geliat kebangkitan skb di nttpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf ·...

28
Dari Redaksi PEMBINA Kepala BP-PAUDNI Reg. II PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Eko Yunianto REDAKTUR PELAKSANA M. Subchan Sholeh DEWAN REDAKSI Eko Yunianto Edi Basuki Mukharlis Yunizal Lilik Rahajoe Lestari Ary Widyastu Abdoel Muntholib M. Subchan Sholeh REDAKTUR Edi Basuki Mukharlis Yunizal Lilik Rahajoe Lestari Ary Widyastu Abdoel Muntholib PENATA LETAK Ahmad Abdul Ghofur SEKRETARIS REDAKSI Ahmad Abdul Ghofur ALAMAT REDAKSI Kantor BP-PAUDNI Reg. II Surabaya Jl. Gebang Puh 10 Sukolilo, Surabaya 60117 Telp/Fax. 031 5925972, 5945101/031 5953787 LAMAN www.bppnfi-reg4.net Hampir setiap kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tengga- ra Timur (NTT) dipastikan memiliki Sanggar Kegiatan Bela- jar (SKB), kecuali di Kabupaten Sabu-Raijua, kabupaten pe- mekaran dari Kabupaten Kupang. Sebagaimana di provinsi lain, banyak SKB yang tidak mendapatkan alokasi dana dari APBD. Ini terjadi selain karena rendahnya APBD yang dimi- liki, juga karena banyak daerah belum secara komprehen- sif memahami tugas SKB. Apalagi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengembangan Pendidikan Nonformal In- formal-Pendidikan Kursus (PPNFI-PK) Provinsi NTT tidak lagi memiliki anggaran yang dapat dibagi dengan SKB-SKB di NTT. Meski demikian, dalam kondisi hidup segan, mati tak mau, beberapa SKB bangkit memfungsikan kembali dirinya sebagai pusat pembelajaran pendidikan anak usia dini dan pendidikan nonformal. Sebagian diantaranya bahkan mem- buat program pendidikan nonformal yang cukup berhasil, sebagaimana dilakukan SKB Timor Tengah Utara (TTU) melalui kursus pembuatan inkubator telur unggas yang daya tetasnya mencapai 75%. Bukan hanya peserta kursus yang menikmati hasil pelatihan ini. Tetangga dari peserta kursus pun mendapatkan manfaat dengan menitipkan telur untuk ditetaskan di inkubator buatan SKB TTU. SKB Sumba Tengah, yang berdiri sejak tahun 2007 se- lalu mendapatkan perhatian pemerintah daerahnya karena dapat menyelenggarakan program pendidikan nonformal secara rutin. Selain program pendidikan kesetaraan, ber- bagai kursus yang diselenggarakan SKB banyak diminati. Bahkan dalam waktu dekat, SKB Sumba Tengah berencana membangun gedung baru untuk penyelenggaraan berbagai macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom- puter. APBD Sumba Tengah yang dialokasikan untuk SKB pada tahun 2013 terbilang besar, yakni Rp.842 juta. Pemerintah daerah lainnya pun mulai memperhatikan kegiatan yang dilakukan SKB di wilayahnya. Bahkan, beber- apa pemerintah daerah mulai mengucurkan APBD mereka untuk membantu pembiayaan kegiatan SKB. Kabupaten Ku- pang misalnya, untuk tahun 2013 lalu mengalokasikan Rp 1,5 milyar untuk program-program PNFI di SKB Kabupat- en Kupang. Ini sebagian kecil catatan geliat SKB di Provinsi NTT yang secara lengkap dapat anda baca di Mediksi edisi ini. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua.

Upload: others

Post on 30-Jul-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

1www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMADari Redaksi

PEMBINA Kepala BP-PAUDNI Reg. II

PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB

Eko Yunianto

REDAKTUR PELAKSANAM. Subchan Sholeh

DEWAN REDAKSI Eko Yunianto

Edi Basuki Mukharlis Yunizal

Lilik Rahajoe Lestari Ary Widyastuti

Abdoel MuntholibM. Subchan Sholeh

REDAKTUREdi Basuki

Mukharlis Yunizal Lilik Rahajoe Lestari

Ary WidyastutiAbdoel Muntholib

PENATA LETAKAhmad Abdul Ghofur

SEKRETARIS REDAKSIAhmad Abdul Ghofur

ALAMAT REDAKSI Kantor BP-PAUDNI Reg. II Surabaya

Jl. Gebang Putih 10 Sukolilo, Surabaya 60117Telp/Fax. 031 5925972, 5945101/031 5953787

LAMAN www.bppnfi-reg4.net

Hampir setiap kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tengga-ra Timur (NTT) dipastikan memiliki Sanggar Kegiatan Bela-jar (SKB), kecuali di Kabupaten Sabu-Raijua, kabupaten pe-mekaran dari Kabupaten Kupang. Sebagaimana di provinsi lain, banyak SKB yang tidak mendapatkan alokasi dana dari APBD. Ini terjadi selain karena rendahnya APBD yang dimi-liki, juga karena banyak daerah belum secara komprehen-sif memahami tugas SKB. Apalagi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengembangan Pendidikan Nonformal In-formal-Pendidikan Kursus (PPNFI-PK) Provinsi NTT tidak lagi memiliki anggaran yang dapat dibagi dengan SKB-SKB di NTT.

Meski demikian, dalam kondisi hidup segan, mati tak mau, beberapa SKB bangkit memfungsikan kembali dirinya sebagai pusat pembelajaran pendidikan anak usia dini dan pendidikan nonformal. Sebagian diantaranya bahkan mem-buat program pendidikan nonformal yang cukup berhasil, sebagaimana dilakukan SKB Timor Tengah Utara (TTU) melalui kursus pembuatan inkubator telur unggas yang daya tetasnya mencapai 75%. Bukan hanya peserta kursus yang menikmati hasil pelatihan ini. Tetangga dari peserta kursus pun mendapatkan manfaat dengan menitipkan telur untuk ditetaskan di inkubator buatan SKB TTU.

SKB Sumba Tengah, yang berdiri sejak tahun 2007 se-lalu mendapatkan perhatian pemerintah daerahnya karena dapat menyelenggarakan program pendidikan nonformal secara rutin. Selain program pendidikan kesetaraan, ber-bagai kursus yang diselenggarakan SKB banyak diminati. Bahkan dalam waktu dekat, SKB Sumba Tengah berencana membangun gedung baru untuk penyelenggaraan berbagai macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang dialokasikan untuk SKB pada tahun 2013 terbilang besar, yakni Rp.842 juta.

Pemerintah daerah lainnya pun mulai memperhatikan kegiatan yang dilakukan SKB di wilayahnya. Bahkan, beber-apa pemerintah daerah mulai mengucurkan APBD mereka untuk membantu pembiayaan kegiatan SKB. Kabupaten Ku-pang misalnya, untuk tahun 2013 lalu mengalokasikan Rp 1,5 milyar untuk program-program PNFI di SKB Kabupat-en Kupang. Ini sebagian kecil catatan geliat SKB di Provinsi NTT yang secara lengkap dapat anda baca di Mediksi edisi ini. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua.

Geliat Kebangkitan SKB di NTT

Page 2: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

Mediksi/M. Subchan Sholeh

LAPORAN UTAMA

2 BP-PAUDNI Regional II

Dalam berbagai keterbatasan, SKB di provinsi penghasil cendana, Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan dedikasi tanpa batas. Di “negeri” Flores, Sumba, Timor, dan Alor (Flobamora) ini, SKB membuktikan baktinya pada masyarakat melalui pendidikan nonformal.

BAKTI SKB UNTUK BUMI NUSA CENDANA

SKB di NTT punya seribu satu cara untuk memikat hati masyarakat melalui kegiatan yang bermanfaat. Pelatihan keterampilan dan pembinaan teknis menjadi andalan SKB dalam menarik perhatian sekaligus memberdayakan masyarakat.

MAJU BERSAMA SKB

Potret warga binaan SKB yang beranjak mandiri hingga menjadi motor perubahan bagi lingkungan sekitarnya.

JALAN MANDIRI BINAAN SKB

WAJAH

PERTAMA DI PAPUA

KLIK

LAPORAN UTAMA

LINTAS JAMAN

4

6 16 20dok.

Ars

ip S

KB

JAGA STAMINA

Page 3: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

Mediksi/M. Subchan Sholeh

3www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

Page 4: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

Foto : Mediksi/Alief Habibiy - M. Subchan Sholeh

KLIK

4 BP-PAUDNI Regional II

Tarian Papua di panggung utama dalam puncak peringatan Hardiknas 2014.

Para pelajar bertelanjang kaki membawakan tarian selamat datang di lapangan alun-alun Aimas, Kabupaten Sorong.

Mendikbud M Nuh (tengah) dan istri, Laily Rahmawaty (kiri) serta Meneg LH Balthasar Kambuaya (kanan) saat meninjau stan BPPAUDNI Regional II Surabaya.

Antusiasme masyarakat saat mengunjungi stan BPPAUDNI Regional II Surabaya.

Penyanyi asal Sorong, Papua Barat, Edo Kondologit menghibur un-dangan dengan membawakan lagu-lagu bertema Papua.

Page 5: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

5www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

KLIK

Nuh menerangkan, pemilihan Sorong sebagai lokasi peringatan puncak Hardiknas merupakan bentuk perhatian khusus pemerin-tah bagi masyarakat di tanah Pap-ua. “Papua butuh perhatian khusus karena wilayah geografisnya yang luar biasa,” katanya.

Mendikbud menjelaskan, masyarakat Sorong merupakan cerminan dari bangsa Indonesia yang majemuk. Bukan hanya suku asli Papua, penduduk Sorong juga berasal dari berbagai pulau di In-donesia.

Kebersamaan yang tercer-min di sini, lanjut dia, merupa-kan kebersamaan dan cinta kasih sesama anak bangsa. “Toleransi, jadi hal yang sangat penting bagi masyarakat majemuk. Kalau mau belajar tentang kebersamaan, bela-jarlah ke Papua,” tegasnya.

Nuh menuturkan, Kemdikbud berupaya untuk menjamin kualitas pendidikan yang mereka baik di Jawa maupun luar Jawa. Mantan Rektor ITS Surabaya ini menegas-kan, anak-anak di bagian Timur Indonesia berhak mendapatkan layanan pendidikan yang sama dengan wilayah lainnya.

“Republiknya sama, presiden-nya sama, kualitas pendidikannya harus merata,” tandas Nuh. (Abdul Muntholib)

sambil tersenyum.Setelah meninjau seluruh stan

pameran, Mendikbud menyerah-kan penghargaan kepada para guru berprestasi dan pemerintah daerah yang menunjukkan perhatian se-rius pada pendidikan. Sebagai sel-ingan, ditampilkan pula penyanyi asli Papua, Edo Kondologit yang membawakan lagu “Aku Papua” dan “Sajojo” serta atraksi tarian adat Papua dari ratusan pelajar setempat. Selain itu, Nuh juga meresmikan peluncuran prangko pertama seri PAUD, pencanangan berdirinya Kampus 2 Universitas Negeri Papua (Unipa) dan Kampus 3 sebagai Fakultas Kelautan dan Perikanan.

Dalam sambutan di hadapan ratusan murid dan guru SD sampai SMA dari berbagai distrik di So-rong, Mendikbud mengungkapkan bahwa keputusan memilih Sorong, Papua Barat sebagai lokasi perin-gatan Hardiknas telah ditetapkan sejak sebulan sebelumnya. Sorong dipilih karena merupakan pintu masuk Pulau Papua.

“Sorong itu letaknya di kepala burung. Jadi, kita berharap bisa menjadi otak Papua,” ujar Nuh dis-ambut gemuruh tepuk tangan para undangan.

Selain, itu, mantan Menkom-info itu menuturkan, waktu di So-rong dan daerah lain di Pulau Pap-ua itu 2 jam lebih awal dibanding Indonesia bagian barat. “Harapan-nya, Papua harus selalu lebih awal kemajuannya, pendidikannya dan peradabannya,”

Dia menambahkan, pendidi-kan pada hakikatnya adalah me-manusiakan manusia. Bagi Nuh, anak-anak bisa menjadi apa saja, seperti guru, dokter, insinyur, poli-si dan lainnya. “Bukan tidak mung-kin, 20 hingga 30 tahun lagi, anak Papua jadi presiden,” katanya dis-ambut tepuk tangan ratusan siswa.

Pertama di PapuaDi tanah Sorong, Provinsi

Papua Barat, sejarah itu ditorehkan. Untuk pertama

kalinya, puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2014 yang bertema “Pen-didikan Untuk Peradaban Indone-sia Yang Unggul” dilangsungkan di luar Pulau Jawa. Di provinsi yang terletak di area kepala burung Pu-lau Papua itu, serangkaian acara digelar pada 8-10 Mei 2014.

Diawali dengan kunjungan ke SD Inpres 01 Injemur sebagai sekolah penerima Program Sar-jana Mengajar di daerah Terdepan, Tertinggal, dan Terluar (SM3T). Selanjutnya Mendikbud melaku-kan pertemuan dengan para pen-didik SM3T, dan jalan sehat ber-sama warga setempat.

Pada puncak peringatan Hardiknas yang dilaksanakan 10 Mei di alun-alun Kabupaten So-rong di Aimas, Mendikbud men-gawalinya dengan meninjau pam-eran pendidikan. Nuh didampingi istri drg Laily Rachmawati, Men-teri Negara Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya yang putra asli Papua, Wakil Mendikbud Bi-dang Pendidikan Musliar Kasim, Gubernur Papua Barat Abraham Octavianus Atururi, Bupati Sorong DR Stevanus Malak, MSi, Dirjen PAUDNI Lidya Freyani Hawadi dan lainnya, mendatangi satu per satu stan yang berpartisipasi.

Lokasi stan BP-PAUDNI Re-gional II Surabaya yang strategis, tepat di kiri gapura alun-alun mendapat kesempatan pertama ditinjau Mendikbud. Nuh dan rombongan memberi apresiasi terhadap produk-produk yang ditampilkan Balai. Bahkan, istri Mendikbud spontan memuji kaos oblong merah bertuliskan “Soera-baia Poenya Gaia” yang dikenakan empat staf Balai yang bertugas. “Wah, keren kaosnya,” ujar Laily

Mendikbud M Nuh menyampaikan pidato sambutannya di hadapan ratusan guru dan murid.

Page 6: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LAPORAN UTAMA

6 BP-PAUDNI Regional II

Bakti SKB Untuk Bumi Nusa Cendana

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Tak hanya menghadapi kondisi alam yang menantang, berbukit–bukit dan bergunung-gunung, absennya dukungan daerah ikut memperburuk situasi. Tak mau pasrah dengan keadaan, SKB mengembangkan berbagai cara untuk menunjukkan eksistensinya.

Warga belajar SKB Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi NTT sedang mengikuti pelatihan tenun ikat

Page 7: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

7www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

Page 8: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LAPORAN UTAMA

8 BP-PAUDNI Regional II

Pagi itu, angin kencang baru saja “menyapa” Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur

(NTT). Daun-daun kering bergu-guran memenuhi halaman Sang-gar Kegiatan Belajar (SKB) Belu. Cuaca yang tak bersahabat itu tak menyurutkan langkah kaki anak-anak menuju PAUD Saint Gabri-el untuk mengikuti pembelajaran. Sebagian anak yang telah tiba lang-sung menghambur ke ruang kelas sementara lainnya memilih ber-main perosotan dan ayunan di hal-aman. Walau perosotan itu sudah berkarat di sana-sini, anak-anak tak peduli. Sambil bersenda gu-rau, mereka bergantian naik-turun di dua jenis alat peraga edukatif (APE) luar itu.

Di ruang kelas, APE yang terse-dia lebih lengkap. Ada balok, puz-zle angka, huruf, boneka tangan, peraga profesi, kertas gambar, ka-pur, dan seluruh mainan itu terb-agi rapi dalam empat sentra yakni sentra persiapan, seni, balok, dan agama. Untuk variasi, Kepala SKB Belu Hyasinthus A Mau (46) men-gungkapkan, sesekali tutor PAUD berkreasi membuat mainan dari bahan yang berada di sekitar mer-eka. Dari bebatuan, dedaunan, ker-tas bekas, dan lainnya.

Setiap hari tak lebih dari sep-uluh anak yang hadir meskipun yang tercatat sebanyak 17 anak. Lokasi SKB yang jauh dari desa-desa terdekat menjadi sebabnya. Itu pun masih harus menembus hutan dan ilalang setinggi orang dewasa. Menurut Daniel, Pamong Belajar SKB Belu, kendala ini membuat banyak orangtua eng-gan mengantarkan anak mereka ke PAUD SKB.

“Setiap tahun kami jarang mendapat peserta baru, khususnya kelompok bermain. Untuk TPA dan TK kami masih harus melaku-kan sosialisasi dan bekerjasama dengan masyarakat agar TPA dan TK bisa dikenal masyarakat,” ujar Daniel, pamong belajar (PB) SKB.

Berjarak 300 Kilometer dari Ku-

pang, ibukota Provinsi Nusa Teng-gara Timur (NTT), SKB Belu had-ir untuk memberdayakan mereka yang tertinggal dan tak terjangkau pendidikan formal. SKB di pintu gerbang Indonesia dengan nega-ra tetangga Timor Leste itu telah

Dari Atas Ke Bawah :Peserta program pelatihan menjahit di

SKB Belu, Provinsi NTT, sedang praktek mengukur kain sesuai pola yang telah

dibuat.

Warga belajar SKB Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi NTT menyirami tanaman

kangkung dalam pelatihan vokasi pertanian.

Dok. Arsip SKB

Page 9: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

9www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

unya dengan menggandeng gereja setempat dalam menggelar kursus menjahit gratis. Pada kerjasama ini, keduanya sepakat berbagi per-an. SKB bertugas mengumpulkan remaja perempuan sebagai peser-ta, gereja menyiapkan asrama, tu-tor, dan sarana pelatihan. Seban-yak 74 perempuan dari keluarga miskin berhasil dikumpulkan. Set-elah dilatih menjahit tiga bulan, para peserta mampu menghasilkan berbagai produk.

“Macam-macam hasilnya seper-ti taplak meja, hiasan dinding sam-pai baju wanita,” kata Suster Sofia, pengelola kursus menjahit.

Dia menambahkan, beberapa karya peserta yang layak telah di-jual ke pasar-pasar lokal setempat. Harganya beragam, dari Rp 25 ribu sampai Rp 75 ribu. Sebagian dari hasil penjualan dipakai untuk bia-ya hidup peserta.

Selain dengan gereja, SKB juga menggelar kursus serupa dengan lembaga Kursus Keterampilan Pe-muda (KKP) Sulu Labur. Dalam kerjasama ini, KKP menyediakan tempat sebagai lokasi kegiatan se-mentara SKB bertugas sebagai tu-tor dan penyedia sarana pelatihan berupa mesin jahit. Pelatihan se-lama tiga bulan itu diikuti sepuluh peserta. Mereka diajari membuat baju dan berbagai aksesoris ru-mah tangga seperti hiasan korden, taplak meja, penutup galon air, manik-manik, dan lainnya. Se-bagian hasil karya mereka yang layak sudah dijual juga di desa-de-sa terdekat.

Menurut Hyasinthus, penye-lenggaraan program kursus se-sungguhnya cukup prospektif. Terutama dari tingginya minat masyarakat menjadi peserta.

“Banyak masyarakat yang ber-minat pada program keterampilan kecakapan hidup, namun masalah-nya belum ada dukungan dana dari APBD Kabupaten Belu,” gusar Hyasinthus.

Padahal, lanjut dia, banyak pro-gram kursus yang bisa dilaksana-

kan di Belu sesuai dengan potensi alam setempat. Misalnya pertanian, peternakan, atau perikanan. Setiap tahun, SKB hanya bisa melaksan-akan program yang telah ditetap-kan dalam APBD. Untuk mengge-lar program dengan menarik biaya dari masyarakat, menurut Hyasin-thus, mustahil dilakukan. Alasan-nya, SKB telah dikenal sebagai pe-nyelenggara kegiatan tanpa biaya alias gratis.

“Kalau membuka program mandiri yang harus bayar, bisa di-pastikan tidak ada yang mau ikut,” tukasnya.

Sementara itu, berjarak sekitar 40 Kilometer di sebelah Barat Belu, puluhan orang tampak memenuhi sebuah taman bacaan masyarakat (TBM). Berada di pinggir jalan utama Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, lokasi TBM tersebut cukup strategis. Tak heran bila TBM itu tak pernah sepi pen-gunjung. Tercatat 20 orang setiap hari meluangkan waktu membaca di TBM milik SKB TTU itu. Ting-ginya antusiasme warga akan ilmu pengetahuan ini sayangnya belum sebanding dengan koleksi TBM.

“Sebetulnya TBM kami masih kekurangan bacaan. Kami sangat butuh buku-buku ilmu pengeta-huan, tapi bagaimana lagi, kami belum bisa memenuhinya,” ung-kap Maria Goreti Abuk, Pamong Belajar (PB) SKB TTU yang juga pengelola TBM.

TBM hanya satu dari sekian program yang diminati masyarakat di sekitar SKB TTU. Program ung-gulan utama SKB TTU sesung-guhnya adalah pelatihan pembua-tan mesin penetas telur. Menurut Kepala SKB TTU Ir Gregorius Se-ran Klau (50), pembuatan mesin ini dimulai saat SKB mendapat dana hibah dari program kewirau-sahaan masyarakat (PKM) tahun 2011. Dana hibah APBN melalui BPPAUDNI Regional II Surabaya itu dipakai untuk pelatihan pem-buatan mesin tersebut.

Menurut Goris, panggilan Gre-

membaktikan diri sejak 34 tahun silam. SKB pun telah lama dikenal sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan nonformal. Seperti PAUD, pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan sampai kursus.

Beralamat di Jalan Atambua-Be-tun Kilometer 27, kantor SKB me-nempati lahan seluas dua lapangan sepakbola. Terdapat dua gedung utama di SKB dengan posisi saling berhadapan. Gedung pertama di-fungsikan sebagai gedung serbagu-na untuk melaksanakan berbagai kegiatan pendidikan nonformal. Khususnya untuk PAUD. Sesekali untuk kegiatan kursus. Adapun ge-dung kedua dijadikan sebagai kan-tor operasional SKB.

Untuk melaksanakan program-program pendidikan nonformal, SKB Belu banyak mengembang-kan strategi kemitraan. Salah sat-

Dok. Arsip SKB

Page 10: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LAPORAN UTAMA

10 BP-PAUDNI Regional II

PETA POTENSIUPTD PPNFI/SKB DI PROVINSI NTT

Page 11: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

11www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

Page 12: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LAPORAN UTAMA

12 BP-PAUDNI Regional II

Komunikasi Jadi Kunci

Sudah menjadi rahasia umum bila nasib SKB pasca era oto-nomi daerah makin mem-

prihatinkan. Anggaran minim, sarana terbatas, serta kian susut-nya jumlah staf menjadi masalah klasik yang membelit sebagian be-sar SKB di Indonesia. Di Provinsi NTT, situasi SKB makin pelik kare-na menghadapi wilayah kerja den-gan kondisi alam yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung.

Medan kerja yang berat dan centang perenang dengan kondisi infrastruktur yang sangat minim telah menjadi rutinitas harian 21 SKB yang tersebar di Pulau Timor, Rote, Flores, Lembata, Alor, dan

gorius, pilihan atas vokasi itu bukan tanpa sebab. Semua didasari pada keinginan SKB untuk menambah penghasilan masyarakat sekaligus mengenalkan teknologi sederhana melalui mesin penetas telur.

“Kami pilih untuk me-netaskan telur ayam kampung

karena harga ayam kampung hidup selalu tinggi di pasaran,” katanya

Di TTU, tambah dia, harga ayam kampung hidup mencapai Rp 150 ribu per ekor atau tiga kali lipat dari harga ayam pedaging (broiler)

yang hanya Rp 50 ribu per ekor. Peluang pasar ini juga yang

hendak dibidik SKB dengan melatih warga membuat mesin tetas telur. Sebagai insinyur peternakan lulusan

Universitas Nusa Cendana (Un-dana), Kupang, Goris paham betul seluk beluk teknologi tetas telur. Oleh karena itu, ia memilih mesin sederhana namun dengan teknolo-gi terbaru yang lebih produktif dan mudah digunakan.

“Dengan teknologi ini, telur tidak perlu dibolak-balik agar pa-nasnya merata sehingga kapasitas produksi mesin bisa lebih banyak,” jelas Goris.

Sumba. Jalan rusak, transporta-si umum, pemadaman listrik ber-gilir, layanan kesehatan, dan air bersih yang serba terbatas mewar-nai hari-hari SKB dalam menghela program-program mereka.

Selaku koordinator SKB di bumi cendana, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengembangan Pendidikan Nonformal Informal-Pendidikan Kursus (PPNFI-PK) Provinsi NTT telah mengetahui hal ini. Stanislaus K Jawan (40) SSos MAP yang baru saja ditu-gaskan sebagai Kepala UPTD PPNFI-PK Provinsi NTT di awal 2014 telah mengerti perso-alan ini. Di sela kegiatan Orientasi

Teknis Pemetaan Mutu PAUDNI di Provinsi NTT akhir Mei lalu, dia beberkan pandangan dan strate-ginya untuk mengatasi masalah menahun tersebut.

Bagaimana PPNFI melihat kesulitan SKB dalam melaksanakan programnya karena keterbatasan anggaran, personil, dan sarana ?

Kami sudah lakukan koordina-si dengan Bidang PAUDNI (Dinas Pendidikan) di tiap kabupaten/kota pada saat rapat koordinasi di tingkat provinsi yang dilakukan di provinsi. Saya menyampaikan itu, bahwa kami kekurangan yang san-gat penting dalam hal menunjang peningkatan mutu bagi warga be-lajar PAUDNI sehingga harus ada perhatian yang serius. Tidak hanya (tanggungjawab) di pusat tapi juga di tingkat daerah sehingga (kita) sama-sama memacu dalam rangka peningkatan mutu di PAUD, keak-saraan, dan sebagainya.

Lalu, bagaimana tanggapan pemerintah provinsi atau ka-

Page 13: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

13www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

bupaten/kota?(Pemerintah provinsi atau ka-

bupaten/kota) menyampaikan bahwa memang anggaran mereka sangat terbatas sehingga tentu saja tidak bisa mengalokasikan untuk semua kabupaten/kota karena ke-wenangan ada di kabupaten/kota sehingga kita hanya bisa berkoor-dinasi sebab kembali lagi kemam-puan anggaran tiap kabupaten/kota memang berbeda.

Dalam pengamatan anda, berapa banyak SKB yang berhasil mengakses APBD kabupaten/kota ?

Ya, ada sebagian SKB yg pu-nya alokasi (APBD) cukup. Sep-erti Manggarai, dan Sumba Ten-gah, tapi ada sebagian yang karena APBD daerahnya sedikit dan mung-kin juga karena daerah belum se-

cara komprehensif memahami tu-gas SKB sehingga belum mendapat dana APBD. Kami membacanya seperti itu dimana tiap pemerin-tah daerah belum paham fungsi SKB karena apabila teman-teman SKB kooperatif ketika mengaju-kan rencana anggaran tapi senan-tiasa mendapat hambatan, itu bisa jadi karena keterbatasan keuangan daerah atau mungkin karena ket-erbatasan pengetahuan dalam me-mahami tugas pokok SKB sbg satu pilar dalam pembangunan PAUD-NI di daerah.

Apa tawaran solusi anda untuk mayoritas SKB yang sulit mengakses APBD untuk pelaksanaan programnya ?

Dari beberapa pertemuan den-gan SKB ternyata komunikasi itu jadi kunci. Mungkin itu yang masih

tersumbat antara SKB dgn Dinas Pendidikan maupun tim anggaran daerah.Langkah terobosan apa yang telah dilakukan PPNFI untuk memecahkan masalah ini? Misalnya, PPNFI menjadi fasilitator untuk menggandeng swasta sebagai mitra untuk ikut membiayai program-program PAUDNI di SKB...

Itu memang masih kita pikirkan bagaimana format terbaiknya, kar-ena itu juga mungkin. Tapi perlu kami sampaikan juga kalau meli-hat dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, seperti tahun-tahun kemarin ketika (PPNFI) masih bernama PKB sampai PPNFI, dia menjadi payung bagi seluruh SKB. Anggarannya (waktu itu) memang lumayan besar sehingga semua kegiatan di SKB senantiasa bisa dipenuhi tapi setelah anggaran (PPNFI) dikurangi memang ber-pengaruh pada performa (SKB)di lapangan.

Apa pesan anda untuk SKB ?Tetap berjuang karena perjuan-

gan kita tak sebatas pada angga-ran. Dengan segala kemampuan dan sumber daya yang kita miliki, kita lupa modal bukan hanya uang tapi juga bagaimana dengan SDM yang kita miliki, bagaimana kita bisa berkreasi, berinovasi sehingga bisa membangun. (mss)

Setelah menjalani tiga bu-lan pelatihan dalam bimbingan Ir Bernadus Ndoen MP, dosen Poli-teknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang, sepuluh peserta program PKM SKB mampu membuat lima mesin. Selanjutnya, SKB menugas-kan dua peserta untuk mengelo-la setiap mesin berkapasitas 100 butir telur itu.

“Hasilnya cukup memuaskan. Setelah tiga minggu di mesin, daya

tetas telurnya mencapai hampir 75 persen,” tandasnya.

Namun, bibit ayam itu tak lang-sung dijual ke pasar. Setelah beru-mur dua bulan, barulah bibit ayam dilepas ke pasaran dengan bandrol Rp 35 ribu per ekor. Sejak saat itu, peserta program menikmati tam-bahan penghasilan dari penjualan bibit ayam kampung.

“Saya senang karena dari pelati-han ini saya bisa dapat tambahan

uang untuk keluarga,” ujar Willi-bordus Taek, salah satu peserta pelatihan.

Bergeser ke daratan Pulau Flores, ada SKB Ngada yang menunjukkan eksistensinya lewat pendidikan kursus, PAUD, dan kesetaraan. Pada pendidikan kesetaraan, SKB Ngada dipercaya melaksanakan pendidikan alternatif tersebut oleh pemerintah setempat. Padahal, be-berapa tahun lalu, Jakarta telah

Berdiri dari kiri ke kanan Kepala SKB TTS II (Mollo Utara) Matheos Nifu Eki, SKB Kab. Flores Timur Rendra Tukan, SKB TTU Gregorius Seran Klau, SKB Kab.Belu Hyasinthus A Mau, SKB Kab. Ngada Wilhelmus Watu, SKB Kab. Rote Ndao Fadlun S., SKB Kab.TTS I (Amanuban Barat) Dan Robert Ludji, SKB Kab. Kupang Martinus AB, SKB Lembata PP Aceh, SKB Kab. Sumba Tengah Andreas LS Bara.Di bagian depan, kiri ke kanan, Kasi FSDI UPTD PPNFI-PK Provinsi NTT Dolly FS Ballo, Kasi Program BPPAUDNI Reg. II Endah Warsiati, Kepala BPPAUDNI Reg. II Pria Gunawan, Kepala PPNFI-PK Provinsi NTT Stanislaus KJ, Kepala SKB Kab. Manggarai Barat Maria Susana Siti, Kasubbag Umum BPPAUDNI Reg. II Prihaningsih.

Page 14: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LAPORAN UTAMA

14 BP-PAUDNI Regional II

mengalihkan pengelolaan pendidi-kan kesetaraan ke Direktorat Jen-deral Pendidikan Dasar (Ditjen Dikdas) dan Pendidikan Menen-gah (Dikmen). Artinya, tanggung jawab pendidikan kesetaraan yang sebelumnya dipegang pendidikan nonformal melalui Ditjen PAUDNI berpindah ke rekan mereka yang selama ini bergelut di sektor pen-didikan formal.

Meski begitu, SKB di banyak daerah masih dipercaya pemer-intah setempat untuk mengelola pendidikan kesetaraan. SKB Ngada hanya salah satu contohnya. Kepala SKB Ngada Wilhelmus Watu men-gatakan, perhatian daerah terh-

adap pendidikan kesetaraan diwu-judkan dengan alokasi honor tutor di APBD.

“Dari APBD ada honor untuk tutor kesetaraan sebesar 400 ribu sampai 700 ribu rupiah per bulan tergantung masa kerja,” ungkap-nya.

Di sisi lain, tambah dia, ini juga terkait pemekaran 50 desa yang harus diimbangi dengan pening-katan kualifikasi pendidikan para perangkat desa. Untuk dapat me-megang jabatan, Pemkab Ngada telah menetapkan syarat pendidi-kan minimal SMA bagi perangkat desa. Dampaknya, para perangkat desa yang rata–rata berpendidikan

SMP berbondong-bondong mengi-kuti Kejar Paket C yang digelar SKB. Para tutor pun mendapat in-sentif daerah

“Nah, kesetaraan sekarang dap-at perhatian karena jadi solusi un-tuk meningkatkan kualifikasi pen-didikan perangkat desa,” ungkap Wilhelmus.

Tak hanya itu, SKB juga diper-caya daerah dalam menerbitkan surat keputusan (SK) bagi tutor. Para tutor baru dapat mencair-kan honor mereka bila telah men-gantongi SK dari SKB. Wilhelmus menerangkan, hingga kini SKB te-lah menerbitkan 27 SK untuk ntu-tor PAUD, 17 SK untuk tutor kes-etaraan, dan satu tutor kursus.

Menurut dia, strategi tutor non PNS ini menguntungkan SKB kar-ena dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan tenaga PB.

“Jadi, pamong belajar SKB yang hanya tiga orang bisa ditutup den-gan mengangkat belasan tutor un-tuk diperbantukan di SKB,” tan-dasnya.

Apresiasi daerah juga Pada pro-gram PAUD, pemerintah daerah menilai positif kinerja SKB da-lam mengelola PAUD baik di da-lam SKB atau di luar SKB. Sebagai ganjarannya, SKB dipercaya untuk membina 13 kelompok PAUD di wilayah Ngada.

Wilhelmus menerangkan, pro-gram kursus juga menjadi pri-madona di SKB. Sebab minat masyarakat cukup besar untuk memiliki ketrampilan sebagai bekal bekerja. Apalagi SKB memiliki se-jumlah fasilitas penunjang untuk program kursus. Seperti bengkel mebelair, dan laboratorium kom-puter dengan 15 unit komputer. Usaha keras SKB dalam mengge-lar berbagai program pun berbuah manis. SKB mendapat kepercayaan berikutnya sebagai lembaga pen-jamin mutu program PAUDNI di wilayah Ngada.

PAUD dan pendidikan kes-etaraan rupanya juga menjadi fokus utama SKB Flores Timur

Kepala Seksi Program BPPAUDNI Reg. II Surabaya Endah Warsiati (kiri) dan pamong belajar Udik Pudjianto saat memantau pelaksanaan program PAUD di SKB Flores Timur, didampingi Kepala SKB Flores Timur Cyprianus Rendra Tukan (kanan).

Warga belajar program Kejar Paket C sedang mengikuti ujian akhir di SKB Flores Timur.

Dok. Arsip SKB

Mediksi/M. Subchan

Page 15: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

15www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

(Flotim). SKB yang berkantor di Larantuka ini tercatat telah men-didik 268 anak usia 3-6 tahun pada program KB dan TK dalam empat tahun terakhir.

Kepala SKB Flores Timur Cypri-anus Rendra G Tukan menerang-kan, program PAUD diminati kar-ena besarnya populasi anak usia dini usia wilayahnya. Dari 232.312 jiwa penduduk Flotim, sebanyak 8 persen di antaranya adalah anak usia 3-6 tahun yang berhak atas layanan PAUD.

“Apalagi PAUD di sekitar kantor SKB belum terlalu banyak sehingga banyak yang memasukkan anak-anaknya ke PAUD SKB,” sambung Rendra.

Di sisi lain, tingginya angka pu-tus sekolah pada jenjang SD dan SMP di Flotim membuat program pendidikan kesetaraan di SKB menjadi sebuah kebutuhan.

Rendra menambahkan, jumlah warga belajar yang mengikuti pro-gram titipan dari pendidikan for-mal ini mencapai 635 orang dalam kurun tahun 2008-2010.

Melompat ke Pulau Sumba, SKB Sumba Tengah menghadapi tan-tangan serius dalam melaksanakan program. Wilayah kerja SKB seluas 1.878,7 Kilometer dimana hampir separo di antaranya merupakan medan berbukit-bukit. Tersebar dalam 65 desa di lima kecamatan. Padahal, SKB hanya punya satu PB sebagai staf fungsional. Ibarat pepatah tak ada rotan akar pun jadi, Kepala SKB Sumba Tengah, Andreas Luju Saga Bara (56), me-nemukan solusi untuk mengatasi masalah pelik itu.

“Agar program dapat berjalan, saya libatkan lima staf TU (Tata Usaha) dan tiga staf kontrak. Un-tuk Paket A sampai C, saya libat-kan guru-guru SD sampai SMA,” ujarnya.

Hal itu dilakukan Andreas un-tuk melayani tingginya minat masyarakat akan program-pro-gram SKB. Terutama program ke-setaraan dan kursus.

“Banyak murid putus sekolah di level SMP sampai SMA sehingga program Kejar Paket sangat dibu-tuhkan,” ujar Andreas.

Selain itu, tambah dia, pasca lulus dari Kejar Paket, banyak pe-serta yang masih ingin mengiku-ti program kursus di SKB. Seperti menjahit, atau operator komputer. Mereka ingin memiliki ketrampi-lan sebagai bekal untuk bekerja maupun berwirausaha.

Andreas beruntung karena daerah konsisten memberi perha-tian terhadap kiprah SKB. Bahkan, sejak SKB hadir pada tahun 2007 silam. Semua berkat komunikasi aktif SKB ke sejumlah pengambil kebijakan di daerah. Dari Badan Perencanaan Pembangunan Daer-ah (Bappeda), Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Komisi Pendidi-kan DPRD sampai bupati. Di tiap lembaga itu, Andreas menjelaskan peran, fungsi dan program-pro-gram SKB.

“Maksudnya, agar keberadaan SKB dipahami sehingga kami mendapat akses ke APBD,” ung-kapnya.

Safari SKB itu pun berbuah manis. Pemkab tak memandang SKB sebagai “anak tiri” seperti yang banyak terjadi di daerah lain-nya. SKB telah dianggap sebagai bagian dari daerah karena merupa-kan organ dari Dinas Pendidikan.

“Kami sudah punya RKA (ren-cana kerja anggaran) sendiri, tidak menginduk ke instansi lain,” ucap-nya bangga.

Bukti nyata perhatian kabupat-en terhadap SKB ditunjukkan An-dreas dalam dua tahun terakhir. Di tahun 2013, SKB mendapat dana APBD sebesar Rp 842 juta. Dana itu tak hanya untuk operasional kan-tor dan gaji staf, namun juga untuk membiayai berbagai program SKB. Setahun berikutnya, SKB mengaju-kan Rp 200 juta di APBD 2014un-tuk rehabilitasi gedung.

“Kami ingin bangun gedung un-tuk kegiatan kursus menjahit, dan komputer. Cukup di SKB sa (saja)

karena luasnya mencapai 1,5 hek-tar,” tandas Andreas.

Di batas Selatan nusantara, SKB Rote Ndao memprioritaskan diri pada program kursus. Kepala SKB Rote Ndao, Fadlun Sururiyadi (43) punya alasan khusus atas pilihan itu.

“Saya ingin memberdayakan anak-anak yang putus sekolah dan masih menganggur dengan pelati-han ketrampilan agar mereka lebih giat dalam hidupnya karena punya bekal keahlian,” jelasnya.

Dia menambahkan, program kursus di Rote sesungguhnya san-gat cocok dengan potensi alamnya yang beragam. Selama ini, ujar dia, potensi itu belum tergarap optimal karena minimnya tenaga terampil.

Dalam empat tahun terakh-ir, lanjut Fadlun, berbagai jenis pelatihan yang diselenggarakan SKB disesuaikan dengan potensi lokal. Antara lain, pertukangan kayu, menjahit, budidaya rumput laut, pertukangan batu, penangka-pan ikan laut, dan kerajinan anya-man daun lontar.

“Para peserta juga kami beri ilmu kewirausahaan agar mampu merintis usaha mandiri selepas pelatihan,” tandasnya.

Kondisi serba terbatas di NTT tak membuat SKB berpangku tan-gan. Sebaliknya, SKB mengubah tantangan kompleks itu menjadi peluang dengan memanfaatkan po-tensi lokal yang ada. Strategi kemi-traan banyak dipilih demi menjaga kelangsungan program-program SKB di tengah masyarakat. SKB lebih memilih menyalakan lilin daripada mengutuki kegelapan. Demi masa depan bumi nusa cen-dana yang lebih cerah.

► Agus Samsudin, M Noval, Santoso, M Subchan Sholeh, Abdoel Muntholib

Page 16: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LAPORAN UTAMA

16 BP-PAUDNI Regional II

Peserta program pembuatan inkubator telur unggas sedang berlatih membuat rangka inkubator di SKB Timor Tengah Utara

Page 17: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

17www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

Belum tinggi matahari naik ketika sepuluh pemuda itu tiba di ruang serbaguna SKB

Timor Tengah Utara di Kefame-nanu, 250 Kilometer dari Kupang, ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di dalam ruangan seluas lapangan bulutangkis itu, mereka bersiap mengikuti praktik pelatihan keterampilan. Di bagian belakang, sejumlah bahan praktik telah ditata rapi di atas meja. Ada setumpuk kayu reng berbagai uku-ran, beberapa lembar tripleks, ka-wat ram, paku, engsel, kaca, kabel, lampu pijar, dan steker. Di meja sebelahnya terhampar alat-alat pertukangan. Seperti gergaji kayu listrik, palu, bor listrik, meteran, dan paku.

Sejurus kemudian, Kepala SKB TTU Ir Gregorius Seran Klau (50) bersama Pamong Belajar (PB) SKB Willy Kune dan Ir Bernadus Ndoen MP, dosen Politeknik Per-tanian Negeri Kupang memasu-ki ruangan. Ini adalah hari ketiga pelatihan. Dua hari sebelumnya, mereka menerima materi di kelas. Di sesi teori, Bernad –panggilan Bernadus- memaparkan seluk be-luk mesin tetas telur sederhana. Mulai proses pembuatan, bahan baku, biaya produksi sampai ke-unggulannya.

Menurut Goris –panggilan Gregorius-, ada sejumlah keunggu-lan dari “inkubator” telur unggas dengan teknologi baru itu.

“Misalnya, telurnya tidak perlu

dibolak-balik lagi agar panasnya rata seperti yang model lama. Se-lain itu, kalau listrik padam, pa-nas di dalam mesin tetap bertahan sampai enam jam,” jelasnya.

Dalam proses praktek, para pe-serta dikenalkan dengan rancang bangun “inkubator” yang mudah diikuti. Secara umum, mesin tetas telur ini sendiri berbentuk seperti oven ukuran sedang. Di dalamnya dilengkapi dengan satu rak kawat untuk tempat telur. Di langit-lang-itnya dipasang empat buah lampu pijar kuning berdaya masing-mas-ing 4 watt. Untuk memudahkan melihat kondisi telur, dibuatkan pintu kaca berbingkai kayu.

Pada kegiatan praktek, ada dua tahap utama pembuatan mesin yang dilakukan para peser-ta. Tahap pertama membuat ko-tak “inkubator” sambil memasang instalasi listrik untuk lampu pijar sebagai sumber panas buatan, dan termostat sebagai pengukur suhu untuk menciptakan kondisi hangat laiknya dierami langsung oleh in-duk ayam.

Pada tahap pertama, Bernad membimbing peserta memotong kayu dan triplek dalam beberapa ukuran. Kayu untuk rangka mesin sedangkan triplek sebagai dinding-nya. Selain itu, dibuat pula rak un-tuk tempat telur. Selanjutnya, para peserta mulai merakit bahan-bah-an itu menjadi satu.

Masuk pada tahap kedua, pe-serta mulai memasang steker, ka-

Berdaya Bersama SKB

Menarik minat masyarakat pada kegiatan pendidikan luar sekolah bukan perkara mudah. Perlu kiat khusus dengan menunjukkan man-

faat nyata dari program-program tersebut. Di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Sanggar Kegiatan Bela-jar (SKB) sukses merebut hati masyarakat dengan program berbasis

potensi lokal.

Dok. Arsip SKB

Page 18: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LAPORAN UTAMA

18 BP-PAUDNI Regional II

bel, lampu pijar dan termostat. Da-lam tempo dua hari, para peserta mampu menyelesaikan pembuatan lima “inkubator” telur sederhana. Setelah dinyatakan sempurna oleh instruktur, pelatihan memasuki tahap krusial berikutnya yaitu uji-coba. Di tahap ini, SKB membagi sepuluh peserta menjadi lima kel-ompok. Setiap kelompok bertang-gungjawab pada satu “inkubator”.

Saat ujicoba, 100 butir telur ayam kampung dimasukkan ke masing-masing mesin tetas. Da-lam waktu tiga minggu, peserta di-wajibkan menjaga stabilitas suhu pada 110 derajat Fahrenheit untuk memastikan “pengeraman” telur sesuai dengan kondisi alaminya. Setelah menanti tiga minggu, pe-serta memeriksa hasil pengeraman oleh “induk” buatan itu.

“Syukurlah hasilnya ternyata menggembirakan. Daya tetasnya mencapai 75 persen,” ungkap Gor-is.

Bibit ayam kampung atau biasa disebut ayam DOC (day old chick) itu pun tak buru-buru dijual ke pasaran. Ayam DOC baru dilepas ke pasaran setelah berumur dua bulan. Di wilayah TTU dan seki-tarnya, ayam DOC dibandrol Rp 35 ribu per ekor. Para peserta pun mulai menikmati tambahan peng-hasilan dari pelatihan tersebut.

“Saya sangat gembira bisa dibimbing belajar oleh SKB TTU, dan pamong belajarnya sehingga kami dapat memperoleh uang tam-bahan untuk membantu pendapa-tan keluarga dari produksi mesin penetas telur ini,” jelas Yohanes Tahoni, salah seorang peserta pelatihan.

Pasca pelatihan, SKB menghi-bahkan lima mesin itu kepada para peserta yang telah dibagi dalam lima kelompok. Goris meminta para peserta untuk mengelola dan memanfaatkan mesin itu bersama masyarakat sekitar.

“Dari informasi kelompok, seka-rang masyarakat sekitar juga me-nitipkan telur untuk ditetaskan di

mesin itu. Masyarakat sangat ter-bantu karena sebelumnya dengan cara lama hanya beberapa butir te-lur saja yang bisa ditetaskan. Kalau mesin ini bisa lebih banyak telur yang ditetaskan,” papar Goris.

Dari mulut ke mulut, keber-hasilan pelatihan SKB ini tersiar luas ke berbagai penjuru TTU. Tak terkecuali perangkat daerah setem-pat. Sebagai bentuk apresiasi, Gor-is mengungkapkan, SKB diundang menjadi peserta pameran pemban-gunan dalam rangka peringatan

Dari atas ke bawah:Inkubator telur ayam buatan SKB Timur

Tengah Utara.Inset: Tampak dalam inkubator telur

unggas

Para tutor PAUD binaan SKB Kabupaten Kupang sedang mengikuti diklat pendidik PAUD untuk meningkatkan kapasitas dan

kompetensi mereka.

hari ulang tahun (HUT) Kabupat-en TTU di bulan September 2014 mendatang.

“Pembuatan mesin tetas telur ini sekarang menjadi salah satu

Dok. Arsip SKB

Dok. Arsip SKB

Page 19: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

19www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

program unggulan SKB TTU,” tan-das Goris bangga.

Sementara itu, di Kabupaten Kupang, strategi SKB mengelola program PAUD binaannya sukses menarik perhatian daerah. Alhasil, SKB yang bermarkas di Desa Oene-su, Kecamatan Kupang Barat, seki-tar 30 Kilometer (KM) dari Kota Kupang, ibukota Provinsi NTT, di-percaya pemkab dalam pembinaan program PAUD di daerah. SKB di-gandeng pemkab untuk melakukan pembinaan pada lembaga PAUD, pelatihan pada tutor dan pengelola PAUD.

Koordinator PB SKB Kabupat-en Kupang Alex Miha Wadu men-jelaskan, kerjasama ini merupakan bukti nyata keseriusan daerah ter-hadap pembangunan PAUD. Se-lain itu, tambah dia, ini juga tekad Bupati Kupang Ayub Titu Eki un-tuk mewujudkan program nasional yaitu satu desa satu PAUD.

“Bupati punya cita-cita mema-jukan dunia pendidikan di daerah-nya. Cita-cita itu tidak hanya diu-capkan saja tapi juga dilaksanakan dengan aksi nyata,” ujarnya.

Alex menuturkan, ada sejum-lah kebijakan bupati sebagai upaya nyata tersebut. Salah satunya ada-lah terbitnya peraturan yang me-wajibkan setiap anak untuk mengi-kuti PAUD sebelum masuk sekolah dasar (SD). Di samping itu, lanjut dia, bupati telah mengalokasikan dana Rp 1,5 miliar dalam APBD ta-hun 2013 untuk program-program PNFI di SKB. Dari jumlah itu, un-gkap Alex, sekitar 33,3 persen dia-lokasikan untuk pelaksanaan pro-gram PAUD.

“Sampai sekarang, SKB punya 58 kelompok PAUD binaan dengan 538 anak didik yang tersebar di se-mua kecamatan di Kabupaten Ku-pang. Nah, SKB punya tanggung-jawab untuk membina kelompok PAUD binaan itu,” papar Alex.

Kelompok PAUD binaan ini, menurut dia, merupakan gabun-gan dari binaan SKB dan Dinas Pendidikan setempat. Alex men-

erangkan, program lain yang di-lakukan dengan dana itu adalah pemberian insentif tiga bulanan kepada seluruh tutor PAUD. SKB dipercaya untuk mengelola dan mendistribusikan dana tersebut. Nilai insentif yang diberikan men-capai Rp 9 juta untuk tutor PAUD di tiap lembaga yang telah menda-pat surat keputusan (SK) dari bu-pati. Untuk pengelola PAUD, lan-jut dia, memang tidak termasuk di dalam dana insentif itu. Namun, tambah dia, SKB telah meminta kepada tiap lembaga PAUD untuk mengatur secara proporsional in-sentif untuk pengelola dari dana insentif itu.

Sementara itu, Sukirno, PB SKB Kabupaten Kupang lainnya men-gungkapkan, ada 106 pendidik dari semua wilayah atau 24 kecamatan yang mendapatkan insentif terse-but. Kebetulan sore di bulan Juni itu, Sukirno sedang mengatur para tutor PAUD yang sedang menanti giliran menerima insentif triwulan kedua di SKB. Tak hanya meneri-ma insentif, para mama (ibu) dan nona (gadis) juga wajib membawa laporan pelaksanaan PAUD di lem-baga masing-masing.

Di sisi lain, Sukirno mengung-kapkan bahwa sebagian tutor PAUD memanfaatkan sebagian dana insentif itu untuk meningkat-kan kualifikasi pendidikannya.

“Ada 20 orang tutor yang se-dang menempuh S1 PAUD,” ujar Sukirno.

Salah satunya adalah Melina Hetmina, pendidik PAUD Melati II di Kecamatan Neka Messe. Dia mengaku sangat terbantu dengan adanya dana insentif itu.

“Dengan insentif dari kabupat-en, mama (saya) bisa melanjutkan pendidikan S1 PAUD,” ujarnya.

Melina sendiri merasa senang dengan kehadiran SKB yang telah dikenalnya sejak tahun 2005 lalu. Sebab, SKB telah memberi banyak manfaat dalam meningkatkan ke-mampuannya sebagai tutor PAUD.

“Beta (saya) kenal SKB su (su-

dah) lama. Awal kenal waktu beta jadi guru PAUD di posyandu. Dari situ, datang orang SKB membi-na kami. Banyak manfaat yang beta dapat, terutama karena beta bisa ikut banyak pelatihan di Di-nas Pendidikan kabupaten atau provinsi dari rekomendasi SKB,” terang Melina kepada Mediksi.

Di sisi lain, Melina berharap agar SKB dan Dinas Pendidikan kabupaten membantu lembaga PAUD-nya agar dapat memiliki ge-dung sendiri. Termasuk APE yang lengkap, baik APE di dalam ruan-gan maupun di luar ruangan.

“Selama ini, pembelajaran PAUD kami memakai gedung mi-lik tokoh masyarakat dengan APE seadanya,” gusarnya.

Keterbatasan sarana dan pras-arana PAUD memang bukan mo-nopoli PAUD di tempat Melina saja. Di daerah lain di wilayah NTT juga setali tiga uang. Meski be-gitu, situasi ini tak menyurutkan semangat Mince Nepa, salah satu pengelola PAUD di SKB Kabupat-en Kupang.

“Dengan segala keterbatasan yang kami hadapi, kami bertekad untuk selalu memajukan PAUD di Kabupaten Kupang. Sarana per-mainan yang terbatas bisa kami siasati dengan permainan yang tersedia di alam,” tegasnya.

Setelah melebihkan usaha da-lam melaksanakan program PNFI, sebagian SKB menuai manisnya kerja keras mereka. Limpahan per-hatian daerah pun berhasil mer-eka dapatkan. Keberhasilan seru-pa niscaya akan dicapai oleh SKB lainnya tatkala mereka melebihkan usahanya di atas rata-rata.

► Abdoel Muntholib, M Subchan Sholeh

Page 20: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LAPORAN UTAMA

20 BP-PAUDNI Regional II

Berada di pinggir jalan uta-ma Desa Bluwa, Kelurahan Lewoleba Barat, Lembata,

NTT, bangunan berdinding bata polos dan beratap seng itu beber-apa kali membuat pengguna jalan menengok. Tiga papan kayu perse-gi yang dipasang secara vertikal di dinding kiri bangunan menjadi magnetnya. Papan berwarna dasar putih, biru dan merah itu bertulis-kan “Taman Daun”, “Art and Cafe”, serta “Rumah Baca”.

Pelita dari LembataDi pulau yang tersohor dengan perburuan ikan paus secara tradisional, SKB Lembata membimbing

masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pelan tapi pasti, warga didik SKB mulai menapaki jalan kemandirian.

“Dulu masih seperti gubuk. At-apnya masih daun kelapa,” ujar Gregorius Ubas (57), pengelola Taman Daun mengenang ihwal pendirian taman bacaan ini 26 ta-hun silam.

Goris –panggilan Gregorius- lantas mengajak Mediksi memasu-ki bagian dalam bangunan seluas satu lapangan futsal tersebut. Di sayap kiri ruangan terdapat sofa butut dan meja kayu persegi se-mentara di sampingnya berdiri

lemari buku enam tingkat. Isin-ya aneka buku ilmu pengetahuan sampai majalah lokal dan asing. Di area tengah “dihuni” meja baca persegi berikut bangku-bangku plastik.

“Ada sekitar 400 judul buku un-tuk anak-anak, remaja, dan dewa-sa. Mayoritas tentang ilmun penge-tahuan umum,” ujar ayah tiga anak ini.

Bahan-bahan bacaan itu dihim-pun Goris dari koleksi pribadinya

Gregorius Ubas (57), pengelola Taman Daun binaan SKB Lembata

Mediksi/M. Subchan

Page 21: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

21www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

inggi pinggang yang menampilkan produk-produk khas Lembata. Ada berbagai produk tenun ikat seper-ti sarung perempuan, sarung pria, dan selendang. Dipajang pula ker-ajinan dari barang bekas seperti kaleng, bambu, cangkang kerang, rumah siput, dan lainnya. Di tan-gan warga belajar binaan Goris, barang-barang itu berubah wujud menjadi tempat pensil, dan hiasan meja dengan taburan serbuk kayu dan pasir pantai aneka warna.

“Ini kami jual di sini saja atau kadang-kadang ada yang membeli untuk dijual di kota,” lanjutnya.

Ada juga kerajinan dari tulang belulang dan gigi ikan paus, sisa hasil perburuan tradisional mama-lia air terbesar di Desa Lamalera, 50 Kilometer dari Lewolea, ibu-kota Lembata. Sementara itu, di dinding ruangan terpasang sejum-lah lukisan cat air bergambar ekor dan sirip ikan paus dalam berba-gai warna dan bentuk. Seolah ingin menegaskan identitas Lembata se-bagai satu-satunya tempat di dunia yang masih memiliki tradisi perbu-ruan paus.

Di bagian belakang, diban-gun sebuah pondok seluas enam meter persegi yang di-lengkapi dengan puluhan kursi dan meja bambu. diberi nama “Pondok Wanara” yang dalam ba-hasa Sansekerta bermakna pondok rakyat. di dinding terbuka men-gelilingi pondok, lebih banyak lagi kerajinan tangan dari bekas cang-kang kerang, rumah siput, tulang ikan paus, tempurung kelapa, tem-puling (lembing tradisional pe-nikam paus) dan lainnya

Pondok ini memang diran-cang Goris sebagai kafe. Barisan pohon berdaun lebat berselang-seling dengan tanaman bunga sengaja ditanam mengelilingi pon-dok. Rindangnya dedaunan po-hon membentuk penghalang ala-mi pondok dari dari guyuran sinar matahari. Hembusan angin sepoi-sepoi makin menyejukkan suasa-na sehingga seringkali membuai pengunjung hingga terlelap. Aneka makanan-minuman ringan khas Lembata juga telah disiapkan se-bagai pelengkap. Seperti kopi, teh, keripik pisang, jagung titi (emp-ing), atau umbi-umbian rebus sep-erti kacang tanah, ketela pohon, atau singkong.

“Jam buka kafe ini bebas, 24 jam. Soalnya, kadang ada juga te-man jam 12 malam datang ke sini karena sedang suntuk di rumah. Ya, saya silahkan,” lanjutnya.

serta sumbangan sejumlah pihak. Di antaranya dari Dinas Pendidi-kan setempat, pengunjung, dan lembawa swasta. Bergeser ke sayap kanan ruangan, Goris menunjuk-kan etalase kaca tiga tingkat set-

Dari Atas Ke Bawah :Koleksi bacaan di Taman Daun

Aneka suvenir dari limbah sampah dan biota laut karya warga binaan

Taman Daun

Mediksi/M. Subchan

Mediksi/M. Subchan

Page 22: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LAPORAN UTAMA

22 BP-PAUDNI Regional II

Berkat kabar dari mulut ke mulut, Taman Daun yang teduh, rindang, dan alami pun makin pop-uler. Lokasinya yang strategis, di jantung Lembata, membuat tem-

pat ini ramai dikunjungi turis lokal dan asing.

“Kalau turis luar negeri, ada dari Jerman, Jepang, Singapura, dan Selandia Baru,” tukasnya.

Bahkan, bangunan di Taman Daun merupakan bantuan dari se-orang turis Kanada yang pernah mengunjungi Taman Daun. Goris yang lupa dengan nama turis itu mengaku mendapat bantuan dana sebesar Rp 12,5 juta. Dana itu mer-upakan hasil penjualan empat lem-bar kain tenun ikat yang dibawa turis tersebut.

“Seluruh dana itu saya pakai untuk membangun taman bacaan dan bangunan lainnya,” tuturnya.

Goris mengaku semula tak per-nah berencana mendirikan pusat belajar masyarakat seperti ini. Kep-ulangannya ke Lembata pada ta-hun 1984 hanya bertujuan melatih

Dari bawah searah jarang jam:

Wilhelmus Hekas (31, kanan) membersihkan isi tempurung

kelapa sebelum diolah menjadi cangkir, dan teko.

Hasil setengah jadi kerajinan tempurung kelapa

Hasil jadi kerajinan tempurung kelapa yang siap dijual.

Mediksi/M. Subchan

Mediksi/M. Subchan

Page 23: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

23www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LAPORAN UTAMA

tenun ikat pada ibu-ibu di sekitar kediamannya.

“Saat pelatihan itu, ibu-ibu membawa serta anak mereka. Agar anak-anak tidak mengganggu ibu-nya, saya buatkan taman bacaan,” ujar suami Bergita Bataona ini.

Empat tahun berjalan, alum-nus Sekolah Usaha Perikanan Me-nengah (SUPM) Tegal, Jawa Ten-gah ini mengembangkan berbagai kegiatan belajar bagi masyarakat sekitar. Uniknya, Goris banyak melaksanakan kegiatan berba-sis pertanian walau latar belakang pendidikannnya di bidang perika-nan.

“Saya rupanya lebih tertarik dengan pertanian,” ujarnya sambil tertawa.

Aktivitas pemberdayaan masyarakat oleh Goris rupan-ya menarik perhatian SKB Lem-bata. Dalam kurun 2008-2009, Kepala SKB Lembata Elisabeth Batafor menggandeng Goris un-tuk menggelar program pendidi-kan keaksaraan. Baik keaksaraan dasar maupun keaksaraan fung-sional. Menurut Elisabeth, dalam kerjasama itu, SKB memberikan

pendidikan aksara serta pelatihan ketrampilan sebagai bekal bekerja atau berwirausaha bagi peserta.

“SKB mengarahkan kelompok masyarakat untuk lebih efektif. Misalnya, pelatihan keterampilan untuk peserta keaksaraan fung-sional seperti kerajinan limbah in-dustri,” sambung Goris.

Dari interaksi dengan SKB, Gor-is mengaku wawasannya makin bertambah dalam pendidikan non-formal dan informal. Terutama pada program PAUD. Ia kini me-mahami strategi merangsang daya kreatif anak-anak melalui PAUD. Tak mengherankan bila Goris ra-jin mengumpulkan berbagai bahan dari lingkungan sekitar sebagai sa-rana belajar anak-anak di Taman Daun.

Kiprah Taman Daun terdengar pula hingga Pemkab Lembata. Su-dah beberapa kali Goris diundang berpartisipasi dalam hajatan daer-ah. Seperti pameran pembangunan untuk memeriahkan HUT Lemba-ta atau pameran dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional.

“Sejak 2013, pemkab selalu mengarahkan kunjungan turis ke sini,” ucapnya bangga.

Hingga hari ini, Taman Daun konsisten memberdayakan masyarakat dengan berbagai keg-iatan. Dari bimbingan belajar un-tuk anak umur 3-6 tahun, pelati-han tenun ikat, pelatihan kerajinan dari sampah plastik, sampai pem-buatan suvenir.

Masih di kawasan Lewole-ba, ibukota Lembata, tepatnya di Desa Wangatoa, Wilhelmus Hekas (31) terus mengembangkan keraji-nan batok kelapa yang ditekuninya. Pada 2012, Hekas dan sembilan peserta lainnya terpilih mengikuti pelatihan kerajinan tempurung ke-lapa yang dihelat SKB. Pasca pelati-han keterampilan, kewirausahaan, dan pemasaran selama sebulan, SKB membekali mereka dengan dana hibah Rp 5 juta. Oleh Hekas dan kelompoknya, dana itu dipakai untuk membeli alat-alat kerja sep-

erti cat, lem, plitur, bor listrik, dan lemari etalase untuk berwirausaha. Lainnya digunakan untuk membeli bahan baku berupa tempurung ke-lapa.

Bernaung dalam kelompok “Tempurung Jaya”, mereka mulai berkarya. Tempurung kelapa yang masih dibuang percuma, mereka “sulap” menjadi barang bernilai. Hasilnya gelas, teko, asbak, dan dalam berbagai ukuran. Dihias dengan lukisan motif setempat membuat produk kerajinan limbah mereka makin menarik.

Dalam seminggu, mereka mam-pu memproduksi hingga 30 batok. Harganya dibandrol Rp 5 ribu – Rp 35 ribu untuk produk satuan atau Rp 50 ribu untuk satu set teko dan empat gelas.

“Sebagian besar produk masih kami jual keliling di sekitar kota, untuk sisanya kami jual di rumah,” tandasnya.

Walau volume penjualan produk mereka belum banyak, Hekas opti-mistis peningkatan penjualan dap-at dicapai dengan pemasaran yang baik. Dia sendiri masih memer-lukan mesin gerinda agar produk buatannya lebih halus.

“Kami berharap agar bisa mendapat bantuan gerinda agar kualitas produk buatan kami lebih baik lagi,” pungkasnya.

Di kabupaten kepulauan ini, SKB menumbuhkan harapan warga binaan akan kehidupan yang lebih baik dengan pelatihan ketrampilan plus kewirausahaan. Saat ini, om-set produk kerajinan Hekas dan kawan-kawan memang masih ke-cil. Namun, seiring pendampingan SKB, Hekas yakin usaha mandiri kelompoknya kelak akan berkem-bang pesat.

► M Subchan Sholeh

Mediksi/M. Subchan

Page 24: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang
Page 25: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

25www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

SOSOK

Kalem dan bersahaja. Begitulah kesan pertama setiap berjumpa dengan

Ir Sutrisno MPd (60), salah satu Pamong Belajar (PB) Madya yang bertugas di Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal

dan Informal (BPPAUDNI) Regional II Surabaya. Pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 24 Maret 1954 ini tergolong pendiam. Meski begitu, ayah satu puteri ini yang humoris ini sesekali berkelakar

dengan celetukan-celetukan khasnya.

Bertepatan den-gan hari kelahirannya ke-60, Sutrisno me-masuki masa pensiun dan mengakhiri masa jabatannya sebagai

PB Madya. Sebagai PB senior, Sutrisno ke-

nyang asam garam dunia pendidikan nonformal. Dia tercatat sebagai PB lintas

jaman di Balai. Peng-abdiannya selama

32 tahun terentang sejak jaman Balai P e n g e m b a n g a n Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Timur di awal 1980-an, Balai Pengembangan P e n d i d i k a n Luar Sekolah dan Pemuda

(BPPLSP), dan Balai Pengem-bangan Pendidi-kan Non Formal dan Informal (BPPNFI) di peri-ode 1990-an sam-pai 2005 sampai era BPPAUDNI .

Sutrisno yang mengawali kar-irnya sebagai staf

di SKB Kabupat-en Gresik, men-gaku tidak per-

Lintas Jamannah sedikit pun terbersit niatnya bekerja di lingkungan Balai. Dia merasa takdir yang mengantarnya menjadi PB Balai saat Kepala BPKB Jawa Timur mengajaknya bergabung pada tahun 1982 silam. Reputasi Sutrisno sebagai staf ber-prestasi di SKB rupanya terdengar oleh Kepala BPKB Jawa Timur.

Sudah banyak model-model pendidikan nonformal yang di-hasilkan Sutrisno bersama timnya di Balai. Dia bersyukur bisa meng-abdi di Balai karena mendapat ru-ang, kesempatan dan fasilitas un-tuk mengembangkan diri.

“Meskipun belum banyak model Balai yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat, namun saat ini sudah mulai ada perkem-bangan dengan mulai meluasnya skala pemanfaatan model di luar Balai,” tandasnya.

Setelah pensiun, dia mengaku tetap akan beraktivitas di lingkun-gan pendidikan nonformal. Status sebagai anggota Tim Penilai Angka Kredit (TPAK) Pusat selama lima tahun terakhir membuatnya men-jadi sosok yang paing dicari oleh sesama PB. Tak lain untuk konsul-tasi seputar pengajuan angka kred-it sebagai syarat kenaikan pangkat dan jabatan bagi staf fungsional.

Kepada rekan sejawatnya, dia berpesan untuk selalu belajar set-iap saat sebagai wujud pengabdian terbaik.

“Jangan menunggu kesempa-tan saat dikirim pelatihan, tetapi manfaatkan setiap momen untuk belajar. Agar saat dibutuhkan, kita tak lagi gagap, tapi siap tampil menjawab setiap tuntutan tugas,” pungkasnya. (ims)

Mediksi/Ghofur

Page 26: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

SOSOK

26 BP-PAUDNI Regional II

Sosok Dika Amalia (26) selalu hadir dalam tiap keg-iatan drg Laily Rahmawati,

istri Mendikbud M Nuh. Sebagai ajudan, dia berusaha maksimal agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satunya dengan menjaga kesehatan agar staminan-ya tetap prima selama mendamp-ingi istri orang nomor satu di Kem-dikbud itu.

“Saya biasanya istirahat yang cukup dan minum vitamin,” kata Dika saat dijumpai di sela Pun-cak Peringatan Hardiknas 2014 di Kabupaten Sorong, Papua Barat, bulan Mei lalu. Walau jarang bero-lahraga rutin, dua kiat itu dirasa Dika mampu menjaga kesehatannya.

“Kalau olahraga bisa dibilang jarang sekali, tapi olahraga yang paling saya su-kai adalah aerobik dan yoga,” tam-bah penyuka novel ini.

S e b e -l u m m e n -

j a d i a j u d a n

istri Mendik-bud, Dika ber-

tugas sebagai staf dari staf khusus Mendikbud pada

tahun 2008. Setahun berikut-nya, dia terpilih sebagai ajudan Ibu Menteri.

Jelang lima tahun bertugas, Dika mengaku menikmati amanah yang diembannya. Salah satunya karena berkesempatan mengun-jungi berbagai daerah di nusan-tara.

“Saya jadi tahu keadaan daer-ah-daerah terpencil atau terdepan di Indonesia yang sulit terjangkau,” ungkapnya serius.

Baru-baru ini, pengidola Presi-den Susilo Bambang Yudhoyono dan Mendikbud M Nuh ini bahkan berkesempatan mengawal kunjungan Ibu Menteri ke

Jaga Stamina

luar negeri. Tepatnya ke negara tetangga, Timor Leste. Perjalanan ke mantan provinsi ke-27 Indone-sia itu membawa kesan mendalam bagi dara asal Pekalongan Jawa Tengah itu.

“Saya dan ibu menteri sem-pat jalan-jalan ke pantai dan bukit tanpa dibatasi waktu atau acara resmi,” ujarnya.

Selain itu, dia terkesan den-gan anak-anak Timor Leste yang dijumpainya.

“Mereka manis-manis dan baik sekali,” pungkas Dika yang tengah menyelesaikan skripsinya di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekono-mi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka (Uhamka), Jakarta ini. (mss)

Page 27: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

27www.bppnfi-reg4.netedisi pertama 2014

LINTAS PERISTIWA

Sekretaris Ditjen PAUDNI Ella Yulaelawati sedang memaparkan sasaran target PAUDNI tahun 2014 di BPPAUDNI Reg. II Surabaya 20 Januari 2014

Siswi SMP AL-Falah Surabaya (Kerudung Putih) berlatih menjadi penyiar radio di Radio Suara Dering Edukasi, BP-PAUDNI Reg. II Surabaya. Didampingi Ita penyiar Radio Suara Dering Edukasi BPPAUDNI Reg.II, Selasa (4/2).

Kepala Seksi Program BPPAUDNI Reg. II Surabaya Endah Warsiati, Kepala BPPAUDNI Reg. II Surabaya Pria Gunawan, Kasi PAUD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jatim Totok Isnanto dan Kepala UPTD PPNFI-PK NTT Stanislaus K Jawan (dari kiri ke kanan) saat menghadiri kegiatan Rakor BPPAUDNI Reg. II Surabaya Tahun 2014, Kamis (27/3).

Dwi Sudarmanto Pamong Belajar Muda BP-PAUDNI Reg II (tengah berdiri) memberikan materi pada Pelatihan Calon Pelatih Pendidik PAUD Tingkat Dasar, yang diselenggarakan pada 17 - 22 Februari 2014, di BP-PAUDNI Reg. II

Para Pamong Belajar dan staf struktural sedang mengikuti diklat Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di BPPAUDNI Reg. II, Kamis (27/2).

Putut Purnawirawan PB Pertama BP-PAUDNI Reg II, sedang memandu gerakan braindance kepada murid-murid PAUD Cahaya Tazkia, Rabu (5/2).

Mediksi/Ghofur Mediksi/Ghofur

Mediksi/GhofurMediksi/Ghofur

Mediksi/Ghofur Mediksi/Ghofur

Page 28: Geliat Kebangkitan SKB di NTTpauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1_2014.pdf · macam kursus, seperti kursus menjahit dan operator kom-puter. APBD Sumba Tengah yang

LINTAS PERISTIWA

28 BP-PAUDNI Regional II

Kasi FSD BPPAUDNI Reg. II Surabaya Agus Samsudin (kiri) menerima satya lencana kesetiaan 20 tahun dari Presiden SBY yang disematkan oleh Kepala BPPAUDNI Reg. II Surabaya Pria Gunawan dalam upacara Hari Pendidikan Nasional 2014 di halaman BPPAUDNI Reg. II Surabaya, Jum’at (2/5).

Karyawan BPPAUDNI Reg. II Surabaya tengah mengikuti kegiatan outbound di Trawas, Mojokerto.(17/4)

Dirjen PAUDNI Prof Lydia Freyani Hawadi (Kanan) menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Kepala BPPAUDNI Regional II Surabaya Pria Gunawan (kiri), dan Kabid PNFI Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan Tri Krisni Astuti, SSos, MM pada akhir Maret lalu. Pemkab Pasuruan menggandeng Balai untuk mengentaskan 37.000 penyandang buta aksara selama tiga tahun menggunakan Model Batung Bingar buatan Balai,

Peserta Diklat PAUD Senam Braindance sedang praktik gerakan senam braindance

Tim Model PAUD Program Stimulasi Motorik Kasar Anak Usia 0 < 36 Bulan, sedang melaksanakan focus group discussion (FGD), Selasa (11/3).

Peserta Orientasi Saka Widya Budaya Bakti, tertawa gembira setelah mendapatkan badge saka, sebagai tanda bahwa mereka telah menjadi anggota Saka Widya Budaya Bakti, Jum’at (11/4).

Mediksi/Alief HabibiyMediksi/Ghofur

Mediksi/Ghofur

Mediksi/Guritno Mediksi/Lilik Rahajoe

Mediksi/Ghofur