formulasi sediaan shampo dari ekstrak etanol bunga …repository.helvetia.ac.id/2378/1/kti...

69
FORMULASI SEDIAAN SHAMPO DARI EKSTRAK ETANOL BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) KARYA TULIS ILMIAH NIAT PASRAH KASIH HIA 1601021029 PROGRAM STUDI D3 FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • FORMULASI SEDIAAN SHAMPO DARI EKSTRAK ETANOL

    BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior)

    KARYA TULIS ILMIAH

    NIAT PASRAH KASIH HIA

    1601021029

    PROGRAM STUDI D3 FARMASI

    FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • FORMULASI SEDIAAN SHAMPO DARI EKSTRAK ETANOL

    BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior)

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

    Program Studi D3 Farmasi dan Memperoleh Gelar

    Ahli Madya Farmasi

    (Amd. Farm.)

    Disusun Oleh:

    NIAT PASRAH KASIH HIA

    1601021029

    PROGRAM STUDI D3 FARMASI

    FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • Telah Di Uji Pada Tanggal : 22 Agustus 2019

    PANITIA PENGUJI KTI

    Ketua : Vivi Eulis Diana, S.Si, M.EM., Apt

    Anggota : 1. Pricella Ginting, S.Farm,. M.Si., Apt.

    2. Dini Pertama sari, S.farm., M.Si.,Apt.

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    BIODATA

    Nama : Niat pasrah kasih hia

    Tempat/Tanggal Lahir : Lologundre, 07 oktober 1997

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Kristen

    Anak ke : 5 dari 5 bersaudara

    Alamat : Jl. Karya Bakti Gg. Teratai No. 8 Helvetia

    Nama Orang Tua

    Nama Ayah : Taroni hia

    Pekerjaan : Petani

    Nama Ibu : Suryani hia

    Pekerjaan : Petani

    Alamat : Lologundre, Kecamatan Lahomi, Nias Barat.

    Riwayat Pendidikan

    Tahun 2003 – 2009 : SD Negeri 071180 Iraonogaila

    Tahun 2009 – 2012 : SMP N.3 Faomasi Lahomi

    Tahun 2012 – 2015 : SMK N.1 Lahomi

    Tahun 2016 – 2019 : D3 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan

  • i

    ABSTRAK

    FORMULASI SEDIAAN SHAMPO DARI EKSTRAK ETANOL BUNGA

    KECOMBRANG (Etlingera elatior)

    NIAT PASRAH KASIH HIA

    1601021029

    Shampo adalah bahan pembersih yang sesuai untuk mencuci rambut,

    menghilangkan kotoran dari rambut dan kulit kepala, membuat rambut mudah

    ditata dan tampak sehat. Bunga kecombrang (Etlingera elatior) merupakan salah

    satu jenis tanaman rempah-rempah asli Indonesia yang termasuk dalam family

    Zingiberaceae yang memiliki kandungan senyawa flavonoid, saponin, tanin dan

    terpenoid. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui formulasi ekstrak

    etanol bunga kecombrang sebagai sediaan shampo.

    Metode penelitian ini, menggunakan metode eksperimental dengan

    melakukan pengekstrakan bunga kecombrang (Etlingera elatior) secara maserasi

    yang kemudian dilanjutkan pada formulasi sediaan shampo ekstrak etanol bunga

    kecombrang dengan konsentrasi 4%, 5%, 6%. Pengujian terhadap sediaan

    meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji iritasi, uji tinggi busa.

    Hasil penelitian Uji organoleptik menunjukkan sediaan warna coklat, abau

    khas bunga kecombrang dan bentuk semi padat. Uji homogenitas menunjukkan

    sediaan shampo semua homogen. Uji pH menunjukkan pH blanko 6,9, F1 6,2, F2

    5,8 dan F3 5,6. Uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan shampo memberikan hasil

    negatif yaitu tidak terjadi iritasi pada sukarelawan. Uji tinggi busa menunjukkan

    bahwa tinggi busa akhir pada sediaan shampo blanko 55 mm, F1 65 mm, F2 80

    mm, dan F3 82 mm.

    Kesimpulan dari hasil yang didapat bahwa ekstrak etanol bunga

    kecombrang (Etlingera elatior) dapat diformulasikan sebagai sediaan shampo.

    Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian antibakteri dari

    sediaan shampo ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior).

    Kata kunci : Ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior), Shampo,

    Formulasi.

  • ii

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

    rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,

    sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang judul “Formulasi sediaan

    shampo dari ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior)” yang

    disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi

    D3 Farmasi di Institut Kesehatan Helvetia Medan.

    Selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

    mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

    kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes, selaku pembina Yayasan

    Helvetia Medan.

    2. Iman Muhammad, SE, S.Kom., MM., M.Kes. Selaku Ketua Yayasan Helvetia

    Medan.

    3. Dr. Ismail Effendy, M.Si. Selaku Rektor Institut Kesehat Helvetia Medan.

    4. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi dan

    Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.

    5. Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Si., Apt., Selaku Ketua Program Studi D3

    Farmasi Institut Kesehatan Heletia.

    6. Vivi Eulis Diana, S.Si., M.EM., Apt. Selaku Dosen Pembimbing I yang

    senantiasa memberikan waktu dan mengarahkan penulis dalam menyusun

    Karya Tulis Ilmiah ini.

    7. Pricella Ginting, S.Farm,. M.Si., Apt. Selaku Penguji II yang memberikan

    saran yang bermanfaat untuk memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini.

    8. Dini Permata Sari, S.Farm., M.Si., Apt. Selaku Penguji III yang memberikan

    saran yang bermanfaat untuk Karya Tulis Ilmiah ini.

    9. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah

    memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama pendidikan.

    10. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

    ayahanda Taroni Hia dan Ibunda Suryani Hia, kakak sulung Learning wati

    hia, kakak werisentani linia hia, kakak eka prasetia hia, dan abang tersayang

    sosiologi hia, serta keluarga besar yang telah memberikan semangat

    motivasi, nasehat, doa dan dukungan kepada penulis.

    11. Serta Rekan – rekan angkatan 2016 D3 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia

    Medan yang telah membantu serta mendukung penulis sampai tugas akhir ini

    selesai.

  • v

    Penulis menyadari baik dari segi penggunaan bahasa, cara penyusunan

    proposal ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, dengan segala

    kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

    dari semua pihak untuk kesempurnaan proposal ini.

    Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat

    bagi kita semua.

    Medan, Agustus 2019

    Niat Pasrah Kasih Hia

  • vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    COVER LUAR

    COVER DALAM

    LEMBAR PENGESAHAN

    HALAMAN PERNYATAAN

    LEMBAR PANITIA PENGUJI KTI

    LEMBAR DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    ABSTRAK ......................................................................................... i

    ABSTRACT ......................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

    DAFTAR ISI ......................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 4 1.3 Hipotesis .......................................................................... 4 1.4 Tujuan Penelitian ........................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian .......................................................... 4 1.6 Kerangka Konsep ............................................................ 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Bunga Kecombrang ................................................ 6 2.1.1 Nama Daerah .............................................................. 6 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kecombrang ............................. 6 2.1.3 Morfologi Tanaman Kecombrang ............................. 6 2.1.4 Kandungan dan Manfaat Tanaman Kecombrang ...... 7

    2.2 Rambut .................................................................................. 8 2.2.1 Anatomi dan Pertumbuhan Rambut ........................... 8 2.2.2 Jumlah Rambut di Kepala .......................................... 10 2.2.3 Rambut Rontok .......................................................... 10

    2.3 Shampo .................................................................................. 11 2.3.1 Defenisi Shampo ........................................................ 11 2.3.2 Bahan Dasar Shampo ................................................. 13

    2.4 Simplisia ................................................................................. 15 2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia 16

    2.5. Ekstraksi ................................................................................. 19

    2.5.1 Metode Ekstraksi ....................................................... 20

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 22

  • 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................. 22 3.2.1 Lokasi ........................................................................ 22 3.2.2 Waktu ......................................................................... 22

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 22 3.4 Alat dan bahan ....................................................................... 23

    3.4.1 Alat ........................................................................... 23 3.4.2 Bahan ...................................................................... 23

    3.5 Formula Sediaan Shampo ...................................................... 23 3.6 Formula yang Digunakan ...................................................... 24 3.7 Prosedur Kerja……………………………….. ...................... 24

    3.7.1 Pembuatan Ekstrak Bunga Kecombrang ................... 24 3.7.2 Pembuatan shampo .................................................... 25

    3.8 Evaluasi Sediaan Shampo ..................................................... 26 3.8.1 Uji Organoleptik ......................................................... 26 3.8.2 Uji Homogenitas ........................................................ 26 3.8.3 Uji pH ......................................................................... 26 3.8.4 Uji Iritasi ..................................................................... 27 3.8.5 Uji Tinggi Busa ......................................................... 27

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Bunga Kecombrang ......... 28 4.2 Hasil evaluasi sediaan ............................................................ 28

    4.2.1 Hasil Uji Organoleptik ............................................... 28 4.2.2 Hasil Uji Homogenitas ............................................... 29 4.2.3 Hasil Uji pH ............................................................... 29 4.2.4 Hasil Uji Iritasi ........................................................... 30 4.2.5 Hasil Uji Tinggi Busa ................................................ 30

    4.3 Pembahasan ............................................................................ 31

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan ............................................................................ 34

    5.2 Saran ....................................................................................... 34

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 35

    LAMPIRAN

  • v

    DAFTAR TABEL

    Tabel Judul Halaman

    Tabel 3.1 Formula Yang Digunakan ...................................................... 24

    Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptik ............................................................ 28

    Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas ............................................................ 29

    Tabel 4.4 Hasil Uji pH ............................................................................ 29

    Tabel 4.5 Hasil Uji Iritasi ........................................................................ 30

    Tabel 4.6 Hasil Uji Tinggi Busa ............................................................ 31

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Judul Halaman

    Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................. 5

    Gambar 2.1 Bunga Kecombrang ........................................................... 7

    Gambar 2.2 Struktur Rambut ................................................................ 8

  • vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Perhitungan Bahan ............................................................. 37

    Lamporan 2 Perhitungan Tinggi Busa .................................................... 39

    Lampiran 3 Proses Ekstrak..................................................................... 40

    Lampiran 4 Formulasi sediaan shampo.................................................. 42

    Lampiran 5 Hasil Uji Homogenitas ....................................................... 44

    Lampiran 6 Hasil Uji pH ........................................................................ 45

    Lampiran 7 Hasil Uji Iritasi ................................................................... 46

    Lampiran 8 Hasil Uji Tinggi Busa ........................................................ 47

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Rambut yang sehat dan indah dambaan setiap orang. Namun,

    kenyataannya banyak gangguan yang sering dihadapi, seperti rambut pecah-

    pecah, merah/kurus, rontok, bahkan sampai kebotakan. Melalui perawatan secara

    teratur dan benar, gangguan rambut tersebut bisa diatasi. Merawat keindahan dan

    kesehatan rambut biasanya diawali dari kebersihan rambut, yaitu dengan mencuci

    rambut setiap dua atau tiga kali seminggu dengan shampo yang sesuai dengan

    jenis rambut seseorang (1).

    Rambut merupakan hiasan kepala, yang dapat membuat wajah jadi lebih

    menarik, terutama bagi kaum wanita. Rambut juga merupakan mahkota yang

    dapat dibanggakan dan dikagumi oleh setiap insan yang memandangnya. Oleh

    sebab itu, anda merawat rambut agar tetap subur, lebat, dan teratur, itulah

    ungkapan yang sering kita dengar untuk melukiskan betapa pentingnya rambut

    yang sehat. Tidak mudah memiliki rambut yang indah dan sehat karena sering kali

    rambut yang bermasalah. Adanya masalah dengan rambut mengakibatkan

    aktivitas terganggu karena akan menjadi pusing. Seperti halnya ketombe, ketombe

    merupakan masalah yang sering kita jumpai dalam masyarakat (2).

    Upaya perawatan rambut dapat dilakukan dengan pemakaian shampo.

    Shampo merupakan bahan pembersih yang sesuai untuk mencuci rambut,

    menghilangkan kotoran dari rambut dan kulit kepala, membuat rambut mudah

    ditata dan tampak sehat.

  • 2

    Shampo digunakan untuk menghilangkan partikel yang tidak diinginkan,

    seperti minyak dan kotoran lain, dan juga dapat memperindah rambut dan tanpa

    pengelupasan sebum yang berlebihan karena dapat menyebabkan rambut semakin

    sulit diatur. Tumbuhan mengandung metabolit sekunder yang lebih aman

    digunakan dengan bahan sintetik, sehingga sangat berguna untuk formulasi

    shampo dari bahan alam (3).

    Sebagai langkah awal, agar tak salah memilih shampo kenali dulu kondisi

    dan jenis rambut anda. Akan lebih baik lagi jika anda mengenali rambut anda

    seperti halnya mengenal bagian tubuh lain semisal kulit wajah. Setelah tahu

    rambut anda masuk dalam kategori normal, kering, atau berminyak, akan lebih

    mudah menentukan shampo yang cocok (4).

    Banyak produk yang dijual dipasaran, dari dalam maupun luar negeri,

    harus diperhatikan bagaimana cara menyikapinya. Sebelum menggunakan,

    pastikan produk tersebut sudah sesuai dengan jenis rambut. Baca aturan pakai dan

    kegunaan yang mendasar. Mahal atau murahnya produk belum tentu cocok

    dengan kulit dan rambut jika tidak mengerti kegunaannya. Begitu pula dengan

    penataan rambut dan penggunaan aksesoris. Penataan yang salah akan berakibat

    fatal dalam penampilan dan merusak rambut (5).

    Bunga kecombrang (Etlingera elatior) merupakan salah satu jenis tanaman

    rempah-rempah asli Indonesia yang termasuk dalam family Zingiberaceae yang

    secara tradisional sudah lama digunakan dan dimanfaatkan masyarakat sebagai

    obat-obatan dan penyedap masakan (6).

  • 3

    Berdasarkan skrining fitokimia Elis suwarni, 2016 tentang aktivitas

    antiradikal bebas ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior) dengan

    metode DPPH hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak etanol bunga

    kecombrang (Etlingera elatior) memiliki aktivitas antiradikal bebas sangat kuat

    dengan nilai IC50=47,82 ppm yang disebabkan oleh kandungan senyawa

    golongan flavonoid, terpenoid dan tanin (7).

    Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan (Yosefin dkk, 2015) bahwa

    gel ekstrak metanol bunga kecombrang telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri

    terhadap bakteri staphylococcus aureus dan staphylococcus epidermidis. Ekstrak

    yang digunakan merupakan ekstrak metanol yang diperoleh melalui proses

    ekstraksi dengan metode maserasi. Uji aktivitas dilakukan dengan menggunakan

    metode difusi agar dengan konsentraksi ekstrak ialah 4%, 5%, dan 6% (8).

    Penelitian sebelumnya (Adeng, 2010) telah diteliti Uji antioksidan dan

    antibakteri ekstrak air bunga kecombrang (Etlingera elatior) sebagai pangan

    fungsional terhadap staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil uji

    menunjukkan ekstrak air bunga kecombrang memiliki kemampuan sebagai

    antibakteri terhadap S. Aureus dan E. Coli (9).

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

    memanfaatkan bunga kecombrang (Etlingera elatior) sebagai sediaan shampo.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah diatas, maka penulis

    dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

  • 4

    1. Apakah ekstrak bunga kecombrang dapat diformulasikan sebagai sediaan

    shampo?

    1.3 Hipotesis

    Ekstrak bunga kecombrang dapat diformulasikan kedalam sediaan

    shampo.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui formulasi ekstrak etanol bunga kecombrang sebagai

    sediaan shampo.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian pada esktrak bunga kecombrang adalah sebagai

    berikut:

    1. Meningkatkan pengetahuan terhadap khasiat bahan alami yang berada di

    sekitar masyarakat.

    2. Memberikan informasi bahwa ekstrak bunga kecombrang dapat digunakan

    sebagai shampo.

    1.6 Kerangka Konsep Penelitian

    Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

    Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian

    Ekstrak etanol

    bunga kecombrang

    (Etlingera elatior)

    konsentrasi 4%, 5%,

    dan 6%.

    Organoleptik

    Homogenitas

    pH

    Iritasi

    Tinggi busa

    Uji Organoleptik

    Uji Homogenitas

    Uji pH

    Uji Iritasi

    Uji tinggi busa

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan tentang Bunga Kecombrang (Etlingera elatior)

    2.1.1 Nama Daerah

    Puwar kinjung (Sumatera), Kinjung (Medan), Kinjuang, Sambuang

    (MinangKabau), Honje, Rombeka, Combrang, Kecombrang, Kecumbrang,

    Cumbrang (Jawa), Bubogu, Ketimbang (Sulawesi), Salahawa, Petikala (Maluku)

    (10).

    2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kecombrang

    Klasifikasi dari tanaman kecombrang (Etlingera elatior) sebagai berikut:

    Kerjaan : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Ordo : Zingiberales

    Famili : Zingiberaseae

    Genus :Etlingera

    Spesies : Etlingera elatior (11).

    2.1.3 Morfologi Tanaman Kecombrang

    Kecombrang merupakan salah satu tanaman yang termasuk kedalam

    tanaman aromatik, karena mempunyai aroma yang khas. Herba dengan tinggi

    mencapai 5 cm. Batang semua bulat, membesar di pangkalnya, tumbuh tegang

    membentuk rumput. Rimpang tebal, berwarna merah jambu. Daun tersusun atas

    dua baris, berseling bentuk jorong lonjong, pangkal membulat atau menjantung,

  • 6

    tepi bergelombang, ujung meruncing pendek, gundul tetapi dengan bintik-bintik

    halus dan rapat, hijau mengilap (10).

    Bunga dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai panjang. Buah

    berjejalan berbentuk bongkol hampir bulat berdiameter 10-20 cm dengan masing-

    masing butir berukuran 2-2,5 cm, hijau dan menjadi merah ketika masak. Berbiji

    banyak, coklat kehitaman, diselubungi aril putih bening atau kemerahan (10).

    Gambar 2.1 Bunga Kecombrang (Etlingera elatior)

    2.1.4 Kandungan dan Manfaat Tanaman Kecombrang (Etlingera elatior)

    Hampir seluruh dari bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Dalam

    kecombrang terkandung zat aktif seperti saponin, flavonoid dan polifenol. Zat

    aktif tersebut dikenal sebagai deodorant alami yang mengurangi bau badan yang

    kurang enak bagi orang yang mengkonsumsinya. Khasiat lain dari kecombrang

    adalah memperbanyak ASI, dan pembersih darah. Hal ini sangat baik bagi ibu

    yang sedang menyusui. Dibeberapa kalangan masyarakat, kecombrang dipercayai

    sebagai penetral kolesterol. Hal ini tidaklah mengejutkan mengingat adanya

    beberapa hasil penelitian yang menunjukkan kandungan senyawa-senyawa dari

    tanaman ini seperti antibakteri, antioksidan dan antikanker (11).

  • 7

    2.2 Rambut

    2.2.1 Anatomi dan Pertumbuhan Rambut

    1. Anatomi Rambut

    . Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit dan mempunyai

    bentuk seperti benang tipis. Rambut mempunyai banyak fungsi, di antaranya

    adalah melindungi kepala dari benturan dan sinar matahari, menambah keindahan

    dan garis warna pada wajah, melindungi mata dari keringat kotoran dan debu, dan

    lain-lain (12).

    Gambar 2.2 Struktur Rambut (13).

    Bahan utama rambut ialah zat tanduk atau keratin. Susunanya terdiri dari

    zat putih telur (protein) dan zat-zat anorganik seperti karbon (C) 15%, Oksigen

    (O2) 21%, Nitrogen (N2) 17%, Hidrogen (H2) 6%, dan Belerang (S) 5%.

    Pertumbuhan rambut setiap orang berbeda-beda. Jika rambut sehat, maka

    pertumbuhann normalnya adalah inchi (1 ¼ cm) setiap bulan atau 24 jam 0,3

    mm. Dan itu juga akan sangat dipengaruhi juga oleh usia, jenis kelamin, ras, dan

    iklim (12).

  • 8

    2. Jenis Rambut

    a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu:

    1) Rambut lanugo/velus

    Rambut lanugo/velus adalah rambut yang sangat halus dengan

    pigmen yang sedikit. Rambut ini terdapat hampir di seluruh tubuh

    kecuali pada bibir, telapak tangan, dan kaki. Rambut ini tumbuh

    pada pipi, dahi, tengkuk, dan tangan.

    2) Rambut terminal

    Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta

    berpigmen banyak. Rambut ini dibedakan berdasarkan ukurannya,

    yaitu:

    a) Rambut panjang tumbuh pada kulit kepala, wajah laki-laki dan

    ketiak.

    b) Rambut pendek terdapat pada alis mata, bulu mata, dan bulu

    hidung.

    b. Jenis rambut menurut sifatnya, yaitu:

    1) Rambut normal

    Rambut dapat dikatakan normal, apabila tidak terlalu berminyak

    tidak terlalu kering serta bersih dari ketombe. Rambut normal lebih

    mudah pemeliharaannya serta tidak terlalu kaku sehingga mudah

    dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.

  • 9

    a) Rambut berminyak

    Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara

    berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak

    kelihatan mengkilap, tebal, dan lengket.

    b) Rambut kering

    Rambut ini biasanya memiliki ciri-ciri jika kita pegang akan

    bersuara, penampilan gersang dan kaku, warna pirang atau

    kemerahan dan cahaya pudar, rambut tipis, rapuh, ujung berbelah,

    dan sering ditumbuhi ketombe atau sindap (14).

    2.2.2 Jumlah Rambut di Kepala

    Jumlah rambut pada kulit kepala orang dewasa kurang lebih dari 100.000

    helai. Jumlah papil rambut di kulit kepala tetap sejak bayi sampai tua. Tetapi

    semakin bertambah usia, jumlah rambut di kulit kepala makin berkurang karena

    jumlah rambut dalam fase rontok (telogen) lebih banyak dibandingkan rambut

    dalam fase tumbuh (anagen). Pada usia muda dan anak-anak, rambut yang ada

    dalam fase tumbuh (anagen) lebih dari 90%, pada usia dewasa 85% dan pada usia

    tua hanya 80% atau kurang (14).

    2.2.3 Rambut Rontok

    Menurut beberapa buku, jumlah rambut yang rontok normalnya setiap hari

    rata-rata 40 sampai 100 helai. Jadi kalau setiap hari rambut rontok sekitar 50 helai,

    itu masih normal. Apabila jumlah rambut yang rontok setiap hari melebihi 100

    helai, maka kerontokan itu tidak normal (14).

  • 10

    2.3 Shampo

    2.3.1 Defenisi Shampo

    Shampo berasal dari bahasa Industan, yakni “shampoo” yang berarti

    “memeras”. Pada mulanya shampo dibuat dari sabun atau campuran sabun, tapi

    pada akhir-akhir ini shampo lebih banyak menggunakan detergen sintetik, hal ini

    disebabkan adanya kelemahan-kelemahan pada penggunaan sabun, antara lain:

    sabun mengendap dengan air sadah sehingga daya pencucinya hilang (15).

    Shampo merupakan bahan pembersih yang sesuai untuk mencuci rambut,

    menghilangkan kotoran dari rambut dan kulit kepala, membuat rambut mudah

    ditata dan tampak sehat, dikemas dalam bentuk sediaan yan nyaman untuk

    digunakan. Fungsi utama shampo adalah membersihkan akumulasi sebum,

    pengelupasan kulit kepala, dan melindungi rambut dan kulit kepala (15). Shampo

    antiketombe adalah adalah sediaan kosmetika yang umumnya mengandung

    desinfektan digunakan untuk membersihkan rambut dan dibuat khusus mengatasi

    terjadinya gangguan rambut dan kulit (16).

    Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo

    memiliki sifat fisikokimia tersendiri. Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak

    dan daya pembersih kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak

    rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam, dan mudah menjadi kusut,

    menyebabkan sukar diatur (17).

    Fungsi shampo pada intinya adalah untuk membersihkan rambut dan kulit

    kepala dari kotoran yang melekat sehingga faktor daya bersih (cleansing ability)

  • 11

    merupakan hal yang penting dari suatu produk shampo. Berikut ini diuraikan

    beberapa kriteria shampo yang baik:

    1. Mempunyai daya bersih yang baik dalam berbagai kondisi air. Kandungan

    mineral atau senyawa dalam air antara satu daerah dengan daerah lain

    tidak sama. Beberapa daerah memiliki kondisi air yang dapat menurunkan

    kemampuan shampo, seperti daya bersihnya berkurang atau busa yang

    dihasilkannya sedikit. Shampo yang baik adalah dapat menetralisir

    kelemahan tersebut.

    2. Tidak menimbulkan luka pada kulit kepala dan rasa pedih dimata saat

    digunakan.

    3. Busa yang dihasilkan cukup banyak, mudah dibilas, serta tidak

    meninggalkan sisa pada rambut dan kulit kepala.

    4. Memberikan efek mengilap dan lembut pada rambut sehingga mudah

    disisir dan ditata.

    5. Mempunyai warna dan aroma yang menarik (1).

    Komponen yang harus ada dalam pembuatan shampo:

    1. Surfaktan

    Surfaktan adalah bahan aktif dalam shampo, berupa detergen pembersih

    sintesis dan cocok untuk kondisi rambut pemakai. Beberap jenis surfaktan

    diantaranya:

    a. Lauryl sulfat (Pembersih yang baik namun mengerakan rambut)

    b. Lauret sulfat (pembentuk busa yang baik dan kondisioner yang baik)

  • 12

    c. Sarkosinat atau natrium lauril ( memiliki daya pembersih yang kurang,

    tetapi kondisioner yang baik)

    d. Sulfosuksinat atau Dinatrium Oleamin (Surfaktan dengan pelarut

    lemak yang kuat untuk rambut berminyak).

    2. Pelembut (contioner)

    Pelembut membuat rambut mudah disisir dan diatur oleh karena dapat

    menurunkan friksi antar rambut, mengkilapkan rambut dan memperbaiki

    keadaan rambut yang rusak akibat keriting, pewarna pemutih, atau steiling

    yang menyebakan kerusakan pada rambut. Beberapa jenis kondisioner

    diantaranya: polipinil pirolidon.

    3. Pembentuk busa (foam builder)

    4. Pemisah logam (squestering agen)

    5. Warna dan bau

    6. Pengawet

    7. pH balance (18).

    2.3.2 Bahan Dasar Shampo

    Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan shampo adalah:

    1. Natrium Lauryl Sulfat (Sodium Lauryl Sulfat)

    Sodium Lauryl Sulfat merupakan jenis surfaktan yang sangat kuat dan

    umum digunakan dalam produk-produk pembersih noda, minyak dan

    kotoran, Sodium Lauryl Sulfat merupakan bahan utama dalam formulasi

    kimia untuk menghasilkan busa (19). Pemerian: Sodium Lauryl Sulfat

    berbentuk kristal putih atau kream hingga kuning yang memiliki tekstur

  • 13

    halus, menghasilkan busa, rasa pahit, dan bau zat lemak yang samar.

    Kelarutan: mudah larut dalam air dingin maupun air panas (19).

    2. Carboxy Metyl Cellulosium Natrium (CMC-Na)

    CMC-Na digunakan sebagai bahan pengental shampo atau sebagai

    pengemulsi (20). Pemerian: serbuk putih berbentuk granula sampai putih

    kekuningan, higriskopis dan tidak berbau dan tidak berasa. Kelarutan:

    mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak larut dalam

    etanol, eter, dan pelarut organik lain.

    3. Cocamide DEA

    Cairan kental yang biasa digunakan untuk meningkatkan kapasitas busa

    atau menstabilkan busa surfaktan dalam produk sabun, shampo dan

    dikosmetik sebagai pengemulsi. Cocamide DEA dapat meningkatkan

    viskositas sediaan dan larut dalam air maupun larut dalam minyak, ini

    memungkinkan air dan minyak yang terdispersi merata dalam larutan (19).

    Pemerian: cairan kental yang jelas dengan bau agak amoniak. Kelarutan:

    larut dalam etanol (95%), air, dan pelarut yang paling umum seperti

    aseton, benzen, kloroform, eter, gliserin dan metanol (21).

    4. Metil Paraben

    Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0%

    dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3.

    Pemerian: serbuk hablur halus, putih, hamper tidak berbau, tidak

    mempunyai rasa, agak membakar diikuti rasa tebal.

  • 14

    Kelarutan: larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian

    etanol. Jika didinginkan larutan tetap jernih. Metil paraben ini mempunyai

    fungsi sebagai zat tambahan dan zat pengawet (22).

    5. Aquadest

    Aquadest adalah air yang dimurnikan yang diperoleh destilasi, perlakuan

    menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai.

    Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Pemerian:cairan

    jernih, tidak mengandung zat tambahan lain, tidak berwarna dan tidak

    berbau (22).

    6. Menthol (Mentholum)

    Menthol adalah alkohol yang diperoleh dari bermacam-macam minyak

    permen atau yang dibuat secara sintetik, berupa I-mentol atau mentol

    rasemik (d1-mentol). Menthol digunakan untuk memberikan sensasi rasa

    dinginpada shampo. Pemerian: hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak

    berwarna, biasanya berbentuk jarum, atau massa yang melebur, bau enak

    seperti minyak permen. Kelarutan: sukar larut dalam air, sangat mudah

    larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter , dan dalam asam asetat

    glasial, dalam minyak mineral, dan dalam minyak lemak dan dalam

    minyak atsiri (22).

    2.4 Simplisia

    Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum

    mengalami pengelolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan

    yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:

  • 15

    1. Simplisia nabati

    Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman

    selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanaman dengan

    cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.

    2. Simplisia hewani

    Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau

    zat-za yang dihasilkan hewan masih belum berupa zat kimia murni.

    3. Simplisia mineral

    Simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik yang telah

    diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni (23).

    2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia

    1. Bahan baku simplisia

    Berdasarkan bahan bakunya, simplisia bisa diperoleh dari tanaman liar dan

    atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari

    tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen, galur (asal usul,

    garus keturunan) tanaman dapat dipantau. Sementara jika diambil dari

    tanaman liar maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa

    dikendalikan seperti asal tanam, umur, dan tempat tumbuhan.

    2. Proses pembuatan simplisia

    Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan

    tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,

    pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan

    penyimpanan.

  • 16

    a. Pengumpulan bahan baku

    Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kaualitas bahan

    baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapa ini adalah masa

    panen.

    b. Sortasi basah

    Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanamanmasih segar.

    Sortasi dilakukan terhadap:

    a) Tanah dan kerikil

    b) Rumput-rumputan

    c) Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak

    digunakan

    d) Bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat atau sebagainya).

    c. Pencucian

    Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang

    melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanaman dan

    juga bahan-bahan yang tercemar pestisida. Pencucian bisa dilakukan

    dengan menggunakan air yang berasal dari beberapa sumber sebagai

    berikut:

    a) Mata air

    Pencucian yang dilakukan dengan menggunakan air yang berasal

    dari mata airharus memperhatikan kemungkinan pencemaran yang

    diakibatkan oleh adanya mikroba dan pestisida.

  • 17

    b) Sumur

    Pencucian menggunakan air yang berasal dari mata air harus

    memperhatikan pencemaran yang mungkin timbul akibat mikroba

    dan air limbah akibat limbah buangan rumah tangga.

    c) PAM

    Pencucian yang menggunakan fasilitas air PAM (ledeng) sering

    tercemar olehkapur klor.

    d. Pengubahan bentuk

    Pada dasarnya pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas

    permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku

    akan semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk ini meliputi

    beberapa perlakuan berikut:

    a) Perajangan untuk rimpang, daun, dan herba.

    b) Pengupasan untuk buah, kayu, kulit kayu, dan biji-bijian yang

    ukurannya besar.

    c) Pemiprilan khusus untuk jagung, yaitu biji dipisakan dari

    bongkolnya.

    d) Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu, dan rimpang.

    e) Penyerutan untuk kayu.

    e. Pengeringan

    Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan sebagai berikut:

    a) Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah

    ditumbuhi kapang dan bakteri.

  • 18

    b) Menghilangkan evektifitas enzim yang bisa menguraikan lebih

    lanjut kandungan zat aktif

    c) Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya (ringkas,

    mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya).

    f. Sortasi kering

    Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah pengeringan. Pemilihan

    dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang

    rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan ditepi

    jalan raya), atau dibersihkan dari kotoran hewan.

    g. Pengepakan dan penyimpanan

    Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia

    perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling

    tercampur antara simplisia satu dengan simplisia yang lainnya.

    Penyimpanan simplisia harus pada suhu kamar dengan suhu 15-30˚C,

    ditempat yang sejuk pada suhu 5-15˚C, dan ditempat yang dingin pada

    suhu 0-8˚C (24).

    2.4.2 Ekstraksi

    Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

    aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

    sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

    serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

    ditetapkan. Ekstraksi adalah proses penarikan senyawa aktif dari tumbuh-

    tumbuhan, hewan dan lain-lain menggunakan pelarut tertentu (25).

  • 19

    2.4.3 Metode Ekstraksi

    1. Ekstraksi Cara Dingin

    Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-

    senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan dengan panas.

    Ekstraksi cara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai

    berikut:

    a. Maserasi

    Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan

    cara merendam simplisia dalam pelarut selama waktu tertentu pada

    temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

    b. Perkolasi

    Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara

    mengalirkan pelarut secara kontinyu pada simplisia selama waktu

    tertentu.

    2. Ekstraksi Secara Panas

    Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung

    dalam simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi secara

    panas diantaranya:

    a. Infusa

    Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari

    simplisia nabati dengan air pada suhu 90˚C selama 15 menit.

  • 20

    b. Digesti

    Digesti adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama

    dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah

    pada suhu 30-40˚C. Metode ini biasanya digunakan untuk simplisia

    yang tersari baik pada suhu biasa.

    c. Dekokta

    Proses penyarian simplisia dengan air pada suhu 90˚C selama 30

    menit. Metode ini sudah jarang digunakan karena selain proses

    penyariannya kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk

    mengekstraksi senyawa yang bersifat termolabil.

    d. Refluks

    Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih

    pelarut selama waktu dan jumlah pelarut tertetu dengan adanya

    pendingin balik (kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3 kali

    pengulangan pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi

    yang cukup sempurna.

    e. Soxhletasi

    Soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat

    khusus berupa ekstraktor soxhlet, suhu yang digunakan lebih rendah

    dibandingkan dengan suhu pada metode refluks (25).

  • 21

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah adalah jenis penelitian

    eksperimental. Penelitian eksperimental atau percobaan (eksperiment research)

    adalah kegiatan percobaan (eksperiment) yang bertujuan untuk mengetahui suatu

    gejala atau pengruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu.

    Ciri khusus dari penelitian eksperimental adalah adanya percobaan atau trial.

    Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu variabel. Dari

    perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel

    yang lain (26).

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1 Lokasi

    Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Institut Kesehatan Helvetia

    Medan.

    3.2.2 Waktu

    Penelitian dilakukan dari bulan Juni - Agustus 2019.

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi dalam penelitian ini adalah bunga kecombrang. Sampel penelitian

    adalah ekstrak bunga kecombrang ( Etlingera elatior) yang di ambil dari siboro

    haranggaol, kabupaten simalungun, Sumatera Utara. Kriteria sampel bunga

    kecombrang: berbentuk gasing, bertangkai panjang dengan daun pelindung

  • 22

    berbentuk jorong berwarna merah jambu hingga merah terang. Pengambilan

    sampel dilakukan secara purposive yaitu tanpa membandingkan dengan daerah

    lain. Banyak sampel yang diambil yaitu sebanyak 5 kg untuk dijadikan ekstrak

    dan di buat sediaan shampo.

    3.4 Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan shampo dari ekstrak

    bunga kecombrang adalah sebagai berikut:

    3.4.1 Alat

    Mortir, stamfer, penangas air, batang pengaduk, beaker glass 500 ml

    (Iwaki pirex, Pyrex), blender (minyako), panci, saringan, sudip, timbangan

    analitik (Citizen), kertas perkamen, kaca arloji, pipet tetes, pH meter (Hanna),

    botol kemasan shampo (botol pump 100 ml PET), aluminium foil, gelas ukur 500

    ml Iwaki pyrex), kaca arloji (27).

    3.4.2 Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: ekstrak bunga

    kecombrang (Etlingera elatior), etanol 70%, sodium lauryl sulfate, cocamide

    DEA, Na-CMC, propil paraben, asam sitrat, menthol dan aquadest.

    3.5 Formula Sediaan Shampo

    3.5.1 Formula Acuan

    R/Sodium Lauryl Sulfate 10%

    Cocamide DEA 4%

    Na-CMC 3%

  • 23

    Propil Paraben 0,2%

    Menthol 0,25%

    Asam sitrat qs

    Aquadest ad 100 ml.

    Jurnal: Mayasari, friska (2016) (27).

    3.6 Formula yang Digunakan.

    Tabel 3.1 Formulasi sediaan shampo

    Formula

    Bahan F0 % F1% F2% F3% Khasiat

    Ekstrak bunga kecombrang

    Sodium lauryl sulfat

    Cocamide DEA

    Na-CMC

    Propil paraben

    Menthol

    Asam sitrat

    Aquadest ad

    0%

    10%

    4%

    3%

    0,2%

    0,25%

    qs

    100 ml

    4%

    10%

    4%

    3%

    0,2%

    0,25%

    qs

    100 ml

    5%

    10%

    4%

    3%

    0,2%

    0,25%

    qs

    100 ml

    6%

    10%

    4%

    3%

    0,2%

    0,25%

    qs

    100 ml

    Zat berkhasiat

    Surfaktan

    Pembusa

    Pengental

    Pengawet

    Penyegar

    Acidifying agent

    Pelarut

    Keterangan:

    1. F0: Blanko

    2. F1: Ekstrak Bunga Kecombrang 4%

    3. F2: Ekstrak Bunga Kecombrang 5%

    4. F3: Ekstrak Bunga Kecombrang 6%.

    3.7 Prosedur Kerja

    3.7.1 Pembuatan Ekstrak Bunga Kecombrang

    1. Pengumpulan Simplisia

    Bunga kecombrang (Etlingera elatior) yang masih segar dicuci bersih

    dengan air mengalir, lalu lakukan sortasi basah kemudian di timbang berat

  • 24

    basahnya. Pengecilan ukuran, bunga kecombrang di keringkan pada suhu ruangan

    terhindar dari sinar matahari langsung. Setelah kering dilakukan sortasi kering

    kemudian di timbang berat keringnya. Setelah kering kemudian di blender (27).

    2. Pembuatan Ekstrak Bunga Kecombrang

    Pada penelitian ini sampel bunga kecombrang diekstraksi dengan

    menggunakan etanol 70%. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi,

    yaitu masukkan 500 gr serbuk simplisia kedalam wadah, kemudian ditambahkan

    pelarut etanol 70% sebanyak 3750 ml hingga seluruh simplisia terendam,

    kemudian wadah maserasi ditutup dan disimpan selama 5 hari ditempat yang

    terlindung dari sinar matahari langsung sambil diaduk pada waktu tertentu.

    Selanjutnya disaring, dipisahkan antara ampas dan filtratnya. Ampas diekstraksi

    kembali dengan etanol 70% sebanyak 1250 ml selama 2 hari kemudian disaring

    dan dipisahkan ampas dan filtratnya. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian

    dikumpulkan untuk dievaporasi menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh

    ekstrak yang kental dan diuapkan diatas water bath hingga diperoleh ekstrak

    murni (27).

    3.7.2 Pembuatan Shampo

    Cara pembuatan sediaan shampo adalah:

    a. Masukkan Na-CMC yang telah ditimbang dalam air panas. Biarkan

    beberapa menit sampai mengembang dan diaduk perlahan (massa 1).

    b. Air yang dipanaskan pada suhu 60-70˚C sebanyak 20 ml dimasukkan

    kedalam beaker glass, kemudian tambahkan sodium lauryl sulfat, aduk

    sampai larut (massa 2).

  • 25

    c. Larutkan menthol dengan etanol 70% secukupnya, aduk sampai larut

    kemudian tambahkan propil paraben aduk sampai homogen.

    d. Larutan sodium lauryl sulfat (massa 2) dimasukkan sedikit demi sedikit

    kedalam (massa 1) sambil diaduk perlahan sampai homogen.

    e. Tambahkan Cocamide DEA sedikit sama sedikit, aduk sampai homogen.

    f. Masukkan ekstrak bunga kecombrang, aduk sampai homogen.

    g. Tambahkan parfum secukupnya sebagai penambah aroma wangi pada

    sediaan.

    h. Masukkan kedalam botol 100 ml (27).

    3.8 Evaluasi Sediaan Shampo

    3.8.1 Uji Organoleptik

    Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan

    mengamati perubahan-perubahan bentuk, bau, dan warna sediaan shampo (27).

    3.8.2 Uji Homogenitas

    Uji homogenitas dilakukan dengan cara melihat ada tidaknya butiran-

    butiran kasar pada sediaan shampo dan tekstur homogennya sediaan yang telah

    dibuat secara fisik. Shampo dioleskan dengan berbagai konsentrasi diatas kaca

    arloji, shampo harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlibat

    adanya butiran kasar (27).

    3.8.3 Uji pH

    Pengukuran pH sediaan shampo dilakukan untuk melihat tingkat keasaman

    sediaan dan menjamin sediaan tidak mengiritasi pada kulit. Keasaman (pH) diukur

    menggunakan pH meter dengan cara pH meter dikalibrasi, kemudian shampo

  • 26

    ditimbang 1 gram dan dilarutkan dalam 10 ml aquadest kemudian pH meter di

    celupkaan kedalam larutan. pH yang diperoleh di amati. Pengukuran pH untuk

    shampo harus memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,5 - 6,5.

    Pemeriksaan pH dilakukan sesaat setelah pembuatan sediaan dan selama periode

    penyimpanan tertentu (27).

    3.8.4 Uji Iritasi

    Percobaan dapat dilakukan untuk 4 orang sukarelawan wanita sehat

    jasmani usia 18-25 tahun dengan cara sediaan shampo dioleskan pada telinga

    bagian belakang sukarelawan, dan dilihat perubahan yang terjadi berupa iritasi

    pada kulit, gatal, dan perkasaran selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam

    sekali (28).

    3.8.5 Uji Tinggi busa

    Pengujian dilakukan dengan cara melarutkan 10 ml shampo kedalam gelas

    ukur kemudian dilakukan pengadukan selama 3 kali. Lalu diamati tinggi busa

    yang dihasilkan kurang lebih 15-45 menit, diukur tinggi busa yang terbentuk,

    didiamkan selama 5 menit diukur tinggi busanya, kemudian dicatat kembali tinggi

    busa. Lalu dihitung stabilitas busa dengan rumus

    Stabilitas busa (%)

    Syarat tinggi busa adalah 13 sampai 220 mm (28).

  • 27

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Bunga Kecombrang

    Hasil ekstraksi 500 gram serbuk simplisia bunga kecombrang dengan

    metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dipekatkan menggunakan

    rotary evaporator, kemudian diperoleh ekstrak kental 45 gram.

    1.2 Hasil Evaluasi Sediaan

    1.2.1 Hasil Uji Organoleptik

    Pengujian organoleptik dilakukan dengan cara dilihat secara langsung

    perubahan bentuk, warna dan bau pada sediaan shampo. Hasil pengujian dapat

    dilihat pada tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Hasil uji organoleptik sediaan shampo

    Formula Organoleptik

    Warna Bau Bentuk

    F0 Putih jernih Tidak berbau Semi padat

    F1 Coklat Khas bunga kecombrang Semi padat

    F2 Coklat Khas bunga kecombrang Semi padat

    F3 Coklat Khas bunga kecombrang Semi padat

    Keterangan F0 : Formula tanpa ekstrak bunga kecombrang

    F1 : Formula yang mengandung ekstrak bunga kecombrang

    konsentrasi 4%

    F2 : Formula yang mengandung ekstrak bunga kecombrang

    konsentrasi 5%

    F3 : Formula yang mengandung ekstrak bunga kecombrang

    konsentrasi 6%.

  • 28

    4.2.2 Hasil UJi Homogenitas

    Pengujian homogenitas dengan cara sediaan shampo dioleskan dengan

    berbagai konsentrasi diatas kaca arloji, shampo harus menunjukkan susunan yang

    homogen dan tidak terlibat adanya butiran kasar. Pengujian homogenitas dapat

    dilihat pada tabel 4.2.

    Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Sediaan Shampo

    Formula Homogenitas

    F0

    F1

    F2

    F3

    Homogenitas

    Homogenitas

    Homogenitas

    Homogenitas

    Keterangan F0 : Formula tanpa ekstrak bunga kecombrang

    F 1 : Formula yang mengandung ekstrak bunga kecombrang

    konsentrasi 4%

    F 2 : Formula yang mengandung ekstrak bunga kecombrang

    konsentrasi 5%

    F 3 : Formula yang mengandung ekstrak bunga kecombrang

    konsentrasi 6%.

    4.2.3 Hasil Uji pH

    Pengujian terhadap pH pada sediaan shampo dilakukan dengan

    menggunakan pH meter. Hasil pengujian pH dapat dilihat pada tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Hasil Uji pH Sediaan Shampo

    Formula pH

    F0

    F1

    F2

    F3

    6,9

    6,2

    5,8

    5,6

    Keterangan F0 : Formula tanpa ekstrak bunga kecombrang

  • 29

    F 1 : Formula yang mengandung ekstrak bunga kecombrang

    konsentrasi 4%

    F 2 : Formula yang mengandung ekstrak bunga kecombrang

    konsentrasi 5%

    F 3 : Formula yang mengandung ekstrak bunga kecombrang

    konsentrasi 6%.

    4.2.4 Hasil Uji Iritasi

    Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan shampo pada kulit bagian

    belakang telinga 4 orang sukarelawan yang berbeda selama 24 jam yaitu 1 orang

    sukarelawan mendapat semua formula dihari yang berbeda dan dilihat reaksi

    iritasi yang timbul. Pengujian iritasi dapat dilihat pada tabel 4.4.

    Tabel 4.4 Hasil uji iritasi

    Formula Sukarelawan

    I II III IV

    Formula 0

    Formula 1

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Formula 2 - - - -

    Formula 3 - - - -

    Keterangan :

    - : tidak terjadi iritasi

    + : kulit kemerahan

    ++ : kulit gatal-gatal

    +++ : kulit bengkak.

  • 30

    4.2.5 Hasil Uji Tinggi Busa

    Hasil pengujian tinggi busa terhadap sediaan shampo ekstrak etanol bunga

    kecombrang yang dilakukan pada 4 sediaan , dilakukan dengan cara melarutkan

    10 ml shampo kedalam gelas ukur kemudian dilakukan pengadukan selama 3 kali.

    Pengujian tinggi busa dapat dilihat pada tabel 4.5.

    Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tinggi Busa

    Formulasi Tinggi busa awal

    (mm)

    Tinggi busa

    akhir (mm)

    Stabilitas busa

    (%)

    F0 70 55 78,57%

    F1 80 65 81,25%

    F2 100 80 80%

    F3 105 82 78.09%

    1.3 Pembahasan

    Sediaan shampo ekstrak etanol bunga kecombrang telah dilakukan

    pengamatan terhadap uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji iritasi dan uji

    tinggi busa.

    Pengujian organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

    sediaan shampo yang memiliki warna yang menarik, bau yang dapat diterima oleh

    pengguna, dan bentuk yang nyaman untuk digunakan, seperti yang telah

    ditetapkan dalam SNI No. 06-2692-1992 (29). Berdasarkan hasil uji organoleptik

    sediaan shampo diketahui bahwa masing-masing formula 0%, 4%, 5%, dan 6%

    menunjukkan bentuk semi padat dan tidak ada yang mengendap , warna coklat

    yang dihasilkan diperoleh dari warna coklat kehitaman ekstrak bunga

    kecombrang dengan bau khas bunga kecombrang .

  • 31

    Homogenitas merupakan salah satu syarat sediaan shampo. Syarat

    homogenitas tidak boleh mengandung bahan kasar yang bisa diraba. Uji

    homogenitas dilakukan secara visual serta dilihat dengan tidak adanya partikel-

    partikel kasar (29). Berdasarkan pengujian homogenitas ekstrak etanol bunga

    kecombrang dengan konsentrasi 0%, 4%, 5% dan 6% didapatkan hasil bahwa

    tidak adanya butiran-butiran kasar sehingga dinyatakan sediaan shampo homogen.

    Derajat keasaman atau pH digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman

    atau kebasaan suatu larutan. Bila sediaan berada diluar pH kulit dikhawatirkan

    akan menyebabkan kulit bersisik atau bahkan iritasi (29). Hasil pemeriksaan pH

    menunjukkan bahwa sediaan tanpa ekstrak etanol bunga kecombrang adalah 6,9,

    sedangkan sediaan dengan menggunakan ekstrak etanol bunga kecombrang

    memiliki pH berkisar 5,6-6,2. pH ini mendekati nilai pH kulit berkisar 4,5-6,5.

    Nilai pH shampo harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam SNI

    No. 06-2692-1992 yaitu berkisar 5,0-9,0. Semakin tinggi konsentrasinya, nilai

    pH yang diukur semakin rendah. Penurunan pH disebabkan karena penambahan

    ekstrak bunga kecombrang yang mengandung antioksidan yang bersifat asam. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa ekstrrak etanol bunga kecombrang berada dalam

    rentang pH normal kulit sehinggga dapat digunakan sebagai sediaan shampo.

    Uji iritasi dilakukan dengan tujuan melihat ada tidaknya efek samping

    yang muncul pada kulit saat menggunakan sediaan shampo seperti kulit

    kemerahan, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan SNI No. 2692-1992.

    Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada sukarelawan yang dilakukan

    dengan cara mengolesakan sediaan shampo ekstrak etanol bunga kecombrang

  • 32

    yang dibuat pada bagian belakang telinga selama 24 jam dengan diamati setiap 4

    jam sekali, menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif

    terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-

    gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan

    bahwa sediaan shampo ekstrak etanol bunga kecombrang yang dibuat aman untuk

    digunakan.

    Uji tinggi busa merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam

    menentukan mutu produk-produk kosmetik terutama shampo. Tujuan pengujian

    busa untuk melihat daya busa dari shampo. Busa yang stabil dalam waktu lama

    lebih diinginkan karena busa dapat membantu membersihkan rambut.

    Karakteristik busa shampo dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya bahan

    surfaktan, penstabil busa dan bahan-bahan penyusun shampo lainnya (29).

    Berdasarkan hasil pengujian setiap formula terhadap tinggi busa

    menggunakan aquadest memiliki tinggi busa berkisar 70-105 mm. Nilai rata-rata

    tinggi busa terhadap F0 diperoleh 78,57%, formula F1 81,25%, formula F2 80%

    dan formula F3 78,09%. Dengan demikian hasil uji tinggi busa pada sediaan

    shampo ekstrak etanol bunga kecombrang berada dalam persyaratan tinggi busa

    yaitu 13-220mm menurut SNI No. 06-2692-1992. Sehingga formula tersebut

    dapat digunakan sebagai sediaan shampo.

  • 33

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian Uji organoleptik menunjukkan sediaan warna

    coklat, aroma khas bunga kecombrang dan bentuk semi padat. Dari masing-

    masing konsentrasi yang digunakan, konsentrasi 4% yang menunjukkan bentuk

    sediaan yang baik. Uji homogenitas menunjukkan sediaan shampo semua

    homogen. Uji pH menunjukkan pH blanko 6,9, F1 6,2, F2 5,8 dan F3 5,6. Uji

    iritasi menunjukkan bahwa sediaan shampo memberikan hasil negatif yaitu tidak

    terjadi iritasi pada sukarelawan. Uji tinggi busa menunjukkan bahwa tinggi busa

    akhir pada sediaan shampo blanko 55 mm, F1 65 mm, F2 80 mm, dan F3 82 mm.

    Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol bunga

    kecombrang dapat diformulasikan kedalam sediaan shampo.

    5.2 Saran

    Diharapkan peneliti selanjutnya untuk melakukan isolasi terhadap

    flavonoid dan saponin ektrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior).

  • 34

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Permono, Ajar. 2006. Seri Industri Rumah Tangga Membuat Sampo.

    Jakarta: Puspa Swara. Hal 1-3.

    2. Abdul L. Obat Tradisional. Penerbit Buku Kedokt EGC, Jakarta, Hal.

    2012;44–5.

    3. Suryati L, Saptarini NM. Formulasi Sampo Ekstrak Daun Teh Hijau

    (Camellia sinensis var. assamica). Indones J Pharm Sci Technol.

    2016;3(2):66–71.

    4. FAIZATUN F, KARTININGSIH K, LILIYANA L. Formulasi Sediaan

    Sampo Ekstrak Bunga Chamomile dengan Hidroksi Propil Metil Selulosa

    sebagai Pengental. J Ilmu Kefarmasian Indones. 2008;6(1):15–22.

    5. Said H. Panduan Merawat Rambut. Penebar PLUS+; 2009.

    6. Hidayat IRS, Si M, Napitupulu RM. Kitab Tumbuhan Obat. AgriFlo; 2015.

    7. Suwarni E, Cahyadi KD. Aktivitas antiradikal bebas ekstrak etanol bunga

    kecombrang (Etlingera elatior) dengan metode DPPH. J Ilm Medicam.

    2016;2(2):39–46.

    8. Saptana YI, Sulistiarini R, Rusli R. AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL

    EKSTRAK KECOMBRANG (ETLINGERA ELATIOR) TERHADAP

    BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN STAPHYLOCOCCUS

    EPIDERMIDIS. In: Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals

    Conferences. 2015. p. 136–41.

    9. Hudaya A. Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air bunga kecombrang

    (edigera elatior) sebagai pangan fungsional terhadap staphylococcus aureus

    dan escherichia coli. 2011;

    10. Angin MIBP. KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DAN UJI

    AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI BUNGA

    KECOMBRANG (Etlingera elatior) YANG DIISOLASI DENGAN

    DESTILASI STAHL.

    11. Ningtyas R. Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air daun kecombrang

    (etlingera elatior)(Jack) RM Smith) sebagai pengawet alami terhadap

    escherichia coli dan staphylococus aureus. 2010;

    12. Fitryane R. Kiat Cantik & Menarik. Bandung: Yrama Widya. 2011;

    13. Surya SA. Pemanfaatan Limbah Rambut Manusia Sebagai Pelampung

    Adsorben Pencemaran Minyak di Lautan. Karya Tulis Ilmiah Univ Sebel

    Maret. 2015;

    14. Tranggono RIS, Latifah F. Buku Pegangan Dasar Kosmetologi. Sagung

    Seto. 2014;

    15. Mahataranti N, Astuti IY, Asriningdhiani B. Formulasi Shampo

    Antiketombe Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolens L) dan

    Aktivitasnya Terhadap Jamur Pityrosporum ovale. Pharm J Farm Indones.

    2012;9(2).

    16. Dewi SS, Haribi R. Daya hambat sampo anti ketombe terhadap

    pertumbuhan c. Albicans penyebab ketombe. J Kesehat. 2009;2(2).

  • 35

    17. Indonesia DKR. Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitokimia:

    Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik.

    Jakarta: Yayasan Perkembangan Obat Bahan Alam; 1993.

    18. Wasitaatmadja SM. Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta Penerbit Univ

    Indones. 1997;3:58–9.

    19. Hartanto A. Formulasi bahan ko-proses (flocel 101-laktosa, hpmc,

    crospovidone, dan manitol) untuk orally disintegrating tablet. Widya

    Mandala Catholic University Surabaya; 2014.

    20. Kamal N. Pengaruh bahan aditif cmc (Carboxyl Methyl Cellulose) terhadap

    beberapa parameter pada larutan sukrosa. J Teknol. 2010;1(17):78–84.

    21. Pena LE, Peters JL. Self-preserving conditioning shampoo formulation.

    Google Patents; 1990.

    22. Depertemen Kesehatan RI. Farmakope indonesia. Ed IV Dep Kesehat RI

    Jakarta. 1995;

    23. DepKes RI. Farmakope Indonesia. Edisi. 1979;3(7):265.

    24. Gunawan D, Mulyani S. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jakarta: Penebar

    Swadaya. 2004;

    25. Marjoni MR. Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Trans

    Info Media Jakarta. 2016;

    26. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta: Rineka

    Cipta..(2007). Promosi Kesehat Teor dan ilmu perilaku Jakarta Rineka

    Cipta. 2002;

    27. Mayasari F, Yati K, Elfiyani R. Optimasi Konsentrasi Hidroksi Etil

    Selulosa Sebagai Pengental Dalam Sediaan Sampo Cair Ekstrak Kangkung

    (Ipomoea aquatica Forssk) Optimization Of Concentration Hydroxyethyl

    Cellulose As Thickening Agent Of Water Spinach Extract Liquid.

    28. Malonda TC. Formulasi Sediaan Sampo Antiketombe Ekstrak Daun Pacar

    Air (Impatiens balsamina L.) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Jamur

    Candida albicans ATCC 10231 Secara In Vitro. PHARMACON.

    2017;6(4).

    29. Kelompok PKT, Pendidikan P, Kimia S-SMA. Pembuatan Dan Analisis

    Shampo Dengan Bahan Baku Ekstrak Minyak Kemiri (Aleurites

    Moluccana).

  • 36

    Lampiran 1. Perhitungan Bahan Pembuatan Sediaan Shampo

    PERHITUNGAN BAHAN PEMBUATAN SEDIAAN SHAMPO DARI

    EKSTRAK ETANOL BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior)

    Perhitungan Bahan Formula 0%

    1. Ekstrak bunga kecombrang :

    2. Sodium lauryl sulfat :

    3. Cocamide DEA :

    4. Na-CMC :

    5. Menthol :

    6. Propil paraben :

    7. Aquadest ad : 100 – ( 10 + 4 + 3 + 0,25 + 0,2)

    : 100 – 17,45

    : 82,55 ml.

    Perhitungan Bahan Formula 4%

    1. Ekstrak bunga kecombrang :

    2. Sodium lauryl sulfat :

    3. Cocamide DEA :

    4. Na-CMC :

    5. Menthol :

    6. Propil paraben :

    7. Aquadest ad : 100 – ( 4 + 10 + 4 + 3 + 0,25 + 0,2)

    : 100 – 21,45

    : 78,55 ml

  • 37

    Perhitungan Bahan Formula 5%

    1. Ekstrak bunga kecombrang :

    2. Sodium lauryl sulfat :

    3. Cocamide DEA :

    4. Na-CMC :

    5. Menthol :

    6. Propil paraben :

    7. Aquadest ad : 100 – ( 5 + 10 + 4 + 3 + 0,25 + 0,2)

    : 100 – 22,45

    : 77,55 ml.

    Perhitungan Bahan Formula 6%

    1. Ekstrak bunga kecombrang :

    2. Sodium lauryl sulfat :

    3. Cocamide DEA :

    4. Na-CMC :

    5. Menthol :

    6. Propil paraben :

    7. Aquadest ad : 100 – ( 6 + 10 + 4 + 3 + 0,25 + 0,2)

    : 100 – 23,45

    : 76,55 ml.

  • 38

    Lampiran 2 Perhitungan Tinggi Busa

    PERHITUNGAN TINGGI BUSA SEDIAAN SHAMPO DARI EKSTRAK

    ETANOL BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior)

    Blanko :

    F1 :

    F2 :

    F3 :

  • 39

    Lampiran 3. Proses Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior)

    3.1 Sortasi basah Bunga Kecombrang (Etlingera elatior)

    3.2 Sortasi kering Bunga Kecombrang (Etlingera elatior)

  • 40

    Lampiran 3 Lanjutan

    3.3 Penyaringan ekstrak bunga kecombrang (Etlingera elatior)

    3.4 Hasil ekstrak kental bunga kecombrang (Etlingera elatior) sebanyak 45 gram.

  • 41

    Lampiran 4 Formulasi sediaan shampo dari ekstrak etanol bunga kecombrang

    (Etlingera elatior)

    4.1 Alat pembuatan shampo

    4.2 Bahan pembuatan shampo

  • 42

    Lampiran 4 Lanjutan

    4.3 Formulasi Sediaan Shampoo dari Ekstrak Etanol Bunga Kecombrang

    (Etlingera elatior)

  • 43

    Lampiran 5 Hasil Uji Homogenitas

  • 44

    Lampiran 6 Hasil Uji pH

  • 45

    Lampiran 7 Hasil Uji Iritasi

  • 46

    Lampiran 8 Hasil Uji Tinggi Busa

  • 47

    Lampiran 9 Pengajuan Judul KTI

  • 48

    Lampiran 10 Lembar Revisi Proposal KTI

  • 49

    Lampiran 11 Lembar Revisi Karya Tulis Ilmiah

  • 50

    Lampiran 12 Surat Izin Penelitian

  • 51

    Lampiran 13 Surat Balasan Izin Penelitian

  • 52

    Lampiran 14 Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

  • 53

    Lampiran 14 Lanjutan

  • 54

    Lampiran 15 Berita Acara Perbaikan Seminar Hasil KTI