dasar-dasar ilmu tanahsumiharhutapea.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/...menyusun profil...
TRANSCRIPT
1
PENUNTUN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
ILMU TANAH
Oleh :
Dr. Ir. Sumihar Hutapea, MS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2018
2
KONSEP PEDON DAN PROFIL TANAH
Konsep Pedon dan polipedon dan Profil Tanah Tanah dalam disiplin ilmu tanah adalah sekumpulan tubuh alam terletak di permukaan
bumi, yang kadang diubah atau diusahakan oleh manusia sebagai lahan usaha tani, merupakan
media alam sebagai tempat pertumbuhan tanaman dan biologi lainnya. Batasan terkecil untuk
tanah sukar ditentukan, apabila ditentukan secara ekstrim, hasil yang akan dicapai menjadi aneh
secara ilmiah. Apabila tanah sudah mempunyai struktur, maka tanah di bagian permukaan
struktur dan tanah di bagian dalam struktur akan berbeda. Apabila tanah tidak berstruktur akan
sangat sulit untuk menentukannya. Konsep pedon memberikan salah satu pemecahan dan
memberikan satuan yang jelas untuk melakukan deskripsi dan pengambilan contoh tanah.
1. Pedon Pedon adalah suatu area terkecil dari tanah yang harus kita deskripsi dan lakukan
pengambilan contoh tanahnya sebagai pewakil dari satuan tanah yang ada, yang keadaan susunan
Horizon dan perbedaan sifat-sifatnya akan tercermin dari contoh tanahnya. Pedon dapat
disamakan seperti suatu sel dari kristal, berbentuk tiga dimensi. Batas ke bawah agak sukar
digambarkan antara tanah dan bukan tanah. Dimensi lateralnya harus cukup lebar untuk
menggambarkan keadaan Horizon-Horizonnya dan perbedaan perbedaannya, apabila ada.
Perbedaan-perbedaan ini bisa dalam hal ketebalannya atau susunannya, mungkin juga terjadi
secara terputus-putus. Suatu pedon meliputi area berkisar antara 1 sampai 10 m2 tergantung dari
variabilitas tanahnya. Kumpulan dari pedon-pedon disebut polipedon. Luas polipedon minimum
2 m2, sedangkan luas maksimumnya tidak terbatas.
2. Polipedon Suatu tanah yang diklasifikasikan mempunyai tanah di sebelahnya (pedon) yang
tergabung membentuk suatu poligon besar yang mempunyai batasan seperti suatu pulau, yaitu
dengan kumpulan pedon lain yang sifat-sifatnya berbeda. Kumpulan pedon yang sama dan
membentuk suatu pulau ini disebut sebagai polipedon.
Polipedon dibatasi oleh polipedon lain, dengan batas sifat-sifat polipedon yang cukup
nyata. Perbedaan-perbedaan ini bisa menyangkut keadaan dari Horizon-Horizon apabila ada.
Apabila Horizonnya tidak ada, perbedaannya adalah terletak pada keadaan tanahnya. Keadaan
Horizon atau tanah adalah menyangkut komposisinya, termasuk mineralogi, struktur, konsistensi,
tekstur dari Horizon, dan juga rejim kelembapannya. Apabila warna sebagai penentu, maka
warna juga perlu disebutkan. Keadaan dari Horizon-Horizon yang dimaksud adalah keadaan
batas Horizon, ketebalannya, dan perbedaan antara Horizon-Horizon atau subHorizon.
Oleh karena itu batasan dari polipedon ini secara konsepsional awal, sama dengan batasan
dari seri tanah, yaitu yang merupakan kategori terendah dari sistem klasifikasi taksonomi tanah.
Dengan demikian, maka setiap polipedon dapat diklasifikasikan ke dalam seri tanah, hanya saja
bahwa seri tanah mempunyai selang sifat yang lebih lebar daripada polipedon. Polipedon
mempunyai luasan minimum >1 m5 dan maksimumnya tidak terbatas.
3. Profil Tanah
Profil tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu sisi pedon yang
mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut Horizon Tanah. Setiap horizon tanah
memperlihatkan perbedaan, baik menurut komposisi kimia maupun fisiknya. Kebanyakan
horizon dapat dibedakan dari dasar warnanya. Perbedaan horizon tanah terbentuk karena dua
faktor yaitu pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah (leached)
dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan
menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Adapun yang dimaksud solum adalah
kedalaman efektif tanah yang masih dapat dijangkau oleh akar tanaman. Horizon-horizon yang
menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau R
(Bed Rock).
Pengenalan tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati menjelaskan sifat-sifat profil
tanah. Profil tanah adalah urutan-urutan horison tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap
sejajar permukaan bumi. Profil tanah dipelajari menggali tanah dengan dinding lubang vertikal
kelapisan yang lebih bawah.
I. PENGAMATAN TANAH DI LAPANGAN
Setiap penelitian tanah perlu disertai pengamatan tanah di lapangan. Pengamatan di
lapangan terdiri dari pengamatan tanah dan daerah sekelilingnya. Penampang tanah dibuat baik
dari tanah asli atau tanah yang telah digunakan manusia, namun sedapat mungkin lapisan bawah
3
masih asli. Pengamatan penampang meliputi semua ciri-ciri yang dapat dilihat, dirasa, atau
dibedakan dengan alat sederhana, dari seluruh penampang atau dari setiap lapisan/horizon.
Pengamatan daerah sekeliling mencatat semua faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan profil tanah atau kemampuan tanah (wilayah) untuk usaha pertanian dan
penggunaan lainnya.
1. Pengamatan tanah Melalui Pemboran
Pengamatan tanah melalui pemboran dimaksud untuk mengetahui penyebaran jenis tanah
yang dapat dilakukan secara sistematis ataupun secara taktis. Pemboran secara sistematis
dilakukan dengan cara “grid system” yakni mengadakan pemboran pada jalur rintisan dengan
jarak tertentu, misalnya 100 x 100m, 100 x 200m, 500 x 500m atau 1000 x 1000m. Cara
pemboran dengan sistem ini lebih cocok untuk daerah-daerah dengan bentuk wilayah datar, dan
biasa digunakan bagi surveyor yang belum berpengalaman.
Pemboran secara taktis tidak dilakukan atas dasar jarak yang telah ditentukan, tetapi
didasarkan atas perbedaan faktor lingkungan yang ada seperti perbedaan lereng, perbedaan
bentuk wilayah, perbedaan vegetasi, fisiografi bahan induk dan sebagainya. Cara ini didasarkan
atas kenyataan bahwa ada hubungan antara sifat-sifat tanah dengan faktor lingkungannya.
Pemboran dilakukan berulang kali sampai mencapai kedalaman 120cm atau sampai bahan
induk bila solum tanah < 120cm. Pada setiap pemboran umumnya mencapai ketebalan 10 sampai
20 cm diamati sifat-sifatnya seperti tercantum dalam tabel lampiran daftar pemboran. Setiap
perubahan sifat-sifat tanah sesuai dengan kedalamannya harus dicatat, sehingga diperoleh
gambaran sifat profil dari tanah tersebut.
Hasil pengamatan tanah berdasarkan pemboran dikumpulkan pada tabel Range of
Characteristic, kemudian dilakukan data scoring untuk dapat memilih dan menetapkan profil
tanah yang benar-benar mewakili dan dominan untuk daerah yang diteliti.
2. Pembuatan Penampang atau Profil Tanah
Alat-alat yang diperlukan
- Bor tanah tipe Belgia, bor tusuk, bor gambut, untuk menjajaki keadaan penampang tanah
dengan menetapkan tekstur, warna, konsistensi tanah.
- Cangkul, garpu, sekop rintis untuk menggali lubang penampang, dan sekop lurus untuk
membuat penampang tegak tanah.
- Meteran untuk mengukur panjang, lebar, dan dalam penampang.
Cara membuat penampang
- Lubang penampang harus cukup besar biasanya berukuran (p x l x d) 2 x 1,8 m, pada tanah-
tanah berat dan dangkal ukuran dapat diperkecil.
- Penampang tegak yang akan diamati dipilih sisi yang mendapat sinar matahari, dan pada tempat
miring dipilih sisi yang mempunyai dinding teratas.
- Tanah galian tidak boleh ditimbun di atas sisi penampang yang akan diamati.
3. Pengamatan Penampang
Alat dan Bahan-bahan yang diperlukan
1. Meteran untuk mengukur tebal, dalam, dan, batas lapisan, ukuran kandungan bahan kasar,
struktur, karatan dan perakaran.
2. Pisau untuk menarik batas lapisan, perbedaan warna, struktur, untuk mempelajari gumpalan
bahan kasar, selaput liat, dan mengiris akar tumbuhan.
3. Penusuk pin, untuk penahan pita meteran.
4. Buku Munsell Soil Color Chart, untuk menetapkan warna tanah dan segala gejala yang
terdapat dalam penampang.
5. PH testkit, untuk mengenal kemasan tanah tiap lapisan.
6. HCL, untuk mengenaal adanya kapur atau kongkresi kapur dan kadar relatif (berdasarkan
intensitas pembuihan).
7. Loupe untuk mengenal makroskopis batuan mineral, dan mempelajari selaput liat dan
bentukan lain.
8. Palu untuk memecah batu untuk diamati atau diambil contoh.
9. Air, utuk membasahi massa tanah guna ditentukannya tekstur dan konsistensi dalam keadaan
lembab atau basah.
10. Daftar isian penampang, untuk mencatat semua gejala dan corak secara sistematis.
11. Kantong plastik, untuk tempat contoh tanah yang diambil.
4
12. Kertas label untuk pemberian tanda pada contoh tanah yang diatur didalam dan diluar
kantong.
13. Sendok tanah, untuk menagmbil contoh tanah.
14. Helings meter, untuk menentukan drajat miring sudut.
15. Kompas, untuk menentukan arah penampang terhadap lereng atau letak penampang terhadap
sesuatu tanda tetap di lapangan.
16. Peta topografi, untuk mengetahui lokasi.
17. Peta lapangan, untuk melokalisasikan penampang tanah.
Pencatatan Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dicatat pada daftar isian. Daftar isian penampang terdiri dari: muka
depan; memuat keterangan umum dan keterangan utama, muka belakang memuat catatan
penampang (lihat tabel deskripsi profil).
Pengisisan sedapat mungkin dinyatakan dengan tanda sandi. Tanda sandi atau simbol
yang ada pada tabel deskripsi dapat dilihat pada penjelasan berikut. Semua lajur/ruang harus diisi
di lapangan, kecuali iklim, bahan induk.
Perhatian:
1. Tulis dengan lengkap/terang, 5 menit lebih lama di lapangan lebih baik dari pada 5 menit
lebih cepat selesai, tetapi dengan keterangan yang serba kurang lengkap dan kurang terang.
2. Tanda/simbol yang sesuai dengan sifat morfologi tidak boleh dicoret, tetapi hanya diberi
lingkaran (O).
3. Kalau suatu sifat morfologi memakai lebih dari satu tanda/ simbol maka perlu diberi tanda
panah.
4. Gejala peralihan memerlukan lebih dari satu tanda panah masing-masing diberi bernomor.
5. Kesalahan-kesalahan dalam mengisi harus dicoret serta dibubuhi paraf. Begitu pula mengenai
perbaikannya.
Penjelasan singkatan-singkatan pada Tabel Deskripsi Profil
- Batas lapisan/ horison dinyatakan dalam kejelasan dan bentuk topografi.
Kejelasan topografi:
(a) = abrupt : sangat jelas, lebar peralihan < 2 cm.
(c) = clear : jelas, lebar peralihan 2 – 5 cm.
(g) = gradual: berangsur, lebar peralihan 5 – 12 cm.
(d) = diffuse : baur, lebar peralihan > 12 cm.
Bentuk topografi:
(s) = smooth : rata, lurus teratur.
(w) = wavy : berombak, berbentuk kantong, lebar dalam.
(i) = irregular : tidak teratur, berbentuk kantong lebar dalam
(b) = broken : terputus, batas horison tidak dapat disambungkan dalam suatu bidang
datar.
- Tekstur keterangan simbol lihat di penetapan tekstur.
- Kandungan bahan organik kasar : berdasarkan jenis
(fe) = kongkresi besi berwarna merah/coklat, umumnya berbentuk benjol/ bulat.
(Mn) = kongkresi managan sama dengan besi, tetapi berwarna kehitaman.
(Ca) = kongkresi kapur, berwarna keputihan, umumnya membuih dengan HCL.
(B) = pecahan batu atau bahan lain sebagai pengisi.
- Struktur :
Berdasarkann taraf perkembangan:
(0) = tidak berstruktur (2) = cukup
(1) = lemah (3) = kuat
Berdasarkan ukuran:
(VF) = sangat halus/ tipis/ kecil (very fine)
(F) = halus/ tipis/ kecil (fine)
(M) = sedang (medium)
(C) = besar/ tebal (coarse)
(VC) = sangat besar/ tebal (very coarse)
5
Berdasarkan bentuknya:
(pl) = lempeng/ keping (platy) (m) = pejal (massive)
(p) = prisma (puismatic) (g) = kersai/ butir (granular)
(cp) = tiang (columnar) (cr) = remah (crumb)
(ab) = sudut (angular blocky) (sb) = kubus membulat/gumpal (subangular blocky
(b) = kubus (blocky) (l) = lepas/ butir tunggal (loose)
- Pori tanah, dibedakan atas:
(sd) = sedikit
(s) = sedang
(b) = banyak
- Konsistensi keterangan simbol lihat dipenetapan konsistensi.
- Karatan dibedakan berdasarkan:
Jumlah:
(sd) = sedikit : 2% dari luas permukaan.
(bi) = biasa : 2 – 20%.
(ba) = 20%, matriks masih nampak jelas.
Ukuran:
(k) = kecil : diameter < 0,5 cm.
(s) = sedang : diameter 0,5 – 1,5 cm.
(b) = biasa : diameter > 1,5 cm, matriks masih nampak jelas.
Bandingan:
(b) = baur : warna matriks dan karatan hampir sama.
(d) = jelas : warna matriks dan karatan berbeda dalam hue dan chroma.
(n) = sangat jelas (nyata) : bintik-bintik karatan merupakan gejala utama dari horison.
Batas:
(d) = jelas : warna beralih tiba-tiba.
(s) = sedang : warna peralihan 2 mm.
(k) = kabur : warna peralihan 2 mm.
Bentuk:
(b) = bintik : hampir membulat, satu dengan lainnya tidak bersambungan.
(bs) = bintik berganda : hampir membulat, satu dengan lainnya bersambungan.
(li) = lidah : memanjang kecil. Membujur dari atas ke bawah.
(ap) = api : lebar atau besar yang arahnya tidak menetu.
(v) = pipa : bulat memanjang.
4 Pengambilan Contoh Tanah dan Persiapan di Laboratorium
Setelah dilakukan pengamatan penampang profil tanah, selanjutnya dilakukan
pengambilan contoh tanah untuk masing-masing horison tanah yang ditemui di lapangan.
Pengambilan contoh kurang lebih 2 kg/horison. Kemudian contoh tanah tersebut dihaluskan
kemudian diayak, tanah siap untuk dianalisa di laboratorium.
II. KADAR AIR TANAH
Tanah terdiri dari 3 fase yaitu: cairan, gas, dan padatan. Fase cairan adalah air tanah yang
mengisi bagian-bagian atau seluruhnya dari ruang kosong di antara zarah-zarah padat. Salah satu
peranan tanah dalam bidang pertanian adalah sebagai tempat penyimpanan air yang sangat
penting dalam hubungannya dengan kation, dekomposisi bahan organik, dan kegiatan jasad-jasad
mikro. Hal itu hanya dapat berlangsung dengan baik bilamana tersedia air dan udara yang cukup.
Tertahannya air dalam tanah disebabkan oleh proses adhesi antara air dan tanah serta
proses kohesi air. Air yang tertahan itu dijumpai dalam pori-poro mikro ataupun selaput-selaput
yang ada di sekeliling zarah-zarah tanah. Air yang tidak tertahan akan mengisi pori-pori makro
dan kemudian meresap ke bawah karena adanya gaya gravitasi.
Penahan air oleh tanah serta kecendrungan pergerakan air di dalam tanah dari tanah ke
tanaman dan dari tanaman ke atmosfer merupakan akibat karena adanya efek energi,. Seperti
6
halnya benda-benda lain di alam, air tanah juga mempunyai energi dalam berbagai bentuk. Dalam
fisika klasik dikenal 2 bentuk energi yaitu: energi kinetik dan energi potensial. Oleh karena
gerakan air di dalam tanah cukup lambat, maka energi kinetiknya dapat diabaikan. Energi
potensial yang ditentukan oleh keadaan internal tanah sangat beragam.
Potensial total ai tanah adalah jumlah pengaruh dari berbagai gaya yaitu potensial
gravitasi, potensial matriks, potensial osmotik dan kemungkinan-kemungkinan potensial lainnnya
yang kurang begitu penting. Potensial gravitasi berperan penting dalam menghilangkan air lebih.
Ptensial osmotik disebabkan oleh adanya bahan terlarut dalam tanah yang dapat menurunkan
energi bebas air karena ion atau molekul bahan terlarut menarik molekul-molekul air, jadi
potensialnya negatif. Potensial matriks merupakan hasil gaya kapilaritas dan gaya serapan yang
diakibatkan oleh matriks tanah. Kedua gaya tersebut menurunkan energi bebas air tanah,
sehingga potensial matriks akan selalu negatif. Potensial yang sangat mempengaruhi hubungan
air, tanah dan tanaman adalah potensial matriks dan osmotik. Karena potensial matriks dan
osmotik adalah negatif, sering disebut tegangan atau hisapan. Cara umum yang dipakai untuk
menyatakan tegangan adalah tinggi suatu kolam air.
Air dalam tanah dapat digolongkan dalam: (1) air gravitasi, (2) air kapiler, dan (3) air
hidroskopik. Air gravitasi adalah air yang tidak dapat ditahan oleh tanah tetapi meresap kebawah
karena pengaruh gaya gravitasi dan terdapat antar tegangan 0,1 dan 0,5 atmosfer. Air kapiler
adalah air yang diserap, biasanya merupakan suatu lapisan yang ada diseliling zarah-zarah tanah
dan berada dalam ruangan kapiler dan berada antara tegangan 0,1 dan 31 atmosfer. Air
hidroskopik adalah air yang di serap dari uap air uda oleh zarah tanah. Air ini melekat pada
permukaaan zarah tanah berupa selaput tipis yang terdiri dari lapisan molekul air. Lapisan ini
tertahan kuat sehingga tidak mudah menguap dalam keadaan biasa. Air hidroskopik tidak dapat
diserap tanaman dan berada pada tegangan antara 31 hingga 10.000 atmosfer.
Untuk mengetahui keadaan air tanah dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman,
maka perlu ditetapkan kadar air tanah dalam beberapa keadaan seperti: (1) kadar air total, (2)
kapasitas lapangan, dan (3) titik layu permanen. Kadar air total tanah adalah kadar air tanah yang
diperoleh dengan jalan pengeringan tanah kering udara di dalam oven pada suhu 105 derajat
celcius sehingga bobotnya tetap. Kapasitas lapangan adalah jumlah air yang ditahan oleh tanah
setelah kelebihan air gravitasi meresap ke bawah karena gaya gravitasi. Titik layu permanen
adalah kandungan air tanah pada saat tanaman yang ditanam diatasnya telah mengalami layu
permanen, dalam arti susah disembuhkan kembali meskipun telah ditambahkan sejumlah air yang
mencukupi. Selisih antara kadar air pada kapasitas lapangan dan titik layu permanen disebut air
tersedia.
Dalam praktikum ini akan dilakukan penetapan kadar air tanah, sedangkan persentase air
tersedia dan tegangan belum dapat dilakukan. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan
cara langsung, tidakm langsung dan berbagai teknik dengan penetapan propesional kelembapan.
Dalam penuntun ini dicantumkan nmasing-masing salah satu cara dari ke tiga cara tersebut.
Cara Gravimetrik
Dengan cara ini kadar air nditetaokan secara langsung dengan mengukur kehilangan
bobot karena kehilangan air melalui pengeringan tanah.
Tahap-tahap pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Masukkan contoh tanah (10g) kedalam botol timbang yang bersih dan kering, kemudian
timbang.
2. Keringkan contoh tanah tersebut dalam oven (tutup botol terbuka) pada suhu 105 drajat
celcius sampai bobotnya tetap (lebih kuran 24 jam).
3. Dinginkan botol timbang dan isinya dalam eksikator sampai mencapai suhu ruangan (botol
timbang tertutup), kemudian timbang.
4. Hitung kadar airnya atas dasar bobot tanah kering oven 105 drajat celcius dengan persamaan
sebagai berikut:
Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab – bobot botol berisi taah kering 105 drajat celcius.
Bobot tanah kering 1050C = bobot total ber-isi tanah kering (105
0C) – bobot botol
Kadar air tanah = bobot air X 100
Bobot tanah kering (1050C)
Cara Tahanan Listrik
Dengan cara ini kadar air ditetapkan secara tidaklangsung berdasarkan sifat air sebagai
pengantar listrik. Sifat hantaran listrik bahan sarang seperti tanah dapat berubah sesuai kadar
airnya.
7
Makin rendahnya kadar air, hantaran listriknya makin rendah dan tahanan listrik yang
ditimbulkannya makin tinggi. Suatu blo CaSO4 berelektrode dalam tanah yang lembab akan
menyerap air tanah sehingga keseimbangan tercapai. Tahanan blok tersebut terhadap aliran listrik
yang diberikan tergantung dari jumlah air yang diserap.
Dengan mengalibrasikan tahanan lisitrik dengan kelembapan tanah Bouyuocos (dari
michigan State University) mengembangkan suatu alat yang disebut Bouyuocos Moisture Meter
yang mencatat skala tahanan listrik dikalibrasikan dengan persentasi air tersedia 0 sampai dengan
100%.
Penetapan Kurva Tegangan Air Tanah
Seperti telah dikemukakan tanah dapat mengikat air karena adanya tegangan matriks dan
osmotik. Untuk memperoleh gambaran tentang keadaan air tanah pada tegangan tertentu pada
tanah basah diberikan tekanan dalam alat yang disebut pressure plate (untuk tekanan 5 atm).
Tekanan dapat dinyatakan dalam cm tinggi kolom air.
pF adalah logaritma (log 10) dari tegangan air tanah yang dinyatakan dalam cm tinggi
kolom air. Misalnya untuk tegangan atau 1/3 atm = 346 cm kolom air maka pF = log 346 = 2,54.
Kurva tegangan air tanah atau sering disebut kurva pF adalah kurva yang menunjukkan hubungan
antara logaritma tegangan air dengan kandungan air tanah.
Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Letakkan contoh untuk penetapan pF 1 : 2 : 2,54 (1/3 atm) di dalam gelang-gelang karet di
atas piringan dalam alat presurre plate sedangkan untuk penetapan pF 4,2 (15 atm) dalam alat
pressure membrane.
2. Jenuhi contoh tanah tersebut dengan air sampai berlebih, dan biarkan selama 48 jam.
3. Tutup alat tersebut rapat-rapat, kemudian berikan tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki
sampai keseimbangan tercapai (setelah lebih kurang 48 jam tekanantersebut bekerja).
4. Keluarkan contoh tanah tersebut untuk ditetapkan kadar airnya.
5. Buat kurva pF dengan kadar air sebagai absis dan pF sebagai koordinatnya.
Pertanyaan
1. Apa gunanya kita menentukan kadar air tanah? Sebutkan cara-cara yang sering dipakai!
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah air yang dapat disediakan oleh suatu tanah!
3. Apa yang dimaksud dengan pemakaian air konsumtif? Sebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya!
III. TEKSTUR, WARNA, KONSISTENSI DAN STRUKTUR TANAH
Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah susunan relatif dari ukuran zarah tanah terdiri dari pasir berukuran 2
mm – 50 µ, debu berukuran 50 – 2 µ, dan liat berukuran < 2 µ. Untuk keperluan pemilahan ada
12 kelas tekstur tanah yaitu: pasir, debu, liat, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung,
lempung berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir, dan liat berdebu. Pembagian itu
kemudian disederhakan menjadi 7 kelas yang terdiri dari pasir, lempung kasar, lempung halus,
debu kasar, debu halus, liaat berdebu, dan liat sangat halus. Penetapan tekstur secara garis
besarnya dapat dibagi 2 yaitu: (1) penetapan kasar yaitu menurut perasaan di lapangan, (2)
penetapan di laboratorium.
Penetapan Tekstur Menurut Perasaan di Lapangan
Massa tanah kering atau lembab dibasahi kemudian dipijit diantara ibu jari dan telunjuk
sehingga membentuk bola lembab, sambil diperhatikan adanya rasa kasar atau licin. Kemudian di
gulung-gulung sambil dilihat daya tahan terhadap tekanan dan dilihat kelekatan massa tanah
waktu telunjuk dan ibu jari direnggangkan.
Dari rasa kasar atau licin, gejala piridan, guloungan dean kelekatan, dapatlah ditentukan
kelas tekstur lapangan. Tabel 1 dapat digunakan untuk membantu menentukan tekstur suatu tanah
dan memilahkannya dalam kelas tekstur tertentu.
Penetapan Tekstur Tanah di Laboratorium
Tekstur tanah dapat ditentukan menurut berbagai cara di laboratorium. Untuk keperluan
latihan keterampilan dipilih satu cara yang dianggap paling sederhana dan umum digunakan cara
pipet.
8
No. Kelas Tekstur Rasa dan Sifat Tanah
1 Pasir (s) Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola
dan gulungan serta tidak melekat
2 Pasir Berlempung Rasa kasar sangat jelas, membentuk bola
(ls) yang mudah sekali hancur serta melekat
3 Lempung Berpasir Rasa kasar agak jelas, membentuk bola
(sl) agak keras mudah hancur serta melekat
4 Lempung Berdebu Rasa licin, membentuk bola teguh, mem-
(lsi) bentuk pita, lekat
5 Lempung Rasa tidak kasar dan tidak licin, mem-
(l) bentuk bola teguh, dapat sedikit digulung
dengan permukaan mengkilat serta melekat.
6 Debu Rasa licin sekali, membentuk bola teguh
(si) dapat sedikit digulung dengan permukaan
mengkilat serta agak melekat.
7 Lempung Berliat Rasa agak kasar membentuk bola agak teguh
(cl.l) (kering), membentuk gulungan jika dipijit,
gulungan mudah hancur serta melekatnya
sedang.
8 Lempung Liat Berpasir Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak
(scl.l) teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit
gulungan mudah hancur serta melekat.
9 Lempung Liat Berdebu Rasa licin jelas, membentuk bola teguh gulungan
(sicl.l) mengkilat serta melekat.
10 Liat Berpasir Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam
(scl) keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta
melekat sekali.
11 Liat Berdebu Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan
(sicl) kering, sukar dipijit, mudah digulung serta melekat
sekali.
12 Liat Rasa berat, membentuk bola baik serta melekat
(cl) sekali.
Tabel 1. Penetapan Kelas Tekstur Menurut Perasaan di Lapangan
Pada dasarnya penetapan tekstur tanah ini didasarkan pad hukum “Stokes”. Secara garis
besar hukum ini didasarkan atas kecepatan pengendapan dari zarah berbentuk bola dalam suatu
cairan yang tergantung dari jari-jari zarah itu.
Rumusnya adalah:
n
grddV
2)21(
9
2
Dimana: V : kecepatan jatuh tanah
d1 : kerapatan tanah
d2 : kerapatan air
r : diameter zarah
g : gravitasi bumi
n : kekentalan cairan (tergantung pada suhu)
Warna Tanah
Warna adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan walaupun warna ini
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kegunaan tanah, tetapi kadang-kadang dapat dijadikan
petunjuk adanya sifat khusus dari tanah tersebut. Misalnya, warna tanah gelap mencirikan
kandungan bahan organik yang tinggi. Warna kelabu menunjukkan pengaruh air yang dominan,
sedangkan warna merah menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan yang lanjut.
Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna baku yang terdapat
pada “Munsell Soil Color Chart”. Penentuan ini meliputi penetapan warna dasar tanah
(matriks), warna bidang struktur, dan selaput liat. Warna karatan dan kongresi, warna plintit, dan
warna humus.
Warna dinyatakan dalam 3 satuan yaitu kilap (hue), nilai (value), dan kroma (chroma),
menurut nama yang tercantum dalam lajur yang bersangkutan. Kilap berhubungan erat dengan
panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan dengan kebersihan warna, dan kroma yang
9
kadang-kadang disebut kejenuhan yaitu kemurnian relatif dari spektrum warna.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan warna tanah, yaitu:
1. Tanah yang diamati adalah dalam kondisi: basah, lembab, dan kering.
2. Tempat pengamatan terlindung dari sinar matahari langsung.
3. Tanah ditaruh di bawah lubang kertas “Munsel Soil Color Chart” dengan jari atau pisau.
4. Tanah tidak boleh mengkilat (kecuali pada warna bidang struktur).
5. Menghindarkan bekerja sebelum jam 09.00 Wib dan sesudah jam 16.00 Wib.
6. Jika warna tanah tidak dapat tepat sama dengan gambar warna tekstur maka diberikan angka-
angka hue, value dan chroma tertinggi dan terendah yang membatasinya.
Konsistensi Tanah
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah
pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi
(tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai
kelembaban tanah. Konsistensi tanah dinilai pada kondisi tanah yang berbeda-beda, yaitu basah,
lembab, dan kering.
Konsistensi dalam Keadaan Basah
Keadaan basah diartikan keadaan air tanahnya lebih tinggi dari kapasitas lapang.
Kelekatan atau derajat adhesi tanah, ditentukan dengan memijit tanah antara ibu jari dan telunjuk.
Tidak Lekat (so) : bila kedua jari dilepaskan, contoh tanah rapuh dan terus jatuh bebas.
Agak Lekat (ss) : bila kedua jari dilepaskan, sebagian kecil contoh tanah tinggal melekat pada ke
dua jari tersebut.
Lekat (s) : bila kedua jari tangan direnggangkan, tanah tinggal melekat dan terasa
lengket.
Sangat Lekat (ps): bila kedua jari direnggangkan, tanah melekat sekali sehingga sukar
untuk melepaskan kedua belah jari.
Plastisitas atau sifat kenyal atau derajat kohesi tanah, merupakan ciri mudah tidaknya
bentuk tanah berubah tanpa retak bila dipirid antara ibu jari dan telunjuk.
Tidak Plastis (po) : tanpa dapat dibentuk bulat atau pita.
Agak Plastis (ps) : dapat dibentuk bulatan atau pita, akan tetapi cepat berubah bentuk.
Plastis (p) : tanah dapat dibentuk bulatan atau pita, tekanan yang sedang dapat
Mengubah bentuknya dengan mudah.
Sangat Plastis (vp): contoh tanah dapat dibentuk bulatan atau pita bundar, sulit diubah
bentuknya.
Konsistensi dalam Keadaan Lembab
Konsistensi dalam keadaan lembab ditentukan dengan meremas massa tanah yang
berkadar air antara titik layu permanen dan kapasitas lapangan.
Lepas (l) : butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya, tidak terikat, melekat
bila ditahan.
Sangat Gembur (vf) : dengan sedikit tekanan mudah bercerai, bila digenggam mudah
bergumpal melekat bila ditekan.
Gembur (f) : bila diremas dapat bercerai, bila digenggam massa tanah bergumpal,
melekat bila ditekan.
Teguh (t) : massa tanah tahan terhadap remasan, hancur dengan tekanan besar.
Sangat Teguh (vt) : massa tanah tahan terhadap remasan, tidak mudah berubah bentuk.
Sangat Teguh : massa tanah sangat tahan terhadap remasan, bila di genggam bentuk
Sekali (et) tidak berubah.
Konsistensi dalam Keadaan Kering
Konsistensi ditentukan dengan meremas/ menekan massa tanah yang berkadar air
kurang dari titik layu permanen.
Lepas (l) : tanpa kohesi.
Lunak (s) : sangat kurang melekat, dengan tekanan yang sedikit tanpa pecah
menjadi butir kohesi kecil.
10
Agak Keras (sh) : sedikit tahan terhadap tekanan, dengan mudah dapat dihancurkan
dengan telunjuk dan ibu jari.
Keras (h) : tahan terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan dengan tangan
(tidak dengan jari).
Sangat Keras (vh) : daya tahan sangat besar, dapat dipecahkan tangan dengan susah
payah. Tidak dapat dipecahkan dengan telunjuk dan ibu jari.
Ekstrim Keras (eh) : tahan sekali terhadap tekanan, tidak dapat dipecahkan dengan tangan.
Struktur Tanah
Struktur tanah terbentuk melalui Agregasi berbagai partikel tanah yang menghasilkan
bentuk/susunan tertentu pada tanah. Struktur tanah juga menentukan ukuran dan jumlah rongga
antar partikel tanah yang mempengaruhi pergerakan air,udara,akar tumbuhan,dan organisme
tanah.
Bentuk struktur tanah:
Gumpal (blocky), yaitu struktur yang memiliki ukuran hampir seimbang, bentuk permukaan
rata atau membulat
Lempeng (platy), yaitu struktur berbentuk rata dan umumnya berorientasi pada bidang
horisontal
Prisma (prismatic), yaitu struktur yang ukurannya dibatasi bidang datar dan melebar
sepanjang bidang vertikal
Kersai (granular), yaitu struktur yang bentuk membulat atau berbidang banyak dan
mempunyai permukaan yang tidak teratur atau melengkung
Tiang (columnar), yaitu struktur seperti prisma tetapi bagian atasnya membulat
Ukuran struktur tanah:
Dibedakan dalam lima kelas dengan batas ukuran masing-masing kelas berbeda menurut
bentuk struktur tanah seperti pada tabel berikut:
Tabel 2. Ukuran Masing-Masing Kelas Menurut Bentuk Struktur Tanah (mm)
Kelas Lempeng Prisma dan Tiang Gumpal Kersai/Granuler
Sangat halus
Halus
Sedang
Kasar
Sangat kasar
< 1
1–2
2–5
5–10
>10
< 10
10–20
20–50
50–100
>100
< 5
5–10
10–20
20–50
>50
< 1
1–2
2–5
5–10
>10
Tabel 3. Penilaian Tipe Struktur Tanah
No. Kelas Struktur Tanah Kode
1. Granuler sangat halus 1
2. Granuler halus 2
3. Granuler sedang sampai kasar 3
4. Gumpal, lempeng, pejal 4
Cara kerja
Tekstur Tanah
Penetapan Tekstur Tanah Menurut Perasaan di Lapangan
Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Massa tanah kering atau lembab dibasahi secukupnya kemudian dipijat diantara ibu jari dan
telunjuk sehingga membentuk bola lembab.
2. Sambil memperhatikan adanya rasa kasar atau licin diantara ibu jari tersebut, bola tanah yang
lembab itu kemudian digulung-gulung dan amatilah adanya daya tahan terhadap tekanan dan
kelekatan massa tanah sewaktu telunjuk dan ibu jari direnggangkan.
3. Dari rasa kasar atau licin, gejala piridan, gulungan dan kelekatan tentulah kelas tekstur lapang
berdasarkan kriteria pada tabel1.
Penetapan Tekstur Tanah di Laboratorium
Tahap-tahap pekerjaannya sebagai berikut:
1. Timbang 10 g tanah (untuk tanah pasir 20 g), kemudian masukkan kegelas piala 1 l.
11
Ukuran Fraksi Volume Pipet Kedalaman Pipet
(u) (ml) (cm) Jam Menit Detik
0 - 50 50 0 0 0 0
0 - 20 10 10 0 4 6
0 - 10 10 10 0 16 16
0 - 2 10 10 6 47 0
Waktu
Tabel 2. Volume Pipet, Waktu, dan Kedalaman Pipet
2. Tambahkan 50 ml H2O2 30% (untuk mengahncurkan bahan organik). Simpan diatas bak
berisi air untuk mencegah reaksi yang hebat. Kocok dengan hati-hati, lalu tambahkan 6 tetes
asam asetat 99%. Biarkan selama 1 malam.
3. Panaskan di atas pemanas air sambil ditambahkan H2O2 sedikit demi sedikit sambil diaduk-
aduk sampai semua bahan organik habis (tandanya apabila tidak ada buih lagi). Berikan 50 ml
HCL 6N untuk tiap 1% CaCO3 dan 100 ml HCL 0,2N (untuk melarutkan CaCO3).
Tambahkan air sampai kira-kira separuh gelas piala, kemudian didihkan kira-kira selama 20
menit.
4. Lakukan pencucian Cl sampai semua Cl - hilang (uji dengan perak nitrat, tidak terjadi awan
putih berarti sudah habis).
5. Pisahkan fraksi pasir dengan menggunakan ayakan 50 µ. Fraksi debu dan liat ditampung
dalam tabung sedimentasi.
6. Pidahkan fraksi pasir dari ayakan kedalam cawan aluminium (yang sudah diketahui
bobotnya). Kemudian keringkan dalam oven suhu 1500C semalam. Tentukan bobot pasirnya.
7. Ke dalam tabung sedimentasi yang berisi debu dan liat tambahkan 20 ml Na-pirofosfat (yang
sudah diketahui bobotnya), biarkan selama 1 jam sampai terjadi suspensi yang sempurna,
kalau belum terjadi tambahkan lagi Na-pirofosfatnya. Tambahkan air sampai tanda tera.
Kecuali untuk jenis tanah Andosol penambah Na-pirofosfat jangan dilakukan, khususnya
untuk ini pH suspensi diusahakan berada pada 2,7.
8. Tutuplah gelas ini dengan sumbat karet lalu kocok dengan jalan menjungkir balikkan tabung
sedimentasi tadi, lalu segera dirikan dalam bak air, kemudian buka sumbatnya. Catat waktu
selesai pengkocokan atau mulai dijalan kan stop watch.
9. Lakukan pemipetan dari tabung sedimentasi tersebut menurut waktu, kedalaman pipet, dan
volume pipet sesuai dengan tabel 2.
10. Setiap hasil pemipetan dituangkan kedalam cawan aluminium untuk diuapkan airnya dalam
pemanas air, yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 1050C, akhirnya
dimasukkan ke dalam eksikator, lau ditimbang.
Sebelum melakukuan pemipetan, isi pipetharus diperiksa lebih dahulu, dengan rumus:
BxJ
BobotIsi
(Bobot jenis air pada suhu 250C = 0,9971 g/ ml, 26
0C = 0,9968 g/ ml, 27
0C = 0,9965 g/ ml).
Warna Tanah
Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Tetapkanlah warna segumpal tanah (bentuk aslinya) dengan cara membandingkannya dengan
warna yang terdapat pada “Munsell Soil Color Chart”.
2. Catat satuan yang terdapat yaitu hue, value, dan chroma.
Konsistensi Tanah
Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Contoh tanah yang berkadar air lebih tinggi dari kapasitas lapangan dipijit antara ibu jari dan
telunjuk. Tentukanlah konsistensi dalam keadaan basah, yaitu kelekatannya. Tentukan pula
plastisitasnya dengan memirit tanah antara ibu jari dan telunjuk.
2. Contoh tanah yang berkadar air antara titik layu permanen dan kapasitas lapang diremas
dengan telapak tangan. Tentukan konsistensi dalam keadaan lembab dengan mengamati
ketahanannya terhadap remasan.
3. Contoh tanah yang berkadar air kurang dari titik layu permanen diremas atau ditekan dengan
telapak tangan. Tentukanlah konsistensi dalam keadaan kering dengan mengamati
ketahanannya terhadap penekanan oleh telapak tangan.
12
Struktur tanah
Struktur tanah ditentukan langsung di lapangan dengan cara mengambil sebongkah tanah
dari suatu sampel tanah yang berukuran kurang lebih 10 cm3 kemudian dipecah dengan cara
menekannya dengan jari sehingga terdapat suatu pecahan alami. Pecahan alami tersebut menjadi
agregat atau gabungan agregat dan dari agregat itu ditentukan bentuk dan ukurannya serta tipe
strukturnya..
Pertanyaan
1. Bahan dan alat apa saja dalam pelaksanaan analisis tekstur yang harus ditimbang lebih tepat
(menggunakan timbangan analitik yang lebih peka), serta apa alasannya?
2. Faktor apakah yang menyebabkan jenis andosol harus mendapatkan perlakuan khusus dalam
penetapan teksturnya ?
3. Jelaskan masing-masing fungsi dari bahan kimia yang digunakan pada penetapan tekstur cara
pipet?
4. Kesimpulan apa yang dapat diambil jika pada suatu profil tanah saudara mendapat hal sebagai
berikut:
1. Memiliki becak dengan chroma < 2 pada kedalaman kurang dari 50 cm.
2. Warna matriks pada kedalaman lebih dari 25 cm, lebih biru daripada 10Y.
5. Jelaskan hubungan antara konsistensi tanah dan jenis alat untuk pengolahan tanah yang
saudara dapatkan!
6. Pada batas-batas mana sebaiknya pengolahan tanah dilakukan? Terangkan!
IV. REAKSI TANAH
Ketersediaan unsur harabagi tanaman sangat bergantung dari beberapa faktor, diantaranya
pH tanah yang dirumuskan sebagaii berikut:
pH = - log Cons H+
Nilai pH berkisar antara 0 - 14. Makin tinggi kepekatan H+ di dalam tanah makin rendah
pH tanah, sebaliknya makin rerndah kepekatan H+ di dalam tanah makin tinggi pH tanah tersebut.
Sehubungan dengan nilai pH ini dijumpai 3 kemungkinan yaitu: asam, netral, alkalin. Nilai pH =
7 berarti kepekatan H+ sama dengan kepekatan OH
- disebut netral. Bila pH < 7 berarti kepekatan
H+ lebih tinggi dari kepekatan OH
- disebut dengan asam. Bila pH > 7 berarti kepekatan H
+ lebih
kecil dari kepekatan OH- disebut alkalin.
Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman potensial.
Kemasaman aktif disebabkan oleh H+ bebas dalam larutan tanah, sedangkan kemasaman
potensial (cadangan) disebabkan oleh H+ dan Al
3+ yang terjerap pada permukaan kompleks
jerapan.
Ion H+ dalam larutan tanah berada dalam keadaan keseimbangan dengan H
+ yang terjerap.
Bila kepekatan H+ dalam larutan tanah berkurang maka H
+ pada kompleks jerapan masuk ke
dalam larutan. Sebelum pH meningkat maka H+ yang ada pada kompleks jerapan ini harus di
netralkan terlebih dahulu. Kepekatan H+ dalam larutan tanah tidaklah sama untuk setiap tempat.
Pada permukaan kompleks jerapan kepekatan H+ tinggi dan makin jauh dari kompleks jerapan
kepekatannya berkurang.
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman berbeda menurut jenis tanaman. Tanaman
tumbuh baik pada pH rendah adalah teh, azalea, rhododendron; pada pH sedang adalah keledai,
tembakau, tomat, jagung, gandum; pada pH agak tinggi adalah alfalfa, asparagus.
Pengaruh kepekatan H+ terhadap akar tanaman dan tersedianya unsur hara bagi tanaman
telah banyak di teliti. Buruknya pertumbuhan tanaman pada pH rendah disebabkan oleh (1)
perusakan langsung oleh H+, (2) tergantungnya penyerapan Ca dan N, (3) meningkatnya
kelarutan Al, Fe, dan Mn, sehingga meracuni tanaman, (4) Berkurangnya ketersediaan Mo dan P,
dan (5) berkurangnya kandungan basa seperti Ca, Mg, dan K. Demikian pula pH yang terlalu
tinggi tidak baik bagin pertumbuhan tanaman karena unsur mikro (Zn, Cu, B, Fe, dan Mn) kurang
tersedia bagi tanaman dan P diendapkan oleh Ca.
Penetapan pH Tanah
Metode penetapan pH tanah ada dua macam yaitu secara kolorimetri yang didasarkan
pada warna dan pH meter. Penetapan pH berdasarkan warna dilakukan dengan menggunakan
indikkator. Warna indikator tidak sama pada kepekatan H+ yang berbeda. Cara ini biasanya
13
dilakukan di lapangan. Nilai yang di dapat biasanya berbeda dengan nilai yang di tetapkan
dengan pH meter di laboratorium. Perbedaan tersebut sekitar 0,3 satuan pH. Hasil pengukuran
dengan pH meter sangat bervariasi tergantung dari ketelitian persiapan tanah yang akan
dianalisis. Faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain: (1) perbandingan air
dengan tanah, (2) kandungan garam-garam dalam larutan tanah, dan (3) keseimbangan CO2 udara
dengan CO2 tanah.
Nisbah antara air dengan tanah yang digunakan biasanya adalah 1 : 1 atau 5 : 1. Makin
tinggi nisbah ini makin tinggi pH tanah. Kalau perbandingan ini terlalu rendah, kontak antara
larutan tanah dan elektrode tidak sempurna, akibatnya pengukuran kurang teliti. Selain dari air
sebagi pelarut (pH, H2O) juga digunakan KCl 1 N. Hasil pengukurannya disebut pH KCl. Garam
KCl akan melepaskan H+ dari kompleks jerapan. Umumnya pH KCL 0,5 sampai 1,5 satuan pH
lebih rendah dari pH H2O. Dalam praktikum akan dilakukan penetapan pH dengan indikator pH
H2O dan pH KCl.
Cara Kerja
Penetapan pH dengan Indikator Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Masukkan kira-kira 1 g tanah dalam tabung reaksi, tambahnkan 3 ml air destitala, kocok
selama 10 menit dan kemudian diamkan selama 5 menit.
2. Pindahkan cairan kepiring porselen, tambahkan indikator tetes demi tetes dan aduk,
pergunakan indikator yang mempunyai selang perubahan warna rendah terlebih dahulu.
3. Sesuaikan warna larutan tanah dengan daftar warna indikator dan catat pH nya.
Catatan: Brom kresol hijau selang perubahan warna terjadi pada pH 3,8 sampai 5,4
(kuning kebiru). Klorofenol merah, selang perubahan warna terjadi pada pH 3,8
sampai 6,4 (kuning ke ungu). Bromtimol biru, selang perubahan warna terjadi pada pH 6,0
sampai 7,6 (kuning ke biru).
Penetapan pH dengan pH – Meter
Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Timbang 10 g tanah, masukkan kedalam botol kocok dan tambahkan 10 ml air destilata.
2. Kocok selama 30 menit dengan mempergunakan mesin pengocok, diamkan sebentar.
3. Ukur dengan pH meter.
Selanjutnya dengan cara kerja yang sama lakukan dengan perbandingan tanah dan air 1 :
2,5 dan 1 : 5. Kemudian lakukan penetapan pH dengan KCL 1N perbandingan tanah dan KCl
adalah 1 : 1 : 1 : 2,5 dan 1 : 5.
Pertanyaan
1. Terangkan mengapa dalam penetapan pH tanah, perbandingan antara air dengan tanah harus
diperhatikan!
2. Mungkinkah pH KCl lebih tinggi dari pH H2O? terangkkan!
14
Lampiran 1.
PENGAMATAN TANAH DENGAN PEMBORAN
No. Pengamatan : Lokasi Survey :
SURVEYOR : 1 Desa/Kec/Kabupaten :
2 Koordinat :
3 Ketinggian dpl :
4 Topografi :
5 Land use :
6 Vegetasi :
7 Permukaan Air Tanah :
Hari/Tanggal/Tahun Pengamatan : Drainase :
Jenis Pengamatan : Iklim :
Lembaga/Institusi Cuaca saat pengamatan :
: Cuaca Kemarin :
Sketsa/Site :
Lapisan/
Horison
Tebal
Lapisan
(cm)
Warna
Tekstur Konsistensi Keterangan Dasar Matriks Karatan
Lampiran 2. Gambar Segitiga Tekstur
15
Lampiran 3. Isian Database Tanah Bagian Muka (Situs dan kKasifikasi Tanah)
16