KONSEP DASAR DAN PROSEDURPENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
------------------------------------------------------------
1. PendahuluanDewasa ini, kualitas pendidikan telah menjadi salah satu fokus perhatian,
setelah sekian lama kita berkutat dengan upaya-upaya peningkatan kuantitas,
seperti wajib belajar, pemerataan pendidikan secara massal, dan sekarang sudah
saatnya (bahkan sudah terlambat), harus mulai memberikan penekanan pada
upaya-upaya peningkatan kualitas. Banyak upaya yang bisa dilakukan kearah itu,
seperti peningkatan kualitas pembelajaran, peningkatan kualitas professional
kepala sekolah dan guru, penciptaan iklim yang inovatif di sekolah, penciptaan
iklim yang inovatif dalam pembelajaran, dan salah satunya upaya yang tidak
boleh dilupakan adalah pemanfaatan hasil-hasil penelitian untuk pengambilan
kebijakan pendidikan, serta yang lebih mikro adalah untuk peningkatan
profesionalisme guru untuk perbaikan perbaikan pembelajaran. Dalam kaitan
dengan itu, usaha-usaha yang acapkali dilakukan oleh praktisi pendidikan adalah
mendapatkan informasi atau explanasi dari suatu penelitian tindakan (action
research)
Penelitian tindakan merupakan salah satu metode penelitian yang menarik
perhatian ilmuwan dan atau praktisi ilmu pengetahuan pendidikan, social dan
humaniora. Pro dan kontra mengenai kelayakan penelitian ini acapkali terjadi,
apabila diproliferasi antara istilah penelitian (research) dengan tindakan.
Proliferasi tersebut pada hakikatnya berhubungan dengan epistimologi yang
dianut. Seperti aliran empirisme, positivism logis, dan strukturalisme akan
menolak hal tersebut, sedangkan aliran pragmatisme, dan materialism dialektis
menerimanya karena bagi penganut aliran ini kelayakan tujuan penelitian ini jelas
dapat dilihat.
Perlu disadari bahwa, hasil-hasil penelitian tidak begitu saja dapat secara
langsung mempengaruhi praktik pendidikan di sekolah atau praktek pembelajaran
di kelas. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, penelitian-penelitian
tersebut dilakukan oleh peneliti dari luar seperti dosen maupun peneliti dari
lembaga penelitian lainnya. Sekolah hanya digunakan sebagai kancah (seting)
penelitian, dimana permasalahan penelitian ditentukan oleh peneliti, bukan
masalah-masalah riil yang terjadi di kancah tersebut. Akibatnya, sekolah (murid
dan guru) hanya semata-mata berperan sebagai instrumental, dalam arti hanya
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan peneliti.
Kedua, dengan masalah yang dibawa dari luar berarti guru tidak terlibat
secara langsung dalam menentukan masalah tersebut. Akibatnya, masalah-
masalah itu tidak dihayati oleh guru sehingga pembentukan pengetahuan
(knowledge construction) tidak terjadi. Dengan demikian, tidak ada masukan yang
dapat dipakai guru untuk meningkatkan pembelajarannya.
Ketiga, penyebarluasan hasil-hasil penelitian memakan waktu lama karena
prosedur diseminasi yang harus dilalui sangat panjang, yang meliputi berbagai
kegiatan seperti penerjemahan hasil-hasil penelitian itu dalam suatu program,
juga termasuk prosedur birokratik yang melelahkan.
Mengantisipasi hal tersebut di atas, orientasi baru dalam cara memandang
proses pendidikan dan pembelajaran, yaitu yang mengedepankan tanggungjawab
semua pihak dalam meningkatkan kualitas praktik pendidikan dan pembelajaran,
telah menempatkan sekolah tidak semata-mata sebagai objek, melainkan sebagai
subjek pelaku penelitian. Orientasi ini memunculkan penelitian tindakan di
sekolah yang disebut dengan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan penelitian
tindakan di kelas yang disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian sejenis ini terklasifikasi sebagai penelitian tindakan (action research)
dimana peneliti berperan sebagai pelaku langsung penelitian itu, sehingga peneliti
(guru, pengawas) dapat membangun sendiri pengetahuannya melalui praktik
pendidikan di sekolah atau praktik pembelajarannya, demi peningkatan efektifitas
pengelolaan sekolah dan atau pembelajaran dan bahkan untuk perbaikan
hasilnya, jadi unsur formatif dan diagnostik dapat terjadi.
Sejak berkembang kembali di tahun 1960an (dimana penelitian tindakan
pertama kali diperkenalkan di Inggris pada tahun 1920), penelitian tindakan
(action research) kini menjadi salah satu jenis penelitian yang banyak dilakukan,
terutama dalam penelitian-penelitian sosial dan pendidikan. Kemmis (1983)
mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu ujicoba ide-ide
sehingga dapat bermanfaat bagi lingkungan situasi. Stringer (1999) maupun
Webb (dalam Zuber-Skerrit, 1996) menyebut penelitian tindakan sebagai suatu
penelitian dalam kehidupan profesional dan publik. Hopkins (1993) maupun
Kemmis dan McTaggart ( 1988) lebih menekankan pada penggunaan penelitian
tindakan sebagai upaya pengentasan masalah-masalah riil, untuk meningkatkan
efektifitas. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa penelitian tindakan
sebagai suatu upaya peningkatan profesionalisme dan efektifitas kegiatan publik
melalui pemecahan masalah-masalah riil.
Penelitian tindakan sekolah (PTS) dan penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah salah satu bentuk penelitian tindakan, yang bisa bersifat diagnostic,
partisipatif, dan empirik, yang mengikuti ciri-ciri penelitian tindakan, dan lebih
diarahkan pada praktek pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks praktik
persekolahan dan atau pembelajaran.
Sesuai dengan uraian di atas, terkait dengan pelatihan ini (khusus untuk
pengawas) penulisan makalah ini bertujuan agar peserta: (1) memahami konsep-
konsep dasar PTS. Pembahasan konseptual ini dimaksudkan sebagai pemicu
pengembangan wawasan peserta tentang PTS, (2) memahami prosedur
pelaksanaan PTS, (3) melakukan PTS untuk meningkatkan kualitas praktik
pendidikan dan pembelajaran.
2. Konsep Dasar Penelitian Tindakan 2.1 Pengertian Dan Karakteristik PTS sebagai penelitian tindakan
Elliot (1982) menyatakan penelitian tindakan merupakan suatu kajian
tentang situasi social dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di
dalamnya. Sedangkan Hopkins (1993) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai
berikut :…a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social
(including educational) situation in order to improve the rationality and justice of
(a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these
practices, and (c) the situations in which practices are carried out.
Dengan demikian dapat dikatakan penelitian tindakan merupakan suatu kajian
yang bersifat reflektif dari pelaku penelitian tersebut. Penelitian tindakan
dilakukan dalam suatu situasi sosial (termasuk didalamnya situasi pendidikan).
Dengan pengertian di atas, jelaslah bahwa penelitian tindakan merupakan suatu
penelitian yang dilakukan karena adanya kebutuhan pada saat itu, suatu situasi
yang memerlukan penanganan langsung dari pihak yang bertanggungjawab atas
penanganan situasi tersebut.
Penelitian tindakan banyak dilakukan baik oleh guru maupun pengawas. Bila
dilakukan guru umum disebut sebagai Penelitian Tindakan Kelas dan disingkat
dengan PTK, sedangkan bila dilakukan oleh pengawas sekolah, disebut sebagai
Penelitian Tindakan Sekolah atau disngkat dengan sebutan PTS. Dalam makalah
ini khusus akan dibicarakan tentang PTS.
Tujuan utama PTS adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di dalam sekolah-sekolah yang berada dalam binaan pengawas sekolah.
Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan
dengan tindakan yang dilakukan. Secara lebih rinci, tujuan PTS antara lain : (1)
meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan, manajemen dan
pembelajaran, termasuk mutu guru, kepala sekolah, khususnya yang berkaitan
dengan tugas profesional kepengawasan, di sekolah-sekolah yang menjadi
binaannya; (2) meningkatkan kemampuan dan sikap profesional sebagai
pengawas sekolah; (3) menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan
sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan.
Ciri khusus dari PTS adalah adanya tindakan (action) yang nyata.
Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan
ditunjukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis. Tindakan
tersebut adalah merupakan sesuatu kegiatan ynag sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan dalam
rangkaian siklus kegiatan. Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang
dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan sekolah harus merupakan
sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas.
Di samping itu PTS, karena menggunakan kegiatan yang nyata di sekolah-
sekolah, menuntut etika, antara lain : (a) tidak boleh mengganggu tugas proses
pembelajaran dan tugas mengajar guru, maupun kegiatan pendidikan yang
berjalan di sekolah , (b) jangan menyita banyak waktu (dalam mengambil data
dll). (c) masalah yang dikaji harus merupakan masalah yang benar-benar ada dan
dihadapi oleh pengawas sekolah, (d) dilaksanakan dengan selalu memegang
etika kerja (minta ijin, membuat laporan,dll).
Berdasarkan pengertian di atas, PTS memiliki beberapa karakteristik,
sebagai berikut.
(1) PTS adalah suatu penelitian tentang praktik kependidikan yang
menyangkut pengawasan akademik dan pengawasan manajerial, melalui
pemantauan, penilaian, pembinaan, pelaporan, dan tindak lanjut, yang
dilakukan oleh pengawas itu sendiri (an inquiry on practice from within).
Kegiatan penelitian oleh pengawas ini dipicu oleh permasalahan praktis
yang riil terjadi dan dialami langsung (jadi, bersifat spesifik-kontekstual,
practice driven), dan bagaimana masalah tersebut ditangani secara
langsung pula (action driven). Hal ini mengisyaratkan bahwa pengawas
committed dalam topoksinya, termasuk bersedia mengubah diri bila situasi
menghendaki demikian. Jadi, pengawas secara terus-menerus mencermati
praktiknya dan permasalahan yang timbul, serta aktif mencari alternatif-
alternatif pengentasan masalah yang dihadapinya. Melalui PTS, pengawas
akan terbiasa menghadapi tantangan dan bersedia membuka diri bagi
pengalaman dan berbagai inovasi yang baru. Dengan demikian, dalam
PTS pengawas mengalami suatu involvement, keterlibatan langsung
dalam PTS, dan improvement, perbaikan cara kerja dan pola fikir
pedagogik (McNiff, 1992).
(2) Kerjasama kesejawatan antara para pelaku PTS (kolaboratif). Kerjasama
kesejawatan mengisyaratkan bahwa dalam melakukan PTS, semua
anggota tim peneliti bekerja dalam kesetaraan dalam semua tahapan PTS.
PTS tidak menganut pendekatan misionaris, dimana satu pihak berposisi
membimbing pihak lainnya. Hal ini perlu ditekankan karena kolaborasi
seringkali terjadi antara pengawas sebagai peneliti dengan guru.
Kemmis dan McTaggart (1988) menyebutkan lima prinsip
kolaboratif dalam PTS, yaitu (a) penghargaan terhadap waktu, (b)
pembuatan keputusan bersama, (c) partisipasi yang terbuka dan seimbang
dalam diskusi, (d) menetapkan persetujuan yang bersifat mengikat, dan (e)
pembagian tugas yang adil.
(3) PTS adalah suatu kegiatan reflektif yang dipublikasikan (a reflective
practice, made public). Karakteristik ini menekankan bahwa, meskipun PTS
adalah suatu tindakan reflektif (a reflective practice), Laporan dari PTK
disebarluaskan (made public) pada sejawat kepala sekolah dan guru (peer
review), dan ini merupakan suatu situasi yang baik untuk peningkatan
profesionalisme.
2.2 Tugas Kepengawasan dan PTS
Bila dicermati SK MENPAM Nomor 118 tahun 1996 yang diperbaharui
dengan SK MENPAM Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya diberi tugas, tanggung jawab
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan
sekolah menengah.
Tugas pokok pengawas adalah melaksanakan pengawasan akademik dan
pengawasan manajeral melalui pemantauan, penilaian, pembinaan, pelaporan
dan tindak lanjut. Dalam kaitannya dengan kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah
jabaran tugas pokok pengawas sekolah sebagai dasar dan menentukan tema
atau judul. Masalah penelitian tindakan kepengawasan dapat dilukiskan dalam
bagan di bawah ini
Kegiatan Supervisi Akademik Supervisi manajerial
Memantau 1. Pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar
2. Keterlaksanaan kurikulum tiap mata pelajaran
1. Pelaksanaan ujian PSB dan ujian sekolah
2. Pelaksanaan Standar nasional pendidikan
Menilai Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran/bimbingan
Kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok fungsi dan tanggung jawab
Membina 1. Guru dalam menyusun silabus dan RPP
2. Guru dalam Proses melaksakan pembelajaran di kelas/ laboratorium /lapangan
3. Guru dalam membuat mengelola dan menggunakan media pendidikan dan pembelajaran
4. Guru dalam memanfaatkan hasil penelitian untuk perbaikan mutu pendidikan
5. Guru dalam mengolah dan menganalisis data hasil penilaian
6. Guru dalam melaksakan penelitian tindakan kelas
1. Kepala sekolah dalam
pengelolaan dan
administrasi sekolah
2. Kepala sekolah dalam
mengkoordinir program
bimbingan konseling
Melaporkan 1. Hasil pengawasan akademik 1. Hasil pengawasan
Pelaksanaan tindakan I
dan tindak
lanjut
pada sekolah-sekolah yang menjadi binaannya
2. Menindaklanjuti hasil-hasil pengawasan akademik untuk meningkatkan kemampuan professional guru
manajerial pada sekolah-sekolah binaannya
2. Menindaklanjuti hasil-hasil pengawasan manajerial untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan
Terkait dengan hal tersebut, PTS dilakukan secara rinci mengikuti daur
penelitian tindakan, yaitu dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, pengumpulan data, serta analisis untuk pengkajian hasil dalam
rangka refleksi. Dari hasil refleksi dilanjutkan dengan langkah kegiatan serupa
para siklus kegiatan yang berikutnya. Bila digambarkan dalam diagram dapat
disajikan sebagai berikut :
Permasalahan
Perencanaa tindakan I
Refleksi I Pengamatan/Pengumpulan data I
Permasalahan baru hasil refleksi
Siklus I
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
Refleksi II Pengamatan/Pengumpulan data II
Bila permasalahan belum terselesaikan..
Dilanjutkan ke siklus berikutnya..
Siklus II
Pelaksanaan PTS dimulai dengan siklus yang pertama yang terdiri dari empat
kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan
yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru bersama peneliti (dalam
kasus ini bersama dengan pengawas sekolah) menentukan rancangan untuk
siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama
dengan kegitan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan, atau
untuk meyakinkan atau menguatkan hasil. Tapi umunya kegitan yang dilakukan
pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan
terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau
kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka dapat dilanjutkan dengan
tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah
selesai dengan siklus kedua dan belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan
siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu.
3. Menyusun usulan PTS
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) bertujuan meningkatkan mutu
kepengawasan yang dilakukan pengawas sekolah, pada sekolah-sekolah
binaannya. Sebagai PTS, ada tiga hal penting yang harus dijawab dalam PTS,
yakni :
a. Siapa yang akan ditingkatkan? Sesuai dengan tugasnya pengawas
sekolah bertanggung jawab membina guru, kepala sekolah dan
tenaga kependidikan yang lain yang ada pada sekolah-sekolah
binaannya.
b. Apa yang akan ditingkatkan? Sebelum melakukan PTS, pengawas
sekolah harus mengetahui dengan jelas, hal-hal apa yang akan
ditingkatkan. Misalnya, kemampuan guru dalam menyusun RPP,
kemampuan dan kemauan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas/ laboratorium/ lapangan, kemampuan guru
dalam menerapkan berbagai kepala sekolah dalam pengelolaan
administrasi sekolah, dalam mengkoordinasikan pelaksanaan
program bimbingan konseling, dan lain-lain.
c. Melalui tindakan apa? Tindakan tersebut umumnya berupa
penggunaan ”tindakan kepengawasan” yang baru (bukan yang
selama ini telah dilaksanakan). Tindakan tersebut telah diyakini,
akan mampu memberikan hasil yang lebih baik, dari apa yang telah
biasa dilakukan saat ini. Misalnya melalui berbagai kegiatan
pembelajaran/ pelatihan/ diskusi/ dll yang dapat dilakukan bagi para
guru atau kepala sekolah, dalam waktu yang relatif terbatas, yang
berupa lokakarya, pelatihan, diskusi kelompok kecil, Forum Diskusi,
Kerja kelompok, dan lain-lain.
Dengan demikian, pada judul PTS paling tidak berisi informasi tentang: (a)
Apa yang akan ditingkatkan? (b) Menggunakan tindakan apa, dan (c) Siapa yang
akan ditingkatkan. Sebagai kelengkapan, umunya dituliskan pula sub judul. Sub
judul bertujuan untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi,
seperti misalnya dimana penelitian dilakukan, kapan, di sekolah-sekolah mana,
dan lain-lain.
Berikut disajikan alternatif contoh Topik PTS, yang mengandung tiga hal
yang penting di atas.
NO. Apa yang mau ditingkatkan mutunya..
Bagaima tindakan yang akan dilakukan pengawas..
Siapa yang akan ditingkatkan?
1 Kemampuan guru dalam melaksanakan metode demontrasi disertai tugas terstruktur
Melalui pelatihan Guru Fisika
2 Mutu guru dalam mengevaluasi hasil belajar siswa
Melalui lokakarya Guru matematika
3 Kemampuan guru dalam menyusun RPP
Melalui workshop Guru bahasa inggris
4 Guru dalam memanfaatkan hasil penilain untuk perbaikan mutu pendidikan
Melalui focus group discission (FGD)
Guru SMP
5 Kemauan dan kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif
Melalui kerja kelompok Guru SMP
6 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah
Melalui pembinaan dalam forum diskusi guru
Guru SD
7 Membuat, mengelola dan menggunakan media pendidikan dan
Melalui kerja kelompok laboratorium
Guru SMP
pembelajaran8 Kemampuan guu dalam
melaksanakan penelitian tindakan kelas
Melalui lokakarya intensif terstruktur
Guru SMP
9 Dan seterusnya….
4. Kerangka Isi Usulan Penelitian Tindakan Sekolah
Kerja penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu umum
disebut sebagai usulan penelitian. Usulan penelitian merupakan langkah pertama
dari kerja penelitian. Pada umumnya usulan PTS terdiri dari :
A. Judul penelitian
B. Pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah dan cara pemecahan masalah, tujuan dan
kemanfaatan hasil penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki
atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan, atau hasil kerja
kepengawasan).
C. Kajian / tinjauan pustaka yang menguraikan kajian teori dan pustaka
yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan
penelitian tindakan.
D. Metode penelitian yang menjelaskan tentang rencana dan prosedur
penelitian (terutama : prosedur diagnosis masalah, perencanaan
tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi,
prosedur refleksi hasil penelitian).
Rincian dari langkah kegiatan di atas dapat dideskripsikan sbb:
A. JudulJudul penelitian menyatakan secara jelas namun sesingkat mungkin
permasalahan yang akan diteliti, upayakan variabel penelitian tercantum pada
judul tersebut. Upayakan pula agar dengan membaca judul itu, pembaca akan
tertarik untuk membaca lebih jauh isi usulan penelitian.
Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal utama yang
seharusnya tertulis di dalam judul harus menggambarkan masalah yang akan
diteliti dengan menuliskan (1) apa yang mau ditingkatkan mutunya, (2) bagaimana
tindakan yang akan dilakukan pengawas, dan (3) siapa yang akan ditingkatkan?
Bila diperlukan di bawah judul dituliskan sub judul. Sub judul ditulis untuk
menambahkan keterangan yang lebih rinci, tentang populasi, seperti misalnya di
mana penelitian dilakukan, kapan, di kelas berapa, di sekolah-sekolah mana dan
lain-lain.
Berikut disajikan beberapa contoh judul laporan PTS (dari kegiatan block
grant PTS pada tahun 2008 di Dir.PMPTK).
Judul PTS PenulisBerlatih bersama sebagai strategi alternatif peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis guru SD/SMP negeri/swasta kota Batu,
Pugu,Muhammad
Usaha meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran kewirausahaan dalam menyusun RPP melaui Workshop pada SMP binaan di kota Malang,
Sampir,
Peningkatan kemampuan tenaga administrasi sekolah dalam membuat surat dinas melalui pendampingan pada SMP binaan di kota Batu
Sukardi,
Dari ketiga judul di atas, tiga informasi utama dalam PT telah dapat dituliskan dengan baik, yakni:
No Apa yang mau ditingkatkan mutunya...
Bagaimana tindakan yang akan dilakukan pengawas...
Siapa yang akan ditingkatkan?
1 Kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis guru
Berlatih bersama Kepala sekolah/SD/SMP negeri/ swasta kota Batu
2 Kemampuan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam menyusun RPP
Melalui workshop Guru mata pelajaran kewirausahaan pada SMP binaan di kota malang
3 Kemampuan tenaga administrasi sekolah dalam membuat surat dinas
Melalui pendampingan
Tenaga administrasi sekolah pada SMP binaan di kota Batu
B. Pendahuluan
Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah dan cara pemecahan masalah, tujuan dan kemanfaatan hasil penelitian
dengan uraian sebagai berikut :
Isi sub Latar Belakang
Pendahuluan paling tidak terdiri dari sub yang menjelaskan alasan atau
latar belakang pelaksanaan PTS, hendaknya disesuaikan dengan permasalahan
PTS yang dilakukan. Latar belakang yang digunakan dalam usulan PTS
diperlukan agar orang dapat memahami konteks atau lingkungan, faktor-faktor
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Jadi segala informasi
yang berhubungan dengan permasalahan tersebut dikemukakan dengan maksud
agar orang lebih mudah menghayati situasi dan kondisi di mana masalah-msalah
tersebut timbul atau terjadi. Informasi mengenai latar belakang tidak perlu
penjang lebar melainkan singkat tapi jelas agar tidak membosankan. Seringkali
peneliti perlu memberikan uraian kronologi dan logis dalam bentuk urutan
paragraf yang teratur. Urutan informasi ini memerlukan organisasi pemikiran yang
cermat yang harus dituangkan dalam kalimat yang efektif dan menarik. Masalah
yang diteliti adalah benar-benar suatu masalah yang terkait dengan tugas
kepengawasan salah satu umpama masalah pembelajaran yang terjadi dan
dihadapi oleh guru di kelasnya, di sekolahnya, maka dituliskan dengan jelas
kondisi yang menjadikan terjadinya permasalahan tersebut (untuk pengawas
sekolah, masalahnya benar-benar terjadi dalam pelaksanaan tugas pengawasan
di sekolah-sekolah binaannya). Penyebab munculnya masalah dan didukung oleh
teori yang relevan, serta didukung oleh data yang ada dan benar. Oleh karena itu:
a) Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan
mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi
ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya
b) Masalah itu jelas dan bukan kajian teoretik, namun yang nyata terjadi di
sekolah, yang terinspirasi dari hasil penelitian terdahulu, tetapi juga dapat
digali dari permasalahan kepengawasan yang aktual
c) Masalah tersebut harus dapat diduga menjadi akar penyebabnya dan secara
cermat dan sistematis dapat diberikan alasan (argumentasi) bagaimana dapat
menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang jawabannya akan dicari
melalui penelitian. Dengan perkataan lain, masalah penelitian merupakan
pertanyaan peneliti yang mendorongnya untuk mengadakan penelitian. Karena itu
masalah penelitian (research question) harus dirumuskan secara spesifik agar
dapat menjadi penuntun bagi peneliti. Peneliti yang belum berpengalaman pada
umumnya ingin meneliti masalah yang terlalu luas dan terlalu banyak hingga
akhirnya tidak mampu melaksanakannya. Karena itu para peneliti harus
senantiasa berhati-hati sebelum menentukan masalahnya agar jangan sampai
meneliti masalah yang terlalu luas, terlalu banyak dan tidak benar-benar diketahui
sehingga akhirnya tidak mampu melanjutkannya. Begitu pula pada penelitian
tindakan dan juga PTS harus dapat dirumuskan secara jelas.
Sebagai contoh, jika judul PTSnya adalah: (1) Berlatih bersama sebagai strategi
alternatif peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan
supervisi klinis guru SD Negeri di gugus 1 kota Amlapura, dan (2) Peningkatan
kemampuan tenaga administrasi dalam membuat surat dinas melalui
pendampingan pada SMK Binaan di Kota Singaraja; maka rumusan masalah
penelitiannya adalah
(1) Apakah berlatih bersama dapat digunakan dalam peningkatan kemampuan
kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis guru SD Negeri di
gugus 1 kota Amlapura
(2) Apakah pendampingan dapat meningkatkan kemampuan tenaga
administratif dalam membuat suart-surat dinas pada SMK Binaan di kota
Singaraja?
D. Tujuan dan ManfaatTujuan PTS harus relevan dengan masalah yang dirumuskan. Mengacu
pada permasalahan di atas, perumusan tujuan dapat dituliskan (sebagai salah
satu alternatif) sebagai berikut :
(1) Untuk meningkatan kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan
supervisi klinis pada para guru SD Negeri di gugus 1 kota Amlapura
(2) Untuk dapat meningkatkan kemampuan tenaga administratif dalam
membuat suart-surat dinas dengan cara pendampingan pada SMK Binaan
di kota Singaraja?
Sedangkan perumusan manfaat PTS umumnya dirumuskan pada tingkatan
manfaat praktis, seperti :
”(PTS) ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa ....( bagi guru, atau bagi
pengawas sekolah, bagi kepala sekolah atau yang lain...)
E. Tinjauan PustakaSetiap akademisi atau praktisi khususnya pendidikan mempunyai kebiasaan
membaca dan mengkaji berbagai literatur dalam bidangnya. Dalam proses
tersebut ia akan menemui berbagai hasil penelitian, teori, dan permasalahan yang
berkaitan dengan itu. Karena itu dengan mudah ia akan dapat menentukan
masalah-masalah yang perlu diteliti. Setiap masalah penelitian mempunyai kaitan
dengan teori. Karena itu teori-teori tersebut merupakan sumber dimana masalah
dapat ditemukan. Dengan perkataan lain masalah penelitian harus mempunyai
landasan teori. Pengkajian dan penelusuran berbagai teori adalah dalam rangka
menentukan teori dasar yang akan digunakan peneliti untuk meneliti variabel
yang dikonstruksikan. Setiap variabel yang akan diteliti seyogyanya memiliki
kontruksi dasar teori. Hal ini sangat penting karena untuk selanjutnya teori yang
digunakan akan menentukan arah penelitian tersebut, baik menyangkut
instrumentasi yang digunakan (dalam proses perancangan maupun validasinya),
maupun tahapan verifikasinya. Setelah peneliti mengemukakan teori-teori yang
berhubungan dengan variabel yang diteliti (masalahnya) maka ia dapat
mendeduksikan konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Setiap teori berisi
konsep, karena itu konsep tersebut harus dijelaskan di dalam bagian ini agar
orang mengetahui dasar atau inti teori tersebut. Dalam bagian ini sering
digunakan diagram-diagram untuk menjelaskan konsepnya.
Seiring dengan hal di atas, kajian hasil-hasil penelitian yang relevan
merupakan suatu langkah penting untuk memperkaya pengetahuan peneliti.
Dalam kasanah metodologi antara kajian teori dengan kajian empirik tersebut
adalah koheren. Kajian-kajian tersebut (baik teori-empirik) merupakan modal
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai
faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi yang dapat dirumuskan
dalam kerangka berpikir, yang disusun secara rasional berdasarkan premis-
premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor
empiris yang relevan.
Bila dikaitkan dengan PTS, ciri khusus PTS adalah adanya tindakan.
Tindakan tersebut dapat berupa penerapan model/ strategi/cara kepengawasan
yang ”baru” yang benar-benar dilakukan oleh pengawas sekolah di sekolah-
sekolah binaannya, dalam upayanya meningkatkan hasil kerja kepengawasan
tertentu.
Beberapa contoh tindakan yang dapat dilakukan pengawas sekolah pada
kegiatan Supervisi Akademik antara lain (a) Meningkatkan kemampuan guru
dalam proses pembelajaran matematika, atau dalam pembelajaran mata
pelajaran yang lainnya, (b) Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
penilaian hasil belajar siswa, (c) Meningkatkan kemampuan guru dalam
menggunakan media dan sumber belajar, (d) Meningkatklan kemampuan guru
dalam memanfaatkan lingkungan belajar, (e) Meningkatkan kemampuan guru BK
dalam menyusun dan melaksanakan program BK di sekolah, (f) Menilai dan
meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan,
menggunakan media dan sumber belajar, (g) Membina guru dalam menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran, (h) membina guru dalam
mengembangkan karir profesi dan kepangkatannya, dan lain-lain.
Sedangkan pada kawasan penelitian supervisi manajerial, misalnya (a)
Membina kepala sekolah dalam melaksanakan visi, misi dan tujuan sekolah, (b)
Membina kepala sekolah dalam menyusun perencanaan pendidikan pada
sekolahnya, (c) Membina kepala sekolah dalam melaksanakan program
pendidikan pada sekolahnya, (d) membina kepala sekolah dalam menyusun
rencana anggaran biaya sekolah, (e) Menbina kepala sekolah dalam
melaksanakan manajemen berbasis sekolah, (f) Membina kepala sekolah dalam
mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, (g) Membina staf sekolah
dalam melaksanakan administrasi kesiswaan, kepegawaian, keuangan, (h)
menilai dan meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi-
fungsi kepemimpinan, dan lain-lain.
Sebagai contoh, akan dilakukan PTS yang menerapkan model
pembelajaran berkelompok dalam upaya meningkatkan kemampuan guru.
Pada kajian pustaka haru jelas dapat dikemukakan
a) Bagaimana teori learning together, siapa saja tokoh-tokoh dibelakangnya,
bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori ini, apa
persyaratannya, dan lain-lain.
b) Bagaiman bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut
dalam upaya peningkatan kemampuan guru, bagaimana pelaksanaan
pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pelaksanaan, dan
sebagainya,
c) Bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model tersebut dengan
perubahan yang diharapkan, atau terhadap masalah yang akan
dipecahkan, hal ini hendaknya dapat dijabarkan dari berbagai hasil
penelitian yang sesuai, dan
d) Bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya
penerapan model di atas pada pembelajaran terhadap hal yang akan
dipecahkan.
Harus diyakini bahwa tindakan yang dipilih (berdasar teori) lebih baik dari
tindakan pembelajaran yang selama ini dilakukan.
Sedikitnya ada dua syarat utama harus dipenuhi oleh sumber bacaan yang
akan digunakan dalam kajian teori, yakni :
a) Adanya keterkaitan antara isi bacaan dengan masalah yang dibahas, dan
b) Kemutahiran sumber bacaan, artinya sumber bacaan yang sudah
kadaluwarsa harus ditinggalkan.
Penelitian dengan daftar kepustakaan yang sangat banyak, namun keterkaitan
antara isi kepustakaan dan masalah yang dibahas tidak terlalu jelas, harus
dihindari. Kualitas hasil karya ilmiah tidak berkaitan dengan banyaknya buku yang
tercantum pada daftar pustaka, tetapi kualitas pustaka yang digunakannya.
F. Metode PenelitianHal penting yang harus dimengerti bahwa ; penelitian tindakan sekolah
(PTS) adalah adanya kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat
kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah (a) perencanaan, (b)
tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat dirinci sebgai berikut:
Langkah perencanaan umumnya terdiri dari kegiatan (a) menentukan
subyek dan sekolah-sekolah yang akan menjadi subyek penelitian, (b)
menetapkan aspek-aspek yang akan diamati, (c) menetapkan jenis data baik dan
cara pengumpulannya sesuai tujuan penelitian, (d) menentukan instrumen untuk
mengamati dan merekam atau mendokumentasikan semua informasi tentang
pelaksanaan tindakan, (e) menetapkan cara pelaksanaan refleksi, (f) menetapkan
kriteria keberhasilan atau penentuan bukti yang akan dijadikan indikator untuk
mengukur pencapaian pemecahan masalah-masalah sebagai akibat
dilakukannya tindakan, dan (g) perencanaan tindakan-tindakan lain yang
diharapkan akan menghasilkan dampak ke arah perbaikan program.
Pelaksanaan tindakan meliputi deskripsi tindakan yang akan dilakukan,
meliputi pelaksanaan rencana tindakan yang telah disiapkan, termasuk di
dalamnya langkah-langkah pelaksanaannya atau praktik kepengawasan di
sekolah dalam setiap siklus. Deskripsikan pula kegiatan yang akan dilakukan
sehubungan dengan pelaksanaan program kegiatan di sekolah sebagai bentuk
nyata pelaksanaan tindakan dalam penelitian.
Langkah observasi, adalah berupaya mendeskripsikan pelaksanaan
observasi, meliputi siapa yang melakukan observasi, cara pelaksanaan obsevasi,
alat bantu observasi, dan data yang hendak dikumpulkan, serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan observasi seperti yang telah disiapkan pada saat membuat
perencanaan tindakan sebelumnya.
Tahap analisis dan refleksi, berupa paparan prosedur analisis data yang
dilakukan, melalui (a) reduksi data, jika terdapat data yang tidak diperlukan, (b)
penyederhanaan data, (c) tabulasi data, (d) penyimpulan data. Selanjutnya hasil
analisis data akan digunakan sebagai bahan refleksi. Deskripsikan bagaimana
reflesi dilakukan, kapan, dan siapa saja yang terlibat dalam kegiatan refleksi serta
jelaskan mengapa refleksi dilakukan.
Pelaksanaan PTS dimulai dengan siklus yang pertama yang terdiri dari empat
kegiatan di atas. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari
tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, peneliti (dalam hal
pengawas sekolah) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Kegitan pada
siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya bila
ditujukan untuk mengulangi kesuksesan, atau untuk meyakinkan atau
menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua
mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja
ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan
pada siklus pertama.
Jika sudah selesai dengan siklus kedua, peneliti belum juga merasa puas,
dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan
siklus terdahulu.
Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan.
Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri atau kebutuhan yang
terkait dengan pemecahan masalah yang dihadapi.
Dengan demikian pada bab Rencana Pelaksanaan PTS hendaknya:
a. Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan.
b. Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian
secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus.
c. Tujukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator
keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelumnya pindah ke siklus
lain.
Untuk dapat membantu menyusun bagian ini, disarankan untuk terlebih dahulu
menuliskan pokok-pokok rencana kegitan dalam suatu tabel sebagaimana
contoh rancangan PTS berikut ini.
Siklus I
Perencanaan : identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
a. Merencanakan tindakan yang akan diterapkanb. Bila berupa peningkatan kemampuan guru,
kepala sekolah, tetapkan pokok-pokok bahasan sesuai dengan tujuan PTS
c. Mengembangkan skenario pelatihand. Menyusun RPP pelatihane. Menyiapkan sumber belajarf. Mengembangkan format evaluasig. Mengembangkan format observasi pelatihan
Tindakan Menerapkan tindakan (pelatihan) mengacu pada skenario dan RPP
Pengamatan Melakukan observasi dengan memakai format observasiMenilai hasil tindakan dengan menggunakan formap RPP
Refleksi Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.Melakukan pertemuan untuk membahas hasil
evaluasi tentang skenario, dllMemperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi, untuk digunakam pada siklus berikutnyaEvaluasi tindakan I
Siklus II
Perencanaan Indentifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.Pengembangan pogram tindakan II
Tindakan Pelaksanaan tindakan IIPengamatan Pengumpulan data tindakan IIRefleksi Evaluasi tindakan II
Siklus-siklus berikutnyaKesimpulan, saran, rekomendasi
Sebagai tambahan contoh, berikut disajikan pokok-pokok kegiatan pada
keempat tahapan kegiatan siklus pertama dari PTS yang dilakukan oleh Puguh (2008)
Tahapan kegiatan Rincian kegiatan
1. Perencanaan a. Mensosialisasikan model supervisi klinis kepada kepsek
b. Menyiapkan skenario pelatihan dalam bentuk RPP
c. Menyiapkan materi, peralatan pelatihand. Membagikan materie. Menyiapkan lemba observasif. Menyusun materi simulasi dan berlatih perang. Menyiapkan media pelatihanh. Menetapkan kelompok heterogen dengan 3-4
orang
2. Pelaksanaan Tindakan yang telah dirancang dilaksanakan pada setiap tahap pelaksanaan. Selama pelaksanaan tindakan dilakukan observasi terhadap kemampuan kepala sekolah, sikap, partisipasinya, dll.Sebelum dilakukan tindakan diadakan tes awal (pretes) untuk mengetahui kemampuan awal kepala sekolahPengawas dalam PTS ini berperan sebagai:
Merancang intervensi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatanBekerjasama dengan kepala sekolah dalam melakukan tindakan yang dirancangBerperan sebagai pendampingMelakukan pemantauan komprehensifMerumuskan langkah-langkah supervisi
klinis,kendala, dan mendikusikan pemecahannyaMenerapkan tukar menukar penglaman, bermain peran, dan lain-lain.
3. Observasi Dilakukan pengamatan perilaku kepala sekolah dalam kegiatan yang dilakukan.
4. Refleksi Dilakukan kajian terhadap berbagai kendala, kelemahan, dan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan, sebagai input dalam menyusun perencanaan tindakan pada siklus berikutnya
G. Kerangka Isi LaporanUmumnya karya tulis ilmiah hasil laporan tindakan ini mempunyai kerangka
isi sebagai berikut :
Bagian awal yang terdiri dari : (a) halaman judul, (b) lembaran persetujuan
dan pernyataan dari KORWAS (bila ditulis oleh pengawas sekolah, bila penulis
adalah guru maka pernyataan tersebut dibuat oleh KEPALA SEKOLAH) yang
menyatakan keaslian tulisan dari si penulis, (c) pernyataan dari perpustakaan
yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakaannya, (d)
pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangani oleh penulis, (e) kata
pengantar, (f) daftar isi, (bila ada : daftar tabel, daftar gambar dan daftar
lampiran), serta (g) abstrak atau ringkasan.
Bagian isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
BAB I PENDAHULUAN
Memuat tentang: latar belakang masalah, perumusan masalah dan cara
pemecahan masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, tujuan dan
kemanfaatan hasil penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI / TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan
gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan (khususnya kajian
teori yang berkaitan dengan macam tindakan yang akan dilakukan), proses
tindakan, ketepatan atau kesesuaian tindakan, dan lain-lain.
BAB III METODE PENELITIAN
Menjelaskan tentang prosedur penelitian (terutama : prosedur diagnosis
masalah, penjelasan rinci tentang perencanaan dan pelaksanaan tindakan,
prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur
refleksi, serta hasil penelitian). Yang harus ada dan dikemukakan secara jelas
dalam bagian ini adalah langkah-langkah tindakan secara rinci.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Mengemukakan gambaran tentang pelaksanaan tindakan. Akhir dari bab
ini adalah pembahasan, yaitu pendapat peneliti tentang plus minus tindakan serta
kemungkinannya untuk diterapkan lagi untuk memperoleh gambaran model
tindakan ini sebagai metode mengajar (atau model kepengawasan) yang
dipandang kreatif dan inovatif, sehingga dapat memberikan hasil pembelajaran
yang maksimal
BAB V SIMPULAN DAN SARAN-SARAN.Berisi simpulan hasil penelitian tindakan sekolah, dan saran operasional
kepada pihak terkait
Bagian Penunjang, pada umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan
lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) rancangan pelaksanaan PTS
bisa menyangkut RPP, skenario pelaksanaan, bahan ajar, hand-out diklat, dan
lain-lain, (b) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar
pengamatan yang digunakan selama penelitian tindakan (PTS) yang dilakukan,
misalnya lembar observasi, kuesioner, tes, dan lain-lain, (c) contoh-contoh asli
(atau foto kopi) hasil kerja dari siswa/guru/kepala sekolah dalam pengisian/
pengerjaan instrumen, (d) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-
foto kegiatan, daftar hadir, surat ijin dari kepala sekolah, dari pengawas sekolah,
catatan harian dan lain-lain. 5. Penutup
Pada dasarnya, upaya-upaya perbaikan pendidikan harus selalu dilakukan.
PTS/PTK adalah salah satu upaya tersebut. Pengalaman pengawas/guru-guru
yang telah melakukan PTS/PTK menunjukkan bahwa mereka mendapat
beberapa manfaat yang baik dari hal itu. Sebagai suatu upaya yang sangat
relevan dengan kepentingan perbaikan praktik kependidikan atau pembelajaran
pembelajaran, maka seyogyanya PTS/PTK ini disambut secara positif. Bagi
pemula, sebaiknya mulailah dengan masalah-masalah yang tidak terlalu luas.
Penguasaan prosedur melakukan PTS/PTK sangat penting, dan ini hanya dapat
diperoleh melalui latihan yang berkelanjutan (rule of practice). Pada akhirnya,
diharapkan PTS/PTK ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan
pengawas/guru, suatu aspek yang menunjang profesionalismenya.
Peningkatan profesionalisme adalah suatu tantangan bagi praktisi pendidikan.
Diharapkan PTS/PTK dipandang sebagai kesempatan untuk menjawab tantangan
tersebut. Naskah ini diharapkan dapat memberi bekal kepada pengawas/guru
dalam upaya mengisi tantangan tersebut.
Daftar Pustaka
Blaine R.Worthen and James R. Sandrs.1981.Educational Evaluation: Theory and Practice.Ohio : Charles A.Jones Publishing Company.
Clive Opie. 2004. Doing Educational Researcg (A Guide to Fist Time Researchers). London : SAGE Publications Ltd.
Dantes Nyoman. 2009. Kerangka Dasar Penelitian Kuantitatif. Makalah. Denpasar: Universitas Hindu Indonesia
David Middlewood, Marianne Coleman, and Jacky Lumby. 2004. Practitioner Research in Education (Making a Difference). London : Paul Chapman Publishing.Ltd.
Departemen Pendidikan Nasional.2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat PMPTK
Donald McIntyre (Eds).1997. Teacher Education Research in a New Context. London : Paul Chapman Publishing.Ltd.
Geoffrey Walford (Eds). 1998. Doing Research About Education. London : Falmer Press.
Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.
Kemmis and Mc Taggart. 1994 The Action Research Planner, Melbourne: Dekain University
Louis Cohen and Lawrwncw Manion. 1996. Research Methods in Education (Fourth Edition). London : Routledge.
Martyn Hammersley (Eds). 2002. Educational research (Current Issues). London : Paul Chapman Publishing.Ltd.
McNiff, J. 1992. Action Research for Professional Development. London: Sage Publications
Michael Crossley and Keith Watson. 2003. Comparative and International Research in Education (Globalisation, Context and difference).London : Routledge Falmer.
Peter Freebody. 2004. QualitativeResearch in Education (Interaction and Practice). London : SAGE Publications Ltd.
Puguh, Muhammad, 2008. Berlatih Bersama Sebagai Strategi Alternatif Peningkatan Kemampuan Kepala sekolah dalam Melakasakan supervisi klinis guru SMA/MA negeri/Swasta kota Batu, Laporan hasil penelitian
tindakan sekolah. Blockgrant PTS Dirjen PMPTK 2008.
Stringer, E.T. 1999. Action Research 2Ed. London: Sage Publications. Tuckman, Bruce W., 1997. Conducting Educational Research. New York
:Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Webb, G. 1996. ‘Becoming Critical of Action Research for Develompent’. Dalam Zuber-Skerritt, O. (Ed.). New Directions in Action Research. London: The Falmer Press.
KONSEP DASAR DAN PROSEDURPENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
Dihimpun oleh:NYOMAN DANTES
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2009