daftar isi - sinta.unud.ac.id · kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana...

30
ii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................................................... ii HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ...................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………..…… v KATA PENGANTAR .................................................................................. vi SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv ABSTRAK .................................................................................................... xv ABSTRACT………………………………………………………………….xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 4 1.3. Ruang Lingkup Masalah.......................................................... 5 1.4. Orisinalitas Penelitian ............................................................. 6 1.5. Tujuan Penelitian .................................................................... 8 1.5.1 Tujuan Umum ............................................................. 8 1.5.2 Tujuan Khusus ............................................................. 8 1.6. Manfaat Penelitian ................................................................... 8 1.6.1 Manfaat Teoritis .......................................................... 8 1.6.2 Manfaat Praktis ........................................................... 9

Upload: vannhan

Post on 10-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ...................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………..…… v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

ABSTRAK .................................................................................................... xv

ABSTRACT………………………………………………………………….xvi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 4

1.3. Ruang Lingkup Masalah.......................................................... 5

1.4. Orisinalitas Penelitian ............................................................. 6

1.5. Tujuan Penelitian .................................................................... 8

1.5.1 Tujuan Umum ............................................................. 8

1.5.2 Tujuan Khusus ............................................................. 8

1.6. Manfaat Penelitian ................................................................... 8

1.6.1 Manfaat Teoritis .......................................................... 8

1.6.2 Manfaat Praktis ........................................................... 9

Page 2: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

1.7. Landasan Teoritis ................................................................... 9

1.7.1 Teori Negara Hukum ................................................. 9

1.7.2 Teori Kewenangan ..................................................... 11

1.7.3 Teori Efektivitas Penegakan Hukum ......................... 14

1.8. Metode Penelitian ................................................................... 18

1.8.1 Jenis Penelitian ............................................................ 18

1.8.2 Jenis Pendekatan ......................................................... 19

1.8.3 Bahan Hukum ............................................................ 20

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 22

1.8.5 Teknik Analisis .......................................................... 22

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PEMINDAHAN

KENDARAAN BERMOTOR

2.1 Pengertian Kendaraan Bermotor ............................................. 24

2.2 Istilah dan Pengertian Pemindahan Kendaraan Bermotor ....... 28

2.3 Prosedur Pemindahan Kendaraan Bermotor ........................... 30

BAB III. PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PEMINDAHAN

KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR

3.1 Dasar Hukum Pengaturan Pemindahan Kendaraan

Bermotor .................................................................................. 32

3.2 Prosedur Pelaksanaan Pemindahan Kendaraan Bermotor ....... 37

BAB IV. FAKTOR PENDUKUNG DAN KENDALA DALAM

PELAKSANAAN PEMINDAHAN KENDARAAN

BERMOTOR DI KOTA DENPASAR

Page 3: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

4.1 Faktor-faktor yang Mendukung Pelaksanaan Pemindahan

Kendaraan Bermotor .............................................................. 44

4.2 Kendala dalam Pelaksanaan Pemindahan Kendaraan

Bermotor .................................................................................. 51

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 55

5.2 Saran ........................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1. Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (LLAJ) di Kota Denpasar Januari – Desember Tahun 2015 ......... 48

2. Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (LLAJ) di Kota Denpasar Januari – September Tahun 2016......... 49

Page 5: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

ABSTRAK

Pemerintah Kota Denpasar melalu Dinas Perhubungan bersama pihak

terkait lainnya telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan tingkat

kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh kendaraan yang berhenti atau parkir

pada tempat yang dilarang berhenti atau parkir sebagaimana didasarkan pada

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005.Dengan bertambahnya

kendaraan dan tidak diimbangi dengan perkembangan jalan, sehingga pengendara

memarkir kendaraannya pada ruas jalan yang dilarang untuk parkir. Pemerintah

Kota Denpasar melakukan tindakan berupa pemindahan kendaraan. Pemindahan

kendaraan bermotor di jalan adalah kegiatan untuk memindahkan penempatan

kendaraan bermotor dari jalan/lokasi yang dilarang untuk berhenti dan atau parkir

ke tempat lain yang ditujuk. Hal ini bertujuan untuk mengatasi gangguan terhadap

kenyamanan, keamanan, dan kelancaran lalu lintas. Dengan latar belakang

tersebut permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan

dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar serta apakah

yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor yang

berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris dengan

pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach) dan pendekatan fakta

(The Fact Approach), artinya dalam meneliti masalah dengan menggunakan fakta-

fakta yang terjadi tentang penegakan peraturan daerah terhadap pemindahan

kendaraan bermotor di jalan dengan kajian terhadap perundang-undangan yang

dikaitkan dengan permasalahan yang ada.

Hasil penelitian menunjukan Dinas Perhubungan Kota Denpasar

mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor

dengan berpedoman pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 55

Tahun 2012 tentang Kendaraan, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28

Tahun 2001 tentang Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat

Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar,

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi

Pemindahan Kendaraaan Bermotor di Jalan, danSOP Nomor

194/007/DISHUB/2010. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemindahan

kendaraan bermotor di Kota Denpasar adalah kurangnya petugas, minimnya

sarana dan prasarana, tidak tersedianya tempat penyimpanankendaraan dan masih

kurangnya kesadaran masyarakat. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa

pertama Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perhubungan mempunyai

kewenangan untuk melakukan pemindahan kendaraan yang parkir dipinggir jalan

tidak pada tempatnya. Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala,

seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir

pada tempat yang telah ditentukan.

Kata Kunci : penegakkan, kewenangan, pemindahan, kendaraan bermotor

Page 6: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

ABSTRACT

Denpasar City Government through the Department of Transportation

Joint parties Subscribe more has do different efforts to review Lowering the

density level of Traffic that caused by the Vehicle Stop or parking on The

Prohibited Stop or parking as based at Regional Regulation Denpasar No. 5 year

2005. With increasing vehicle and not offset by the development of the road, so

motorists to park their vehicles on roads that area prohibited for parking.

Denpasar city government take action in the from of transfer of a vehicle.

Removal vehicles on the roads is an activity to move the placement of a motor

vehicle from the road/location prohibited to stop or npark to another place

location. It aims to overcome the disruption of comfort, safety, and smooth traffic.

Againts the background of the issues studied in this thesis is how regulation and

implementation of the city of Denpasar and whether that is an obstacle in the

implementation of the transfer of motor vehicles to stop or park in a place that is

prohibited.

This type of research used by the author is the kind of empirical legal

research with the approach of legislation (The Statute Approach) and the

approach of the facts (The Fact Approach), meaning that in researching the

problem by using the facts that occurred on the enforcement of local regulations

on the transfer of motor vehicles on the road with the study of the law associated

with the existing problems.

The results showed Denpasar city transportation department has the

authority in the implementation of the transfer of a motor vehicle by referring to

the Law of the Republic of Indonesia Number 22 Year 2009 regarding Traffic and

Road Transportation, Government Regulation No. 55 Year 2012 on vehicles,

Denpasar City Regional Regulation No. 28 Year 2001 concerning the Stipulation

signs Traffic, trail Marker and Paraphernalia Cues Traffic on sections of road

Certain in Denpasar, Regional Regulation Denpasar Number 5 of 2005

concerning Levies Displacement Motor Vehicles on Roads, and in carrying out

the transfer of a motor vehicle in accordance with SOP No. 194/007 / DISHUB /

2010. Obstacles encountered in the implementation of the transfer of a motor

vehicle in the city of Denpasar is a lack of staff, lack of infrastructure, lack of

storage space and the vehicle is still a lack of public awareness. Of the results of

the study it can be concluded that the first government of Denpasar city through

the transportation department has the authority to transfer vehicle parked

alongside a road is not in place. Both in its implementation are still many

obstacles, such as infrastructure and the lack of discipline motorists for park in a

designated place.

Keywords: enforcement, authority, transport, motor vehicle

Page 7: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Bali telah membuka

perkembangan diberbagai sektor seperti sektor jasa, industri kecil, perdagangan,

pendidikan, maupun transportasi. Telah terbukti sektor-sektor tersebut menjadi

pemacu pertumbuhan perekonomian masyarakat Kota Denpasar pada khususnya.

Denpasar sebagai ibu Kota Provinsi Bali tumbuh sangat pesat, karena sebagai

pusat perkantoran baik untuk pemerintah maupun swasta, pusat pendidikan, pusat

perdagangan dan pusat pemasaran produk industri besar dan kecil lainnya.

Berdasarkan data yang di peroleh dari situs resmi Kota Denpasar, jumlah

penduduk Kota Denpasar sesuai dengan hasil sensus pada tahun 2010 berjumlah

788.445 jiwa. Tahun 2010 angka kerja di Kota Denpasar sebanyak 310.832,

dengan rincian 9.506 orang terserap di sektor pertanian, 35.245 terserap di sektor

industri, 127.581 terserap di sektor perdagangan, hotel dan restoran, 20.816 di

sektor transportasi, 17.026 terserap di sektor konstruksi dan 10.658 di sektor jasa-

jasa lainnya.1 Tentunya data ini semakin mendukung perkembangan berbagai

sektor kehidupan di Kota Denpasar.

Implikasi dari jumlah penduduk yang setiap tahunnya terus mengalami

peningkatan berpengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat Kota Denpasar.

Berbagai permasalahan di tengah masyarakat muncul seperti permasalahan

1http://www.denpasarkota.go.id/index.php/selayang-padang/4/kondisi-kemasyarakatanDiakses

pada tanggal 16 april tahun 2016 pukul 19.20

Page 8: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

2

sampah dan limbah pencemaran lingkungan, adanya gelandangan dan pengemis,

kedatangan penduduk pendatang, banyaknya pedagang kakilima, serta

permasalahan yang hampir dapat ditemukan disepanjang jalan Kota Denpasar

yaitu parkir sembarangan.

Permasalahan parkir di Kota Denpasar tidak dapat dilepaskan dari

mobilitas tinggi berlalu lintas oleh masyarakat. Peningkatan kepadatan lalu lintas

sangat dirasakan di jalan-jalan menuju sekolah, perkantoran, pusat perdagangan,

maupun daerah tujuan wisata. Kepadatan yang paling dirasakan pada saat

masyarakat memulai aktivitasnya di pagi hari seperti mengantar anak ke sekolah

maupun berangkat ke tempat kerja. Kepadatan lalu lintas di Kota Denpasar bukan

lagi merupakan kepadatan yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah kendaraan,

namun banyaknya kendaraan bermotor yang parkir sembarangan di ruas jalan,

sehingga mengakibatkan berkurangnya bahu jalan untuk berlalu lintas.

Sebagaimana diamanatkan oleh ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

menyatakan bahwa penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat

diselenggarakan di luar ruang milik jalan sesuai dengan izin yang diberikan.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, fasilitas parkir untuk kepentingan umum

harus diselenggarakan berdasarkan izin atau persetujuan pemerintah. Fasilitas

parkir yang tidak ditujukan untuk umum dan memang tidak diperkenankan

sebagai lahan parkir akan disertai dengan marka jalan berupa petunjuk-petunjuk

yang menjelaskan bahwa di tempat tersebut tidak diperbolehkan untuk parkir.

Namun dalam kenyataannya di Kota Denpasar masih saja ditemukan tindakan

Page 9: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

3

pengendara mobil maupun sepeda motor yang melanggar ketentuan larangan

parkir tersebut.

Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perhubungan bersama pihak

terkait lainnya telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan tingkat

kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh parkir sembarangan sebagaimana

didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang

Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu

Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar, Peraturan Daerah Kota

Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan

Bermotor di Jalan, dan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015

tentang Ketertiban Umum. Sebagaimana bunyi ketentuan Pasal 2 ayat (1)

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi

Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, bahwa kendaraan bermotor dan atau

kereta tempelan yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang berhenti atau

parkir baik yang disengaja atau mengalami kerusakan teknis/mogok wajib

dipindah ketempat lain oleh pengemudi kendaraan dimaksud agar tidak

menggangu kelancaran lalu lintas. Mendasarkan pada ketentuan pasal tersebut,

maka tindakan memarkir kendaraan di tempat yang dilarang berhenti merupakan

tindakan pelanggaran dan mengganggu kelancaran lalu lintas. Bentuk tindakan

mengganggu kelancaran lalu lintas merupakan kegiatan yang mengganggu

ketertiban umum sebagaimana termaksud dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar

Nomor 1 Tahun 2005 tentang Ketertiban Umum.

Page 10: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

4

Tindakan penertiban yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota

Denpasar tidak hanya dilakukan satu atau dua kali saja. Tindakan tersebut bahkan

dilakukan berulang-ulang. Tentunya hal tersebut mengindikasikan bahwa

masyarakat di Kota Denpasar tidak jera dengan prosedur pemindahan kendaraan

bermotor yang telah diterapkan sehingga masih saja memarkir kendaraannya

ditempat dengan ketentuan larangan parkir.

Meskipun upaya penertiban tersebut telah dilakukan secara maksimal,

dalam kenyataannya masih saja ditemukan kendaraan-kendaraan yang melanggar

di tempat larangan parkir. Langkah Dinas Perhubungan Kota Denpasar melakukan

pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar

terkait terhadap kendaraan-kendaraan yang melanggar tidak mampu menurunkan

tingkat pelanggaran atas larangan parkir. Padahal apabila diperhatikan dengan

seksama, prosedur pemindahan kendaraan ini dianggap mampu membuat jera

pihak-pihak yang melanggar. Mencermati uraian sebagaimana disampaikan

penulis di atas, penulis terdorong untuk menjadikan sebagai penelitian dengan

judul “Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005

Berkaitan Dengan Pemindahan Kendaraan Bermotor”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

penelitian, karena dengan perumusan masalah seorang peneliti telah

mengidentifikasi persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai

menjadi jelas, terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Page 11: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

5

Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang hendak diteliti dan dibahas

dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan dan pelaksanaan pemindahan kendaraan

bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun

2005 ?

2. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanakan pemindahan kendaraan

bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian untuk membatasi

area penelitian yaitu pembatasan terhadap masalah untuk diperjelas batas

kajiannya. Kajian masalah dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan pada

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi

Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, yang berkaitan dengan pelaksanaan

pemindahan kendaraan bermotor.

Kajian didahului dengan pembahasan mengenai pengaturan dan

pelaksanaan pemindahaan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah

Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005. Selanjutnya dibahas mengenai faktor-faktor

yang menjadi kendala dalam pelaksanakan pemindahan kendaraan bermotor yang

berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang sesuai dengan penerapan prosedur

pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar berdasarkan Peraturan Daerah

Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005.

Page 12: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

6

1.4 Orisinalitas Penelitian

Skripsi ini merupakan karya tulis asli dari penulis sehingga dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ini dibuat berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan di Universitas Udayana, melalui buku, peraturan

perundang-undangan, dan internet. Sebelumnya, peneliti telah melakukan riset

apakah ada penelitian dengan judul dan rumusan masalah yang sama atau tidak.

Hasilnya penelusuran menemukan beberapa penelitian yang serupa namun

memiliki judul dan rumusan masalah yang berbeda. Berikut peneliti rangkum

beberapa judul penelitian dan rumusan masalah yang serupa dalam bentuk tabel

sebagai berikut :

No. Nama Peneliti Judul Rumusan Masalah

1 Herman

Setiawan.

Fakultas Hukum.

Universitas

Airlangga.

Tahun 2012.

Perlindungan Hukum Bagi

Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor Di-Jatim

Berkenaan Tarif Progresif.

1. Bagaimana prosedur

pemungutan Pajak Progresif

kendaraan bermotor dengan

tarif progresif di Jawa Timur?

2. Apa permasalahan hukum

yang timbul dalam

pemungutan Pajak Kendaraan

Bermotor dengan Tarif

Progresif dan upaya hukum

yang bisa dilakukan wajib

Page 13: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

7

pajak apabila terjadi masalah

dalam pemungutan Pajak

Kendaraan Bermotor dengan

Tarif Progresif ?

2 Desak

Widhiatuti.

Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu

Politik.

Universitas

Hasanuddin.

Tahun 2016

Efektivitas Pemungutan

Pajak Kendaraan Bermotor

Di Kantor Bersama Samsat

Polewali Mandar.

Bagaimana efektivitas

pemungutan pajak kendaraan

bermotor di Kantor Bersama

Samsat Polewali Mandar ?

Sumber : http://repository.unair.ac.id/11059/1/8.%20Skripsi.pdf ;

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/17740/LENGKAP.pdf?s

equence=1

Dari hasil penelusuran diatas, dengan ini penulis menyatakan bahwa

tulisan yang berjudul Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5

Tahun 2005 berkaitan dengan Pemindahan Kendaraan Bermotor adalah

sepenuhnya hasil pemikiran dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Page 14: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

8

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya ilmiah ini terdiri dari dua tujuan, yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus.

1.5.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengatahui dan mengkaji

pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan

dengan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar.

1.5.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini

pertama adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah pengaturan

dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah

Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005, kedua untuk mengetahui apakah yang

menjadi kendala dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor yang

berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam

bidang pendidikan terutama dalam bidang Ilmu Hukum khususnya Hukum

Administrasi Negara berkaitan dengan prosedur pemindahan kendaraan bermotor

di Kota Denpasar.

Page 15: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

9

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang hendak ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain:

a) Bagi penulis adalah kajian ini bermanfaat untuk mengetahui dan juga

menambah pengetahuan mengenai Peraturan Daerah Kota Denpasar

Nomor 5 Tahun 2005 terutama mengenai prosedur pemindahan kendaraan

bermotor dijalan.

b) Bagi masyarakat diharapkan dengan adanya peraturan daerah ini,

masyarakat memperoleh penjelasan bahwa penerapan Peraturan Daerah ini

guna memberikan ketaatan dan kedisiplinan serta kenyamanan dalam

berlalu lintas bagi masyarakat yang berada di Kota Denpasar.

c) Bagi pemerintah adalah dapat menginformasikan secara jelas kepada

masyarakat tentang penegakan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5

Tahun 2005 khususnya yang berkaitan dengan prosedur pemindahan

kendaraan bermotor.

1.7 Landasan Teoritis

Untuk mengkaji permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini digunakan

beberapa landasan teoritis sebagai berikut:

1.7.1 Teori Negara Hukum

Teori negara hukum dipergunakan sebagai landasan teoritis yang relevan

dipergunakan dalam penelitian ini. Hal ini karena ajaran negara hukum

merupakan hal yang ingin diwujudkan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak awal kemerdekaan hingga

Page 16: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

10

pasca amandemen. Dalam negara hukum, hukum memiliki kedudukan tertinggi

dalam negara sehingga setiap hal dilaksanakan berdasarkan aturan hukum yang

berlaku. Secara Konstitusional Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini

tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah

negara hukum”. Untuk dapat disebut sebagai negara hukum maka harus memiliki

dua unsur pokok yakni adanya perlindungan Hak Asasi Manusia serta adanya

pemisahan dalam negara2.

Istilah negara hukum di Indonesia dipadankan dengan 2 (dua) istilah

bahasa asing yaitu Rechtstaat dan Rule of Law, namun kedua istilah tersebut

haruslah dibedakan. Rechtstaat merupakan istilah dari bahasa Belanda yang

digunakan untuk menunjuk tipe negara hukum yang diterapkan di negara-negara

yang menganut civil law system. Istilah Rule of Law berasal dari bahasa Inggris

dan digunakan untuk menunjuk tipe negara hukum dari negara-negara yang

menganut common law system.3

Kemudian di jelaskan unsur-unsur yang terdapat didalam istilah Rechtsaat

oleh Frederich Julius Stahl yaitu ; Unsur-unsur Rechtstaat menurut Frederich

Julius Stahl terdiri atas 4 (empat) unsur pokok, yaitu:

a. Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;

b. Adanya pembagian kekuasaan didasarkan pada teori trias politika;

c. Pemerintah berdasarkan undang-undang (wetmatigheid van bestuur); dan

d. Adanya peradilan administrasi atau peradilan tata usaha negara dalam

perselisihan (ada peradilan administrasi atau peradilan tata usaha negara yang

2Moh Kusnardi dan Bintang R. Saranggih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet 4, Gaya

Media Pratama, Jakarta, h. 132. 3I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi

IndonesiaSesudah Perubahan UUD 1945, Setara Press, Malang, h. 157.

Page 17: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

11

bertugas menangani kasus perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh

pemerintah).4

Kemudian di jelaskan unsur-unsur yang terdapat didalam Konsep Rule of

Law dikemukakan oleh A.V. Dicey memuat 3 (tiga) unsur. Adapun ketiga unsur

Rule of Law yang dikemukakan oleh A.V. Dicey dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Supremasi hukum (supremacy of low)dari regular law untuk menentang

pengaruh dari arbitrary power dan meniadakan kesewenang-wenangan,

prerogative atau discretionary authority yang luas dari pemerintah;

b. Persamaan di hadapan hukum (equality before the law) dari semua golongan

kepada ordinary law of the land yang dilaksanakan oleh ordinary court. Ini

berarti bahwa tidak ada orang yang berada di atas hukum, baik pejabat maupun

warganegara biasa berkewajiban menaati hukum yang sama;

c. Konstitusi adalah hasil dari the ordinary law of the land, bahwa hukum

konstitusi bukanlah sumber tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak

individu yang dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan, singkatnya, prinsip-

prinsip hukum privat melalui tindakan peradilan dan parlemen sedemikian

diperluas sehingga membatasi posisi Crown dan pejabat-pejabatnya.5

Sebagaimana dikemukakan konsep negara hukum terdapat dua konsep

yaitu Rechtstaat dan Rule of Law, dimana dalam konsep Rechtstaat menyatakan

bahwa tindakan pemerintah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

wetmatigheid van bestuur/Asas Legalitas, dari sini dapat dilihat bahwa terdapat

hubungan antara asas legalitas dengan kepastian hukum karena semua tindakan

pemerintah harus berdasarkan hukum.

1.7.2 Teori Kewenangan

Wewenang merupakan hal yang esensial dalam kajian hukum administrasi

negara karena berhubungan dengan pertanggungjawaban hukum dan penggunaan

wewenang tertentu. Dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara,

4Yopi Gunawan, 2015, Perkembangan Konsep Negara Hukum & Negara Hukum Pancasila

, PT Refika Aditama, Bandung, h. 50. 5Iriyanto A Baso Ence, 2006, Negara Hukum dan Hak Uji Kosnstitusionalalitas Mahkamah

Konstitusi, Alumni, Bandung, h. 41.

Page 18: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

12

istilah “kekuasaan” dan “wewenang” terkait erat dengan pelaksanaan fungsi

pemerintahan, karena dalam teori kewenangan dijelaskan bahwa untuk

melaksanakan fungsi pemerintahan, kekuasaan dan kewenangan sangatlah

penting. Bedanya antara kekuasaan dengan wewenang (authority) adalah bahwa

setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan,

sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau

sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari

masyarakat.6

Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang wewenang dalam kaitanya

dengan kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang

berasal dari kekuasaan legislatif (diberikan oleh Undang-Undang) atau dari

kekuasaan eksekutif/administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap

golongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang

pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang

hanya hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam kewenangan

terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan

sesuatu tindak hukum publik.7

Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama

dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat

atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban

(rechten en plichten). Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung

pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zalfregelen) dan mengelola sendiri

6Soerjono Soekanto, 1980, Pokok Pokok Sosiologi Hukum, CV. Rajawali, Jakarta,

(selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h. 80. 7Prajudi Atmosudirdjo, 1981, HukumAdministrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 29.

Page 19: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

13

(zelfbesturen), sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk

menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti

kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan

negara secara keseluruhan.8

Secara teori kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-

undangan diperoleh dengan tiga cara, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Dalam

hal ini, Van Wijk mendefinisikan hal-hal tersebut sebagai berikut :

1. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-

undang kepada organ pemerintahan.

2. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari satu organ

pemerintah kepada organ pemerintah lainnya.

3. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangan

dijalankan oleh organ lainnya atas namanya.9

Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan

negara oleh Undang-Undang Dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat

adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.

Berdasarkan pemaparan diatas, terkait dengan teori kewenangan pada

penulisan skripsi ini, yang berjudul pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar

Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor

merupakan kewenangan dari Dinas Perhubungan sebagaimana dijelaskan pada

pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang

Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan. Sehingga kewenangan Dinas

Perhubungan dikualifikasikan sebagai mandat. Mandat yang dimaksud merupakan

8Ridwan HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h .99. 9Hutauruk Marulam, 1978, Asas-Asas Ilmu Negara, Erlangga, Jakarta, h. 102.

Page 20: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

14

penjabaran dari penegasan Pasal 2 ayat (2) Perda Kota Denpasar Nomor 5 Tahun

2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan.

1.7.3 Teori Efektivitas Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman prilaku dalam

lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Menurut Soerjano Soekanto inti dari penegakan hukum adalah

keserasian hubungan antara nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang

mantap dan berwujud dengan prilaku sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap

akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan

hidup. Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa penegakan hukum bukanlah

semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun di dalam

kenyataan di Indonesia kecenderungan adalah demikian, sehingga pengertian law

enforcement begitu popular.10

Berdasarkan penjelasan diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan

sementara, bahwa masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada

faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti

yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor

tersebut. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut :11

a. Faktor hukumnya sendiri

10Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h. 7. 11Ibid, h. 8.

Page 21: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

15

Dalam faktor hukumnya sendiri, akan dibatasi pada undang-

undang saja.Mengenai faktor hukum dalam hal ini dapat di ambil contoh

pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang

Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan.

b. Faktor penegak hukum

Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum. Proses penegakan hukum dalam kenyataannya

memuncak pada pelaksanaan oleh para pejabat penegak hukum itu

sendiri.12 Penegakan hukum akan dibatasi pada kalangan yang secara

langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya

mencakup law enforcement, akan tetapi juga peace maintenance.13

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin

penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan fasilitas

tersebut antara lain, mencangkup tenaga manusia yang berpendidikan dan

terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang

cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil

penegakan hukum akan mencapai tujuannya.14

Penegakan peraturan akan berjalan dengan baik jika aparat

penegakan memiliki pendidikan yang memadai, memiliki tata kelola

organisasi yang baik, ditambah dengan keuangan yang mencukupi.

12Yuniasril Ali, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.244. 13Soerjono Soekanto II, op.cit, h. 19. 14Ibid, h.37.

Page 22: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

16

d. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari

sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum

tersebut.15 Masyarakat Indonesia mempunyai pendapat mengenai hukum

antara lain :

1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan,

2. Hukum diartikan sebagai disiplin, yakni sistem ajaran tentang

kenyataan,

3. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni patokan

perilaku pantas yang diharapkan,

4. Hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis),

5. Hukum diartikan sebagai petugas ataupun pejabat,

6. Hukum diartikan sebagai keputusan pejabat atau penguasa,

7. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan,

8. Hukum diartikan sebagai prilaku teratur dan unik,

9. Hukum diartikan sebagai jalinan nilai,

10. Hukum diartikan sebagai seni.16

Masalah yang timbul sebagai akibat anggapan masyarakat adalah

mengenai penerapan perundang-undangan. Kalau penegak hukum

menyadari bahwa dirinya dianggap hukum oleh masyarakat, maka tidak

mustahil bahwa perundang-undangan ditafsirkan terlalu luas atau terlalu

sempit. Selain itu, mungkin timbul kebiasaan untuk kurang menelaah

perundang-undangan yang kadangkala tertinggal dengan perkembangan di

dalam masyarakat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, anggapan-anggapan dari

masyarakat tersebut harus mengalami perubahan-perubahan di dalam

15Ibid,h.45. 16Ibid, h. 45-46

Page 23: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

17

kadar-kadar tertentu. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan

melalui penerapan atau penyuluhan hukum yang senantiasa dievaluasi

hasil-hasilnya, untuk kemudian dikembangkan lagi. Kegiatan-kegiatan

tersebut nantinya akan dapat menempatkan hukum pada kedudukan dan

peran yang semestinya.17

e. Faktor kebudayaan

Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang

mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-

konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan

apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut,

lazimnya merupakan pasangan nilai nilai yang mencerminkan dua keadaan

ekstrim yang harus diserasikan.

Pasangan nilai yang berperan dalam hukum, adalah sebagai berikut :

1. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman,

2. Nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah/keakhlakan,

3. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/inovatisme.18

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena

merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari pada

efektivitas penegakan hukum.19

17Ibid,h.54-55. 18Ibid, h.59-60. 19Ibid, h. 9.

Page 24: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

18

1.8 Metode Penelitian

Penentuan metode penelitian yang tepat sangat penting dalam sebuah

penelitian. Metode merupakan cara untuk melaksanakan pekerjaan, pemilihan,

metode yang tepat akan mempermudah suatu penelitian. Metode ilmiah

merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi

ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Hal ini

sejalan dengan esensi ilmu untuk memperoleh interelasi yang sistematis.20

Adapun metode yang digunakan dalam skripsi ini meliputi :

1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa

dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.21

Penelitian yang dilakukan dalam kaitannya dengan penulisan penelitian ini

termasuk jenis penelitian hukum empiris. Penelitian Hukum empiris merupakan

penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya

kesenjangan antar norma dengan prilaku masyarakat (kesenjangan antara das

Sollen dan das Sein atau antara the Ought dan the is atau antara yang seharusnya

dengan senyatanya di lapangan). Obyek penelitian hukum empiris berupa

pandangan, sikap, dan prilaku masyarakat dalam penerapan hukum.22

Peter Mahmud Marzuki berpendapat bahwa penelitian hukum empiris

adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama

20Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, h.

44. 21Soerjono Soekanto, 2004, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, (selanjutnya disingkat

Soerjono Soekanto III) h.42. 22Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Udayana, Denpasar, hal. 77.

Page 25: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

19

dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan,

wawancara ataupun penyebaran kuisioner dan data yang diperoleh dari

kepustakaan sebagai sumber kedua.23 Penelitian hukum empiris adalah sebuah

metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian nyata

atau dapat dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya hukum di

masyarakat.24

Berdasarkan atas pandangan diatas orientasi pengkajian dalam kajian ini

menitik beratkan mengenai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 5

Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Penelitian hukum umumnyamengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni :

a) Pendekatan Kasus (The Case Approach)

b) Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach)

c) Pendekatan Fakta (The Fact Approach)

d) Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual

Approach)

e) Pendekatan Frasa (Words & Phrase Approach)

f) Pendekatan Sejarah (Historical Approach)

g) Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)25

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan-pendekatan.

Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum ini adalah pendekatan

23Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 35. 24Amiruddin dan Zainal Azikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h. 133. 25Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana, Op.cit, h. 80.

Page 26: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

20

perundang-undangan, dan pendekatan fakta. Pendekatan perundang-undangan

dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut

paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.26 Pendekatan fakta dilakukan

dengan cara mengadakan penelitian berupa wawancara dan data-data langsung

pada suatu instansi atau lembaga yang menjadi obyek penelitian.

1.8.3 Bahan Hukum

Dalam penyusunan skripsi ini sumber data yang didapatkan dengan

penelitian lapangan yang menghasilkan data primer dan penelitian kepustakaan

yang menghasilkan data sekunder.

1. Data primer yang sumber datanya diperoleh dari penelitian secara

langsung dilapangan (field research) melalui wawancara.

2. Data sekunder adalah data yang dapat diperoleh dengan metode penelitian

kepustakaan (library Research), yaitu penelitian yang dilakukan terhadap

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang

berwujud laporan dan seterusnya yang berhubungan dengan masalah yang

di bahas.27

Data dan bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari :

a. Data primer adalah data yang diperoleh dari informasi yang berkaitan

dengan kejadian di lapangan. Dalam hal ini dilakukan di Dinas

Perhubungan Kota Denpasar.

26Peter Mahmud Marzuki,op.cit, h. 93. 27Rony Hanitjo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum, dan Jurimetri, Cet III, Ghalia

Indonesia, Jakarta, h. 14.

Page 27: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

21

b. Data sekunder adalah data yang di dapat dari dokumen-dokumen, buku-

buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.

Adapun bahan bahn hukum yang diteliti sebagai berikut :

a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai

otoritas (autoritatif). Bahan hukum primer terdiri atas peraturan

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan suatu peraturan perundang-undangan, dan putusan

hakim.28 Bahan hukum primer dalam penulisan ini adalah bahan

hukum berupa peraturan perundang-undangan, antara lain yaitu

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan,

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang

Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat

Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota

Denpasar, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005

tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan,

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Kebersihan dan Ketertiban Umum.

b) Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum

yang merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut

28H. Zainuddin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 47.

Page 28: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

22

terdiri atas (a) buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau

beberapa permasalahan hukum, termasuk skripsi, tesis, dan

disertasi hukum, (b) kamus-kamus hukum, (c) jurnal-jurnal

hukum, dan (d) komentar-komentar atas putusan hakim.29 Bahan

hukum sekunder dalam penulisan ini adalah buku-buku,

tulisan/karya ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini yaitu :

a. Teknik wawancara (interview), merupakan salah satu teknik dalam

penelitian untuk mengumpulkan data. Wawancara adalah teknik

penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung

(tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara wawancara

dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.30 Dalam hal ini teknik

wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara kepada informan

di Dinas Perhubungan Kota Denpasar.

b. Teknik observasi/pengamatan, merupakan salah satu teknik dalam

penelitian untuk mengumpulkan data. Observasi/pengamatan dilakukan

dengan secara langsung kelapangan guna memperoleh data-data yang

diperlukan dalam penulisan skripsi.

1.8.5 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan ini dengan menggunakan

teknik analisis kualitatif atau yang juga sering dikenal dengan analisis

29Ibid, h. 54. 30Wina Sanjaya, 2013, Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode, dan Prosedur), Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, h. 263.

Page 29: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat

23

deskriptifkualitatif maka keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer

maupun sekunder, diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara

sistematis, digolongkan dalam pola dan tema, diklasifikasikan, dihubungkan

antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami

makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti

setelah memahami keseluruhan kualitas data.31 Dengan demikian penulisan skripsi

ini dilakukan dengan menelaah data primer dan sekunder yang telah terkumpul,

kemudian dianalisis menurut disiplin ilmu Hukum Administrasi Negara sehingga

menjadi pembahasan yang sinergi dan terpadu. Deskripsi dilakukan untuk

menguraikan dimana duduk permasalahannya dan argumentasi dilakukan untuk

memberikan argumentasi penyelesaian masalah yang terjadi berdasarkan data

yang ada.

31Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana, Op.cit, h. 88.

Page 30: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat