daftar isi -...
TRANSCRIPT
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
II. TUJUAN DAN SASARAN ................................................................................6
III. LINGKUP KEGIATAN ......................................................................................7
IV. WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI............................................................7
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS...............................................................7
V. WILAYAH PULAU SUMATERA.....................................................................10
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS...............................................................10
2. KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS......13
3. KAWASAN PERBATASAN.........................................................................15
VI. WILAYAH PULAU KALIMANTAN................................................................27
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS...............................................................27
2. KAWASAN PERBATASAN.........................................................................29
VII. WILAYAH PULAU SULAWESI.......................................................................45
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS...............................................................45
2. KAWASAN PERBATASAN.........................................................................47
VIII. WILAYAH PULAU MALUKU .........................................................................50
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS...............................................................50
2. KAWASAN PERBATASAN.........................................................................51
IX. WILAYAH PULAU NUSA TENGGARA .........................................................55
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS...............................................................55
2. KAWASAN PERBATASAN.........................................................................57
X. WILAYAH PULAU PAPUA..............................................................................71
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS...............................................................71
2. KAWASAN PERBATASAN.........................................................................73
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Lokasi KEK Tanjung Lesung................................................................. 8
Gambar 2 Lokasi KEK Sei Mangkei .................................................................... 12
Gambar 3 Lokasi KEK Sei Mangkei .................................................................... 13
Gambar 4 Konsep Penciptaan Nilai Tambah ........................................................ 15
Gambar 5 Peta Sebaran Lokpri Pulau Sumatera ................................................... 16
Gambar 6 Lokasi KEK MBTK ............................................................................. 27
Gambar 7 Citra Kondisi Existing PLBN Entikong ............................................... 35
Gambar 8 Lokasi KEK Palu.................................................................................. 46
Gambar 9 Lokasi KEK Bitung.............................................................................. 47
Gambar 10 Lokasi KEK Morotai.......................................................................... 51
Gambar 11 Arah Pengembangan PKSN Saumlaki ............................................... 54
Gambar 12 Citra Kondisi Existing PLBN Wini Kabupeten Timor Tengah Utara 63
Gambar 13 Citra Kondisi Existing PLBN Mota’ain ............................................. 66
Gambar 14 Citra Kondisi Existing PLBN Motamasin.......................................... 69
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
1
LAPORAN AKHIR
KOORDINASI STRATEGIS KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)PERENCANAAN PROGRAM KAPET, KPBPB, KEK, DAN KAWASAN
PERBATASAN NEGARA
I. PENDAHULUAN
Sebagaimana amanat UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
yang diperjelas dengan PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN), menegaskan Kawasan Strategis Nasional
(KSN), merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang
berpengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain
di bidang yang sejenis dan di bidang lainnya,dan atau terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat.Kawasan Strategis Nasionaladalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan keamanan,
ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
Dalam rangka pengembangan KSN, kegiatan tahun 2015 akan
difokuskan pada koordinasi pelaksanaan KSN bidang ekonomi, bidang
pertahanan keamanan, dan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Lainnya
(KSCT). KSN bidang ekonomi mencakup: (1) Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET); (2) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK); dan (3)
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB). KSN bidang
pertahanan keamanan mencakup Kawasan Perbatasan Negara (KPN).
Sedangkan KSCT meliputi kawasan strategis dengan potensi pertumbuhan
tinggi, termasuk di dalamnya Kawasan Perhatian Investasi (KPI).
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan KSN bidang ekonomi
sejak sewindu terakhir ini, antara lain:
1. UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang diperjelas dengan
PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) belum mencantumkan KEK ke dalam KSN;
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
2
2. Belum berfungsinya KAPET sebagai motor penggerak utama sebagai
penyeimbang pertumbuhan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI)
dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI);
3. Masih minimnya pembiayaan infrastuktur dalam pengembangan KSN,
baik yang dibiayai melalui tanggung jawab pemerintah maupun
investasi swasta;
4. Kelembagaan KSN di tingkat pusat maupun di tingkat daerah masih
belum efektif. Koordinasi antar lembaga masih lemah, sehingga masih
banyak terjadi ketidaksinkronan informasi;
5. Belum dilimpahkan sepenuhnya kewenangan di bidang perizinan
sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 24 UU No. 39 tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus;
6. Lambatnya penetapan KEK Palu dan Bitung, serta cepatnya penetapan
KEK Morotai, Tanjung Api-Api, dan Mandalika menyebabkan
munculnya 5 KEK baru pada tahun 2014, sehingga perlu adanya
koordinasi yang lebih intens dibandingkan tahun 2014;
7. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam KSN masih belum
sesuai standar. Kondisi ini berimplikasi pada rendahnya upah buruh;
8. Keterisolasian infrastruktur dasar wilayah dan pelayanan sosial dasar
KPN;
9. Pusat pertumbuhan lokasi prioritas (lokpri) KPN yang belum
berkembang;
10. Belum terselesaikannya sepuluh segmen batas wilayah (outstanding
boundary problem) dan duaunresolved segments di darat, serta
beberapa segmen batas di wilayah laut perbatasan Negara;
11. Belum optimalnya pengamanan dan pengelolaan batas wilayah darat,
laut, dan udara di KPN;
12. Belum sinkronnya pengelolaan perbatasan Negara.
Dalam arahan kebijakan Rancangan Teknokratik Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RT RPJMN 2015-
2019), percepatan pengembangan KSN bidang Ekonomidan KSCT
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
3
dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,
termasuk diantaranya di 10 KEK, 13 KAPET, 4 KPBPB, 169 KPI, terutama
di masing-masing koridor ekonomi Kalimatan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua. Hal ini dilakukan dengan percepatan pengembangan
klaster-klaster industri pengolahan hasil sumber daya alam sesuai dengan
potensi dan keunggulan masing-masing wilayah, terutama yang mempunyai
nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak kesempatan kerja.
Sedangkan pengembangan KSN bidang pertahanan keamanan
diarahkan untuk mempercepat pembangunan kawasan perbatasan di
berbagai bidang, terutama peningkatan bidang ekonomi dan keamanan, serta
menempatkan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi
dan perdagangan dengan negara tetangga secara terintegrasi dan
berwawasan lingkungan.
Arah kebijakan KSN bidang ekonomi, pertahanan keamanan, dan
KSCT dilakukan melalui strategi-strategi, yaitu:
1. Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di wilayah
pertumbuhan, antar wilayah pertumbuhan serta antar wilayah koridor
ekonomi atau antar pulau, antara lain percepatan pembangunan
infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan, energi, informasi dan
telekomunikasi, serta air bersih;
2. Peningkatan pengembangan kemampuan SDM dan Iptek;
3. Debottlenecking/deregulasi peraturan-peraturan yang menghambat
pengembangan investasi dan usaha di kawasan pertumbuhan ekonomi;
4. Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif;
5. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi KPN berdasarkan
karakteristik wilayah, potensi lokal, dan mempertimbangkan peluang
pasar negara tetangga dengan didukung pembangunan infrastruktur
transportasi, energi, sumber daya air, dan telekomunikasi;
6. Membangun SDM yang handal serta pemanfaatan pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dalam memanfaatkan dan mengelola potensi lokal,
untuk mewujudkan KPN yang berdaya saing;
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
4
7. Membangun konektivitas simpul transportasi utama Pusat Kegiatan
Strategis Nasional (PKSN) dengan lokpri (Kecamatan disekitarnya),
Pusat Kegiatan Wilayah (Ibukota Kabupaten), Pusat Kegiatan Nasional
(Ibukota Provinsi). Untuk kawasan perbatasan laut, pelayanan
transportasi laut perlu peningkatan kualitas dan intensitas pelayanan.
Konektivitas simpul transportasi juga didorong untuk menghubungkan
dengan negara tetangga. Membuka akses transportasi darat, sungai,
laut, dan udara di dalam lokpri dengan jalan/moda/dermaga non status
dan pelayanan keperintisan;
8. Melakukan transformasi kelembagaan lintas batas negara, yaitu
Costum, Immigration, Quarantine, Security (CIQS) menjadi satu sistem
pengelolaan yang terpadu;
9. Meningkatkan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana-
prasarana pengamanan perbatasan laut dan darat, serta melibatkan peran
aktif masyarakat dalam mengamankan batas dan kedaulatan negara;
10. Penegasan batas wilayah negara di darat dan laut melalui Pra-
investigation, refixation, maintanance (IRM), pelaksanaan IRM,
penataan kelembagaan diplomasi perundingan yang didukung oleh
kelengkapan data/peta dukung dan kapasitas peran dan fungsi
kelembagaan yang kuat; dan
11. Meningkatkan kerjasama perdagangan (Border Trade Aggreement) dan
kerjasama pertahanan dan keamanan batas wilayah dengan negara
tetangga.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) periode
ketiga (tahun 2015-2019) mengamanatkan pada RPJMN 2015-2019 dengan
tema “Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang
dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan IPTEK yang terus meningkat”. Terdapat strategi yang berbeda
antara KSN bidang Ekonomi dan KSCT, dengan KSN bidang pertahanan
keamanan dalam mendukung arah tema besar RPJMN 2015-2019.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
5
KSN bidang ekonomi dan KSCT menjadi kunci dalam percepatan
pembangunan ekonomi Indonesia serta pemerataan pertumbuhan antara KBI
dengan KTI. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, KSN bidang ekonomi
dan KSCT perlu bersinergi dengan konsep Master Plan Percepatan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang meliputi 6 koridor
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua-
Kepulauan Maluku. KSN bidang ekonomi dan KSCT menjadi alur konsep
konektivitas industri hulu-hilir. Konsep konektivitas indutri hulu-hilir
merupakan konsep produksi yang memproses barang mentah hingga
menjadi barang jadi melalui mata rantai produksi yang terstruktur untuk
memberikan nilai tambah tinggi pada barang hasil produksi. Pengembangan
industri unggulan di tiap daerah menyesuaikan dengan tema koridor MP3EI.
Hasil produksi produk unggulan tersebut kemudian diekspor ke luar negeri
untuk bersaing di pasar global, sekaligus berpotensi meningkatkan cadangan
devisa Negara. Model pengembangan KSN dan KSCT tersebut diprediksi
mampu membuka lapangan pekerjaan dalam jumlah banyak, sehingga
mampu menarik banyak tenaga kerja.
KSN bidang pertahanan keamanan juga menjadi ujung tombak dalam
melaksanakan amanat UU No. 43/2008 tentang Wilayah Negara, telah
disusun dokumen perencanaan pembangunan wilayah perbatasan secara
nasional, telah dihasilkan Grand Design Pengelolaan Batas Wilayah Negara
(BWN) dan Kawasan Perbatasan (KP) serta Rencana Induk Pengelolaan
BWN dan KP. Kedua dokumen perencanaan tersebut dijadikan instrumen
dalam menyusun kebijakan dan program, fasilitasi koordinasi, serta sebagai
pedoman dalam Penyusunan Rencana Aksi Tahunan pengelolaan BWN dan
KP. Namun demikian, karena pengelolaan dan pengembangan wilayah
perbatasan dilaksanakan melalui pendekatan kawasan berbasis Kecamatan
Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar/Terdepan (PPKT) sebagai lokpri
dalam penanganan wilayah perbatasan, maka dokumen perencanaan
pembangunan perbatasan yang ada tersebut masih bersifat umum dan
kurang implementatif. Dengan demikian, kegiatan koordinasi strategis ini
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
6
pun dilaksanakan untuk keberlanjutan dalam hal mengawal penyusunan
dokumen perencanaan pengelolaan kawasan perbatasan yaitu Rencana
Induk (Cetak Biru) Berbasis Kecamatan lokpri yang dapat menjadi
acuankoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi bagi
kementerian/lembaga, SKPD dan para pemangku kebijakan untuk
mendorong percepatan pembangunan batas wilayah negara dan kawasan,
serta sebagai masukan penyusunan RPJMN 2015-2019.
Untuk mendukung tujuan tersebut, diperlukan adanya koordinasi
dengan mitra Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, yaitu:(1)
BP Batam; (2) BPK Sabang; dan (3) BNPP. Selain itu diperlukan juga
kordinasi lintas Kementerian/Lembaga (K/L) terkait dan daerah untuk
merumuskan kebijakan danmenyusun rencana pengembangan KSNdan
KSCTsebagai upaya peningkatan dan percepatan pembangunan yang
komprehensif dan terintegrasi, pengembangan investasi, sarana dan
prasarana transportasi, serta peningkatan kapasitas kelembagaan yang
handal dan profesional.
II. TUJUAN DAN SASARAN
Secara umum pembentukan Tim Koordinasi strategis KSNbertujuan
untuk mendukung tersusunnya langkah-langkah penting dalam rangka
meningkatkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan program
pengembangan KSN, sehingga dapat menjadi penggerak utama bagi
pengembangan daerah, dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan
pengembangan daerah, dan juga untuk memperkuat kerjasama antara
pemerintah pusat (kementerian/lembaga dan daerah) dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara umum. Strategi yang digunakan dalam
membidik pengembangan KSN dan KSCT adalah melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Melaksanakan koordinasi perencanaan upaya-upaya peningkatan
kerjasama K/L dan daerah dalam percepatan pengembangan KSN dan
KSCT;
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
7
2. Menghidupkan dan mengaktifkan kembali peran koordinasi lintas K/L
dalam rangka memberikan masukan bagi perbaikan pembangunan dan
pengelolaan KSN dan KSCT;
3. Meningkatkan koordinasi dalam rangka meningkatkan peran K/L dan
pemerintah daerah dalam percepatan pembangunan dan pengembangan
KSN dan KSCT.
Sasaran
Sasaran dari kegiatan Koordinasi strategis KSN antara lain:
1. Terwujudnya sinergi lintas stakeholders dalam percepatan
pengembangan KSN dan KSCT;
2. Terwujudnya dokumen perencanaan yang komperhensif guna
mendukung percepatan pengembangan KSN dan KSCT.
III. LINGKUP KEGIATAN
Adapun lingkup kegiatan koordinasi strategis KSN dan KSCT, secara
substansi kegiatan dikelompokkan ke dalam koordinasi perencanaan dan
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program, untuk mendukung
pengembangan KSN dan KSCT.
IV. WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung ditetapkan melalui
PP Nomor 26 Tahun 2012 tentang KEK Tanjung Lesung yang berlokasi di
Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan
luasan lahan pengembangan KEK sebesar 1.500 hektare. KEK Tanjung
Lesung memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan menjadi
salah satu destinasi internasional. Pengusul dan pembangun KEK Tanjung
Lesung adalah PT Banten West Java Tourism Development (PT BWJ).
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
8
KEK Tanjung Lesung telah resmi beroperasi pada tanggal 23 Februari
2015 ditandai dengan adanya ground breaking kawasan Marina dan
terminal cruise. Di dalam KEK Tanjung Lesung telah terdapat beberapa
sarana penunjang seperti Tanjung Lesung Beach Hotel, Kalicaa Villa Estate,
Bluefish Hotel, Sailing Club and Resort, dan Legon Dadap Village.
Rencana pengembangan infrastruktur yang akan mendukung kegiatan
KEK Tanjung Lesung diantaranya adalah 1) Pelabuhan cruise, 2)
Peningkatan kapasitas jalur kereta Jakarta – Rangkasbitung dan reaktivasi
jalur kereta Rangkasbitung – Labuan; 3) Pembangunan Jalan Tol Serang-
Panimbang dan akses jalan alternatif lainnya; dan 4) Pembangunan Bandara
Umum Banten Selatan di Kecamatan Panimbang.
Gambar 1 Lokasi KEK Tanjung Lesung
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
9
Pengembangan Cruise Terminal dan Marina telah disepakati melalui
memorandum of understanding antara PT BWJ dengan PT. Pelindo II untuk
membangun pelabuhan seluas 100 ha. Pelabuhan ini memiliki nilai invesari
sebesar Rp 586 Miliar dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
wisatawan mancanegara.
Rencana pembangunan Jalan Tol Serang Panimbang dimaksudkan
sebagai penunjang konektivitas yang menghubungkan Kota Serang (Serang)
dengan KEK Tanjung Lesung (Panimbang) serta menumbuhkan pusat-pusat
kegiatan baru di sepanjang ruas Jalan Tol Serang-Panimbang. Rencana ini
tertuang dalan rencana aksi KEK Tanjung Lesung untuk diwujudkan
selama-lamanya 3 tahun sejak PP tentang KEK Tanjung Lesung ditetapkan.
Sejalan dengan rencana aksi tersebut, Presiden Jokowi dalam
kunjungannya meyampaikan harapan agar percepatan pembangunan jalan
tol dapat direalisasikan pada tahun 2018. Saat ini, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat masih melakukan review terkait dengan hasil
studi kelayakan pembangunan jalan tol serang-panimbang yang
menyimpulkan hasil bahwa pembangunan jalan tol tersebut layak secara
ekonomi, namun tidak layak secara finansial. Hingga saat ini, capaian
pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang sebagai berikut:
1. Proses Amdal sedang berjalan, konsultan dibantu melalui DIPA
Kementerian Perekonomian sebagaimana hasil tindak lanjut Workshop
Percepatan Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang di Ratu Hotel
Bidakara tanggal 9 Juni 2015;
2. FS yang telah disampaikan saat ini sedang direview oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Ditargetkan Bulan Oktober telah selesai; dan
3. Pembebasan lahan sepanjang 20 KM dari 25 KM (80%) telah dilakukan
oleh PT. BWJ. Bentuk Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
(KPBU) yang direncanakan adalah Supported Build Operate Transfer (S-
BOT).
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
10
Pembangunan Bandara Umum Banten Selatan masih dalam tahap
proses pembahasan dengan Kementerian Perhubungan terkait dengan
investor yang akan membangun. Dalam jangka pendek PT BWJ berencana
untuk membangun Airstrip (bandara khusus) di dalam KEK Tanjung
Lesung untuk mempercepat kepentingan investasi ke dalam kawasan.
Airstrip ini bersifat sementara dan hanya dapat diakses oleh pesawat terbang
dengan kapasitas terbatas (hingga 14 orang).
PT. BWJ juga telah melakukan promosi dan melakukan
penandatanganan MoU dengan calon investor potensial. Beberapa sektor
yang telah memiliki investor adalah:
1. Pusat Kajian Budaya Maritim Nasional oleh President University;
2. Resort di 2 lokasi masing-masing oleh Eastern Latitudes, Ltd. dan Euro
Asia Management (S) Pte, Ltd.;
3. Tanjung Lesung Digital World oleh PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.;
dll.
V. WILAYAH PULAU SUMATERA
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Wilayah Pulau Sumatera memiliki 2 KEK yang terletak di Provinsi
Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. KEK yang berada di Sumatera Utara
adalah KEK Sei Mangkei yang ditetapkan melalui PP Nomor 29 Tahun
2012 dengan lokasi di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun.
KEK Sei Mangkei sudah resmi beroperasi pada bulan Januari 2015. KEK
Sei Mangkei mempunyai rencana pengembangan hingga luas 2.002,77 Ha,
saat ini eksisting pembangunan tahap I seluas 104 Ha. KEK Sei Mangkei
bergerak dibidang industri agro, logistik, dan pariwisata. Komoditi
utamanya adalah sebagai pusat hilirisasi kelapa sawit menjadi Crude Palm
Oil (CPO) dan Oleochemicals.
PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) sebagai pengusul dan
pembangun kawasan berkewajiban untuk membangun infrastruktur dasar di
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
11
dalam kawasan. Adapun beberapa infrastruktur yang sudah dipersiapan
yaitu:
1. WWTP kapasitas 250 m3/jam.
2. Dry Port kapasitas 5.300 TEUs. (Kemenperin)
3. Rel KA sepanjang 2,95 Km. (Kemenperin)
4. Tank Farm kapasitas 2 x 3000 Ton (CPKO) dan 2 x 5000 Ton (CPO).
(Kemenperin)
5. Jalan poros ROW 62, ROW 43 dan ROW 30 sepanjang 4,785 Km serta
saluran induk. (Kemenperin)
Sedangkan rencana pembangunan kawasan untuk tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
1. Tank Farm 6 unit dan tank farm untuk hasil produk turunan sawit.
2. Kolam ROW water dan intake, WTP kap. 500 m3/jam, round tank kap.
500 m3/jam, dan jaringan distribusi air bersih.
3. Jalan kawasan, saluran saluran induk dan pagar Kavling Industri.
4. Dry Port Domestik lengkap dengan sarana penunjang.
5. Kantor Utama kawasan luas 7000 m2 lengkap dengan sarana penunjang.
CPO dan Oleochemicals sebagai bahan dasar dalam pembuatan
berbagai macam produk kosmetik maupun makanan membuat PT Unilever
tertarik untuk menanamkan investasinya di KEK Sei Mangkei. PT Unilever
melalui anak perusahaan PT Unilever Oleochemical Indonesia telah menjadi
achor di KEK Sei Mangkei dan nilai investasi sebesar Rp 2 Triliun.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan KEK Sei Mangkei
diantaranya:
1. Harga gas yang masih terlalu tinggi membuat investor energi masih
belum dapat berinvestasi di KEK Sei Mangkei.
2. Belum terbitnya surat persetujuan penggunaan lahan untuk pembangunan
(SP2LP) dari Gubernur Sumatera Utara untuk pembangunan Rel Kereta Api di
beberapa ruas.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
12
Gambar 2 Lokasi KEK Sei Mangkei
KEK yang berada di Provinsi Sumatera Selatan adalah KEK Tanjung
Api Api yang ditetapkan melalui PP Nomor 51 Tahun 2014 tentang KEK
Tanjung Api Api. Lokasi KEK Tanjung Api Api berada di Desa Muara
Sungsang dan Desa Teluk Payo, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten
Banyuasin. Gubernur Sumatera Selatan sebagai pengusul diharapkan dapat
mempermudah pembangunan infrastruktur baik di dalam kawasan maupun
di luar kawasan. KEK Tanjung Api Api bergerak di bidang industri agro,
industri manufaktur, dan logistik sebagaimana terlihat pada gambar ..
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
13
Gambar 3 Lokasi KEK Sei Mangkei
Dukungan infrastruktur yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah
adalah pembangunan pelabuhan Tanjung Carat dan peningkatan jalan
provinsi ruas Palembang – Tanjung Api Api sepanjang 68 Ha. Untuk
infrastruktur di dalam kawasan akan dibangun pada tahun 2016.
2. KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS
UU No. 36 tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 Tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang
mendefinisikan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
(KPBPB) adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga
bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan
atas barang mewah, dan cukai. Kelembagaan dalam pengelolaan KPBPB
terdiri atas Dewan Kawasan (DK) dan Badan Pengusahaan KPBPB (BP).
DK ditetapkan oleh Presiden atas usulan Gubernur dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). BP selaku organisasi kelembagaan yang ditetapkan
sebagai pengelola. Kepala dan wakil kepala BP ditetapkan oleh Dewan
Kawasan (DK).
Permasalahan yang terjadi hingga saat ini adalah belum jelasnya status
kelembagaan BP Bintan dan Karimun selaku organisasi kelembagaan yang
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
14
berwenang untuk mengelola masing-masing KPBPB di Bintan dan
Karimun. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko
Ekonomi) berusaha untuk menginisiasi kegiatan FGD dari hasil Kajian
Kelembagaan dalam Peningkatan Daya Saing KPBPB Bintan dan Karimun.
Dalam kajian tersebut dapat ditarik beberapa uraian pembahasan sebagai
berikut:
1. KPBPB memiliki ciri khas tersendiri, beberapa isu yang menyarankan
bahwa sebaiknya KPBPB beralih menjadi Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) merupakan pernyataan yang kurang bijak;
2. BP Batam sebagai amanah dari PP No. 46 tahun 2007 merupakan suatu
benchmark kelembagaan KPBPB, namun sebenarnya konsep tersebut
masih belum sempurna dan masih perlu dikembangkan. PP No. 5 tahun
2011 tentang Perubahan Atas PP No. 46 tahun 2007 tentang KPBPB
Batam mengatur kembali status kelembagaan di BP Batam. PP tersebut
mendasari munculnya PP. No 6 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Keuangan pada BP KPBPB Batam, sehingga BP Batam dapat memiliki
Bagian Anggaran mandiri untuk menggunakan dana APBN (BA 112).
Model pengelolaan keuangan seperti ini yang ingin dicapai oleh BP
Bintan dan Karimun;
3. KPBPB memiliki indeks performa kunci untuk meningkatkan investasi
dan ekspor, berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Kemenko Ekonomi
peningkatan indeks performa kunci ini perlu didukung oleh kemampuan
kelembagaan yang baik;
4. Posisi KPBPB Indonesia saat ini masih dalam tahap memancing
investasi, kawasan sejenis di Malaysia (Penang dan Johor) sudah dalam
tahap memancing inovasi;
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
15
5. Rantai penciptaan nilai tambah dapat dilihat dalam skema berikut:
Gambar 4 Konsep Penciptaan Nilai Tambah
KPBPB masih mengambil peranan sebagai pengolah dan perakitan.
Pada peranan ini nilai tambah yang dihasilkan hanya sebesar 20%.
Diharapkan pada tahun-tahun mendatang KPBPB dapat mengambil
peran sebagai perancang dan pengembangan produk baru (inovasi),
sehingga nilai tambah yang dihasilkan bisa mencapai 70%;
6. Peletakan anggaran BP Bintan dan Karimun dalam anggaran
terprogram BA BUN (BA 999.08) akan menjadi temuan oleh BPK
karena diletakkan pada pos yang tidak seharusnya. Apabila menjadi
temuan BPK, maka anggaran BP Bintan dan Karimun harus dipisahkan
menjadi BA mandiri.
3. KAWASAN PERBATASAN
Wilayah Pulau Sumatera memiliki profil yang cenderung berelief
bergunung di wilayah barat. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya barisan
pegunungan di sepanjang wilayah barat Pulau Sumatera atau yang lebih
sering disebut sebagai Pegunungan Bukit Barisan. Adanya pegunungan
yang membentang dari Aceh hingga Lampung sejauh 1650 Km tersebut
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
16
kemungkinan dipengaruhi oleh zona adanya subduksi di sebelah barat Pulau
Sumatera yang mengakibatkan munculnya gunung – gunung sebagai efek
dari bertumbukanya dua lempeng. Wilayah timur dari Pulau Sumatera
relatif datar dengan sebaran bukit – bukit. Melihat pada kondisi fisiografi
wilayah makrto tersebut. Pulau Sumatera tentunya memiliki persediaan air
yang cukup tinggi untuk sepanjang tahun. Dengan adanya catchment area
yang tersebar dari ujung utara hingga ujung timur Pulau Sumatera dijanjikan
dengan cadangan air dan lahan yang subur. Oleh karena itu Pulau Sumatera
sejatinya memiliki potensi yang tinggi dalam sektor pertanian.
Gambar 5 Peta Sebaran Lokpri Pulau Sumatera
Wilayah perbatasan di Pulau Sumatera tersebar di wilayah barat pulau,
yaitu di Provinsi Nangro Aceh Darusalam, Sumatera Utara , Riau, dan
Kepulauan Riau. Kawasan Perbatasan Negara di Wilayah Pulau Sumatera
sebenarnya sangat strategis dengan adanya Selat Malaka sebagai jalur
strategis pelayaran perdanganan internasional. Selain itu Wilayah Pulau
Sumatera memiliki tiga jalur tol laut, yaitu sisi utara, tengah dan selatan. Hal
tersebut tentunya merupakan peluang besar bagi pengembangan ekonomi di
setiap daerah di dalam Pulau Sumatera. Namun begitu adanya Selat Malaka
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
17
dan jalur tol laut mendatangkan tantangan besar juga bagi daerah,
khususnya Kawasan Perbatasan Negara agar dapat menyiapkan diri untuk
ikut serta dalam aktivitas ekonomi di wilayah yang strategis tersebut. Perlu
adanya penyiapan infrastruktur wilayah dan sumberdaya manusia untuk
dapat menyeimbangi peluang yang ada. Tanpa adanya usaha pengimbangan,
maka Kawasan Perbatasan Negara di Pulau Sumatera hanya akan jadi pasar
atau bahkan penonton dalam aktivitas perdagangan di Selat Malaka.
Pulau Sumatera sendiri memiliki perbatasan dii wilayah laut dengan
Negara Malaysia, Singapura, Thailand, India, dan Vietnam. Wilayah paling
utara berbatasan dengan India dimana di dalam perbatasannya masih sering
terjadi aktivitas ilegal seperti ilegal fishing, trafficking,dan penyelundupan
narkoba. Hal terse. Batas wilayahnya sendiri yang sudah disepakati adalah
berupa Batas Landas Kontinen, sementara untuk Batas Zone Ekonomi
Ekslusif hingga saat ini masih dalam proses perundingan. Hal ini perlu
segera disepakati untuk mempertahankan wilayah negara dan potensi yang
ada di dalamnya. Kemudian untuk perbatasan dengan Thailand, hampir
sama dengan India, yaitu belum disepakatinya Batas Zona Ekonomi
Eksklusif. Namun begitu dalam pengelolaan dan pengamanan perbatasan,
Indonesia dan Thailand memiliki hubungan yang baik dengan kerjasama
yang terjalin dalam penanganan isu terorisme, kerjasama pertahanan dan
pertukaran informasi. Perbatasan Indonesia dengan Vitenam berada di
Kepulauan Anambas dan Kepulauan Natuna. Terdapat multi klaim Zona
Ekonomi Ekslusif antar dua negara terhadap wilayah Laut Cina Selatan
yang menimbulkan konflik sumberdaya maritim. Meskipun Batas Landas
Kontinen sudah disepakati, perlu upaya perundingan untuk segera
menyelesaikan permasalahan tersebut. Wilayah konflik Laut Cina Selatan
memang perlu untuk segera diperjelas batas wilayahnya. Namun begitu
upaya tersebut mengalami kesulitan karena letak batas yang berada di
tengah Laut Cina Selatan. Sulitnya membuat tanda atau monumen tertentu
di wilatah batas tersebut menjadikan banyak masyarakat sekitar tidak
mengetahui batas wilayah antar negara. Kondisi Laut Cina Selatan yang
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
18
tidak stabil juga menyulitkan upaya pengamanan batas negara di kawasan
tersebut. Akibatnya banyak aktivitas ilegal yang kurang mendapat tindak
hukum.
Batas Negara Indonesia dengan Malaysia sendiri di Pulau Sumatera ada
di wilayah sekitar Selat Malaka dan sedikit wilayah Laut Cina Selatan.
Batas antar kedua negara masih dalam proses perundingan. Masalah yang
timbul akibat dari ketidakjelasan batas bukan hanya sebatas pada aktivitas
ilegal dan penangkapan nelayan Indonesia, tetapi juga menyangkut masalah
klaim terhadap wilayah laut dan pulau – pulau di Indonesia. Untuk batas di
Selat Malaka sendiri sudah disepakati dan meliputi Batas Zona Ekonomi
Eksklusif, Batas Laut Teritorial, dan Batas Laut Kontinen yang tersebar di
beberapa titik di Selat Malaka. Namun begitu untuk pemeliharaan dan
penegasan batas memerlukan adanya upaya yang lebih. Hal tersebut
dikarenakan adanya ancaman abrasi dan banjir yang dapat merusak tanda
batas wilayah. Kemudian untuk Batas Indonesia dengan Singapura masih
dalam proses perundingan terutama di sisi timur Singapura untuk beberapa
segmen batas.
Kota Sabang, Provinsi NAD merupakan wilayah paling utara di
wilayah Pulau Sumatera. Posisinya yang strategis dilewati oleh rute
perdagangan internasional memberikan potensi yang baik bagi Kota Sabang
untuk berkembang. Melihat pada potensi sektor yang ada Kota Sabang
adalah sektor jasa. Fungsi Kota Sabang sebagai PKSN menjadikan Kota
Sabang sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sosial. Karena PKSN dan lokpri
di wilayah Kota Sabang langsung berhadapan dengan kawasan perbatasan
maka PKSN Sabang selain sebagai pusat kegiatan juga difungsikan sebagai
pusat pelayanan perbatasan dan gerbang perdagangan internasional. Oleh
karena itu pembangunan infrtastruktur terutama terkait dengan infrastruktur
kemaritiman dan konektivitas harus segera dibangun untuk dapat
menunjang pengembangan wilayah Kota Sabang. Kota Sabang sebagai
PKSN hendaknya dapat menjadikan ruang singgah bagi pedagnan yang
berlayar melewati Kota Sabang. Selain sebagai gerbang perdangan
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
19
internasional dan pelayanan perbatasan, Kota Sabang hendaknya dapat
dijadikan sebagai pusat kegiatan pariwisata di wilayah Iboih yang dapat
menarik dunia internasional. Dalam pengembangan Kawasan Strategis
Nasioanal. Kota Sabang memiliki fungsi strategis sebagai Kawasan
Pelabuhan Bebas Perdagangan Bebas (KPBPB). Sementara untuk Kapet
dipindahkan ke Aceh Besar dan Pidie Jaya. Isu strategis dalam
pengembangan Kota Sabang sebagai Kawasan Pelabuhan Bebas
Perdagangan Bebas adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya tata kelola kelembagaan Badan Pengelola (BP) KPBPB;
2. Kurang harmonisnya peraturan perundangan nasional terhadap KPBPB,
terutama terkait pelimpahan kewenangan ijin investasi dan status hutan
lindung dalam rencana tata ruang wilayah;
3. Kurang harmonisnya hubungan kelembagaan antara perusahaan dengan
tenaga kerja;
4. Kurang baiknya pengelolaan infrastruktur sarana dan prasarana
pendukung kawasan;
5. Belum optimalnya pengelolaan pelabuhan bebas sebagai bisnis.
Dari isu strategis tersebut dapat diketahui bahwa Kota Sabang masih
memerlukan persiapan untuk dapat menunjang fungsi Kota Sabang sebagai
KPBPB, yaitu melalui peningkatan kelembagaan, sistem ketenaga kerjaan
dan pembangunan infrastruktur dasar.
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki satu lokasi prioritas di
Kecamatan Tanjung Beringin sebagai Kawasan Perbatasaan Negara.
Perbatasan yang ada termasuk perbatasan laut yang berada di Selat Malaka.
Tidak jauh berbeda dengan Kota Sabang, Kabupaten Serdang Bedagai pun
memiliki potensi dari adanya jalur pelayaran perdaganan internasional.
Potensi yang ada adalah berupa pertanian dan industri mengingat kontribusi
yang besar pada sektor tersebut dalam PDRB Kabupaten Serdang Bedagai.
Sektor pertanian Kabupaten Sedang Bedagai banyak didukung oleh sub
sektor perikanan dengan berbagai macam hasil tangkapan baik dari
perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Kabupaten Serdang
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
20
Bedagai dapat berfungsi sebagai Kawasan Industri dengan mengandalkan
pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Hasil dari industri tersebut dapat
kemudian dipasarkan melalui PKSN Sabang atau melalui lokasi prioritas
Kecamatan Tanjung Beringin langsung. Untuk mendukung kegiatan
perdagangan di kawasan perbatasan tersebut dapat ditunjang dengan adanya
pembangunan pelabuhan yang dapat menampung kapal – kapal pedagang di
Selat Malaka.
Provinsi Riau memiliki 6 (enam) Kabupaten yang memiliki lokasi
priortias penanganan Kawasan Perbatasan Negara. Pada tahun 2015 fokus
penanganan hanya berada di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten
Bengkalis saja. Penanganan kabupaten lain akan dimulai pada tahun – tahun
berikutnya. Beberapa isu strategis yang ditangkap dalam pembangunan
kawasan perbatasan adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan sarana dan prasarana penyebrangan (pelabuhan) yang
ada ditargetkan dapat melayani hingga ke Malaka, tidak hanya
menghubungkan ke Bengkalis saja.
2. Pembangunan pelabuhan internasional di Muara Tanjung diintegrasikan
dengan pembangunan kawasan industri dan juga pembangunan
ekonomi perbatasan khususnya Riau untuk menjadikan Riau dan Kep.
Riau sebagai pusat pertumbuhan ekonomi maritim yang unggul.
3. Kecepatan pembangunan tol laut di tahun 2015 masih tersendak karena
tidak adanya master plan. Karena lambatnya laju pembangunan
tersebut, beberapa sabuk tol laut di wilayah utara dan selatan masih
belum disambung. Pada akhir 2019 targetnya akan disambungkan.
4. Strategi dalam pembangunan konektivitas darat yang dapat diterapkan
adalah menghubungkan Riau dengan Padang sebagai alternatif akses
Riau dan Padang yang terkendala topografi wilayah. Hal tersebut akan
memfasilitasi penguatan hubungan kerja sama ekonomi antar ke dua
wilayah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
5. Pembangunan sektor pariwisata saat ini jarang disentuh karena terpencil
dan membutuhkan akses ke wilayah tersebut. Dengan adanya UU 23
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
21
tahun 2014, hal tersebut bisa menjadi peluang untuk mengembangkan
kawasan pariwisata di perbatasan dengan pembangunan jalan nasional
yang dapat membuka akses ke wilayah tersebut.
6. Wilayah perbatasan seyogyanya memiliki alokasi DAK yang sangat
tinggi, tetapi karena DAK ini mempunyai unsur politik, DAK yang
masuk ke daerah belum bisa masuk sesuai target. Kedepannya akan
diusahakan bottom up Proposal based agar DAK dapat sesuai target dan
sesuai kebutuhan daerah. Untuk tahun 2016 terdapat 3 jenis DAK :
DAK Reguler, IPD dan DAK Transformasi. Secara kriteria Kawasan
perbatasan masuk ke dalam ketiga DAK tersebut.
7. Selat malaka merupakan selat yang diandalkan dari tiga ALKI yang
ada. Pembangunan Dermaga di wilayah tersebut (Kuala Tanjung) pada
awalnya untuk menyaingi Singapura. Seharusnya pembangunan yang
ada bersifat komplementari baik antar negara dan antar wilayah agar
wilayah dapat maju bersama.
8. Kebijakan pemerintah pusat saat ini masih sangat berorientasi ke
Kawasan Timur Indonesia karena hanya melihat data kuantitatif yang
ada dan kurang mempertimbangkan fakta lapangan. Namun jika melihat
pada kenyataan di lapangan pada tiap – tiap kawasan perbatasan
perbedaanya tidak jauh berbeda. Oleh karena itu pembangunan kawasan
perbatasan sebaiknya tidak fokus ke Kawasan Timur Indonesia saja,
tetapi dapat merata ke seluruh wilayah.
9. Hal yang perlu dilakukan saat ini adalah aksi dari setiap konsep dari
pembangunan yang ada karena konsep pembangunan sudah jelas. Aksi
yang ada harus tidak mengandung unsur ego sektoral agar
pembangunan dapat terintegrasi dengan baik.
10. Permasalahan Perbatasan Provinsi Riau :
a. Kemajemukan Masyarakat
b. Kesra
c. Disintegrasi NKRI
d. Wilayah perbatasan internasional
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
22
e. Illegal logging dan Fishing
f. Perampokan di laut
g. Penyelundupan Narkotika, Senjata Api dan Sembako
11. Tol Laut Selat Malaka sudah selesai. Hal ini harus menjadi strating
point pembangunan wilayah di sekitar tol tersebut dengan membangun
SDM, infrastruktur dan sektor lainnya di kawasan perbatasan sekitar
tol.
12. RTRW menjadi isu khusus di Riau karena dengan tidak adanya RTRW
Pemda tidak bisa memfasilitasi (menunjuk lahan yang di luar kawasan
lindung) investasi dari swasta.
13. Terdapat perbedaan lokpri antara Raperpres Kawasan Perbatasan
Negara oleh satker ATR daerah dengan Lokpri yang ada di RPJMN
2015 - 2019. Pada akhirnya untuk mengatasi masalah tersebut tetap
digunakan daftar lokpri yang berada di dalam RPJMN 2015 – 2019.
14. Perlu adanya penyampaian Renaksi Indragiri Hilir yang telah
disampaikan dalam Rakorbangtas tahun 2015 karena adanya perubahan
renaksi setelah adanya upaya verivikasi.
15. Pemda Kabupaten Indragiri Hilir sudah berencana membangun jalan Ke
Pelalawan yang dapat mempersingkat waktu tempuh, tetapi proses
pembangunan terkendala masalah kawasan hutan. Tindak lanjut dari
masalah tersebut adalah dengan melakukan deliniasi ulang dengan
penegasan kawasan hutan agar pembangunan dapat segera berlangsung.
Skema pendanaan bisa menggunaan DAK tergantung dengan status
jalan dan fungsi dari jalan tersebut. Untuk sementara pembangunan
jalan tidak bisa dilaksanakan karena tidak berprinsip clean celar and
clear dan justru dapat menimbulkan masalah lain karena ketidakjelasan
lahan.
16. Isu kelembagaan mengenai lembaga – lembaga pengelola perbatasan di
kawasan perbatasan sudah dijelaskan dengan baik, tetapi dalam usaha
perbaikannya sepertinya belum optimal dilakukan. Progres – progres
tusi dari setiap lembaga pun belum jelas. Output kegiatan yang ada
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
23
seharusnya tidak hanya dokumen – dokumen laporan saja, melainkan
capaian – capaian dan dampak dari pembangunan kawasan perbatasan
yang ada. Dari segi kelembagaan memang hanya sedikit lembaga yang
bekerja sesuai dengan Nawa Cita.
17. Kondisi saat ini, Titik Referensi yang berada di pulau Batu Manggi
berbatasan langsung dengan perbatasan Malaysia. Diharapkan usulan
reklamasi pembangunan TR sudah difasilitasi ke BNPP. Hasil survey
ke lapangan terdapat temuan kapal asing yang sedang memetakan
wilayah kawasan perbatasan yang ada. Usulan yang ada sepertinya
belum terakomodir Bappenas.
18. Sepertinya pembangunan saat ini hanya mengarah ke timur saja. Belum
jelas waktu pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan di wilayah
barat Indonesia, padahal saat ini isu masuknya narkoba karena
lemahnya perbatasan menjadi isu utama yang harus segera ditangani
Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki 6 lokpri, yaitu Merbau,
Rangsang, Pulau Merbau, Tasik Putri Uyu, dan Rangsang Pesisir.
Penanganan 2015 fokus pada Kabupaten Rangsang Barat dan Rangsang
Pesisir. Potensi pengembangan kawasan perbatasan di Kabupaten
Kepulauan Meranti lebih variatif. Hal tersebut dikarenakan proporsi
kontribusi sektor dalam PDRB yang relatif terdistribusi untuk sektor
pertanian, pertambangan, perdagangan, dan industri. Potensi – potensi
tersebut sudah didukung dengan adanya Pelabuhan Tanjung Harapan yang
merupakan Pelabuhan untuk rute domestik dan internasional. Harapanya
pelabuhan tersebut dapat memberikan pemicu pembangunan kawasan
perbatasan dengan mengandalkan komoditas lokal dan industri lokal sebagai
pencipta nilai tambah. Infrastruktur yang perlu diperbaiki adalah
konektivitas darat wilayah. Hal tersebut dikarenakan sekitar 50% jalan di
Kabupaten Kepulauan Meranti masih berupa jalan tanah. Beberapa masalah
dalam pengembangan kawasan perbatasan adalah mengenai Kabupaten
Meranti yang memiliki resoko abrasi yang besar sehingga wilayah
pesisirnya semakin tergerus. Hal tersebut dapat berdampak pada aktivitas
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
24
sosial ekonomi masyarakat kepesisiran Kabupaten Meranti. Kemudian
untuk telekomunikasi, beberapa wilayah tidak menerima siaran televisi dan
radio Indonesia. Setiap hari yang masyarakat perbatasan Kabupaten Meranti
lihat dan dengar adalah acara milik Negara Malaysia. Hal tersebut tentu
dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat dan wawasan nusantara
masyarakat perbatasan Kabupaten Meranti.
Kabupaten Bengkalis meliputi wilayah Pulau Sumatera dan wilayah
Pulau Bengkalis. Potensi unggulan dari Kabupaten Bengkalis adalah dari
sektor pertambangan minyak bumi. Selain itu karena tanah di Kabupaten
Bengkalis kaya akan kandungan organik maka sektor pertanian di wilayah
ini dapat dikembangkan. Komoditas yang ada di dalam wilayah seharusnya
dapat didukung oleh industri pengolahan untuk memberikan nilai tambah
dari komoditas yang ada terutama pertambangan. Hal ini telah dibuktikan
dengan adanya Pengembangan Kawasan Industri Bukit Batu yang tetap
berwawasan lingkungan dan mensinergiskan beberapa kawasan perbatasan
sekaligus. Namun begitu saat ini pembangunan kawasan industri tersebut
belum ada progres yang signifikan. Pengembangan kawasan industri akan
sangat bergantung pada RTRW untuk memperhatikan kawasan lindung
yang ada di dalam wilayah. Kaitanya dengan pengembangan wilayah
Kabupaten Bengkalis, tedapat beberapa isu strategis yang menjadi
perhatian, yaitu :
1. Kawasan konservasi ikan terumbu yang dapat dijadikan sebagai basis
pariwisata bahari wilayah.
2. Sarana dan prasarana di Pulau Rupat untuk mengawasi kegiatan di
kawasan perbatasan karena selama ini rawan akan kegiatan illegal
fishing.
3. Lahan – lahan yang ada di Kabupaten Bengkalis terlalu sempit untuk
pengembangan pertanian. Luas lahan yang ada tidak memenuhi standar
kriteria pertanian.
4. Potensi wisata belum pernah disentuh oleh pemerintah pusat.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
25
Lokasi prioritas untuk pembangunan Kawasan Perbatasan di Provinsi
Kepulauan Riau untuk tahun 2015 befokus di Kabupaten Bintan
(Kecamatan Tembalan) dan Kota Batam (Kecamatan Belakang Padang).
Wilayah perairan sebelah timur Kabupaten memerlukan penanganan karena
adanya wilayah perairan yang belum memiliki perjanjian batas laut. Hal
tersebut diperlukan untuk mengoptimalkan kegiatan pengawasan kawasan
perbatasan laut Indonesia – Singapura dan mencegah adanya kegiatan ilegal
serta penangkapan nelayan dari ke dua negara. Dari sisi pertahanan,
diketahui Kabupeten Bintan juga belum memiliki PLBN yang dapat
mendukung pertahanan dan keamanan kawasan perbatasan. Kabupaten
Bintan akan direncanakan sebagai kawasan perdagangan bebas. Oleh karena
itu diperlukan sarana prasarana penunjang keamanan yang dapat
mendukung aktivitas perdagangan bebas. Selain sarana keamanan berupa
pos lintas batas, diperlukan juga sarana prasarana konektivitas dalam
wilayah dan ke luar wilayah (antar pulau). Untuk mengimbangi Kota Batam
yang sudah relatif berkembang perlu adanya kebijakan afirmatif yang dapat
berpihak dan mengimbangi pembangunan sarana prasana di Kabupaten
Bintan khususnya untuk menunjang kegiatan ekonomi wilayah. Melihat
pada proporsi PDRB yang ada, dapat diketahui bahwa Kabupaten Bintan
merupakan Kabupaten yang didominasi sektor industri pengolahan dan
pertambangan. Selain itu sektor pertanian meskipun bukan sektor unggulan
mempunuayai potensi untuk berkembang karena adanya pertumbuhan
ekonomi dari sektor tersebut, khususnya dalam sub sektor peternakan dan
perikanan. Kabupaten Bintan memiliki kawasan industri yang merupakan
hasil kerjasama Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Namun begitu
dalam kawasan industri dominasi industri yang ada masih berupa industri
barang elektronik. Perlu adanya pengembangan industri pengolahan untuk
dapat menekan produski pengolahan komoditas lokal sebagai bentuk
peningkatan nilai jual. Hal – hal penting dalam pengelolaan kawasan
perbatasan Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut :
1. Sengketa Perbatasan agar dapat segera diselesaikan.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
26
2. Pengusulan titik – titik penangkapan ikan yang aman.
3. Mengusulkan kawasan konservasi penyu.
Kota Batam memiliki fungsi strategis untuk wilayah itu sendiri dan
wilayah di sekitarnya. Kota Batam merupakan Pusat Kawasan Strategis
Nasional dan Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdaganan Bebas. Melalui
fungsi Kota Batam dapat dikembangkan sebagai ujung tombak perdagangan
internasional. Dominasi PDRB Kota Batam berada di sektor industri.
Dengan adanya sarana dan prasarana yang relatif mendukung industri di
Kota Batam telah menjadi suatu kawasan yang mampu menarik banyak
masyarakat dari luar daerah untuk datang ke wilayah tersebut. Hal tersebut
bisa menimbulkan efek negatif pada wilayah di sekitarnya jika tidak
dilakukan upaya perimbangan pembangunan infrastruktur di wilayah selain
Kota Batam. Kota Batam sebagai PKSN tentunya harus memiliki potensi
yang menunjang agar wilayahnya dapat berkembang. Namun fungsi PKSN
juga tidak terlepas untuk dapat mendorong pengembangan wilayah di
sekitarnya. Kawasan Industri Kota Batam harapannya dapat menjadi
indsutri hulu dari komoditas yang ada di wilayah sekitarnya dan kemudian
industri hilir dapat dikembangkan di wilayah luar Kota Batam untuk
meningkatkan daya saing wilayah. Kawasan Industri Kota Batam selain
memiliki dampak positif terhadap wilayahnya, juga memiliki dampak
negatif, yaitu pencemaran lingkungan dari aktivitas bongkar muat kapal
pengangkut barang hasil atau input industri. Pencemaran lingkungan
tersebut kemudia dapat berakibat buruk pada kesejahteraan nelayan karena
laut yang tercemar. Selain sebagai pusat aktivitas ekonomi kawasan, Kota
Batam juga difungsikan sebagai pusat pertahanan keamanan kawasan
perbatasan dengan adanya Titik Dasar di Pulau Nipa yang merupakan
penegas batas wilayah laut Indonesia dengan Singapura. Kondisi dari Pulau
Nipa tersebut saat ini masih sangat memerlukan perhatian. Hal tersebut
dikarenakan adanya ancaman erosi yang dapat membuat monumen
perbatasan hancur. Untuk saat ini pengelolaan keamanan di Pulau Nipa
ditunjang dengan adanya Posal yang dilengkapi menara pengawasan untuk
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
27
mencegah adanya aktivias ilegal di kawasan perbatasan laut Indonesia –
Singapura.
VI. WILAYAH PULAU KALIMANTAN
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) ditetapkan melalui PP
No. 85 Tahun 2014 tentang KEK MBTK yang berlokasi di Kecamatan
Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. KEK
MBTK memiliki luas 557,34 ha dengan potensi unggulan adalah
pengolahan kelapa sawit dan logistik. Terdapat 4 zona pengembangan
industri di kawasan KEK MBTK yaitu industri oleokimia dasar, industri
berbasis makanan, industri non-makanan, dan industri lainnya. Rencana
pengembangan KEK MBTK dalam jangka panjang seluas 32.800 ha yang
terdiri dari: KIPI Maloy seluas 5.305 ha, Batuta Chemical Industrial Park
seluas 1.000 ha, dan Trans Kalimantan Economic Zone seluas 26.500 ha.
Gambar 6 Lokasi KEK MBTK
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
28
PT Maloy Batuta Trans Kalimantan sebagai pengusul mempunyai
tanggung jawab untuk mempersiapkan infrastruktur dalam kawasan dan
Pemerintah Daerah mempersiapkan infrastruktur disekitar kawasan. Adapun
dukungan Pemerintah Daerah yang sudah terbangun adalah:
1. Pembangunan akses jalan menuju kawasan KEK MBTK.
Perkembangan saat ini adalah jalan yang sudah terbangun sepanjang
17,5 km menggunakan pembiayaan dari APBN sebesar 375 Milyar.
Jalan ini terbagi atas 2 jalur dengan 4 lajur dan konstruksi beton.
2. Pembangunan jalan di dalam kawasan menggunakan pembiayaan
APBD sebesar 305 Milyar. Saat ini sudah terbangun 7,14 km dengan
permukaan tanah dan 1,7 km rigid.
3. Pembangunan pelabuhan terminal CPO sisi darat terdiri atas kantor
badan pengelola yang sudah terbangun dan cause way yang masih
dalam tahap pembangunan. Panjang cause way yang sudah terbangun
adalah 425 m dari total 700 m.
4. Pembangunan pelabuhan terminal CPO sisi laut sudah terbangun
pondasi untuk dermaga (trestle) sepanjang 1,5 km dengan kedalaman
15 – 20 meter sehingga mampu dilalui oleh kapal bermuatan 100.000
DWT.
5. Pembangunan SPAM Maloy. Gedung pengelola SPAM sudah
terbangun beserta dengan bendungannya. Pipa transmisi yang sudah
terbangun sepanjang 1,2 km dari total 24,2 km.
6. Pembangunan tangki timbun CPO. Luas lahan yang sudah dibebaskan
untuk pembangunan tangki timbun CPO seluas 4 ha dari total
kebutuhan 10 ha. Jumlah tangki yang dapat dibangun dalam fase
pertama adalah 19 unit dengan tinggi 16 meter dan diameter 16 meter.
7. Pembangunan rel kereta Ma. Wahau – Lubuk Tutung dalam tahap
penyipan lahan. Rel ini merupakan kerjasama Pemerintah Provinsi
dengan Ras Al-Khaimah investment group.
Beberapa kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan KEK MBTK adalah sebagai berikut:
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
29
1. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Kutai Timur yang belum
ditetapkan berimplikasi kepada pembangunan tangki timbun CPO yang
sudah di anggarkan oleh Kementerian Perindustrian tidak dapat berjalan.
Perusahaan pemenang tender belum dapat melakukan pembangunan
karena terkendala amdal dan alih fungsi penggunaan hutan mangrove.
2. Pelabuhan Maloy hanya menjadi feeder di dalam program
pengembangan tol laut sehingga perlu dikaji ulang untuk dapat
meningkatkan kapabilitas pelabuhan.
3. Belum adanya pembangunan ketenagalistrikan untuk memenuhi
kebutuhan industri. Diharapkan dapat memanfaatkan energi terbarukan.
4. Penyediaan sumber daya manusia yang kompeten dengan industri yang
akan dilaksanakan di dalam KEK MBTK.
2. KAWASAN PERBATASAN
Wilayah Pulau Kalimantan memiliki tiga provinsi dengan kawasan
perbatasan dimana di dalamnya hampir seluruh kabupaten kawasan
perbatasan ditangani mulai tahun 2015. Arah pengembangan kawasan
perbatasan di Pulau Kalimantan difokuskan dalam peningkatan peran
wilayah sebagai beranda depan negara dengan pengembangan Pusat
Kawasan Strategis Nasional (PKSN) dan lokasi prioritas. Wilayah Pulau
Kalimantan memiliki perbatasan darat dan laut khususnya dengan Malaysia.
Perbatasan darat membentang sepanjang 2.000 Km dari Kabupaten Sambas
(Tanjung Datu, Kecamatan Paloh) hingga Kabupaten Nunukan (Pulau
Sebatik). Kabupaten – kabupaten yang menjadi kawasan perbatasan adalah
Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau,
Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu. Kabupaten Mahakam Ulu,
Kabupaten Berau, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan.
Kesemuanya merupakan kabupaten yang ditangani mulai dari tahun 2015
kecuali Kabupaten Berau yang ditangani mulai pada tahun 2016.
Batas wilayah antar negara Indonesia dengan Malaysia khususnya di
Wilayah Pulau Kalimantan merupakan salah satu isu strategis dalam
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
30
pengembangan Kawasan Perbatasan Negara, terutama setelah adanya Nawa
Cita Presiden ke 3 yang mengamanatkan pembangunan dari pinggiran.
Setelah adanya Nawa Cita tersebut kementrian/lembaga banyak memberi
perhatian di perbatasan Indonesia – Malaysia khususnya di Kecamatan
Entikong. Keberadaan patok batas merupakan salah satu aspek penting
dalam penegasan batas antara Indonesia dengan Malaysia. Patok batas antar
ke dua negara di Wilayah Pulau Kalimantan memiliki permasalahan karena
seringnya terjadinya penggeseran patok secara sengaja. Hal tersebut
mencerminkan bahwa pengamanan batas negara di sekitar patok belum
berjalan secara optimal, selain itu kesadaran masyarakat di sekitar patok
batas akan batas wilayah masih belum baik. Selain kurang pengawasan,
pilar batas yang ada juga memiliki jarak yang cukup jauh sedangkan tidak
semua bentuk pilar batas mudah untuk dilihat dari jarak yang jauh sehingga
menyulitkan pengawasan dari pilar batas tersebut. Kondisi fisik pilar batas
yang sangat kecil mendatangkan resiko hilang, dipindahkan, rusak, atau
tidak dilihat oleh masyarakat sekitar. Selain karena dipindahkan oleh pihak
– pihak yang kurang bertanggung jawab, pilar batas yang rusak diakibatkan
oleh ketidaksengajaan masyarakat sekitar seperti aktivitas pertanian atau
perkebunan.
Permasalahan batas memang belum memiliki kesepakatan untuk
seluruh segmen batas. Dalam upaya penanganannya dibentuk kerja sama
antar dua negara untuk dapat mempercepat penyelesaian batas wilayah.
Namun begitu tidak jarang pula kerja sama tersebut tidak membuahkan
kesepakatan antar ke dua negara. Sebagai contoh dalam pelaksanaan suvey
bersama terhadap tanda batas wilayah di Jagoi Babang. Negara Malaysia
tidak mengakui gadanya garis batas di Gunung Raya 2 dan Gunug Raya 1.
Meski begitu pada tahap awal kerja sama tersebut telah menyepakati lima
permasalahan perbatasan di Kalimantan Timur – Sabah. Tindak lanjut dari
kesepakatan yang adalah dengan melakukan pemetaan kawasan perbatasan
darat. Peta tersebut dapat berguna bagi pemerintah dan stakeholder dalam
mengelola kawasan perbatasan. Hal yang perlu dilakukan kedepannya
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
31
adalah pemetaan wilayah yang rawan akan aktivitas ilegal. Hal tersebut
dilakukan untuk upaya pencegahan aktivitas ilegal di kawasan perbatasan.
Melalui pemetaan dapat diketahui wilayah – wilayah mana yang
memerlukan perhatian khusus dalam penanganan aktivitas ilegal di kawasan
perbatasan. Selama ini kawasan perbatasan di Wilayah Pulau Kalimantan
rentan akan aktivitas ilegal, seperti perdagangan ilegal, ilegal logging,
pembalakan liar, TKI ilegal, dan human traficking. Untuk mencegah
aktivitas tersebut pemerintah Indonesia belum memiliki kesiapan yang
cukup karena banyak sarana prasarana penunjang seperti PLBN terpadu dan
instansi – instansi penunjang kegiatan CIQS yang diperlukan.
Kabupaten Sambas merupakan kabupaten diujung barat Kalimantan
yang langsung berbatasan dengan Negara Malaysia. Kabupaten tersebut
memiliki 1 lokasi prioritas dan 1 kecamatan PKSN yang berbatasan
langsung dengan Negara Malaysia. Sajingan Besar merupakan lokpri
sedangkan Paloh merupakan PKSN. Aksesibilitas wilayah dari Pontianak ke
Kabupaten Sambas sudah relatif baik. Aksesibilitas tersebut dapat
menunjang untuk distribusi produk dari atau ke arah Pontianak. Namun
begitu jalan menuju lokpri perbatasan dan PKSN masih sangat kurang. Jalan
yang ada masih berupa jalan tanah yang belum diperkeras dan berpontesi
tergenang saat hujan. Hal tersebut mengakibatkan wilayah tersebut terisolir.
Adanya DAK SPKP pada tahun 2014 sangat bermanfaat dalam
pembangunan jalan di kawasan perbatasan. Namun begitu karena DAK
SPKP sudah tidak ada di tahun 2015 pembangunan konektivitas di lokpri
perbatasan menjadi terhambat lagi. Dalam kaitannya dengan pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara di berbagai bidang di Kabupaten Sambas
melalui DAK terdapat beberapa catatan penting sebagai berikut
1. Kawasan perbatasan sangat jauh, jika dibandingkan dengan Malaysia,
pendapatan daerah 10 kali dari kawasan perbatasan Kabupaten Sambas
2. Ada blue print pembangunan kawasn perbatasan yang dapat digunakan
dalam pembangunan kawasan perbatasan.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
32
3. Prioritaskan daerah dalam Musrenbangnas lebih banyak. Dalam
Musrenbangnas yang dominan sepertinya hanya provinsi karena saat
penyampaian perencanaan sudah dipaparkan oleh K/L akan membuat
apa.
4. Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh merupakan kawasan
perbatasan di Kabupaten Sambas. Jalan di Temajuk jika banjir akan
dialiri air, penyebrangan menggunakan kapal kayu. Perlu adanya
perkerasan jalan.
5. Kondisi DAK sampai tanggal 2 Desember, untuk total 4 DAK baru
teralisasi 46,92% (keuangan), untuk kondisi fisik (40,23%) dalam
triwulan ke tiga. Secara umum tidak ada hambatan dalam realisasi
penggunaan DAK. Hanya DAK Pasar saja yang mengalami kesulitan
dalam realisasinya.
6. Totalan bobot dari DAK yang ada sangat susah direalisasikan untuk
bidang jalan. Namun begitu pada akhir tahun kemungkinan sudah dapat
dicapai targetnya.
o Untuk kelanjutannya dapat diserap pada tahun beriktunya dengan
memberikan surat Kepala Daerah ke PMK dan K/L teknis terkait
dengan menjelaskan kronologis mengapa tidak bisa direalisasikan.
7. Pelaksanaan pembangunan daerah masih terlalu banyak regulasi
sehingga koordinasi dan sinkronisasi susah dilaksanakan.
8. Harapnnya di daerah dapat diberi payung hukum dalam pelaksanaan
penggunaan anggaran dan pembangunan.
9. Regulasi yang ada membuat daerah bingung, bagaimana sebenarnya
bentuk koordinasi dan sinkronisasi daerah dan K/L dalam
perencanaanya. Bagaimana koordinasi dan singkronisasi daerah dan
K/L dapat berjalan sementara regulasi yang ada dapat berbeda – beda.
10. Alat kesehatan sangat diperlukan di rumah sakit, tetapi alat kesehatan
(ventilator) tersebut susah untuk dapat dikirimkan ke daerah. Padahal
alat tersebut memiliki nilai strategis.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
33
11. Masalah kesehatan adalah banyak orang miskin kurang terjamin
bantuan – bantuan yang sudah terprogramkan pemerintah. Hal tersebut
dikarenakan masalah data yang tidak tepat. Selain itu juga sarana
prasarana kesehatan kurang memihak pada orang miskin dalam
menangani kesehatan. Perlu adanya perimbangan antara pembangunan
infrastruktur ksehata daerah dengan akses kesehatan daerah tersebut.
(Direktur Rumah Sakit Kab. Sambas)
12. Dalam perwujudan realisasi DAK untuk alat peraga pendidikan, sampai
saat ini belum diterima bentuk alatnya.
13. Ada Sistem Informasi DAK dari Kemendikbud, tetapi sampai saat ini
belum berjalan dengan optimal.
14. Temajuk : Ada beberapa sekolah (SD dan SMA) dengan kondisi yang
sangat kurang apabila dibandingkan dengan Malaysia, kondisi fisik
bangunan sekolah masih sangat kurang. Pembangunan fasilitas
pendidikan di wilayah tersebut harus segera dilakukan untuk mencegah
masyarakat Indonesia yang justru akan ke Malaysia untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih layak.
15. Sajingan Besar : Fasilitas sekolah sudah cukup baik, tetapi perelatan
(komputer, laptop, dan alat peraga lainnya) dalam sekolah tersebut yang
belum terlengkapi.
16. Untuk SMK dan SMP DAKnya tidak jelas. Berdasarkan konfirmasi
dengan Kemendikbud, DAK tersebut ditunda (menunggu hingga bulan
Februari). Keberadaan DAK untuk pendidikan sangat membantu
terutama dalam perbaikan fisik bangunan sekolah.
Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara di Kabupaten Sambas
memerlukan adanya kebijakan afirmatif seperti DAK SPKP yang dapat
membantu dalam pengadaan kawasan perbatasan. Namun karena adanya
perubahan dalam bidang DAK alokasi untuk kawasan perbatasan beresiko
menjadi menurun karena bidang yang ada sifatnya lebih umum.
Kabupaten Bengkayang merupakan hasil pemekaran Kabupaten
Sambas. Kabupaten Bengkayang berada di sebelah timur Kabupaten
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
34
Sambas dengan lokasi prioritas Siding dan Jagoi Babang. Kecamatan Jagoi
Babang juga difungsikan sebagai Pusat Kawasan Strategis Nasional.
Kabaten Bengkayang dapat diakses melalui Kota Singkawang yang juga
terhubungkan langsung ke Pontianak. Letak Kabupaten Bengkayang yang
dilalui dua kota dapat menjadi potensi kabupaten untuk dapat berkembang
mengikuti perkembangan Kota Singkawang dan Kota Pontianak. Potensi
yang ada di dalam daerah diantaranya adalah Lada, Jagung, Karet dan
Durian. Namun begitu distribusi komoditas tersebut di lokpri masih sangat
kurang. Perlu adanya distribusi produksi dari komoditas yang ada.
Kecamatan lokpri di Kabupaten Bengkayang memiliki alokasi fungsi lahan
sebagai kawasan pertanian lahan kering dan kawasan hutan produksi
terbatas. Dari fungsi lahan tersebut dengan didukung sarana irigasi yang
mendukung dapat dilakukan pengembangan pertanian di kecamatan
perbatasan tersebut. Untuk masalah keamanan batas perlu adanya usaha
peningaktan pengamanan kawasan perbatasan. Hal tersebut dikarenakan
sering hilangnya pilar batas yang ada di kecamatan – kecamatan lokpri
Kabupaten Bengkayang. Untuk penanganan pos lintas batas, Kabupaten
Bengkayang bukan merupakan prioritas penangan di tahun 2015. Oleh
karena itu untuk kegiatan lintas batas Kabupaten Bengkayang masih perlu
penanganan lebih lanjut. Kegiatan lintas batas tidak berbatas pada
pengamanan batas saja, tetapi juga pelayanan sosial ekonomi bagi
masyarakat di dua negara. Hal tersebut dikarenakan letak PKSN dan lokpri
yang ada bersebelahan dan berhadapan dengan perbatasan Negara Indonesia
dan Malaysia.
Kabupaten Sanggau memiliki 1 lokasi prioritas dan 1 PKSN, yaitu
Sekayam dan Entikong. Akses ke wilayah Kabupaten Sanggau dapat
diakses dari Pontianak. Kondisi jalan dari Pontianak tersebut kondisinya
diketahui kurang baik karena permukaannya yang belum 100% diperkeras.
Profil wilayah yang bervariasi dan jalan yang kurang mendukung
mengakibatkan akses wilayah menjadi kurang baik. Jalan yang ada sangat
perlu untuk diperbaiki karena kondisi permukaan jalan yang sudah tidak
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
35
jelas antara pengerasan dan tanah. Jalan yang rusak berada di sekitar
wilayah Kecamatan Sosok hingga Simpang Tanjung. Jalan ke arah pusat
kegiatan kabupaten pun masih banyak terdapat kerusakan dan perlu
pengerasan. Sementara itu jalan menuju kawasan perbatasan, yaitu ke arah
Sekayam dan Entikong kondisinya sudah relatif baik. Kecamatan Entikong
merupakan kecamatan yang sangat strategis di tahun 2015 mengingat
semakin intensifnya pembangunan dan perhatian pemerintah pusat di
kawasan tersebut. Kegiatan pembangunan terutama dalam rangka
percepatan pembangunan pos lintas batas diketahui semakin intensif
terutama setelah adanya Inrpres Percepatan Pembangunan 7 PLBN Terpadu.
Kondisi existing dari PLBN Entikong dapat dilihat pada gamber berikut.
Gambar 7 Citra Kondisi Existing PLBN Entikong
Kecamatan Entikong menjadi fokus pembangunan di PLBN di tahun
2015 bersamaan dengan pembangunan PLBN Mota’ain. Isu – isu strategis
dalam pembangunan PLBN Entikong adalah sebagai berikut :
1. Masterplan PLBN terpadu sudah disahkan dalam Perka BNPP No. 5
Tahun 2015 Tentang Masterplan PLBN Entikong Kab. Sanggau,
Kalbar.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
36
2. Belum pernah ada renovasi sekalipun, kondisi fisik bangunan masih
relatif baik.
3. Kondisi jaringan Jalan Lintas Malindo sudah baik, didekat PLBN ada
penambahan jalur jalan. Jaringan jalan Simpang Tanjung - Entikong
sudah baik, perlu perbaikan untuk jalan dari arah Sosok.
4. Tersedia jaringan listrik tanpa adanya sumber pendukung (cadangan).
5. Tidak ada (menggunakan dua mata uang).
6. Sumber air dari sungai kecil (menampung), tidak ada aliran dari
PDAM/
7. Ada jaringan provider Telkomsel dengan sinyal internet H+.
8. Lalu lintas orang sekitar 1000 - 3000 orang per bulan dengan
kepentingan, yaitu belanja, wisata, kerja (TKI), dan hubungan
kekeluargaan.
9. Ada kantor karantina dan kantor kesehatan terletak di selatan PLBN. Di
dalam PLBN terpadu juga terdapat pos karantina dan kesehatan.
10. Ada pasar terletak 350 meter dari PLBN.
11. Terdapat aktivitas cut and fill di timur PLBN (mulai September), judul
pekerjaan yang dipublikasikan "Pengembangan Pos Lintas Batas
Negara" Entikong Kabupaten Sanggau oleh Dirjen Cipta Karya,
Kementrian PUPERA. Belum ada aktivitas pembangunan fisik.
Beberapa petugas masih belum tahu arah pembangunan PLBN.
12. Aktivitas PLBN sudah relatif terpadu dengan didukung peralatan CIQS
serta kantor untuk karantina, imigrasi dan karantina.
13. Pos Pamtas terletak jauh di selatan PLBN dekat dengan kantor
Kecamatan Entikong.
14. Produk di Supermarket Tebedu lebih menarik dibanding dengan pasar
tradisional yang ada.
15. Kesadaran masyarakat terhadap ketertiban prosedur pemeriksaan di
PLBN masih kurang dengan adanya jalan tikus di jalan ladang sawah
yang kerap dilalui masyarakat Indonesia membawa barang dari
Malaysia.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
37
16. Lalu lintas orang sekitar 1000 - 3000 orang per bulan dengan
kepentingan, yaitu belanja, wisata, kerja (TKI), dan hubungan
kekeluargaan.
Sementara itu dalam pengembangan kawasan perbatasan diluar dari
pembangunan pos lintas batas, terapat isu penting sebagai berikut :
1. Pembangunan Kabupaten Sanggau khususnya tema perbatasan berfokus
pada pengembangan PKSN dengan mengembangan Kawasan Industri
di dalamnya yang berbasis pada komoditas lokal.
2. Kabupaten Sanggau perlu peningkatan pelayanan dasar terutama
pendidikan dan kesehatan.
3. Biaya pembangunan sarana prasara kelistrikan sangat besar,
diperkirakan 30 juta untuk 1 tiang listrik di Kabupaten Sanggau.
4. Pemanfaatan industri Kelapa Sawit sudah ada industri hulunya (13
Pabrik CPO), tetapi belum ada industri hilir yang dapat memberikan
nilai tambah dan diversivikasi produk.
5. Rencana pembangunan Kawasan Industri di Kabupaten Sanggau tidak
dilaksanakan.
6. Jalan Nasional saat ini sedang dibangun, jalan rusak yang ada berada di
Simpang Tanjung hingga Simpang Empat (Sosok).
7. 13 Kabupaten lain yang ada di Kalimantan Barat jalannya sudah baik
hanya Sanggau saja yang belum baik.
8. Kawasan Wisata Danau Lait tidak ada keberlanjutan penanganan
apabila dibiarkan, maka kawasan tersebut dapat berubah menjadi lahan
sawit baru.
9. Jaringan Komunikasi masih sangat kurang dengan total pencapaian
layanan sampai pada persentasi 64% penduduk terlayani.
10. Wilayah Tayan memiliki potensi untuk dikembangkan water plant.
11. Pembangunan jaringan jalan terkendala dengan adanya hutan lindung.
12. APBD saat ini mecapai 1,6 T hal tersebur dinilai kurang memadai
untuk pembangunan infrastruktur.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
38
13. Kecamatan Tayan memiliki wilayah dengan erosi 10 hingga 15 meter
pertahun yang dapat merusak konstruksi jembatan yang ada.
14. Ada kecamatan yang sebenarnya merupakan daerah tertinggal akibat
adanya hutan lindung yang harus dijaga dan menjadi pembatas
pembangunan.
15. Pembangunan tdak dapat mengandalkan DAU, perlu adanya prioritas
dana dari pusat ke Kabupaten Sanggau.
16. Perlu adanya pengadaan guru di Kabupaten Sanggau untuk
pembangunan SDM karena telah banyak guru pensiun.
17. Terdapat dominasi pasar oleh swasta yang lebih dominan dibanding
pasar tradisional.
18. Dalam pembangunan kawasan industri, bisa diusulkan KEK oleh
daerah ke BNPP agar dapat difasilitasi.
19. Alokasi DAK Kabupaten Sanggau pada tahun 2016 akan lebih baik.
20. Pembangunan Kabupaten Sanggau perlu mengaktifkan kembali Sungai
Kapuas sebagai solusi transportasi air dari Pontianak hingga Putu
Sibau.
21. Pembangunan sumberdaya manusia kurang didukung dengan tidak
keberadaan universitas dan ketidakberlanjutan program pelatihan.
22. Kecamatan – kecamatan lain di luar Kecamatan Entikong kurang
mendapat perhatian.
23. Pembinaan dinas pertanian ke petani kurang optimal harapannya
program – protam pengembangan pertanian dapat dibantu oleh pusat.
24. Sanggau sudah memiliki perda mengenai pertanian dan ketahanan
pangan yang dapat diacu dalam pembangunan Kabupaten Sanggau.
25. Kabupaten Sanggau kekurangan anggaran dalam membangun kawasan
perbatasan.
26. Kabupaten Sanggau kurang memiliki komoditas lain yang dapat
digunakan sebagai cadangan apabila komoditas karet dan sawit sedang
tidak produktif atau jatuh di pasaran.
27. Pembangunan PLTN diperlukan agar listrik dapat masuk ke desa.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
39
Kabupaten Sintang memiliki dua kecamatan prioritas, yaitu Ketungau
Hulu dan Ketungau Tengah. Komoditas yang ada di perbatasan adalah
Kelapa Sawit dan Jagung. Untuk dapat memberikan nilai tambah pada
komoditas tersebut perlu adanya pengembangan industri hulu – hilir
didukung dengan adanya sarana – prasarana yang menungkang. Dalam
pengembangan kawasan perbatasan terdapat beberapa catatan penting
sebagai berikut :
1. Konektivitas antar desa nyaris 100% tidak terealisasi
2. Pembangunan Jalan di daerah dibangun oleh investor yang melakukan
investasi di daerah tersebut.
3. Pelayanan kesehatan masih belum adil harus merujuk 460 km untuk
sampai ke RSUD yang berada di Pontianak
4. Terdiri dari 1 Pusat Kegiatan Wilayah (Kecamatan Sintang), 4 Pusata
Kegiatan Lokal (Sepauk, Merakai, Kayan Hilir dan Serawai) dan 1
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN Jasa)
5. Masih terdapat 41 Desa yang berada pada wilayah hutan
6. Pembangunan Jalan poros perbatasan 222,96 Km akan dilakukan dari
mulai tugu beji yang ada di kecamatan ketungau hulu sampai ujung
ketungau tengah. Namun masuk dalam kawasan hutan
7. Permasalahan kawasan perbatasan dan daerah tertinggal ada di semua
bidang kehidupan. Namun ada beberapa yang menjadi prioritas
pembangunan yaitu :
o Infrastruktur Jalan Perbatasan maupun daerah tertinggal;
o Sumberdaya Manusia berkaitan dengan Pendidikan dan Kesehatan;
o Ekonomi menyangkut Tenaga Kerja
o Pengelolaan Sumberdaya Alam berkaitan dengan keterampilan
masyarakat
o Ideologi
8. Upaya yang akan dilakukan :
o Mengapresiasi pembuatan masterplan/rinduk dalam membangun
kawasan perbatasan dan daerah tertinggal,
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
40
o Reform regulasi/kebijakan pembangunan daerah.
o Penguatan kelembagaan
o Koordinasi dan sinergisitas antar instansi/kelembagaan dalam
menangani pembangunan di kawasan perbatasan
o Masalah infrastruktur/konektivitas daerah
9. Keterbatasan pelayanan infrastruktur, kesejahteraan masyarakat yang
rendah, serta ancaman pertahanan, keamanan dan kedaulatan RI
10. Masyarakat perbatasan mayoritas melakukan kegiatan ekonomi di
wilayah Malaysia disebakan jarak ke Pasar Malaysia yang lebih dekat
disbanding ke pasar Indonesia
11. Sebagaian besar melakukan transaksi jual beli di Malaysia, ada juga
yang menjadi Buruh sadap Karet perkebunan Malaysia
12. Pemasukan dari kawasan perbatasan (Ketungau Hulu dan Ketungau
Tengah) mencapai 700-800 M pertahun dari hasil investasi yang ada
disana.
13. Terdapat 8 jalan lintas batas tradisional/jalan tikus di Lokpri
14. Prioritas pembangunan jembatan rangka baja Ketungau II di Nanga
Merakai
15. Jembatan rangka baja untuk akses di ketungau hulu sudah diberikan
bantuan, seperti di RB Kapuas, RB Sungai Saih, RB Empunak, dan RB
Ketungau I
16. Akses Jasa (Sintang-Batas Serawak) sepanjang 206,25 Km merupakan
jalan nonstatus
17. Kondisi kecamatan Ketungau Tengah dan Hulu terdapat Hutan Lindung
yang 57314 Ha, Hutan Produksi Terbatas +/- 67.000 Ha, Hutan
Produksi 78.681,1 Ha, APL 20165,75 Ha,
18. 6 Perkebunan Sawit, PT Permata Lestari Jaya, PT Permindo Lestari,
Kiara sawit Abadi, Prima Jaya Grup, PT Permata Lestari Jaya, PT Duta
Agro Prima. 2 Konsesi HTI Unggul Inti Jaya (Total 130.000 Ha).
19. Pembangunan Hutan Rakyat didalam maupun diluar kawasan.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
41
20. Kegiatan yang sedang di proses, Hutan Desa 5000 Ha dibantu oleh
NGO
21. Proses untuk APL dikembalikan kepada Bappeda, Namun yang
berbasis kawasan sesuai dengan keputusan Kementerian Kehutanan.
Kami berharap jika ada regulasi pemanfaatan yang lebih baik.
o Pencapaian Swasembada pangan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat perbatasan
o Program pengembangan peternakan untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani masyarakat perbatasan
o Program perikanan Budidaya
22. Program/Kegiatan bidang yang akan dilaksanakan :
o Penyediaan prasarana pertanian dan infrastruktur pertanian
o Penyebaran bibit ternak, pengadaan dan penyaluran bibit ternak
kepada masyarakat dan petani
o Pengadaan sarana perikanan
23. Pertambangan yang ada di perbatasan yaitu batubara, belum ada
aktivitas yang berarti baru pada tahap eksplorasi saja
24. Secara umum rasio elektrifikasi 51% Potensi Sumberdaya Energi
Listrik di perbatasan : PLTA, PLTS, Mikro Hidro.
25. Potensi Pertambangan : Batubara, Bauksit, Emas, (Tidak ada batu
menyulitakan dalam pembangunan jalan)
Kabupaten Kapuas Hulu memiliki lokasi prioritas Puring Kencana
sebagai fokus penanganan di tahun 2015. Kabupaten Kapuas Hulu memiliki
masyarakat yang berhubungan relatif baik dengan masyarakat perbatasan di
Malaysia. Terdapat hubungan mulai dari hubungan persaudaraan hingga
hubungan perdagangan. Selain itu terdapat juga kerjasama sosial budaya
yang masih sangat kuat di dua negara. Sama dengan kawasan perbatasan di
Kalimantan Barat lainnya. Lokpri yang ada bersebelahan dengan PKSN
yang langsung berhadapan dengan perbatasan Malaysia di Badau. Isu – isu
strategis dalam pembangunan kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas
Hulu adalah sebagai berikut :
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
42
1. Potensi tinggi untuk komoditas tanaman sawit.
2. Wacana dan rencana pengembangan pusat niaga terpadu.
3. Belum berkembangnya potensi wisata.
4. PPLB Internasional Nanga Badau belum diresmikan.
5. Masih rendahnya sarana dan prasarana umum di PKSN.
6. Aktivitas ekonomi menuju Malaysia lebih intensif.
7. Rendahnya kualitas SDM.
8. Tingginya human trafficking dan illegal loging.
9. Menurunnya kualitas dan luas hutan.
10. Rendahnya kualitas komoditas perkebunan.
11. Lemahnya keterkaitan industri hulu - hilir dan keterkaitan petani-
produsen-konsume.
12. Pemenuhan energi berasal dari Malaysia (Sarawak Energy) yang
melayani 24 jam. Terdapat juga solar cell di sekitar PPLB.
PKSN Nanga Badau merupakan PKSN yang menjadi konsentrasi
pengembangan di tahun 2015 – 2019. Dalam pengembangan kawasan
perbatasan di Kapuas Hulu dapat digunakan pendekatan pembangunan
PKSN untuk pengolahan industri sawit dengan tetap menjaga kualitas hutan
agar daya dukung lingkungan tidak menurun dan ekonomi wilayah tetap
dapat berkembang. PKSN yang ada dapat dimanfaatkan sebagai pusat
kegiatan ekonomi dan pelayanan lintas batas sedangkan lokpri perbatasan
sebagai produsen komoditas dan industri pengolahan awal.
Kabupaten Mahakam Ulu memiliki dua lokasi prioritas, yaitu Long
Apari dan Long Pahangai. Long Pahangai sendiri difungsikan sebagai
PKSN, tetapi masih dalam tahapan persiapan pengembangan. Komoditas
yang ada di dalam lokpri adalah karet, sawit, ternak sapi dan ternak ayam.
Saat ini dominasi penggunaan lahan masih berupa hutan hujan tropis. Hal
tersebut berarti belum begitu banyak kegiatan yang ada di dalam wilayah.
Sementara itu kondisi konektivitas wilayah di Mahakam Hulu sendiri masih
sangat terisolir terutama di kecamatan kawasan perbatasan. Kecamatan yang
terisolir tersebut menyebabkan wilayah distribusi barang kebutuhan sehari –
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
43
hari dan aktivitas antar wilayah menjadi terhambat. Selain sarana prasarana
konektivitas, Kabupaten Mahakam Ulu masih sangat membutuhkan
pembangunan infrastruktur untuk dapat menunjang aktivitas dalam maupun
ke luar wilayah.
Kabupaten Malinau memiliki dua lokasi prioritas yang menjadi fokus
penanganan mulai dari tahun 2015 dari 5 lokasi prioritas di Malinau, yaitu
Kecamatan Pujungan dan Kecamatan Kayan Hulu. Dalam pengembangan
kawasan perbatasan di Kabupaten Malinau terdapat beberapa gagasan yang
menjadi perhatian, yaitu :
1. Perlu ada kebijakan pemerintah untuk membuka keterisolasian
masyarakat perbatasan yang berada di kawasan Taman Nasional
Mentarang
2. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan maka di
butuhkan infrastruktur yang memadai.
3. Wilayah yang menjadi tolak ukur kemajuan kawasan perbatasan adalah
Negara tetangga Malaysia yang berbatasan langsung dengan wilayah
Kalimantan Utara sehingga perlu usaha ekstra dalam pembangunan
kawasan perbatasan tersebut.
4. Perlu adanya MoU antara Badan Perbatasan dengan Pusat diklat dalam
meningkatan SDM pengelola badan perbatasan.
5. Keberadaan Camat di Perbatasan Menjadi Hoteline/Menjadi Agent
Informasi Khusus/ Sebagai Wakil dari Pemerintah.
6. Anggaran Pembangunan disesuaikan dengan kondisi giografis wilayah
perbatasan.
7. Perlu adanya pengembangan komoditas sehingga wilayah tidak sekedar
mengekspor bahan mentah saja ke negara tetangga.
Dalam pengembangannya, yang diperlukan adalah pembangunan
infrastruktur konektivitas dan penunjang kegiatan ekonomi sosial
masyarakat kawasan perbatasn. Komoditas yang ada tidak terlalu banyak
tersebar di lokasi prioritas. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar lokasi
prioritas di Kabupaten Malinau sebagian besar difungsikan sebagai taman
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
44
nasional. Strategi yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan
industri pengolahan di Kayan Hulu dan Kayan Selatan untuk dapat
memberikan nilai tambah sebelum diekspor ke negara tetangga.
Kabupaten Nunukan memiliki 10 lokasi prioritas sebagai Kawasan
Perbatasan Negara. Salah satu lokpri yang ada adalah Sebatik. Sebatik
merupakan salah satu kecamatan yang memerlukan penanganan dengans
segera. Hal tersebut dikarenakan kondisi yang kontras antara wilayah
Indonesia dan Malaysia di Pulau Sebatik. Hal tersebut dapat mempengaruhi
rasa kebangsaan masyarakat Indonesia di Pulau Sebatik. Pemerintah
setempat menyatakan bahwa wilayah Indonesia di Pulau Sebatik ibaratkan
warna abu – abu dibandingkan warna – warna yang indah yang ada di
Malaysia. Dalam pembahasan mengenai Sebatik dan Kabupaten Nunukan
secara umum terdapat isu – isu stretegis, sebagai berikut :
1. Pemerintah Pusat c.q Tim Perunding Joint Indonesia Malaysia
Boundary Committee On The Demarcation And Survey Of The
International Boundary Between Indonesia Malaysia (JIM) dan JWG-
OBP baru menyelesaikan SOP penyelesaian OBP.
2. Masyarakat Pulau Sebatik meminta agar diikutsertakan dalam
perundingan batas wilayah dan menyarankan penentuan patok-patok
batas Negara RI-Malaysia agar mempertimbangkan pula fakta sejarah
Indonesia (peta kuno).
3. Pos Lintas Batas Negara/PLBN di sepanjang darat dan laut di wilayah
Provinsi Kaltara sangat terbatas, hanya ada di PLBL Liem Hie Djung,
Kab. Nunukan
4. Kawasan sepanjang garis batas Negara RI-Malaysia termasuk di Pulau
Sebatik masih terdapat banyak jalur-jalur tikus (jalur C) yang
digunakan untuk kegiatan lintas batas ilegal (orang dan barang)
5. Pemerintah Kerajaan Malaysia sering melakukan deportasi/pemulangan
TKI illegal/ bermasalah melalui Kab. Nunukan
6. Kondisi sarana dan prasarana Posal Sei Pancang dan Pos
Pamtas/POSAL lainnya(Tanjung Aru, Aji Kuning, Gunung Kramat dan
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
45
Bambangan), Sei Nyamuk, Sei Taiwan, Tembaring dan Bambangan,
Balansiku, Sei Bajo, Tanjung Aru masih belum sesuai standar.
7. Pada tanggal 4 Mei 2015 Pemerintah Kerajaan Malaysia telah menutup
peredaran bahan pokok bersubsidi untuk kebutuhan masyarakat dari
Malaysia ke wilayah RI khususnya Kec. Krayan dan Krayan Selatan
sebagai kawasan perbatasan yang sangat terisolir (hanya bisa dijangkau
dari wilayah RI dengan jalur udara yang volume dan frekuensinya
sangat terbatas).
8. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan sosial dan
pengembangan ekonomi masyarakat belum memenuhi harapan.
9. Aspirasi warga masyarakat Pulau Sebatik yang menghendaki agar 5
(lima) kecamatan di Pulau Sebatik untuk ditingkatkan atau dimekarkan
menjadi Pemerintah Kota.
VII. WILAYAH PULAU SULAWESI
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Wilayah Pulau Sulawesi memilik 2 KEK yang terletak di Provinsi
Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. KEK yang berada di Sulawesi Tengah
adalah KEK Palu. KEK Palu ditetapkan melalui PP Nomor 31 Tahun 2014
tentang KEK Palu. Lokasi KEK Palu berada di Kecamatan Tawaeli, Kota
Palu dengan rencana pengembangan hingga 1.500 ha. Saat ini lahan yang
sudah dibebaskan seluas 400 ha dengan penyiapan pembangunan Tahap I
100 ha. KEK Palu bergerak dalam bidang industri manufaktur (assembling
Volvo, Sino Truck, electricity product), industri pengolahan tambang
(pengolahan dan pemurnian bijih besi, nikel, emas), industri agro
(pengeolahan rumput laut, kakao, rotan), dan logistik (pengecekan dan
pengepakan).
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
46
Gambar 8 Lokasi KEK Palu
Kondisi infrastruktur KEK Palu masih dalam penyiapan pembangunan
tahap I. Pemerintah Daerah memfasilitasi untuk pembangunan jalan akses
menuju kawasan dan jalan utama dalam kawasan. Melalui kerjasama
dengan PT Pertamina, suplai gas untuk KEK Palu akan diprioritaskan.
KEK yang terletak di Sulawesi Utara adalah KEK Bitung. KEK Bitung
ditetapkan melalui PP Nomor 32 Tahun 2014 tentang KEK Bitung. Lokasi
KEK Bitung berada di Kecamatan Matuari, Kota Bitung. KEK Bitung
memiliki potensi unggulan bidang logistik dan industri agro.
KEK Bitung mendapatkan bantuan dari Pemerintah Korea terkait
dengan penyempurnaan masterplan KEK Bitung. Pada masterplan tersebut
disebutkan bahwa tahapan pembangunan KEK Bitung hingga 4 tahap.
Tahap I seluas 123,4 Ha untuk persiapan dan pembangunan kawasan
industri perikanan, fasilitas logistik baik pelabuhan maupun kereta api, dan
beberapa infrastruktur dasar lainnya. Tahap II seluas 130,8 Ha untuk
lanjutan pembangunan fasilitas logistik pelabuhan, penyiapan kawasan
industri manufaktur, dan fasilitas perumahan. Tahap III seluas 194,9 ha
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
47
untuk penambahan fasilitas industri manufaktur dan fasilitas publik lainnya.
Tahap IV adalah peningkatan investasi kawasan.
Gambar 9 Lokasi KEK Bitung
Infrastruktur di luar kawasan yang akan dibangun adalah sebagai
berikut:
1. Tol Manado – Bitung, yang saat ini menjadi prioritas utama di tahun
2015.
2. Pembangunan bendungan Kuwil sebagai sarana untuk meningktkan air
baku.
3. Pengembangan pelabuhan Bitung sebagai Hub Internasional.
2. KAWASAN PERBATASAN
Arah kebijakan pembangunan Kawasan Perbatasan Negara di Wilayah
Pulau Sulawesi difokuskan dalam peningkatan peran halaman depan negara
dengan mengembangkan Pusat Kawasan Strategi Nasional Tahuna dan
Melonguane melalui produksi komoditas perikanan laut. Kawasan
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
48
Perbatasan Wilayah Pulau Sulawesi memiliki dua kabupaten yang
berbatasan dengan wilayah laut Negara Filipina, yaitu Kabupaten Sangihe
dan Kabupaten Talaud. Perbatasan yang ada telah melalui tahap
pembahasan dan penentuan dan telah disepakati untuk Batas Laut ZEE.
Beberapa permasalahan dalam penentuan batas wilayah antara Indonesia
dengan Filipina di Kawasan Perbatasan Negara Pulau Sulawesi adalah
sebagai berikut :
1. Penentuan batas Filipina tidak menganut prinsip jarak dari garis
pangkal yang dijelaskan dalam hukum internasional.
2. Dasar hukum penentuan batas yang berbeda menyulitkan proses
perundingan batas antar dua negara.
3. Klaim terhadap kepemilikan pulau.
Hal yang perlu menjadi tindak lanjut dari kesepakatan batas adalah
dengan memperjelas batas negara. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
timbul nya masalah – masalah seperti saat belum adanya kesepakatan.
Selain itu dengan adanya batas wilayah yang jelas, pengelolaan wilayah dari
segi keamanan akan lebih mudah dilakukan. Tanda batas yang sudah ada
pun perlu dilakukan pemeliharaan untuk mencegah hilangnya tanda batas.
Namun untuk pemeliharaan tanda batas akan sulit dilakukan mengingat
perbatasan yang ada berada di tengah Samudera Pasifik.
Aktivitas ilegal di kawasan perbatasan wilayah laut antara Indonesia –
Filipina bukan merupakan aktivitas ilegal yang sangat berdampak buruk
pada ke dua negara. Aktivitas ilegal yang ada berupa pelintas batas ilegal
dari Filipina yang bertujuan untuk bertemu saudaranya di Indonesia atau
sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh hubungan persaudaraan antar dua
negara yang sangat baik. Hubungan persaudaraan antar dua negara di
wilayah tersebut diperkuat dengan adanya kesamaan budaya, yaitu Tulude
yang dilaksanakan setiap tahunnya sebagai tanda syukur atas hasil pertanian
dan perikanan yang didapat. Namun hal tersebut juga membawa dampak
buruk juga karena terkadang beberapa orang yang memanfaat hubungan
kekerabatan tersebut untuk melakukan aktivitas ilegal seperti illegal
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
49
fishing, penyelundupan barang, dan imigran gelap. Oleh karena itu
pengamanan perbatasan perlu di lakukan di wilayah ini. Salah satunya
dengan upaya patroli bersama dan pembangunan pos lintas batas negara.
Tidak semua kegiatan di perbatasan laut Indonesia – Filipina bersifat ilegal.
Terdapat beberapa aktivitas mulai dari barter hingga jual beli barang
komoditas tertentu. Jalinan hubungan perdaganan antara Indonesia dan
Filipina sendiri sangat kuat dengan adanya ketergantungan dari masyarkat
Indonesia terhadap kebutuhan – kebutuhan pokok yang memang lebih
murah di Filipina. Dalam aktivitas perdagangannya pun digunakan mata
uang rupiah. Sementara itu masyarakat di Kepulauan Sangihe dan Talaud
juga banyak memberikan pasokan hasil laut dan pertanian ke Negara
Filipina. Hasil perikanan tangkap di sekitar Sangihe banyak didistribusikan
di General Santos dengan keuntungan harga jual yang lebih tinggi. Selain
komoditas perikanan terdapat juga barang lain yang menjadi barang ekspor
Indonesia ke Filipina, yaitu barang pecah belah.
Kabupaten Sangihe dan Talaud merupakan dua Kawasan Strategis
Nasional yang menjadi fokus penanganan mulai dari tahun 2015. Kedua
wilayah berupa kepulauan terluar yang langsung berbatasan langsung
dengan laut Negara Tetangga. Lokasi prioritas yang ada sendiri masuk
kedalam pulau – pulau kecil terluar (Miangas dan Nanusa). Penanganan
yang ada sulit dilakukan karena wilayahnya yang kecil dan jauh dari pulau
utama Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Talaud. Kabupaten Sangihe dan
Talaud memiliki PKSN yang terletak di pulau utama ke dua kabupatent
tersebut. Tentunya hal tersebut akan semakin menyulitkan dalam usaha
pembangunan kawasan perbatasan yang saling terkait antara wilayah satu
dan wilayah lainnya. Fungsi PKSN sebagai pusat kegiatan akan sulit
dilakukan mengingat akses ke PKSN yang sulit dan jarak ke Filipina yang
lebih dekat dengan harga barang yang ditawarkan lebih murah. Apabila
melihat pada kondisi existing wilayah, sebagian besar tutupan lahan di
lokasi prioritas ke dua kabupaten masih sangat didominasi oleh vegetasi.
Lahan terbangun terkonsentris di sekitar pelabuhan di wilayah selatan pulau.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
50
Dalam pembangunan kawasan perbatasan di ke dua wilayah terdapat
beberapa catatan sebagai berikut :
1. Perlu adanya pembangunan kantor Pemda, peningkatan jalan dan status
jalan, industri kecil kreatif, dan pengembangan minapolitan.
2. Pembangunan destinasi wisata Beo, Tule, Miangas, dan patung Yesus,
dan pemindahan makam, bantuan pembangunan gedung ibadah mesjid,
gereja, dan bantuan keluarga miskin.
3. Belum terealisasinya BCA ke BTA, kurangnya akses telekomunikasi
(tower).
4. Maraknya ilega fishing, belum fokusnya industri perikanan laut, cold
storage.
5. Terbatasnya kuota BBM subsidi/ belum ada SPBU.
6. Belum terpenuhi guru sekolah dasar.
7. Ancaman kekeringan panjang yang berdampak pada pertanian.
8. Sangat jarang ada koordinasi pemerintah pusat ke daerah.
9. Permasalahan khusus lama yang kini belum terpecahkan yaitu BBM,
Talaud satu2nya yg tidak punya SPBU; memerlukan daya ungkit power
supply yaitu energi, sedang dibangun PLTU dengan harapan invetor
masuk, industri masyarakat berkembang
10. Persoalan kesehatan yang ada, yaitu ketika ada pasien yang perlu
dirujuk, harus menunggu kapal, upaya pengadaan kapal keliling rujukan
telah dilakukan namun terbentur pemeliharaan dan operasional yang
mahal. Diusulkan agar Puskesmas dapat ditingkatkan menjadi
Puskesmas perawatan di Nanusa.
VIII. WILAYAH PULAU MALUKU
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEK Morotai ditetapkan melalui PP Nomor 50 Tahun 2014 tentang
KEK Morotai yang berlokasi di Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten
Pulau Morotai dengan pengusul dari PT Jababeka Morotai. KEK Morotai
memiliki potensi unggulan pada bidang industri pengolahan ikan,
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
51
manufaktur, pariwisata, dan logistik. Luas KEK Moroatai direncanakan
seluas 1.101,76 Ha, saat ini pembebasan lahan masih sekitar 200 ha.
Gambar 10 Lokasi KEK Morotai
Adapun dukungan dari Pemerintah Daerah diantaranya adalah
pembangunan jalan dan jembatan Daruba – Daeo serta adanya pasokan
energi listrik sebesar 1,5 Mw di Pulau Morotai.
Beberapa kendala yang masih dihadapi dalam pengembangan KEK
Morotai adalah:
4. Kewenangan di dalam kawasan masih belum dilimpahkan dari
Kementerian/Lembaga terkait.
5. Bandara Leo Wattimena masih menjadi bandara militer, perlu
pembangunan bandara baru untuk dapat meningkatkan akses ekonomi.
6. Delineasi wilayah KEK Morotai tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten
Pulau Morotai sehingga dibutuhkan revisi RTRW Kabupaten Pulau
Morotai.
2. KAWASAN PERBATASAN
Pembangunan Kawasan Perbatasan di Kabupaten Maluku diarahkan
dalam peningkatan kualitas dan kuantitas dari produksi perikanan tangkap
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
52
dan sumberdaya kelautan melalui pengembangan sarana dan prasarana
produksi. Komoditas – komoditas yang ada dikelola dan dipasarkan di Pusat
Kawasan Strategis yang ada, yaitu PKSN Saumlaki, PKSN Ilwaki, dan
PKSN Morotai. Selain itu potensi pariwisata bahari dapat menjadi alternatif
strategi pengembangan kawasan perbatasan di Kabupaten Maluku. Dalam
pengembangan PKSN yang ada zonasinya diarahkan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan yang berdaya
saing, pertahanan, pusat promosi investasi dan pemasaran, serta pintu
gerbang internasional dengan fasilitas kepabeanan, imigrasi, karantina,
dan keamanan.
2. Pemanfaatan untuk kegiatan kerja sama militer dengan negara lain
secara terbatas dengan memperhatikan kondisi fisik lingkungan dan
sosial budaya masyarakat.
Sedangkan isu – isu strategis kawasan perbatasan adalah sebagai berikut :
1. Keterisolasian kawasan perbatasan negara di Maluku karena
keterbatasan infrastruktur transportasi perairan antar pulau,
menyebabkan lambannya perkembangan kegiatan ekonomi, dan
terhambatnya pelayanan sosial dasar khususnya pendidikan dan
kesehatan.
2. Belum adanya acuan operasional untuk pengembangan Pusat Kegiatan
Strategis Nasional (PKSN) terutama Saumlaki sebagai pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi di perbatasan di MTB dan sekitarnya.
3. Pengamanan dan pengelolaan batas wilayah laut, darat, dan udara di
kawasan perbatasan negara belum optimal, sehingga masih banyak
terdapat aktivitas ilegal di wilayah perbatasan Indonesia.
4. Pengelolaan perbatasan negara belum terintegrasi antar sektor, sehingga
pembangunan perbatasan masih dominan dengan pendekatan
parsial/sektoral.
5. Potensi SDA belum mampu memberikan andil yang besar bagi
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat (perikanan, pertanian,
pertambangan dan gas, industri kreatif).
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
53
6. Interaksi dengan negara tetangga Australia melalui MTB masih terbatas
dalam bidang wisata bahari, dan belum dalam kerjasama ekonomi
secara luas.
Kawasan Perbatasan di Wilayah Pulau Maluku berbatasan dengan
Negara Filipina, Palau, Republik Demokratik Timor Leste dan Australia.
Kesemuanya kawasan perbatasan berupa perbatasan laut. Perbatasan
Indonesia dengan Filipina di Kawasan Perbatasan Wilayah Pulau Maluku
terletak di Laut Sulawesi. Jika melihat pada kedekatan pulau maka Kawasan
Perbatasan yang ada di Nanusa dan Miangas tentunya lebih dekat
dibandingkan dengan Morotai. Sementara perbatasan dengan Negara Palau
hampir sama dengan di wilayah Papua dimana tidak ada interaksi yang
terjalan antar dua wilayah yang ada. Berbeda dengan perbatasan Indonesia
dan Palau, perbaasan antara Indonesia dengan Negara Australia dan Timor
Leste mempunyai beberapa kerjasama kegiatan seperti adanya Darwin-
Saumlaki Sail yang merupakan kerjasama pengadaan festival pelayaran
antara Indonesia dengan Australia. Hubungan kerjasama antar dua negara di
wilayah Kawasan Perbatasan Negara Wilayah Pulau Maluku di sebelah
selatan lebih ke arah kerjasama budaya dan pariwisata sebagai bentuk
promosi kawasan timur Indonesia.
Tantangan sektor di tahun 2016 dalam membangun kawasan perbatasan
di Wilayah Pulau Maluku adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan dan Kesehatan
2. Percepatan perluasan pembangunan ekonomi, pengembangan investasi
dan perbaikan iklim usaha
3. Infrastruktur, sarana dan prasarana pemerintahan, lingkungan hidup dan
sarana penanggulangan bencana
4. Kehidupan beragama dan kebudayaan
5. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan
Sementara itu lokas prioritas yang ditangani di tahun 2015 untuk
kawasan perbatasan di Wilayah Pulau Maluku adalah Kabupaten Morotai,
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
54
Maluku Barat Daya dan Kepulauan Aru. Pada tahun berikutnya tantangan
yang ada harapannya dapat tercapai dan diterapkan dalam lokpri yang ada.
Kabupaten Morotai memiliki lokasi prioritas di seluruh wilayahnya
mengingat lokasinya yang langsung berhadapan dengan Samedera Pasifik
dan berbatasan langsung dengan wilayah laut Negara Filipina dan Palau.
Kabupaten Morotai sebagai kawasan perbatasan belum memiliki pos lintas
batas yang dapat mengakomodasi kegiatan lintas batas negara ke wilayah
tersebut. Kabupaten Morotai yang semakin maju seiring dengan
berkembangnya sektor pariwsata memerlukan pos lintas batas dengan
kelengkapan CIQS untuk mencegah penyelundupan barang atau manusia ke
dalam wilayah tersebut yang dapat mengancam kedaulatan dan keamanan di
Kawasan Perbatasan Negara di Kabupaten Morotai. Dilihat dari segi fisik
wilayahnya Kabupaten Morotai termasuk ke dalam wilayah kepesisiran
dimana 89% desa yang ada berada di dalam wilayah pesisir. Hal tersebut
menunjukan potensi sumberdaya kepesisiran dan maritim dapat menjadi
basis yang kuat untuk mengembangkan Kabupaten Morotai apabila dikelola
dengan baik.
Gambar 11 Arah Pengembangan PKSN Saumlaki
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
55
Wilayah Pulau Maluku sebelah selatan (Provinsi) memiliki dua
Kabupaten yang ditangani mulai dari tahun 2015 yaitu Maluku Barat Daya
dan Kepulauan Aru. Keduanya dapat dikembangkan dengan basis pertanian
dengan mengandalkan PKSN yang ada untuk memberikan nilai tambah.
PKSN Ilwaki dan PKSN Dobo masih dalam tahap persiapan
pengembangan. Kedepannya pengembangan akan diarahkan dalam
konektivitas hubungan ekonomi inter dan antar wilayah dimana PKSN
Ilwaki dan Dobo berorientasi hubungan ke arah PKSN Saumlaki dan
kemudian PKSN Saumlaki menjadi gerbang hubungan internasional ke arah
Republik Demokratik Timor Leste dan Australia.
IX. WILAYAH PULAU NUSA TENGGARA
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Peraturan Presiden (Perpres) No. 2 tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019 (RPJMN)
mengamanatkan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di Luar
Jawa. Salah satu bentuk pengembangannya adalah melalui konsep Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Hingga tahun 2014, telah ditetapkan 8 lokasi
KEK, yaitu: (1) KEK Sei Mangkei; (2) KEK Tanjung Lesung; (3) KEK
Palu; (4) KEK Bitung; (5) KEK Morotai; (6) KEK Tanjung Api-Api; (7)
KEK Mandalika; dan (8) KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK).
RPJMN menargetkan hingga tahun 2019 minimal ditetapkan 7 lokasi KEK
Baru, yaitu: (1) KEK MIFEE di Merauke; (2) KEK di KI Arar Kabupaten
Sorong; (3) KEK di Nusa Tenggara Timur; (4) KEK di Sulawesi Selatan;
(5) KEK di Maluku; (6) KEK di Kalimantan Utara; dan (7) KEK di
Kalimantan Barat. Atas arahan tersebut, kunjungan lokasi sebagai persiapan
pengusulan KEK tersebut kami lakukan di Kabupaten Lembata, Provinsi
Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu potensi lokasi KEK.
Kunjungan lapangan kami laksanakan selama 3 hari dengan melakukan
survei lokasi dan diskusi terfokus. Tim tiba di Kota Kupang, Provinsi Nusa
tenggara Timur pada tanggal 11 Maret 2015 malam. Tim bermalam di
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
56
Kupang untuk menunggu penerbangan ke Kabupaten Lembata pagi hari
berikutnya. Kemudian, pada tanggal 12 Maret 2015 tim berangkat ke
Kabupaten Lembata dan langsung melakukan identifikasi lokasi-lokasi yang
akan diusulkan menjadi KEK. Malam harinya, tim berkesempatan untuk
menyampaikan paparan terkait dengan proses pengusulan KEK (oleh
Sekdenas KEK) dan perencanaan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan
baru (oleh Bappenas). Keesokan harinya, tim kembali ke Kota Kupang
untuk melakukan diskusi terfokus di Kantor Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Beberapa informasi yang bisa dirangkum sebagai berikut:
1. Di Kabupaten Lembata terdapat beberapa potensi yaitu: (1) Potensi
tambang emas; (2) potensi wisata religi di bukit doa; (3) potensi
perikanan di perairan Lembata Selatan (Lamalera); (4) potensi pertanian
dan perkebunan; serta portensi wisata di Pantai Bean. Lokasi yang
diusulkan sebagai awal lokasi KEK adalah wilayah sepanjang Pelabuhan
Lewoleba hingga Bukit Doa.
2. Beberapa inti bisnis yang sudah siap dikembangkan di lokasi adalah: (1)
Sudah terdapat pabrik pengolahan ikan; (2) Sudah beroperasi pabrik
pembuatan es; (3) Sudah berjalan proses pembangunan resort di pesisir
pantai; dan (4) Sedang diselesaikannya wisata religi “Seribu Tangga”.
3. Jarak antara pusat kota menuju usulan lokasi KEK diperkirakan antara
10-15 km.
4. Untuk pengusulan KEK, Pemda telah memiliki lahan siap seluas 138,24
hektar. Saat ini, 40 hektar diberikan kepada swasta untuk dikelola
menjadi kebun jati. Sebagian besar lahan lain masih dalam tahap
sertifikasi di Badan Pertanahan Nasional. Diperkirakan luas lahan yang
akan diusulkan bisa lebih besar dari 300 hektar.
5. Fasilitas runway Bandara Wunopito di Lewoleba saat ini sepanjang 1.200
m, kebutuhan minimal untuk bisa didarati oleh pesawat tipe ATR adalah
1.400 m.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
57
6. Frekuensi penerbangan di Bandara Wunopito saat ini adalah 40-50
penerbangan per bulan yang dioperatori oleh Transnusa dan Susi Air.
Jumlah penumpang per bulan diperkirakan antara 1.000-1.470 orang.
7. Fasilitas dermaga pelabuhan di Lewoleba terdapat satu dermaga seluas
200x6 meter, dengan kapasitas kapal berlabuh antara 1.000-3.000 DWT.
8. Untuk sumber air bersih, terdapat bendungan yang dapat melayani 1 kota
dan 2 kecamatan yang berjarak kurang lebih 80 km dari lokasi
bendungan. Kapasitas air 10 liter/detik. Namun saat ini saluran belum
mencapai keseluruhan lokasi. Tahun 2015 dianggarkan Rp. 2,6 Milyar
untuk menyelesaikan saluran air bersih.
2. KAWASAN PERBATASAN
Nusa Tenggara Timur mempunyai wilayah laut yang lebih luas
dibandingkan dengan luas wilayah darat, yaitu 200.000 Km2. Berdasarkan
hal terserbut dapat diketahui bahwa NTT memiliki potensi yang tinggi akan
sumberdaya kelautan dan kepesisiran. Potensi tersebut mendatangkan
tantangan yang besar bagi masyarakat NTT khususnya. Sumberdaya yang
begitu besar, tetapi kurang didukung pengelolaannya oleh mayarakat lokal
tentunya justru mendatangkan berbagai hambatan dalam pembangunan.
Sumberdaya tersebut justru akan berpotensi dimanfaatkan oleh pihak asing
dan tidak memberikan manfaat pada wilayah itu sendiri. Selain itu wilayah
laut yang begitu luas mengharuskan pengamanan yang begitu ketat di
sepanjag garis batas wilayah laut NTT. Terdapat dua negara yang
berbatasan langsung, yaitu Republik Demokratik Timor Leste dan Australia.
Untuk dapat mengelola wilayah laut sekaligus mengamankan batas wilayah
khususnya di wilayah laut, pengelolaan kawasan perbatasan dengan
pendekatan kesejahteraan, keamanan dan kelingkungan perlu dilakukan.
NTT memiliki profil wilayah yang cenderung datar di wilayah
pesisirnya dan semakin bergelombang dan bergunung di wilayah tengah
NTT. Kupang sebagai ibu kota provinsi memiliki wilayah yang relatif datar
dan sangat cocok untuk difungsikan sebagai pusat kegiatan dan pusat
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
58
pemerintahan. Fungsi Kupang sebagai pusat pertumbuhan wilayah memiliki
kesulitan karena adanya pemisah wilayah berupa keadaan relief di tengah
wilayah NTT yang sangat berbukit dan bergunung. Perbatasan antara
Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara, dan Kabupaten Timor
Tengah Selatan merupakan wilayah yang sangat bervariasi profil
topografinya. Tentunya hal tersebut dapat menyulitkan konektivitas antar
wilayah. Namun begitu setiap pusat kabupaten tersebut dapat memfungsikan
wilayahnya sesuai fungsi masing – masing dan konektivitas antar wilayah
sudah didukung dengan adanya Jalan Nasional Trans Timor dan jalan –
jalan lainnya yang menghubungkan antar wilayah.
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu dari sekian provinsi yang
memiliki Kawasan Perbatasan Negara di dalamnya. Terdapat 7 kabupaten
yang memiliki kawasan perbatasan, yaitu Kabupaten Kupang, Kabupaten
Timur Tengah Utara, Kabupaten Malaka, Kabupaten Belu, Kabupaten Rote
Ndao, Kabupaten Sabu Raijua, dan Kabupaten Alor. 30 lokpri yang ada
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten – Kabupaten tersebut. Kawasan
Perbatasan Negara di Nusa Tenggara Timur meliputi perbatasan darat dan
laut dengan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Permasalahan
perbaasan darat dan laut sangat berkaitan satu sama lain. Hal tersebut
dikarenakan batas laut sangat mempertimbangkan batas darat yang ada.
Sementara batas darat juga memperhatikan potensi laut yang ada untuk
dapat dijadikan dasar pengelolaan potensi sumberdaya kepesisiran. Terdapat
beberapa hal penting yang menjadi catatan dalam pembahasan perbatasan
Indonesia dengan RDTL dan Australia, yaitu :
1. Perbatasan darat yang berada di perbatasan Kabupaten Belu dengan
Distrik Bobonaro memiliki panjang sekitar 70 Km dan sedang diadakan
pembangunan Jalan Pararel Perbatasan yang dapat menghubungkan
semua PLBN yang ada dan mempermudah akses serta pengawasan
kawasan perbatasan di wilayah ini.
2. Perbatasan darat ke dua berada di Kabupaten Malaka. Distrik Covalima
berada di sebelah timur kabupaten ini. Panjang batas ini sekitar 80 Km.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
59
Jalan darat dari kawasan perbatasan ini banyak ditemui rusak begitu
juga dengan jembatannya. Perlu perhatian khusus pada kawasan ini.
3. Perbatasan darat berikutnya berada di sebelah Barat Kabupaten Timur
Tengah Utara. Distrik yang berbatasan langsung adalah Distrik Oecussi.
Panjang garis batas yang ada adalah 119.7 Km dengan dominasi
pembatas berupa sungai.
4. Semua kawasan perbatasan darat memiliki PLBN yang strategis dan
dibahas dalam Instruksi Presiden No. 6 tahun 2015 tentang Percepatan
Pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan Sarana Prasarana
Penunjang di Kawasan Perbatasan, yaitu PLBN Mota’ain, PLBN
Motamasin dan PLBN Wini. Pada tahun 2015 fokus pengerjaan PLBN
ada di PLBN Entikong dan PLBN Mota’ain. Bulan Oktober pekerjaan
pembangunan PLBN terpadu sudah mencapai tahap 4.7 %.
5. PLBN Mota’ain dan PLBN Wini dihubungkan dengan Jalan Wini –
Jalan Raya Atambua Sekato – Jalan Ki Hadjar Dewantara – Jalan Trans
Timor. Jalan tersebut ditargetkan karena menjadi jalan internasional
karena melayani langsung aktivitas dua negara yang intensif di kawasan
perbatasan. Selain itu Jalan tersebut terhubung langsung dengan
Bandara Internasional Nicolau Lobato milik Republik Demokratik
Timor Leste.
6. Batas darat yang ada kebanyakan berupa sungai kering saaat musim
kemarau sehingga memicu timbulnya jalur tikus di kawasan perbatasan
yanga ada.
7. Penetapan batas maritim mempertimbangkan faktor geografis wilayah
yang unik dan rumit karena letak Republik Demokratik Timor Leste
yang berada di sebelah Indonesia dan juga sekaligus berada di seberang
Indonesia.
8. Dua wilayah Timor Leste yang terpisah, tetapi masih berada di dalam
satu pulau sehingga kawasan maritime Republik Demokratik Timor
Leste menjadi terpisah. Hal ini memaksa Indonesia untuk menjaga
wilayah perairan Indonesia yang berada di antara dua wilayah perairan
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
60
Repubik Demokratik Timor Leste agar tidak terjadi kegiatan ilegal di
kawasan tersebut.
9. Batas laut Indonesia – Australia merupakan wilayah perairan yang
sangat luas sehingga akan mempersulit proses penjagaanya.
10. Perjanjian Indonesia – Australia terkait batas laut sudah disepakati
meskipun belum berlaku secara resmi karena belum adanya ratifikasi
dalam peraturan nasional. Namun begitu sejak kemerdekaan Republik
Demokratik Timor Leste, perundingan perbatasan laut masih harus
dirundingkan karena wilayah laut Indonesia yang berkurang dengan
adanya wilayah laut Republik Demokratik Timor Leste.
Kabupaten Kupang sebagai kabupaten dengan kawasan perbatasan
memiliki akses yang paling dekat dengan pusat pemerintahan Provinsi NTT.
Akses yang lebih dekat dengan pusat pemerintahan dan kegiatan provinsi
idealnya dapat memudahkan Kabupaten Kupang untuk berkembang sebagai
efek dari urban sprawl Kota Kupang. Potensi Kabupaten Kupang meliputi
potensi pertanian, perkebunan dan perikanan. Sektor pertanian menyumbang
45.26% PDRB Kabupaten Kupang. Komoditas yang menjadi unggulan
untuk sektor pertanian adalah padi dengan hasil tertinggi di Kecamatan
Kupang Timur, yaitu sekitar 17.800 ton per tahun. Potensi padi tersebut
seharusnya dapat diolah menjadi bentuk produk turunan yang dapat
memberikan nilai tambah dari produksi padi yang ada. Konsumen padi tidak
datang dari wilayah itu saja, tetapi juga dari Timor Leste. Namun begitu
alokasi fungsi lahan di Kabupaten Belu tidak terlalu luas untuk pertanian.
Fungsi lahan Kabupaten Kupang diarahkan pada Hutan Lindung dan Hutan
Produksi. Hal tersebut melihat pada wilayah timur yang topografinya
bervariasi. Wilayah tersebut dijadikan sebagai catchment area untuk air
hujan di wilayah tersebut dan menjadi cadangan persediaan air di wilayah
sekitarnya. Potensi lainnya berada di sub sektor perkebunan dengan jenis
komoditas yang dominan adalah kapuk, jambu mete dan kelapa. Komoditas
unggulan berupa kelapa dan jambu mete. Komodita jambu mete sendiri
didukung dengan adanya sentra produksi jambu mete dan adanya jangkauan
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
61
pasar hingga ke India. Potensi yang ada di kawasan perbatasan sendiri
berbeda dengan potensi Kabupaten Kupang pada umumnya. Komoditas di
Kawasan Perbatasan Amfoang Timur adalah sayuran, ubi kayu, jagung dan
padi. Kabupaten Kupang seharusnya dapat memfasilitasi produk – produk di
kawasan perbatasan agar dapat memiliki nilai tambah dan dapat bersaing
dengan produk Republik Demokratik Timor Leste. Kondisi akses di
Kabupaten Kupang sendiri sudah relatif baik dengan jaringan jalan yang
dapat menghubungkan hingga wilayah yang sangat terpencil sekalipun.
Tentunya hal tersebut dapat mendukung dalam mengembangkan wilayah
perbatasan di Kabupaten Kupang. Dalam kaitannya dengan pengelolaan
kawasan perbastasan Kabupaten Kupang dapat bergerak bersama dengan
Kabupaten Timor Tengah Utara untuk memperkuat perekonomian di
kawasan perbatasan. Hal tersebut dikarenakan ke dua kabupaten berdekatan
dan berbatasan langsung dengan Distrik Oecussi sepanjang 15,2 Km dan
114,9 Km. Sarana pengamanan Kawasan Perbatasan Kabupaten Kupang
sendiri didukung dengan adanya 3 (tiga) Pos Pamtas, yaitu Pos Oepolo, Pos
Oepoli Sungai dan Pos Oepolo Pantai dan juga 1 (satu) Pos Lintas Batas
Oepolo. Pos Lintas Batas Oepolo sendiri seifatnya masih tradisional dengan
pengecekan dokumen – dokumen biasa. Pada tahun 2015 sendiri
pembangunan Pos Lintas Batas Terpadu difokuskan di wilayah Mota’ain
dengan adanya Inpres No. 6 tahun 2015. Pos Lintas Batas di Kabupaten
Kupang sendiri masih belum menjadi prioritas untuk tiga tahun ke depan.
Kabupaten selanjutnya yaitu Kabupaten Timor Tengah Utara. Potensi
dari Kabupaten ini sedikit berbeda dengan potensi di Kabupaten Kupang.
Sektor yang unggul masih berupa sektor pertanian. Komoditas yang
diunggulkan adalah komoditas jagung dan kedelai dengan produksi yang
dapat mencapai 50.000 ton. Lahan yang ada di Kabupaten Timor Tengah
Utara memang sangat cocok untuk kegiatan pertanian lahan kering. Sub
sektor yang menjadi unggulan adalah sub sektor peternakan dengan jenis
ternak sapi, kambing, babi, kuda dan domba. Produksi dari sub sektor
peternakan tersebut banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
62
di sekitarnya. Jenis yang paling banyak dihasilkan adalah sapi dan babi yang
dapat mencapai 100.000 ekor dan 75.000 ekor. Dilihat dari persebaran
komoditas unggulannya, Kawasan Perbatasan Kabupaten Timor Tengah
Utara berada di Kecamatan Insana Timur, Naibenu, Bikomi Utara, Bikomi
Tengah, Bikomi Nilulat, Maomaffo Barat, dan Mutis. Untuk tahun 2015
fokus penanganan berada di Kecamatan Insana Utara, Bikomi Utara,
Bikomi Niluat dan Mutis. Komoditas yang ada adalah kelapa, jagung,
kedelai, jambu mete, ternak sapi, ternak babi, ternak kambing, dan
komoditas perikanan dari wilayah pesisir Kabupaten Timor Tengah Utara.
Alokasi fungsi lahan sendiri lebih banyak berupa Hutan Lindung dan Hutan
Produksi Tetap sebagai kawasan penyangga wilayah di sekitarnya.
Pertahanan keamaan di Timor Tengah Utara didukung dengan 14
(empat belas) Pos Pamtas, yaitu Kefamenanu, Napan Bawah, Wini, Nino,
Inbate, Baen, Haumeniana, Ninulat, Haumeni, Ainan, Eban, Manusasi,
Olbinose, dan Alpal. Kemudian terdapat 2 (dua) Pos Lontas Batas, yaitu
Napan dan Wini. Kedua pos merupakan Pos Lintas Batas yang masih
bersifat tradisional. Sifat bangunan gedung Pos Lintas Batas belum
menunjukan keterpaduan fungsi dengan tidak adanya bangunan khusus yang
langsung dapat memeriksa kelengkapan dokumen imigrasi,
kesehatan/karantina, bea cukai, keuangan dan keamanan. Semua bangunan
yang berkaitan dengan fungsi imigrasi, kesehatan/karantina, bea cukai,
keuangan dan keamanan dipisahkan dalam gedung untuk tiap – tiap fungsi.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
63
Gambar 12 Citra Kondisi Existing PLBN Wini Kabupeten Timor TengahUtara
Pos Lintas Batas Wini merupakan Pos Lintas Batas yang menjadi
prioritas penanganan tiga tahun ke depan sesuai amanant yang tertuang
dalam Inpres No. 6 tahun 2015. Kondisi Pos Lintas Batas Negara Wini
adalah sebagai berikut :
1. Jalan di sekitar PLBN baik karena menghubungkan langsung dengan
bandara internasional yang ada di NTT. Jalan menuju PLBN dari
Kefamenanu beberapa memerlukan perbaikan karena kerusakan.
2. Listrik : 24 Jam dengan dukungan solar cell (cadangan)
3. Sumber air : Air sumur yang dipompa(bergantung pada listrik); Ada
sistem pengelolaan air bersih untuk langsung minum.
4. Telekominikasi : Menggunakan operator Telkomsel
5. Money Changer : Bank Mandiri
6. Ketersediaan Pasar : Ada dibuka hanya hari Senin untuk dua negara
7. Terdapat dokter di balai kesehatan.
8. Peralatan CIQS : Tidak ada penunjang CIQS (X ray, scanner, dan lain-
lain). Pemeriksaan masih tradisional sebatas pengecekan dokumen.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
64
9. Kendala pengamanan perbatasan adalah proses pemeriksaan yang
tradisonal pada orang dan dokumen sementara proses penggeledahan
tidak bisa dilakukan
10. Jalan disekitar Wini diwacanakan difungikan sebagai jalur internasional
sehingga sebagai konsekuensinya harus ada penyesuaian kondisi jalan
dan lingkungan di sekitar jalan tersebut sesuai dengan kelas jalan
11. Kebersihan kawasan PLBN sangat kurang (pengelolaan sampah belum
baik);
Langkah penataan kawasan Pos Lintas Batas Wini yang saat ini sedang
diusahakan adalah upaya pembebasan lahan untuk pembangunan Pos Lintas
Batas Negara Terpadu dan penunjukan lokasi relokasi Pos Pamtas. Pos
Pamtas akan ditarik keluar dengan jarak minimal 2 Km dari Kawasan Pos
Lintas Batas Wini. Hal tersebut ditujukan agar nantinya Pos Lintas Batas
Wini lebih menunjukan sifat Indonesianya, bukan sifat pertahanan militer.
Jarak 2 Km sudah dianggap paling efektif untuk mengantisipasi apabila
terjadi insiden di kawasa perbatasan. Alternatif lokasi yang ditunjuk antara
lain adalah di sekitar pantai, di sekitar sungai, dan di areal perkebunan.
Penunjukan lokasi mempertimbangkan faktor pengamanan perbatasan,
penutupan jalur tikus, dan montoring kawasan perbatasan.
Kabupaten dengan Kawasan Perbatasan Negara berikutnya adalah
Kabupaten Belu. Kabupaten Belu merupakan Kabupaten yang memiliki
Pusat Kawasan Strategis Nasional yang diharapkan dapat memicu
pembangunan kawasan perbatasan di sekitarnya. Pusat Kawasan Strategis
Nasional yang ada di Kabupaten Belu berada di Kota Atambua. Jika melihat
pada terminologi fungsi hubungan Pusat Kawasan Stretegis Nasional
dengan lokpri. Pusat Kawasan Strategis Nasional Atambua tidak
difungsikan sebagai pusat pelayanan lintas batas negara. PKSN Atambua
lebih difungsikan sebagai pusat kegiatan dan pusat pertumbuhan ekonomi
kawasan perbatasan. Harapannya PKSN Atambua dapat menjadi hulu dari
setiap kegiatan di kawasan perbatasan dan dapat mengalirkan nilai tambah
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
65
dari setiap komoditas wilayah khususnya di kawasan perbatasan (hilir).
Sementara untuk pelayanan lintas batas dapat memfungsikan lokpri – lokpri
yang ada di Kabupaten Belu. PKSN Atambua banyak menerima dan
mendistribusikan komoditas – komoditas yang ada di wilayah maupun dari
luar wilayah. Hal tersebut dikarenakan karena adanya dukungan Pelabuhan
Atapupu yang relatif padat dan intensif kegiatannya. PKSN Atambua sendiri
selama ini juga menjadi alternatif pasar bagi penduduk Republik
Demokratik Timor Leste. Barang yang dijualbelikan untuk masyarakat
Timor Leste antara lain adalah alat – alat rumah tangga dan makanan
kebutuhan pokok sehari – hari. Masyarakat Timor Leste juga banyak yang
memiliki keluarga yang tinggal di Atambua. Oleh karena itu kunjungan ke
Atambua biasanya selain aktivitas jual beli juga adalah aktivitas
kekerabatan.
PKSN Atambua memiliki konektivitas yang relatif baik untuk menuju
Kawasan Perbatasan Negara Kabupaten Belu maupun ke luar wilayah.
Namun begitu yang harus diperbaiki adalah akses menuju Kabupaten
Malaka yang masih sangat kurang diakibatkan oleh adanya kerusakan jalan
di banyak ruas jalan dan jembatan yang masih sangat kurang kondisinya.
Pengembangan konektivitas akan masih terus berlanjut dengan membangun
Jalan Pararel Perbatasan (Sabuk Perbatasan) di perbatasan Kabupaten Belu
dan Kabupaten Malaka dengan Republik Demokratik Timor Leste. Lokasi
Prioritas di sekitar PKSN Atambua Kabupaten Belu, yaitu Tasifeto Timur,
Lamaken Selatan, Atambua, Lamaknen, Lasiolat, Raihat, Tasifeto Barat dan
Nanaet. Komoditas berupa hasil pertanian, perkebunan dan perikanan
banyak tersebar di luar wilayah PKSN. Hal tersebut dikarenakan PKSN
Atambua difungsikan sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sosial saja.
Sektor perdagangan dan jasa lebih intensif di wilayah PKSN Atambua. Hal
tersebut juga dibuktikan dengan kontribusi sektor Jasa yang mencapai
24,18% Perdaganan, Restoran dan Hotel yang mencapai 19,12% dalam
PDRB Kabupaten Belu. Komoditas yang ada antara lain adalah padi, kemiri,
kelapa, jambu mete, dan hasil laut.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
66
Pengamanan perbatasan Kabupaten Belu didukung dengan 32 Pos
Pamtas yang ada di seluruh kecamatan lokpri Kawasan Perbatasan Negara
Kabupaten Belu. Kemudian ada pula 2 PLBN, yaitu PLBN Mota’ain dan
Turiskain. PLBN Mota’ain sendiri sudah bersifat internasional dan memiliki
bangunan yang relatif terpadu dengan dilengkapi kawasan penunjang
kegiatan PLBN.
Gambar 13 Citra Kondisi Existing PLBN Mota’ain
Namun begitu untuk saat ini PLBN Mota’ain belum bisa berfungsi
secara optimal. Selain karena adanya pembangunan PLBN terpadu di
Mota’ain, ketidaklancaran kegiatan di PLBN Mota,ain dikarenakan
kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengikuti prosedur pemeriksaan
yang benar. Hasil evaluasi menyatakan saat ini aktivitas di PLBN Mota’ain
sedang terfokus pada pembangunan kawasan Pos Lintas Batas Negara
Terpadu dengan target sementara pada pembangunan kawasan inti, yaitu
gerbang lintas batas yang memiliki fasilitas CIQS. Kondisi existing dari
PLBN Mota’ain adalah sebagai berikut :
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
67
1. Pembangunan sudah terlaksana dengan target pada bulan April 2016
sudah selesai untuk pembangunan bordergate, gerbang keberangkatan,
dan gerbang kedatangan.
2. Pembangunan pasar dua negara dikoordinasi oleh Disperindag tetapi
hingga saat ini belum ada koordinasi. Info saat ini lelang terhadap
pengerkaan proyek sedang berlangsung.
3. Kondisi jalan di sekitar PLBN baik karena menghubungkan langsung
dengan bandara internasional yang ada di NTT. Jalan dari Wini ke
Mota'ain masih tergolong baik.
4. Listrik 24 jam aliran dari PLTD Atambua.
5. Sumber air : Ada dan beberapa terkontaminasi kapur.
6. Telekomunikasi : Telkomsel dengan sinyal bagus dan dukungan
jaringan internet hingga H+.
7. Money Changer : Bank Mandiri
8. Ketersediaan Pasar : Pasar pindah ke pesisir pantai karena proses
pembangunan PLBN terpadu.
9. Terdapat dokter di pos karantina.
10. Peralatan CIQS : Tidak ada penunjang CIQS (X ray, scanner, dan lain-
lain). Pemeriksaan masih tradisional sebatas pengecekan dokumen.
11. Kondisi existing saat ini terdapat toko suvernir dan restauran di sekitar
gerbang PLBN;
12. Jalan disekitar Mota'ain diwacanakan difungikan sebagai jalur
internasional sehingga sebagai konsekuensinya harus ada penyesuaian
kondisi jalan dan lingkungan di sekitar jalan tersebut sesuai dengan
kelas jalan;
13. Kesadaran hukum masyarakat masih kurang sehingga kadang terdapat
pelintas yang tidak mematuhi prosedur pemeriksaan;
14. Kondisi bangunan existing saat ini sudah relatif terpadu dengan
dukungan bangunan dengan fungsi CIQS lain di lokasi berbeda.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
68
15. Kendala dalam pengamanan perbatasan adalah dalam kawasan PLBN
tidak steril, susah membedakan masyarakat asli dengan masyarakat dari
Timor Timur;
16. SDM pengelola terbatas dibandingkan dengan pelintas batas yang dapat
mencapai 100 orang perhari;
17. Kendala pos : fasilitas dalam proses pemeriksaan masih kurang;
PLBN Mota’ain pada tahun 2016 ditargetkan sudah selesai dibangun
dan dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan lintas batas dan kegiatan
ekonomi – sosial kawasan perbatasan.
Kabupaten selanjutnya adalah Kabupaten Malaka. Kabupaten Malaka
memiliki aksesibilitas yang sangat kurang dibandingkan semua Kabupaten
dengan Kawasan Perbatasan Negara yang ada di Pulau Timor Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Kabupaten Malaka memiliki lokpri di Kecamatan
Kobalima Timur, Malaka Barat, Kobalima, Mala Tengah, Wewiku, Malaka
Timur, Weliman, Rinhat dan Botin Leolele. Potensi yang ada di lokas
prioritas kawasan perbatasan antara lain Jagung, Padi, Kelapa, Ubi, Kayu,
Kakao, Kacang Hijau, Ternak Kerbau, Kuda, Babi, dan Kambing. Alokasi
fungsi lahan sebenarnya berupa lahan tanaman keras. Namun begitu potensi
yang ada masih kurang memperhatikan fungsi lahan tersebut. Dengan begitu
penggunaan lahan yang ada banyak ditemui berupa vegetasi non komoditas
sebagai ruang hijau wilayah.
Kegiatan di perbatasan ditunjang dengan Pos Lintas Batas Motamasin.
Kawasan PLBN Motamasin memiliki potensi banjir apa bila musim hujan
datang. Kondisi PLBN terpadu yang dibangun oleh BNPP diketahui saat ini
dalam kondisi yang rusak parah dan tidak bisa dimanfaatkan. Hal tersebut
dikarenakan bangunan PLBN terkena dampak banjir dari sungai yang ada di
sekitar kawasan PLBN. Bentuk penanggulangan banjir dilakukan dengan
pembuatan tanggul dengan pengerasan semen untuk menahan luapan air.
Dengan begitu pemeriksaan lintas batas banyak dilakukan di sekitar Pos
Pamatas di kawasan PLBN Motamasin.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
69
Gambar 14 Citra Kondisi Existing PLBN Motamasin
Kondisi existing Pos Pamtas masih berada di dalam kawasan PLBN.
Fungsi PLBN didukung dengan bangunan – bangunan dengan fungsi terkait
Custom, Imigration, Quarantine dan Security. Terdapat bebrapa bangunan
yang tidak terawat dan tidak dimanfaatkan di area sekitar PLBN. Bangunan
pasar sudah tidak berfungsi selama lebih dari 3 bulan. Beberapa bangunan
bahkan sudah rusak dan tidak terlihat digunakan untuk kegiatan terkait
CIQS. Kondisi existing PLBN Motamasin adalah sebagai berikut :
1. Kondisi jalan di sekitar PLBN relatif baik, tetapi untuk jalan dari Belu
menuju kawasan PLBN Motamasin masih sangat kurang. Banyak
jembatan yang rusak sehingga mengurangi aksesibilitas wilayah.
2. Listrik : 24 Jam dengan dukungan solar cell (cadangan)
3. Sumber air : Ada
4. Telekominikasi : Telkomsel dengan harus dibantu penguat jaringan
(jika listrik mati maka sinyal hilang). Internet harus mencari lokasi
tertentu yang terdapat jaringan.
5. Money Changer : Tidak ada
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
70
6. Ketersediaan Pasar : Ada bangunan tetapi sudah sekitar sebulan tidak
ada aktivitas jual beli
7. Terdapat petugas perawat di balai kesehatan.
8. Peralatan CIQS : Tidak ada penunjang CIQS (X ray, scanner, dan lain-
lain). Pemeriksaan masih tradisional sebatas pengecekan dokumen.
9. Lalulintas penduduk di PLBN hingga 20 pelintas perhari;
10. Kepentingan melintas batas adalah berbelanja atau menjenguk saudara
yang ada di Indonesia;
11. Perlu penanganan untuk segera membangun jalan;
12. Banyak bangunan tidak terpakai dengan kondisi yang sangat buruk;
13. Terdapat ancaman banjir di sungai sekitar PLBN, untuk saat ini sudah
diantisipasi dengan pembangunan tanggul sungai;
14. Bangunan PLBN terpadu yang dibangun BNPP tahun 2013 saat ini
telah rusak karena banjir;
15. Ditemukan jalur tikus di sekitar sungai yang mengering di hutan
sebelah utara PLBN;
16. Renovasi bangunan akan berlangsung pada akhir tahun 2015;
17. Kendala pengamanan perbatasan adalah proses pemeriksaan yang
tradisonal pada orang dan dokumen sementara proses penggeledahan
tidak bisa dilakukan
Pembangunan kawasan PLBN terpadu pada tahun 2016 akan berfokus
pada perbaikan PLBN yang rusak karena terjadinya banjir di kawasan
tersebut.
Kabupaten dengan lokpri Provinsi NTT lainnya adalah Kabupaten Rote
Ndao dan Kabupaten Alor yang berada di luar Pulau Lor. Kabupaten Rote
Ndao memiliki fungsi yang penting dalam pengamanan dan pertahanan
kawasan perbatasan laut antara Indonesia dengan Australia. Penetapan
Kabupaten Rote Ndao sebagai kawasan strategis bidang pertahanan adalah
sebagai langkah untuk mencegah adanya aktivitas ilegal di wilayah
perbatasan laut Indonesia – Australia. Diketahui bahwa di sekitar wilayah
tersebut merupakan wilayah yang ramai dengan kapal pengangkut. Selain
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
71
itu fungsi pertahanan dan keamanan juga dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat Indonesia, khususnya nelayan yang dijadikan sasaran oleh pihak
keamanan Australia. Sementara itu Kabupaten Alor sendiri merupakan
Kabupaten yang berbasan dengan wilayah laut Republik Demokratik Timor
Leste. Konektivitas dalam wilayah ini sangat kurang karena hampir
setengah dari jaringan jalan dalam kondisi yang kurang baik. Namun begitu
aksesibilitas ke luar wilayah telah didukung dengan adanya bandara dan
pelabuhan laut. Dalam usaha pengembangan kawasan perbatasan di
Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Alor diperlukan adanya
pembangunan konektivitas dalam wilayah untuk dapat memperkuat
ekonomi di Kabupaten tersebut. Selain itu perlu adanya peninjauan terhadap
Titik Referensi yang ada untuk dapat menjaga wilayah perbatasan laut
sehingga masyarakat juga tahu batasan wilayah Indonesia dan terhindarkan
dari usaha penagkapan nelayan. Pembangunan posal dan PLBN juga dapat
menjadi solusi dalam usaha menjaga keamanan dan kedaulatan kawasan
perbatasan laut di Kabupaten Rote Ndao dan Alor.
X. WILAYAH PULAU PAPUA
1. KAWASAN EKONOMI KHUSUSKomitmen Pemerintah untuk membangun Kawasan Timur Indonesia
ditunjukkan dengan mendukung rencana pengembangan KEK di Wilayah
Papua, yaitu KEK Merauke (Provinsi Papua) dan KEK Sorong (Provinsi
Papua Barat), sesuai dengan komoditas unggulan yang potensial untuk
dikembangkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten Merauke saat ini telah
mengajukan dokumen pengusulan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
di Merauke di sektor pangan, yang salanjutnya disebut sebagai KEK Pangan
Merauke, dengan misi menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada
beras dan negara eksportir beras. Pemerintah Kabupaten Merauke telah
mencanangkan lahan seluas 1,2 juta hektar lahan sebagai sentra pangan
nasional (namun akan dibatasi seluas 250 ribu hektar mengingat
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
72
keterbatasan infrastruktur dan kompleksitas lahan). Dalam rencana tersebut,
sawah pertanian akan dikelola dengan pendekatan mekanisasi dimana setiap
hektar lahan sawah berpotensi memiliki tingkat produktifitas gabah sebesar
8 ton per hektar atau sekitar 5 ton padi per hektar.
Untuk mewujudkan misi swasembada tersebut, berbagai industri
pengolahan produk pangan dan industri pendukungnya akan dibangun
dalam kawasan industri ini. Beberapa industri pengolahan pangan yang akan
dibangun di dalam KEK Merauke, antara lain:
1. Rice husking;
2. Industri pengolahan beras lanjutan (kristalisasi beras); dan
3. Industri pengolahan pangan dari produk sampingan beras;
4. Industri pengolahan daging.
Selain menghasilkan beras baik kualitas sedang maupun kualitas tinggi,
industri gabah memiliki beberapa produk sampingan lain yang memiliki
nilai jual cukup tinggi. Untuk lebih meningkatkan nilai jual tersebut, perlu
adanya dukungan dalam bentuk pengembangan industri pengolahan produk
sampingan dari beras yang bersifat non pangan. Pabrik pengolahan produk
sampingan beras non pangan lainnya, yaitu:
1. Industri pengolahan pakan ternak berbasis jerami dan kawul;
2. Industri pengolahan pakan ternak berbasis bekatul; dan
3. Industri pengolahan minyak bekatul.
Sedangkan industri pendukung khususnya terkait penyediaan sarana
produksi yang akan dibangun di dalam KEK Merauke ini antara lain:
1. Industri peralatan pertanian (bengkel dan retailer);
2. Industri pengemasan
3. Industri pupuk
4. Industri logistik
Sedangkan terkait KEK Sorong, pembangunan Kawasan Ekonomi
Khusus berawal dari pembangunan Kawasan Industri Arar Sorong dan
sejalan dengan Program Pemerintah Pusat terkait Tol Laut. Pembangunan
infrastruktur pabrik beserta fasilitas penunjang berupa pelabuhan menjadi
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
73
faktor penarik (pull factor) kalangan industri membangun industri di
kawasan ini. Kabupaten Sorong memiliki potensi potensi minyak dan gas
bumi yang cukup besar. Hingga saat ini, beberapa kegiatan investasi telah
berjalan di Kabupaten Sorong, yaitu pada sektor Migas, Kehutanan,
Perkebunan, Perindustrian, dan Kelautan. Lahan yang akan disiapkan bagi
pembangunan KEK Sorong yaitu seluas ± 7000 Ha, dengan luas lahan pada
kawasan ini yang telah dibebaskan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Sorong yaitu seluas ± 1000 Ha. Perkembangan pembangunan KEK saat ini
yaitu masih berada pada tahap penyusunan Dokumen Pengusulan KEK
Sorong oleh Pemerintah Daerah dengan fokus kegiatan usaha pada industri
minyak dan gas, serta industri semen.
2. KAWASAN PERBATASAN
Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara di Wilayah Papua
diarahkan pada peningkatan fungsi kawasan perbatasan sebagai beranda
depan yang manu dan berdaulat dengan mengembangkan Pusat Kawasan
Strategis Nasional Jayapura, Tanah Merah, Merauke dan lokpri – lokpri
yang ada. Kawasan perbatasan di Wilayah Pulau Papua meliputi perbatasan
laut dan perbatasan darat. Perbatasan darat, yaitu dengan Negara Papua
Nugini sedangkan perbatasan laut berbatasan dengan Papua Nugini,
Australia dan Palau. Untuk perbatasan laut Palau wilayah laut yang menjadi
kawasan perbatasan sangat luas dan menjadi tantangan dalam
pengelolaanya. Perbatasan darat di Wilayah Pulau Papua membentang dari
Skouw hingga Merauke sepanjang 820 Km. Kabupaten yang berada di
sekitar garis batas tersebut, yaitu Kabupaten Keerom, Kabupaten Merauke,
Kabupaten Boven Digoel, Pegunungan Bintang dan Kota Jaya Pura.
Sedangkan Raja Ampat (Papua Barat) merupakan kawasan perbatasan yang
berbatasan dengan wilayah laut Negara Palau. Sepanjang garis perbatasan
tersebut ditandai dengan 55 monumen berupa tugu utama dan 1792 tugu
perapatan yang dapat menjadi tanda bagi masyarakat sekitar yang akan
beraktivitas di sekitar kawasan perbatasan. Namun begitu, diketahui bahwa
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
74
monumen yang ada belum mampu memperjelas batas wilayah. Hal tersebut
dikarenakan terdapat wilayah Indonesia yang di dalamnya terdapat fungsi
pemerintahan Negara Papua Nugini (Warasmoll dan Marantikin).
Sementara itu untuk pos perbatasan terdapat di Kabumaten Merauke (Sota,
Erambu, Bupul, Kondo), Boven Digoel (Mindiptana Waropko), Kota
Jayapura (Skouw), Keerom (Waris), dan Pegunungan Bintang (Okyok,
Battom, Iwur). Pemeliharaan batas dan monumen batas sendiri pada awal
tahun masih belum optimal dimanfaatkan, tetapi saat ini Skouw sudah relatif
berkembang dan lebih dimanfaatkan. Proses Pengembangan PLBN Terpadu
masih berjalan meskipun terdapat kegiatan lintas batas. Tidak semua pilar
batas berupa monumen bangunan fisik yang jelas. Beberapa pilar batas
berupa patok kayu, terutama di perbatasan yang berada di wilayah hutan.
Perlu adanya pembangunan fisik terhadap pilar – pilar batas agar tidak
terjadi pemindahan atau kehilangan pilar batas.
Perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini berupa garis lurus
dari utara hingga selatan meskipun tedapat perbatasan yang mengikuti alur
sungai di Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Merauke. Akibat dari
perbatasan yang berupa garis lurus tersebut wilayah di sekitar garis batas
dibagi tanpa melihat perbedaan unsur manusianya sehingga di dalam
wilayah yang terdapat tanah yang masih menjadi tanah adat warisan nenek
moyang. Hal positif dari pembagian wilayah tersebut adalah hubungan erat
antar dua masyarakat adat di sekitar perbatasan. Dampak negatif yang ada
adalah sengketa tanah antar dua kelompok masyarakat yang mendiami tanah
di atas tanah adat yang mempunyai asal usul sama. Beberapa masyarakat
dari Negara Papua Nugini bahkan berada di dalam wilayah Indonesia karena
kepemilikan tanah yang ada (Muara Tani dan Sota). Sementara itu untuk
perbatasan laut dengan Negara Papua Nugini batas landas kontinental telah
disepakati 100%. Sedangkan batas ZEE masih dalam proses pembahasan.
Batas laut Indonesia dan Palau hingga saat ini masih dalam proses
perundingan untuk batas – batas ZEE di Samudera Pasifik. Hubungan
diplomatik yang kurang baik mengakibatkan ke sulitnya proses perundingan
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
75
batas wilayah yang ada. Meski begitu Indonesia memiliki wilayah laut yang
lebih luas karena sudah menyatakan klaimnya terlebih dahulu. Batas yang
ada masih berupa klaim sepihak perlu adanya kesepakatan antar ke dua
belah pihak untuk menghindari aktivitas ilegal di kawasan perbatasan
tersebut. Jarak antara Indonesia dengan Palau yang jauh tidak kemudian
menjadi pembenaran untuk tidak menaruh perhatian pada kawasan
perbatasan Indonesia – Palau. Sementara itu perbatasan Indonesia dengan
Australia di Negara Papua, perlu adanya patroli dan penegasan batas
wilayah yang melibatkan masyarakat lokal. Dengan begitu harapanny
masyarakat sekitar menjadi tahu akan batas wilayah dengan negara tetangga
dan terhindarkan dari penangkapan oleh Negara Australia.
Dalam pengembangan Kawasan Perbatasan Negara di Wilayah Papua
terdapat Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara yang tertuang
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2015.
Didalamnya telah jelas bagaimana pembagian fungsi daerah dan kawasan
yang menunjang dalam pembangunan Kawasan Perbatasan Negara di
Wilayah Pulau Papua. Dalam pengembangan Kawasan Perbatasan Negara di
Wilayah Papua terdapat beberapa hal yang menjadi evaluasi bersama, yaitu :
1. Perlunya penyesuaian kembali Rancangan Awal RPJMN 2015-2019,
khususnya bidang pembangunan Kawasan Khusus dan Daerah
Tertinggal (KKDT) untuk wilayah Pulau Papua.
2. Pentingnya masukan/aspirasi masukan pemerintahan daerah (Pemda)
dalam penyusunan RPJMN 2015-2019, mengingat arah kebijakan yang
selama ini disusun oleh Pemerintah Pusat tidak sinkron dengan apa
yang menjadi prioritas di di Daerah.
3. Pentingnya peninjauan kembali program transmigrasi di Papua, yaitu
bagaimana evaluasi program/kegiatan tersebut selama ini masih ada
beberapa kekurangan, termasuk isu konflik horisontal antara warga
pendatang (transmigran) dengan masyarakat lokal yang ada di wilayah
transmigrasi.
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
76
4. Berbagai saran untuk keberlanjutan program transmigrasi di Papua,
antara lain: melibatkan peran serta masyarakat lokal dalam
pengembangan transmigrasi. Selama ini warga pendatang (transmigran)
diberikan ekslusifitas (sarana dan prasarana di wilayah transmigrasi,
pendampingan, lahan, dan fasilitas lainnya), sehingga masyarakat lokal
merasa ketidakadilan.
5. Dalam konteks pengembangan wilayah Papua, perlu ada kekhususan
termasuk dalam pengembangan wilayah berbasis adat. Regulasi
berbasis tanah/hak ulayat perlu didorong. Pola-pola pengembangan
wilayah ini yang perlu didorong kedepannya, agar masyarakat lebih
merasakah penghargaan dari pembangunan itu sendiri.
6. Dalam rangka pengembangan wilayah di wilayah Papua, peran swasta
dalam pengembangan wilayah juga menjadi isu penting. Dalam
penyusunan perencanaan pembangunan harus mendukung
pengembangan wilayah yang inklusif. Swasta harus melibatkan peran
serta masyarakat lokal dalam pembangunan. Pola bagi hasil/mixed
sharing, sewa tanah/lahan, maupun pola yang tidak hanya
menguntungkan swasta tetapi juga masyarakat lokal, juga dinilai tepat,
mengingat selama ini masyarakat lokal “tergusur di tanahnya” sendiri
dan acapkali menjadi penonton dari pembangunan. Simbiosis
mutualisme antara pendatang (transmigran) dan masyarakat lokal harus
terjadi untuk pembangunan yang berkelanjutan.
7. Dalam konteks pengembangan wilayah perbatasan di Papua, isu-isu
aktivitas lintas batas negara dengan PNG, erat kaitannya dengan isu
keamanan. Perdagangan lintas batas misalnya, akan erat berpengaruh
dengan lingkungan keamanan yang kondusif. Maka, dalam
pengembangan wilayah perbatasan tidak lepas dari integrasi antara
dimensi pertahanan/keamanan, ekonomi, serta lingkungan.
Kota Jayapura merupakan daerah paling utara yang berbasan langsung
dengan Negara Papua Nugini. Kota Jayapura tidak memiliki lokasi prioritas
sebagai daerah yang harus segera ditangani. Namun begitu Kota Jayapura
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
77
memiliki PKSN Skouw yang menjadi fokus penanganan 2015- 2019.
Pembangunan PKSN Skouw sudah dimulai tahun ini. Untuk PLBN Skouw
sendiri saat ini diketahui sudah dapat beroperasi meski belum seefisien pos
lintas batas yang ada di Entikong. Masih perlu adanya peningkatan sarana
dan prasarana serta fasilitas penunjang kegiatan lintas batas. Pelintas batas
yang menggunakan PLBN Skouw selain untuk kepentingan ekonomi,
biasanya melintas untuk keperluan kekeluargaan. PKSN Skouw selain
sebagai gerbang pelintas batas antar dua negara dapat menjadi hulu dalam
pengolahan komoditas wilayah yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu perlu
adanya pengembangan jaringan jalan pararel perbatasan yang melintang dari
Kota Jayapura hingga ke Merauke.
Lokasi prioritas yang menjadi fokus penanganan di tahun 2015 adalah
Kabupaten Kereom, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Merauke.
Kabupaten Keerom memiliki satu lokasi prioritas yang ditangani pada tahun
2015, yaitu Distrik Arso Timur. Komoditas unggulan yang ada di distrik
tersebut adalah Sapi dan Kelapa. Letaknya yang berdekatan dengan PKSN
Skouw dapat memberikan akses terhadap pembangunan kawasan
perbatasan. Namun begitu perlu adanya peningkatan konektivitas antar
wilayah untuk dapat memudahkan dalam mobilitas barang dan jasa.
Kabupaten Keerom sendiri memiliki potensi di dalam pengembangan
industri mineral emas dan tembaga. Namun begitu potensi tersebut berada di
luar lokasi prioritas yang ada. Distrik Astro Timur sendiri merupakan
Kawasan Pengembangan Hutan Produksi.
Kabupaten Boven Digoel memiliki lokpri kawasan perbatasan di dua
kecamatan untuk fokus penanganan pada tahun 2015, yaitu Waropko dan
Kombut. Komoditas yang unggul di Kabupaten Boven Digoel adalah sawit
dan karet. Namun begitu komoditas tersebut kurang terdistribusi ke wilayah
utara kawasan perbatasan Kabupaten Boven Digoel. Isu – isu perbataasan
pada distrik - distrik tersebut adalah :
Laporan Akh i r Koord inas i S t ra teg is Kawasan St ra teg is Nas iona l (KSN)Perencanaan Program KAPET, KPBPB, KEK , Dan Kawasan Perbatasan Negara 2015
78
1. Masyarakat Indonesia yang tinggal di Papua Nugini. Aktivitas lintas
batas dari masyarakat yang tinggal di Papua Nugini cukup dengan
melapor kepada petugas dan kepala distrik atau kampung.
2. Tingkat pendidikan rendah.
3. Mobilitas penduduk yang kurang baik karena jaringan jalan yang buruk.
4. Potensi sektor pertanian dan perkebunan.
Kabupaten Merauke memiliki dua lokasi prioritas yang menjadi
penanganan mulai dari tahun 2015, yaitu Distrik Naukenjerai dan Distrik
Sota. Ke dua distrik tersebut memiliki potensi komoditas unggulan masing –
masing adalah sawit dan kelapa. Sementara itu di distrik lainnya terdapat
komoditas unggulan padi dan kelapa yang merupakan unggulan Kabupaten
Merauke. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Merauke menjadi produsen
padi terbesar yang ada di Provinsi Papua. Sementara itu untuk sub sektor
perkebunan komoditas yang diunggulkan adalah kelapa. Kabupaten
Merauke juga merupakan salah satu dengan PKSN di dalamnua. Meski
begitu PKSN Merauke masih dalam tahap pengembangan. Isu – isu
perbatasan pada distrik – distrik yang menjadi lokpri adalah :
1. Selain sumber daya pertanian Distrik Sota memiliki kekayaan di dalam
sumber daya alam di sungai beruoa ikan – ikan yang ada di dalamnya.
Hal tersebut banyak menjadi magnet masyarakat dari wilayah lain.
2. Sota dalam pengembangannya berfungsi sebagai pusat permikiman.
3. Masih perlunya pembangunan pasar sebagai katalisator pengembangan
ekonomi kawasan.
4. Keterkaitan antar masyarakat Papua Nugini dengan masyaakat
Naukenjerai.
5. Abrasi di pesisir pantai.
6. Jaringan jalan masih perlu pengerasan dan perbaikan.
7. Adanya taman nasional justru menjadi pembatas pemanfaatan SDA
yang ada.