Kadang-kadang suatu meander berbentuk sedemikian rupa

    sehingga membentuk danau tapal kaki kuda (oxbow lake). Pengendapan terjadi di belakang arus suatu

    meander yang terlindung, di sini tepi sungai bertambah dan bekas pertumbuhan meander itu (meander

    scroll) masih terlihat. Gambar 3.3 menunjukkan beragam bentuk lahan yang terbentuk di sekitar sungai

    bermeander.

    Gambar 3.3. Bentuk lahan di sekitar sungai bermeander (Gregory & Walling, 1979; dalam Van Zuidam, 1983)

    3.4 Endapan sungai

    Endapan sungai terjadi karena daya angkut air berkurang akibat mendekati permukaan dasar erosi ataupun

    karena perubahan arus. Pengendapan membentuk apa yang disebut endapan sungai nusa ataupun bar.

    Berdasarkan bentuk nusa dan letaknya dapat menafsirkan arah aliran sungai (Gambar 3.3).

    BENTANG ALAM

    DAERAH TERLIPAT

    Batuan endapan terbentuk dengan cara pengendapan bahan-bahan yang dibawa oleh air. Oleh

    karena itu, pada waktu pembentukannya batuan endapan berada dalam keadaan mendatar atau horisontal.

    Keanekaragaman bahan mempengaruhi batuan endapan sehingga akan terbentuk berlapis-lapis dan

    perlapisannya terletak secara horisontal.

    http://s251.photobucket.com/albums/gg317/ghozian_I_K/?action=view&current=image026-1.jpg
  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    14/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    14

    Berkaitan dengan hal tersebut, dalam posisi normal makin ke arah atas letaknya maka dengan sendirinya

    makin muda. Dalam stratigrafi, hukum tersebut dinamakan hukum superposisi. Bila tenaga asal dalam

    (endogen) bekerja pada daerah itu maka batuan endapan akan mengalami gangguan. Mungkin letaknya

    tidak horisontal lagi atau justru terlipat membentuk lipatan (fold) baik antiklin maupun sinklin, atau bahkan

    tersesarkan (fault). Sebagai akibat dari kekerasan batuan endapan yang berlainan antara satu lapisan dengan

    lapisan lainnya, maka batuan semacam ini membentuk bentangalam tersendiri yang khas. Erosi akan

    mengambil bagian di tempat-tempat lemah yaitu pada batuan yang lunak dan bagian yang keras akan

    menonjol membentuk bukit-bukit. Biasanya bukit ini memanjang sejajar dengan arah pelapisan.

    Dengan cara mengetahui bentuk bentangalamnya, mengetahui arah lembah dan sistem

    perbukitannya dapat dengan mudah ditafsirkan batuan dan struktur geologi yang ada di daerah tersebut.Bentangalam ini kadang-kadang terlihat dengan mudah pada peta topografi dan potret udara atau citra

    satelit.

    4.1 Pola pengaliran dan perlembahan

    Erosi berlangsung secara intensif di daerah-daerah atau batuan yang lunak. Di daerah ini pada

    umumnya akan membentuk lembah-lembah. Di dalam batuan sedimen yang terlipat, perselingan antara

    batuan yang keras dan lunak acapkali terjadi. Karena itu lembah-lembah terjadi berselang-seling dengan

    bukit-bukit yang memanjang menggambarkan pelapisan batuan (Gambar 4.1). Lapisan yang terlipat

    membentuk sinklin ataupun antiklin akan terlihat dengan jelas dari penyebaran lembah dan bukit-bukit ini.

    Antiklin yang menunjam biasanya terlihat jelas dari pola penyebaran bukit dan lembahnya yang berbentuk

    kaki kuda tempat penunjaman atau dinamakan juga hidung lipatan (antiklin ataupun sinklin).

    Pola pengaliran pada bentangalam batuan terlipat pada umumnya adalah pola pengaliran

    menangga (trellis) yang sudah diterangkan dalam bagian yang lalu. Pada pola ini dikenal adanya sungaisubsekuen, konsekuen, obsekuen, dan resekuen.

    Bila daerahnya tidak mantap dan sungai mengikis di daerah yang terangkat, maka sungai ini akan

    mengikis lebih dalam dan membentuk lembah yang sempit. Kadang-kadang undak (teras) ditemukan di

    lembah tepi sungai ini. Sungai semacam ini dinamakan sungai antisedan (anticedant), sebagai contoh

    sungai Cikapundung yang memotong sesar Lembang di Maribaya.

    Bila bentuk pola pengaliran ini membulat, maka kemungkinan besar menggambarkan dome atau

    kubah, sedangkan bila lonjong mungkin sekali antiklin atau sinklin. Di Indonesia, kemungkinan ke dua

    lebih sering dijumpai. Daerah bentangalam terlipat yang memperlihatkan pola pengaliran, sistem

    perlembahan dan perbukitan yang khas seperti diuraikan di atas dapat dijumpai sepanjang bagian Timurlaut

    Sumatera, pegunungan Kendeng dan Rembang, Madura, dan Kalimantan Timur.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    15/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    15

    Gambar 4.1. Tahapan perkembangan erosi pada bentang alam terlipat. An = antiklin, Sy = sinklin, L = danau,

    AV = lembah antiklinal, SV = lembah sinklinal, WG = watergap, AM = pegunungan antiklinal, SM =

    pegunungan sinklinal (Strahler & Strahler, 1984)

    4.2 Perbukitan atau punggungan (ridge)

    Sebagaimana sudah diuraikan di muka, perbukitan di daerah terlipat dapat memanjang danmenggambarkan perlapisan, sehingga dapat diketahui bentuk perlapisannya. Selain itu pada bukit ini dapat

    pula ditafsirkan atau lebih jauh diukur besar kemiringannya.

    Perlapisan yang miring agak besar yaitu kira-kira sekitar 45 akan menghasilkan kedua lereng

    pegunungan yang sama terjal. Punggungan semacam ini dinamakan hogback. Pelapisan yang agak landai

    pada umumnya menghasilkan bukit atau punggungan yang tidak simetris, salah satu lerengnya lebih landai.

    Lereng yang landai ini biasanya memperlihatkan arah dip, sedangkan lereng yang terjal menunjukkan arah

    sebaliknya. Pada lereng ini kemiringan (dip) dapat diukur. Bentuk punggungan semacam ini dinamakan

    cuesta. Cuesta dengan mudah dapat dikenal pada peta topografi atau pun pada potret udara dan citra satelit.

    Daerah-daerah yang terlipat di Indonesia pada umumnya merupakan tempat terkumpulnya atau

    perangkap minyak bumi. Dengan sendirinya persyaratan-persyaratan lain untuk terdapatnya minyak bumi

    harus terpenuhi. Sebagai contoh dapat diambil, sepanjang Sumatera sebelah Timurlaut, Rembang, Madura-

    Kangean, dan Kalimantan Timur. Daerah yang membentuk dome (kubah garam) di Pantai Teluk Meksiko

    (Amerika) dan Iran sangat terkenal sebagai tempat terkumpulnya minyak bumi.

    BENTANGALAM

    DAERAH TERSESARKAN

    Patahan atau seringkali juga disebut sesar (fault) adalah gejala geologi yang berhubungan dengan

    pergerakan kulit bumi. Bila sesar ini sampai ke permukaan bumi maka akan mempengaruhi bentuk roman

    muka bumi di tempat itu, dengan demikian mempengaruhi bentuk bentangalam. Bila dapat mengetahui

    bentuk bentangalam maka dapat pula ditafsirkan adanya pensesaran di suatu daerah.

    Sesar dapat dibagi atas sesar naik, sesar normal, dan sesar mendatar atau sesar geser jurus (strike-slip fault,

    wrench fault, tear fault) tergantung kepada arah pergerakan. Sesar naik dijumpai bila blok di bawah bidang

    patahan bergerak relatif ke atas, sedangkan pada sesar normal terjadi sebaliknya. Pada sesar geser jurus dan

    sesar mendatar, atau disebut juga sesar horisontal, gerakanterjadi bersesuaian dengan arah jurus. Gerakan

    ini adalah gerakan mendatar. Bila blok relatif bergerak ke kiri dalam hal kita menghadap bidang patahan,

    dinamakan sinistral, sedangkan sebaliknya dinamakan dextral. Pada umumnya sesar yang dijumpai di alam

    merupakan gabungan antara gerakan-gerakan tersebut.

    5.1 Gawir (scarp)

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    16/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    16

    Pengaruh sesar terhadap bentangalam suatu daerah terutama sangat jelas pada bidang sesar. Tempat ini

    biasanya merupakan tempat yang lemah dan lunak, dan biasanya menjadi sasaran erosi. Oleh karena itu,

    pada daerah yang tersesarkan atau retakan biasanya terbentuk lembah yang lurus dan memanjang. Pada

    sesar normal, biasanya bidang patahan membentuk gawir (scarp) yang berupa dinding miring. Pada dinding

    ini biasanya orang menemukan garis-garis geseran (scretch) yang menunjukkan adanya patahan. Pada

    umumnya dinding ini memperlihatkan pula bentuk deretan segitiga oleh karena beberapa bagian telah

    dikerat membentuk lembah. Bentuk ini dinamakan triangular facets. Fenomena ini diperlihatkan oleh

    Gambar 1.2 pada BAB 1. Pada Gambar 5.1 tampak bentuk bentangalam akibat pensesaran

    .

    Gambar 5.1. Beragam bentuk bentang alam akibat tektonik (Strahler & Strahler, 1984)

    Kadang-kadang dijumpai pasangan-pasangan sesar saling berhadapan dan bagian yang turun

    membentuk lembah. Gawir dan triangular facets terdapat pada kedua dinding lembah itu. Lembah ini

    berukuran jauh lebih besar daripada lembah yang dihasilkan oleh erosi, dan mempunyai dasar yang rata.

    Sistem pergeseran yang turun sedangkan sebaliknya dinamakan sembul atau horst. Contoh graben yang

    terkenal ialah Graben Rhine di Jerman dan Semangko di Sumatra.

    Sesar biasanya terdapat dalam bentuk majemuk, bergabung satu sama lainnya. Sesar menangga

    (step fault) adalah sesar yang membentuk tangga seperti tangga rumah, yaitu satu sama lainnya sejajar dan

    berundak-undak. Kadang-kadang sesar majemuk ini juga membentuk genting yang menumpuk satu sama

    lainnya. Sesar semacam ini dinamakan echelon. Semua sesar yang diuraikan di atas dapat tercermin dengan

    jelas pada gawir yang menyembul di permukaan bumi.

    5.2 Pola pengaliran

    Sesar pada umumnya menghasilkan gawir dan daerah sesar merupakan daerah lemah sehinggamudah tererosi, maka patahan akan mempengaruhi sistem pengaliran air permukaan atau drainage pattern.

    Pola pengaliran menyudut (angulate) dan menegak (angular) terdapat di daerah yang mempunyai banyak

    patahan dan retakan yang tergabung dalam satu sistem, umpamanya membentuk sudut 45 pada pola

    pertama, dan 90 pada pola yang disebut terakhir. Biasanya sistem sesar dan sistem pengaliran ini terdapat

    pada batuan granit, batugamping, dan batuan terlipat yang menghasilkan retak-retak akibat tekanan sebagai

    penyebab lipatan tersebut.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    17/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    17

    Selain itu sesar yang menghasilkan gawir seolah-olah akan membendung pengaliran dan

    membelokkan sungai. Contoh yang paling baik adalah sungai Cikapundung yang pada mulanya tersebar di

    kaki gunung Tangkubanperahu kemudian menabrak gawir sesar Lembang yang membentang barat-timur

    melalui tepi selatan kota Lembang dan Maribaya, sehingga sungai-sungai itu berjalan sepanjang sesar dan

    bersatu kembali untuk bersama-sama menerjang gawir di daerah Maribaya dan membentuk kembali sungai

    Cikapundung yang kemudian mengalir melalui kota Bandung. Pola demikian dapat digolongkan sebagai

    pola pengaliran sub-menangga (sub-trellis).

    Bila sesar geser lurus masih bekerja dan sungai sudah mengalir sewaktu sesar itu mulai terjadi,

    maka biasanya sungai membelok seolah-olah berhenti kemudian membelah mengikuti patahan untuk

    sementara, kemudian meninggalkan sesar itu lagi meneruskan perjalanan pada arah asalnya. Pada petatopografi dan potret udara / citra satelit tingkah laku sungai semacam ini dapat dilihat dengan jelas,

    sehingga apabila melihat bentuk sungai yang demikian maka dengan mudah dapat ditafsirkan kemungkinan

    adanya patahan geser-lurus yang masih aktif. Contoh sesar demikian di Indonesia ialah sesar sepanjang

    Bukit Barisan di Sumatera, sesar Palu Koro di Sulawesi Tengah, dan sesar Gorontalo di Sulawesi Utara.

    Gambar 5.2. Citra Landsat TM menunjukkan pola pengaliran di sekitar sesar Lembang, Kabupaten Bandung,

    Jawa Barat (atas perkenan Sidarto, P3G, 2004)

    Tidak semua sesar dapat mempunyai indikasi ekonomi. Akan tetapi banyak mineral-mineral

    berharga ditemukan pada sistem persesaran, terutama pada perpotongan sesar-sesar. Ini terutama

    disebabkan daerah itu merupakan daerah lunak dan lemah yang mudah diterobos magma dalam proses

    hydrothermal yang menghasilkan mineral-mineral. Endapan tembaga yang terkenal di Nevada, Amerika

    Serikat, pada umumnya terdapat dalam perpotongan sistem persesaran, demikian pula halnya di Alaska.

    Dengan mengetahui pola pengaliran, dapat dianalisis sistem persesaran, dengan demikian dapat pula

    meramalkan dan menemukan endapan mineral berharga.

    Patahan biasanya juga ditandai dengan keluarnya mataair panas maupun biasa. Mataair panas

    dapat menjadi sumber pemasukan bagi PAD setempat melalui pengembangan pariwisata. Mataair biasa

    sangat penting peranannya untuk kehidupan manusia dan pertanian.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    18/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    18

    BENTANGALAM

    KARST

    Bentangalam karst termasuk bentuk bentangalam yang penting, dan banyak pula ditemukan di

    Indonesia. Bentuk ini sangat erat berhubungan dengan batuan endapan yang mudah melarut. Oleh karena

    itu dengan mengetahui bentuk bentangalamnya, pada umumnya orang dapat mengetahui jenis batuannya,

    terutama juga oleh karena bentuk bentangalam karst sangat karakteristik dan mempunyai tanda-tanda yang

    mudah dikenal baik di lapangan, pada peta topografi maupun pada potret udara dan citra satelit.

    Bentangalam ini terutama memperlihatkan lubang-lubang, membulat atau memanjang, gua-gua dan bukit-

    bukit yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi bentangalam karst tersebar di Perancis

    Selatan, Spanyol Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapa negara Amerika Selatan, dan beberapa negara

    bagian di Amerika Serikat (Tenesse, Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu

    pegunungan di Yugoslavia yang berbentangalam spesifik ini.

    Di Indonesia bentangalam karst dapat ditemukan di beberapa daerah di pulau Jawa, yaitu Jampang

    di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di Kulon Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di

    Jawa Timur, dan beberapa daerah di Sulawesi Tengah. Di Irian Barat bentangalam karst ditemukan di

    Kepala Burung pada formasi Klasafet, sedangkan di Sumatera ditemukan, terutama di Sumatera Selatan

    dan Aceh.

    6.1 Terjadinya bentuk bentangalam karst

    Bentangalam karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan membentuk lubang-lubang.

    Bentangalam ini terutama terjadi pada wilayah yang tersusun oleh batugamping yang mudah larut, dan

    batuan dolomit atau gamping dolomitan. Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air sangat

    penting artinya. Bentangalam karst biasanya berkembang di daerah yang mempunyai curah hujan cukup.

    Di samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi bila air tidak mencapai jenuh akan karbonat. Air yang

    mengalir dapat menciptakan keadaan ini. Air yang mengandung CO2 (gas) akan lebih mudah melarutkan

    batugamping. Di bawah ini diperlihatkan reaksi kimia yang menghasilkan pelarutan tersebut.

    H2O + CO2 ->

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    19/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    19

    batuan terlarut tidak meninggalkan sisa-sisa, maka daerah itu tidak mempunyai tanah penutup dan

    menghasilkan bentuk permukaan yang kasar dan kadang-kadang memperlihatkan garis-garis bekas

    pelarutan. Bentuk bentuk tersebut dinamakan lapies (Gambar 6.3).

    Gambar 6.2. Terra rossa di bagian atas batugamping, beberapa kekar tampak makin melebar akibat proses

    pelarutan (Thornbury, 1969).

    Gambar 6.3. Kenampakan lapies di dekat Mitchell, Indiana, USA (Thornbury, 1969).

    b. Lubang tenggelam (sinkholes), doline, uvala, gua, stalaktit dan stalakmit.

    Pelarutan pada umumnya berlangsung di daerah-daerah yang lunak, terutama pada perlapisan,

    sepanjang retakan dan pada perpotongan retakan-retakan. Lubang ini kemudian membesar di bagian bawah

    akibat air terkumpul di sini, dan pada suatu ketika bagian atas batuan akan runtuh sehingga terbentuk

    lubang yang besar dan terbuka. Lubang ini dinamakan doline (berasal dari Bahasa Serbia dolines) bila

    bentuknya membulat atau uvala bila bentuknya memanjang. Tempat sungai masuk ke dalam tanah sebelum

    menjadi sungai bawah tanah dinamakan lubang tenggelam (sinkholes), atau lubang masuk. Pada akhirnya

    sungai bawah tanah ini akan muncul kembali dan dinamakan mata air atau sumber air (spring) atau

    pemunculan (rise). Tempat pemunculan ini sangat penting dan sering dipakai sebagai sumber pengairan.

    Kadang-kadang tidak terlihat adanya lubang masuk yang menghasilkan sungai bawah tanah ini. Air

    terkumpul dari banyak tempat peresapan melalui celah-celah. Bila pada suatu waktu air tidak ada lagi maka

    terbentuklah terowongan-terowongan bekas sungai dan gua-gua. Gua dapat juga terbentuk oleh karena

    doline yang runtuh dan membentuk rongga. Di dalam gua ini, jika persyaratan memenuhi seperti diuraikan

    di muka, akan terbentuk stalactites, tiang-tiang karbonat yang terbentuk di bagian atap gua, dan stalagmites

    yang tumbuh di bagian lantai gua.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    20/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    20

    c. Bukit kerucut (conical hills)

    Sisa-sisa erosi dan daerah yang belum terlarut karena letaknya di bagian yang keras, misalkan

    relatif tidak retak dan tidak berlapis serta kompak, akan membentuk bukit-bukit seperti kerucut. Daerah-

    daerah yang lemah karena retakan berkembang menjadi doline dan akhirnya satu doline menyambung

    dengan doline lainnya sehingga terbentuk sisa-sisa berupa bentuk kerucut (conical hills, pepino hills

    (Puerto Rico), hums, mogotes (Cuba)). Bentuk ini merupakan bentuk yang paling mantap dan tahan

    terhadap pelarutan dan erosi.Letak bukit kerucut biasanya teratur karena letak retakan yang dilarutkan pun biasanya teratur pula

    dalam suatu sistem peretakan. Dari letak bukit-bukit ini biasanya dapat dianalisis sistem retakan di suatu

    daerah karst dan kemudian untuk mengetahui arah tekanan atau gaya-gaya yang berpengaruh di daerah

    tersebut.

    Pada peta topografi, potret udara atau citra satelit dengan mudah bukit-bukit ini dikenali, terutama

    karena ketinggiannya yang cukup memadai sehingga tampak pada peta berskala 1:25.000 bahkan

    1:100.000. Di Indonesia bukit-bukit ini mempunyai tinggi berkisar antara 3 sampai beberapa puluh meter.

    Gambar 6.4. Ilustrasi bentangalam karst di Indiana bagian selatan, USA (Thornbury, 1969)

    Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra rossa, dan bahan bangunan. Di

    gua-gua sering terdapat onggokan fosfat hasil reaksi kimia antara kotoran burung penghuni gua dengan

    karbonat. Endapan ini dapat dipakai untuk bahan pupuk. Terra rosa yang mengandung kadar besi tinggi

    ditambang kandungan bijih besinya. Dewasa ini masih dipersoalkan untuk pengambilan aluminium yang

    mungkin dikandung terra rossa dalam jumlah amat sedikit. Bentangalam karst terbentuk di daerah

    batugamping, oleh karena itu bahan bangunan batugamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil

    (pembakaran batugamping) ataupun bahan semen. Patut diperhatikan kemungkinan adanya gua-gua yang

    sangat memegang peranan dalam perhitungan jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang tidak tampak di

    permukaan dan menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah cadangan.

    Perencanaan tataletak bangunan, jalan, ataupun waduk harus memperhatikan kemungkinan adanya retak-

    retak yang mempermudah pelarutan batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat menggangu fondasi.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    21/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    21

    BENTANGALAM

    PANTAI

    Bagian ini terutama akan membicarakan bentuk-bentuk geomorfologi pantai beserta cara

    terjadinya dan penyebabnya. Selain pantai laut juga akan disinggung tentang pantai danau.

    Ada tiga macam gerakan air laut yang menyebabkan proses gradasi pada permukaan bumi, yaitu

    gelombang, arus, dan pasang-surut. Pasang surut sebenarnya sangat sedikit pengaruhnya.

    Angin adalah penyebab utama terjadinya gelombang. Kecepatan, besarnya daerah yang tertiup angin

    (fetch), dan lamanya angin bertiup menentukan besarnya gelombang. Istilah-istilah yang dipakai dalam

    mengukur besarnya gelombang sama dengan istilah yang dipakai dalam ilmu fisika, yaitu panjang

    gelombang, tinggi gelombang, dan waktu gelombang (getaran), serta kecepatan gelombang. Oleh karena

    fetch di danau pada umumnya tidak cukup luas, maka gelombang besar jarang terjadi. Gelombang paling

    besar yang pernah tercatat, yaitu yang mempunyai tinggi gelombang sebesar 16 meter, ditimbulkan oleh

    fetch paling tidak sebesar 1000 kilometer (Kuenen, 1950; dalam Thornbury, 1969)

    Ada dua macam gelombang yang dikenal yaitu gelombang osilasi (wave of oscillation) dan

    gelombang translasi (translation). Yang pertama terjadi di tempat-tempat yang dalam sehingga dasar lautantidak berpengaruh terhadap gelombang ini. Sedangkan yang kedua terjadi di tempat-tempat yang dangkal di

    tepi pantai. Pada gelombang pertama tidak terjadi gerakan air secara mendatar, akan tetapi pada gelombang

    translasi gerakan air yang dominan adalah gerakan mendatar sehingga terjadi pengikisan terhadap pantai

    dan dasar laut dangkal. Perubahan antara kedua jenis gelombang itu menimbulkan pengosongan dan

    pengumpulan massa air, karena itu di sini gelombang menjadi pecah atau rebah (surf). Tempat ini

    menunjukkan perubahan kedalaman dasar laut. Gelombang translasi mempunyai dua fungsi yaitu

    pengikisan pantai dan pengendapan kembali di tempat-tempat yang rendah serta pengikisan dasar pantai

    yang terletak di atas dasar gelombang (wave base). Dasar gelombang adalah tempat terdalam, yang mana

    pengaruh gelombang masih terasa. Pengikisan dasar pantai pada waktu air bergerak ke arah pantai

    dinamakan debak (wash), sedangkan pada waktu kembali menjauhi pantai disebut pencucian balik

    (backwash) ditampilkan pada Gambar 7.1 di bawah ini.

    Gambar 7.1. Ilustrasi wash dan backwash akibat pergerakan air di pantai (Strahler & Strahler, 1984).

    Selain oleh angin gelombang dapat ditimbulkan pula oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.

    Acapkali gelombang itu mempunyai ukuran yang besar dan dapat melanda pantai serta menimbulkan banjir

    dan bencana di daerah pantai. Gelombang semacam ini dinamakan tsunami. Pada 26 Desember 2004 telah

    terjadi tsunami di lepas pantai NAD dan Sumatera Utara dengan sumber gempabumi terletak sekitar 149

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    22/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    22

    arah selatan dari Meulaboh. Ketinggian gelombang tsunami mencapai 2-10 m. Gempabumi penyebab

    tsunami diketahui memiliki kedalaman pusat gempa sekitar 20 km di bawah Samudera Hindia. Beberapa

    pusat pengukuran gempabumi menaksir kekuatan gempa mencapai 6,9 9,1 R. Wilayah yang terkena

    bencana meliputi Srilanka, India, dan Indonesia (Gambar 7.2). Indonesia merupakan wilayah yang

    mengalami kerusakan paling parah dengan korban jiwa mencapai lebih dari 200 ribu orang (Gambar 7.3).

    Gambar 7.2. Penyebaran pengaruh tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 di kawasan Asia Selatan

    (Sudradjat, 2005)

    Gambar 7.3. Kerusakan akibat tsunami di kawasan Penayung, Banda Aceh, NAD (PR, 2005).

    Arus (current) dibedakan dari gelombang oleh karena di sini terjadi pemindahan massa air. Penyebabnya

    bermacam-macam, akan tetapi yang mempunyai arti dalam geomorfologi adalah yang ditimbulkan karena

    angin. Apabila arus ini menabrak pantai dengan posisi miring maka akan timbul arus sepanjang pantai

    (longshore current) yang akan mempengaruhi pembentukan pantai. Pantai sedikit demi sedikit bergeser

    sepanjang garis pantai sebagai hasil kerja arus semacam ini (longshore drifting) ditampilkan pada Gambar

    http://s251.photobucket.com/albums/gg317/ghozian_I_K/?action=view&current=image049-1.jpghttp://s251.photobucket.com/albums/gg317/ghozian_I_K/?action=view&current=image047-1.jpg
  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    23/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    23

    7.4.

    Gambar 7.4. Fenomena longshore current dan longshore drifting (Strahler & Strahler, 1984)

    Selain oleh angin, arus dapat pula ditimbulkan karena adanya pasangsurut (tidal current). Oleh

    karena permukaan air laut yang berlainan antara satu tempat dengan tempat lainnya maka akan terjadi arus

    dari tempat pasang ke tempat surut terutama melalui selat-selat, sebagai contoh selat-selat di antara pulau di

    Nusa Tenggara. Arus yang ditimbulkan oleh pasangsurut inipun berpengaruh pula terhadap pembentukan

    pantai. Tidal bore adalah bagian muka arus yang terjadi karena pasangsurut. Tidal bore biasanya

    berpengaruh dalam pengikisan pantai dan pembentukan endapan laut.

    7.1 Erosi pantai

    Gelombang yang menghempas ke arah pantai dapat merusak pantai tersebut, akibatnya pantai

    sedikit demi sedikit menjadi mundur posisinya ke arah darat. Pantai yang demikian dinamakan pantai yang

    mengalami pemunduran atau abrasi (abration). Di Indonesia pantai yang mengalami abrasi umpamanya

    pantai Sumatera Barat (sekitar Padang) dan pantai Teluk Jakarta.

    Muara sungai pada umumnya menumpahkan bahan-bahan yang dibawa sungai ke laut. Akibat

    perubahan kecepatan air sungai yang terjadi di muara maka bahan-bahan yang terangkut ini segera

    mengendap, dan membentuk pantai yang tumbuh atau mengalami akresi (accretion). Pada pengikisan

    pantai terjal mula-mula terjadi bagian yang melekuk pada mukalaut, kemudian lama-kelamaan pantai itu

    runtuh dan mundur sedikit demi sedikit.

    7.2 Pantai tumbuh

    Pantai tumbuh terjadi di tempat-tempat pengendapan bahan-bahan yang dibawa sungai atau

    dibawa arus laut itu sendiri. Sungai ini membentuk delta dan bahan-bahan yang dibawanya mengendap

    pula di depan pantai. Pantai yang demikian dinamakan pantai tumbuh atau mengalami akresi. Di Indonesiapantai yang tumbuh terutama dikenal di pantai-pantai Selat Malaka dan Laut Jawa.

    Pengendapan yang terjadi di depan pantai terdiri dari bermacam-macam jenisnya. Bar adalah

    endapan di muka pantai yang kira-kira hampir sejajar pantai. Cuspate bar adalah salah satu jenis bar yang

    menyudut atau membentuk semacam taji terhadap pantai, sedangkan tombolo menghubungkan pantai

    dengan pulau kecil di depan pantai yang pulau ini juga terbentuk dengan cara pengendapan. Pematang

    pantai adalah endapan yang terbentuk pada pantai sepanjang garis pantai dari bahan-bahan hasil

    pengikisan pantai atau bahan-bahan yang dibawa sungai yang dimuntahkan ke laut.

    7.3 Klasifikasi bentuk pantai

    Pantai dapat digolongkan menjadi 4 golongan besar, yaitu (1) pantai naik (emergence coast), (2)

    pantai turun atau tenggelam (submergence coast), (3) pantai statis (neutral coastline), dan (4) pantai

    gabungan (compound coastline) yang dikemukakan oleh Johnson pada tahun 1919 (dalam Thornbury,

    1969).(1) Pantai naik (emergence coast)

    Pantai naik bercirikan garis pantai yang relatif rata, oleh karena dasar laut yang hampir rata dan

    tidak mengalami erosi serta mengalami pengendapan, terangkat ke atas mukalaut. Kalaupun berbelok-

    belok, maka belokan ini halus dan rata serta perlahan. Pantai naik tidak dapat dicampurbaurkan dengan

    http://s251.photobucket.com/albums/gg317/ghozian_I_K/?action=view&current=image051-1.jpg
  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    24/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    24

    pantai maju. Pada pantai maju penambahan pantai terjadi karena pengendapan. Pantai naik yang terbentuk

    karena patahan pada umumnya berbentuk lurus tetapi terjal.

    (2) Pantai turun (submergence coast)

    Pada pantai turun, bagian daratan yang sudah tererosi dan membentuk lembah-lembah serta roman muka

    yang tidak rata tenggelam di bawah mukalaut. Garis pantai menjadi berkerinyut dan banyak berbelok-

    belok tidak teratur. Pantai inipun jangan disamakan dengan pantai yang terdiri dari batuan yang keras

    sehingga membentuk pantai tidak teratur. Biasanya yang disebutkan terakhir membentuk pantai yang

    terjal.

    Gambar 7.5. Pantai turun di Pelabuhan Whangaroa, bagian timur laut Auckland, New Zealand

    (Thornburry, 1969)

    (2) Pantai statis (neutral coastline)

    Pada pantai statis tidak terjadi pengendapan di muka pantai serta pertumbuhan dan pemunduran pantai,

    seperti diuraikan dalam bagian (1) dan (2) di atas. Karakteristik pantai ini diantaranya terbentuk delta,

    dataran aluvial, bersifat vulkanik, dan coral reef tumbuh dengan baik.

    (4) Pantai gabungan (compound coastline)

    Pantai ini mengalami proses gabungan, pada periode tertentu mengalami penurunan, pada periode lain

    mengalami penaikan. Oleh karena itu, karakteristik pantai naik dan turun keduanya ditemukan pada jenis

    pantai ini.

    BENTANGALAM

    VULKANIK

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    25/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi UmumAprizon Putra

    Nim: 89059

    25

    Gunungapi terbentuk sebagai salah satu pekerjaan tenaga asal dalam. Pada umumnya pembentuk

    gunungapi merupakan proses membangun sebagai kebalikan proses perusakan yang dilakukan oleh tenaga

    asal luar. Pada kegiatan gunungapi atau vulkanik dihasilkan rempah-rempah gunungapi atau bahan-bahan

    gunungapi berupa lava, pasir gunungapi, lapili, debu gunungapi (tufa) dan bahan-bahan lainnya yang

    dilemparkan atau dimuntahkan pada waktu peletusan. Bersama-sama dengan air yang terdapat di

    permukaan bumi atau air hujan, hasil-hasil gunungapi ini dapat bergerak atau longsor karena beratnya

    sendiri atau menghasilkan aliran lumpur (mudflow) atau lahar yang mengalir melalui daerah-daerah yang

    rendah yaitu sungai ataupun lembah. Di Indonesia bahaya lahar dikenal sebagai bahaya sekunder yang

    efeknya lebih besar daripada bahaya primer yaitu letusan gunungapi itu sendiri.

    Gunungapi dapat kita bagi atas gunungapi aktif, gunungapi beristirahat (dormant) gunungapipadam (extinct). Di Indonesia hampir ketiganya dikenal. Selain itu terdapat pula pembagian berdasarkan

    waktu peletusannya dan jenis peletusannya. Akan tetapi kedua dasar pembagian ini tidak mempengaruhi

    bentuk bentangalam. Di sini yang sangat berpengaruh pada bentuk bentangalam gunungapi adalah umur

    gunungapi dan jenis rempah-rempah yang dihasilkan gunungapi tersebut.

    Gunungapi di dunia tersebar dalam beberapa pola. Yang paling dikenal ialah apa yang disebut

    Jalur Api Pasifik yang melingkari Lautan Pasifik mulai dari Amerika Selatan sampai ke New Zealand

    melalui Amerika Utara, Kepulauan Aleut, Kamsatka, Kuril, Jepang, Filipina, Sulawesi, Maluku Utara,

    Pulau-pulau Solomon, Kaledonia Baru, dan akhirnya Selandia Baru.

    Di Indonesia gunungapi tersebar sepanjang jalur gunungapi atau jalur dalam, mulai dari Aceh

    menyusur Sumatera terus ke Jawa, pulau-pulau di Nusa Tenggara dan pulau-pulau di Maluku selatan,

    melingkari Laut Banda, Sulawesi Selatan, Tengah dan Utara. Satu kelompok lain terdapat di daerah

    Maluku Utara yaitu sebelah barat Halmahera. Ada kurang lebih 70 buah gunungapi yang digolongkan

    sebagai gunungapi tipe A, yaitu yang meletus sepanjang sejarah, atau diketahui manusia (Sudradjat, 1997).Bentuk bentangalam gunungapi lebih banyak dipengaruhi oleh bahan-bahan yang dihasilkan

    gunungapi dan yang membentuk badan gunung tersebut. Hasil-hasil gunungapi diantaranya adalah lava,

    bongkah, scoria, lapili, pasir gunungapi, debu gunungapi dan lahar. Lahar merupakan banjir lumpur dan

    bahan-bahan lainnya yang terbawa oleh air hujan dan meluncur di lereng-lereng gunung melalui lembah-

    lembah. Temperatur lahar dapat tinggi sekali sehingga amat berbahaya. Pada umumnya bahaya yang

    terbesar yang disebabkan oleh gunungapi di Indonesia ialah bahaya lahar, yang disebut juga sebagai

    bahaya sekunder. Oleh karena lahar itu merupakan banjir lumpur maka bentangalam yang dihasilkan

    sangat halus, lereng landai dan membentuk lidah mengikuti lembah-lembah. Lava biasanya membentuk

    permukaan yang tidak rata, berbongkah-bongkah dan secara keseluruhan membentuk lidah-lidah.

    8.1 Gunungapi strato

    Hasil gunungapi yang bermacam-macam ini dapat sekaligus dihasilkan oleh suatu gunungapi

    sehingga terdapat perlapisan antara satu jenis hasil gunungapi dengan jenis lainnya. Oleh karena itu,gunungapi jenis ini dinamakan gunungapi strato atau majemuk. Biasanya membentuk seperti kerucut,

    dengan sudut lereng sekitar 20 30 di bagian tengah dan lebih terjal di puncak. Sedangkan di bagian

    kaki yang pada umumnya terbentuk dari lahar, lereng biasanya landai. Gunungapi semacam ini yang

    terutama terdapat di Indonesia.

    8.2 Gunungapi tameng

    Bila lava merupakan hasil utama suatu gunungapi maka pada umumnya gunungapi semacam ini

    akan landai dan membentuk seperti tameng akibat lava membeku dengan perlahan-lahan dan oleh karena

    itu lebih cenderung untuk melebar ke semua arah daripada menumpuk. Kecuraman lereng tergantung dari

    kekentalan lava. Lava yang berkomposisi lebih basa biasanya lebih cair dan dapat bergerak lebih jauh

    sehingga bentuk gunungapi menjadi sangat landai dan luas. Sedangkan lava yang kurang basa

    menghasilkan gunungapi yang lebih berlereng besar dan daerah penyebarannya lebih

    kecil.

    8.3 Cindercone

    Kadang-kadang gunungapi atau letusannya dapat menghasilkan debu saja, dan debu ini teronggok

    di tepi tempat letusan, membentuk bukit yang membulat dengan bagian tengahnya melekuk. Bentuk

    semacam ini disebut cindercone.

  • 7/13/2019 Geomorfologi Umum 4

    26/26

    Bahan Perkuliahan Geomorfologi Umumi

    26

    Pada puncak gunungapi sering dikenal adanya lubang kepundan dan sebagian puncaknya runtuh

    membentuk lekukan. Lekukan ini dikenal dengan nama kawah (crater) yang terjadi pada waktu letusan

    atau sesudahnya. Jika kawah mempunyai ukuran yang sangat besar, seringkali dinamakan kaldera.

    Erupsi yang berasal dari satu tempat memusat dinamakan erupsi sentral, lain halnya dengan erupsi

    celah yang melalui celah berbentuk memanjang (fissure eruption). Leher gunungapi (volcanic neck) adalah

    pipa kepundan gunungapi yang tertinggal sebagai sisa erosi dan membentuk semacam leher atau tiang

    besar karena badan gunungapi sebagai penutupnya telah terkelupas dan habis dimakan erosi.

    Gambar 8.1. Volcanic neck di Shiprock, New Mexico (Thornbury, 1969)

    Potensi ekonomi yang terdapat pada bentangalam vulkanik, diantaranya adalah panas bumi, endapan

    yarosit, belerang, mataair panas, dll.. Tenaga panas bumi dapat membuat air bawah permukaan menjadi

    uap, bertenaga besar dan dapat memutar turbin untuk pembangkit tenaga listrik. Di Indonesia sekarang ini

    sedang giat dilakukan eksplorasi tenaga panas bumi. Endapan Yarosit yang terlarut dalam air panas

    terdapat di daerah gunungapi dapat dipakai untuk bahan cat atau oker, contoh yang terdapat di Ciater di

    wilayah Kabupaten Subang Jawa Barat. Mata air panas dapat dikembangkan untuk keperluan pariwisata

    atau pengobatan, contohnya terdapat di Maribaya, Ciater, dan Cipanas-Garut. Belerang biasanya

    diendapkan di kawah gunungapi (melalui proses sublimasi), atau terlarut dalam air panas yang kemudian

    mengendap (contohnya di Kawah Putih, Talagabodas, Wanaraja). Belerang terutama dipakai untuk bahan

    pembuat asam sulfat