Download - Lapkas Onkologi Kl
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LatarBelakang
Kelenjar tiroid berfungsi mengatur proses oksidasi, pengeluaran karbondioksida,
pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental, kelenjar ini juga mensekresi
hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang berasal dari yodium yang masuk ke
dalam tubuh dari makanan dan air minum. Mengingat yodium merupakan unsur pokok
dalam pembentukan hormon tiroid, maka harus selalu tersedia yodium yang cukup dan
berkesinambungan. Yodium dalam makanan berasal dari makanan laut, susu, daging,
telur, air minum, garam yang beryodium dan sebagainya. 1,3
Struma merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan yodium sebagai
unsur utama dalam pembentukan hormon T3 dan T4 sehingga untuk mengimbangi
kekurangan tersebut, kelenjar tiroid bekerja lebih aktif dan menimbulkan pembesaran
yang mudah terlihat di kelenjar tiroid dan struma nodular serta berdasarkan klinis
dibedakan atas struma toksik dan struma non toksik. Struma disebut juga goiter adalah
suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan
glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya. 2
Struma dapat diklasifikasikan berdasarkan eutirodisme, hipotiroidisme, dan
hipertiroidisme. Berdasarkan morfologi dibedakan atas struma hyperplastica diffusa dan
struma colloides diffusa. Struma dapat mempengaruhi letak organ-organ di sekitarnya.Di
bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat
mengarah kedalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga
terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan
pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka
akan member bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan
bernapas dan disfagia.1,2,3
Berdasarkan hasil Depkes RI tahun 2003 program pencegahan dan penanggulangan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia PR struma difusa non
toksik (gondok) pada anak sekolah dasar di Indonesia sebesar 11,1%. Berdasarkan data
1
Depkes tahun 2005, dari 56.890 kasus penyakit metabolik dan lainnya yang dirawat inap
di rumah sakit seluruh Indonesia sebanyak 913 kasus (1,6%) tirotoksikosis dengan CFR
(case fatality rate) 7,3% dan 4.065 kasus (7,14%) struma lainnya dengan CFR 3,6%. 1,2
Anatomi
Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini memiliki dua
bagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-masing berbetuk lonjong
berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan berkisar 10-20 gram.
Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme dan bertanggungjawab atas
normalnya kerja setiap sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi hormone tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormon tersebut kedalam aliran darah.Terdapat 4
atom yodium di setiap molekul T4 dan 3 atom yodium pada setiap molekul T3. Hormon
tersebut dikendalikan oleh kadar hormone perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Yodium adalah bahan
dasar pembentukan hormon T3 dan T4 yang diperoleh dari makanan dan minuman
yang mengandung yodium. Gambaran anatomi tiroid dapat dilihat di bawah ini: 1,2,4,10
Gambar 1. Gambar Anatomi Kelenjar Tiroid
II. Fisiologi Kelenjar Tiroid
Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan
metabolisme energi. Fungsi utama kelenjar tyroid adalah memproduksi hormon
tiroxin yang berguna untuk mengontrol metabolisme sel. Selain itu hormon tiroid
2
mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur
kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam
ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap
glukosa,merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal
sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan
kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.1,10
Regulasi sekresi hormone tyroid di pengaruhi oleh system kerja balik antara
kelenjar hipofisis atau pituitary lobus anterior dan kelenjar tyroid.Lobus anterior
hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis
dan sekresi hormone tyroid, meningkatkan ukuran kelenjar tyroid.1
III. Patogenesis Struma
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuh kan untuk pembentukan
hormone tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam
sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjat tyroid. Dalam kelenjar,
iodium dioksidasi menjadi bentuk aktif yang distimulasi oleh TSH kemudian
disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.Senyawa yang
terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3).Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpanbalik negative dari
sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropin hypofisis, sedang tyrodotironin (T3)
merupakan metabolic tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi
sintesis, pelepasandan metabolism tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4)
dan melalui rangsangan umpanbalik negative meningkatkan pelepasan TSH oleh
kelenjar hypofisis. Keadaan ini yang menyebab kan pembesaran kelenjar tyroid.8,10
Gambar.Mekanismeumpan balik12
3
Struma juga dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang
menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia
(goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit
Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan
penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma kolid dan struma non
toksik (struma endemik).4
IV. Klasifikasi Struma
a. Berdasarkan Fisiologisnya
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan
kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau
struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada
leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.1
Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan structural atau fungsional kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormone tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari
kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.
Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi
atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ ablasi radioisotope
atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredardalam sirkulasi.
Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitive terhadap udara
dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar,
rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan
kemampuan bicara. Gambar penderita hipotiroidisme dapat terlihat di bawah
ini: 1,2
4
Gambar Hipotiroidisme
Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan
sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid
yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibody
dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi
hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala
hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat
berlebihan, kelelahan, lebih suka udara dingin, sesak napas.Selain itu juga terdapat
gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot
(eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan trofi otot. Gambar
penderita hipertiroidisme dapat terlihat di bawah ini: 1,4,13
Gambar Hipertiroidisme
5
Berdasarkan Klinisnya
Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut :
a.Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan
bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain.
Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler
toksik).5
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmicgoiter),
bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme
lainnya. 1,13
Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap
selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam
sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid
hiperaktif.4
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan
pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai
hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan
mencegah pembentuknya. Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat dan
mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya
rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan
menelan, koma dan dapat meninggal.4,8
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi
struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik
disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple
goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air
minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat
sintesa hormon oleh zat kimia.1
6
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka
pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya
tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular
pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan
kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya
gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas),
biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul. 2,9
Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan
seimbang maka yodium yang masuk kedalam tubuh hamper sama dengan yang
diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI
adalah endemik ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemic sedang 20
% - 29 % dan endemic berat di atas 30 %.9
VI. Determinan Struma
a. Host
Kasus struma lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki namun
dengan bertambah beratnya endemik, perbedaan seks tersebut hampir tidak ada. Struma
dapat menyerang penderita pada segala umur namun umur yang semakin tua akan
meningkatkan resiko penyakit lebih besar. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh
dan imunitas seseorang yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.2,4
b. Agent
Agent adalah faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang
terdapat dalam jumlah yang berlebihan atau kekurangan. Agent kimia penyebab struma
adalah goitrogen yaitu suatu zat kimia yang dapat menggangu hormogenesis tiroid.
Goitrogen menyebabkan membesarnya kelenjar tiroid seperti yang terdapat dalam
kandungan kol, lobak, padi-padian, singkong dan goitrin dalam rumput liar. Goitrogen
juga terdapat dalam obat-obatan seperti propylthiouraci, lithium, phenylbutazone,
aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium secara berlebih.4
Penggunaan terapi radiasi juga merupakan faktor penyebab struma yang
merupakan salah satu agen kimia karsinoma tiroid. Banyak terjadi pada kasus anak-
anak yang sebelumnya mendapatkan radiasi pada leher dan terapi yodium radioaktif
7
pada tirotoksikosis berat serta operasi di tempat lain di mana sebelumnya tidak
diketahui. 5,6
c. Environment
Struma endemik sering terdapat di daerah-daerah yang air minumya kurang sekali
mengandung yodium. Daerah-daerah dimana banyak terdapat struma endemik adalah di
Eropa, pegunungan Alpen, pegunungan Andes, Himalaya di mana iodinasi profilaksis
tidak menjangkau masyarakat. Di Indonesia banyak terdapat di daerah Minangkabau,
Dairi, Jawa, Bali dan Sulawesi.2
V. Diagnosis
a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada
pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika
terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu
lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat
pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.3
b. Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher
dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan
menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.3
c. Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes
fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin
dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum
mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH
plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.7,10
Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid.
Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah
normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat
digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes
ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar
tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.7,10
d. Foto Rontgen leher
8
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau
menyumbat trakea (jalan nafas). 11
e. Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak
di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya
kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-
kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan
kemungkinan karsinoma.5,11
f. Sidikan (Scan) Tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama
technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah
jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa
menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi
dan yang utama adalah fungsi bagian-bagian tiroid.11
g. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi
jarum halus bisa dilakukan dengan aspirasi dimana jarum dihubungkan dengan
silinder suntik 20ml yang diletakkan pada alat comeco-siringe. Biopsi aspirasi
jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel
ganas.Biopsi jarum halus adalah pemeriksaan yang invasif minimal, aman,
sederhana, dan mudah dikerjakan, relieble,efektif,dan murah. Memiliki akurasi
diagnostik tinggi, dan dianjurkan merupakan pemeriksaan penunjang pertama pada
diagnose tonjolan ultrasonografi atau sidikan tiroid. 6,7,9,11
Penatalaksanaan Medis
Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma yaitu :
a. Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.
9
Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik
atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan
makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan
kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.1
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum
pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar
3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa
mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan
pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah
tindakan pembedahan.1,5
b. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi
maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %.
Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil
penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko
kanker, leukimia, atau kelainan genetik. Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk
kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit,obat ini ini biasanya
diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.11
c. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini
bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu
untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga
diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini
adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.11
BAB II
10
LAPORAN KASUS
Identitas PenderitaNama : Ny. NDUmur : 42 TahunJenis Kelamin : PerempuanSuku/Bangsa :Minahasa/IndonesiaAlamat : Buha banua asri politeknikAgama : IslamPekerjaan : Ibu rumah tanggaCM : 20. 39.36MRS : 29 November 2012
AnamnesisKeluhan benjolan di leher kanan. Benjolan dileher dialami penderita ± 2 tahun SMRS,
awalnya benjolan kecil seukuran bola pingpong yang lama kelamaan semakin membesar, tidak disertai nyeri. Riwayat gampang berkeringat , peningkatan napsu makan, berat badan turun, jantung berdebar-debar disangkal penderita
Status lokalis regio colli dextra tampak benjolan ukuran 8x8 cm, konsistensi kenyal, mobile (+).
Riwayat penyakit dahulu jantung, darah tinggi, asam urat, ginjal, paru-paru dan penyakit gula disangkal oleh penderita. Riwayat penyakit keluarga, hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.
PemeriksaanFisik- Status generalis
Keadaanumum : baikKesadaran : compos mentisTekanandarah : 120/80 mmHgNadi : 72 x/mRespirasi : 20 x/mSuhuBadan : 36,5 ºCKepala : - inspeksi : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-) ,
eksoftalmus (-) - palpasi : T.A.K
Leher : - Inspeksi : Regio colli anterior dextra : tampak masa ukuran 8x8 cm, warna sama dengan sekitar, konsistensi kenyal, mobile (+), nyeri tekan (-) - Palpasi : pembesaran KGB (-)
Thorax : - inspeksi : pergerakan nafas sismetris - auskultasi : SP rhonkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-) - Palpasi : SF kanan = kiri - perkusi : sonor kanan = kiri
11
Abdomen : - inspeksi : datar, lemas - auskultasi : bising usus (+) normal - Palpasi : lemas, nyeri tekan (-) - perkusi : tymphani, pekak hepar (+)
Ekstremitas : akralhangatGenitalia : perempuan, tidakadakelainan
Lab saat MRS : - Leuko : 8500 - Eri : 4,82 - Hb : 13,5 - Hct : 40,1 - Trom : 277 - GDS : 92 - Cr : 0,7 - Ur : 19 - Alb : 4,1 - SGOT : 14 - SGPT : 14 - Na : 147 - K : 3,67 - Cl : 101,8 - TSHs : 1,504 - T3 : 0,76 - T4 : 6,40 - BT : 2’ - CT : 7’Hasil FNAB :tyroid cyst
Diagnosa kerja : Struma uninodosa non toksik
Tindakan : Pro isthmolobektomi dextra
Laporan operasi :
12
Waktu operasi : 11 Desember 2012Jenis operasi : IsthmolobektomiJam mulai operasi : 10.00 a.m WITAJam selesai operasi : 11.30 a.m WITALama operasi : 1 jam 30 menit
Jalannya operasi :1. Pasien terlentang dengan general anastesi2. Diperdalam sampai m.plastisma3. Dibuat flap keatas dan bawah, flap ditegel4. Identifikasi midline dari m.pretekalis5. Identifikasi N.Laringeus recurent6. Identifikasi A.tiroidea inferior dan superior. Diligasi7. Jaringan tiroid dibebaskan dari trakea8. Kontrol perdarahan,pasang drain9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis10. Operasi selesai
Intruksi post operasi : IVFD RL : DS % = 2 : 2 = 2000cc/24 jamCeftriaxone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% 3 x 1 amp , drip dalam D5 100cc/8 jam Ranitidin 2 x 1 amp ivObservasi vital sign & produksi drainCek Hb post OP, transfusi bila Hb , 10 gr/dl
Follow Up12 Desember 2012S : Suara serak (-), parau (-)O : Vital sign TD : 110/70 mmHg, N : 92x, R : 28x, S: 36,60CRegio colli : luka terawat, drain produksi ±200/24 jam, sorose hemoragikA : Post Isthmolobektomi hari I P : IVFD RL : DS = 2 : 2 = 28 gtt/mntCeftriaxone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% 3 x 1 amp Ranitidin 2 x 1 amp ivDiet lunak
13 Desember 2012S : batukO : Vital sign dalam batas normalRegio colli : luka terawat, drain produksi minimalA : Post Isthmolobektomi hari II
13
P : Rawat lukaAmbroksol syr 3 x C ICeftriaxone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% 3 x 1 amp (drips)Ranitidin 2 x 1 amp ivMobilisasi
14 Desember 2012S : batukO : Vital sign dalam batas normalRegio colli : luka terawat, drain produksi minimalA : Post Isthmolobektomi hari IIIP : Rawat lukaAmbroksol syr 3 x C ICeftriaxone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% 3 x 1 amp (drips)Ranitidin 2 x 1 amp iv
BAB III
14
PEMBAHASAN
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.Dari anamnesis didapatkan keluhan benjolan di leher kanan.Benjolan
dileher dialami penderita ± 2 tahun SMRS, awalnya benjolan kecil seukuran bola pingpong
yang lama kelamaan semakin membesar, tidak disertai nyeri, hal ini menandakan tidak
adanya gejala klinis hipertiroid. Riwayat gampang berkeringat , peningkatan napsu makan,
berat badan turun, jantung berdebar-debar disangkal penderita.1,3
Riwayat penyakit dahulu jantung, darah tinggi, asam urat, ginjal, paru-paru dan
penyakit gula disangkal oleh penderita. Riwayat penyakit keluarga, hanya penderita yang
sakit seperti ini dalam keluarga.3
Pada pemeriksaan fisik, vital sign masih dalam batas normal. Didapatkan status lokalis
regio colli dextra tampak benjolan ukuran 8x8 cm, konsistensi kenyal, mobile (+).Hal ini
sesuai dengan kepustakaan dimana pada pemeriksaan fisik ditemukan pada inspeksi terdapat
pembengkakan atau nodul, dengan jumlah nodul tampak hanya satu (soliter). Kelenjar getah
bening sekitar tidak membesar. Dari tes fungsi hormone kadar TSH, T3 (triyodotirioin), T4
(tiroksin) dalam batas normal pada saat MRS.1,3
Untuk membedakan apakah tonjolan tiroid tersebut jinak atau ganas diperlukan
pemeriksaan penunjang yang memiliki akurasi diagnostik yang tinggi. Sehingga penilaian
fisik dilakukan FNAB dengan hasil tyroid cyst. Dengan demikian pada kasus ini didiagnosa
dengan struma uninodusa non toksik.3,6
Pada penatalaksanaan kasus ini direncanakan akan dilakukan ismolobektomi, yaitu
pengangkatan satu sisi lobus tiroid. Indikasi dari pembedahan ini adalah selain masalah
kosmetik, juga menghindari penekanan pada esophagus (disfagia) ataupun pada trakea
(gangguan bernafas) yang dapat disebabkan oleh semakin besarnya benjolan tersebut jika
tidak segera diangkat.6,9
Prognosis pada kasus ini dubia et bonam. Berdasarkan kepustakaan struma uni nodusa
non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid dengan jumlah nodul hanya satu pada penderita
eutiroid. Tidak berhubungan dengan suatu keganasan atau neoplasma. Sehingga tidak ada
kontraindikasi untuk dilakukan pembedahan.4
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Moeljanto Dj. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta:Interna Publishing
2. Schteingert David. 2005. Gangguan Kelenjar Tiroid. Patofisiologi. EdisiIV. Volume
2. Jakarta:ECG
3. Thyroid Federation International, Merck Serono. 2011. The Formation of a goiter:
What Everyone should Know Abaout Enlarge Thyroid. ITAW
4. Devita TV, Lawrence TS, Rosenberg SA. 2008. Cancer Principles and Practices of
Oncology. 8th Edition. Vol 2. Philadelphia : Lippincott williaws and wilkins
5. Coliibeseanu TD, Haerdden JA,dkk. 2009. Primary Intrathoracic Goiter. WJOES
Minnesota.
6. Reksoprawiro Sunarto. 2010. 1998. Akurasi Diagnostik dan Peran Biopsi Jarum
Halus pada Tonjolan Tunggal Tiroid. Folia Medica Indonesiana
7. Casciato AD, Lowitz BB. 2000 . Manual of Clinical Oncology. 4th Edition.
Philadelphia : Lippincott williaws and wilkins
8. Resheed H, Elahi S, Syed Z,dkk. 2009. Trend of Thyroid Dysfuntion Associated with
Visible Goiter. Department of Chemistry UET. Lahore
9. Frilling A, Liu C, Weber F. 2004. Benign Multinodular Goiter. Department of
General Surgery and Transplantation. University Hospital Essen. Germany.
10. Scanlon M, Toft A. 2000. Regulation of Thyrotropin Secretion. 8th Edition.
Lippincoth William & Wilkins. Philadelphia.
11. Hermus AD, Heymans DA. 2000. Clinical Manifestation and Treatment Diffuse and
Nodular Goiter. 8th Edition. Lippincoth William & Wilkins. Philadelphia.
12. Britt LD. Acute Care Surgery Principles and Practice. Spinger. Newyork
13. Mcardle Cs, Endocrine Tumours. Surgical Oncology. Butterworths. England.
16