Download - Laporan Pendahuluan WW.docx
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
WETTED WALL ABSORPTION COLUMN
Oleh:
KELOMPOK III
Arif Prasetyo 03101003003
Elisabeth S. Wau 03101003025
Anugrah Intan Jn 03101003036
Agustria Suryani 03101003042
Debby Theresia Silaban 03101003084
Yosandi Alifian 03101003110
Nama Asisten:
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS STRIWIJAYA
INDERALAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Absorpsi adalah proses penyerapan gas melalui seluruh permukaan zat cair
(absorben). Definisi lainnya, Absorpsi adalah proses penyerapan pada seluruh
bahan atau zat yang berlangsung dalam suatu kolom atau absorber. Zat yang
diserap disebut fase terserap sedangkan yang menyerap disebut absorben, kecuali
zat padat. Absorben dapat pula berupa zat cair karena itu absorbsi dapat terjadi
antara zat cair dengan zat cair atau gas dengan zat cair. Terjadinya proses absorpsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
a. kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben
b. laju alir dari pelarut
c. jenis atau tipe kolom yang digunakan
d. kondisi operasi yang sesuai, dll
Absorpsi adalah proses penyerapan gas melalui seluruh permukaan zat cair
(absorben). Secara umum absorpsi dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Absorpsi fisika
Absorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada di
permukaan absorben. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang
terbentuk pada permukaan absorben lebih dari satu lapis.
2. Absorpsi kimia
Absorpsi kimia terjadi karena reaksi antara zat yang diserap dengan
absorben. Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorben hanya satu lapis.
Di dalam suatu kolom absorber, gas yang akan diserap dialirkan pada
bagian bottom kolom, sedangkan liquid atau pelarut dialirkan pada bagian top
kolom. Hal ini disebabkan karena gas lebih ringan dan mudah menyebar daripada
liquid, sehingga kontak antara liquid dan gas akan berlangsung dengan baik dan
juga mempengaruhi banyaknya gas yang diserap oleh pelarut atau liquid.
Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat ini berisi
arang halus, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan, misalnya
gas racun.
Proses absorbsi di berbagai industri diikuti dengan reaksi kimia. Reaksi di
dalam komponen absorbsi dengan reagent dalam cairan absorben secara umum.
kadang-kadang reagent dan produk dari reaksi keduanya dapat larut seperti
absorbsi pada karbondioksida dalam pelarut etanol atau pelarut alkalin yan lain.
Sebaliknya pembakaran gas yang terdiri dari sulfur dioksin dapat dikontakkan
dengan batu kapur untuk membentuk kalsium sulfat yang tidak dapat larut.
Perpindahan massa merupakan perpindahan satu unsur dari konsentrasi
yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Misalnya kita masukan gula
ke dalam secangkir kopi, dimana gula akan larut dan kemudian berdifusi secara
seragam ke dalam secangkir kopi tersebut.
Perpindahan massa merupakan proses penting dalam proses industri,
misalnya dalam penghilangan polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan
absorpsi, pemisahan gas dari air limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir,
difusi bahan-bahan penyerap dalam pori-pori karbon aktif, laju katalis kimia dan
reaktor biologi serta air conditionir (AC). Absorpsi gas merupakan operasi
dimana campuran gas dikontakkan dengan liquid yang bertujuan untuk
melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas dalam
liquid.
Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke fase
liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan
yang ada, karena itu diperlukan karakteristik sistem gas liquid.
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Mengetahui prinsip dan cara kerja Wetted Wall Absorption Column
2. Mengetahui cara menghitung kadar DO dalam air
3. Mengetahui cara menghitung koefisien perpindahan massa dalam liquid
(kL)
4. Mengetahui aplikasi dari Wetted wall Absorption Column
1.3 Permasalahan
Masalah yang akan terjawab melalui percobaan ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh laju aliran udara pada Wetted Wall Absorption
Column terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number
(Re) dan Sherwood Number (Sh).
2. Bagaimanakah pengaruh laju aliran air pada Wetted Wall Absorption
Column terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number
(Re) dan Sherwood Number (Sh).
3. Bagaimanakah menentukan koefisien perpindahan massa dalam liquid?
1.4 Hipotesa
Hipotesa yang dapat ditulis adalah :
1. Semakin besar laju aliran udara pada Wetted Wall Absorption Column
maka semakin besar pula Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold
Number (Re) dan Sherwood Number (Sh).
2. Semakin besar laju aliran air pada Wetted Wall Absorption Column maka
semakin besar pula Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number
(Re) dan Sherwood Number (Sh).
3. Besarnya O2 yang terserap dipengaruhi oleh kecepatan laju alir udara dan
laju alir air itu sendiri. Hal ini disebabkan karena semakin banyak udara
yang masuk, maka makin mudah penyerapan O2, juga dengan makin
banyaknya air yang disuplai akan menyebabkan luas bidang penyerapan
bertambah sehingga memudahkan terjadiunya penyerapan.
1.5 Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui dan
membandingkan pemakaian laju aliran udara dan air yang berbeda pada Wetted
Wall Absorption Column dan besarnya Koefisien Perpindahan Massa (KL),
Reynold Number (Re) dan Sherwood Number (Sh).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Absorber dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu
komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan
kelarutan. Solut adalah komponen yang dipisahkan dari campurannya sedangkan
pelarut (solvent ; sebagai separating agent) adalah cairan atau gas yang
melarutkan solut. Karena perbedaan kelarutan inilah, transfer massa solut dari fase
satu ke fase yang lain dapat terjadi.
Absorbsi adalah operasi pemisahan solut dari fase gas ke fase cair, yaitu
dengan mengontakkan gas yang berisi solut dengan pelarut cair (solven /
absorben) yang tidak menguap. Stripping adalah operasi pemisahan solut dari fase
cair ke fase gas, yaitu dengan mengontakkan cairan yang berisi solut dengan
pelarut gas (stripping agent) yang tidak larut ke dalam cairan.
Ada 2 jenis absorbsi, yaitu kimia dan fisis. Absorbsi kimia melibatkan
reaksi kimia antara pelarut cair dengan arus gas dan solut tetap di fase cair. Dalam
absorbsi fisis, solut dalam gas mempunyai kelarutan lebih besar dalam pelarut
cairan, sehingga solut berpindah ke fase cair.
Absorbsi dengan reaksi kimia lebih menguntungkan untuk pemisahan.
Meskipun demikian, absorbsi fisis menjadi penting jika pemisahan dengan reaksi
kimia tidak dapat dilakukan. Di dalam mengevaluasi absorber atau stripper,
sesorang harus mengetahui dan menentukan :
1. kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida
umpan, komposisi dan tekanan
2. banyak solut yang harus dipisahkan
3. jenis solven yang akan digunakan
4. suhu dan tekanan alat
5. kecepatan arus solven
6. diameter absorber
7. jenis absorber
8. jumlah stage ideal dan tinggi menara
Absorber dan stripper seringkali digunakan secara bersamaan. Absorber
digunakan untuk memisahkan suatu solut dari arus gas. Stripper digunakan untuk
memisahkan solut dari cairan sehingga diperoleh gas dengan kandungan solut
lebih pekat. Hubungan absorber dan stripper ditunjukkan dalam gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir proses absorbsi-stripping
2.1 Tipe-tipe Kolom Absorpsi
Dalam perhitungan ukuran Tower Absorpsi, satu faktor yang sangat
penting adalah nilai koefisien transfer atau tinggi unit transfer. Sementara itu
kecepatan aliran total gas dan cairan akan ditentukan oleh proses, hal ini penting
untuk menentukan aliran yang cocok per unit area yang melalui column. Aliran
gas dibatasi dengan tidak boleh melebihi kecepatan flooding, dan akan ada hasil
drop jika kecepatan cairan sangat rendah. Hal ini cocok untuk menguji pengaruh
kecepatan aliran gas dan cairan pada koefisien transfer, dan juga dalam
menyelidiki pengaruh variabel, seperti: temperatur, tekanan, dan diffusitivitas.
Operasi perpindahan massa dilaksanakan di dalam tower yang di desain
untuk kotak dua fase peralatan ini diklasifikasi ke dalam 4 tipe utama yang
metodenya digunakan untuk menghasilkan kontak interfase.
1. Spray tower
Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar dimana gas mengalir dan
masuk serta kontak dengan liquid di dalam spray nozzles. Spray nozzles didesain
untuk aliran liquid yang mempunyai bilangan pressure drop besar maupun kecil,
untuk aliran liquid yang mempunyai flow rate yang kecil maka cross area
kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai drop falls menentukan waktu
kontak dan sirkulasinya. Serta influensasi transfer massa antara dua fase dan harus
kontak terus-menerus. Hambatan pada transfer yaitu pada fase gas dikurangi
dengan gerakan swirling dari falling liquid droplets.
Spray tower digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi
dimana dikontrol laju perpindahan massa secara normal pada fase gas. Untuk
ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed tower,
tetapi untuk ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray tower turun dengan
cepat. Sedangkan kemungkinan berlakunya interfase aktif yang sangat besar
dengan terjadinya sedikit penurunan, pada prakteknya ditemukan
ketidakmungkinan untuk mencegah hubungan ini, dan selama permukaan
interfase efektif berkurang dengan ketinggian, dan spray tower tidak digunakan
secara luas.
2. Bubble Tower
Pada Bubble tower ini gas terdispersi menjadi fase liquid didalam fine
bubble. Kontak perpindahan massa terjadi didalam bubble formation dan bubble
rise up melalui liquid. Gerakan bubble mengurangi hambatan fase liquid. Bubble
tower digunakan dengan sistem dimana pengontrolan laju dari perpindahan
massa pada fase liquid yang absorpsinya adalah relatif fase gas.
Gambar ini menunjukkan panjang kontak dan aliran fase mengalir didalam
bubble tower. Mekanisme dasar perpindahan massa terjadi didalam bubble tower
dan juga alirannya counter di dalam tank bubble batch dimana gas ini terdispensi
di dalam bottom tank.
Gambar 2. Buble Cap Tray pada Diameter Column yang Besar
3. Packed Column
Keuntungan dari penggunaan packed column:
1. Pressure drop aliran gas rendah.
2. Dapat lebih ekonomis dalam operasi cairan korosif karena ditahan untuk
packing keramik.
3. Biaya kolom dapat lebih murah dari phase column pada ukuran diameter
yang sama.
4. Cairan hold up kecil.
4. Plate column
Penggunaan plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed
column secara spesial untuk destilasi. Keuntungan dari plate column adalah:
1. Menyiapkan kontak lebih positif antara dua fase liquid.
2. Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
3. Lebih mudah dibersihkan.
5. Wetted-Wall Coloumn
Dalam laboratorium, Wetted-Wall Coloum telah digunakan oleh sejumlah
pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor,
dan mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan untuk Packed
Tower.
Gambar 3. Diagram khusus Wetted-Wall Coloumn 1 in.
2.2 Perpindahan Massa Pada Wetted Wall Column
Guna menelaah perpindahan massa dalam wetted wall column, perhatikan
gambar berikut ini:
Gambar 3. Penampang membujur dari watted wall column untuk bagian
dimana perpindahan massa fase diukur/ditelaah
Kita tinjau sistem setinggi dz. Neraca material komponen A yang
dilakukan terhadap segmen tersebut menghasilkan persamaan differensial sebagai
berikut:
d(W . XA) / dz = JAy D (1)
dimana, W : laju alir massa gas dalam arah z (gr mol/det)
Dengan menggunakan kenyataan bahwa penambahan laju alir massa dalam arah z
hanyalah karena adanya fluks massa JAy maka dapat dituliskan hubungan sebagai
berikut:
dWdz
=JAY
. π . D (2)
Persamaan (1) dan (2) akan menghasilkan hubungan:
Wd X A
dz=(1−X A ) J AY . π . D
Dengan menggunakan (4) maka persamaan diatas dapat diubah menjadi:
d X A
(1−X A )( X AO−X A)= kg . loc . π . D
Wdz
Dalam menyelesaikan persamaan diatas maka perlu penganggapan bahwa XA
rata-rata, maka anggapan tersebut dapat digunakan. Selanjutnya dengan
mengabaikan perubahan total dari W sepanjang kolom, mka integrasi persamaan
diatas untuk Z = 0 sampai Z = L menghasilkan:
∫z=0
z=L
kg .loc . π . D .dz
π . D . L= W
D . L
∫z=0
z=L
d X A
( X AO−X A ) (1−X A)
Ruas kiri adalah definisi kg,l sedang ekspansi parsial ruas kanan dapat dengan
mudah diintegrasikan
kg ,l= Wπ . D . L(1−X AO)
=ln( X AO−Z A )o(1−X A)
( X AO−Z A )1−(1−X A)
Dengan persamaan ini maka kg,l dapat ditentukan dari percobaan.
Korelasi impiris dimensi dapat diketahui bahwa kg,l dipengaruhi oleh NRe NSc dan
faktor geometris kolom (L/D). Pengaruh faktor tersebut dapat dinyatakan sebagai
berikut:
NSh=kg ,l , DX
C DAB=f (N ℜ , NSc ,
LD
)
NRe : bilangan Reynold untuk aliran gas
NSc : bilangan Schmidt untuk fasa gas
L/D : perbandingan panjang kolom terhadap diameter kolom
Suatu porses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari
daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan
massa. Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur yang berkonsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri aliran liquid, seperti pada kasus
heat transfer, mekanisme perpindahan massa terjadi dengan cepat. Jika sejumlah
campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih, di mana konsentrasi
masing-masing berbeda, maka masing-masing molekul ini cenderung menuju ke
komposisi yang sama (seragam). Proses ini terjadi secara alami. Perpindahan
massa makroskopis ini tidak tergantung pada konveksi dalam sistem. Proses ini
didefinisikan sebagai difusi molekul.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara flux dari
substan yang terdifusi dengan gradien konsentrasi.
JA,Z = -DAB
dτ A
dZ
Di mana JA,Z merupakan molar flux pada Z,
dτ A
dZ merupakan perubahan
konsentrasi serta DAB adalah difusitas massa atau koefisien difusitas komponen A
yang terdifusi melalui komponen B. Karena perpindahan massa atau difusi hanya
terjadi dalam campuran, maka pengaruh dari tiap komponen harus
diperhitungkan. Misalnya untuk mengetahui laju difusi dari setiap komponen
relatif terhadap kecepatan campuran. Kecepatan campuran harus dihitung dari
kecepatan rata-rata tiap komponen.
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Frek’s Law, dimana DAB
adalah koefisien difusivitas. Koefisien difusivitas tergantung pada:
1) Tekanan
2) Temperatur
3) Komposisi sistem
Koefisien difusivitas masing-masing fase berbeda-beda. Koefisien difusivitas
untuk gas lebih tinggi, yaitu antara 5.10-6 – 10-5 m2/s ; untuk liquid 10-10 – 10-9 m2/s
dan untuk solid 10-14 – 10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang
bergerak atau dua fluida yang bergerak yang tidak tercampur. Model ini
tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakterisitk gerakan fluida.
Persamaan laju perpindahan massa konvektif sebagai berikut:
NA = k . A
Dimana:
NA : Perpindahan massa molar zat A
A : Perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata fluida.
k : Koefisien perpindahan massa konvektif
Mekanisme perpindahan massa antara permukaan dan fluida termasuk
perpindahan massa molekul melalui lapisan tipis fluida stagnan dan aliran
laminer.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu
komponen gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah absorpsi
dan humidifikasi. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan koefisien
perpindahan massa konvektif adalah :
N A ,Z=DAB .P
RT (Z2−Z1 )PA 1−PA 2
LnPB
dimana:
NAZ : laju perpindahan molar
DAB : difusivitas
P : tekanan
R : konstanta gas
T : temperatur
Z : jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau teori film, di mana gas
melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana
tahanan untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi
dalam suatu stagnant film atau laminer film tebal .Dengan kata lain menunjukkan
tebal lapisan liquid.
1) Transfer massa dari gas ke film falling liquid.
2) Transfer massa dalam wetted wall column
Kebanyakan data dari PM antara perm pipa dan aliran fluida telah
ditentukan dengan menggunakan wetted wall columns. Alasan mendasar untuk
menggunakan kolom-kolom ini untuk penyelidikan PM adalah untuk
mengkontakkan luas area antara 2 fase sehingga dapat dihitung dengan tepat.
Koefisien PM konvektif untuk jatuhnya liquid film dikorelasikan oleh
Vivian dan Peacemen dengan korelasi :
KL Z
DAB
=0 , 433 (sc )12 [ ρ2 gZ 3
μ2 ]16 ( Re )0,4
Dimana: Z : Panjang
DAB : Difusivitas massa antara komponen A dan B
: Densitas liquid B
: Viskositas liquid B
g : Percepatan gravitasi
sc : Schmidt Number (dievaluasikan pada temp film liquid)
Re : Reynold number
Koefisien film liquid lebih rendah 10 sampai 20% daripada pers secara
teoritis untuk absorpsi dalam film laminer.
Pada wetted wall columns, liquid murni yang mudah menguap dialirkan ke
bawah di dalam permukaan pipa sirkular sementara itu gas ditiupkan dari atas atau
dari bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan liquid ke dalam
aliran gas diatas permukaan.
Untuk menghitung koefisien PM untuk fase gas, gunakan perbedaan gas-
gas dan liquid menghasilkan variasi untuk. Untuk itu, Sherwood dan Gilland
menetapkan nilai-nilai untuk Re dari 2000 sampai 35000, sc dari 0,6 sampai 2,5
dan tekanan gas 0,1 sampai 3 atm.
Hubungan data-data tersebut secara empirik adalah:
shav=0 ,023 Re0, 83 sc13
dimana:
Sh : Sherwood number
Re : Reynold number
Sc : Schmidt number
Dalam beberapa operasi perpindahan massa, massa berubah antara dua
fase. Contohnya dalam peristiwa absorpsi. Salah satu alat yang digunakan untuk
mempelajari mekanisme yang terjadi dalam operasi perpindahan massa adalah
wetted wall column. Pada wetted-wall column, area kontak antara dua fase dibuat
sedemikian rupa. Dalam operasi ini aliran lapisan tipis liquid (Thin Liquid Film)
sepanjang dinding kolom kontak dengan gas. Dalam percobaan ini gas yang
digunakan adalah udara biasa. Lama waktu kontak dengan gas dan liquid ini
relatif singkat selama operasinya normal. Karena hanya sejumlah kecil massa
yang terabsorpsi sedangkan liquid diasumsikan konstan (tidak berubah).
Kecepatan jatuhnya film sebenarnya tidak dipengaruhi oleh proses difusi. Pada
proses ini terjadi perpindahan massa dan perpindahan momentum.
Persamaan differensial untuk perpindahan momentum;
dτ yx
dy+ρg=0
dimana:
: shear stress
: densitas
g : gravitasi
y : jarak
Persamaan untuk profil kecepatan;
V x=ρgδ2
μ [ y6−1
2 ( yδ )
2 ]dimana:
Vx : kecepatan arah x
: tebal film
: viskositas
Kecepatan maksimum;
V max=ρgδ 2
2 μdimana:
Vmax : kecepatan maximum
Absorpsi gas adalah operasi di mana campuran gas dikontakkan dengan
liquid untuk tujuan melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan
larutan gas dalam liquid. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari
fase gas ke liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada
kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan
sistem gas-liquid.
Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption column dapat
menggambarkan adanya perpindahan massa didalam kolom tersebut.
2.3 Persamaan Dasar Wetted Wall Absorption Column
1. Koefisien Perpindahan Massa Untuk Aliran Gas
KC⋅D
D AB
ρB⋅I M
ρ = 0,23 Re0,83 Sc
0,44
2. Koefisien Perpindahan Massa Untuk Lapisan Film (Persamaan Vivian dan
Peaceman)
k L⋅Z
DAB =
0 ,433⋅Sc0,5⋅( g⋅z3
μ2 )16⋅R
e0,4
Dimana:
Z : panjang.
DAB : difusivitas massa antara komponen A dan B.
: densitas liquid B.
: viskositas liquid B.
g : percepatan gravitasi.
Sc : schmidt number.
Re : reynold number.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan :
1. Air
2. Udara
Alat-alat yang digunakan :
1. Kolom Deoksigenerator
2. Pump
3. Compressor
4. Sensor probe
5. Bak penampung air
6. Flow meter udara
7. Flow meter air
3.2 Prosedur Percobaan
1. Tekan tombol power. Lalu tekan tombol supplay.
2. Tekan tombol pump 1 untuk mengalirkan air dari bak penampungan ke
kolom deoksigenerator.
3. Atur flowmeter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan
4. bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang
berfungsi untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmeter dan sensor
probe, dimana alat ini digunakan untuk menghitung laju alir air dan O2
yang terserap dari inlet.
5. Kemudian air akan mengalir ke puncak Wetted-Wall Absorption Column
dan selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer
yang berupa lapisan tipis (film).
6. Bersamaan dengan itu tekan tombol compressor untuk mengalirkan udara
secara counter current ke dalam Wetted Wall Absorption Colum. Udara
yang dialirkan oleh compresor sebelumnya masuk dalam flow meter udara
untuk menghitung laju alir udara.
7. Kemudian air yang sudah bebas O2 masuk ke sensor probe untuk
menghitung O2 outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO
meter.