deskripsi pelaksanaan katekese persiapan ...menyajikan garis yang didasarkan pada asas utama...

109
i DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA DI WILAYAH SANTA MARIA RATU ROSARI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Oleh: Vincensia Melani Milasari NIM: 151124019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE

    PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA DI

    WILAYAH SANTA MARIA RATU ROSARI PAROKI

    SANTO YAKOBUS BANTUL

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

    Oleh:

    Vincensia Melani Milasari

    NIM: 151124019

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria

    Teruntuk kedua orang tuaku Bapak E. Bana Widanardana dan Ibu V. Mariyati.

    Keluarga yang telah memberikan dukungan dan motifasi kepada penulis,

    Sahabat yang selalu membantu dan mendukung pembuatan skripsi,

    Serta Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik,

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

    Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    Motto

    “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya,

    sebab Ia yang memelihara kamu.”

    (1 Ptr 5:7)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul “DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE PERSIAPAN

    BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA DI WILAYAH SANTA MARIA RATU

    ROSARI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.” Penulis memilih judul ini

    berpangkal dari keprihatinan penulis akan kurangnya pemahaman orang tua

    tentang pembaptisan bayi dan pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi. Hal ini

    terlihat dari pandangan orang tua bahwa membaptiskan anak yang masih bayi

    hanyalah sebagai formalitas agar anak dapat diterima sebagai anggota Gereja.

    Berkaitan dengan pentingnya katekese persiapan baptis bayi, penulis tertarik

    untuk menulis skripsi ini agar dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada

    orang tua dan katekis untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan baptis

    bayi bagi orang tua di wilayah Santa Maria Rosari, sehingga orang tua dapat

    memaknai katekese persiapan baptis bayi yang diikuti. Dalam penulisan skripsi

    ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yakni berdasarkan

    wawancara terhadap orang tua, katekis, maupun dewan wilayah, serta penelitian

    terhadap dokumen Paroki Santo Yakobus Bantul. Berdasarkan hasil penelitian

    yang dilakukan oleh penulis ditemukan bahwa orang tua mengikuti katekese

    persiapan baptis bayi ini hanya sebagai formalitas agar anak dapat diterima

    sebagai warga Gereja Katolik. Menyadari adanya hal tersebut maka perlu

    diusahakan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi bagi

    orang tua agar dapat dilakukan dengan kegiatan rekoleksi.

    Kata kunci : Katekis, Orang tua, Rekoleksi, Gereja, Katekese persiapan baptis

    bayi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    ABSTRACT

    This thesis is entitled "DESCRIPTION OF THE IMPLEMENTATION OF

    BABY BAPTICAL PREPARATION FOR PARENTS IN SANTA MARIA

    AREAS OF ROSARI QUEEN OF SANTO SAINT YAKOBUS BANTUL." The

    author chooses this title stemming from the writer's concern about the lack of

    parental understanding of the practice of infant baptism preparation catechesis.

    This can be seen from the views of parents and Catechists themselves that the

    implementation of infant baptism preparation catechesis still needs to be

    improved. Parents have difficulties in educating children's faith. Parents often

    think that baptizing a child is only a formality so that the child can be accepted as

    a member of the Church. In connection with the importance of catechetical

    preparation for infant baptism, the author is interested in writing this thesis so that

    it can contribute ideas to parents and Catechists to improve the practice of infant

    baptism preparation catechesis for parents in the Santa Maria Rosari area, so

    parents can interpret the catechesis preparation for infant baptism . In writing this

    thesis, the author uses qualitative research methods based on interviews with

    parents, catechists, and regional councils, as well as research on the documents of

    the Parish of Saint Yakobus Bantul. Parents, as educators of children's faith, first

    and foremost, seek the habituation of the life of faith. Based on the results of

    research conducted by the authors found that parents have difficulty in

    interpreting the catechesis of infant baptism preparation. Aware of this, efforts

    should be made to improve the implementation of infant baptism preparation

    catechesis for parents. In this regard, the authors argue that improving the

    implementation of infant baptism preparation catechesis for parents, can be done

    by recollection activities. Especially through recollection activities, in order to be

    able to train naruni parents in distinguishing which supports and disadvantages

    parents and develops positive things for their children.

    Keywords : Catechists, parents, recollection, church, catechetical preparation for

    infant baptism

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………… ………….. ii

    HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………...……… iv

    HALAMAN MOTTO ………………………………………………………… v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………… vi

    PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………………...……………… vii

    ABSTRAK……………………………………………………………………. viii

    ABSTRACK…………………………………………………………………… ix

    KATA PENGANTAR…………………………………………………………. x

    DAFTAR ISI………………………………………………………………....... xii

    DAFTAR TABEL…………………………………..……………………….. xii

    DAFTAR SINGKATAN……………………………..……………………….. xvi

    BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

    A. Latar Belakang ………………………………………………………. …... 1

    B. Identifikasi Masalah ……………………………………………… ……… 3

    C. Batasan Masalah ………………………………………………………….. 3

    D. Rumusan Masalah …………………………………………………….. ….4

    E. Tujuan Penulisan ………………………………………………………… 4

    F. Manfaat Penulisan ………………………………………………………... 5

    G. Sistematika Penulisan …………………………………………………… 6

    BAB II KATEKESE PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG

    TUA……………….………………………………………………….. 7

    A. Tanggung jawab orang tua

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    1. Orang Tua sebagai Pendidik Iman yang Utama dan Terutama ……….. 7

    2. Upaya Konkret Orang Tua Mendidik Iman Anak …………………. 8

    B. Pembaptisan Bayi, Pentingnya Katekese Persiapan Baptis Bayi dan Tujuan

    Katekese Persiapan Baptis Bayi ..…........................................……… 9

    1. Pandangan Gereja Tentang Pembaptisan Bayi …….……..…..……. 9

    2. Pentingnya Katekese Persiapan Baptis Bayi ……………..…..……. 9

    3. Tujuan Katekese persiapan baptis Bayi ……………………………… 12

    C. Materi Katekese Persiapan Baptis Bayi ………………………………… 14

    D. Metode Katekese Persiapan Baptis Bayi ……..……………………..…… 19

    BAB III PENELITIAN TENTANG DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE

    PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA PAROKI DI

    WILAYAH ST. MARIA RATU ROSARI PAROKI SANTO

    YAKOBUS BANTUL ………………………………….…………. 22

    A. Gambaran Umum Wilayah St. Maria Ratu Rosari …………..………… 22

    1. Wilayah St. Maria Ratu Rosari ………………………………………. 22

    2. Kegiatan Gerejani Wilayah St. Maria Ratu Rosari ………………….. 23

    B. Metodologi Penelitian …………………………………………………. 24

    1. Jenis penelitian ………………………………………………………. 24

    2. Rumusan permasalahan ……………………………………………… 25

    3. Tujuan penelitian …………………………………………………. ... 25

    4. Teknik Penelitian……………………………………………………….26

    5. Tempat dan waktu penelitian ………………………………………… 26

    6. Fokus penelitian ……………………………………………………… 27

    7. Partisipan …………………………………………………………

    C. Laporan Hasil Penelitian Tentang Pelaksanaan Katekese Persiapan Baptis

    Bayi Bagi Orang Tua di Wilayah St. Maria Ratu Rosari Paroki Santo

    Yakobus Bantul ………………………………………………………….. 30

    1. Studi Dokumen ……………………………………………………... 31

    2. Hasil Observasi ……………………………………………………. 31

    3. Hasil Wawancara dengan Orang Tua ……………………………… 32

    4. Hasil Wawancara dengan Pengurus Wilayah dan Pendamping .......... 40

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    D. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………….. 47

    E. Kesimpulan …………………..………………………………………… 57

    BAB IV REKOLEKSI SEBAGAI PERTEMUAN LANJUTAN SETELAH

    PEMBAPTISAN ……………………………………………………. 60

    A. Rekoleksi sebagai Pertemuan Lanjutan setelah Pembaptisn ………….. 60

    B. Contoh Program Rekoleksi Sebagai Pertemuan Lanjutan Setelah

    Pembaptisan ……………………………………………………………….. 62

    C. Jadwal Rekoleksi ……………………………………………………… 65

    D. Contoh Satuan Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus Bantul

    Setelah Pembaptisan …….……………………………………… ……….. 66

    1. Sesi III …………………………………………………………………. 66

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 71

    B. Saran ………………………………………………..………………..….. 72

    DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 74

    LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 75

    Lampiran 1: Permohonan Ijin Penelitian …………………………….. (1)

    Lampiran 2: Pedoman Wawancara dengan Orang Tua, Katekis, dan

    Dewan Wilayah ………………………………………. (2)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1: Kisi –kisi panduan wawancara.................................................................... 27

    Tabel 2:Panduan pertanyaan Wawancara................................................................. 29

    Tabel 3: Matriks Program Rekoleksi ......................................................................... 62

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    A. Singkatan Kitab Suci

    Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian

    Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh

    Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, 2015.

    B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

    CT : Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para

    uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 oktober

    1979.

    FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Pasca Sinode Paus Yohanes Paulus II

    kepada para uskup, imam-imam dan umat beriman tentang peranan keluarga kristiani

    di dunia modern, 22 November 198.

    SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

    Liturgi Suci, 4 Desember 1963.

    C. Singkatan Lainnya

    Art : Artikel

    Bdk : Bandingkan

    Dll : Dan lain-lain

    DSA : Doa Syukur Agung

    Dsb : dan sebagainya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    KAS : Keuskupan Agung Semarang

    Kan : Kanon

    KHK : Kitab Hukum Kanonik

    KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

    KM : Kilometer

    LCD : Liquid Crystal Display

    MB : Madah Bakti

    NO : Nomor

    PNS : Pegawai Negeri Sipil

    St. : Santo

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    Bab I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam Gereja Katolik, Sakramen Baptis merupakan salah satu dari

    ketujuh sakramen yang perlu untuk dipahami dan dihayati sebagai: “Tanda dan

    sarana yang mengungkapkan iman, mempersembahkan penghormatan kepada

    Allah, dan menghasilkan pengudusan manusia” (Kan 840 dan SC 59). Sakramen

    Baptis ditempatkan di awal dari ketujuh sakramen yang ada karena Sakramen

    Baptis dipahami sebagai pintu gerbang sakramen-sakramen lain.

    Pembaptisan adalah momen paling penting dalam perjalanan jemaat

    Kristen. Melalui pembaptisan jemaat Kristen diberi materai yang tak terhapuskan

    yaitu diangkat sebagai murid Yesus dan diangkat menjadi anak-anak Allah.

    Dibaptis berarti digabungkan menjadi anggota Gereja. Pembaptisan menjadi tanda

    ungkapan iman akan Yesus Kristus, tetapi bagaimana dengan baptis bayi di mana

    bayi belum bisa sadar dalam mengungkapkan imannya.

    Gereja Katolik (Roma dan Ortodoks) telah menerima kebiasaan

    pembaptisan anak-anak ini sejak abad perdana, dan tetap mempertahankannya.

    Pembaptisan kanak-kanak adalah pembaptisan anak dari orang tua yang beriman

    dan mengamalkan iman itu, serta berjanji akan membesarkan anak dalam iman

    kepada Kristus (Crichton, 1990:52). Tata cara pembaptisan kanak-kanak

    menyajikan garis yang didasarkan pada asas utama pembaptisan yakni : iman,

    peranan orang tua, jemaat, dan perayaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Hal inilah yang menjadikan betapa pentingnya pemahaman orang tua

    akan pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi berserta dengan konsekuensinya.

    Pimpinan Gereja Katolik terus mempertahankan tradisi lama: Kanak-kanak pada

    umumnya wajib untuk dibaptis, dan jangan terlalu lama menunda pembaptisan

    tersebut (Groenen, 1992 : 153).

    Pembaptisan bayi terkesan menjadi suatu kebiasaan yang harus

    dilaksanakan oleh setiap orang tua Katolik. Mungkin secara sepintas mereka

    mengerti makna pembaptisan, namun penghayatan secara mendalam masih sangat

    kurang. Katekese persiapan baptis bayi merupakan katekese dasar yang

    menempati posisi paling penting dalam proses inisiasi Kristen. Hal itu

    dikarenakanbaptis merupakan pintu masuk atau pintu gerbang bagi sakramen-

    sakramen lainnya. Komisi KAS (2013: 16) mengatakan:

    Oleh karena itu baptis merupakan dasar dari seluruh kehidupan Kristiani.

    Katekese persiapan baptis bayi tentu saja tidak hanya menyangkut

    pemahaman pokok-pokok iman, namun juga harus menyangkut

    pemahaman secara mendasar mengenai hakikat dari Sakramen Baptis itu

    sendiri.

    Wilayah Santa Maria Ratu Rosari merupakan bagian dari paroki Santo Yakobus

    Bantul yang letaknya di Pijenan, Wijirejo, Pandak, Bantul, Yogyakarta. Menurut

    data yang diperoleh penulis dari paroki bahwa pada tahun 2019 pembaptisan bayi

    tercatat sebanyak 20 anak. Orang tua Katolik di wilayah ini selalu menuntun agar

    anak-anak mereka mengikuti jejak orang tuanya yaitu beriman Katolik. Wilayah

    ini sudah menerapkan katekese persiapan baptis bayi karena itu sebagai syarat

    agar orang tua bisa membaptiskan putra/putrinya. Pertemuan itu biasanya hanya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    diadakan sekali dan berisi rekoleksi yang diberikan oleh katekis. Kegiatan

    pembaptisan bayi diadakan setiap Minggu ketiga jika ada bayi yang dibaptis.

    Menurut pengamatan penulis, sebagian orang tua Katolik memilih untuk

    mengikuti katekese persiapan baptis bayi itu hanyalah sebuah formalitas, jadi

    orang tua belum memahami tentang katekese baptis bayi.

    Berdasarkan latar belakang dan fakta di lapangan, penulis merumuskan judul

    Skripsi: DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE PERSIAPAN BAPTIS

    BAYI BAGI ORANG TUA DI WILAYAH SANTA MARIA RATU ROSARI

    PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.

    B. Identifikasi Masalah.

    Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang telah

    dipaparkan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

    1. Sebagian orang tua mengikuti persiapan katekese baptis bayi hanya sebuah

    formalitas.

    2. Orang tua kurang memahami mengenai pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi

    3. Orang tua kurang mempersiapkan/membekali dirinya sendiri, dalam hal

    katekese persiapan baptis bayi.

    C. Batasan Masalah

    Agar penulisan dapat semakin terarah, maka permasalahan akan dibatasi

    pada aspek pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua. Penulisan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    ini akan dikenakan pada orang tua Katolik di Wilayah St Maria Rosari, Paroki

    Santo Yakobus Bantul yang memiliki anak usianya masih bayi. Oleh karena itu

    yang menjadi judul penulisan ini adalah DESKRIPSI PELAKSANAAN

    KATEKESE PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA DI WILAYAH

    SANTA MARIA RATU ROSARI PAROKI ST YAKOBUS BANTUL.

    D. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah penulisan ini adalah :

    1. Bagaimana pandangan Gereja mengenai katekese persiapan baptis bayi?

    2. Bagaimana pemahaman orang tua di wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    mengenai pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi?

    3. Apakah harapan orang tua terhadap pelaksanaan katekese persiapan baptis

    bayi ini yang dapat mendukung mereka dalam melaksanakan tugasnya

    sebagai pendidik iman anak?

    E. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah

    :

    1. Untuk mengetahui pandangan Gereja mengenai katekese persiapan baptis bayi.

    2. Untuk mengetahui pemahaman orang tua di wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    mengenai pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    3. Untuk mengetahui harapan orang tua terhadap pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi ini yang dapat mendukung mereka dalam melaksanakan tugasnya

    sebagai pendidik iman anak.

    F. Manfaat penulisan :

    Adapun manfaat penulisan ini adalah :

    1. Bagi Wilayah

    a. Memberikan gambaran singkat mengenai pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi

    b. Dapat mengetahui sejauh mana permasalahan pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi di Wilayah Santa Maria Ratu Rosari.

    c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    Paroki Santo Yakobus Bantul mengenai pelaksanaan katekese persiapan baptis

    bayi bagi orang tua.

    2. Bagi Kampus

    Membantu mahasiswa agar siap membekali diri untuk dapat tertibat dalam

    kegiatan kursus berbagai sakramen yang diadakan oleh Gereja.

    3. Bagi Penulis

    a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi terhadap perkembangan pribadi dan dapat dijadikan bekal untuk

    pelayanan sebagai katekis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    b. Dapat semakin menyadari akan rahmat Sakramen Baptis sehingga dapat

    membantu sesama agar siap menerima rahmat Sakramen Baptis.

    G. Sistematika Penulisan

    Penulisan skripsi berjudul “Deskripsi Pelaksanaan Katekese Persiapan

    Baptis Bayi Bagi Orang Tua Di Wilayah Santa Maria Ratu Rosari Paroki Santo

    Yakobus Bantul” ini terbagi dalam lima bab. Bab I merupakan pendahuluan, yang

    terdiri dari: latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan

    masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan.

    Bab II menguraikan katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua, yang

    meliputi: tanggung jawab orang tua sebagai pendidikan iman anak, upaya konkret

    orang tua mendidik iman anak, tujuan katekese persiapan baptis bayi, pelaksanaan

    ketekese persiapan baptis bayi, materi katekese persiapan baptis bayi dan metode

    katekese persiapan baptis bayi.

    Bab III menguraikan penelitian tentang deskripsi pelaksanaan katekese

    persiapan baptis bayi bagi orang tua di wilayah Santa Maria Ratu Rosari paroki

    Santo Yakobus Bantul, yang meliputi: gambaran umum wilayah Santa Maria Ratu

    Rosari, metodologi penelitian, laporan hasil penelitian tentang pelaksanaan

    katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua di wilayah St. Maria Ratu Rosari

    paroki Santo Yakobus Bantul, pembahasan hasil penelitian dan diakhiri dengan

    kesimpulan. Bab IV penulis menguraikan rekoleksi sebagai pertemuan lanjutan

    setelah pembaptisan. Sedangkan Bab V merupakan penutup yang berisikan

    kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    keseluruhan isi skripsi dan memberikan saran untuk meningkatkan pelaksanaan

    katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua di wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    paroki Santo Yakobus Bantul

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    BAB II

    KATEKESE PESIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA

    A. Tanggung Jawab Orang Tua

    1. Orang Tua Sebagai Pendidik Iman Yang Utama dan Terutama.

    Orang tua adalah mitra Allah dalam karya penciptaan manusia baru,

    maka harus menjadi pelindung utama dan pertama serta tak tergantikan bagi anak,

    melalui kesaksian dan keteladanan hidup Kristiani sejati, yang diwujudkan dengan

    pemberian kasih sayang yang tulus, adil, dan bijaksana. Orang tua sebaiknya

    mulai berefleksi serta menata diri dalam hidup untuk tampil layaknya sebagai

    orang tua sejati di mata anak-anaknya. Orang tua juga diharapkan mampu

    menampilkan dirinya sebagai tokoh idola bagi anak-anaknya, orang tua

    hendaknya meluangkan waktu untuk memerhatikan serta mendampingi anak-

    anaknya; mempunyai hati untuk mencintai mereka, mempunyai waktu untuk

    mendengarkan isi hati mereka, berpenampilan menarik, ramah dan tidak mudah

    marah, berkata-kata halus serta sopan untuk menghormati orang lain dan

    sebagainya.

    Gereja menekankan peran utama orang tua dalam pendidikan iman anak.

    Penekanan itu didasarkan pada pengalaman hidup orang Nasaret: “Dan Yesus

    makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin

    dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:52). Dari perikop tersebut diperoleh

    gambaran bahwa Maria dan Yusuf, sebagai orang tua Yesus telah melaksanakan

    perannya yaitu mendidik putra-Nya, sehingga semakin bertambah besar tidak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    hanya dalam arti fisik, namun bertambah besar pula rohaninya yang ditandai

    dengan semakin bertambah hikmat-Nya dan Ia semakin dikasihi oleh Allah dan

    sesama karena perilaku dan sikap yang baik (Didik, 2006:30)

    Suatu anugerah selalu membawa konsekuensi yakni tugas dan tanggung

    jawab. Orang tua yang telah dipercayai, oleh Tuhan bertugas dan bertanggung

    jawab mendidik anak-anaknya agar mereka berkembang menjadi manusia

    seutuhnya. Dalam tanggung jawab ini, juga terdapat hak serta wewenang orang

    tua dalam mendidik anak-anaknya (Didik, 2006:27).

    Pendidikan iman merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja,

    yang bertujuan membantu orang beriman agar iman mereka semakin mendalam

    dan agar mereka makin terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat, baik

    sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Pendidikan iman dapat dimengerti

    dengan baik apabila bertitik tolak dari pengertian iman itu sendiri, Konsili Vatikan

    II menggambarkan iman secara lebih biblis, dan menyeluruh.

    2. Upaya Konkret Orang Tua Mendidik Iman Anak

    Pembaptisan bayi merupakan salah satu upaya konkret dari orang tua

    dalam mengawali tanggung jawabnya mendidik iman anak. Hal tersebut,

    hendaknya tampak juga dalam kehidupan konkret dalam keluarganya.

    Prasetya (2006:37) mengatakan bahwa:

    a. Dengan dibaptis putra-putri kita diangkat sebagai anak Allah, dipersatukan dengan Tuhan, serta menjadi saudara dalam Gereja.

    b. Setelah pembaptisan, meski masih bayi anak-anak dibiasakan mengikuti perayaan Ekaristi di dalam gereja. Kecenderungan yang ada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    adalah orang tua mengikuti perayaan Ekaristi di luar, sambil ngobrol

    sana-sini, dengan alasan kalau bayi menangis pasti akan menganggu

    umat lain.

    c. Anak-anak dibiasakan menerima komuni bathuk, baik ketika masih bayi maupun menjelang usia sekolah. Hal ini berarti bahwa mereka

    dibiasakan mengikuti Ekaristi Mingguan secara rutin agar tidak

    merasa asing dengan suasana dan makna Ekaristi di kemudian hari.

    d. Meskipun usianya masih bayi, sebaiknya anak-anak dibiasakan untuk berdoa bersama dengan keluarga baik sebelum maupun sesudah

    melakukan aktifitas.

    Semua itu adalah contoh kegiatan-kegiatan konkret yang bisa dilakukan oleh

    Orang tua agar makna Sakramen Baptis dapat terwujud di dalam diri anak-anak.

    Tentu saja, pendampingan orang tua tidak berhenti sampai disini tetapi

    berlangsung terus sampai anak-anaknya menginjak usia dewasa, bahkan sampai

    mereka mampu menentukan jalan hidupnya secara mandiri.

    B. Pembaptisan Bayi, Pentingnya Katekese Persiapan Baptis Bayi dan

    Tujuan Katekese Persiapan Baptis Bayi

    1. Pandangan Gereja Tentang Pembaptisan Bayi

    Yohanes pembaptis mengadakan pembaptisan dengan menenggelamkan

    orang lain kedalam air Yordan sebagai baptisan pertobatan untuk pengampunan

    dosa (Mrk 1:4) dan sebagai persiapan untuk kedatangan Allah (Mat 3:1-12).

    Yesus sendiri menyediakan diri dibaptis oleh Yohanes untuk menempatkan diri

    sebagai Pribadi yang ikut menantikan Kerajaan Allah pada akhir zaman dan mau

    menunjukkan solidaritas pada bangsa-Nya yang membutuhkan penyelamatan

    Allah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Gereja perdana mempraktikkan baptis bayi bagi mereka yang mau

    bergabung dalam kelompok murid Yesus. Arti teologis pembaptisan dapat

    diringkas sebagai tanda iman, sebagai penyerupaan Yesus Kristus, pengampunan

    dosa, karunia Roh Kudus, pemasukan dalam tubuh Gereja, dan karunia hidup

    baru. SantoYustinus Martir (165) melaksanakan baptis dengan menenggelamkan

    dalam tempat atau bak air dengan menyerukan nama Allah Tritunggal. Dan Santo

    Irenius dari Lyon (202) memperbolehkan semua orang untuk dibaptis, termasuk

    bayi juga. Dalam hubungan dengan baptis bayi, Agustinus membuktikan adanya

    dosa asal pada manusia.

    Dalam Perjanjian Baru Allah menghendaki keselamatan semua orang dan

    keselamatan itu dikaruniakan melalui Yesus Kristus, satu-satunya pengantara (1

    Tim: 2:3-5). Pada umumnya, teolog katolik membela baptis bayi dengan jawaban

    teologis sebagai berikut : Pertama, penebusan dan keselamatan merupakan

    anugerah Tuhan. Kedua, beriman berarti bersama dengan orang lain, iman yang

    diimani adalah iman Gereja. Dan ketiga, beriman adalah proses pertumbuhan

    terus menerus dan bukan peristiwa sekali lagi. Demikian pula dalam baptis bayi

    seorang anak dipersiapkan dalam suatu proses pertumbuhan iman yang

    diharapkan berkembang terus menerus. Namun perkembangan iman akhirnya

    tergantung dari lingkungan dan kebersamaan, dan untuk itu pendidikan iman perlu

    dilakukan sedini mungkin (Sumarno,2017:71).

    2. Pentingnya Katekese Persiapan Baptis Bayi

    Sang bayi terbaptis belum mampu menyadari dirinya, maka orang tua

    serta Wali baptis lah yang berperan dalam pembaptisan. Orang tua dan Wali

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    baptis aktif mempersiapkan diri untuk tugas pendampingan anak dengan

    mengikuti pertemuan menjelang upacara pembaptisan. Melalui baptis seseorang

    dapat menjadi anggota Gereja secara penuh, yang diberi materai sebagai murid

    Yesus Kristus. Maka pembaptisan membawa dampak yang sama bagi

    penerimanya, baik itu baptis dewasa maupun baptis saat masih kanak-kanak

    (bayi). Dampak itu misalnya sama-sama menerima tugas perutusan mewartakan

    Kabar Gembira, ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi, dan raja

    (Hendrik,2011:69)

    Adapun perbedaan antara baptis orang dewasa dan anak-anak yaitu

    dalam baptis orang dewasa sebelum dibaptis ia dipersiapkan terlebih dahulu

    dengan menjadi katekumen, sehingga ia lebih memahami perannya sebagai orang

    Kristen. Sedangkan dalambaptisan kanak-kanak (bayi) belum dapat mengikuti

    persiapan tersebut karena ia belum memiliki tingkat kesadaran yang penuh.

    (KWI, 1996 : 425).

    “Anak-anak dibaptis dalam iman Gereja yang diakui oleh orang tua, Wali

    baptis dan semua hadirin. Mereka dibaptis sebagai anak, yang dalam

    segala hal bergantung pada orang tua, bukan sebagai orang dewasa yang

    mandiri. Maka sakramen ini baru mendapat arti sepenuhnya kalau anak-

    anak yang dibaptis dalam iman Gereja, kemudian dididik pula dalam

    iman itu”

    Ada pendapat yang menunjukkan pro dan kontra terhadap pelaksanaanbaptis bayi.

    Pendapat pro terhadap pelaksanaan baptis bayi ini diungkapkan oleh mereka

    dengan rendah hati mengakui bahwa keselamatan hendaknya diupayakan sedini

    mungkin dengan membaptiskan anak-anak, bahkan ketika anak-anak tersebut

    masih bayi. Sedangkan pendapat kontra, dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa

    membaptiskan anak ketika masih bayi itu melanggar hak asasi manusia karena

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    ada unsur pemaksaan keyakinan terhadap pribadi yang sangat lemah dan belum

    tumbuh kesadaran hati nuraninya untuk menentukan jalan hidupnya. Semua orang

    tua Katolik pasti selalu mau memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya,

    demikian pula bila mereka meyakini bahwa iman Katolik dan rahmat pembaptisan

    merupakan sesuatu yang bernilai, maka mereka jelas akan memberikan ke

    anaknya tanpa bertanya terlebih dahulu. Namun pada kenyataannya, Gereja

    membenarkan pelaksanaan baptis bayi bahkan sudah menjadi tradisi yang sudah

    lama. Dari sinilah, dapat diketahui katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua.

    Dengan mempersiapkan orang tua dalam rangka penerimaan baptis bayi,

    diharapkan pada tahap berikutnya orang tua mampu membimbing serta mendidik

    iman anak.

    Dalam KHK kan. 851§2, ditegaskan bahwa

    “orang tua dari kanak-kanak yang akan diBaptis, demikian pula mereka

    yang akan menerima tugas sebagai wali baptis, hendaknya diberitahu

    dengan baik tentang arti dari sakramen ini serta tentang kewajiban-

    kewajiban yang melekat padanya”.

    Pembaptisan bayi sudah menjadi bentuk yang sangat biasa untuk pemberian

    pembaptisan, perayaan ini disingkat menjadi suatu upacara yang mencakup tahap-

    tahap awal menuju inisiasi Kristiani dalam bentuk yang sangat singkat. Pada

    kesempatan ini tidak hanya diperhatikan pengajaran imannya saja, namun juga

    harus diperhatikan mengenai pengembangan rahmat pembaptisan dalam

    perkembangan pribadi bayi yang dibaptis (KGK, 1996 : 345).

    Lebih jauh lagi, penulis melihat pentingnya katekese persiapan baptis

    bayi bagi orang tua ini supaya pembaptisan bayi tidak hanya berhenti pada ritual

    saja, atau sebatas pelestarian tradisi yang tanpa dimaknai secara lebih mendalam,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    maka perlulah sebuah persiapan bagi orang tua dalam mendidik anak secara

    Katolik, sebab mendidik secara Katolik merupakan suatu proses yang

    berkesinambungan. Mendidik anak secara Katolik tidak selesai dengan

    menginisiasikan anak dalam kehidupan Katolik melalui baptis, melainkan lebih-

    lebih bagaimana orang tua membimbing anak itu hidup seturut iman Katolik.

    3. Tujuan Katekese Persiapan Baptis Bayi

    a. Orang Tua Memahami Makna Pembaptisan Bayi

    Pembaptisan merupakan sakramen iman. Seseorang dibaptis hanya dalam

    iman Gereja Katolik. “Pada semua orang yang sudah diBaptis, apakah anak-anak

    atau orang dewasa, iman masih harus tumbuh sesudah pembaptisan” (KGK 1254).

    Melalui anugerah iman ini kita menerima benih hidup yang kekal. Rahmat

    pembaptisan senantiasa dipelihara dan dikembangkan sebab, dalam perjalanan

    iman kita akan senantiasa menghadapi aneka tantangan. Maka menjadi tugas

    orang tua dan wali baptis untuk menumbuh kembangkan benih iman dalam diri

    anak (Baptis) mereka. Namun, pengembangan dan pemeliharaan rahmat

    pembaptisan ini merupakan tanggung jawab seluruh Gereja (KGK 1255). Maka

    dalam menjalankan tugasnya, orang tua dan wali baptis juga akan dibantu oleh

    anggota Gereja yang lain.

    b. Sebagai Bekal Bagi Orang Tua Dalam Mendidik Iman Anaknya.

    Untuk mempersiapkan pembaptisan bayi dan kanak-kanak biasanya

    Paroki mengadakan rekoleksi orang tua bersama dengan wali baptis. Acara ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    sangat penting bagi orang tua maupun wali baptis karena akan dibicarakan

    tanggung jawab mendidik anak setelah pembaptisan dan mungkin akan

    disinggung mengenai kerjasama dan wali baptis.

    c. Orang Tua Lebih Mempersiapkan Dalam Penerimaan Baptis Bayi.

    Di dalam acara pembekalan orang tua bersama dengan wali baptis,

    biasanya akan disampaikan bagaimana pelaksanaan liturgi pembaptisan di Gereja

    setempat, karena kebiasaan paroki tidak selalu sama misalnya soal siapa yang

    memasang busana putih pada saat pembaptisan baru, atau siapa yang menyalakan

    lilinbaptis pada lilin paskah?

    Pada bagian awal liturgi pembatisan bayi maupun kanak-kanak, wali

    baptis akan diminta untuk menyatakan secara publik kesanggupannya mengemban

    tanggung jawab sebagai wali baptis. Maka sebaiknya wali baptis dan orang tua

    datang lebih awal kurang lebih 30 menit sebelum pembaptisan dimulai.

    d. Tanggung Jawab Wali Baptis Menuju Kedewasaan Iman.

    Menjadi wali baptis dituntut untuk mengemban tanggung jawab yang

    tidak mudah, bukan hanya dalam liturgi pembaptisan saja namun yang lebih berat

    yaitu setelah pembaptisan itu sendiri. Dalam liturgi pembaptisan kanak-kanak

    Wali baptis berjanji akan membantu tugas orang tua dalam mendidik kanak-kanak

    yang baru saja dibaptis itu untuk semakin mencintai Tuhan dan sesama. Dengan

    demikian, mereka secara pribadi juga anak-anak yang mereka didik dan bimbing

    secara bertahap semakin bersatu didalam Kristus, semakin menjemaat serta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    semakin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat, dan mengokohkan Gereja

    semesta.

    Akhirnya diharapkan seluruh keluarga mampu memberi kesaksian

    tentang Kristus di tengah masyarakat. Bila tujuan tersebut dapat tercapai, berarti

    orang tua telah melaksanakan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan

    iman anak mereka.

    C. Materi Katekese Persiapan Baptis Bayi

    Saat ini, Paroki Santo Yakonus Bantul telah mengadakan rekoleksi

    khusus bagi orang tua yang akan membaptiskan anaknya yang masih bayi.

    Rekoleksi ini biasanya diberikan oleh katekis setempat dan materi rekoleksinya

    seperti :

    1. Tanggung Jawab Orang Tua Sebagai Pendidik Iman.

    Peranan dan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan iman anak

    mereka harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh. Sudah sepantasnya orang

    tua mendidik iman anak-nya dengan penuh tanggung jawab dan dengan ketulusan

    hati, sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena tak tergantikan oleh orang

    lain. Dalam rangka pendidikan iman anak, orang tua diharapkan menyadari

    sepenuhnya bahwa proses pendidikan ini berlangsung secara terus menerus

    sampai anaknya dewasa dan ia dapat menentukan jalan hidupnya sendiri, baik

    hidup membiara maupun hidup berkeluarga, secara bertanggung jawab. (Prasetya,

    2008:34)

    Akhirnya, yang perlu disadari oleh Orang tua adalah konsekuensi

    pembaptisan anak-anak. Setelah mereka diBaptis, anak-anak sungguh harus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    dididik secara Katolik dalam hidup sehari-hari. Apabila mereka mereka dididik

    dengan baik, mereka tak akan pernah menyesal bahwa sejak kecil sudah dibaptis,

    sebaliknya justru mereka bersyukur dibaptis sejak bayi. Gereja menganjurkan agar

    bayi dari keluarga Katolik dibaptiskan pada saat minggu-minggu pertama

    kelahirannya (Kan 867), artinya secepatnya. Bayi tersebut boleh dibaptiskan

    dalam Gereja Katolik asalkan salah satu dari orang tua menyetujui dan ada

    jaminan dia akan dididik secara Katolik (Kan 868). Secara administratif, syarat

    pendaftaran baptis bayi dibawah usia tujuh tahun adalah: fotokopi akte nikah

    Gereja orang tua dan akte kelahiran anak, serta pengisian formulir

    pendaftaranbaptis bayi yang memuat persetujuan dari orang tua (Didik, 2006:35).

    2. Peran Serta Tanggung Jawab Wali Baptis

    Wali baptis adalah orang beriman Katolik, baik laki-laki maupun

    perempuan yang sudah dewasa usia dan imannya, yang ditunjuk untuk

    mendampingi proses perkembangan iman bayi yang dibaptis. Wali baptis tidak

    hanya bertugas pada saat penerimaan Sakramen Baptis, namun ia juga harus

    mendampingi terus sampai akhirnya bayi tersebut dapat hidup secara kristiani dan

    setia melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan baptisan yang telah

    diterimanya. Konkretnya adalah wali baptis harus menegur jika anak baptisnya

    malas pergi ke gereja atau mengikuti kegiatan gerejani, mengingatkan anak

    baptisnya untuk menerima Komuni Pertama, dan Penguatan (Krisma), menegur

    anak baptisnya jika suatu saat tergoda meninggalkan imannya, dan sebagainya.

    Dengan demikian, keberadaan wali baptis untuk mendampingi bayi tersebut

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    berlangsung secara terus-menerus selama hidupnya. Mengingat masa

    pendampingan wali baptis terhadap bayinya berlangsung selama hidup, tidaklah

    bijaksana kalau orang tua memilih wali baptis yang sudah berusia tua, karena

    tugas yang melekat pada diri wali baptis tidak hanya formal-formal sifatnya, maka

    tidaklah sebanding jika wali baptis yang sudah tua harus mendampingi bayi dalam

    menatap masa depannya yang masih panjang, dengan segala tantangan dan

    kesulitan zamannya (Prasetya, 2008: 26).

    Menurut Kanon 874 §1,

    Syarat menjadi wali baptis, agar seseorang dapat diterima untuk

    mengemban tugas wali baptis haruslah:

    a. Ditunjuk oleh Calonbaptis sendiri atau oleh orang tuanya atau oleh orang yang mewakili mereka atau, bila mereka itu tidak ada, oleh

    Pastor Paroki atau pelayanbaptis, selain itu ia cakap dan mau

    melaksanakan tugas itu.

    b. Telah berumur genap enam belas tahun, kecuali umur lain ditentukan oleh Uskup Diosesan atau ada kekecualian yang atas alasan wajar

    dianggap dapat diterima oleh Pastor Paroki atau pelayanbaptis.

    c. Seorang Katolik yang telah menerima Sakramen Penguatan (Krisma) dan Sakramen Ekaristi Maha Kudus, lagi pula hidup sesuai dengan

    iman dan tugas yang diterimanya.

    d. Tidak terkena suatu hukuman kanonik yang dijatuhkan atau dinyatakan secara legitim;

    e. Bukan ayah atau ibu dari calonbaptis.

    3. Nama Baptis

    Ketika bayi lahir, orang tua sudah mulai berangan-angan dan bahkan

    berpikir mengenai nama yang akan diberikan kepada bayinya. Oleh karena itu,

    orang tua dikatakan KHK kan. 855: ”Hendaknya orang tua, wali baptis, dan Pastor

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Paroki menjaga agar jangan memberikan nama yang asing dari citarasa kristiani”

    (Prasetya, 2019 : 21).

    Nama baptis sangatlah identik dengan tradisi Gereja Katolik. Nama

    baptis adalah nama para Kudus yang dipakai sebagai pelindungnya. Sebaiknya,

    namabaptis dapat dipilih, dipahami kisah dan semangatnya, sehingga nantinya

    dapat dilaksanakan dan dihayati oleh bayi tersebut dan diterapkan dalam

    kehidupan sehari-hari.

    4. Liturgi Sakramen Baptis

    Pada zaman para rasul, liturgi sakramen pembaptisan masih sangat

    sederhana. Setiap orang yang telah menerima Injil dan percaya kepada Tuhan

    Yesus Kristus langsung diBaptis dengan air dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

    jadi secara umum liturgi Sakramen Pembaptisan hanya terdiri dari dua unsur

    hakiki, yaitu “pengakuan iman” dan “pembaptisan dengan air”.

    Seiring dengan perkembangan zaman, liturgi Sakramen Pembaptisan

    yang awalnya masih sangat simpel dan sederhana tersebut, kemudian mengalamai

    penambahan sejumlah ritus baru seperti: penandaan dengan salib (sebagai tanda

    persekutuan dengan Kristus), penolakan Setan (sebagai tanda pertobatan kepada

    Allah), pengurapan dengan minyak Krisma (Sebagai tanda penerimaan Roh

    Kudus), penyerahan kain putih (sebagai tanda hidup baru dalam Kristus),

    pemberian lilin bernyala (sebagai tanda kebangkitan bersama Kristus), dan seruan

    effata (sebagai tanda keterbukaan terhadap firman Allah) (Hendrik, 2011:62).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    5. Mendidik Anak Menjadi Orang Katolik Sejati.

    Pada waktu menikah, suami istri telah berjanji untuk: pertama, saling

    mencintai dan tetap setia dalam untung dan malang, kedua, membaptiskan dan

    mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan menjadi orang Katolik sejati.

    Memang, orang tua harus mewariskan imannya kepada anak-anaknya. Bila

    mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, niscaya

    mereka juga akan memberikan dan mewariskan imannya kepada anak-anaknya.

    Tuhan Yesus mengundang anak-anak untuk datang kepada-Nya. Dia bersabda :

    “Biarkan anak-anak datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka,sebab

    orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” (Mrk 10:14).

    Pendidikan iman pada anak merupakan upaya kita dalam menghantar mereka

    datang kepada Yesus Kristus.

    Jika orang tua mempunyai kebiasaan untuk makan bersama, atau

    membiasakan anak-anak untuk berdoa terlebih dahulu sebelum makan, atau ke

    gereja bersama, maka kita telah membuat budaya perilaku kepada seluruh

    keluarga kita. Keluarga dapat bersama-sama menciptakan kebutuhan yang harus

    dipenuhi setiap harinya. Sangatlah indah jika banyak orang tua yang

    memerhatikan anaknya, bukan hanya membiayai dan memperingatkan namun

    orang tua yang mendampingi hidup mental beserta rohani anaknya. Orang tua

    dapat membuat anak-anaknya sebagai pribadi yang dewasa dan Katolik. Sebagai

    orang tua, kita dipanggil untuk menanggapi seruan Gereja untuk belajar lebih baik

    menjadi orang tua Katolik. Gereja juga memanggil kita semua khususnya para

    orang tua untuk belajar bersama menciptakan budaya Katolik di rumah masing-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    masing bersama dengan keluarga. Orang tua perlu sejak dini mengajarkan kepada

    anak-anaknya untuk menjadi pribadi Katolik yang sejati (Didik, 2006:28)

    D. Metode Katekese Persiapan Baptis Bayi

    Katekese persiapan baptis bayi dilaksanakan dengan proses seperti proses

    katesekese umat. Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar

    menukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok.

    Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga

    masing-masing iman mareka semakin diteguhkan dan dihayati semakin sempurna.

    Dalam katekese umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, pada

    katekese umat pula kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristu, pengantara

    Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi Sabda Allah.

    Yang berkatekese disini adalah Umat, artinya semua orang yang beriman, yang

    secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas memilih Kristus dan secara bebas

    berkumpul untuk lebih mendalami Kristus. Katekese umat merupakan komunikasi

    iman dari peserta sebagai sesama dan iman yang sederajat, yang saling bersaksi

    tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai dengan

    sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses terencana itu berjalan

    terus menerus (Sumarno, 2018:9). Dalam proses katekese umat 4 ada unsur, yaitu

    :

    1. Pengungkapan pengalaman peserta

    Langkah ini mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup

    serta keterlibatan mereka entah dengan menggunakan suatu pengalaman faktual

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    misalnya dari media massa, cerita bergambar, permainan, simbolik, dan lain-lain.

    Tujuan dari langkah ini adalah diharapkan para peserta menjadi sadar dan

    bersikap kritis pada pengalaman hidupnya sendiri.

    2. Penyampaian warta Kitab Suci/ tradisi Kristiani

    Hubungan timbal balik antara katekese dan kitab suci sangat erat. Di satu

    pihak katekee adalah pelayan sabda Allah dalam arti katekese menjadi sarana

    untuk mewartakan Sabda Allah yang termuat dalam Kitab Suci. Katekese menjadi

    tempat istimewa di mana sabda Allah senantiasa bergema dalam sejarah manusia

    dalam bentuk pengajaran, ajakan, pewartaan, doa, dan kesaksian hidup. Dengan

    kata lain, kitab suci membutuhkan katekese agar sabda Allah yang termuat dalam

    Kitab Suci dapat menjadi pegangan hidup, pedoman, dan terang bagi jalan umat

    Allah. Di pihak lain, isi Kitab Suci yaitu sabda Allah adalah sumber utama bagi

    katekese, sehingga katekese dapat membimbing umat untuk beriman dan

    mengembangkan Gereja.

    3. Pendalaman pengalaman hidup berdasarkan warta iman dalam Kitab

    Suci/tradisi Kristiani

    Langkah ini mendorong peserta untuk lebih aktif, dan kreatif dalam

    memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka sendiri dan masyarakat.

    Tujuan dari langkah ini adalah memperdalam refleksi dan mengantar peserta pada

    kesadaran kritis akan keterlibatan mereka akan asumsi dan alasan, motivasi,

    kepentingan, dan konsekuensi yang diwujudkan.

    4. Arah keterlibatan baru.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Metode utama dalam pelaksanaan katekese adalah metode sharing,

    metode cerama, dan refleksi.

    a. Metode sharing, dengan metode sharing pengalaman dalam katekese persiapan

    baptis bayi orang tua dapat menyatukan, memperluas, dan memperkaya

    pengalaman dengan unsur-unsur baru kesaksian, dan memperluas cakrawala

    kehidupan menjadi semakin mendalam serta berarti.

    b. Metode cerama, adalah suatu cara mengajar pendamping kepada peserta untuk

    menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok

    persoalan serta masalah secara lisan.

    c. Metode refleksi, adalah renungan, cerminan, pantulan, bayangan diri pribadi.

    Pada persiapan baptis bayi orang tua dapat merenungkan secara lebih

    mendalam mengenai peran serta tanggung jawabnya yaitu mendidik iman anak

    yang pertama dan terutama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    BAB III

    PENELITIAN TENTANG DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE

    PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA DI WILAYAH SANTA

    MARIA RATU ROSARI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara nyata bagaimana

    katekese persiapann Sakramen Baptis bayi sungguh dilaksanakan di Wilayah

    Santa Maria Ratu Rosari. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga April

    2020. Hasil penelitian kemudian akan dianalisis untuk mendapatkan gambaran

    nyata tentang pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua di

    Wilayah Santa Maria Ratu Rosari Paroki Santo Yakobus Bantul yang meliputi:

    gambaran umum wilayah Santa Maria Ratu Rosari, metodologi penelitian, laporan

    hasil penelitian tentang pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua,

    pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian.

    A. Gambaran Umum Wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    1. Wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    Wilayah Maria Rosari merupakan bagian dari Paroki St.Yakobus Bantul

    yang berada di Jl. Pajangan No.184, Bergan, Wijirejo, Pandak, Bantul, DIY

    55761. Wilayah St. Maria Rosari memiliki satu kapel, dan satu Gereja, yaitu:

    Kapel St. Maria Ratu Rosari yang terletak di Bergan, Wijirejo, Pandak, Bantul,

    dan Gereja St. Yakobus Alfeus Pajangan yang terletak di Kamijoro, Bantul.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Setiap Minggu pertama dan ketiga umat mengikuti misa di Kapel St.

    Maria Ratu Rosari pada Sabtu malam pukul 19.00 WIB dengan bahasa Indonesia

    sedangkan pada Minggu kedua, keempat, atau kelima umat mengikuti misa di

    Gereja St. Yakobus Alfeus Pajangan pada Minggu pagi pukul 07.00 WIB dengan

    bahasa Jawa. Data umat di wilayah Maria Rosari sebanyak 750 orang, Wilayah ini

    memiliki 8 (delapan) lingkungan yaitu: Lingkungan Philipus, Matheus, Andreas,

    Bernadheta, Yakobus Alfeus, Markus, Yohanes Rasul, dan Antonius.

    2. Kegiatan Gerejani di Wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    Kegiatan di wilayah St. Maria Ratu Rosari dibedakan menjadi dua

    kelompok pelayanan yang bersifat liturgis dan non liturgis, adapun masing-

    masing kegiatan tersebut pelaksanaannya di bawah masing-masing bidang

    antaralain :

    a. Bidang Liturgi, sesuai dengan namanya bidang ini bertanggung jawab yang

    berkaitan dengan peribadatan. Contoh: penyusunan jadwal misa dan ibadat

    lainnya (Karismatik).

    b. Bidang Pewartaan, bidang ini bertanggung jawab terhadap katekese persiapan

    sakramen baptis bayi dan dewasa, persiapan komuni pertama, dan persiapan

    krisma.

    c. Bidang Layanan Masyarakat, bidang ini bertanggung jawab dalam hal

    melayani kegiatan sosial kemasyarakatan yang bersifat non liturgis, seperti :

    bidang kesehatan, bantuan sosial (dana pendidikan), orang sakit, tanggap

    bencana, dan bantuan lainnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    d. Bidang Paguyuban, bidang ini bertanggung jawab terhadap kelompok-

    kelompok yang ada di wilayah Maria Rosari, seperti : Sekolah Minggu, PIA,

    PA, OMK, Ibu-ibu WK, Bapak-bapak St.Yusuf, dan paduan suara.

    e. Bidang Rumah Tangga, bidang ini bertanggung jawab atas pemeliharaan

    pengeluaran rutin rumah tangga gereja, seperti : belanja rutin kebutuhan

    gereja.

    B. Metodologi Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kualitatif

    deskriptif.

    Menurut Moleong (2012:11) “Penelitian deskriptif menekankan pada

    data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh

    adanya penerapan metode kualitatif. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan

    metode kualitatif”.

    Menurut Lofland (1984:47) mengatakan:

    Sumber data utama dalam penelitian Kualitatif ialah kata-kata dan

    tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-

    lain.Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi dalam

    kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistic.

    Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, definisi, atau situasi tertentu, dan

    lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

    Pendekatan kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Dalam

    metode ini yang digunakan adalah wawancara, wawancara akan ditujukan pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    orang tua yang ada di Wilayah Santa Maria Ratu Rosari Paroki Santo Yakobus

    Bantul. Untuk melengkapi data penelitian, maka digunakan juga wawancara yang

    ditujukan kepada Pendamping.

    2. Rumusan Permasalahan

    a. Bagaimana pemahaman orang tua di wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    mengenai katekese persiapan baptis bayi?

    b. Bagaimana pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua di

    wilayah Santa Maria Ratu Rosari?

    c. Apakah harapan orang tua terhadap pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    ini yang dapat mendukung mereka dalam melaksanakan tugasnya sebagai

    pendidik iman anak?

    3. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui pemahaman orang tua di wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    mengenai katekese persiapan baptis bayi

    b. Untuk megetahui pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua di

    wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    c. Untuk mengetahui harapan orang tua terhadap pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi ini yang dapat mendukung mereka dalam melaksanakan tugasnya

    sebagai pendidik iman anak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data yang lengkap, teknik pengumpulan data yang

    digunakan adalah dengan wawancara terstruktur dan studi dokumen. Dalam

    teknik wawancara tersebut penulis menyusun pertanyaan-pertanyaan yang

    didasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian. Melalui wawancara

    terstruktur ini setiap partisipan diberikan pertanyaan yang sama, dan penulis

    mencatatnya. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instumen

    sebagai pedoman untuk wawancara, penulis juga bisa menggunakan alat bantu

    untuk merekam (handphone)atau alat perekam lainnya (Sugiyono, 2013:194-195).

    Sedangkan, studi dokumen dilakukan untuk mengkaji dokumen yang ada di

    Paroki Santo Yakobus Bantul.

    5. Tempat dan Waktu penelitian

    b. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Wilayah St. Maria Rosari Paroki Bantul.

    c. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu dua bulan yaitu dari Maret hingga

    April

    6. Fokus Penelitian

    Dalam penelitian ini, yang akan diteliti yakni pelaksanaan katekese

    persiapan baptis bayi bagi orang tua di wilayah Santa Maria Ratu Rosari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Tabel 1. Kisi-kisi pedoman wawancara

    Aspek yang ingin

    diungkap Kisi-kisi pedoman wawancara

    Pemahaman

    tentang

    Pembaptisan bayi

    a. Menjelaskan tentang latar belakang penerimaan

    baptis bayi

    b. Menjelaskan alasan orang tua membaptiskan anak

    ketika masih bayi

    c. Menjelaskan hal-hal yang dilakukan Gereja untuk

    membantu orang tua dalam penerimaan Sakramen

    Baptis bayi

    Pelaksanaan

    katekese

    persiapan

    baptis bayi.

    a. Menjelaskan tentang pelajaran/katekese persiapan

    baptis bayi.

    b. Menjelaskan tujuan katekese persiapan baptis bayi.

    c. Menyebutkan peserta yang hadir dalam katekese

    persiapan baptis bayi

    d. Menunjukkan waktu saat pelaksanaan katekese

    persiapan baptis bayi

    e. Menjelaskan materi yang disampaikan saat

    pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    f. Menjelaskan metode yang digunakan saat

    pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    g. Menjelaskan proses/langkah-langkah pelaksanaan

    katekese persiapan baptis bayi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    h. Menyebutkan faktor pendukung pelaksanaan

    katekese persiapan baptis bayi

    i. Menyebutkan faktor penghambat pelaksanaan

    katekese persiapan baptis bayi

    Harapan dan

    usulan untuk

    meningkatkan

    pelaksanaan

    katekese

    persiapan

    baptis bayi

    a. Menyebutkan usulan untuk meningkatkan

    pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    b. Menyebutkan usulan materi untuk meningkatkan

    pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    c. Menyebutkan usulan metode untuk meningkatkan

    pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    7. Partisipan

    Partisipan adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu

    kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik

    dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya dalam segala kegiatan

    yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas

    segala keterlibatan.

    C. Laporan Hasil Penelitian Tentang Pelaksanaan Katekese Persiapan Baptis

    Bayi Bagi Orang Tua Di Wilayah St. Maria Ratu Rosari Paroki Santo

    Yakobus Bantul.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Penulis melakukan penelitian dengan wawancara kepada orang tua,

    pendamping, dan dewan wilayah, wilayah Santa Maria Ratu Rosari Paroki Santo

    Yakobus Bantul. Wawancara dilakukan pada bulan April hingga Mei 2020 kepada

    orang tua/ keluarga muda yang memiliki anak dan dibaptis pada waktu masih

    bayi.Waktu yang dilakukan untuk penelitian menyesuaikan waktu luang

    partisipan, dan sebagian besar terlaksana pada sore hingga malam hari. Penulis

    mendapatkan informasi yang sesuai dengan pelaksanaan katekese persiapan baptis

    bayi bagi orang tua.

    1. Studi Dokumen

    Dalam studi dokumen, penulis mengamati beberapa dokumen resmi

    Paroki yaitu, Program Kerja Paroki Santo Yakobus Bantul tahun 2019, dan Narasi

    Paroki Santo Yakobus Bantul tahun 2019. Paroki ini dibentuk secara tetap dan

    mengacu pada kanon 515 § 1, sesuai Surat Keputusan Pendirian Paroki

    Keuskupan Agung Semarang tanggal 17 Januari 1934.

    Paroki St. Yakobus Bantul mempunyai kartubaptis dan kondisinya tertata dengan

    rapi di almari ruang sekretariat Paroki. Namun penulisan kartubaptis ini terakir

    tahun 1990, dan sejauh ini tidak dilanjutkan. Sampai tahun 2020 ini, pencatatan

    Sakramen Baptis di Paroki St. Yakobus Bantul sudah mencapai buku ke VIII.

    Duplikat suratbaptis dikirimkan ke KAS setiap awal tahun, buku Sakramen Baptis

    ini tertata dengan rapi di almari ruang sekretariat Paroki. Jumlahbaptisan pada

    tahun 2016 mencapai 75 orang, pada tahun 2017 mencapai 57 orang, tahun 2018

    mencapai 70 orang, dan tahun 2019 mencapai 40 orang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    2. Hasil Observasi

    a. Waktu : Minggu, 8 Maret 2020

    b. Tempat : GerejaParoki St. Yakobus Bantul

    c. Materi : - NamaBaptis

    1. Sarana baptis bayi (Lilin dan

    Samir)

    2. Teknis pelaksanaan baptis bayi

    d. Metode : Ceramah

    e. Jumlah peserta : 7 orang dengan rincian :

    4 pasang suami istri, serta 3

    emban/wali baptis yang sudah

    dipersiapkan oleh orang tua

    f. Jumlah katekis yang hadir : 2 orang

    g. Alokasiwaktu : 60 menit

    h. Suasana pertemuan : Sangat baik, terjadi hubungan timbal

    balik antara katekis dengan peserta

    i. Keterlibatan peserta : Peserta aktif bertanya pada katekis

    terutama pada saat pelaksanaanya itu tanggal 10 Maret 2020. Total peserta

    yang bertanya sebanyak 50% mereka bertanya mengenai petugas doa umat,

    lektor dan permasalahan emban baptis karena ada emban baptis yang

    mendadak sakit.

    j. Penggunaan bahasa : Bahasa Indonesia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    k. Teknik bertanya : Katekis menyampaikan tentang materi

    saat rekoleksi, lalu katekis memberikan kesempatan kepada orang tua untuk

    bertanya jika ada materi yang kurang jelas.

    3. Hasil Wawancara dengan Orang Tua

    Hasil wawancara secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis di

    wilayah St. Maria Ratu Rosari memperoleh data 13 partisipan yang terdiri dari 10

    orang tua, 2 pendamping, dan 1 pengurus dewan wilayah. Wawancara yang

    pertama dilakukan dengan partisipan OT 1 (Bapak AD yang berumur 40 tahun),

    OT 2 (Bapak PH yang berumur 30 tahun), OT 3 ( Bapak AH yang berumur 32

    tahun), OT 4 (Ibu CS yang berumur 40 tahun) OT 5 (Bapak RM yang berumur 42

    tahun), OT 6 (Bapak LW yang berusia 40 tahun) OT 7 (Bapak YT yang berumur

    38 tahun), OT 8 (Bapak HA yang berusia 35 tahun) OT 9 (Bapak IN yang berusia

    40 tahun), dan OT 10 (Bapak AK yang berusia 42 tahun).

    a. Pemahaman tentang baptis bayi

    1) Latar belakang penerimaan baptis bayi

    Ada beragam jawaban mengenai latar belakang penerimaan baptis bayi

    yang diungkapkan oleh partisipan di wilayah St. Maria Ratu Rosari. Partisipan OT

    1, OT 7, OT 9 mengatakan latar belakang pembaptisan bayi adalah tradisi Gereja

    Katolik yang turun temurun, dan mewariskan hidup beriman anak. Partisipan OT

    2, OT 3, dan OT 6 mengemukakan latar belakang pembaptisan bayi adalah agar

    anak diterima menjadi warga Gereja serta dan iman anak harus jelas. Kemudian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    partisipan OT 4, OT 5, OT 8, OT 10 mengatakan latar belakangnya adalah

    penepatan janji pernikahan dahulu di hadapan Imam, Saksi,dan Umat, serta

    perwujudan sikap tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan iman anaknya.

    2) Alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi.

    Berbagai jawaban diberikan oleh partisipan ketika penulis bertanya

    mengenai alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi. OT 1, OT 7

    mengatakan alasannya adalah karena dalam kisah Adam dan Hawa menyadarkan

    orang tua bahwa anak terlahir dari dosa asal kedua orang tua. Dengan

    membaptiskan anak berarti putra/puti kita diangkat sebagai anak Allah,

    dipersatukan dengan Tuhan, serta menjadi saudara dalam Gereja. Kemudian

    partisipan OT 2 dan OT 3 mengungkapkan agar anak kita mengetahui imannya

    yaitu mengikuti Kristus.

    OT 4, OT 10, OT 5 mengatakan karena sebagai orang tua kita pasti akan

    memberikan yang terbaik bagi anaknya yaitu beriman kepada Tuhan dengan cara

    membaptiskan anak saat masih bayi agar ia mendapat perlindungan dari Tuhan.

    OT 6, OT 8, OT 9 mengungkapkan bahwa karena ingin mendidik iman akan

    Yesus Kristus sejak bayi. Ketika anak masih bayi ia belum jelas akan imannya,

    maka dari itu orang tua memilih untuk membaptiskan anak saat masih bayi agar

    mengikuti jejak kedua orang tuanya yaitu beriman Katolik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    3) Hal yang dilakukan Gereja agar membantu orang tua dalam penerimaan

    baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 7, OT 8, OT 9 hal yang dilakukan Gereja

    adalah mengadakan katekese persiapan baptis bayi atau rekoleksi persiapan baptis

    bayi. Rekoleksi ini sungguh membantu orang tua khususnya dalam hal persiapan

    baptis bayi. Kemudian OT 4 mengatakan hal yang dilakukan Gereja adalah

    pendampingan keluarga baru, supaya jika mempunyai anak segera dibaptis dan

    hidup secara katolik. OT 5, OT 6, OT 10 mengungkapkan dengan cara pendekatan

    keluarga

    b. Pelaksanaan Katekese Persiapan baptis Bayi

    2) Katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 6 Di Paroki St Yakobus bantul setiap

    Minggu ketiga ada pembaptisan bayi oleh Romo Paroki. Maka dari itu, sehari

    sebelum pelaksanaan baptis bayi orang tua, emban baptis beserta bayi diharapkan

    datang ke Paroki untuk mengikuti kegiatan rekoleksi yang diadakan oleh Paroki.

    Partisipan OT 4 dan OT 7 mengatakan di Paroki ini ada katekese

    persiapan baptis bayi yang diadakan satu minggu sebelum pembaptisan, namun

    bisa fleksibel tergantung dengan pendamping yang akan memberikan materi.

    Selanjutnya OT 5, OT 8, OT 9, OT 10 mengatakan di Paroki St. Yakobus Bantul

    ada katekese persiapan baptis bayi. Kegiatan katekese persiapan baptis bayi ini

    merupakan tradisi turun-temurun yang sudah lama dijalankan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    3) Tujuan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 5 tujuan katekese persiapan baptis bayi

    adalah mengetahui apa yang harus dilakukan orang tua setelah bayi dibaptis dalam

    arti kata mendampingi iman anak kita secara lebih mendalam. Kemudian menurut

    OT 4, tujuannya adalah untuk menyadarkan kembali kepada orang tua supaya

    mereka sungguh-sungguh melaksanakan pendidikan iman anak dan dilakukan

    dengan penuh kesadaran.

    OT 8 mengatakan, tujuan katekese persiapan baptis bayi adalah untuk

    menyadarkan orang tua bahwa ia mempunyai peranan yang sangat penting dalam

    mendidik iman anak, sebagai syarat agar anak dapat dibaptis. Kemudian menurut

    OT 7, OT 9 tujuannya adalah untuk menepati rasa tanggung jawab orang tua

    terhadap pendidikan iman anaknya.

    4) Peserta yang hadir dalam katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1,OT 2, OT 5, OT 6, OT 7, OT 8, OT 9, OT 10 peserta yang

    hadir dalam katekese persiapan baptis bayi adalah kedua orang tua, dan emban

    baptis, Mereka sebaiknya hadir dalam katekese persiapan baptis bayi, karena

    orang tua sebagai pendidik iman anak yang utama dan terutama serta keduanya

    sangat berperan penting dalam pendidikan iman anak. Selanjutnya menurut OT 3

    dan OT 4 peserta yang hadir yaitu orang tua, embanbaptis, calonbaptis. Karena

    mereka berdua harus melakukan pembaptisan bagi si calon baptis tersebut dengan

    sepenuh hati, penuh kesadaran, dan sepenuh iman.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    5) Waktu pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 6 Waktu yang digunakan untuk melakukan katekese

    baptis bayi sehari sebelum penerimaan baptis bayi menurutnya waktu tersebut

    dirasa cukup dan pemberi materi bisa memanfaatkan waktu tersebut. Berbeda

    dengan OT 2, OT 3, OT 4, OT 5, OT 8, OT 10 yang mengatakan waktu yang

    digunakan adalah satu hari sebelum pelaksanaan, menurutnya pertemuan sehari

    itu tidak efektif dan terlalu lama. Jika dibuat dua kali pertemuan maka hasilnya

    akan menjadi lebih baik, penyampaian materinya juga tidak terburu-buru.

    Kemudian partisipan OT 7, OT 9, mengatakan waktu yang digunakan

    adalah satu minggu sebelum pelaksanaan pembaptisan, Pendamping atau Romo

    Paroki akan memberikan informasi mengenai pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi jauh sebelumnya agar orang tua, maupun emban baptis bisa lebih

    mempersiapkan.

    6) Materi yang disampaikan saat katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 2, OT 6, OT 8, OT 9 materi yang digunakan

    pendamping yaitu pengertian Sakramen Baptis, macam macam baptisan,

    pengenalan Gereja pada anak, teknis penerimaan baptis bayi, dan liturgi Sakramen

    Baptis. Kemudian menurut OT 3, OT 4, OT 5, OT 10 materi yang disampaikan

    adalah mengapa orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi, bagaimana cara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    orang tua memberikan pengertian kepada anak tentang Gereja Katolik, tugas

    orang tua dan embanbaptis setelah pembaptisan.

    Selanjutnya OT 7 mengatakan, materi yang digunakan pendamping yaitu

    pengertian baptis bayi, makna sakremen baptis, nama baptis, batasan usia baptis

    bayi, pelayan dan petugas Sakramen Baptis bayi, liturgi serta teknis pembaptisan.

    7) Metode yang digunakan saat katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 2, OT 6 metode yang digunakan oleh pendamping

    adalah ceramah, sesi tanya jawab, sharing dari pendamping maupun peserta. Lalu

    menurut OT 3, OT 5,OT 7, OT 10 mengemukakan metodenya adalah ceramah,

    tanya jawab, ulasan Kitab Suci, dan sharing.

    8) Proses/langkah-langkah katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 6, OT 7, OT 9 proses/langkah-langkah

    yang disampaikan oleh pendamping adalah Pertama doa pembukaan, menyapa

    peserta, ucapan terimakasih karena telah berkenan membaptiskan anaknya. Kedua

    menyampaikan materi yang telah disiapkan, tanya jawab seputar baptis bayi. Dan

    ketiga kesimpulan dari pertemuan. Setelah dirasa cukup, pendamping menutup

    pertemuan tersebut dengan doa penutup.

    Selanjutnya menurut OT 4, OT 5, OT 10 proses/langkah-langkah pertama

    adalah Doa pembuka dan pembacaan Kitab Suci, kedua penyampaian materi,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    ketiga sharing dan tanya jawa tentang baptis, keempat lain-lain dan kelima

    kesimpulan serta doa penutup.

    9) Faktor pendukung pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 3, OT 6 faktor pendukung katekese persiapan baptis

    bayi yaitu niat kedua orang tua dan emban baptis untuk membaptiskan anaknya,

    ketua lingkungan yang bersedia membantu. OT 2, mengatakan faktor

    pendukungnya adalah cuaca yang baik, kendaraan yang bisa digunakan untuk

    hadir saat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi, dan OT 7 menambahkan

    adanya kerjasama antara pendamping dan Romo Paroki.

    Kemudian OT 4 mengungkapkan, adanya kelompok koor yang ikut

    memeriahkan dan mendukung penerimaan baptis bayi. Partisipan OT 5, OT 8,

    OT 9, OT 10 mengatakan, faktor pendukungnya adalah pendamping dari

    paroki/wilayah.

    10) Faktor penghambat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 6 faktor penghambat pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi adalah pekerjaan orang tua yang tidak dapat ditinggalkan, emban

    baptis yang tidak bisa hadir karena ada pekerjaan ataupun sakit. OT 2 mengatakan,

    faktor penghambatnya adalah cuaca yang buruk, jarak rumah peserta yang jauh

    dari tempat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi. Menurut partisipan OT 4,

    OT 5, OT 8, OT 10 Faktor penghambat nya adalah orang tua dan emban baptis

    yang datang terlambat saat ketekese persiapan baptis bayi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    c. Harapan dan usulan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi

    1) Usulan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 6, OT 7 usulan untuk meningkatkan pelaksanaan

    katekese persiapan baptis bayi yaitu tempat pelaksanaan katekese baptis bayi di

    rumah peserta. Kemudian menurut OT 2, OT 3, OT 4, OT 9 katekese persiapan

    baptis bayi minimal dilaksanakan 2 kali pertemuan, agar saat membawa materi

    tidak terburu-buru dan pada saat pendampingan. Lalu OT 5, OT 8, OT 10

    mengemukakan, usulannya adalah pendekatan keluarga, karena banyak keluarga

    muda yang sudah memiliki bayi namun mereka kurang memahami cara mendidik

    iman anak yang masih bayi.

    2) Usulan materi untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 2, OT 4, OT 9 usulan materi untuk meningkatkan

    pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi yaitu cara memilih nama baptis karena

    banyak orang tua yang masih merasa kesulitan. Partisipan OT 5, OT 8, OT 10

    mengatakan, usulan materinya yaitu pendidikan terhadap kedua orang tua, karena

    dari pendidikan tersebut akan menerbitkan kesadaran apakah anak bayi itu harus

    segera dibaptis, cara mendidik anak yang masih bayi menurut ajaran Gereja

    Katolik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    3) Usulan metode untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 6, usulan metode untuk meningkatkan pelaksanaan

    katekese persiapan baptis bayi yaitu sharing pendamping ataupun dari peserta.

    Partisipan OT 2, OT 3, OT 4, OT 5, OT 7, OT 8, OT 9, OT 10 mengatakan usulan

    metodenya yaitu diselingi dengan games permainan yang melibatkan peserta agar

    tidak bosan, dan diputar film tentang baptis bayi.

    4. Hasil Wawancara Pengurus Wilayah dan Pendamping

    Berikut ini merupakan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan

    pengurus wilayah dan pendamping di Wilayah St. Maria Ratu Rosari. Partisipan

    pengurus wilayah DW 1 ( Bapak EBW yang barusia 56 tahun). Partisipan

    Pendamping P1( Bapak VHS yang berumur 45 tahun) dan partisipan Pendamping

    P2 (CS yang berumur 57 tahun).

    a. Pemahaman tentang baptis bayi

    1) Latar belakang penerimaan baptis bayi

    Menurut DW 1 latar belakang penerimaan baptis bayi karena Gereja

    mengajarkan bahwa Sakramen Baptis merupakan pintu gerbang dari semua

    sakramen yang lain. Kemudian P1 mengatakan, latar belakangnya adalah setiap

    orang tua mempunyai janji perkawinan di depan altar supaya jika di berikan

    karunia, anak dididik secara katolik. Selanjutnya, P2 mengungkapkan, karena

    memang baptisan bayi itu sebuah kebutuhan umat untuk iman bayi sekaligus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    kebutuhan Gereja. Pembaptisan bayi memang sangat baik untuk dilaksanakan,

    dan antara umat maupun Gereja menyambut baik tentang pembaptisan.

    2) Alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi

    Menurut DW 1, alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi

    karena sebagai orang tua berkewajiban untuk menyelamatkan iman anaknya.

    Kemudian P1 mengungkapkan, alasannya karena sebagai orang tua kita pasti akan

    memberikan yang terbaik bagi anaknya yaitu beriman pada Tuhan dengan cara

    membaptiskan anak ketika masih bayi. P2 mengatakan, alasannya karena orang

    tua sekarang tahu persis bagaimana harus memperhatikan kebutuhan iman

    anaknya.

    3) Hal-hal yang dilakukan Gereja untuk membantu orang tua dalam

    penerimaan baptis bayi

    Menurut DW 1 hal yang dilakukan Gereja adalah Paroki Bantul selalu

    mengadakan katekese persiapan baptis bayi. P1 mengungkapkan, memberi

    pengertian terus-menerus terutama pada keluarga baru, supaya jika mempunyai

    anak segera dibaptis dan hidup secara katolik. Serta P2 menambahkan baptisan

    merupakan sebuah peristiwa yang sangat penting dan besar sama dengan

    sakramen pernikahan, karena dengan adanya pembaptisan kita mempunyai

    anggota

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    b. Pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    1) Pelajaran/katekese persiapan baptis bayi

    OT 1, P1, P2 mengatakan, Di Paroki St. Yakobus Bantul ini ada

    pelajaran/ katekese persiapan baptis bayi, katekese tesebut diadakan satu minggu

    sebelum pembaptisan, namun bisa fleksibel tergantung dengan pendamping yang

    akan memberikan materi.

    2) Tujuan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut DW 1 tujuan katekese persiapan baptis bayi adalah agar orang

    tua lebih memahami tentang pembaptisan sehingga orang tua berkewajiban untuk

    selalu membimbing, membina, dan mengarahkan kepada anak ketika anak

    mengalami kesulitan dalam perjalanan hidup imannya. Selanjutnya P1

    mengungkapkan, tujuannya adalah untuk menyadarkan kembali kepada orang tua

    supaya mereka sungguh-sungguh melaksanakan pendidikan iman anak dan

    dilakukan dengan penuh kesadaran.

    P2 mengatakan, tujuannya adalah pertama, untuk menyadarkan orang tua

    bahwa anak yang baru lahir harus segera dibaptis dan menjadi tanggung jawab

    orang tua, embanbaptis, dan pendamping, kedua memberi pondasi yang kuat, agar

    tujuan Gereja tepat pada sasaran.

    3) Peserta yang hadir dalam katekese persiapan baptis bayi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    Menurut DW 1 dan P2 Peserta yang hadir dan mengikuti katekese

    persiapan baptis bayi yaitu orang tua, dan emban baptis, karena mereka berdua

    harus melakukan pembaptisan bagi si calon baptis tersebut dengan sepenuh hati,

    penuh kesadaran, sepenuh iman. Kemudian P1 mengatakan, peserta yang hadir

    dan mengikuti katekese persiapan baptis bayi yaitu orang tua, emban baptis, calon

    baptis.

    4) Waktu saat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut DW 1 dan P1 mengungkapkan, Waktu yang digunakan untuk

    melakukan katekese persiapan baptis bayi adalah satu kali pertemuan, namun bisa

    juga diadakan lebih dari satu kali. Menurut P2, pertemuan katekese persiapan

    baptis bayi ini bisa diadakan satu kali pertemuan saja, karna baptisan bayi berbeda

    dengan baptisan dewasa dan materi yang disampaikan bisa dipadatkan.

    5) Materi yang disampaikan saat pelaksanaan katekese persiapan baptis

    bayi

    Menurut DW 1, P2 materi yang dapat didalami oleh pendamping adalah

    pengertian Sakramen Baptis, pengertian tentang iman, tanggung jawab orang tua

    dan emban baptis terhadap perkembangan iman anak, keluarga adalah basis iman

    Gereja, dan liturgi penerimaan Sakramen Baptis bayi. Selanjutnya P1

    mengungkapkan, materinya adalah pengertian janji perkawinan, hukum-hukum

    Gereja, pergaulan dan perkembangan hidup anak.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    6) Metode yang digunakan saat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut DW 1, P1dan P2 mengatakan, Metode yang digunakan oleh

    pendamping adalah ceramah, tanya jawab, pembacaan Kitab Suci dan sharing.

    7) Proses/langkah-langkah pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut DW 1, P1 dan P2 Proses/langkah-langkah pertama adalah Doa

    pembuka dan pembacaan kitab suci yang telah disiapkan pendamping, Kedua

    penyampaian materi, Ketiga, sharing dan tanya jawa tentang baptis, keempat lain-

    lain dan kelima kesimpulan dan doa penutup.

    8) Faktor pendukung pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut DW 1 faktor pendukungnya adalah orang tua, emban baptis,

    calon baptis, dan ketua lingkungan yang bisa hadir saat pelaksanaan katekese

    persiapan baptis bayi. Kemudian P2 mengatakan faktor pendukungnya adalah

    adanya kerjasama antara Romo beserta pendamping, dan kesiapan lahir dan batin

    orang tua beserta emban baptis bayi.

    9) Faktor penghambat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut DW 1 Faktor penghambat dalam pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi adalah waktu pelaksanaan orang tua, emban baptis, maupun ketua

    lingkungan ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan, rumah peserta yang jauh

    dari tempat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi. Lalu P1 mengungkapkan,

    faktor penghambatnya adalah cuaca yang kurang mendukung.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    c. Harapan dan usulan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese

    persiapan baptis bayi

    1) Usulan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi

    Menurut DW 1, usulan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese

    persiapan baptis bayi adalah saat pendampingan, jangan terlalu mepet dengan

    hari pelaksanaan, sehingga jadwal kerja orang tua dan emban baptis bisa diatur.

    Kemudian P1 mengatakan, usulannya adalah pelaksanaannya tidak hanya

    satu kali dan saat bayi masih berada dalam kandungan. P2 mengungkapkan,

    Usulannya adalah adanya penyegaran, karena Gereja berkembang terus menerus,

    Seminar tentang katekese persiapan baptis bayi, dan pengumpulan Pendamping.

    2) Usulan materi untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi

    Menurut DW 1 mengatakan, usulan materinya yaitu hal yang bisa

    dilakukan orang tua untuk mendidik iman anak ketika masih bayi selain diajak

    pergi Gereja. Kemudian P1, P2 mengungkapkan, usulan materi adalah cara

    memilih nama baptis bagi bayi

    3) Usulan metode untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi

    Menurut DW 1, P1 dan P2 mengatakan, usulan metode untuk

    meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi adalah diselingi dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    game khusus orang tua agar pertemuannya lebih seru dan tidak membosankan,

    diputar film singkat tentang baptis bayi.

    D. Pembahasan Hasil Penelitian

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh 13 partisipan, yang

    terdiri dari 10 orang tua, 2 pendamping wilayah, dan 1 pengurus dewan wilayah di

    wilayah St. Maria Ratu Rosari. Melalui wawancara yang telah dilakukan,

    menunjukkan bahwa para orang tua telah melaksanakan salah satu tanggung

    jawabnya yaitu membaptiskan anak mereka ketika masih bayi. Tujuan penelitian

    ini untuk mengetahui pemahaman orang tua mengenai pelaksanaan katekese

    persiapan baptis bayi.

    a. Pemahaman tentang baptis bayi

    Pada bagian ini, pembahasan mencakup jawaban partisipan yakni orang

    tua, pendamping, dan pengurus dewan wilayah. Pemahaman tentang baptis bayi

    meliputi latar belakang penerimaan baptis bayi, alasan orang tua membaptiskan

    anak ketika masih bayi, dan hal-hal yang dilakukan Gereja untuk membantu orang

    tua dalam penerimaan baptis bayi.

    1) Latar belakang penerimaan baptis bayi

    Latar belakang penerimaan baptis bayi ditemukan berdasarkan hasil

    wawancara penulis dengan partisipan, yakni orang tua. Menurut OT 1 dan OT 7,

    latar belakang penerimaan baptis bayi adalah tradisi Gereja Katolik yang turun

    temurun, serta agar anak mendapat perlindungan dari Tuhan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    Menurut Partisipan OT 2, OT 3, dan OT 6 mengemukakan latar belakang

    pembaptisan bayi adalah agar anak diterima menjadi warga Gereja dan iman anak

    harus jelas. Pembaptisan adalah momen paling penting dalam perjalanan jemaat

    Kristen. Melalui pembaptisan jemaat Kristen diberi materai yang tak

    terhapuskanya itu diangkat sebagai Murid Yesus dan diangkat menjadi anak-anak

    Allah. Dibaptis berarti digabungkan menjadi anggota Gereja. Pembaptisan

    menjadi tanda ungkapan iman akan Yesus Kristus, tetapi bagaimana dengan baptis

    bayi di mana bayi belum bisa sadar dalam mengungkapkan imannya. Hal inilah

    yang menjadikan betapa pentingnya pemahaman orang tua akan pelaksanaan

    katekese persiapan baptisan bayi berserta dengan konsekuensinya.

    2) Alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi

    Partisipan P2 mengatakan, alasannya karena orang tua sekarang tahu

    persis bagaimana harus memperhatikan kebutuhan iman anaknya dan memang

    orang tua mereka membaptiskan anaknya ketika masih bayi dengan berbagai

    pertimbangan. Pembaptisan kanak-kanak adalah pembaptisan anak dari orang tua

    yang beriman Katolik dan mengamalkan iman itu, serta berjanji akan

    membesarkan anak itu dalam iman kepada Kristus.

    Para orang tua wajib mengusahakan agar bayi-bayi dibaptis dalam

    minggu-minggu pertama; segera sesudah kelahiran anaknya, bahkan juga sebelum

    itu, hendaknya menghadap Pastor untuk memintakan sakramen bagi anaknya serta

    dipersiapkan dengan semestinya untuk itu (Kan 867§1)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    3) Hal-hal yang dilakukan Gereja untuk membantu orang tua dalam

    penerimaan baptis bayi

    Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 7, OT 8, OT 9 hal yang dilakukan

    Gereja adalah mengadakan katekese persiapan baptis bayi, seperti saat ini yang

    masih diterapkan di Paroki Bantul, rekoleksi ini sungguh membantu orang tua

    khususnya dalam hal persiapan baptis bayi.

    Orang tua diharapkan mampu mengupayakan terus pendidikan iman

    anak-anaknya, setelah pembaptisan sampai usia dewasa. Hal tersebut, hendaknya

    tampak juga dalam kehidupan konkret dalam keluarganya, misalnya sebagai

    berikut:

    a. Setelah pembaptisan, meski masih bayi anak-anak dibiasakan mengikuti

    perayaan Ekaristi di dalam gereja. Kecenderungan yang ada adalah orang tua

    mengikuti perayaan Ekaristi di luar, sambil ngobrol sana-sini, dengan alasan

    kalau bayi menangis pasti akan menganggu umat lain.

    b. Anak-anak dibiasakan menerima komuni bathuk, baik ketika masih bayi

    maupun menjelang usia sekolah. Hal ini berarti bahwa mereka dibiasakan

    mengikuti Ekaristi Mingguan secara rutin agar tidak merasa asing dengan

    suasana dan makna Ekaristi di kemudian hari.

    c. Meskipun usianya masih bayi, sebaiknya anak-anak dibiasakan untuk berdoa

    bersama dengan keluarga baik sebelum maupun sesudah melakukan aktifitas.

    Semua itu adalah contoh kegiatan-kegiatan konkret yang bisa dilakukan oleh

    orang tua agar Sakramen Baptis dapat terwujud di dalam diri anak-anak. Tentu

    saja, pendampingan orang tua tidak berhenti sampai disini tetapi berlangsung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    terus sampai anak-anaknya menginjak usia dewasa, bahkan sampai mereka

    mampu menentukan jalan hidupnya secara mandiri (Prasetya, 2008: 37).

    b. Pelaksanaan ketekese persiapan baptis bayi

    Pada bagian ini, pembahasan mencakup jawaban partisipan yakni orang

    tua, pendamping, dan pengurus dewan wilayah. Pelaksanaan katekese persiapan

    baptis bayi meliputi pelajaran /katekese persiapan baptis bayi, tujuan katekese

    persiapan baptis bayi, peserta yang hadir dalam katekese persiapan baptis bayi,

    waktu saat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi, materi yang disampaikan

    saat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi, metode yang digunakan saat

    pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi, proses