demak

2
DEMAK – Telah menjadi tradisi di Kabupaten Demak, setiap 10 Dzulhijah atau tepatnya Idul Adha dilakukan upacara penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga di Kadilangu. Penjamasan itu dilakukan terhadap dua pusaka Sunan Kalijaga yakni Kotang Onto Kusumo dan Keris Kyai Cerubuk.Konon Kotang Ontokusuma adalah berwujud ageman yang dikhiaskan sebagai pegangan santri yang dipakai Sunan Kalijaga setiap kali berdakwah. Prosesi penjamasan tersebut diawali dari pendapa Kabupaten Demak, di mana sebelumnya sejumlah prajurit mengikuti prosesi kirab Grebeg Besar. Perjalanan minyak jamas dikawal bhayangkara Kerajaan Demak Bintoro, yakni prajurit patang puluhan. Mereka berada di belakang kereta kuda pembawa jamas terlihat sangat gagah dan diiringi kesenian tradisional Demak.Ribuan warga yang telah memadati seusai salat Idul Adha itu nampak memadati sepanjang jalan dari pendapa sampai Kadilangu.Rombongan berjalan dari pendapa kabupaten sampai ke kompleks makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Minyak jamas diserahkan ke perwakilan ahli waris Sunan Kalijaga, terus dilanjutkan ke pemakaman Kadilangu untuk menjamas dua pusaka agung tersebut. Plh Bupati Demak Harwanto mengatakan, pelestarian tradisi ini bagian dari nguri-uri kebudayaan leluhur. Dalam catatan sejarah, Kabupaten Demak tidak bisa dilepaskan dari perjuangan para Walisongo sebagai penyebar Islam di Jawa sekira abad ke- 15.RitualSultan Fatah dan Sunan Kalijaga menjadi tokoh besar dan berpengaruh dalam lintas sejarah Demak. Karena itu, tidak mengherankan jika kemudian ada beragam acara dan kegiatan ritual yang diperkenalkan oleh kedua tokoh tersebut yang masih berlangsung sampai saat ini. “Ritual ini seolah sudah menyatu dengan masyarakat Demak,” ujarnya, kemarin.Penjamasan pusaka ini menjadi fenomena yang menarik. Sebab nampak suatu gambaran nyata peristiwa bersatunya pejabat dan rakyat dalam satu tempat, sehingga tampak sebuah kerukunan dan kebersamaan langkah untuk menggapai asa bersama.Bila zaman dahulu ritual ini diadakan untuk menghilangkan marabahaya maka pandangan ini perlu diubah menjadi konsep yang modern. Yakni mencari alternatif penyelesaian masalah dengan cara koordinasi dan konsolidasi antara pemerintah dan rakyat.

Upload: alvaro-mcdowell

Post on 23-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

demak

TRANSCRIPT

Page 1: DEMAK

DEMAK – Telah menjadi tradisi di Kabupaten Demak, setiap 10 Dzulhijah atau tepatnya Idul Adha dilakukan upacara penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga di Kadilangu. Penja-masan itu dilakukan terhadap dua pusaka Sunan Kalijaga yakni Kotang Onto Kusumo dan Keris Kyai Cerubuk.Konon Kotang Ontokusuma adalah berwujud ageman yang dikhiaskan sebagai pegangan santri yang dipakai Sunan Kalijaga setiap kali berdakwah. Prosesi penjamasan tersebut diawali dari pendapa Kabupaten Demak, di mana sebelumnya sejumlah prajurit mengikuti prosesi kirab Grebeg Besar.

Perjalanan minyak jamas dikawal bhayangkara Kerajaan Demak Bintoro, yakni prajurit patang puluhan. Mereka berada di belakang kereta kuda pembawa jamas terlihat sangat gagah dan diiringi kesenian tradisional Demak.Ribuan warga yang telah memadati seusai salat Idul Adha itu nampak memadati sepanjang jalan dari pendapa sampai Kadilangu.Rombongan berjalan dari pendapa kabupaten sampai ke kompleks makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Minyak jamas diserahkan ke perwakilan ahli waris Sunan Kalijaga, terus dilanjutkan ke pemakaman Kadilangu untuk menjamas dua pusaka agung tersebut.

Plh Bupati Demak Harwanto mengatakan, pelestarian tradisi ini bagian dari nguri-uri kebudayaan leluhur. Dalam catatan sejarah, Kabupaten Demak tidak bisa dilepaskan dari perjuangan para Walisongo sebagai penyebar Islam di Jawa sekira abad ke-15.RitualSultan Fatah dan Sunan Kalijaga menjadi tokoh besar dan berpengaruh dalam lintas sejarah Demak. Karena itu, tidak mengherankan jika kemudian ada beragam acara dan kegiatan ritual yang diperkenalkan oleh kedua tokoh tersebut yang masih berlangsung sampai saat ini.

“Ritual ini seolah sudah menyatu dengan masyarakat Demak,” ujarnya, kemarin.Penjamasan pusaka ini menjadi fenomena yang menarik. Sebab nampak suatu gambaran nyata peristiwa bersatunya pejabat dan rakyat dalam satu tempat, sehingga tampak sebuah kerukunan dan kebersamaan langkah untuk menggapai asa bersama.Bila zaman dahulu ritual ini diadakan untuk menghilangkan marabahaya maka pandangan ini perlu diubah menjadi konsep yang modern. Yakni mencari alternatif penyelesaian masalah dengan cara koordinasi dan konsolidasi antara pemerintah dan rakyat.