dua wakil malaysia gagal di final badminton asia

Upload: anonymous-vgt0ou9i7z

Post on 07-Jan-2016

250 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

spm

TRANSCRIPT

Dua wakil Malaysia gagal di final badminton AsiaKUALA LUMPUR 20 April - Perseorangan nombor tiga negara, Chong Wei Feng dan beregu lelaki Goh V Shem/Lim Khim Wah gagal mara ke perlawanan akhir Kejohanan Badminton Asia (ABC) di Taipei Arena, Taiwan.Seperti diramalkan, pada saingan separuh akhir hari ini, Wei Feng, 25, gagal menandingi kehebatan pemain nombor dua dunia Chen Long dari China yang mengakhiri pertarungan dengan keputusan 21-17, 21-15 dalam tempoh 47 minit itu.Chen Long akan menentang rakan senegaranya Du Pengyu pada saingan akhir esok.Du Pennyu pula melangkah ke final setelah meraih kemenangan mudah 21-16, 21-6 ke atas rakan senegara Wang Zhengming dalam masa 31 minit.Beregu negara, V Shem/Khim Wah turut tersungkur di separuh akhir apabila tewas mudah 21-17, 21-16 kepada Ko Sung Hyun/Lee Yong Dae dari Korea Selatan dalam pertarungan selama 36 minit.Beregu utama Korea itu akan bertemu dengan rakan senegaranya Kim Ki Jung/Kim Sa Rang pada saingan akhir.Ki Jung/Sa Rang sebelum itu mengetepikan beregu pilihan kedua dari Jepun, Endo Hiroyuki/Hayakawa Kenichi dengan keputusan 19-21, 21-13 dan 21-14 dalam masa 56 minit. - BERNAMA

Artikel Penuh:http://www.utusan.com.my/utusan/Sukan/20130420/su_07/Dua-wakil-Malaysia-gagal-di-final-badminton-Asia#ixzz2UGtfjXsc Utusan Melayu (M) Bhd

Definisi, Tujuan, Jenis, Proses dan Syarat Pemberian InsentifPengertian Insentif :Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1984 : 1) :Insentif adalahpengupahan yang memberikan imbalan yang berbeda karena memangprestasiyang berbeda. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat menerima insentif yang berbeda karena bergantung pada prestasi. Insentif adalah suatu bentuk dorongan finansial kepada karyawan sebagai balas jasa perusahaan kepada karyawan atas prestasi karyawan tersebut. Insentif merupakan sejumlahuangyang di tambahkan pada upah dasar yang di berikan perusahaan kepada karyawan.Menurut Nitisemito (1996:165), insentif adalahpenghasilan tambahan yang akan diberikan kepada para karyawan yang dapat memberikan prestasi sesuai dengan yang telah ditetapkan.Menurut Pangabean (2002 : 93, Insentif adalahkompensasiyang mengaitkan gaji denganproduktivitas. Insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.

Tujuan Pemberian Insentif :Fungsi utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggungjawab dan dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan tujuan utama pemberian insentif adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja individu maupun kelompok (Panggabean, 2002 : 93).Secara lebih spesifik tujuan pemberian Insentif dapat dibedakan dua golongan yaitu:a. Bagi Perusahaan.Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam perusahaan khususnya dalam kegiatan produksi adalah untuk meningkatkan produkstivitas kerja karyawan dengan jalan mendorong/merangsang agar karyawan :1) Bekerja lebih bersemangat dan cepat.2) Bekerja lebihdisiplin.3) Bekerja lebih kreatif.b. Bagi KaryawanDengan adanya pemberian insentif karyawan akan mendapat keuntungan :1) Standar prestasi dapat diukur secara kuantitatif.2) Standar prestasi di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas jasa yang diukur dalam bentuk uang.3) Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.

Jenis/Tipe Insentif :Menurut Manullang (1981:141), tipe insentif ada dua yaitu:a. Finansial insentifMerupakan dorongan yang bersifat keuangan yang bukan saja meliputi gaji-gaji yang pantas. Tetapi juga termasuk didalamnya kemungkinan memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan dan soal-soal kesejahteraan yang meliputi pemeliharaan jaminan hari tua, rekreasi, kesehatan dan lain-lain.b. Non finansial insentif.Ada 2 elemen utama dari non finansial insentif, yaitu :1. Keadaan pekerjaan yang memuaskan yang meliputi tempat kerja, jam kerja, tugas dan rekan kerja.2. Sikap pimpinan terhadap keinginan masing-masing karyawan seperti jaminan pekerjaan, promosi, keluhan-keluhan, hiburan-hiburan dan hubungan dengan atasan.

Menurut Gary Dessler (1997 : 141), jenis rencana insentif secara umum adalah:a. Program insentif individual memberikan pemasukan lebih dan di atas gaji pokok kepada karyawan individual yang memenuhi satu standar kinerja individual spesifik. Bonus di tempat diberikan, umumnya untuk karyawan individual, atas prestasi yang belum diukur oleh standar, seperti contoh mengakui jam kerja yang lama yang digunakan karyawan tersebut bulan lalu.b. Program insentif kelompok adalah seperti rencana insentif individual namun memberi upah lebih dan di atas gaji pokok kepada semua anggota tim ketika kelompok atau tim secara kolektif mencapai satu standar yang khusus kinerja, produktivitas atau perilaku sehubungan dengan kerja lainnya.c. Rencana pembagian laba secara umum merupakan program insentif di seluruh organisasi yang memberikan kepada karyawan satu bagian (share) dari laba organisasi dalam satu periode khusus.d. Program pembagian perolehan (gain sharing) adalah rencana upah di seluruh organisasi yang dirancang untuk memberi imbalan kepada karyawan atas perbaikan dalam produktivitas organisasi.

Proses pemberian insentif :Menurut Harsono (1987 : 85) proses pemberian insentif dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Proses Pemberian Insentif berdasarkan kelompokb. Proses Pemberian Insentif berdasarkan perorangan

Rencana insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar prestasi tertentu. Sedangkan insentif akan diberikan kepada kelompok kerja apabila kinerja mereka juga melebihi standar yang telah ditetapkan (Panggabean, 2002 :90-91).Menurut Oangabean (2002:91) Pemberian insentif terhadap kelompok dapat diberikan dengan cara:1. Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan yang diterima oleh mereka yang paling tinggi prestasi kerjanya.2. Semua anggota kelompok menerima pembayaran yang sama dengan pembayaran yang diterima oleh karyawan yang paling rendah prestasinya.3. Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan rata-rata pembayaran yang diterima oleh kelompok.

Menurut Dessler (1997:154-157), insentif juga dapat diberikan kepada seluruh organisasi, tidak hanya berdasarkan insentif individu atau kelompok. Rencana insentif seluruh organisasi ini antara lain terdiri dari:1. Profit sharing plan, yaitu suatu rencana di mana kebanyakan karyawan berbagi laba perusahaan2. Rencana kepemilikan saham karyawan, yaitu insentif yang diberikan oleh perusahaan dimana perusahaan menyumbang saham dari stocknya sendiri kepada orang kepercayaan di mana sumbangan-sumbangan tambahan dibuat setiap tahun. Orang kepercayaan mendistribusikan stock kepada karyawan yang mengundurkan diri (pensiun) atau yang terpisah dari layanan.3. Rencana Scanlon, yaitu suatu rencana insentif yang dikembangkan pada tahun 1937 oleh Joseph Scanlon dan dirancang untuk mendorong kerjasama, keterlibatan dan berbagai tunjangan.4. Gainsharing plans, yaitu rencana insentif yang melibatkan karyawan dalam suatu usaha bersama untuk mencapai sasaran produktivitas dan pembagian perolehan.

Syarat Pemberian Insentif agar mencapai tujuan dari pemberian insentifMenurut Panggabean (2002:92) syarat tersebut adalah:1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat dimengerti.2. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan untuk mereka lakukan.3. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.4. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk menentukan rencana insentif. Program dolar akan sia-sia (dan program evaluasi akan terhambat), jika prestasi tertentu tidak dapat dikaitkan dengan dolar yang dibelanjakan.

Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990 : 163) sifat dasar pengupahan agar proses pemberian insentif berhasil:a. Pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri.b. Penghasilan yang diterima karyawan seharusnya langsung menaikkan output.c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin.d. Standar kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi maupun rendah dapat berakibat buruk.e. Besarnya upah normal dengan standar jam kerja hendaknya cukup merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.

Ganjaran RM1j pemenang emas Olimpik dipersoalKEHANGATAN Sukan Olimpik yang bakal berlangsung di Beijing, China dalam tempoh sebulan lagi akan menarik perhatian seluruh dunia.Malaysia yang juga menghantar atlet bertanding dalam sukan tertentu amat berharap mencapai pungutan pingat emas buat julung kalinya. Cadangan pemberian insentif RM1 juta untuk atlet kita yang memenangi pingat emas akan menimbulkan beberapa kesan dan wajar dikaji semula.Matlamat asal penganjuran sukan Olimpik adalah melahirkan atlet yang mengharumkan nama negara yang diwakili. Pemberian ganjaran wang tunai yang begitu mewah kepada atlet yang berjaya meraih pingat emas pada Sukan Olimpik akan melahirkan atlet yang materialistik.Atlet akan berusaha berdasarkan wang habuan bukannya semangat spiritual terhadap negara. Hal ini akan membuatkan atlet menjadi manja dan lupa diri apabila mendapat habuan. Fenomena ini sekiranya berterusan akan membawa kepada atlet yang mengharap kepada habuan apabila ingin berkhidmat untuk negara.Hal ini akan menjadi barah dalam industri sukan negara sekiranya berterusan.Beraksi dalam sukan yang teragung di dunia memerlukan semangat yang tinggi dalam diri atlet demi negara tercinta bukannya berkhidmat demi habuan. Semangat nasionalisme yang menyemarakkan semangat perjuangan dan diiringi doa rakyat Malaysia.Habuan boleh dijadikan alat motivasi dan ganjaran bagi menggalakkan atlet negara mencapai kejayaan. Namun ia perlulah selari dengan kedudukan kewangan negara dan kepentingan masa kini. Ganjaran yang besar adalah menjurus kepada pembaziran dan ketidakcekapan.Ganjaran seperti latihan ke luar negara secara percuma dilihat lebih praktikal dalam melahirkan atlet bertaraf dunia. Mungkin juga pemberian Proton Perdana V6 sudah memadai kepada atlet. Cara ini akan melahirkan atlet yang bukan sahaja berdaya saing dalam jangka panjang tetapi juga melahirkan atlet yang rendah diri serta mempunyai jati diri yang amat tinggi.Bersama-samalah kita mendoakan kejayaan Malaysia dalam Sukan Olimpik di Beijing kelak. Berjuang dan berkorban demi maruah negara bukan kerana habuan. Anggaplah habuan yang bakal diterima sebagai rezeki yang maha Esa.MOHD. HAFEEZ MOHD NIZAMUKM, Bangi

Artikel Penuh:http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2008&dt=0630&pub=Utusan_Malaysia&sec=Forum&pg=fo_02.htm#ixzz2UGzQzFNL Utusan Melayu (M) Bhd

Jati diri atlet semakin terhakis?

ABDUL GHANI MINHAT

EDDY CHONG

PADA era 50-an hingga 80-an, bintang sukan negara mencipta kejayaan tanpa mengharap sebarang ganjaran, sekadar berbekalkan semangat untuk mengharumkan nama Malaysia sebagai pendorong.Ketika itu, tiada insentif tunai RM1 juta serta pencen bulanan jika meraih emas pada Sukan Olimpik atau ganjaran tunai daripada Skim Hadiah Kemenangan Sukan (Shakam) bagi kejohanan tertentu di peringkat dunia, sebagaimana yang dinikmati oleh atlet masa kini.Majlis Sukan Negara (MSN) dan Institut Sukan Negara (ISN) belum wujud ketika itu, dan program latihan dilakukan atas inisiatif masing-masing dan seringkali memaksa mereka menggunakan duit poket sendiri.Beberapa legenda sukan tanah air ketika ditemu bual mengakui atlet yang sejati lebih memikirkan sumbangan kepada negara dan tidak menjadikan ganjaran sebagai matlamat utama.Raja Bola, Datuk Abdul Ghani Minhat berkata, atlet di zamannya mempunyai semangat kebangsaan yang kental, sanggup berjuang hingga keringat terakhir semata-mata bagi memastikan nama Malaysia sebaris dengan negara lain yang unggul dalam bidang sukan.Tambahnya, selain tiada tajaan jersi dan kasut bola serta sebarang elaun, mereka juga tidak mengharapkan balasan sekiranya mengungguli sebarang kejohanan."Yang wujud, cuma perasaan bangga dan mahu melihat bendera Malaysia (kini Jalur Gemilang) dinaikkan di stadium, lebih-lebih lagi di luar negara," katanya. Mengenai ganjaran atau imbuhan, Abdul Ghani berkata, insentif tersebut akan datang seiring dengan kejayaan."Contohnya, saya hanya mendapat gelaran Datuk yang dianugerahkan oleh kerajaan Pahang pada tahun 2000 sedangkan saya pemain bola sepak era 50-an. Sebab itu saya katakan, bila seseorang atlet cemerlang, ganjaran pasti ada," katanya.Bagi juara bina badan Mr Asia sebanyak enam kali antara tahun 1985 hingga 1991, Abdul Malek Noor, pengalaman menuntut dan menetap hampir 10 tahun di Amerika Syarikat dan Hong Kong menjadi pembakar semangatnya untuk menonjolkan nama Malaysia.Di luar negara, katanya, rakyat asing berlumba-lumba untuk menonjolkan nama negara masing-masing walaupun mereka berhijrah ke negara lain.Mengakui dirinya terasa kerdil bila berbual dengan rakan yang sering berbangga dengan pencapaian negara mereka, Abdul Malek kemudian mula menceburi sukan bina badan, dengan hasrat mengharumkan nama Malaysia di pentas antarabangsa.Menurutnya, pada zaman kegemilangannya dalam sukan bina badan, tiada atlet Malaysia yang lain ketika itu menyinar di pentas dunia menyebabkan beliau menjadi ikon bagi rakyat Malaysia."Saya gunakan populariti itu untuk memberitahu dunia, saya berasal dari Malaysia," katanya.Legenda badminton negara, Datuk Choong Ewe Beng atau lebih dikenali sebagai Eddy Chong berkata, karier ahli sukan yang semakin singkat akibat persaingan sengit memerlukan atlet berusaha memburu wang ganjaran."Tetapi jika wang menjadi motif utama maka semangat kebangsaan atau jati diri mereka tidak kukuh," katanya.Eddy yang memenangi 400 kejuaraan sepanjang kariernya termasuk empat kali menjuarai acara perseorangan lelaki Kejohanan Seluruh England berkata, atlet perlu ditanam semangat cintakan Malaysia sejak di awal pembabitan dalam bidang tersebut.Selain itu, atlet juga harus ditanam semangat cintakan sukan itu sendiri dan menganggap matlamat utama bergelar atlet untuk meraih kejayaan, sekali gus mengharumkan nama Malaysia.Masyarakat kini telah banyak berubah menjadi lebih bersikap materialistik.Atlet juga tidak terkecuali kerana mereka juga sebahagian daripada masyarakat."Tidak adil membandingkan semangat kebangsaan atlet dahulu dan zaman sekarang. Kedua-dua zaman berubah. Hakikatnya, atlet adalah sebahagian daripada masyarakat yang berubah," kata Datuk Dr. M. Jegathesan, yang pernah bergelar pelari terpantas di Asia kerana kepantasannya dalam acara trek pada tahun 60-an.Dr. Jegathesan yang kini timbalan presiden Majlis Olimpik Malaysia (MOM) berpendapat secara keseluruhannya, atlet negara masih mempunyai semangat kebangsaan yang tinggi walaupun dilimpahi pelbagai kemewahan. Bagi pengkritik sukan terkenal tanah air, Tan Sri Dr. Khoo Kay Kim pula bimbang dengan jati diri atlet Malaysia yang pada pendapatnya semakin terhakis.Menurutnya, suatu ketika dahulu, hanya pemenang pingat emas dalam sesuatu kejuaraan mendapat ganjaran menyebabkan atlet berusaha bersungguh-sungguh untuk mencapai tempat pertama."Tetapi kini, pemenang pingat gangsa juga mendapat ganjaran. Ini sedikit sebanyak melemahkan semangat juang atlet kerana mereka tahu, jika mendapat gangsa sekalipun, pasti ada ganjaran," katanya.Sikap materialistik, katanya, akan mengikis semangat jati diri di kalangan atlet dan beliau secara peribadi berpendapat semangat tersebut semakin sukar dicari di kalangan atlet masa kini.- Bernama

Artikel Penuh:http://www.kosmo.com.my/kosmo/content.asp?y=2009&dt=0831&pub=Kosmo&sec=Sukan&pg=su_06.htm#ixzz2UH5BKlEEHakcipta terpeliharaMemberi biarlah berpada-pada

SKUAD badminton Piala Thomas 1992 menerima ganjaran sebidang tanah dan wang tunai selepas menewaskan Indonesia pada perlawanan akhir. KANAN, Esther Cheah

ADA yang berpendapat, atlet negara tidak harus dimanjakan sangat dengan wang ringgit.Ada pula yang berpendapat, habuan yang berlebihan itu adalah hak atlet yang telah mengharumkan nama negara pada peringkat antarabangsa, lagipun ia sudah termaktub sejak sekian lama di bawah Skim Hadiah Kemenangan Majlis Sukan Negara (MSN).Tetapi, selain insentif wang tunai ada pula hadiah sampingan seperti tanah mahupun kereta.Tidak salah menyediakan insentif berupa wang tunai asalkan seseorang atlet itu tidak mudah lupa diri.Namun, secara jujurnya, satu skim hadiah kemenangan sudah memadai dan tidak perlu lagi pihak-pihak lain tampil untuk menambahnya.Jika mahu berbuat demikian eloklah disalurkan untuk membiayai latihan seseorang atlet itu agar prestasi mereka terus berkembang.

AZIZULHASNI turut menerima sebidang tanah selepas meraih pingat perak pada Kejohanan Lumba Basikal Trek Dunia di Poland baru-baru ini.

Ia juga tidak akan mengundang kebimbangan kepada seseorang atlet itu untuk meneruskan latihannya kerana kos latihan mereka sama ada di luar negara mahupun di dalam negara akan sentiasa terjaga.Langkah tersebut juga akan bertindak sebagai pencetus semangat kepada mereka untuk terus bekerja keras bagi melakar kejayaan kepada negara.Zaman ini, atlet negara sememangnya sangat bertuah.Segala-galanya disediakan tanpa ada sekatan.Tetapi kadang-kadang ia dilihat agak keterlaluan kerana pengiktirafan yang tiada batasannya itu boleh melalaikan seseorang atlet itu selepas dijulang terlalu tinggi.Tidak salah menjulang tetapi biarlah berpada-pada.

PEMAIN badminton No. 1 dunia, Chong Wei (kiri) menerima RM300,000 dan gelaran Datuk selepas membawa pulang pingat perak daripada Sukan Olimpik Beijing tahun lepas.

KENNY ANG

HIDAYAT gagal menyerlah selepas meraih pingat emas dan perak pada Sukan Komanwel 1998.

Banyak yang boleh dijadikan contoh dan mungkin ramai yang masih ingat dengan jaguh angkat berat negara pada satu ketika dulu iaitu Muhammad Hidayat Hamidon.Kejayaannya meraih pingat pada Sukan Komanwel 1998 membolehkannya menerima habuan yang cukup lumayan tetapi selepas itu, prestasinya entah ke mana.Kejayaannya meraih satu pingat emas dan satu perak pada Sukan Komanwel 1998 itu menjadikannya penerima insentif paling mewah iaitu berjumlah RM130,000 selain sebuah kereta Proton Perdana edisi khas.Atlet lain yang turut menerima habuan lumayan sebelum ini adalah atlet menembak, Nurul Huda Bahrain dan selepas itu prestasinya terumbang-ambing.Begitu juga dengan jaguh boling, Kenny Ang yang menerima habuan berjumlah RM120,000 atas kejayaan luar biasa yang dilakar pada temasya yang sama.Persatuan Badminton Malaysia (BAM) ketika itu pula menerima jumlah terbanyak, RM561,000 termasuk RM441,000 diperoleh pemainnya yang menyumbang tiga pingat emas dan dua pingat perak daripada kedua-dua acara lelaki dan wanita.Begitu juga yang dialami oleh skuad badminton negara ketika berjaya menjulang Piala Thomas pada tahun 1992.Setiap anggota pasukan menerima habuan yang sangat lumayan, namun insentif tersebut tidak mampu mengekalkan prestasi mereka pada kejohanan tersebut yang hingga kini terus terkapai-kapai mencari rentak.Selepas Sukan Komanwel 1998 itu, Setiausaha Kehormat Majlis Olimpik Malaysia (MOM), Datuk Sieh Kok Chi menjelaskan bahawa beliau bimbang insentif yang tersangat lumayan itu boleh membunuh karier seseorang atlet kerana mereka terlalu mudah ditabur dan dimanja dengan wang ringgit."Mungkin lebih elok insentif yang terlalu lumayan itu digunakan untuk membiayai latihan seseorang atlet bagi meningkatkan prestasi mereka," kata Kok Chi ketika itu."Saya bimbang mereka (atlet) akan leka kerana tugas mereka sebagai atlet bukan untuk satu kejohanan sahaja."Ada juga betulnya kenyataan Kok Chi kerana selepas Sukan Komanwel 1998, prestasi atlet yang menjulang maruah negara terus tenggelam.Mereka terlalu mudah mengalami kecederaan selepas ditabur dengan insentif yang tersangat lumayan itu selain terus menerus gagal pada setiap kejohanan yang mereka sertai.Insentif juga dilihat menimbulkan kekecohan.Mungkin ramai lagi yang masih ingat kejayaan atlet jalan kaki lelaki negara, G. Saravanan pada 1998.Dia menyumbangkan pingat emas kepada negara dalam acara 50 kilometer tetapi kejayaannya itu tidak melayakkannya untuk menerima insentif.Ekoran itu timbul kekecohan dan untuk meredakan keadaan, sebuah syarikat swasta tampil menyediakan hadiah untuk jaguh jalan kaki negara itu dengan menghadiahkan sebuah kereta Honda.Selepas itu, Saravanan terus tenggelam tanpa melakar sebarang kejayaan untuk negara di pentas antarabangsa.Pengalaman lalu nampaknya tidak dihiraukan oleh pemimpin sukan di negara ini, malah mereka terus menerus menjulang kejayaan atlet dengan pelbagai habuan yang sangat luar biasa.Tetapi jika seseorang atlet itu mampu mengekalkan prestasi cemerlang sepanjang kariernya, dia mungkin layak dijulang tetapi pada kadar yang berpada-pada.Kadang-kadang pengiktirafan itu agak keterlaluan sehingga ada yang diberi anugerah Datuk.Gelaran seperti itu kini sudah menjadi satu seloka di kalangan peminat sukan tempatan sehingga ada yang berpendapat: "Jika mahu mendapat pangkat 'Datuk' perlu berjaya dalam sukan atau sekurang-kurangnya berenang merentas Selat Inggeris."Pemain badminton negara, Lee Chong Wei serta ratu skuasy, Nicol David adalah antara atlet yang sudah bergelar Datuk.Terbaru, jaguh lumba basikal, Azizulhasni Awang pula menikmati habuan yang agak luar biasa.Selepas insentif daripada MSN, Kerajaan Negeri Terengganu pula memberi pengiktirafan atas kejayaannya meraih pingat perak pada Kejohanan Lumba Basikal Trek Dunia di Poland baru-baru ini.Selain hadiah wang tunai yang lumayan, Azizulhasni turut menerima insentif sebidang tanah.Diharapkan, atlet muda ini tidak tenggelam dengan habuan yang diterimanya itu, sebaliknya terus bekerja keras untuk 'meraih' lebih banyak kemewahan.Share on printMore Sharing Services0Rencana Utama!

Produk terlaris di bazar larut malam

Produk terlaris di bazar larut malam Terbang tinggi di udara BarcelonaPemotoran!

Dua tayar khas untuk negara ASEAN

Dua tayar khas untuk negara ASEAN Tawaran menarik UMW ToyotaHorizon!

Cita rasa asli Rembau

Cita rasa asli Rembau Kembara solo ke BangkokVaria!

Bantu golongan muda miliki rumah

HARGA pasaran rumah yang tinggi ketika ini menyukarkan golongan muda untuk memiliki rumah. Bantu golongan muda miliki rumah Kem bola sepak profesionalIklan@KOSMO!

Artikel Penuh:http://www.kosmo.com.my/kosmo/content.asp?y=2009&dt=0414&pub=Kosmo&sec=Sukan&pg=su_09.htm#ixzz2UHAZYcqmHakcipta terpelihara