fatwa rindu

3
Fatwa Rindu dia yang bernama cinta dan akulah sang rindu sekali saja berjumpa dengan Dia musnahlah aku mengapa yang kuingat dari perjumpaan hanyalah perpisahan rinduku rindunya rindu dada pada punggung rinduku rindunya rindu tiada tertanggung terpujilah Dia yang kurindu diantara galau dan cemburu kemana gemuruh badai ini kan bersarang jika bukan pada nafasNya yang tenang kemana deras darah ini akan berlabuh jika bukan pada cintaNya yang teduh Goresan Rindu Kau tak pernah sekedar sketsa. Bagiku, goresan tentangmu selalu utuh. Hanya sedikit waktu yang kuperlu untuk mengingatmu. Sisanya, sebagian besar umurku , habis untuk gagal melupakanmu. Kau tak punya senggang, aku tak miliki waktu luang. Yang ada cuma hati lapang. Aku menghabiskan sepanjang hari untuk bersiap melupakanmu sepanjang malam. Ketika malam tiba, mengapa bukan pelita? Mengapa pelukmu yang bikin aku menyala? Masih hangat pelukmu, ketika mulai dingin malamku. Bila tak bisa mengerti, cobalah tidak mengerti. Begitulah aku terhadapmu. Kita masih akan sepasang remaja kelak di ufuk umur yang menua merah bata. Ini bukanlah kata- kata yang kurangkai, tapi peristiwa- peristiwa yang kita bingkai. Berkawan sunyi, kulawan sepi. Sendiri.

Upload: ferryindar22

Post on 02-Sep-2015

275 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Fatwa Rindu

TRANSCRIPT

Fatwa Rindu

dia yang bernama cintadan akulah sang rindu

sekali saja berjumpa dengan Diamusnahlah akumengapa yang kuingat dari perjumpaan hanyalah perpisahan

rinduku rindunya rindu dada pada punggungrinduku rindunya rindu tiada tertanggung

terpujilah Dia yang kurindudiantara galau dan cemburu

kemana gemuruh badai ini kan bersarangjika bukan pada nafasNya yang tenangkemana deras darah ini akan berlabuhjika bukan pada cintaNya yang teduhGoresan Rindu Kau tak pernah sekedar sketsa. Bagiku, goresan tentangmu selalu utuh.Hanya sedikit waktu yang kuperlu untuk mengingatmu. Sisanya, sebagian besar umurku , habis untuk gagal melupakanmu.Kau tak punya senggang, aku tak miliki waktu luang. Yang ada cuma hati lapang.

Aku menghabiskan sepanjang hari untuk bersiap melupakanmu sepanjang malam.Ketika malam tiba, mengapa bukan pelita?Mengapa pelukmu yang bikin aku menyala?Masih hangat pelukmu, ketika mulai dingin malamku.

Bila tak bisa mengerti, cobalah tidak mengerti. Begitulah aku terhadapmu.Kita masih akan sepasang remaja kelak di ufuk umur yang menua merah bata.Ini bukanlah kata- kata yang kurangkai, tapi peristiwa-peristiwa yang kita bingkai.Berkawan sunyi, kulawan sepi. Sendiri.

Siapa saja boleh mengutip kata -kata rindu. Toh mereka tetap harus mencantumkan kau dan aku.Yang kumau bukan peredam, bukan pula pereda.Rindu bukanlah soal dendam, tak juga melulu cinta.Rindu tak mengenal lelah, meski cinta tak pernah istirah.

Aku tidak sedang bermimpi, sejak kau bukanlah imaji.Sebenarnya bukan kau yang berbahaya, tapi cintaku yang menggila.Jika kau sudah selesai, aku hanya ingin dibelai.Cinta selalu butuh bahan tertawaan agar buku harian tak penuh tangisan.

*) diambil dari kumpulan sajak fatwa rindu om Candra Malik

Rindu itu Air Mata Aku masih punya stok cemburu. Banyak!Ah, mengapa yang kuingat dari perjumpaan kita adalah perpisahannya?Airmataku rajin mengunjungi pipi yang kau kecupBelum pernah aku, merasa begini buntu.

Aku ingin menjadi ketika, agar bagimu aku selalu adaAh, selalu ada yang tertinggal setiapkali aku pergi. Hatiku, ya, hatikuKe mana pun wajahku berpaling, di situ wajahmu tiada

Mengapa bukan kau yg mengingatku? Ah, mengapa bukan aku yg melupakanmu?Sebelum pergi, bawalah rinduku. Cukup untuk sampai membawamu kembaliMeski harus menghabiskan seumur hidup untuk tidak mengerti apa mau kamu, aku mau.

*) diambil dari kumpulan sajak om Candra Malik Sahabat Baik Tiada sahabat sebaik rindu. Ia selalu datang, begitu kau pergi.Tak pernah bosan aku bertanya: adakah kau di sana merasakan yang sama?

Denganmu, apa yang aku tak bisa? Tanpamu, apa yang kubisa?Bagaimana bisa kau melupakan segala yang kau ingat tentangku ?

*) Diambil dari kumpulan sajak fatwa om Candra Malik

this song was written by candra malik,

Wahai jiwa-jiwa yang tenangwahai hati yang tak lagi terguncangtak usah cemas dan bersedih

wahai raga-raga yang tegarwahai akal yang selalu mendengarjalan terhempas meski tertatih

engkau tidaklah sendirialam raya menemani

engkau takkan sepiakulah kawan dikala sunyiengkau takkan senyapteman tak lenyap meski gelap

berkawan sepikulawan sunyi