dinamika komunikasi organisasi
TRANSCRIPT
Dinamika Komunikasi Organisasi
di Perguruan Tinggi
Ida Suryani Wijaya
Uwais Inspirasi Indonesia
2019
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan
Tinggi Penulis :
Ida Suryani Wijaya
Editor :
Sunanik
Tata Letak :
Uwais Inspirasi Indonesia
Desain Cover :
Haqi
Penerbit :
Uwais Inspirasi Indonesia
Redaksi :
Ds.Sidoharjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo
Hak Cipta 2019 pada Penulis
Uwais Inspirasi Indonesia
Ds. Sidoharjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo
Telp. 0352-571892; E-mail : [email protected]
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang, Dilarang memperbanyak naskah
ini dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis-penerbit
ISBN : 978-623-7035-44-2
Cetakan pertama, Februari 2019
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga
penyusunan buku ini dapat penulis selesaikan. Salawat dan Salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istiqamah
mengikuti jalan dakwahnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dan penghargaan yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Dengan segala kerendahan hati penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penyusunan dan
penyelesaian buku ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan.
Semoga bantuan dari segala pihak mendapat balasan berkah yang
melimpah di sisi Allah SWT dan semoga tulisan ini menjadi bacaan
yang bermanfaat bagi penulis berikutnya dan terutama bagi penulis
sendiri.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ____________________________________ iii
DAFTAR ISI _____________________________________________ iv
BAB I PENDAHULUAN __________________________________ 1
A. Latar Belakang Masalah ___________________________________ 1
B. Fokus Penelitian dan Ruang Lingkup Pembahasan _______________ 6
C. Kajian Pustaka _________________________________________ 11
D. Metodologi Penelitian ___________________________________ 25
BAB II LANDASAN TEORI ______________________________ 39
A. Pengertian Komunikasi Organisasi __________________________ 39
B. Teori Empat Sistem dan Kepemimpinan Dalam Organisasi _______ 76
C. Komunikasi Interpersonal dan Iklim Komunikasi Dalam Organisasi 98
D. Jaringan dan Pola Komunikasi Dalam Organisasi ______________ 109
F. Kerangka Teoretis _____________________________________ 125
BAB III HASIL PENELITIAN ___________________________ 128
A. Sejarah Singkat Lahirnya STAIN Samarinda __________________ 128
B. Visi, Misi, dan Tujuan STAIN Samarinda ____________________ 133
C. Profil Lembaga STAIN Samarinda _________________________ 134
D. Pola Komunikasi Organisasi di STAIN Samarinda _____________ 141
E. Efektivitas dan Hambatan Komunikasi Organisasi di STAIN Samarinda
______________________________________________________ 165
F. Implikasi Komunikasi Terhadap Pengembangan Organisasi di STAIN
Samarinda ______________________________________________ 188
DAFTAR PUSTAKA ____________________________________ 202
BIOGRAFI PENULIS___________________________________ 208
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan
berkomunikasi manusia dapat berhubungan satu sama lain dalam kehidupan
sehari-hari dimanapun manusia itu berada. Komunikasi juga merupakan hal
yang sangat vital dalam keberlangsungan dan keberhasilan sebuah interaksi,
baik dalam lingkungan formal semisal orgasisasi/lembaga pendidikan
maupun pada tataran interaksi pada organisasi yang bersifat umum.1
Dalam hal ini, komunikasi yang efektif akan sangat menentukan
keberhasilan sebuah interaksi, serta kelangsungan hidup sebuah organisasi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga
halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu juga sebaliknya,
kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau
berantakan.
Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai
cara yang kompleks. Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap
belaka, melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala
yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, perhatian yang
mendukung diterimanya pengertian, sikap dan perasaan yang sama.
Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam
komunikasi.
Sementara itu, organisasi adalah sistem yang mapan dari mereka
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang
kepangkatan dan pembagian tugas. Evert M. Rogers dan Rekha Agarwala
1R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan, terj. Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 41.
2 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Rogers sebagaimana dikutip oleh Onong Uchyana Effendy memandang
bahwa, organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan di mana interaksi di antara bagian
yang satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya
berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti. Kemapanan struktur organisasi
yang melangsungkan prosesnya secara sistem seperti itu akan dapat
menyelesaikan tujuan secara efektif, dalam arti kata masukan (input) yang
diproses akan menghasilkan keluaran (output) yang diharapkan sesuai dengan
biaya, personal dan waktu yang direncanakan.2
Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi,
gagasan atau pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat
didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi tersebut
dapat dilakukan dalam beragam konteks, antara lain adalah dalam lingkup
organisasi (organizational communication). Dalam Al-Qur’an sendiri telah
dijelaskan tentang pentingnya komunikasi dalam organisasi terutama ketika
mengambil keputusan dalam setiap permasalahan yang bisa dilakukan
melalui musyawarah, seperti firman Allah dalam Q.S. Asy-Syu’ra/42:38 yang
berbunyi:
Terjemahnya:
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.3
2Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1992), h.114. 3Al Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Khazanah Mimbar Plus, 2011), h.
487.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 3
Dalam ayat yang lain Allah juga menjelaskan tentang pentingnya
berorganisasi seperti yang ada di dalam Q.S. Ali Imron/3:159.
Terjemahnya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.4
Ayat ini juga merupakan petunjuk kepada setiap Muslim, khususnya
kepada setiap pemimpin, agar bermusyawarah dengan anggota-anggotanya.
Kepemimpinan memerlukan bentuk hubungan komunikasi yang efektif,
artinya hubungan manusiawi dalam kepemimpinan adalah cara seoerang
pemimpin dalam memperlakukan orang yang dipimpinnya, yang akan
memberikan tanggapan berupa kegiatan-kegiatan yang menunjang tujuan
organisasinya. Kegiatan-kegiatan itu bukan sesuatu yang statis, tetapi dapat
berkembang dan merubah, sehingga aktualisasi menjadi dinamis. Adanya
hubungan yang manusiawi ini, khususnya dalam hubungannya dengan
4Ibid., h. 71.
4 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
kehidupan nyata dimana terjadi interaksi antara seseorang dengan orang lain
yang membutuhkan rasa saling memahami, saling menyayangi dengan
prinsip utama adanya musyawarah. Oleh karena itu seorang pemimpin perlu
memiliki sifat kemanusiaan, demokratis, dan mencintai bawahannya
sebagaimana firman Allah diatas.
Firman Allah yang lain di dalam Al-Qur’an juga menjelaskan
tentang wewenang pimpinan dalam mengambil keputusan seperti tercantum
dalam Q.S. An-Nisa 4:58 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha melihat.5
Ayat tersebut menjelaskan tentang proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh pimpinan, dimana keputusan dari seorang pemimpin
tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui suatu proses, dalam proses
terdapat komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, dimana dalam setiap
pengambilan keputusan pimpinan harus meminta saran dari bawahan, tidak
mengambil keputusan atas inisiatifnya sendiri. Pengambilan keputusan yang
5Ibid., h. 87.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 5
akan diwujudkan menjadi kegiatan kelompok merupakan hak dan
tanggungjawab pimpinan berupa wewenang, dan wewenang itu dapat
dilimpahkan. Dalam pelimpahan wewenang tidak berarti pihak penerima
wewenang boleh membuat keputusan sekehendak hatinya, tetapi harus tetap
dalam batas norma-norma dan kebijakan umum yang berlaku di
organisasinya, dan penerima wewenang harus menyampaikan laporan
pelaksanaan dari apa yng telah dikerjakannnya.
Dalam konteks organisasi, pemahaman mengenai peristiwa-
peristiwa komunikasi yang terjadi di dalamnya, seperti apakah instruksi
pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan, atau bagaimana
bawahan mencoba menyampaikan keluhan kepada atasan, memungkinkan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil
yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan aspek
yang penting dalam suatu organisasi, baik organisasi profit maupun
nonprofit.6
Dengan penguasaan komunikasi yang baik, pimpinan organisasi
dapat mempunyai nilai tambah, baik dalam kehidupannya secara umum,
maupun dalam mengkontribusikan dirinya di tempat kerja, sehingga lebih
produktif. Komunikasi yang efektif terjadi apabila individu mencapai
pemahaman bersama, merangsang pihak lain melakukan tindakan, dan
mendorong orang untuk berpikir dengan cara baru. Kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif akan menambah produktifitas, baik individu
yang bersangkutan maupun organisasinya, sehingga dapat mengantisipasi
masalah, membuat keputusan secara efektif dan mengkoordinasikan arus
kerja serta mengembangkan hubungan.
Di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda
informasi yang disampaikan dari pimpinan kepada bawahan seringkali
terlambat, seperti ketika di awal tahun 2011 diberlakukan adanya beban kerja
6Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma,dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2006), h. 255.
6 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
dosen (BKD) yang diserahkan kepada pimpinan sebagai syarat untuk
pencairan dana sertifikasi dosen, pada saat itu informasi yang diterima dosen
sudah terlambat. Masalah lain yang muncul di STAIN Samarinda adalah
masalah daftar kehadiran dosen, dimana dosen dan karyawan mempunyai
jam absen yang sama, sedangkan dosen mempunyai tugas yang berbeda yaitu
melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Kemudian kurangnya apresiasi
dan motivasi terhadap dosen-dosen atau karyawan yang ada di lingkungan
STAIN Samarinda. Tahun 2009 dan 2010 pernah ada penghargaan dosen
berprestasi, tetapi kebijakan itu tidak dilanjutkan lagi, penghargaan ini bisa
menjadi motivasi bagi dosen yang lain untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
Dalam permasalahan ini, maka penelitian terhadap dinamika
komunikasi organisasi pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Samarinda menarik untuk dilakukan, karena dinamika komunikasi organisasi
disini membahas tentang komunikasi pimpinan dengan bawahan, dan begitu
juga sebaliknya, serta bagaimana pimpinan menyampaikan informasi yang
ada sehingga dapat diterima oleh anggota organisasi.
B. Fokus Penelitian dan Ruang Lingkup Pembahasan
Dinamika berarti bergerak, sedangkan Organisasi dalam arti dinamis
berarti organisasi selalu bergerak, tumbuh dan berkembang untuk
mempertahankan eksistensinya. Memandang organisasi sebagai organisme
yang dinamis berarti memandang organisasi tidak hanya dari segi bentuk dan
wujudnya, tetapi juga melihat organisasi itu dari segi isinya. Isi dari organisasi
ialah sekelompok orang-orang yang melakukan kegiatan di dalam organisasi
untuk mencapai tujuan bersama.7
Organisasi dalam arti dinamis merupakan proses kerjasama antara
orang-orang yang tergabung dalam suatu wadah tertentu untuk mencapai
tujuan bersama. Organisasi sebagai proses yang mana ada interaksi antara
orang-orang yang ada di dalam organisasi itu. Interaksi yang terjadi di dalam
7Ig. Wursanto, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi ( Yogyakarta: Andi, 2005), h. 42.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 7
organisasi dapat berlangsung secara formal, dan secara non formal.
Hubungan formal adalah hubungan-hubungan yang mengikuti pola yang ada
dalam organisasi. Hubungan informal adalah hubungan-hubungan yang
terjadi dalam organisasi yang tidak terikat oleh struktur organisasi, dan tidak
terikat oleh aturan-aturan yang ditetapkan dalam organisasi. Oleh karena itu
hubungan-hubungan informal tidak tampak dalam struktur organisasi atau
tidak tergambar dalam bagan organisasi.
Interaksi yang terjadi di dalam organisasi dapat terjadi antara atasan
dengan bawahan, antara bawahan dengan atasan, antara bawahan dengan
bawahan, antara atasan dengan atasan. Dengan kata lain interaksi yang
terjadi di dalam organisasi dapat terjadi secara vertikal, horizontal, maupun
diagonal. Baik buruknya organisasi sangat ditentukan oleh keserasian
interaksi, kemampuan dan hubungan kerja yang terjadi di dalam organisasi.
Dalam proses interaksi dalam organisasi maka diperlukan komunikasi untuk
dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi
Komunikasi organisasi menurut Redding dan Sanborn adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.
Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan
manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi dari atasan kepada
bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari orang-
orang yang level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi
dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.8
Dalam berkomunikasi terdapat hambatan yang dapat mengganggu
penyampaian pesan dalam organisasi, hambatan-hambatan tersebut dibagi
menjadi tiga yaitu hambatan teknis, hambatan semantik, dan hambatan
perilaku. Pertama Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan yang
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya sarana dan peranan yang
diperlukan dalam proses komunikasi, penguasaan teknik dan metode
8Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.
65.
8 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
berkomunikasi yang tidak sesuai, dan kondisi fisik yang tidak
memungkinkan terjadinya proses komunikasi. Kedua, hambatan yang bersifat
semantik. Hambatan semantik adalah hambatan yang disebabkan kesalahan
dalam menafsirkan, kesalahan dalam memberikan pengertian terhadap
bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang dipergunakan dalam proses
komunikasi. Ketiga hambatan perilaku atau disebut juga hambatan
kemanusiaan, hambatan ini disebabkan berbagai bentuk sikap atau perilaku,
baik dari komunikator maupun komunikan. Hambatan perilaku tampak
dalam bentuk pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan
pada emosi, suasana otoriter, ketidakmampuan untuk berubah, dan sifat
yang egosentris.9
Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi.
Komunikasi dalam organisasi membantu anggota-anggotanya mencapai
tujuan individu dan juga organisasi, merespons dan mengimplementasikan
perubahan organisasi, mengkoordinasikan aktivitas organisasi, dan ikut
memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan.
Dalam proses komunikasi tidak lepas dari komunikasi interpersonal,
komunikasi antara pimpinan dengan bawahan yang efektif merupakan faktor
yang penting dalam mewujudkan dinamika komunikasi organisasi.
Pemimpin memperoleh kesempatan untuk menyerap segala sesuatu yang
baik, untuk dipergunakan dalam mengembangkan dan memajukan
organisasinya, dan orang yang dipimpin memperoleh kesempatan untuk
menyampaikan segala sesuatu yang baik termasuk kritik-kritik pada
pimpinannya, sehingga akan ikut berfungsi dalam memajukan dan
mengembangkan organisasi.
Secara umum, komunikasi dinilai apabila efektif pesan yang
disampaikan dan yang dimaksudkan oleh komunikator dapat diterima dan
dipahami oleh komunikan. Ada lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi
komunikasi yang efektif, yaitu:
9 Ig. Wursanto, op. cit., h. 172.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 9
1. Pemahaman
Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan pesan
seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. Dalam hal ini, komunikator
dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas
apa yang disampaikannya. Dalam komunikasi organisasi, salah satu hasil
terpenting yang diharapkan adalah pemahaman pesan secara cermat.
2. Kesenangan
Tidak semua komunikasi bertujuan untuk menyampaikan informasi
dan membentuk pengertian, adapula komunikasi yang lazim disebut
komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan untuk
menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan
antara anggota organisasi menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap
Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi
sikap orang lain, dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita.
Mempengaruhi sikap penting dalam sebuah organisasi.
4. Memperbaiki hubungan
Selain mempersiapkan kata-kata yang tepat untuk menyampaikan
pesan, juga diperlukan hubungan yang baik antara komunikator dengan
komunikan, ini karena keefektifan komunikasi secara keseluruhan masih
memerlukan suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan. Sebagai
makhluk sosial yang tak pernah bisa sendiri dalam kehidupannya, manusia
mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal
interaksi dan asosiasi, pengendalian dan kekuasaan, dan cinta serta kasih
saying. Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi
interpersonal yang efektif.
5. Tindakan
10 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai
dengan yang kita inginkan, Komunikator selalu menginginkan agar
komunikan melakukan apa yang diungkapkannya. Untuk menimbulkan
tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian,
membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik.10
Komunikasi yang efektif dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu
apabila pesan yang diterima sangat dekat dengan pesan yang dikirim,
tindakan berkomunikasi menggunakan jumlah lambang minimum untuk
pesan itu, pesan pesan bukan verbal selaras dengan pesan yang verbal, pesan
tersebut mendatangkan jawaban yang diinginkan, komunikasi tersebut
menghasilkan hubungan saling mempercayai antara komunikator dengan
komunikan.11
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa komunikasi dapat
dikatakan efektif apabila ada pemahaman yang sama antara pengirim dan
penerima pesan, ada kesenangan dalam berkomunikasi dan dapat
menimbulkan rasa saling mempercayai, pesan yang disampaikan juga dapat
mempengaruhi sikap komunikan, dan tentu saja pesan tersebut dapat
menimbulkan tindakan atau dapat mendorong anggota organisasi untuk
bertindak.
Dalam kaitannya dengan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Samarinda, maka peneliti ingin mengkaji dinamika komunikasi
yang ada di STAIN Samarinda, yang dimaksud dengan dinamika komunikasi
organisasi disini adalah proses interaksi yang ada dalam di Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda. Dimana dalam proses interaksi ini
termasuk pola komunikasi baik komunikasi dari pimpinan kepada bawahan
atau sebaliknya, efektivitas komunikasi organisasi dan hambatan-
10Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, terj. Deddy
Mulyana, Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000 ), h. 23-28.
11Udai Pareek, Perilaku Keorganisasian (Jakarta: Ikran Mandiriabadi, 1996), h. 69.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 11
hambatannya, serta peran dari pimpinan dalam menyampaikan kebijakan
untuk pengembangan organisasi.
Sedangkan ruang lingkup penelitian ini adalah pimpinan yang terdiri
dari Ketua STAIN, Pembantu Ketua, Kepala-Kepala Unit, Kepala Sub Bag,
Ketua Jurusan, dosen, dan pegawai adminstrasi. Peneliti akan meneliti dalam
periode kepemimpinan Hadi Mutamam yang telah dijalani sejak tahun 2008
dan akan berakhir pada bulan Februari 2013
Dengan adanya beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Ketua
STAIN tentu memerlukan komunikasi yang baik untuk menyampaikan
kebijakannya agar mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, karena pada
prinsipnya pola komunikasi dalam sebuah organisasi adalah bahwa setiap
pimpinan harus melakukan komunikasi dengan bawahannya untuk mencapai
tujuan organisasi.
C. Kajian Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, ada beberapa buku dan penelitian
yang telah berbicara tentang komunikasi organisasi, diantaranya:
1. Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi Teori dan Praktik di Bidang
Pendidikan
Komunikasi memegang peranan penting dalam organisasi.
Komunikasi adalah proses menghasilkan, menyalurkan, dan menerima
pesan-pesan dalam keseluruhan proses organisasi. Dalam komunikasi,
kemampuan komunikator, keakuratan pesan, proses penyandian, ketepatan
saluran dan penerima pesan merupakan komponen yang sangat penting,
terganggunya semua komponen itu akan membewa komunikas tidak dapat
berjalan dengan semestinya. Komunikasi bertujuan untuk member dan
menerima informasi, untuk mempengaruhi orang lain, membantu orang lain,
menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan mengevaluasi perilaku
secara efektif. Tanpa adanya komunikasi, beberapa tujuan tersebut tidak
dapat dicapai.
12 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Ada beberapa jenis komunikasi dalam organisasi, pertama
komunikasi ke bawah, yang berasal dari seseorang yang mempunyai posisi
yang lebih tinggi kepada seseorang yang mempunyai status yang lebih
rendah. Komuniakasi ke bawah biasanya berupa kebijakan, perintah,
petunjuk, dan informasi yang bersifat umum. Komunikasi ini dapat
dilakukan melalui telepon, papan bulletin, pengumuman, buku pedoman,
dan edaran tertulis. Kedua komunikasi ke atas, ini merupakan kebalikan
komunikasi ke bawah. Biasanya berisi laporan, pengaduan, desas-desus,
permohonan, tuntutan dan keinginan. Komunikasi ini dapat dilakukan lewat
tatap muka, demonstrasi, surat terbuka, surat kaleng, dan sebagainya.
Seorang pemimpin harus memperhatikan komunikasi ke atas, agar dapat
mengetahui apa yang dilakukan bawahan dan dapat mengecek komunikasi
ke bawahnya dapat dilaksanakan dengan baik. Namun, pemimpin harus
mengendalikan komunikasi ke atas ini dengan menggunakan jalur yang
benar, misalnya desas desus kiranya dapat dicari penyebabnya dan segera
diselesaikan. Penggunaan cara demonstrasi dan surat kalengpun sedapat
mungkin dihindari. Ciptakan iklim keterbukaan agar cara-cara ini tidak
dimanfaatkan.
Ketiga komunikasi horizontal yaitu komunikasi antar status yang
sama dalam komunikasi organisasi. Komunikasi horizontal mempunyai dua
tujuan yaitu untuk mempercepat jalannya komunikasi antar-bagian yang
memiliki status yang sama, dan dapat menyatukan organisasi secara sosial.
Disamping jenis-jenis komunikasi tersebut, ada komunikasi verbal yang
menggunakan kata-kata, baimk lisan maupun tertulis, dan komunikasi
nonverbal yang tidak menggunakan kata-kata dala berkomunikasi. Ada juga
jenis komunikasi lainnya yaitu komunikasi langsung dan tidak langsung.
Dalam dunia pendidikan ada yang disebut kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin, karena itu kepala sekolah harus menguasai konsep dasar
kepemimpinan. Dalam organisasi ada beberapa faktor yang dipengaruhi oleh
kepemimpinan, antara lain: tujuan organisasi, interaksi, kooperasi, dan
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 13
komunikasi. Jika diterapkan dalam dunia pendidikan, kepemimpinan
pendidikan adalah kemampuan untuk mengajak, mempengaruhi,
menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan orang yang terlibat dalam
pendidikan untuk mencapai tujuan.12
2. Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap
Dalam buku ini dijelaskan tentang komunikator sebagai pemimpin
organisasi harus memilih salah satu berbagai metode dan teknik komunikasi
yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi dilancarkan. Sebagai
seorang komunikator seorang manajer mempunyai tiga peranan yaitu
peranan antarpersona, peranan informasi, dan peranan memutuskan.
Peranan antarpersona seorang manajer meliputi tiga hal, yaitu;
pertama peranan tokok. Kedudukan sebagai kepala suatu unit organisasi
membuat seorang manajer malakukan tugas yang bersifat keupacaraan.
Karena ia seorang tokoh, maka selain mmeimpin berbagai upacara di
kantornya, ia juga diundang oleh pihak luar untuk menghadiri berbagai
upacara. Dalam peranan ini seorang manajer berkesempatan untuk
memberikan penerangan, penjelasan, imbauan, ajakan, dan lain-lain. Kedua
peranan pimpinan, sebagai pemimpin seorang manajer bertanggungjawab
atas lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan bawahannya. Beberapa
kegiatan bersangkutan langsung dengan kepemimpinannya pada semua
tahap manajemen, seperti penentuan kebijaksanaan, perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, dan penilaian. Ketiga peranan penghubung,
dalam peranan sebagai penghubung, seorang manajer melakukan
komunikasi dengan orang-orang diluar jalur komando vertical, baik secara
formal maupun secara tidak formal.
Peranan informasi, dalam organisasinya seorang manajer berfungsi
sebagai pusat informasi. Ia menghubungkan pusat infromasi bagi
kepentingan organisasinya. Peranan informasional meliputi perana-peranan
12Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010)
14 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
sebagai berikut; pertama peranan monitor. Dalam melakukan peranannya
sebagai monitor, manajer memandang lingkungan sebagai sumber informasi.
Ia mengajukan berbagai pertanyaan kepada rekan-rekannya atau kepada
bawahannya, dan ia menerima informasi pula dari mereka tanpa diminta.
Kedua peranan penyebar. Dalam peranannya sebagai penyebar ia menerima
dan menghimpun informasi dari luar yang penting artinya dan bermanfaat
bagi organisasi, untuk kemudian disebarkan kepada bawahannya. Ketiga
peranan juru bicara. Dalam peranannya sebagai juru bicara ia harus
mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang yang berpengaruh yang
melakukan pengawasan terhadap organisasinya.
Sedangkan peranan yang lainnya adalah peranan memutuskan.
Seorang manajer memegang peranan yang sangat penting dalam system
pengambilan keputusan dalam organisasinya. Pertama peranan wiraswasta.
Seorang manajer berusaha memajukan organisasinya dan mengadakan
penyesuaian terhadap perubahan kondisi lingkungannya. Ia senantiasa
memandang kedepan untuk mendapatkan gagasan baru. Kedua peranan
pengendali gangguan. Seorang manajer berusaha sebaik mungkin
menanggapi setiap tekanan yang menimpa organisasi. Ketiga peranan penentu
sumber. Seorang manajer bertanggung jawab untuk memutuskan pekerjaan
apa yang harus dilakukan, siapa yang akan melaksanakan, dan bagaimana
pembagian pekerjaan dilangsungkan. Manajer juga mempunyai kewenangan
mengenai pengambilan keputusan penting sebelum implementasi
dijalankan.13
3. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi.
Dalam buku ini dijelaskan tentang format interaksi komunikasi
organisasi. Berdasarkan jumlah interaksi yang terjadi dalam komunikasi
dapat dibedakan atas 3 kategori yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi
13Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta: Grasindo,
2011).
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 15
kelompok kecil, dan komunikasi publik. Komunikasi interpersonal adalah
proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan orang lain yang
langsung dapat diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang
terlibat dalam komunikasi, maka bertambahlah persepsi orang dalam
kejadian komunikasi sehingga bertambah komplek komunikasi tersebut.
Ada bermacam-macam nama dalam komunikasi interpersonal
diantaranya komunikasi diadik, dialog, wawancara, percakapan, dan
komunikasi tatap muka. Redding menambahkan klasifikasi komunikasi
interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, dan wawancara.
Interaksi intim termasuk komunikasi diantara teman baik, anggota keluarga,
dan orang-orang yang mempunyai ikatan emosional yang kuta. Kekuatan
dari hubungan menentukan iklim interaksi yang terjadi. Di dalam organisasi,
hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi informal. Percakapan
sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana
dengan sedikit berbicara. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi
pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Wawancara adalah
salah satu bentuk komunikasi intrepersonal dimana dua orang terlibat dalam
percakapan yang berupa tanya jawab.
Kebutuhan komunikasi interpersonal dalam organisasi yaitu
kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan diikutsertakan, dan kebutuhan
akan kekuasaan. Pertama Kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk
mempertimbangkan apakah diri anda disukai atau disayangi oleh orang lain.
Individu yang telah memenuhi kebutuhan mereka akan kasih sayang
dinamakan personal. Orang ini mempunyai pemikiran yang lurus dan
sanggup mengahadapi hamper semua orang dengan siapa mereka
mengadakan kontak. Kedua diikutsertakan, kebutuhan merasa berarti dan
diperhtungkan adalah meupakan kebutuhan interpersonal diikutsertakan,
sedangkan orang yang tidak berhasil memenuhi kebutuhan ini disebut
kurang sosial atau terlalu sosial. Ketiga kontrol, adalah kebutuhan yang timbul
karena rasa tanggungjawab dan kepemimpinan.
16 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Tujuan komunikasi interpersonal diantaranya pertama menemukan
diri sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga hubungan
yang penuh arti, berubah sikap dan tingkah laku, untuk bermain dan
kesenangan, untuk membantu. Sedangkan aksioma komunikasi interpersonal
adalah komunikasi tidak dapat dielakkan, komunikasi tidak dapat dibalikkan,
komunikasi mempunyai dimensi isi dan hubungan, komunikasi meliputi
proses penyesuaian, hubungan ditentukan oleh pemberian tanda, interaksi
mungkin dipandang sebagai sesuatu yang simetris.
Hubungan interpersonal akan efektif apabila kedua pihak memenugi
kondisi yaitu bertemu satu sama lain secara personal, empati secara tepat
terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu
sama lain secara berarti, menghargai satu sama lain, menghayati pengalaman
satu sama lain dengan sungguh-sungguh, merasa bahwa saling menjaga
keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan
gangguan arti, memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan
memperkuat perasaan aman terhadap orang lain.14
4. Rochayat Harun, Komunikasi Organisasi
Suatu organisasi dapat berperan dan berjalan dengan baik,
memerlukan adamya prinsip-prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam pelaksanaannya. Prinsip-prinsip organisasi tersebut antara lain: pertama
disain organisasi. Penentuan struktur organisasi yang tepat bagi strategi,
orang, dan tugas organisasi. Kedua struktur organisasi. Cara dimana kegiatan-
kegiatan suatu organisasi dibagi, diorganisir, dan dikoordinasi. Ketiga
pembagian kerja. pembagian kerja adalah pengelompokan kegiatan kerja ke
dalam departemen yang sama dan secara logis berhubungan, sehingga tiap
bagian yang dilakukan tahu secara jelas aktivitas-aktivitas mana yang harus
dilakukan dan menjadi tanggungjawabnya. Keempat pendelegasian wewenang.
Hal ini perlu dilakukan supaya suatu bagian dapat menjalankan aktivitas-
aktivitasnya dan dapat mempertanggungjawabkannya. Kelima hierarki.
14Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 17
Hierarki merupakan suatu pola tingkatan-tingkatan dari suatu struktur
organisasi dimana yang berada diatas adalah manajer puncak yang
bertanggungjawab atas operasi organisasinya secara keseluruhan. Keenam
koordinasi. Setelah pembagian wewenang diperlukan koordinasi dari
berbagai bagian, hal ini dimaksudkan agar bagian-bagian yang ada tidak
berjalan sendiri-sendiri. Ketujuh rentang kendali manajemen, adalah jumlah
bawahan yang harus melapor secara langsung kepada atasan. Kedelapan
rantai komando. Rancangan mengenai siapa melapor ke siapa dalam suatu
oragnisasi, seperti halnya garis laporan adalah bentuk yang ada di bagian
organisasi.
Manajer yang berusaha keras untuk menjadi komunikator yang lebih
baik mempunyai tugas yaitu meningkatkan pesan mereka, dan meningkatkan
pengertian mereka. Untuk meningkatkan komunikasi dalam organisasi ada
beberapa teknik yang dapat membantu pelaksanaan tugas tersebut, yaitu:
pertama mengadakan tindak lanjut. Teknik ini dilakukan dengan menganggap
pesan manajer tidak dimengertti, dan sedapat mungki manajer berusaha
menentukan apakah maksud yang diinginkan itu benar-benar ditangkap.
Kedua mengatur informasi. Teknik ini meliputi pengaturan komunikasi untuk
menjamin arus infromasi yang optimum kepada para manajer. Ketiga
memanfaatkan umpan balik. Keempat pengahayatan. Pengahayatan lebih
beroerientasi pada penerima daripada berorientasi kepada komunikator.
Kelima pengulangan. Informasi yang diulang-ulang diharapkan mampu
menjamin bahwa pesan tersebut dapat diterima. Keenam mendorong saling
mempercayai. Ketujuh penetapan waktu secara efektif. Kedelapan
menyederhanakan bahasa. Bahasa yang rumit merupakan hambatan utama
bagi komunikasi yang efektif. Kesembilan mendengarkan secara selektif.15
5. Aji Prakoso Yudistiro, Pola Komunikasi Organisasi di PT. Asuransi
Jiwasraya Semarang Barat Branch Office.
15Rochayat Harun, Komunikasi Organisasi, (Bandung: Mandar Maju, 2008)
18 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Penelitian ini tentang pola komunikasi organisasi dari seorang
pimpinan kepada para karyawan, yaitu meliputi sumber informasi, sebagai
pusat ingatan bagi organisasi dan penciptaan gagasan atau ide-ide agar dapat
mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan atau instansi. Pola komunikasi
merupakan salah satu faktor penting guna memperlancar arus produksi, oleh
karena itu, dalam perusahaan komunikasi dalam penyampaian informasi
sangatlah penting guna mendukung faktor-faktor produksi perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pola
komunikasi organisasi di PT. Asuransi Jiwasraya Semarang Barat Branch
Office sudah baik yaitu telah melaksanakan tahap-tahap dalam pola
komunikasi organisasi pada umumnya, yaitu meliputi pola komunikasi yang
dilakukan, faktor-faktor yang mempengaruhi dan kendala-kendala yang
dihadapi, walaupun masih ada kekurangan dalam penerapan yang dilakukan
di perusahaan, tetapi pola komunikasi organisasi di perusahaan sudah
berjalan dengan baik.
Pelaksanaan pola komunikasi organisasi di PT. Asuransi Jiwasraya
Semarang Barat Branch Office, meliptui pola komunikasi yang dilakukan,
faktor-faktor yang mempengaruhi, dan kendala-kendala yang dihadapi. Saran
penulis dalam hal ini agar penerapan pola komunikasi di PT. Asuransi
Jiwasraya harus lebih bermusyawarah dan tidak bersifat individual dalam
penyampaian usulan atau ide yang membangun guna pencapaian tujuan
perusahaan dan sarana dan prasarana pengembangan harus lebih
ditingkatkan guna meningkatkan kualitas karyawan dalam bekerja.16
6. Sarwendah Sri Palupi, Hubungan Kepuasan Kerja dan Iklim Komunikasi
dalam Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi di
PricewaterhouseCoopers di Jakarta. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa:
16Aji Prakoso Yudistiro, “Pola Komunikasi Organisasi di PT. Asuransi
Jiwasraya Semarang Barat Branch Office” (Tesis tidak diterbitkan, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2007).
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 19
Kepuasan kerja adalah sikap atau penilaian positif dan negatif
seseorang atas pekerjaannya. Kepuasan kerja terdiri dari dimensi: pekerjaan
itu sendiri, imbalan, promosi, supervisi dan rekan kerja. Iklim komunikasi
organisasi merupakan persepsi makro, abstrak, dan gabungan dan fenomena
global yang disebut komunikasi organisasi
Iklim komunikasi dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman yang
subyektif yang timbul dari persepsi karyawan terhadap karakteristik dalam
organisasi. Dimensi-dimensi dari iklim komunikasi organisasi adalah:
Dukungan, Kepercayaan, partisipasi dim keputusan, keterbukaan dalam
informasi ke bawah, Mendengarkan dalam informasi ke atas, tujuan kinerja
tinggi.
Komitmen organisasi merupakan keadaan psikologis yang memberi
ciri hubungan karyawan dengan organisasi tempatnya bekerja dan yang
memiliki implikasi pada pengambilan keputusan untuk melanjutkan atau
tidak keanggotaannya dalam organisasi
Kepuasan kerja dan iklim komunikasi organisasi secara bersama
memberi sumbangan yang bermakna terhadap Komitmen Organisasi.
Namun bila dilihat sendiri-sendiri hanya Iklim Komunikasi Organisasi yang
memberikan sumbangan yang signifikan terhadap Komitmen Organisasi.17
7. Maulina Pia Wulandari, Efektifitas Sistem Komunikasi Internal
Organisasi: Studi Kasus Audit Komunikasi PT. Caladi Lima Sembilan
Bandung. Dari penelitian ini dapat disimpulkan:
Secara umum iklim komunikasi PT. Caladi Lima Sembilan dapat
ditandai dengan iklim yang cukup demokratis, cukup mendukung, kurang
terbuka, diskriminatif dalam keterbukaan, dan memiliki perhatian yang besar
pada tujuan kinerja tinggi.
17Sarwendah Sri Palupi, “Hubungan Kepuasan Kerja dan Iklim
Komunikasi dalam Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi di PricewaterhouseCoopers di Jakarta” (Tesis tidak diterbitkan, Universitas Indonesia, 2004).
20 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Berkaitan dengan kepuasan organisasi, Karyawan di seluruh level
pada umumnya merasa puas dengan rekan sejawat tetapi tidak puas dengan
masalah penilaian, peluang dan promosi kerja serta masalah upah dan
keuntungan. Dalam hal kepuasan komunikasi, Karyawan merasa kurang
mendapatkan informasi dari berbagai sumber infomasi dalam perusahaan
untuk memenuhi kebutuhannya. Karyawan telah menggunakan berbagai
media komunikasi dalam menjalin hubungan komunikasi di dalam
perusahaan. Audit komunikasi dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur
efektifitas sistem komunikasi internal sebuah organisasi.18
8. Patricia T. Sibarani, Analisis Profil Komunikasi Organisasi: Kasus PT.
RXYZ. Dari penelitian ini dapat disimpulkan:
Komunikasi organisasi adalah sesuatu yang vital dalam pengelolaan
bisnis. Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan organisasi dapat hidup, sukses, efektif dan bertahan. Suatu
analisa komunikasi organisasi dapat menerangkan proses kunci yang dapat
mengganggu efektivitas berfungsinya organisasi, yang analisisnya meliputi
bagian-bagian mungkin menampakkan pengaruh-pengaruh pokok internal
organisasi yang mungkin menghambat efektifitas organisasi (baik faktor
teknis atau hal lain).
Profil Komunikasi Organisasi ini bersifat kuantitatif dengan
operasional variabel yaitu dimensi iklim komunikasi, kepuasan organisasi,
budaya organisasi, dan efektivitas komunikasi dengan menggunakan metode
audit komunikasi.
Dimensi iklim komunikasi dan efektivitas komunikasi berada pada
kondisi sedang atau masih memenuhi harapan minimum. Sementara dimensi
kepuasan organisasi berada pada kondisi sedang cenderung kritis 'diambang
batas'. Deinikian pula pada dimensi budaya organisasi menunjukkan kondisi
18Maulina Pia Wulandari, “Efektifitas Sistem Komunikasi Internal
Organisasi: Studi Kasus Audit Komunikasi PT. Caladi Lima Sembilan Bandung” (Tesis tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000).
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 21
sedang cenderung kritis, sementara konstruk AKA memperlihatkan bahwa
perusahaan memiliki keccnderungan beriklim negatif namun masih ada
kekuatan aktif atau mendorong, didukung potensi unsur organisasi yang
cukup kuat dan dipercaya.
Besarnya nilai hubungan berdasarkan analisis korelasi Kendall yang
paling berpengaruh pada semua variable adalah budaya organisasi yang
menurut Young menunjukkan hubungan yang substansial cenderung kuat,
arah hubungan positif. Sementara besarnya nilai hubungan berdasarkan
analisis korelasi Spearman yang paling berpengaruh pada semua variable
adalah budaya organisasi yang menunjukkan hubungan yang kuat, arah
hubungan positif.
Dari semua variabel, diketahui bahwa yang memiliki hubungan yang
paling kuat terhadap dimensi budaya adalah kepuasan. Meskipun tingkat
kepuasan organisasi perusahaan ini termasuk rendah namun perhatian
terhadap kinerja tetap tinggi, sementara iklim komunikasi dan efektivitas
komunikasi secara umum kondisinya masih cukup lumayan.
Sulitnya merubah budaya yang sudah mengakar kuat dapat
diantisipasi dengan meningkatkan iklim komunikasi yang positif,
memperbaiki kepuasan organisasi disertai perbaikan sistem komunikasi
organisasi untuk mencapai efektivitas perusahaan. Ini memerlukan
komitmen semua pihak agar organisasi memiliki karakter budaya
kuatlunggul. Implikasinya pada komunikasi adalah merancang program yang
berorientasi pada penerima `target khalayak dengan adanya two way
communication (khususnya dalam membangun komitmen karyawan).
Bagaimanapun kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat
meningkatkan motivasi dan produktivitas bekerja.19
19Patricia T. Sibarani, “Analisis Profil Komunikasi Organisasi: Kasus PT.
RXYZ” (Tesis tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005).
22 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
9. Mohd Isnani, Komunikasi Organisasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi:
Studi Kasus Pada UPT Perpustakaan Perguruan Tinggi XY, hasil dari
penelitian ini adalah:
Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan organisasi dapat hidup, sukses dan efektif. Dengan komunikasi
yang baik menjadikan kinerja pegawai perpustakaan menjadi lebih baik.
Pimpinan dengan seluruh anggota organisasi diharapkan dapat
berkomunikasi secara terbuka, penuh kejujuran, dan keadilan.
Komunikasi organisasi yang terjalin di kalangan internal pengelolah
perpustakaan yakni komunikasi antara atasan dan bawahan serta sesama
rekan kerja belum maksimal atau dengan kata lain belum sepenuhnya
berlangsung sebagaimana mestinya. Komunikasi organisasi yang tidak
berjalan dengan baik ini menimbulkan implikasi pada kinerja pengelolah
perpustakaan dalam mencapai visi dan misi organisasi. Atasan belum dapat
menunjukkan hubungan yang baik dengan para bawahan dan menyebabkan
kinerja organisasi berjalan apa adanya. ini menunjukkan budaya kerja yang
kurang baik.20
10. Alva Nurvina Sularso, Audit Komunikasi Pada Lembaga Swadaya
Masyarakat (Studi pada WWF Indonesia Kantor Jakarta). Penelitian ini
dilakukan dengan latar belakang semakin maraknya perkembangan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia. Sebagai sebuah organisasi, LSM
tidak lepas dari aspek-aspek keorganisasian seperti manajemen, sumber daya
manusia, teknologi maupun sistem komunikasi. Aspek-aspek itu harus dapat
berjalan beriringan agar dapat menghasilkan sebuah organisasi LSM yang
unggul dan mampu melanggengkan eksistensinya di masyarakat. Hubungan
aspek-aspek organisasi lebih banyak dipengaruhi oleh bagaimana segala hal
20Mohd Isnani, “Komunikasi Organisasi di Perpustakaan Perguruan
Tinggi: Studi Kasus Pada UPT Perpustakaan Perguruan Tinggi XY’, (Tesis tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Magister Ilmu Perpustakaan, Depok, 2011).
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 23
tentang organisasi itu dikomunikasikan kepada anggota, baik berupa
kebijakan organisasi, visis, misi, tujuan manajemen dll. Adapun hasil dari
penelitian ini dapat disimpulkan:
Membangun iklim komunikasi menjadi lebih terbuka, demokratis,
mendukung dan tetap memberikan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi.
Mempertahankan kegiatan-kegiatan komunikasi internal seperti pertemuan,
gathering, annual meeting yang berguna sebagai media komunikasi antara
seluruh staf WWF Indonesia kantor Jakarta (juga dengan staf WWF
Indonesia seluruh Indonesia).
Memperbanyak frekuensi pertemuan tatap muka antara atasan
dengan bawahan dalam membahas hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Membuat suatu sistem penilaian kerja (tidak hanya penilaian kerja dari atasan
tetapi juga penilaian dari rekan kerja dalam satu unit), membuat sistem
rentang gaji yang lebih adil dari berbagai jabatan dan dipertimbangkan atas
dasar waktu dan hasil kerja staf, serta sistem hukuman dan penghargaan atas
hasil kerja yang komprehensif secara formal. Selain itu, menginformasikan
secara terbuka, jelas, dan terperinci kepada staf untuk mengurangi
ketidakpuasan staf dalam hal penilaian, peluang dan promosi kerja, serta gaji
dan keuntungan.
Pada penelitian ini dapat dilihat secara teoritis bahwa sistem
komunikasi internal yang baik ditandai dengan sehatnya kondisi iklim
komunikasi, kepuasan organisasi, kepuasan komunikasi, dan budaya
organisasi. Keempat dimensi ini saling mempengaruhi.21
11. Edy Sutrisno, Faktor yang Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Komunikasi (Studi Pada Perusahaan Jasa cleaning service di Surabaya),
penelitian ini dapat disimpulkan:
Banyaknya jumlah pengangguran akibat krisis ekonomi yang
melanda Indonesia menyebabkan banyak orang yang bekerja sebagai cleaning
21Alva Nurvina Sularso, “Audit Komunikasi Pada Lembaga Swadaya
Masyarakat”, Thesis V, no. 3 (2006).
24 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
service. Ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya perusahaan jasa cleaning
service di Surabaya. Di dalam melaksanakan aktivitas kerja perilaku karyawan
cleaning service sangat dipengaruhi oleh lingkungan organisasi, motivasi,
kepuasan kerja, kinerja dan kompensasi yang diberikan oleh perusahaan
dimana karyawat tersebut bekerja.
Perilaku karyawan cleaning service dalam bekerja dilandasi oleh
kebutuhan-kebutuhan dasar antara lain kebutuhan psikologis, sosial dan
egoistik. Apabila kebutuhan karyawan cleaning service telah terpenuhi, maka
yang diharapkan adalah terciptanya kepuasan kerja. Kepuasan adalah kondisi
subyektif dari keadaan pribadi karyawan sehubungan dengan perasaan
senang atau perasaan tidak senang sebagai akibat adanya dorongan pada diri
karyawan tersebut. Perasaan senang ini akan sangat mmepengaruhi perilaku
kayawan cleaning service dalam melakukan aktivitas kerja dan pada gilirannya
efektivitas organisasi akan terwujud.22
Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan dapat
disimpulkan:
Pertama, bahwa komunikasi sangat berperan dalam menentukan
sukses tidaknya sebuah organisasi. Kemampuan berkomunikasi merupakan
salah satu faktor yang menentukan organisasi dapat hidup, sukses, efektif
dan bertahan. Kedua, kepuasan kerja terdiri dari dimensi imbalan, promosi,
dan rekan kerja. Banyak orang yang merasa puas dalam bekerja karena
didukung oleh teman sejawat. Sedangkan iklim kerja dapat dilihat darai
dimensi dukungan, kepercayaan, partisipasi dalam keputusan, keterlibatan
dalam informasi ke bawah, dan mendengarkan dalam informasi ke atas.
Ketiga, memperbanyak pertemuan tatap muka antara atasan dengan bawahan
dalam membahas hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan bisa menjadikan
karyawan merasa dihargai.
22Edy Sutrisno, “Faktor yang Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Komunikasi: Studi Pada Perusahaan Jasa cleaning service di Surabaya”, (Disertasi, Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2003).
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 25
Dari kesimpulan penelitian-penelitian terdahulu terdapat perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan di STAIN ini. Penelitian tentang dinamika
komunikasi organisasi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Samarinda dilakukan di perguruan tinggi yang mana dalam perguruan tinggi
terdapat dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa. Tugas dari dosen
adalah melaksanakan tri darma perguruan tinggi, sedangkan produknya
adalah mendidik mahasiswa agar dapat menghasilkan alumni yang handal
sesuai dengan visi dan misi dari STAIN Samarinda dan alumni akan dapat
mengabdi kepada masyarakat.
Komunikasi dalam organisasi disini sangat diperlukan untuk
menyampaikan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pimpinan agar
dapat mengembangkan STAIN Samarinda menjadi IAIN. Disamping
komunikasi ini berfungsi untuk dapat menyampaikan kebijakan-kebijakan,
juga untuk dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik diantara anggota
organisasi, dengan iklim komunikasi yang baik diharapkan dapat
menciptakan suasana kerja yang kondusif sehingga dapat melaksanakan
kebijakan-kebijakan secara bersama-sama.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian
Dalam penelitian tentang dinamika komunikasi organisasi di Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini memaparkan situasi dan
peristiwa, penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan
menyajikan informasi secara sangat tepat dan teliti tentang karakteristik yang
sangat luas dari suatu populasi. Penelitian deskriptif dapat bersifat kualitatif
jika data yang disajikan berupa cerita yang mendalam dan rinci dari
responden atau para informan tentang pertimbangan, pengalaman,
pengetahuan, filsafat atau pandangan hidup mereka. Menurut Mely G. Tan
26 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
penelitian deskriptif kualitatif bertujuan mengambarkan secara tepat sifat-
sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu.23
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk mencari faktual
yang mendetail tentang gejala yang ada, untuk mengidentifikasi masalah-
masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan prkatek-praktek
yang sedang berlangsung, untuk membuat komparasi dan evaluasi, untuk
mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang lain dalam menangani masalah
atau situasi yang sama agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan
pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.24
Menurut Denzin dan Lincoln penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menggunakan latar ilmiah, dengan menafsirkan fenomena yang terjadi
dan dilakukan dengan jalan melibatkan metode yang ada.25 Sedangkan
menurut Lexy J Moleong sendiri penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian, misalnya perilaku, tindakan, dll., secara holistic dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.26
Sementara menurut Hamidi penelitian kualitatif memiliki ciri khas
penyajian datanya yaitu dalam bentuk narasi, cerita yang mendalam atau rinci
dari hasil wawancara atau observasi pada para responden.27 Penelitian
23Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 22.
24Sumadi Suryadibrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006), h. 76.
25Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXI;
Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005)h. 5.
26 Ibid., h. 6.
27 Hamidi, Metode Penelitian Kuantitatif (Malang: UPT Penerbitan
Muhammadiyah, 2008), h. 55.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 27
kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring
informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek,
dihubungkan dengan pemecahan masalah. Penelitian kualitatif dimulai
dengan mengumpulkan informasi-informasi.
Nasution mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada
prinsipnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi
dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang
dunia sekitarnya.28 Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah karyawan,
baik yang terlibat dalam struktural maupun nonstruktural, yang bekerja di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda. Para karyawan
tersebut bekerja sebagai bekerja sebagai kepala bagian, kepala unit,
sekretaris, staf administrasi dan staf penunjang yang tentu saja dalam
aktivitas sehari-hari mereka harus dapat saling bekerjasama dan
berkoordinasi satu sama lain. Pengamatan akan dipusatkan terlebih pada
bagaimana karyawan melakukan kerjasama dan koordinasi di dalam
melaksanakan tugas-tugas mereka.
Dengan metode deskriptif kualitatif diharapkan akan diperoleh data
yang lebih lengkap, lebih mendalam, lebih kredibel, dan bermakna sehingga
tujuan penelitian dapat dicapai. Metode ini akan membantu peneliti untuk
mendapatkan data yang dihasilkan dari proses kerja, perkembangan suatu
kegiatan, perasaan, norma, nilai-nilai, keyakinan sikap mental, etos kerja, dan
budaya yang dianut seseorang maupun sekelompok orang dalam lingkungan
kerjanya.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian ini akan
memaparkan atau menyajikan informasi-informasi yang didasarkan pada
pengalaman, pengetahuan, pandangan, dan pengamatan dari para karyawan
yang menjadi informan.
28
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsiti,
1989), h. 10.
28 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Sedangkan lokasi penelitian ini berada di Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Samarinda, dimana dalam penelitian ini yang menjadi
objek penelitian adalah pimpinan, dosen, pegawai adminstrasi, dan
mahasiswa yang berkaitan dengan dinamika komunikasi organisasi di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) samarinda ini.
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang
Dinamika Komunikasi Organisasi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Samarinda ini adalah metode pendekatan komunikasi dan
sosiologi, yakni pendekatan kajian komunikasi organisasi yang mana dalam
organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam berinteraksi ini organisasi melakukan aktivitas
tertentu seperti memproses informasi dari lingkungan, mengadakan
identifikasi, melakukan integrasi dan menentukan tujuan organisasi.
Dalam pendekatan sosiologi, membahas tentang interaksi sosial
antara seseorang dengan orang yang lainnya. Kajian tentang interaksi
disyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti
adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-
mata tergantung tindakan tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan
terhadap tindakan tersebut, sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah
bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu. Dalam komunikasi
persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang
mendapat informasi karena makna yang dikirim oleh komunikator dan
penerima informasi menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks
sosial ketika informasi itu disebar dan diterima.
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan
komunikasi. Menurut Soeryono Soekanto, kontak sosial artinya secara
harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak sosial baru
terjadi apabila adanya hubungan fisikal, sebagai gejala sosial hal ini bukan
semata-mata hubungan badaniah, karena hubungan sosial terjadi tidak saja
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 29
secara menyentuh seseorang, namun orang dapat berhubungan dengan
orang lain tanpa menyentuhnya.29
Syarat terjadinya kontak sosial yang lain adalah komunikasi.
Sosiologi menjelaskan komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang
dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain
yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau sikap, perilaku
dan perasaan-perasaan, sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap
informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang
pernah dia alami.30
Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam
setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (komunikator), saluran (media),
dan penerima informasi (komunikan). Sumber informasi adalah seseorang
atau institusi yang memiliki bahan informasi untuk disebarkan kepada
masyarakat (komunikan). Saluran (media) yang digunakan untuk kegiatan
pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan
secara bertatap muka maupun media massa yang digunakan untuk khalayak
umum. Sedangkan komunikan adalah seseorang atau kelompok yang
menjadi sasaran informasi.
Dari pendekatan sosiologi dan komunikasi yang dipergunakan
dalam penelitian ini, bahwa dalam organisasi itu ada yang dinamakan
interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan
proses saling mempengaruhi antara individu, maupun individu dengan
kelompok.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian
kualitatif adalah wawancara, observasi, pemanfaatan dokumen.
a. Wawancara
29
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2006), h. 55. 30
Ibid, h. 7.
30 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Wawancara atau interviu adalah bentuk komunikasi verbal yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi tertentu. Percakapan ini dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut
Lincoln dan Guba, maksud mengadakan wawancara adalah mengkontruksi
mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan lain-lain kebulatan; mengkonstruksi kebulatan-kebulatan
demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-
kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan
datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang
diperoleh oleh orang lain, baik manusia maupun bukan manusia; dan
memverikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan
oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.31
Ada beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur,
wawancara semiterstruktur, dan wawancara tak berstruktur. Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara
semiterstruktur termasuk dalan kategori in-dept interview, dimana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Wawancara tak berstruktur adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersususn secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya.32
31Lexy J Moleong, Ibid., h. 186
32Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 233.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 31
Berdasarkan atas perencanaan pertanyaan yang telah disusun,
penelitian ini menggunakan jenis wawancara semiterstruktur atau wawancara
mendalam. Wawancara ini tetap menggunakan daftar pertanyaan yang akan
diajukan tetapi hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah dalam
suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti
pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Wawancara yang dimaksudkan di sini adalah wawancara mendalam
mengingat topik yang dibahas membutuhkan tingkat fleksibilitas tinggi.
Dengan demikian peneliti cukup menggunakan garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan dan selebihnya proses akan ditentukan
pada saat wawancara berlangsung sampai peneliti mendapatkan informasi
yang mendalam tentang topik bahasan. Maksud dari wawancara adalah
untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaan, kesenangannya,
pergaulannya, dan sebagainya.33
Untuk memberikan panduan dalam penggunaan teknik wawancara
ini, peneliti menggunakan tujuh langkah seperti yang dikemukakan oleh
Lincoln dan Cuba:34
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Melangsungkan alur wawancara.
5) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
33
Burhan Bungin (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2006), h. 144.
34Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi (Malang:
YA3, 1990), h. 76.
32 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Peneliti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang topik
bahasan berdasarkan garis besar permasalahn dengan berpedoman pada
jenis pertanyaan yang saling berkaitan. Menurut Jalaluddin Rakhmat ada
beberapa rumusan pertanyaan yang perlu diperhatikan, yaitu:35
1) Mulailah dengan pertanyaan yang mudah dan disenangi oleh
responden.
2) Ajukan pertanyaan yang membangkitkan minat.
3) Sesuaikan bahasa dengan tingkat pengetahuan responden
4) Gunakanlah kata-kata yang mempunyai arti yang sama bagi setiap
orang.
5) Hindari pertanyaan yang panjang karena pertanyaan panjang sering kali
membingungkan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diarahkan berdasakan topik bahasan
yaitu tentang dinamika komunikasi organisasi di STAIN Samarinda.
b. Observasi
Observasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif adalah merupakan cara untuk mendapatkan data yang
bersifat alamiah di lapangan, karena kejadian yang diamati dalam latar yang
alamiah. Melalui observasi berperan serta, peneliti dapat berpartisipasi dalam
rutinitas informan baik mengamati apa yang mereka lakukan, mendengarkan
apa yang mereka katakan, dan menanyai orang-orang lainnya disekitar
mereka selama jangka waktu tertentu.36
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.37 Ada beberapa kelebihan atau kebaikan
35
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Cet. VI;
Bandung: Remaja Rodakarya, 1998), h. 88.
36Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 20
37Husaini Ustman dan Purnomo S, Metodologi Penelitian Sosial, (Cet. V;
Jakarta: Bumi Aksara,2004), h.54.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 33
dalam penggunaan observasi sebagai salah satu alat untuk mengumpulkan
data yaitu;
1) Merupakan metode yang dapat langsung digunakan untuk meneliti
bermacam-macam gejala. Banyak aspek tingkah laku manusia yang
hanya dapat dilakukan melalui observasi langsung.
2) Untuk subyek yang diteliti, observasi ini lebih sedikit tuntutannya.
Orang-orang yang selalu sibuk pun mungkin tidak keberatan untuk
diamat-amati, walaupun dia mungkin keberatan untuk menjawab
kuesioner.
3) Pengamatan memungkinkan peneliti pencatatan yang serempak dengan
terjadinya suatu gejala.38
Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif. Dalam observasi
ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.
Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang Nampak.39 Keuntungan lain dari cara ini ialah, bahwa peneliti
telah merupakan bagian integral dari situasi yang dipelajarinya sehingga
kehadirannya tidak mempengaruhi situasi itu dalam kewajarannya. Ia
mengenal situasi itu dengan baik karena ia berada di dalamnya dan dapat
mengumpulkan keterangan yang banyak.40
c. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya yang berarti kata-kata tertulis. Di
dalam melaksanakan/menggunakan metode dokumentasi peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
38
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Ofset, 2004),
h. 175.
39 Sugiyono, op.cit., h.227.
40Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 107.
34 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan lain sebagainya.41
Sedangkan menurut Lexy J Moleong dokumen dalam penelitian sebagai
sumber data karena banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.42 Dokumentasi ini
bisa berupa Buku Pedoman Sekolah Tinggi, Buku Standar Penjaminan
Mutu, Jurnal Ilmiah, dokumen lainnya.
4. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan,
tahap berikutnya yang harus dimasuki adalah tahap analisa data. Ini adalah
tahap penting dan menentukan. Pada tahap inilah data dikerjakan dan
dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-
kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang
diajukan dalam penelitian.43 Data dalam penelitian kualitatif yaitu
memberikan informasi dalam bentuk studi kasus, kritik, dan alporan atau
data yang bisa diterjemahkan dalam bentuk studi kasus, kriti, dan kadang-
kadang dalam laporan verbal.44 Teknik Analisis data merupakan rangkaian
kegiatan pengumpulan data dengan mencari dan menyusun catatan yang
diperoleh dari metode observasi, wawancara dan dokumen. Analisis data
bermaksud untuk mengorganisasikan data.
Dalam analisis data akan dipergunakan metode triangulasi.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide
dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Cet. XIII; Jakarta: Bhineka
Cipta, 2006) h. 158.
42Lexy J. Moleong , op.cit, h. 217
43Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Cet. XIII;
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1994), h. 269.
44Andi Bulaeng, Teori Manajemen dan Riset Komunikasi (Jakarta:
Narendra, 2002), h. 104.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 35
sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut
pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-
beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena
itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang
diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara
mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan
dan analisis data.
Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan
atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena
yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:
a. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam
penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi,
dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan
gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur.
Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan
untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran
informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan
diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu,
triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh
dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan
demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau
naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu
dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.
b. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih
dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui
memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali
36 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
dari subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang
diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman
penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru
merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
c. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat (participant observation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar.
d. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari
bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan.
Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman
asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara
mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini
paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika
membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih
jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber data, dimana
informasi dan data yang didapatkan berasal dari hasil wawancara yang
dilakukan kepada beberapa orang dosen, dan karyawan, kemudian observasi
terhadap perilaku dan pola komunikasi dari pimpinan kepada bawahan yang
ada di tempat penelitian, dan juga dokumentasi yang ada seperti surat resmi,
pengumuman, dll.
Sedangkan interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh
arti dan makna yang mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang
sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara
meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan
informasi akurat yang diperoleh dari lapangan. Peneliti menganalisa kata-
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 37
kata dan gambar untuk menguraikan tema sentral penelitian. Deskripsi ini
secara khusus meliputi informasi kontekstual mengenai orang atau ide yang
sedang diteliti.45
Dalam penelitian ini teknik analisis data menggunakan analisis
model Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas adalam
analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-
menerus sampai tuntans, sehingga data sudah jenuh. Dalam teknik analisa
data terdapat beberapa proses, yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, menemukan tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya atau menemukannya kembali jika diperlukan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Karena penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, maka
penyajian datanya berupa uraian yang bersifat naratif atas hasil wawancara
terhadap para karyawan. Dengan menyajikan data secara naratif, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan langkah
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan proses konklusi yang terjadi
selama pengumpulan data, mulai dari data awal hingga data akhir.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat berupa deskripsi atau
45
Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta
Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), h. 48.
38 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap,
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.46
46
Sugiyono, op. cit., h. 246- 253.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 39
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Komunikasi Organisasi
Istilah komunikasi berasal dari perkataan Latin communis yang artinya
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin
communico yang artinya membagi.47 Jadi, Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan
dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti
ini disebut komunikasi nonverbal.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut dapat digunakan
definisi yang dibuat oleh Harold D. Lasswell yang mengatakan bahwa cara
yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan
sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?.48 Berdasarkan paradigma Laswell di atas, maka komunikasi berarti
proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada seorang
komunikan melalui media komunikasi tertentu untuk menghasilkan efek
tertentu. Dewasa ini sangat beragam jenis media komunikasi yang beredar di
masyarakat, yang dapat dipergunakan dalam kegiatan berkomunikasi.
Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu
adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan
47 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2007),h. 18. 48Onong Uchyana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), h. 253.
40 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
definisi Lasswell ini dapat diturunkan 5 unsur komunikasi yang saling
bergantung satu sama lain, yaitu: Pertama sumber (source), sering
disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoding), komunikator, pembicara
(speaker). Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok,
organisasi, atau perusahaan. Kedua pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan
oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal
dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud
sumber tersebut. Ketiga saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang
digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran
juga merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung (tatap muka)
atau lewat media (cetak dan elektronik). Keempat, penerima (receiver) sering juga
disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate, penyandi balik (decoder) atau
khalayak, yaitu orang yang menerima dari sumber. Berdasarkan pengalaman
masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan,
penerima pesan menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal
yang ia terima. Kelima efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia
menerima pesantersebut, misalnya terhibur, menambah pengetahuan,
perubahan sikap, atau bahkan perubahan perilaku.
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana
proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk pesan dan
menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima
yang menimbulkan efek tertentu. Di dalam organisasi, komunikasi
memegang peranan penting karena tanpa adanya komunikasi, maka kegiatan
dalam organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Organisasi yang di
dalamnya terdapat orang-orang atau bagian-bagian tidak dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik tanpa adanya komunikasi satu sama lain. Seperti
pimpinan yang bisa menjadi komunikator dan bawahan yang menjadi
komunikan atau sebaliknya, instruksi yang bisa menjadi pesan, medianya bisa
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 41
menggunakan surat, pengumuman, buku petunjuk, efeknya agar bawahan
mengetahui informasi yang ada di organisasi.
Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memerlukan
manusia lain. Usaha untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan membentuk hubungan kerjasama dan selanjutnya membentuk
kelompok-kelompok. Tujuan dari usaha manusia akan lebih muda diperoleh
dengan cara bersama-sama. Dengan demikian organisasi adalah tempat yang
memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat
dicapai oleh individu-individu secara sendiri-sendiri. Menurut Stephen P.
Robbins, organisasi merupakan suatu unit sosial yang dikoordinasikan secara
sengaja, terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi pada suatu basis
yang relatif bersinambung untuk mencapai serangkaian tujuan.49
Beranjak dari definisi organisasi, dapat dilihat bahwa tujuan utama
dalam organisasi adalah kegiatannya, bukan hanya pada individu sebagai
pelaku dalam organisasi. Bavela & Baret menjelaskan bahwa pengertian
organisasi merupakan kegiatan pengumpulan informasi, pencatatan, dan
penyebaran informasi sebagai sebuah sistem komunikasi. Dengan demikian,
proses komunikasi dalam organisasi sangatlah menentukan efektivitas
organisasi itu.
Organisasi pada intinya adalah sistem pembagian kerja melalui
hierarki dalam tujuan bersama. Organisasi menetapkan peran kepada setiap
orang yang menjadi anggotanya, peran-peran itu kemudian
dioperasionalisasikan kedalam tugas dan fungsi. Operasionalisasi tugas dan
fungsi yang beranekaragam dan bertingkat-tingkat tersebut disesuaikan
dengan jabatan yang bersifat struktural dan fungsional, sekaligus
menunjukkan tinggi-rendahnya kedudukan serta besar-kecilnya kewenangan.
Semua peran tersebut tidak dapat dilaksanakan sendiri tetapi harus bersama-
sama dengan orang lain yang mempunyai kedudukan dan kewenangan lebih
49Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, terj. Diana Angelica, Perilaku
Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2008),h.4.
42 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
tinggi, setingkat maupun yang lebih rendah. Proses kerjasama ini
memerlukan hubungan dengan orang lain melalui mekanisme yang disebut
komunikasi, dan karena konteksnya dalam organisasi, disebut komunikasi
organisasi.
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari satu
pihak kepada pihak lain untuk mendapatkan saling pengertian. Yang
dimaksud dengan komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses
penyampaian informasi, ide-ide, diantara anggota organisasi secara timbal
balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pimpinan
organisasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat. Oleh karena itu
komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi.
Untuk mencapai tujuan organisasi, seorang manajer harus mampu
berkomunikasi dengan semua karyawan di semua bidang dan tingkat.
Menurut Redding dan Sanborn komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.
Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan
manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi dari atasan kepada
bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari orang-
orang yang level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi
dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.50
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss mengatakan, beberapa ciri utama
komunikasi organisasional adalah faktor-faktor struktural dalam organisasi
yang mengahuruskan para anggotanya bertindak sesuai dengan peranan yang
diharapkan.51 Sedangkan Wayne Pace dan Don F. Faules mengklasifikasikan
definisi komunikasi menjadi dua, yakni definisi fungsional dan definisi
interpretatif. Definisi fungsional komunikasi organisasi adalah sebagai
50Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.
65. 51Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, terj. Deddy
Mulyana, Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi, buku kedua (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 166.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 43
pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari
unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu
dengan lainnya dan berfungsi dalam satu lingkungan. Sedangkan definisi
interpretatif komunikasi organisasi cenderung menekankan pada kegiatan
penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional.52
Dengan kata lain definisi interpretatif komunikasi organisasi adalah
proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan
mengubah organisasi. Jadi perspektif interpretatif menekankan peranan
orang-orang dan proses dalam menciptakan makna. Sifat terpenting
komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan
kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam
organisasi dan apa maknanya tergantung pada persepsi seseorang mengenai
organisasi.
Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi organisasi merupakan
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan dalam organisasi (di dalam
kelompok formal maupun informal organisasi). Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja di dalam
organisasi, produktifitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi lebih pada para
anggotanya secara individual.53
Menurut Deddy Mulyana, komunikasi organisasi terjadi dalam suatu
jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi
organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antar-
52R.Wayne Pace & Don F. Faules, Organizational Communication, terj Deddy
Mulyana. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 33.
53Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, terj. Agus Maulana (Jakarta: Karisma Publishing Group,2011), h. 377.
44 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
pribadi dan adakalanya komunikasi publik. Komunikasi formal adalah
komunikasi menurut struktur organisasi yakni komunikasi ke bawah,
komunikasi keatas, dan komunikasi horisontal. Sedangkan komunikasi
informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar
sejawat, dan juga gosip.54
Secara sederhana, komunikasi organisasi dipahami sebagai jaringan
kerja yang dirancang dalam suatu sistem dan proses untuk mengalihkan
informasi dari seseorang/sekelompok orang kepada seseorang/sekelompok
orang demi tercapainya tujuan organisasi. Jaringan komunikasi organisasi
merupakan pola hubungan antarmanusia yang bersifat formal. Keformalan
ini meliputi adanya jaminan formalitas dalam unsur-unsur komunikasi dan
proses kerja unsur-unsur tersebut. Unsur dalam komunikasi organisasi
meliputi:
Pertama, kesengajaan. Karena pertukaran pesan dalam komunikasi
organisasi dilakukan melalui suatu hubungan formal dan informal (bukan
hubungan sosial) yang disengaja berdasarkan penggarisan organisasi. Kedua
pertukaran. Karena meliputi paling tidak dua orang atau lebih, yakni pihak
pengirim dan penerima. Masing-masing pihak secara bergantian menjadi
penerima dan pengirim pesan. Ketiga gagasan, pendapat, informasi, dan
instruksi. Isi pesan berupa buah pikiran dan harapan yang disampaikan
sesuai dengan kondisi indvidu dan lingkungannya.
Keempat, personal dan impersonal. Karena menggunakan saluran
langsung seperti tatap muka atau melalui saluran tidak langsung melalui
media massa kepada sejumlah orang secara serentak. Kelima simbol atau
tanda. Simbol mungkin positif dan abstrak, tanda mungkin berbentuk verbal
dan nonverbal. Keduanya dapat disandi menjadi pesan untuk dipertukarkan.
Kuncinya adalah bagaimana memakna pesan-pesan tersebut. Keenam
mencapai tujuan organisasi merupakan salah satu karakteristik, tujuan atau
54Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Cet. XIV;
Bandung,Remaja Rosdakarya, , 2010), h, 75.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 45
harapan organisasi yang bersifat formal dan sangat ditentukan oleh
pimpinan.55
Unsur-unsur tersebut menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi
organisasi terjadi dalam batas-batas yang jelas dan sesuai dengan pencapaian
tujuan organisasinya. James L. Gibson menjelaskan dengan cara
mengimplementasikan unsur-unsur yang ada dalam proses komunikasi
tersebut kedalam kegiatan organisasi, yaitu:
1. Komunikator dalam konteks organisasi adalah anggota organisasi
dengan gagasan, maksud, informasi, dan bertujuan untuk mengadakan
komunikasi.
2. Membuat sandi atau menyandi (encoding) dilakukan oleh komunikator,
dengan menerjemahkan gagasan komunikator ke dalam serangkaian
tanda/simbol komunikasi yang sistematis. Bentuk utama dari sandi
adalah bahasa. Fungsi dari pembuatan sandi adalah memberi bentuk
tertentu untuk menyatakan gagasan dan maksud sebagai sebuah pesan.
3. Pesan merupakan hasil dari proses pembuatan sandi, gagasan/ide oleh
komunikator dinyatakan dalam bentuk pesan (dapat berupa lisan atau
tulisan). Dalam kegiatan organisasi, para manajer (pimpinan)
mempunyai berbagai maksud untuk berkomunikasi agar gagasan/ide
mereka dapat saling dimengerti, diterima bahkan menghasilkan
tindakan.
4. Media adalah alat untuk menyampaikan pesan. Organisasi memberi
informasi kepada anggotanya dengan beraneka macam cara, termasuk
tatap muka, telepon, pertemuan kelompok, dll.
5. Menguraikan sandi ke penerima. Menguraikan sandi (decoding)
merupakan istilah teknis bagi proses pikiran penerima. Penerima
menafsirkan pesan menurut pengalaman sendiri sebelumnya dan
menurut kerangka referensinya. Jika uraian sandi dari pesan tersebut
55Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1991), h.
275-287.
46 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
lebih mendekati maksud yang diinginkan oleh komunikator,
komunikasi akan lebih efektif.
6. Umpan balik. Pada komunikasi dua arah terjadi proses umpan balik
dari komunikator ke komunikan. Dalam pengelolaan organisasi,
kegiatan komunikasi terjadi antara pimpinan dengan bawahannya, atau
sebaliknya, dan umpan balik dapat berlangsung secara langsung
maupun tidak langsung.
7. Noise. Merupakan faktor-faktor yang mengganggu proses komunikasi.
Faktor-faktor ini dapat muncul melalu masing-masing unsur
komunikasi.
Dalam definisi komunikasi organisasi mengandung tujuh konsep
kunci yaitu: proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan,
lingkungan, dan ketidakpastian.
Proses dalam suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang
dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya.
Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus
menerus dan tidak ada henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses.
Pesan dalam komunikasi organisasi ini adalah apa yang disampikan oleh
pimpinan kepada bawahannya. Pesan ini bisa berisi tentang tugas-tugas
dalam organisasi, pemeliharaan organisasi dan kemanusiaan. Pesan yang
berkenaan dengan tugas-tugas yaitu yang berhubungan dengan produksi
organisasi, pelayanan dan kegiatan khusus yang berkenaan dengan
organisasi. Pesan yang berkenaan dengan pemeliharaan organisasi seperti
kebijaksanaan, aturan-aturan yang membantu organisasi tetap hidup.
Sedangkan pesan yang berkenaan dengan kemanusiaan adalah mengenai
sikap karyawan, moral, rasa kepuasan, dan pemenuhan kebutuhan anggota
organisasi.
Jaringan dalam organisasi ini adalah hakikat dan luas jaringan
komunikasi yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain hubungan
peranan, arah dan arus pesan. Peranan tingkah laku dalam suatu organisasi
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 47
menentukan siapa yang menduduki posisi atau pekerjaan tertentu baik
dinyatakan secara formal maupun non formal. Arah jaringan komunikasi ada
yang disebut jaringan komunikasi kepada bawahan, komunikasi kepada
atasan dan komunikasi horisontal. Arus pesan ini adalah aliran pesan yang
disampaikan oleh pimpinan yang terkadang disampaikan secara lisan, dan
karena disampaikan secara berantai terkadang pesan ini sudah tidak lengkap
lagi.
Saling tergantung. Konsep kunci komunikasi yang lainnya yaitu
keadaan yang saling bergantung satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini
telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem
terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan
berpengaruh kepada bagian lainnya. Hubungan manusia dalam organisasi
yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat
dalam suatu hubungan. Hubungan manusia dalam organisasi berkisar dari
yang sederhana yaitu hubungan antara dua orang sampai kepada hubungan
yang kompleks.
Lingkungan ini dapat dibedakan menjadi lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Karena lingkungan berubah-ubah, maka organisasi
memerlukan informasi baru. Informasi ini harus dapat mengatasi perubahan
dalam lingkungan dengan menciptakan dan pertukaran pesan baik secara
internal dalam unit-unit yang relevan maupun terhadap kepentingan umum
secara eksternal.
Konsep kunci yang terakhir dari komunikasi organisasi adalah
ketidakpastian. Yang dimaksud dengan ketidakpastian adalah perbedaan
informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Untuk
mengurangi ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan
diantara anggota, melakukan suatu penelitian, pengembangan organisasi, dan
mengadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integrasi yang tinggi. 56
56Gerald M. Goldhaber, Organizational Communication (United States of
America: Wm. C.Brown Communication, Inc 1993), h.15-25.
48 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa komunikasi
organisasi menjadi sistem aliran yang menghubungkan dan membangkitkan
kinerja antar bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi.
Komunikasi dalam organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan organisasi di dalam kelompok baik menggunakan jaringan formal
maupun informal dari suatu organisasi. Organisasi adalah komposisi
sejumlah orang-orang yang menduduki posisi dan peranan tertentu, di antara
orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan. Peranan individu dalam
sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu
dengan individu lainnya dalam organisasi. Pola komunikasi dalam sebuah
organisasi pada prinsipnya adalah bahwa setiap pimpinan harus melakukan
komunikasi dengan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi menjadi hal sangat penting dalam organisasi, karena
dengan komunikasi dapat mengurangi permasalahan yang ada dalam
organisasi. adapun fungsi komunikasi dalam organisasi yaitu fungsi produksi
dan pengaturan, fungsi pembaharuan, fungsi pemasyarakatan atau
pemeliharaan, fungsi tugas, fungsi perintah, fungsi relasional dan fungsi
manajemen ambigu.
1. Fungsi produksi dan pengaturan. Artinya, komunikasi yang terutama
berhubungan dengan penyelesaian pekerjaan dan membantu organisasi
mencapai tujuan produksi (produk, jasa-jasa dsb) adalah berorientasi
pengaturan dan produksi. Fungsi komunikasi ini meliputi pesan yang
memungkinkan pimpinan dan para anggota organisasi untuk
menentukan sasaran dan tujuan, merumuskan bidang masalah, menilai
prestasi, mengkoordinir tugas-tugas yang secara fungsional saling
bergantung, menentukan standar hasil prestasi, memberi perintah dan
menunjukkan kepada bawahan apa yang harus dilakukan, memimpin
dan mempengaruhi.
2. Fungsi pembaharuan. Artinya, aktivitas-aktivitas seperti sistem saran di
seluruh organisasi, pekerjaan penelitian dan pengembangan, riset dan
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 49
analisa pasar. Fungsi ini menjadikan organisasi dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan-peubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Untuk
itu suatu organisasi membuat rencana-rencana baru, aktivitas-aktivitas
baru, program-program baru, pengarahan yang baru, proyek-proyek
yang baru dan saran-saran mengenai produksi baru. Rencana-rencana
ini misalnya disampaikan pada waktu pertemuan-pertemuan
pemecahan masalah, pembuatan rencana dan pada waktu rapat-rapat
dengan anggota organisasi. Pesan yang disampaikan itu termasuk
kategori pesan pembaharuan.
3. Fungsi pemasyarakatan atau pemeliharaan. Artinya aktivitas-aktivitas
komunikasi yang menyangkut harga diri para anggota organisasi,
imbalan dan motivasi pegawai. Agar pegawai betah dalam suatu
organisasi dan berprestasi memadai, mereka hendaklah memperoleh
pengalaman menyenangkan dalam organisasi itu. Imbalan dapat berupa
uang, prestise, status, pekerjaan menarik, dan faktor kepuasan seperti
terlibat dalam pengambilan keputusan. Komunikasi sosial meliputi
informasi yang menunjang hubungan seseorang dengan lingkungan
fisik dan manusia. Fungsi sosial dari komunikasi membantu
membangun harapan bersama dengan para anggota organisasi, harapan
mengenai satu sama lain, pekerjaan yang akan dilaksanakan, bagaimana
mengerjakan tersebut, dan konteks organisasional dan lingkungan
dimana organisasi itu berada. Oleh karena fungsi sosial dari komunikasi
itulah para anggota mengenal dan bergaul satu sama lain sebagai
anggota organisasi itu. Hanya dengan komunikasi sosial atau
komunikasi pemeliharaan pegawai dapat terlibat secara pribadi dalam
sasaran suatu organisasi.
4. Fungsi tugas. Artinya, aktivitas-aktivitas komunikasi yang berkenaan
dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi oleh anggota organisasi.
Pesan ini mencakup pemberian informasi kepada karyawan untuk
melakukan tugas mereka secara efisien, seperti aktivitas pemberian
50 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
latihan kepada karyawan, memberikan orientasi bagi karyawan baru,
penentuan tujuan dan aktivitas lainnya yang berkenaan dengan
produksi, pelayanan pemasaran dan sebagainya. Atau dengan kata lain
fungsi tugas dapat dikatakan sebagai pesan yang berhubungan dengan
output sistem yang diinginkan oleh organisasi.
5. Fungsi perintah. Artinya, komunikasi memperbolehkan anggota
organisasi membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas
suatu perintah. Dua jenis komunikasi yang mendukung pelaksanaan
fungsi ini adalah pengarahan dan umpan balik, dan tujuannya adalah
berhasil mempengaruhi anggota lain dalam organisasi. Hasil fungsi
perintah adalah koordinasi di antara sejumlah anggota yang saling
bergantung dalam organisasi tersebut.
6. Fungsi relasional. Artinya, komunikasi memperbolehkan anggota
organisasi menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif dan
hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam
pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan dalam berbagai cara,
misalnya kepuasan kerja, aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas
dalam hirarki organisasional, dan tingkat pelaksanaan perintah.
Pentingnya ketrampilan dalam hubungan antarpesona yang baik lebih
terasa dalam pekerjaan ketika seseorang merasa bahwa banyak
hubungan yang perlu dilakukan tidak dipilih tetapi diharuskan oleh
lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih
memacu konflik, kurang ditaati, dan sebagainya.
7. Fungsi manajemen ambigu. Artinya, pilihan dalam situasi organisasi
sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Komunikasi adalah
alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan yang melekat
dalam organisasi, misalnya anggota berbicara satu dengan lainnya untuk
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 51
membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang
membutuhkan perolehan informasi bersama.57
Dari fungsi-fungsi komunikasi yang telah diuraikan diatas
menunjukkan bahwa terdapat peran komunikasi dalam organisasi yang tidak
lepas dari fungsi manajemen, yang kemudian disebut manajemen
komunikasi. Manajemen komunikasi dapat dipahami sebagai sebuah proses
koordinasi interpretasi atau pengertian yang dibangun melalui interaksi
antarmanusia. Kemampuan berkomunikasi dilakukan dengan saling
memahami pandangan dan kerangka berpikir masing-masing dalam
lingkungan yang beragam.
Manajemen komunikasi juga dapat dipahami sebagai proses yang
sistematis antara anggota organisasi dalam menjalankan fungsi-fungsi
manajemen untuk menyelesaikan pekerjaan melalui proses negosiasi
pengertian/pemahaman antara satu individu maupun lebih yang bertujuan
mencapai keinginan dan kepuasan bersama. Implementasi manajemen
komunikasi kedalam sistem kegiatan di organisasi dilakukan melalui empat
tahap yang disebut managerial planning, yaitu:
Pertama, Reorganize large masses of information into simpler yet more
meaningful categories. Tahap ini bertujuan memudahkan para anggota
organisasi dalam memahami dan melaksanakan pekerjaan yang sesuai
dengan kebijakan dan arahan pimpinan.
Kedua, Differentiate important information and eliminate non essential
information. Tahap ini bertujuan memilah-milah sedemikian rupa informasi
mengenai pekerjaan agar pelaksana pekerjaan dapat membuat prioritas
pekerjaan berdasarkan tingkatan informasinya.
Ketiga, View problem-connected event, phenomena ad concept in anintegrated
context that makes it easier to make sense of, or explain what is occurring. Pimpinan
membutuhkan tahapan ini sebagai upaya untuk membuat spesifikasi
pekerjaan dan mendistribusikannya kepada karyawan, sesuai dengan
57Abdullah Masnuh, h. 74-77.
52 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
wewenang dan tanggungjawabnya, serta mampu mengantisipasi
kemungkinan yang terjadi.
Keempat, Formulate strategy that can serve as the basis for plant and
theirimplementation. Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat menentukan
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Rumusan strategi yang tepat
dan mudah diimplementasikan akan menciptakan suasana kerja yang
kondusif dan mendorong terciptanya kinerja yang memuaskan karyawan dan
organisasi. 58
Tahapan-tahapan tersebut merupakan dasar untuk berkembang dan
berubahnya suatu organisasi. Tahapan tersebut akan efektif bila dilakukan
dengan melibatkan seluruh unsur yang terkait dalam aktivitas pengelolaan
organisasi. Hubungan timbal balik sesama anggota organisasi dalam rangka
melaksanakan kegiatan organisasi untuk mencapai target atau sasaran secara
efektif.
Manajemen komunikasi secara umum dapat dipahami sebagai
mengordinasikan interpretasi atau pengertian melalui interaksi antara
manusia. Kemampuan berkomunikasi dalam interaksi manusia dapat
dipahami dari sudut pandang pengalaman individu dan kerangka berpikir.
Kemampuan berkomunikasi dipandang sebagai bentuk hubungan
interpersonal, sehingga kegiatan komunikasi dilakukan dalam bentuk
pertukaran gagasan atau pemahaman individu. Kemampuan komunikasi
interpersonal diperoleh dari besar kecilnya hubungan yang terjadi dari waktu
ke waktu.
Aktivitas dalam organisasi diantaranya mengaplikasikan fungsi
manajemen ke dalam aktivitas komunikasi yang berlangsung di organisasi
dan bertujuan untuk saling mengingatkan serta memberi perhatian terhadap
sasaran. Termasuk diantaranya kegiatan dan strategi komunikasi,
memberikan pendapat, memutuskan dan mengevaluasi aktivitas komunikasi
58Dewi K. Soedarsono, Sistem Manajemen Komunikasi , Teori, Model, dan
Aplikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009)., h. 48.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 53
yang telah direncanakan. Komunikasi merupakan salah satu alat terpenting
dalam menjalankan fungsi manajemen terutama untuk mendukung
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan. Anggota organisasi
perlu menyadari pentingnya kegiatan komunikasi untuk membantu
tercapainya kinerja organisasi.
Kemampuan komunikator yang terlibat dalam kegiatan komunikasi
di organisasi adalah salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai sasaran,
tujuan maupun target organisasi. Dengan demikian seluruh pelaku organisasi
selayaknya mempunyai pemahaman yang sama dalam melaksanakan kegiatan
organisasi, sehingga dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik.
Kemampuan komunikator diperngaruhi oleh etos dan sikap
komunikator. Etos adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dari
kognisi, yaitu proses memahami sesuatu objek dalam pikiran; afeksi, yaitu
perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar; dan konasi, yaitu aspek
psikologis yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku. Sedangkan sikap adalah
suatu kesiapan kegiatan, kecenderungan pada diri sendiri untuk melakukan
suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial.
Etos komunikator dapat tumbuh melalui faktor-faktor:
1. Kesiapan (preparedness)
Sebelum komunikator tampil atau melakukan kegiatan komunikasi,
selayaknya mempersiapkan diri sedemikian rupa dengan data-data maupun
bahan-bahan yang berhubungan dengan objek maupun topik yang akan
disampaikan.
2. Kesungguhan (seriousness)
Penyampaian pesan seorang komunikator dilakukan dengan
menunjukkan kesungguhan akan menumbuhkan kepercayaan komunikan.
3. Ketulusan (sincerity)
Seorang komunikator harus membawakan kesan kepada
khalayaknya bahwa ia berhati tulus dalam niat dan perbuatannya. Ia harus
54 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
berhati-hati untuk menghindarkan kata-kata yang mengarah kepada
kecurigaan terhadap ketidaktulusan komunikator.
4. Kepercayaan (confidence)
Seorang komunikator selayaknya menampilkan kesan meyakinkan
dengan penguasaan diri yang kuat, dan dapat menguasai situasi yang
beragam.
5. Ketenangan (poise)
Ketenangan yang ditunjukkan seorang komunikator akan
menimbulkan kesan pada komunikan bahwa komunikator merupakan orang
yang sudah berpengalaman dalam menghadapi khalayak, dan menguasai
pesoalan yang dibicarakan.
6. Keramahan (friendship)
Keramahan komunikator akan menimbulkan rasa simpati
komunikan kepadanya. Keramahan adalah pengekspresian sikap etis.
Keramahan tidak hanya ditunjukkan dengan ekspresi wajah, tetapi juga
dengan gaya dan cara pengutaraan paduan pikiran dan perasaannya.
7. Kesederhanaan (moderation)
Kesederhanaan tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat fisik,
tetapi juga penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan
perasaan, dan dalam gaya mengkomunikasikannya.59
Ada beberapa prinsip-prinsip etika komunikasi yang terkandung
dalam qawl/kata dalam Al-Qur’an yaitu:
1. Qawlan Adhima
Kata-kata yang mengandung qawlan adhima terdapat dalam Al-
Qur’an pada Q.S. Al-Isra/17: 40 yang berbunyi:
59Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 16-19.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 55
Terjemahnya:
Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang dia
sendiri mengambil anak-anak perempuan diantara para malaikat? Sesungguhnya kamu
benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya)”.
Penafsiran ayat tersebut, melukiskan bahwa dalam berkomunikasi
adalah kita tidak boleh mengucapkan kata-kata yang mengandung
kebohongan, atau tuduhan yang sama sekali tidak berdasar. Karena, ucapan-
ucapan yang tidak berdasar sangatlah dibenci Allah swt. Komunikasi Islam
pada hakikatnya adalah memberikan pesan yang mengandung kebenaran-
kebenaran Ilahi jauh dari prasangka dan kebohongan.
2. Qawlan Baligha
Dalam bahasa Arab, kata baligha diartikan sebagai sampai, mengenai
sasaran atau mencapai tujuan. Jika dikaitkan dengan kata-kata qawl, baligh
berarti fasih, jelas maknanya, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki
dan terang. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat
sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight
to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Dalam Al-Qur,an
disebutkan dalam Q.S. An-Nisa /4:63
Terjemahnya:
56 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka.
karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.
3. Qawlan Karima
Qawlan karima dapat diartikan sebagai perkataan yang mulia. Jika
dikaji lebih jauh, etika komunikasi dengan menggunakan qawlan karima lebih
ke sasaran (komunikator) dengan tingkatan umurnya lebih tua. Sehingga,
pendekatan yang digunakan lebih pada pendekatan yang digunakan lebih
pada pendekatan yang sifatnya pada sesuatu yang santun, lembut, dengan
tingkatan dan sopan santun yang diutamakan. Dalam artian, memberikan
penghormatan dan tidak menggurui. Al-Qur’an menjelaskan hal ini dalam
Q.S. Al-Isra/17:23.
Terjemahnya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.
4. Qawlan Layyina
Layyin secara terminology diartikan sebagai “lembut”. Jadi qwlan
layyinan berarti perkataan yang lemah lembut. Dalam komunikasi Islam
qowlan layyinan merupakan interaksi komunikasi antara komunikator dalam
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 57
mempengaruhi komunikan untuk mencapai hikmah. Dalam Al-Qur’an
disebutkan pada Q.S. Thaha/20:44.
Terjemahnya:
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
Mudah-mudahan ia ingat atau takut..
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan
Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan
Qaulan Layina, sehingga hati komunikan akan merasa tersentuh dan jiwanya
tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita. Dengan demikian, dalam
komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara
(intonasi) yang bernada keras dan tinggi.
5. Qawlan Maisura
Dalam komunikasi Islam qawlan maisura dapat diartikan bahwa
dalam menyampaikan pesan, komunikator harus menggunakan bahasa yang
ringan, sederhana, pantas atau yang mudah diterima oleh komunikan secara
spontan tanpa harus melalui pemikiran yang berat, sebagaimana dalam Al-
Qur’an Q.S. Al-Isra/17:28 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang
kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah
dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya
adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang
menggembirakan.
58 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
6. Qawlan Ma’rufan
Ungkapan qawlan ma’rufan dapat diartikan sebagai ungkapan yang
pantas dan baik. Pantas dapat diartikan terhormat dan baik dapat diartikan
sopan. Kata ma’rufan dapat dipahami sebagai yang dikenal oleh kebiasaan
masyarakat. Perintah mengucapkan yang ma’ruf, mencakup cara
pengucapan, kalimat-kalimat yang diucapkan serta gaya pembicaraan. Qawlan
Ma’rufan juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan
kebaikan (maslahat). Sebagaimana dalam Al-Qur’an Q.S. An-Nisa/4:5 dan
juga ayat 8, yang berbunyi:
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya
harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah
kepada mereka dengan kata-kata yang baik.
Terjemahnya:
Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin,
Maka berilah mereka dari harta itu, (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang baik.
Dalam ayat yang lain juga disebutkan pentingnya berbicara yang
baik, seperti dalam Q.S. Al-Baqarah/2:235, dan juga dalam ayat 263
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 59
Terjemahnya:
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu.
Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada
itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia,
kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf[. dan
janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis
'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun.
Terjemahnya:
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun.
60 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
7. Qawlan Saddidan
Qawlan saddidan dapat diartikan sebagai pembicaraan yang benar,
jujur, tidak bohong. Saddidan dapat diartikan konsistensi. Kata ini digunakan
untuk menunjuk sasarannya, seperti dalam Al-Qur’an Q.S. An-Nisa/4:9
yang berbunyi:
Terjemahnya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang
benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata
bahasa). Dari segi substansi, komunikasi informasi harus menyampaikan
kebenaran, faktual, hal yang benar, jujur, tidak berbohong, juga tidak
merekayasa atau memanipulasi fakta. Dari segi redaksi, informasi harus
menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa
yang berlaku.60
Dalam hubungannya dengan kegiatan komunikasi, terdapat lima
jenis sikap yang perlu ditampilkan komunikator, yaitu: yang pertama adalah
Reseptif (receptive), kesediaan untuk menerima gagasan, pendapat, dam
pikiran orang lain. Kedua selektif (selective), dalam proses komunikasi tidak
dipungkiri bahwa individu saling beralih peran sebagai komunikator dan
komunikan. Dengan demikian diperlukan sikap selektif agar proses
penyampaian dan penerimaan pesan/informasi dapat dipahami bersama.
60 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 171-191.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 61
Ketiga Digestif (digestive), kemampuan komunikator dalam mencerna gagasan
atau informasi dari orang lain sebagai bahan bagi pesan yang akan ia
sampaikan.
Keempat Asimilatif (assimilative), kemampuan komunikator dalam
menghubungkan gagasan atau informasi yang ia terima dari orang lain secara
sistematis dengan apa yang telah ia miliki dalam benaknya, yang merupakan
hasil pendidikan dan pengalamannya. Kelima Transmisif (transmissive),
kemampuan komunikator dalam mentransmisikan gagasan atau informasi
yang telah diformulasikan secara kognitif, afektif, dan konatif kepada orang
lain. Komunikator mampu memilih kata-kata yang fungsional, mampu
menyusun kalimat secara logis, mampu memilih waktu yang tepat, sehingga
komunikasi yang dilancarkan akan menimbulkan dampak yang diharapkan.61
Lima faktor yang merupakan unsur penting bagi sikap seseorang
dalam rangka pembinaan dirinya sebagai komunikator. Dari penjelasan
tersebut jelas, bahwa untuk menjadi komunikator yang baik, harus menjadi
komunikan yang baik. Dalam praktiknya, komunikasi adalah proses yang
integral dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen secara sistematis, yang
ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam proses manajemen
kegiatan komunikasi diaplikasikan melalui kegiatan yang berkaitan dengan
aliran informasi yang sesuai dengan hierarki dalam struktur organisasi.
Kaitan antara proses manajemen dan proses komunikasi, dimana
alur pekerjaan dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan aliran informasi
yaitu kegiatan komunikasi ke atas, kebawah, dan horizontal berguna bagi
pimpinan untuk mengetahui job performance karyawan yang melaksanakan
pekerjaan tersebut. Aliran komunikasi ke atas berupa feedback di mana
pimpinan memperoleh informasi mengenai masalah yang ada pada bawahan.
Dalam hal ini pimpinan menjalankan fungsi kontrol sehingga kemantapan
dan konsistens seorang pimpinan dalam menerapkan fungsi-fungsi
manajemen tetap terjaga.
61Dewi K Soedarsono, op. cit., h. 55.
62 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Aktivitas organisasi dapat terlaksana bilamana anggota organisasi
masing-masing menjalankan fungsi manajemen komunikasi secara
sistematis, terkoordinasi dan tepat sasaran. Hal ini dapat tercapai bila
pimpinan dan karyawan sebagai ujung tombak organisasi mampu bersama-
sama mengaplikasikan pembagian kerja organisasi sesuai tugas dan
tanggungjawabnya. Dengan demikian kerjasama dalam sebuah organisasi
harus dilakukan oleh semua anggotanya.
Proses komunikasi selalu berkaitan dengan partisipasi dan
hubungan antar individu. Keterlibatan hubungan antar individu berkenaan
dengan fungsi dan tugasnya dalam struktur organisasi melalui jaringan kerja
komunikasi. Dengan adanya jaringan kerja di organisasi, aktivitas
komunikasi para anggota organisasi secara teratur dan terarah terhubung ke
dalam alur informasi berdasarkan tingkatan dalam struktur organisasi. fungsi
jaringan kerja akan lebih efektif bilamana komunikator dan komunikan
merasakan dan mengakui kegiatan komunikasi di organisasi adalah upaya
untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai anggota
organisasi, dengan tujuan untuk menciptakan kinerja yang memuaskan
organisasi dan anggota itu sendiri.
Pentingnya komunikasi dalam organisasi, secara rinci dapat dilihat
dari beberapa hal berikut ini:
1. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara:
a. Para bawahan dengan atasan/pimpinan
b. Bawahan dengan bawahan
c. Atasan dengan atasan
d. Pegawai dengan organisasi/lembaga yang bersangkutan
2. Meningkatkan kegairahan kerja para pegawai
3. Meningkatkan moral dan disiplin para pegawai
4. Semua jajaran pimpinan dapat mengetahui keadaan bidang yang
menjadi tugasnya sehingga akan berlangsung pengendalian operasional
yang efisien
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 63
5. Semua pegawai dapat mengetahui kebijaksanaan, peraturan-peraturan,
ketentuan-ketentuan, yang telah ditetapkan oleh pimpinan organisasi.
6. Semua informasi, keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh para
pegawai dapat dengan cepat dan tepat diperoleh.
7. Meningkatkan rasa tanggung jawab semua pegawai.
8. Menimbulkan saling pengertian di antara pegawai.
9. Meningkatkan kerja sama diantara para pegawai.
10. Meningkatkan semangat korp di kalangan para pegawai.62
Kegiatan komunikasi dapat mempengaruhi organisasi dalam
berbagai cara. Jika berjalan secara efektif, komunikasi akan mampu
mendorong prestasi kerja yang lebih baik dan menimbulkan kepuasan kerja.
Respon yang positif dari karyawan ini mendukung pendapat yang mendasar
dari perilaku organisasi bahwa komunikasi terbuka pada umumnya lebih
baik daripada komunikasi tertutup.
Komunikasi dalam organisasi mempunyai empat fungsi yaitu fungsi
kendali (kontrol/pengawasan), fungsi motivasi, fungsi pengungkapan emosi,
dan fungsi informasi. Pertama fungsi kendali (control); komunikasi bertindak
untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi agar mereka mematuhi
semua aturan dan hierarki wewenang dalam organisasi. Kedua fungsi
motivasi; komunikasi dapat menjelaskan pada para anggota apa yang harus
dikerjakan dan bagaimana dapat bekerja degan baik. Ketiga fungsi
pengungkapan emosi; dengan komunikasi para anggota dapat
mengungkapkan kekecewaan, atau rasa puas yang mereka rasakan. Keempat
fungsi infromasi; dengan komunikasi semua keputusan dapat diambil dan
dapat diteruskan pada semua angota organisasi.63
Komunikasi menjadi titik yang penting karena segala proses
perencanaan dan pengorganisasian tidak akan dapat dijalankan dengan baik
62Ig. Wursanto, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi ( Yogyakarta: Andi, 2005), h.
159. 63Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h. 218.
64 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
tanpa komunikasi yang baik. Komunikasi juga berfungsi untuk mengontrol
perilaku anggota organisasinya. Organisasi mempunyai hierarki kewenangan
dan petunjuk-petunjuk formal yang diperlukan para karyawan untuk
mengikutinya. Fungsi kontrol ini dapat bilamana para karyawan merasa perlu
mengkomunikasikan keluhan tentang pekerjaan kepada atasan langsungnya
untuk mengikuti petunjuk kerja/untuk menerima kebijaksanaan organisasi.
Komunikasi bisa juga memelihara motivasi dengan menjelaskan
kepada karyawan hal-hal yang harus dikerjakan, dan hal-hal yang dapat
dikerjakan untuk meningkatkan prestasi kerja. Pembuatan tujuan-tujuan
spesifik, umpan balik untuk kemajuan menuju kepada realisasi tujuan, dan
penguatan untuk perilaku yang dikehendaki, semuanya bisa menstimulasi
motivasi dan memerlukan komunikasi. Bagi sebagian besar karyawan,
kelompok kerja mereka merupakan sumber primer untuk interaksi sosial.
Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok merupakan mekanisme yang
fundamental di mana para anggota menunjukkan perasaan frustasi dan rasa
puas. Oleh karena itu, komunikasi dapat memberikan pelepasan ketegangan
untuk ekspresi emosional dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial.
Fungsi yang terakhir adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
kelompok-kelompok untuk membuat keputusan dengan mentransmisikan
data untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif.
Sedangkan Conrad mengidentifikasikan tiga fungsi komunikasi
organisasi sebagai fungsi perintah, fungsi relasional, dan fungsi manajemen
ambigu.64 Fungsi perintah berkenaan dengan anggota-anggota organisasi
mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan, dan
bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi
diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi. Fungsi
relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggota-anggota
menciptakan dan mempertahankan hubungan personal dengan anggota
64Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta: Grasindo,
2011), h. 2-3.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 65
organisasi lain. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam
situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu, misalnya
tujuan organisasi tidak jelas. Komunikasi dapat menjadi alat untuk mengatasi
dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi.
Komunikasi dinilai efektif apabila pesan yang disampaikan dan yang
dimaksudkan oleh komunikator dapat diterima dan dipahami oleh
komunikan. Ada lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang
efektif, yaitu:
6. Pemahaman
Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan pesan
seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. Dalam hal ini, komunikator
dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas
apa yang disampaikannya. Dalam komunikasi organisasi, salah satu hasil
terpenting yang diharapkan adalah pemahaman pesan secara cermat.
Mustahil suatu organisasi akan berfungsi dengan baik bila para pegawainya
tidak memahami tugas yang harus mereka kerjakan. Untuk mencapai hal ini,
diperlukan pemahaman, baik atas petunjuk verbal dari atasan, maupun atas
informasi yang disebarkan melalui memo, buku pedoman pegawai, dan
penjelasan lainnya yang merupakan kebijakan organisasi.
7. Kesenangan
Tidak semua komunikasi bertujuan untuk menyampaikan informasi
dan membentuk pengertian, adapula komunikasi yang lazim disebut
komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan untuk
menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan
antara anggota organisasi menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan bagi
orang lain. Perkataan menyapa yang dilakukan oleh seseorang, seperti “hei
apa kabar”, akan dapat memberikan perasaan senang pada diri komunikan.
Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan perasaan
kita terhadap orang yang berinteraksi dengan kita.
8. Mempengaruhi sikap
66 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi
sikap orang lain, dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita.
Mempengaruhi sikap penting dalam sebuah organisasi.
9. Memperbaiki hubungan
Selain mempersiapkan kata-kata yang tepat untuk menyampaikan
pesan, juga diperlukan hubungan yang baik antara komunikator dengan
komunikan, ini karena keefektifan komunikasi secara keseluruhan masih
memerlukan suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan. Sebagai
makhluk sosial yang tak pernah bisa sendiri dalam kehidupannya, manusia
mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal
interaksi dan asosiasi, pengendalian dan kekuasaan, dan cinta serta kasih
sayang. Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi
interpersonal yang efektif.
10. Tindakan
Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai
dengan yang kita inginkan, Komunikator selalu menginginkan agar
komunikan melakukan apa yang diungkapkannya. Untuk menimbulkan
tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian,
membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik.65
Komunikasi diperlukan dalam organisasi karena dalam membangun
hubungan antar anggota organisasi dan juga pimpinan diperlukan
komunikasi yang efektif terutama untuk menyampaikan kebijakan pimpinan
agar mendapatkan dukungan dari semua anggota organisasi. Kenyataannya,
65 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, terj. Deddy
Mulyana, Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar, Buku pertama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 23-28.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 67
komunikasi terkadang bisa berjalan dengan tidak efektif. Ada beberapa hal
yang ditemui dalam komunikasi yang berakibat tidak efektifnya komunikasi,
yaitu:
Pertama Penyaringan (filtering). Informasi yang dimanipulasikan oleh
komunikator sehingga nampak menyenangkan bagi komunikan. Misalnya
bawahan melaporkan tugas yang diberikan oleh pimpinan, dan laporan ini
tidak benar hanya karena pimpinannya merasa senang. Kedua Persepsi
selektif. Keadaan dimana komunikan di dalam proses komunikasi melihat
dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar belakang pengalaman,
dan ciri-ciri pribadi lainnya. Jadi informasi yang terima oleh komunikan satu
dengan komunikan laiinnya bisa tidak sama.
Ketiga Perasaan. Bagaimana perasaan komunikan pada saat dia
menerima informasi akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan
pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang disaat sedang marah
akan berbeda penafsirannya jka ia menerima pesan itu dalam keadaan
normal. Keempat adalah Bahasa. Kata-kata bisa memiliki makna yang berbeda
antara seseorang dengan orang lain. umur, pendidikan dan latar belakang
kultural bisa mempengaruhi penggunaan bahasa seseorang dan pemberian
definisi terhadap kata-kata.66
Hambatan komunikasi dalam organisasi juga dapat dibagi menjadi
tiga yaitu hambatan teknis, hambatan semantik, dan hambatan perilaku.
Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan yang disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti kurangnya sarana dan peranan yang diperlukan
dalam proses komunikasi, penguasaan teknik dan metode berkomunikasi
yang tidak sesuai, dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya
proses komunikasi. Dengan adanya kemajuan teknologi menjadikan
informasi dapat disampaikan dengan cepat, permasalahannya adalah
pemerataan penggunaan alat telekomunikasi. Teknik komunikasi ialah
keahlian yang dimiliki oleh seseorang dalam menyampaikan informasi
66 Umar Nimran, Perilaku Organisasi (Surabaya: Citra Media, 1999), h.37-39.
68 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
kepada pihak lain sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima
dengan cepat dan tepat oleh penerima informasi.
Teknik komunikasi adalah kecakapan dalam komunikasi. Teknik
komunikasi ada beberapa macam, yaitu:
1. Teknik kepercayaan, berarti antara komunikator dengan komunikan
harus saling mempercayai. Tidak adanya saling percaya akan
menghambat komunikasi.
2. Teknik perhubungan, berarti informasi yang disampaikan harus saling
berhubungan. Antara informasi yang telah disampaikan tidak boleh
bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan. Apabila hal ini
terjadi harus segera diberi penjelasan mengapa hal tersebut dapat
terjadi.
3. Teknik kepuasan, bahwa komunikasi harus memberikan kepuasan
kepada kedua belah pihak. Hal ini akan terjadi apabila komunikas
berlangsung secara timbal balik.
4. Teknik kejelasan, bahwa informasi yang disampaikan harus jelas.
Kejelasan ini meliputi kejelasan akan isi informasi yang disampaikan,
kejelasan akan tujuan yang ingin dicapai, kejelasan bahasa yang
dipergunakan.
5. Teknik kesinambungan dan konsistensi, yang berarti bahwa komunikasi
hendaknya dilakukan secara terus menerus dan diusahakan agar
informasi yang baru tidak bertentangan dengan informasi terdahulu.
6. Teknik persuasi, yang berarti bahwa pengiriman berita harus
disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan pihak penerima
berita. Sebaiknya menggunakan istilah-istilah yang mudah dimengerti
oleh pihak penerima berita. Pengiriman informasi juga harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang memungkinkan informasi
dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
7. Teknik penggunaan saluran yang tepat, yang berarti bahwa dalam
penyampaian informasi hendaknya dipakai saluran-saluran komunikasi
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 69
yang sudah biasa dipergunakan dan sudah dikenal oleh para pegawai,
misalnya melalui lisan, telepon, dan tatap muka.67
Apabila komunikator kurang memperhatikan atau tidak
mempergunakan teknik yang tepat maka proses komunikasi tidak akan
mencapai sasaran yang diharapkan. Teknik komunikasi adalah suatu cara
dalam menyampaikan informasi dari satu pihak kepada pihak yang lain.
Karena sistem dalam penyampaian informasi itu sudah menjadi pasti karena
ketepatannya, maka penyampaian informasi itu mengikuti suatu pola
tertentu. Penyampaian informasi yang menyimpang dari pola yang telah
ditentukan akan mengakibatkan timbulnya hambatan dalam komunikasi
sehingga tidak akan sampai ke sasaran.
Hambatan yang bersifat teknis yang lain adalah kondisi fisik yang
tidak memungkinkan seperti keadaan fisik yang berhubungan dengan fisik
manusianya yaitu kondisi fisik dari pihak komunikator dan komunikan,
apabila kondisi fisik dari pihak komunikan tidak berada dalam kondisi yang
sempurna maka mereka tidak akan mampu menerima informasi dengan
sebaik-baiknya. Kondisi fisik yang berhubungan dengan waktu atau situasi
misalnya situasi pagi hari berbeda dengan situasi siang. Kondisi fisik yang
berhubungan dengan peralatan atau sarana komunikasi, apabila sarana
komunikasi yang dipergunakan sering mengalami kerusakan, proses
komunikasi akan terhambat.
Selain hambatan yang bersifat teknis, ada juga hambatan yang
bersifat semantik. Hambatan semantik adalah hambatan yang disebabkan
kesalahan dalam menafsirkan, kesalahan dalam memberikan pengertian
terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang dipergunakan dalam
proses komunikasi. Kesalahan dalam menangkap pengertian terhadap
bahasa dapat terjadi karena persoalan latar belakang pendidikan, maupun
latar belakang sosial. Untuk mengatasi hambatan semantik ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan istilah-istilah yang mudah dipahami,
67Ig. Wursanto, op.cit., h. 172.
70 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
kalimat-kalimat pendek, serta dengan menyesuaikan latar belakang dari pihak
komunikan.
Hambatan yang lainnya adalah hambatan perilaku atau disebut juga
hambatan kemanusiaan, hambatan ini disebabkan berbagai bentuk sikap atau
perilaku, baik dari komunikator maupun komunikan. Hambatan perilaku
tampak dalam bentuk pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang
didasarkan pada emosi, suasana otoriter, ketidakmampuan untuk berubah,
dan sifat yang egosentris. Apabila dalam proses komunikasi masing-masing
pihak mempunyai pandangan yang negatif, saling mencurigai, maka
komunikasi tidak akan berhasil. Dalam komunikasi dituntut adanya
pengertian bersama antara kedua belah pihak. Hambatan perilaku ini bisa
diatasi dengan menciptakan suasana yang lebih terbuka dan penuh
kekeluargaan.
Arni Muhammad memberikan istilah tentang faktor yang dapat
mempengaruhi distorsi pesan dalam organisasi yaitu faktor personal, dan
faktor organisasi. Faktor personal berasal dari konsep mengenai komunikasi
sebagai tingkah laku dan proses untuk memperlihatkan arti yang ditentukan.
Faktor utama yang memberikan kontribusi pada distorsi pesan dalam proses
komunikasi adalah persepsi kita mengenai pemberian komunikasi tersebut.
Hal-hal yang berkenaan dengan persepsi yang ikut mempengaruhi proses
komunikasi adalah pertama orang mengamati sesuatu secara seleksi,
ketepatan dan ketelitian dari informasi dibatasi oleh persepsi pilihan yang
dibuat, pemilihan maksudnya memusatkan perhatian pada beberapa stimulus
dan mengabaikan stimulus yang lain, karena adanya kecenderungan manusia
untuk menyeleksi pesan menjadikan pesan yang seharusnya sampai kepada
seseorang tidak diterimanya.
Kedua orang melihat sesuatu konsisten dengan apa yang mereka
percayai. Ketiga bahasa itu sendiri kadang-kadang kurang tepat, dalam
komunikasi bahasa digunakan untuk menyatakan persepsi, melalui bahasa
kita membuat persepsi yang agak umum sehingga orang lain mungkin
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 71
mendapatkan beberapa ide tentang apa yang dimaksudkan. Keempat arti suatu
pesan terjadi pada level isi dan hubungan, suatu pesan berisi bahasa verbal
dan nonverbal, apa yang orang katakan dan bagaimana orang bertingkah
laku berkombinasi untuk mempertunjukkan pesan yang dimaksudkan, tiap
pesan dapat dianalisis menurut isi atau tanda dan menurut level relasi dan
interpretasi.
Kelima distorsi diperkuat oleh tidak adanya konsistensi bahasa verbal
dan nonverbal, dalam komunikasi bahsa nonverbal lebih banyak dipakai,
karena itu dapat dikatakan bahwa sumber arti dan perasaan yang dominan
berasal dari pesan nonverbal, dalam kenyataan sehari-hari sering dijumpai
tidak ada konsistensi antara pesan verbal dan nonverbal, misalnya pesan
verbal mengatakan ya tetapi pesan nonverbal dapat disimpulkan tidak, bial
hal ini terjadi orang cenderung percaya pada pesan nonverbal. Pesan
mungkin salah dimengerti, terganggu, atau kurang tepat jika tingkah laku
nonverbal gagal mendukung apa yang dikatakan pesan verbal.
Keenam pesan yang meragukan sering mengarahkan pada gangguan.
Jika pernyataan seseorang meragukan itu berarti bahwa kita tidak pasti apa
yang dikatakan orang tersebut, makin besar keraguan makin sulit pesan itu
dipahami. Ketujuh kecenderungan memori kearah penajaman dan
penyamarataan detail. Kedelapan motivasi mungkin membangkitkan distorsi
pesan, misalnya keinginan menyampaikan pesan dengan sederhana,
keinginan untuk membuat pengiriman pesan menyenangkan bagi
penerimanya.
Faktor organisasi yang mempengaruhi distorsi pesan adalah pertama
kedudukan atau posisi dalam organisasi. Kedudukan atau posisi dalam suatu
organisasi mempengaruhi cara orang berkomunikasi, anggota-anggota
fungsional organisasi yang menduduki posisi dengan tugas dan otoritas yang
ditetapkan untuk itu akan mempunyai pandangan dan sistem nilai yang
berbeda dengan orang lain yang mempunyai kedudukan yang berbeda. Tiap-
72 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
tiap posisi dalam organisasi menuntut bahwa orang yang menduduki posisi
itu harus mempersepsi dan berkomunikasi dari pandangan posisinya.
Kedua hierarki dalam organisasi. Susunan posisi dalam bentuk
hierarki menggambarkan bahwa ada orang yang menduduki posisi yang
superior dan bawahan. Hierarki hubungan atasan dan bawahan ini
mempengaruhi cara seorang berkomunikasi. Ketiga keterbatasan
berkomunikasi. Keterbatasan yang ditentukan oleh organisasi di mana
seseorang boleh berkomunikasi dengan yang lain dan ketentuan siapa yang
boleh membuat keputusan, mempengaruhi cara anggota organisasi
berkomunikasi. Keempat hubungan yang tidak personal. Salah satu
karakteristik organisasi formal adalah hubungan yang bersifat formal dan
tidak personal, hubungan-hubungan yang tidak personal ini mengarahkan
kepada tekanan-tekanan yang bersifat emosional.
Kelima sistem aturan dan kebijaksanaan. Pemakaian aturan dan
kebijaksanaan yang kaku mengarahkan pada hubungan yang tidak personal
dan kurangnya komunikasi yang bersifat emosional, akibatnya komunikasi
dapat berkurang terutama komunikasi interpersonal. Keenam spesialisasi
tugas. Spesialisasi tugas mempersempit persepsi seseorang dan
mempengaruhi cara orang berkomunikasi. Individu mengenali bidang
keahlian mereka masing-masing dan gagal mengintegrasikan tugasnya
dengan bagian lain, akibatnya seringkali terjadi penundaan arus komunikasi.
Akibat dari spesialisasi tugas adalah timbulnya sikap untuk memiliki
informasi.
Ketujuh ketidakpedulian pimpinan, Sikap tidak peduli dari pimpinan
organisasi seperti pimpinan sering gagal mengirim pesan yang dibutuhkan
karyawan karena mereka mengira bahwa orang telah mengetahuinya.
Kedelapan prestise. Orang yang mengira mengetahui semua sikap dan tidak
berinteraksi dengan orang lain. Dalam situasi ini pimpinan hendaklah
mempunyai sikap yang obyektif pada tiap anggota. Kesembilan jaringan
komunikasi. Makin banyak mata rantai yang dilalui oleh pesan makin
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 73
memungkinkan pesan tersebut akan salah diartikan. Pesan itu akan berubah
detail-detailnya, orang yang menyampaikan pesan itu akan membuat
interpretasinya sendiri terhadap pesan tersebut.
Usaha untuk mengurangi distorsi pesan dapat dilakukan dengan
cara: Pertama menetapkan lebih dari satu saluran komunikasi, hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan sumber informasi yang diluar organisasi,
termasuk materi yang telah dipublikasikan, teman dari organisasi lain, atau
kenalan. Kedua menciptakan prosedur untuk mengimbangi distorsi,
pimpinan hendaklah mengidentifikasi gangguan ini dengan teliti sehingga dia
dapat mengenal mana informasi yang lebih dekat pada yang asli. Bila
prosedur pengimbangan digunakan dalam organisasi sebagaimana
kecenderungan biasanya banyak efek personal dan efek organisasi yang
dapat dikurangi.
Ketiga menghilangkan pengantara antar pembuat keputusan dengan
pemberi informasi, cara ini dapat dilakukan dengan memelihara struktur
organisasi yang mendatar atau dengan menggunakan bermacam-macam
strategi langsung. Dengan mengurangi jumlah mata rantai jaringan
komunikasi maka jumlah penyaringan dan distorsi komunikasi akan
berkurang. Keempat mengembangkan pembuktian gangguan pesan. Cara lain
yang digunakan untuk mengurangi gangguan adalah menciptakan sistem
pesan yang tidak boleh mengubah arti pesan selama dalam pengiriman.
Untuk membuktikan tidak adanya distorsi suatu pesan harus dapat
dikirimkan tanpa penyingkatan atau perluasan diantara sumber dan
komunikan.68
Lancarnya proses komunikasi juga tidak lepas dari adanya media
atau saluran komunikasi. Saluran dan media komunikasi formal pada
dasarnya sudah melekat pada garis kewenangan organisasi yang telah
ditetapkan manajemen. Saluran dan media komunikasi formal pada dasarnya
sudah melekat pada garis kewenangan organisasi yang telah ditetapkan
68Arni Muhammad, Op.cit., h. 208-222.
74 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
manajemen. Saluran dan media komunikasi formal dapat mengalirkan
informasi ke bawah, ke atas atau kesamping. Saluran dan media komunikasi
kebawah digunakan oleh pimpinan untuk menyampaikan kebijakan,
prosedur kerja, peraturan, instruksi, gagasan, dan umpan balik mengenai
pelaksanaan pekerjaan bawahan. Saluran dan media komunikasi diatas
digunakan bawahan untuk menyatakan gagasan-gagasan, sikap dan perasaan
mereka terhadap pekerjaan mereka, kebijaksanaan organisasi, dan masalah-
masalah lain yang melibatkan bawahan. Sedangkan salauran dan media
komunikasi kesamping digunakan untuk mengkoordinasikan kegiatan dan
membantu dalam pelaksanaan pekerjaan mereka.
Pemimpin yang berusaha menjadi komunikator yang lebih baik akan
berusaha meningkatkan pesan. Ada beberapa cara yang bisa dipergunakan
untuk memperbaiki komunikasi dalam organisasi yaitu menindaklanjuti,
mengatur alur informasi, memanfaatkan umpan balik, empati, repetisi,
medorong rasa saling percaya, pengaturan waktu yang efektif,
menyederhanakan bahasa. Pertama mengadakan tindak lanjut, teknik ini
dilakukan dengan menganggap pesan pimpinan tidak dimengerti, dan
sedapat mungkin pimpinan memastikan apakah pesan yang ingin
disampaikan sudah benar-benar diterima.
Kedua mengatur alur informasi, teknik ini meliputi pengaturan
komunikasi untuk menjamin arus informasi yang optimum kepada para
pimpinan, dengan demikian menyingkirkan hambatan beban komunikasi
yang terlalu berat. Komunikasi diatur dari segi kualitas dan kuantitasnya.
Ketiga memanfaatkan umpan balik, umpan balik memberi saluran bagi
tanggapan penerima yang memungkinkan pimpinan untuk menentukan
apakah pesannya telah diterima dan apakah menghasilkan tanggapan yang
dimaksud. Dalam komunikasi tatap muka dimungkinkan adanya umpan
balik langsung. Tetapi dalam komunikasi ke bawah, sering terjadi ketidak-
telitian karena tidak ada kesempatan yang cukup bagi umpan balik dari
penerima. Organisasi yang sehat memerlukan komunikasi ke atas yang
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 75
efektif, jika komunikasinya ke bawah ingin mempunyai kesempatan untuk
menjadi efektif.
Keempat empati, empati lebih berorientasi peda penerima daripada
berorientasi pada komunikator. Bentuk komunikasi sebagian besar harus
tergantung dari apa yang diketahui tentang penerima. Empati mengharuskan
para komunikator untuk menempatkan diri mereka ke dalam diri penerima
dengan maksud untuk mengetahui sebelumnya bagaimana pesan itu akan
diuraikan sandinya. Kelima pengulangan, merupakan prinsip belajar yang
telah diterima umum, menggunakan pengulangan atau ungkapan yang
berlebih-lebihan di dalam komunikasi menjamin bahwa jika satu bagian dari
pesan itu tidak dimengerti, maka masih ada bagian lain yang membawa
pesan yang sama. Keenam mendorong saling mempercayai, suasana saling
mempercayai antara pimpinan dan bawahan dapat memperlancar
komunikasi. Pimpinan yang mengembangkan suasana saling mempercayai
akan lebih mudah menindaklanjuti terhadap setiap komunikasi mereka dan
tanpa kehilangan pengertian diantara para bawahan. Ketujuh pengaturan
waktu yang efektif, komunikasi yang efektif dapat dimudahkan dengan
penetapan waktu yang tepat mengenai pengeluaran pengumuman penting.
Kedelapan menyederhanakan bahasa, bahasa yang rumit merupakan
hambatan utama bagi komunikasi yang efektif, pimpinan harus ingat bahwa
komunikasi yang efektif meliputi pengertian dan juga informasi.69
Media komunikasi harus ditetapkan agar pimpinan dapat
berkomunikasi secara efektif dengan bawahannya. Ada beberapa media
komunikasi tertulis yang dipakai dalam sebuah organisasi, yaitu:
1. Deskripsi jabatan. Salah satu media terpenting dari komunikasi formal
tertulis dari pimpinan kepada karyawan adalah deskripsi jabatan.
Deskripsi jabatan ini menyangkut: tugas-tugas yang harus dikerjakan
oleh karyawan, peralatan yang digunakan, dan informasi lain yang
69John M. Ivancevich, Perilaku dan Manajemen Organisasi (Jakarta: Erlangga,
2006), h. 135-137.
76 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dengan baik. Pedoman
mengenai prosedur kerja peraturan-peraturannya harus tersedia bagi
karyawan agar tingkat keseragaman, efisiensi, dan keamanan kerja dapat
dicapai sesuai yang diharapkan.
2. Buku pedoman. Buku pedoman sering digunakan untuk memberikan
informasi kepada karyawan mengenai kebijaksanaan, peraturan,
prosedur-prosedur yang berlaku di organisasi. Buku pedoman ini juga
memberikan pedoman perilaku dan informasi tentang apa yang
diharapkan organisasi atas karyawannya.
3. Majalah dan bulletin organisasi. Media komunikasi formal tertulis yang
banyak digunakan didalam suatu organisasi dan bertujuan untuk
menciptakan suasana akrab adalah majalah atau bulletin organisasi.
Berita-berita mengenai karyawan dan keluarganya; yang cenderung
mengarah pada informasi penting bagi jalannya roda organisasi yang
lancar dan efisien; merupakan isi utama publikasi internal ini.
4. Memo dan instruksi tertulis. Media ini dapat berupa catatan singkat
baik diketik maupun hanya ditulis tangan yang disampaikan kepada
bagian atau karyawan lain dalam organisasi. Pesan yang tertulis dapat
berupa rencana kebijaksanaan, atau hanya pesan harian saja.
B. Teori Empat Sistem dan Kepemimpinan Dalam Organisasi
Rensis Likert, seorang ahli teori mengenai hubungan antarmanusia,
mengajukan gagasan mengenai organisasi. Likert lebih memfokuskan
perhatiannya pada anggota organisasi terkait perasaan dan kebutuhan
mereka. Ide dasar teori ini adalah bahwa jika pimpinan organisasi memiliki
kepedulian dan memberikan dukungan kepada karyawan atau bawahan,
maka karyawan atau bawahan akan memiliki motivasi kerja lebih besar
sehingga menjadi lebih produktif.70
70Morisson, Teori Komunikasi Organisasi (Bogor, Ghalia Indonesia, 2009), h.
70.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 77
Likert telah melakukan banyak penelitian mengenai perilaku
manusia dalam organisasi khususnya pada perusahaan industri. Ia telah
meneliti berbagai jenis organisasi dan berbagai gaya kepemimpinan manajer,
dan Likert menyatakan organisasi yang ingin meraih keuntungan maksimal -
memiliki hubungan yang baik dengan karyawan sekaligus meraih kinerja dan
produktivitas yang tinggi- maka setiap organisasi harus memaksimalkan
sumber daya manusia mereka.71
Menurut Likert, bentuk organisasi yang dapat memanfaatkan secara
maksimal sumber daya manusianya adalah organisasi yang memiliki highly
effective work group linked together in an overlapping pattern by other similarly effective
group (berbagai keompok kerja efektif yang saling berhubungan dalam suatu
pola tumpang tindih dengan kelompok efektif sejenis lainnya). Suatu bagian
pada organisasi akan menjadi tidak efisien jika dipimpin oleh seorang
manajer yang terlalu memusatkan perhatiannya pada pekerjaan atau kegiatan
kerja bawahannya. Pimpinan mengupayakan agar bawahannya terus bekerja
dan sibuk dengan pekerjaannya dengan cara memberikan jadwal kerja yang
detail dalam ukuran atau standar waktu tertentu. Pekerjaan dibagi ke dalam
sejumlah kegiatan dan memberikan tekanan terus-menerus untuk mencapai
hasil tertentu dengan menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia.72
Departemen atau bagian yang efisien biasanya memiliki manajer
yang memberikan perhatian pada manusia, memusatkan perhatian pada
aspek manusia dengan membentuk kelompok-kelompok kerja efektif untuk
mengejar prestasi kerja tinggi. Pimpinan tidak melakukan pengawasan
kepada bawahan secara detail, tetapi hanya bersifat umum, dengan
memberikan target yang juga bersifat umum. Pimpinan berupaya untuk
mengetahui bawahannya sebagai individu atau lebih mengutamakan
pendekatan personal kepada bawahannya. Pimpinan menerima partisipasi
71Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Theories of Human
Communication (USA: Wadsworth Company, 1996), h. 244. 72Morisson, loc. cit.,
78 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
penuh dalam pengambilan keputusan dan memandang karyawan sebagai
orang yang memiliki kemampuan untuk ikut serta dalam proses pengambilan
keputusan.
Dewasa ini, organisasi memiliki berbagai tipe gaya manajemen,
Likert menyatakan adanya empat sistem manajemen yang utama, yaitu
eksploitatif-otoritatif, benevolen-otoritatif, konsultatif, dan kelompok
partisipatif, adapun perbedaannya akan dijelaskan pada tabel berikut ini:
Table 1: Empat sistem manajemen
N0 Sistem1:
Exploitatif-
Otoritatif
Sistem 2:
Benevolen-
Otoritatif
Sistem 3:
Konsultatif
Sistem 4:
Kelompok
Partisipatif
1. Pada sistem ini,
manajemen
menggunakan
rasa takut dan
ancaman kepada
bawahannya.
Pada sistem ini,
motivasi kerja
terbentuk jika
ada
penghargaan
dan hadiah
(reward)
Atasan dan
bawahan
sedikit sekali
melakukan
komunikasi.
Pimpinan
memberikan
peluang
sepenuhnya
kepada
karyawan
dalam proses
pengambilan
keputusan.
Dengan
demikian,
terdapat
kepercayaan
besar kepada
bawahan
2. Pimpinan
memutuskan
segala persoalan
tanpa meminta
Informasi
dapat mengalir
dari bawah ke
atas namun
Pada sistem ini
pimpinan
berkonsultasi
dengan
Motivasi
terbentuk
karena adanya
penghargaan
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 79
umpan balik
dari bawahan.
terbatas pada
hal-hal yang
ingin didengar
oleh atasan.
karyawan atau
bawahan,
namun
pimpinan tetap
memegang
kontrol
organisasi.
ekonomi
berdasarkan
tujuan yang
ditentukan
bersama.
3. Motivasi
terbentuk
karena ancaman.
Pimpinan
mengambil
keputusan yang
terkait dengan
kebijakan
tertentu,
namun
mendelegasikan
atau
memberikan
wewenang
kepada
bawahan untuk
mengambil
jenis keputusan
tertentu.
Pimpinan
cukup
memberikan
kepercayaan
kepada
bawahan
walaupun tidak
sepenuhnya
Seluruh
individu pada
setiap
tingkatan
memiliki rasa
tanggung
jawab yang riil
untuk
mencapai
tujuan
organisasi.
4. Komunikasi
berlangsung dari
atas ke bawah,
dengan
sebagaian besar
keputusan
diambil oleh
Rasa tanggung
jawab untuk
mencapai
tujuan yang
diinginkan
hanya ada pada
pimpinan dan
Komunikasi
mengalir, baik
vertikal
maupun
horizontal.
Terdapat
semangat kerja
Komunikasi
berlangsung
secara intensif
dalam segala
arah, secara
terbuka dan
terus terang
80 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
pimpinan. manajer tingkat
menengah,
sedangkan
bawahan sama
sekali tidak
memiliki
kelompok yang
cukup
memadai,
walaupun
motivasi yang
muncul masih
berdasarkan
perhargaan
atau hadiah
yang dijanjikan
serta hubungan
bawahan
atasan yang
dekat.
5. Rasa tanggung
jawab untuk
mencapai
tujuan yang
diinginkan
sudah
menjangkau
manajer
tingkat rendah.
Pengambilan
keputusan
melalui proses
dalam
kelompok, dan
masing-masing
kelompok
terhubung satu
sama lain
melalui
individu yang
menjadi
anggota dari
beberapa
kelompok.
Sumber: Morisson, Komunikasi Organisasi, h.71-72
Manajemen eksploitatif tidak terlalu memikirkan komunikasi,
kecuali untuk menyatakan keinginan secara jelas dan memaksa kepada
bawahan. Dalam hal ini terdapat sedikit komunikasi dari bawah ke atas dan
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 81
kalaupun ada, cenderung untuk mengalami distorsi. Para manajer dan
bawahannya tidak memiliki hubungan dekat dan tidak terdapat banyak saling
pengertian di antara mereka. Jika manajemen otoritatif, maka sulit bagi
karyawan untuk memiliki loyalitas kepada organisasi, lebih banyak konflik
yang muncul, kurang adanya dukungan dari bawah dan tidak banyak
menghasilkan motivasi bagi karyawan. Hal ini akan memberi hasil negatif
pada organisasi.
Manajemen konsultatif dan kelompok partisipatif akan
menghasilkan loyalitas dan kinerja untuk mencapai target yang lebih tinggi,
adanya dukungan dari bawah, serta munculnya sikap bawahan yang lebih
positif. Selain itu, karyawan memiliki motivasi lebih tinggi yang akan
menghasilkan keuntungan yang besar. Manajemen partisipatif juga memiliki
arus komunikasi dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas
sehingga komunikasi cenderung memiliki hubungan yang dekat dan
memiliki saling pengertian satu sama lainnya.
Organisasi yang menggunakan sistem otoriter-eksploitatif
memberikan hasil negatif buat organisasi, sedangkan sistem partisipatif
memberikan hasil yang positif buat organisasi. Berdasarkan teori sistem
bahwa efektivitas organisasi harus dapat menggambarkan seluruh siklus input
proses dan output proses, dan juga harus menggambarkan hubungan timbal
balik yang harmonis antara organisasi dengan lingkungan yang lebih luas.
Masalah kepemimpinan tidak bisa lepas dari pembicaraan mengenai
organisasi dan manajemen, sebab sukses tidaknya suatu tujuan yang dicapai
oleh sebuah organisasi beserta manajemennya tergantung dari
kepemimpinan manajer. Dalam pengertian umum, kepemimpinan adalah
proses dimana seseorang memimpin, membimbing, mempengaruhi atau
mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain.73 Kemampuan
untuk menggerakkan, mengarahkan dan mempengaruhi anggota organisasi
73Rochayat Harun, Komunikasi Organisasi (Bandung: Mandar Maju, 2008), h.
65.
82 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
sebagai upaya untuk mencapai tujuan organisasi sebagai wujud
kepemimpinannya. Keberhasilan mempengaruhi perilaku orang lain kearah
tujuan tertentu sebagai indikator keberhasilan seorang pemimpin.
Kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin,
karena seorang pemimpin harus berperan sebagai organisator kelompoknya
untuk mencapai yang telah ditetapkan. Dapat pula diartikan bahwa
kepemimpinan sebagai proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas yang berhubungan dengan penugasan anggota organisasi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi.
Untuk memberikan pemahaman secara mendalam berikut ini berbagai
pendapat tentang pengertian kepemimpinan, yaitu:
1. Menurut Hemhill & Coons, kepemimpinan adalah perilaku dari
seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke
suatu tujuan yang ingin dicapai.
2. Menurut Tannenbaum, Weschler, & Massarik, kepemimpinan adalah
pengaruh antarpribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta
diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau
beberapa tujuan tertentu.
3. Menurut Stogdill, kepemimpinan adalah pembentukan awal serta
pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi.
4. Menurut Kazt & Kahn, kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh
sedikit demi sedikit dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap
pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
5. Menurut Rauch & Behling, kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi
ke arah pencapaian tujuan.
6. Menurut Jacobs & Jacques, kepemimpinan adalah sebuah proses
memberi arti terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan
kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai
sasaran.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 83
7. Menurut Hosking, pemimpin adalah mereka yang konsisten memberi
kontribusi yang efektif terhadap masalah sosial dan dipersepsikan
melakukannya.74
Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan
asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial
yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap
orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di
dalam kelompok atau organisasi yang dilakukan dengan komunikasi.
Penerapan kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi kerja atau
keadaan anggota/bawahan dan sumberdaya pendukung organisasi. Karena
itu jenis organisasi dan situasi kerja menjadi dasar pembentukan pola
kepemimpinan seseorang. Crosby menekankan perlunya seorang pemimpin
untuk memiliki agenda yang jelas yang menyangkut diri dan organisasi
sehingga ia tahu kemana arah yang dituju. Agenda tersebut menyangkut
tujuan jangka panjang yang hendak dicapai.75
Dalam bidang pendidikan, orientasi kepemimpinan lebih mengarah
pada pemberdayaan seluruh potensi organisasi dan menempatkan bawahan
sebagai penentu keberhasilan pencapaian organisasi, maka sentuhan
terhadap faktor-faktor yang dapat menimbulkan moral kerja dan semangat
untuk berprestasi menjadi perhatian utama. Perasaan dihargai, dilibatkan
dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bidang tugasnya dan
pehatian pimpinan terhadap keluhan, kebutuhan, saran dan pendapat
bawahan merupakan syarat bagi terciptanya iklim kerja yang kondusif
sebagai awal tumbuhnya budaya organisasi.
Veithzal Rivai menekankan hekekat dari kepemimpinan adalah:
1. Proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
74Herman Sofyandi & Iwa Garniwa, Perilaku Organisasional (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2007),h. 174. 75Asri Laksmi Riani, Budaya organisasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),h. 44.
84 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
2. Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan, kehormatan dan kerja sama yang bersemangat dalam
mencapai tujuan bersama.
3. Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan
mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
4. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu. 76
Kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi ada unsur kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan oleh
pihak lainnya. Praktik kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi
tingkah laku dan perasaan orang lain baik secara individual maupun
kelompok dalam arahan tertentu, sehingga melalui kepemimpinan merujuk
pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi orang atau
ide-idenya.
Dalam kaitannya dengan kemampuan mempengaruhi sebagai
persyaratan seorang pemimpin, Herman Finer mengatakan ada beberapa
persyaratan sebagai pemimpin yang dikenal dengan istilah “the nine C”
(sembilan C), diantaranya:
1. Kesadaran atau keinsyafan (Consciousness), yaitu pemimpin harus
memiliki fakta-fakta, pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan
tugasnya.
2. Kemampuan mengkait-kaitkan (Coherence), yaitu seorang pemimpin
tidak cukup hanya memiliki pengetahuan saja, tetapi lebih penting
bahwa ia mampu menghubungkan perbagai cabang ilmu yang
diperlukan bagi jabatannya.
3. Kemantapan (Constancy), yaitu suatu ketetapan pendirian atau
kekukuhan; biasanya kecenderungan dalam kelompok yang dipimpin
76Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2003), h. 3
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 85
itu angin-anginan, yaitu bergerak-gerak antara antusiasme dan apatis.
Dalam keadaan demikian diharapkan adanya seorang pemimpin yang
memiliki kemantapan kecenderungan, ketetapan pendirian dan kukuh
dalam kemauan, sehingga mampu mengarahkan kelompoknya
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
4. Keteguhan (Conviction), yaitu suatu ketetapan hati, suatu tekat dan
keyakinan; pemimpin memiliki cita-cita, kebijakan-kebijakan dan
prinsip-prinsip; ia mempunyai suatu pemikiran mengenai pola-pola
masyarakat yang baik yang konstruktif dan positif, dan apabila memang
sudah diyakini, perlu dilaksanakan dengan tekat, keteguhan dan
ketetapan hati.
5. Daya cipta (Creativeness) atau biasa juga disebut kekreatifan, dimana
biasanya dihubungkan dengan keyakinan, yaitu apabila ia sudah yakin
dan memiliki ketetapan hati (tekad) tentang suatu hal, ia harus
menemukan dan menerapkan kebijakannya sesuai dengan waktu dan
keadaan untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan demikian
pengetahuannya, kemantapannya dan tekadnya dapat diterapkan pada
kondisi-kondisi di masa yang akan datang yang telah diperkirakan
sebelumnya.
6. Kecermatan (Consientiousness), yaitu seorang pemimpin harus berusaha
memenuhi segala persyaratan yang telah disebutkan diatas, secara
seksama meneliti diri sendiri, sudahkah memenuhi syarat-syarat. Ada
dua kecermatan yaitu (a) dorongan pemimpin untuk mengambil inisiatif
dan menyimak secara hati-hati dan penuh perhatian tentang
pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan, (b) selalu mengikuti
pekerjaan yang didelegasikan dan memberi teguran-teguran bila terjadi
kesalahan.
7. Keberanian (Courage), yaitu suatu kekuatan moral untuk bertindak;
seorang pemimpin secara terus menerus berhadapan dengan orang dan
berbagai situasi yang ia harus berbuat sesuatu, harus mengatakan
86 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
sesuatu, menolak permintaan, memberi hukuman dan mungkin hal-hal
tersebut akan bertentangan dengan perasannya sendiri. Dalam hal
demikian harus ada penyelesaian yang wajar tentang masalah-masalah
dalam organisasi, pemimpin mungkin membuat musuh yang terdiri dari
orang yang kurang atau tidak puas atau musuh dari perasaannya sendiri.
Walaupun demikian orang yang melakukan kepemimpinan harus berani
mengambil resiko dan tidak tenggelam dalam perasaan.
8. Daya pemikat atau gaya yang menarik (Cativation), yaitu sesuatu yang
dapat memikat atau menarik, misalnya gaya berpidato, gaya
penampilan, bentuk atau potongan fisik, dll.
9. Kepintaran atau kepandaian (Clevernes), yaitu memiliki pengetahuan
tetang prosedur, tentang karakter manusia, tentang bernilainya suara
pemilih dan sebagainya, ditambah sumber-sumber bahan-bahan yang
lengkap yang kemudian dimanfaatkan pada saat yang tepat untuk
mengatasi pelbagai macam kesulitan yang dihadapi.77
Dari syarat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pemimpin yang
berhasil saja adalah seorang pemimpin yang mampu membuat orang lain
atau bawahan berkelakuan seperti yang dikehendaki atasan. Pekerjaan
diselesaikan dan kebutuhan atasan dipenuhi, tetapi kebutuhan orang lain
diabaikan. Ini artinya, orang dapat berhasil melalui paksaan, dominasi,
ancaman, rasa takut dan bujukan. Perilaku kepemimpinan yang demikian
lebih memberikan hasil jangka pendek. Sedangkan pemimpin yang efektif
adalah seorang pemimpin yang mampu membuat orang lain atau bawahan
mau mengerjakan apa yang diperintahkan oleh pemimpin. Kepatuhan dari
bawahan ini karena pimpinan memiliki karakteristik yang antara lain: sangat
cakap, kuat, inovatif, berpikiran tegas, sangat setia, melindungi, ramah
kepada orang lain, membangun suasana kerja dll.
a. Fungsi Pemimpin dan Kepemimpinan
77Abdullah Masnuh, op. cit., h. 248.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 87
Manajer sebagai pemimpin yang intensif menjalankan fungsi
kepemimpinan membawa pengaruh positif terhadap meningkatnya
performance karyawan, namun ini ditentukan oleh kualitas kepemimpinan.
Meningkatkan kualitas kepemimpinan dapat dilakukan dengan
meningkatkan keterampilan-keterampilan para manajer terutama dalam
aspek yang berhubungan dengan pemahaman tentang strategi dan teknik
kepemimpinan yang efektif.78 Orang bergabung dalam kelompok atau
organisasi karena mereka menyadari bahwa dengan usaha banyak orang yang
dipersatukan akan mendapatkan hasil yang lebih besar daripada usaha
individu yang yang tak terkoordinasi.
Agar suatu kelompok dapat dipimpin dengan efektif, seorang
pemimpin harus menjalankan fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi pemecahan masalah. Fungsi ini berhubungan dengan tugas atau
pekerjaan yaitu memberikan jalan keluar, pendapat, dan informasi
terhadap masalah yang dihadapi kelompok.
2) Fungsi sosial. Fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok,
yaitu memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai
tujuan dan menciptakan suasana kerja bagi kelompoknya.79
Fungsi kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen
merupakan fungsi atau tugas yang dilakukan manajer untuk membuat orang-
orang melalui siapa manajer bekerja untuk mencapai tujuan bertindak
efektif. Jika tindakan dari orang-oang yang menjadi anggota organisasi
efektif maka hal itu akan membuat organisasi menjadi efektif dalam
mencapai tujuannya.
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok
kepemimpinan yaitu:
1. Fungsi instruktif; fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin
sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa,
78 Rochayat harun, op. cit., h. 69. 79 Ibid., h. 70.
88 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar
keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang
efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi
orang lain agar mau melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultatif; fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap
pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali
memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam
menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan
kepada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan
ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi ini dimaksudkan
untuk memperoleh masukan berupa umpan balik untuk memperbaiki
dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan
keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih
mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung
efektif.
3. Fungsi partisipasi; dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi
tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali
dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau
mengambil tugas pokok orang lain. Keikusertaan pemimpin harus tetap
dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
4. Fungsi delegasi; fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan
pelimpahan wewenang membuat/ menetapkan keputusan, baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi
pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 89
harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang mempunyai
kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
5. Fungsi pengendalian; fungsi pengendalian bahwa kepemimpinan yang
efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan
melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.80
Meskipun banyak pendapat tentang fungsi kepemimpinan, namun
dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya kegiatan fungsional pimpinan
yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi bawahan ialah
kegiatan kepemimpinan, komunikasi, dan motivasi. Ketiga elemen
kepemimpinan ini sangat erat hubungannya satu dengan yang lain.
Pimpinan yang secara individual telah memenuhi syarat sebagai
pemimpin dilihat dari sifat-sifatnya dan memiliki keterampilan
kepemimpinan dilihat dari perilakunya belum jadi jaminan mutlak untuk
menjadi pemimpin yang efektif. Sebab faktor situasional lingkungan seperti
faktor nilai-nilai budaya masyarakat maupun nilai-nilai budaya organisasi
termasuk nilai-nilai motivasi individual untuk mempengaruhi keberhasilan
kepemimpinan.
Dinamika kepemimpinan selalu menunjukkan suatu proses aksi dan
reaksi serta interaksi antara pemimpin dan pengikut. Dalam prosesnya, baik
aksi dan reaksi maupun interaksi dan intereaksi dapat menimbulkan dua sisi
kecenderungan, yaitu negatif dan positif. Kecenderungan negatif bagi
pengikut apabila pemimpin menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan
keinginan dan tuntutan pengikut dan akibatnya pengikut tersebut
menunjukkan reaksi yang tidak mendukung keinginan pemimpin. Keadaan
ini menjadi kecenderungan negatif dan menjadi ancaman bagi kelangsungan
kepemimpinan seorang pemimpin.
80Veithzal Rivai, op.cit., h. 51-53.
90 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Kecenderungan positif bagi pengikut apabila pemimpin
menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tuntutan dan keinginan pengikut,
sehingga pengikut memberi reaksi yang mendukung keinginan pemimpin.
Keadaan ini menjadi kecenderungan positif bagi keberhasilan dan
kelangsungan kepemimpinan manajer. Pemimpin dituntut untuk melakukan
interaksi dengan pengikutnya. Hal ini penting bukan saja untuk mengetahui
aspirasi pemimpin yang bersangkutan sehingga akan memudahkan
pemimpin untuk menciptakan kondisi yang kondusif dalam mempengaruhi
pengikut agar melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Makin sering pemimpin melakukan interaksi dengan bawahan
menunjukkan kecenderungan semakin tinggi dan terbina satu sikap saling
pengertian dan keeratan hubungan emosional antara pemimpin dengan
bawahan dan pengikut. Keadaan ini menjadi potensi untuk mencapai tujuan
bersama. Interaksi yang dilakukan oleh pemimpin terhadap pengikut dapat
berlangsung secara formal, (misalnya dalam rapat, dalam hubungan tugas
dll), atau secara informal sesuai dengan tuntutan situasi, tempat dan
kepentingan. Jadi implementasi fungsi kepemimpinan yang efektif
menjadikan karyawan bekerja efektif ke arah pencapaian tujuan.
Pemimpin dalam suatu organisasi juga memainkan peranan yang
sangat penting tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan
akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak diluar organisasi yang
kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi
mencapai tujuannya. Peran tersebut dapat dikategorikan dalam tiga bentuk,
yaitu:
1) Peranan yang bersifat interpersonal
Dewasa ini telah umum diterima pendapat bahwa salah satu
tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin adalah keterampilan
insani. Keterampilan tersebut mutlak perlu karena pada dasarnya dalam
menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin berinteraksi dengan
manusia lain, bukan hanya dengan bawahannya, akan tetapi juga berbagai
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 91
pihak yang berkepintingan baik di dalam maupun di luar organisasi. Itulah
yang dimaksud dengan peran interpersonal yang menampakkan diri.
Pertama, selaku simbol keberadaan organisasi. Peranan tersebut
dimainkan dalam berbagai kegiatan yang sifatnya legal dan seremonial.
Menghadiri berbagai upacara resmi, memenuhi undangan atasan, rekan
setingkat, para bawahan, dan mitra kerja. Kedua, selaku pemimpin yang
bertanggung jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada para
bawahan yang dalam kenyataannya berurusan dengan para bawahan. Ketiga,
peran selaku penghubung di mana seorang manajer harus mampu
menciptakan jaringan yang luas dengan memberikan perhatian khusus
kepada mereka yang mampu berbuat sesuatu bagi organisasi.
2) Peranan yang bersifat informasional
Informasi merupakan aset organisasi yang kritikal sifatnya.
Dikatakan demikian karena dewasa ini dan di masa yang akan datang sukar
membayangkan adanya kegiatan organisasi yang dapat terlaksana dengan
efisien dan efektif tanpa dukungan informasi yang mutakhir, lengkap, dan
dapat dipercaya karena diolah dengan baik. Peran tersebut mengambil tiga
hal bentuk, yaitu: pertama, seorang pemimpin adalah pemantau arus
informasi yang terjadi dari dan ke dalam organisasi. Seorang pemimpin
menerima berbagai informasi dari dalam dan dari luar organisasi. Bahkan
juga informasi yang sebenarnya tidak harus ditujukan kepadanya, tetapi
kepada orang lain dalam organisasi. Dalam kaitan ini perlu ditekankan
bahwa berkat kemajuan dan terobosan dalam bidang teknologi informasi,
yang dihadapi oleh pimpinan ialah melimpahkan informasi yang diterimanya.
Kedua, peran sebagai pembagi informasi. Berbagai informasi yang diterima
oleh seseorang mungkin berguna dalam penyelenggaraan fungsi
manajerialnya, akan tetapi mungkin pula untuk disalurkan kepada orang atau
pihak lain dalam organisasi.
Peran ini menuntut pemahaman yang mendalam tentang makna
informasi yang diterimanya, dan pengetahuan tentang berbagai fungsi yang
92 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
harus diselenggarakan. Ketiga, peran selaku juru bicara organisasi. Peran ini
memerlukan kemampuan menyalurkan informasi secara tepat karena
berbagai pihak di luar organisasi, terutama jika menyangkut informasi
tentang rencana, kebijaksanaan, tindakan, dan hasil yang telah dicapai oleh
organisasi. Peranan ini menuntut pengetahuan yang mendalam tentang
berbagai aspek yang ditanganinya. Peran ini sangat penting artinya dalam
pembentukan dan pemeliharaan citra positif organisasi yang dipimpinnya.
3) Peranan pengambilan keputusan
Peranan ini mengambil tiga bentuk suatu keputusan yaitu: pertama,
sebagai entrepreneur, seorang pemimpin diharapkan mampu mengkaji terus
menerus situasi yang dihadapi oleh organisasi, untuk mencari dan
menemukan peluang yang dapat dimanfaatkan, meskipun kajian itu sering
menuntut terjadinya peubahan dalam organisasi. Kedua, peredam gangguan.
Peran ini antara lain kesediaan memikul tanggung jawab untuk mengambil
keputusan tindakan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius
yang apabila tidak ditangani akan berdampak negatif terhadap organisasi.
Ketiga, pembagi sumber dana dan daya. Wewenang atau kekuasaan itu paling
sering menampakkan diri pada kekuasaan untuk mengalokasikan dana dan
daya. Termasuk diantaranya wewenang untuk menempatkan orang pada
posisi tertentu, wewenang mempromosikan orang, menurunkan pangkat.
Kewenangan itulah yang membuat para bawahan bergantung kepadanya.81
b. Gaya Kepemimpinan
Dalam menghadapi perubahan lingkungan, organisasi
membutuhkan pemimpin yang tanggap, kritis dan berani mengambil
keputusan strategis untuk mencapai organisasi kompetitif. Seorang
pemimpin mempunyai strategi untuk mengarahkan dan memotivasi
bawahan agar secara sadar terlibat dalam kerjasama untuk mencapai tujuan.
Perilaku kepemimpinan yang ditampilkan dalam proses manajerial secara
konsisten disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan
81Khomsahrial Romli, op. cit., h. 98-99.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 93
dimaksudkan sebagai cara berperilaku yang khas dari seorang pemimpin
terhadap para anggota kelompoknya.82
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan
oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain seperti yang ia lihat. Dalam prakteknya, seorang pemimpin ketika
mengelolah sumber daya manusia dalam organisasi untuk mau mengikuti
perintahnya, dan pada akhirnya bisa mencapai tujuan yang ingin dicapai
tentu memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Ada tiga macam gaya kepemimpinan, yaitu: Gaya kepemimpinan
otoriter atau otokratis, gaya kepemimpinan demokratis, dan gaya laissez-faire.
Gaya pemimpin otoriter adalah seorang pemimpin dalam
menentukan kebijakan kelompok atau membuat keputusan berkonsultasi
atau memastikan persetujuan dari para anggotanya. Pemimpin ini bersifat
impersonal. Komunikasi mengalir dari pemimpin ke pemimpin, tetapi jarang
mengalir dari anggota ke anggota. Pemimpin otoriter berusaha untuk
meminimumkan komunikasi antar kelompok, sehingga membuat peran
pemimpin menjadi lebih penting. Jadi, pemimpin otoriter mengasumsikan
tanggungjawab terbesar bagi perkembangan kelompok dan menginginkan
tidak adanya campur tangan dari para anggota dan anggota diharuskan
menerima keputusan yang telah diputuskan oleh pimpinan.
Ciri-ciri kepemimpinan yang bertipe otoriter atau otokratis antara
lain:
1) Mengandalkan kepada kekuatan atau kekuasaan yang melekat pada
dirinya.
2) Menganggap dirinya yang paling berkuasa (kuasa tunggal)
3) Menganggap dirinya paling mengetahui segala macam persoalan, orang
lain dianggap tidak tahu.
82Wahyudi, Manajemen Konflik Dalam Organisasi (Bandung: Alfabeta, 2008),
h.121.
94 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
4) Keputusan-keputusan yang diambil secara sepihak, tidak mengenal
kompromi, sehingga tidak mau menerima saran dari bawahan.
Pemimpin seperti ini bahkan tidak memberi kesempatan kepada
bawahan untuk memberikan saran, pendapat atau ide.
5) Keras dalam mempertahankan prinsip.
6) Jauh dari para bawahan.
7) Lebih menyukai bawahan yang bersikap “abs” (asal bapak senang).
8) Perintah-perintah diberikan secara paksa.
9) Pengawasan dilakukan secara ketat agar perintah benar-benar
dilaksanakan.83
Gaya pemimpin yang berikutnya adalah gaya pemimpin demokratis.
Gaya pemimpin demokratis adalah seorang pimpinan dalam menentukan
kebijakan melibatkan anggota kelompok untuk dimintai masukan-masukan
atau saran-saran. Sehingga tugas pemimpin selain memberikan pengarahan
juga mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan cara
yang dikehendaki para anggotanya. Para anggota kelompok didorong untuk
menentukan sasaran dan prosedur. Jadi, pemimpin demokrasi memberikan
stimuli kepada anggota kelompok agar timbul pengarahan sendiri dan
aktualisasi diri.
Pemimpin yang bertipe demokratis selalu berada di tengah-tengah
para bawahan sehingga ia terlibat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
organisasi. Kepemimpinan dengan tipe ini mempunyai ciri-ciri:
1) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi
2) Bersifat terbuka
3) Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran dan ide-ide
baru.
4) Dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan musyawarah dan
mufakat, daripada keputusan yang bersifat sepihak. Apabila
83Ig Wursanto, op. cit., h. 201.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 95
musyawarah untuk mufakat tidak berhasil maka ditempuh dengan jalan
lain yang sesuai dengan alam demokratis, misalnya voting.
5) Menghargai potensi setiap individu
6) Berlangsung dengan mantap. Kemantapan kepemimpinan demokratis
dapat dilihat dari: Unit-unit organisasi berjalan lancar; Melakukan
kegiatan sesuai dengan fungsi masing-masing; Otoritas didelegasikan
kepada para bawahan; Bawahan merasa senang, aman, tentram;
Semangat kerja bawahan tinggi, baik ada pimpinan maupun tidak ada
pimpinan.
7) Pimpinan sering turun ke bawah melakukan pembinaan dan
penyuluhan, yang sekaligus melakukan pengamatan terhadap hasil yang
telah dicapai, serta kelemahan-kelemahan atau kekurangan dan
kesulitan yang dihadapi para bawahan.84
Gaya pemimpin laissez-faire atau lepas kendali adalah seorang
pimpinan dalam menentukan kebijakan tidak memiliki inisiatif untuk
mengarahkan atau menyarankan alternatif tindakan. Akan tetapi, pemimpin
ini lebih mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan
sendiri pekerjaannya, bahkan termasuk juga mengijinkan untuk melakukan
kesalahan. Pemimpin semacam ini menolak setiap wewenang yang diberikan.
Pemimpin lepas kendali hanya menjawab pertanyaan dan memberikan
informasi yang relevan jika diminta secara khusus. Pimpinan ini hanya
sedikit memberikan pemantapan kepada kelompok. Pada saat yang sama,
pemimpin ini tidak akan menghukum anggotanya, sehingga ia pun tidak
terancam.85
Tipe laissez faire pada umumnya dijalankan oleh pemimpin yang
tidak mempunyai keahlian teknis. Tipe ini mempunyai ciri-ciri:
84Ibid., h. 203. 85Abdullah Masnuh, op. cit., h. 267.
96 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
1) Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para bawahan untuk
melakukan tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan bidang tugas
masing-masing.
2) Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan sehingga pemimpin tidak ikut
berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok.
3) Semua pekerjaan dan tanggungjawab dilimpahkan kepada bawahan.
4) Tidak mampu mengadakan koordinasi dan pengawasan yang baik.
5) Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani
oleh bawahan.
6) Secara praktis pemimpin tidak menjalankan kepemimpinan sehingga ia
hanya merupakan simbol belaka.86
Berdasarkan ciri-ciri diatas, pemimpin dengan tipe laissez faire
bukanlah pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Seorang pemimpin dengan
cara apapun diharapkan dapat menggerakkan bawahan sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai. Cara yang terbaik ialah dengan mempengaruhi,
bukan dengan menakut-nakuti.
Cecil Gibb menyimpulkan syarat-syarat yang menentukan apakah
gaya kepemimpinan tertentu bersifat produktif. Menurutnya, kepemimpinan
demokratis paling efektif bila: (1) Tidak ada anggota kelompok yang merasa
dirinya lebih mampu mengatasi persoalan daripada kelompok lain, (2) Bila
metode komunikasi yang tepat belum diketahui atau tidak dipahami, (3) Bila
semua anggota kelompok berusaha mempertahankan hak-hak individual
mereka. Sebaliknya, kepemimpinan otoriter akan efektif bila: (1) Kecepatan
dan efisiensi pekerjaan lebih penting daripada perundingan, (2) Situasinya
begitu baru sehingga mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, dan
memerlukan pengarahan dari pimpinan.87
86Ig. Wursanto, op. cit., h. 202. 87Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Cet. XVII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 164.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 97
Jika melihat sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad, maka
sifat ini bisa menjadi panutan bagi pemimpin dalam menjalankan tugasnya.
Sifat-sifat tersebut adalah: Pertama, shiddiq. Para ulama mendefinisikan
shiddiq denagn menyempurnakan amal dan perbuatan hanya karena Allah
Swt, kesesuaian antara apa yang diucapkan dan apa yang diperbuat. Sifat
jujur patut dimiliki seorang pemimpin karena akan melahirkan sifat
keyakinan dan keberanian untuk menghadapi berbagai macam ujian,
memberikan keterangan atau penjelasan kepada anngota organisasi dengan
jujur sehingga menguntunggungkan bagi organisasi.
Kedua, amanah, nabi Muhammad sangat dipercaya. Jika beliau
menyuruh atau menganjurkan umatnya untuk melakukan sesuatu, maka
beliaulah yang pertama mengerjakannya dan paling konsisten melaksanakan
ajarannya. Sifat amanah ini perlu dimiliki oleh seorang pemimpin karena
akan mendorong seseorang untuk bertanggungjawab terhadap diri,
masyarakat, dan lingkungannya. Ketiga, tabligh. Sifat tabligh yang dimiliki oleh
nabi Muhammad adalah kemampuan untuk menyampaikan dengan cara
yang baik, sopan, dan lemah lembut. Sifat ini juga perlu dimiliki oleh seorang
pemimpin agar dapat menjalin hubungan yang baik dengan anggota
organisasi maupun dengan pihak yang ada diluar organisasi. Keempat,
fathanah, yang berarti cerdas. Dalam hal ini nabi Muhammad diutus kepada
kaum yang sangat mengagungkan kehebatan merangkai kata. Bahkan beliau
tidak hanya diutus kepada satu golongan saja, melainkan kepada suatu kaum
yang memiliki latar belakang ilmu, status sosial, dan spesialisasi yang
berbeda-beda. Kondisi ini memerlukan sifat yang cerdas untuk dapat
mengatasi masalah yang ada.88
Efektivitas seorang pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe
kepemimpinan yang digunakannya, tapi bergantung pada caranya
menerapkan gaya atau tipe kepemimpinan tersebut pada situasi yang
88Iqra’ al-Firdaus, Kiat Hebat Public Relations Ala Nabi Muhammad Saw
(Yogyakarta:Najah, 2013),h. 62-72.
98 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
dihadapinya. Seorang pemimpin mungkin akan menjadi otokratik dalam
situasi darurat. Kepemimpinan hanya mempunyai makna bila dibentuk dan
ditentukan oleh anggota organisasi.
C. Komunikasi Interpersonal dan Iklim Komunikasi Dalam
Organisasi
Salah satu ciri komunikasi organisasi yang paling nyata adalah
konsep hubungan (relationship). Organisasi sebagai sebuah jaringan hubungan
yang saling bergantung. Jika sesuatu saling bergantung, ini berarti bahwa hal-
hal tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain. Pola dan
sifat hubungan dalam organisasi dapat ditentukan oleh jabatan dan peranan
yang ditetapkan bagi jabatan tersebut. Tetapi tidak semua pola dan sifat
hubungan dalam organisasi berdasarkan pada jabatan dan peranan. Setiap
anggota atau individu di dalam organisasi juga bertindak dan berkomunikasi
dengan tanpa mengindahkan jabatan dan peranan mereka secara resmi,
sehingga menciptakan jalinan komunikasi dan struktur yang bersifat
informal yang diwarnai oleh sifat hubungan antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk
khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang
melibatkan hanya dua orang, seperti dua sejawat atau dua rekan kerja, dua
sahabat, atasan – bawahan, dll. Komunikasi diadik adalah proses komunikasi
yang berlangsung antar dua orang dalam situasi tatap muka.89 Pihak-pihak
yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, pihak yang
berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan
secara verbal ataupun nonverbal. Keberhasilan komunikasi menjadi
tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak
89Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2007), h. 32.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 99
yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon
nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif dll.
Komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara komunikator
dengan komunikan, dianggap sebagai jenis komunikasi yang paling efektif
dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
Sedangkan ciri-ciri dari komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi interpersonal meliputi perilaku verbal dan nonverbal.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dan diungkapkan dalam bentuk verbal dan nonverbal. Hal ini
mencakup isi pesan dan bagaimana isi pesan dikatakan atau
diungkapkan.
2. Komunikasi interpersonal meliputi komunikasi berdasarkan perilaku
spontan, perilaku menurut kebiasaan, perilaku menurut kesadaran atau
kombinasi ketiganya.
3. Komunikasi interpersonal tidaklah statis tetapi berkembang.
Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang
berkembang, yang berbeda-beda tergantung dari tingkat hubungan
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, pesan yang
dikomunikasikan dan cara pesan itu dikomunikasikan.
4. Komunikasi interpersonal mencakup umpan balik pribadi, interaksi,
dan kohesi. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang
memungkinkan terjadinya timbal balik. Dalam komunikasi ini terjadi
interaksi diantara pengirim dan penerima pesan, yang satu
mempengaruhi yang lain. Pengaruh itu terjadi pada tataran kognitif
(pengetahuan), afektif (perasaan), dan behavior (perilaku).
5. Komunikasi interpersonal berpedoman pada aturan intrinsik dan
ekstrinsik. Peraturan intrinsik adalah peraturan yang dikembangkan
oleh masyarakat untuk mengatur cara orang harus berkomunikasi satu
sama lain. Sedangkan peraturan ekstrinsik adalah peraturan yang
ditetapkan oleh situasi.
100 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
6. Komunikasi interpersonal merupakan suatu aktivitas. Komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi timbal balik antara pengirim dan
penerima pesan.
7. Komunikasi interpersonal mencakup persuasi. Komunikasi
interpersonal berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan.
Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat, dan dorongan
untuk mengubah pemikiran, perasaan, dan sikap yang sesuai dengan
topik yang sedang dibahas bersama.90
Komunikasi interpersonal dapat dipergunakan untuk berbagai
macam tujuan. Devito menyatakan bahwa semua orang yang terlibat di
dalam komunikasi interpersonal memiliki tujuan yang bermacam-macam,
seperti: untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, untuk mengetahui dunia
luar, untuk menciptakan dan memelihara hubungan, untuk mempengaruhi
sikap dan perilaku, untuk bermain dan mencari hiburan, dan untuk
membantu. Komunikasi intrepersonal menjadi sarana untuk membicarakan
diri kita sendiri, sehingga melalui komunikasi interpersonal kita belajar
tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang
lain, juga dapat membuat kita mengetahui nilai, sikap, dan perilaku orang
lain, sehingga kita dapat memberi tanggapan secara tepat terhadap tindakan
orang lain.
Dalam hidup seseorang perlu untuk bersosialisasi dan menciptakan
serta memelihara hubungan dekat dengan orang lain, oleh karena itu, kita
banyak menggunakan waktu untuk berkomunikasi antarpribadi yang
bertujuan untuk memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Begitu juga
untuk bisa mengubah sikap dan perilaku orang lain dengan upaya-upaya
yang bersifat persuasif, maka digunakan juga komunikasi interpersonal ini
untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Pentingnya situasi komunikasi
90Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002), h. 8.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 101
interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung dialogis.
Komunikasi yang berlangsung secara dialogis lebih baik daripada secara
monologis. Dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang
menunjukan terjadinya interaksi.91
Untuk dapat mencapai tujuan dari komunikasi yang dilakukan,
diperlukan komunikasi yang baik agar komunikasi dapat berjalan efektif.
Menurut Devito karakteristik efektivitas komunikasi interpersonal ini dapat
dilihat dari tiga sudut pandang, yakni:
1. Sudut pandang humanistik
Sudut pandang ini menekankan pada keterbukaan, empati, sikap
mendukung dan kualitas-kualitas lain yang menciptakan interaksi yang
bermakna, jujur dan memuaskan. Pandangan ini dimulai dengan pandangan
umum yang menurut para filsuf dan humanis menentukan terciptanya
hubungan antarmanusia yang superior (misalnya kejujuran, keterbukaan, dan
sikap positif).
2. Sudut pandang prakmatis
Sudut pandang ini menekankan pada manajemen dan kesegaran
interaksi, secara umum kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan
yang spesifik. Pandangan ini berawal dari keterampilan spesifik, yang dari
riset diketahui efektif dalam komunikasi interpersonal, kemudian
mengelompokkan keterampilan-keterampilan ini kedalam kelas-kelas
perilaku umum. (misalnya: kepercayaan diri, kebersatuan, manajemen
interaksi, pemantauan diri, daya ekspresi, orientasi kepada orang lain).
3. Sudut pandang pergaulan Sosial dan sudut pandang kesetaraan
Sudut pandang ini didasarkan pada model ekonomi imbalan dan
biaya. Sudut pandang ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan merupakan
suatu kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan.92
91Onong Uchyana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2000), h. 60. 92Joseph A.DeVito, op. cit., h. 285-296.
102 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Sudut pandang tersebut tidaklah terpisah tetapi saling melengkapi.
Masing-masing sudut pandang akan membantu dalam memahami efektivitas
komunikasi interpersonal. Adanya komunikasi interpersonal yang
memotivasi, dalam penerapannya berjalan seiring dengan usaha dari masing-
masing individu untuk mencapai apa yang ingin dicapai. Efektivitas
komunikasi pada konteks komunikasi interpersonal terletak pada kualitas
hubungan antar angota organisasi.
Adapun hal yang dapat dipahami bahwa dalam melakukan proses
komunikasi interpersonal yang paling penting adalah:
1. Pesan atau informasi itu disampaikan apa adanya, jujur, dan terbuka
agar komunikan dapat memberikan respons yang lengkap, sehingga
komunikator akan mengambil keputusan untuk memberikan respons
yang tepat dan lengkap pula.
2. Berikan waktu seluas-luasnya kepada komunikan untuk menyampaikan
pendapatnya. Jangan sekali-kali memotong pembicaraan seseorang
sebelum ia selesai mengungkapkan pendapatnya.
3. Fokuskan perhatian dan perasaan pada tema pembicaraan. Hindarkan
sikap acuh tak acuh, menyepelekan orang, dan menganggap rendah
komunikan.
4. Tumbuhkan saling percaya dan saling bergantung, bahwa kita orang
baik dan dia juga orang baik.
5. Perhatikan perilaku nonverbal, seperti tatapan mata yang
menyenangkan, senyuman, mimik muka yang bersahabat.93
Komunikasi interpersonal yang berlangsung secara intensif dengan
mengutamakan aspek kuantitas dan kualitas yang seimbang, akan
menciptakan hubungan interpersonal yang kuat antara atasan dan bawahan
serta antarsesama karyawan, sehingga keterbukaan dan kepercayaan yang
didapat dari proses komunikasi tersebut dapat turut menentukan perubahan
93Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2007),h. 58.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 103
sikap dan tingkah laku dalam organisasi. Dalam berkomunikasi harus ada
keterbukaan, kejujuran, kepercayaan dan empati. Dalam prakteknya,
perubahan sikap dan tingkah laku dari proses komunikasi interpersonal
dalam suatu organisasi dapat berbentuk terwujudnya suatu sikap yang
diharapkan muncul dari diri karyawan, yaitu motivasi kerja yang tinggi.
Komunikasi interpersonal bisa mempengaruhi iklim komunikasi.
Iklim komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu menjadi
perhatian seorang pimpinan organisasi karena faktor tersebut banyak
sedikitnya ikut mempengaruhi tingkah laku karyawan. Ada beberapa
pengertian tentang iklim organisasi, yaitu:
1. Tagiuri mendefinisikan iklim organisasi sebagai kualitas yang relatif
abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-
anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan
dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan.
2. Payne dan Pugh mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu konsep
yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma,
sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial.
3. Litein dan Stringers mengatakan bahwa iklim organisasi dapat dipelajari
dengan mengobservasi jumlah otonomi secara individual, kebebasan
yang dialami oleh individu, tingkat dan kejelasan struktur dan posisi
yang dibebankan kepada pekerja, orientasi ganjaran dari organisasi dan
banyaknya sokongan serta kehangatan yang diberikan kepada pekerja.
Itulah sebabnya mereka memberikan dimensi iklim organisasi sebagai
berikut: Rasa Tanggung Jawab; standar atau harapan tentang kualitas
pekerjaan; ganjaran atau reward; rasa persaudaraan; semangat tim.
4. Hillrieger dan Slocum mendefinisikan iklim organisasi adalah set atribut
organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota
104 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau
subsistem, terhadap anggota dan lingkungannya.94
Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada perkembangan iklim,
diantaranya iklim organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-
macam cara anggota organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim
komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong anggota organisasi
berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota lain.
Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak berani
berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan.95
Agar karyawan memiliki kesempatan untuk beraktualisasi dan
mampu memanfaatkan kesempatan tersebut maka organisasi dituntut untuk
menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dimana dapat diwujudkan
melalui iklim komunikasi yang bagus agar karyawan dapat merasa nyaman
menyampaikan ide dan mengaktualisasikan diri di organisasi. Dengan
demikian maka akan dapat meningkatkan prestasi kerjanya. Frederick
Herzberg menyimpulkan bahwa orang-orang memiliki dua kategori
kebutuhan yang berbeda yang secara esensial saling bergantung dan
mempengaruhi perilaku dengan cara yang tidak sama. Apabila orang-orang
merasa tidak puas dengan pekerjaannya, maka mereka tidak nyaman dengan
tempat kerjanya. Sebaliknya, apabila orang-orang merasa senang dengan
pekerjaannya, maka dia akan merasa nyaman di tempat kerja tersebut.96
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon karyawan
terhadap karyawan lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersona
dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut.97 Iklim
komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi
94Abdullah Masnuh, op. cit., h. 44. 95Arni Muhammad, op. cit., h. 85. 96Paul Hersey & Ken Blanchard, Management of organizational Behavior:
Utilzing Human Resources, terj. Agus Dharma. Manajemen Perilaku Organisasi. Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta: Erlangga),h.68.
97R.Wayne Pace & Don F Faules, op. cit., h. 154.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 105
meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan, peristiwa yang berhubungan
dengan pesan yang terjadi dalam organisasi, sedangkan iklim organisasi
didefinisikan oleh Payne dan Pugh sebagai suatu konsep yang merefleksikan
isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan
perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial.98
Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas
unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap
komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan, disepakati, dikembangkan dan
dikokohkan secara berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota
organisasi lainnya. Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan individu, serta mempengaruhi pesan-pesan
mengenai organisasi.
Ada lima dimensi dari iklim komunikasi, yaitu:
1. Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi
mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga
perasaan diri berharga dan penting.
2. Partisipasi membuat keputusan.
3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia
4. Keterbukaan dan keterusterangan.
5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja
dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.99
Iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat obyektif
mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota
organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi
di dalam organisasi. Iklim komunikasi yang baik akan dapat menimbulkan
kepuasan komunikasi organisasi yaitu semua tingkat kepuasan seorang
karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan. Konsep
98Arni Muhammad, op. cit., h. 82. 99Abdullah Masnuh, op. cit., h.46.
106 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi. Iklim mencakup kepuasan
anggota organisasi terhadap informasi yang tersedia.
Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana
baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota
organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara
disebarluaskannya, bagaimana diterima, diproses dan apa respon orang yang
menerima. Iklim komunikasi dipengaruhi oleh persepsi bagaimana baiknya
aktivitas komunikasi dari suatu organisasi memuaskan tuntutan pribadi.
Kepuasan komunikasi adalah satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan
dengan apa yang dia harapkan, kepuasan komunikasi muncul karena
beberapa faktor, yaitu:
1. Kepuasan dengan pekerjaan. Ini mencakup hal-hal yang berkenaan
dengan pembayaran, keuntungan, naik pangkat, pekerjaan itu sendiri.
Kepuasan dalam aspek pekerjaan memberikan sumbangan kepada
kepuasan komunikasi.
2. Kepuasan dengan ketepatan informasi. Faktor ini mencakup tentang
tingkat kepuasan dengan informasi, kebijaksanaan, teknik-teknik baru,
perubahan adminstratif dan staf. Kelihatannya kepuasan dengan
ketepatan informasi yang diterima penting bagi konsep komunikasi
organisasi.
3. Kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan
penyempurnaan. Faktor ini mencakup hal-hal sebagai tempat di mana
komunikasi seharusnya disempurnakan, pemberitahuan mengenai
perubahan untuk penyempurnaan dan strategi khusus yang digunakan
dalam membuat perubahan. Keputusan dengan bermacam-macam
perubahan yang dibuat, bagaimana perubahan itu dibuat dan
dinformasikan, kelihatannya mempunyai hubungan dengan kepuasan
komunikasi organisasi.
4. Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi.
Faktor ini mencakup melalui media apa komunikasi disebarluaskan
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 107
dalam organisasi, mencakup peralatan, bulletin, memo, materi tulisan.
Kepuasan komunikasi tampaknya berhubungan dengan pandangan
orang mengenai berapa efisiennya media untuk menyebarkan informasi
dalam organisasi
5. Kepuasan dengan kualitas media. Yang berhubungan dengan faktor ini
berapa baiknya mutu tulisan, nilai informasi yang diterima,
keseimbangan informasi yang tersedia dan ketepatan informasi yang
akan datang. Penampilan, ketepatan dan tersedianya informasi
mempunyai pengaruh kepada kepuasan orang dengan komunikasi
dalam organisasi
6. Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja. Faktor ini mencakup
komunikasi horizontal, informasi dan tingkat kepuasan yang timbul
dari diskusi masalah dan mendapatkan informasi dan teman sekerja.
Kepuasan dengan komunikasi berhubungan dengan hubungan yang
memuaskan dengan teman sekerja
7. Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai
suatu kesatuan. Faktor ini mencakup hal-hal keterlibatan hubungan
dengan organisasi, dukungan atau bantuan dari organisasi dan
informasi dari organisasi. Kelihatan bahwa rasa puas dalam komunikasi
organisasi dipengaruhi oleh aspek-aspek organisasi seperti dipercaya,
sokongan dan tujuan kinerja yang tinggi.100
Kepuasan komunikasi membawa hubungan dengan kepuasan kerja,
kepuasan kerja merupakan respons seseorang terhadap bermacam-macam
lingkungan kerja yang dihadapainya, seperti teman sekerja, kebijakan,
promosi dll. Pentingnya iklim yang mendukung dalam komunikasi organisasi
lebih ditekankan untuk mendapatkan kepuasan kerja. Pimpinan sebagai
orang yang bertanggung jawab dalam organisasi dapat memberikan
kontribusi dalam membangkitkan iklim komunikasi yang baik dalam
organisasinya. Dengan melakukan hal-hal yang merupakan tanggung jawab
100Arni Muhammad, op. cit., h. 88-89.
108 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
pimpinan seperti di bawah ini berarti pimpinan secara tidak langsung ikut
membantu karyawan dalam mencapai kepuasan kerjanya:
1. Semua pimpinan haruslah menetapkan tujuan bagi karyawan-
karyawannya
2. Semua pimpinan haruslah melatih karyawannya dan membantu mereka
menjadi lebih efektif dalam pekerjaannya.
3. Semua pimpinan haruslah meninjau kemajuan karyawannya dalam
bentuk hasil dan tujuan yang telah dicapainya dan tidak menghargai
aktivitas atau kegagalan mereka tetapi hasil nyata dari tujuan mereka.
4. Semua pimpinan hendaklah memberikan bimbingan. Jika tidak
kelompok terombang-ambing, suasana kerja sama akan berkurang dan
karyawan akan bekerja menurut arahnya masing-masing.
5. Pimpinan hendaklah menggunakan metode baru dalam kelompok dan
bidang mereka untuk membuat anggota kelompok terus-menerus
menjadi lebih efektif.
6. Semua pimpinan hendaklah membuat perencanaan untuk masa
mendatang. Pimpinan harus memproyeksikan kesempatan-kesempatan
dan kesulitan-kesulitan serta merencanakan tindakan pengembangan
untuk menyelesaikan pokok persoalan yang penting. Pimpinan berhasil
hanya bila orang-orang dalam kelompoknya berhasil.
7. Semua pimpinan harus mengembangkan kemampuan orang-orangnya.
8. Bila menghargai prestasi karyawan pimpinan hendaklah menggunakan
standar sosial dan financial yang mereka tetapkan untuk karyawan.101
Iklim komunikasi memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku
individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk
melaksanakan pekerjaan dan tentunya dengan iklim komunikasi organisasi
yang baik maka akan dapat membantu anggota organisasi untuk
mengembangkan kariernya. Iklim komunikasi organisasi merupakan faktor
101Abdullah Masnuh, op. cit., h. 56.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 109
yang sangat penting yang dapat menjembatani antara pengelolaan sumber
daya manusia yang menjadi unsur utama dalam organisasi.
D. Jaringan dan Pola Komunikasi Dalam Organisasi
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang yang menduduki posisi
atau peranan tertentu. Di antara orang-orang ini saling terjadi pertukaran
pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan pola
aliran informasi atau jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi
berbeda dalam besar dan strukturnya, misalnya mungkin hanya diantara dua
orang, tiga atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam
organisasi. Bentuk struktur dari jaringan itupun berbeda-beda.
Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh
hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam
organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu
dengan aliran informasi dalam jaringan komunikasi. Pengertian jaringan
komunikasi disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan
dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dalam dua perspektif.
Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan
mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur
jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistem
komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan
pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bisa
dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi
sebagai sarana komunikasi organisasi.102
Dalam kaitannya dengan ini ada lima struktur aliran komunikasi
yang dapat dijumpai pada kelompok dan organisasi, yaitu struktur lingkaran
(circle), struktur roda (wheel), struktur Y, struktur rantai ( Chain), dan struktur
seluruh saluran (all channel).
1. Struktur lingkaran
102Arni Muhammad, op. cit., h. 102.
110 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota
posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua
anggota lain disisinya.
2. Struktur roda
Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di
pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan
menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota
ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan
melalui pemimpinnya.
3. Struktur Y
Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur
roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan struktur lainnya. Pada
struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas. Anggota ini dapat
mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Sedangkan
anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya.
4. Struktur rantai
Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para
anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang
saja. Keadaan terpusat juga disini. Orang yang berada di posisi tengah-
tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di
posisi lain.
5. Struktur semua saluran atau bintang
Struktur atau semua saluran atau bintang hampir sama dengan
struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga
memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan
tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 111
dengan setiap anggota lainnya. Struktur ini memungkinkan adanya partisipasi
anggota secara optimum.103
Struktur roda, struktur rantai, dan struktur Y dimasukkan dalam
kategori struktur terpusat. Sedangkan struktur lingkaran dan struktur seluruh
saluran atau bintang dimasukkan kedalam struktur tersebar. Pengaruh
struktur komunikasi tersebut terhadap perilaku manusia dapat disimpulkan
bahwa seseorang yang berada pada posisi sentral, dapat berkomunikasi
dengan semua anggota organisasi akan mempunyai kepuasan yang besar
dibanding dengan yang lainnya. Kepuasan organisasi secara keseluruhan
akan lebih tinggi dalam struktur tersebar.
Untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranannya dapat
digunakan analisis jaringan. Dari hasil analisis jaringan ini dapat diketahui
bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi dengan
kelompok tertentu, juga dapat diketahui keterbukaan atau tidaknya satu
kelompok dengan kelompok lainnya, serta orang-orang yang memegang
peranan utama dalam suatu organisasi, maka jaringan komunikasi memiliki
enam peranan, yaitu:
1. Opinion leader (pemimpin pendapat atau pemuka pendapat) adalah
pimpinan informal dalam organisasi. Mereka tidaklah selalu orang-
orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi
membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi
keputusan mereka. Orang ini disebut pemimpin pendapat atau pemuka
pendapat, yang dibutuhkan karena pendapat dan pengaruh mereka.
Mereka merupakan orang-orang yang mengikuti persoalan dan
dipercaya orang-orang lainnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi.
2. Gate keepers (penjaga gawang) adalah individu yang mengontrol arus
informasi di antara anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu
103Adam I. Indrajaya, Perilaku Organisasi (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009),h. 109-110.
112 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain
atau tidak memberikan informasi. Gate keepers dapat menolong anggota
penting dari organisasi seperti pimpinan, menghindarkan informasi
yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang
penting-penting saja kepada mereka. Dalam hal ini gate keepers
mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi
penting atau tidak.
3. Kosmopolit adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan
lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-
sumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi
mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu pada lingkungannya.
Seorang kosmopolit adalah individu yang melakukan kontak dengan
dunia luar, dengan individu-individu di luar organisasi. Kosmopolit
menghubungkan para anggota organisasi dengan orang-orang dan
peristiwa-peristiwa di luar batas-batas struktur organisasi. Anggota
organisasi yang banyak bepergian, yang aktif dalam asosiasi-asosiasi
profesional, dan membaca terbitan-terbitan regional, nasional dan
internasional cenderung menjadi kosmopolitan. Mereka memiliki
kontak yang lebih kerap dengan sumber-sumber di luar organisasi dan
bertindak sebagai saluran bagi gagasan-gagasan baru yang akan
memasuki organisasi.
4. Bridge (jembatan) adalah anggota kelompok dalam suatu organisasi yang
menghubungkan satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini
membantu saling memberi informasi diantara kelompok-kelompok dan
mengkoordinasi kelompok.
5. Liaison (penghubung) adalah sama peranannya dengan bridge (jembatan)
tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi
dia merupakan penghubung diantara satu kelompok dengan kelompok
lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang
relevan diantara kelompok-kelompok dalam organisasi.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 113
6. Isolate (penyendiri) adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak
minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini
menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-
temannya.104
Karakteristik dari liaison atau orang yang sebagai pengantara adalah
orang yang berperan sebagai pengantara memegang posisi atau status yang
lebih tinggi dari orang-orang lain yang bukan sebagai pengantara dan
merupakan wakil-wakil yang kuat dalam struktur pimpinan. Orang yang
sebagai pengantara ini terlibat lebih banyak dalam aktivitas komite daripada
temannya, dan juga menjadi anggota kelompok koordinasi pada tingkat yang
lebih tinggi dalam organisasi.
Pembahasan mengenai komunikasi dalam organisasi dalam bentuk
arah arus atau pola informasinya sangat penting karena komunikasi
memungkinkan orang untuk mengkoordinir kegiatan anggota organisasi
dalam mencapai tujuan bersama. Pola komunikasi dalam organisasi ada
beberapa macam, yaitu:
1. Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari jabatan yang berotoritas lebih tinggi kepada mereka
yang berotoritas lebih rendah.105 Para pegawai di seluruh tingkat dalam
organisasi merasa perlu diberi informasi. Kualitas dari kuantitas informasi
harus tinggi agar dapat membuat keputusan dan cermat. Pimpinan harus
memiliki informasi dari semua unit dalam organisasi, dan harus memperoleh
informasi untuk semua unit. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan
untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan
pemeliharaan.
104Rosadi Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2003),h.97-98. 105R.Wayne Pace & Don F Faules, op. cit., h. 184.
114 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah,
indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi. Perintah atau instruksi biasanya menjadi
lebih terperinci dan spesifik karena diinterpretasikan oleh tingkatan
manajemen yang lebih rendah. Manajer-manajer pada setiap tingkatan
bertindak sebagai penyaring dalam menentukan seberapa banyak informasi
yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan diteruskan
kepada bawahannya. Di samping perintah dan instruksi, komunikasi ke
bawah juga berisi informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-
kebijaksanaan organisasi, peraturan, pembatasan, insentif tunjangan, dan
hak-hak karyawan. Bawahan dapat menerima umpan balik tentang seberapa
jauh mereka telah melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik.
Hawkins & Preston mengindentifikasikan lima jenis informasi yang
mengalir ke bawah melalui saluran-saluran komunikasi berikut ini:
a. Petunjuk-petunjuk tugas yang spesifik; instruksi-instruksi pekerjaan.
b. Informasi yang didesain untuk menghasilkan pengertian tentang tugas
dan hubungannya dengan tugas-tugas organisasi lainnya.
c. Informasi tentang kebijaksanaan organisasi dan operasionalnya.
d. Umpan balik kepada para bawahan tentang kinerja mereka.
e. Informasi tentang karakteristik ideologi sebagai misi organisasi dengan
cara mengulang-ulang latihan dan pengajaran supaya bawahan terkesan
dengan misi tersebut.106
Media yang dipergunakan dalam komunikasi kebawah adalah
dengan menggunakan:
a. Buku Pedoman, yang terdiri dari buku pedoman organisasi, buku
pedoman tatakerja, buku pedoman peraturan, buku peraturan
kebijaksanaan, buku pedoman riwayat organisasi, buku pedoman
lengkap.
106Makmuri Muchlas, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2008), h. 277.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 115
b. Perintah, yang dibedakan menjadi perintah yang berisi kebijaksanaan,
perintah yang berisi program kerja, perintah yang merupakan
pelaksanaan kerja. Perintah dapat dipergunakan dalam hal-hal yang
bersifat sederhana, rutin, mendesak dan sangat rahasia. Sedangkan
perintah tertulis dipergunakan dalam hal-hal yang menyangkut masalah
yang sangat komplek, tidak harus segera dilaksanakan pada saat
perintah itu datang.
c. Teguran, disampaikan dalam hal-hal: perintah tidak dilaksanakan,
pekerjaan tidak selesai pada waktunya, menyimpang dari prosedur yang
telah ditentukan dan apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
d. Pujian, dapat diberikan dalam bentuk ucapan selamat, ucapan terima
kasih, pemberian hadiah atau penghargaan.107
2. Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang
lebih tinggi. Komunikasi yang dilaksanakan oleh bawahan pada atasan dalam
rangka memberikan pengertian mengenai sesuatu untuk diketahui dan
dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka kepemimpinan pada umumnya.
Menghargai karyawan dan mendengarkan serta berinteraksi dengan
karyawan membentuk dasar bagi sebuah komunikasi yang efektif, dan salah
satu bentuknya dengan meluangkan waktu untuk pertemuan tatap muka.108
Fungsi utama dari komunikasi ke atas adalah untuk memperoleh
informasi mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan
karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Ada beberapa jenis informasi yang
sering mengalir melalui saluran-saluran komunikasi ke atas, diantaranya:
107Neni Yulianita, Dasar-Dasar Public Relations (Bandung: Multimedia Fikom
Unisba, 2001), h. 94-96. 108Paul A. Argenti, Corporate Communication, terj. Putri Aila Idris, Komunikasi
Korporat (Jakarta: Salemba, 2010), h.219.
116 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
a. Informasi tentang keberhasilan, kemajuan, dan rencana-rencana
mendatang dari para bawahan.
b. Informasi tentang problem-problem pekerjaan yang memerlukan
bantuan dari tingkatan lebih atas dalam organisasi.
c. Ide-ide untuk perbaikan dalam aktivitas dan fungsi yang berhubungan
dengan pekerjaan.
d. Informasi mengenai perasaan para bawahan tentang pekerjaan atau isu
yang berhubungan dengan pekerjaan.109
Ada beberapa cara untuk mengefektifkan komunikasi dari bawahan
kepada atasan, yaitu: pertama prosedur penyampaian keluhan. Pada berbagai
perjanjian tawar menawar kolektif, prosedur menyampaikan keluhan ini
memungkinkan para karyawan membuat petisi ke atas melampaui atasan
langsungnya. Hal ini dapat melindungi mereka dari tindakan kompromi
dengan atasan langsungnya dan memberikan keberanian kepada mereka
untuk mengkomunikasikan keluhan-keluhannya.
Kedua, kebijaksanaan pintu terbuka. Secara harfiah, kebijaksanaan
pintu terbuka bisa diartikan bahwa pintu atasan selalu terbuka untuk para
bawahan atau sebagai undangan yang berkelanjutan buat para bawahan
untuk datang dan membicarakan problem apapun yang menyusahkan
mereka. Ketiga adalah konseling. Konseling ialah kuesioner tentang sikap dan
interviu mengenai alasan keluar dari pekerjaan. Departemen personalia dapat
memfasilitasi komunikasi ke atas dengan cara melakukan diskusi-diskusi
konseling non-direktif yang bersifat rahasia, mengadministrasikan kuesioner
tentang sikap secara periodik, dan menyimpan hasil-hasil yang sangat berarti
dari interviu mengenai organisasi.
Keempat adalah teknik-teknik partisipatif. Teknik-teknik pengambilan
keputusan secara partisipatif dapat menghasilkan jumlah komunikasi yang
banyak. Hal ini mungkin bisa terjadi melalui keterlibatan informal para
bawahan atau melalui program-program partisipasi formal seperti
109 Makmuri Muchlas, op. cit., h. 278.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 117
penggunaan kotak saran dll. Kelima adalah perantara nonstruktural yang
ditugaskan untuk menanggulangi keluhan karyawan. Ini merupakan salah
satu cara yang potensial untuk memungkinkan manajemen memperoleh
masukan dalam bentuk komunikasi ke atas, yaitu dengan menggunakan
perantara nonstruktural. Konsep ini untuk memberikan jalan keluar kepada
orang-orang yang merasa diperlakukan tidak adil. Jika dilaksanakan dengan
tepat dan hati-hati, cara ini bisa berjalan baik sebagai penganti kebijaksanaan
pintu terbuka yang gagal.110
Komunikasi ke atas sangat penting untuk mempertahankan dan
untuk pertumbuhan organisasi dengan alasan:
a. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan
keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi
kegiatan orang-orang lainnya.
b. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan
mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik
bawahan menerima apa yang dikatakan mereka.
c. Komunikasi keatas memungkinkan –bahkan mendorong- omelan dan
keluh kesah.111
3. Komunikasi Horisontal
Komunikasi horisontal ialah pertukaran pesan di antara orang-orang
yang sama tingkatannya di dalam organisasi. Komunikasi horisontal terdiri
dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja
yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada
tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang
sama.
Ada empat fungsi dari komunikasi horizontal:
a. Koordinasi berbagai kegiatan yang dilakukan oleh banyak bagian dalam
organisasi.
110 Makmuri Muchlas, op. cit., h. 279. 111Abdullah Masnuh, op. cit., h. 68.
118 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
b. Informasi tentang berbagai kegiatan pekerjaan dalam bagian-bagian
organisasi yang sama tingkatannya.
c. Persuasi pada orang-orang lain yang sama tingkatannya dalam
organisasi.
d. Informasi mengenai perasaan para sejawat tentang pekerjaan dan isu-
isu yang berhubungan dengan pekerjaan.112
Komunikasi horisontal dapat dilaksanakan baik secara formal
maupun informal. Dalam segi operasionalnya biasanya lebih sering
dilakukan komunikasi informal, sebab mereka dalam taraf yang sama
sehingga dapat secara terbuka mengemukakan pendapatnya.
4. Komunikasi Informal
Dari segi sifatnya, komunikasi dalam organisasi dapat berupa
komunikasi formal dan komuniksai informal. Komunikasi formal sudah
dijelaskan di depan, sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang
berlangsung tidak melalui saluran organisasi yang resmi, seperti olah raga
para anggota organisasi dan berlangsung di luar kantor bisa menjdi salah
satu contoh komunikasi informal. Komunikasi informal terjadi di antara
karyawan dalam suatu organisasi yang dapat berinteraksi secara bebas satu
sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka.
Komunikasi informal dilakukan melalui tatap muka langsung dan
pembicaraan lewat telepon. Komunikasi informal terjadi sebagai perwujudan
dari keinginan manusia untuk bergaul dan keinginan untuk menyampaikan
informasi yang dipunyainya dan dianggap tidak dipunyai oleh rekan
sekerjanya. Meskipun hubungan yang terjadi dalam komunikasi informal ini
mengikuti pola yang bebas dari pengaruh organisasi formal, akan tetapi
komunikasi informal merupakan saluran yang penting karena menyebar ke
seluruh bagian dalam organisasi tanpa memperhatikan struktur dan saluran
komunikasi formal.
112Makmuri Muchlas, op.cit., h. 281.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 119
Komunikasi informal atau disebut juga grapevine atau disebut juga
desas desus, dalam suatu organisasi memberi petunjuk apakah saluran
komunikasi formal telah berfungsi secara efektif. Dengan mempelajari
komunikasi informal, dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian dalam
organisasi formal guna mendukung komunikasi dan pencapaian tujuan
organisasi. Fungsi dari komunikasi informal ini adalah memelihara
hubungan sosial (seperti: persahabatan dan kelompok informal) dan
penyebaran informasi yang bersifat pribadi, gosip, dan desas-desus.113
Pada umumnya pesan-pesan yang disampaikan melalui grapevine
lebih cepat dibandingkan melalui saluran formal. Di samping itu grapevine
juga efektif. Bila terjadi keragu-raguan, maka biasanya informasi informal
disampaikan dengan cara membedakan siapa orang yang layak dan tidak
layak menerimanya. Dalam grapevine biasanya informasi hanya mengalir
melalui sejumlah kecil orang yang menerimanya. Hasil penelitian mengenai
grapevine menunjukkan bahwa:
a. Grapevine sangat cepat. Pesan-pesan yang bersifat pribadi bebas
mengalir kapan diinginkan oleh pengirimnya. Biasanya pesan-pesan
yang demikian mengalir dengan cepat tanpa dapat diduga.
b. Grapevine itu tepat. Kebanyakan berita yang disampaikan dengan
menggunakan komunikasi informal ini adalah tepat.
c. Grapevine membawa banyak informasi. Apakah pimpinan menyukai
grapevine atau tidak, kenyataannya grapevine tetap hidup dalam semua
organisasi. Oleh karena itu pimpinan yang bijaksana hendaklah
membiarkannya tetap ada.
d. Grapevine tersebar menurut rantaian kelompok. Misalnya bila seorang
anggota kelompok mendapat berita tentang pribadi manajer, berita
tersebut cepat disampaikannya kepada anggota kelompoknya. Anggota
kelompok ini menyampaikan kepada anggota kelompok lain, begitu
seterusnya.
113Abdullah Masnuh, op. cit., h. 19.
120 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
e. Grapevine umumnya berfungsi melalui interaksi cerita dari mulut ke
mulut.
f. Grapevine umumnya bebas dari pengendalian organisasi atau posisi.
Maksudnya berita itu tidak dapat dikendalikan oleh organisasi atau
posisi.
g. Informasi dari komunikasi informal ini kurang lengkap dan menjadikan
orang mungkin salah interpretasi tentang sebuah berita.114
Grapevine dapat menimbulkan akibat positif maupun negatif bagi
organisasi. Grapevine dapat menyebarkan berita yang membingungkan dan
informasi-informasi yang berbahaya, tetapi grapevine juga berfungsi sebagai
suatu pendukung yang penting bagi sistem komunikasi formal. Disamping
itu, grapevine sangat penting untuk mengembangkan dan memelihara
hubungan sosial dalam organisasi. Oleh karena itu, pimpinan harus
mengakui eksistensi grapevine di dalam organisasi dan dapat
memanfaatkannya untuk mencapai tujuan organisasi.
E. Metode Pengembangan Organisasi
Istilah pengembangan organisasi sering disebut juga organization
development, disingkat OD. Menurut Admosudirdjo, pengembangan
organisasi mempunyai dua arti, yaitu pengembangan organisasi sebagai
fungsi administrator atau fungsi adminstrasi, dan pengembangan organisasi
sebagai fungsi spesialis atau sebagai suatu teknik manajemen. Pengembangan
organisasi sebagai fungsi admintrasi adalah kegiatan yang merupakan fungsi
dan kewajiban daripada administrasi untuk selalu mengembangkan dan
menyesuaikan organisasi kepada perkembangan tugas pokok, kepada
perkembangan lingkungan, kepada kemajuan teknologi yang dipergunakan,
kepada kemajuan personil serta produktivitas. Pengembangan organisasi
sebagai fungsi spesialis merupakan suatu strategi pendidikan yang kompleks
yang bertujuan mengubah kepercayaan, sikap mental, nilai, dan struktur
114Arni Muhammad, op. cit., h. 125.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 121
daripada organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi,
lingkungan dan tantangan-tantangannya.115
Dari pengertian yang pertama dapat diketahui bahwa
pengembangan organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
lingkungan, faktor teknologi, faktor kemajuan personil dan produktivitas.
Dari pengertian yang kedua dapat diketahui bahwa sasaran pengembangan
organisasi antara lain adalah kepercayaan-kepercayaan, sikap mental, nilai-
nilai, dan struktur organisasi.
Definisi lain menyatakan bahwa pengembangan organisasi
merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian
dengan mengintegrasikan keinginan individu akan pertumbuhan dan
perkembangan dengan tujuan keorganisasian. Secara khusus proses ini
merupakan usaha untuk mengadakan perubahan secara berencana yang
meliputi suatu sistem total sepanjang periode tertentu, dan usaha
mengadakan perubahan itu berkaitan dengan misi organisasi.116
Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa
pengembangan organisasi mempunyai berbagai ciri sebagai berikut:
1. Bahwa pengembangan organisasi merupakan suatu usaha yang
dilakukan secara berencana. Hal ini berarti pengembangan organisasi
meliputi penetapan tujuan, perencanaan, pengendalian dan
pengambilan tindakan.
2. Pengembangan organisasi mencerminkan suatu proses yang
berlangsung secara terus-menerus setiap kali timbul perkembangan
keadaan yang membutuhkan
3. Pengembangan organisasi berorientasi kepada masalah atau persoalan
organisasi yang harus dipecahkan. Dengan kata lain pengembangan
115Ig. Wursanto, op. cit., h. 318. 116Gibson, Ivancevich, dan Donnely, Organisasi dan Manajemen (Jakarta:
Erlangga, 1985), h. 583.
122 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
organisasi merupakan usaha pemecahan masalah yang timbul dalam
organisasi.
4. Pengembangan organisasi merupakan kegiatan yang menerapkan asar-
asas dan praktek perilaku
5. Pengembangan organisasi merupakan usaha kearah penyempurnaan
organisasi.
6. Pengembangan organisasi merupakan tanggapan terhadap berbagai
perubahan yang terjadi di luar organisasi.
7. Pengembangan organisasi merupakan usaha untuk menyesuaikan
dengan hal-hal yang baru.
8. Pengembangan organisasi merupakan usaha penyempurnaan yang
dilakukan oleh pimpinan organisasi, atau melalui bantuan para ahli atau
spesialis, atau ahli pengembangan organisasi.
9. Pengembangan organisasi merupakan fungsi administrasi atau fungsi
administrator, atau manajer yang mempunyai kedudukan tinggi.
10. Pengembangan organisasi merupakan teknik manajemen yang
dipergunakan untuk menghadapi masalah atau persoalan tertentu.
11. Pengembangan organisasi merupakan bagian integral daripada fungsi
organizing, yang merupakan salah satu fungsi organik administrasi dan
manajemen.
12. Pengembangan organisasi, disamping berorientasi persoalan, juga
berorientasi kemajuan. Hal ini berarti tekanan yang diutamakan oleh
pengembangan organisasi adalah kemajuan.
Dalam kegiatan pengembangan organisasi terdapat berbagai macam
metode yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi metode
pengembangan perilaku dan metode pengembangan keterampilan. Pertama,
metode pengembangan perilaku merupakan metode yang berusaha
menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan
individu. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan beberapa cara,
yaitu:
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 123
1. Latihan kepekaan, teknik ini merupakan teknik pengembangan
organisasi yang pertama dan cukup luas penggunaannya. Latihan ini
dapat dipakai dengan menekankan aspek-aspek pengembangan pribadi,
atau cara-cara untuk menjadi anggota kelompok yang efektif, atau
menekankan keduanya. Dalam metode ini yang dimaksud dengan
kepekaan adalah kepekaan terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan
diri sendiri dengan orang lain. Metode ini berlandaskan pada anggapan
bahwa kesulitan untuk berprestasi disebabkan oleh adanya persoalan
emosional dari kelompok orang-orang yang harus mencapai tujuan.
Metode ini beranggapan bahwa apabila persoalan emosional ini dapat
diatasi maka dengan sendirinya kesulitan untuk berprestasi dapat
dihilangkan. Oleh karena itu tujuan dari latihan kepekaan adalah
mempertajam daya peka, perasaan (emosi), dan kecepatan reaksi dalam
menghadapi berbagai persoalan. Dalam latihan ini anggota kelompok
diberi motivasi untuk belajar mengenai diri mereka sendiri dalam
menghadapi orang lain, kebutuhan dan sikap mereka sendiri. Sikap ini
dapat terungkap melalui dua jalur, yaitu melalui mereka sendiri terhadap
orang lain, dan melalui perilaku orang lain terhadap mereka sendiri.
2. Kisi manajerial atau disebut juga latihan jaringan, adalah suatu metode
pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan manajerial. Dalam
metode ini dikenal dua dimensi perilaku pimpinan, yaitu perilaku
pimpinan yang memusatkan perhatian pada produksi, dan perilaku
pimpinan yang memusatkan perhatian pada orang lain.
3. Survai umpan balik adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan
data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang
berhubungan dengan tingkah laku, sikap, serta berbagai perasaan lain
yang ada pada diri setiap anggota organisasi. Data-data yang telah
dikumpulkan kemudian disusun dan dikembalikan kepada para anggota
organisasi yang telah disurvai untuk didiskusikan. Dari hasil diskusi
124 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
akan diperoleh umpan balik dari para anggota organisasi yang telah
disurvai, apakah perlu diadakan perubahan atau tidak.
4. Pembentukan tim adalah salah satu metode pengembangan organisasi
dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik
intervensi yang disebut pembentukan tim. Tujuan dari pengembangan
perilaku kelompok adalah untuk melakukan pekerjaan secara efektif
dengan membentuk tim. Tim yang dibentuk ini merupakan kelompok
kerja, dengan maksud agar lebih efektif dalam melaksanakan tugas
pekerjaan, sebagai usaha untuk meningkatkan hasil karya mereka. Tim
ini dapat bersifat sementara, tergantung persoalan yang dihadapi. Oleh
karena itu tim dapat berubah dan disesuaikan dengan masalah yang
akan dipecahkan.
Kedua metode pengembangan keterampilan dan sikap. Metode ini
merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan terus menerus dengan
tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para
anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan adalah
suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, keahlian,
dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Latihan di tempat kerja ialah latihan kerja di tempat kerja yang
sebenarnya. Latihan ini melatih anggota organisasi untuk menjalankan
pekerjaan-pekerjaan dengan lebih efisien. Di dalam latihan ini instruksi-
instruksi diberikan langsung kepada anggota organisasi di tempat
kerjanya, baik yang bersifat kerjasama maupun yang bersifat
perorangan. Dengan latihan ini diharapkan para anggota organisasi
lebih mampu menjalankan dan menguasai pekerjaannya.
2. Latihan instruksi kerja, latihan ini sebenarnya merupakan latihan dalm
industry yang meliputi job instruction training, job methode training, dan job
relation training. Job instruction training adalah latihan mengenai proses
pemberian instruksi-instruksi kerja. Para peserta latihan mula-mula
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 125
diperkenalkan dengan pekerjaan, dan kepada mereka diberikan berbagai
instruksi dan demonstrasi secara bertahap mengenai fungsi pekerjaan.
Untuk mengetahui apakah para peserta latihan telah memahami
pekerjaan yang akan dilakukan, para peserta latihan diminta untuk
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menjalankan pekerjaan.
Demonstrasi berlangsung terus-menerus sampai peserta latihan
dianggap mahir dan memuaskan. Job methode training adalah latihan yang
berhubungan dengan penyederhanaan pekerjaan. Sedangkan job relation
training adalah latihan yang berhubungan dengan factor manusia di
dalam pekerjaannya setiap hari.
3. Latihan diluar tempat pekerjaan adalah latihan yang diadakan di luar
tempat kerja. salah satu keuntungan dari latihan ini adalah adanya
motivasi dari para peserta latihan untuk lebih memahami materi/bahan
pelajaran mengingat mereka tidak dibebani dengan pekerjaan selama
mereka mengikuti latihan.
4. Latihan di tempat kerja tiruan adalah latihan yang diberikan pada
tempat kerja tiruan. Latihan ini umumnya diberikan kepada mereka
yang bekerja pada tempat-tempat kerja yang membawa resiko cukup
besar. Dengan latihan ini diharapkan para pseserta lebih banyak
menguasai tentang teknik-teknik kerja yang baik. 117
F. Kerangka Teoretis
Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika
komunikasi organisasi di STAIN Samarinda. Dalam hal ini komunikasi yang
dilakukan oleh pimpinan STAIN Samarinda kepada bawahannya dan begitu
juga sebaliknya, dimana dalam komunikasi tersebut termuat pesan-pesan
berupa kebijakan-kebijakan yang disampaikan sebagai tujuan organisasi. Dari
kebijakan-kebijakan yang disampaikan tersebut diharapkan ada efek yang
diperoleh dari bawahan yaitu adanya pemahaman, kesenangan,
117Ig. Wursanto, op. cit., h. 319-325.
126 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan, dan tindakan. Dimana kalau
efek tersebut yang didapatkan maka dinamika komunikasi organisasi di
STAIN Samarinda berjalan dengan baik.
Dalam kajian teori dijelaskan bahwa komunikasi organisasi yang
terdiri dari pengertian komunikasi organisasi, teori empat sistem dan
kepemimpinan dalam organisasi, komunikasi interpersonal dan iklim
komunikasi dalam organisasi, pola jaringan dan arus komunikasi organisasi.
Secara umum terdapat arus komunikasi dalam organisasi dapat dibedakan
atas aliran komunikasi formal dan aliran komunikasi informal. Komunikasi
formal terdiri dari dari komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan
komunikasi horizontal. Sedangkan aliran komunikasi informalnya terdapat
desas desus di organisasi.
Berkaitan dengan komunikasi organisasi tidak lepas dari pola
jaringan dalam organisasi, dimana terdapat pola lingkaran, pola roda, pola Y,
pola rantai, dan pola semua saluran. Pola ini adalah bagian dari prosses
komunikasi dimana terdapat hubungan antara orang-orang yang ada dalam
organisasi. Dalam organisasi juga terdapat iklim komunikasi organisasi yang
tercipta dari proses komunikasi yang ada, dengan iklim komunikasi yang
baik maka motivasi kerja juga akan menjadi baik. Untuk mendapatkan iklim
komunikasi yang baik diperlukan adanya komunikasi interpersonal diantara
anggota organisasai, baik atasan kepada bawahan, bawahan kepada atasan,
atau sesama karyawan.
Untuk mendukung komunikasi organisasi terdapat teori empat
sistem yang berbicara tentang pimpinan yang memiliki kepedulian dan
memberi dukungan kepada karyawan, dimana pimpinan berupaya untuk
mengetahui bawahannya dengan mengutamakan pendekatan personal.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah tentan kepemimpinan dalam
organisasi, dimana kepemimpinan disini adalah orang yang mampu
memimpin, membimbing, mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku
orang lain.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 127
Komunikasi juga berimplikasi terhadap pengembangan organisasi,
ada beberapa metode pengembangan yang berhubungan dengan kegiatan
pengembangan organisasi metode pengembangan perilaku yang terdiri dari
latihan jaringan, latihan kepekaan, pembentukan tim, umpan balik survai,
dan metode pengembangan keterampilan yang terdiri dari latihan di tempat
kerja, latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat kerja, latihan di tempat
kerja tiruan.
128 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Lahirnya STAIN Samarinda
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) merupakan peleburan
Fakultas cabang yang menginduk pada IAIN. Peleburan tersebut didasarkan
pada respon logis dari tuntutan pengembangan kelembagaan Pendidikan
Tinggi Islam di Indonesia. Kelahiran STAIN Samarinda telah melalui proses
panjang yang dimulai dari adanya gagasan untuk mendirikan Perguruan
Tinggi Islam di Kalimantan Timur dan dipelopori oleh beberapa tokoh
yang tergabung dalam organisasi Islam. Keinginan mendasar dan mendesak
tersebut diawali oleh suatu kesepakatan mengutus Ny. Hj. Hamdiah Hassan
(Istri Gubernur KDH. Tk. I Kalimantan Timur pada waktu itu) selaku
ketua Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Wanita Islam Kalimantan
Timur untuk menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi dan hasrat umat
Islam dimaksud kepada pihak yang berwenang di Jakarta.
Akhimya pada bulan Oktober 1962, di Cipayung didampingi oleh
seorang mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga asal Kalimantan Timur (Yusran
Jafar), Hj. Hamdiah Hassan berupaya menyalurkan hasrat dan keinginan
mendirikan Perguruan Tinggi Islam dengan pihak Biro Perguruan Tinggi
Agama Departemen Agama Republik Indonesia. Pembicaraan pada waktu
itu cukup mendapat sambutan dan ditindaklanjuti dengan pembicaraan
berikutnya secara khusus antara Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen
Agama Republik Indonesia, Rektor IAIN Sunan Kalijaga dan Utusan
Daerah Kalimantan Timur.
Pertemuan ini menghasilkan beberapa kesepakatan yang dituangkan
dalam bentuk surat dari pihak Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen
Agama Republik Indonesia, tertanggal 14 Nopember 1962 Nomor:
P.1/12526/62. Melalui surat tersebut, langkah dan upaya persiapan
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 129
pendirian STAIN dikoordinir oleh Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan
Wanita Islam Kalimantan Timur. Akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1963,
Gubernur KDH. TK. I Kalimantan Timur meresmikan berdirinya Sekolah
Persiapan Institut Agama Islam Kalimantan Timur (SPIAI) yang
pengelolaannya dipercayakan kepada tim (Presidium) yang terdiri dari 5
orang dan diketuai oleh Syahidin, BA.
Selanjutnya dengan membawa beberapa surat dukungan dari
Sekolah Normal Islam, PGAN 6 tahun, dan Sekolah Muslimat Samarinda
tim melaporkan pendirian SPIAIN kepada Biro Perguruan Tinggi Agama
Departemen Agama Republik Indonesia melalui surat No. 17/Lap/1963
tertanggal 19 Agustus 1963 dan mendapat sambutan positif dari pihak
Departemen Agama Republik Indonesia.
Setelah mendapatkan hasil dari Jakarta, segera diadakan rapat pada
tanggal 19 Oktober 1963 yang dipimpin oleh H. Ahmad Yusuf, dengan
kesimpulan antara lain menyangkut pembentukan panitia penegerian SPIAI
Kalimantan Timur dan persiapan pendirian Fakultas Tarbiyah IAI
Kalimantan Timur. Akhirnya pada tanggal 17 September 1964 diresmikan
penegerian SPIAIN Kalimantan Timur oleh Dr. H.A. Mukti Ali, MA atas
nama Menteri Agama Republik Indonesia, yang pengelolaannya
dipercayakan kepada IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Untuk selanjutnya
induk pengelolaan SPIAIN dipindahkan ke IAIN Antasari dan terakhir ke
IAIN Sunan Ampel. (sekitar bulan Juli 1967). Pada tahun 1976 secara resmi
SPIAIN Sunan Ampel Samarinda dilebur menjadi Madrasah Aliyah Negeri
(MAN I sekarang).
Bersamaan dengan usaha penegerian SPIAI, timbul gagasan untuk
mendirikan Fakultas Islam swasta yang secara resmi dibuka sesuai Surat
Keputusan Panitia Pembukaan Fakultas Tarbiyah IAI Kaltim, Nomor:
25/PN/1964 tanggal 17 September 1964. Pimpinan Fakultas waktu itu
dipercayakan kepada Letkol Ngadio.
130 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Kuliah perdana dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 1964. Setelah
berjalan selama 1 tahun, panitia menyampaikan laporan tentang
perkembangan dan persiapan penegerian Fakultas Tarbiyah IAI Kalimantan
Timur kepada Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen Agama Republik
Indonesia. Setelah melalui perjuangan akhirnya terbit Nota Persetujuan dari
pihak Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen Agama Republik
Indonesia, yang menyatakan bahwa pada prinsipnya Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Departemen Agama Republik Indonesia menyetujui
penegerian Fakultas Tarbiyah IAI.
Di samping mendapat persetujuan dari pihak Direktorat, panitia
juga memperoleh persetujuan dari Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang dituangkan dalam surat Nomor: 435/BR/A/65 tertanggal 27 Oktober
1965 dengan saran antara lain agar panitia membina kerja sama dengan
Pemerintah Daerah Tk. I dan segera membentuk Yayasan Badan Wakaf
untuk menanggulangi keperluan finansial selanjutnya.
Memperhatikan surat Rektor IAIN Sunan Kalijaga tersebut di atas,
maka dibentuklah Yayasan Badan Wakaf Fakultas Tarbiyah pada bulan
Nopember 1965 dengan menempatkan A. Muis Hasan (Gubernur
Kalimantan Timur) sebagai Ketua Umum. Selanjutnya pada tanggal 1 April
1966 Yayasan Badan Wakaf mengadakan penyempurnaan kepengurusan,
meskipun tetap mempertahankan A. Muis Hasan sebagai Ketua Umum.
Setelah berjalan beberapa bulan ternyata Hamri Has, BA mendapat
panggilan tugas belajar ke IAIN Sunan Ampel di Malang. Oleh panitia
penegerian diangkatlah H.A. Sani Karim sebagai Pimpinan Fakultas yang
baru sesuai dengan SK No. 024/PP/Kab.a/68 tertanggal 1 Januari 1968.
Sementara itu di dalam tubuh yayasan pun terjadi perubahan yang
merupakan hasil keputusan rapat pengurus pada tanggal 16 Juni 1968. Untuk
periode ini Ketua Umum Yayasan dipercayakan kepada H.A.P. Aflous dan
Syahidin, BA sebagai Sekretaris Umum. Keinginan untuk menegerikan
Fakultas Tarbiyah IAI Kaltim terus memotivasi panitia untuk melakukan
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 131
berbagai pendekatan, dan akhirnya melalui SK. Rektor IAIN Sunan Ampel
tanggal 8 Juli 1968 dengan Nomor: 1301/k/24 B/D/RcISA/1968 diperoleh
informasi bahwa Menteri Agama telah merestui keinginan panitia.
Akhirnya pada bulan Nopember 1968 secara resmi Fakultas
Tarbiyah IAl Kalimantan Timur dijadikan Fakultas Tarbiyah IAIN di bawah
asuhan IAIN Sunan Ampel Surabaya, dengan SK Menteri Agama RI No.
167/1968. Pimpinan Fakultas waktu itu dipercayakan pada Drs. Tengku
Rasyid Hamzah sebagai Pj. Dekan.
Periode kepemimpinan sejak 1968 - 1999 terjadi beberapa kali
perubahan dan pergantian kepengurusan Yayasan Badan Wakaf maupun
pimpinan Fakultas. Yayasan Badan Wakaf dibawah pimpinan H.A. P. Afloes
dapat bekerja hingga tahun 1975, demikian juga dengan kepemimpinan
Fakultas di bawah pimpinan Drs. Tengku Rasyid Hamzah.
Kemudian kepengurusan Yayasan Badan Wakaf untuk periode
1976-1982 dipercayakan kepada H.M. Kadri Oening sebagai Ketua Umum
dibantu beberapa Ketua, Sekretaris dan jajaran pengurus lainnya. Dan pada
periode berikutnya (1983 - sekarang) kepengurusan Yayasan dipercayakan
kepada H. Saleh Nafsi, SH untuk memimpinnya.
Di dalam tubuh fakultas terdapat perubahan struktur kepemimpinan
yang mendasar. Selama tiga periode berturut-turut sejak 1975 – 1983
jabatan Dekan dipercayakan pada Drs. H.M. Yusuf Rasyid, kemudian
periode 1983-1988 dijabat oleh Drs. H. Sabran Djailani. Sedangkan selama
dua periode berikutnya (1988-1997) jabatan Dekan dipegang oleh Drs. H.
Nukthah Arfawie Kurde. Selanjutnya, Drs. H.M. Yusuf Rasyid menjabat
lagi sebagai Dekan, walaupun hanya beberapa bulan lamanya.
Pada periode ini terjadi alih status dari Fakultas Tarbiyah IAIN
Antasari Samarinda menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Samarinda, tepatnya tanggal 16 Juni 1997 sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Presiden RI. Nomor 11 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri
Agama RI. Nomor 312 Tahun 1997. Perubahan status ini telah
132 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
menempatkan dosen, karyawan dan mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN
Antasari Samarinda sebagai dosen, karyawan dan mahasiswa STAIN
Samarinda (kecuali mahasiswa passing out angkatan tahun 1995/1996 ke
bawah). Alih status tersebut pada prinsipnya merupakan respons logis dan
tuntutan pengembangan kelembagaan pendidikan tinggi Islam di
Kalimantan Timur.
Perubahan status dari fakultas cabang menjadi STAIN memberikan
peluang strategis bagi STAIN Samarinda untuk mengembangkan
kebijakan-kebijakan dan aktivitas pendidikan tinggi yang dapat menjawab
kebutuhan-kebutuhan daerah pada khususnya dan nasional pada umumnya.
Hal ini dilakukan mengingat selama berstatus sebagai fakultas daerah atau
cabang, lembaga tersebut cenderung terbatasi ruang geraknya dalam
mengantisipasi berbagai tuntutan yang berkembang. Dalam banyak segi,
kelembagaan fakultas cabang terkesan tidak memiliki otonomi yang penuh
untuk meningkatkan mutu akademik, karena sebagian besar pengambilan
kebijakan sangat ditentukan oleh IAIN Induk. Dengan alih status ini STAIN
memiliki otonomi penuh baik dalam hal pengelolaan ketenagaan, keuangan,
sarana dan prasarana serta dalam pengembangan akademiknya.
Pada periode alih status ini pimpinan STAIN dipercayakan kepada
Drs. H. Nukthah Arfawie Kurde, SH. M.Hum yang sempat menjabat selama
dua tahun, kemudian jabatan Ketua dipercayakan kepada Prof. Dr. Hj. Siti
Muri’ah (1999-2004), Prof. Dr. Fahmi Arif (2004-2006), Prof. Dr. Abdul
Hadi, MA (2006-2009), dan saat ini STAIN Samarinda dipimpin oleh Dr. H.
Hadi Mutamam, M. Ag (2009-2012) yang didampingi oleh Dra. Hj.
Noorthaibah, M.Ag sebagai Pembantu Ketua I, sedangkan Dr. Zurqoni,
M.Ag, sebagai Pembantu Ketua II dan Dr. H.M. Ilyasin, M.Pd. Sebagai
Pembantu Ketua III.118
118“Profil STAIN Samarinda,” Situs Resmi STAIN Samarinda. http://stain-
samarinda.ac.id., (3 April 2012).
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 133
B. Visi, Misi, dan Tujuan STAIN Samarinda
1. Tujuan
a. Menyiapkan generasi muslim yang bertaqwa, berpengetahuan luas,
bermoral dan trampil serta memiliki nilai kompetitif.
b. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan atau profesi serta mampu
menerapkan dan mengembangkannya atau menciptakan ilmu
pengetahuan agama Islam, IPTEK dan seni yang bernafaskan
Islam.
c. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama
Islam, IPTEK dan seni yang bernafaskan, serta mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
dan memperkaya kebudayaan nasional.
d. Menyiapkan calon-calon masyarakat sipil yang mandiri, peka dan
peduli lingkungan.
2. Visi dan Misi STAIN Samarinda
a. Visi
“Menjadi Perguruan Tinggi Islam unggul dan terdepan dalam
pengembangan peradaban Islam melalui pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat di Kalimantan pada 2025.”
b. Misi
1) Mengembangkan ilmu pengetahuan, seni dan budaya keislaman
yang relevan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarkat.
2) Membangun tradisi akademik yang kuat dan mengakar.
3) Mencetak lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan, skill
dan sikap bermasyarakat yang professional.
4) Mendidik mahasiswa berfikir, bersikap kritis dan kreatif.
5) Mendidik mahasiswa memiliki kemantapan aqidah dan keagungan
moral.
134 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
6) Mendidik mahasiswa untuk mampu mengaktualisasikan nilai-nilai
keislaman dalam kehidupan praktis bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
C. Profil Lembaga STAIN Samarinda
1. Profil Civitas Akademika dan Pegawai Administrasi
Profil civitas akademika dan pegawai administrasi STAIN
Samarinda adalah pelaku dan kapabilitas civitas akademika dan karyawan
dalam melakukan perannya masing-masing yang didasari oleh kesadaran
yang tinggi atas pentingnya peran yang disandang dalam meraih cita-cita
bersama. Kesadaran ini dibangun atas dasar pemahaman dan komitmen
yang kuat akan visi dan misi yang dikembangkan, yang tercermin dalam
pemikiran, sikap dan tindakan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Oleh
karena itulah maka kinerja civitas akademika dan pegawai administrasi
merupakan cerminan dari profil civitas akademika dan pegawai administrasi
STAIN samarinda.
2. Profil Mahasiswa
a. Memiliki performance sebagai calon pemimpin umat yang ditandai
dengan : kesederhanaan, kerapian dan penuh percaya diri.
b. Disiplin dan memiliki dedikasi tinggi.
c. Haus dan cinta ilmu pengetahuan.
d. Memiliki keberanian.
e. Kreatif, inivatif dan berpandangan jauh ke depan.
f. Peka terhadap permasalahan di lingkungannya.
g. Mandiri dan dewasa dalam menyelesaikan segala permasalahan.
h. Mampu berkomunikasi dengan dunia luar, nasional maupun
internasional.
i. Mencerminkan pribadi seorang yang memiliki kemantapan aqidah dan
kedalaman spiritual, keanggunan moral dan kedalaman ilmu.
j. Mau belajar dan menekuni profesi yang bermanfaat dalam kehidupan
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 135
3. Profil Lulusan Yang Diharapkan
a. Memiliki kemantapan aqidah.
b. Berakhlaq mulia.
c. Intelektual dan professional
d. Mandiri
e. Siap berkompetisi dengan lulusan perguruan tinggi lain.
f. Mampu memimpin dan menggerakkan umat.
g. Bertanggung jawab dalam mengembangkan syari’at Islam.
h. Berjiwa besar, peduli dan gemar berkoran untuk kemajuan bangsa,
negara dan agama.
i. Mampu menjadi teladan bagi masyarakat di lingkungannya.
4. Profil Dosen
a. Memiliki performance sebagai calon pemimpin ummat yang ditandai
dengan; kesederhanaan, kerapian dan penuh percaya diri.
b. Disiplin dan memiliki dedikasi tinggi.
c. Haus dan cinta Ilmu Pengetahuan.
d. Memiliki keberanian.
e. Kreatif, inovatif dan berpandangan jauh ke depan.
f. Peka terhadap permasalahan di lingkungannya.
g. Mandiri dan dewasa dalam menyelesaikan segala permasalahan.
h. Mampu berkomunikasi dengan dunia luar, nasional maupun
internasional.
i. Mencerminkan pribadi seorang yang memiliki kemantapan aqidah dan
kedalaman spiritual, keagungan moral dan kedalamam ilmu.
j. Mau belajar dan menekuni profesi yang bermanfaat dalam kehidupan
5. Profil Pegawai Administrasi
a. Memiliki performance sebagai seorang mukmin dan muslim yang baik
di mana saja berada.
b. Berakhlak mulia
c. Memiliki dedikasi dan disiplin yang tinggi.
136 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
d. Professional dan berorientasi pada kualitas dalam melaksanakan
tugas.
e. Cermat dan efektif dalam pengambilan keputusan dan dalam
pelaksanaan tugas.
f. Selalu mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan
pribadi.
g. Mengembangkan sikap kompetitif yang sehat
6. Profil Jurusan dan Program Studi
a. Jurusan Tarbiyah
1). Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
a) Tujuan
i. Menghasilkan sarjana yang memiliki kemampuan akademik
dan keahlian profesional dalam bidang pendidikan dan
pengajaran Islam.
ii. Menghasilkan sarjana yang kreatif dan mampu
mengembangkan pendidikan dan pengajaran.
b) Kualifikasi Lulusan
i. Memiliki wawasan keislaman dengan baik.
ii. Mampu melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran
Islam secara profesional.
iii. Mampu memecahkan persoalan-persoalan pendidikan dan
pengajaran.
iv. Memiliki sikap aktif dan proaktif dalam melakukan
pembaharuan pendidikan dan pengajaran Islam.
2) Program Studi Kependidikan Islam (KI)
a) Tujuan
i. Menghasilkan sarjana yang memiliki kemampuan akademik
dan keahlian dalam bidang kependidikan Islam.
ii. Menghasilkan sarjana yang profesional, berfikir sistematis
dan kritis.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 137
iii. Mampu memecahkan masalah-masalah kependidikan Islam
b) Kualifikasi Lulusan
i. Memiliki wawasan keislaman dengan baik.
ii. Mampu melaksanakan tugas administrasi sekolah dan
administrasi kependidikan secara profesional.
iii. Mampu menrapkan, mengembangkan dan menemukan
teori kependidikan Islam.
3) Program Studi Bahasa Arab
a) Visi
“Menjadi program studi yang unggul dan terdepan dalam
pengkajian dan pengembangan Pendidikan Bahasa Arab
melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian di Kalimantan
pada tahun 2025”
b) Misi
i. Menyelenggarakan program pendidikan yang unggul dalam
ranah ilmu Pendidikan Bahasa Arab yang dapat
mengembangkan ketrampilan dan profesi di bidang
Pendidikan Bahasa Arab.
ii. Menyelenggarakan penelitian dan pengkajian keilmuan
Tarbiyah khususnya bidang Pendidikan Bahasa Arab yang
tengah berkembang di masyarakat.
iii. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat
berdasarkan hasil pembelajaran dan penelitian khususnya
dalam ranah Pendidikan Bahasa Arab, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup berbangsa dan bernegara.
4) Program Studi Bahasa Inggris
a) Visi
“Menjadi program studi yang unggul dan terdepan dalam
pengkajian dan pengembangan Pendidikan Bahasa Inggris
138 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian di Kalimantan
pada tahun 2025”.
b) Misi
i. Menyelenggarakan program pendidikan yang unggul dalam
ranah ilmu Pendidikan Bahasa Inggris yang dapat
mengembangkan keterampilan dan profesi di bidang
Pendidikan Bahasa Inggris.
ii. Menyelenggarakan penelitian dan pengkajian keilmuan
Tarbiyah khususnya bidang Pendidikan Bahasa Inggris yang
tengah berkembang di masyarakat.
iii. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat
berdasarkan hasil pembelajaran dan penelitian khususnya
dalam ranah Pendidikan Bahasa Inggris, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup berbangsa dan bernegara.
b. Jurusan Syariah
1) Program Studi Ahwal syakhshiyyah
a) Visi Program Studi Ahwal Syakhshiyyah
Terbentuknya pengetahuan mahasiswa yang
komprehensif antara teori dan praktek dalam bidang hukum
kekeluargaan Islami.
b) Misi Program Studi Ahwal Syakhshiyyah
i. Menghantarkan mahasiswa pada pengetahuan yang integral,
antara konsep dan kenyataan di lapangan, masyarakat dan
instansi.
ii. Melatih mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan
yang berkembang di masyarakat.
iii. Menyiapkan mahasiswa yang memiliki kemampuan
akademik dan atau profesional yang mampu menerapkan,
menyebarkan dan mengembangkan serta menciptakan ilmu
pengetahuan dalam bidang Hukum Kekeluargaan Islami.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 139
c) Tujuan Program Studi Ahwal Syakhshiyyah
Melahirkan sarjana yang memiliki kemampuan akademik dan
atau profesional yang mampu menerapkan, menyebarkan dan
mengembangkan serta menciptakan ilmu pengetahuan dalam
bidang Hukum Kekeluargaan Islami.
2) Program Studi Muamalah
a) Visi Program Studi Muamalah
i. Menjadikan program studi Mu’amalah sebagai dinamisator
keilmuan ekonomi Islam yang terus mengacu pada
pencapaian IPTEK dan IMTAQ secara integratif.
ii. Menjadi pusat kajian ekonomi umat yang ditopang oleh
bangunan keagamaan yang kokoh sebagai wujud social and
community development.
b) Misi Program Studi Muamalah
i. Membangun academic culture yang berorientasi pada
pengembangan sistem perbankan syari’ah yang
mengedepankan nilai-nilai keislaman;
ii. Mencetak peserta didik yang profesional dan berwawasan
ekonomi Islam yang mandiri, berakhlak dan memiliki
akidah serta uswatun hasanah yang mantap dalam
merespon era globalisasi;
iii. Mengembangkan sistem kelembagaan ekonomi yang
berwawasan Islam dengan tetap bertumpu pada nilai-nilia
budaya luhur bangsa Indonesia.
c) Tujuan Program Studi Muamalah
Membangun suatu sistem pendidikan ekonomi umat yang
berimbang antara IPTEK dan IMTAQ. Sedangkan secara
khusus program studi ini dikembangkan bertujuan elahirkan
sarjana yang memiliki kemampuan akademik dan profesional
dalam bidang ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai keislaman.
140 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
c. Jurusan Dakwah
1) Program Studi Manajemen Dakwah
a) Tujuan
i. Menghasilkan sarjana yang memiliki kemampuan akademik
dan profesi di bidang manajemen dakwah.
ii. Menghasilkan tenaga trampil di bidang penyelenggaraan
dan pengelolaan dakwah
b) Kualifikasi Lulusan
i. Memiliki wawasan keislaman dengan baik.
ii. Menguasai sistem pengelolaan dan penyelenggaraan dakwah
dengan baik.
iii. Mampu mengelola penyelenggaraan dakwah secara
profesional.
iv. Memiliki kecakapan dan kemampuan administrasi, dan
manajemen dakwah pada lembaga-lembaga keislaman.
2) Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
a) Tujuan
i. Menghasilkan sarjana yang memiliki kemampuan akademik
dan profesi di bidang komunikasi dan penyiaran Islam.
ii. Menghasilkan tenaga trampil di bidang komunikasi dan
penyiaran Islam
b) Kualifikasi Lulusan
i. Memiliki wawasan keislaman dengan baik.
ii. Menguasai sistem komunikasi dan penyiaran Islam dengan
baik.
iii. Memiliki kemampuan dan kecakapan mengkomunikasikan
serta menyiarkan Islam.
iv. Memiliki keahlian memberdayakan teknologi komunikasi
guna kepentingan penyiaran Islam.
7. Sumber Daya Manusia
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 141
Sejak resmi terpisah dari IAIN Antasari Banjarmasin tahun 1997,
STAIN Samarinda telah memiliki sedikitnya 131 anggota, yang terdiri dari 91
Dosen, 7 Pustakawan dan 33 tenaga Administrasi. Jumlah tersebut
merupakan jumlah yang cukup ideal untuk sebuah organisasi, sudah
termasuk di dalamnya pemimpinnya, yakni; Ketua, Pembantu Ketua, Ketua-
Ketua Jurusan, Kepala bagian, Kepala sub bagian, Kepala unit, yang
kesemuanya tentu memiliki staf pada unitnya masing-masing. Dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi pada STAIN.
Sebagai lembaga pendidikan, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Samarinda memiliki sumberdaya manusia yang dikelompokkan
menjadi dua yaitu dosen dan pegawai administrasi. Saat ini dosen yang
bertugas di STAIN Samarinda berjumlah 91 orang. Latar belakang
pendidikan para dosen adalah Strata 2 (S 2) dan Strata 3 (S3). Sedangkan
tenaga adminstrasi berjumlah 33 orang dengan latar pendidikan yang
beragam yaitu SMU sampai Strata 2 (S 2) dan pustakawan sebanyak 7
orang.119
Para karyawan ini ditempatkan di unit-unit seperti di Subbag
Umum, Subbag Kepegawaian, Subbag Adminstrasi dan Kemahasiswaan,
Jurusan Tarbiyah, Jurusan Syariah, Jurusan Dakwah, Unit Peningkatan Mutu
Akademik, Unit Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, dan Unit
Pelayanan Bahasa. Penempatan tenaga adminstrasi pada unit-unit ini
disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh masing-
masing karyawan.
D. Pola Komunikasi Organisasi di STAIN Samarinda
Setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing
bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu
bagian yang lainnya. Tanpa koordinasi maka sulit bagi organisasi untuk bisa
memfungsikan koordinasi dengan baik. Organisasi yang bergerak dibidang
119Data diambil dari dokumentasi subbag kepegawaian dan keuangan
STAIN Samarinda, pada tanggal 30 Maret 2012
142 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
pendidikan seperti STAIN Samarinda ini tentu memerlukan koordinasi yang
baik antara pimpinan, dosen, dan bagian adminstrasi untuk memperlancar
proses kegiatan belajar mengajar. Karena dalam organisasi memerlukan
koordinasi maka diperlukan komunikasi yang baik antara pimpinan dan
anggota organisasi.
Komunikasi memungkinkan orang untuk mengkoordinir kegiatan
dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama, komunikasi tidak hanya
menyampaikan informasi saja, tetapi anggota organisasi dapat membentuk
makna dan mengembangkan harapan mengenai apa yang sedang terjadi
disekitar anggota organisasi melalui pertukaran simbol. Komunikasi
merupakan unsur pengikat berbagai bagian yang saling bergantung dari
sistem yang ada.
Di STAIN Samarinda terdapat beberapa bentuk komunikasi yang
dipakai dalam menyampaikan informasi, perintah, dan kebijakan yaitu
komunikasi vertikal, horosontal, dan diagonal. Disamping bentuk
komunikasi tersebut ada juga komunikasi lisan dan tertulis, komunikasi
verbal dan non verbal. Komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan
yang akan disampaikan. Biasanya komunikasi antarpribadi disampaikan
secara lisan maupun tertulis. Sebagian besar proses komunikasi dalam
organisasi di STAIN terjadi dalam bentuk ini, banyak anggota organisasi
yang menyukai komunikasi lisan karena keakraban yang ditimbulkannya.
Komunikasi lisan dan tertulis juga dapat menimbulkan kecermatan dan
ketepatan.
Dalam menyampaikan instruksi pimpinan lebih banyak mengunakan
surat resmi seperti penyampaian aturan jam masuk kerja dan jam pulang
kerja, penyampaian izin atau cuti untuk lebaran. Disamping menyampaikan
dalam bentuk surat resmi yang diberikan kepada dosen dan karyawan satu
per satu, juga biasanya ditempelkan dalam bentuk pengumuman, dimana
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 143
letak pengumuman ini berada di dekat tempat absen yang diharapkan semua
anggota organisasi dapat melihat dan membaca pengumuman tersebut.120
Sedangkan dalam penyampaian kebijakan, penyampaian
implementasi kebijakan, penyampaian evaluasi dan control kebijakan
pimpinan mengadakan rapat dengan kepala-kepala unit untuk membahas
kebijakan yang akan diambil oleh pimpinan, misalnya kebijakan tentang
pemberian beasiswa pada mahasiswa di Jurusan Dakwah dan Jurusan
Syariah yang dianggap jurusan sepi peminat.
Komunikasi verbal dan non verbal juga tidak kalah pentingnya
dalam pemberian makna. Jika dua orang berinteraksi, maka informasi
mengenai perasaan dan gagasan-gagasan atau ide-ide yang timbul akan
dikemukakan. Informasi mengenai perasaan seseorang dikemukakan secara
lisan maupun apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Arti dari
kata atau kalimat diperjelas melalui tinggi rendahnya nada suara, perubahan
nada suara, dan kapan komunikator berbicara. Perasaan seseorang juga
dapat dinyatakan melalui berbagai isyarat-isyarat non verbal dalam
percakapan tatap muka langsung, perasaan atau suasana hati dapat dilihat
melalui ekspresi wajah, kontak pandangan mata, dll.
Ekspresi, gerakan isyarat, gerakan dan posisi badan berarti
menyatakan sikap dan perasaan seseorang. Jika ada seorang karyawan
berusaha menghindari bertatapan mata dengan rekan sekerjanya dan
memperlihatkan seolah-olah dia sedang sibuk menyusun arsip-arsip kantor,
maka ini dapat diartikan bahwa dia tidak mau diganggu. Komunikasi non
verbal ini dapat juga dilihat dari lamanya tatapan mata seseorang, bagaimana
cara memutuskan pembicaraan dengan lawan bicara, minat yang
diperlihatkan, dan adanya senyuman menunjukkan bahwa seseorang itu
menyukai kita atau tidak.
Dalam penyampaian kebijakan di STAIN Samarinda juga
menggunakan komunikasi vertikal yaitu penyampaian pesan dari atasan
120Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 3 April 2012
144 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
kepada bawahan. Fungsi komunikasi ini adalah untuk memberikan
pengertian mengenai sesuatu. Komunikasi vertikal ini dilakukan dalam
bentuk instruksi (perintah), pengarahan, pemberian informasi tentang
kebijakan-keijakan organisasi, melakukan penilaian, penanaman ideilogi,
pemberian penghargaan, melakukan teguran, dan pemberian intensif dan
tunjangan.
Pertama Instruksi. Intruski merupakan hal yag sering dilakukan
dalam konteks komunikasi dari atasan kepada bawahan. Instruksi dapat
dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Misalnya instruksi yang
dilakukan oleh pembantu ketua bidang akademik terhadap ketua-ketua
Jurusan untuk menyusun jadwal kuliah, instruksi yang dilakukan oleh
pembantu ketua bidang akademik kepada subbag akademik untuk menyusun
jadwal semester. Kedua instruksi tersebut dapat dilakukan dengan lisan.
Sedangkan instruksi yang dilakukan dengan tulisan atau tertulis misalnya
surat tugas yang diberikan kepada dosen untuk mengikuti pelatihan
peningkatan mutu akademik di STAIN Samarinda. Instruksi ini juga bisa
terlihat dalam buku pedoman kerja bagi karyawan baik dosen maupun
adminstrasi.
Kedua pengarahan. Pengarahan juga menjadi bagian dari komunikasi
vertikal ini. Pengarahan ini adalah memberikan penjelasan-penjelasan secara
singkat, biasanya pengarahan ini digunakan oleh pimpinan STAIN
Samarinda kepada panitia kegiatan, misalnya pengarahan kepada panitia
wisuda. Kegiatan yang dilakukan setahun sekali ini perlu pengarahan dari
pimpinan agar acara bisa berjalan dengan lancar. Pengarahan ini dilakukan
dalam bentuk pertemuan atau rapat yang sengaja dilakukan untuk
membicarakan tentang acara tersebut. Pengarahan ini juga dilakukan ketika
menjelang ujian akhir semester, dimana biasanya panitia ujian diberi
pengarahan oleh pembantu ketua bidang akademik tentang pelaksanaan
ujian terutama yang bertugas menjadi pengawas ujian akhir semester.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 145
Ketiga pemberian informasi. Pemberian informasi orientasinya
adalah untuk organisasi. Pemberian informasi tentang kebijakan-kebijakan
yang dilakukan oleh ketua STAIN yaitu pemberian beasiswa kepada
mahasiswa yang kuliah di Jurusan Syariah dan Dakwah. Pemberian beasiswa
pada jurusan-jurusan yang sepi peminat ini diharapkan bisa menarik minat
calon mahasiswa untuk dapat kuliah di jurusan Syariah dan jurusan Dakwah.
Kebijakan ini disampaikan tidak hanya kepada ketua jurusan tetapi juga
disampaikan kepada mahasiswa yang bersangkutan, dan juga disampaikan
pada saat sosialisasi penerimaan mahasiswa baru, sehingga masyarakat akan
mengetahui kebijakan ini
Keempat melakukan penilaian. Melakukan penilaian juga dilakukan
oleh pimpinan terhadap bawahan. Penilaian pimpinan terhadap pelaksanaan
kerja karyawan dapat dilakukan dalam waktu-waktu tertentu. Di STAIN
Samarinda karena anggota organisasinya adalah merupakan pegawai negeri
sipil (PNS) maka setiap awal tahun semua anggota organisasi akan menerima
DP3 yang berisi tentang nilai-nilai sesuai dengan kriteria yang ada.
Kelima pemberian penghargaan. Bentuk dari komunikasi vertikal ini
juga dilakukan dengan pemberian penghargaan kepada anggota organisasi.
Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 STAIN pernah memberikan
laptop kepada dosen yang dianggap berprestasi, tiap tahun ada 5 dosen yang
menerima penghargaan tersebut. Pada tahun 2010 seluruh dosen di STAIN
Samarinda mendapatkan laptop masing-masing satu dosen satu laptop.
Pemberian penghargaan ini diharapkan dapat memberi semangat kerja
dosen dan untuk menunjang proses pengajaran serta untuk melakukan
penelitian sebagai bagaian dari tri dharma perguruan tinggi.
Keenam melakukan teguran. Melakukan teguran biasanya dilakukan
oleh pimpinan organisasi untuk meningkatkan kedisiplinan, seorang
pemimpin harus mampu memberikan teguran-teguran kepada bawahan yang
lalai dalam menjalankan instruksi yang ada. Teguran bisa dilakukan melalui
lisan atau tulisan. Ketua STAIN Samarinda pernah memberikan surat
146 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
teguran kepada karyawan baik dosen maupun pegawai administrasi yang
tidak masuk kerja setelah lebaran, karena waktu itu sudah saatnya masuk
kerja. Teguran juga pernah diberikan kepada dosen yang harusnya sudah
aktif mengajar tetapi belum bisa aktif mengajar lagi.
Ketujuh pemberian insentif dan tunjangan. Pemberian insentif dan
tunjangan biasanya dilakukan oleh pimpinan kepada anggota organisasi.
pada waktu-waktu tertentu pimpinan memberikan tunjangan bagi karyawan.
Insentif dan tunjangan apapun bentuknya walaupun tidak besar jika dinilai
dari sisi materi tetapi akan sangat memberikan arti yang luar biasa bagi
anggota organisasi. Pemberian tunjangan dapat memberikan syarat adanya
perhatian, kepedulian dan kesadaran seorang atasan akan pentingnya peran
bawahan bagi organisasi. Pemberian tunjangan di STAIN dilakukan tiap
tahun menjelang hari raya Idul Fitri, tunjangan ini diberikan kepada semua
dosen dan pegawai adminstrasi di STAIN Samarinda.121
Komunikasi dari bawahan kepada pimpinan juga biasa dilakukan
dalam organisasi. pimpinan organisasi bisa meminta informasi dari bawahan
berkaitan dengan segala hal yang menyangkut masalah organisasinya. Jika
anggota organisasi menyatakan sesuatu kepada pimpinan mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan tugas yang dilakukan, serta menyatakan
persepsi mereka tentang organisasi maka inilah yang disebut komunikasi dari
bawah ke atas. Komunikasi dari bawahan kepada atasan ini dapat
dimanfaatkanm oleh pimpinan untuk memecahkan masalah-masalah yang
terjadi dalam suatu organisasi, sehingga upaya-upaya pimpinan sebagai
pengambil keputusan secara tepat dapat dilakukan dengan baik. Komunikasi
ini dapat berbentuk permohonan bantuan, laporan prestasi kerja, saran-
saran, dan usulan anggaran.
Di STAIN Samarinda komunikasi dari bawahan kepada atasan juga
dilakukan dalam bentuk: Pertama permohonan bantuan. Permohonan
bantuan dilakukan oleh anggota organisasi kepada pimpinan organisasi.
121Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 9 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 147
permohonan bantuan ini bisa berupa permohonan bantuan materi misalnya
pada saat ada anggota organisasi yang sakit, kecelakaan dll. STAIN
Samarinda biasanya memberikan bantuan kepada anggota organisasi yang
mengalami musibah kebakaran rumah, kemudian pernah juga memberikan
bantuan kepada anggota organisasi yang lain yang keluarganya sakit dan
tidak dapat menggunakan askes untuk biaya pengobatannya.
Kedua laporan prestasi kerja. Laporan prestasi kerja disampaikan
oleh anggota organisasi kepada atasannya yang berwenang. Laporan tentang
prestasi kerja dapat dilaksanakan dalam bentuk tulisan maupun lisan. Secara
lisan misalnya laporan yang dilakukan melalui tatap muka langsung, melalui
rapat-rapat yang direncanakan secara formal, dan percakapan informal
melalui telepon dengan pimpinan. Secara tertulis misalnya laporan yang
disampaikan dalam bentuk tulisan secara formal yang disusun rapi. Di
STAIN Samarinda, laporan kerja dilakukan secara formal yaitu dengan
laporan tertulis, misalnya setelah mengadakan kegiatan workshop maka
panitia pelaksana akan memberikan laporan kegiatan secara terperinci dalam
bentuk laporan tertulis.
Ketiga saran-saran. Anggota organisasi atau bawahan juga berhak
memberikan saran untuk dijadikan bahan pertimbangan oleh pimpinan
dalam pengambilan kebijakan, saran-saran ini bisa berbentuk lisan maupun
tulisan. Di STAIN Samarinda biasanya saran-saran diberikan oleh bawahan
pada saat rapat atau pertemuan formal, walaupun tidak tertutup
kemungkinan untuk memberikan saran melalui komunikasi informal.
Keempat usulan anggaran. Usulan anggaran yang dibuat bawahan
pada umumnya adalah anggaran yang diminta guna terlaksanya suatu
pekerjaan yang memerlukan anggaran, hal ini biasanya dilakukan secara
tertulis dalam bentuk proposal kegiatan. Di STAIN Samarinda, biasanya tiap
masing-masing unit diperintahkan untuk membuat perencanaan kegiatan
dan diajukan dalam bentuk proposal. Kegiatan ini bisa berupa pelatihan-
pelatihan baik untuk mahasiswa maupun untuk dosen. Seperti di Jurusan
148 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Dakwah yang mengajukan rencana kegiatan untuk mahasiswa dengan tema
pelatihan potographer bagi mahasiswa Jurusan Dakwah, dan kegiatan ini
telah terlaksana pada tahun 2011.122
Komunikasi horisontal adalah komunikasi yang dilakukan oleh
anggota organisasi yang mempunyai kedudukan yang sama, tujuan dari
komunikasi horisontal ini adalah untuk memberi informasi kepada bagian
yang mempunyai kedudukan yang sama. Komunikasi horisontal dapat
dilakukan baik secara formal maupun informal. Dalam segi operasionalnya
lebih banyak dilakukan secara informal, sebab mereka dalam taraf yang sama
sehingga dapat secara terbuka mengemukakan pendapatnya. Umumnya
komunikasi yang berlangsung adalah bersifat koordinasi.
Di STAIN Samarinda misalnya komunikasi horisontal ini lazim
dilakukan oleh ketua Jurusan Dakwah, Jurusan Tarbiyah, dan Jurusan
Syariah. Komunikasi ini sering dilakukan terutama ketika pembagian jadwal
perkuliahan, hal ini dilakukan agar mata kuliah yag diampuh oleh dosen
dapat sesuai dengan bidang keahlian dosen dan juga dapat merata kepada
seluruh dosen.
Untuk mengetahui pola komunikasi di STAIN Samarinda, dilakukan
observasi dan wawancara terhadap pimpinan dan anggota organisasi.
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari seeorang kepada
orang lain baik dengan menggunakan media tertentu ataupun komunikasi
langsung untuk tujuan tertentu. Pola komunikasi di STAIN Samarinda tidak
hanya menggunakan komunikasi dari atasan kepada bawahan tetapi juga
komunikasi dari bawahan kepada atasan. Pesan yang disampaikan oleh
pimpinan tidak hanya berupa instruksi tetapi ada juga pesan yang bersifat
umum, seperti himbauan untuk mengikuti olah raga bersama setiap hari
Jumat pagi yang disampaikan melalui pengumuman tertulis. Seperti yang
diungkapkan oleh salah seorang dosen berikut ini:
122Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 10 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 149
Di STAIN Samarinda pimpinan tidak hanya menyampaikan
kebijakan tetapi juga menyampaikan instruksi yang bersifat umum, seperti
olah raga dan jumat bersih, meskipun tidak semua dosen dan karyawan
melaksanakan instruksi tersebut tapi kegiatan ini sangat bermanfaat untu
menjalin kebersamaan antar orang-orang yang ada di kampus ini. Dengan
olahraga kita bisa tertawa dan melepaskan ketegangan yang telah terjadi
beberapa hari kemarin.123
Banyak manfaat dari adanya olahraga di hari Jumat ini, dimana
olahraga yang ada tidak hanya senam kesegaran jasmani, tetapi setelah itu
dilanjutkan dengan Takraw dan Bulutangkis. Bagi dosen yang tidak
mempunyai jadwal mengajar dihari Jumat pagi maka bisa mengikuti kegiatan
ini. Kegiatan pada Jumat pagi ini juga bisa dirasakan manfaatnya untuk
menjalin silaturrahmi antara karyawan dan dosen STAIN sehingga terjalin
keakraban didalamnya.124
Dari wawancara tersebut terlihat bahwa pesan yang disampaikan
oleh pimpinan tidak hanya berupa kebijakan yang bersifat khusus tapi juga
instruksi-instruksi yang bersifat umum. Instruksi yang bersifat umum ini
disampaikan melalui pengumuman tertulis. Sedangkan penyampaian
instruksi kepada bawahan dengan menggunakan surat resmi, misalnya
instruksi tentang peraturan jam kerja. Dimana dalam surat tersebut telah
tertulis jam masuk dan jam pulang pegawai. Surat resmi ini diberikan dengan
tujuan agar para pegawai mengerti dan mentaati peraturan yang ada, karena
ini akan berpengaruh kepada isian daftar hadir dari masing-masing pegawai.
Seperti yang diungkapkan oleh dosen dan karyawan berikut ini:
Peraturan tentang jam masuk kantor dan jam pulang kantor
memang harus disampaikan secara jelas karena ini menyangkut disiplin para
123M. Abzar, ketua jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 10 April 2012
124Zamroni, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 10 April 2012
150 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
pegawai, dan sudah cukup begus kalau hal itu disampaikan dalam bentuk
surat resmi karena memang sudah selayaknya dosen dan karyawan tahu
peraturan yang ada sehingga tidak terjadi kesalahpahaman ketika ada yang
daftar hadir cuman sekian.125
Kalau instruksi yang disampaikan lewat surat yang bersifat resmi
begini, dapat menunjukan kewibawaan dan ketegasan pemimpin, dimana
peraturan itu tidak hanya disampaikan dalam rapat saja tetapi juga
disampaikan melalui surat edaran sehingga tidak ada alasan bagi dosen atau
karyawan untuk tidak mentaati peraturan tersebut.126
Sedangkan dalam menyampaikan kebijakan, pimpinan lebih banyak
menyampaikannya lewat rapat dan juga dengan mengadakan lokakarya.
Misalnya rapat untuk membahas tentang penerimaan mahasiswa baru yang
mana diharapkan calon mahasiswa tidak hanya memilih Jurusan Tarbiyah
yang selama ini banyak diminati oleh masyarakat tetapi juga bisa memilih
Jurusan Syariah dan Jurusan Dakwah. Begitu juga tentang kebijakan
pimpinan untuk melakukan input nilai secara online, sehingga pada saat itu
STAIN mengadakan workshop untuk menunjang keahlian dari dosen agar
dapat memasukkan nilai langsung ke website STAIN Samarinda, dengan
harapan mahasiswa bisa secara langsung melihat nilai-nilai dari mata kuliah
yang diprogramkannya.127
Seperti yang diungkapkan oleh beberapa dosen dan karyawan
berikut ini:
Ada kebijakan yang disampaikan oleh pimpinan dengan melalui
rapat, misalnya bagaimana upaya lembaga agar mahasiswa tidak hanya
memilih jurusan Tarbiyah sebagai pilihan utama tetapi juga supaya calon
mahasiswa memilih jurusan Syariah atau jurusan Dakwah, maka dalam rapat
125M. Abzar, ketua jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 10 April 2012
126M. Eka Mahmud , dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 10 April 2012
127Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 16 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 151
tersebut dibahas untuk memberikan beasiswa pada seluruh mahasiswa aktif
yang ada di jurusan Syariah dan jurusan Dakwah yang dianggap sebagai
jurusan sepi peminat, diharapkan dengan adanya pemberian beasiswa ini
maka jumlah peminat yang mendaftar di jurusan Syariah dan jurusan
Dakwah akan meningkat.128
Kebijakan lain yang disampaikan oleh pimpinan adalah input nilai
langsung ke web STAIN Samarinda. Sudah 2 semester ini semua nilai dari
dosen yang tadinya diinput secara manual kini bisa langsung dicek di web
STAIN, sehingga mahasiswa tidak perlu lagi datang ke jurusan untuk
menanyakan nilai-nilai yang telah keluar. Begitu juga tentang mata kuliah
yang harus diprogramkan, mahasiswa bisa melihat dan langsung
memprogramkannya via web tersebut.129
Ketika pimpinan menyampaikan kebijakan ini disertai dengan
pelatihan untuk menginput data, hal ini dilakukan mengingat tidak semua
dosen mengerti dan dapat mengakses internet, dan pelatihan ini juga diikuti
oleh karyawan adminstrasi yang mana tugas input untuk di jurusan Dakwah
dilakukan oleh pegawai adminstrasi, jadi dosen yang menyerahkan nilai ke
jurusan dan pihak jurusan Dakwah yang input datanya ke web STAIN.130
Dalam penyampaian implementasi kebijakan, pimpinan lebih
banyak menggunakan rapat sebagai media untuk menyampaikan pesan
tersebut. Seperti mengadakan rapat untuk membahas tentang solusi agar
calon mahasiswa dapat tertarik dan memilih untuk masuk Jurusan Syariah
dan Jurusan Dakwah yang dianggap sebagai jurusan yang sepi peminat,
kemudian dalam rapat tersebut diputuskan untuk memberikan beasiswa
kepada semua mahasiwa yang memilih dan kuliah di Jurusan Syariah dan
128Materan, ketua Jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 11 April 2012
129Materan, ketua jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 11 April 2012
130Riswan, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 10 April 2012
152 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Jurusan Dakwah dari semester 1 sampai selesai. Dengan kebijakan ini
diharapkan jurusan-jurusan sepi peminat akan menjadi diminati oleh calon
mahasiswa.
Tidak hanya kebijakan dari pimpinan yang disampaikan kepada
bawahan tetapi juga ada penyampaian evaluasi dan kontrol kebijakan, yang
mana dalam hal ini baisanya dilakukan dengan mengadakan rapat antara
pimpinan dan ketua-ketua unit yang ada di STAIN Samarinda. Seperti rapat
yang membahas tentang hasil dari kebijakan tentang pemberian beasiswa
kepada mahasiswa Jurusan Syariah dan Jurusan Dakwah, dimana kebijakan
ini sudah berjalan selama empat tahun dan perlu dievaluasi hasilnya.
Dalam menyampaikan pesan dan kebijakan, pimpinan STAIN
Samarinda menggunakan komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan
bisa dalam bentuk mengadakan rapat dan juga komunikasi lisan secara tidak
langsung seperti penyampaian melalui telepon, dan surat resmi serta
pengumuman tertulis untuk menyampaikan hal tersebut.
Rapat dianggap sebagai media komunikasi lisan yang tepat diantara
pimpinan dan karyawan baik dosen dan pegawai administrasi. Ada beberapa
jenis rapat yang sering dilakukan yaitu rapat instruktif, rapat inkuistif, rapat
informatif, rapat progresif, dan rapat kompromitif. Rapat instruktif
bertujuan untuk memberikan perintah melalui pertemuan. Biasanya berisi
petunjuk pelaksanaan peraturan, kebijakan dan program baru yang harus
dilaksanakan oleh staf. Dalam rapat jenis ini, para anggota yang hadir hanya
mendengarkan apa yang disampaikan oleh pimpinan. Ada kalanya anggota
diberi kesempatan untuk bertanya, tetapi sebatas pelaksanaan perintah atau
kebijakan yang harus dilaksanakan. Bukan berupa usul atau argumentasi
tentang perintah atau kebijakan itu.
Jenis rapat yang lainnya yang juga dilaksanakan di STAIN
Samarinda adalah rapat inkuisitif. Rapat ini bertujuan untuk mendengarkan
pendapat para anggota staf tentang suatu hal. Pada jenis rapat ini, pemimpin
berusaha menggali pendapat dan saran-saran dari anggota tentang suatu
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 153
permasalahan, kemudian dijadikan pertimbangan dalam memecahkan
masalah atau membuat keputusan tertentu. Rapat jenis ini memberikan
kesempatan kepada anggota seluas-luasnya untuk mengemukakan pendapat.
Misalnya rapat ini dilakukan di dalam unit kerja baik unit jurusan, unit
akademik, dll.
Rapat informatif bertujuan untuk memberitahukan sesuatu yang
baru kepada para anggota rapat, sehingga berkembang wawasan staf untuk
meningkatkan mutu kinerjanya. Sesuatu yang baru itu bisa berupa teknologi
baru, sistem baru, perubahan struktur dan mekanisme baru. Dalam
pertemuan atau rapat ini diadakan pembahasan seputar sesuatu yang baru
itu. Rapat yang bersifat informatif ini misalnya informasi tentang serfitifaksi
dosen, atau saat pencairan tunjangan sertifikasi dosen, dimana diwajibkan
untuk dosen agar menyerahkan Beban Kerja Dosen sesuai dengan Surat
Keputusan yang ada.
Rapat progresif bertujuan untuk mencari jalan keluar dalam
mengembangkan organisasi atau lembaga. Pimpinan sudah memiliki konsep
pengembangan tetapi perlu memperoleh masukan dari para bawahannya
dalam mengembangkan usahanya. Keputusan diambil bersama antara
pimpinan dan bawahan. Pengembangan lembaga seperti yang sekarang
dilakukan STAIN Samarinda yang ingin alih status menjadi IAIN, dalam
pengembangan kampus ini dilakukan dengan dukungan dari berbagai pihak
seperti perlunya dukungan dari gubernur Kalimantan Timur, karena itu
pimpinan tidak bisa bekerja sendiri.
Rapat kompromitif bertujuan untuk memadukan pertentangan,
perbedaan sehingga memperoleh titik temu tentang suatu pokok persoalan.
Tugas pimpinan adalah sebagai penengah yang berusaha memadukan
persamaan-persamaan tentang suatu persoalan. Pada pertemuan ini dibahas
kebaikan dan kelemahan suatu hal yang dipertentangkan, diharapkan hasil
akhirnya dapat diterima semua pihak. Hal ini pernah terjadi di STAIN
Samarinda, dimana sejak tahun 2007 dimulai absensi dosen dan karyawan
154 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
dengan menggunakan scan finger saat datang dan saat pulang, terjadi
pertentangan karena banyak yang tidak setuju dengan cara absensi seperti ini
karena kinerja hanya dilihat melalui absen, kemudian disepakati antara
pimpinan dan karyawan serta dosen STAIN bahwa absen dengan scan finger
hanya sekali dalam sehari.
Penyampaian kebijakan, instruksi, dan informasi tidak hanya
dilakukan dengan rapat atau tatap muka, kadang juga dilakukan dengan
komunikasi lisan secara tidak langsung yang merupakan komunikasi tidak
dengan tatap muka, misalnya dengan menggunakan telepon. Hal ini biasa
dilakukan oleh Pembantu Ketua 1 yang menelpon ke Ketua Jurusan untuk
menanyakan tentang penyusunan jadwal dosen yang dilakukan menjelang
awal semester. Ada keuntungan dari komunikasi lisan ini yaitu situasi
keakraban yang ditimbulkannya, pesan lisan lebih mudah dan cepat
dikirimkan, efek yang ditimbulkan dari komunikasi tersebut dapat langsung
terlihat, dan biayanya murah.131
Dalam penyampaian pesan, instruksi dan kebijakan pimpinan
STAIN tidak hanya menggunakan komunikasi lisan tetapi juga
menggunakan komunikasi tertulis, misalnya memberikan surat resmi dari
Pembantu Ketua 1 kepada dosen-dosen tentang dimulainya perkuliahan. Hal
ini perlu dilakukan agar terjadi kesamaaan dimulainya perkuliahan.
Pengumuman tertulis juga dilakukan oleh Pimpinan kepada
karyawan baik pegawai administrasi maupun dosen, pengumuman ini
biasanya berisi tentang pesan yang sifatnya umum dan ditelakkan di tempat
yang setiap hari semua dosen dan pegawai administrasi ke tempat tersebut.
Pengumuman ini misalnya berisi tentang batas akhir penyerahan berkas
kenaikan pangkat, penyerahan berkas beban kerja dosen (BKD), dll.
Sedangkan komunikasi dari bawahan terhadap pimpinan dapat
dilihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh seorang dosen yang menjadi
ketua jurusan sebagai berikut:
131Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 9 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 155
Komunikasi yang terjadi di kampus ini tidak hanya pimpinan yang
selalu memberikan perintah tetapi juga pimpinan sering meminta pendapat
dari ketua-ketua jurusan terutama tentang masalah perkuliahan, ini dapat
dilihat ketika rapat pimpinan mengundang ketua jurusan dan pimpinan unit
lain untuk dimintai masukan tentang masalah yang ada di kampus STAIN
ini.132
Komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan tidak hanya sebatas
perintah saja, tetapi juga pimpinan sering menanyakan tentang ada tidaknya
kendala atau kesulitan yang dihadapi oleh jurusan dalan kaitannya dengan
proses belajar mengajar, tentang pembagian jadwal perkuliahan, dll.133
Sehubungan dengan keterlibatan anggota organisasi dalam
pengambilan keputusan atau dalam memberikan masukan, pemikiran, dan
sumbang saran yang akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Hal ini seperti yang diungkapkan berikut ini:
Menurut saya sampai saat ini pimpinan masih sering melibatkan
bawahan dalam pengambilan keputusan. Saya sering dimintai masukan-
masukan terkait pekerjaan saya, tidak hanya saya yang sering memberikan
usulan atau saran seperti yang terlihat pada rapat-rapat yang dipimpin oleh
pimpinan, tetapi teman-teman yang lainpun memberikan pendapatnya.134
Pada saat berkomunikasi di STAIN Samarinda, pola komunikasinya
juga didukung oleh sikap-sikap yang positif, seperti sikap yang mau lebih
banyak mendengarkan, mau memulai membuka komunikasi dengan yang
lain, dan tetap mempertahankan hubungan yang baik yang telah terjalin di
antara anggota organisasi, dan sikap yang tidak pernah bosan untuk
menyapa. Dalam hubungannya dengan komunikasi interpersonal yang
dilakukan oleh anggota organisasi seperti terlihat pada ungkapan berikut ini:
132Materan, ketua jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 11 April 2012 133Bahrani, ketua Jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 11 April 2012 134M. Abzar, ketua jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 10 April 2012
156 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Pada saat berbicara dengan orang lain, saya bersikap positif. Dengan
sikap positif suasana menjadi menyenangkan. Hubungan komunikasi yang
baik menurut saya harus seimbang, artinya pimpinan juga harus mau
mendengarkan pemikiran orang-orang yang ada di bawah. Selama ini
komunikasi interpersonal yang terjalin sudah lumayan bagus, namun
barangkali lebih ditingkatkan lagi ya.135
Selama satu periode ini saya sudah berusaha untuk menyampaikan
kebijakan-kebijakan kepada karyawan, baik dosen maupun pegawai
administrasi. Saya menyampaikannya dengan cara saya mengundang kepala-
kepala unit untuk rapat dan agar apa yang saya sampaikan dapat dilanjutkan
kepada karyawan yang ada didalam unit tersebut.136
Dari beberapa hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa
komunikasi yang ada di STAIN Samarinda tidak hanya komunikasi dari
atasan kepada bawahan tetapi juga komunikasi dari bawahan kepada atasan,
dan juga komunikasi yang terjalin antar anggota organisasi dapat berjalan
dengan baik, karena pada dasarnya semua bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi.
Pola komunikasi di STAIN Samarinda tidak hanya terbatas pada
pola komunikasi dari pimpinan saja, tetapi juga bagaimana bawahan ikut
memberi sumbang saran kepada pimpinan untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan pola komunikasi yang baik akan dapat menciptakan iklim
komunikasi yang baik juga. Pola komunikasi yang terlihat di lembaga ini
adalah dengan menggunakan media tertulis contohnya dengan
diterbitkannya buku pedoman karyawan, dan juga dengan diadakannya
rapat-rapat yang bertujuan untuk membahas masalah yang ada.
135Avita Nur Hayati, pegawai Administrasi subbag. Umum, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 20 April 2012
136Hadi Mutamam, Ketua STAIN Samarinda, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 2 Mei 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 157
Pola komunikasi yang ada dapat membentuk iklim komunikasi
disamping faktor lain yang menjadi pendukung terciptanya iklim komunikasi
yang kondusif yaitu adanya kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan
kepada karyawan. Hal yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
iklim komunikasi organisasi salah satunya adalah faktor kepercayaan.
Kepercayaan merupakan bukti pengakuan terhadap diri seseorang atas
kemampuan, keterampilan, dan juga kepribadiannya. Pengakuan terhadap
diri seseorang terhadap dirinya dan hal ini akan berdampak pada semangat
kerja dan motivasinya.
Karyawan baik dosen maupun pegawai administrasi perlu untuk
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan
pekerjaannya, karena dengan demikian ia pun akan dengan mudah
melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawabnya. Selain itu, dengan
keterlibatan karyawan, baik langsung maupun tidak langsung akan
menjadikan sesorang merasa dihargai, diakui, dan dipercaya. Faktor lain yang
tak kalah pentingnya dengan kepercayaan yaitu keterbukaan dan kejujuran.
Komunikasi akan menjadi sehat jika didasari oleh keterbukaan dan
kejujuran dalam menyampaikan informasi yang terkait dengan pekerjaan.
Informasi ini akan memperkaya pengetahuan dan wawasan setiap karyawan,
memperlancar pekerjaan, dan secara tidak langsung akan menguntungkan
lembaga. Keterbukaan dan kejujuran dalam hal yang bersifat pribadi akan
membuat satu dengan yang lainnya saling mengenal dan memahami karakter
masing-masing. Pemahaman terhadap karakter seseorang akan sangat
membantu dalam proses komunikasi, paling tidak orang akan dapat
menemukan cara yang tepat yang sesuai dengan karakter atau pribadi orang
yang diajak komunikasi.
Media komunikasi dalam organisasi dapat bersifat formal ataupun
informal. Media komunikasi yang formal lebih dapat dikendalikan oleh
pimpinan dan jaringan kerjanya relatif lebih dapat diidentifikasi. Saluran atau
media formal pada dasarnya sudah melekat pada garis kewenangan
158 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
organisasi yang telah ditetapkan manajemen, media formal dapat
mengalirkan informasi dari atasan, bawahan, dan kesamping. Media
komunikasi ke bawah digunakan oleh pimpinan untuk menyampaikan
kebijakan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, gagasan, dan umpan balik
mengenai pelaksanaan pekerjaan bawahan. Saluran dan media komunikasi
keatas digunakan bawahan untuk menyatakan gagasan-gagasan, sikap dan
perasaan mereka terhadap pekerjaan, sedangkan media komunikasi
kesamping digunakan untuk mengkoordinasikan kegiatan dan membantu
dalam pelaksanaan pekerjaan mereka.
Saluran dan media komunikasi kebawah harus ditetapkan agar
pimpinan dapat berkomunikasi secara efektif dengan bawahannya. Media
komunikasi dari pimpinan ini dapat berupa deskripsi jabatan dan pedoman
prosedur kerja, buku pedoman, bulletin organisasi, memo dan instruksi
tertulis. Salah satu media terpenting dari komunikasi tertulis dari pimpinan
kepada bawahan adalah deskripsi job, buku pedoman, majalah dan bulletin
organisasi, memo dan intruksi tertulis, dan papan pengumuman. Deskripsi
jabatan ini menyangkut tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh bawahan,
peralatan yang digunakan dan infromasi lain yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan dengan baik. Pedoman mengenai prosedur kerja dan
peraturan-peraturan harus tersedia bagi bawahan agar tingkat keseragaman,
efisiensi, dan keamanan kerja dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Media komunikasi kebawah yang lainnya adalah buku pedoman.
Buku pedoman sering digunakan untuk memberikan informasi kepada
karyawan mengenai kebijaksanaan, peraturan-peraturan, dan prosedur-
prosedur yang berlaku di organisasi. penyajian infromasi yang sistemik,
ringkas, dan padat akan sangat bermanfaat bagi angota organisasi.
Disamping itu buku pedoman ini juga memberikan pedoman perilaku dan
informasi tentang apa yang diharapkan organisasi dari anggotanya. Di
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 159
STAIN Samarinda terdapat buku pedoman yang berisi tentang tugas pokok
dan fungsi dari seluruh pegawai.137
Media komunikasi tertulis ke bawah lainnya yang digunakan dalam
sebuah organisasi dan bertujuan untuk menciptakan suasana akrab adalah
majalh dan bulettin organisasi. Berita-berita mengenai karyawan dan
keluarganya, yang cenderung mengarah pada infromasi penting bagi jalannya
roda organisasi yang lancar dan efisien merupakan isi utama publikasi
internal ini. Biasanya yg dimuat di bulletin ini adalah tentang lingkungan
organisasi dan dinamika organisasi. Pada tahun 2006 STAIN Samarinda
pernah menerbitkan bulletin, tetapi itu hanya 3 kali terbit saja, setelah itu
tidak pernah terbit lagi.
Memo dan intruksi harian merupakan saluran komunikasi tertulis
ke bawah yang paling banyak digunakan dalam organisasi. memo dan
instruksi harian ini dapat berupa catatan singkat baik diketik maupun hanya
dengan tulisan tangan yang disampaikan kepada bagian atau karyawan. Isi
dari memo ini misalnya usulan kenaikan pangkat, pendisiplinan karyawan,
dll. Di STAIN Samarinda memo dan instruksi tertulis ini juga sering kali
dijumpai, seperti pada saat kenaikan pangkat karyawan.
Jika jumlah anggota organisasi yang menjadi sasaran komunikasi
sangat besar dan jika isi pesan atau beritanya menyangkut kepentingan
sebagian besar anggota organisasi, maka biasanya pimpinan menempelkan
instruksi di papan pengumuman. Papan pengumuman ini diletakkan
ditempat yang strategis untuk menarik perhatian setiap anggota organisasi. di
STAIN Samarinda juga dapat dilihat pengumuman-pengumuman yang
ditempel di papan pengumuman. Papan pengumuman ini diletakkan di
dekat scan finger yang tentu saja setiap anggota organisasi akan absen disana.
Dengan ditempelnya pengumuman atau undangan di papan pengumuman
diharapkan informasi akan dapat dibaca dan diterima oleh anggota
organisasi.
137Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 3 April 2012
160 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Sebagian besar komunikasi antara karyawan dan pimpinan terjadi
melalui komunikasi tatap-muka langsung. Namun demikian ada beberapa
media komunikasi yang bisa mendukung proses komunikasi dari bawahan
kepada atasan yaitu program saran. Program saran merupakan jenis
komunikasi formal ke atas yang banyak digunakan untuk mendorong
partisipasi karyawan dalam aspek operasional yang lebih luas. Dalam
program saran ini karyawan diminta menymbangkan ide, gagasan, atau
usulan yang mungkin bermanfaat bagi organisasi. Program saran ini bisa
dilakukan pada saat rapat yang dilakukan oleh pimpinan, tentu saja saran
atau ide dari karyawan harus didengarkan meskipun tidak semua bisa
dilaksanakan. Di STAIN Samarinda program saran ini biasa dilakukan pada
saat rapat yang dilakukan oleh pimpinan dan kepala-kepala unit yang
sebelum rapat kepala unit telah bertanya kebawahannya tentang ide yang
akan diusulkan.
Media komunikasi ke samping atau horisontal bisa dilakukan
dengan memberikan memo antar unit. Media komunikasi ini digunakan oleh
karyawan atau kepala unit untuk saling memberi dan menerima infromasi.
Media komunikasi ini dapat menjalin koordinasi kegiatan antar unit gara
tidak tumpang tindih. Hal ini biasa dilakukan oleh pihak Jurusan dan Program
studi di STAIN Samarinda dengan unit Akademik dan Kemahasiswaan,
dimana subbag akademik bertugas menyusun jadwal perkuliahan (yang
sebelumnya mendapatkan nama-nama dosen beserta mata kuliahnya dari
jurusan), dan juga subbag akademik menyusun jadwal ujian akhir semester.
Dalam hal ini perlu dilakukan koordinasi antara ketua jurusan dengan kepala
subbag akademik agar ada pemahaman yang sama tentang penjadwalan mata
kuliah dan jadwal ujian akhir semester.
Disamping saluran dan media komunikasi yang dilakukan secara
tertulis, ada juga media komunikasi yang biasa dipergunakan dalam
organisasi yaitu dengan komunikasi lisan. Komunikasi lisan ini dapat
dilakukan dengan cara pembicaraan lewat telepon, dan komunikasi tatap
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 161
muka. Komunikasi lewat telepon digunakan oleh pimpinan kepada bawahan,
dan juga digunakan oleh pimpinan antar unit. Pesan yang disampaikan
melalui telepon bisa berupa instruksi atau sekedar informasi tentang rapat
atau dimulainya rapat.
Komunikasi tatap muka merupakan media yang digunakan oleh
pimpinan kepada bawahan atau sebaliknya, komunikasi ini menjadi penting
karena pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku bawahan. Komunikasi tatap
muka ini dapat dipergunakan untuk memberi petunjuk bawahan mengenai
apa yang harus mereka kerjakan, meningkatkan aspirasi terhadap tujuan
organisasi. Jenis komunikasi ini dapat digunakan untuk memberi saran
kepada bawahan mengenai masalah yang menjadi perhatian dan sedang
mereka hadapi, dan membicarakan situasi masalah tersebut bersama mereka.
Iklim komunikasi memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku
individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk
melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri
mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih
kesempatan dalam organisasi secara bersemangat, untuk mendukung para
rekan dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara
kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi
penyempurnaan organisasi, semua ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi.
Iklim komunikasi yang negatif dapat merusak keputusan yang dibuat
anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan
berpartisipasi untuk organisasi.
Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong anggota
organisasi untuk berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah dengan
anggota yang lain. Dari sini dapat dikatakan bahwa iklim komunikasi
organisasi memiliki pengaruh yang cukup penting bagi motivasi kerja dan
masa kerja pegawai dalam organisasi. Iklim komunikasi yang mendukung
akan membuat para karyawan berkomunikasi secara terbuka, dan satu sama
lain akan saling memberi motivasi pada saat mereka menyelesaikan tugas.
162 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Namun sebaliknya, jika iklim komunikasi tidak mendukung, maka akan
menyebabkan para karyawan berada pada situasi yang tidak kondusif dan
satu sama lainnya tidak akan merasa nyaman untuk berkomunikasi secara
terbuka.
Komunikasi interpersonal bisa mempengaruhi iklim komunikasi,
karena itulah komunikasi interpersonal perlu ditingkatkan lagi. Iklim
komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian
seorang pimpinan organisasi karena faktor tersebut ikut mempengaruhi
tingkah laku karyawan. Untuk dapat meningkatkan komunikasi interpersonal
yang baik antara pimpinan dan bawahan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
pertama pesan atau informasi itu disampaikan apa adanya, jujur, dan terbuka
agar komunikan dapat memberikan respons yang lengkap, sehingga
komunikator akan mengambil keputusan untuk memberikan respons yang
tepat dan lengkap pula. Kedua berikan waktu seluas-luasnya kepada
komunikan untuk menyampaikan pendapatnya. Jangan sekali-kali
memotong pembicaraan seseorang sebelum ia selesai mengungkapkan
pendapatnya. Ketiga fokuskan perhatian dan perasaan pada tema
pembicaraan. Hindarkan sikap acuh tak acuh, menyepelekan orang, dan
menganggap rendah komunikan. Keempat tumbuhkan saling percaya dan
saling bergantung, bahwa kita orang baik dan dia juga orang baik. Kelima
Perhatikan perilaku nonverbal, seperti tatapan mata yang menyenangkan,
senyuman, mimik muka yang bersahabat.138
Untuk mendapatkan iklim organisasi yang kondusif Di STAIN
Samarinda, maka perlu memperhatikan lima dimensi dari iklim komunikasi
yaitu supportiveness, partisipasi, kepercayaan, keterbukaan, dan tujuan kinerja
yang tinggi. Perilaku dari anggota organisasi yang menunjukkan supportiveness
ini adalah empathi, yaitu anggota organisasi meperlakukan anggota yang lain
138Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007),h. 58.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 163
sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan.
Dimensi yang lain yaitu partisipasi dalam membuat keputusan, hal ini juga
terjadi di STAIN Samarinda, dimana pimpinan meminta saran kepada
bawahan untuk kemajuan dari STAIN itu sendiri, misalnya usulan tentang
pembentukan perwakilan STAIN di daerah-daerah dalam rangka sosialisasi
dan penerimaan mahasiswa baru STAIN, karena dengan adanya perwakilan-
perwakilan di daerah akan mempermudah masyarakat yang ingin mengetahui
tentang kampus ini. Kemudian ada juga usulan untuk membuat kerjasama
antar lembaga dalam praktek kegiatan mahasiswa seperti kerjasama dengan
bank Muamalat, kerjasama dengan pengadilan agama, kerjasama dengan
Bazda kota Samarinda.
Sedangkan untuk dimensi iklim komunikasi yang lainnya seperti
kepercayaan, keterbukaan, dan tujuan kinerja yang tinggi, belum secara jelas
terlihat di STAIN Samarinda. Dalam membina komunikasi yang dilakukan
oleh pimpinan terhadap bawahan harus ada kepercayaan dan keterbukaan
karena hal tersebut akan membentuk iklim organisasi. Iklim organisasi juga
dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan.
Pemimpin yang memperoleh dukungan tinggi menggambarkan iklim
komunikasi yang baik dan menyenangkan, keberhasilan pemimpin bukan
disebabkan oleh prestasi staf, tetapi oleh tanggungjawabnya untuk
mengembangkan iklim organsasi. Sedangkan pemimpin yang tidak memiliki
kepercayaan, dan membina keterbukaan dalam berkomunikasi, tidak akan
mendapatkan dukungan dari bawahannya.
Pemimpin akan lebih mudah memberikan pengaruh dan otoritas
jika hubungan pemimpin dan bawahan baik misalnya pemimpin
mempercayai, menghargai, dan disenangi. Pemimpin yang menggunakan
orientasi hubungan kemanusiaan akan lebih menopang iklim yang terbuka
daripada pemimpin yang menggunakan orientasi tugas. Iklim komunikasi
juga tergantung pada gaya kepemimpinan, fungsi pemimpin adalah
menciptakan suasana dan iklim dimana karyawannya dapat berkembang.
164 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Struktur jaringan komunikasi yang ada di STAIN Samarinda adalah
struktur Y dimana dalam struktur Y terdapat pemimpin yang jelas, anggota
organisasi dapat mengirimkan dan menerima pesan dari orang lainnya.
Dalam jaringan komunikasi formal dan informal, karena jaringan
komunikasi formal tersebut dapat terjadi kurang memberikan kepuasan bagi
anggota atau kelompok dalam organisasi. Maka mereka mencari dan
mengembangkan kontak jaringan komunikasi informal melalui desas-desus
(grapevine), yang kadang-kadang belum tentu benar, tetapi akan beredar
secara cepat.139
Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa pola
komunikasi yang ada di STAIN Samarinda lebih banyak menggunakan pola
komunikasi dari atasan ke bawahan, ini dapat terlihat dari adanya instruksi
lisan atau tulisan, dan rapat sebagai media komunikasi dalam organisasi
menunjukkan bahwa komunikasi dari atasan lebih banyak dilakukan,
sedangkan komunikasi dari bawahan yang lebih sedikit dipergunakan, ini
terlihat dari rapat-rapat yang diadakan. Rapat hanya diadakan kalau ada yang
perlu dibicarakan atau ketika ada masalah yang memerlukan usulan dari
bawahan.
Dalam komunikasi organisasi pimpinan juga perlu mendengarkan
atau mengetahui masukan-masukan atau saran-saran dari bawahan, karena
itu komunikasi dari bawahan dapat menunjukkan bahwa pimpinan
menghargai karyawan dan mendengarkan serta berinteraksi dengan
karyawan sehingga membentuk dasar bagi sebuah komunikasi yang efektif,
dan salah satu bentuknya dengan meluangkan waktu untuk pertemuan tatap
muka.
Dengan adanya komunikasi dari bawahan kepada atasan mana
pimpinan dapat mengetahui pertama informasi tentang keberhasilan,
kemajuan, dan rencana-rencana mendatang dari para bawahan. Kedua
informasi tentang problem-problem pekerjaan yang memerlukan bantuan
139Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 31 Mei 2012.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 165
dari tingkatan lebih atas dalam organisasi. Ketiga Ide-ide untuk perbaikan
dalam aktivitas dan fungsi yang berhubungan dengan pekerjaan. Keempat
Informasi mengenai perasaan para bawahan tentang pekerjaan atau isu yang
berhubungan dengan pekerjaan.140 Karena komunikasi dari bawahan kepada
atasan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja
dalam organisasi maka komunikasi dari bawahan kepada atasan ini perlu
ditingkatkan agar anggota organisasi baik dosen ataupun pegawai
adminstrasi merasa dihargai kehadirannya dan juga dapat diberikan solusi
ketika mempunyai masalah, terutama masalah dalam menjalankan
pekerjaannya.
E. Efektivitas dan Hambatan Komunikasi Organisasi di STAIN
Samarinda
Komunikasi dianggap efektif apabila ada pemahaman, kesenangan,
mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan, tindakan. Pesan komunikasi
dikatakan efektif apabila isi pesan tersebut dapat dipahami. Selain
pemahaman, ada unsur lain yaitu kesenangan, apabila pesan yang sampaikan
dapat menimbulkan kesenangan. Unsur yang lain yaitu mempengaruhi sikap,
yaitu apabila pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi sikap dari
anggota organisasi, misalnya yang tadinya tidak setuju kemudian menjadi
setuju. Dari komunikasi juga diharapkan dapat memperbaiki hubungan,
yaitu hubungan komunikator dengan komunikan. Kemudian unsur yang
terakhir adalah tindakan, tindakan dilakukan oleh komunikan sesuai dengan
yang diinginkan oleh komunikator.
Untuk mendapatkan efek yang diharapkan maka pimpinan perlu
memperhatikan gaya kepemimpinan, melakukan komunikasi interpersonal
dalam berkomunikasi dengan bawahannya, dan menciptakan iklim
komuniksi yang baik. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
140 Paul A. Argenti, Komunikasi Korporat, terjemahan Putri Aila Idris
(Jakarta: Salemba, 2010), h.219.
166 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam prakteknya, seorang
pemimpin ketika mengelolah sumber daya manusia dalam organisasi untuk
mau mengikuti perintahnya, dan pada akhirnya bisa mencapai tujuan yang
ingin dicapai tentu memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu
dengan yang lain.
Gaya kepemimpinan yang ada di STAIN Samarinda bukan pengikut
tipe otoriter, dan juga bukan pengikut tipe demokratis apabila melihat ciri-
ciri yang ada dalam kriteria gaya kepemimpinan. Pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang disegani, dan juga pemimpin yang dihormati, serta dapat
memberikan kenyamanan bagi anggota organisasinya.141 Agar dapat
dihormati dan disegani, maka seorang pemimpin harus mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, seperti yang disampaikan oleh
Herman Finern, ada beberapa persyaratan sebagai pemimpin dalam
kaitannya dengan kemampuan mempengaruhi sebagai persyaratan seorang
pemimpin yang dikenal dengan istilah “the nine C” (sembilan C), diantaranya:
pertama; Kesadaran atau keinsyafan (Consciousness), yaitu pemimpin harus
memiliki fakta-fakta, pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan
tugasnya. Kedua; Kemampuan mengkait-kaitkan (Coherence), yaitu seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki pengetahuan saja, tetapi lebih penting
bahwa ia mampu menghubungkan perbagai cabang ilmu yang diperlukan
bagi jabatannya. Ketiga; Kemantapan (Constancy), yaitu suatu ketetapan
pendirian atau kekukuhan; biasanya kecenderungan dalam kelompok yang
dipimpin itu angin-anginan, yaitu bergerak-gerak antara antusiasme dan
apati. Dalam keadaan demikian diharapkan adanya seorang pemimpin yang
memiliki kemantapan kecenderungan, ketetapan pendirian dan kukuh dalam
kemauan, sehingga mampu mengarahkan kelompoknya mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi. Keempat; Keteguhan (Conviction), yaitu suatu ketetapan
hati, suatu tekat dan keyakinan; pemimpin memiliki cita-cita, kebijakan-
141Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 1 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 167
kebijakan dan prinsip-prinsip; ia mempunyai suatu pemikiran mengenai
pola-pola masyarakat yang baik yang konstruktif dan positif, dam apabila
memang sudah diyakini, perlu dilaksanakan dengan tekat, keteguhan dan
ketetapan hati. Kelima; Daya cipta (Creativeness) atau biasa juga disebut
kekreatifan, dimana biasanya dihubungkan dengan keyakinan, yaitu apabila
ia sudah yakin dan memiliki ketetapan hati (tekad) tentang suatu hal, ia harus
menemukan dan menerapkan kebijakannya sesuai dengan waktu dan
keadaan untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan demikian pengetahuannya,
kemantapannya dan tekadnya dapat diterapkan pada kondisi-kondisi di masa
yang akan datang yang telah diperkirakan sebelumnya. Keenam; Kecermatan
(Consientiousness), yaitu seorang pemimpin harus berusaha memenuhi segala
persyaratan yang telah disebutkan diatas, secara seksama meneliti diri sendiri,
sudahkah memebuhi syarat-syarat. Ada dua kecermatan yaitu (a) dorongan
pemimpin untuk mengambil inisiatif dan menyimak secara hati-hati dan
penuh perhatian tentang pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan, (b)
selalu mengikuti pekerjaan yang didelegasikan dan memberi teguran-teguran
bila terjadi kesalahan. Ketujuh; Keberanian (Courage), yaitu suatu kekuatan
moral untuk bertindak; seorang pemimpin secara terus menerus berhadapan
dengan orang dan berbagai situasi yang ia harus berbuat sesuatu, harus
mengatakan sesuatu, menolak permintaan, memberi hukuman dan mungkin
hal-hal tersebut akan bertentangan dengan perasannya sendiri. Dalam hal
demikian harus ada penyelesaian yang wajar tentang masalah-masalah dalam
organisasi, pemimpin mungkin membuat musuh yang terdiri dari orang yang
kurang atau tidak puas atau musuh dari perasaannya sendiri. Walaupun
demikian orang yang melakukan kepemimpinan harus berani mengambil
resiko dan tidak tenggelam dalam perasaan. Kedelapan; Daya pemikat atau
gaya yang menarik (Cativation), yaitu sesuatu yang dapat memikat atau
menarik, misalnya gaya berpidato, gaya penampilan, bentuk atau potongan
fisik, dll. Kesembilan; Kepintaran atau kepandaian (Clevernes), yaitu memiliki
pengetahuan tetang prosedur, tentang karakter manusia, tentang bernilainya
168 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
suara pemilih dan sebagainya, ditambah sumber-sumber bahan-bahan yang
lengkap yang kemudian dimanfaatkan pada saat yang tepat untuk mengatasi
pelbagai macam kesulitan yang dihadapi.142
Selain gaya kepemimpinan, Komunikasi interpersonal sebagai
komunikasi antara komunikator dengan komunikan, dianggap sebagai jenis
komunikasi yang paling efektif dalam upaya untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi interpersonal yang
berlangsung secara intensif dengan mengutamakan aspek kuantitas dan
kualitas yang seimbang, akan menciptakan hubungan interpersonal yang
kuat antara atasan dan bawahan serta antarsesama karyawan, sehingga
keterbukaan dan kepercayaan yang didapat dari proses komunikasi tersebut
dapat turut menentukan perubahan sikap dan tingkah laku dalam organisasi.
Dalam berkomunikasi harus ada keterbukaan, kejujuran, kepercayaan dan
empati. Dalam prakteknya, perubahan sikap dan tingkah laku dari proses
komunikasi interpersonal dalam suatu organisasi dapat berbentuk
terwujudnya suatu sikap yang diharapkan muncul dari diri karyawan, yaitu
motivasi kerja yang tinggi.
Disamping dengan komunikasi interpersonal, ada juga faktor dalam
organisasi yang juga penting untuk diciptakan yaitu iklim komunikasi. Iklim
komunikasi dalam organisasi yang kondusif perlu diciptakan untuk dapat
memberikan efek yang dikehendaki, karena dengan iklim komunikasi
organisasi yang baik dapat membuat situasi menjadi nyaman, ketika ada
pesan yang disampaikan baik yang bersifat umum, instruksi, maupun
kebijakan maka bawahan akan dapat menambah opini, dan mnegubah sikap,
sehingga karyawan akan dapat melaksanakan instruksi-instruksi yang ada,
dan dapat juga mendukung dari kebijakan yang disampaikan oleh pimpinan.
142Abdullah Masnuh, Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktik, (Malang: UMM Pers, 2008), h. 248.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 169
Kebijakan yang diberikan tidak hanya kebijakan untuk karyawan dan
dosen tetapi juga untuk mahasiswa, salah satu kebijakan yang diberikan oleh
pimpinan terhadap kegiatan mahasiswa juga, namun kebijakan tersebut
belum bisa berjalan. Kebijakan itu adalah Satuan Kredit Kurikuler (SKK),
yang mana ini adalah bentuk apresiasi lembaga terhadap aktivitas nilai
akademik, kebijakan ini tidak bisa berjalan karena pengontrolnya masih
minim. Kebijakan ini sangat bagus untuk mendorong semangat mahasiswa
agar mau mengikuti kegiatan di organisasi internal maupun ektrenal, dan saat
itu kami berharap memang bisa terlaksana kebijakan tersebut.143
Hal senanda juga diungkapkan oleh M. Ilyasin selaku PK 3, salah
satu bentuk kebijakan yang pernah diberikan oleh lembaga untuk
mengapresiasi aktivitas mahasiswa dengan memberikan kebijakan Satuan
Kredit Kurikuler (SKK), kebijakan ini belum bisa terlaksana karena belum
adanya atau belum dibentuknya badan yang bertugas untuk mengontrol dan
memberikan nilai dari kegiatan-kegiatan tersebut. Kemudian juga kriteria
penilaian juga belum ditetapkan, sehingga hal-hal tersebut yang menjadikan
kebijakan ini belum bisa berjalan sesuai yang diharapkan.144
Komunikasi yang terjadi di STAIN Samarinda dalam bidang
akademik misalnya, masih banyak salah penafsiran, misalnya masalah
kenaikan pangkat, dosen yang bersangkutan harus aktif bertanya tentang
jadwal kenaikan pangkatnya kepada pegawai yang ada di bagian
kepegawaian, kalau yang tidak aktif bertanya akan ketinggalan proses
kenaikan pangkatnya.
Menurut salah seorang dosen yang telah bekerja lebih dari 15 tahun
di STAIN Samarinda, bahwa hubungan komunikasi interpersonal akan
menjadi efektif jika ada sikap saling menghormati atau menghargai tanpa
memandang status atau jabatan di dalam organisasi dan sikap mau menerima
143Taufik Arif Himawan, Mahasiswa Jurusan Dakwah dan Presiden BEM
periode 2010-2011, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 30 Juni 2012 144M. Ilyasin, Pembantu Ketua 3, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 2 Juli 2012
170 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
orang lain apa adanya. Menurutnya, komunikasi dapat menjadi media yang
baik dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam pekerjaan yang kadang
juga mempengaruhi hubungan antarpribadi. Komunikasi yang didasari
ketulusan dan empati dapat memotivasi rekan kerja, terlebih jika ungkapan
yang disampaikan itu benar-benar muncul dari hati. Dengan komunikasi
interpersonal yang baik diharapkan akan mengubah perilaku seseorang
menjadi lebih baik, seperti ungkapan berikut ini:
Saling menghormati, ada kesetaraan. Suasana hubungan menjadi
nyaman kalau kita itu saling menghargai satu sama lain, tidak ada yang
merasa menjadi atasan, begitu juga bawahan tetap merasa percaya diri.
Memberi orang yang kesempatan berbicara, tidak memutuskan pembicaraan
orang lain, dan lebih banyak mendengarkan orang lain berbicara. Mau
menerima orang lain apa adanya, juga dapat menerima keterbatasan orang
lain, tidak membesar-besarkan masalah. Kalau ada masalah diselesaikan
dengan baik-baik, atau dapat bertemu empat mata. Dengan demikian
maksud dan tujuan pembicaraan tercapai, masalah bisa diselesaikan dan
hubungan baik tetap terjaga. Komunikasi yang didasari ketulusan dan
empati, turut merasakan apa yang disarankan orang lain dapat memotivasi
rekan kerja. Dengan kata-kata yang baik kita dapat memberi semangat pada
teman. Kalau saya biasanya tidak hanya kata-kata yang baik, tapi ungkapan
non verbal juga saya lakukan, misalnya dengan memberikan ucapan disertai
acungan jempol pertanda bahwa saya sangat mendukung teman saya, saya
yakin itu bisa membuat teman saya merasa termotivasi.145
Komunikasi yang efektif juga dapat dilaksanakan dengan cara
mengetahui karakter atau sifat seseorang. Masing-masing individu
mempunyai karakter yang berbeda-beda. Dengan mengenal karakter
seseorang, proses komunikasi akan berlangsung lebih baik, orang akan
merasa lebih nyaman dan bebas dalam berbicara, karena dengan mengetahui
145Bunyamin, dosen jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 12 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 171
karakter individu, orang dapat memilih cara yang tepat untuk berkomunikasi
secara personal. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang dosen di
STAIN Samarinda:
Masing-masing orang mempunyai tipe karakter yang berbeda-beda,
selama kita mengetahui, menyelami, mengikuti tipe karakter atau sifat orang
banyak, kita akan lebih bebas berkomunikasi, dan akan lebih nyaman. Kita
juga harus belajar dari watak seseorang, ada orang yang cuek, ada orang yang
keras, ada yang lembut, dan ada yang mudah marah. Tentu dengan sifat yang
berbeda ini akan berbeda pula cara kita menghadapinya, pimpinan juga
harus bisa mencari waktu yang tepat untuk dapat berkomunikasi dengan
orang yang mempunyai sifat yng berbeda ini, dengan pendekatan
komunikasi interpersonal, insyaallah semua akan bisa berjalan dengan
baik.146
Pernyataan yang hampir sama juga disampaikan oleh dosen yang
lainnya yaitu:
Yang diharapkan dalam membina komunikasi, ya yang pasti harus
ada keterbukaan, menerima apa adanya dan juga ada ketulusan, komunikasi
yang baik, tidak ada beban, tidak ada rasa takut, dan tidak ada rasa malu.
Kalau ada ketulusan, apa yang dikatakan itu biasanya enak didengar. Dengan
terjalinnya komunikasi sesama teman, kita semakin mengenal teman,
sehingga kita dapat mengetahui karakter seseorang. Untuk lebih mengetahui
karakter teman, kita dapat sesering mungkin melakukan komunikasi, setelah
kita mengetahui karakter dari teman kita, maka kita akan dengan mudah
untuk bekerjasama.147
Keterbukaan juga menjadi salah satu kunci dari keberhasilan
komunikasi. Dengan keterbukaan akan dapat membantu menyelesaikan
pekerjaannya. Hal ini diungkapkan oleh seorang karyawan:
146Hervina, Dosen jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 12 April 2012 147M. Iwan Abdi, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 11 April 2012
172 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Harapan saya dalam membina hubungan dengan rekan kerja, perlu
keterbukaan, baik itu keterbukaan dari diri saya maupun dari diri orang lain
atau teman kerja saya. Dengan keterbukaan dalam hal pekerjaan, membuat
kita dapat saling membantu, memberikan ide-ide atau gagasan untuk
menyempurnakan hasil kerja kita. Keterbukaan ini pula dapat membuat kita
mengetahui karakter dari teman kita, sehingga ini mempermudah kita untuk
melakukan kerjasama dan koordinasi dalam menyelesaikan pekerjaan.148
Selain yang telah disampaikan, masih terdapat sikap-sikap yang
mendukung terciptanya komunikasi yang efektif. Sikap tersebut adalah sikap
yang menunjukkan kemauan untuk saling berbagi informasi, sikap yang
dilandasi oleh pikiran yang positif, tidak terlalu banyak menggunakan
perasaan, sikap yang dapat membedakan antara kepentingan pribadi dan
kepentingan lembaga, sikap tidak memilih-milih teman, dan juga
kemampuan untuk mengendalikan diri dan emosi dalam menjalin hubungan
interpersonal. Seperti hasil wawancara berikut ini:
Kalau menurut saya yang terpenting itu tidak hanya keterbukaan
tetapi juga adanya sikap yang positif ketika memandang orang lain, positive
thinking maksud saya. Cara pandang saya terhadap teman-teman membuat
saya bisa menempatkan diri walaupun misalnya saya berbeda pendapat, dan
karakter, itu adalah hal yang wajar dalam berorganisasi. Kalau kita bisa
membedakan kepentingan pribadi dengan kepentingan pekerjaan dengan
cara yang positif, maka itu akan mempermudah selesainya pekerjaan kita.
Yang penting lagi bagaimana kita bisa berteman dengan semuanya tanpa
pilih-pilih, karena semuanya adalah sama.149
Hal senada juga diungkapkan dari hasil wawncara berikut ini:
Menurut saya keterbukaan bisa menumbuhkan semangat kerja kita,
terutama ada rasa dibutuhkan oleh teman. Karena dengan keterbukaan,
148Faisal Halim, pegawai adminstrasi di subbag kepegawaian dan keuangan,
wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 15 April 2012 149M. Eka Makhmud, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 10 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 173
maka kita akan merasa dilibatkan dalam masalah teman dan kita dapat
memberi masukan untuk hasil kerja yang lebih baik. Yang lainnya kalau
sudah merasa tidak ada keterbukaan, tidak ada relasi dengan sesama teman,
kita mau berangkat kerja saja sudah tidak bersemangat. Hal ini tentu akan
mengahmbat pekerjaan kita, bahkan dapat menimbulkan prasangka yang
tidak-tidak. Masing-masing mnegmbangkan pikirannya sendiri-sendiri, tetapi
dengan komunikasi yang terbuka akan menjernihkan prasangka-prasangka
tersebut.150
Motivasi dan dukungan dari pimpinan juga diperlukan untuk
menentukan efektivitas komunikasi dalam sebuah organisasi yang diatur di
dalam stryktur yang telah ditetapkan. dukungan dari pimpinan yang
dimaksud disini adalah dukungan yang menyikapi peran atau fungsi yang
melekat pada diri karyawan, yang dapat berupa penempatan orang secara
tepat atau pemberian kesempatan bagi karyawan untuk terlibat dalam
pekerjaan sesuai dengan fungsi dan perannya. Seperti yang diungkapkan
berikut ini:
Untuk level karyawan, perlu motivasi dari pihak pimpinan.
Bagaimana kita bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, kalau tidak ada
dukungan dari pimpinan. Dukungan dapat berupa sikap, misalnya dengan
menempatkan orang yang tepat pada unit yang telah ada. Juga dengan
menanyakan perkembangan dari pekerjaan yang kita lakukan, itu sudah
merupakan perhatian dari pimpinan, dan itu bisa memotivasi saya untuk
dapat menyelesaikan tugas saya.151
Kalau menurut saya, harusnya pimpinan kalau bertemu dengan
orang yang memiliki masalah, pertama harus didengarkan, kedua memberi
dukungan melalui kata-kata yang memotivasi kepada orang tersebut untuk
mendukung dan menguatkan dia. Dalam bekerja pasti ada hambatan dan
150Mukti Ali, pegawai administrasi di subbag Umum, wawancara oleh
penulis, di STAIN Samarinda, 12 April 2012 151Ashar, dosen jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 12 April 2012
174 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
proses, supaya proses berjalan dengan baik, pasti didukung oleh hubungan
komunikasi yang baik pula.152
Komunikasi yang terjalin antar sesama karyawan dan antara
karyawan dengan pimpinan akan membuat pekerjaan menjadi lancar. Hal ini
karena informasi-informasi yang berhubungan langsung dengan pekerjaan
seseorang akan tersampaikan dengan jelas, sehingga orang akan termotivasi
untuk bekerja. Informasi yang disampaikan oleh pimpinan kepada karyawan,
meskipun hal itu tidak langsung terkait dengan pekerjaan tersebut, akan
membuat seseorang merasa diakui, dilibatkan, dan dipercaya. Selain itu
komunikasi dan koordinasi yang efektif juga akan memperlancar proses
penyelsaian pekerjaan, dengan demikian karyawan akan mempunyai waktu
untuk mengembangkan dirinya.
Iklim komunikasi yang baik dapat terwujud jika ada sikap saling
menghormati atau menghargai tanpa memandang status atau jabatan di
antara para karyawan, dan juga antara pimpinan dengan karyawan. Selain
sikap tersebut, ketulusan, kejujuran, dan empati yang dapat diungkapkan
baik secara verbal maupun nonverbal dapat memberikan pengaruh yang
positif terhadap perilaku seseorang. Sikap terbuka terhadap informasi,
masukan, saran dan sikap terbuka untuk berbagi informasi juga turut
mendukut terwujudnya komunikasi organisasi yang efektif, terlebih jika
sikap-sikap tersebut ditopang oleh sikap positif.
Komunikasi akan menjadi efektif jika ada pemahaman yang sama
antara pimpinan dengan bawahan, kemudian juga ada kesenangan, dapat
mempengauhi sikap orang lain, ada hubungan yang baik, dan ada tindakan.
Untuk dapat memberikan informasi yang sama maka pimpinan harus
mengadakan komunikasi dengan bawahannya, seperti yang diungkapkan
berikut ini:
152Riswan, Dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 10 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 175
Saya merasa senang bisa bekerja di STAIN Samarinda ini,
disamping keilmuan saya terpakai, saya juga dengan dengan situasi
lingkungan yang ada di kampus ini. Saya mau memberikan usulan buat
pimpinan agar sering-sering membuat pertemuan antar pimpinan, dosen,
dan pegawai adminstrasi untuk dapat menyamakan persepsi diantara kita
semua. Begitu juga dengan seringnya diadakan pertemuan ini akan
mempererat hubungan karyawan kampus ini.153
Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa orang, seperti
dituturkan berikut ini:
Menurut saya harus ada pemahaman yang jelas tentang aturan-
aturan yang ada di kampus ini sehingga tidak menimbulkan masalah. Seperti
tentang adanya pegumuman untuk mengajukan proposal penelitian di P3M
yang mana penelitian ini merupakan bagian dari Tri Darma Perguruan
Tinggi. Maksud saya dipengumuman itu harus jelas kriteria dari calon
peneliti. Kalau aturan yang ada itu jelas maka biasanya ada tindakan yang
dilakukan oleh dosen, saya yakin akan ada banyak dosen yang ikut
berkompetisi untuk dapat menggolkan proposalnya.154
Kalau menurut saya, komunikasi yang efektif itu harus bisa
memperbaiki hubungan antara komunikator dengan komunikan, artinya
kalau selama ini hubungan yang ada diantara pimpinan dan bawahan itu
kurang baik, maka dengan komunikasi diharapkan hubungan itu bisa
menjadi lebih baik, hal ini bisa dilakukan dengan cara saya bisa bertanya
dengan pimpinan saya dan saya bisa menanyakan tentang tugas-tugas saya,
begitu juga sebaliknya pimpinan sering menanyakan kepada saya tentang
hambatan dalam pekerjaan saya, saya senang karena merasa diakui,
153Samsir, dosen jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 12 April 2012 154Zamroni, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 10 April 2012
176 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
dilibatkan, dan dipercaya. Komunikasi antar unit juga bisa ditingkatkan,
koordinasi yang efektif, membuat pekerjaan jadi cepat terselesaikan.155
Kalau menurut saya dengan terciptanya iklim komunikasi yang baik
akan menjadi komunikasi yang efektif. Dengan dilibatkannya pihak jurusan
untuk menentukan tempat atau lokasi PKL mahasiswa dan usulan agar
lembaga mau membuat kerjasama dengan lembaga-lembaga yng dimaksud.
Banyak usulan dari pihak jurusan agar lokasi PKL mahasiswa sesuai dengan
program studinya. Usulan ini bisa diterima dan kemudian lembaga membuat
kerjasama dan sudah berjalan sampai sekarang. seperti di jurusan Syariah
yang mengadakan kerjasama dengan BMT Al-Kautsar dan Jabal Nur, BRI
Syariah, Bank Kaltim Syariah, Bazda, Pengadilan Agama kota Samarinda,
dan KUA seluruh Samarinda.156
Menurut saya komunikasi yang disampaikan dari pimpinan kepada
bawahan ini sudah dapat dipahami, hanya saja masih susah untuk ditindak
lanjuti, misalnya ini bisa dilihat ketika ada surat-surat tugas yang diberikan
kepada dosen-dosen untuk mengikuti pelatihan atau workshop yang
diadakan di kampus sendiri, semua dosen yang ditugaskan ikut hadir dan
mensukseskan acara tersebut. Disamping sebagai media pelatihan acara ini
juga bisa menjadi media untuk mengenal teman-teman yang lain yang belum
akrab, namun kenyataannya ada beberapa dosen yang tidak bisa hadir di
acara tersebut, padahal pelatihan ini adalah untuk meingkatkan pengetahuan
dari dosen itu sendiri, dan saya lihat ini sudah beberapa kali terjadi. 157
Hasil temuan berkaitan dengan komunikasi organisasi ini juga
menyangkut harapan dari karyawan STAIN Samarinda, ada beberapa hasil
wawancara:
155Shafa, Dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 13 April 2012 156Dharmawati, dosen jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 13 April 2012 157M. Tahir, dosen jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 13 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 177
Menurut saya untuk menunjang semangat kerja karyawan, perlu
pemberlakuan reward dan punishment, setidaknya kalau tidak bisa
memberlakukan punishment ya diberlakukan reward saja. Reward atau
penghargaan ini berfungsi untuk memotivasi karyawan dan dosen agar dapat
bekerja dengan baik, tentu saja penghargaan ini harus diberikan pada orang
yang tepat dan lembaga harus mempunyai kriteria yang jelas untuk
penghargaan tersebut. Dengan penghargaan ini akan dapat memotivasi
karyawan yang lain untuk dapat mengubah sikap yang tadinya tidak
semangat menjadi semangat kembali dan ini akan memicu kompetitor yang
positif.158
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa ada harapan yang
masih belum bisa terlaksana sepenuhnya di STAIN Samarinda yaitu
pemberlakuan reward dan punishment, beberapa tahun yang lalu sempat ada
pemberian penghargaan bagi dosen berprestasi dan hal itu hanya bejalan
sekitar 3 tahun, setelah itu tidak ada lagi. Sedangkan punishment sendiri belum
bisa berjalan dengan baik, kalaupun selama ini ada terguran yang diberikan
itu masih berupa teguran lisan, kalaupun ada teguran tertulis itu tidak banyak
terjadi.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
organisasi yang ada di STAIN Samarinda ini dapat dilihat dari beberapa hal,
yaitu pertama Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan
pesan seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. Dalam hal ini,
komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang
cermat atas apa yang disampaikannya. Untuk mencapai hal ini, diperlukan
pemahaman, baik atas petunjuk verbal dari atasan, maupun atas informasi
yang disebarkan melalui memo, buku pedoman pegawai, dan penjelasan
lainnya yang merupakan kebijakan organisasi. Dimana kalau dilihat dari hasil
158Nurul Shobah, sekretaris jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 13 April 2012
178 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
wawancara diatas menunjukkan bahwa kebanyakan dosen sudah memahami
informasi yang disampaikan oleh pimpinan.
Kedua kesenangan, tidak semua komunikasi bertujuan untuk
menyampaikan maksud tertentu, ada komunikasi yang sekedar ingin
menimbulkan kesenangan atau kesejahteraan bagi orang lain. Perkataan
menyapa yang dilakukan oleh seseorang akan dapat memberikan perasaan
senang pada diri komunikan. Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi
berkaitan erat dengan perasaan kita terhadap orang yang berinteraksi dengan
kita.
Ketiga mempengaruhi sikap, tindakan mempengaruhi orang lain
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita
berusaha mempengaruhi sikap orang lain, dan berusaha agar orang lain
memahami ucapan kita. Mempengaruhi sikap penting dalam sebuah
organisasi. Karena kurangnya apresiasi dan motivasi dari pimpinan di
STAIN Samarinda maka informasi yang ada terkadang tidak bisa
mempengaruhi sikap dari bawahannya.
Keempat memperbaiki hubungan, selain mempersiapkan kata-kata
yang tepat untuk menyampaikan pesan, juga diperlukan hubungan yang baik
antara komunikator dengan komunikan, ini karena keefektifan komunikasi
secara keseluruhan masih memerlukan suasana psikologis yang positif dan
penuh kepercayaan.
Kelima tindakan, mendorong orang lain untuk melakukan tindakan
yang sesuai dengan yang kita inginkan, Komunikator selalu menginginkan
agar komunikan melakukan apa yang diungkapkannya. Dalam organisasi
sering terjadi perintah yang biasanya disampaikan oleh pimpinan kepada
bawahan, dan tentu saja bawahan harus mau melakukan perintah tersebut.
Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa tidak semua instruksi pimpinan
dilaksanakan oleh dosen ataupun pegawai adminstrasi, seperti instruksi yang
tertuang dalam surat tugas yang memerintahkan dosen untuk mengikuti
pelatihan atau workshop yang ternyata tidak semuanya mau mengikuti acara
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 179
tersebut, hal ini menunjukkan bahwa perintah itu sudah dipahami tetapi
tidak dilakukan.
Dilihat dari hasil diatas menunjukkan bahwa komunikasi organisasi
di STAIN Samarinda belum efektif, karena komunikasi akan dikatakan
efektif bila ada pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki
hubungan, dan tindakan.159 Dalam berkomunikasi antara pimpinan dengan
bawahan juga diperlukan adanya sikap yang dapat memotivasi bawahan,
sebagaimana yang disampaikan oleh Rensis Likert, seorang ahli teori
mengenai hubungan antarmanusia, mengajukan gagasan mengenai
organisasi. Likert lebih memfokuskan perhatiannya pada anggota organisasi
terkait perasaan dan kebutuhan mereka. Ide dasar teori ini adalah bahwa jika
pimpinan organisasi memiliki kepedulian dan memberikan dukungan kepada
karyawan atau bawahan, maka karyawan atau bawahan akan memiliki
motivasi kerja lebih besar sehingga menjadi lebih produktif.160
Agar suatu kelompok dapat dipimpin dengan efektif, seorang
pemimpin harus menjalankan fungsi sebagai berikut, pertama fungsi
pemecahan masalah. Fungsi ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan
yaitu memberikan jalan keluar, pendapat, dan informasi terhadap masalah
yang dihadapi kelompok. Kedua fungsi sosial. Fungsi ini berhubungan
dengan kehidupan kelompok, yaitu memberikan dorongan kepada anggota
kelompok untuk mencapai tujuan dan menciptakan suasana kerja bagi
kelompoknya.161 Semakin sering pemimpin melakukan interaksi dengan
bawahan menunjukkan kecenderungan semakin tinggi dan terbina satu sikap
saling pengertian dan keeratan hubungan emosional antara pemimpin
159Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, terj. Deddy
Mulyana, Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000 ), h. 23-28.
160Morisson, Teori Komunikasi Organisasi (Bogor, Ghalia Indonesia, 2009), h. 70.
161 Rochayat Harun, Komunikasi Organisasi (Bandung: Mandar Maju, 2008), h. 70.
180 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
dengan bawahan, keadaan ini menjadi potensi untuk mencapai tujuan
bersama. Interaksi yang dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahan dapat
berlangsung secara formal seperti rapat, atau nonformal seperti saat bertemu
dan melakukan tegur sapa.
Dalam menyampaikan pesan terdapat hambatan yang dapat
mempengaruhi maksud dari pesan tersebut. Hambatan ini bisa terjadi karena
adanya faktor personal dan faktor organisasi. Faktor personal datangnya dari
orangnya itu sendiri, seperti adanya perbedaan persepsi tentang isi pesan,
bahasa yang dipergunakan kurang tepat, dan pesan yang meragukan bisa
mengahmbat dari proses komunikasi. Hal ini juga terdapat di STAIN
Samarinda seperti hasil wawancara berikut ini:
Kalau menurut saya hambatan yang terjadi di kampus ini karena
adanya pimpinan yang memiliki penafsiran yang berbeda dari pesan yang
ada, seperti pada saat penyusunan beban kerja dosen, terdapat beberapa
persepsi, ada yang mengatakan bahwa 12 SKS yang terpenuhi itu adalah
pengajaran, padahal dosen tugasnya tidak hanya itu, sehingga ketika benar-
benar BKD harus dikumpulkan banyak dari teman-teman dosen yang
bingung karena ternyata jumlah yang ada itu sudah termasuk penelitian dan
pengabdian. Ini yang kadang-kadang menimbulkan permasalahan karena
sebelum ada BKD banyak teman-teman dosen yang bingung mencari 12
SKS dari pengajaran.162
Kalau saya melihat di STAIN ini yang sudah lumayan lama menjadi
masalah adalah tentang jam masuk dan jam pulang kerja, bukan masalah jam
bekerja karena memang itu sudah diatur tetapi cara yang dipergunakan
untuk absensinya dengan menggunakan scan finger itu yang menjadi masalah
karena scannya itu sendiri dibatasi dari jam 7.00-08.00, sedangkan pulangnya
dari jam 15.00-16.00, yang lewat dari jam yang telah ditentukan dianggap
tidak masuk dan akan berakibat ke pengurangan uang makan perbulan. Ini
162M. Abzar, ketua jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 10 April 2012.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 181
yang menurut saya menjadi masalah karena jam bekerja dosen dan karyawan
disamakan, sedangkan dosen punya tugas lain yaitu penelitian dan
pengabdian.163
Dari wawancara tersebut terlihat bahwa bahwa ada persepsi yang
berbeda dari pimpinan dalam memahami peraturan yang ada, seperti
masalah BKD yang merupakan tugas pokok dosen, yang harusnya bisa
dipahami dengan pengertian yang sama, tetapi ternyata masih menjadi
hambatan untuk menyamakan persepsi. Hal ini bisa terjadi karena adanya
persepsi-persepsi yang berbeda. Sebenarnya perbedaan persepsi ini bisa
dihindari dengan melibatkan pihak ketiga, artinya bisa menanyakan
ketidakjelasan dengan bertanya kepada orang-orang yang telah
berpengalaman dibidangnya.
Masalah lain yang sering menimbulkan masalah adalah tentang
perbedaan persepsi antara tugas belajar dan izin belajar, terutama
menyangkut pemotongan tunjangan fungsional pada saat bulan ke tujuh dari
tugas belajarnya, yang kemudian digantikan dengan tunjangan belajar sebesar
tunjangan fungsional tersebut. Hal ini dapat dilihat dari wawancara berikut:
Di tempat yang lain saya lihat teman-teman yang kuliah itu
walaupun tunjangan fungsional dipotong tetapi mereka mendapatkan
tunjangan pendidikan dengan nominal yang sama, sedangkan di STAIN ini
tunjangan fungsional dipotong tetapi tidak diganti dengan tunjangan
pendidikan, padahal yang namanya orang kuliah itu perlu biaya yang tidak
sedikit, kami juga perlu dana untuk menunjang proses kuliah kami.164
Kalau saya karena memang kuliah lagi dengan izin belajar maka
tunjangan fungsional tidak dipotong, hanya saja beberapa dosen yang
melakukan izin belajar ini pernah dipermasalahkan oleh beberapa teman
karena kami dianggap tidak melaksanakan tugas utama di kampus, padahal
163Nur Kholik Affandi, dosen jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 10 April 2012 164M. Eka Mahmud, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 10 April 2012
182 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
justru dosen-dosen seperti kami ini yang harus kuliah tetapi juga harus tetap
menjalankan tugas utama kami.165
Masalah lain yang timbul karena adanya salah persepsi juga terjadi
ketika pimpinan menyikapi beberapa dosen dan karyawan yang cuti pada
saat lebaran Idul Fitri.
Saat itu saya masukkan surat izin untuk tidak masuk kerja alias cuti
beberapa hari setelah lebaran, saya tidak diizinkan untuk mengambil cuti
karena telah ada surat edaran tentang pemberian sanksi kepada PNS yang
tidak masuk kantor setelah lebaran, yang menjadi masalah buat saya adalah
karena ada beberapa teman yang tetap diizinkan untuk cuti, dan ada
beberapa teman yang mendapatkan peringatan karena tidak masuk kerja,
tetapi nyatanya hanya berbentuk surat peringatan saja dan tidak ada tindakan
lainnya.166
Hal tersebut diatas terlihat bahwa pimpinan sendiri tidak tegas
dengan sanksi yang harus diterima oleh karyawan atau dosen yang melanggar
peraturan.
Sebenarnya karyawan atau dosen mau mengikuti aturan yang
diberikan yang disampaikan itu tergantung dari gaya pimpinannya, maksud
saya kalau pimpinan itu tegas kami pasti patuh terhadap aturan yang
diterapkan, tapi kalau pimpinan itu tedak tegas dan terkadang tidak merata
dalam memberlakukan aturan, ya kami jadi tidak hormat lagi pada pemimpin
yang bergaya begitu.167
Menurut saya gaya kepemimpinan itu ikut menentukan patuh
tidaknya karyawan dan dosen, kalau pimpinan tegas, dan peduli kepada kami
pasti kami juga akan menghormati kebijakan yang ada. Terkadang pimpinan
terkesan tidak peduli dengan bawahannya, mendekati kami kalau ada
165Zamroni, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 10 April 2012 166M. Tahir, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda,13 April 2012 167Riswan, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 10 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 183
perlunya saja. Dalam melakukan komunikasi interpersonal juga kurang baik,
harusnya lebih sering dilakukan komunikasi interpersonal dengan karyawan
dan dosen, sehingga bisa mengetahui apa yang diinginkan oleh bawahan.168
Untuk lebih mengakrabkan antara pimpinan dengan bawahan,
diperlukan komunikasi yang baik, sapaan dan senyuman saat bertemu itu
sudah menunjukkan bahwa pimpinan peduli dengan kehadiran kami, itu
baru dalam segi komunikasi interpersonalnya, kalau dalam regulasi
organisasinya saya lihat pimpinan belum tegas dengan adanya status dari
administrasi yang pindah ke dosen, karena sekarang ini banyak pegawai
administrasi yang sekolah lagi (S2) dengan harapan bisa pindah menjadi
tenaga pengajar (dosen).169
Perbedaan persepsi tentang penilaian angka kredit untuk kenaikan
pangkat juga menjadi kendala dalam bagi dosen, ada yang mengatakan bisa 2
tahun untuk mengajukan kenaikan pangkat lagi dengan syarat disertai
dengan prestasi, kata-kata prestasi inilah yang menimbulkan perbedaan
persepsi karena ada yang mengatakan kalau prestasi yang dimaksud adalah
dengan adanya tulisan yang dimuatu di jurnal terakreditasi, tetapi sebagian
yang lain mengatakan bahwa prestasi yang dimaksud adalah ada penilaian
dari angota senat. Perbedaan ini yang terkadang menimbulkan masalah.
Kalau menurut saya yang menjadi hambatan dalam komunikasi di
STAIN ini adalah karena adanya perbedaan pikiran antara satu dengan yang
lainnya, kami sempat mengalami dimana pemberian nilai untuk hasil
penelitian atau tulisan dosen yang dimuat di jurnal yang dipergunakan untuk
kenaikan pangkat dengan nilai yang bervariasi, padahal sebelumnya semua
168M. Salehuddin, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 20 April 2012 169Nur Kholik Affandi, dosen jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 10 April 2012
184 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
diberi nilai yang sama, hal ini yang menurut saya bisa menjadi masalah
karena tulisan sebelum dimuat di jurnal akan diperiksa dulu oleh tim.170
Kebijakan yang diberikan kepada dosen tentang adanya istilah
penelitian bergantian, jadi kalau yang sudah masuk di tahun kemarin tidak
boleh lagi ikut ditahun ini, padahal yang namanya kompetisi semua harus
ikut karena itu untuk memacu semangat dan kreativitas dalam membuat
penelitian.171
Dalam komunikasi organisasi terdapat hambatan yang dibagi
menjadi tiga yaitu hambatan teknis, hambatan semantik, dan hambatan
perilaku. Pertama hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan yang
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya sarana dan peranan yang
diperlukan dalam proses komunikasi, penguasaan teknik dan metode
berkomunikasi yang tidak sesuai, dan kondisi fisik yang tidak
memungkinkan terjadinya proses komunikasi. Dengan adanya kemajuan
teknologi menjadikan informasi dapat disampaikan dengan cepat, sedangkan
hambatan yang lain adalah kondisi fisik yang tidak memungkinkan seperti
keadaan fisik yang berhubungan dengan fisik manusianya yaitu kondisi fisik
dari pihak komunikator dan komunikan, apabila kondisi fisik dari pihak
komunikan tidak berada dalam kondisi yang sempurna maka mereka tidak
akan mampu menerima informasi dengan sebaik-baiknya.
Kedua hambatan semantik adalah hambatan yang disebabkan
kesalahan dalam menafsirkan, kesalahan dalam memberikan pengertian
terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang dipergunakan dalam
proses komunikasi. Kesalahan dalam menangkap pengertian terhadap
bahasa dapat terjadi karena persoalan latar belakang pendidikan, maupun
latar belakang sosial.
170Samsir, dosen jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 12 April 2012 171Dharmawati, dosen jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 13 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 185
Ketiga hambatan perilaku atau disebut juga hambatan kemanusiaan,
hambatan ini disebabkan berbagai bentuk sikap atau perilaku, baik dari
komunikator maupun komunikan. Hambatan perilaku tampak dalam bentuk
pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan pada emosi,
suasana otoriter, ketidakmampuan untuk berubah, dan sifat yang egosentris.
Apabila dalam proses komunikasi masing-masing pihak mempunyai
pandangan yang negatif, saling mencurigai, maka komunikasi tidak akan
berhasil. Dalam komunikasi dituntut adanya pengertian bersama antara
kedua belah pihak. Hambatan perilaku ini bisa diatasi dengan menciptakan
suasana yang lebih terbuka dan penuh kekeluargaan
Dari beberapa wawancara terlihat bahwa yang menjadi hambatan
dalam komunikasi organisasi di STAIN Samarinda adalah karena adanya
perbedaan persepsi, dimana ini disebut dengan hambatan semantik.
Hambatan ini bisa terjadi karena adanya perbedaan persepsi antara pimpinan
dengan bawahan, hambatan-hambatan ini yang membuat komunikasi tidak
bisa berjalan dengan lancar. Kemudian hambatan yang lainnya adalah
hambatan perilaku, hal ini bisa timbul karena tidak adanya keterbukaan,
komunikasi interpersonal yang kurang, dan prasangka yang didasarkan
karena emosi.
Untuk dapat mengurangi hambatan diatas, pemimpin harus
berusaha menjadi komunikator yang lebih baik dan berusaha meningkatkan
pesan. Ada beberapa cara yang bisa dipergunakan untuk memperbaiki
komunikasi dalam organisasi yaitu. Pertama mengadakan tindak lanjut, teknik
ini dilakukan dengan menganggap pesan pimpinan tidak dimengerti, dan
sedapat mungkin pimpinan memastikan apakah pesan yang ingin
disampaikan sudah benar-benar diterima. Kedua mengatur alur informasi,
teknik ini meliputi pengaturan komunikasi untuk menjamin arus informasi
yang optimum kepada para pimpinan. Ketiga memanfaatkan umpan balik,
umpan balik memberi saluran bagi tanggapan penerima yang memungkinkan
186 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
pimpinan untuk menentukan apakah pesannya telah diterima dan apakah
menghasilkan tanggapan yang dimaksud.
Keempat empati. empati lebih berorientasi peda penerima daripada
berorientasi pada komunikator. Bentuk komunikasi sebagian besar harus
tergantung dari apa yang diketahui tentang penerima. Empati mengharuskan
para komunikator untuk menempatkan diri mereka ke dalam diri penerima
dengan maksud untuk mengetahui sebelumnya bagaimana pesan itu akan
diuraikan sandinya. Kelima pengulangan, merupakan prinsip belajar yang
telah diterima umum, menggunakan pengulangan atau ungkapan yang
berlebih-lebihan di dalam komunikasi menjamin bahwa jika satu bagian dari
pesan itu tidak dimengerti, maka masih ada bagian lain yang membawa
pesan yang sama. Keenam mendorong saling mempercayai, suasana saling
mempercayai antara pimpinan dan bawahan dapat memperlancar
komunikasi.. Ketujuh pengaturan waktu yang efektif, komunikasi yang efektif
dapat dimudahkan dengan penetapan waktu yang tepat mengenai
pengeluaran pengumuman penting. Kedelapan menyederhanakan bahasa,
bahasa yang rumit merupakan hambatan utama bagi komunikasi yang
efektif, pimpinan harus ingat bahwa komunikasi yang efektif meliputi
pengertian dan juga informasi.172
Sedangkan hasil yang lainnya dapat dilihat bahwa kurangnya
motivasi dan apresiasi dari pimpinan juga menjadi hambatan dalam
komunikasi organisasi di STAIN Samarinda, seharusnya kepemimpinan itu
mempunyai lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu: Pertama fungsi
instruktif; fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana,
dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara
172John M. Ivancevich, Perilaku dan Manajemen Organisasi (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 135-137.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 187
efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk
menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
Kedua fungsi konsultatif; fungsi ini bersifat komunikasi dua arah.
Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin
kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai
berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan kepada orang-orang yang
dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam
pelaksanaan. Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan
berupa umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-
keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan
fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan
mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga
kepemimpinan berlangsung efektif.
Ketiga fungsi partisipasi; dalam menjalankan fungsi ini pemimpin
berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara
terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau
mengambil tugas pokok orang lain. Keikusertaan pemimpin harus tetap
dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
Keempat fungsi delegasi; fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan
pelimpahan wewenang membuat/ menetapkan keputusan, baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada
dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus
diyakini merupakan pembantu pemimpin yang mempunyai kesamaan
prinsip, persepsi, dan aspirasi. Kelima Fungsi pengendalian; fungsi
pengendalian bahwa kepemimpinan yang efektif mampu mengatur aktivitas
anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
188 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi
pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.173
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut pimpinan tidak hanya
bisa memotivasi dan mengapresiasi hasil kerja anggota organisasi, tetapi juga
bisa melibatkan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan
dan mengerjakannya. Dengan dilibatkannya anggota organisasi maka
bawahan akan merasa dihargai, karena kehadiran serta perannya diperlukan.
Pelibatan anggota organisasi ini bisa dilakukan dalam bentuk rapat yang
memang dilakukan untuk meminta saran atau menggali ide-ide dari bawahan
untuk mencapai tujuan organisasi.
F. Implikasi Komunikasi Terhadap Pengembangan Organisasi di
STAIN Samarinda
Dinamika komunikasi organisasi memberikan dampak dalam
pengembangan organisasi di STAIN Samarinda, pengembangan yang
dimaksud adalah pengembangan dalam bidang fisik seperti sarana, dan
prasarana kampus STAIN Samarinda, dan non fisik seperti pengembangan
kemampuan dosen dan pegawai administrasi yang bisa dilakukan dengan
memberikan pelatihan-pelatihan untuk mendukung kerja anggota organisasi.
Pengembangan organisasi merupakan program yang berusaha untuk
meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan
individu akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan
keorganisasian. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang
meliputi serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis yang dilakukan
secara terus-menerus oleh suatu organisasi, dan perubahan ini sudah
direncanakan terlebih dahulu.
173Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2003), h. 51-53.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 189
Dengan komunikasi yang baik, yang terjalin antara pimpinan dengan
anggota organisasi maka organisasi akan dapat berkembang, karena dalam
proses pengembangan organisasi diperlukan dukungan dari berbagai pihak.
Proses komunikasi selalu berkaitan dengan partisipasi dan hubungan antar
individu. Keterlibatan hubungan antar individu berkenaan dengan fungsi
dan tugasnya dalam struktur organisasi melalui jaringan kerja komunikasi.
Dengan adanya jaringan kerja di organisasi, aktivitas komunikasi para
anggota organisasi secara teratur dan terarah terhubung ke dalam alur
informasi berdasarkan tingkatan dalam struktur organisasi. fungsi jaringan
kerja akan lebih efektif bilamana komunikator dan komunikan merasakan
dan mengakui kegiatan komunikasi di organisasi adalah upaya untuk
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai anggota organisasi,
dengan tujuan untuk menciptakan kinerja yang memuaskan organisasi dan
anggota itu sendiri.
Komunikasi dalam organisasi di STAIN Samarinda ini berimplikasi
pada pengembangan sarana, dan prasarana. Dalam pengembangan sarana
STAIN telah melakukan pembangunan gedung baru di kampus 2, ini
dilakukan karena tidak memungkinkan untuk melakukan pembangunan di
kampus 1 mengingat lahannya sudah penuh dan tidak memungkinkan untuk
ditambah lagi. dalam pembangunan kampus 2 ini didukung oleh dosen dan
karyawan. Pembangunan gedung-gedung di kampus 2 juga sebagai persiapan
alih status menjadi IAIN, dimana dalam pembangunan kampus ini
mendapatkan dukungan dari pemerintah propinsi tingkat 1.174
Sejak tahun 2009 STAIN Samarinda mulai melakukan
pembangunan gedung perkuliahan, asrama mahasiswa, perpustakaan dan
masjid sebagai sarana perkuliahan untuk menyambut alih status dari STAIN
menjadi IAIN, yang mana pada tanggal 4 Januari 2012 telah ditandatangani
MoU antara Gubernur Kalimantan Timur dengan Menteri Agama Republik
174Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 3 April 2012
190 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Indonesia. Ini menunjukkan bahwa alih status yang akan dilakukan oleh
STAIN didukung oleh pihak pemerintah setempat.
Pengembangan dan pembangunan kampus 2 ini perlu dilakukan
untuk melengkapi sarana yang ada di kampus 1, seperti yang diungkapkan
oleh beberapa dosen, seperti berikut ini:
Komunikasi yang baik diperlukan dalam hal pengembangan sarana
yang ada di kampus ini, jangan sampai gedungnya sudah jadi tetapi
mahasiswa dan dosennya tidak mau pindah karena jarak yang jauh dengan
kampus 1, karena itu diperlukan pendekatan yang baik dengan mahasiswa
dan juga dosen-dosennya agar tidak terpaku pada kampus 1 saja.175
Dalam pengembangan gedung perkulihan ini adalah bertujuan
untuk mewujudkan alih status dari STAIN menjadi IAIN, dan pada waktu
Menteri Agama datang untuk meresmikan ma’had dibikin pula MoU dengan
gubernur yang mana gubernur Kalimantan Timur menyatakan mendukung
alih status tersebut.176
Pembangunan gedung perkuliahan di kampus 2 yang mana gedung
perpustakaan dan gedung Jurusan Syariah sudah selesai dibangun.
Pembangunan kampus 2 harus didukung karena dengan pembangunan ini
diharapkan mahasiswa akan lebih bersemangat lagi karena memiliki gedung
yang bagus dan fasilitas yang lengkap.177
Pembangunan gedung di kampus 2 mau tidak mau harus dilakukan
karena semakin banyaknya mahasiswa yang kuliah di STAIN membuat
ruang perkuliahan tidak cukup lagi, begitu juga tempat parkir yang sudah
175Avita Nur Hayati, pegawai administrasi subbag. Umum, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 20 April 2012
176 Hadi Mutamam, Ketua STAIN Samarinda, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda 2 Mei 2012
177Materan, ketua jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 11April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 191
tidak memadai, sehingga dengan dibangunnya kampus 2 diharapkan akan
lebih bisa memfasilitasi semua kebutuhan mahasiswa.178
Pembangunan kampus 2 ini cukup membangkitkan gairah
mahasiswa untuk kuliah disana meskipun lokasinya lumayan jauh dari
kampus 1. Paling tidak ada fasilitas Ma’had putri dan putra yang bisa
ditempati mahasiswa, dan kemungkinan besar tahun ini sebagian
mahasiswa sudah mulai pindah dan kuliah di kampus 2.179
Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa pembangunan sarana
perkuliahan di kampus 2 didukung oleh dosen dan karyawan. hal ini perlu
dilakukan untuk menciptakan situasi kerja yang baik. Setahun belakangan ini
banyak dosen, karyawan, dan mahasiswa yang mengeluhkan susahnya
mendapatkan tempat parkir dikarenakan lahan parkir yang tersedia memang
sempit, tentu saja ini dapat menghambat semangat kerja dari dosen dan
karyawan. Dengan dibangunnya kampus 2 diharapkan akan mampu
memotivasi semua pihak, dan diharapkan dengan sarana yang baru mampu
menciptakan situasi yang baru pula.
Tujuan dari pengembangan organisasi ini diharapkan dapat
menciptakan keharmonisan hubungan kerja antara pimpinan dengan
anggota organisasi. Menciptakan kemampuan memecahkan persoalan
organisasi secara lebih terbuka, menciptakan keterbukaan dan komunikasi,
merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan
mengendalikan diri.
Dalam pengembangan prasarana, STAIN Samarinda telah
melengkapi semua kelas-kelas perkuliahan dengan LCD untuk
memperlancar proses belajar mengajar. begitu juga dengan pemberian
fasilitas laptop terhadap semua dosen sehingga dosen dapat mempersiapkan
178 M. Salehuddin, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 20 April 2012
179Riswan, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 10 April 2012
192 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
bahan ajar dan dapat menngunakan LCD sebagai prasarana dalam proses
belajar. Selain fasilitas laptop dan LCD, STAIN juga melengkapi fasilitas
komputer yang bisa digunakan secara gratis oleh mahasiswa di lab.
komputer, dan juga pemasangan wifi yang mana semua dosen, karyawan, dan
mahasiswa dapat mengakses internet dengan gratis. STAIN juga telah
memberikan fasilitas olahraga seperti lapangan Bulutangkis, dan lapangan
Takraw.
Seperti hasil wawancara berikut ini:
Sekarang ini sudah zamannya teknologi, sudah jarang dosen yang
mengajar dengan menggunakan spidol dan papan tulis, walaupun sebagaian
dosen masih ada yang begitu tapi kebanyakan dosen sudah mulai mengajar
dengan menggunakan laptop dan LCD, dan saya sebagai dosen tentu saja
sangat terbantu dengan adanya fasilitas ini karena saya lebih bisa
menjelaskan dengan sangat rinci ke mahasiswa, begitu juga ketika mahasiswa
mendapatkan tugas maka mereka juga akan mempresentasikan tugasnya
dengan menggunakan LCD ini. 180
Pengadaan prasarana berupa wifi juga mempermudah akses dosen
yang menggunakan internet. Dengan adanya fasilitas ini dapat
mempermudah dosen dan mahasiswa untuk dapat mencari bahan-bahan
bacaan yang bermanfaat dan dapat menunjang perkuliahan. 181
Di Samarinda ini masih sangat terbatas dengan banyaknya buku-
buku baru, karena itu dengan adanya wifi ini diharapkan mahasiswa dapat
memanfaatkannya dengan baik, tidak hanya untuk membuka facebook tapi
juga bisa digunakan untuk mencari bahan-bahan yang dapat membantu
180Nurul Shobah, sekretaris jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 13 April 2012
181Zamroni, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 10 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 193
mahasiswa menyelesaikan tugasnya, dikarenakan masih minimnya buku yang
tersedia.182
Banyak manfaat yang didapat oleh mahasiswa dan juga dosen
dengan adanya wifi ini, mahasiswa dan dosen jadi bisa membuka internet
kapanpun. Menurut saya hal ini tidak hanya bermanfaat untuk mencari
bahan kuliah tetapi juga bermanfaat untuk menyerahkan tugas yang dibuat
oleh mahasiswa. Terkadang karena terbatasnya waktu saya di Samarinda,
maka saya perintahkan mahasiswa saya untuk mengumpulkan tugas via
email.183
Dari wawancara diatas terlihat bahwa pengembangan STAIN
dikarenakan faktor teknologi, yang sekarang ini banyak dimanfaatkan untuk
kemajuan organisasi. Penggunaan teknologi saat ini juga memerlukan
pengetahuan, karena itulah diperlukan adanya latihan-latihan yang
dilaksanakan terus menerus dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap para anggota organisasi. Program
latihan ini adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan,
keterampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari anggota organisasi.
Selain pengembangan prasarana dibidang teknologi, STAIN juga
mengembangkan prasarana di bidang yang lainnya, misalnya dengan
menyediakan jumlah buku-buku referensi yang ada diperpustakaan. Sekarang
jumlah judul buku koleksi yang ada di perpustakaan sudah semakin banyak.
Seperti hasil wawancara berikut ini:
Koleksi buku-buku di perpustakaan sekarang ini uda lumayan
banyak, 2 tahun yan lalu buku-buku yang tersedia masih sedikit, itupun
buku-buku yang lama, kalau sekarang sudah banyak buku-buku terbitan baru
meskipun tidak selengkap di perpustakaan daerah. Dulu juga buku-buku
182Darmawati, dosen jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 13 April 2012
183M. Eka Mahmud, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN Samarinda, 10 April 2012
194 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
yang tersedia lebih banyak buku-buku agama, sekarang saya lihat sudah
banyak buku-buku umum seperti buku-buku tentang komunikasi dll.184
Pengembangan di bidang prasarana ini dapat dilaksanakan karena
ada komunikasi yang baik antara pimpinan, pengelolah lab. komputer, dan
pihak perpustakaan. Untuk menambah koleksi buku-buku referensi yang ada
di perpustakaan, pegawai di perpustakaan akan memberikan semacam
angket kepada para dosen untuk mengetahui buku apa yang diperlukan,
karena ini untuk masukan bagi pihak perpustakaan dalam hal menambah
jumlah koleksi bukunya. Demikian juga dengan pengelolah lab. komputer,
mereka juga menjalin kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang ada di
jurusan untuk mengisi data-data yang diperlukan di web STAIN, dan
kerjasama ini sampai sekarang masih berjalan karena belum sepenuhnya data
itu masuk ke web tersebut.
Implikasi komunikasi organisasi terhadap pengembangan sistem
pengelolaan informasi akademik yaitu dapat meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia dalam hal penguasaan teknologi informasi, dimana
sekarang ini pelayan terhadap mahasiswa dilakukan secara online, seperti
pelayanan pembuatan Kartu Hasil Studi (KHS) di Jurusan masing-masing,
mahasiswa akan datang ke Jurusan untuk mengetahui mengambil KHS
tersebut, maka sekarang ini mahasiswa tidak perlu lagi datang ke jurusan
karena mahasiswa dapat langsung mengetahui nilai-nilai dari mata kuliah
yang diprogramkan langsung dari website STAIN Samarinda yaitu
http://stain-samarinda.ac.id. Hal ini dapat dilihat dari wawancara berikut ini:
Dengan adanya perubahan sistem pengelolaan nilai yang tadinya
dengan cara manual yang mana mahasiswa akan mendatangi kantor jurusan
yang tentu saja kantor menjadi sangat ramai, apalagi mahasiswa jurusan
Tarbiyah ini kan banyak sekali, dengan diubahnya sistem ini maka
mahasiswa akan dengan mudah melihat nilai yang telah diinput oleh dosen
184M. Iwan Abdi, dosen jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di
STAIN Samarinda, 13 April 2012
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 195
pengampuh mata kuliah, jadi mahasiswa tidak perlu lagi mendatangi jurusan
untuk menanyakan nilai mereka, karena mahasiswa langsung bisa
mengetahui hasil studinya dan membuat Rencana Studinya secara on-line
juga.185
Meskipun ada beberapa dosen yang belum bisa menginput data
nilainya, kami dari staf yang ada di jurusan juga siap membantu dosen-dosen
yang kesulitan menginput nilai, karena memang nilai akhir tetap
dikumpulkan ke jurusan sebagai arsip, jadi kalau ada dosen yang kesulitan
untuk input data, tinggal lapor saja ke jurusan, nanti staf yang ada di jurusan
yang akan memasukkan nilai akhir dari dosen yang bersangkutan.186
Banyak segi positifnya dari perubahan sistem pengelolaan secara on-
line ini, walaupun terkadang ada juga mahasiswa yang masih bingung dengan
sistem tersebut tapi itu semua bisa diatasi, kalau ada yang kurang jelas
biasanya mahasiswa datang ke jurusan untuk meminta penjelasan. Dengan
sistem ini, mahasiswa bisa dapat dengan mudah melihat nilai mereka dan
juga membuat kartu rencana studi (KRS)187
Komunikasi dalam organisasi juga berperan dalam pengembangan
pengelolaan sistem. Dari beberapa hasil wawancara tersebut dapat terlihat
bahwa sistem membuat kartu hasil studi dan kartu rencana studi yang
tadinya dibuat secara manual kini dapat langsung dilihat secara on-line untuk
kartu hasil studi dan mahasiswa dapat pula langsung memprogramkan mata
kuliah yang telah disediakan. Tidak hanya dalam hal nilai akhir dan juga
program mata kuliah, untuk pendaftaran mahasiswa baru sudah dua tahun
ini menggunakan cara on-line juga.
Dengan pengembangan pengelolaan sistem yang menekankan pada
penggunaan teknologi diharapkan mampu meningkatkan kinerja pegawai,
185Bahrani, ketua jurusan Tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 11 April 2012 186Riswan, dosen jurusan tarbiyah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 10 April 2012 187Khairul Saleh, dosen jurusan Syariah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 20 April 2012
196 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
dengan sistem ini pula diharapkan memberikan dampak yang baik terhadap
pelayanan kepada mahasiswa. Dari pengembangan sarana, prasarana,dan
pengelolaan sistem ini juga diaharapkan mampu menciptakan lingkungan
kerja yang mendukung sehingga dapat diwujudkan iklim komunikasi yang
baik agar dosen dan karyawan dapat merasa nyaman dalam
mengaktualisasikan diri dalam organisasi dan juga dapat menyampaikan ide
dengan baik pula.
Pengembangan non fisik yang dilakukan oleh STAIN Samarinda
sebagai sebuah organisasi pendidikan formal milik pemerintah, adalah
dengan adanya beberapa kebijakan ketua STAIN yaitu dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, dalam bidang Akademik, dalam bidang
kerjasama, kebijakan dalam pemberian beasiswa pada mahasiswa. Dalam
bidang akademik, pada periode kepemimpinan Hadi Mutamam ini banyak
dosen yang melanjutkan ke jenjang studi S3.
Di samping melakukan kebijakan di bidang peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan dalam bidang infrastruktur, ketua STAIN juga
melakukan kebijakan dalam bidang kerjasama. Kerjasama ini dilakukan
dengan Sekolah Tinggi Agama Islam Sanggatta (STAIS) dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Kebijakan yang dilakukan oleh ketua STAIN juga diperuntukkan
kepada mahasiswa, dimana kebijakan ini diberikan kepada mahasiswa yang
kuliah pada jurusan yang sepi peminat yaitu Jurusan Syariah dan Jurusan
Dakwah. Seluruh mahasiswa Jurusan Syariah dan Jurusan Dakwah
mendapatkan beasiswa selama masih aktif menjalankan studinya. Pemberian
beasiswa ini diharapkan mampu meningkatkan minat calon mahasiswa
untuk kuliah di STAIN terutama Jurusan Syariah dan Jurusan Dakwah.
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh ketua STAIN ini tentu saja
harus mendapatkan dukungan dari semua pihak yang ada di STAIN ini.
Pimpinan tidak bisa menjalankan kebijakan tanpa didukung oleh anggota
organisasi yang lain. Dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan inilah perlu
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 197
adanya komunikasi antara pimpinan dengan bawahan agar kebijakan yang
ada dapat berjalan dengan baik sesuai harapan dari semua pihak. Jika tidak
dikomunikasikan dengan baik maka bisa jadi kebijakan ini tidak akan
didukung sepenuhnya oleh para bawahan. Seperti hasil wawancara berikut
ini:
Untuk mendukung pengembangan STAIN diperlukan latihan-
latihan kerja yang dapat menunjang ketrampilan karyawan dan dosen.
Latihan juga diperlukan untuk menunjang kerja tim, karena kerja di kampus
tidak bisa sendiri-sendiri, harus saling mendukung. Latihan motivasi juga
diperlukan untuk membuat karyawan dan dosen bekerja lebih semangat.188
Latihan-latihan diperlukan untuk dapat membuat dosen dan
karyawan bisa lebih terampil dalam pekerjaannya. Training tentang penelitian
diperlukan oleh dosen untuk menunjang tri dharma perguruan tinggi.189
Pengembangan kampus ini harus dilakukan agar kampus ini dapat
dikenal oleh masyarakat. Sosialisasi ataupun pengenalan kampus ini bisa
dimanfaatkan dari banyaknya dosen-dosen yang mengisi ceramah diluar
yang dalam hal ini dosen tersebut melaksanakan pengabdian masyarakat.
Dalam organisasi yang dinamis dan dalam tuntutan perkembangan
pendidikan perlu diadakan perubahan atau pengembangan. Perubahan
adalah menjadikan sesuatu yang ada saat ini menjadi sesuatu yang baru yang
diinginkan. Oleh karena itu perlu dilakukan diagnosis atas perubahan yang
diinginkan tersebut. Perubahan bisa disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. Dalam upaya melakukan perubahan, kemungkinan terjadi
perlawanan, yang diwujudkan dengan tingkah laku karyawan yang didesain
untuk tidak mempercayai, menunda dan mencegah implementasi dari
perubahan kerja. Agar upaya perubahan tidak mendapat rintangan, maka
perlu dilakukan sosialisasi melalui komunikasi yang terarah dan terprogram.
188M. Tahir, dosen jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 13 April 2012 189Bunyamin, dosen jurusan Dakwah, wawancara oleh penulis, di STAIN
Samarinda, 12 April 2012
198 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Sebagaimana pemimpin dalam organisasi mempunyai peran yang
bersifat interpersonal, peranan yang bersifat informasional, peranan
pengambilan keputusan. Pertama peran yang bersifat interpersonal, yaitu
tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin adalah keterampilan
insani. Keterampilan tersebut mutlak perlu karena pada dasarnya dalam
menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin berinteraksi dengan
manusia lain, bukan hanya dengan bawahannya, akan tetapi juga berbagai
pihak yang berkepintingan baik di dalam maupun di luar organisasi. Itulah
yang dimaksud dengan peran interpersonal yang menampakkan diri. Seperti
sebagai pelaku simbol keberadaan organisasi. Peranan tersebut dimainkan
dalam berbagai kegiatan yang sifatnya legal dan seremonial. Menghadiri
berbagai upacara resmi, memenuhi undangan atasan, rekan setingkat, para
bawahan, dan mitra kerja. Kemudian selaku pemimpin yang bertanggung
jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada para bawahan yang
dalam kenyataannya berurusan dengan para bawahan, serta peran selaku
penghubung di mana seorang manajer harus mampu menciptakan jaringan
yang luas dengan memberikan perhatian khusus kepada mereka yang
mampu berbuat sesuatu bagi organisasi.
Kedua peranan yang bersifat informasional, informasi merupakan
aset organisasi yang kritikal sifatnya. seorang pemimpin adalah pemantau
arus informasi yang terjadi dari dan ke dalam organisasi. Seorang pemimpin
menerima berbagai informasi dari dalam dan dari luar organisasi. Bahkan
juga informasi yang sebenarnya tidak harus ditujukan kepadanya, tetapi
kepada orang lain dalam organisasi. Dalam kaitan ini perlu ditekankan
bahwa berkat kemajuan dan terobosan dalam bidang teknologi informasi,
yang dihadapi oleh pimpinan ialah melimpahkan informasi yang diterimanya.
Peran ini menuntut pemahaman yang mendalam tentang makna informasi
yang diterimanya, dan pengetahuan tentang berbagai fungsi yang harus
diselenggarakan.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 199
Ketiga peranan pengambilan keputusan, seorang pemimpin
diharapkan mampu mengkaji terus menerus situasi yang dihadapi oleh
organisasi, untuk mencari dan menemukan peluang yang dapat
dimanfaatkan, meskipun kajian itu sering menuntut terjadinya peubahan
dalam organisasi. Peran yang lainnya adalah pembagi sumber dana dan daya.
Wewenang atau kekuasaan itu paling sering menampakkan diri pada
kekuasaan untuk mengalokasikan dana dan daya. Termasuk diantaranya
wewenang untuk menempatkan orang pada posisi tertentu, wewenang
mempromosikan orang, menurunkan pangkat. Kewenangan itulah yang
membuat para bawahan bergantung kepadanya.
Pengembangan ini juga harus diimbangi dengan pimpinan yang
bisa untuk memberikan peran pada masyarakat, sebagaimana seharusnya
pimpinan memiliki peran interpersonal seperti menghadiri berbagai upacara
resmi, memenuhi undangan atasan, rekan setingkat, para bawahan, dan mitra
kerja. Selama ini kalau ada undangan yang berada di sekitar Samarinda,
pimpinan akan mewakilkan kepada orang lain semisal Ketua Jurusan,
sedangkan yang perlu hadir adalah pimpinannya sebagai bentuk
penghormatan kepada pihak yang mengundang. Kemudian hal lain yang
perlu dilakukan untuk pegembangan organisasi di STAIN Samarinda adalah
sosialisasi, selama ini sosialisasi kurang dilakukan, apabila dilakukan
sosialisasi itu karena berdekatan dengan penerimaan mahasiswa baru, yang
terkadang sudah terlambat.190
Sosialisasi ini perlu dilakukan karena STAIN Samarinda sebagai
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri satu-satunya di Kalimantan timur
tetapi dalam website kota Samarinda justru STAIN Samarinda tidak
tercantum di dalam daftar perguruan tinggi yang ada di Samarinda,
sedangkan semua perguruan tinggi swasta justru tercantum didalamnya. Hal
ini bisa menunjukkan bahwa STAIN Samarinda tidak terlalu dikenal karena
kurangnya peran dari pimpinan yang harusnya memiliki peran interpersonal.
190Hasil Observasi di STAIN Samarinda, tanggal 5 Mei 2012
200 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Pengembangan organisasi tidak hanya pada pengembangan fisik
saja misalnya pembangunan gedung-gedung yang sekarang ini telah
dilakukan oleh STAIN samarinda, namun pengembangan organisasi juga
harus dilakukan pada non fisiknya yaitu dalam bentuk peningkatan
kemampuan dosen dan karyawan, misalnya dosen didukung dan diberi
motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Kemudian yang karyawan atau pegawai adminatrasi didukung untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan yang bisa menunjang kinerja mereka. Hal ini
sebagaimana dalam metode pengembangan organisasi yang meliputi metode
pengembangan perilaku, dan metode pengembangan keterampilan dan
sikap.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam kajian teoritis bahwa untuk
dapat melakukan pengembangan organisasi perlu dilakukan latihan-latihan
guna menunjang efektifitas organisasi, diantaranya adalah pertama latihan
kepekaan,. Latihan ini dapat dipakai dengan menekankan aspek-aspek
pengembangan pribadi, atau cara-cara untuk menjadi anggota kelompok
yang efektif, atau menekankan keduanya. Dalam latihan ini anggota
kelompok diberi motivasi untuk belajar mengenai diri mereka sendiri dalam
menghadapi orang lain, kebutuhan dan sikap mereka sendiri. Kedua Kisi
manajerial atau disebut juga latihan jaringan, adalah suatu metode
pengembangn organisasi yang didasarkan jaringan manajerial. Ketiga survai
umpan balik adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data
dari para anggota organisasi. Keempat pembentukan tim adalah salah satu
metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan perilaku
kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim.
Tujuan dari pengembangan perilaku kelompok adalah untuk melakukan
pekerjaan secara efektif dengan membentuk tim.
Dalam metode pengembangan keterampilan dan sikap. Metode ini
merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan terus menerus dengan
tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 201
anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan adalah
suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, kehalian,
dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi.191
Pelatihan-pelatihan tersebut perlu ditingkatkan lagi di STAIN
Samarinda untuk dapat mengembangkan organisasi, dengan diadakannya
pelatihan-pelatihan diharapkan pimpinan, pegawai administrasi, dan dosen
dapat bekerjasama dengan baik guna menjadikan STAIN Samarinda lebih
maju lagi. Pelatihan-pelatihan yang diberikan bisa dalam bentuk pelatihan
pemberian motivasi untuk semua anggota organisasi dan pelatihan-pelatihan
teknis yang berkaitan dengan bidangnya masing-masing. Pada tahun 15-16
Mei 2012 seluruh anggota organisasi diberikan ESQ leadership training,
pelatihan pelatihan pemberian motivasi seperti ini patut untuk dilakukan
secara berkala, karena ini menyangkut motivasi kerja, dan bekerjasama.
Pelatihan-pelatihan yang diberikan untuk tenaga administrasi untuk
meningkatkan kualitas kinerja sesuai dengan perkembangan teknologi, dan
juga disesuaikan dengan job pekerjaan. Sedangkan untuk dosen pelatihan-
pelatihan yang diberikan bisa dalam bentuk pengembangan kemampuan
memanfaatkan teknologi informasi, melaksanakan diskusi dosen,
pengembangan kompetensi kurikulum dengan mengikuti seminar dan
melakukan studi banding ke perguruan tinggi lain. Hal ini perlu dilakukan
dengan tujuan memperbarui pengetahuan para dosen tentang perkembangan
terbaru di bidang disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan itu akan menjadi bekal
dosen dalam merumuskan kurikulum yang baik karena kurikulum yang baik
adalah kurikulum yang kandungannya memperhatikan kemampuan peserta
didik serta mampu mendorong kemampuan mahasiswa menjadi kreatif dan
inovatif.
191Ig. Wursanto, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi ( Yogyakarta: Andi, 2005), h..
319-325.
202 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman Oemi. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001.
Al-Firdaus, Iqra’ Kiat Hebat Public Relations Ala Nabi Muhammad Saw,
Yogyakarta:Najah, 2013.
Alqur’an dan Terjemahannya. Jakarta; Khazanah Mimbar Plus, 2011.
Argenti, Paul A. Corporate Communication. Terj. Putri Aila Idris,
Komunikasi Korporat. Jakarta: Salemba, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bhineka Cipta, 1992.
Arrianie, Lely, dkk. Metode Penelitian Komunikasi Contoh-Contoh
Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007.
Alsa, Asmadi. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya
Dalam Penelitian Psikologi. Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004.
Brannen, Julia. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Bulaeng, Andi. Teori Manajemen dan Riset Komunikasi. Jakarta:
Narendra, 2002.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta, Kencana Prenada Media
Group, 2006.
...................................... Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2006.
……………………….. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman
Filosofis dan Metodologis keArah Penguasaan Model Aplikasi.
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003.
Chatab, Nevizond. Mengawal Rancangan Pilihan Organisasi. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 203
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2007.
Davis, Keith & John W. Newstrom. Human Behavior at Work:
Organizational Behavior. Terj. Agus Dharma, Perilaku Dalam
Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Daniel, Moehar. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi
Aksara, 2005.
Devito, Joseph A. Komunikasi Antarmanusia. Terj. Agus Maulana.
Jakarta: Karisma Publishing Group,2011.
Effendy, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi, teori dan praktek. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2002.
................................. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000.
................................. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2000.
……………………...., Hubungan Masyarakat Suatu Studi
Komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Faisal, Sanapiah. Penelitian Kualitatif Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3,
1990.
……………………… Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2007.
Gibson, John M Ivancevich, dan Donnely, Organisasi dan
Manajemen. Jakarta: Erlangga, 1985.
Goldhaber, M Gerald. Organizational Communication. Ed 6th.
USA:McGraw-hill, 1993.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset, 2004.
Hamijoyo, Santoso S. Komunikasi Partisipatoris. Bandung: Humaniora,
2005.
204 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Hardjana, Andre. Audit Komunikasi Teori dan Praktik. Jakarta: Grasindo,
2000.
Harun, Rochayat. Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar Maju, 2008.
Haryatmoko. Etika Komunikasi Manipulasi Media, Kekerasan, dan
Pornografi. Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Hendricks, Willam. Bagaimana Mengelola Konflik. Jakarta: Bumi
Aksara, 1998.
Hersey, Paul & Ken Blanchard. Management of organizational Behavior:
Utilzing Human Resources. Terj. Agus Dharma. Manajemen
Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010.
Indrajaya, Adam I. Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009.
Ivancevich, John M. Robert Konopaske, Michael T. Matteson.
Organizational Behavior and Management. Terj. Dharma
Yuwono. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga,
2007.
Ivancevich, John M. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:
Erlangga, 2006.
Johansen, Richard. Etika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya,1996.
Karjadi. Kepemimpinan. Bogor: Politeia, 1983.
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Cet. XIII;
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1994.
Kusumastuti, Frida. Dasar-Dasar Humas. Bogor: Ghalia Indonesia,
2004.
Liliweri, Alo. Sosiologi Organisasi. Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1991.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 205
....................... Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Prenada
Media Group, 2011.
Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Commucination. Fifth
Edition; USA: Wadsworth Publishing Company, 1996.
Masnuh, Abdullah. Komunikasi organisasi dalam perspektif teori dan
praktik. Malang: UMM Pers, 2008.
May,Steve & Dennis K. Mumby. Engaging Organizational
Communication Theory & Research. USA: Sage Publications,
2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
Morissan. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.
Muchlas , Makmuri. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2008.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Cet. VIX;
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
............................ Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001.
……………………. Nuansa-Nuansa Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999.
Narbuko, Kholid. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Nasution. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Ndraha, Taliziduhu. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Nimran, Umar. Perilaku Organisasi. Edisi Revisi; Surabaya: Citra
Media, 1999.
206 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
Pace, R Wayne N. Don F. Faules. Organizational Communication. Terj
Deddy Mulyana. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Pareek, Udai. Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Ikran Mandiriabadi,
1996.
Pareno, Sam Abede. Kuliah Komunikasi Pengantar dan Praktik.
Surabaya: Papyrus, 2002.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Cet ke 27; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.
................................ Metode Penelitian Komunikasi. Cet. VI; Bandung:
Remaja Rodakarya, 1998.
Riani , Asri Laksmi. Budaya organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2003.
Robbins, Stephen P. Organizational Behavior. Terj. Diana Angelica.
Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Romli, Khomsahrial. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Grasindo,
2011.
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Saefullah, Ujang. Kapita Selekta Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007.
Soedarsono, Dewi K. Sistem Manajemen Komunikasi Teori Model dan
Aplikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009.
Soejono dan Abdurrahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Soetopo, Hendyat. Perilaku Organisasi Teori dan Praktek di Bidang
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi 207
Sofyandi, Herman & Iwa Garniwa. Perilaku Organisasional.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Sopiah. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Andi, 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2008.
Suparmo, Ludwig. Aspek Komunikasi Dalam Public Relations. Jakarta:
Indeks, 2011.
Suryadibrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006.
Sutrisno, Edi. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana, 2011.
Tubbs, Stewart L.-Silvia Moss Human Communication. Terj. Deddy
Mulyana Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar. Buku 1;
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
Tubbs, Stewart L.-Silvia Moss. Human Communication. Terj. Deddy
Mulyana. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi.
Buku 2; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Umar, Husein. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002.
Ustman, Husaini dan Purnomo S. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, 1998.
Wahjono, Sentot Imam. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010.
Wahyudi. Manajemen Konflik Dalam Organisasi. Bandung: Alfabeta,
2008.
Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Wursanto, Ig., Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi, 2005.
Yulianita, Neni. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Multimedia
Fikom Unisba, 2002.
208 Dinamika Komunikasi Organisasi di Perguruan Tinggi
BIOGRAFI PENULIS
Ida Suryani Wijaya, lahir di Lamongan, 26
Desember 1977. Ia adalah Dosen Tetap di IAIN
Samarinda pada Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Pendidikan Sarjana S1
diselesaikan di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya pada
tahun 2000. Pendidikan S2 diselesaikan pada
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Dr.
Soetomo Surabaya pada tahun 2002. Pendidikan S3 diselesaikan pada
Konsentrasi Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar tahun
2013