feminisme dalam film pendek “tilik”

80
FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK” (Analisis Semiotika John Fiske) SKRIPSI Oleh: ELA INDAH DWI SYAYEKTI NIM. 211017007 Pembimbing: IRMA RUMTIANING UH., M.S.I. NIP. 197402171999032001 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2021

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

(Analisis Semiotika John Fiske)

SKRIPSI

Oleh:

ELA INDAH DWI SYAYEKTI

NIM. 211017007

Pembimbing:

IRMA RUMTIANING UH., M.S.I.

NIP. 197402171999032001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2021

Page 2: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

viii

ABSTRAK

Syayekti, Ela Indah Dwi. 2021. Feminisme dalam Film Pendek “Tilik” (Analisis

Semiotika John Fiske). Skripsi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

(KPI) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Irma Rumtianing U. H., M.S.I.

Kata Kunci: Feminisme, Film Pendek “Tilik”, Teori Semiotika John Fiske

Perkembangan media dan teknologi komunikasi memudahkan semua orang

untuk membuat berbagai tayangan. Tayangan tersebut dapat berupa film, kartun

maupun reality show. Banyak tayangan di media yang menggunakan perempuan

sebagai tokoh utama. Penggunaan perempuan sebagai tokoh utama tentu saja tidak

terlepas dari berbagai ideologi. Pesan yang ingin disampaikan pada film ketika

menggunakan tokoh perempuan dapat memuat ideologi patriarki ataupun

feminisme. Salah satu film yang memuat ideologi feminisme yaitu film Pendek

“Tilik”. Pada penelitian ini berfokus pada bagaimana penggambaran ideologi

feminisme dalam film Pendek “Tilik” dengan menggunakan Teori Semiotika John

Fiske.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana level realitas, level

representasi dan level ideologi mengenai feminisme dalam film Pendek “Tilik”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis feminisme dalam film

Pendek “Tilik”, mengenai bagaimana semiotika dari level realitas, level

representasi dan level ideologi berdasarkan Teori Semiotika John Fiske.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Data yang digunakan adalah film itu sendiri. Selanjutnya penulis

melakukan dokumentasi terhadap scene-scene yang memuat feminisme dan

menganalisis simbol pada film berupa visual atau adegan dan dialog yang ada

dalam scene tersebut.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yakni 1) Level realitas yakni

pakaian yang dikenakan pemain film Pendek “Tilik” menunjukkan kesederhanaan

perempuan desa. 2) Level representasi yakni scene yang berisi dialog mengenai

kebaikan, ketegasan, kepedulian dan partisipasi perempuan. 3) Level ideologi,

berdasarkan gambaran di level realitas dan representasi menunjukkan ideologi film

tersebut adalah feminisme.

Page 3: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”
Page 4: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”
Page 5: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”
Page 6: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”
Page 7: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………... i

NOTA PEMBIMBING…………………………………………………………. ii

LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………… iii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………………. v

MOTTO………………………………………………………………………… vi

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………. vii

ABSTRAK…………………………………………………………………….. viii

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. xi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………... xiii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xiv

BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………….. 1

a. Latar Belakang Masalah……………………………………... 1

b. Rumusan Masalah…………………………………………… 7

c. Tujuan Penelitian……………………………………………. 7

d. Kegunaan Penelitian…………………………………………. 7

e. Telaah Pustaka………………………………………………. 8

f. Metode Penelitian…………………………………………... 11

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian…………………………. 11

2. Data dan Sumber Data…………………………………… 12

3. Teknik Pengumpulan Data………………………………. 14

Page 8: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

xiii

4. Teknik Pengolahan Data………………………………… 15

5. Teknik Analisis Data…………………………………….. 15

g. Sistematika Pembahasan……………………………………… 17

BAB II: FEMINISME DALAM FILM………………………………… 19

a. Unsur Pembentuk Film……………………………………… 19

b. Sejarah dan Aliran Feminisme………………………………. 22

c. Analisis Semiotika pada Media……………………………… 26

d. Analisis Semiotika John Fiske………………………………. 27

BAB III: DESKRIPSI FILM PENDEK “TILIK” …………………….. 34

a. Profil Film Pendek “Tilik”…………………………………... 34

b. Sinopsis Film Pendek “Tilik”…………………… ………….. 37

c. Penggambaran Feminisme dalam Film Pendek “Tilik”……... 39

BAB IV: ANALISIS SEMIOTIKA ATAS FEMINISME DALAM FILM

PENDEK “TILIK”…………………………………………… 44

a. Pembahasan Analisis semiotika atas Feminisme pada Level

Realitas Level Representasi dan Level

Ideologi……………………………………………………… 45

BAB V: PENUTUP……………………………………………………… 66

a. Kesimpulan…………………………………………………… 66

b. Saran-saran…………………………………………………… 67

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 69

BIOGRAFI SINGKAT MAHASISWA………………………………………. 72

Page 9: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media dan teknologi komunikasi memudahkan orang

untuk membuat tayangan. Beberapa tayangan yang ada di media massa baik

cetak maupun elektronik saat ini semakin beragam. Mulai dari berita, kartun,

reality show hingga film. Tayangan-tayangan yang ada dalam media massa

seringkali mencerminkan kehidupan yang ada di masyarakat. Selain itu

munculnya media sosial membuat semua orang bebas menciptakan konten

kreatif seperti vlog, film dll.1 Salah satu konten yang digemari hingga sekarang

yaitu film. Film saat ini bukan hanya ditayangkan melalui televisi, namun juga

dapat diakses melalui youtube maupun situs internet berbayar lainnya.

Film merupakan karya seni yang menampilkan realitas di masyarakat.

Film menyampaikan cerita melalui adegan-adegan dan peristiwa demi

peristiwa. Film merupakan saluran berbagai macam gagasan, ide, konsep serta

mempunyai dampak dari penayangannya. Ketika seorang melihat film, maka

pesan yang disampaikan film tersebut secara tidak langsung akan berperan

membentuk persepsi terhadap pesan film tersebut.2 Film yang ditampilkan tidak

murni sesuai realitas yang ada di masyarakat, namun merupakan gabungan

1 Asa Briggs dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media: dari Gutenberg Sampai Internet, Terj.

A. Rahman Zainudin, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), 82. 2 Nur Latif, “Representasi Ikhlas dalam Film Surga yang Tak Dirindukan,” (Universitas

Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2018), 1.

Page 10: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

2

antara ideologi pembuat dan realitas di tengah-tengah masyarakat. Ideologi dan

realitas itu dapat berupa kapitalis, patriarki, feminisme, anarkisme dll.

Dunia perfilman pasti menggunakan peran tokoh perempuan, baik

sebagai pemeran utama maupun pendukung. Perempuan dinilai memiliki daya

pikat yang tinggi dalam memerankan film dengan menonjolkan beberapa hal

seperti kecantikan ataupun pemikiran. Film yang menggunakan tokoh utama

perempuan dapat dilihat dari protagonist perempuan, sudut pandang perempuan

dan narasi yang umumnya berputar sekitar pengalaman perempuan. Perempuan

dalam film sering digambarkan sebagai karakter yang lemah-lembut, cantik,

emosional atau keibuan. Namun representasi tokoh perempuan terkadang

menimbulkan ideologi patriarki ataupun feminisme. Ideologi patriarki

meletakkan posisi dan kekuasaan laki-laki lebih dominan dibandingkan

perempuan. Laki-laki dianggap memiliki kekuatan lebih dibandingkan

perempuan. Masyarakat memandang perempuan sebagai seorang yang lemah

dan tidak berdaya.3 Ideologi patriarki yang muncul dalam film menggambarkan

adanya diskriminasi gender seperti marjinalisasi (peminggiran), subordinasi

(penomorduaan), stereotipe, kekerasan (violence), dan beban kerja berlebihan.4

Sedangkan ideologi feminisme merupakan perlawanan terhadap ideologi

patriarki.

Ideologi feminisme merupakan paham yang mengutamakan kesetaraan

gender dan melawan penindasan terutama terhadap perempuan. Kesetaraan

3 Darma,Y. A. et. al., “Ideologi Gender dalam Karya Sastra Indonesia (Penelitian

Fundamental)” Jurnal Lemlit UHAMKA, 2005, 120-126. 4 Mansuor Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013), 13.

Page 11: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

3

gender memberi kesempatan kepada perempuan maupun laki-laki untuk secara

setara/sama/sebanding menikmati hak-haknya sebagai manusia, secara sosial

mempunyai benda-benda, kesempatan, sumberdaya dan menikmati manfaat

dari hasil pembangunan. feminisme menggabungkan doktrin persamaan hak

bagi perempuan yang menghasilkan gerakan yang terorganisasi untuk mencapai

hak asasi perempuan dengan sebuah ideologi transformasi sosial yang bertujuan

menciptakan dunia bagi perempuan serta membebaskan perempuan yang

mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya.5 Feminisme menolak

diskriminasi terhadap semua jenis gender, bukan hanya kepada perempuan.

Ideologi ini menentang budaya patriarki yang mana lingkungan perempuan

hanyalah dapur, sumur dan kasur.

Feminisme mengusung bahwa perempuan itu juga mempunyai hak yang

sama di bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sosial. Perempuan berhak

mengakses pendidikan yang sama dengan laki-laki tanpa adanya diskriminasi

dari pendidik dan lingkungan. Dalam bidang ekonomi, perempuan berhak

bekerja dengan aman tanpa mendapatkan pelecehan dan diskriminasi.6

Perempuan berhak menjadi pemimpin dalam ranah publik. Feminisme menolak

stereotif bahwa perempuan itu lemah sehingga mereka harus diatur oleh laki-

laki. Menurut kaum feminis, perempuan berhak menentukan pilihan hidupnya

sendiri, meskipun itu berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Feminisme

5 Wiyatmi, Menjadi Perempuan Terdidik (Yogyakarta: UNY Press, 2013), 8. 6 Nelien Haspels dan Busakorn Suriyasarn, Meningkatkan Kesetaraan Gender dalam Aksi

Penanggulangan Pekerja Anak serta Perdagangan Perempuan dan Anak (Jakarta: ILO, 2005), 8.

Page 12: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

4

mendukung seluruh keputusan yang dilakukan oleh semua jenis gender, selama

itu tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia.

Film Tilik merupakan film yang menggunakan tokoh utama dan 90%

pemerannya adalah perempuan. Film karya Ravacana Films yang tayang di

youtube channelnya pada 17 Agustus 2020. Film ini menceritakan tentang

perjalanan ibu-ibu naik truk dalam rangka menjenguk (Tilik) Bu Lurah di

Rumah Sakit yang ada di kota. Rombongan pergi ke kota menggunakan truk

milik salah satu warga. Dari truk itulah obrolan terjadi. Beberapa warga

berdebat tentang siapa yang akan mempersunting Dian, salah satu tokoh yang

paling asik membicarakan yaitu Bu Tejo. Dian merupakan seorang kembang

desa dan banyak lelaki yang mendekatinya hingga datang melamarnya.

Informasi tentang dian di dapat dari internet dan sejumlah kabar burung. Selain

itu ada sosok Yu Ning yang kurang setuju dan tidak nyaman dengan perkataan

Bu Tejo.7

Semenjak peluncurannya, film ini ramai dibicarakan oleh publik, ada

yang pro maupun ada yang kontra. Ada pendapat mengatakan bahwa film ini

tidak mendidik karena hanya berisi ibu-ibu yang sedang bergosip ria. Budaya

patriarki yang ada dalam film ini juga membuat kalangan feminisme membuka

suara. Mereka menuduh film ini bersifat misoginis karena isinya tampak

membenci dan berprasangka buruk kepada perempuan. Perempuan yang

diwakili oleh sosok Bu Tejo tampil sebagai provokator dan tukang gibah. Sosok

7 Ahmad Effendi, “Film Tilik: Sinopsis, Fakta, dan Link yang Bisa ditonton di Youtube,”

https://tirto.id/film-tilik-sinopsis-fakta-dan-link-yang-bisa-ditonton-di-youtube, (diakses 13

Oktober 2020).

Page 13: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

5

Dian yang berani meninggalkan desa dan bekerja di kota justru mendapat

diskriminasi.8 Selain itu, film ini membuat masyarakat kota heran mengenai

kehidupan masyarakat desa yang tidak sesuai ekspektasi mereka.

Menurut sutradara film Tilik. Dia membuat film ini berangkat dari

kesamaan yaitu sutradara, produser dan penulis mempunyai ibu seorang janda.

Narasi menarik ketika perempuan yang punya status single itu sering digunjing

dan dibicarakan banyak orang. Padahal orang-orang tersebut tidak tahu

bagaimana latar belakangnnya, namun hanya menghakimi. Perempuan yang

berstatus single juga punya hak atas pilihan hidupnya sendiri. Film ini ingin

memberi pesan bahwa orang dilarang menghakimi orang lain dalam waktu yang

singkat dan sebelah mata, bijak dan dewasa dalam menyikapi kabar burung dan

peduli dengan hak perempuan sampai ke status single perempuan itu. Oleh

karena itu pesan disampaikan melalui scene selama perjalanan membicarakan

tentang Dian yang punya status single.9

Terlepas dari perdebatan mengenai pro kontra film ini. Representasi

feminisme yang ada dalam film tersebut seperti sosok perempuan yang menjadi

Lurah dan dicintai warganya. Selama ini pemimpin identik dengan laki-laki. Bu

Lurah merupakan sosok perempuan yang tampil sebagai pemimpin dan disukai

oleh warganya. Selain itu, sosok Dian seorang wanita karir yang mandiri dan

secara sadar memutuskan untuk menjalin hubungan dengan orang yang lebih

8 Paulus Mujiran, “Film Tilik dan Stereotip Perempuan,” investor.id/opinion/ film-tilik-

dan-stereotip-perempuan, (diakses 14 Oktober 2020). 9 Cecylia Rura, “Wawancara Eksklusif Sutradara Film Tilik yang Heboh di Media Sosial,”

m.medcom.id/hiburan/montase/wb70o4pk-wawancara-eksklusif-sutradara-film-tilik-yang-heboh-

di-media-sosial, (diakses 15 Oktober 2020).

Page 14: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

6

tua. Selama ini masyarakat, terutama masyarakat desa memandang rendah

perempuan yang menjalin hubungan dengan orang yang lebih tua dan sosok Bu

Tejo yang menjadi tim kampanye suaminya telah mematahkan budaya patriarki

yang beranggapan bahwa pekerjaan perempuan hanya dapur, sumur dan kasur,

tidak untuk mencampuri urusan suami dalam ranah politik dan sosial.

Untuk melihat bagaimana penggambaran representasi dan penyampaian

pesan dalam sebuah film, diperlukan analisis teks media, salah satunya

menggunakan analisis semiotika. Analisis dalam semiotika menggunakan

tanda-tanda yang ada dalam media dan diterjemahkan menggunakan metode

semiotika yang digunakan oleh beberapa tokoh, salah satunya yaitu semiotika

john fiske. Analisis semiotika John Fiske merupakan proses representasi realitas

berbagai objek yang disajikan oleh media melalui proses enkode. Realitas itu

digambarkan dalam media sesuai dengan bahasa teknis yang digunakan. Kode-

kode yang terorganisir tersebut kemudian mengarah pada ideologi. Peristiwa-

peristiwa yang ada di media tersebut di enkode melalui tiga level yaitu level

realitas (pakaian, aksesoris, gaya bicara, lingkungan), level representasi (dialog,

angle kamera) dan ideologi (feminisme, kapitalisme, individualism).10

Penulis ingin membahas tentang ideologi feminisme yang ada pada film

Tilik karena film tersebut memuat potret feminisme yang ada di desa yang

masyarakat kota sering kali abai dan menganggap biasa hal tersebut.

Representasi feminisme tersebut menarik untuk diteliti karena seringkali film

saat ini hanya menggambarkan bagaimana feminisme yang ada di masyarakat

10 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), 35.

Page 15: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

7

kota dan abai dengan feminisme yang ada di desa. Oleh karena itu, film Tilik

akan sangat menarik jika dikaji dengan pendekatan semiotika, untuk melihat

lebih dalam bagaimana representasi untuk menyampaikan pesan tersebut

dengan menggunakan analisis semiotika john fiske dengan judul “Feminisme

dalam Film Tilik (Analisis Semiotika John Fiske)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba

merumuskan permasalahan-permasalahan yang berguna sebagai pijakan

penyusunan skripsi ini. Adapun perumusan masalah tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana level realitas feminisme dalam film Tilik?

2. Bagaimana level representasi feminisme dalam film Tilik?

3. Bagaimana level ideologi feminisme dalam film Tilik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendefinisikan level realitas feminisme dalam film Tilik.

2. Untuk menjelaskan level representasi feminisme dalam film Tilik.

3. Untuk menganalisis level ideologi feminisme dalam film Tilik.

D. Kegunaan Penelitian

Page 16: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

8

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi

pengembangan suatu ilmu. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan

dan pemahaman di bidang analisis semiotika dan di bidang perfilman, serta

dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini berguna bagi praktisi film untuk menambah wawasan

pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang penelitian komunikasi

dengan pendekatan semiotika dalam dunia perfilman yakni mengenai

bagaimana ideologi yang digunakan untuk menggambarkan perempuan.

Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembuat

film atau praktisi film, bahwa untuk memproduksi film sebaiknya ada pesan

moral yang disampaikan kepada masyarakat, terutama mengenai kesetaraan

gender.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka yang penulis temukan berdasarkan tema yaitu kajian

mengenai film Tilik adalah sebagai berikut:

Pertama, Buku Berjudul Cultural and Communication Studies:

Sebuah Pengantar paling Komprehensif karya John Fiske yang di

terjemahkan oleh Drs, Yosal Iriantara, M.S., dan Idi Subandy Ibrahim

Page 17: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

9

Penerbit Jalasutra, Yogyakarta cetakan 2012.11 Buku ini membahas

mengenai metode untuk menganalisis contoh-contoh komunikasi dan

mendeskripsikan teori yang menopangnya sehingga mampu menyingkap

makna-makna yang tersembunyi di balik komunikasi yang terlihat

sederhana, seperti foto berita atau program televisi.

Kedua, Jurnal berjudul Analisis Isi “Tilik”, Sebuah Tinjauan Narasi

Film David Bordweel Karya Nurhablisyah dan Khikmah Susanti,

Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI 1,2. Jurnal ini dimuat dalam

Jurnal Ilmu Komunikasi UHO : Jurnal Penelitian Kajian Ilmu Komunikasi

dan Informasi, Volume 5, No 4, Oktober 2020, halaman 310-324.12

Jurnal ini membahas makna film menurut Bordwell yang terbagi

menjadi 4 tipe yaitu referensial makna, makna eksplisit, makna implisit dan

makna simpotmatik. Narasi film Bordwell terdiri dari elemen cerita yang

terdiri dari setting, situasi, karakter, waktu dan elemen lain yang menempel

pada cerita. Selanjutnya adalah elemen cara bercerita, di dalamnya

menyangkut plot, ruang, pembuka, pengembangan cerita dan penutup.

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Dari penelitian ini diperoleh

hasil; karakter Bu Tejo yang mapan secara ekonomi melalui atribut yang

dikenakan seperti perhiasan gelang di tangannya, busana, ponsel dan tata

riasnya. Karakter Yu Ning yang polos namun bisa menyuarakan pendapat

11 John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar paling

Komprehensif, terj. Yosal Iriantara MS dan Idi Subandy Ibrahim, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012). 12 Nurhablisyah dan Khikmah Susanti, “Analisis Isi Tilik: Sebuah Tinjauan Narasi Film

David Bordweel,” Jurnal Ilmu Komunikasi UHO: Jurnal Penelitian Kajian Ilmu Komunikasi dan

Informasi, 4 (Oktober 2020), 310-324.

Page 18: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

10

tanpa ragu,Yu Ning tanpa segan beradu argument dengan bu tejo, meskipun

bu tejo memiliki status sosial yang lebi tinggi. serta film ini menegaskan

agar tidak termakan berita hoax. Inti cerita film Tilik tersebut terletak pada

saat yu ning dan bu tejo ribut besar dengan pengambilan gambar yang

dilakukan secara close up.

Ketiga, skripsi berjudul Representasi Feminisme dalam Film Siti

(Analisis Semiotika Roland Barthes) karya Julia Ekawati, Mahasiswa

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya

(STIKOSA AWS).13 Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis

semiotika Roland Barthes dengan penelitian komunikasi kualitatif, dengan

melihat makna adegan, denotasi, konotasi dan mitos pada film Siti. Skripsi

ini membahas tentang representasi kehidupan perempuan di Indonesia dan

kehidupan para pekerja malam. Selain itu, film ini merepresentasikan

kekuatan fisik dan pikiran pada diri perempuan. Hasil dari penelitian ini,

film Siti termasuk aliran feminisme marxis, dimana sumber penindasan

terhadap perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.

Keempat, Skripsi berjudul Representasi Ikhlas dalam Film “Surga

yang tak Dirindukan” karya Nur Latif, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Semarang, 2018.14 Penelitian

ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan analisis

semiotika John Fiske, dengan teori the code of television dimana ada tiga

13 Julia Ekawati, “Representasi Feminisme dalam Film Siti (Analisis Semiotika Roland

Barthes),” (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya, Surabaya, 2016). 14 Nur Latif, “Representasi Ikhlas dalam Film Surga yang Tak Dirindukan,” (Universitas

Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2018).

Page 19: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

11

tahapan dalam menganalisis yaitu level realitas, level representasi dan level

ideologi. Hasil penelitian dari film tersebut adalah terdapat beberapa scene

yang menunjukkan tanda ikhlas, diantaranya baik hati dan lembut terdapat

satu scene, istiqomah terdapat dua scene, selalu memaafkan orang lain

terdapat dua scene, membantu orang lain terdapat satu scene, tawakal

terdapat dua scene dan bersyukur terdapat satu scene.

Persamaan dengan penelitian dan tulisan pertama dan keempat

adalah membahas analisis semiotika John Fiske, persamaan penelitian

ketiga dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah analisis

feminisme pada film dan persamaan dengan penelitian kedua adalah analisis

pada film tilik. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah pada penelitian kedua terletak pada

pendekatan analisis, penelitian ketiga terletak pada metode semiotika yang

digunakan dan penelitian keempat terletak pada film yang di teliti.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan

jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitiatif merupakan

penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari

perspektif partisipan.15 Metode pendekatan penelitian ini menggunakan

15 Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Karanganyar: Literasi

Media Publishing, 2015), 28.

Page 20: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

12

pendekatan komunikasi dengan menggunakan analisis teks media yaitu,

analisis semiotika john fiske, semiotika sebagai ilmu yang mempelajari

tanda itu sendiri, jenis dan cara tanda berbeda dalam menyampaikan makna.

Dalam memaknai setiap tanda peneliti memakai analisis semiotika John

Fiske, analisis ini bertujuan untuk mengkaji feminisme dalam film Tilik.

Analisis semiotika John Fiske merupakan proses representasi realitas

berbagai objek yang disajikan oleh media melalui proses enkode. Realitas

itu digambarkan dalam media sesuai dengan bahasa teknis yang digunakan.

Kode-kode yang terorganisir tersebut kemudian mengarah pada ideologi.

Peristiwa-peristiwa yang ada di media tersebut di encode melalui tiga level

yaitu level realitas (pakaian, aksesoris, gaya bicara, lingkungan), level

representasi (dialog, angle kamera) dan ideologi (feminisme, kapitalisme,

individualism).16

Objek penelitian dari film ini adalah unsur-unsur feminisme yang

ada dalam film. Namun karena film pendek ini mayoritas diperankan oleh

perempuan, maka hal yang diteliti yaitu bagaimana unsur-unsur feminisme

yang ada dalam tokoh perempuan di film pendek “Tilik”.

2. Data dan Sumber Data Penelitian

Data adalah fakta empirik yang dikumpukan oleh peneliti. Data

digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan

penelitian.17 Data utama yang digunakan oleh peneliti adalah scene-scene

16 Vera, Semiotika dalam Riset, 35. 17 Sandu Siyoto, Dasar Metodologi penelitian, 67.

Page 21: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

13

dalam film Tilik yang menunjukkan level realitas diantaranya gaya

berpakaian Bu Tejo, Dian dan pemain yang lain; setting pada film Tilik serta

ucapan Bu Tejo, Dian dan pemain yang lain yang berhubungan dengan

feminisme. Kemudian level representasi yang berisi dialog di antara para

pemain dan angle kamera yang digunakan pada scene yang berisi

feminsime. Sedangkan data pendukung yang digunakan adalah profil dan

sinopsis film Tilik.

Sumber data di dalam penelitian kualitatif antara lain sebagai

berikut:

a. Data primer

Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan

oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Penelitian ini

menggunakan file video film Tilik yang berdurasi 32 menit 34 detik

sebagai data primer. Data primer yang digunakan yaitu bagaimana level

realitas, level representasi dan level ideologi dalam film pendek “Tilik”.

Peneliti menganalisis feminisme pada film Tilik tersebut dengan cara

mengambil scene-scene yang mengandung makna dan indikator

feminisme. Untuk sumber data tersebut peneliti mendapatkan dari file

video yang di download dari situs youtube channel Ravacana Films.18

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapat atau dikumpulkan oleh

peneliti dari berbagai sumber yang telah ada, seperti buku, jurnal dan

18 https://youtu.be/GAyvgz8_zV8 di akses pada 4 Oktober 2020.

Page 22: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

14

dokumentasi. penelitian ini menggunakan data sekunder berupa

dokumentasi yang didapat dari internet, info mengenai film Tilik, buku,

artikel dan jurnal yang berhubungan dengan film dan feminisme. Data

sekunder yang digunakan oleh peneliti antara lain:

1) Artikel karya Ahmad Efendi berjudul Film Tilik: Sinopsis, Fakta,

dan Link yang Bisa ditonton di Youtube. (Online),

(https://tirto.id/film-tilik-sinopsis-fakta-dan-link-yang-bisa-

ditonton-di-youtube), di akses 13 Oktober 2020.

2) Artikel karya Paulus Mujiran berjudul Film Tilik dan Stereotip

Perempuan. (Online), (investor.id/opinion/film-tilik-dan-stereotip-

perempuan), di akses 14 Oktober 2020.

3) Berita oleh Cecylia Rura yang berjudul Wawancara Eksklusif

Sutradara Film Tilik yang Heboh di Media Sosial. (Online),

(m.medcom.id/hiburan/montase/wb70o4pk-wawancara-eksklusif-

sutradara-film-tilik-yang-heboh-di-media-sosial), di akses 15

Oktober 2020.

4) Sinopsis dan profil film Tilik.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan

dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi

merupakan cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan

penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode ini untuk

Page 23: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

15

mengumpulkan data dalam bentuk gambar.19 Dokumentasi dalam penelitian

ini diperoleh dari screenshoot scene, yakni potongan atau tangkapan adegan

yang bersumber langsung dari film yang di unduh lewat youtube. Potongan-

potongan gambar adegan tersebut di analisis level realitas, level representasi

dan level ideologinya dengan teori semiotika John Fiske.

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

semiotika model John Fiske. Berikut langkah-langkah pengolahan data

yang dilakukan:

a) Setelah menemukan data utama yaitu film tilik, film tersebut ditonton

secara berulang-ulang.

b) Memahami skenario film tilik sesuai dengan langkah-langkah yang akan

dilakukan penelitian ini yaitu tokoh-tokohnya.

c) Film dibagi menjadi beberapa scene, lebih khusus pada scene yang

mengandung tanda feminisme dalam film tersebut.

d) Setelah scene ditentukan, maka selanjutnya scene-scene tersebut akan

diklasifikasikan berdasarkan scene yang mengandung indikator

feminisme.

e) Scene yang telah ditentukan tersebut dianalisis menggunakan semiotika

John Fiske.

5. Teknik Analisis Data

19 Ibid., 158.

Page 24: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

16

Analisis data merupakan sebuah upaya untuk mengorganisasikan

data, memilah-milahnya, mencari dan menemukan pola apa yang penting

dan yang perlu dipelajari.20 Konsep analisis data kualitatif merupakan upaya

yang dilakukan dengan mengorganisasikan data, mengolah data menjadi

satuan yang dapat dikelola, mengadakan sistensis, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta membuat

keputusan.21

Dalam analisis data ini, penulis menggunakan analisis semiotika

John Fiske. Dalam analisis semiotika John Fiske, proses representasi

realitas yang disajikan media merupakan realitas yang di-encode oleh

media, kemudian realitas itu digambarkan dalam media sesuai dengan

bahasa teknisnya. Kode-kode yang terorganisir tersebut kemudian secara

konvensional mengarah pada ideologi.22 Cara kerja atau langkah-langkah

semiotika model John Fiske pada teori The Codes Of Television meliputi

tiga tahapan:

a) Analisis pada level realitas meliputi: appearence (penampilan), dress

(kostum), make up (riasan),environment (lingkungan), behavior (perilaku),

speech (cara bicara),gesture (gerakan), dan expression (ekspresi).

b) Analisis pada level representasi berkaitan dengan kode-kode teknik,

seperti kamera, pencahayaan, penyutingan, musik, dan suara yang

20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2008), 248. 21 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), 193. 22 Vera, Semiotika dalam Riset, 113.

Page 25: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

17

mentransmisikan kode-kode representasi konvensional, yang membentuk:

naratif, konflik, setting, dan casting.

c) Analisis pada level ideologi mencakup kode-kode representasi seperti:

individualism (individualisme), patriarchy (patriarki), race (ras), class

(klas), matrialism (matrialisme) ,capitalism (kapitalisme).23

Unit analisis dalam penelitian ini adalah feminisme dalam film Tilik.

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah

mendiskripsikan data yang terkumpul dari transkip film Tilik sesuai dengan

semiotika John Fiske pada teori The Code Of Television. Feminisme dalam

film Tilik akan direpresentasikan sesuai dengan konteks film sehingga

gambaran mengenai feminisme pada film akan mudah dipahami baik dalam

level realitas, level representasi maupun level ideologi. Tanda dan kode

feminisme dalam film akan direpresentasikan dan membangun ideologi

feminisme secara utuh dengan menggunakan ketiga level yaitu Level

realitas, level representasi dan level ideologi.

G. Sistematika Pembahasan

Di dalam penelitian ini, penulis membagi sistematika pembahasan

menjadi lima bab yang memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Isi dari

masing-masing bab memiliki gambaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

23 John Fiske, Television Culture, 5-6.

Page 26: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

18

Pada bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka,

metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II FEMINISME DALAM FILM

Pada bab ini membahas tentang film, feminisme dan semiotika John

Fiske.

BAB III DESKRIPSI FILM PENDEK “TILIK”

Pada bab ini membahas tentang profil gambaran tentang film pendek

“Tilik” dan indikator feminisme pada film pendek “Tilik”.

BAB IV ANALISIS SEMIOTIKA ATAS FEMINISME DALAM FILM

PENDEK “TILIK”

Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil analisis mengenai level

realitas feminisme, level representasi feminisme dan level ideologi

feminisme pada film Tilik dengan menggunakan pendekatan

semiotika John Fiske.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini meliputi kesimpulan dan saran dari penelitian yang

dilakukan oleh peneliti.

Page 27: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

19

BAB II

FEMINISME DALAM FILM

A. Unsur Pembentuk Film

Film merupakan media komunikasi massa yang muncul setelah surat

kabar. Film lebih berfungsi sebagai media hiburan daripada media pembujuk.

Namun, film sebenarnya punya kekuatan persuasi yang besar. Film adalah

sarana hiburan yang mempunyai daya tarik cukup tinggi dalam berbagai

kalangan masyarakat, dari ekonomi menengah sampai ekonomi atas, dari anak-

anak hingga dewasa.1 Film bukan sekedar menampilkan hiburan, tetapi juga

tanggung jawab moral, membuka wawasan masyarakat, menyebar luaskan.

Hal tersebut menimbulkan semangat, inovasi dan kreasi, unsur politik,

kapitalisme, hak asasi maupun gaya hidup.2

Berdasarkan sifatnya film dibagi atas :

1. Film cerita yaitu film yang mengandung suatu cerita, biasanya

dipertunjukan di gedung – gedung bioskop yang dimainkan oleh para

bintang sinetron.

2. Film berita merupakan film mengenai fakta, peristiwa yang benar – benar

terjadi, dan saat disajikan pada publik harus mengandung nilai berita.3

1 Victor. C. Mambor, Satu Abad Gambar Idoep di Indonesia (Jakarta: Sinematek Indonesia,

2000), 118. 2 Marselli Sumarno, Suatu Sketsa Perfilman Indonesia (Jakarta: Lembaga Studi Film

bekerjasama dengan Pimpinan Pusat Pemuda Panca Marga, 1995), 13. 3 Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film (Jakarta: PT Grasindo, 1996), 73.

Page 28: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

20

3. Film dokumenter merupakan kenyataan – kenyatan yang

menginterprestasikan kenyataan. Titik fokus dari film ini adalah fakta atau

peristiwa yang terjadi. Perbedaannya dengan film berita adalah film berita

harus mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita sedangkan film

dokumenter tidak.

4. Film kartun merupakan film yang berisi animasi. Timbulnya gagasan

pembuatan film kartun adalah dari seniman pelukis serta ditemukannya

cinematografi. Hal tersebut membuat timbul gagasan untuk

menghidupkan gambar – gambar yang mereka lukis dan lukisan itu

menimbulkan hal – hal yang bersifat lucu.4

5. Film Fiksi merupakan film yang plot dan alur ceritanya menggunakan

cerita rekaan di luar kejadian nyata. Film fiksi erat hubungannya dengan

hukum kausalitas (sebab-akibat). Ceritanya memiliki karakter protagonis

dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan, serta pola pengembangan

cerita yang jelas.

6. Film eksperimental merupakan film yang tidak mempunyai plot cerita

tetapi tetap memiliki struktur. Struktur dari film ini sangat dipengaruhi

insting subjektif pembuat seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman

batin mereka. Film ini abstrak tidak mudah untuk dipahami.5

Dalam membuat sebuah film harus melibatkan beberapa departemen,

beberapa departemen untuk membuat film terdapat unsur film yaitu:

4 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, ( Jakarta: Erlangga, 1997),

110. 5 Oni Sutanto, “Representasi Feminisme dalam Film Spy,” Jurnal E-Komunikasi: Program

Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, 1 (2017), 1-10.

Page 29: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

21

1. Produser (producer) yaitu departemen produksi yang bergerak pada awal

dalam sebuah produksi film. Produser adalah pihak yang bertanggung

jawab terhadap berbagai hal dalam proses pembuatan film. Produser

menyiapkan dana, ide, gagasan, naskah yang akan di film kan serta hal lain

yang diperlukan dalam proses produksi.

2. Sutradara (director) yaitu yang memimpin pengambilan gambar,

menentukan apa saja yang akan dilihat oleh penenton, serta mengatur laku

di depan kamera mengarahkan akting dan dialog menentukan posisi dan

gerak actor.

3. Skenario (scenario) adalah naskah cerita yang akan diguanakan sebagai

landasan untuk menggarap sebuah produksi film. Skenario berisi dialog

dan istilah teknis sebagai perintah kepada crew atau tim produksi.

Sekenario juga berisi informasi tentang suara dan gambar ruang, waktu,

peran, dan aksi.6

4. Penata fotografi (director of photography) atau juru kamera adalah orang

yang bertugas mengambil gambar dan berkoordinasi dengan sutradara

untuk menentukan jenis-jenis shoot, jenis lensa, diafragma kamera,

mengatur lampu untuk efek cahaya, melakukan pembingkaian serta

menentukan susunan dari obyek yang akan direkam.7

6 Prasetyo, Andi. Buku Putih Produksi Film Pendek: Bikin Film itu Gampang (Tegal:

Bengkel Sinema, 2012), 67. 7 Said Salim, Profil Dunia Film Indonesia (Jakarta: Grafiti Pers, 1982), 95.

Page 30: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

22

5. Penata artistik bertugas menyusun segala sesuatu yang melatar belakangi

cerita dalam sebuah film, seperti setting tempat dan waktu berlangsungnya

cerita film.

6. Penata suara yang bertugas merekam suara di lapangan maupun didalam

studio serta memadukan unsur-unsur suara.8

7. Penata musik bertugas untuk menata paduan bunyi (yang bukan efek suara)

yang manambah nilai dramatik seluruh cerita film.

8. Pemeran atau cast adalah orang yang bertugas untuk memerankan tokoh

yang ada dalam naskah film.

9. Penyunting atau cameramen adalah orang yang bertugas menyusun hasil

shooting membentuk rangkaian cerita sesuai konsep yang diberikan

sutradara.

10. Editor bertugas menyusun hasil shooting sehingga membentuk rangakian

cerita.9

Selain departemen-departemen di atas, ada pula unsur teknis yang

mempengarui pembuatan film, antara lain:

1. Audio terdiri dari dialog, musik dan sound effect.

2. Visual terdiri dari angle, lighting, teknik pengambilan gambar dan setting.

B. Sejarah dan Aliran Feminisme

8 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), 68. 9 Ibid., 69.

Page 31: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

23

Feminisme merupakan sebuah gerakan perempuan yang menuntut

emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal

dari bahasa Latin, femina atau sifat keperempuanan. Istilah ini mulai digunakan

pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan

serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan.10 Sekarang

kepustakaan internasional mendefinisikan feminisme sebagai pembedaan

terhadap hak hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan perempuan dan

laki laki.11 Feminisme memiliki tiga konsep penting, yaitu:

1. Feminisme merupakan sebuah keyakinan bahwa tidak ada perbedaan seks,

atau dengan kata lain menentang adanya posisi hierarkis yang menyebabkan

posisi superior dan inferior diantara jenis kelamin.

2. Feminisme merupakan sebuah pengakuan bahwa dalam masyarakat telah

terjadi konstruksi sosial budaya yang merugikan perempuan.

3. Feminisme menggugat perbedaan yang mencampuradukan seks dan gender

sehingga perempuan dijadikan kelompok tersendiri dalam masyarakat.12

Beberapa aliran feminisme yang ada saat ini diantaranya:

1. Feminisme liberal, merupakan pembuka feminisme gelombang pertama.

Feminisme ini memperjuangkan hak perempuan dalam ranah politik,

ekonomi dan institusi sosial. Tujuan dari feminisme liberal ini adalah

transformasi sosial melalui perubahan undang-undang dan hukum sehingga

10 Romany Sihite, Perempuan, Kesetaraan, Keadilan Suatu Tinjauan Berwawasan Gender.

(Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2007) 37. 11 W.J.S. Poerardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN balai pustaka,1976)

281. 12 Sigit Surahman, “Representasi Feminisme dalam Film Indonesia: Analisis Semiotika

Terkait Feminisme pada Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita,” Jurnal Liksi, 2 (2015), 119-145.

Page 32: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

24

perempuan dapat mencapai kesetaraan dengan laki-laki serta memiliki hak

asasi manusia untuk hidup, mendapatkan kebebasan dan mencari

kebahagiaan.

2. Teologi feminis merupakan aliran feminisme yang menggunakan

pendekatan marxis namun telah dimodifikasi melalui pendekatan agama.

Teologi feminis memakai agama untuk membebaskan perempuan dari

belenggu keluarga dan laki-laki. Ide ini awal mulanya dari pendekatan laki-

laki dalam memakai agama untuk meligitimasi kekuasaannya. Oleh karena

itu, kaum perempuan juga mengadopsi pendekatan agama untuk

meligitimasi pembebasan golongan tertindas, termasuk kaum perempuan.13

3. Feminisme radikal yang mengupas ketimpangan perlakuan terhadap

perempuan. Feminis Radikal menganggap sistem patriarki ditandai oleh

kekuasaan, dominasi, hirarki, dan kompetisi. Sistem patriarki ini tidak dapat

dibentuk ulang, tetapi harus dicabut dari akar dan cabang-cabangnya. Aliran

feminis ini berfokus kepada jenis kelamin, gender, dan reproduksi sebagai

tempat untuk mengembangkan pemikiran feminis.14

4. Feminisme marxis-sosialis yang bertujuan memerdekakan pengotakan

kelas, seks, patriarki dan kapitalisme. Tujuan lain dari feminisme ini adalah

mencapai masyarakat sosialis yang dilakukan mulai dari tingkat keluarga.

Feminis marxis dan sosialis menyatakan bahwa mustahil untuk mencapai

13 Celia Deane-Drummond, “Teknologi dan Ekologi,” dalam Perbedaan Seks dan Gender:

Alira-Aliran Feminisme, ed. Riyadi (Makalah Kuliah Komunikasi Gender dalam Pembangunan,

Sekolah Pascasarjana Prodi Komunikasi Pembangunan, IPB, 2014),4. 14 Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada

Aliran Utama Pemikiran Feminis, terj. Kurniasih, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), 68.

Page 33: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

25

kebebasan sejati dalam masyarakat yang menganut sistem berdasarkan

kelas, masyarakat yang kekayaannya dihasilkan oleh yang tidak

berkekuasaan berakhir di tangan yang berkekuasaan.15

5. Feminisme psikoanalisis gender menggugat inferioritas, ketidakberdayaan

sosial dan cara berfikir perempuan di konstruksi oleh sosial atas feminitas.

Ketidaksetaraan gender berakar dari rangkaian pengalaman dari masa

kanak-kanak yang mengakibatkan cara pandang maskuline dan feminis

serta cara masyarakat memandang bahwa maskulinitas adalah lebih baik

daripada feminitas.16

6. Feminisme eksistensial, aliran ini masuk feminisme gelombang kedua.

Feminisme ini mengajak perempuan berfikir, berpendidikan, mandiri dan

tidak bergantung dalam mengambil pilihan-pilihan hidup. Bergerak pada

tataran individu mengenai pentingnya sosialisasi androgini persamaan

pengasuhan dan perlakuan antara laki-laki dan perempuan.17

7. Feminisme pasca modern yang mengajak perempuan untuk menulis dan

menggali. Aliran ini menjadi penanda lahirnya feminisme gelombang

ketiga.18

8. Feminisme multikultural dan global yang bersinggungan dengan umur,

status sosial, ekonomi, pendidikan, ras, agama, budaya, kewarganegaraan

dan lokasi. Feminisme ini menentang pandangan bahwa gagasan tentang

15 Sugihastuti, Gender dan Inferioritas Perempuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),

98. 16 Rosemarie, Feminist Thought: Pengantar, 190. 17 Ibid., 262. 18 Ibid., 283.

Page 34: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

26

“perempuan” ada sebagai bentuk platonik, yang seolah-olah setiap

perempuan dapat sesuai dengan kategori itu. Feminisme ini juga

menafikkan “chauvinisme perempuan” yaitu kecenderungan dari segelintir

perempuan, yang diuntungkan karena ras atau kelas mereka, misalnya,

untuk berbicara atas nama perempuan lain.19

9. Ekofeminisme yang membahas mengenai hubungan diri dan spiritual

perempuan dan alam. Ekofeminisme berkeyakinan bahwa manusia saling

berhubungan satu sama lain. Selain itu, manusia juga berhubungan dengan

dunia bukan manusia, tumbuhan dan hewan.20

C. Analisis Semiotika pada Media

Semiotika yaitu ilmu tentang tanda atau teori tanda. Istilah semiotika

berasal dari bahasa Yunani seemion yang berarti tanda. Kata dasar semiotika

diambil dari kata Seme yang berarti penafsir tanda. Secara etimologi, semiotika

dihubungkan dengan kata sign, signal.21 Semiotika mempelajari tanda-tanda

yang kemungkinan mempunyai arti atau makna. Semiotika adalah metode

untuk mengkaji tanda. Tanda merupakan basis untuk seluruh komunikasi.

Tanda digunakan sebagai perangkat untuk mencari jalan di dunia ini. Memaknai

tanda tidak bisa dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan tanda. Tanda

19 Ibid., 309. 20 Ibid., 403. 21 Abdul Halik, Tradisi Semiotika Dalam Teori dan Penelitian Komunikasi (Makassar:

Alauddin Press, 2012), 18.

Page 35: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

27

menandakan sesuatu di luar dirinya dan makna merupakan hubungan tanda

dengan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia.22

Sebagai ilmu tanda, semiotika membagi aspek tanda menjadi petanda

(signifier) dan petanda (signified) dengan pemahaman penanda sebagai bentuk

formal yang menandai petanda, dipahami sebagai sesuatu yang ditandai oleh

penanda.23 Tanda dalam semiotika terbagi menjadi syntactic code, yaitu tanda

memiliki arti jika dikaitkan dengan yang lain dan pragmatic codes, yaitu

sesuatu memiliki arti tergantung kesepakatan sehari-hari. Dalam komunikasi,

makna merupakan hasil relasi dari simbol, objek dan personal. Semiotika

memandang komunikasi sebagai pembangkit makna yang ada dalam pesan.

Pemaknaan pesan merupakan proses aktif karena tidak ada konsep yang statis

dan mutlak pada kemasan pesan.24

D. Analisis Semiotika John Fiske

Semiotika menurut John Fiske adalah ilmu tanda tentang bagaimana

tanda dan makna dibangun dalam teks media, atau studi tentang bagaimana

tanda dari suatu karya dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna.25

Analisis semiotika John Fiske merupakan proses representasi realitas berbagai

objek yang disajikan oleh media melalui proses enkode. Realitas itu

digambarkan dalam media sesuai dengan bahasa teknis yang digunakan. Kode-

22 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 15. 23 Ambarini AS dan Nazia Maharani Umaya, Semiotika Teori dan Aplikasi pada Karya

Sastra (Semarang: IKIP PGRI Semarang Press, 2012), 28. 24 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), 17. 25 Ibid., 43.

Page 36: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

28

kode yang terorganisir tersebut kemudian mengarah pada ideologi. Menurut

Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi saling

berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Sebuah realitas tidak muncul

begitu saja melalui kode-kode yang timbul, tetapi juga diolah melalui

penginderaan sesuai referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa televisi,

sehingga sebuah kode akan diterjemahkan secara berbeda oleh orang yang

berbeda juga.26

Menurut John Fiske terdapat tiga bidang studi utama dalam semiotika,

yaitu:

1. Tanda itu sendiri yaitu sesuatu yang bersifat fisik. Cara menyampaikan tanda

untuk menjadi makna dilakukan berbeda-beda sesuai dengan manusia yang

menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan dipahami oleh

manusia yang menggunakannya.

2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi mengenai kode

mencakup cara kode-kode dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan

manusia atau budaya atau kebutuhan eksploitasi saluran komunikasi yang

ada untuk mentramisikannya.

3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Makna dari kode ini tergantung

bagaimana tempat kode tersebut bekerja.27

Peristiwa menjadi peristiwa media jika telah dikodekan oleh kode-kode

sosial yang dikonstruksi dalam tiga level berikut:

26 Vera, Semiotika dalam Riset, 35. 27 Fiske, Cultural and Communication, 60.

Page 37: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

29

1. Level Realitas (Reality). Peristiwa yang ditandakan (encoded) sebagai realita.

Kode sosial yang termasuk didalamnya adalah penampilan (appearance),

kostum (dress), riasan (make up), lingkungan (environment), kelakuan

(behavior), dialog (speech), gerakan (gesture), ekspresi (expression). Dalam

bahasa tulis misalnya, dokumen, transkrip, wawancara, dan sebagainya.28

a. Appereance (Penampilan) yaitu keseluruhan tampilan fisik seseorang

meliputi beberapa aspek gaya personal. Dari penampilan tersebut timbul

makna yang disampaikan.

b. Dress (Kostum), kostum memiliki keanekaragaman karakteristik berserta

dengan aksesoris yang dipakainya. Busana yang dipakai dalam film

memiliki sebuah makna yang ingin di sampaikan. Beberapa fungsi busana

dalam film yaitu sebagai petunjuk kelas sosial, pribadi pelaku dan citra

dari pelaku serta doktrinasi untuk para penonton.

c. Make up (Tata Rias) berfungsi untuk menyesuaikan karakteristik aktor

dengan wajah asli yang dia perankan.

d. Environment (Lingkungan) disesuaikan dengan tujuan atau pesan yang

ingin disampaikan.

e. Behaviour (Perilaku) adalah aksi atau reaksi sebuah objek yang

berhubungan dengan lingkungan.

f. Speech (Cara Berbicara) Cara berbicara memiliki sebuah intonasi sesuai

tujuan film itu dibuat.

28 Sobur, Analisis Teks Media, 26.

Page 38: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

30

g. Gesture (Gerakan) adalah bahasa nonverbal yang dilakukan orang para

actor. Gerakan mencerminkan sebuah peran dengan emosinya.

h. Expression (Ekspresi) adalah bentuk komunikasi non verbal serta bentuk

penyampaian emosi raut wajah kepada penonton. 29

2. Level Representasi (Representation), Realitas yang terenkode dalam encode

electronically harus ditampilkan pada kode teknis. Dalam bahasa tulis kode

teknis itu melingkupi kata, kalimat, proposisi, foto, grafik, dan sebagainya.

Sedangkan dalam bahasa gambar, kode teknis itu terdiri atas kamera,

pencahayaan (lighting), penyuntingan (editing), musik, suara. Elemen-

elemen ini kemudian ditransmisikan kedalam representasional yang dapat

mengantualisasikan antara lain terdiri dari narasi, konflik, karakter, aksi,

percakapan, layar, dan pemilihan pemain.30

a. Camera (Kamera) berperan sebagai alat perekam. Terdapat beberapa

teknik perekaman gambar diantaranya full shot (seluruh tubuh), long shot,

close up (hanya bagian wajah), pan up/ frog eye (kamera diarahkan

kebawah) dan zoom in/out focallength (dipusatkan di obyek utama)

straight angle (sudut pengambilan gambar normal), low angle (sudut

pengambilan gambar dari tempat yang letakmya lebih rendah dari obyek),

high angle (sudut pengambilan gambar dari tempat yang lebih tinggi dari

obyek), close shot (jarak pengambilan dekat), close up (shot mengenai

wajah atau tangan), off shot (hanya suara yang terdengar, namun gambar

29 Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, 68. 30 Sobur, Analisis Teks Media, 26.

Page 39: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

31

tidak tampak), long shot (pengambilan obyek dari jarak jauh), medium

shot (shot yang lebih dekat daripada long shot, tapi tidak sedekat close

up), medium close up (tampak dari batas siku sampai beberapa inci di atas

kepala actor), slow motion (suatu gerakan sebuah shot lebih lamban dari

pada gerakan sebenarnya), dan superimpose (gambar tumpang tindih).31

b. Lighting (Pencahayaan) yang membantu dalam pengambilan gambar

dalam sebuah film. Beberapa macam pencahayaan yang dipakai dalam

produksi yaitu natural light (matahari) dan artifical light. Adapun

pencahayaannya adalah front lighting/ cahaya depan, side lighting/ cahaya

samping, back lighting/ cahaya belakang dan mix lighting/ cahaya

campuran.

c. Editing (Penyuntingan) yaitu tahap penyambungan gambar-gambar yang

telah di ambil. Setiap shot gambar di hubungkan sehingga membentuk

kesatuan yang utuh serta memliki sebuah alur cerita yang terstruktur

sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan

d. Sound (Suara) dapat meliputi dialog, musik dan efek suara.

1) Dialog digunakan untuk menjelaskan tokoh atau peran, menggerakkan

plot maju dan membuka fakta.

2) Musik untuk mempertegas adegan agar lebih kuat maknanya.

3) Sound effect atau efek suara adalah bunyi- bunyian yang digunakan

untuk melatarbelakangi adegan.32

31 Sam Abede Pareno, Kuliah Komunikasi (Surabaya: Penerbit Papyrus, 2002), 21. 32 Ibid., 67.

Page 40: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

32

e. Narative (Naratif) adalah rangkaian sebuah peristiwa pada film yang

memliki suatu hubungan.

f. Conflict (Konflik) adalah proses sosial yang terjadi baik individu atau

kelompok dimana salah satu dari pihak tersebut ingin menyingkirkan

pihak lain untuk mendapakan sesuatu hal. Konflik yang terjadi sesuai

dengan realitas apa yang terjadi dalam keadaan sebenarnya.33

g. Character (Karakter) berkaitan dengan proses penokohan. Ada lima jenis

karakter yang biasanya disajikan, diantaranya Karakter Protagonis

Karakter protagonist, Karakter Sidekick (pasangan karakter protagonist),

Karakter Antagonis, Karakter Kontagonis (rekan karakter antagonis) dan

Karakter Skepstis (melihat rendah tokoh protagonis).

h. Action (Aksi) adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia baik berupa

fisik maupun pikiran dan terjadi karena adanya kemauan dan gairah untuk

melakukan sesuatu atau berlandaskan sesuatu.

i. Dialogue (Dialog) adalah komunikasi verbal yang digunakan semua

karakter di dalam dan di luar cerita film .

j. Setting (Tempat) adalah tempat dan waktu berlangsungnya sebuah cerita.

k. Casting (Pemeran) adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam

sebuah film.34

33 Abede, Kuliah Komunikasi, 21. 34 Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi, 76.

Page 41: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

33

3. Level Ideologi (Ideology) Semua elemen diorganisasikan dan dikategorikan

dalam kode-kode ideologis seperti individualisme, patriarki, ras, kelas,

materialisme, kapitalisme, liberalisme, sosialisme, feminisme dan lain-lain.35

Proses representasi John Fiske:

1. Pertama realitas (seperti dokumen wawancara transkip dan sebagainya.

Dalam televisi seperti perilaku, make up, pakaian, ucapan, gerak – gerik dan

sebagainya).

2. Kedua representasi, dimana elemen tadi ditandakan secara teknis. Seperti

kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan sebagainya. Dalam televisi

seperti kamera, musik, tata cahaya, dan lain – lain. Elemen – elemen tersebut

ditransmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan

bagaimana objek digambarkan (karakter, narasi, setting, dialog, dan lain –

lain.)

3. Ketiga Ideologi, dimana semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan

kode – kode ideologi, seperti individualisme, sosialisme, patriarki,

feminisme, ras, kelas, materialisme, dan sebagainya.36

35 Sobur, Analisis Teks Media, 26. 36 Fiske, Televison Culture, 5 - 6.

Page 42: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

34

BAB III

DESKRIPSI FILM PENDEK “TILIK”

A. Profil Film pendek “Tilik”

Film pendek berjudul Tilik ini merupakan film yang di rilis tahun 2018

dan tayang di youtube channel Ravacana Films

(https://youtu.be/GAyvgz8_zV8) pada 17 Agustus 2020 kemarin. Film ini

merupakan hasil kerjasama Ravacana Films dengan Dinas Kebudayaan DIY.

Ravacana Films yang menjadi rumah produksi film pendek “Tilik” ini

merupakan sebuah rumah produksi film yang berada di Jalan Kersan 65

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Rumah produksi ini terbentuk sejak

tahun 2015 yang lahir atas asas kolektif oleh beberapa orang yang memiliki visi

yang sama untuk menggali potensi di bidang perfilman. Hingga kini Ravacana

Films telah memproduksi lebih dari sepuluh karya audio visual yang meliputi

film pendek, serial film dan iklan. Karya dari Ravacana Films dapat di akses

secara legal di pemutaran alternatif, festival dan kanal youtube Ravacana

Films.1

Film pendek “Tilik” mendapat beberapa penghargaan diantaranya

winner Piala Maya 2018 – film pendek terpilih, Official Selection Jogja-Netpac

Asian Film Festival 2018 dan Official Selection World Cinema Amsterdam

2019. Skenario film ini berangkat dari permasalahan yang sama antara

sutradara, produser dan penulis mempunyai ibu seorang janda. Perempuan yang

1 Anonim, “Ravacana Films”, https://ravacanafilms.com, (di akses pada 26 Februari 2021).

Page 43: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

35

punya status single sering digunjing dan dibicarakan banyak orang. Padahal

orang-orang tersebut tidak tahu bagaimana latar belakangnnya, namun hanya

menghakimi. Perempuan yang berstatus single juga punya hak atas pilihan

hidupnya sendiri. Film ini ingin memberi pesan bahwa orang dilarang

menghakimi orang lain dalam waktu yang singkat dan sebelah mata, bijak dan

dewasa dalam menyikapi kabar burung dan peduli dengan hak perempuan

sampai ke status single perempuan itu. Oleh karena itu pesan disampaikan

melalui scene selama perjalanan membicarakan tentang Dian yang punya status

single.2

Film yang berdurasi 32 menit ini memiliki beberapa tim pendukung.

Tim pendukung dalam film pendek “Tilik” diantaranya:

Tabel 3.1 Tim pendukung film pendek “Tilik”3

No Nama Sebagai

1. Budi Wibowo, SH, MM. Eksekutif produser

2. Bagus Sumartono Penulis scenario

3. Elena Rosmeisara Produser

4. Addi Kurniawan Manajer unit

5. Brilian Merbawani Asisten produksi

6. Ikhwan Abu Zakaria Asisten produksi

7. Mahardika Subangun Location unit

8. Satria Wijayanto Location unit

9. Aliya Kinasih Location unit

10. Ahmed Nurcahyo Runner

11. Karmujiyanto Runner

12. Wahyu Agung Prasetyo Director

13. Risky Kurnia S Asisten direktur 1

14. Riyadi Prabowo Asisten direktur 2

15. Dhisga Amandatya Script continuity

2 Cecylia Rura, “Wawancara Eksklusif Sutradara Film pendek “Tilik” yang Heboh di

Media Sosial,” m.medcom.id/hiburan/montase/wb70o4pk-wawancara-eksklusif-sutradara-film-

Tilik-yang-heboh-di-media-sosial, (diakses 15 Oktober 2020). 3 Ravacana Films, Film Pendek – Tilik (2018)”, https://youtu.be/Gayvgz8_Zv8 (di akses

pada 4 Oktober 2020).

Page 44: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

36

16. Witarti Script continuity

17. Tiara Kristiningtyas Koordinator pemeran

18. Aditya Putra N Assisten koordinator pemeran

19. Satria Kurnianto D.O.P

No Nama Sebagai

20. Dimaz Amanta Asisten cameramen

21. Tito Ramadhan Camera boy

22. Doddyk Triesna Camera technicial

23. Esza Prayojana Parapaga Digital imaging technician

24. Moh. Ivan Haris Kurniawan Clap person

25. Andik Budi Prasetyo Gaffer

26. Afandi Aziz Penata cahaya

27. Edi Hidayat Penata cahaya

28. Fahman Putra Penata cahaya

29. Danang Penata cahaya

30. Rifat Satya Art director

31. Ariesta Maulina Art department

32. Rizal Risky Art departement

33. Fahmi Sutan Art departement

34. Felicia Desi Make up & wardrobe

35. Annisa Dewi Asisten Make up & wardrobe

36. Wiji Astute Asisten Make up & wardrobe

37. Pandu Maulana Sound recordist

38. Prima Setiawan Boom operator

39. Aditya Trisnawan Sound designer

40. Redy Afrians Music designer

41. Bayu Putro Pamungkas Volley artist

42. Philipus Agung Prasetyo Volley artist

43. Egha Harismina Colorist

44. Indra Sukmana Editor

45. Helmi Nur Rasyid Editor

46. Ayesha Alma Almera BTS team

47. Pramuditya Ranutanta BTS team

48. Aryo Yudantoko BTS team

49. Bustanul Choir Poster artwork

50. Vanis Subtitle

51. Ludy Oji Prastama Subtitle

52. Tadtad Transportasi

53. Liandri Transportasi

54. Gufron Transportasi

55. Abu Transportasi

56. Hartono Transportasi

57. Toni Transportasi

58. Trevi Transportasi

Page 45: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

37

Tabel 3.2 Pemeran dan pemeran latar belakang film pendek “Tilik”4

No Nama Sebagai

1. Siti Fauziah Bu Tejo

2. Brilliana Desy Yu Ning

3. Angelina Rizky Bu Tri

4. Dyah Mulani Yu Sam

5. Luly Syahkisrani Dian

6. Hardiansyah Yoga Pratama Fikri

7. Gotrek Gotrek

8. Tri Sudarsono Minto (Ayah Fikri)

9. Ratna Indriastuti Yati

10. Stephanus Wahyu Gumilar Pak Polisi

11. Tutik Yu Nah

12. Krismiyati

13. Sukamti

14. Lastriyatun

15. Ambar

16. Mardiyah

17. Suniyati

18. Tuminah

19. Lestari

20. Tri

21. Tumijem

22. Wajiyem

23. Rondiyah

24. Martini

25. Titik

26. Nganti

27. Suryanti

28. Asti

29. Saerah

30. Wiwid

31. Darmi

32. Suharji

33. Poniran

34. Sukriyanto

4 Talitha Desy, “Film pendek “Tilik” Viral, ini Sinopsis Cerita dan Daftar Pemain Lengkap,

Ternyata tak Menghafal Naskah”, newsmaker.tribunnews.com/amp/2020/08/20/ film-tilik-viral-ini-

sinopsis-cerita-dan-daftar-pemain-lengkap-ternyata-tak-menghafal-naskah?page=4. (di Akses pada

2 Maret 2021).

Page 46: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

38

B. Sinopsis Film pendek “Tilik”

Film pendek “Tilik” (yang memiliki makna menjenguk dalam Bahasa

Jawa) menceritakan perjalanan sekelompok ibu-ibu dari sebuah desa di

Yogyakarta yang menuju ke salah satu rumah sakit yang ada di kota, untuk

menjenguk Ibu Kepala Desa mereka yang sedang dirawat. Rombongan

tersebut pergi ke rumah sakit dengan menggunakan truk milik salah satu

warga. Dari dalam truk tersebut terjadilah obrolan dan gosip yang menjadi

bumbu utama dalam film ini. Salah satu tokoh yang paling banyak dibicarakan

selama perjalanan yaitu sosok Dian, seorang kembang desa di lingkungannya.

Dian menjadi bahan perbincangan karena parasnya yang cantik yang membuat

para lelaki atau suami di desa gemar memandanginya.

Berdasarkan informasi yang di dapat dari internet dan sejumlah kabar

burung, Bu Tejo menyebut dian sebagai wanita yang tidak benar. Kemudian bu

tejo memprovokasi ibu-ibu lainnya untuk mendukung ceritanya. Namun tidak

semua ibu-ibu yang ada di dalam truk tersebut percaya dengan perkataan Bu

Tejo. Yu Ning yang merasa kurang setuju dan tidak nyaman dengan pertanyaan

Bu Tejo beberapa kali mencoba mengingatkan Bu Tejo untuk menjaga

ucapannya. Mereka berdua bahkan sempat bertengkar karena mempertahankan

pendapat masing-masing. Sosok Bu Tejo selain gemar membicarakan aib

tetangga ternyata juga digambarkan sebagai orang yang suka pamer harta, hal

tersebut cukup mengusik Yu Ning. Hal tersebut terlihat dari banyaknya

perhiasan yang di gunakan meskipun hanya menjenguk orang sakit. Bu Tejo

Page 47: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

39

juga ringan tangan mengeluarkan uang, sekaligus dengan mempromosikan

suaminya sebagai bakal calon lurah baru.

Sesampainya di rumah sakit, rombangan ibu-ibu ternyata gagal

menjenguk Bu Lurah karena ia masih berada di ICU. Mereka hanya bisa

bertemu Fikri, anak dari Bu Lurah dan Dian yang menjadi bahan perbincangan.

Ending dari film ini memperlihatkan dialog antara Dian dengan seorang paruh

baya yang dia sebut “mas”.5

C. Penggambaran Feminisme dalam Film pendek “Tilik”

1. Kepemimpinan Perempuan dan disukai oleh Masyarakat

Gambar

Level realitas Penampilan/ gaya

berpakaian

Yu Ning berkerudung

Bahasa tubuh/

perilaku

Yu Ning dengan ekspresi wajah

menyesal dan merasa bersalah

Riasan Yu Ning tanpa make up

Level

representasi

Shot/ pengambilan

gambar

Close up dengan straight angle

Dialog/ suara Yu Ning: “opo yo salah yen aku

gemati karo Bu Lurah? Opo yo

kleru, yen aku selak pengen

ngerti keadaan e Bu Lurah?”

Bu Tejo: “Uwis Yu Ning, ora

ono sing salah, ora ono sing

kleru, awakdhewe ke ngerti nek

niatmu kui sakjane apik. Yo.”

5 Ahmad Effendi, “Film pendek “Tilik”: Sinopsis, Fakta, dan Link yang Bisa ditonton di

Youtube,” https://tirto.id/film-Tilik-sinopsis-fakta-dan-link-yang-bisa-ditonton-di-youtube,

(diakses 13 Oktober 2020).

Page 48: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

40

2. Perempuan yang Mandiri dalam Mengambil Keputusan

Gambar

Level realitas Penampilan/ gaya

berpakaian

Dian berpakaian modis

Bahasa tubuh/

perilaku

Ekspresi wajah ketakutan dan

merasa ragu

Riasan Make up sedang

Level

representasi

Shot/ pengambilan

gambar

Close up dengan straight angle

Dialog/ suara Dian: “mas, kok ketoke aku wes ra

betah yo delikan ngene iki. Kapan

yo mas, Fikri iso nompo yen

bapake arep rabi meneh?”

Mas: “tenangno pikirmu, koe kudu

sabar, percoyo wae karo aku.”

3. Partisipasi Politik Perempuan

Gambar

Level realitas Penampilan/ gaya

berpakaian

Bu Tejo berjilbab dengan

menggunakan perhiasan seperti

gelang

Bahasa tubuh/

perilaku

Bu Tejo memberikan uang kepada

Gotrek

Riasan Bu Tejo dengan make up tipis

Level

representasi

Shot/ pengambilan

gambar

Long shot dengan straight angle

Dialog/ suara Bu Tejo: “oh yo trek, nyo, iki mau

aku di titipi karo bapakane bocah-

bocah, kok nggo tambah-tambah.”

Page 49: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

41

Gotrek: “opo iki bu, lha mau wis

dinei ning ibu-ibu ngono kok.”

Bu Tejo: “yo nggo tambah-

tambah, rapopo, koe ra gelem opo

piye?”

4. Dukungan terhadap Sesama Perempuan

Gambar

Level realitas Penampilan/ gaya

berpakaian

Ibu-ibu menggunakan jilbab

Bahasa tubuh/

perilaku

Yu Nah melambaikan tangan

sambil membungkung dan mual-

mual, Ibu-ibu khawatir dengan Yu

Nah yang mabuk dan semua

perhatian mengarah kepadanya

Riasan Sebagian menggunakan make up

tipis, sebagian tidak menggunakan

make up

Level

representasi

Shot/ pengambilan

gambar

Long shot dengan high angle

Dialog/ suara Yu Ning: “koe nate kapusan to yu?

Loh, lha ngopo? Eh-eh, sopo sing

nggowo kresek, nggowo kresek?”

Ibu-ibu: “ya allah yu, sek sek, ya

allah piye iki.”

Gambar

Level realitas Penampilan/ gaya

berpakaian

Bu Tejo dan Yu Ning

menggunakan jilbab

Bahasa tubuh/

perilaku

Bu Tejo dengan ekspresi wajah

mengejek dan Yu Ning dengan

ekspresi wajah kesal

Page 50: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

42

Riasan Bu Tejo dengan make up tipis dan

Yu Ning tanpa make up

Level

representasi

Shot/ pengambilan

gambar

Medium close up dengan straight

angle

Dialog/ suara Yu Ning: “Bu Tejo ki lho,

ngomongne Dian yo ra ono bosen-

bosen e to yo”

Bu Tejo: “Lagian Dian ki yo aneh-

aneh ae, wong yo wes sak

umurane kok urung rabi. Wong

konco-koncone wes podo rabi

coba.”

Yu Ning: “Lha nek saiki dheweke

pengen fokus karo karire kepriye?

Wong adhewe sebenere ya ngerti

keadaan e koyo piye.”

Gambar

Level realitas Penampilan/ gaya

berpakaian

Dian berpakaian modis, Fikri

berpakaian rapi, Bu Tejo dan Yu

Ning menggunakan jilbab

Bahasa tubuh/

perilaku

Yu Ning memberikan amplop ke

fikri, ekspresi wajah Dian dan

Fikri kaget

Riasan Dian make up sedang, Bu Tejo

make up tipis dan Yu Ning tanpa

make up

Level

representasi

Shot/ pengambilan

gambar

Medium shot dengan straight

angle

Dialog/ suara Fikri: “nopo niki bu?”

Yu Ning: “soko ibu-ibu.”

Fikri: “duh, malah ngrepotne.”

Yu Ning: “ora-ora, wes pokok

ditompo wae yo. Pokokno ibuk

ndang mari. Enek opo-opo kabar-

kabar yo.”

5. Kekuatan Perempuan

Page 51: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

43

Gambar

Level realitas Penampilan/ gaya

berpakaian

Ibu-ibu menggunakan jilbab

Bahasa tubuh/

perilaku

Ibu-ibu berdiri santai di truk

sambil menikmati perjalanan, bu

tejo dan membicarakan dian

Riasan Sebagian menggunakan make up

tipis, sebagian tidak

menggunakan make up

Level

representasi

Shot/ pengambilan

gambar

Long shot dengan high angle

Dialog/ suara

Gambar

Level realitas Penampilan/ gaya

berpakaian

Ibu-ibu menggunakan jilbab

Bahasa tubuh/

perilaku

Ibu-ibu mendorong truk dengan

semangat sedangkan Bu Tejo

dan Bu Sri hanya berdiri di

belakang sambil mengamati

Riasan Sebagian menggunakan make up

tipis, sebagian tidak

menggunakan make up

Level

representasi

Shot/ pengambilan

gambar

Long shot dengan straight angle

Dialog/ suara Ibu-ibu: “1…2…3… ayo.

Alhamdulillah.”

Page 52: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

44

BAB IV

ANALISIS SEMIOTIKA ATAS FEMINISME DALAM FILM PENDEK

“TILIK”

Penggambaran feminisme dalam penelitian ini yaitu menggunakan

semiotika John Fiske dengan teori the code of television. Pada teori the code of

television, terdapat tiga cara kerja untuk menganalisis media. Teori John Fiske

tersebut digunakan untuk menguraikan tanda-tanda feminisme dalam film Pendek

“Tilik”. Teori the code of television meliputi level realitas, level representasi dan

level ideologi. Level realitas meliputi: appearence (penampilan), dress (kostum),

make up (riasan), environment (lingkungan), behavior (perilaku), speech (cara

bicara), gesture (gerakan) dan expression (ekspresi). Level representasi berkaitan

dengan kode-kode teknik, seperti kamera, pencahayaan, penyutingan, musik, dan

suara yang mentransmisikan kode-kode representasi konvensional, yang

membentuk: naratif, konflik, setting, dan casting. Level ideologi mencakup kode-

kode representasi seperti: individualism (individualisme), patriarchy (patriarki),

race (ras), class (klas), matrialism (matrialisme), capitalism (kapitalisme). Tahap

realitas dan representasi merupakan uraian dari tanda-tanda yang ada dalam

potongan shot dan adegan. Sedangkan tahap ideologi adalah hasil dari tahap realitas

dan representasi.

Dunia perfilman di Indonesia banyak yang membahas mengenai feminisme,

salah satunya dalam penelitian film pendek “Tilik” ini. Film pendek “Tilik”

bercerita tentang feminisme yang ada dalam beberapa tubuh perempuan. Dalam

Page 53: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

45

menggambarkan feminisme, diperlukan indikator tentang feminisme untuk

mempermudah peneliti dalam proses analisis. Adapun indikator feminisme dalam

film ini adalah: kepemimpinan perempuan dan disukai oleh masyarakat, perempuan

yang mandiri dalam mengambil keputusan, partisipasi politik perempuan,

dukungan terhadap sesama perempuan dan kekuatan perempuan. Feminisme yang

digunakan tidak hanya merujuk pada satu aliran feminisme. Namun karena setiap

indikator mempunyai aliran feminisme sendiri-sendiri, maka aliran feminisme yang

digunakan sesuai dengan indikator mengenai feminisme. Penelitian ini

menggunakan tiga tahapan analisis yaitu level realitas, level representasi dan level

ideologi. Tahapan menganalisis feminisme yang direpresentasikan dalam film

pendek “Tilik” yaitu:

A. Analisis Semiotika atas Feminisme pada Level Realitas, Level Representasi

dan Level Ideologi

1. Kepemimpinan perempuan dan disukai oleh masyarakat

Tabel 4.1 Kepemimpinan perempuan dan disukai oleh masyarakat

Gambar Level

realitas

Level

representasi

scene: 15

pada durasi

27.37 – 27.50

Penampilan

/ gaya

berpakaian,

bahasa

tubuh/

perilaku,

riasan

Dialog/

suara, shot/

pengambila

n gambar

Page 54: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

46

Scene 15 menceritakan Yu Ning yang merasa bersalah dan menyesal

karena telah mengajak ibu-ibu untuk menjenguk Bu Lurah, namun Bu

Lurah masih berada di ICU sehingga tidak dapat di jenguk. Selain itu, Yu

Ning merasa sangat khawatir dengan keadaan Bu Lurah. Pada scene ini

terlihat Yu Ning yang sangat mencintai Bu Lurah. Seorang perempuan yang

menjadi pemimpin merupakan salah satu bentuk feminisme yang

masyarakat masih banyak yang tabu mengenai hal itu. Pemimpin

perempuan yang disukai masyarakatnya menunjukkan bahwa perempuan

juga dapat memimpin dengan baik.

Kepemimpinan perempuan menjadi isu yang di angkat semenjak

adanya perempuan dalam pembangunan (WID). Pelibatan perempuan di

ranah publik, terutama dalam bidang pembangunan telah menjadi prioritas

dalam kebijakan nasional. Keterlibatan perempuan dalam pemerintahan

juga telah dijamin dalam undang-undang. kepemimpinan perempuan

merupakan bertuk perlawanan dari budaya patriarki terutama pada

masyarakat desa, dimana perempuan masih terhambat pada beban ganda,

tradisi dapur, sumur dan kasur serta hambatan akan akses layanan publik.

Perempuan yang menjadi pemimpin, terutama di desa diharapkan dapat

mendorong dan menciptakan kesejahteraan masyarakat, terutama

perempuan. Perempuan di perdesaan dapat terlibat langsung dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa di bidang politik Diantaranya dengan

Page 55: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

47

menjadi kepala desa dan kepala/anggota Badan Permusyawaratan Desa

(BPD).1

Pada scene ini level realitas yang menunjukkan representasi

feminisme adalah dari segi penampilan: Yu Ning menggunakan kerudung

coklat dengan inner warna hitam, pakaian tersebut melambangkan

kesederhanaan masyarakat desa. Dari segi perilaku, Yu Ning merasa

menyesal dan bersalah karena tidak bisa menemui bu lurah. Sikap dan

perilaku Yu Ning tersebut menunjukkan kecintaannya pada pemimpin di

desanya. Riasan Yu Ning yang tanpa make up menunjukkan kesederhanaan

dan menunjukkan bahwa Yu Ning lebih mementingkan orang lain serta

tidak terlalu mengistimewakan diri sendiri.

Pada scene ini level representasi yang menunjukkan feminisme

dalam film pendek “Tilik” dari segi kamera, teknik pengambilan gambar

pada adegan ini menggunakan close up, memperlihatkan pengambilan

gambar pas di atas kepala hingga bawah leher, audiens diajak untuk melihat

gambaran objek secara jelas. disini terlihat Yu Ning yang berada di atas truk

dengan ekspresi wajah menyesal dan merasa bersalah. Pengambilan gambar

pada adegan ini hanya terfokus kepada Yu Ning agar sikap Yu Ning yang

begitu menyayangi Bu Lurah terlihat dalam adegan tersebut. Angle yang

digunakan straight angle, dimana sudut pengambilan gambarnya sejajar

dengan objek, hal ini menunjukkan sesuai dengan apa yang dilihat banyak

1 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia,

Modul Jilid 2: Kepemimpinan Perempuan di Desa (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2017), 118-131.

Page 56: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

48

orang (tidak menimbulkan kesan apapun). Dialog yang menunjukkan

feminisme dalam film Pendek “Tilik” yang terdapat dalam scene ini adalah:

“Yu Ning: “opo yo salah yen aku gemati karo Bu

Lurah? Opo yo kleru, yen aku selak pengen ngerti

keadaan e Bu Lurah?”

Bu Tejo: “Uwis Yu Ning, ora ono sing salah, ora

ono sing kleru, awakdhewe ke ngerti nek niatmu kui

sakjane apik. Yo.””

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa sikap Yu Ning yang begitu

mencintai bu lurah terlihat dari scene tersebut lewat ekspresi dan nada

bicaranya. Intonasi suara yang di ucapkan Yu Ning agak sendu

menandakan dia menyesal dan merasa bersalah.

Pada scene ini level ideologi yang ditampilkan yaitu feminisme

liberal. Feminisme liberal ditunjukkan secara tersirat lewat solidaritas ibu-

ibu untuk menjenguk Bu Lurah dan kecintaan Yu Ning terhadap Bu Lurah

melalui dialog antara Yu Ning dengan Bu Tejo. Selain itu, kecintaan

terhadap Bu Lurah ditunjukkan dengan ekspresi dan perilaku Yu Ning

yang begitu menyesal karena tidak bisa bertemu dengan Bu Lurah.

Ekspresi dan dialog tersebut menunjukkan bahwa ternyata pemimpin

perempuan juga dicintai oleh masyarakat.

2. Perempuan yang mandiri dalam mengambil keputusan

Tabel 4.2 Perempuan yang mandiri dalam mengambil keputusan

Gambar Level

realitas

Level

representasi

Page 57: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

49

scene: 17

pada durasi

29.25 – 30.00

Penampilan

/ gaya

berpakaian,

bahasa

tubuh/

perilaku,

riasan

Dialog/

suara, shot/

pengambila

n gambar

Scene 17 menceritakan Dian yang sudah tidak betah menjalin

hubungan secara sembunyi-sembunyi dengan seseorang yang usianya

terpaut jauh dengan dia. Pada scene ini terlihat Dian yang secara sadar

menjalin hubungan dengan orang yang lebih tua, bahkan dia ingin segera

menjalin hubungan secara terang-terangan. Dian sebagai sosok perempuan

yang mandiri dalam mengambil keputusan.

Perempuan berhak mengambil keputusan secara mandiri akan masa

depannya. Saat ini, banyak perempuan terutama perempuan desa yang tidak

bisa mandiri dalam mengambil keputusan karena lingkungan yang sering

menuntut mereka. Padahal dengan perempuan mandiri dalam mengambil

keputusan, diharapkan semua masyarakat mampu memahami hak dan peran

laki-laki dan perempuan serta paham mengenai kesetaraan gender. Selain

itu, perempuan mandiri dapat melakukan pemberdayaan dan penerapan

keadilan dan kesetaraan gender di masyarakat melalui ranah publik atau

organisasi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan

memberikan pemahaman yang benar mengenai isu-isu kesetaraan

gender bagi seluruh warga negara dan perempuan yang tidak memiliki akses

Page 58: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

50

informasi terhadap masalah kesetaraan, sehingga tidak menjadi korban

ketidakadilan di berbagai bidang.2

Pada scene ini level realitas yang menunjukkan representasi

feminisme adalah dari segi penampilan: Dian memakai kemeja bermotif

bunga dan rok span warna hitam selutut dengan rambut digerai dan tas

selempang, pakaian tersebut melambangkan sifat feminim dan sosok anak

muda yang memiliki pilihan sendiri akan apa yang dia pakai. Dari segi

perilaku, Dian duduk dengan tenang di mobil menunjukkan bahwa dia

benar-benar secara sadar mau menjalin hubungan dengan orang yang

menjadi pilihannya. Riasan Dian dengan make up sedang menunjukkan

bahwa dia menghargai dan mencintai dirinya sendiri dengan cara bersolek.

Pada scene ini level representasi yang menunjukkan feminisme

dalam film pendek “Tilik” dari segi kamera, teknik pengambilan gambar

pada adegan ini menggunakan close up, memperlihatkan pengambilan

gambar pas di atas kepala hingga bawah leher, audiens diajak untuk melihat

gambaran objek secara jelas. disini terlihat Dian yang berada di kursi mobil

bagian depan dan menghadap ke samping (ke hadapan Mas Minto).

Pengambilan gambar pada adegan ini hanya terfokus kepada Dian dan

diambil dari belakang. Pengambilan gambar dari belakang yang agak gelap

menunjukkan hubungan mereka yang masih dilakukan secara sembunyi-

sembunyi. Angle yang digunakan straight angle, dimana sudut pengambilan

2 Fatimah Zuhrah, “Partisipasi Perempuan dalam Pengambilan Keputusan Pengelolaan

Keuangan dalam Keluarga Muslim” HARMONI: Jurnal Multikultural Dan Multireligius, Vol 12, 2,

(Mei – Agustus 2013), 128 – 137.

Page 59: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

51

gambarnya sejajar dengan objek, hal ini menunjukkan sesuai dengan apa

yang dilihat banyak orang (tidak menimbulkan kesan apapun). Dialog yang

menunjukkan feminisme dalam film Pendek “Tilik” yang terdapat dalam

scene ini adalah:

“Dian: “mas, kok ketoke aku wes ra betah yo

delikan ngene iki. Kapan yo mas, Fikri iso nompo

yen bapake arep rabi meneh?”

Mas Minto: “tenangno pikirmu, koe kudu sabar,

percoyo wae karo aku.””

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Dian memiliki keinginan

untuk segera berterus terang dengan hubungan yang di jalani. Dian merasa

tidak betah dengan hubungan sembunyi-sembunyi seperti itu. Intonasi

suara yang diucapkan Dian pelan dan agak khawatir.

Pada scene ini level ideologi yang ditampilkan adalah feminisme

eksistensial. Feminisme eksistensial ditunjukkan dari pakaian yang

dikenakan dan juga sikap Dian yang menentukan apa yang menjadi pilihan

hidupnya. Selain itu, perempuan yang mandiri dalam mengambil

keputusan ditunjukkan ketika dialog Dian dengan Mas Minto, dimana Dian

menginginkan hubungan yang berterus terang.

3. Partisipasi politik perempuan

Tabel 4.3 partisipasi politik perempuan

Gambar Level

realitas

Level

representasi

Page 60: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

52

scene: 6

pada durasi

10.32 – 10.47

Penampilan

/ gaya

berpakaian,

bahasa

tubuh/

perilaku,

riasan

Dialog/

suara, shot/

pengambila

n gambar

Scene 6 menceritakan Bu Tejo yang memberikan sejumlah uang

kepada Gotrek. Uang tersebut merupakan titipan dari Pak Tejo (suami dari

Bu Tejo). Pada scene ini terlihat Bu Tejo yang menjadi tim kampanye

suaminya. Partisipasi politik perempuan masih terus digalakkan, apa lagi

saat ini ada aturan 30% keterwakilan perempuan di kursi parlemen. Tujuan

partisipasi yang setara antara perempuan dan laki-laki dalam politik akan

memberi keseimbangan yang mencerminkan komposisi masyarakat secara

lebih tepat diperlukan untuk memperkuat dan memajukan fungsi demokrasi.

Partisipasi politik perempuan memiliki manfaat, diantaranya: membuat

pemerintahan dan dunia politik lebih ramah kepada perempuan dan

menunjukkan kepedulian gender serta peraturan yang ramah perempuan.

Peningkatan akses perempuan ke politik dan mendorong perempuan lain

untuk turut ambil bagian di bidang politik. Memunculkan produk hukum

yang ramah perempuan dan mendorong perubahan sikap publik terhadap

perempuan.3

3 Audra Jovani, “Pentingnya Partisipasi Politik Perempuan di Indonesia di Era Digital”

Jurnal Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Informasi yang Beretika dan Demokratis, (2015),

301 – 322.

Page 61: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

53

Pada scene ini level realitas yang menunjukkan representasi

feminisme adalah dari segi penampilan: Bu Tejo mengenakan kerudung dan

baju warna toska dengan gelang dan juga dompet, pakaian tersebut

melambangkan ibu-ibu yang memiliki previllege dan memiliki ekonomi

yang cukup mapan, sehingga dia bisa lebih berperan langsung dalam hal

politik. Dari segi perilaku, Bu Tejo memberikan uang kepada Gotrek, hal

ini menunjukkan secara terang-terangan Bu Tejo turut ambil bagian dalam

partisipasi politik (kampanye suaminya). Riasan Bu Tejo dengan make up

tipis menunjukkan warga desa yang memiliki previllege dan dapat

berpartisipasi di ranah pemerintahan.

Pada scene ini level representasi yang menunjukkan feminisme

dalam film pendek “Tilik” Dari segi kamera, teknik pengambilan gambar

pada adegan ini menggunakan long shot, memperlihatkan objek dan

lingkungannya, dengan lingkungan yang lebih luas, audiens diajak untuk

melihat objek dan juga latar belakangnya (lingkungannya). Disini terlihat

Bu Tejo memberikan uang kepada Gotrek dan disaksikan oleh Yu Ning.

Angle yang digunakan straight angle, dimana sudut pengambilan

gambarnya sejajar dengan objek, hal ini menunjukkan sesuai dengan apa

yang dilihat banyak orang (tidak menimbulkan kesan apapun). Dialog yang

menunjukkan feminisme dalam film Pendek “Tilik” yang terdapat dalam

scene ini adalah:

“Bu Tejo: “oh yo trek, nyo, iki mau aku di titipi karo

bapakane bocah-bocah, kok nggo tambah-tambah.”

Gotrek: “opo iki bu, lha mau wis dinei ning ibu-ibu

ngono kok.”

Page 62: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

54

Bu Tejo: “yo nggo tambah-tambah, rapopo, koe ra

gelem opo piye?””

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Bu Tejo secara terang-

terangan melakukan kampanye untuk suaminya yang ingin mencalonkan

diri sebagai Kepala Desa.

Pada scene ini level ideologi yang ditampilkan adalah feminisme

liberal. Feminisme liberal digambarkan dengan pakaian Bu Tejo yang

modis serta aksesoris yang dikenakan. Hal tersebut menunjukkan

perempuan yang memiliki kedudukan di masyarakat sehingga lebih mudah

memasuki ranah politik. Selain itu ditunjukkan dari perilaku dan dialog Bu

Tejo saat memberikan uang kepada Gotrek sebagai uang kampanye dari

suaminya. Bu Tejo secara terang-terangan ikut berpartisipasi dalam politik

dengan cara menjadi tim kampanye suaminya.

4. Dukungan terdapat sesama perempuan

Tabel 4.4 Dukungan terdapat sesama perempuan

Gambar Level

realitas

Level

representasi

scene: 3

pada durasi

05.15 – 05.45

Penampilan

/ gaya

berpakaian,

bahasa

tubuh/

perilaku,

riasan

Dialog/

suara, shot/

pengambila

n gambar

Page 63: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

55

Scene 3 menceritakan Yu Sam yang mabuk perjalanan ketka

menaiki truk. Pada scene ini terlihat solidaritas ibu-ibu yang begitu

memperhatikan Yu Sam yang mabuk. Ibu-ibu saling bahu-membahu

menyiapkan barang yang diperlukan oleh Yu Sam seperti plastik. Dukungan

terhadap sesama perempuan merupakan sebuah kesadaran bahwa

perempuan sebagai kelompok rentan mesti saling mendukung kelompok

rentan lainnya. Dukungan ini muncul karena kepercayaan bahwa

pengalaman tubuh dan sosial perempuan lebih mudah dipahami oleh sesama

perempuan.4

Pada scene ini level realitas yang menunjukkan representasi

feminisme adalah dari segi penampilan: ibu-ibu menggunakan kerudung

dan pakain biasa yang sering dipakai oleh masyarakat desa saat bepergian,

pakaian tersebut melambangkan masyarakat desa yang sederhana. Dari segi

perilaku, ibu-ibu spontan menunjukkan perhatian kepada Yu Sam dan

sebagian ada yang mencarikan plastik, hal ini menunjukkan solidaritas dan

perhatian terhadap sesama perempuan. Riasan ibu-ibu ada yang tidak

menggunakan make up dan ada yang menggunakan make up tipis.

Pada scene ini level representasi yang menunjukkan feminisme

dalam film pendek “Tilik” Dari segi kamera, teknik pengambilan gambar

pada adegan ini menggunakan long shot, memperlihatkan objek dan

lingkungannya, dengan lingkungan yang lebih luas, audiens diajak untuk

4 Kalis Mardiasih, “Meluruskan Makna Woman Supporting Woman,” mojok.co/kal/kolom/

meluruskan-makna-woman-supporting-woman/ (diakses 8 Maret 2021).

Page 64: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

56

melihat objek dan juga latar belakangnya (lingkungannya). disini terlihat

Yu Sam yang mabuk dan ibu-ibu yang menunjukkan perhatian terhadap Yu

Sam. Angle yang digunakan high angle, dimana sudut pengambilan

gambarnya dari atas objek sehingga kesan objek jadi mengecil. Dialog yang

menunjukkan feminisme dalam film Pendek “Tilik” yang terdapat dalam

scene ini adalah:

“Yu Ning: “koe nate kapusan to yu? Loh, lha

ngopo? Eh-eh, sopo sing nggowo kresek, nggowo

kresek?”

Ibu-ibu: “ya Allah yu, sek sek, ya Allah piye iki.””

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa ibu-ibu merasa khawatir

dengan keadaan Yu Sam dan spontan membantu.

Pada scene ini level ideologi yang ditampilkan adalah feminisme

umum. Feminisme umum digambarkan dengan perilaku dan dialog ibu-ibu

yang secara spontan menolong Yu Sam yang mabuk perjalanan. Selain itu

dari dialog dan perilaku ibu-ibu ditunjukkan bagaimana solidaritas dalam

membantu sesama, terutama sesama perempuan.

Tabel 4.5 Dukungan terdapat sesama perempuan

Gambar Level

realitas

Level

representasi

scene: 12

Penampilan

/ gaya

berpakaian,

bahasa

tubuh/

perilaku,

riasan

Dialog/

suara, shot/

pengambila

n gambar

Page 65: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

57

pada durasi

15.00 – 15.20

Scene 12 menceritakan Yu Ning dan Bu Tejo yang berdebat di atas

truk ketika sedang membahas tentang Dian. Pada scene ini terlihat Bu Tejo

yang menjelek-jelekkan Dian dan mengatakan bahwa Dian adalah

perempuan yang tidak benar serta menyalahi tradisi di masyarakat setempat.

Yu Ning yang tidak terima dengan ucapan Bu Tejo, kemudian membantah

argumennya. Yu Ning mencerminkan perempuan yang mendukung sesama

perempuan, dukungan terhadap sesama perempuan merupakan hal yang

mesti dilakukan. Banyak pengalaman tubuh dan sosial yang dialami

perempuan yang lebih bisa dirasakan oleh sesama perempuan seharusnya

bisa lebih mudah bersolidaritas untuk pelecehan dan stigma yang menerima

perempuan, misalnya dalam kultur masyarakat yang menindas.5

Selain itu, pada scene ini terdapat bias gender di mana Bu Tejo

menilai Dian aneh karena dia belum menikah dan lebih fokus karir ketika

teman seumurannya sudah menikah. Padahal semua perempuan berhak

menentukan jalan hidupnya masing-masing tanpa adanya paksaan dari

budaya masyarakat ataupun lingkungan sekitar. Perempuan berhak memilih

kapan dia akan menikah dan menentukan apakah dia terus berkarir atau

menjadi ibu rumah tangga.

Pada scene ini level realitas yang menunjukkan representasi

feminisme adalah dari segi penampilan: Yu Ning menggunakan kerudung

5 Kalis Mardiasih, “Meluruskan Makna Woman Supporting Woman,”

mojok.co/kal/kolom/ meluruskan-makna-woman-supporting-woman/ (diakses 8 Maret 2021).

Page 66: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

58

coklat dengan inner warna hitam, pakaian tersebut melambangkan

kesederhanaan masyarakat desa. Sedangkan Bu Tejo mengenakan jilbab

dan baju warna toska dengan gelang dan juga dompet, pakaian tersebut

melambangkan ibu-ibu yang memiliki previllege dan memiliki ekonomi

yang cukup mapan, sehingga dia lebih mudah dalam menggiring opini

masyarakat. Dari segi perilaku, Yu Ning dan Bu Tejo sama-sama berdiri di

atas truk. Bu Tejo dengan wajah sinis terus menyepelekan Dian, sedangkan

Yu Ning dengan ekspresi marah menolak argumen tersebut. Riasan Yu

Ning tanpa make up menunjukkan kesederhanaan, sedangkan Bu Tejo yang

memakai make up tipis menunjukkan previllege warga desa.

Pada scene ini level representasi yang menunjukkan feminisme

dalam film pendek “Tilik” Dari segi kamera, teknik pengambilan gambar

pada adegan ini menggunakan medium close up, memperlihatkan gambar

sebatas dari atas kepala sampai dada, audiens diajak untuk melihat profil

seseorang secara tegas. disini terlihat Yu Ning dan Bu Tejo yang berdiri di

atas truk. Pengambilan gambar hanya difokuskan kepada mereka berdua.

Angle yang digunakan straight angle, dimana sudut pengambilan

gambarnya sejajar dengan objek, hal ini menunjukkan sesuai dengan apa

yang dilihat banyak orang (tidak menimbulkan kesan apapun). Dialog yang

menunjukkan feminisme dalam film Pendek “Tilik” yang terdapat dalam

scene ini adalah:

“Yu Ning: “Bu Tejo ki lho, ngomongne Dian yo ra

ono bosen-bosen e to yo”

Page 67: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

59

Bu Tejo: “Lagian Dian ki yo aneh-aneh ae, wong yo

wes sak umurane kok urung rabi. Wong konco-

koncone wes podo rabi coba.”

Yu Ning: “Lha nek saiki dheweke pengen fokus

karo karire kepriye? Wong adhewe sebenere ya

ngerti keadaan e koyo piye.””

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Yu Ning mendukung apa

yang menjadi keputusan Dian dan tidak terima jika ada orang yang

menjelek-jelekkan perempuan lain. Intonasi suara Yu Ning yang agak

marah menunjukkan bahwa dia kesal dengan ucapan Bu Tejo.

Pada scene ini level ideologi yang ditampilkan adalah feminisme

umum. Feminisme umum dalam scene ini digambarkan dengan perilaku dan

dialog Yu Ning yang kesal dan tidak setuju, bahkan cenderung marah ketika

Bu Tejo menjelek-jelekkan Dian. Dari dialog Yu Ning dapat dilihat bahwa

dia mendukung apa yang menjadi keputusan Dian, meskipun itu berbeda

dari lingkungannya.

Tabel 4.6 Dukungan terdapat sesama perempuan

Gambar Level

realitas

Level

representasi

scene: 14

pada durasi

26.15 – 26.25

Penampilan

/ gaya

berpakaian,

bahasa

tubuh/

perilaku,

riasan

Dialog/

suara, shot/

pengambila

n gambar

Page 68: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

60

Scene 14 menceritakan Yu Ning yang memberikan sejumlah uang

kepada Fikri, uang tersebut merupakan hasil sedekah yang dikumpulkan

oleh ibu-ibu. Pada scene ini terlihat Yu Ning yang memberikan uang kepada

Fikri. Hal tersebut menunjukkan solidaritas dari sesama perempuan.

Pada scene ini level realitas yang menunjukkan representasi

feminisme adalah dari segi penampilan: Yu Ning menggunakan kerudung

coklat dengan inner warna hitam, pakaian tersebut melambangkan

kesederhanaan masyarakat desa. Dari segi perilaku, Yu Ning memberikan

sejumlah uang kepada fikri menunjukkan dukungan yang diberikan kepada

sesama perempuan. Riasan Yu Ning tanpa make up menunjukkan

kesederhanaan.

Pada scene ini level representasi yang menunjukkan feminisme

dalam film pendek “Tilik” Dari segi kamera, teknik pengambilan gambar

pada adegan ini menggunakan medium shot, memperlihatkan gambar dari

kepala hingga ke pinggang, audiens diajak untuk mengenal seseorang lebih

jauh. Disini terlihat Yu Ning yang memberikan sejumlah uang kepada Fikri,

didampingi Dian dan Bu Tejo. Angle yang digunakan straight angle, dimana

sudut pengambilan gambarnya sejajar dengan objek, hal ini menunjukkan

sesuai dengan apa yang dilihat banyak orang (tidak menimbulkan kesan

apapun). Dialog yang menunjukkan feminisme dalam film Pendek “Tilik”

yang terdapat dalam scene ini adalah:

“Fikri: “nopo niki bu?”

Yu Ning: “soko ibu-ibu.”

Fikri: “duh, malah ngrepotne.”

Page 69: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

61

Yu Ning: “ora-ora, wes pokok ditompo wae yo.

Pokokno ibuk ndang mari. Enek opo-opo kabar-

kabar yo.””

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Yu Ning memberikan

sejumlah uang itu dengan ikhlas dan selalu menanti kabar mengenai bu

lurah. Intonasi suara yang diucapkan Yu Ning ikhlas dan tenang.

Pada scene ini level ideologi yang ditampilkan adalah feminisme

umum. Feminisme umum digambarkan dengan perilaku dan dialog saat Yu

Ning memberikan uang kepada Fikri. Uang tersebut merupakan hasil

sumbangan dari ibu-ibu untuk Bu Lurah. Selain itu, dialog Yu Ning dengan

Fikri juga menunjukkan kepedulain Yu Ning terhadap keadaan Bu Lurah.

5. Kekuatan perempuan

Tabel 4.7 kekuatan perempuan

Gambar Level

realitas

Level

representasi

scene: 1

pada durasi

02.26

Penampilan/

gaya

berpakaian,

bahasa

tubuh/

perilaku,

riasan

Dialog/

suara, shot/

pengambilan

gambar

Scene 1 menceritakan ibu-ibu yang berdiri di atas truk untuk

melakukan perjalanan menjenguk Bu Lurah yang ada di Rumah Sakit. Pada

scene ini terlihat ibu-ibu yang kuat berdiri di atas truk sambil berbincang-

bincang. Perempuan memiliki kekuatan yang tidak dapat diragukan,

Page 70: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

62

meskipun secara fisik laki-laki lebih kuat dari perempuan. Perempuan

tangguh dalam melakukan berbagai hal tanpa melupakan kodratnya. Multi

kekuatan perempuan membuat perempuan dapat berperan di berbagai ranah

publik. Kekuatan perempuan tidak hanya dilihat dari bagaimana dia

melakukan kerja-kerja kasar, namun juga dari kegigihan dan keuletan.6

Pada scene ini level realitas yang menunjukkan representasi

feminisme adalah dari segi penampilan: ibu-ibu menggunakan kerudung

dan pakain biasa yang sering dipakai oleh masyarakat desa saat bepergian,

pakaian tersebut melambangkan masyarakat desa yang sederhana. Dari segi

perilaku, ibu-ibu dengan tenang berdiri di atas truk sambil berbincang, hal

ini menunjukkan bahwa ibu-ibu tersebut tidak terpaksa naik truk dan

mereka tidak risih ataupun capek. Riasan ibu-ibu ada yang tidak

menggunakan make up dan ada yang menggunakan make up tipis.

Pada scene ini level representasi yang menunjukkan feminisme

dalam film pendek “Tilik” dari segi kamera, teknik pengambilan gambar

pada adegan ini menggunakan long shot, memperlihatkan objek dan

lingkungannya, dengan lingkungan yang lebih luas, audiens diajak untuk

melihat objek dan juga latar belakangnya (lingkungannya). Disini terlihat

ibu-ibu yang santai berdiri di atas truk. Angle yang digunakan high angle,

dimana sudut pengambilan gambarnya dari atas objek sehingga kesan objek

jadi mengecil.

6 M. Suryadi, “Potret Kekuatan Perempuan Jawa dalam Bingkai Peralatan Tradisional

Masyarakat Jawa Pesisir Melalui Analisis Peran Semantis” Jurnal NUSA, Vol. 14, 1 (Februari

2019), 22-32.

Page 71: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

63

Pada scene ini level ideologi yang ditampilkan adalah feminisme

multikultural dan global. Feminisme multikultural dan global digambarkan

dengan perilaku ibu-ibu yang berdiri dengan tenang di atas truk. Mereka

tidak sedikitpun merasa gengsi ataupun risih. Selain itu, feminisme

multikultural dan global ditunjukkan dari pakaian yang digunakan oleh ibu-

ibu, yaitu pakaian yang dikenakan sehari-hari. Pakaian tersebut

menunjukkan kesederhanaan masyarakat desa.

Tabel 4.8 kekuatan perempuan

Gambar Level

realitas

Level

representasi

scene: 11

pada durasi

17.55 – 18.10

Penampila

n/ gaya

berpakaian,

bahasa

tubuh/

perilaku,

riasan

Dialog/

suara, shot/

pengambila

n gambar

Scene 11 menceritakan ibu-ibu yang sedang mendorong truk karena

truk milik Gotrek tersebut mogok. Pada scene ini terlihat ibu-ibu yang bahu-

membahu mendorong truk, sedangkan Bu Tejo dan Bu Sri hanya melihat

dari belakang. Kekuatan perempuan tercermin dari sikap, pemikiran dan

pendirian. Selain itu, kekuatan perempuan terletak pada kegigihan dan

keuletannya. Kegigihan dan keuletan ini tampak dalam pengaturan rumah

tangga, sosial di luar ranah keluarga, kuat pada ranah sosial, politik dan

Page 72: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

64

kepemimpinan di ranah publik. Salah satu kekuatan perempuan yang

tercermin dari kehidupan berumah tangga adalah seperti kuat menyimpan

rahasia, kuat berbuat adil dalam keluarga dan kuat mengantarkan anak-

anaknya hingga sukses.7

Pada scene ini level realitas yang menunjukkan representasi

feminisme adalah dari segi penampilan: ibu-ibu menggunakan kerudung

dan pakain biasa yang sering dipakai oleh masyarakat desa saat bepergian,

pakaian tersebut melambangkan masyarakat desa yang sederhana. Dari segi

perilaku, ibu-ibu dengan semangat mendorong truk hingga menyala

menunjukkan bahwa perempuan juga dapat melakukan kegiatan atau

pekerjaan yang biasa dilakukan oleh laki-laki. Riasan ibu-ibu ada yang tidak

menggunakan make up dan ada yang menggunakan make up tipis.

Pada scene ini level representasi yang menunjukkan feminisme

dalam film pendek “Tilik” Dari segi kamera, teknik pengambilan gambar

pada adegan ini menggunakan long shot, memperlihatkan objek dan

lingkungannya, dengan lingkungan yang lebih luas, audiens diajak untuk

melihat objek dan juga latar belakangnya (lingkungannya). Disini terlihat

ibu-ibu yang mendorong truk, sedangkan Bu Tejo dan Bu Sri hanya

mengikuti dan melihat dari belakang. Angle yang digunakan straight angle,

dimana sudut pengambilan gambarnya sejajar dengan objek, hal ini

menunjukkan sesuai dengan apa yang dilihat banyak orang (tidak

7 M. Suryadi, “Potret Kekuatan Perempuan Jawa dalam Bingkai Peralatan Tradisional

Masyarakat Jawa Pesisir Melalui Analisis Peran Semantis” Jurnal NUSA, Vol. 14, 1 (Februari

2019), 22-32.

Page 73: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

65

menimbulkan kesan apapun). Dialog yang menunjukkan feminisme dalam

film Pendek “Tilik” yang terdapat dalam scene ini adalah:

“Ibu-ibu: “1…2…3… ayo. Alhamdulillah.””

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa ibu-ibu memiliki semangat

yang tinggi untuk mendorong truk hingga berhasil. Intonasi suara yang

diucapkan keras dan penuh semangat.

Pada scene ini level ideologi yang ditampilkan adalah feminisme

multikultural dan global. Feminisme multikultural dan global digambarkan

dengan perilaku ibu-ibu yang mendorong truk dengan penuh semangat.

Selain itu dialog ibu-ibu tersebut menunjukkan semangat dan pantang

menyerah. Perilaku mendorong truk biasanya hanya terjadi di kalangan

masyarakat desa dan setiap daerah memiliki model sendiri-sendiri

mengenai bagaimana menunjukkan semangat perempuan.

Page 74: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pembahasan yang telah

dijelaskan mengenai bagaimana feminisme dalam film Tilik adalah:

1. Level realitas feminisme dalam film Tilik tersebut tergambar pada gaya

berpakaian dan bahasa tubuh Dian, Bu Tejo dan ibu-ibu pemain film Tilik.

Ibu-ibu memakai pakaian sederhana yang biasa digunakan sehari-hari yaitu

pakaian panjang dengan jilbab biasa, make upnya ada yang tipis dan tanpa

make up. Dian menggunakan kemeja dengan rok span selutut dan make up

sedang. Sedangkan bu tejo menggunakan jilbab, pakaian dan rok panjang

dengan aksesoris berupa bross dan perhiasan berupa gelang dan cincin, dia

menggunakan make up sedang dengan bahasa tubuh yang terkesan

patriarki.

2. Level representasi feminisme tergambar pada dialog dan shot pada

beberapa scene, diantaranya:

a. Scene 15, dimana Yu Ning begitu khawatir dengan keadaan Bu Lurah.

b. Scene 17, dimana Dian berbicara dengan Mas Minto mengenai

keinginannya untuk berterus terang menjalin hubungan.

c. Scene 6, dimana Bu Tejo memberikan uang kepada Gotrek sebagai

bentuk kampanye pencalonan Lurah suaminya.

Page 75: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

67

d. Scene 3, ketika Yu Sam mabuk, scene 12, ketika Bu Tejo menjelekkan

Dian dan Yu Ning membela Dian, scene 14, ketika Yu Ning

memberikan uang untuk biaya pengobatan Bu Lurah.

e. Scene 1, dimana ibu-ibu berdiri di atas truk dan scene 11, ketika ibu-

ibu mendorong truk.

3. Level ideologi feminisme dalam film tilik dapat dilihat dari kepemimpinan

perempuan yang disukai masyarakat, perempuan yang mandiri dalam

mengambil keputusan, partisipasi politik perempuan, dukungan terhadap

sesama perempuan dan kekuatan perempuan. Hal tersebut menunjukkan

bagaimana gambaran mengenai ideologi feminisme yang ada di

masyarakat.

B. Saran-saran

Berdasarkan dari penelitian ini, film Tilik merupakan film yang

mengusung perempuan sebagai tokoh utama dan bernuansa feminisme. Nuansa

feminisme tersebut digambarkan dalam beberapa bentuk seperti kepemimpinan

dan kekuatan perempuan, partisipasi politik perempuan dan perempuan yang

mandiri dalam mengambil keputusan. Mengingat penelitian ini jauh dari kata

sempurna, maka kritik dan saran sangat diharapkan oleh peneliti. Saran dari

penelitian ini ditujukan kepada akademisi di bidang komunikasi dan semiotika,

mahasiswa, praktisi film dan juga para pembuat film. Adapun saran yang ingin

disampaikan peneliti antara lain:

Page 76: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

68

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan

menambah pengetahuan bagi para akademisi terutama di bidang semiotika.

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh pembuat film,

agar dapat membuat film bernuansa feminisme atau film yang memiliki

pesan moral feminisme.

3. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi para mahasiswa untuk

mengembangkan penelitian terkait feminisme yang ada dalam film,

sehingga menambah referensi di bidang feminisme dan juga film.

Page 77: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

69

DAFTAR PUSTAKA

AS, Ambarini dan Umaya, Nazia Maharani. Semiotika Teori dan Aplikasi pada

Karya Sastra. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press, 2012.

Briggs, Asa dan Burke, Peter. Sejarah Sosial Media: dari Gutenberg Sampai

Internet. Terj. A. Rahman Zainudin. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.

Effendy, Onong Uchjana. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009.

Fakih, Mansuor. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2013.

Fiske, John. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar paling

Komprehensi. terj. Yosal Iriantara MS dan Idi Subandy Ibrahim. Yogyakarta:

Jalasutra, 2012.

---------. Televison Culture. Cornwall: TJ International Ltd, 1987.

Halik, Abdul. Tradisi Semiotika Dalam Teori dan Penelitian Komunikasi.

Makassar: Alauddin Press, 2012.

Hall, Stuart. Representation: Cultural Representation and Signifying Practices.

London: Sage Publication, 2003.

Haspels, Nelien dan Suriyasarn, Busakorn. Meningkatkan Kesetaraan Gender

dalam Aksi Penanggulangan Pekerja Anak serta Perdagangan Perempuan

dan Anak. Jakarta: ILO, 2005.

Mambor, Victor. C. Satu Abad Gambar Idoep di Indonesia. Jakarta: Sinematek

Indonesia, 2000.

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga,

1997.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2008.

Pareno, Sam Abede. Kuliah Komunikasi. Surabaya: Penerbit Papyrus, 2002.

Poerardaminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN balai pustaka,

1976.

Page 78: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

70

Republik Indonesia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak. Modul Jilid 2: Kepemimpinan Perempuan di Desa. Jakarta:

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik

Indonesia, 2017.

Salim, Said. Profil Dunia Film Indonesia. Jakarta: Grafiti Pers, 1982.

Sihite, Romany. Perempuan, Kesetaraan, Keadilan Suatu Tinjauan Berwawasan

Gender. Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2007.

Siyoto, Sandu dan Sodik, M. Ali. Dasar Metodologi Penelitian. Karanganyar:

Literasi Media Publishing, 2015.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.

---------. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Sugihastuti. Gender dan Inferioritas Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010.

Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif . Bandung: Alfabeta, 2005.

Sumarno, Marselli. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT Grasindo, 1996.

---------. Suatu Sketsa Perfilman Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi Film

bekerjasama dengan Pimpinan Pusat Pemuda Panca Marga, 1995.

Tong, Rosemarie Putnam. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif

Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Terj. Kurniasih. Yogyakarta:

Jalasutra, 2010.

Vera, Nawiroh. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2015.

Wiyatmi. Menjadi Perempuan Terdidik. Yogyakarta: UNY Press, 2013.

Ekawati, Julia. “Representasi Feminisme Dalam Film Siti (Analisis Semiotika

Roland Barthes),” Skripsi: Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater

Wartawan Surabaya, 2019.

Henny Warsilah, “Transformasi Sosial Kultural Wong Ndeso Melalui Tilik dalam

Konsep Lefebrvre”, Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 11 No. 16

(Agustus 2020).

Jovani, Audra. “Pentingnya Partisipasi Politik Perempuan di Indonesia di Era

Digital” Jurnal Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Informasi yang

Beretika dan Demokratis, 2015.

Page 79: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

71

Latif, Nur. “Representasi Ikhlas dalam Film Surga yang Tak Dirindukan.” Skripsi:

Universitas Islam Negeri Walisongo. 2018.

A., Darma,Y. et. al. “Ideologi Gender dalam Karya Sastra Indonesia (Penelitian

Fundamental)”. Jurnal Lemlit UHAMKA, 2005.

Nurhablisyah dan Susanti, Khikmah. “Analisis Isi Tilik: Sebuah Tinjauan Narasi

Film David Bordweel”. Jurnal Ilmu Komunikasi UHO: Jurnal Penelitian

Kajian Ilmu Komunikasi dan Informasi, Volume 5 No. 4, (Oktober 2020).

Surahman, Sigit “Representasi Feminisme dalam Film Indonesia: Analisis

Semiotika Terkait Feminisme pada Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita.” Jurnal Liksi

Vol. 1 No. 2, 2015.

Sutanto, Oni. “Representasi Feminisme dalam Film Spy”. Jurnal E-Komunikasi:

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, Vol 5

No. 1, 2017.

Tutiasri, Ririn Puspita, et. al. “Analisis Resepsi Budaya Menjenguk Orang Sakit

dalam Film Pendek Tilik pada Ibu-Ibu di Kabupaten Bantul”, Jurnal Voxpop:

Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur, Volume 2 No. 1, (September

2020).

Zuhrah, Fatimah. “Partisipasi Perempuan dalam Pengambilan Keputusan

Pengelolaan Keuangan dalam Keluarga Muslim” HARMONI: Jurnal

Multikultural dan Multireligius, Vol 12, No. 2, (Mei – Agustus 2013).

Drummond, Celia Deane. “Teknologi dan Ekologi,” dalam Perbedaan Seks dan

Gender: Alira-Aliran Feminisme, ed. Riyadi. Makalah Kuliah Komunikasi

Gender dalam Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Prodi Komunikasi

Pembangunan, IPB, 2014.

Anonim. Ravacana Films. (Online) (https://ravacanafilms.com), di akses pada 26

Februari 2021.

Desy, Talitha. Film Tilik Viral, ini Sinopsis Cerita dan Daftar Pemain Lengkap,

Ternyata tak Menghafal Naskah. (Online)

(newsmaker.tribunnews.com/amp/2020/08/20/ film-tilik-viral-ini-sinopsis-

Page 80: FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK”

72

cerita-dan-daftar-pemain-lengkap-ternyata-tak-menghafal-naskah?page=4) di

Akses pada 2 Maret 2021.

Effendi, Ahmad. Film Tilik: Sinopsis, Fakta, dan Link yang Bisa ditonton di

Youtube. (Online), (https://tirto.id/film-tilik-sinopsis-fakta-dan-link-yang-

bisa-ditonton-di-youtube), di akses 13 Oktober 2020.

Films, Ravacana. Film Pendek – Tilik (2018). (Online)

(https://youtu.be/Gayvgz8_Zv8) di akses pada 4 Oktober 2020.

Mardiasih, Kalis. Meluruskan Makna Woman Supporting Woman. (Online)

(mojok.co/kal/kolom/ meluruskan-makna-woman-supporting-woman/),

diakses 8 Maret 2021.

Mujiran, Paulus. Film Tilik dan Stereotip Perempuan. (Online),

(investor.id/opinion/film-tilik-dan-stereotip-perempuan), di akses 14 Oktober

2020.

Rura, Cecylia. Wawancara Eksklusif Sutradara Film Tilik yang Heboh di Media

Sosial. (Online), (m.medcom.id/hiburan/montase/wb70o4pk-wawancara-

eksklusif-sutradara-film-tilik-yang-heboh-di-media-sosial), di akses 15

Oktober 2020.