diagnosis kesulitan belajar

15
PSIKOLOGI PENDIDIKAN “Diagnosis Kesulitan Belajar” Oleh : Mochammad Ari Afrizal 13050514053 Erlina Damayanti 13050514060 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS TEKNIK

Upload: ari

Post on 12-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

psikologi pendidikan

TRANSCRIPT

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Diagnosis Kesulitan Belajar

Oleh :

Mochammad Ari Afrizal

13050514053

Erlina Damayanti

13050514060

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

2015

KATA PENGANTARTolong diisikanDAFTAR ISICover I

Kata Pengantar II

Daftar Isi III

Bab 1 Pendahuluan

Latar Belakang1

Rumusan Masalah

Maksud dan Tujuan

Bab 2 Pembahasan

Pengertian Diagnosis

Pengartian Kesulitan Belajar

Diagnosis Kesulitann Belajar

Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Mengidentifi Kasus Kesulitan belajar

Prosedur dan Teknik Diagnosis Kesulitan belajar

Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Pembuatan Rekomendasi Pemecahan Kasus

Penyelesaian Masalah Kesulitan Belajar

Bab 3 Penutup

Kesimpulan

Daftar Pustaka

A. Pengertian DiagnosisDiagnosis merupakan istilah teknis di bidang medis. Menurut thorndike dan hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai berikut :

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang mengenai seksama mengenai gejala-gelajanya.

2. Studi yang sekssama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang essensial.

3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatau studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.

Dari ketiga pengertian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah mencakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnosis buka hanya sekedar mengidentifikasi jenis, karakteristik maupun latar belakang dari suatau kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan jua mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.B. Pengertian Kesulitan BelajarBurton (1952:622-624) mengidentifikasikan bahwa seorang siswa dapat dianggap mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkuta mengalami kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai berikut :

1. Siswa dikatan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru.

2. Siswa dapat dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mencapai prestasi yang semestinya, sedangkan dalam prediksi hal tersebut dapat ia raih dengan hasl yang memuaskan.3. Siswa dikatakan apabila yang besangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya.

C. Diagnosis Kesulitan BelajarDengan mengaitkan kedua pengertian diatas maka kita dapat mendefinisikan diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan0kesulitan belajar dengan menghimpun berbagai informasi selengkap mungki sehingga mempermudah dalam pengambilan kesimpulan guna mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.

D. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar

Beberapa contoh kesulitan belajar yang dapat dan serinng didiagnosis adalah :

1. Gangguan perhatian pada anak-anak

Anak tidak mampu memusatkan perhatianny kepada sesuatu hal atau objek tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama. Beberapa ahli menyebutkan perhatian anak pada kelompok ini kurang dari 10 detik.

2. Distrakbilitas

Akibat kekurangan perhatian penderita mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan rangsang yang kurang menonjol, yang dapat berupa distrakbilitas visual, auditori, dan internal.

Pada distrakbilitas visual, konsentrasi visual dialihkan ke benda-benda yang dilihatnya. Kedua matanya terus menerus menyelidik dan mencari pengalaman visual yang lebih seru serta lebih baik, akibatnya penderita sering memperlihatkann kekeliruan khas sewaktu membaca dan cenderung melompati kta-kata atau bahkan melewati begitu saja kalimatnya.

Pada distrakbilitas auditoris, menyebabkan perhatian mudah teralih kepada suara-suara latar belakang.

Pada distrakbilitas internal, menyebabkan penderita terganggu oleh rangsangan yang berasal dari dalam dirinya berupa pikiran, ingatan, maupun asosiasinya sendiri. Terlihat penderita sering melamun sehingga tidak memperhatikan pelajaran dikelas.

3. Impulsif

Artinya cenderung bertindak tanpa memperhatikan akibat tidakannya itu meraka cenderung memberikan respon pertama yang masuk dalam pikirannya dan lebih senang cepat selesai dalam mengerjakan sesuatu dan tidak mengutamakan ketelitian. Akibat impulsivitas, penderita tidak tepat dalam membaca, mengeja dan berhitung meskipun konsep dasarny telah dikuasai dengan baik.

4. Kurang ulet

Penderita akan menunjukkan sifat kurang ulet dalam bekerja sehingga pekerjaannya jarang selesai, selain itu juga akan mudah lelah sehingga berpikir lama akan mudah menguap, mengeliat, biasanya jam tidur juga tidak seimbang, siang hari suka tidur dan pada malam hari sering terbangun.

5. Selalu berubah

Perhatiannya akan sangat bergantung apada motivasinya, pada motivasi yang tinggi fokus perhatian akan lebih tajam, misalnya : mengikuti acara televise tertentu.

6. Inkoordinasi

Artinya sukar melakukan kegiatan motoric halus sehingga mengalami kesulitan dalam menyalakan korek api, bermasalah dengan resleting, dan lain-lain.

Selain kesulitan belajar diatas terdapat juga kesulitanbelajar yang sifatnya spesifik. Pada kesulitan belajar ini anak pada dasarnya memiliki keinginan untuk belajar, namun memiliki keterbatasan. Kondisi gangguan terjadi disebabkan oleh gangguan psikologi dasar yang disebabkan kelainan fungsi pada system syaraf diotak. Anak dengan gangguan belajar ini biasanya memiliki masalh pada kemampuan metakognisi, artinya sulit mengatur pemahaman ketika menerima informasi atau salah memberkan respon. Oelh sebeb itu sebaiknya orang tua memiliki pengetahuna yang matang mengenai gangguan belajra pada anak.

Gangauan belajar pada anak tidak melulu dikaitkan dengan kekurangan seperti autisme atau down symdrome jika ditilik lebh jauh ada tiga jenis kesulitan belajar yang dialami anak antara lain, menyangkut kemempuan membaca (disleksia), kemampuan menulis (disgrafia), dan kemempuan berhitung (diskalkulia).

E. Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar

pada subbab ini akan dijelaskan beberapa lengkah operasional diagnosis kesulitan belajar.

1. Dengan metode criterion referenced, yaitu tes yang mengasumsikan bahwa instrument evaluasi atau soal yang digunakan telah dikembangkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan angka nilai kualitatif minimal yang dapat diterima, misalnya 5,0 atau 6,0

b. Membandingkan prestasi dari setiap siswa dengan angka nilai batas lulus terssebut. Secara teoritis, mereka yang nilai prestasinya berada dibawah lulus sudah dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.

c. Menghimpun siswa yang mengalami keslitan belajar serta mencari siswa yang mengalami gejala terparah (yang nilainya jauh dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya).

d. Membuat rangking atau tingkatan guna mempermudah dalam pemberian prioritas layanan psikologis.Dengan hasil penandaan itu maka dapat dikatakan bahwa kelas atau individu-individu tersebut memerlukan bimbingan belajar karena prestasinya belum memenuhi harapam (seperti yang digariskan dalam TIK)

2. Dengan metoda norm-referance, yaitu nilai prestasi rata-rata dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi masing-masing siswa. Tahapanya adalah sebagai berikut :a. Mencari dan menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok.

b. Menendai siswa-siswa yang nilainya dibawah rata-rata.

c. Jika mau diadakan prioritas layanan bimbingan, terlebih dahulu harus membuat rangking seperti pada metoda pertama.

F. Prosedur dan Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar

Menurut burton (1952:640-652) penggolongan tahapan-tahapan diagnosis tidak didasarkan pada usah penanganan, tetapi didasarkan pada teknik dan instrumenyang digunakan dalam pelaksanaannya, seperti dibawah ini.

1. General Diagnosis; pada tahap inii lazim dipergunakan tes baku, seperti digunakan yang untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.2. Analitic Diagnosis; pada tahap ini yang lazim digunakan ialah tes diagnostic. Sasarannya, untuk mengetahui dimana letak kelemahan tersebut.

3. Psychological Diagnosis; tahap ini merupakan teknik pendekatan psikologi dengan menggunakan beberapa instrument, diantaranya adalah:

a. Observasi

b. Analisis karya tulis

c. Analisis proses dan respon lisan

d. Analisis berbagai catatan objektif

e. Wawancara

f. Pendekatan laboratories dan klinis

g. Studi kasus

Sasaran kegiatan diagnosis pada langkah ini dasarnya digunakan untuk memahami karakteristik dan faktorfaktor penyebab terjadinya kesulitan. Jika output dari layanan bimbingan belajar berupa perubahan pada diri siswa (terbimbing).setelah menjalani tindakan penyembuhan treatment), maka output dari layanan diagnosis kesulitan belajar hanya sampai pada rekomendasi tentang kemungkinan alternatif tindakan penyembuhan.G. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Pada dasarnya bila setiap kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan bersumber pada komponen-komponen yang berpengaruh atas berlangsungnya proses belajar-mengajar itu sendiri. Berbagai variable yang mempengaruhi proses belajar-mengajar menurut Loree (1970) terdiri atas :

1. Stimulus atau learning variables

2. Organism variables

3. Response variable

Marilah kita mulai mencermati masing-masing variable tersebut.

1. Learing variables, mencakup :

a. Faktor pengalaman belajar, antara lain :

Faktor metode, menyangkut kua lemahnya motivasi untuk belajar, intensif atau tidaknya bimbingan guru dan ada tidaknya kesempatan untuk pratikum.

Faktor tugas, mencakup menarik atau tidaknya materi pelajaran, bermakna atau tidaknya apa yang dipelajari, dan tersedia atau tidaknya fasilitas belajar yang memadai.

b. Faktor lingkungan, yang menyangkut iklim belajar yaitu tersedianya waktu yang cukup untuk belajar dan tersedianya fasilitas belajar yang memadai.

2. Organismic variables, mencakup :

a. Karakteristik pebelajar, antara lain tingkat intelegensi , usia taraf kematangan, jenis kelamin, dan kesiapan untuk belajar.

b. Proses mediasi, yaitu kondisi yang lazim terdapat dalam diri siswa antara lain intelegensi, persepsi, motivasi, emosi seperti takut , cemas, dan tekanan batin.

3. Response variables, meliputi :

a. Tujuan-tujuan kognitif , seperti pengetahuan, konsep-konsep, dan keterampilan pemecahan masalah.

b. Tujuan-tujuan efektif, seperti sikap-sikap , nilai-nilai, minat, dan apresiasi.

c. Tujuan-tujuan pola-pola bertindak , antara lain :

Keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, melukis .

Kompetensi-kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan.

Kebiasaan-kebiasaan , seperti kebiasaan hidup sehat, kejujuran, kerapian.

Sedangkan menurut Burton ( 1952 ), variable yang mempengaruhi proses belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor :

1. Faktor faktor dari dalam diri siswa, antara lain :

a. Kelemahan fisik, seperti tidak berkembangnya susunan syaraf pusat karena cacat atau sakit.

b. Kelemahan-kelemahan mental , seperti cacat mental, kurang semangat, serta pengalaman-pengalaman traumatis.

c. Kelemahan-kelemahan emosional, seperti rasa tidak aman, phobia.

d. Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan yang salah, seperti banyak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan aktivitas sekolah

e. Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan , seperti membaca, menghitung.

2. Faktor faktor dari luar diri siswa, antara lain :

a. Kurikulum yang seragam , bahan dan buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkatt kematangan.

b. Beban belajar-mengajar yang terlalu berat bagi siswa dan guru.

c. Populasi siswa yang terlalu besar dalam kelas.

d. Terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler .

e. Kekurangan gizi.

H. Pembuatan Rekomendasi Pemecahan Kasus

Jika terdapat kasus kesulitan belajar seperti tersebut diatas, maka hendaknya :

1. Menarik kesimpulan umum

2. Membuat perkiraan

3. Memberikan saran tentang kemungkinan cara mengatasinya.

a. Untuk Kasus Kelompok

Jika mayoritas siswa nilai presentasinya tidak dapat mencapai batas lulus, kita dapat menyimpulkan bahwa kelas yang bersangkutan mengalami kesulitan belajar.

Jika fakta diatas terjadi pada banyak bidang studi, dapat diduga bahwa letak kelemahannya bersifat integral ( menyeluruh ) yang menyangkut kseeluruhan aspek kurikulum dan system pengajaran dikelas atau sekolah yang bersangkutan .

Estimasi ( perkiraan ) dan saran kemungkinan cara mengatasi kasus diatas dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendefinisikan jenis dan sumber penyebab masalahnya dan karakteristik berat atau ringannya masalah.

Jika kelemahannya bersumber dari kurikulum, maka kemungkinan cara mengatasi adalah dengan program pengajaran khusus ( pengayaan ). Jika kelemahannya bersumber dari system evaluasi, maka kemungkinan cara mengatasinya dengan pengembangan system penilain yang memotivasi siswa. Sedangkan jika kelemahannya terdapat pada factor kondisional, kemungkinan dapat diatasi dengab melengkapi buku, laboratorium , dan sarana prasarana belajar lainnya.b. Untuk Kasus Individu

a. Bersifat menyeluruh , jika ternyata kelemahannya terjadi pada seluruh atau sebagian besar bidang studi yang diikutinya.

b. Bersifat segmental , jika ternyata kelemahan terjadi pada sebagian bidang studi yang diikutinya.

c. Bersifat personal, jika ternyata kelemahan itu bukan dalam segi prestasi studi tetapi segi proses atau penyesuaian dirinya.

I. Penyelesaian Masalah Kesulitan Belajar

1. Hyperlink dan Multimedia

Software computer dapat digunakan untuk mendukung perkembangan berbagai macam keahlian menulis dan bahasa.

Lingkungan hyperlink dan multimedia juga hadir untuk menguntungkan para siswa dengan kebutuhan belajar khusus. Hyperlink memudahkan siswa untuk mengakses informasi elektronik dengan hanya sebuah klik pada mouse. Dengan hypertext, siswa dapat meng-klik pada kata yang mereka tidak kenal atau paham dan mendapat penjelasan seketika.

Software multimedia dapat menolong memperbaiki konsep siswa dalam mencari ide dengan menggunakan bayangan visual dan efek suara. Teknologi ini efektif untuk siswa dengan keterbatasan belajar.

Bagi anak-anak yang menderita kelemahan auditori, visual, ataupun komunikasi, teknologi merupakan pembuka jalan baru untuk pembelajaran.

2. Akomodasi Ruang Kelas

Akomodasi ruang kelas adalah modifikasi yang dapat dilakukan dengan cukup mudah, yaitu dengan melengkapi ruangan kelas pada umumnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan tertentu siswa.

a. Bagi peserta didik dengan masalah pengamatan visual :

1. Beri mereka salinan terjelas dari semacam deretan kerja. Hasil foto copy bisa lebih baik, bila memungkinkan.

2. Ringkaslah poin penting dari setiap akhir pelajaran untuk meyakinkan bahwa siswa telah merekam materi penting.

3. Padatkan instruksi tulisan yang panjang dengan menulisnya dalam langkah yang ringkas.

b. Bagi peserta didik dengan masalah pengamatan auditori :

1. Ringkaslah poin konci dari pelajaran dengan sebuah patokan visual. Secara langsung setelah pelajaran, gunakan OHP untuk mengerjakan sebuah deretan kerja sederhana bersama.

2. Peringatkan para siswa saat sedang member perintah dengan mengatur langkah.

3. Mintalah seorang teman untuk menggunakan kertas karbon untuk mencatat selama pelajaran. Ini membuat siswa tersebut berkonsentrasi selama mendengarkan.

c. Bagi peserta didik dengan masalah gerak :

1. Menyatakan dengan tegas bahwa huruf pendek (a,c) mengambil satu ruang penuh pada kertas bergari dan huruf-huruf tinggi (d,h) dan huruf-huruf panjang (p,g) mengambil 2 ruang penuh secara pokok.

2. Dalam matematika , gunakan garis kertas secara vertical untuk menolong siswa menyusun masalah matematika. Hal ini dapat membantu, menjaga satuan,puluhan, dan ratusan dalam garis lurus.

3. Memperbaiki perintah yang melibatkan keahlian gerak yang baik (missal : mengisi tabel, peta, diagram ) dengan menggunakan pensil tajam, warna dari krayon atau alat penanda lain yang lebar, menyediakan ruang lebih untuk warna atau penandaan, mengizinkan waktu tambahan bagi siswa.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN : Diagnosis Kesulitan Belajar