Download - Konsep Kejang Demam.docx
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
1/38
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
2/38
2
B.TUJUANUntuk menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman serta
memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada
keluarga An P Dengan gangguan Neurologi ; Kejang Demam di Ruang
Perawatan Anak RSMH- Sayap B.
Mendapatkan gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan secara
komfrehensif dan sistimatis mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
sampai evaluasi.
C.RUMUSAN MASALAH1. Apa Pengertian dari Kejang Demam ?
2. Etiologi dari Kejang Demam ?
3. Patofisiologi dari Kejang Demam ?
4. Prognosa dari Kejang Demam ?
5. Manifestasi Klinis dari Kejang Demam ?
6.
Klasifikasi dari Kejang Demam ?7. Penatalaksanaan dari Kejang Demam ?
8. Komplikasi dari Kejang Demam ?
9. Pemeriksaan Penunjang dari Kejang Demam ?
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
3/38
3
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR KEJANG DEMAM
A.PENGERTIAN1.Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu
tubuh ( suhu rectal lebih dari 380C ) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium ( Mansjoer, 1999 ).
2.Kejang demam atau convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikkan suhu tubuh ( suhu rectal lebih diatas 380 C ) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium ( Ngastiyah, 1997: 229 ).
3.Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah dapat menahan
serangan demam pada suhu tertentu ( Hardiono, 2004: 11 ).
4.Kejang ( konfulsi ) merupakan akibat dari pembebasan lostrik yang tidak
terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-
tiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktifitas motorik dan atau atas
gangguan fenomena sensori ( Doegoes, 2000: 476 ).
Menurut pengertian di atas maka dapat disimpulkan kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu lebih dari 380C yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium atau akibat dari pembesaran listrik yang
tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral.
B. ETIOLOGISebesar 10%20% tidak dapat ditemukan etiologinya dan sebaliknya
tidak jarang ditemukan lebih dari satu penyebab kejang pada anak.
1.Gangguan vaskuler.
Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi
intraserbal atau antraventrikel, sedangkan Perdarahan akibat trauma langsung
yaitu berupa perdarahan di subaraknoidal atau subdural, terjadi Trombosis,
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
4/38
4
adanya penyakit perdarahan seperti defisiensi vitamin K, Sindrom
hiperviskositas disebabkan oleh meningginya jumlah eritrosit dan dapat
diketahui dari peninggian kadar hematokrit. Gejala klinisnya antara lain
pletora, sianosis, letargi dan kejang.
2.Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme meliputi Hipokalsemia, hipomagnesia, hipoglikemia,
defisiensi dan ketergantungan akan piridoksin, aminoasiduria, hiponatremia,
hipernatremia, hiperbilirubinemia.
3. Infeksi
Kejang demam disebabkan oleh infeksi meliputi : Meningitis sapsis,
ensefalitis, toksoplasma kongenital, penyakit-penyakit cytomegalic inclusion,
4.Kelainan kongenital
Kelainan kongenital meliputi : Porensetali, hidransefali, agnesis ( sebagian
dari otak )
5.Lain-lain
Disebabkan oleh Narcotic withdrawal, neoplasma.
C.PATOFISIOLOGI
Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi faktor keturunan atau genetik
Penyakit infeksi (extra kranial)
Kenaikan suhu
Disfungsi neurologis pada jaringan serebral
Episode Paroksisimal berulang suplay O2 potensial cidera
(Kejang) menurun otak
Resiko Cidera
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
5/38
5
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikkan
suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi
pada suhu 380C sebab anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi
bila suhu mencapai 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa
berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang
yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada
tingkat suhu berapa pasien menderita kejang. Kejang demam yang berlangsung
singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjai hipoksemia, hiperkapnia, asidosis lakta disebabkan oleh
metabolisme anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat.
Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya
keruskan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
dalam gangguan peredaran darah yang mngakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Kerusakkan pada daerah medial lobus temporalis
setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.
Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak hingga terjadi epilepsi ( Ngastiyah,1997 ).
D.PROGNOSADengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosa baik dan
tidak menyebabkan kematian.Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam
dapat berkembang menjadi :
1. Kejang demam berulang
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
6/38
6
2. Epilepsi
3. Kelainan motorik
4. Gangguan mental dan belajar
E.MANIFESTASI KLINISTerjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
di luar susunan saraf pusat, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-
lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik,
klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Namun anak akan
terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya
kelainan neurologik.
Gejala yang mungkin timbul saat anak mengalami Kejang Demam antara
lain : anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh
yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yangberlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang
mengalami kejang demam).
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot
yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau
pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan
air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti
nafas), dan kulitnya kebiruan.
Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti:
1.Anak hilang kesadaran
2.Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak
3.Sulit bernapas
4.Busa di mulut
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
7/38
7
5.Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan
6.Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.
Livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:
1.Kejang demam sederhana (simple febrile confulsion)
2.Epilepsi yang di provokasi oleh demam (epilepsy triggered of by fever)
Kriteria livingston tersebut setelah dimodifikasi dipakai sebagai sebuah pedoman
untuk membuat diagnosa kejang demam sederhana yaitu:
1.Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
2.Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3.Kejang bersifat umum
4.Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5.Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang demam normal
6.Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normaltidak
menunjukan kelainan
7.Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh
kriteria modifikasi Livingston di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi
oleh demam, kejang ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan
timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.
F.KLASIFIKASIKejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam sederhana
( simple febrile seizure ), kejang demam komplek ( complec febrile seizure ).
1.Kejang demam sederhana.
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun, kejang demam yang
berlangsung singkat, kejang berlangsung kurang dari 15 menit, sifat bangkitan
dapat berbentuk tonik, klnik, tonik dan klonik, umumnya akan berhenti sendiri,
tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
8/38
8
2.Kejang demam kompleks.
Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau
parsial satu sisi atau kejang umum didahulai kejang parsial, berulang atau lebih
dari 1 kali dari 24 jam.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali / lebih daalm 1 hari, diantara 2 bangkitan
kejang anak sadar.
G.PENATALAKSANAANPada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :
1.Pengobatan Fase Akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan
untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar
oksigenisasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah,
suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan
kompres air dan pemberian antipiretik.Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5
mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu
sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena
tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg
(BB10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian.
Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB
secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin,
harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa
dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital
diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1
tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jam
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
9/38
9
kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis
8-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis
4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan
secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak
melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran
dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkan fenitoin
dengan dosis 4-8mg/Kg BB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal
2.Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau
kejang demam berlangsung lama.
3.Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu: (1) profilaksis intermiten saat demam atau,
(2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis
intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari
dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara
intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB10kg) setiap pasien
menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia,
mengantuk dan hipotonia.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang
demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah
terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan
fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat
digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari.
Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan
bertahap selama 1-2 bulan
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
10/38
10
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria
(termasuk poin 1 atau 2) yaitu :
1. sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau
perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
2.Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist
sementara dan menetap.
3.Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
4.bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi
kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya memenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka
panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam
dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.
H.KOMPLIKASI1.Kerusakkan neurotransmiter.
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel ataupun ke membran sel yang menyebabkan kerusakkan pada
neuron.
2.Epilepsi.
Kerusakkan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari
sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.
3.Kelainan anatomis di otak.
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan di
otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan sampai 5 tahun.
4.Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena kejang yang disertai
demam.
5.Kemungkinan mengalami kematian
I. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Uji laboratorium
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
11/38
11
1)Fungsi lumbal untuk menganalisis cairan serebrosppinal, terutama dipakai
untuk menyingkir kemungkinan infeksi.
2)Hitung darah lenglkap untuk menyingkirkan infeksi sebagai penyebab dan
pada kasus yang diduga disebabkan trauma, dapat mengevaluasi hematokrit
dan jumlah trombosit.
3)Panel elektrolit serum elektrolit, Ca total dan magnesium serum sering
diperiksa pada sat pertama kali terjadi kejang.
4)Skrining toksik dari serum dan urin digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan keracunan.
5)Pemantauan kadar obat antiepileptik digunakan pada fase awal
penatalaksanaan.
b.Elektroensefalografi.
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang atau memperlihatkan
gambaran interektal EEG. Pemeriksaan Eeg segera setelah kejang dalam 24
48 jam atau sleep deprivation dapat memperlihatkan berbagai macam tekanan.
c.Neuroimaging.
1)Pemeriksaan fotorontgen kepala dapat memperlihatkan adanya fraktur
tulang kepala, tetapi mempunyai nilai diagnostik yang minimal. Kenaikkan
jaringan otak pada trauma kepala dapat dilihat dengan menggunakan
gambaran Computed Tomagraphy Scan ( CT Scan ) kepala.
2)Magnetic Resonange Imaging ( MRI )
Lebih superior dibanding CT Scan dalam mengevaluasi lesi epileptogenik
atau tumor kecil di daerah temporal atau daerah yang tertutup oleh struktur
tulang, misal: sereblum atau batang otak ( Erny,Darto, 2007:6 ).
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
12/38
12
Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang Demam
A.PengkajianHal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam yaitu :
1. Identitas Pasien, Orang tua dan penanggung jawab (Lengkap)
2.Riwayat Keperawatan
- Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
- Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,
gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
- Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
- Adanya riwayat trauma kepala
3.Pemeriksaan Fisik
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan umum, Keterbatasan dalam beraktifitas /
bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat /
pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot, Gerakan involunter / kontraksi otot
ataupun sekelompok otot.
b.Sirkulasi
Gejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosis
Posiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan.
c. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia episodik.
Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.
Posiktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik
urine/fekal ).
d.Makanan dan cairan
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang berhubungan
dengan aktifitas kejang.
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
13/38
13
e.Neurosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing.
Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.
f.Nyeri / kenyaman
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.
Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhatihati.
Perubahan pada tonus otot.
Tingkah laku distraksi / gelisah.
g.Pernafasan
Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat,
peningkatan sekresi mukus.
Fase posiktal : apnea.
B.Pemeriksaan Penunjanga. CT-Scan :Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema,
infark, lesi congenital dan hemogragik.
b.MRI (Magnetic Resenance Imaging ) :Menentukan adanya perubahan /
patologis SSP
c. Rontgen Tengkorak : Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas
kejang kecuali untuk mengetahui adanya fraktur
d.Pemeriksaan Metabolik (Pemeriksaan Laboratorium ) : Glukosa darah,
Kalsium fungsi ginjal dan hepar, Pemeriksaan adanya infeksi : test widal,
lumbal fungsi.
C.Diagnosa keperawatan1.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
2.Tidak efektinya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mukus
3.Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu
tubuh
4.Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat kejang
5.Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
14/38
14
D.Intervensi keperawatanI. Dx 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan klien
terpenuhi.
Kriteria : TTV stabil, menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti
output urin, turgor kulit baik, mukosa mulut lembab
Intervensi
1.Ukur dan catat jumlah muntah yang dikeluarkan, warna, konsistensi.
R/ : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan tubuh.
2.Berikan makanan dan cairan
R/ : memenuhi kebutuhan makan dan minum
3.Berikan support verbal dalam pemberian cairan
R/ : meningkatkan konsumsi cairan klien
4.Kolaborasi berikan pengobatan seperti obat antimual.
R/ : menurunkan dan menghentikan muntah klien
5.Pantau Hasil Pemeriksaan Laboratorium
R/ Untuk mengetahui status cairan klien.
II. Dx 2 : Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d Peningkatan Sekresi Mukus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan
nafas efektif
Kriteria :sekresi mukus berkurang, tak kejang, gigi tak menggigit
Intervensi
1.Ukur Tanda-tanda vital klien.
R/ : untuk mengetahui status keadaan klien secara umum.
2.Lakukan penghisapan lendir
R/ : menurunkan resiko aspirasi
3.Letakan klien pada posisi miring dan permukaan datar
R/ : mencegah lidah jatuh kebelakang dan menyumbat jalan nafas
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
15/38
15
4.Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
R/ : untuk memfasilitasi usaha bernafas
III. Dx. 3 :Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan
suhu tubuh
Tujuan : Keseimbangan cairan terpenuhi
Intervensi
1.Observasi TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam
R/ peningkatan suhu tubuh dari yang normal membutuhkan penambahan
cairan.
2.Hitung Intake & Output setiap pergantian shift.
R/ Untuk mengetahui keseibangan cairan klien.
3.Anjurkan pemasukan/minum sesuai program.
R/ membantu mencagah kekurangan cairan.
4.Kolaborasi pemeriksaan lab : Ht, Na, K.
5.R/ mencerminkan tingkat / derajat dehidrasi.
IV. Dx. 4 Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat kejang
Tujuan : Agar tidak terjadi kejang berulang
Intervensi
1.Observasi TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam
R/ peningkatan suhu tubuh dapat mengakibatkan kejang berulang.
2.Observasi tanda-tanda kejang.
R/ untuk dapat menentukan intervensi dengan segera.
3.Kolaborasi pemberian obat anti kejang /konvulsi.
R/ menanggulangi kejang berulang.
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
16/38
16
V. Dx. 5 : Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat.
Tujuan : Peningkatan status nutrisi
Intervensi
1.Tingkatkan intake makanan dengan menjaga privasi klien, mengurangi
gangguan seperti bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan.
R/ cara khusus meningkatkan napsu makan.
2.Bantu klien makan
R/ membantu klien makan.
3. selingi makan dengan minum
R/ memudahkan makanan untuk masuk.
4.Monitor hasil lab seperti HB, Ht
R/ : Monitor status nutrisi klien
5.Atur posisi semifowler saat memberikan makanan.
R/ : Mengurangi regurtasi.
E.Evaluasi1.Kekurangan volume cairan tidak terjadi
2.Bersihan Jalan Nafas kembali efektif
3.Keseimbangan kebutuhan cairan klien tercukupi.
4.Resiko tinggi kejang berulang tidak terjadi
5.Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi.
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
17/38
17
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK PADA An.P DENGAN KEJANG DEMAM
RUANGAN SAYAP B DI RSMH
A.PENGKAJIAN1. Identitasa. Identitas Klien
Nama : An.P
Umur : 5 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : -
Alamat : Desa Cinta Karya Kec. Plakat Tinggi Kab.Muba
Rt.12/Rw.05
Tgl Masuk RS : 30 Juli 2013
Tgl. Pengakajian : 30 Juli 2013
Diagnosa Medik : Kejang Demam
Rencana Theraph : -
b. Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : Tn. D
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : WiraswastaAgama : Islam
Alamat : Desa Cinta Karya Kec. Plakat Tinggi Kab.Muba
Rt.12/Rw.05
Ibu
Nama : Ny. R
Umur : 36 tahun
Pendidikan : SMA
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
18/38
18
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Desa Cinta Karya Kec. Plakat Tinggi Kab.Muba
Rt.12/Rw.05
2. Keluhan Utama / Riwayat Keluhan Utama
a. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Kejang dan Demam Tinggi
b.Riwayat Keluhan Utama
Ibu Pasien mengatakan anaknya dibawa ke RS karena sudah 6 hari demam
tinggi, mengalami kejang-kejang 10 menit, serta mengalami penurunan
kesadaran.
3. Riwayat Kesehatana. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien mengatakan 6 hari sebelum masuk rumah sakit, anaknya mengalami
demam tinggi terus menerus, kejang, frekuensi > 10 x/hari, lama kejang 10
menit, stelah mengalami nyeri kepala yang hebat pasien tidak sadar, dan
dibawa ke RSUD Sekayu, pasien masih demam tinggi, kejang frekuensi 5-
7x/hari lama kejang 5-10 menit, pasien masih tidak sadar karena tidak ada
perbaikan dirujuk ke RSMH.
TTV
- Kesadaran : E2M3V2
- Tekanan Drarah : 90/60 mmHg
- Nadi : 150 x/menit
- Suhu : 38C
- Pernafasan : 20 x/menit
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
19/38
19
b.Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien pernah dirawat di RS (ICU RSUD Sekayu) selama 2 minggu, pada usia
2 tahun karena kejang, menurut pamannya radang otak.
1)Pre Natal Care
a) Ibu pasien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya 3 kali di
puskesmas / bidan
b)Ibu klien mengatakan Keluhan selama hamil : muntah dan sering pusin
c)Tidak ada riwayat terkena sinar dan theraphy obat-obatan tertentu
d)Kenaikan berat badan selama hamil : 12 kg
e) Ibu klien mengatakan selama hamil mendapatkan suntikan TT sebanyak 2
kali
f) Golongan darah Ibu : AB, dan ayah tidak diketahui
2)Natal
a)Tempat melahirkan : di Rumah
b)Bersalin dengan spontan / normal
c)Penolong persalinan oleh bidan dan dukun
d)Ibu klien mengatakan tidak ada komplikasi saat melahirkan dan tidak ada
infeksi setelah melahirkan
3)Post Natal
a)Berat badan waktu lahir : 3000 gram, Panjang Badan : 48 cm
b)Ibu mengatakan waktu lahir tidak ada kelainan
c)Kien tidak mempunyai masalah menyusui
d)Klien pernah mengalami sakit batuk dan demam, dan diare sembuh setelah
berobat ke Puskesmas.
e)ada riwayat hospitalisasi sebelumnya dengan penyakit yang sama
f) Tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan, zat kimia.
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
20/38
20
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1)Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit alergi
2)Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah
3)genogram
Perempuan
Laki-laki
Pasien
Laki-laki meninggal
Perempuan meninggal
G1 :
1.Kakek dari Ayah dan Ibu sudah meninggal karena faktor usia
2.Nenek dari Ayah sudah meninggal dan nenek dari Ibu masih hidup dan sehat
G2 :
1.Ayah dan Ibu Klien masih hidup dan sehat
2.Saudara Ayah masih hidup dan sehat, saudar Ibu ada yang meninggal karena
sakit.
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
21/38
21
4)Riwayat Imunisasi
No. Jenis Imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1.
2.
3.
4.
5.
BCG
DPT ( I, II, III )
Polio ( I, II, III, IV )
Hepatitits
Campak
-
-
Nyeri
Nyeri,Panas
-
-
Nyeri
Ibu klien mengatakan anaknya telah diimunisasi hanya lupa tanggal
pemberiannya. Klien tidak mendapatkan Jenis imunisasi polio (I,II,III,IV), dan
Hepatitis, karna orang tuanya lupa membawa ke posyandu.
4. Riwayat tumbuh kembanga)Pertumbuhan Fisik
1)BB : 13 kg
2)TB : 104 cm
3)Waktu pertama tumbuh gigi : 6 bulan
b)Perkembangan tiap tahap
1)Berguling : 5 bulan
2)Merangkak : 7 bulan
3)Duduk : 7 bulan
4)Berdiri : 11 bulan
5)Berjalan : 12 bulan
6)Tersenyum pada orang pertama kali : 4 bulan
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
22/38
22
5. Riwayat Nutrisia. Pemberian ASI
1.Klien pertama kali disusui setelah lahir
2.Asi diberikan setiap 3 jam
3.Asi masih diberikan sampai 1 tahun
b.Pemberian susu formula
Klien tidak diberikan susu formula bebelac
c. Pemberian makanan tambahan
1.Pertama kali diberikan makanan tambahan pada usia 6 bulan
2.Makanan tambahan ( beras merah ) hanya diberikan sekali dan tidak pernah
lagi sampai sekarang
d.Pola perubahan nutrisi
No. Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1.
2.
3.
04 bulan
412 bulan
Saat ini
ASI
ASI + Beras Merah
ASI
Sampai sekarang
Beras Merah hanya
sekali diberikan
Sampai Sekarang
6. Riwayat Psikososiala. Klien tinggal serumah dengan Ayah, Ibu dan Saudaranya
b.Lingkungan Rumah berada di Desa
c. Rumah tidak dekat dengan Sekolah
d.Ada tangga yang berbahaya bagi Klien
e. Hubungan dengan Keluarga sangat Harmonis
f. Klien diasuh oleh Orang Tua
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
23/38
23
7. Riwayat Spirituala. Keluarga klien menganut agama Islam
b.Keluarga klien sering mengikuti sholat jumat dan kadang mengikuti
pengajian, dan taat sholat lima waktu serta sering berdoa untuk kesembuhan
anaknya.
8. Reaksi Hospitalisasia. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1)Ibu Klien mengatakan anaknya dibawa ke Rumah Sakit karena sangat
khawatir melihat klien saat kejang
2)Ibu klien mengatakan masih sangat khawatir melihat keadaan anaknya
3)Ibu klien mengatakan sangat berharap agar anaknya cepat sembuh
4)Ekspresi wajah ibu klien nampak cemas dan tegang.
5)Ibu klien selalu mendampingi anaknya di Rumah Sakit
6)Ibu klien mengatakan cemas melihat keadaan anaknya
7)Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mandi selama di rumah sakit
b.Pemahaman anak tentang Rumah Sakit dan rawat Inap
1)Klien sudah dua kali masuk dan dirawat rumah sakit dengan gejala yang
sama
2)Keluarga klien dapat menerima pengobatan
3)Keluarga dapat menerima perawat
4)Klien dibantu segala pemenuhannya oleh ibunya
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
24/38
24
9. Aktivitas Sehari-haria.Nutrisi
No. Kondisi Sebelum Sakit Setelah Sakit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Selera makan
Menu makan
Frekwensi makan
Makanan yang disukai
Pembatasan pola makan
Cara Makan
Baik
Nasi, sayur, Ikan
3x/hari
Ikan
Tidak ada
Makan sendiri
(tidak sadar)
Susu
3x/hari
-
Tidak ada
NGT
b.Cairan
No. Kondisi Sebelum Sakit Setelah Sakit
1.
2.
Jenis minuman
Frekwensi minum
Air putih
4-6 gelas/hari
Susu (NGT)
Terjadwal
c. Eliminasi
No. Kondisi Sebelum Sakit Setelah Sakit
1.
2.
BAB
Tempat pembuanganFrekwensi
Konsistensi
BAK
Tempat pembuangan
Frekwensi
Konsistensi
Toilet1 x / hari
Lembek
Toilet
4 - 6 x / hari
Jernih
Pempers1 x / hari
Lembek
Urine bag (cateter)
-
Kuning
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
25/38
25
d. Istirahat Tidur
e. Personal hygiene
No. Kondisi Sebelum Sakit Setelah Sakit
1.
2.
3.
4.
Jam Tidur :
- Tidur siang
- Tidur malam
Pola tidur
Kebiasaan sebelum tidur
Kesulitan tidur
Dari jam 12.0014.00
Dari jam 20.0005.30
Baik
Minum susu
Tidak ada
-
-
-
-
-
No. Kondisi Sebelum Sakit Setelah Sakit
1.
2.
3.
Mandi
- Cara
- Frekwensi
- Alat mandi
Cuci rambut
- Frekwensi
- Cara
- Alat
Gunting kuku
- Frekwensi
- Cara
Mandiri
2 x sehari
Sabun, gayung
3 x seminggu
Mandiri
Shampoo
Apabila mulai panjang
-
Mandiri
-
-
Belum pernah
-
Belum pernah
-
-
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
26/38
26
f. Aktivitas Olah Raga
No. Kondisi Sebelum Sakit Setelah Sakit
1.
2.
3.
Program Olah raga
Jenis dan Frekwensi
Kondisi setelah olah raga
Bermain sesuai dengan
pertumbuhan dan
perkembangannya
-
-
-
g.Aktivitas / Mobilitas Fisik
10. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien : Buruk
b.Tanda-tanda Vital
1)TD : 90/60 mmhg
2)N : 150 x / menit
3)T : 380C
4)RR : 20 x / menit
c. Antropometri
1)BB : 13 kg
2)TB : 104 cm
3)LILA : 18 cm
4)LK : 50 cm
5)LD : 48 cm
No. Kondisi Sebelum Sakit Setelah Sakit
1.
2.
3.
4.
Kegiatan sehari-hari
Pengaturan jadwal harian
Penggunaan alat bantu aktivitas
Kesulitan pergerakan tubuh
Bermain
Tidak ada
Mainan
Tidak ada
Tidak ada, klien
hanya terbaring di
tempat tidur
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
27/38
27
d.Sistem Pernapasan
- Tidak bebas, Pangkal lidah jatuh
- Terpasang O2 sungkup 5 L
- Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak nampak pernapasan
cuping hidung dan secret
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : simetris kiri dan kanan, bentuk dada normal, terdapat retraksi
dada
e. Sistem Cardio Vaskuler
- Conjungtiva nampak pucat
- Bunyi jantung normal
- Tidak terdengar bising aorta
f. Sistem Pencernaan
1.Skelera tidak Ikterus, bibir tampak kering
2.Tidak Nampak ada Labioskizis
3.Mulut tidak ada stomatitis, tidak Nampak ada Palatoskizis
4.Tidak ada lecet pada anus, tidak ada nyeri tekan
5.Tidak Nampak ada Hemoroid
g.Sistem Indra
1.Mata
a) Isokor
b)Bulu mata nampak tebal tersebar rata tapi sedikit
c)Konjungtiva nampak pucat
2.Hidung
a)Lubang hidung simetris kiri dan kanan
b)Tidak ada secret
c)Tidak tampak adanya pembesaran polip
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
28/38
28
d)Tidak tampak adanya sekret yang menutupi liang hidung
3.Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan
h.Sistem Syaraf
1)Fungsi Cerebral
Kesadaran menurun dengan nilai GCS 7
2)Fungsi Cranial tidak dikaji (Kesadaran menurun)
3)Fungsi Motorik tidak dikaji (Kesadaran menurun)
4)Fungsi Sensorik tidak dikaji (Kesadaran menurun)
5)Fungsi Cerebellum tidak dikaji (Kesadaran menurun)
6)Refleks : Terjadi kontraksi otot dengan gerakan refleks pada bagian bawah
jika diberikan stimulus.
7)Fungsi Meningen : Babinzki +
i. Sistem Muskuloskeletal
1)Kepala : Bentuk kepala Mesocepal
2)Leher : Tidak ada pembengkakan dan tidak tampak adanya
pembesaran kelenjar tyroid, Vena Jugularis tidak ada
peningkatan
3)Vertebra : Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang chyposis
maupun lordosis
4)Pelpis : -
5)Lutut : simetris kiri dan kanan, Tidak terdapat pembengkakan
6)Kaki : simetris kiri dan kanan tidak ada keluhan
7)Tangan : simetris kiri dan kanan tidak ada keluhan
j. Sistem Integumen
1)Rambut : nampak kotor , warna hitam, penyebaran pertumbuhan rata
2)Kulit : warna kulit sawo matang dan kering, nampak kotor, ibu klien
mengatakan selama anaknya dirawat belum pernah mandi
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
29/38
29
3)Kuku : nampak panjang dan kurang bersih.
k.Sistem Imun
Keluarga mengatakan klien tidak ada riwayat alergi terhadap cuaca, obat-
obatan dan zat kimia
l. Sistem ekdokrin
1)Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar
2)Suhu tubuh tidak seimbang
m.System Reproduksi
Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada tandatanda infeksi.
n.Sistem Perkemihan
1)Tidak ada oedem palpebra
2)Klien terpasang kateter
11. Test Diagnostik- CT-Scan
- Lumbal Pungsi : Warna jernih, pancaran kuat
- Hasil Lab : Leukositosis
12. Theraphy Saat Ini- Dexametason 3 x 4 mg
- D5 NS gtt 10x/ menit
- Ampicilin 3 x 450 mg
- O2sungkup 5 L
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
30/38
30
B.ANALISIS DATAData Etiologi Problem
Ds :
Ibu pasien mengatakan
pasien sering sesak
Do:
- Tampak adanya
retraksi dada
- Lidah pasien jatuh
- RR : 20
adanya retraksi dada Ketidakefektifan jalan nafas
Ds :
Ibu pasien mengatakan
Pasien sering demam.
Do:
Bibir kering
T : 380C
hipertermi Resiko terjadi kejang ulang
Ds : -
Do : Saat kejang anak
beresiko untuk cidera
kurangnya koordinasi otot Resiko terjadi trauma fisik
Ds :
Ibu selalu mengatakan
saya takut
Do :
Ibu selalu tampak sangat
khawatir dengan keadaan
anaknya
keterbatasan informasi Kurangnya pengetahuan
keluarga
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
31/38
31
No Tanggal DiagnosaKeperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. 30-07-2013 Ketidakefektifan
jalan nafas
berhubungan denganadanya retraksi dada
Ds:
Ibu pasienmengatakan pasien
sering sesak
Do:
- Tampak adanya
retraksi dada
- Lidah pasien
jatuh
RR : 20
- respirasi normal 24
28 kali/menit, tidak
ada retraksi otot.
1. Letakkan klien dalam posisi yang
nyaman (miring, permukaan datar,
miringkan kepala selama serangankejang).
2. Longgarkan pakaian terutama pada
leher, dada dan perut.Suction bila perlu
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
1. Meningkatkan aliran skret,
mencegah lidah jatuh dan
tersumbatnya kejalan nafas.Sebagai fasilitas sebagai usaha unuk
bernafas.
2. Menurunkan resiko aspirasi danasfiksia.
3. Menurunkan hipoksia cerebralakibat dari sirkulasi yang
menurunkan/oksigen skunder
terhadap spasme selama serangankejang.
2. 30-07-2013 Resiko terjadi kejang
ulang berhubungandengan hipertermi
Ds :
Ibu pasien
mengatakan Pasiensering demam.
Do:
Bibir kering
T : 380C
- Tidak terjadi
serangan kejang ulang.- 3637,5 C (anak)
- Nadi 110120x/menit (bayi) 100-110 x/menit (anak)
- Respirasi 3040x/menit (bayi) 24
28 x/menit (anak)
- Kesadarancomposmentis
1. Longgarkan pakaian, berikan
pakaian tipis yang mudah menyerapkeringat.
. Berikan kompres dingin
. Berikan ekstra cairan (susu, saribuah, dll)
. Observasi kejang dan tanda vitaltiap 4 jam
. Berikan anti piretika dan pengobatan
sesuai advis.
1.proses konveksi akan terhalang oleh
pakaian yang ketat dan tidakmenyerap keringat.
2.perpindahan panas secara konduksi3. saat demam kebutuhan akan cairan
tubuh meningkat.
4. Pemantauan yang teraturmenentukan tindakan yang akan
dilakukan.
5. Menurunkan panas pada pusathipotalamus dan sebagai propilaksis
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
32/38
32
3. 01-07-2013 Resiko terjadi trauma
fisik berhubungan
dengan kurangnyakoordinasi otot
Ds : -
Do: Saat kejanganak beresiko untuk
cidera
- Tidak terjadi trauma
fisik selama
perawatan.- Mempertahankan
tindakan yang
mengontrol aktivitas
kejang.
- Mengidentifikasitindakan yang harus
diberikan ketika terjadi
kejang.
1.Beri pengaman pada sisi tempat tidur
dan penggunaan tempat tidur yang
rendah2.Tinggalah bersama klien selama fase
kejang.
3.Berikan tongue spatel diantara gigi
atas dan bawah.
4.Letakkan klien di tempat yanglembut.
5.Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan
frekuensi kejang
6.Catat tanda-tanda vital sesudah fasekejang
1. meminimalkan injuri saat kejang
2. meningkatkan keamanan klien
3. menurunkan resiko trauma padamulut.
4. membantu menurunkan resiko injuri
fisik pada ekstimitas ketika kontrol
otot volunter berkurang.
5. membantu menurunkan lokasi areacerebral yang terganggu.
6. mendeteksi secara dini keadaan
yang abnormal
5 02-07-2013 Kurangnya
pengetahuan keluarga
berhubungan denganketerbatasan
informasi
Ds:
Ibu selalu
mengatakan
saya takut
Do:Ibu selalu tampak
sangat khawatir
dengan keadaan
anaknya
- Keluarga tidak sering
bertanya tentangpenyakit anaknya.
- Keluarga mampudiikutsertakan dalam
proses keperawatan.
- keluarga mentaatisetiap proses
keperawatan.
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
. Beri penjelasan kepada keluarga
sebab dan akibat kejang demam. Jelaskan setiap tindakan perawatan
yang akan dilakukan
. Berikan Health Education tentangcara menolong anak kejang dan
mencegah kejang demam. Berikan Health Education agar selalu
sedia obat penurun panas, bila anak
panas. Jika anak sembuh, jaga agar anak
tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau
teman yang menderita penyakit
menular sehingga tidak mencetuskankenaikan suhu.
1. Mengetahui sejauh mana
pengetahuan yang dimiliki keluarga
dan kebenaran informasi yangdidapat.
2.penjelasan tentang kondisi
yang dialami dapat membantumenambah wawasan keluarga
3. agar keluarga mengetahui tujuansetiap tindakan perawatan
4. sebagai upaya alih informasi dan
mendidik keluarga agar mandiridalam mengatasi masalah kesehatan
5. mencegah peningkatan suhu lebih
tinggi dan serangan kejang ulang.
6. sebagai upaya preventif serangan
ulang
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
33/38
33
Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi
30-07-2013 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan denganadanya retraksi dada
Ds:
Ibu pasien mengatakan pasien sering sesak
Do:
- Tampak adanya retraksi dada
- Lidah pasien jatuh
RR : 20
1.Meletakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring,permukaan datar, miringkan kepala selama serangan
kejang).
2.Melonggarkan pakaian terutama pada leher, dada danperut.
Suction bila perlu3.Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
30-07-2013 Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Ds :
Ibu pasien mengatakan Pasien sering demam.
Do:
Bibir keringT : 380C
1.Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang
mudah menyerap keringat.
2.Memberikan kompres dingin
3.Memberikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)4.Mengobservasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
5.Memberikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
01-07-2013 Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnyakoordinasi otot
Ds : -
Do: Saat kejang anak beresiko untuk cidera
1.Memberi pengaman pada sisi tempat tidur danpenggunaan tempat tidur yang rendah
2.Keluarga tinggal (menjaga) bersama klien selama fase
kejang.
3.Memberikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
4.Meletakkan klien di tempat yang lembut.
5.Mencatat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang6.Mencatat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
34/38
34
02-07-2013 Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
keterbatasan informasi
Ds:
Ibu selalu mengatakan
saya takut
Do:
Ibu selalu tampak sangat khawatir dengan keadaan
anaknya
1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga
2. Memberi penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat
kejang demam3. Menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan
dilakukan
4. Memberikan Health Education tentang cara menolong
anak kejang dan mencegah kejang demam
5. Memberikan Health Education agar selalu sedia obatpenurun panas, bila anak panas
6. Menjaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau teman yang menderita
penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikansuhu.
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
35/38
35
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : An.P Diagnosis Medi : Kejang Demam
No. MR : 0000750470 Ruang Rawa : Sayap B-RSMH
Tanggal
No.
Diagnosis
Keperawatan
SOAPTanda
Tangan
01-08-2013
01-08-2013
02-08-2013
1
2
3
S: -
O : Kesadaran 5
KU buruk
RR : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S : -
O : Kesadaran 5
KU burukT : 38,40C
N : 150 x/menit
RR : 20x/menit
A : Masalah Belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S : -
O : Kesadaran 5
KU buruk
Frekuensi kejang 5 x/hari
Kejang pada ekstremitas atas dan bawah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
36/38
36
01-08-2013
02-08-2013
4
5
S : Ibu pasien mengatakan demam anaknya
berkurang
O : KU buruk, GCS 5
T : 38,00C
N : 156 x/menit
RR :19 x/menit
A :Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
S : Ibu memahami perawatan pada pasien
O : Ibu mempraktekan dengan baik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Intervensi dihentikan Pasien An.P dengan Kejang Demam telah meninggal
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
37/38
37
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULANPenyakit Kejang demam merupakan penyakit yang paling sering
menyerang pada bayi dan balita dan lebih banyak menyerang pada anak laki-laki.
Yang jika tidak diobati dengan cepat dan baik akan meyebabkan gangguan pada
syaraf dan berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi dan balita.
Penyebab Kejang demam belum diketahui dengan pasti. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.
Faktor resiko kejang pertama yang penting adalah demam, selain itu
terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatankhusus dan kadar natrium rendah.
Pada landasan teori diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
kasus Kejang demam adalah :
a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan adanya retraksi dada
b. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
c. Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
e. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan
informasi
B.SaranBerdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukakan
beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
penanganan kasus Kejang demam.
-
7/22/2019 Konsep Kejang Demam.docx
38/38
1.Untuk meningkatkan kualitas perawatan dan sekaligus mewujudkan kualitas
profesionalisme keperawatan perlu terus menerus menerapkan asuhan
keperawatan sebagai metode pemecahan masalah.
2.Perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup khususnya tentang Kejang
demam, sehingga dapat mendidik klien dan keluarga untuk mengenal penyakit
Kejang demam yang diderita serta perawatannya dan tindakan penanganannya.
3.Keluarga diharapkan dapat bekerjasama dalam penyembuhan penderita dengan
memberikan dukungan yang dibutuhkan dalam penanganan klien dengan
Kejang demam.
4. Institusi pendidikan hendaknya dapat meningkatkan mutu dan kualitas
didikannya dengan memperbanyak buku-buku literatur keperawatan sehingga
menjadi dasar bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya.
5.Pihak Rumah Sakit hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan dan
fasilitas kesehatan yang lebih memadai guna memudahkan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.