daftar isirepo.apmd.ac.id/1340/1/skripsi teo leo marco dimara.pdfvii kata pengantar segalah puji dan...
TRANSCRIPT
iv
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku
(Filipi 4:13)
Pemenang adalah pemimpi yang tidak pernah menyerah (Nelson Mandela)
Pertama mereka mengabaikan anda, lalu mereka
menertawakan Anda, lalu mereka melawan Anda. Lalu Anda menang.
(Mahatma Gandhi)
Kesalahan kemarin memberiku seribu satu pelajaran, mendidikku hari ini, dan memberiku hari depan
yang penuh bahagia (Teo Leo Marco Dimara)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
setiap berkat, rahmat, serta tuntunan-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Karya tulis ini penulis persembahkan untuk :
Bapa dan Mama Tercinta, Septinus Dimara dan Maria Wakum serta adik ku
Helsi Ende Marta Dimara, yang telah memberikan dukungan secara moril
maupun materil, doa dan semangat serta nasihat kepada penulis. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Persembahan karya tulis ini sebagai
berkat atas doa dan harapan yang dipanjatkan kepada Tuhan Yesus, semoga
karya ini menjadi langkah awal untuk menggapai kesuksesan..Terima kasih
tidak terhingga penulis kepada Bapa dan Mama tersayang yang sudah
mempercayakan penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dan selalu mendukung setiap aktivitas penulis.
Teman- teman Legend Angkatan 2011 Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD”
Yogyakarta.
Sahabat- Sahabat akrabku, Frederico Lamare ( Eko), Agustinus Sewia ( Tao
AU), Samuel Bernard Mansumber (Mili Sem), Ade Mansar Noak Burdam
yang selalu ada bersama berjuang di kota pendidikan(JOGJA) ada Bung Ben
Pigay, Bob Nael Magai, Om Paulus Kemeyau, Fred Maniawasi, Yohanes Silik,
John Undagi, Elias Mirin,Yulianus Sembay (Yoyo), Ade Lazarus Natkime,
Daniel Roderick,Benzema Orlando, Ito, Rodjer,Yaris,Savio, Abang Hans,
Onos, Kucai yang sudah menjadi teman diskusi dan ngopi di kantin, Terima
kasih atas doa dan semua dukungan semangatnya.
Teman- Teman Forum Komunikasi Mahasiswa Papua (FOKMAPA) STPMD
“APMD” Yogyakarta
vi
Kawan- kawan Front Mahasiswa Nasional FMN) APMD YOGYAKARTA
Indonesia, Bung Chester, Bung Kipli, Jeng Astuti Walid, dkk.
Kawan -Kawan Gerakan Pemuda Patriotik Indonesia (GPPI) Bung Chito olla,
Bung Yoni, Bung Gusti Arakat, Jeng Sri wahyu alias Berbie
Kelompok KKN Tahun 2018 periode 51. Padukuhan Sempon Wetan Desa
Dadapayu” Leman, Bella, Rabin Yarangga, Charisma, Ken dan Udo. Terima
kasih untuk kebersamaan dan motivasi teman- teman kepada penulis.
Saudara/I terkasih yang sudah membantu dan mendukung lewat doa dan
semangat. Lilis Sonda, Ade Onha Serumena, Ade Winda, Terima kasih atas
semuanya
Keluarga Padukuhan Sempon Wetan, Bapak Sugit, Ibu, Simbah, bang Fajar,
mas Ari, Mbak Yen, adik Panji, Arip dan Hasan.
Keluarga Padukuhan Sendang, Bapak Sunasip Prihantoro, Ibu bang Feri,
danade cantik Imelda Tyas.
Keluarga Tukiya Gendeng Timoho. Alm. Maria Tukiyah, yang selama hidup
sudah menjadi orang tua asuh bagiku selama diJogja
“IPMAMI” Ikatan Pelajar Mahasiswa Mimika di Yogyakarta, Tempat atau
Honai yang memberikan banyak pelajaran berharga bagi penulis. Ucapan
terima kasih kepada keluarga IPMAMI atas kebersamaan dari seluruh
saudara/I selama dirantauan dan sebagai tempat menuangkan kerinduan pada
suasana Mimika. Semoga IPMAMI melahirkan generasi- generasi pembawa
perubahan untuk organisasi dan kabupaten Mimika kearah yang lebih baik.
Keluarga Besar Doreri Mansinam Yogyakarta, KK Agus Rumbruren, KK
Yusuf Rumbrawer, Pims Payai, Ade Oter Rumadas, Yeslin Rumbruren, Ade
Alfons Payai Alias (Apo Junior), Ade Rudy Terimakasih atas doa dan
dukungan dalam kebersamaan kami.
vii
KATA PENGANTAR
Segalah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN Yang Maha
Kuasa, karena atas bimbingan dan ramhatnya sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kualitas Pelayanan E-KTP di
Desa Dadapayu” Maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai persyaratan
guna memperoleh gelar sarjana (Strata-1) Program study Ilmu Pemerintahan di
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam
pembahasan materi karena keterbatasan kemampuan penulis. Sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dikemudian hari
dapat memperbaiki segala kekurangannya. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan arahan dan penjelasan untuk
keberhasilan dalam penulisan ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih yang terdalam kepada pihak- pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyelesaian
ini, antara lain :
1. Mengucap syukur kepada ketiga Allah Tri Tunggal (Allah Bapa, Allah Anak,
dan Roh Kudus) yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
2. Dr. Sutoro Eko Yunanto, M. Si, selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
3. Bapak Gregorius Sahdan. S.IP, M.A . Selaku Ketua Program Ilmu
Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta
viii
4. Ibu Dra Tri Daya Rini, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dengan sabar dalam menyelesaikan
skripsi.
5. Unsur Pemerintah Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung
Kidul DIY yang sudah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian
diwilayahnya
6. Kepada Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah
memberikan perkulihaan dikelas yang pernah Penulis ikuti sejak semester satu
hingga akhir perkuliahan
7. Seluruh pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak
sempat penulis sebutkan satu per satu semoga Tuhan Yesus Memberkati selalu.
Sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan, tentunya penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan,karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki, baik berupa
pengalaman, teori ilmu. Sehingga penulis sangat berterima kasih atas setiap
masukan dankritikan yang bersifat membangun dari semua pembaca. Semoga
skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan.
Yogyakarta, 19 April 2020
Penyusun
Teo Leo Marco Dimara
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
INTISARI ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 7
D. Kerangka Konseptual ............................................................... 8
1. Pelayanan........................................................................... 8
2. Pelayanan Publik ............................................................... 9
3. Kualitas Pelayanan Publik .................................................. 13
4. Indikator Kualitas Pelayanan Publik ................................... 15
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 19
F. Metode Penelitian .................................................................... 20
1. Jenis Penelitian .................................................................. 20
x
2. Unit Analisis ...................................................................... 21
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 22
4. Teknik Analisi Data ........................................................... 25
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ........................................ 29
A. Sejarah Desa ............................................................................ 29
B. Keadaan Geografis................................................................... 30
C. Pembagian wilayah Desa ......................................................... 32
D. Lembaga Kemasyarakatan Desa Dadapayu .............................. 35
BAB III ANALISIS DATA KUALITAS PELAYANAN E-KTP DI DESA
DADAPAYU KECAMATAN SEMANU KABUPATEN
GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...... 37
A. Deskripsi Informan .................................................................. 37
B. Analisis Data ........................................................................... 39
1. Tangibels atau ketampakan fisik ........................................ 40
2. Reliability .......................................................................... 45
3. Responsiveness .................................................................. 48
4. Assurance atau kepastian ................................................... 51
5. Empati (Empathy) .............................................................. 54
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 59
A. Kesimpulan ............................................................................. 59
B. Saran ....................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Nama padukuhan di Desa Dadapayu ........................................... 32
Tabel II-2 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ............................... 33
Tabel II-3 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ....................... 33
Tabel II-4 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian .............................. 34
Table III.I Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 38
Tabel III.2 Deskrispi Informan Berdasarkan Usia ......................................... 38
Tabel III.3 Deskripsi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................. 39
xii
INTISARI
Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah desa masih dihadapkan
pada pelayanan yang belum sepenuhnya diharapkan oleh masyarakat. Hal ini
dapat terlihat dari masih banyaknya pengaduan dari masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Masyarakat setiap waktu menuntut pelayanan
public yang berkualitas, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan
harapan pengguna pelayanan. Penelitian ini menggambarkan bagaimana kualitas
pelayanan administrasi kependudukan di desa Dadapayu ?
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan
penentuan informan dengan teknik purposive. Informan penelitian melibatkan 21
(dua puluh satu) orang yaitu pemerintah desa (penyedia layanan) dan masyarakat
(pengguna layanan). Lokasi penelitian yaitu Desa Dadapayu Kecamatan Semanu
Kabupaten Gunungkidul. Kemudian analisis dengan mereduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas pelayanan Administrasi
Kependudukan di Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul
dinilai dari beberapa dimensi yaitu: 1. Tangible (penampakan fisik) belum
maksimal dalam pengelolaan dan penataan ketersediaan sarana dan prasarana
pelayanan. Masih ada kekurangan seperti, ruangan untuk perangkat desa, ruang
pelayanan sempit, dan penataan parkiran serta kebersihan. 2). Reliability
(kehandalan) kemampuan untuk menyeleggarakan pelayanan yang dijanjikan
secara akurat. Para petugas sudah handal dalam mengurus administrasi,
mempunyai standar pelayanan, dan mampu menggunakan fasilitas- fasilitas
penunjang pelayanan. Masyarakat dapat memperoleh informasi dari desa melalui
perangkat desa pada pertemuan RT/RW setempat. 3). Responsiveness (daya
tanggap). Pemerintah desa menyampaikan informasi lewat lisan dan tulisan.
Pemerintah desa menyediakan kotak saran dan penyampaian keluhan dapat
disampaikan langsung kepada pemerintah desa dan RT/RW. Keluhan tersebut
akan dibahas pada rapat koordinasi internal pemerintah desa. 4). Assurance
(jaminan). Pada jaminan ketepatan waktu belum memberikan kepuasan kepada
masyarakat. 5). Empathy (empati). Pemerintah membantu masyarakat desa yang
merasa kesulitan, mampu menjelaskan persyaratan pengurusan Administrasi
Kependudukan demi mengutamakan kepentingan masyarakat.
Kata kunci : Pelayanan, Pemerintah Desa, Administrasi Kependudukan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik yang mendefinisikan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa atau pelayanan administrasif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Pelayanan publik (public service) merupakan
salah satu cabang yang cukup aktual dalam kajian birokrasi. Pelayanan publik
menjadi ujung tombak interaksi antara masyakat dan pemerintah.
Setiap negara dimanapun serta apapun bentuk pemerintahannya selalu
membutuhkan pelayanan publik. Pelayanan publik merupakan suatu
keharusan bagi negara atau pemerintahan untuk melayani warga negara.
Pelayanan publik tidak mudah dilakukan, dan banyak negara yang gagal
melakukan pelayanan publik yang baik bagi warganya. Kegagalan dan
keberhasilan suatu pelayanan publik dapat ditentukan oleh kualitas pelayanan
publik tersebut. Pelayanan publik dengan demikian merupakan segala kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap
warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait
dengan kepentingan publik. Adapun penyelenggaranya adalah lembaga dan
2
petugas pelayanan publik baik Pemerintah Daerah maupun Badan Usaha Milik
Daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Penerima pelayanan publik
adalah orang perseorangan dan atau kelompok orang dan atau badan hukum
yang memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.
Pelayanan, sarana dan prasarana yang dirumuskan secara bersama-
sama antara penyelenggara pelayanan publik, penerima pelayanan dan pihak
yang berkepentingan. Di daerah biasanya dikenal pula apa yang disebut
sebagai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai ukuran kepuasan
masyarakat sebagai penerima layanan yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Standar ini merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dalam rangka memenuhi komitmen
penyelenggara pelayanan kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas.
Kualitas pelayanan publik yang baik menjamin keberhasilan pelayanan
tersebut, sebaliknya kualitas yang rendah kurang menjamin keberhasilan
pelayanan publik tersebut. Keadaan ini menyebabkan setiap negara berusaha
meningkatkan kualitas pelayanan publiknya. Kenyataan di lapangan,
pelayanan publik di Indonesia menunjukan bahwa pelayanan yang diberikan
oleh birokrat kita sangat rumit, prosedural, berbeli-belit, lama, boros atau tidak
efisien dan efektif serta menyebalkan. Adanya struktur yang overlapping
menyebabkan tidak efisien serta tanggung jawab yang tidak jelas.
3
Amanat Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah yang telah memberikan kewenangan kepada daerah untuk
menjalankan urusan pemerintahan daerah secara mendiri, menunjukan bahwa
daerah dituntut untuk mampu mengembangkan kapasitas daerah, sehingga
orientasi pembangunan daerah dapat dilakanskana secara maksimal oleh
pemerintah daerah. Nilai- nilai otonomi daerah yang ditansformasi kedalam
kewenangan daerah menjadi landasan bagi pemerintah daerah untuk
membangun sistem dalam pemerintahan daerah yang berlandaskan kepada
sistem pemerintahan daerah yang beroreantasi kepada pelayanan publik
(public service). Pelayanan publik sebagai bagian dari upaya untuk
menciptakan good governance, maka perlu adanya sistem yang terpadu,
sehingga sistem tersebut dapat memberikan pelayanan yang maksimal
terhadap masyarakat didasarkan kepada standar-standar pelayanan minimal
sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang
pelayanan publik, dan PP Nomor 96 tahun 2012 tentang pelaksanaan Undang-
Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Ditinjau dari kebutuhan masyarakat, pelayanan publik sangatlah
penting, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik. Pelayanan
dalam bentuk barang publik dapat berupa fasiilitas- fasilitas yang menunjang
kehidupan masyarakat seperti jalan raya, air bersih, telpon umum dan lain
sebagainya. Semakin tinggi kualitas pelayanan dalam bentuk barang publik,
maka kehidupan masyarakat akan baik, artinya tidak ada masalah yang
menghambat dalam melaksanakan kegiatan sehari- hari. Sementara pelayanan
4
dalam bentuk jasa sangat dibutuhkan masyarakat seperti pelayanan kesehatan
dan pendidikan serta penyelenggaraan transportasi. Selain itu, terdapat
komponen pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi
yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat
kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan
sebagainya. Dokumen-dokumen tersebut antara lain Kartu Tanda Penduduk,
Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, Akte Pernikahan, Akte Kematian, Akta
Tanah, Izin Mendirikan Bangunan, Paspor dan sebagainya.
Salah satu bentuk pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur
pemerintah adalah pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang pengertian Kartu Tanda
Penduduk adalah: “Identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang
diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku diseluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia”. Untuk pelaksanaan pemerintahan elektronik
(e-Government) serta untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia menerapkan
suatu sistem informasi kependudukan yang berbasiskan teknologi yaitu Kartu
Tanda Penduduk Elektronik.
Desa merupakan sasaran penyelenggaraan aktifitas pemerintahan dan
pembangunan, mengingat pemerintahan desa merupakan basis pemerintahan
terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia yang sangat menentukan bagi
berhasilnya ikhtiar dalam pembangunan nasional yang menyeluruh. Hal ini
dikarenakan aparat pemerintah desa yang langsung menghadapi berbagai
5
macam persoalan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu, bagi
perangkat desa dituntut memiliki kemampuan yang optimal, dalam arti mereka
harus mampu melaksanakan tugas-tugas yang dilimpahkan oleh pemerintah
tingkat atas dan mampu melihat fenomena-fenomena yang ada di masyarakat
sehingga segala kepentingan yang berhubungan dengan penyelenggaraan
tugas-tusgas pemerintah dan pembangunan mempunyai keterpaduan.
Dalam Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa Pasal 26
ayat 4 bagian h mengatakan salah satu tugas pemerintah desa adalah
menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik. Disini
dibutuhkan pengelola yang mampu untuk melaksanakan amanat undang-
undang tersebut. Perangkat disini pada pasal 48 terdiri dari Sekretaris Desa,
pelaksana kewilayahan dan pelaksana teknis yang bertugas membantu kepala
desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya yang salah satunya adalah
pengelolaan administrasi desa.
Desa kini mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dibuktikan
dengan adanya 2 asas penting yaitu, rekognisi dan subsidiaritas. Desa
diberikan pengakuan serta penghargaan untuk mengatur kewenangannya
sendiri sesuai hal- hal strategis yang ada di Desa. Dalam menjalankan roda
pemerintahannya desa mempunyai 4 kewenangan, kewenangan desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintah Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal- usul, dan adat
istiadat Desa.
6
Pelayanan publik dalam hal ini pelayaan yang dilakukan oleh
pemerintah desa untuk melayani masyarakat perlu memperhatikan kebutuhan
pelanggan yaitu masyrakat. Kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi jika
pelayanan publik dapat memberikan pelayanan yang memenuhi indikator
pelayanan yang baik yaitu kepastian waktu pelayanan, kesopanan dan
keramahan, tanggung jawab, kelengkapan serta kemudahan mendapatkan
pelayanan seperti yang amantkan pada keputusan Mentri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomer 63 Tahun 2003. Jika pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah desa telah memenuhi kriteria tersebut maka dapat dikatakan
kebutuhan masyrakat telah terpenuhi sehingga dapat memberikan kepuasan
kepada masyrakat.
Pelayanan didalam bidang administrasi kependudukan merupakan
salah satu bentuk pelayanan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Pelayanan
administrasi kependudukan yang diinginkan masyarakat adalah pelayanan
yang cepat, tepat, jelas, dan ramah seperti yang diatur dalam keputusan Mentri
Negara Pemberdayaan Aparatur Negara 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaran Pelayanan Publik.
Pelaksanan administrasi ditingkat desa atau kelurahan diatur dalam
pengaturan Mentri Dalam Negri Nomer 47 Tahun 2016 Tentang Administrasi
Pemerintah Desa. Pada Pasal 2 mengatakan administrasi pemerintah desa
meliputi administrasi umum; administrasi pembangaun; administasi lainnya.
Keberadaan pemerintah desa yang diserahkan tugas dalam bidang
administrasi kependudukan menduduki posisi yang sangat penting karena
7
sebagai unit pemerintahan yang mengetahui secara pasti segala kondisi dan
permasalahan yang ada diwilayah, maka input kepada pemerintah kecamatan
yang menyangkut berbagai keterampilan dan informasi sangatlah dibutuhkan
dalam mengambil kebijakan daerah maupun nasional untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan secarah menyeluruh. Dengan demikian aparat desa
dalam pelaksanaan tugasnya, terutama yang berhubungan dengan penggunaan
administrasi penduduk semakin dituntut bekerja keras dalam memiliki
kemampuan yang optimal guna memperlancar pelaksanaan tugas
pemerintahan.
Pada dasarnya penyelenggaraan administrasi kependudukan
mempunyai peran dalam pemerintahan dan pembangunan desa. Sejalan
dengan arah penyelenggaraan administrasi kependudukan, pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil sebagai sub- sub sistem pilar administrasi
kependudukan harus ditata dengan baik agar memberikan manfaat dalam
pembangunan menuju tata pemerintahan yang baik.
Kejelasan prosedur dan persyaratan dalam pengurusan administrasi
kependudukan belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat desa. Sehingga
proses pelayanan pengurusan administrasi kependudukan seringkali
mengalami kendala. Kendala- kendala yang bermula dari ketidakpahaman
masyarakat tentang prosedur dan persyaratan dalam mengurus administrasi
kependudukan didesa akan menjadi masalah yang berkepanjangan jika tidak
segera diatasi.
8
Masalah lain yang sering ditemukan di kantor desa terkait dengan
informasi pelayanan administrasi kependudukan yaitu bahwa belum ada
pemasangan gambar alur atau tata cara pengurusan surat- surat seperti untuk
mengurus Surat Pengantar kartu tanda penduduk (E-KTP), Kartu Keluarga
(KK), Surat Pengantar Nikah, Surat Pengantar Cerai. Surat Keterangan Tidak
Mampu, Surat Keterangan Pindah, yang ditempel dipapan pengumuman
hanyalah syarat untuk membawa surat pengantar dari RT, RW dan Dukuh. Hal
ini menyebabkan masyarakat bingung dan tidak mengetahui tata cara untuk
mengurus surat- surat yang berhubungan dengan administrasi kependudukan.
Dari beberapa permasalahan yang ada di desa Dadapayu bahwa dalam
memberikan pelayanan pengurusan administrasi kependudukan ternyata masih
belum memuaskan. Hal tersebut dipengaruhi oleh aparat pemerintah desa yang
belum sepenuhnya memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Sarana dan prasarana yang ada dikantor desa juga belum memadai, sehingga
proses pelayanan menjadi tidak optimal.
Sebagai aparatur pemerintah desa Dadapayu, pelayanan kepada
masyarakat adalah tujuan utama yang tidak mungkin dapat dihindarkan kerana
merupakan kewajiban menyelenggarakan pelayanan dengan memberikan
pelayanan yang terbaik pada masyarakat. Akan tetapi masih dijumpai
kelemahan secara umum terkait dengan pelayanan aparatur pemerintah desa
yang belum efektif. Hasil observasi yang dilakukan di kantor desa Dadapayu
tentang kualitas pelayanan administrasi kependudukan, tidak ditemukannya
9
gambar- gambar, informasi, dan syarat- syarat pengurusan surat administrasi
kependudukan yang dipasang pada papan informasi. Kelemahan tersebut
diantaranya pelayanan yang rumit dan tidak sederhana, kurangnya
keterbukaan prosedur dalam memperoleh pelayanan, kurang efisien.
Adanya beberapa factor yang dapat mempengaruhi pelayanan itu
sendiri antara lain dari masyarakat, kemampuan pegawai, peraturan yang
diterapkan, dan fasilitas yang mendukung proses pelayanan. Kelemahan-
kelemahan yang ada didesa sendiri berasal dari aparat pemerintah desanya.
Aparat pemerintah desa dalam melayani masyarakat akan mengurus
administrasi kependudukan masih belum optimal diakrenakan masih ada
warga yang mengeluh pelayanan yang diberikan tidak tepat waktu, masyarakat
kurang memahami persyaratan pengurusan surat administrasi kependudukan.
Oleh karena itu peran para aparat pemerintah desa Dadapayu semakin penting
dan sangat menentukan kemajuan suatu unit pemerintahan. Fakta diperlukan
aparat pemerintah desa yang benar- benar mampu dan dapat bekerja sama
dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Pemerintah desa Dadapayu adalah penyelenggara di desa paling dekat
dengan masyarakat. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Sebagai penyedia layanan ditingkat paling bawah tentunya
berupaya memberikan pelayanan yang memuaskan, mudah, tidak berbelit-
berbelit, biaya terjangkau, ramah, sopan tanggap dan lain- lainnya. Demi
peningkatan kualitas pelayanan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Disisi lain
kepuasan masyarakat adalah tolak ukur dari keberhasilan pelayanan public
10
yang diberikan oleh pemerintah desa, oleh karena itu pelayanan public harus
difokuskan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat secara maksimal
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas ini, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitan yang berkaitan dengan “Kualitas Pelayanan
Administrasi Kependudukan di Desa Dadapayu Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya
ialah: Bagaimana Kualitas Pelayanan Administrasi Kependudukan Di Desa
Dadapayu Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa
Yogyakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan
Untuk mendeskripsikan bagaimana Kualitas Pelayanan
administrasi kependudukan di desa Dadapayu Kecamatan Semanu
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
2) Manfaat
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada
pemerintah desa Dadapayu Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa
Yogyakarta.
D. Kerangka Konseptual
11
1. Pemerintahan Desa
Pemerintah desa adalah symbol formal dalam kesatuan masyarakat
desa. Pemerintah desa diselenggarakan dibawah pimpinan seorang
kepala desa beserta para pembantunya (perangkat desa), mewakili
masyarakat desa guna hubungan keluar maupun kedalam masyarakat
yang bersangkutan. (Saparin 2009:19 dalam Umar Naim, 2017:35-36).
Dalam undang- undang nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
ditegaskan bahwa pengertian pemerintahan desa adalah penyelenggara
urusan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
menunjukan pemerintahan desa tidak hanya menyelenggarakan urusan
desa saja, tetapi juga menyelenggarakan urusan pemerintahan diatasnya
yang terkait dengan desa. Pemerintah desa diselenggarakan oleh
pemerintah desa. Adapaun yang dimaksud dengan pemerintah desa
adalah kepala desa atau yang disebut nama lain dibantu perangkat desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan (Umar Nain, 2017:36)
Pemerintah desa sebagai pelayanan masyarakat ditingkat desa
adalah menyediakan pelayanan kepada masyarakat serta
mensejahterakan masyarakat desanya. Kesejahteraan masyarakat akan
terwujud apabila kebutuhan masyarakat desa dapat terpenuhinya hak-
haknya sebagai warga masyarakatnya, yaitu bebas berpendapat dan
menyampaiakan aspirasi serta mendapatkan pelayanan yang maksimal
dari pemerintah desa dalam melayani dan mengayomi masyarakat desa.
dalam kinerjanya, pemerintah desa harus professional, efisien dan
12
efektif, terbuka serta bertanggung jawab, seperti yangsudah dijelaskan
didalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 24
yang mengamanatkan penyelenggaraan pemerintahan, tertib
kepentingan umum, keterbukaan proporsonalitas, profesionalitas,
akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi, kearifan local,
keberagaman,dan partisipatif, dengan demikian diharapkan pelayanan
didesa mengalami peningkatan dan juga dapat mensejahterkan
masyarakatnya.
Pelaksanaan administrasi ditingkat desa atau kelurahan diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2016 Tentang
Administrasi Pemerintah Desa Pada pasal 2 mengatakan administrasi
pemerintah desa meliputi administrasi umum; administrasi penduduk;
administrasi keuangan; administrasi pembangunan; administrasi lainnya.
Tujuan penyelenggaraan pemerintahan desa adalah
meningkatkankesejahteraan masyarakat, hingga tugas pemerintah
termasuk pemerintahan desa adalah pemberian layanan (services),
pemberdayaan (empowerman), serta pembangunan (development) yang
diseuruhnya diabdikan bagi kepentingan masyarakat (Rasyid, 1996:37-
38. Dalam Umar Naim, 2017:37).
Keberadaan pemerintah desa yang diserahkan tugas dalam bidang
administrasi kependudukan menduduki posisi yang sangat penting
karena sebagai unit pemerintahan yang mengetahui pasti segala kondisi
dan permasalahan yang ada diwilayahnya, maka input kepada
13
pemerintah kecamatan yang menyangkut berbagai keterampilan dan
informasi sangatlah dibutuhkan dalam mengambil kebijakan daerah
maupun nasional untuk memenuhi kebutuhan pembangunan secara
menyeluruh. Dengan demikian aparat desa dalam pelaksanaan tugasnya,
terutama yang berhubungan dengan penggunaan adminsitrasi penduduk
semakin dituntut bekerja keras dalam memiliki kemampuan yang
optimal guna memperlancar pelaksanaan tugas pemerintahan.
Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah kepala desa atau yang disebut
dengan nama lain. Selanjutnya dalam pasal 26 disebutkan tugas kepala
Desa.
1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa.
melaksanakan Pembangunan Desa. Pembinaan Kemasyarakatan
Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1). Kepala Desa berwenang
a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah Desa
b. Mengangkat dan memberhentikan Perangkat Desa
c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset
Desa
d. Menetapkan Peraturan Desa
e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
f. Membina kehidupan masyarakat desa.
14
g. Membina ketentraman dan ketertiban desa.
h. Membina dan meningkatkan perekonomiaan skala produktif
untuk sebesar- besarnya kemakmuran masyarakat desa.
i. Mengembangkan sumber pendapatan desa
j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan
negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
k. Mengembangkan kehidupan social budaya masyarakat desa
l. Memanfaatkan teknologi tepat guna
m. Mengordinasilkan Pembangunan Desa secara partisipatif.
n. Mewakili desa didalamdan diluar pengadilan atau menunjuk
kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangandan;
o. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
Dilihat dari kewenangan pemerintahan desa sudah jelas
penyelengaraan pemerintahan desa dilaksanakan oleh
Kepala Desa yang berperan dalam pembentukan dan
penetapan peraturan Desa yang dalam prosesnya yang
dibantu oleh perangkat desa beserta lembaga masyarakat
serta didukung partisipasi dari masyarakat juga berperan
dalam membantu pembentukan Peraturan Desa sehingga
adanya aspirasi dalam pembentukan Peraturan Desa dan
15
diharapkan hasilnya bisa sesuai dengan kualitas produk
hukum desa yang baik dan tidak ada pihak yang dirugikan
dalam pembentukan Peraturan Desa tersebut.
Karena dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, desa bukan sekedar pemerintahan Desa, dan
bukan sekedar Kepala Desa Namun peran Kepala Desa
harus menempatkan posisi paling penting dalam kehidupan
dan penyelenggaraan desa Karena Kepala Desa
mendapatkan mandate poliik rakyat Desa melalui sebuah
pemilihan langsung, karena itu deagan semangat baru
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah menempatkan
Kepala Desa bukan sebagai kepanjangan tangan pemerintah
melainkan sebagai pemimpin masyarakat. Semua
masyarakat berhara kepada Kepala Desa bukan sebagai
mandor maupun komprador seperti di masa lalu sebagai
pemimpin lokal yang mengkar pada rakyatnya. Dalam
artian bahwa Kepala Desa harus mengakar dengan
masyarakat, sekaligus melindungi, mengayomi, dan
melayani warga desanya.
(2). Peraturan Desa
Peraturan Desa adalah Peraturan Desa merupakan
peratura perudang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
16
Permusyawaratan Desa (BPD) Peraturan Desa merupakan
satu dari tiga peraturan yang ada di desa, Peraturan Antar
Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa Peraturan Kepala
desa menjadi peraturan pelaksana dan Peraturan Desa
(https. Sekolahdesa or, id/ sekilas-tentang-peraturan-
desa/).
Dalam pasal 69 Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 regulasi
Desa meliputi Peraturan Desa, Peraturan bersama Kepala Desa dan
Peraturan Kepala Desa. Dan peraturan-peraturan tersebut ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersam BPD sebagai sebuah
kerangka hokum dan kebijakan dalam penyelenggaraan pemeritahan Desa
dan pembangunan Desa.
Penyusunan Peraturan Desa yang aspiratif dan partisipatif
hendaknya menerima komitmen bersama antara Kepala Desa (Kades),
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Masyarakat Desa. Komitmen
besama ini diharapkan jadi proses demokrasi yang baik dalam kehidupan
bermasyarakat. Apalagi masyarakat Desa sedah diberi wewenang oleh
pemerintah untuk mengatur dirinya sendiri, yaitu melalui Perdes yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam penyusunan Peraturan Desa mempunyai tiga aspek yang perlu
diperhatikan dalampembentukan Peraturan Desa meliputi:
a. Aspek Filosofis
17
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam program
pembangunan desa, maka harus mendapat dukungan dari
masyarakat. Karena itu, maka proses pembangunan yang dihawali
dari sebuah perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
akan lebih baik apabila melibatkan masyarakat tuntutan ke arah itu
semakin lama semakin nyaring terdengar di tengah era keterbukaan
sekarang ini, dan oleh karena itu tuntutan tersebut sebaiknya
disambut oleh penyelenggara pemerintahan desa dan dipayungi oleh
sebuah regulasi (perdes).
b. Aspek yuridis
Payung hukum pelaksanaan pembangunan desa adalah dengan
dikeluarkannya UU no 6/2014 Tentang Desa sebagai regulations
partner dari UU no 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah
mewarnai kehendak masyarakat untuk melaksanakan otonomi
dalam pelaksanaan pembangunan desa dengan memperhatikan
tingkat kemampuan sumber daya manusia perdesaan. Implementasi
dari kehendak masyarakat tersebut sebaiknya diatur dalam sebuah
regulasi dalam bentuk peraturan desa, agar masyarakat dapat
dengan leluasa berpartisipasi dalam proses pembangunan dengan
tidak keluar dari koridor regulasi tersebut.
c. Aspek sosiologis
Kawasan perdesaan dengan karakter masyarakatnya yang tergolong
memiliki tantangan untuk melakukan perubahan diri dan
18
keluarganya. Kondisi ini dapat dimaklumi mengingat bahwa
sebagian besar wilayahnya memiliki struktur lahan yang kering dan
keras kultur keras dan kering tersebut dijawab oleh masyarakat desa
dengan spirit perubahan dan cenderung ingin melakukan perubahan
melalui jalur pendidikan pertisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan dengan melibatkan peran serta masyarakat secara
optimal adalah salah satu bentuk kepedulian masyarakat desa untuk
melakukan perubahan.
Dalam kerangka pembentukan peraturan, legal drafting harus
sungguh-sungguh memperhatikan asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undagan yang baik, meliputi :
1. Asas Kejelasan Tujuan setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas dan
hendak dicapai
2. Asas Kelembagaan atau Orang Pembentuk yang Tepat setiap
jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh
lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan
yang berwenang Peratuaran perundang-undangan tersebut dapat
dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh
lembaga/pejabat atau peraturan yang lebih tingi.
3. Asas Kesesuaian antara Jenis dan Materi Muatan dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar
19
memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan
perundang-undangannya.
4. Asas Dapat Dilaksanakan setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas
peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat,
baik secara filosifis, yuridis maupun sosiologis
5. Asas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan setiap pembentukan
peraturan perudang-undangan yang dibuat memang karena
benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
6. Asas kejelasan Rumusan setiap peraturan perudang-undangan
harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan
perudang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau
terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti
sehingga tidak menumbulkan berbagai macam interpretasi
dalam pelaksanaannya.
7. Asas keterbukaan dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai perncanaan, penyusunan, dan
pembahasan, seluruh lapisan masyarakat perlu diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengetahui dan
memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan
perundang-undangan agar peraturan yang terbentuk menjadi
populis dan efektif.
20
Prinsip dalam penerapan hokum meliputi Akuntabilitas merupakan landasan
dalam melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik, yang dapat mendorong
perilaku pemerintah, baik secara individu maupun secara kelembagaan, untuk
melakukan tanggung jawab kepada publik dan menegakkan hokum Akuntabilitas
penting dilakukan untuk mengatasi inefisiensi dan mendorong pengambilan
keputusan secara lebih dewasa.
Kepastian hukum adalah jantung dari aturan hukum dan tata kelola pemerintahan
yang baik Kepastian hukum sangat penting untuk sitem pemerintahan yang baik
dan efisien. Kepastian hukum juga akan memberikan jaminan keamanan terhadap
investasi Kepastian hukum akan memberikan persamaan secara sosial dan
mencegah timbulnya konfik dalam masyarakat. Dengan demikian, kepastian
hukum tidak saja penting bagi pemerintah, melainkan juga bagi dunia usaha dan
masyarakat.
Keleluasaan administratif telah lama digunakan dalam penyusunan perundangan.
Tidak satunpun peraturan yang dapat efektif memprediksi semua kegiatan, fakta,
dan situasi yang dibutuhkan. Keleluasaan dapat dituangkan secara ekplisit dan
implisit dalam suatu peraturan.
Pemenuhan tingkat keadilan seringkali dipandang semu, sulit diukur, dan berbeda
antara satu kepentingan dengan kepentingan lainnya. Namun demikian, setiap
warga negara memiliki kedudukan yang sama di depan hukum dan berhak
mendapat keadilan. Prinsip keadilan sesungguhnya keterkaitan erat dengan
supremasi hukum. Supremasi hukumlah yang menentukan arah dan menjamin
kepastian hukum, keadilan, dan pembelahan hak asasi manusia Hukum ditegakkan
21
bukan atas dasar kepentingan kekuasaan ataupun golongan kepentingan tertentu,
melainkan demi nama keadilan. Keadilan tidak semata ditegakkan hanya demi
mewujudkan aturan hukum secara adil Keadilan harus didukung oleh keberadaan
institusi hukum dan aparat penegak hukum yang jujur, professional dan tidak
terpengaru oleh golongan manapun.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun
2016 Tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa yang menyebutkan tahapan
dalam pembentuk sebuah peraturan desa yang baik dan benar.
Tahap Penyusunan Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wjib
dikonsultasikan kepada masyarakat desa dan dapat di konsultasikan kepada camat
untuk mendapatkan masukan. Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan
diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung
dengan substansi materi pengaturan. Masukan dari masyarakat desa dan camat,
Pemerintah Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancangan Peraturan Desa.
Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan dan disampaikan Kepala
Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.
Tahap Pembahasan BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan
menyepakati rancagan Peraturan Desa. Dalam hal terdapat rancangan Peraturan
Desa prakarsa Pemerintah Desa dan usulan BPD mengenai hal yang sama untuk
dibahas dalam waktu pembahasan yang sama, maka didahulukan rancangan
Peraturan Desa usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan Desa usulan Kepala
Desa digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan. Namun Rancangan
Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh pengusul
22
Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembali kecuali
atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD Rancangan Peraturan
Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh pimpinan Badan
Permusyawaratan Desa kepada Kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan
Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal kesepakatan. Rancangan
peraturan Desa wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda
tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan
peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.
Tahap Penetapan Rancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tangan
disampaikan kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan. Dalam hal Kepala Desa
tidak menandatangani Rancangan Peraturan Desa. Rancangan Peraturan Desa
tersebut wajib diundangkan dalam lembaran Desa dan sah menjadi Peraturan Desa.
Tahap pengundangan sekretaris Desa mengundangkan peraturan desa dalam
lembaran desa. Peraturan Desa diyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat sejak diundangkan.
Tahap Penyebarluasan Penyebarluasan dilakukan oleh Pemeritah Desa dan BPD
sejak penetapan rencana penyusunan Rancangan Peraturan Desa, penyusunan
Rancangan Peraturan Desa, pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga
Pengundangan Peraturan Desa Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan
informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku
kepentingan.
23
Evaluasi dan Klarifikasi Peraturan Desa Rancangan Peraturan Desa tentang APB
Desa, pungutan, tata ruang dan organisasi Pemerintah Desa yang telsh dibahas dan
disepakati oleh Kepala Desa dan BPD, dismpaikan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak
disepakati untuk dievaluasi. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil
evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa diserahkan oleh Bupati/Walikota paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan
tersebut oleh Bupati/Walikota. Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil
evaluasi Kepala Desa wajib memperbaikinya. Kepala Desa memperbaiki
rancangan peraturan desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya hasil
evaluasi. Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki rancangan
peraturan desa. hasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota melalui camat dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil
evaluasi dan tetap menetapkan menjadi Peraturan Desa, Bupatu/Walikota
membatalkan Peraturan Desa dengan keputusan Bupati/Walikota.
Bupati/Walikota dapat membentuk tim evaluasi Rancangan Peraturan Desa
ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota.
Klarifikasi Peraturan Desa yang telah diundangkan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk
diklarifikasi Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Peraturan Desa dengan
membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterima. Hasil
klarifikasi dapat berupa hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan
24
umum, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam
hal hasil klarifikasi Peraturan Desa tidak bertentangan dengan kepentingan umum
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota
menerbitkan surat hasil klarifikasi yang beris hasil klarifikasi yang telah sesuai.
Dalam hal hasil klarifikasi bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota
membatalkan peraturan Peraturan Desa tersebut dengan Keputusan
Bupati/Walikota.
2. Kewenangan Desa
Kewenangan merupakan elemen penting sebagai hak yang dimiliki
oleh sebuah desa untuk dapat mengatur rumah tangganya sendiri. Dari
pemahaman ini jelas bahwa dalam membahas kewenangan tidak hanya
sematamata memperhatikan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa namun
harus juga memperhatikan subjekyang menjalankan atau tidak.
Dalam pengelompokannya kewenangan yang dimiliki desa
meliputi: kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintaha desa,
kewenangan di bidang pelaksanaan pembangunan desa, kewenangan dibidang
pelaksaan dibidang pembangunan desa, kewenangan dibidang pembinaan
kemasyarakatan desa, dan kewenangan dibidang pemberdayaan masyarakat
desa yang berdasarkan prakarsa masyrakat atau yang berdasarkan hak asal-
usul dan yang berdasarkan adat istiadat desa.
25
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Kewenangan Desa dalam pasal 6
yang menyebutkan jenis kewenangan desa meliputi:
d. Kewenangan berdasarkan hak asal usul,
e. Kewenagan local berskala Desa
f. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan
g. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Daerah keempat kewenangan tersebut, pada kewenangan pertama yaitu
kewenangan asal- usul dan kewenangan local berskala desa, terdapat
beberapa prinsip penting yang dimiliki desa. Melainkan, sesuai dengan asas
rekognisi dan subsidiaritas. Dan kedua jenis kewenangan tersebut diakui dan
ditetapkan langsung oleh undang- undang dan dijabarkan oleh peraturan
pemerintah.
Kewenangan berdasarkan hak asal usul merupakan kewenangan
warisan yang masih hidup dan atas prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat
desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Sedangkan
kewenangan local berskala Desa merupakan kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh Desa atau
mampu dan efektif dijalankan oleh desa atau yang muncul karena
26
perkembangan desa dan praksarsa masyarakat desa kedua kewengan ini
merupakan harapan menjadikan desa berdaulat,mandiri. Dan berkepribadian.
Dengan kedua kewenangan ini desa mempunyai hak “ mengatur”
dan “mengurus”, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Undang- undang
Desa Nomor 6 Tahun 2014, Desa maupun Desa Adat mempunyai
kewenangan mengeluarkan dan menjalankan aturan main (peraturan) tentang
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan sehingga mengikat kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dan menjalankan aturan tersebut. Atau
bertanggung jawab merencanakan, menganggarkan, dan menjalankan
kegiatan pembangunan atau pelayanan, serta menyelesaikan masaah yang
muncul.
Kewenangan atau Hak Asal Usul dalam Pasal 19 huruf (a) UU
Desa mencakup pengertian dimana hak- hak asli masa lalu yang telah ada
sebelum lahir NKRI pada tahun 1945 dan tetap dibawa dan dijalankan oleh
desa setelah lahir NKRI sampai sekarang. Di samping itu, hak- hak asli yang
munculdari prakarsa desa yang bersangkutan maupun prakarsa masyarakat
setempat sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
Kewenangan asal usul yang diakui oleh negara meliputi
pengelolaan asset (sumber daya alam, tanah ulayat, tanah kas Desa) dalam
wilayah yuridiksi Desa, pembentukan struktur pemerintahan desa, dengan
mengakomodasi susunan asli, menyelesaikan sengketa secara adat dan
melestarikan sengketa secara adat dan melestarikan adat dan budaya setempat.
27
Kewenangan asal usul desa sebagaimana dalam Pasal 33 huruf (a)
UU Desa diuraikan Pasal 34 ayat (1)PP NO. 43 Tahun 2014, yang paling
sedikit kewenangan tersebut terdiri atas system organisasi masyarakat adat,
pembinaan kelembagaan masyarakat Desa. Dan ruang lingkup
kewenangannya dibeberkann lagi secara rinci dalam Pasal 2 Permendesa
PDTT No. 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal Usul dan Kewenangan Lokasi Berskala Desa.
Dan untuk kewenangan Desa Adat berdasarkan hak asal usul,
secara khusus dijelaskan lagi lebih gambang dalam Pasal 103 UU Desa, yang
diantaranya meliputi, pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan
susunan asli, pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah adat, dan
pelestarian nilai social budaya desa adat. Yang operasionalnya dieperjelas
dalam Pasal 3 Permendesa PDTT No. 1 Tahun 2015.
Dengan frasa”pengaturan” dan pelaksanaan pemerintahan
berdasarkan susunan asli”dalam Pasal 103 UU Desa diatas berarti, bahwa
negara harus memperhatikan dan menghormati kewenangan- kewenangan
asal- usul yang terkait dengan nomeklatur dan institusi atau organisasi desa.
Misalnya sebutan local untuk istilah “desa” yang didaerah tertentu
diistilahkan dengan Pakraman, Kampong, Gampong, Nagari, Banua, atau
Lembang. Juga sebutan untuk istilah “diskusi” atau “musyawarah” yang di
berbagai local daerah di Indonesia ada yang menggunakan istilah Kerapatan
di Sumatera Barat, Kombongan di Toraja, Paruman di Bali Gawe Rapah di
Lombok, Saniri di Maluku. Maupun beragam sebutan untuk perangkat desa
28
yang berbagai daerah mempunyai istilah sendiri- sendiri, misalnya
kewang,pecalang, jogoboyo, kebayan, carik, dan sebagainya. Istilah- istilah
tersebut tidak hanya bermakna nomeklatur, melainkan bisa mengandung
pengetahuan, nilai dan jati diri suatu masyarakat.
Dan dengan frasa “ pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah
adat” menunjukan, bahwa negara tidak boleh melakukan campur tangan atau
mengambil alih terhadap tanah- tanah desa sebagai hak asal- usul desa.
walaupun begitu, negara tetap masih bisa melakukan pembinaan atas
pengaturan dan pengelolaan serta memberikan perlindungan (proteksi) untuk
menjaga kelestarian dan optimalisasi pemanfaatan. Hal ini karena tidak
sedikit desa adat atau desa di Indonesia yang mempunyai tanah desa sebagai
aset desa yang dijaga dan diwariskan secaraturun temurun. Tanah desa
merupakan hak asal- usul desa yang paling vital, sebab tanah merupakan aset
(kekayaan) yang menjadi sumber penghidupan dan kehidupan bagi desa dan
masyarakat. Oleh karena itu negara perlu memberikan pengakuan dan
penghormatan (rekognisi) terhadap tanah sebagai hak asal- usul desa.
Kewenangan local berskala desa desa sebagaimana Pasal 33 huruf
(h) Undang- Undang Desa, adalah kewenanganuntuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat desa yang telh dijalankan oleh desa atau mampu dan
efektif dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan
prakarsa masyarakat desa. Kewenangan tersebut digambangkan lagi dalam
Pasal 14 ayat (2) PP No. 43 Tahun 2014, yang diantaranya adalah pengolaan
29
pasar desa, pengelolaan jaringan irigasi, atau pembinaan kesehatan
masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu.
Artinya, kewenangan local berskala desa, sebagaimana penjelasan
Pasal 5 Permendesa PDTT No. 1 Tahun 2015, mempunyai kriteria sebagai
berikut:
a. Kewenangan yang mengutamakan kegiatan pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat.
b. Kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturandan kegiatan hanya di
dalam wilayah dan masyrakat desa yang mempunyai dampak internal desa.
c. Kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan sehari-hari
masyarakat desa.
d. Kegiatan yang telah dijalankan oleh desa atas dasar prakarsa desa.
e. Program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelola oleh desa.
f. Kewenangan local berskala desa yang telah diatur dalam peraturan
perundang- undangan tentang pembagian kewenangan pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
Kewenangan local beskala desa meliputi beberapa bidang, yaitu bidang
pemerintahan desa. bidang pembangunan desa, bidang kemasyarakatan desa,
dan bidang pembangunan masyrakat desa.
Kewenangan lokal bersekala desa haruslah kewenangan yang mucul dari
prakarsa masyrakat sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi lokal
desa. Hal itu supaya kewenangan tersebut sejalan dengan kepentingan
30
masyrakat sehingga akan bisa diterima dan dijalankan. Hanya saja,
kewenangan yang terkait dengan kepentingan masyrakat secara langsung ini
mempunyai cakupan yang relative kecil dalam lingkup desa. Apalagi
kewenangan yang berkaitan sangat dekat dengan kebutuhan hidup sehari-hari
warga desa kurang mempunyai dampak keluar (eksternalitas) dan kebijakan
marko yang luas.
Pelaksanaan kewenangan lokal tersebut berkonsekuensi terhadap
masuknya program-program pemerintah ke ranah desa. Pasal 20 UU Desa
menegaskan, bahwa pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal bersekala Desa (sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
huruf (a) dan (b) UU Desa) diatur dan diurus oleh Desa pasal ini terkait
dengan pasal 81 ayat (4 dan 5);
“Pembangunan lokal berskala desa dilaksanakan sendiri oleh desa” dan
“ Pelaksanaan program sektoral yang masuk ke desa diinformasikan
kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan dengan Pembangunan
Desa”.
Rangkaian pasal itu menegaskan bahwa kewenangan lokal
bukanlah kewenangan pemerintah supra-desa (termasuk kementerian sektoral)
melainkan menjadi kewenangan desa. Karena selama ini hampir setiap
kementerian sektoral memiliki proyek masuk desa yang membawa
perencanaan, birokrasi, pendekatan, bantuan dan membangun kelembagaan
usaha agribisnis perdesaan (pertanian) , desa siaga (kesehatan) dan lainnya.
Dengan UU Desa ini, semua program tersebut adalah kewenangan lokal
31
berskala desa yang diamandatkan oleh UU Desa untuk diatur dan diurus oleh
Desa. Dengan demikian, diharapakan bisa mendorong desa untuk berdaulat,
mandiri dan berkepribadian sebagaimana cita-cita pemerintahan sekarang ini.
Desa berdaulat, merupakan pengenjawantahan asas rekognisi dan juga Pasal 5
dalam UU Desa, dimana desa tidak lagi sub-ordinat kabupaten. Dengan
begitu semua pihak harus menghormati desa. Sementara konsepsi desa
mandiri merupakan penjabaran dari asas kemandirian. Dimana desa memiliki
kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemandirian desa ini
juga ditopang kewenangan lokal berskala desa.
3. Pelayanan
Istilah pelayanan berasal dari kata "layan" yang artinya menolong
menyediakan segala hal apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan
melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan manusia (Sinambela, 2010:3)
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain yang langsung (Moenir, 2006:16-17). Membicarakan pelayanan
berarti membicarakan suatu proses kegiatan yang konotasinya lebih kepada
hal yang abstrak (intangible). Pelayanan adalah meurpakan suatu proses
tersebut menghasilkan suatu produk yang berupa pelayanan, yang kemudian
diberikan kepada pelanggan.
32
Beberapa pakar yang memberikan pengertian mengenai pelayanan
diantaranya adalah Moenir (dalam Harbani Pasolong, 2007:128). Harbani
Pasolong (2007:4) pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai
aktivitas seseorang, sekelompok dan/ atauoraganisasi baik langsung maupun
tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan.Sedangkan definsi yang lebih
rinci diberikan oleh Gronroos dalam Ratminto (2005:2) yaitu pelayanan
adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang besifat tidak kasat mata
yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau
hak- hak lain yang disediakan oleh perusahan pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/ pelanggan.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa pelayanan ialah
suatu usaha untuk membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan
orang lain. Dalam pelayanan yang disebut konsumen (customer) adalah
masyarakat yang mendapat manfaat dari aktifitas yang dilakukan oleh
organisasi atau petugas organisasi pemberi pelayanan.
4. Pelayanan Publik
Agung kurniawan (dalam Harbani Pasolong, 2007:128) mengatakan
bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan
orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi.
Menurut Santosa, (2008:55) Pelayanan publik adalah pemberian
jasa,baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah, ataupun pihak
33
swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi
kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.
Berdasarkan Keputusan MENPAN No.63/KEP/MENPAN/7/2003,
pelayanan publik terdiri dari:
a. Pelayanan administratif
Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi
yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat
kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan
sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan
(KTP), akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
(BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor
(STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat kepemilikan
atau penguasaan Tanah dan sebagainya.
b. Pelayanan barang
Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang
yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga
listrik, air bersih dan sebagainya.
c. Pelayanan jasa
Yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,
penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.
34
Selain itu, bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat
menurut Lembaga Administrasi Negara (1998) dapat dibedakan ke dalam
beberapa jenis pelayanan yaitu:
a. Pelayanan Pemerintahan, yaitu merupakan pelayanan masyarakat yang erat
dalam tugas-tugas umum pemerintahan seperti pelayanan Kartu
Keluarga/KTP, IMB, Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Imigrasi.
b. Pelayanan Pembangunan, merupakan pelayanan masyarakat yang terkait
dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitas kepada
masyarakat dalam aktifitasnya sebagai warga masyarakat, seperti penyediaan
jalan, jembatan, pelabuhan dan lainnya.
c. Pelayanan Utilitas merupakan penyediaan utilitas seperti listrik, air, telepon,
dan transportasi.
d. Pelayanan Kebutuhan Pokok, merupakan pelayanan yang menyediaan bahan-
bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan seperti
penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil dan perumahan murah.
e. Pelayanan Kemasyarakatan, merupakan pelayanan yang berhubungan dengan
sifat dan kepentingan yang lebih ditekankan kepada kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,
penjara, rumah yatim piatu dan lainnya. Secara umum fungsi sarana
pelayanan antara lain:
1) Mempercepat prtoses pelaksanaan kerja (hemat waktu);
2) Meningkatkan produktifitas barang dan jasa;
35
3) Ketepatan ukuran/kualitas produk terjamin peneyerahan gerak pelaku
pelayanan dengan fasilitas ruangan yang cukup;
4) Menimbulkan rasa kenyamanan;
5) Menimbulkan perasaan puas dan mengurangi sifat emosional penyelenggara.
Pendapat tentang pembagian jenis-jenis pelayanan umum yang
diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terlihat bahwa pelayanan
umum mencakup lingkup kegiatan dan jenis-jenis yang sangat luas. Dengan
kata lain, persoalan pelayanan umum dalam satu pemerintahan merupakan
permasalahan yang sangat kompleks dan Karena itu membutuhkan perhatian
semua kalangan, baik dari pemerintah sebagai pihak pemberi layanan maupun
dari masyarakat sebagai pihak yang menerima pelayanan.
Sinambela (2010:106) mengatakan bahwa salah satu peranan
pemimpin dalam meningkatkan pelayanan publik adalah melalui
pemotivasian bawahan. Tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang pegawai
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan tempat kerja.
Oleh sebab itu pemimpin harus dapat menciptakan suasana yang harmonis
yang dapat menciptakan, mendorong atau menimbulkan motivasi kerja yang
tinggi. Lingkungan yang dapat menciptakan motivasi kerja seseorang adalah
hubungan antara atasan dengan bawahan yang lazim disebut hubungan
vertikal dan hubungan antar sesama bawahan atau sering disebut hubungan
horizontal.
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
pelayanan Publik yang mendefinisikan bahwa pelayanan publik adalah
36
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa atau pelayanan administrasif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. nisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan
tata cara yang ditetapkan. Dengan demikian, pelayanan publik adalah
pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara.
Sedangkan dalam rumusan undang-undang tentang pelayanan publik,
pelayanan publik didefinisikan sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap
warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pelayanan publik
merupakan kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan setiap manusia sebagai
penerima pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara negara.
5. Kualitas Pelayanan Publik
Menurut Hardiyansyah (2011:93) persepsi dan harapan inilah yang
mendasari munculnya dan digunakan sebagai dasar skala SERVQUAL, yang
didasarkan pada lima dimensi kualitas yaitu:
a. Tangibility, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana
komunikasi;
b. Realibility, kemampuan organisasi untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan tepat waktu dan memuaskan.
37
c. Responsiveness, yaitu kemampuan para staff untuk membantu pengguna
pelayanan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
d. Assurance mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
e. Emphaty, mencakup kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi
yang baik dan memahami kebutuhan para pengguna pelayanan (eJournal
Administrasi Publik, Volume 3, Nomor 4, 2015: 964-975 968).
Crosby, Lethimen dan Wyckoff, mendefinisikan kualitas pelayanan
sebagai “penyesuaian terhadap perincian-perincian (conformance to
specification) dimana kualitas ini dipandang sebagai derajat keunggulan yang
ingin dicapai.” Dilakukannya kontrol terus-menerus dalam mencapai
keunggulan tersebut dalam tangka memenuhi kebutuhan pengguna jasa.
Secara substansial kualitas pelayanan didefinisikan sebagai bentuk siap, yang
diperoleh dengan cara membandingkan persepsi pelanggan atas layanan yang
nyata-nyata mereka terima (performance/perceived service) dengan layanan
yang mereka harapkan (expetation/expeted service). Jika kenyataan
(performance) lebih besar dari yang diharapkan (expetation), maka layanan
dapat dikatakan bermutu (ideal) sedangkan jika kenyataan kurang dari apa
yang diharapkan, maka layanan tidak bermutu (buruk), dan jika kenyataan
sama dengan harapan maka layanan disebut baik dan memuaskan (Nurman,
2005).
Dengan demikian kualitas pelayanan (service quality) dapat
didefinisikan seberapa jauh perbedaan antara kenyataan (performance)
38
dengan harapan (exppetation) para pelanggan atas pelayanan yang mereka
terima.
Berdasarkan pendapat diatas, dua faktor dalam pengukuran kualitas
pelayanan adalah kinerja pelayanan (service performance) dan pelayanan
yang diharapkan pelanggan (service expetation). Agar pelanggan mempunyai
persepsi yang baik terhadap kualitas jasa yang diberikan, maka penyedia jasa
herus mengetahui apa yang menjadi harapan konsumen, sehingga tidak terjadi
perbedaan (gap) antara kinerja yang diberikan dengan harapan pelanggan,
yang akhirnya pelanggan merasa puas dan mempersepsikan secara baik atas
kualitas jasa yang diterima.
6. Indikator Kualitas Pelayanan Publik
Menurut Lenvine (dalam Dwiyanto, 2008:145), maka produk dari
pelayanan publik di dalam negara demokrasi paling tidak harus mempunyai
tiga indikator, yakni:
1. Responsiveness, atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan
terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.
2. Respinbility atau responbilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang
benar dan telah ditetapkan.
3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan
stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.
39
Gibson, Ivancevich & Donnelly (dalam Dwiyanto, 2008:144)
memasukkan dimensi waktu, yaitu mengguanakan ukuran jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang dalam melihat kinerja organisasi
publik. Dalam hal ini kinerja pelayanan publik terdiri dari:
a. Produksi adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan organisasi untuk
menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh lingkungannya.
b. Mutu adalah kemampuan organisasi untuk memenuhi harapan pelanggan dan
clients.
c. Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran (output) dan masukan
(input)
d. Fleksibilitas adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi
terhadap tuntutan perubahan internal dan eksternal. Fleksibilitas berhubungan
dengan kemampuan organisasi untuk mengalihkan sumberdaya dari aktivitas
yang satu ke aktivitas yang lain guna menghasilkan produk dan pelayanan
baru yang berbeda dalam rangka menanggapi permintaan pelanggan.
e. Kepuasan menunjuk pada perasaan karyawan terhadap pekerjaan dan peran
mereka di dalam organisasi.
f. Persaingan menggambarkan posisi organisasi didalam berkompetisi dengan
organisasi lain yang sejenis.
g. Pengembangan adalah ukuran yang mencerminkan kemampuan dan
tanggungjawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya
unruk berkembang melalui investasi sumberdaya.
40
h. Kelangsungan hidup adalah kemampuan organisasi untuk tetap eksis didalam
menghadapi segala perubahan.
Sedangkan Zeithaml, Parasuraman & Berry (dalam Dwiyanto
20008:145) menggunakan ukuran sebagai berikut:
1. Tangiable, atau ketampakan fisik, artinya petyampakan fisik dari gedung,
peralatan, pegawai, dan fasilitas- fasilitas lain yang memilki oleh providers.
2. Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan
pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
3. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers
dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
4. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan
kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers.
5. Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh
providers kepada customers.
Menurut KepMenPan 81/1995, kinerja organisasi publik dalam
memberikan pelayanan publik dapat dilihat dari indikator- indikator, seperti
berikut:
1. Kesederhanaan, yaitu prosedur atau tata cara pelayanan umum harus didesain
sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan pelayanan umum menjadi mudah,
lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan dan kepastian tentang tata cara, rincian biaya layanan dan cara
pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian layanan, dan unit kerja atau
41
pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan umum.
3. Keamanan, yaitu usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas pada
pelanggan dari adanya bahaya, resiko, dan keragu-raguan. Proses serta hasil
pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat
memberikan kepastian hukum.
4. Keterbukaan, yaitu behwa pelanggan dapat mengetahui seluruh informasi
yang mereka butuhkan secara mudah dan jelas, yang meliputi informasi tata
cara, persyaratan, waktu penyelesaian, biaya, dan lain-lain.
5. Efisien, yaitu persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang
berkaitan langsung dengan pencapaian sasaaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dan produk pelayanan publik
yang diberikan. Disamping itu, juga harus dicegah adanya pengulangan
didalam pemenuhan kelengkapan persyaratan, yaitu mempersyaratkan
kelengkapan peryaratan dari satuan kerja atau instansi pemerintah lain yang
terkait.
6. Ekonomis, yaitu agar pengenaan biaya pelayanan ditetapkan secara wajar
dengan memperhatikan nilai barang/jasa dan kemampuan pelanggan untuk
membayar.
7. Keadilan yang merata, yaitu cakupan atau jangkauan umum harus diusahakan
seluas mungkin dengan distribusi merata dan diperlakukan secara adil.
8. Ketepatan waktu, yaitu agar pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
42
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kualitas
pelayanan publik merupakan kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan setiap
manusia sebagai penerima pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara
Negara harus lebih berkualitas berdasarkan indicator- indikator yang dipakai
sebagai ukuran dalam memberi pelayanannya yang berkualitas.
4. Administrasi Kependudukan
Suwarno Handayaningrat (1990:2) mengatakan bahwa administrasi secara
sempit berasal dari kata administratie (bahasa Belanda) yaitu meliputi
kegiatan catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik,
agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam artisempit merupakan kegiatan
ketatausahaan yang meliputi kegiatan catat-mencatat, surat-menyurat,
pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan
untuk menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasi
kembali jika dibutuhkan.
Menurut The Liang Gie (Inu Kencana Shafiie, 1999:23) mengatakan
administrasi secara luas adalah serangkai kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Administrasi secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya semua
mengandung unsur pokok yang sama yaitu adanya kegiatan tertentu, adanya
manusia yang melakukan kerjasama serta mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
43
Pendapat lain mengenai administrasi ditemukan oleh Sondang P.Siagia
(1994:3) mengemukakan administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama
antara 2 orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan uraian dan definisi tersebut maka dapa diambil kesimpulan
bahwa administrasi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan melalui
kerjasama dalam suatu organisasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan.
Menurut Peraturan mendagri No. 32 Tahun 2006 tentang pedoman
Administrasi Desa, administrasi kependudukan meliputi:
a. Buku Data Induk Penduduk
b. Buku Data Mutasi Penduduk
c. Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan
d. Buku Data Penduduk Sementara
F. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, adapun ruang lingkup dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Tangibles atau penampakan fisik, yang meliputi
a. petampakan fisik gedung perkantoran yang dipakai oleh Pemerintah
Desa Dadapayu dalam melakukan pelayanan administrasi;
44
b. peralatan-peralatan pegawai yang dipakai Pemerintah Desa Dadapayu
dalam pelayanan ialah komputerisasi administrasi, ruang tunggu,
tempat informasi.
c. pegawai-pegawai atau Perangkat Desa Dadapayu yang bertugas
melakukan pelayanan administrasi kependudukan; dan
d. fasilitas-fasilitas lain antara lain tempat informasi yang dimilki oleh
Pemerintah Desa Dadapayu dalam melakukan pelayanan administrasi.
2. Reliability atau reliabilitas, yakni kemampuan Pemerintah Desa Dadapayu
untuk menyelenggarakan pelayanan administrasi kepada masyarakat desa
(customers) secara akurat.
3. Responsivenesss atau responsivitas, yakni kerelaan Pemerintah Desa
Dadapayu untuk menolong masyarakat Desa (customers) dan
menyelenggarakan pelayanan administrasi secara ikhlas.
4. Assurance atau kepastian, yakni pengetahuan dan kesopanan Pemerintah
Desa Dadapayu dan kemampuannya dalam memberikan kepercayaan
kepada masyarakat desa dalam pelayanan administrasi kependudukan.
5. Emphaty, yakni perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh
Pemerintah Desa Dadapayu kepada masyarakat desa (customers) dalam
melakukan pelayanan admnistrasi kependudukan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
45
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga
harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan
penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti
sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman meotde
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik
maupun logistiknya. Yang mrlakukan validasi adalah peneliti sendiri,
melalui evalusai diri sejauh pemahaman terhadap bidang yang diteliti,
serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Selanjutnya menurut
Nasution (1998), dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain
daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama,
Asalannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang
pasti. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan jelas itu, tidak ada pilihan
lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat
mencapaianya.
2. Unit Analisis
a. Objek yang diteliti dalam penelitian ini ialah “Kualitas Pelayanan
Administrasi Kependudukan Di Desa Dadapayu Kecamatan Semanu
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta”.
b. Subyek dalam penelitian ini adalah Pemerintah Desa Dadapayu,
Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa
46
Yogyakarat. Teknik yang digunakan untuk menentukan informan
dengan teknik purposive yaitu mengambil sampel sumber data
berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh peneliti dalam penentuan
informan yang dianggap relevan untuk dapat memberikan informasi
mengenai kualitas pelayanan e-KTP di Desa Dadapayu. Adapun
narasumber/informan dalam penelitian ini terdiri dari 21 orang yaitu:
1. Kepala Desa : 1 Orang
2. Sekertaris Desa : 1 Orang
3. LPMD : 3 Orang
4. BPD : 3 Orang
5. KAUR : 3 Orang
6. Masyarakat :10 Orang
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan (Sugiyono, 2018:224). Dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang dipakai peneliti meliputi observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
a. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2016:226) menyatakan
bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
47
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi, Data itu dikumpulkan dan
sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga
benda- benda yang sangat kecil (proton dan electron) aupun yang
sangat jauh (benda ruag angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the
researcher learn about behavior and the meaning attached to those
behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan
makna dari perilaku tersebut. Sanafiah (1990) mengklasifikasikan
observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),
observasi yang secara terang- terangan dan tersamar (over observation
dan sovert observation) dan observasi yang tak berstruktur
(unstructured observation). Dalam penelitian ini, peneliti akan
mengobservasi langsung proses pelayanan admnistrasi kependudukan
yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Dadapayu, kondisi
gedung/ruangan yang dipakai untuk melakukan pelayanan administrasi
kependudukan, peralatan-peralatan dan fasilitas-fasilitas lain yang
dipakai dalam melakukan pelayanan administrasi kependudukan.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalah yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal- hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik
48
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report, atau setidaknya- tidaknya pada pengetahuan
dan atau keyakinan pribadi. Susan Stainbcak (1998) mengemukan
bahwa: Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper
understanding of how the participant interpret a situation or
phenomenon than can be gained trought observationalon. Jadi dengan
wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang pastisipan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi. Selanjutnya Esterberg (2002) menyatakan bahwa
“ interviewing is at the heart of social research. If you look through
almost any sociological journal. You will find that much social
research is based in interview, either standardized or more in- depth”.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai beberapa
narasumber, yakni Kepala Desa Dadapayu, Sekretaris Desa Dadapayu,
anggota LPMD, anggota BPD, Kepala Urusan dan masyarakat Desa
Dadapayu.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya- karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
49
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain- lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar
patung, film, dan lain- lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penilitian
kualitatif. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen
memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang
tidak mencerminkan keadaaan aslinya. Karena foto dibuat untuk
kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk
dirinya sendiri, sering subjektif. Untuk mendukung kredibilitas dan
validitas data, peneliti akan mengumpulkan juga data-data sekunder
berupa dokumen-dokumen penting yang terkait dengan fokus
penelitian. Adapun dokumen-dokumen tersebut yakni profil Desa
Dadapayu khususnya data mengenai jumlah penduduk Desa Dadapayu
secara umum, dokumen tentang indeks kepuasan masyarakat desa
terhadap pelayanan Pemerintah Desa Dadapayu khususnya mengenai
pelayanan administrasi kependudukan, dokumen mengenai jumlah
penduduk Desa Dadapayu yang memiliki dan yang tidak/belum
memiliki administrasi kependudukan.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus- menerus sampai datanya jenuh.
Dengan pengamatan yang terus- menerus tersebut mengakibatkan variasi
50
data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umunya adalah data kualitatif
(walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data
yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering
mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Analisis memerlukan daya
kreatif serta kemapuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu
yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti
harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat
penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti
yang berbeda. Adapun teknik analisis data yang dipakai untuk
menganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data di
lapangan model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2018:246-253),
yakni data reduction (reduksi data), data display (penyajian data) dan
penarikan kesimpulan.
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyk,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan, semakin lma peneliti kelapangan, maka jumlah data
akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
51
selanjutnya. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh
tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif
adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan
penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak
dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan
perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Ibarat melakukan
penelitian dihutan, maka pohon- pohon atau tumbuh- tumbuhan dan
binatang- binatang yang belum dikenal selama ini, justru dijadikan
foksu untuk pengamatan selanjutnya. Reduksi data merupakan proses
berpikir sensistif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan
kedalaman wawasan tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam
mereduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang
dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data- data yang memiliki nilai-
nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
b. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
Flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984)
menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative
research data in the past has been narrative text” Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka
52
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencankan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
“looking at displays help us to understand what is happening and to
do something-futher analysis or caution on that understanding”. Miles
And Huberman (1984). Selanjutnya disarankan, dalam melakukan
display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik,
matrik, network (jejaring kerja) dan chart.
c. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
dan Haberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifata sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti- bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapanagan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan
bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada
dilapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskrispsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
53
remang- remang atau gelap sehinggga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
54
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Sejarah Desa
Pada tahun 1940 desa Dadapayu terbagi menjadi dua desa yaitu desa
Dayakan dan desa Ngenep. Kepala Desa Ngenep bernama Pak Senen
sedangkan kepala desa Dayakan bernama bapak Sapto Supardio. Desa Ngenep
terdiri dari sebelas padukuhan sedangkan desa Dayakan terdiri dari sembilan
Padukuhan. Pada awal proses penyatuan dua desa ini ada ketidak setujuan dari
salah seorang warga yang bernama Sontoloyo. Padahal semua warga
masyarakat menyetujui adanya penyatuan dua desa tersebut. Tetapi walaupun
demikian pada akhirnya desa Dayakan dan desa Ngenep dijadikan satu karena
Lurah desa Dayakan diberhentikan. Karena sang kepala desa di duga menjadi
pengikut PKI dalam kurun waktu tahun 1946-1948.
Pada saat itu jabatan kepala desa Ngenep lowong, sedangkan desa
Dayakan kepala desanya ada tetapi diberhentikan tidak dengan hormat. Untuk
mengisi kekosongan jabatan maka warga memiliki inisiatif untuk
menyelenggarakan Pilkades. Demi mengisi kekosongan tampuk kekuasaan di
desa Ngenep dan Dayakan. Letak balai desa berada di padukuhan Pokdadap,
yang di kemudian hari di beri nama kelurahan Dadapayu sampai dengan saat
ini.
55
B. Keadaan Geografis
1. Batas wilayah
Letak dan keadaan lingkungan alam suatu wilayah merupakan
salah satu faktor utama penentu baik kondisi sosial, ekonomi, budaya,
kesehatan, maupun kelembagaan bagi masyarakat. Bermacam-macam
karakter dan kebudayaan menunjukkan kearifan lokal manusia sebagai
individu maupun sebagai kesatuan masyarakat terhadap lingkungan sekitar.
Desa Dadapayu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan
Semanu. Jarak dari desa ke kecamatan Semanu sejauh 10 Km. Jarak dari
desa ke Ibukota kabupaten Gunung Kidul sekitar 17 Km dan jarak ke
Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 60 Km. Adapun batas desa
Dadapayu adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara: desa Gombang dan desa Ngepo Sari
b. Sebelah Selatan: desa Giri Panggung
c. Sebelah Barat: desa Candi Rejo
d. Sebelah Timur: desa Pucang Anom dan desa Petir
56
2. Peta desa Dadapayu
Gambar II-1
Sumber: monografi desa Dadapayu, 2018
57
Luas wilayah Desa Dadapayu sebesar 22.244.404 Ha. Secara
administratif desa Dadapayu terbagi ke dalam 20 pedukuhan serta 20 RW dan
86 RT.
C. Pembagian wilayah Desa
Luas wilayah desa Dadapayu yaitu 2.224.4404 Ha. Secara
administratif desa Dadapayu terbagi dalam 20 padukuhan yang terbagi dalam
20 RW dan 86 RT. Informasi selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel II-1 Nama padukuhan di Desa Dadapayu
No Nama Padukuhan Luas Wilayah (Ha)
1 Dayakan Kulon 1.216.632
2 Dayakan Tengah 1.220.668
3 Kepuh 946.760
4 Kerdon 928.000
5 Pelem 1.026.378
6 Sempon Wetan 1.094.953
7 Sempon Kulon 1.046.100
8 Dedel Wetan 1.003.867
9 Dedel Kulon 916.730
10 Pokdadap 1.128.425
11 Ploso 1.077.057
12 Pomahan 846.320
13 Karang Tengah 1.250.285
14 Sendang 1.700.141
15 Nogosari 1.178.935
16 Sembuku 1.103.160
17 Kauman 1.245.597
18 Mojo 1.763.255
19 Nongko Singit 782.980
20 Ngalang Ombo 768.161
Sumber: monografi desa Dadapayu, 2018
Dusun terluas yang ada di desa Dadapayu adalah dusun Dayakan
Tengah yang memiliki luas sebesar 1.220.668 Ha dan dusun paling kecil dari
58
segi luas wilayah adalah dusun Ngalang Ombo yang hanya memiliki luas
sebesar 768.161 Ha.
D. Demografi
1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Tabel II-2 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
(Org)
Persentase
(%)
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
3.944
4.091
49
51
Jumlah 8.035 100
Sumber: monografi desa Dadapayu, 2018
Berdasarkan tabel II-2 di atas dapat kita simpulkan bahwa jumlah
penduduk desa Dadapayu sebesar 8.035 jiwa dan mayoritas berjenis
kelamin perempuan dengan jumlah 4.091 jiwa atau 51,0 % dari total
jumlah penduduk secara keseluruhan.
2. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel II-3 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat pendidikan Jumlah
(Org)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tidak sekolah
TK
SD/Sederajat
SMP
SMA
D-1-D-3
S-1
S-2
161
628
2.333
3.452
1.187
163
108
3
1,94
7,92
29,42
43,54
14,97
1,42
0,73
0,03
Jumlah 8.035 100
Sumber: monografi Dadapayu, 2018
59
Berdasarkan tabel II-3 di atas dapat kita simpulkan bahwa jumlah
penduduk desa Dadapayu yang pernah mengenyam pendidikan sebesar
8.035 jiwa dan mayoritas hanya pernah menikmati pendidikan sampai ke
jenjang SMP dengan jumlah sebesar 3.452 orang atau 43,54 %. Dari total
jumlah penduduk secara keseluruhan. Pemerintah desa Dadapayu perlu
membuat sebuah terobosan baru berupa program kejar paket C bagi warga
yang masih memiliki ijazah SMP dengan cara mengalang kerja sama
dengan lembaga pendidikan yang sudah mendapatkan legalitas dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
Tabel II-4 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
No Jenis mata
pencaharian
Jumlah
(Org)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
PNS
Swasta
Pedagang
Petani
Tukang
Buruh tani
Pensiunan
Peternak
Jasa
Pengrajin
Masih sekolah
Tidak bekerja
30
368
264
6.168
540
53
18
4
52
46
44
448
0,36
4,53
3,25
76,98
6,65
0,65
0,22
0,04
0,64
0,56
0,64
5,52
Jumlah 8.035 100
Sumber: monografi Dadapayu, 2018
Berdasarkan tabel II-4 di atas dapat kita simpulkan bahwa
mayoritas penduduk desa Dadapayu memiliki mata pencaharian sebagai
petani yang merupakan pekerjaan khas dari desa agraris. Jumlah petani
60
mencapai 6.168 orang atau 76,98 % dari total jumlah penduduk secara
keseluruhan.
E. Lembaga Kemasyarakatan Desa Dadapayu
Menurut Permendagri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa. Definisi dari Lembaga
Kemasyarakat Desa adalah wadah partisipasi masyarakat sebagai mitra
pemerintah desa, ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat Desa. Beberapa
jenis Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah sebagai berikut:
1. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa;
2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah sebuah lembaga lokal
yang bertugas menyusun, menggerakkan dan melaksanakan proses
pemberdayaan masyarakat desa;
3. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah sebuah lembaga lokal yang
bertugas untuk merencanakan, melaksanakan dan membina pelaksanaan
program kerja PKK sesuai dengan keadaan dan kebutuhan warga
masyarakat;
4. Karang Taruna adalah sebuah lembaga yang bertugas untuk
menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan mengembangkan jiwa
kepemimpinan para anak muda;
61
5. RT dan RW adalah sebuah lembaga lokal yang bertugas untuk
menampung dan menyalurkan aspirasi kepada pemerintah desa serta
menjadi pihak pertama yang menjadi mediator dalam menangani
perselisihan antar warga.
89
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwiyanto. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
Ahmad Ainur rohman, M. Mas’ud Sa’id, Saiful Arif, Purnomo. 2008. Reformasi
Pelayanan Publik, Program Sekolah Demokrasi PlaCIDS (Public policy
Analysis and Community Development Studies). Malang: Averroes Press.
Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik, Konsep Dimensi, Indikator dan
Implementasi. Yogyakarta: Gave Media, Pustaka Pelajar
Ratminto Dan Atik Septi Winarsi. 2018. Manajemen Pelayanan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Naim, Umar.(2017).Relasi Pemerintah Dan Supra Desa Dalam Perencanaan Dan
Penganggaran Desa.Yogyakartaa: Pustaka Pelajar.
Sinambela, L.P. 2010. Reformasi Pelayanan Publik; Teori, kebijakan, dan
implementasi Cetakan Ke-5 Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Perundang- undangan
Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa
Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Pengertian Kartu Tanda Penduduk
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Public
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Keputusan Menteri PAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Standar
Pelayanan Publik
Keputusan MENPEN Nomor 63 Tahun 2004, dikutip oleh Ratminto Dalam Buku
Yang Berjudul “Manajemen Pelayanan” (2006:20) Tetang Jenis Pelayanan
Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 yang dikutip oleh Ratminto dalam
buku yang berjudul “Manajemen Pelayanan” (2006:24) Tentang Standar
Pelayanan
91
PANDUAN WAWANCARA UNTUK PEMERINTAH DESA DADAPAYU
KECAMATAN SEMANU KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA
Biodata Informan
Nama :
Umur :
Jabatan/ Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
1. Tangibles atau ketampakan fisik, yang meliputi
a. Penampakan fisik gedung yang dipakai oleh Pemerintah Desa Dadapayu
dalam melakukan pelayanan Administrasi Kependudukan;
b. Peralatan-peralatan yang dipakai Pemerintah Desa Dadapayu dalam
pelayanan Administrasi;
c. Pegawai-pegawai atau Perangkat Desa Dadapayu yang bertugas
melakukan pelayanan Administrasi; dan
d. Fasilitas-fasilitas lain yang dimilki oleh Pemerintah Desa Dadapayu dalam
melakukan pelayanan Administrasi Kependudukan.
2. Reliability atau reliabilitas, yakni kemampuan Pemerintah Desa Dadapayu
untuk menyelenggarakan pelayanan Administrasi Kependudukan kepada
masyarakat desa (customers) secara akurat.
3. Responsivenesss atau responsivitas, yakni kerelaan Pemerintah Desa
Dadapayu untuk menolong masyarakat Desa (customers) dan
menyelenggarakan pelayanan Administrasi secara ikhlas.
4. Assurance atau kepastian, yakni pengetahuan dan kesopanan Pemerintah Desa
Dadapayu dan kemapuannya dalam memberikan kepercayaan kepada
masyarakat desa dalam pelayanan Administrasi Kependudukan.
5. Emphaty, yakni perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh
Pemerintah Desa Dadapayu kepada masyarakat desa (customers) dalam
melakukan pelayanan Administrasi Kependudukan.
92
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto bersama Kepala Desa Dadapayu
Foto bersama KAUR Desa Dadapayu
Foto bersama Staf Pelayanan Adminitrasi Desa
93
Foto Bersama Bapak SURAHMAD Ketua LPMD
Foto Bersama Bapak Dukuh Dedel Wetan
Foto bersama warga desa Dadapayu
94
Foto Bersama Warga Desa Dadapayu
Foto Bersama salah satu Warga sebagai Pengguna layanan Administrasi
di Desa Dadapayu